BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar/Umum 2.1.1 ... - binus

43 downloads 1680 Views 180KB Size Report
Teori-Teori Dasar/Umum. 2.1.1 Analisis dan Perancangan Sistem. 2.1.1.1 Pengertian Sistem. Menurut James A. O'Brien (2006, p29), sistem adalah sekelompok ...
BAB 2 LANDAS AN TEORI

2.1

Teori-Teori Dasar/Umum 2.1.1

Analisis dan Perancangan Sistem 2.1.1.1 Pengertian Sistem M enurut James A. O’Brien (2006, p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses informasi yang teratur. M enurut M cLeod (1998, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

2.1.1.2 Perancangan Sistem M enurut Alter (1999,p383) Perancangan sistem adalah bagian dari perancangan bisnis yang berhubungan dengan penyebaran sumber daya sistem informasi perusahaan yang mencakup manusia, perangkat keras dan perangkat lunak.



9   

M enurut M cleod (2001, p238), Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru, jika sistem itu berbasis komputer, perancangan dapat menyertakan spesifikasi peralatan yang akan digunakan. Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem merupakan proses penterjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam suatu rancangan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dan memberi gambaran yang lebih jelas untuk dijadikan pertimbangan.

2.1.1.3 Pengertian Analisis Sistem M enurut Whitten, Bentley dan Dittman (2004, p38) analisis sistem adalah studi masalah bisnis domain untuk merekomendasikan perbaikan dan menentukan kebutuhan bisnis dan prioritas untuk solusi. Analisis sistem ini dimaksudkan untuk memberikan

tim proyek

dengan

pemahaman

yang lebih

menyeluruh tentang masalah dan kebutuhan yang memicu proyek. M enurut M cLeod (2001, p88) analisis sistem adalah penelitian suatu sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui.

   

10   

2.1.2

Sistem Basis Data 2.1.2.1 Data M enurut O’Brien (2005, p206) data adalah sumber daya penting organisasi yang perlu dikelola seperti mengelola aset penting dalam bisnis lainnya. M enurut Laudon (2000,p8), data merupakan aliran fakta yang mewakili kejadian yang terjadi dalam organisasi atau dalam lingkungan fisik sebelum mereka diatur menjadi sebuah form yang dapat dimengerti oleh pengguna. M enurut Whitten et al (2004, p23) data adalah fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal penting yang ada dalam organisasi. Tiap fakta, tanpa disertai fakta lainnya, secara relatif tidak mempunyai arti. M enurut Turban (2005, p38) data merupakan kumpulan fakta atau dari sesuatu, kejadian, aktivitas, dan transaksi, yang diambil, dicatat, disimpan dan dikelompokkan, tetapi tidak diatur untuk menyatukan suatu arti tertentu.

   

11   

2.1.2.2 Basis Data M enurut Connoly dan Begg (2002, p14), Basis data adalah sekumpulan data yang saling terhubung secara logikal, yang dirancang dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi dalam sebuah organisasi. M enurut James A. O’Brien (2005, p211) database adalah kumpulan terintegrasi dari elemen data yang secara logikal saling berhubungan. Data yang disimpan dalam database independent dari program aplikasi yang menggunakannya dan dari jenis peralatan penyimpan tempat mereka disimpan. M enurut Kusumo (2003, p2) Basis data adalah kumpulan informasi yang ditulis dalam satu atau lebih tabel.

2.1.2.3 Sistem Basis Data Tujuan utama dari sistem basis data adalah untuk memudahkan dan memfasilitasi akses ke data. Sistem basis data adalah kumpulan program aplikasi yang berinteraksi dengan database (Connolly & Begg, 2002, p4). Sistem basis data merupakan sebuah sistem yang terkomputerisasi yang memiliki tujuan

untuk

memelihara

   

12   

informasi dan menjadikan informasi tersebut pada saat dibutuhkan (C.J Date, 2000, p4). Sistem merupakan kumpulan dan elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud umum untuk mencapai tujuan (M cleod, 2001, p12).

2.1.3

Database Management System (DBMS ) M enurut Conolly (2005, p16) Database Management System (DBM S) adalah suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna)

untuk

mendefinisikan,

membantu,

memelihara,

dan

mengendalikan akses pada basis data. DBM S menyediakan fasilitas sebagai berikut : 1. Data Definition Language (DDL) : M emungkinkan pengguna untuk menspesifikasikan tipe data dan struktur serta batasan data yang akan disimpan dalam basis data. 2. Data Manipulation Language (DM L) : M emungkinkan pengguna untuk menambah, mengubah, menghapus, dan mengambil data dari dalam basis data. 3. Akses kontrol ke database. Yaitu untuk : a. Sistem Keamanan,

M encegah user

yang tidak

memiliki

wewenang untuk mengakses basis data.

   

13   

b. Sistem Integritas, M emelihara konsistensi data yang tersimpan. c. Sistem Kontrol, M engizinkan pembagian akses kedalam basis data. d. Sistem Kontrol Perbaikan, M emperbaiki atau mengembalikan basis data ke kondisi sebelumnya jika terjadi kerusakan pada perangkat keras dan perangkat lunak. e. Katalog yang dapat diakses ke user, katalog yang berisi deskripsi data yang ada dalam basis data. M enurut Ramakrishnan dan Gehrke (2003, p4), DBM S adalah software

yang

didesain

untuk

mendukung,

memelihara,

dan

memanfaatkan kumpulan data yang besar.

2.1.3.1 Komponen DBMS M enurut Conolly dan Begg (2002, p18-20) ada lima komponen utama dalam suatu lingkungan database management system (DBM S), yaitu sebagai berikut : 1. Perangkat keras (Hardware) Piranti keras sangat dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi dan DBM S. Piranti keras dapat berupa sebuah komputer, sebuah mainframe, ataupun sebuah jaringan antar komputer,

   

14   

yang nantinya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan DBM S yang digunakan. 2. Perangkat lunak (Software) M erupakan komponen perangkat lunak yang terdiri dari DBM S dan program-program aplikasi, termasuk sistem operasi dan

perangkat

lunak

jaringan

apabila dalam

penggunaannya menggunakan jaringan komputer seperti LAN. 3. Data Data mungkin merupakan komponen terpenting dari suatu DBM S dilihat dari sudut pandang pengguna. Data memegang peranan sebagai penghubung antara komponen mesin dengan manusia dalam lingkungan DBM S. 4. Prosedur Prosedur berupa panduan dan instruksi dalam membuat rancangan dan penggunaan basis data. Penggunaan sistem dan staf

yang

mengelola

dan

menggunakan

basis

data

membutuhkan prosedur dalam menjalankan sistem basis data itu sendiri. Proses didalam basis data dapat berupa : login ke dalam

basis

data,

penggunaan

fasilitas

DBM S,

cara

menjalankan dan memberhentikan DBM S, membuat salinan

   

15   

database, memeriksa hardware dan software yang sedang berjalan, mengubah struktur basis data, meningkatkan kinerja atau membuat arsip data pada secondary storage. 5. M anusia Komponen terakhir yaitu manusia sendiri yang terlibat dalam sistem tersebut. M anusia yang terlibat dengan sistem, yaitu : database administrator, perancangan database, pengembang aplikasi dan pengguna akhir.

2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian DBMS M enurut Conolly dan Begg (2002, p26) keuntungan DBM S yaitu antara lain : 1. Kontrol terhadap redundancy data 2. Konsistensi data 3. Lebih banyak informasi dari jumlah yang sama 4. Banyaknya data 5. Sharing data 6. M eningkatkan integritas data 7. M eningkatkan keamanan

   

16   

8. Standarisasi 9. Lebih ekonomis 10. M enyeimbangkan kebutuhan yang bertentangan 11. M eningkatkan akses dan respon data 12. M eningkatkan produktivitas 13. M eningkatkan pemeliharaan melalui independent di data 14. M eningkatkan konkurensi data 15. M eningkatkan pelayanan backup dan recovery Kekurangan DBM S yaitu antara lain (Connolly and Begg, 2002, p29) : 1. Kompleksitas yang tinggi 2. Ukuran yang besar 3. Biaya DBM S yang mahal 4. Biaya tambahan perangkat keras 5. Biaya konversi 6. Performa rendah 7. Dampak kegagalan yang lebih tinggi

   

17   

2.1.4

Bahasa Basis Data 2.1.4.1 Data Definition Language (DDL) DDL merupakan suatu bahasa yang memperbolehkan seorang DBA (Database Administrator) atau pengguna untuk menggambarkan dan memberi nama suatu entitas, attribut dan relasi data yang dibutuhkan oleh aplikasi, bersamaan dengan beberapa integritas yang terasosiasi dan batasan keamanan datanya. (Connoly dan Begg, 2002, p40). DBA adalah seorang yang memiliki kontrol terpusat pada suatu sistem. Fungsi dari seorang DBA adalah menciptakan skema basis data asli dengan cara mengeksekusi satu set dari data definition statement di DDL, melakukan perubahan untuk skema dan organisasi fisikal untuk menunjukan perubahan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi atau merubah fisikal organisasi untuk meningkatkan performa, memberikan hak akses pada autorisasi yang berbeda sehingga DBA dapat mengatur berbagai macam user yang dapat mengakses basis data, memelihara basis data secara berkala. (Silberschatz, Korth, dan Sudarshan, 2002, p15).

2.1.4.2 Data Manipulation Language (DML) DM L adalah

sebuah

bahasa yang memungkinkan

pengguna untuk mengakses atau memanipulasi data agar model

   

18   

data terorganisasi dengan

baik

(Silberschatz,

Korth, dan

Sudarshan, 2002, p12). DM L

adalah

sebuah

bahasa

yang

menyediakan

sekumpulan operasi untuk mendukung pengoperasian manipulasi data dasar pada basis data (Connoly dan Begg, 2002, p41). Pengoperasian

data

yang

akan

dimanipulasi

pada

umumnya meliputi: 1. Penambahan data baru kedalam basis data 2. M odifikasi data yang tersimpan dalam basis data 3. Penerimaan data yang berada dalam basis data 4. Penghapusan data dari basis data DM L terdiri dari dua tipe, yaitu : 1.

Procedural DM L, yaitu sebuah bahasa yang memberikan fasilitas kepada user untuk memberitahukan kepada sistem,

data apa yang diperlukan

dan

bagaimana

seharusnya data tersebut diambil. 2.

Non-procedural

DM L,

yaitu

sebuah

bahasa yang

memberikan fasilitas kepada user untuk menyatakan data apa yang diperlukan daripada tentang bagaimana data tersebut diambil.

   

19   

2.1.5

Database System Development Life Cycle (S DLC) Sistem basis data merupakan komponen dasar dari suatu organisasi besar dengan sistem informasi yang luas. Hal penting dalam database lifecycle adalah bahwa tingkatannya tidak sepenuhnya berurutan, tetapi ada beberapa tingkatan yang berulang dengan alur balik. Karena proses yang terjadi harus mengecek ulang pada proses sebelumnya jika hasil tidak optimal. Database Application Lifecycle merupakan tahapan dalam merancang suatu sistem basis data.(Connolly dan Begg, 2002, p271). Database Application Lifecycle digambarkan seperti bagan berikut :

   

20   

Gambar 2.1 S iklus Hidup Aplikasi Basis Data

   

21   

2.1.5.1 Perencanaan Basis Data (Database Planning) Pengelolaan aktivitas yang mengizinkan tahapan-tahapan dari sistem pengembangan siklus kehidupan basis data agar bisa direalisasikan seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan basis data harus diintegrasikan dengan keseluruhan strategi sistem informasi dari sebuah organisasi. Terdapat tiga masalah utama dalam merumuskan strategi sistem informasi, diantaranya : 1. Identifikasi rencana dan

sasaran

perusahaan

dengan

menentukan kebutuhan sistem informasi yang diperlukan. 2. Evaluasi sistem informasi yang ada sekarang untuk menentukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada. 3. Penilaian terhadap peluang teknologi informasi yang dapat menghasilkan keuntungan yang kompetitif.

2.1.5.2 Pendefinisian Sistem (System Definition) M enurut Connoly dan Begg (2002, p274), definisi sistem (Definition system) adalah mendeskripsikan jangkauan dan batasan dari aplikasi basis data dan pandangan-pandangan utama para pengguna aplikasi. Sebelum mendesain suatu aplikasi basis data, terlebih dahulu mengidentifikasikan batasan-batasan dari sistem yang sedang diteliti dan bagaimana kaitannya dengan bagian lain dari sistem informasi perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada pengguna utama    

22   

basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan aplikasi.

2.1.5.3 Pengumpulan

dan

Analisis

Kebutuhan

(Requirement

Collection and Analysis) Analisis

dan

pengumpulan

kebutuhan

(requirement

collection and analysis) merupakan proses pengumpulan dan analisis informasi tentang bagian perusahaan yang akan didukung oleh aplikasi basis data, dan menggunakan informasi ini untuk mengindentifikasikan kebutuhan pengguna aplikasi terhadap sistem baru (Connolly dan Begg, 2002, p276). Informasi yang dikumpulkan diantaranya : 1. Penjabaran dari data yang digunakan. 2. Detail mengenai bagaimana data digunakan. 3. Kebutuhan tambahan apapun untuk aplikasi basis data yang baru. Informasi ini kemudian dianalisis untuk mengindentifikasikan kebutuhan yang dimasukkan untuk aplikasi basis data yang baru. Ada 3 macam pendekatan untuk mengatur kebutuhan dari sebuah aplikasi basis data dengan berbagai cara pandang pengguna, yaitu :

   

23   

1. Pendekatan Centralized, kebutuhan untuk tiap pandangan pengguna disatukan menjadi satu set kebutuhan untuk aplikasi basis data. Umumnya pendekatan ini dipakai jika basis datanya tidak terlalu kompleks. 2. Pendekatan View Integration, kebutuhan untuk tiap pandangan pengguna digunakan untuk membangun sebuah model

data

terpisah

yang merepresentasikan

tiap

pandangan. Hasil dari data-data model tersebut kemudian disatukan di bagian desain basis data. 3. Kombinasi keduanya.

2.1.5.4 Perancangan Basis Data (Database Design) M enurut Connolly dan Begg (2002, p279), perancangan basis data (database design) merupakan proses pembuatan suatu desain untuk sebuah basis data yang akan mendukung operasional dan tujuan suatu perusahaan.

Dalam merancang suatu basis data, digunakan metodologimetodologi yang membantu dalam tahap perancangan basis data. M etodologi perancangan adalah pendekatan terstruktur yang menggunakan bantuan prosedur-prosedur, teknik-teknik, alat-alat, dan dokumentasi untuk mendukung dan memudahkan dalam

   

24   

proses perancangan. Dengan menggunakan teknik metode desain ini dapat membantu dalam merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengevaluasi proyek perkembangan basis data (Connolly, 2002, p418).

Proses dalam metodologi perancangan dibagi menjadi tiga tahap :

a. Conseptual Database Design b. Logical Database Design c. Physical Database Design

A.

Conseptual Database Design

Conceptual

database

design

adalah

proses

membangun suatu model berdasarkan informasi yang digunakan

oleh

perusahaan

atau

organisasi,

tanpa

pertimbangan perencanaan fisik (Connolly,2002,p419).

Gambar 2.2 Conceptual Level

   

25   

Langkah-langkah perancangan basis data konseptual (Connolly, 2002, p420) :

1. Identifikasi tipe entity 2. Identifikasi tipe relationship 3. Identifikasi dan asosiasi atribut dengan entity-entity dan

relationship

yang

telah

dipilih

untuk

digambarkan dalam database. 4. M enentukan atribut domain 5. M enentukan kandidat dan atribut-atribut primary key 6. Pertimbangan

menggunakan

konsep

modeling

yang menarik 7. Periksa model untuk redundancy 8. Validasikan

model

konseptual

lokal

yang

bertentangan dengan transaksi pengguna 9. M engulang model data konseptual lokal dengan pengguna. B.

Logical Database Design

M enurut Connolly perancangan

logikal

basis

dan Begg (2002, data

merupakan

p419), proses

membangun sebuah model informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tetapi tidak bergantung pada sebuah    

26   

DBM S tertentu dan pertimbangan-pertimbangan fisik lainnya.

Gambar 2.3 View Le vel

Langkah pokok dari perancangan basis data logikal untuk relational model mencakup : membuat dan memvalidasi model data logikal lokal untuk setiap bagian, membuat dan memvalidasi model data logikal global. Sebuah model data logikal termasuk Entity Relationship Diagram (ERD), skema relational, dan dokumen pendukung, seperti : kamus data, yang terbentuk dalam pengembangan model.

C.

Physical Database Design

Perancangan fisikal basis data merupakan proses yang menghasilkan sebuah deskripsi implementasi dari basis data pada secondary storage yang menggambarkan relasi dasar, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien ke data, dan

   

27   

penggabungan batasan integritas dan ukuran keamanan (Connolly dan Begg, 2002, p419).

Gambar 2.4 Database Management System Dalam membangun desain fisik basis data terdapat 6 tahap secara garis besar , yaitu : 1. M engubah model data logikal global untuk target DBM S M enghasilkan sebuah sistem basis data relational dari model

data

logikal

global

yang

dapat

diimplementasikan dalam target DBM S. a. M erancang relasi-relasi dasar. b. M erancang representasi dari derived data. c. M erancang batasan-batasan perusahaan untuk target DBM S 2. M erancang representasi fisik M enentukan organisasi file yang optimal untuk menyimpan relasi-relasi dasar dan indeks-indeks yang diperlukan

untuk

mencapai

performance

yang

   

28   

diinginkan, untuk itu akan ditentukan relasi dan tuple mana yang ada pada secondary storage. a. Analisis transaksi, memahami fungsi transaksi yang akan

dijalankan pada basis data dan

menganalisis transaksi-transaksi penting. b. M emilih

organisasi

file,

menentukan

pengelompokkan file yang efisien untuk setiap relasi yang terbentuk. c. M emilih

indeks-indeks,

penambahan

indeks

menentukan akan

jika

meningkatkan

performance sistem. d. M emperkirakan

kebutuhan

disk

space,

memperkirakan jumlah disk space yang akan dibutuhkan oleh basis data. 3. Perancangan user view M erancang user view yang diidentifikasikan selama pengumpulan kebutuhan-kebutuhan dan tahap analisis dari siklus aplikasi basis data relational. 4. Perancangan mekanisme keamanan M erancang mekanisme keamanan untuk basis data seperti yang ditentukan oleh user. Relational DBM S secara umum menyediakan dua tipe keamanan basis data yaitu :

   

29   

a. Keamanan

sistem

:

mencakup

akses

dan

penggunaan basis data pada level sistem, seperti username dan password. b. Keamanan data : mencakup akses dan penggunaan objek basis data (seperti relasi dan view) dan aksi yang dapat dilakukan user terhadap objek. 5. M empertimbangkan adanya pengontrolan redundancy Bertujuan untuk menentukan apakah redundansi dalam batasan yang terkendali dengan menggunakan teknik normalisasi akan meningkatkan performance dari sistem. 6. M emonitor dan menyesuaikan sistem operasi Bertujuan untuk mengawasi sistem operasional dan meningkatkan kinerja dari sistem untuk memperbaiki kebutuhan

perancangan

yang tidak

sesuai atau

merefleksikan perubahan-perubahan.

2.1.5.5 Pemilihan DBMS (DBMS Selection) Pemilihan DBM S yang sesuai untuk mendukung aplikasi basis data mencakup (Connolly dan Begg, 2002, p284) : 1. M endefinisikan syarat-syarat referensi studi. 2. M endaftar 2 atau 3 jenis produk. 3. M engevaluasikan produk.

   

30   

4. M erekomendasikan pilihan dan membuat laporan.

2.1.5.6 Perancangan Aplikasi (Application Design) M enurut

Connolly

dan

Begg

(2002,

pp287-288),

perancangan aplikasi (application design) adalah merancang antarmuka pengguna (user interface) dan program aplikasi, yang akan memproses basis data. Dalam perancangan aplikasi harus memastikan

semua pernyataan

fungsional dari spesifikasi

kebutuhan pengguna (user requirement specification) yang menyangkut perancangan aplikasi program yang mengakses basis data dan merancang transaksi yaitu cara akses ke basis data dan perubahan terhadap isi basis data (retrieve, update dan kegiatan keduanya). Antarmuka yang dirancang harus memberikan informasi yang dibutuhkan, sehingga pengguna aplikasi mudah mempelajari dan mudah menggunakannya.

2.1.5.7 Prototipe (Prototyping) Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode prototyping ini perancang dan pengguna dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. M embangun suatu model kerja dari aplikasi basis data (Connoly dan Begg , 2002, p291).    

31   

Tujuan utama dari prototyping yaitu : 1. M enuntun

user

menggunakan

prototype

untuk

mengidentifikasikan fitur-fitur agar sistem berjalan dengan baik. 2. Sebagai saran pengembangan atau mungkin menambah fitur baru pada aplikasi basis data.

2.1.5.8 Implementasi (Implementation) Pengertian implementasi menurut Connolly dan Begg (2002, p292) yaitu membuat definisi basis data secara eksternal, konseptual, dan internal termasuk program aplikasi. Implementasi merupakan realisasi dari basis data dan perancangan aplikasi. Implementasi basis data dicapai menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBM S yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI). Pandangan pengguna (userview) lainnya juga diimplementasikan dalam tahapan ini. Bagian lain aplikasi program adalah transaksi basis data yang diimplementasikan dengan meggunakan Data Manipulation Language (DM L) dari sasaran DBM S.

   

32   

2.1.5.9 Perubahan dan Pengambilan Data (Data Conversion and Loading) Pemindahan data yang ada dalam basis data yang baru dan mengubah aplikasi yang sedang berjalan agar dapat digunakan dalam basis data yang baru (Connoly dan Begg, 2002, p293). Tahapan ini memungkinkan pengembang (developer) untuk mengkonversi dan menggunakan aplikasi loading dibutuhkan, prosesnya harus direncanakan untuk memastikan kelancaran transaksi untuk keseluruhan operasi.

2.1.5.10 Pengetesan (Testing) Testing adalah suatu proses melaksanakan program aplikasi dengan tujuan menemukan kesalahan (Conolly dan Begg, 2002, p293). Testing adalah proses menjalankan aplikasi untuk menemukan kesalahan-kesalahan. Sebelum digunakan, aplikasi basis data yang baru dikembangkan harus diuji secara menyeluruh.

Dalam kenyataan testing tidak

luput

dari

kesalahan. Di dalam merancang basis data, user dari sistem baru seharusnya terlibat di dalam proses testing. Jika data yang asli digunakan, perlu backup untuk mengantisipasi kesalahan atau error. Setelah testing selesai, sistem aplikasi siap digunakan oleh pengguna.

   

33   

2.1.5.11 Operational Pemeliharaan (Operational Maintenance) Pengertian Operational Maintenance menurut indrajani, S.kom., MM (2011, p57), adalah suatu proses pengawasan dan pemeliharaan sistem setelah instalasi, yang mencakup : a. Pengawasan kinerja sistem, jika kinerja menurun maka memerlukan perbaikan atau pengaturan ulang basis data. b. Pemeliharaan dan pembaharuan aplikasi basis data (jika dibutuhkan). c. Penggabungan kebutuhan baru ke dalam aplikasi basis data.

2.1.6

Normalisasi M enurut Connolly dan Begg (2002, p376), normalisasi adalah suatu teknik yang menghasilkan satu set relasi dengan properties yang diinginkan dan memberikan kebutuhan data organisasi. M enurut Hartini Deliana, Lisye M areta Cahya, dan Kikis Sabrina Kaisariza (2009,p175) normalisasi adalah sebuah cara sistematis yang digunakan untuk memastikan bahwa sebuah struktur dari suatu database cocok untuk tujuan umum peng-queryan dan diyakinkan bebas dari karakteristik-karakteristik

tertentu yang tidak

diinginkan,

seperti

   

34   

pemasukan (insert), pengubahan (update), serta penghapusan (delete) data yang dapat menyebabkan hilangnya integritas pada data. Tujuan dalam melakukan normalisasi adalah sebagai berikut: 1. M engidentifikasi hubungan antar atribut. 2. M engkombinasikan atribut-atribut yang ada sehingga membentuk sebuah hubungan atau relasi (relation). 3. M engkombinasikan relasi-relasi yang sudah terbentuk sampai menghasilkan sebuah database 4. M enghilangkan anomaly. 5. M enghilangkan redundancy (pengulangan).

2.1.6.1 Bentuk Normal Pertama (1NF) M enurut Deliana, Cahya dan Kaisariza (2009, p176) sebuah entitas dikatakan berada dalam first normal form (1NF) apabila entitas tersebut tidak lagi memiliki atribut berulang (repeating group) yang ditandai dengan “{}”. Yang harus dilakukan dalam membuat sebuah 1NF adalah: 1. Hilangkan hasil perhitungan (sub total, grand total, dll). 2. Hilangkan atribut yang berulang. 3. Tentukan primary key.

   

35   

2.1.6.2 Bentuk Normal Kedua (2NF) M enurut Deliana, Cahya dan Kaisariza (2009, p176) sebuah entitas dikatakan sedang berada dalam second normal form apabila entitas tersebut berada dalam kondisi 1NF dan dimana setiap atribut non key-nya bergantung fungsional penuh terhadap primary key-nya (functional depandency) Yang harus dilakukan dalam membuat sebuah 2NF adalah: 1. M enghilangkan

ketergantungan

fungs ional

/ parsial

(ketergantungan antara non key terhadap primary key) 2. M embuat tabel header dan detail. Contoh: Tabel M ahasiswa (Nim, Nama, Alamat) Nama & Alamat tergantung pada Nim dalam arti dengan Nim kita dapat menentukan nama maupun alamat sebaliknya nama / alamat tidak menentukan nim, maka diartikan bahwa nama & alamat tergantung secara parsial kepada nim.

2.1.6.3 Bentuk Normal Ketiga (3NF) M enurut Deliana, Cahya dan Kaisariza (2009, p177) sebuah entitas dikatakan sedang berada dalam third normal form apabila entitas tersebut sedang berada dalam kondisi 1NF dan    

36   

2NF serta tidak adanya atribut non key yang tergantung fungsional terhadap non key yang lainnya (transitif depandancy). Yang harus dilakukan dalam membuat sebuah 3NF adalah: 1. M enghilangkan

ketergantungan

transitif

(ketergantungan

antara non key dengan non key) 2. M embuat tabel jenis master (jika diperlukan) Contoh : Tabel Pegawai (NoPegawai, honor, KdProyek, Tanggal) KdProyek & Tanggal adalah atribut non key. Tapi tanggal bergantung pada KdProyek. Pemecahannya dengan membagi menjadi 2 relasi: a. Proyek (KdProyek, Tanggal) b. PegProyek (NoPegawai, honor, KdProyek)

2.1.7

Entity Relationship Diagram M odel entity relationship merupakan salah satu model yang dapat memastikan pemahaman yang tepat terhadap data dan bagaimana penggunaannya di dalam suatu organisasi (Conolly dan Begg 2005, pp342). ER Modeling merupakan pendekatan top-down pada perancangan database yang dimulai dengan identifikasi entitas dan relasi antar data yang harus direpresentasikan di dalam model, dan kemudian ditambahkan atribut dan setiap constraint pada entity, relationship, dan atributnya.    

37   

2.1.7.1 Entity Type Konsep dasar dari model ER adalah entity types yaitu kumpulan dari objek-objek dengan sifat (property) yang sama, yang diidentifikasi oleh enterprise karena keberadaannya yang bebas (independent existence) (Conolly dan Begg 2005, p343). Keberadaan objek-objeknya dapat berupa fisik, seperti entity pegawai, rumah dan pelanggan, maupun berupa abstrak, seperti entity penjualan, pembelian dan peminjaman. Entity occurrences yaitu pengidentifikasian objek yang unik dari sebuah tipe entitas. M enurut Conolly dan Begg (2005, p354) tipe entitas dapat diklasifikasikan menjadi : a. Tipe entity kuat, yaitu tipe entity yang keberadaanya tidak bergantung pada tipe entity lainnya. b. Tipe entity lemah, yaitu tipe entity yang keberadaannya bergantung pada tipe entity lainya. Tabel 2.1 Simbol – Simbol ERD ( Entity Relationship Diagram )

Simbol

Nama Entitas, adalah suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam

 

lingkungan pemakai.

   

38   

Relasi, menunjukkan adanya hubungan di antara sejumlah entitas yang berbeda.

Atribut, berfungsi mendeskripsikan karakter entitas (atribut yg berfungsi sebagai key diberi garis bawah).

Garis, sebagai penghubung antara relasi dengan entitas, relasi dan entitas dengan atribut.

2.1.7.2 Relationship Type M enurut Conolly dan Begg (2005, p346) Relationship type adalah kumpulan keterhubungan yang mempunyai arti antara tipe entity yang ada. Relationship occurrences, yaitu keterhubungan yang diidentifikasikan secara unik yang meliputi keberadaan tiap tipe entity yang berpartisipasi. Tipe relationship digambarkan dengan sebuah garis yang menghubungkan entity-entity yang saling berhubungan. Sebuah relationship hanya dinamai dalam satu arah dan sebuah symbol panah ditempatkan di samping nama untuk menunjukkan arah

   

39   

yang tepat bagi pembaca untuk menginterpretasikan nama relationship.

2.1.7.3 Attribute M enurut

Conoly

dan

Begg

(2005,

p350)

atribut

merupakan sifat-sifat (property) dari sebuah entity atau tipe relationship. Atribut domain adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau lebih atribut. M acam-macam atribut : a. Simple attribute, yaitu atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal dengan keberadaan yang independent dan tidak dapat dibagi menjadi yang lebih kecil lagi. Dikenal juga dengan nama atomic attribute. b. Composite attribute, yaitu atribut yang terdiri dari beberapa komponen, dimana masing-masing komponen memiliki keberadaan yang independent. c. Single-valuable attribute, yaitu atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap kejadian dari tipe entity. d. Multi-value attribute, yaitu atribut yang mempunyai beberapa niai untuk setiap kejadian dari tipe entity.

   

40   

e. Derrived attribute, yaitu atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan arti satu atau beberapa atribut lainnya yang berhubungan, dan tidak harus berasal dari tipe entity yang sama.

2.1.8

DFD (Data Flow Diagram) M enurut M cLeod (2001, p316) DFD adalah suatu gambaran grafis dari suatu sistem yang menggunakan bentuk-bentuk symbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir dari suatu proses yang saling berkaitan. DFD hanya terdiri dari 4 simbol, yaitu : Tabel 2.2 Simbol – Simbol DFD ( Data Flow Diagram ) Simbol

Nama

Penjelasan

Sumber dan tujuan data

Karyawan dan orang mengirim data ke dan menerima data dari sistem digambarkan dengan kotak

Arus data

Arus data yang masuk dan keluar dalam sebuah sistem

Proses transformasi

Proses yang mengubah input menjadi output

   

41   

Penyimpanan data

Penyimpanan data digambarkan dengan dua garis horizontal ( parallel )

2.1.8.1 Diagram Konteks M erupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke atau output dari sistem, memberikan gambaran tentang keseluruhan sistem. Dalam diagram konteks, hanya ada satu proses dan tidak boleh ada data store.

2.1.8.2 Diagram Nol Diagram nol mengidentifikasikan proses-proses utama dari sistem oleh dari pemecahan diagram konteks.

2.1.8.3 Kamus Data M enurut M cLeod (2001, p308) kamus data (data dictionary) adalah suatu penjelasan tertulis mengenai data yang berada di dalam database. Kamus data tidak perlu dihubungkan dengan arus data. Isi kamus data adalah sebagai berikut a. Elemen data b. Aliran data c. Data store    

42   

d. Entity e. Relationship ditambah dengan deskripsi proses Berikut notasi-notasi yang digunakan dalam kamus data (Indrajani, 2011, p15) : Tabel 2.3 Notasi Kamus Data Notasi

Keterangan

=

Terdiri dari, terbentuk dari, sama dengan

+

Dan

()

Optional

{}

Iterasi / Pengulangan misal : 1 {….} 10

[]

Pilih salah satu dari beberapa alternative (pilihan) M isal : [ A | B | C | D]

2.1.9

**

Komentar

@

Identifier suatu data store

|

Pemisah dalam bentuk [ ]

S TD (State Transition Diagram) State Transition Diagram (STD) adalah suatu modeling tool yang menggambarkan sifat ketergantungan terhadap waktu pada sistem. M enurut

Pressmen

(2001,p301)

STD

digunakan

untuk

mengidentifikasikan sebagaimana sistem harus berperilaku seperti resiko dari kejadian eksternal. Untuk mencapai hal ini STD menampilkan    

43   

berbagai jenis model perilaku dan hasil dan tingkah laku yang mana transisi dibuat dari state satu ke state yang lain. Penyajian STD merupakan landasan dasar untuk menentukan perilaku. Biasanya dalam STD digunakan notasi seperti : 1.

Active a. State, simbolnya persegi panjang State adalah kumpulan keadaan atau atribut yang memberi perincian seseorang atau benda pada waktu dan kondisi tertentu. Contohnya seperti proses user mengisi password, menentukan instruksi berikutnya. Simbol state :

Transistion State / perubahan state, simbolnya tanda panah berarah b. Condition Kejadian pada lingkungan eksternal yang bisa terdeteksi oleh sistem. Hal ini akan mengakibatkan perubahan terhadap state dari keadaan state menunggu X ke state menunggu Y. Contohnya seperti : interrupt signal maupun data. 2.

Passive

   

44   

Sistem ini tidak melakukan kontrol terhadap lingkungan, akan tetapi lebih bersifat menerima data atau memberikan reaksi saja (sistem yang menerima atau mengumpulkan data melalui signal yang dikirimkan oleh satelit). Berikut adalah gambar STD sederhana

STATE X  

Condition Action STATE Y 

Gambar 2.5 S TD S ederhana

2.2

Teori-Teori Khusus 2.2.1

Pergudangan 2.2.1.1 Definisi Pergudangan Warehouse atau pergudangan berfungsi menyimpan barang untuk produksi atau hasil produksi dalam jumlah dan rentang waktu tertentu yang kemudian didistribusikan ke lokasi yang dituju berdasarkan permintaan. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan warehouse adalah akurasi pergerakan barang dan menghitung rentang waktu barang disimpan. Dibutuhkan kontrol aktivitas pergerakan

barang dan

dokumen

untuk  

 

45   

meningkatkan efisiensi penggunaan warehouse agar jumlah dan rentang waktu barang disimpan dalam nilai minimum atau sesuai perencanaan.

Warehouse Management System yang didukung teknologi informasi untuk membantu pengawasan pergerakan barang masuk, pergerakan dalam warehouse dan Pengawasan

dengan

menggunakan

barang keluar.

sistem,

memberikan

kemudahan pengelolaan dan nilai tambah warehouse, yaitu:

1. M emudahkan pengelola warehouse memberikan informasi ketersediaan suatu barang kepada bagian perencanaan produksi atau pengiriman agar ketersediaan barang tetap pada tingkat yang aman 2. Penempatan barang yang ditentukan oleh sistem sehingga memudahkan penyimpanan, pengambilan dan perhitungan stok 3. M engurangi lead time dari aktivitas penyimpanan barang dan pengiriman barang. 4. Ketersediaan beragam informasi mengenai level barang dan utilitas warehouse memudahkan

analisa untuk

menyusun strategi penggunaan warehouse yang lebih efisien.

   

46   

2.2.1.2 Sistem Inventori dan Backtracking Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem inventory perusahaan adalah sistem pemasukan, pengeluaran, pemeriksaan stok dan pembuatan laporan. Sedangkan untuk pencarian tempat yang tepat untuk barang yang akan diinventori adalah dengan menggunakan

algoritma

backtracking,

yaitu

penelusuran

kemungkinan satu persatu sampai didapat solusi yang paling baik. Berikut adalah penjelasan sistem inventory yang berlaku dalam gudang secara umum serta penjelasan algoritma backtracking secara terperinci. Untuk sistem inventory, yang akan ditekankan pada proses pemasukan barang, pengeluaran barang serta pemeriksaan stok barang. Berikut akan dijabarkan lebih detail lagi mengenai ketiga proses tersebut. 1. Pemasukan barang Pemasukan barang merupakan proses penambahan inventori barang. Proses pemasukan barang dalam perusahaan terjadi setelah adanya pembelian dari supplier. Jika terjadi retur penjualan, barang tidak akan disimpan sebagai inventori barang baru tetapi akan disimpan sebagai barang rusak. 2. Pengeluaran barang

   

47   

Pada proses pengeluaran barang, kegiatan utamanya yaitu pengiriman barang kepada pelanggan sesuai dengan pesanan ataupun pengiriman barang ke distributor pelanggan. Pengeluaran barang sesuai dengan nota penjualan yang sudah dibuat dan dibuat juga surat jalan untuk barang yang sudah dikeluarkan. 3. Pemeriksaan stok Pemeriksaan stok dilakukan secara periodik, misal per triwulan namun bisa juga dilakukan tidak secara periodik. Pemeriksaan stok tidak selalu dilakukan secara keseluruhan, tetapi lebih sering dilakukan untuk beberapa barang yang dianggap memiliki penjualan yang baik. Backtracking merupakan bentuk algoritma yang banyak dan sering digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat kombinasi. Cara kerja dari backtracking adalah mencoba satu demi satu kemungkinan cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Secara umum algoritma

backtracking dapat dilihat pada Gambar.

   

48    1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Inisialisasi prioritas pemanfaatan solusi Sukses