24 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik ...

21 downloads 906 Views 56KB Size Report
METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling. 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel. Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007)  ...
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007) adalah seluruh anggota kumpulan objek yang jelas dan lengkap yang ingin diteliti atau diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti akanmengambil populasi mahasiswa Universitas Indonesia. Karakteristik

partisipan

dalam

penilitian

ini

adalah

mahasiswa maupun mahasiswi dalam rentang umur 18-22 tahun. 3.1.2 Lokasi Penelitian Peneliti memilih Universitas Indonesia sebagai lokasi penelitian karena Universitas Indonesia memiliki mahasiswa dari berbagai macam daerah dan dapat merepresentasikan keragaman suku dan budaya, termasuk keragaman sikap politik. 3.1.3 Teknik Sampling Menurut Malhotra (1996, dalam Pujiati & Rusliah, 2007), terdapat dua metode teknik sampling, yaitu, probability sampling dan non-probability sampling.Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Non-probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.

24

25 Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik non-probability sampling yang memiliki pendekatan convenient sampling yaitu, pendekatan yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah untuk diakses. Alasan peneliti memilih teknik sampling tersebut antara lain karena keterbatasannya waktu penelitian dan juga dana yang tersedia. 3.2 Desain Penelitian Menurut Christensen (2001, dalam Seniati dkk, 2007) desain penelitian merupakan rencana atau strategi yang akan digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Berdasarkan tipe informasi yang didapat, terdapat dua jenis pendekatan untuk desain penelitian, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang memberikan informasi atau hasil akhir berupa angka yang dapat dianalisa dengan statistik (Seniati dkk, 2007). Dalam pendekatan kuantitatif juga terdapat dua jenis penelitian, yaitu penelitian eksperimental dan non-eksperimental (Seniati dkk, 2007). Peneliti akan menunakan jenis penelitian non-eksperimental karena tidak ada manipulasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap variabel korelasional prediktif, tidak melakukan kontrol variable dan tidak ada pengacakan dalam pemilihan sampel. Penelitian ini juga mencari hubungan prediksi ketiga variabel prediktor terhadap satu variabel tergantung.

26 3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Perasaan Kewargaan Kewargaan menurut Federico dan Sullivan (2009) adalah peran identitas yang didefinisikan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan kehidupan sipil dan keanggotaan di dalam sistem politik demokrasi. Menurut Kostakopoulo pada tahun 2008 (dalam Sindic, 2010) kewargaan adalah perasaan kesamarataan anggota dalam komunitas politik dari hak dan kewajiban, keuntungan yang didapat dari sumber daya yang ada, partisipasinya dan identitasnya. Dari kedua pengertian tersebut dan dari pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perasaan kewargaan adalah perasaan individu untuk mempunyai identitas pada suatu komunitas politik dan terikat dengan hak dan kewajiban yang ada, keuntungan yang bisa didapatkan dari sumber daya yang ada dan partisipasi dalam politik. Perasaan kewargaan memiliki dua buah dimensi yaitu interest dan influence.Dimensiinterest dapat dilihat dari keinganan individu untuk berpartisipasi dalam aktivitas kewargaan. Dimensi influence dilihat dari bagaimana individu mampu mempengaruhi orang lain dan lingkungannya terhadap politik. 3.3.2 Decision Fatigue Decision Fatigue adalah tahap dimana individu telah lelah untuk mengambil keputusan. Biasanya ungkapan ini berlaku pada perilaku ekonomi, namun ini tidak memungkinkan untuk terjadi

27 dalam konteks politik.Augenblick dan Nicholson (2012) menyatakan bahwa choice fatigue dapat menyebabkan individu untuk melakukan golput

atau

apatis.

Dari

pernyataan

yangtelah

dipaparkan

sebelumnya, untuk penelitian ini peneliti dapat mengemukakan bahwa decision fatigue adalah kondisi dimana individu merasa lelah dikarenakan banyaknya pilihan yang diberikan sehingga dapat menyebabkan abstensi. Hal tersebut dapat diukur dari alat ukur yang akan diberikan kepada subjek dan hasilnya didapat melalui nilai total dari alat ukur. Apabila nilai dari alat ukur decision fatigue ini tinggi, maka dapat dikatakan bahwa subjek penelitian mudah mengalami decision fatigue dan begitu sebaliknya.Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel ini dikonstruk sendiri oleh peneliti dengan 2 dimensi yaitu, impulsif dan indecisive. Impulsif dalah sikap pengambilan keputusan dimana individu kurang memikirkan konsekuensi atas pilihan yang ia buat, sedangkan indecisive adalah sikap individu yang lebih memilih untuk tidak peduli walau sempat memikirkan pilihan-pilihan yang terbentang

di

hadapannya

dan

akhirnya

tidak

melakukan

pengambilan keputusan. 3.3.3 Apatisme Politik Apatisme menurut Solmitz (dalam Ahmed dkk, 2012) adalah sikap individu dimana mereka tidak memiliki minat atau ketertarikan dan tidak adanya perhatian terhadap aspek-aspek kehidupan secara emosional, sosial maupun fisik.Berarti, apatisme politik adalah keengganan bagi individu untuk peduli dan tertarik

28 kepada bidang politik baik secara emosional, sosial, maupun fisik. Apatisme politik dapat diukur melalui alat ukur yang akan diberikan kepada subjek untuk mengukur seberapa besarnya sifat apatisme

mereka

terhadap

politik

yang

nantinya

akan

menghasilkan nilai total yang dapat memperlihatkan berapa besarkah apatisme politik subjek. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadaptasi dari jurnal Hoffman (1989) dan mengadaptasi dimensi melalui jurnal Dean (1960).Kedua jurnal tersebut saling bersesuaian. 3.4 Hipotesis Hipotesa null (H0) dalam penelitian ini adalah: 1. Perasaan kewargaan tidak mampu memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 2. Dimensi indecisive dari decision fatigue tidak mampu memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 3. Dimensi

impulsif

dari

decision

fatigue

tidak

mampu

memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 4. Perasaan kewargaan, dimensi indecisive dan impulsif dari decision fatiguetidak mampu memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa.

Hipotesa alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah: 1. Perasaan kewargaan mampu memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa.

29 2. Dimensi

indecisive

dari

decision

fatigue

mampu

memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 3. Dimensi

impulsif

dari

decision

fatigue

mampu

memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 4. Perasaan kewargaan, dimensi indecisive dan impulsif dari decision fatigue mampu meprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 3.5 Instrumen Penelitian Peneliti akan menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang mengukur ketiga variabel yang sedang diteliti. Pengukuran ini menggunakan skala ordinal yaitu likert yaitu skala yang biasa digunakakn untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok sosial. Penelitiakan menggunakan skala likert dengan enam respons yang terdiri dari STS (sangat tidak sesuai), TS (tidak sesuai), ATS (agak tidak sesuai), AS (agak sesuai), S (sesuai), dan SS (sangat sesuai). 3.5.1

Instrumen Perasaan Kewargaan Instrumen pengukuran perasaan kewargaan ini diadaptasi dari jurnal Morais dan Ogde (2010) mengenai global citizenship yang kemudia disesuaikan dengan ciri-ciri yang berkaitan dengan perasaan kewargaan dan disesuaikan dengan dimensi tanggung jawab sosial, komptensi, dan keterkaitan sipil. Namun demikian, global diubah menjadi cakupan nasional dan lokal Table 3. 1 Blueprint instrumen perasaan kewargaan

DIMENSI Tanggung

NOMOR a1, a2, a3, a4, a5,

CONTOH BUTIR •

Saya menghargai dan

30 Jawab Sosial

a6, a7, a8, a9, a10,

peduli terhadap hak

a11, a12, a13

semua warga tanpa kecuali. •

Kita harus meniru perilaku yang adil dan baik dari negara maju untuk dipraktekan di negara kita.

Kompetensi

a14, a15, a16, a17,



Saya tahu cara

a18, a19, a20, a21,

mengembangkan

a22, a23, a24, a25,

suatu tempat di

a26

negara ini untuk membantu mengurangi masalah lingkungan dan sosial. •

Saya mengikuti isuisu yang mempengaruhi hubungan antar kelompok masyarakat negara

31

ini. Ketelibatan

d1, d2, d3, d4, d5,

Sipil

d6, d7, d8, d9, d10, d11

• Dalam 6 bulan

kedepan, saya akan bekerja secara informal dengan sebuah kelompok untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan di negeri ini. • Apabila

memungkinkan, saya akan selalu membeli produk dan merk lokal. TOTAL

37

3.5.2 Instrumen Decision Fatigue Instrumen

pengukuran

decision

fatigueakan

dikonstruksikan oleh peneliti dengan dimensi: impulsif dan indecisive. Table 3. 2 Blueprint dari instrumen choice fatigue

DIMENSI

NOMOR

CONTOH BUTIR

Impulsif

c1, c2, c3, c4, c5,

• Suara yang saya

c6, c7, c8, c9, c10

berikan dalam

32

pemilihan sudah saya pikirkan secara matang. • Saya memberikan

suara kepada kandidat yang paling banyak dipilih orang lain. Indecisive

c11, c12, c13, c14,

• Saya lebih baik tidak

c15, c16, c17, c18,

memilih daripada

c19, c20, c27

memberikan suara secara asal. • Saya merasa suara

saya tidak berpengaruh dalam pemilihan. TOTAL

20

3.5.3 Instrumen Apatisme Politik Instrument apatisme politik akan dikonstruksikan oleh peneliti dengan dimensi: interest dan influence. Table 3. 3 Blueprint dari instrumen apatisme politik

DIMENSI

NOMOR

CONTOH BUTIR

33 Interest

b1, b2, b3, b4, b5,

• Saya mengedarkan

b6, b7, b9, b10,

petisi-petisi yang

b11, b12, b13, b14, b15, b16, b17, b18, b19, b20, b21, b24, b25, b26, b29, b30,

menuntut peningkatan kualitas kebijakan / peraturan pemerintah. • Cara orang

b31, b32, b33, b35,

memberikan suara b36, c21, c22, c23, c24, c25, c26

merupakan hal utama yang menentukan jalannya pemerintahan.

Influence

b8, b22, b23, b27, b28, b34

• Saya menggunakan

sarana publik (jalan, gedung, taman, dsb) untuk melakukan protes sosial. • Saya mencoba untuk

berbicara dengan orang lain untuk memberikan suara dengan cara tertentu. TOTAL

34

34 3.6 Analisa Data Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah content validity yaitu mempertanyakan kesesuaian antar variabel yang akan diteliti dan akan menggunakan expert judgement dari dosen pembimbingda tanggal 20 Juni 2013. Uji realibilitas alat ukur ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dikarenakan instrumen kedua alat ukur berbentuk skala likert. 3.7 Validitas dan Realibilitas at Ukur 3.7.1 Uji Validitas Validitas sebuah alat ukur digunakan untuk mengetahui keakuratan dengan melihat sejauh mana alat ukur mengukur apa yang perlu diukur (Charda,

2009).

Pengukuran

validitas

dalam

penelitian

ini

menggunakan validitas isi (content validity) dan validitas item. Alat tes perasaan kewargaan dan apatisme politik merupakan adaptasi, sehingga penting untuk ditinjau ulang kembali melalui expert judgment pada tanggal 20 Juni 2013. Tugas expert judgement tidak hanya menerjemahkan dan tidak hanya meninjau terjemahan, namun juga melihat apakah aspek-aspek yang akan diukur sesuai dengan keseluruhan perilaku dalam pertanyaan. Alat ukur decision fatigue merupkan konstruk peneliti yang dibantu oleh expert judgement dengam melihat dimensi-dimensi yang telah ada. Langkah awal penelitian adalah dengan melakukan tahap percobaan penelitian (pilot study). Pilot study dilakukan kepada 90 sampel dan datanya digunakan untuk menguji validitas item dengan menggunakan teknik corrected item-total correlation dengan menggunakan program SPSS 21.0.

35 Hasil validitas item dari alat ukur perasaan kewargaan secara keseluruhan menunjukkan korelasi butir item yang berkisar antara 0,315 dan 0,709. Hasil validitas decision fatigue secara keseluruhan berkisar antara 0,305 dan 0.800. Hasil dimensi choice fatigue yang impulsif bekisar antara 0,298 dan 0,514, sedangkan untuk dimensi indecisive berkisar antara 0,298 dan 0,762. Hasil validitas untuk alat ukur apatisme politik berkisar antara 0,298 dan 0,694. Dari nilai validitas yang didapatkan, tidak ada nilai validitas yang minus dan dibawah 0,25, berarti alat ukur ini valid dan tidak ada item yang harus dihapus. 3.7.2 Uji Reliabilitas Reliabilitass adalah nilai minimum kekonsistenan pengukuran untuk melihat kesempurnaannya disaat harus dilakukan pengukuran ulang (Gregory, 2004). Koefisien keandalan alat ukur menunjukkan tingkat konsistensi jawaban responden, nilai koefisien α berkisar anatra 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai koefisiennya, maka semakin tinggi pula kerealibelan alat ukur tersebut (Gregory, 2004). Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui koefisien realibilitas yaitu dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21 untuk Macintosh. Hasil relibialitas alat ukur perasaan kewargaan secara keseluruhan dapat dilihat dari skor koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.891.Skor koefisien Alpha Cronbach yang dihasilkan sudah melebihi angka 0.6 dan dapat diartikan bahwa alat ukur perasaan kewargaan memiliki realibilitas yang baik.

36 Hasil reabilitas alat ukur decision fatigue secara keseluruhan dapat dilihat dari skor koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,890. Skor koefisien Alpha Cronbach yang dihasilkan sudah melebihi dari angka 0,6, tadanya alat ukur decision fatigue memiliki reliabilitas yang baik. Kedua dimensi decision fatigue juga diukur realibilitasnya, realibilitas alat ukur untuk dimensi impulsif menghasilkan skor Alpha Cronbach sebesar 0,698.Skor koefisien yang dihasilkan sudah melebihi angka 0,6, maka alat ukur untuk dimensi impulsive memiliki realibilitas yang baik.Untuk dimensi indecisive, skor Alpha Cronbach yang sihasilkan sebesar 0,857.Skor yang dihasilkan sudah diatas 0,6 yang menandakan bahwa alat ukur untuk dimensi indecisive sudah memiliki realibilitas yang baik. Hasil realibilitas alat ukur apatisme politik secara keseluruhan dapat dilihat dari skor koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,933 yang sudah melebihi angka 0,6.Skor tersebut menandakan bahwa alat ukur apatisme politik telah memiliki realibilitas yang baik.

3.8 Teknik Pengolahan Data Peneliti akan melakukan pengambilan atau pengumpulan data dari sumber data primer, yaitu data langsung yang dihimpun oleh peneliti berupa data hasil kuesioner yang diisi oleh mahasiswa. Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah berupa kuesioner perasaan kewargaan, decision fatigue, dan apatisme politik. pengumpulan data dilakukan setelah kuesioner dibagikan dan diisi oleh mahasiswa yang ditemuka oleh peneliti di sekitar area kampus.

37 Uji analisis pada penelitian ini menggunakan teknik regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi linier berganda digunakan terutama untuk tujuan memprediksi, dimana dalam model tersebut ada beberapa predictor variabel bebas untuk memprediksikan hasil variabel terikat supaya lebih akurat (Gravetter & Wallnau, 2009). Hasil yang diperoleh dari persamaan regresi ini disebut beta weight (β).Kemudian koefisien korelasi berganda dikuadratkan untuk mendapatkan koefisien analisi determinasi

(R2).Analisis

determinasi

digunakan

untuk

mengetahui

persentase prediksi variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamaan.Setelah mengetahui pengaruh secara bersama-sama (uji F), maka didapatkan juga pengaruh secara parsial (Uji T). Tahap

selanjutnya,

peneliti

akan

melakukan

pengolahan

data.

Pengolahan data terdiri dari proses editing dan tabulating. Pengolahan data pada penelitian ini digunakan dengan menggunakan program Microsoft Excel for macintosh dan program SPSS 21.0 for Macintosh untuk menguji realibilitas dan validitas dari alat ukur dan memperbaiki butir-butir sehingga dapat digunakan dalam pengambilan data, serta menguji regresi linear berganda. Proses editing dimulai dengan melakukan pemeriksaan satu persatu item jawaban yang terdapat apda kuesioner penelitian.