(sukses) memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya dan
menunjukkan ... Perkembangan konsep diri waria dewasa madya yaitu: masa
kanak-kanak.
1
KONSEP DIRI WARIA DEWASA MADYA YANG SUKSES MENCAPAI TUGAS PERKEMBANGAN (STUDI KASUS)
Disusun Oleh Nama NPM Jurusan Pembimbing
: : : : :
Retno Rahayuningsih 10599253 Psikologi Dra. M.M. Nilam Widyarini, M. Si
ABSTRAKSI Sebagai individu maupun anggota masyarakat, waria tidak terlepas dari masalah-masalah hidupnya. Melihat kelainan yang dialaminya dan hambatanhambatan yang dihadapinya, menyebabkan waria tidak mudah memenuhi tugas perkembangannya. Namun dalam kenyataan ada waria yang nampak berhasil (sukses) memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya dan menunjukkan fenomena yaang sangat menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud mempelajari bagaimana gambaraan pencapaian tugas perkembangan waria yang nampak berhasil memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya dan bagaimana konsep diri yang dimiliki Adapun Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana gambaran kesuksesan subjek dalam mencapai tugas perkembangan dewasa madya, bagaimana konsep diri subjek berdasarkan ciri-ciri konsep diri positif dan negatif, dan bagaimana perkembangan konsep diri subjek berdasarkan faktorfaktor yang melatarbelakanginya. Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang waria dewasa madya yang berusia 41 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang waria dewasa madya dapat mencapai keenam tugas perkembangan yang dikemikakan oleh Havighurst (Monks dkk,1999) yaitu dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis, menyatu dengan pasangan hidup sebagai individu, membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir atau pekerjaan, mengembangkan kegiatan sebagai waktu luang, mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara secara penuh. Sedangkan konsep diri subjek yang sukses mencapai tugas perkembangan cenderung positif. Perkembangan konsep diri waria dewasa madya yaitu: masa kanak-kanak konsep dirinya cenderung negatif, masa remaja pada awalnya cenderung
2
memiliki konsep diri negatif tetapi pada masa ini mengalami perkembangan konsep diri menjadi lebih positif, pada masa dewasa konsep diri cenderung positif dimana konsep diri tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain peran orang tua, peranan faktor sosial dan proses belajar yaitu pengalaman yang dialaminya dan faktor sosial ekonomi Selain faktor-faktor tersebut sesuai dengan teori, subjek mengalami pencapaian tugas-tugas perkembangan. Hal tersebut telah mendukung perasan positif terhadap dirinya, sehingga subjek mengembangkan konsep diri menjadi lebih positif. Kata kunci : konsep diri, waria, tugas perkembangan dewasa madya berharap, bisa diterima dan tidak
PENDAHULUAN Situasi masyarakat saat ini sangat memungkinkan waria (wanita
didiskriminasi (Oetomo 2000). Menurut
Atmojo
(1986)
pria) untuk makin terbuka dan
waria adalah gangguan yang ditandai
menonjolkan
di
dengan adanya perasaan tidak senang
Walaupun
dengan alat kelaminnya. Perasaan
masih
tidak suka pada alat kelamin ini
memandang waria sebagai fenomena
bukan karena alat kelaminnya terlalu
ganjil, sehingga mereka cenderung
kecil atau tidak aktif, sehingga sang
sulit untuk diterima secara wajar
empunya tidak mendapat kepuasan,
dalam kehidupan bermasyarakat. Hal
tetapi karena ia merasa bahwa alat
ini membuat kehidupan waria sangat
kelamin itu tidak pada tempatnya dan
terbatas. Biasanya mereka hidup
perasaan itu terus mengganggunya.
dalam kehidupan hiburan seperti
Ia ingin menghilangkan ciri kelaki-
ngamen, waria yang bekerja pada
lakiannya
bidang kecantikan dan kosmetik,
perempuan, atau ciri kewanitaannya
misalnya salon dan perawatan tubuh.
kalau ia merasa laki-laki.
identitasnya
kalangan masyarakat. demikian
Tujuan
masyarakat
waria
hanya
ingin
kalau
ia
merasa
Adapun faktor-faktor yang
menunjukkan jati dirinya. Mereka
menyebabkan
berontak
waria ada dua faktor, yaitu: faktor
terhadap
gender
yang
seseorang
menjadi
diberikan masyarakat, yaitu laki-laki
bawaan
dan perempuan saja sehingga mereka
Pertama faktor bawaan. Menurut Atmojo
dan
faktor
(1986)
lingkungan.
mengatakan
3
terjadinya waria karena tendensinya
berpakaian
sudah
Maksudnya
wanita, timbulnya rasa rendah diri
kecenderungan tersebut sudah ada
dan sikap antipati dari masyarakat,
sejak
dilahirkan.
menyalurkan dorongan atau libido
Faktor bawaan ini termasuk faktor
seksualnya melalui cara-cara yang
genetis dan predisposisi hormonal.
mengarah
Dan yang kedua faktor lingkungan.
penyimpangan
Stolen
ada.
orang
tersebut
(dalam
berpendapat menyebabkan
dan
bersolek
pada
seperti
prostitusi seksual.
dan
Kedua,
Atmojo
1986)
masalah yang berasal dari keluarga
lingkungan
dapat
dan masyarakat, antara lain sikap
menjadi
mengejek, jijik, dan dikucilkan, tidak
seseorang
waria maksudnya adalah laki-laki
memberikan
kewanita-wanitaan
kegiatan
bisa
terjadi
penuh
sosial
untuk
misalnya,
ikut dalam
karena si ibu lebih dominan dalam
bergaul, olah raga, rekreasi dan
diri si anak, ketimbang si ayah yang
kegiatan
pasif. Atmojo (1986) menambahkan
diskriminasi
keluarga
dan
atau
lingkungan
ikut
seni
budaya.
dalam
Adanya
menggunakan
memanfaatkan
berbagai
menyumbang terbentuknya kelainan
pelayanan
seksual, khususnya yang bersifat
misalnya: WC umum dan berbagai
psikologis.
status hukum (KTP, Pasport, Kartu
Sebagai
manusia
maupun
memberikan
terlepas
dari
memperoleh
hidupnya.
Permasalahan
tersebut
dan
sosial,
Keluarga dan sebagainya), tidak
anggota masyarakat, waria tidak masalah-masalah
umum
pekerjaan
kemudahan pendidikan pada
waria
untuk dan yang
pada umumnya timbul berkaitan
melakukan
prostitusi,
dan
dengan kondisi dirinya yang dapat
memperoleh
perlakuan
yang
dibagi
golongan.
cenderung kurang manusiawi yaitu
Pertama, masalah yang berasal dari
penanganan yang berbeda dengan
pribadi (yang berasal dari waria
prostitusi oleh wanita (Depsos RI,
sendiri), antara lain: keinginan untuk
1993).
menjadi
memanifestasikan sikap
dua
perasaan dan
kewanitaannya
dengan
Konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan
4
melainkan dengan proses belajar
melaksanakan tugas perkembangan
sepanjang hidup manusia. Konsep
dengan baik, karena orang tersebut
diri berasal dan berkembang sejalan
akan mendapat kecaman dan celaan
pertumbuhannya, Havighurst (Monks
masyarakat sekeliling. Orang merasa
dkk, 1999) mengemukakan bahwa
sedih dan tidak bahagia sebaliknya
perjalanan hidup seseorang ditandai
keberhasilan dalam melaksanakan
oleh adanya tugas-tugas yang harus
tugas
dapat dipenuhi. Tugas ini dalam
perasaan
batas tertentu bersifat khas untuk
perasaan bahagia (Monks, 1999).
setiap
Lebih
masa
hidup
Havighurst
seseorang.
(Monks dkk, 1999)
menyebutnya
sebagai
tugas
perkembangan berhasil
memberikan
dan
lanjut
akhirnya
Burn
(1993)
mengemukakan bahwa suatu konsep diri yang positif dapat disamakan
perkembangan (Developmental Task)
dengan
yaitu tugas yang harus dilakukan
penghargaan
oleh seseorang dalam masa hidup
penerimaan
tertentu
sebaliknya konsep diri yang negatif
sesuai
dengan
norma
evaluasi
masyarakat dan norma kebudayaan.
menjadi
Santrock
(2004)
mengevaluasi
periode
perkembangan
menguraikan
diri diri
yang
positif,
yang
positif,
yang
positif,
sinonim diri
dengan
yang
negatif,
dewasa
membenci diri, merasa rendah diri,
madya dari usia 40 sampai 60 tahun
tiadanya perasaan menghargai dan
tahap
penerimaan diri.
ini
adalah
mengembangkan
masanya
diri
dan
keterlibatan sosial dan tanggung jawab,
membantu
mendatang
untuk
generasi
menjadi
lebih
Melihat
kelainan
yang
dialaminya dan hambatan-hambatan yang
dihadapinya,
menyebabkan
kompeten, matang secara individu,
waria tidak mudah memenuhi tugas
dan memperoleh serta mengelola
perkembangannya.
kepuasan dalam karier.
dijelaskan di muka, bahwa banyak
Konsep
diri
Seperti
telah
(self-concept)
masalah yang dihadapi namun dalam
dan harga diri (self-esteem) akan
kenyataan ada waria yang nampak
turun bila seseorang tidak dapat
berhasil (sukses) memenuhi tugas-
5
tugas perkembangan dewasa madya
secara legal melalui pengobatan
dan menunjukkan fenomena yang
hormonal atau pembedahan (Stuart
sangat menarik untuk diteliti. Oleh
dan Sundeen, 1998). Kartono (1989)
sebab itu penelitian ini bermaksud
mengatakan
mempelajari bagaimana gambaraan
gejala pada seseorang yang merasa
pencapaian
dirinya memiliki seksualitas yang
waria
tugas
yang
perkembangan
nampak
memenuhi
transeksual
adalah
berhasil
berlawanan dengan struktur fisiknya.
tugas-tugas
Dan biasamya ia meminta perubahan
perkembangan dewasa madya dan
genitalianya
bagaimana konsep diri yang dimiliki
dioperasi,
agar
menjadi
jenis
(alat
kelaminnya)
dirinya kelamin
dirubah yang
TINJAUAN PUSTAKA
berlawanan. Menurut Atmojo (1986)
Definisi Waria
waria adalah gangguan yang ditandai
Poerwadarminta
(1989)
dengan adanya perasaan tidak senang
mengartikan waria adalah laki-laki
dengan alat kelaminnya. Perasaan
yang bertingkah laku dan berpakaian
tidak suka pada alat kelamin ini
sebagai perempuan atau sebaliknya.
bukan karena alat kelaminnya terlalu
Atmojo (1986) berpendapat bahwa
kecil atau tidak aktif, sehingga sang
waria (wanita pria) adalah laki-laki
empunya tidak mendapat kepuasan,
yang berdandan dan berperilaku
tetapi karena ia merasa bahwa alat
sebagai
waria
kelamin itu tidak pada tempatnya dan
diberikan bagi penderita transeksual
Perasaan itu terus mengganggunya.
yaitu seseorang yang memiliki fisik
Ia ingin menghilangkan ciri kelaki-
berbeda dengan jiwanya.
lakiannya
wanita.
Istilah
Transeksual adalah individu yang secara genetik dan anatomis adalah
pria
atau
ia
merasa
perempuan, atau ciri kewanitaannya kalau ia merasa laki-laki.
tetapi
Berdasarkan pendapat tokoh-
dengan
tokoh di atas, nampak bahwa ada
pikiran dan perasaan dari jenis
kelompok yang mengartikan bahwa
kelamin
dan
waria adalah individu yang memiliki
berusaha mengubah jenis kelaminnya
fisik berbeda dengan jiwa atau
mengekspresikan
yang
wanita,
kalau
dirinya
berlawanan
6
perilakunya (Poerwadarminta 1989;
multifaktoral,
Atmojo 1986; Kartono 1985; Stuart
gejala di dalam dan di luar pribadi
dan Sundeen 1998) dan ada pendapat
(kelompok gejala yang intrinsik dan
yang
ekstrinsik) yang saling mengait.
mengatakan
adalah
pria
bahwa
yang
waria
berjiwa
atau
mencakup
gejala-
1) Faktor Intrinsik.
berperilaku sebagai wanita (Budiman 1976; Latuihamallo 1998; Oetomo
2) Faktor Ekstrinsik.
1990). Menurut penulis pendapat yang kedua berpandangan bahwa waria secara fisik adalah pria, ini
Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi pada Waria Sebagai
terlalu sempit. Mungkin dilandasi kenyataan bahwa sebagian memang secara fisik adalah pria namun berjiwa
atau
berperilaku
seperti
wanita. Jadi dalam penelitian ini penulis mendefinisikan waria adalah seperti yang dimaksud oleh pendapat pertama
definisi
yang
paling
komprehensif adalah individu yang secara genetik dan anatomis adalah pria
atau
mengekspresikan
wanita, dirinya
manusia
anggota masyarakat, waria tidak terlepas
dari
masalah-masalah
hidupnya.
Permasalahan
tersebut
pada umumnya timbul berkaitan dengan kondisi dirinya yang dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: masalah pribadi, masalah keluarga dan masalah sosial (Depsos RI, 1993)
tetapi dengan
pikiran dan perasaan dari jenis
Konsep Diri
kelamin
Definisi Konsep Diri
yang
maupun
berlawanan
dan
berusaha mengubah jenis kelaminnya
Konsep diri menurut Hurlock
secara legal melalui pengobatan
(1978)
hormonal dan pembedahan.
dimiliki seseorang tentang dirinya.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan
Sedangkan
Pudjijogyanti
Seseorang Menjadi Waria
mengatakan
bahwa
Menurut
Kartono
(1989)
sebab-sebab menjadi waria adalah
bukan
adalah
gambaran
merupakan
yang
(1991)
konsep faktor
diri yang
dibawa sejak lahir, melainkan faktor
7
yang dipelajari
dan dibentuk dari
pengalaman
individu
dalam
pengalamannya berhubungan dengan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
individu lain.
Mead
Konsep
diri
seseorang
dan
(dalam
Ritandiyono
Retnaningsih,
1996)
merupakan gambaran dirinya sendiri
menyebutkan bahwa konsep diri
dari
merupakan
sudut
pandangnya
sendiri,
produk
sosial,
yang
artinya setiap saat individu selalu
dibentuk melalui proses internalasasi
melakukan
dan
persepsi-persepsi
organasasi
pengalaman-
terhadap kejadian-kejadian yang ada
pengalaman psikologis. Pengalaman-
di lingkungannya. Dan kemudian
pengalaman
menjadi penentu penting dari respon
merupakan
terhadap lingkungannya dengan kata
terhadap
lain
refleksi dari dirinya yang diterima
konsep
bagaimana
diri
menentukan
memandang
dan
dari
psikologis eksplorasi
lingkungan
orang-orang
ini individu
fisik
dan
penting
di
merasakan dirinya sendiri, seperti
sekitarnya. Oleh karena itu banyak
yang
faktor yang mempengaruhi konsep
(Burns,
dikemukakan
oleh
Rogers
1993).
Pendapat
lain
diungkapkan Brook (dalam Berdasar pengertian yang telah diuraikan di atas
dapat
konsep
diri
disimpulkan adalah
gambaran
interaksinya dengan orang lain serta mencakup pandangan individu akan motivasi, kelemahan, kepandaian dan juga
b. Peranan Faktor Sosial c. Belajar Komponen Konsep Diri Hurlock,
maupun
psikologis yang diperoleh melalui
kegagalannya
a. Peran Orang Tua
bahwa
seseorang tentang diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial
diri seseorang, diantaranya yaitu :
harapan-
harapannya di masa akan datang.
1974
(dalam
Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996) mengatakan memiliki
bahwa
tiga
konsep
komponen
yaitu: a. Komponen perceptual b. Komponen konseptual c. Komponen Sikap
diri utama
8
seluruhnya
Jenis-Jenis Konsep Diri James (dalam Bracken, 1996) adalah
orang
pertama
yang
disetujui
oleh
masyarakat. 5) Mampu
memperbaiki
diri,
mengungkapkan bahwa dalam diri
karma
seseorang terdapat banyak diri (self)
mengungkapkan aspek-aspek
yaitu social self, ideal self, dan real
kepribadian
self.
disenanginya dan berusaha
Untuk
memperjelas
ketiga
konsep diri tersebut akan diuraikan tersebut.
ia
sanggup
yang
tidak
untuk mengubahnya. b. Konsep Diri Negatif
a. Konsep Diri Sosial (social self)
1) Peka terhadap kritik serta tidak tahan akan kritik yang
b. Konsep Diri Real (real self)
diterimanya. c. Konsep Diri Ideal (ideal self)
2) Reponsif
terhadap
meskipun Ciri-Ciri Konsep Diri
Rakhmat, 1996) membagi konsep ciri, yaitu konsep diri
positif dan konsep diri negatif
akan
untuk
kemampuan
mengatasi
suatu
hiperkritis
terhadap orang lain. Tidak mengungkapkan
pada kelebihan orang lain. 4) Merasa tidak disenangi oleh orang lain, sehingga sulit
2) Merasa setara dengan orang lain
menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain.
3) Menerima
pujian
tanpa
dengan rasa malu 4) Menyadari
setiap berbagai
keinginan yang
5) Pesimis terhadap kompetisi serta enggan dalam bersaing
bahwa
memiliki
perasaan, perilaku
3) Cenderung
penghargaan atau pengakuan
masalah
orang
ia
menghindarinya
sanggup
a. Konsep Diri Positif 1) Yakin
mungkin
berpura-pura
Brook dan Emmert (dalam
diri dalam
pujian,
dan tidak
membuat kompetisi dengan orang lain.
9
Kesuksesan dalam Mencapai
Tugas
Tugas Perkembangan Dewasa
Dewasa Madya
Perkembangan
Masa
Menurut Havighurst (Monks
Madya dkk,
Masa Dewasa Madya Menurut
Levinson
(dalam
1999)
tugas-tugas
perkembangan masa dewasa madya
Monks 1999), masa dewasa madya
adalah :
adalah pada usia 40 sampai 60 tahun.
1)
Menerima dan menyesuaikan
Dalam masa ini individu menghadapi
diri terhadap perubahan fisik
tiga kehidupan, yaitu : pertama,
dan fisiologis.
penilaian kembali masa lalu. Kedua,
2)
merubah struktur kehidupan. Ketiga, proses individuasi.
Menyatu
dengan
pasangan
hidup sebagai individu. 3)
Membantu anak-anak remaja
Sedangkan menurut Papalia
belajar menjadi orang dewasa
dan Olds (1998), masa dewasa
yang bertanggung jawab dan
madya
berbahagia.
adalah
individu
yang
menginjak usia 40 sampai 60 tahun. Usia
dewasa
madya
4)
biasanya
prestasi
dideskripsikan sebagai usia di mana individu berasa di tengah-tengah
lanjut usia (Papalia & Olds 1998). Berdasarkan
pengertian
yang
memuaskan
dalam karier atau pekerjaan. 5)
antara anak-anak yang memasuki dewasa muda, dan orang tua yang
Mencapai dan mempertahankan
Mengembangkan
kegiatan
sebagai waktu luang. 6)
Mencapai
tanggung
jawab
sosial dan warga Negara secara di
penuh.
atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa madya adalah individu yang
Definisi
berusia 40 sampai 60 tahun yang
Mencapai Tugas Perkembangan
dalam masa tersebut menghadapi
Dewasa Madya
tiga kehidupan, yaitu: penilaian pada masa
lalu,
merubah
struktur
kehidupan, proses individuasi.
Kesuksesan
Kesuksesan
dalam
memiliki
kata
dasar sukses, Purwadarminta (1991) Dalam
kamus
bahasa
Indonesia
menjelaskan bahwa sukses berarti
10
berhasil.
Berdasarkan
definisi
dewasa. Namun demikian bila hal ini
dimaksud
dapat dicapai, tentu saja menjadi hal
dengan kesuksesan dalam mencapai
yang sangat menarik, terutama disisi
tugas perkembangan dewasa madya
konsep
dalam
berarti
diuraikan Monks (1999) Konsep diri
ke enam
(self-concept) dan harga diri (self-
tugas perkembangan yaitu: menerima
esteem) akan turun bila seseorang
dan
tidak
tersebut,
maka
yang
penelitian
ini
keberhasilan mencapai
menyesuaikan
perubahan
fisik
diri dan
terhadap fisiologis,
dirinya.
dapat
Seperti
melaksanakan
yang
tugas
perkembangan dengan baik, karena
menyatu dengan pasangan hidup
orang
sebagai individu, membantu anak-
kecaman dan celaan masyarakat
anak remaja belajar menjadi orang
sekeliling. Orang merasa sedih dan
dewasa yang bertanggung jawab dan
tidak
berbahagia,
keberhasilan dalam melaksanakan
mencapai
mempertahankan memuaskan
dan
prestasi
dalam
karier
tersebut
mendapat
bahagia
yang
tugas
atau
perasaan
pekerjaan, mengembangkan kegiatan
akan
sebaliknya
perkembangan berhasil
memberikan
dan
akhirnya
waria
dewasa
perasaan bahagia.
sebagai waktu luang, dan mencapai
Seorang
tanggung jawab sosial dan warga
madya
negara secara penuh
negatif akan menghadapi
Konsep Diri Waria Dewasa Madya
kesulitan, baik psikologis ataupun
yang Sukses dalam Mencapai
sosial. Hurlock (1993) menguraikan
Tugas Perkembangan Dewasa
bahwa individu dengan konsep diri
Madya
negatif
Waria merupakan orang yang mengalami
akan
berbagai
mengembangkan
perasaan tidak mampu, rendah diri,
yang
merasa ragu dan kurang percaya diri
perkembangan
sehingga menumbuhkan penyesuaian
normal. Dengan keadaan demikian
pribadi dan sosial yang buruk.
tentu mengalami hambatan yang
Namun sebaliknya seorang waria
besar
berbeda
perkembangan
yang memiliki konsep diri
dengan
untuk
perkembangan
memenuhi
tugas
dewasa madya yang memiliki konsep
sebagai
orang
diri positif akan mengembangkan
11
sifat-sifat seperti kepercayaan diri,
dilakukan
harga diri dan kemampuan untuk
sedikit. Berdasarkan pendapat di atas,
melihat
realitis
maka dalam penelitian ini subjek
menumbuhkan
adalah seorang waria dewasa madya
dirinya
sehingga
secara
dapat
dengan
jumlah
penyesuaian sosial yang baik.
berusia 41 tahun
METODOLOGI PENELITIAN
Tahap-Tahap Penelitian
Pendekatan Penelitian
Adapun tahap persiapan dan
Penelitian ini bertujuan untuk
pelaksanaan yang dilakukan dalam
mengetahui gambaran konsep diri
penelitian
pada
tahapan, yaitu :
waria
dan
perkembangan
kasus
bagaimana
konsep
dirinya.
Pendekatan yang digunakan untuk
ini
meliputi
beberapa
1. Tahap Persiapan Penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus.
Teknik Pengumpulan Data
Studi kasus menurut Stake (dalam
Definisi
Heru Basuki, 2006) adalah suatu
Banister (dalam Poerwandari, 1998)
bentuk penelitian (Inquiry) atau studi
wawancara merupakan percakapan
tentang suatu masalah yang memiliki
tanya jawab yang diarahkan untuk
sifat
(Partycularity),
mencapai tujuan tertentu. Dengan
baik
tujuan
dapat
kekhususan dilakukan
dengan
Wawancara.
untuk
Menurut
memperoleh
pendekatan
kualitatif
maupun
pengetahuan tentang makna-makna
kuantitatif,
dengan
sasaran
subjektif yang dipahami individu
perorangan
(individual)
maupun
berkenaan dengan topik yang diteliti
kelompok, bahkan masyarakat luas.
bermaksud
melakukan
eksplorasi
terhadap isi tersebut. Subjek Penelitian Menurut Poerwandari (1998), fokus
penelitian
kualitatif
pada
proses,
maka
kedalaman
dan
penelitian
kualitatif
cenderung
Observasi. Menurut Kartono (dalam Heru Basuki, 2006) observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-
12
gejala
psikis
dengan
jalan
pengamatan dan pencatatan.
penelitian studi
kualitatif.
kualitatif
Kredibilitas
terletak
pada
keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi
Alat Bantu Pengumpul Data Menurut Poerwandari (1998) penulis
sangat
berperan
dalam
seluruh proses penelitian, mulai dari memilih
topik,
mendekati
mendeskripsi
setting,
atau proses,
kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks.
topik
Hal yang dapat meningkatkan
tersebut, mengumpulkan data, hingga
generabilitas
menganalisis,
adalah
menginterpretasikan
masalah
penelitian
kualitatif
melakukan
triangulasi.
dan menyimpulkan hasil penelitian
Triangulasi mengacu
pada upaya
(instrumen
Dalam
pengambilan sumber-sumber data
penulis
berbeda untuk menjelaskan suatu hal
pokok).
mengumpulkan
data-data
membutuhkan alat bantu (instrumen
tertentu.
tambahan) yaitu :
Dalam
Moleong
(1995),
1. Pedoman wawancara
triangulasi merupakan suatu bentuk
2. Pedoman Observasi
teknik pemeriksaan keabsahan data
3. Alat Perekam
yang memanfaatkan sesuatu yang
4. Alat tulis
lain di luar data itu. Menurut Patton (dalam
Keakuratan dalam Penelitian Kredibilitas
Poerwandari,
triangulasi dapat dibedakan dalam
(validitas)
empat macam yaitu:
merupakan istilah yang pertama yang
a. Triangulasi Data
paling
b. Triangulasi Pengamat
sering
digunakan
dalam
penelitian kualitatif (Jorgensen dkk
c. Triangulasi Teori
dalam
d. Triangulasi Metode
Poerwandari,
1995).
1998)
Kredibilitas menjadi istilah yang paling
banyak
dipilih
untuk
mengganti
konsep
validitas,
dimaksudkan
untuk
merangkum
bahasan
menyangkut
kualitas
Teknik Analisis Data Menurut
Marshall
dan
Rossman (dalam Poerwandari 1998) dalam
menganalisa
penelitian
13
kualitatif terdapat beberapa tahapan
laki yang ia sebut sebagai suaminya.
yang
Rumah subjek tidak terlalu besar
perlu
dilakukan.
Tahapan-
tahapan tersebut adalah :
namun
1. Mengorganisasikan Data
barang-barang yang ada tersusun
2. Pengelompokan
dengan
Kategori,
Tema,
Berdasarkan dan
Pola
Jawaban 3. Menguji
sangat
rapi.
nyaman
Di
karena
rumah
subjek
terdapat satu kamar tidur, ruang tamu, ruang TV, satu kamar mandi,
Asumsi
atau
dan dapur. Disudut ruang tamu
Permasalahan yang Ada terhadap
subjek terdapat perlengkapan salon.
Data
Di ruang tamu tersebut digunakan
4. Mencari Alternatif
Penjelasan
Bagi Data 5. Menulis Hasil Penelitian
subjek untuk menerima pelanggan salonnya. Suasana di rumah tersebut sangat nyaman dan sejuk dengan cat dinding hijau muda yang lembut,
HASIL DAN ANALISIS
susunan bantal-bantal di atas karpet
Hasil Wawancara dan Observasi
yang terhampar
Pelaksanaan Observasi
lemari pajangan yang tertata rapi
Wawancara pertama dilakukan pada
dengan
hari Rabu, 24 Januari 2007, pukul :
ruangan yang ber AC. Terpajang
15.11-14.15 bertempat di rumah
pula di dinding foto subjek dengan
Subjek. Wawancara kedua dilakukan
seorang laki-laki yang ia sebut
pada hari Sabtu, 4 Maret 2007,
sebagai “suami” serta terdapat pot-
pukul: 15.30-16.40 bertempat di
pot tanaman yang ditaruh di teras
salon milik subjek.
depan rumah subjek
di ruang
koleksi
kristalnya,
tamu,
dan
(2) Subjek Hasil Observasi Pertama (1) Setting
Pada saat observasi pertama dilakukakan
subjek
mengenakan
Observasi pertama dilakukan
kaos berwarna oranye dan celana
di rumah subjek yang berlokasi di
jeans sebetis warna hitam. Subjek
daerah Pondok Labu Jakarta Selatan.
memiliki bentuk wajah bulat telur,
Subjek tinggal bersama seorang laki-
dengan tinggi badan sekitar 170cm
14
dengan berat 75kg sehingga subjek
berbagi cerita di saat senang maupun
terlihat tinggi besar. Rambut subjek
saat mereka mempunyai masalah
ikal dan berwarna pirang dengan
bahkan mereka mengatakan bahwa
panjang sebahu yang dibiarkannya
subjek sering membantu mereka
tergerai. Subjek memiliki warna kulit
dalam
putih, dan mempunyai mata yang
sedang dihadapi.
coklat serta alis yang tebal. Subjek
Hasil Observasi Kedua
terlihat ramah dan senang atas
(1) Setting
kedatangan
peneliti.
Secara
mengatasi
masalah
Observasi
yang
yang
kedua
keseluruhan penampilan subjek baik
dilakukan di salon cabang milik
dan rapih. Saat wawancara dan
subjek yang berlokasi di daerah
diobservasi
merespon
Cipete Jakarta Selatan. Salon subjek
cermat,
berukuran 3x10m yang terdiri dari
cepat tanggap dan sungguh-sungguh
dua lantai. Lantai bawah digunakan
dalam menjawab seluruh pertanyaan.
subjek
Subjek menjawab seluruh pertanyaan
sedangkan lantai atas digunakan
dengan suara yang
jelas didengar
untuk
dengan
yang
stabil
pegawainya. Tempat di mana subjek
walaupun sesekali diselingi gurauan
diwawancarai, yaitu di lantai bawah
tetapi tidak ada perubahan ekspresi
yang terdapat tiga ruangan dengan
wajah yang mencolok pada subjek.
cat dinding berwarna putih. Ruangan
Sikap tubuh subjek duduk dengan
depan digunakan untuk menerima
santai dan terkadang tangan subjek
pelanggan dan memotong rambut
memegang
subjek
pertanyaan dengan baik,
intonasi
untuk
usaha
tempat
salonnya,
tinggal
dua
atau
mengelus
sehingga di ruangan tersebut pun
dengkulnya. Setelah
wawancara
terdapat perlengkapan salon seperrti
selesai datang dua orang tetangga
kaca yang besar, gunting, sisir, dan
subjek yang bertujuan hanya ingin
alat-alat solon yang lainnya. Ruang
sekedar berbincang-bincang dengan
tengah
subjek dan mereka mengatakan kalau
perawatan seperti facial, lulur tubuh,
mereka sering berinteraksi dengan
menicure, pedicure, creambath, dan
subjek. Bagi mereka subjek tempat
lain-lain.
digunakan
Di
untuk
ruangan
ruang
tersebut
15
terdapat dua tempat untuk mencuci
untuk meminta solusi untuk masalah
rambut dan satu untuk facial satu
yang sedang dihadapinya, subjek
matras untuk mencuci rambut, TV,
merasa setara dengan orang lain. Hal
dispenser
dan
Sedangkan
satu
ruang
lemari
es.
ini terlihat subjek mampu cepat
belakang
di
bersosialisai pada saat pertama kali
gunakan untuk kamar mandi.
berkenalan dengan observer. Dan
(2) Subjek
observer melihat subjek tidak merasa
Pada
kedua
canggung menjalin komunikasi pada
dilakukan di salon cabang milik
para pelanggannya, subjek tidak
subjek, subjek mengenakan celana
merasa malu saat menerima pujian.
jeans berwarna putih dan kaos warna
Hal ini terlihat saat observer memuji
ungu bermotif bunga dan rambut
ia menunjukkan sikap yang wajar
diikat dengan ikat rambut berwarna
yaitu
senada dengan kaos yang dikenakan
mengucapkan terimakasih, subjek
subjek. Pada observasi yang kedua
mampu memperbaiki dirinya dan
ini
menyambut
mengakui kesalahan yang ia buat.
kedatangan peneliti dengan ramah
Hal ini terlihat saat salah satu orang
dan mempersilahkan peneliti untuk
tetangganya merasa ada hal dalam
masuk
memperkenalkan
dirinya yang harus dirubah ke arah
peneliti dengan pegawai di salonnya.
lebih baik dan subjek menjawab
Saat observasi berlangsung di salon
“iyaa deh, maapin kalo gue salah tar
subjek ada para pelanggan salonnya,
lagi ga gitu dah gue”, subjek
dan tetangga yang hanya sekedar
termasuk individu yang tidak terlalu
main tetapi hanya sebentar lalu pergi.
peka terhadap kritikan. Terlihat dari
pun
observasi
subjek
serta
Bila
dilihat
dari
hasil
dengan
tersenyum
dan
dari sikap subjek saat dikritik oleh
observasi pertama dan kedua subjek
salah satu
terlihat memiliki konsep diri yang
subjek
positif. Yang dapat terlihat dari
wajar dengan mengatakan “kritik dan
subjek mampu mengatasi masalah.
saran ditampung”, subjek tergolong
Saat
individu
observasi
tetangganya
berlangsung
yang
berbagi
ada cerita
pelanggannya. Sikap
tidak
yang
berlebihan,
kurang
terlihat
responsif
terhadap pujian terlihat dari sikap
16
subjek yang wajar dan mengucapkan
Jakarta Selatan, pukul 15.30 WIB
terimakasih
sampai dengan pukul 16.40 WIB
saat
Observer
memberikan pujian saat observasi berlangsung,
subjek
mampu
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis,
memperbaiki dirinya dan mengakui kesalahan yang ia buat. Hal ini terlihat
saat
salah
satu
orang
tetangganya merasa ada hal dalam dirinya yang harus dirubah ke arah lebih baik, namun subjek cenderung
selanjutnya
ada
dua
orang
berkunjung
dan
tetangganya
mereka
perbincangan
terlibat
yang
isinya
mengomentari kondisi orang lain walaupun demikian Dengan kondisi subjek seorang waria tetapi subjek dapat
diterima
dengan
baik
di
lingkungan serta dapat berinteraksi secara wajar. Hal ini terlihat dari interaksi subjek dengan tetangganya
tersebut
dapat
dibahas sebagai berikut : 1. Gambaran kesuksesan Subjek dalam
mencapai
tugas
perkembangan dewasa madya Di usia subjek yang ke 41
hiperkritis kepada orang lain. Hal ini terlihat saat observasi berlangsung
hasil
tahun subjek menyadari dan dapat menerima adanya perubahan fisik di dalam dirinya. Subjek dapat menyatu dengan
pasangannya
sebagai
individu. Hubungan subjek dengan pasangannya berjalan baik yang sudah terbina selama 13 tahun hingga saat ini. Subjek berperan serta dalam membantu remaja. agar dapat memiliki keterampilan sebagai bekal untuk bekerja., menyalurkan remaja yang berbakat untuk bekerja di
yang terjalin dengan baik.
salonnya atau salon milik temannya. Subjek
Wawancara -
Rabu, tanggal 24 Januari 2007 di rumah
subjek,
Pondok
Labu
Jakarta Selatan, pukul 15.10 WIB sampai dengan pukul 14.15 WIB -
Sabtu, tanggal 3 Januari 2007 di salon cabang milik subjek, Cipete
telah
mencapai
dan
mempertahankan karier dengan cara tetap menjaga kualitas, ulet, memberi pelayanan
yang
memuaskan,
mengikuti seminar kecantikan, dan berani
membuka
salon
cabang.
Subjek mengisi waktu luangnya
17
dengan mengikuti kegiatan yang ada
mempertahankan
di RT-nya, atau sekadar saling
memuaskan
berbincang-bincang dengan tetangga
pekerjaan, mengembangkan kegiatan
sekitar yang dalam hal ini subjek
sebagai
diposisikan sebagai tempat berbagi
tanggung jawab sosial dan warga
cerita. Subjek merasa perlu menggali
negara secara penuh. Monks (1999)
potensi
menambah
menjelaskan lebih lanjut Konsep diri
pengetahuan seperti misalnya dengan
(self-concept) dan harga diri (self-
membaca buku dan majalah, guna
esteem) akan turun bila seseorang
mengimbangi orang yang berbagi
tidak
cerita dengannya. Dalam Mencapai
perkembangan dengan baik, karena
tanggungjawab sosial dan warga
orang
negara secara penuh yang subjek
kecaman dan celaan masyarakat
lakukan
sekeliling. Orang merasa sedih dan
dirinya
dan
dengan
memenuhi
kewajiban-kewajibannya warga
negara
seperti
sebagai membayar
prestasi
dalam
waktu
dapat
karier
luang,
atau
mencapai
melaksanakan
tersebut
tidak
yang
akan
tugas
mendapat
bahagia
sebaliknya
keberhasilan dalam melaksanakan
pajak, membayar iuran-iuran, dan
tugas
bersikap baik di lingkungan tempat
perasaan
tinggal
perasaan bahagia.
Dari penjelasan di atas subjek
perkembangan berhasil
Seorang
memberikan
dan
akhirnya
waria
dewasa
terlihat dapat melampaui tugas-tugas
madya
perkembangan dewasa madya yang
negatif akan menghadapi
diuraikan oleh Havighurst (Monk
kesulitan, baik psikologis ataupun
dkk,1999)
dan
sosial. Hurlock (1993) menguraikan
terhadap
bahwa individu dengan konsep diri
yaitu
menyesuaikan perubahan
fisik
menerima diri dan
fisiologis,
negatif
yang memiliki konsep diri
akan
berbagai
mengembangkan
menyatu dengan pasangan hidup
perasaan tidak mampu, rendah diri,
sebagai individu, membantu anak-
merasa ragu dan kurang percaya diri
anak remaja belajar menjadi orang
sehingga menumbuhkan penyesuaian
dewasa yang bertanggung jawab dan
pribadi dan sosial yang buruk.
berbahagia,
Namun sebaliknya seorang waria
mencapai
dan
18
dewasa madya yang memiliki konsep
bergaul,
diri positif akan mengembangkan
ramah dan punya banyak teman. Hal
sifat-sifat seperti kepercayaan diri,
ini terlihat dari subjek
harga diri dan kemampuan untuk
dengan cepat bersosialisasi pada saat
melihat
pertama
dirinya
sehingga
secara
dapat
realitis
menumbuhkan
penyesuaian sosial yang baik.
pandai
kali
membawa
diri,
mampu
berkenalan
dengan
observer, dan subjek tidak merasa canggung menjalin komunikasi pada para pelanggannya yang berasal dari
2. Gambaran Konsep diri Subjek
berbagai
kalangan.
Cara
subjek
Subjek memiliki konsep diri
berinteraksi dengan orang lain yaitu
yang positif yaitu subjek merasa
dengan sering berkumpul dengan
mampu mengatasi masalah karena
tetangganya dan ikut serta dalam
subjek orang yang kuat dan tidak
organisasi masyarakat yang ada di
mudah putus asa. Masalah bagi
lingkungannya.
subjek
harus
dijadikan
dihadapi
untuk
mengalami
pengalaman.
Cara
bekerjasama
Subjek
tidak
kesulitan
saat
dengan
orang
lain.
mengatasinya dengan merenung dan
Dapat menerima pujian tanpa dengan
introspeksi diri terlebih dahulu baru
rasa malu karena subjek merasa
setelah itu mengambil langkah apa
percaya
yang
mengucapkan
harus
dilakukan
guna
diri
Dan
subjek
terimakasih
akan untuk
terselesaikannya masalah tersebut.
pujian yang diberikan pada dirinya.
Di
subjekpun
Hal ini terlihat saat observer memuji
untuk
subjek, dan ia menunjukkan sikap
Yang
yang wajar yaitu dengan tersenyum
lingkungannya
dianggap menyelesaikan
mampu masalah.
terlihat dari peran subjek yang
dan
dijadikan tempat berbagi cerita dan
Menyadari
bahwa
tempat bertanya jalan keluar untuk
memiliki
berbagai
suatu masalah. Subjek merasa setara
keinginan, dan perilaku yang tidak
dengan orang lain, tidak merasa
seluruhnya disetujui oleh masyarakat
kesulitan saat berinteraksi dengan
Ketidak setujuan dari orang lain itu
orang lain, subjek orang yang mudah
adalah hak setiap orang, tetapi hal
mengucapkan
terimakasih setiap
orang
perasaan,
19
tersebut tidak berpengaruh pada
terhadap pujian dan ia tidak berpura-
hidup
pura menghindarinya. Saat menerima
subjek
Significant
karena
others
menurut tidak
pujian dari orang lain, subjek merasa
mengganggu dan merugikan orang
senang dan bersikap wajar dalam
lain.
aspek
menanggapinya. Hal tersebut pula
kepribadian di dalam dirinya yang
yang dikatakan Significant others
kurang disenanginya Dan merasa
bahwa subjek memperlihatkan kalau
mampu memperbaikinya yaitu sifat
ia senang saat dipuji namun tetap
egoisnya dan subjek mempunyai
bersikap wajar dan tidak berlebihan.
keinginan
mengubahnya.
Begitu juga saat observer memuji
Dengan cara belajar untuk lebih
subjek, ia terlihat tidak berlebihan
mengerti keadaan orang lain Dan hal
dalam menanggapinya yaitu dengan
ini
mengucapkan “terimakasih”. Subjek
Menyadari
untuk
pernah
subjek
adanya
diutarakan
pada
Significant others.
tidak hiperkritis terhadap orang lain,
Subjek pun tidak terlalu peka
tetapi justru cenderung asertif. Saat
terhadap kritik. Subjek menanggapi
mengkritik cenderung berkata apa
kritikan yang ditujukan padanya
adanya. Subjek sering mengomentari
sebagai hal yang wajar. Jika kritikan
kelebihan dan kekurangan orang lain
tersebut bersifat membangun ia akan
Numun demikian subjek tetap dapat
menerapkan dalam kehidupannya,
mengakui kelebihan orang lain.
tetapi jika kritikan tersebut hanya untuk
merugikan
memilih
untuk
dirinya
Hal
tersebut
terlihat
saat
subjek
subjek berkumpul dengan dua orang
mengabaikannya.
tetangganya dan mereka terlibat
Manfaat kritik bagi subjek menjadi
perbincangan
lebih baik dan sebagai pengingat
mengomentari kondisi orang lain
disaat dia lupa. Hal ini terlihat dari
sekaligus mengakui akan kelebihan
sikap subjek saat dikritik oleh salah
orang tersebut.
satu pelanggan di salonnya, sikap
disenangi
subjek
terlihat
lingkungannya dan dihargai sebagai
wajar dengan mengatakan “kritik dan
manusia walaupun ia seorang waria.
saran ditampung”. Subjek responsif
Hal ini terlihat subjek begitu santai
tidak
berlebihan,
yang
dan
isinya
subjek Merasa diterima
di
20
dan
menikmati
saat
berinteraksi
dan berusaha untuk mengubahnya.
dengan tetangganya. Begitu juga
Calhoun
sebaliknya, bahkan merekapun sudah
mengatakan individu yang memiliki
tidak perduli kalo subjek seorang
konsep diri yang positif adalah
waria. Subjek orang yang optimis
individu yang tahu betul tentang
terhadap kompetisi. Subjek tidak
dirinya,
gampang putus asa, pekerja keras,
menerima
dan tidak takut dengan kegagalan
sangat
karena
kegagalan
dirinya sendiri, evaluasi terhadap
adalah keberhasilan yang tertunda.
dirinya sendiri menjadi positif dan
Hal tersebut juga dikatakan oleh
dapat menerima keberadaan orang
Significant others bahwa subjek
lain. Individu yang memiliki konsep
orang yang pantang menyerah dalam
diri positif akan merancang tujuan-
mewujudkan cita-citanya.
tujuan yang sesuai dengan realitas,
menurutnya,
Dari penjelasan di atas dapat
yaitu
dan
Acocella
dapat
memahami
sejumlah
fakta
bernacam-macam
tujuan
(1990)
yang
dan yang
tentang
memilki
terlihat subjek memiliki konsep diri
keemungkinan besar untuk dapat
positif yang sesuai dengan ciri-ciri
dicapai, mampu menganggap bahwa
konsep diri positif yang diuraikan
hidup adalah suatu proses penemuan.
oleh Brook dan Emmert (dalam
Sedangkan pada ciri-ciri konsep diri
Rakhmat, 1996) yaitu: yakin akan
negatif yang diuraikan oleh Brook
kemampuannya
dan Emmert (dalam Rakhmat, 1996)
untuk
mengatasi
suatu masalah, merasa setara dengan
subjek
orang lain, menerima pujian tanpa
tersebut. seperti peka terhadap kritik
dengan rasa malu, menyadari bahwa
serta tidak tahan akan kritik yang
setiap
diterimanya,
orang
memiliki
berbagai
tidak
memiliki
responsif
ciri-ciri
terhadap
perasaan keinginan serta perilaku
pujian, meskipun mungkin berpura-
yang tidak seluruhnya disetujui oleh
pura
masyarakat,
hiperkritis
dan
mampu
menghindarinya, terhadap
orang
tidak lain,
memperbaiki diri karena ia sanggup
cenderung merasa tidak disenangi
mengungkapkan
oleh orang lain dan merasa tidak
aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya
diperhatikan
sehingga
sulit
21
menciptakan keakraban
kehangatan dengan
dan
orang
lain,
faktor yang Melatar belakanginya
pesimis terhadap kompetisi serta
Perkembangan
konsep
diri
enggan dalam bersaing membuat
subjek
prestasi dengan orang lain, tidak
cenderung
hiperkritis
lain
disebabkan karena faktor-faktor yang
mengungkapkan
mempengaruhi di antaranya peran
terhadap
(sanggup
orang
saat
masih
kanak-kanak
negatif.
Hal
ini
penghargaan atau pengakuan pada
orang
kelebihan
pemenuham kebutuhan fisik subjek
orang
lain).
Subjek
tua
yaitu
ayah.
Dalam
bahkan cenderung asertif, perilaku
merasa
yang dibutuhkan dalam membangun
kebutuhan psikologis subjek merasa
konsep diri positif. Hal tersebut
kurang
tercukupi.
sesuai dengan yang di kemukakan
ayahnya
tidak
bisa
menerima
oleh Lazarus (Higgins 1982), istilah
keadaan
dirinya
dan
menentang
asertif bisa di artikan ”tegas”, jika
keras
orang terbiasa tidak asertif berakibat
dirinya,
terhadap
menginginkan ia menjadi laki-laki
konsep
dirinya.
Secara
cukup, tetapi Pemenuhan
kelainan
Menurutnya
yang
karena
ayahnya
pelan tetapi pasti, hambatan dalam
seutuhnya
dan
mengekspresikan
tertekan.
Ayahnya
pikiran
dan
ada
subjek juga
pada tetap
merasa kurang
perasaan ini akan mengikis konsep
menghargai subjek sehingga subjek
diri orang yang bersangkutan. Di sisi
jarang dimintai pendapat. Meskipun
lain jika seseorang memiliki perilaku
begitu ayah subjek tetap mencintai
asertif maka harga dirinya meningkat
dan mendukung subjek sebagai anak
dan konsep diri didukung. Dengan
yaitu
demikian dapat dinyatakan bahwa
haknya sebagai anak tetapi tidak
dengan
berikut
kemampuan
asertifnya
dengan
tetap
dengan
memberikan
kelainannya.
subjek memiliki konsep diri yang
Sedangkan peran ibu, lebih bisa
positif.
menerima dan mencintai subjek apa
3. Perkembangan Konsep Diri
adanya dan dapat menjadi pelindung
subjek Berdasarkan Faktor-
yang baik bagi subjek
22
Dengan
kondisi
keluarga
subjek merasa rendah diri. Status
seperti yang telah dijelaskan di atas
sosial ekonomi subjek tergolong
maka hal tersebut sesuai dengan
cukup .
yang dikemukakan oleh Coopersmit
Kondisi tersebut sesuai dengan
(Pudjijogyanti, 1991) bahwa ketika
yang diuraikan Hurlock (1993) yang
masih kecil, orang penting bagi
mengatakan hampir semua anak
seorang anak adalah orang tua dan
memperoleh nama julukan tatkala
saudara-saudaranya
mereka mulai bergaul dengan teman
yang
tinggal
serumah. Merekalah yang pertama
sebaya.
kali
anak,
mencerminkan penilaian dari anak
perlahan-lahan
lain, yang mungkin positif, mungkin
menanggapi
sehingga
perilaku
secara
terbentuklah
konsep
diri
Julukan
seringkali
anak.
negatif, tergantung pada bagaimana
kondisi keluarga yang buruk dapat
anggota kelompok sosial menilai
menyebabkan
anak tersebut. Jika positif akan
konsep
diri
yang
rendah pada anak. Yang dimaksud
mempunyai
kondisi keluarga yang buruk yaitu
menguntungkan pada konsep diri
tidak adanya pengertian antara orang
anak. Tetapi jika negatif atau suatu
tua
bentuk ejekan pengaruhnya pada
dan
anak,
tidak
adanya
keserasian antara ayah dan ibu. Di
konsep
samping itu, konsep diri yang rendah
merugikan
dapat pula disebabkan tuntutan orang tua terhadap perilaku anak. Peran
sosial
diri
pengaruh
anak
Konsep
diri
akan
subjek
sangat
saat
Remaja pada awalnya, cenderung dalam
negatif. Hal ini disebabkan kondisi
pembentukan konsep dirinya sebagai
yang tidak jauh berbeda saat subjek
berikut: Interaksi subjek dengan
kanak-kanak yaitu Ayahnya tetap
temannya saat subjek kanak-kanak
bersikap keras menentang kelainan
biasa saja, tetapi subjek cenderung
subjek. Namun subjek tetap dicintai
lebih suka berteman dengan wanita
dan
atau subjek memilih bermain sendiri
Sedangkan peran ibu di masa remaja
karena
memberi
tidak ada, karena Ibunya meninggal
label “banci” pada subjek sehingga
dunia. Sejak saat itu Ia tinggal
teman-temannya
diterima
sebagai
anak.
23
bersama kakak perempuannya yaang
keadaan tersebut Ayahnya mulai
berperan sebagai pengganti figur ibu
dapat menerima keadaan subjek apa
bagi
adanya.
subjek.
Perlakuan
sang
Menghargai
subjek
kakakpun menentang kelainan yang
walaupun subjek seorang waria.
ada pada subjek
Demikian pula kakak perempuan
Peran sosial
Saat Remaja
subjek dan seluruh keluarga besar
Saat subjek duduk di bangku SMP,
sudah mulai mengerti, menerima
subjek kurang suka bergaul karena
keputusan subjek menjadi waria dan
teman-temannya
label
menghargainya. Salah satu bentuk
“banci” pada subjek sehingga subjek
kecil penghargaan terhadap subjek
merasa rendah diri. Sedangkan saat
yaitu
subjek duduk di bangku SMA subjek
mengganti panggilan dari “Om”
merasa mulai berani menunjukkan
menjadi “tante”
memberi
keadaan dirinya apa adanya. Dengan
semua
Peran
keponakan
Sosial
Pada
subjek
masa
demikian dalam berinteraksi dengan
dewasa ini yaitu subjek memiliki
teman-temannya pun mulai dapat
banyak teman dan pandai bergaul
berjalan dengan baik. Didukung
hingga saat ini. Interaksi subjek
dengan Status sosial ekonomi yang
dengan lingkungan sekitar berjalan
tergolong cukup, subjek pada masa
baik, di manapun subjek tinggal
remaja ini mengalami perkembangan
sejauh ini subjek dapat menjaga
konsep diri menjadi lebih positif.
hubungan
baik
dengan
para
Konsep diri subjek masa
tetangganya. Subjek mulai bekerja
Dewasa cenderung positif. Hal ini
sejak usia 21 tahun hingga kini.
disebabkan
Interaksi
seiring
berjalannya
subjek
di
lingkungan
waktu subjek berhasil mandiri secara
pekerjaannya berjalan dengan baik.
sosial ekonomi. Selain memiliki
Hingga dewasa ini status sosial
salon subjek juga membuka usaha
ekonomi subjek tergolong cukup
lain yaitu sebuah cafe di kawasan
Kondisi tersebut sesuai dengan
semanggi, rental mobil, dan wartel.
yang
Subjekpun
membantu
(1991) yang mengatakan Konsep diri
Dengan
terbentuk karena adanya interaksi
ekonomi
berperan keluarganya.
diungkapkan
Pudjijogyanti
24
seseorang dengan orang-orang di
adalah
sekitarnya. Apa yang dipersepsikan
tentang dirinya, dapat memahami
seseorang
dan menerima sejumlah fakta yang
tentang
dirinya,
tidak
individu yang tahu betul
terlepas dari struktur, peran dan
sangat
status sosial yang di sandang orang
dirinya sendiri, evaluasi terhadap
tersebut. Adanya struktur, peran dan
dirinya sendiri menjadi positif dan
status sosial yang menyertai seluruh
dapat menerima keberadaan orang
perilaku individu oleh faktor sosial.
lain. Individu yang memiliki konsep
Adanya
pengaruh faktor sosial
diri positif akan merancang tujuan-
terhadap perkembangan konsep diri
tujuan yang sesuai dengan realitas,
individu
yaitu
telah
dibuktikan
Rosenberg
(dalam
1991),
dijelaskan
oleh
Pudjijogyanti,
bermacam-macam
tujuan
yang
tentang
memilki
keemungkinan besar untuk dapat
bahwa
dicapai, mampu menganggap bahwa
perkembangan konsep diri tidak
hidup adalah suatu proses penemuan.
terlepas dari pengaruh status sosial,
Faktor
belajar
yang
agama,dan ras. Dijelaskan bahwa
mempengaruhi konsep diri subjek
individu yang berstatus sosial tinggi
adalah Pengalaman masa lalu yang
akan mempunyai konsep diri yang
membekas yang memberikan kesan
lebih positif dibandingkan individu
positif bagi hidup subjek Saat subjek
yang berstatus sosial yang rendah.
mengenal secara dekat seorang laki-
Hurlock
(1993)
laki yang berperan sebagai penolong
menambahkan bahwa individu yang
hidupnya, mendukung subjek secara
memiliki konsep diri positif akan
moril dan materiil. Sehingga subjek
mengembangkan sifat-sifat seperti
bisa seperti sekarang ini. Sedangkan
kepercayaan diri. Harga diri dan
pengalaman
kemampuan untuk melihat dirinya
membekas yang berkesan negatif
secara
bagi
realistis sehingga dapat
hidup
masa
subjek
lalu
Saat
yang
subjek
menumbuhkan penyesuaian sosial
dikecewakan
yang baik. Calhoun dan Acocella
keluarganya sendiri yang sudah ia
(1990) mengatakan individu yang
tolong. Pandangan subjek terhadap
memiliki konsep diri yang positif
masa
lalunya
dan dibohongi oleh
dijadikan
subjek
25
sebagai
pengalaman
yang
diambil
hikmahnya.
Masa
dapat
dibawa sejak lahir, melainkan faktor
lalu
yang dipelajari dan dibentuk dari
berpengaruh pada kehidupan subjek
pengalaman
di
berhubungan dengan orang lain.
kehidupan
sekarang
yang
individu
dalam
menjadikan subjek untuk bisa lebih
Lebih
belajar hati-hati.
mengemukakan bahwa suatu konsep
Subjek dapat menerima dan memahami tentang
berbagai dirinya,
lanjut
Burn
(1993)
diri yang positif dapat disamakan
kenyataan
dengan
menerima
penghargaan
evaluasi diri
yang
positif,
yang
positif,
yang
positif,
pengalaman yang telah dialami oleh
penerimaan
subjek. Subjek dapat menampung
sebaliknya konsep diri yang negatif
seluruh pengalaman tentang dirinya,
menjadi
sehingga
mengevaluasi
hasil
evaluasi
subjek
diri
sinonim diri
yang
dengan negatif,
mengarah ke arah yang lebih positif.
membenci diri, merasa rendah diri,
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
tiadanya perasaan menghargai dan
Pudjijogyanti (1991) bahwa konsep
penerimaan diri
diri bukan merupakan faktor yang
DAFTAR PUSTAKA Atmojo, K. (1986). Kami bukan lelaki-sebuah sketsa kehidupan kaum waria. Jakarta: PT. Temprin. Burns, R.B. Edi (Alih Bahasa). (1993). Konsep diri perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan.
teori pengukuran,
Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang: IKIP Semarang Press Departement Sosial RI. (1993). “Permasalahan waria” Risalah Diskusi PaneJakarta. Depsos RI. Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan anak jilid II. Jakarta: Erlangga
26
Higgins, J.M. (1982). Human relations concept and skills. New York: Random House, Inc. Monks, F.J. Knoers, A.M..P & Haditono, S.R. (1999). Psikologi perkembangan Yogyakarta: Gajah Mada University Perss. Pudjijoygyanti, C.R. (1991). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan. Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rogdakarya. Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi diri (Seri Dikat Kuliah). Jakarta: Gunadarma. Santrock, J.W. (2004). Life-span development. Ninth Edition. Mc. Graw-Hill