BAB I

14 downloads 329 Views 915KB Size Report
(sukses) memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya dan menunjukkan ... Perkembangan konsep diri waria dewasa madya yaitu: masa kanak-kanak.
1

KONSEP DIRI WARIA DEWASA MADYA YANG SUKSES MENCAPAI TUGAS PERKEMBANGAN (STUDI KASUS)

Disusun Oleh Nama NPM Jurusan Pembimbing

: : : : :

Retno Rahayuningsih 10599253 Psikologi Dra. M.M. Nilam Widyarini, M. Si

ABSTRAKSI Sebagai individu maupun anggota masyarakat, waria tidak terlepas dari masalah-masalah hidupnya. Melihat kelainan yang dialaminya dan hambatanhambatan yang dihadapinya, menyebabkan waria tidak mudah memenuhi tugas perkembangannya. Namun dalam kenyataan ada waria yang nampak berhasil (sukses) memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya dan menunjukkan fenomena yaang sangat menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud mempelajari bagaimana gambaraan pencapaian tugas perkembangan waria yang nampak berhasil memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya dan bagaimana konsep diri yang dimiliki Adapun Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana gambaran kesuksesan subjek dalam mencapai tugas perkembangan dewasa madya, bagaimana konsep diri subjek berdasarkan ciri-ciri konsep diri positif dan negatif, dan bagaimana perkembangan konsep diri subjek berdasarkan faktorfaktor yang melatarbelakanginya. Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang waria dewasa madya yang berusia 41 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang waria dewasa madya dapat mencapai keenam tugas perkembangan yang dikemikakan oleh Havighurst (Monks dkk,1999) yaitu dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis, menyatu dengan pasangan hidup sebagai individu, membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir atau pekerjaan, mengembangkan kegiatan sebagai waktu luang, mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara secara penuh. Sedangkan konsep diri subjek yang sukses mencapai tugas perkembangan cenderung positif. Perkembangan konsep diri waria dewasa madya yaitu: masa kanak-kanak konsep dirinya cenderung negatif, masa remaja pada awalnya cenderung

2

memiliki konsep diri negatif tetapi pada masa ini mengalami perkembangan konsep diri menjadi lebih positif, pada masa dewasa konsep diri cenderung positif dimana konsep diri tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain peran orang tua, peranan faktor sosial dan proses belajar yaitu pengalaman yang dialaminya dan faktor sosial ekonomi Selain faktor-faktor tersebut sesuai dengan teori, subjek mengalami pencapaian tugas-tugas perkembangan. Hal tersebut telah mendukung perasan positif terhadap dirinya, sehingga subjek mengembangkan konsep diri menjadi lebih positif. Kata kunci : konsep diri, waria, tugas perkembangan dewasa madya berharap, bisa diterima dan tidak

PENDAHULUAN Situasi masyarakat saat ini sangat memungkinkan waria (wanita

didiskriminasi (Oetomo 2000). Menurut

Atmojo

(1986)

pria) untuk makin terbuka dan

waria adalah gangguan yang ditandai

menonjolkan

di

dengan adanya perasaan tidak senang

Walaupun

dengan alat kelaminnya. Perasaan

masih

tidak suka pada alat kelamin ini

memandang waria sebagai fenomena

bukan karena alat kelaminnya terlalu

ganjil, sehingga mereka cenderung

kecil atau tidak aktif, sehingga sang

sulit untuk diterima secara wajar

empunya tidak mendapat kepuasan,

dalam kehidupan bermasyarakat. Hal

tetapi karena ia merasa bahwa alat

ini membuat kehidupan waria sangat

kelamin itu tidak pada tempatnya dan

terbatas. Biasanya mereka hidup

perasaan itu terus mengganggunya.

dalam kehidupan hiburan seperti

Ia ingin menghilangkan ciri kelaki-

ngamen, waria yang bekerja pada

lakiannya

bidang kecantikan dan kosmetik,

perempuan, atau ciri kewanitaannya

misalnya salon dan perawatan tubuh.

kalau ia merasa laki-laki.

identitasnya

kalangan masyarakat. demikian

Tujuan

masyarakat

waria

hanya

ingin

kalau

ia

merasa

Adapun faktor-faktor yang

menunjukkan jati dirinya. Mereka

menyebabkan

berontak

waria ada dua faktor, yaitu: faktor

terhadap

gender

yang

seseorang

menjadi

diberikan masyarakat, yaitu laki-laki

bawaan

dan perempuan saja sehingga mereka

Pertama faktor bawaan. Menurut Atmojo

dan

faktor

(1986)

lingkungan.

mengatakan

3

terjadinya waria karena tendensinya

berpakaian

sudah

Maksudnya

wanita, timbulnya rasa rendah diri

kecenderungan tersebut sudah ada

dan sikap antipati dari masyarakat,

sejak

dilahirkan.

menyalurkan dorongan atau libido

Faktor bawaan ini termasuk faktor

seksualnya melalui cara-cara yang

genetis dan predisposisi hormonal.

mengarah

Dan yang kedua faktor lingkungan.

penyimpangan

Stolen

ada.

orang

tersebut

(dalam

berpendapat menyebabkan

dan

bersolek

pada

seperti

prostitusi seksual.

dan

Kedua,

Atmojo

1986)

masalah yang berasal dari keluarga

lingkungan

dapat

dan masyarakat, antara lain sikap

menjadi

mengejek, jijik, dan dikucilkan, tidak

seseorang

waria maksudnya adalah laki-laki

memberikan

kewanita-wanitaan

kegiatan

bisa

terjadi

penuh

sosial

untuk

misalnya,

ikut dalam

karena si ibu lebih dominan dalam

bergaul, olah raga, rekreasi dan

diri si anak, ketimbang si ayah yang

kegiatan

pasif. Atmojo (1986) menambahkan

diskriminasi

keluarga

dan

atau

lingkungan

ikut

seni

budaya.

dalam

Adanya

menggunakan

memanfaatkan

berbagai

menyumbang terbentuknya kelainan

pelayanan

seksual, khususnya yang bersifat

misalnya: WC umum dan berbagai

psikologis.

status hukum (KTP, Pasport, Kartu

Sebagai

manusia

maupun

memberikan

terlepas

dari

memperoleh

hidupnya.

Permasalahan

tersebut

dan

sosial,

Keluarga dan sebagainya), tidak

anggota masyarakat, waria tidak masalah-masalah

umum

pekerjaan

kemudahan pendidikan pada

waria

untuk dan yang

pada umumnya timbul berkaitan

melakukan

prostitusi,

dan

dengan kondisi dirinya yang dapat

memperoleh

perlakuan

yang

dibagi

golongan.

cenderung kurang manusiawi yaitu

Pertama, masalah yang berasal dari

penanganan yang berbeda dengan

pribadi (yang berasal dari waria

prostitusi oleh wanita (Depsos RI,

sendiri), antara lain: keinginan untuk

1993).

menjadi

memanifestasikan sikap

dua

perasaan dan

kewanitaannya

dengan

Konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan

4

melainkan dengan proses belajar

melaksanakan tugas perkembangan

sepanjang hidup manusia. Konsep

dengan baik, karena orang tersebut

diri berasal dan berkembang sejalan

akan mendapat kecaman dan celaan

pertumbuhannya, Havighurst (Monks

masyarakat sekeliling. Orang merasa

dkk, 1999) mengemukakan bahwa

sedih dan tidak bahagia sebaliknya

perjalanan hidup seseorang ditandai

keberhasilan dalam melaksanakan

oleh adanya tugas-tugas yang harus

tugas

dapat dipenuhi. Tugas ini dalam

perasaan

batas tertentu bersifat khas untuk

perasaan bahagia (Monks, 1999).

setiap

Lebih

masa

hidup

Havighurst

seseorang.

(Monks dkk, 1999)

menyebutnya

sebagai

tugas

perkembangan berhasil

memberikan

dan

lanjut

akhirnya

Burn

(1993)

mengemukakan bahwa suatu konsep diri yang positif dapat disamakan

perkembangan (Developmental Task)

dengan

yaitu tugas yang harus dilakukan

penghargaan

oleh seseorang dalam masa hidup

penerimaan

tertentu

sebaliknya konsep diri yang negatif

sesuai

dengan

norma

evaluasi

masyarakat dan norma kebudayaan.

menjadi

Santrock

(2004)

mengevaluasi

periode

perkembangan

menguraikan

diri diri

yang

positif,

yang

positif,

yang

positif,

sinonim diri

dengan

yang

negatif,

dewasa

membenci diri, merasa rendah diri,

madya dari usia 40 sampai 60 tahun

tiadanya perasaan menghargai dan

tahap

penerimaan diri.

ini

adalah

mengembangkan

masanya

diri

dan

keterlibatan sosial dan tanggung jawab,

membantu

mendatang

untuk

generasi

menjadi

lebih

Melihat

kelainan

yang

dialaminya dan hambatan-hambatan yang

dihadapinya,

menyebabkan

kompeten, matang secara individu,

waria tidak mudah memenuhi tugas

dan memperoleh serta mengelola

perkembangannya.

kepuasan dalam karier.

dijelaskan di muka, bahwa banyak

Konsep

diri

Seperti

telah

(self-concept)

masalah yang dihadapi namun dalam

dan harga diri (self-esteem) akan

kenyataan ada waria yang nampak

turun bila seseorang tidak dapat

berhasil (sukses) memenuhi tugas-

5

tugas perkembangan dewasa madya

secara legal melalui pengobatan

dan menunjukkan fenomena yang

hormonal atau pembedahan (Stuart

sangat menarik untuk diteliti. Oleh

dan Sundeen, 1998). Kartono (1989)

sebab itu penelitian ini bermaksud

mengatakan

mempelajari bagaimana gambaraan

gejala pada seseorang yang merasa

pencapaian

dirinya memiliki seksualitas yang

waria

tugas

yang

perkembangan

nampak

memenuhi

transeksual

adalah

berhasil

berlawanan dengan struktur fisiknya.

tugas-tugas

Dan biasamya ia meminta perubahan

perkembangan dewasa madya dan

genitalianya

bagaimana konsep diri yang dimiliki

dioperasi,

agar

menjadi

jenis

(alat

kelaminnya)

dirinya kelamin

dirubah yang

TINJAUAN PUSTAKA

berlawanan. Menurut Atmojo (1986)

Definisi Waria

waria adalah gangguan yang ditandai

Poerwadarminta

(1989)

dengan adanya perasaan tidak senang

mengartikan waria adalah laki-laki

dengan alat kelaminnya. Perasaan

yang bertingkah laku dan berpakaian

tidak suka pada alat kelamin ini

sebagai perempuan atau sebaliknya.

bukan karena alat kelaminnya terlalu

Atmojo (1986) berpendapat bahwa

kecil atau tidak aktif, sehingga sang

waria (wanita pria) adalah laki-laki

empunya tidak mendapat kepuasan,

yang berdandan dan berperilaku

tetapi karena ia merasa bahwa alat

sebagai

waria

kelamin itu tidak pada tempatnya dan

diberikan bagi penderita transeksual

Perasaan itu terus mengganggunya.

yaitu seseorang yang memiliki fisik

Ia ingin menghilangkan ciri kelaki-

berbeda dengan jiwanya.

lakiannya

wanita.

Istilah

Transeksual adalah individu yang secara genetik dan anatomis adalah

pria

atau

ia

merasa

perempuan, atau ciri kewanitaannya kalau ia merasa laki-laki.

tetapi

Berdasarkan pendapat tokoh-

dengan

tokoh di atas, nampak bahwa ada

pikiran dan perasaan dari jenis

kelompok yang mengartikan bahwa

kelamin

dan

waria adalah individu yang memiliki

berusaha mengubah jenis kelaminnya

fisik berbeda dengan jiwa atau

mengekspresikan

yang

wanita,

kalau

dirinya

berlawanan

6

perilakunya (Poerwadarminta 1989;

multifaktoral,

Atmojo 1986; Kartono 1985; Stuart

gejala di dalam dan di luar pribadi

dan Sundeen 1998) dan ada pendapat

(kelompok gejala yang intrinsik dan

yang

ekstrinsik) yang saling mengait.

mengatakan

adalah

pria

bahwa

yang

waria

berjiwa

atau

mencakup

gejala-

1) Faktor Intrinsik.

berperilaku sebagai wanita (Budiman 1976; Latuihamallo 1998; Oetomo

2) Faktor Ekstrinsik.

1990). Menurut penulis pendapat yang kedua berpandangan bahwa waria secara fisik adalah pria, ini

Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi pada Waria Sebagai

terlalu sempit. Mungkin dilandasi kenyataan bahwa sebagian memang secara fisik adalah pria namun berjiwa

atau

berperilaku

seperti

wanita. Jadi dalam penelitian ini penulis mendefinisikan waria adalah seperti yang dimaksud oleh pendapat pertama

definisi

yang

paling

komprehensif adalah individu yang secara genetik dan anatomis adalah pria

atau

mengekspresikan

wanita, dirinya

manusia

anggota masyarakat, waria tidak terlepas

dari

masalah-masalah

hidupnya.

Permasalahan

tersebut

pada umumnya timbul berkaitan dengan kondisi dirinya yang dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: masalah pribadi, masalah keluarga dan masalah sosial (Depsos RI, 1993)

tetapi dengan

pikiran dan perasaan dari jenis

Konsep Diri

kelamin

Definisi Konsep Diri

yang

maupun

berlawanan

dan

berusaha mengubah jenis kelaminnya

Konsep diri menurut Hurlock

secara legal melalui pengobatan

(1978)

hormonal dan pembedahan.

dimiliki seseorang tentang dirinya.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan

Sedangkan

Pudjijogyanti

Seseorang Menjadi Waria

mengatakan

bahwa

Menurut

Kartono

(1989)

sebab-sebab menjadi waria adalah

bukan

adalah

gambaran

merupakan

yang

(1991)

konsep faktor

diri yang

dibawa sejak lahir, melainkan faktor

7

yang dipelajari

dan dibentuk dari

pengalaman

individu

dalam

pengalamannya berhubungan dengan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

individu lain.

Mead

Konsep

diri

seseorang

dan

(dalam

Ritandiyono

Retnaningsih,

1996)

merupakan gambaran dirinya sendiri

menyebutkan bahwa konsep diri

dari

merupakan

sudut

pandangnya

sendiri,

produk

sosial,

yang

artinya setiap saat individu selalu

dibentuk melalui proses internalasasi

melakukan

dan

persepsi-persepsi

organasasi

pengalaman-

terhadap kejadian-kejadian yang ada

pengalaman psikologis. Pengalaman-

di lingkungannya. Dan kemudian

pengalaman

menjadi penentu penting dari respon

merupakan

terhadap lingkungannya dengan kata

terhadap

lain

refleksi dari dirinya yang diterima

konsep

bagaimana

diri

menentukan

memandang

dan

dari

psikologis eksplorasi

lingkungan

orang-orang

ini individu

fisik

dan

penting

di

merasakan dirinya sendiri, seperti

sekitarnya. Oleh karena itu banyak

yang

faktor yang mempengaruhi konsep

(Burns,

dikemukakan

oleh

Rogers

1993).

Pendapat

lain

diungkapkan Brook (dalam Berdasar pengertian yang telah diuraikan di atas

dapat

konsep

diri

disimpulkan adalah

gambaran

interaksinya dengan orang lain serta mencakup pandangan individu akan motivasi, kelemahan, kepandaian dan juga

b. Peranan Faktor Sosial c. Belajar Komponen Konsep Diri Hurlock,

maupun

psikologis yang diperoleh melalui

kegagalannya

a. Peran Orang Tua

bahwa

seseorang tentang diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial

diri seseorang, diantaranya yaitu :

harapan-

harapannya di masa akan datang.

1974

(dalam

Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996) mengatakan memiliki

bahwa

tiga

konsep

komponen

yaitu: a. Komponen perceptual b. Komponen konseptual c. Komponen Sikap

diri utama

8

seluruhnya

Jenis-Jenis Konsep Diri James (dalam Bracken, 1996) adalah

orang

pertama

yang

disetujui

oleh

masyarakat. 5) Mampu

memperbaiki

diri,

mengungkapkan bahwa dalam diri

karma

seseorang terdapat banyak diri (self)

mengungkapkan aspek-aspek

yaitu social self, ideal self, dan real

kepribadian

self.

disenanginya dan berusaha

Untuk

memperjelas

ketiga

konsep diri tersebut akan diuraikan tersebut.

ia

sanggup

yang

tidak

untuk mengubahnya. b. Konsep Diri Negatif

a. Konsep Diri Sosial (social self)

1) Peka terhadap kritik serta tidak tahan akan kritik yang

b. Konsep Diri Real (real self)

diterimanya. c. Konsep Diri Ideal (ideal self)

2) Reponsif

terhadap

meskipun Ciri-Ciri Konsep Diri

Rakhmat, 1996) membagi konsep ciri, yaitu konsep diri

positif dan konsep diri negatif

akan

untuk

kemampuan

mengatasi

suatu

hiperkritis

terhadap orang lain. Tidak mengungkapkan

pada kelebihan orang lain. 4) Merasa tidak disenangi oleh orang lain, sehingga sulit

2) Merasa setara dengan orang lain

menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain.

3) Menerima

pujian

tanpa

dengan rasa malu 4) Menyadari

setiap berbagai

keinginan yang

5) Pesimis terhadap kompetisi serta enggan dalam bersaing

bahwa

memiliki

perasaan, perilaku

3) Cenderung

penghargaan atau pengakuan

masalah

orang

ia

menghindarinya

sanggup

a. Konsep Diri Positif 1) Yakin

mungkin

berpura-pura

Brook dan Emmert (dalam

diri dalam

pujian,

dan tidak

membuat kompetisi dengan orang lain.

9

Kesuksesan dalam Mencapai

Tugas

Tugas Perkembangan Dewasa

Dewasa Madya

Perkembangan

Masa

Menurut Havighurst (Monks

Madya dkk,

Masa Dewasa Madya Menurut

Levinson

(dalam

1999)

tugas-tugas

perkembangan masa dewasa madya

Monks 1999), masa dewasa madya

adalah :

adalah pada usia 40 sampai 60 tahun.

1)

Menerima dan menyesuaikan

Dalam masa ini individu menghadapi

diri terhadap perubahan fisik

tiga kehidupan, yaitu : pertama,

dan fisiologis.

penilaian kembali masa lalu. Kedua,

2)

merubah struktur kehidupan. Ketiga, proses individuasi.

Menyatu

dengan

pasangan

hidup sebagai individu. 3)

Membantu anak-anak remaja

Sedangkan menurut Papalia

belajar menjadi orang dewasa

dan Olds (1998), masa dewasa

yang bertanggung jawab dan

madya

berbahagia.

adalah

individu

yang

menginjak usia 40 sampai 60 tahun. Usia

dewasa

madya

4)

biasanya

prestasi

dideskripsikan sebagai usia di mana individu berasa di tengah-tengah

lanjut usia (Papalia & Olds 1998). Berdasarkan

pengertian

yang

memuaskan

dalam karier atau pekerjaan. 5)

antara anak-anak yang memasuki dewasa muda, dan orang tua yang

Mencapai dan mempertahankan

Mengembangkan

kegiatan

sebagai waktu luang. 6)

Mencapai

tanggung

jawab

sosial dan warga Negara secara di

penuh.

atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa madya adalah individu yang

Definisi

berusia 40 sampai 60 tahun yang

Mencapai Tugas Perkembangan

dalam masa tersebut menghadapi

Dewasa Madya

tiga kehidupan, yaitu: penilaian pada masa

lalu,

merubah

struktur

kehidupan, proses individuasi.

Kesuksesan

Kesuksesan

dalam

memiliki

kata

dasar sukses, Purwadarminta (1991) Dalam

kamus

bahasa

Indonesia

menjelaskan bahwa sukses berarti

10

berhasil.

Berdasarkan

definisi

dewasa. Namun demikian bila hal ini

dimaksud

dapat dicapai, tentu saja menjadi hal

dengan kesuksesan dalam mencapai

yang sangat menarik, terutama disisi

tugas perkembangan dewasa madya

konsep

dalam

berarti

diuraikan Monks (1999) Konsep diri

ke enam

(self-concept) dan harga diri (self-

tugas perkembangan yaitu: menerima

esteem) akan turun bila seseorang

dan

tidak

tersebut,

maka

yang

penelitian

ini

keberhasilan mencapai

menyesuaikan

perubahan

fisik

diri dan

terhadap fisiologis,

dirinya.

dapat

Seperti

melaksanakan

yang

tugas

perkembangan dengan baik, karena

menyatu dengan pasangan hidup

orang

sebagai individu, membantu anak-

kecaman dan celaan masyarakat

anak remaja belajar menjadi orang

sekeliling. Orang merasa sedih dan

dewasa yang bertanggung jawab dan

tidak

berbahagia,

keberhasilan dalam melaksanakan

mencapai

mempertahankan memuaskan

dan

prestasi

dalam

karier

tersebut

mendapat

bahagia

yang

tugas

atau

perasaan

pekerjaan, mengembangkan kegiatan

akan

sebaliknya

perkembangan berhasil

memberikan

dan

akhirnya

waria

dewasa

perasaan bahagia.

sebagai waktu luang, dan mencapai

Seorang

tanggung jawab sosial dan warga

madya

negara secara penuh

negatif akan menghadapi

Konsep Diri Waria Dewasa Madya

kesulitan, baik psikologis ataupun

yang Sukses dalam Mencapai

sosial. Hurlock (1993) menguraikan

Tugas Perkembangan Dewasa

bahwa individu dengan konsep diri

Madya

negatif

Waria merupakan orang yang mengalami

akan

berbagai

mengembangkan

perasaan tidak mampu, rendah diri,

yang

merasa ragu dan kurang percaya diri

perkembangan

sehingga menumbuhkan penyesuaian

normal. Dengan keadaan demikian

pribadi dan sosial yang buruk.

tentu mengalami hambatan yang

Namun sebaliknya seorang waria

besar

berbeda

perkembangan

yang memiliki konsep diri

dengan

untuk

perkembangan

memenuhi

tugas

dewasa madya yang memiliki konsep

sebagai

orang

diri positif akan mengembangkan

11

sifat-sifat seperti kepercayaan diri,

dilakukan

harga diri dan kemampuan untuk

sedikit. Berdasarkan pendapat di atas,

melihat

realitis

maka dalam penelitian ini subjek

menumbuhkan

adalah seorang waria dewasa madya

dirinya

sehingga

secara

dapat

dengan

jumlah

penyesuaian sosial yang baik.

berusia 41 tahun

METODOLOGI PENELITIAN

Tahap-Tahap Penelitian

Pendekatan Penelitian

Adapun tahap persiapan dan

Penelitian ini bertujuan untuk

pelaksanaan yang dilakukan dalam

mengetahui gambaran konsep diri

penelitian

pada

tahapan, yaitu :

waria

dan

perkembangan

kasus

bagaimana

konsep

dirinya.

Pendekatan yang digunakan untuk

ini

meliputi

beberapa

1. Tahap Persiapan Penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus.

Teknik Pengumpulan Data

Studi kasus menurut Stake (dalam

Definisi

Heru Basuki, 2006) adalah suatu

Banister (dalam Poerwandari, 1998)

bentuk penelitian (Inquiry) atau studi

wawancara merupakan percakapan

tentang suatu masalah yang memiliki

tanya jawab yang diarahkan untuk

sifat

(Partycularity),

mencapai tujuan tertentu. Dengan

baik

tujuan

dapat

kekhususan dilakukan

dengan

Wawancara.

untuk

Menurut

memperoleh

pendekatan

kualitatif

maupun

pengetahuan tentang makna-makna

kuantitatif,

dengan

sasaran

subjektif yang dipahami individu

perorangan

(individual)

maupun

berkenaan dengan topik yang diteliti

kelompok, bahkan masyarakat luas.

bermaksud

melakukan

eksplorasi

terhadap isi tersebut. Subjek Penelitian Menurut Poerwandari (1998), fokus

penelitian

kualitatif

pada

proses,

maka

kedalaman

dan

penelitian

kualitatif

cenderung

Observasi. Menurut Kartono (dalam Heru Basuki, 2006) observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-

12

gejala

psikis

dengan

jalan

pengamatan dan pencatatan.

penelitian studi

kualitatif.

kualitatif

Kredibilitas

terletak

pada

keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi

Alat Bantu Pengumpul Data Menurut Poerwandari (1998) penulis

sangat

berperan

dalam

seluruh proses penelitian, mulai dari memilih

topik,

mendekati

mendeskripsi

setting,

atau proses,

kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks.

topik

Hal yang dapat meningkatkan

tersebut, mengumpulkan data, hingga

generabilitas

menganalisis,

adalah

menginterpretasikan

masalah

penelitian

kualitatif

melakukan

triangulasi.

dan menyimpulkan hasil penelitian

Triangulasi mengacu

pada upaya

(instrumen

Dalam

pengambilan sumber-sumber data

penulis

berbeda untuk menjelaskan suatu hal

pokok).

mengumpulkan

data-data

membutuhkan alat bantu (instrumen

tertentu.

tambahan) yaitu :

Dalam

Moleong

(1995),

1. Pedoman wawancara

triangulasi merupakan suatu bentuk

2. Pedoman Observasi

teknik pemeriksaan keabsahan data

3. Alat Perekam

yang memanfaatkan sesuatu yang

4. Alat tulis

lain di luar data itu. Menurut Patton (dalam

Keakuratan dalam Penelitian Kredibilitas

Poerwandari,

triangulasi dapat dibedakan dalam

(validitas)

empat macam yaitu:

merupakan istilah yang pertama yang

a. Triangulasi Data

paling

b. Triangulasi Pengamat

sering

digunakan

dalam

penelitian kualitatif (Jorgensen dkk

c. Triangulasi Teori

dalam

d. Triangulasi Metode

Poerwandari,

1995).

1998)

Kredibilitas menjadi istilah yang paling

banyak

dipilih

untuk

mengganti

konsep

validitas,

dimaksudkan

untuk

merangkum

bahasan

menyangkut

kualitas

Teknik Analisis Data Menurut

Marshall

dan

Rossman (dalam Poerwandari 1998) dalam

menganalisa

penelitian

13

kualitatif terdapat beberapa tahapan

laki yang ia sebut sebagai suaminya.

yang

Rumah subjek tidak terlalu besar

perlu

dilakukan.

Tahapan-

tahapan tersebut adalah :

namun

1. Mengorganisasikan Data

barang-barang yang ada tersusun

2. Pengelompokan

dengan

Kategori,

Tema,

Berdasarkan dan

Pola

Jawaban 3. Menguji

sangat

rapi.

nyaman

Di

karena

rumah

subjek

terdapat satu kamar tidur, ruang tamu, ruang TV, satu kamar mandi,

Asumsi

atau

dan dapur. Disudut ruang tamu

Permasalahan yang Ada terhadap

subjek terdapat perlengkapan salon.

Data

Di ruang tamu tersebut digunakan

4. Mencari Alternatif

Penjelasan

Bagi Data 5. Menulis Hasil Penelitian

subjek untuk menerima pelanggan salonnya. Suasana di rumah tersebut sangat nyaman dan sejuk dengan cat dinding hijau muda yang lembut,

HASIL DAN ANALISIS

susunan bantal-bantal di atas karpet

Hasil Wawancara dan Observasi

yang terhampar

Pelaksanaan Observasi

lemari pajangan yang tertata rapi

Wawancara pertama dilakukan pada

dengan

hari Rabu, 24 Januari 2007, pukul :

ruangan yang ber AC. Terpajang

15.11-14.15 bertempat di rumah

pula di dinding foto subjek dengan

Subjek. Wawancara kedua dilakukan

seorang laki-laki yang ia sebut

pada hari Sabtu, 4 Maret 2007,

sebagai “suami” serta terdapat pot-

pukul: 15.30-16.40 bertempat di

pot tanaman yang ditaruh di teras

salon milik subjek.

depan rumah subjek

di ruang

koleksi

kristalnya,

tamu,

dan

(2) Subjek Hasil Observasi Pertama (1) Setting

Pada saat observasi pertama dilakukakan

subjek

mengenakan

Observasi pertama dilakukan

kaos berwarna oranye dan celana

di rumah subjek yang berlokasi di

jeans sebetis warna hitam. Subjek

daerah Pondok Labu Jakarta Selatan.

memiliki bentuk wajah bulat telur,

Subjek tinggal bersama seorang laki-

dengan tinggi badan sekitar 170cm

14

dengan berat 75kg sehingga subjek

berbagi cerita di saat senang maupun

terlihat tinggi besar. Rambut subjek

saat mereka mempunyai masalah

ikal dan berwarna pirang dengan

bahkan mereka mengatakan bahwa

panjang sebahu yang dibiarkannya

subjek sering membantu mereka

tergerai. Subjek memiliki warna kulit

dalam

putih, dan mempunyai mata yang

sedang dihadapi.

coklat serta alis yang tebal. Subjek

Hasil Observasi Kedua

terlihat ramah dan senang atas

(1) Setting

kedatangan

peneliti.

Secara

mengatasi

masalah

Observasi

yang

yang

kedua

keseluruhan penampilan subjek baik

dilakukan di salon cabang milik

dan rapih. Saat wawancara dan

subjek yang berlokasi di daerah

diobservasi

merespon

Cipete Jakarta Selatan. Salon subjek

cermat,

berukuran 3x10m yang terdiri dari

cepat tanggap dan sungguh-sungguh

dua lantai. Lantai bawah digunakan

dalam menjawab seluruh pertanyaan.

subjek

Subjek menjawab seluruh pertanyaan

sedangkan lantai atas digunakan

dengan suara yang

jelas didengar

untuk

dengan

yang

stabil

pegawainya. Tempat di mana subjek

walaupun sesekali diselingi gurauan

diwawancarai, yaitu di lantai bawah

tetapi tidak ada perubahan ekspresi

yang terdapat tiga ruangan dengan

wajah yang mencolok pada subjek.

cat dinding berwarna putih. Ruangan

Sikap tubuh subjek duduk dengan

depan digunakan untuk menerima

santai dan terkadang tangan subjek

pelanggan dan memotong rambut

memegang

subjek

pertanyaan dengan baik,

intonasi

untuk

usaha

tempat

salonnya,

tinggal

dua

atau

mengelus

sehingga di ruangan tersebut pun

dengkulnya. Setelah

wawancara

terdapat perlengkapan salon seperrti

selesai datang dua orang tetangga

kaca yang besar, gunting, sisir, dan

subjek yang bertujuan hanya ingin

alat-alat solon yang lainnya. Ruang

sekedar berbincang-bincang dengan

tengah

subjek dan mereka mengatakan kalau

perawatan seperti facial, lulur tubuh,

mereka sering berinteraksi dengan

menicure, pedicure, creambath, dan

subjek. Bagi mereka subjek tempat

lain-lain.

digunakan

Di

untuk

ruangan

ruang

tersebut

15

terdapat dua tempat untuk mencuci

untuk meminta solusi untuk masalah

rambut dan satu untuk facial satu

yang sedang dihadapinya, subjek

matras untuk mencuci rambut, TV,

merasa setara dengan orang lain. Hal

dispenser

dan

Sedangkan

satu

ruang

lemari

es.

ini terlihat subjek mampu cepat

belakang

di

bersosialisai pada saat pertama kali

gunakan untuk kamar mandi.

berkenalan dengan observer. Dan

(2) Subjek

observer melihat subjek tidak merasa

Pada

kedua

canggung menjalin komunikasi pada

dilakukan di salon cabang milik

para pelanggannya, subjek tidak

subjek, subjek mengenakan celana

merasa malu saat menerima pujian.

jeans berwarna putih dan kaos warna

Hal ini terlihat saat observer memuji

ungu bermotif bunga dan rambut

ia menunjukkan sikap yang wajar

diikat dengan ikat rambut berwarna

yaitu

senada dengan kaos yang dikenakan

mengucapkan terimakasih, subjek

subjek. Pada observasi yang kedua

mampu memperbaiki dirinya dan

ini

menyambut

mengakui kesalahan yang ia buat.

kedatangan peneliti dengan ramah

Hal ini terlihat saat salah satu orang

dan mempersilahkan peneliti untuk

tetangganya merasa ada hal dalam

masuk

memperkenalkan

dirinya yang harus dirubah ke arah

peneliti dengan pegawai di salonnya.

lebih baik dan subjek menjawab

Saat observasi berlangsung di salon

“iyaa deh, maapin kalo gue salah tar

subjek ada para pelanggan salonnya,

lagi ga gitu dah gue”, subjek

dan tetangga yang hanya sekedar

termasuk individu yang tidak terlalu

main tetapi hanya sebentar lalu pergi.

peka terhadap kritikan. Terlihat dari

pun

observasi

subjek

serta

Bila

dilihat

dari

hasil

dengan

tersenyum

dan

dari sikap subjek saat dikritik oleh

observasi pertama dan kedua subjek

salah satu

terlihat memiliki konsep diri yang

subjek

positif. Yang dapat terlihat dari

wajar dengan mengatakan “kritik dan

subjek mampu mengatasi masalah.

saran ditampung”, subjek tergolong

Saat

individu

observasi

tetangganya

berlangsung

yang

berbagi

ada cerita

pelanggannya. Sikap

tidak

yang

berlebihan,

kurang

terlihat

responsif

terhadap pujian terlihat dari sikap

16

subjek yang wajar dan mengucapkan

Jakarta Selatan, pukul 15.30 WIB

terimakasih

sampai dengan pukul 16.40 WIB

saat

Observer

memberikan pujian saat observasi berlangsung,

subjek

mampu

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis,

memperbaiki dirinya dan mengakui kesalahan yang ia buat. Hal ini terlihat

saat

salah

satu

orang

tetangganya merasa ada hal dalam dirinya yang harus dirubah ke arah lebih baik, namun subjek cenderung

selanjutnya

ada

dua

orang

berkunjung

dan

tetangganya

mereka

perbincangan

terlibat

yang

isinya

mengomentari kondisi orang lain walaupun demikian Dengan kondisi subjek seorang waria tetapi subjek dapat

diterima

dengan

baik

di

lingkungan serta dapat berinteraksi secara wajar. Hal ini terlihat dari interaksi subjek dengan tetangganya

tersebut

dapat

dibahas sebagai berikut : 1. Gambaran kesuksesan Subjek dalam

mencapai

tugas

perkembangan dewasa madya Di usia subjek yang ke 41

hiperkritis kepada orang lain. Hal ini terlihat saat observasi berlangsung

hasil

tahun subjek menyadari dan dapat menerima adanya perubahan fisik di dalam dirinya. Subjek dapat menyatu dengan

pasangannya

sebagai

individu. Hubungan subjek dengan pasangannya berjalan baik yang sudah terbina selama 13 tahun hingga saat ini. Subjek berperan serta dalam membantu remaja. agar dapat memiliki keterampilan sebagai bekal untuk bekerja., menyalurkan remaja yang berbakat untuk bekerja di

yang terjalin dengan baik.

salonnya atau salon milik temannya. Subjek

Wawancara -

Rabu, tanggal 24 Januari 2007 di rumah

subjek,

Pondok

Labu

Jakarta Selatan, pukul 15.10 WIB sampai dengan pukul 14.15 WIB -

Sabtu, tanggal 3 Januari 2007 di salon cabang milik subjek, Cipete

telah

mencapai

dan

mempertahankan karier dengan cara tetap menjaga kualitas, ulet, memberi pelayanan

yang

memuaskan,

mengikuti seminar kecantikan, dan berani

membuka

salon

cabang.

Subjek mengisi waktu luangnya

17

dengan mengikuti kegiatan yang ada

mempertahankan

di RT-nya, atau sekadar saling

memuaskan

berbincang-bincang dengan tetangga

pekerjaan, mengembangkan kegiatan

sekitar yang dalam hal ini subjek

sebagai

diposisikan sebagai tempat berbagi

tanggung jawab sosial dan warga

cerita. Subjek merasa perlu menggali

negara secara penuh. Monks (1999)

potensi

menambah

menjelaskan lebih lanjut Konsep diri

pengetahuan seperti misalnya dengan

(self-concept) dan harga diri (self-

membaca buku dan majalah, guna

esteem) akan turun bila seseorang

mengimbangi orang yang berbagi

tidak

cerita dengannya. Dalam Mencapai

perkembangan dengan baik, karena

tanggungjawab sosial dan warga

orang

negara secara penuh yang subjek

kecaman dan celaan masyarakat

lakukan

sekeliling. Orang merasa sedih dan

dirinya

dan

dengan

memenuhi

kewajiban-kewajibannya warga

negara

seperti

sebagai membayar

prestasi

dalam

waktu

dapat

karier

luang,

atau

mencapai

melaksanakan

tersebut

tidak

yang

akan

tugas

mendapat

bahagia

sebaliknya

keberhasilan dalam melaksanakan

pajak, membayar iuran-iuran, dan

tugas

bersikap baik di lingkungan tempat

perasaan

tinggal

perasaan bahagia.

Dari penjelasan di atas subjek

perkembangan berhasil

Seorang

memberikan

dan

akhirnya

waria

dewasa

terlihat dapat melampaui tugas-tugas

madya

perkembangan dewasa madya yang

negatif akan menghadapi

diuraikan oleh Havighurst (Monk

kesulitan, baik psikologis ataupun

dkk,1999)

dan

sosial. Hurlock (1993) menguraikan

terhadap

bahwa individu dengan konsep diri

yaitu

menyesuaikan perubahan

fisik

menerima diri dan

fisiologis,

negatif

yang memiliki konsep diri

akan

berbagai

mengembangkan

menyatu dengan pasangan hidup

perasaan tidak mampu, rendah diri,

sebagai individu, membantu anak-

merasa ragu dan kurang percaya diri

anak remaja belajar menjadi orang

sehingga menumbuhkan penyesuaian

dewasa yang bertanggung jawab dan

pribadi dan sosial yang buruk.

berbahagia,

Namun sebaliknya seorang waria

mencapai

dan

18

dewasa madya yang memiliki konsep

bergaul,

diri positif akan mengembangkan

ramah dan punya banyak teman. Hal

sifat-sifat seperti kepercayaan diri,

ini terlihat dari subjek

harga diri dan kemampuan untuk

dengan cepat bersosialisasi pada saat

melihat

pertama

dirinya

sehingga

secara

dapat

realitis

menumbuhkan

penyesuaian sosial yang baik.

pandai

kali

membawa

diri,

mampu

berkenalan

dengan

observer, dan subjek tidak merasa canggung menjalin komunikasi pada para pelanggannya yang berasal dari

2. Gambaran Konsep diri Subjek

berbagai

kalangan.

Cara

subjek

Subjek memiliki konsep diri

berinteraksi dengan orang lain yaitu

yang positif yaitu subjek merasa

dengan sering berkumpul dengan

mampu mengatasi masalah karena

tetangganya dan ikut serta dalam

subjek orang yang kuat dan tidak

organisasi masyarakat yang ada di

mudah putus asa. Masalah bagi

lingkungannya.

subjek

harus

dijadikan

dihadapi

untuk

mengalami

pengalaman.

Cara

bekerjasama

Subjek

tidak

kesulitan

saat

dengan

orang

lain.

mengatasinya dengan merenung dan

Dapat menerima pujian tanpa dengan

introspeksi diri terlebih dahulu baru

rasa malu karena subjek merasa

setelah itu mengambil langkah apa

percaya

yang

mengucapkan

harus

dilakukan

guna

diri

Dan

subjek

terimakasih

akan untuk

terselesaikannya masalah tersebut.

pujian yang diberikan pada dirinya.

Di

subjekpun

Hal ini terlihat saat observer memuji

untuk

subjek, dan ia menunjukkan sikap

Yang

yang wajar yaitu dengan tersenyum

lingkungannya

dianggap menyelesaikan

mampu masalah.

terlihat dari peran subjek yang

dan

dijadikan tempat berbagi cerita dan

Menyadari

bahwa

tempat bertanya jalan keluar untuk

memiliki

berbagai

suatu masalah. Subjek merasa setara

keinginan, dan perilaku yang tidak

dengan orang lain, tidak merasa

seluruhnya disetujui oleh masyarakat

kesulitan saat berinteraksi dengan

Ketidak setujuan dari orang lain itu

orang lain, subjek orang yang mudah

adalah hak setiap orang, tetapi hal

mengucapkan

terimakasih setiap

orang

perasaan,

19

tersebut tidak berpengaruh pada

terhadap pujian dan ia tidak berpura-

hidup

pura menghindarinya. Saat menerima

subjek

Significant

karena

others

menurut tidak

pujian dari orang lain, subjek merasa

mengganggu dan merugikan orang

senang dan bersikap wajar dalam

lain.

aspek

menanggapinya. Hal tersebut pula

kepribadian di dalam dirinya yang

yang dikatakan Significant others

kurang disenanginya Dan merasa

bahwa subjek memperlihatkan kalau

mampu memperbaikinya yaitu sifat

ia senang saat dipuji namun tetap

egoisnya dan subjek mempunyai

bersikap wajar dan tidak berlebihan.

keinginan

mengubahnya.

Begitu juga saat observer memuji

Dengan cara belajar untuk lebih

subjek, ia terlihat tidak berlebihan

mengerti keadaan orang lain Dan hal

dalam menanggapinya yaitu dengan

ini

mengucapkan “terimakasih”. Subjek

Menyadari

untuk

pernah

subjek

adanya

diutarakan

pada

Significant others.

tidak hiperkritis terhadap orang lain,

Subjek pun tidak terlalu peka

tetapi justru cenderung asertif. Saat

terhadap kritik. Subjek menanggapi

mengkritik cenderung berkata apa

kritikan yang ditujukan padanya

adanya. Subjek sering mengomentari

sebagai hal yang wajar. Jika kritikan

kelebihan dan kekurangan orang lain

tersebut bersifat membangun ia akan

Numun demikian subjek tetap dapat

menerapkan dalam kehidupannya,

mengakui kelebihan orang lain.

tetapi jika kritikan tersebut hanya untuk

merugikan

memilih

untuk

dirinya

Hal

tersebut

terlihat

saat

subjek

subjek berkumpul dengan dua orang

mengabaikannya.

tetangganya dan mereka terlibat

Manfaat kritik bagi subjek menjadi

perbincangan

lebih baik dan sebagai pengingat

mengomentari kondisi orang lain

disaat dia lupa. Hal ini terlihat dari

sekaligus mengakui akan kelebihan

sikap subjek saat dikritik oleh salah

orang tersebut.

satu pelanggan di salonnya, sikap

disenangi

subjek

terlihat

lingkungannya dan dihargai sebagai

wajar dengan mengatakan “kritik dan

manusia walaupun ia seorang waria.

saran ditampung”. Subjek responsif

Hal ini terlihat subjek begitu santai

tidak

berlebihan,

yang

dan

isinya

subjek Merasa diterima

di

20

dan

menikmati

saat

berinteraksi

dan berusaha untuk mengubahnya.

dengan tetangganya. Begitu juga

Calhoun

sebaliknya, bahkan merekapun sudah

mengatakan individu yang memiliki

tidak perduli kalo subjek seorang

konsep diri yang positif adalah

waria. Subjek orang yang optimis

individu yang tahu betul tentang

terhadap kompetisi. Subjek tidak

dirinya,

gampang putus asa, pekerja keras,

menerima

dan tidak takut dengan kegagalan

sangat

karena

kegagalan

dirinya sendiri, evaluasi terhadap

adalah keberhasilan yang tertunda.

dirinya sendiri menjadi positif dan

Hal tersebut juga dikatakan oleh

dapat menerima keberadaan orang

Significant others bahwa subjek

lain. Individu yang memiliki konsep

orang yang pantang menyerah dalam

diri positif akan merancang tujuan-

mewujudkan cita-citanya.

tujuan yang sesuai dengan realitas,

menurutnya,

Dari penjelasan di atas dapat

yaitu

dan

Acocella

dapat

memahami

sejumlah

fakta

bernacam-macam

tujuan

(1990)

yang

dan yang

tentang

memilki

terlihat subjek memiliki konsep diri

keemungkinan besar untuk dapat

positif yang sesuai dengan ciri-ciri

dicapai, mampu menganggap bahwa

konsep diri positif yang diuraikan

hidup adalah suatu proses penemuan.

oleh Brook dan Emmert (dalam

Sedangkan pada ciri-ciri konsep diri

Rakhmat, 1996) yaitu: yakin akan

negatif yang diuraikan oleh Brook

kemampuannya

dan Emmert (dalam Rakhmat, 1996)

untuk

mengatasi

suatu masalah, merasa setara dengan

subjek

orang lain, menerima pujian tanpa

tersebut. seperti peka terhadap kritik

dengan rasa malu, menyadari bahwa

serta tidak tahan akan kritik yang

setiap

diterimanya,

orang

memiliki

berbagai

tidak

memiliki

responsif

ciri-ciri

terhadap

perasaan keinginan serta perilaku

pujian, meskipun mungkin berpura-

yang tidak seluruhnya disetujui oleh

pura

masyarakat,

hiperkritis

dan

mampu

menghindarinya, terhadap

orang

tidak lain,

memperbaiki diri karena ia sanggup

cenderung merasa tidak disenangi

mengungkapkan

oleh orang lain dan merasa tidak

aspek-aspek

kepribadian yang tidak disenanginya

diperhatikan

sehingga

sulit

21

menciptakan keakraban

kehangatan dengan

dan

orang

lain,

faktor yang Melatar belakanginya

pesimis terhadap kompetisi serta

Perkembangan

konsep

diri

enggan dalam bersaing membuat

subjek

prestasi dengan orang lain, tidak

cenderung

hiperkritis

lain

disebabkan karena faktor-faktor yang

mengungkapkan

mempengaruhi di antaranya peran

terhadap

(sanggup

orang

saat

masih

kanak-kanak

negatif.

Hal

ini

penghargaan atau pengakuan pada

orang

kelebihan

pemenuham kebutuhan fisik subjek

orang

lain).

Subjek

tua

yaitu

ayah.

Dalam

bahkan cenderung asertif, perilaku

merasa

yang dibutuhkan dalam membangun

kebutuhan psikologis subjek merasa

konsep diri positif. Hal tersebut

kurang

tercukupi.

sesuai dengan yang di kemukakan

ayahnya

tidak

bisa

menerima

oleh Lazarus (Higgins 1982), istilah

keadaan

dirinya

dan

menentang

asertif bisa di artikan ”tegas”, jika

keras

orang terbiasa tidak asertif berakibat

dirinya,

terhadap

menginginkan ia menjadi laki-laki

konsep

dirinya.

Secara

cukup, tetapi Pemenuhan

kelainan

Menurutnya

yang

karena

ayahnya

pelan tetapi pasti, hambatan dalam

seutuhnya

dan

mengekspresikan

tertekan.

Ayahnya

pikiran

dan

ada

subjek juga

pada tetap

merasa kurang

perasaan ini akan mengikis konsep

menghargai subjek sehingga subjek

diri orang yang bersangkutan. Di sisi

jarang dimintai pendapat. Meskipun

lain jika seseorang memiliki perilaku

begitu ayah subjek tetap mencintai

asertif maka harga dirinya meningkat

dan mendukung subjek sebagai anak

dan konsep diri didukung. Dengan

yaitu

demikian dapat dinyatakan bahwa

haknya sebagai anak tetapi tidak

dengan

berikut

kemampuan

asertifnya

dengan

tetap

dengan

memberikan

kelainannya.

subjek memiliki konsep diri yang

Sedangkan peran ibu, lebih bisa

positif.

menerima dan mencintai subjek apa

3. Perkembangan Konsep Diri

adanya dan dapat menjadi pelindung

subjek Berdasarkan Faktor-

yang baik bagi subjek

22

Dengan

kondisi

keluarga

subjek merasa rendah diri. Status

seperti yang telah dijelaskan di atas

sosial ekonomi subjek tergolong

maka hal tersebut sesuai dengan

cukup .

yang dikemukakan oleh Coopersmit

Kondisi tersebut sesuai dengan

(Pudjijogyanti, 1991) bahwa ketika

yang diuraikan Hurlock (1993) yang

masih kecil, orang penting bagi

mengatakan hampir semua anak

seorang anak adalah orang tua dan

memperoleh nama julukan tatkala

saudara-saudaranya

mereka mulai bergaul dengan teman

yang

tinggal

serumah. Merekalah yang pertama

sebaya.

kali

anak,

mencerminkan penilaian dari anak

perlahan-lahan

lain, yang mungkin positif, mungkin

menanggapi

sehingga

perilaku

secara

terbentuklah

konsep

diri

Julukan

seringkali

anak.

negatif, tergantung pada bagaimana

kondisi keluarga yang buruk dapat

anggota kelompok sosial menilai

menyebabkan

anak tersebut. Jika positif akan

konsep

diri

yang

rendah pada anak. Yang dimaksud

mempunyai

kondisi keluarga yang buruk yaitu

menguntungkan pada konsep diri

tidak adanya pengertian antara orang

anak. Tetapi jika negatif atau suatu

tua

bentuk ejekan pengaruhnya pada

dan

anak,

tidak

adanya

keserasian antara ayah dan ibu. Di

konsep

samping itu, konsep diri yang rendah

merugikan

dapat pula disebabkan tuntutan orang tua terhadap perilaku anak. Peran

sosial

diri

pengaruh

anak

Konsep

diri

akan

subjek

sangat

saat

Remaja pada awalnya, cenderung dalam

negatif. Hal ini disebabkan kondisi

pembentukan konsep dirinya sebagai

yang tidak jauh berbeda saat subjek

berikut: Interaksi subjek dengan

kanak-kanak yaitu Ayahnya tetap

temannya saat subjek kanak-kanak

bersikap keras menentang kelainan

biasa saja, tetapi subjek cenderung

subjek. Namun subjek tetap dicintai

lebih suka berteman dengan wanita

dan

atau subjek memilih bermain sendiri

Sedangkan peran ibu di masa remaja

karena

memberi

tidak ada, karena Ibunya meninggal

label “banci” pada subjek sehingga

dunia. Sejak saat itu Ia tinggal

teman-temannya

diterima

sebagai

anak.

23

bersama kakak perempuannya yaang

keadaan tersebut Ayahnya mulai

berperan sebagai pengganti figur ibu

dapat menerima keadaan subjek apa

bagi

adanya.

subjek.

Perlakuan

sang

Menghargai

subjek

kakakpun menentang kelainan yang

walaupun subjek seorang waria.

ada pada subjek

Demikian pula kakak perempuan

Peran sosial

Saat Remaja

subjek dan seluruh keluarga besar

Saat subjek duduk di bangku SMP,

sudah mulai mengerti, menerima

subjek kurang suka bergaul karena

keputusan subjek menjadi waria dan

teman-temannya

label

menghargainya. Salah satu bentuk

“banci” pada subjek sehingga subjek

kecil penghargaan terhadap subjek

merasa rendah diri. Sedangkan saat

yaitu

subjek duduk di bangku SMA subjek

mengganti panggilan dari “Om”

merasa mulai berani menunjukkan

menjadi “tante”

memberi

keadaan dirinya apa adanya. Dengan

semua

Peran

keponakan

Sosial

Pada

subjek

masa

demikian dalam berinteraksi dengan

dewasa ini yaitu subjek memiliki

teman-temannya pun mulai dapat

banyak teman dan pandai bergaul

berjalan dengan baik. Didukung

hingga saat ini. Interaksi subjek

dengan Status sosial ekonomi yang

dengan lingkungan sekitar berjalan

tergolong cukup, subjek pada masa

baik, di manapun subjek tinggal

remaja ini mengalami perkembangan

sejauh ini subjek dapat menjaga

konsep diri menjadi lebih positif.

hubungan

baik

dengan

para

Konsep diri subjek masa

tetangganya. Subjek mulai bekerja

Dewasa cenderung positif. Hal ini

sejak usia 21 tahun hingga kini.

disebabkan

Interaksi

seiring

berjalannya

subjek

di

lingkungan

waktu subjek berhasil mandiri secara

pekerjaannya berjalan dengan baik.

sosial ekonomi. Selain memiliki

Hingga dewasa ini status sosial

salon subjek juga membuka usaha

ekonomi subjek tergolong cukup

lain yaitu sebuah cafe di kawasan

Kondisi tersebut sesuai dengan

semanggi, rental mobil, dan wartel.

yang

Subjekpun

membantu

(1991) yang mengatakan Konsep diri

Dengan

terbentuk karena adanya interaksi

ekonomi

berperan keluarganya.

diungkapkan

Pudjijogyanti

24

seseorang dengan orang-orang di

adalah

sekitarnya. Apa yang dipersepsikan

tentang dirinya, dapat memahami

seseorang

dan menerima sejumlah fakta yang

tentang

dirinya,

tidak

individu yang tahu betul

terlepas dari struktur, peran dan

sangat

status sosial yang di sandang orang

dirinya sendiri, evaluasi terhadap

tersebut. Adanya struktur, peran dan

dirinya sendiri menjadi positif dan

status sosial yang menyertai seluruh

dapat menerima keberadaan orang

perilaku individu oleh faktor sosial.

lain. Individu yang memiliki konsep

Adanya

pengaruh faktor sosial

diri positif akan merancang tujuan-

terhadap perkembangan konsep diri

tujuan yang sesuai dengan realitas,

individu

yaitu

telah

dibuktikan

Rosenberg

(dalam

1991),

dijelaskan

oleh

Pudjijogyanti,

bermacam-macam

tujuan

yang

tentang

memilki

keemungkinan besar untuk dapat

bahwa

dicapai, mampu menganggap bahwa

perkembangan konsep diri tidak

hidup adalah suatu proses penemuan.

terlepas dari pengaruh status sosial,

Faktor

belajar

yang

agama,dan ras. Dijelaskan bahwa

mempengaruhi konsep diri subjek

individu yang berstatus sosial tinggi

adalah Pengalaman masa lalu yang

akan mempunyai konsep diri yang

membekas yang memberikan kesan

lebih positif dibandingkan individu

positif bagi hidup subjek Saat subjek

yang berstatus sosial yang rendah.

mengenal secara dekat seorang laki-

Hurlock

(1993)

laki yang berperan sebagai penolong

menambahkan bahwa individu yang

hidupnya, mendukung subjek secara

memiliki konsep diri positif akan

moril dan materiil. Sehingga subjek

mengembangkan sifat-sifat seperti

bisa seperti sekarang ini. Sedangkan

kepercayaan diri. Harga diri dan

pengalaman

kemampuan untuk melihat dirinya

membekas yang berkesan negatif

secara

bagi

realistis sehingga dapat

hidup

masa

subjek

lalu

Saat

yang

subjek

menumbuhkan penyesuaian sosial

dikecewakan

yang baik. Calhoun dan Acocella

keluarganya sendiri yang sudah ia

(1990) mengatakan individu yang

tolong. Pandangan subjek terhadap

memiliki konsep diri yang positif

masa

lalunya

dan dibohongi oleh

dijadikan

subjek

25

sebagai

pengalaman

yang

diambil

hikmahnya.

Masa

dapat

dibawa sejak lahir, melainkan faktor

lalu

yang dipelajari dan dibentuk dari

berpengaruh pada kehidupan subjek

pengalaman

di

berhubungan dengan orang lain.

kehidupan

sekarang

yang

individu

dalam

menjadikan subjek untuk bisa lebih

Lebih

belajar hati-hati.

mengemukakan bahwa suatu konsep

Subjek dapat menerima dan memahami tentang

berbagai dirinya,

lanjut

Burn

(1993)

diri yang positif dapat disamakan

kenyataan

dengan

menerima

penghargaan

evaluasi diri

yang

positif,

yang

positif,

yang

positif,

pengalaman yang telah dialami oleh

penerimaan

subjek. Subjek dapat menampung

sebaliknya konsep diri yang negatif

seluruh pengalaman tentang dirinya,

menjadi

sehingga

mengevaluasi

hasil

evaluasi

subjek

diri

sinonim diri

yang

dengan negatif,

mengarah ke arah yang lebih positif.

membenci diri, merasa rendah diri,

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

tiadanya perasaan menghargai dan

Pudjijogyanti (1991) bahwa konsep

penerimaan diri

diri bukan merupakan faktor yang

DAFTAR PUSTAKA Atmojo, K. (1986). Kami bukan lelaki-sebuah sketsa kehidupan kaum waria. Jakarta: PT. Temprin. Burns, R.B. Edi (Alih Bahasa). (1993). Konsep diri perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan.

teori pengukuran,

Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang: IKIP Semarang Press Departement Sosial RI. (1993). “Permasalahan waria” Risalah Diskusi PaneJakarta. Depsos RI. Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan anak jilid II. Jakarta: Erlangga

26

Higgins, J.M. (1982). Human relations concept and skills. New York: Random House, Inc. Monks, F.J. Knoers, A.M..P & Haditono, S.R. (1999). Psikologi perkembangan Yogyakarta: Gajah Mada University Perss. Pudjijoygyanti, C.R. (1991). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan. Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rogdakarya. Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi diri (Seri Dikat Kuliah). Jakarta: Gunadarma. Santrock, J.W. (2004). Life-span development. Ninth Edition. Mc. Graw-Hill