BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian ...

31 downloads 7753 Views 588KB Size Report
pembelian, bunga dicatat pada perkiraan biaya bunga yang ditangguhkan di ..... harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Aktiva Tetap Dalam penelitian ini yang dibahas adalah akuntansi aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan. Sebelum membahas lebih lanjut kita harus mengetahui terlebih dahulu landasan teoritis tentang pengertian akuntansi dan aktiva tetap. Aktiva tetap aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai baik melalui pembelian maupun dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Menurut Mulyadi (2002 : 110) “Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual. Menurut IAI (2007 : 16.2) Aktiva tetap adalah aset berwujud yang: (a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik aktiva tetap berwujud adalah bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan untuk digunakan secara terus menerus dan umur manfaatnya relative lebih panjang dibandingkan aktiva lancar dan nilainya material. Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam menilai aktiva tetap dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Oleh karena itu, perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16) dan diterapkan secara konsisten dari suatu periode ke periode selanjutnya. Selama masa pemakaian kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun fungsinya. Oleh karena itu perlu adanya pengakuan terhadap penurunan nilai aktiva tetap berwujud. Caranya adalah dengan mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap berwujud secara sistematis sebagai beban selama beberapa periode akuntansi yang menerima manfaat dari aktiva tetap berwujud tersebut. Pengalokasian harga perolehan itulah yang disebut dengan depresiasi.

2. Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Cara perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut: a. Pembelian tunai Aktiva yang dibeli dengan tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya sehubungan dengan pembelian

Universitas Sumatera Utara

aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran yang dipercepat. Contoh. PT. Handoko membeli bangunan seharga Rp 500.000.000,-, biaya lain-lain yang dikeluarkan adalah biaya perantara Rp 1000.000,-, biaya akte notaries Rp 1000.000,-, dan biaya pembersihan Rp 500.000,-. Perhitingan harga perolehan bangunan adalah sebagai berikut : Harga beli Biaya akte notaries biaya perantara biaya pembersihan total

Rp 500.000.000,1.000.000,1.000.000,500.000,Rp 502.500.000,-

jurnal saat pembelian : Bangunan Kas

Rp 502.500.000,Rp 502.500.000,-

Jika ada potongan harga maka potongan tersebut langsung mengurangi harga beli dan bukan merupakan keuntungan, karena keuntungan hanya diperoleh dari penjualan bukan dari pembelian. Apabila potongan harga tersebut tidak dimanfaatkan perusahaan, maka harus dilaporkan sebagai kerugian atau biaya bunga. Contoh. Sebuah mesin dibeli seharga Rp 50.000.000,-, jika dibeli secara kontan maka harganya Rp 47.500.000,-, maka jurnalnya : 1. Jika potongan harga dimanfaatkan Mesin Kas

Rp 47.500.000,Rp 47.500.000,-

Universitas Sumatera Utara

2. Jika potongan harga dimanfaatkan Mesin Kas

Rp 50.000.000,Rp 50.000.000,-

Jika aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump sump) maka harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva. Dalam penentuan nilai masing-masing dari aktiva tersebut maka dibuatlah suatu angka perbandingan sebagai berikut : 1. Harga pasar yang wajar. Untuk menentukan nilai pasar yang wajar salah satu cara berikut dapat digunakan : penaksiran untuk tujuan asuransi, penilaian yang ditetapkan untuk tujuan pajak, atau penaksiran independent oleh seorang insinyur atau penaksir lainnya. Jika harga pasar yang wajar tidak ada, maka : 2. Harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif (Independent Appraisal Company). Sebagai ilustrasi dari kondisi di atas, sebuah perusahaan memutuskan untuk membeli beberapa aktiva berupa lahan, peralatan dan bangunan dengan harga Rp 8.000.000,-, berdasarkan informasi pasar yang diketahui aktiva ini berharga : Nilai Buku

Nilai Pasar

Lahan

Rp 3.000.000,-

Rp 5.000.000,-

Peralatan

Rp 2.000.000,-

Rp 2.500.000,-

Bangunan

Rp 3.000.000,-

Rp 2.500.000,-

Rp 8.000.000,-

Rp 10.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

Harga beli sebesar Rp 8.000.000,-, akan dialokasikan atas dasar nilai pasar yang wajar dengan cara berikut : Rp 8.000.000,- = Rp 4.000.000,-

Lahan Peralatan

Rp 8.000.000,- = Rp 2.000.000,-

Bangunan

Rp 8.000.000,- = Rp 2.000.000,-

Maka jurnal dari transaksi di atas adalah : Lahan Peralatan Bangunan Kas

Rp 4.000.000,Rp 2.000.000,Rp 2.000.000,Rp 8.000.000,-

Jika aktiva tetap yang dibeli merupakan aktiva bekas maka harus dicatat sebesar harga beli ditambah biaya-biaya reparasi dan perbaikan sehingga bias dipakai. Tidak perlu diperhatikan nilai buku dari penjual.

b. Pembelian secara kredit jangka panjang Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam hal harga perolehan tidak boleh termasuk bunga, dalam kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembelian akan dilakukan dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Pembebanan bunga atas kredit ada dua kemungkinan: 1. Dalam angsuran tidak termasuk bunga Pembebanan bunga atas kredit jangka panjang menurut cara ini ada dua,yaitu Secara flat dan berdasarkan sisa utang. Secara flat yaitu biaya bunga

Universitas Sumatera Utara

sama untuk pembayaran angsuran setiap semester. Berdasarkan sisa hutang, yaitu biaya bunga dihitung dari sisa hutang terakhir. Contoh. PT. Handaka membeli lahan dengan membeli lahan dengan harga Rp 100.000.000,-. Pembayaran atas pembelian lahan ini dilakukan dengan pemberian uang muka sebesar Rp 40.000.000,-. Sisa hutang atas pembelian tersebut dilakukan secara angsuran dalam 10 kali angsuran per semester. Bunga per tahun adalah 12%. Pada saat pembelian jurnal yang dicatat adalah : Lahan Kas Utang Kontrak/ Angsuran

Rp 100.000.000,Rp 40.000.000,Rp 60.000.000,-

Secara flat pembayaran angsuran selama 10 kali per semester akan dicatatkan sebagai berikut : Utang Kontrak/ Angsuran Biaya Bunga* Kas *(6% x Rp 60.000.000,-)

Rp 6.000.000,Rp 3.600.000,Rp 9.600.000,-

Akan tetapi jika pembebanan bunga atas pembelian kredit tersebut didasarkan atas sisa utang maka akan dijurnal sebagai berikut : Angsuran semester I : Utang Kontrak/ Angsuran Biaya Bunga* Kas *(6% x Rp 60.000.000,-)

Rp 6.000.000,Rp 3.600.000,Rp 9.600.000,-

Universitas Sumatera Utara

Angsuran semester II : Utang Kontrak/ Angsuran Biaya Bunga** Kas **(6% x Rp 54.000.000,-)

Rp 6.000.000,Rp 3.240.000,Rp 9.240.000,-

Pembayaran ini akan diteruskan sampai utang tersebut lunas. 2. Dalam angsuran sudah termasuk bunga Jumlah angsuran yang dibayarkan tiapperiode dalam cara ini sudah termasuk bunga yang telah diperhitungkan terlebih dahulu. Pada waktu pembelian, bunga dicatat pada perkiraan biaya bunga yang ditangguhkan di debet. Sedangkan waktu pembayaran angsuran, biaya bunga yang ditangguhkan tersebut dicatat di kredit. Bunga dihitung berdasarkan pokok utang. Untuk menghitung pokok utang ditentukan dengan faktor annuity nilai sekarang. Atau sering disebut dengan Present Value Annuity. Bunga = suku bunga x pokok utang Pokok utang = angsuran x Keterangan : i = suku bunga per periode n = jumlah periode contoh. PT. Pandu tanggal 1 Januari 2007 membeli peralatan dengan cara angsuran tiap tahun sebesar Rp 12.500.000,- selama tiga tahun. Uang muka Rp 7.000.000,-. Bunga pertahun 15%. Jurnal transaksi tersebut adalah :

Universitas Sumatera Utara

Untuk mencatat pembelian tanggal 1 Januari 2007 Peralatan Beban Bunga Ditangguhkan Kas Utang Kontrak/ Angsuran

Rp 35.540.000,Rp 8.960.000,Rp 7.000.000,Rp 37.500.000,-

Perhitungan: Diketahui: n = 3 tahun i = 15 % per tahun

Pokok utang = Rp 12.500.000,- x = Rp 12.500.000,- x 2,2832 = Rp 28.540.000,Bunga selama angsuran dihitung sebagai berikut: Jumlah angsuran Pokok utang Bunga yang ditangguhkan

Rp 37.500.000,Rp 28.540.000,Rp 8.960.000,-

Bunga yang ditangguhkan sebesar Rp 8.960.000,-akan dialokasikan dalam jangka waktu 3 tahun dengan perhitungan sebagai berikut: Tabel 2.1 Pengalokasian Bunga yang ditangguhkan (dalam ribuan rupiah) Tahun Angsuran 0 1 2 3

12.500 12.500 12.500

Bunga 15% x 28.540 = 4.281 15%x 20.321 = 3.048,15 15% x 10.869,15 = 1.630,373

Pokok Angsuran 8.219 9.451,85 10.869,15

Pokok Utang 28.540 20.321 10.869,15 0

Universitas Sumatera Utara

Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2008 Utang Kontrak/ Angsuran Biaya Bunga Kas Beban Bunga Ditangguhkan

Rp 12.500.000,Rp 4.281.000,Rp 12.500.000,Rp 4.281.000,-

Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2009 Utang Kontrak/ Angsuran Biaya Bunga Kas Beban Bunga Ditangguhkan

Rp 12.500.000,Rp 3.048.150,Rp 12.500.000,Rp 3.048.150,-

Untuk mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 Januari 2010 Utang Kontrak/ Angsuran Biaya Bunga Kas Beban Bunga Ditangguhkan

Rp 12.500.000,Rp 1.630.373,Rp 12.500.000,Rp 1.630.373,-

c. Pembelian dengan surat berharga Pembelian Aktiva tetap dengan surat berharga adalah dengan pengeluaran obligasi atau saham milik perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar obligasi atau saham pada saat pembelian. Nilai surat berharga tersebut dicatat sebesar nilai pari atau nilai nominalnya. Selisih antara harga pembelian aktiva tetap dengan nilai nominal saham atau obligasi dicatat sebagai agio atau disagio dari saham atau obligasi tersebut. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Kadangkadang harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar tidak diketahui,

Universitas Sumatera Utara

dalam keadaan seperti ini, nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Contoh. PT. Yayang membeli sebidang tanah dengan mengeluarkan 1500 lembar saham dengan nilai nominal @ Rp 7.000,-. Harga kurs saat pembelian adalah : 1. Sebesar 99 2. Sebesar 115 Transaksi di atas akan dijurnal: 1. Jika kurs adalah 99, saham akan bernilai Rp 10.395.000,- (Rp 7.000,- x 1.500 lembar x 0,99). Tanah Disagio Saham Modal Saham

Rp 10.395.000,Rp 105.000,Rp 10.500.000,-

2. Jika kurs adalah 115, saham akan bernilai Rp 12.075.000,- (Rp 7.000,- x 1.500 lembar x 1,15). Tanah Modal Saham Agio Saham

Rp 12.075.000,Rp 10.500.000,Rp 1.575.000,-

d. Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan maka transaksi ini disebut nonreciprocal transfer (transfer yang tidak memerlukan umpan balik). Aktiva yang diperoleh melalui donasi atau sumbangan pada hakikatnya tidak menyebabkan pengeluarn modal. Kalupun ada hanyalah biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan aktiva tetap tersebut sehingga dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent. Contoh. PT. Handoko menyumbangkan tanah dan bangunan kepada PT. Yayang dengan masing-masing memiliki nilai pasar wajarnya sebesar Rp 17.000.000,- dan Rp 25.000.000,PT. Yayang akan mencatatnya sebagai berikut: Tanah Bangunan Modal donasi

Rp 17.000.000,Rp 25.000.000,Rp 42.000.000,-

e. Aktiva tetap yang dibangun sendiri Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang langsung (biaya variable), yaitu bahan dan upah langsung serta overhead pabrik yang digunakan untuk pembangunan ini harus dikapitalisasi. Ada tiga permasalahan yang selalu muncul dalam pembangunan aktiva tetap sendiri. 1. Biaya Overhead yang Dibebankan Untuk berapa besar biaya overhead yang akan dibebankan terhadap aktiva tetap yang dibangun sendiri menurut Harahap (2002:31) ada 2 yaitu: 1. Metode incremental cost Dalam hal ini biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut. 2. Metode proporsional Dalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara pro-rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2. Laba Rugi Pembangunan Sendiri Dalam pembangunan sendiri aktiva tetap, yang diharapkan adalah biaya pembangunan sendiri akan lebih rendah dibandingkan jika pembangunan tersebut diborongkan. Jika hal tersebut terjadi maka kondisi yang sepertinya menghasilkan laba tersebut tidak dapat dianggap sebagai keuntungan bagi perusahaan. Tetapi ada kondisi yang mengakibatkan biaya pembangunan sendiri lebih besar dibandingkan jika diborongkan. Jika hal ini terjadi maka perlu dipertanyakan dan dicari tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi. Apabila biaya yang lebih tinggi ini terjadi disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena kelalaian maka harus dicatat sebagai kerugian. Jadi harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun tersebut dicatat sebesar jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk pembangunan tersebut. 3. Biaya Bunga Selama Masa Pembangunan/ Kontruksi Tiga pendekatan telah diusulkan Kieso (2002:6) untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan kontruksi atau akuisisi property, pabrik, dan peralatan : 1. Tidak mengkapitalisasi beban selama periode kontruksi. Menurut pendekatan ini, bunga dianggap sebagai biaya pendanaan dan bukan sebagai biaya kontruksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan menggunakan pembiayaan dengan saham dan bukan dengan utang, maka beban ini tidak akan muncul. 2. Membebankan semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak kekontruksi. Metode ini mengatakan bahwa satu bagian dari biaya kontruksi merupakan biaya pendanaan, apakah dengan utang, kas atau saham. Suatu aktiva harus dibebankan dengan semua biaya yang diperlukan untuk membuat aktiva tersebut siap digunakan. Bunga, baik actual maupun terkait (imputed), merupakan biaya pembangunan, seperti halnya dengan biaya tenega kerja, lahan dan overhead.

Universitas Sumatera Utara

3. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga actual yang terjadi selama kontruksi. Pendekatan ini mengandalkan konsep biaya historis yang hanya mencatat transaksi actual.

Prinsip yang digunakan Kieso (2002 : 9) dalam memilih suku bunga yang tepat yang diaplikasikan pada akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah : 4.Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau sama dengan jumlah yang secara khusus dipinjam untuk membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga yang terjadi atas pinjaman khusus tersebut. 5.Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari setiap utang yang dipinjam khusus untuk membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua utang lainnya yang beredar selama periode berjalan. Contoh. Sebagai ilustrasi atas masalah pengkapitalisasian bunga, di asumsikan bahwa pada tanggal 1 Oktober 2005, PT. Handaka telah menandatangani kontrak dengan PT. Yayang untuk membangun sebuah bangunan

senilai Rp.

250.000.000,- di atas tanah yang mempunyai harga pokok Rp 50.000.000,- (dibeli dari kontraktor dan dimasukkan kedalam pembayaran pertama). PT. Handaka telah melakukan pembayaran berikut kepada perusahaan kontruksi selama lima tahun 2006 : Tabel 2.2 Pembayaran PT. Handaka (dalam ribuan rupiah) 1 Januari Rp 75.000

1 Mei Rp 75.000

1 September Rp 75.000

31 Desember Rp 75.000

Total Rp300.000

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan telah selesai dilaksanakan dan PT. Handaka siap untuk memakai bangunan tersebut pada tanggal 31 Desember 2006. PT. Handaka memiliki utang yang beredar berikut pada tanggal 31 Desember 2006 :

Utang Kontruksi Khusus •

Wesel bayar 3 tahun, bunga 15%, untuk membiayai pembelian tanah dan pembuatan bangunan, tertanggal 31 Desember 2005 Rp 90.000.000,Utang Lainnya



Wesel bayar 5 tahun, bunga 10%, tertanggal 31 Desember 2002, dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember Rp 75.000.000,-



Obligasi 10 tahun, bunga 12%, dikeluarkan tanggal 31 Desember 2001, dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember Rp 80.000.000,Akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang selama tahun 2006 dihitung

sebagai berikut : Pengeluaran Tgl Jumlah 1 Jan Rp 75.000.000,1 Mei Rp 75.000.000,1 Sep Rp 75.000.000,31 Des Rp 75.000.000,Rp 300.000.000,-

Periode Kapitalisasi Tahun Berjalan 12/12 8/12 4/12

Akumulasi Pengeluaran Rata-Rata Tertimbang Rp 75.000.000,Rp 50.000.000,Rp 25.000.000,Rp Rp 150.000.000,-

Perhatikan bahwa pengeluaran yang dilakukan pada tanggal 31 Desember, yaitu hari terakhir tahun berjalan, tidak memiliki biaya bunga.

Universitas Sumatera Utara

Bunga yang dapat dihindarkan dihitung sebagai berikut : Akumulasi Pengeluaran Bunga yang Dapat Rata-Rata Tertimbang Suku Bunga Dihindarkan Rp 90.000.000,0,15 (wesel kontruksi) Rp 13.500.000,Rp 60.000.000,-* 0,1103 (rata-rata tertimbang Rp 661.800,Rp 150.000.000,utang lainnya) Rp 14.161.800,*Rp 60.000.000,- adalah jumlah dimana akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang melebihi pinjaman kontruksi khusus (Rp 150.000.000,Rp 90.000.000,-) Perhitungan suku bunga rata-rata tertimbang hutang lainnya :

Wesel 5 tahun, bunga 10% Obligasi 10 tahun, bunga 12%

Pokok Rp 75.000.000,Rp 80.000.000,Rp 155.000.000,-

Suku bunga rata-rata tertimbang

Bunga Rp 7.500.000,Rp 9.600.000,Rp 17.100.000,11,03%

Biaya bunga aktual yang merupakan jumlah maksimum yang dapat dikapitalisasi selama tahun 2006, dihitung sebagai berikut : Wesel kontruksi Wesel 5 tahun Obligasi 10 tahun Bunga Aktual

Rp 90.000.000,Rp 75.000.000,Rp 80.000.000,-

0,15 0,1 0.12

: Rp 13.500.000,: Rp 7.500.000,: Rp 9.600.000,Rp 30.600.000,-

Biaya bunga yang akan dikapitalisasi adalah bunga terkecil antara bunga yang dapat dihindari (Rp 14.161.800,-) dengan bunga actual (Rp 30.600.000,-), yaitu Rp 14.161.800,Sebagai pencatat atas transaksi selama tahun 2006 yang dilakukan PT. Handaka maka dibuatlah jurnal sebagai berikut : 1 Januari 2006 Tanah Bangunan/ Kontruksi dalam Proses Kas

Rp 50.000.000,Rp 25.000.000,Rp 75.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

1 Mei 2006 Bangunan Kas

Rp 75.000.000,Rp 75.000.000,-

1 September 2006 Bangunan Kas

Rp 75.000.000,Rp 75.000.000,-

31 Desember 2006 Bangunan Kas

Rp 75.000.000,Rp 75.000.000,-

Bangunan (bunga yang dikapitalisasi) Rp 14.161.800,Beban bunga* Rp 16.438.200,Kas** Rp 30.600.000,* Rp 30.600.000,- Rp 14.161.800,** Rp 13.500.000,- Rp 7.500.000,- Rp 9.600.000,-

f. Aktiva tetap yang diperoleh secara pertukaran Menurut cara ini aktiva tetap diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap lainnya yang dimilliki pihak lain baik itu yang sejenis maupun tidak sejenis. Transaksi pertukaran bisa bersih tanpa tambahan-tambahan lain atau dapat juga ditambah dengan transaksi tambahan lainnya, misalnya kas. Transaksi pertukaran aktiva tetap memiliki permasalahan yang khusus dalam pencatatannya. Kieso (2002: 16), mengatakan : Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter (seperti persediaan serta properti, pabrik dan peralatan) masih diperdebatkan atau masih kontroversial. Sebagian akuntan berpendapat bahwa akuntansi untuk jenis pertukaran ini harus didasarkan atas nilai wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, dengan mengakui suatu keuntungan atau kerugian. Sebagian lagi berpendapat bahwa akuntansi harus didasarkan atas jumlah yang tercatat (nilai buku) dari aktiva yang diberikan, tanpa mengakui keuntungan atau kerugian. Sementara yang lainnya lagi memilih pendekatan yang akan

Universitas Sumatera Utara

mengakui kerugian dalam semua kasus, tetapi menangguhkan keuntungan dalam situasi khusus. IAI (2007 : 16.6) sendiri dalam menjelaskan tentang pertukaran aktiva tetap adalah : Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi ini.suatu transaksi pertukaran memiliki substansikomersial jika: (a) Konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas aset yang diterima berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau (b) Nilai khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran; dan (c) Selisih antara (a) dan (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan. Jika pertukaran aktiva tetap dilakukan atas dasar yang tidak sejenis, maka perbedaan antara nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai aktiva yang diperoleh lansung dicatat sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis dilakukan dengan kondisi tidak adanya pembayaran kas ataupun adanya kas. Kedua kondisi ini akan dijelaskan sebagai berikut: a. Bila pertukaran tidak dissertai dengan pembayaran Nilai perolehan aktiva tetap dicatat sebesar nilai buku dari aktiva yang bersangkutan. b. Bila pertukaran disertai dengan pembayaran Harga perolehan aktiva tetap dapat dilihat dari kedua belah pihak yang melakukan transaksi, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

• Pihak yang menyerahkan uang Bagi pihak yang menyerahkan uang, harga perolehan dicatat sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan ditambah pembayan kas, dan tidak boleh dicatatkan laba. • Pihak yang menerima uang Bila pembayaran disertai disertai oleh pembayaran kas, maka ada dua hal yang mempengaruhi pengakuan keuntungan, yaitu : 1. Apabila kas yang diterima sebesar kurang dari 25% dari nilai pasar aktiva tetap yang diterima, maka keuntungan diakui sebagian jika uang diterima. Bagi pihak yang menerima uang, diperlakukan bahwa transaksi itu mengandung realisasi laba walaupun transaksi itu bukan kegiatan utama perusahaan. Pihak yang menerima kas harus mencatat bagian laba yang timbul dari penerimaan kas tersebut. Jadi ada keuntungan yang diakui (realized gain) realized gain dapat dihitung sebagai berikut :

Indicated Gain (total keuntungan) adalah laba yang ditujukkan dari transaksi pertukaran tersebut dihitung dari harga pasar aktiva tetap yang diberikan dikurangi dengan nilai bukunya. Atau dapat pula dihitung dengan cara harga pasar aktiva tetap yang diterima

Universitas Sumatera Utara

dikurangi dengan nilai buku aktiva tetap yang diserahkan dikurangi kas yang dibayar. 2. Apabila kas yang diterima sebesar lebih dari 25% dari nilai pasar aktiva tetap yang diterima, maka semua keuntungan diakui. Contoh. PT. Pandu menukar mesin sejenis yang nilai perolehannya sebesar Rp 15.000.000,-, akumulasi penyusutannya sebesar Rp 9.000.000,-, dan harga pasar Rp 6.375.000,- dengan mesin milik PT. Handaka yang nilai perolehannya sebesar Rp 18.000.000,- akumulasi penyusutannya Rp 12.000.000,- dan harga pasar Rp 6.750.000,- maka transaksi ini akan dijurnal sebagai berikut : Mesin (baru) Akumulasi penyusutan mesin Mesin (lama)

Rp 6.000.000,Rp 9.000.000,Rp 15.000.000,-

Dari contoh diatas dianggap PT. Pandu sebagai pihak yang menukarkan mesin dan PT. Handaka sebagai pihak yang memberikan mesin dan menerima kas sebesar Rp 375.000,1. Dalam hal ini apabila kas yang dibayar PT. Pandu lebih kecil dari 25% harga pasar mesin tersebut. Untuk menghitung harga perolehan atas aktiva tetap yang diterimanya : Harga pasar mesin yang diterima (-) Laba yang ditangguhkan Nilai perolehan mesin yang diterima Atau Nilai buku mesin yang diserahkan (+) Kas yang dibayar

Rp 6.750.000,Rp 375.000,Rp 6.375.000,Rp 6.000.000,Rp 375.000,-

Universitas Sumatera Utara

Nilai perolehan mesin yang diterima

Rp 6.375.000,-

Transaksi di atas akan dijurnal sebagai berikut : Mesin (baru) Rp 6.375.000,Akumulasi penyusutan Rp 9.000.000,Kas Rp 375.000,Mesin (lama) Rp 15.000.000,Sebagai pihak penerima uang maka PT. Handaka akan memperhitungkan sebagian keuntungan yang diakuinya diterimanya. Keuntungan yang diakui tersebut akan dihitung sebagai berikut :

Harga pasar mesin yang diserahkan (-) Nilai buku mesin yang diserahkan Total keuntungan Atau Harga pasar mesin yang diterima (-) Nilai buku mesin yang diserahkan (+) Kas yang diterima Total keuntungan

Rp 6.750.000,Rp 6.000.000,Rp 750.000,Rp 6.375.000,Rp 6.000.000,Rp 375.000,Rp 750.000,-

Keuntungan yang diakui =

Rp

750.000,-

= Rp 41.666,67 Aktiva yang diperolehnya akan dinilai : = Nilai buku aktiva tetap yang diserahkan – penerimaan kas (boot) + keuntungan yang diakui = Rp 6.000.000,-

Rp 375.000,- + Rp 41.666,67 = Rp 5.666.666,67

Untuk mencatat transaksi di atas maka PT.Handaka akan menjurnal : Mesin (baru) Akumulasi penyusutan

Rp 5.666.666,67 Rp 12.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

Kas

Rp Mesin (lama) Laba pertukaran

375.000,Rp 18.000.000,Rp 41.666,67

2. Apabila PT. Handaka menerima kas lebih besar dari 25% harga pasar aktiva tetap yang diterimanya dari PT. Pandu, yaitu menerima kas sebesar Rp 1.912.500,- (30% dari harga pasar mesin yang diterima). Maka dalam hal ini transaksi dianggap sebagai pertukaran moneter, dimana semua keuntungan dan kerugian diakui, dan aktiva tetap yang diterima dicatat berdasarkan nilai pasarnya.

PT.Handaka mencatat transaksinya sebagai berikut : Kas Mesin (baru) Akumulasi penyusutan Mesin Laba pertukaran

Rp 1.912.500,Rp 6.000.000,Rp 12.000.000,Rp 18.000.000,Rp 1.912.500,-

3. Pengeluaran Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap Selama penggunaan aktiva tetap perusahaan tidak dapat menghindarkan diri dari pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap itu. Pengeluaran itu ada dua macam, yaitu: a.

Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure) Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya

mendatangkan untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, pengeluaran pendapatan akan dicatat sebagai beban. Pengeluaran untuk pemeliharan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari pengeluaran ini. Beban pemeliharaan terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan beban perbaikan adalah beban-beban untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik. b.

Pengeluaran Modal (capital expenditure) Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat

sebagai aktiva (dikapitalisir). Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akuntansi termasuk dalam kategori ini. Dalam praktek sangat sulit membedakan antara revenue expenditure dengan capital expenditure. Untuk mengatasi kesulitan ini dalam akuntansi diberikan beberapa pedoman bagaimana untuk membedakannya. Menurut Harahap (2002 : 49) Pedoman itu adalah sebagai berikut: 1. Segi Keuntungan Jika pengeluaran itu memberikan keuntungan selama lebih dari satu tahun, maka dianggap sebagai capital expenditure. Jika sebaliknya maka dianggap sebagi revenue expenditure. 2. Kebiasaan Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai revenue expenditure, jika sebaliknya maka dianggap sebagai capital expenditure. Jika pengeluaran itu jumlahnya relative besar dan sifatnya penting biasanya dianggap sebagai capital expenditure. Sedangkan jika pengeluaran tersebut relative kecil maka dianggap sebagai revenue expenditure. 3. Jumlah Jika pengeluarannya relative kecil dianggap sebagai revenue expenditure dan jika pengeluaran itu jumlahnya relative besar dan sifatnya penting maka dianggap sebagai capital expenditure.

Agar biaya-biaya tersebut dapat dikapitalisasi menurut Donald E. Kieso (2003 : 23) beberapa kondisi yang harus dipenuhi ialah sebagai berikut : 1. “ Umur manfaat aktiva harus meningkat 2. Kuantitas unit yang diproduksi aktiva harus meningkat

Universitas Sumatera Utara

3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.” biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktiva tetap tersebut dapat dikelompokkan menjadi : a. Biaya Reparasi, yaitu biaya untuk memperbaiki aktiva tetap menjadi baik seperti

semula

dan

dapat

digunakan

kembali

dalam

operasi

perusahaan.reparasi dibedakan atas dua yaitu reparasi biasa dan reparasi besar. Reparasi yang bersifat biasa (ordinary repairs) adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap dalam kondisi siap operasi; biaya ini dapat dibebankan ke akun beban selama periode terjadinya atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak menerima manfaat. Contohnya adalah penggantian komponen kecil, pelumasan, penyetelan peralatan, pengecetan kembali, dan pembersihan. Reparasi yang sifatnya besar (major repairs) adalah reparasi dimana beberapa periode akan menerima masa manfaat dan biaya tersebut harus diperlakukan sebagai penambahan, perpaikan atau penggantian. b. Biaya Penambahan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menambah aktiva tetap yang lama dengan bagian-bagian yang baru. Pengeluaran ini dilakukan untuk menambah mutu serta manfaat aktiva tetap tersebut. Contoh yang sering terlihat adalah penambahan peralatan yang dipasang pada mesin dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran. Jika peralatan yang ditambahkan tersebut dipasang menjadi satu dengan mesin maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu

Universitas Sumatera Utara

merupakan

suatu

penambahan.

Biaya-biaya

yang

timbul

dalam

penambahan dikapitalisasi, menambah biaya perolehan aktiva dan disusustkan selama umur ekonomisnya. c. Biaya Pemeliharaan, yaitu biaya untuk menjaga aktiva tetap tersebut tetap pada kondisi baik. Biaya ini sifatnya biasa dan berulang-ulang dan tidak menambah umur aktiva, pengeluaran ini dianggap sebagai revenue expenditure. d. Biaya Penyusunan Kembali dan Pemasangan Kembali, yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat diperiode masa depan. Jika biaya pemasangan awal dan akumulasi penyusutan yang dihitung sampai tanggal sekarang dapat ditentukan atau diestimasi, maka biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali diperlakukan sebagai penggantian. Jika tidak maka biaya baru itu apabila jumlahnya material harus dikapitalisasi sebagai aktiva yang akan diamortisasi selama periode masa depan yang diharapkan menerima manfaat. Akan tetapi jika ternyata jumlahnya tidak material dan jika tidak dapat dipisahkan dari beban operasi lainnya atau jika manfaat masa depannya masih diragukan, maka hal itu harus segera dibebankan. e. Biaya Perbaikan, yaitu penggantian suatu aktiva dengan aktiva yang baru untuk memperoleh kegunaan aktiva yang lebih baik. Perbedaan antara perbaikan dengan pergantian yaitu: perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain yang lebih baik,

Universitas Sumatera Utara

contoh: laintai kayu dengan lantai marmer. Sedang pergantian adalah subsitusi dari aktiva yang sama, contoh: lantai kayu dengan lantai kayu. 4. Pengertian dan Metode Depresiasi Aktiva Tetap Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya pasti akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh faktor fisik dan faktor faktor funsional. Kehilangan masa manfaat yang disebabkan oleh faktor fisik misalnya karena pemakain, keausan karena umur, dan kerusakan. Sedangkan hilangnya masa masa manfaat aktiva tetap yang disebabkan oleh faktor fungsional karena hal-hal sebagai berikut. Faktor fungsional akan membatasi umur aktiva tetap karena : a. Ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi. b. Perubahan permintaan terhadap barang dan yang dihasilkan. c. Kemajuan tekhnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi. Sebagai akibat dari penurunan produktivitas tersebut maka nilai dari aktiva tetap tersebut juga ikut menurun. Penurunan nilai inilah yang sering disebut dengan depresiasi ataupun penyusutan. Menurut IAI (2007 : 16.2) “depresiasi/penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”. Sedangkan menurut Jay M. Smith dan Fred K. Skousen (1997 : 491) ‘penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva bersangkutan”.

Universitas Sumatera Utara

Dari kedua definisi di atas dapat disimpilkan bahwa penyusutan merupakan alokasi yang sistematis dan rasional dalam membebankan biaya dan bukan merupakan pengumpulan dana untuk menggantikan aktiva tersebut, yang berati bahwa seiring dengan jasa yang diberikan suatu aktiva terhadap proses produksi maka sangat perlu untuk mengalokasikan harga perolehannya melalui metode perhitungan yang sistematis. Menurut IAI (2007 : 16.11) Metode penyusutan yang digunakan untuk untuk aset harus di-review minimumsetiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25. Berbagai metode depresiasi dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain : 1.

Berdasarkan Waktu a. Metode garis lurus (straight line method) Metode pembebanan biaya selama masa penggunaan, dengan membagi

sama rata secara periodik. Metode ini beranggapan bahwa aktiva tetap memberi jasa yang sama setiap periode selama umur penggunaan. Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reparasi dari suatu periode ke periode berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Menurut metode ini penghitungan depresiasi/penyusutan dihitung dengan rumus : Deprisiasi =

H arg a Perolehan − Nilai Re sidu Taksiran Umur Pengguanaan

Contoh. Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 5.000.000, nilai residu ditaksir Rp 500.000 dan estiamasi umurnya adalah 5 tahun. Penyusutan tahunan aktiva tersebut dihitung sebagai berikut

Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Straight Line Akhir tahun

Harga pokok (Rp)

Penyusutan (Rp)

0 1 2 3 4 5

5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

900.000 900.000 900.000 900.000 900.000

Akk. Penyusutan (Rp) 900.000 1.800.000 2.700.000 3.600.000 4.500.000 4.500.000

Nilai buku (Rp) 5.000.000 4.100.000 3.200.000 2.300.000 1.400.000 500.000

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksiproduksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, pengguanaan metode ini kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana

Universitas Sumatera Utara

produksinya rendah, beban penyusutan per unit bias menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. b. Metode Pembebanan Yang Menurun i.

Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) Dalam metode ini beban depresiasi pada mulanya tinggi dan selanjutnya menurun. Beban penyusutan ini dihitung dengan cara menjumlahkan semua angka (digit) umur aktiva itu. Menurut metode ini penghitungan depresiasi dihitung dengan rumus : Depresiasi =

n +1 xn 2

n = umur ekonomis aktiva contoh. Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 5.000.000, nilai residu ditaksir Rp 500.000 dan estiamasi umurnya adalah 5 tahun. Harga perolehan

Rp. 5.000.000,-

Nilai residu

Rp.

500.000,-

Rp. 4.500.000,Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode sum of the years digit T H N

Dasar Penyusutan (Rp)

1 2 3

4.500.000 4.500.000 4.500.000

Beban Penyusutan (Rp)

5/15x4.500.000= 1.500.000 4/15x4.500.000= 1. 200.000 3/15x4.500.000= 900.000

Akk. Penyusutan (Rp) 1.500.000 2.700.000 3.600.000

Nilai buku (Rp) 5.000.000 3.500.000 2.300.000 1.400.000

Universitas Sumatera Utara

4 5

4.500.000 4.500.000

ii.

2/15x4.500.000=.600.000 1/15x4.500.000= 300.000

4.200.000 4.500.000

800.000 500.000

Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method) Metode saldo menurun berganda (double declining balance method) menghasilkan beban periodic yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Contoh. Dengan menggunakan ilustrasi contoh sebelumnya maka tarif penyusutan saldo menurun adalah: = 100% / 5 tahun = 20% Digandakan menjadi 20% x 2 = 40%

Tabel 2.5 Penyusutan Menurut Metode declining/double declining balance Tahun

1 2 3 4

Nilai Buku Aktiva Awal Tahun (Rp)

5.000.000 3.000.000 1.800.000 1.080.000

Beban Penyusutan (Rp)

40%x5.000.000= 2.000.000 40%x3.000.000= 1.200.000 40%x1.800.000= 720.000 40%x1.080.000= 432.000

Akk. Penyusutan (Rp)

2.000.000 3.200.000 3.920.000 4.352.000

Nilai buku Akhir Tahun (Rp) 5.000.000 3.000.000 1.800.000 1.080.000 648.000

Universitas Sumatera Utara

5

648.000

148.000

4.500.000

500.000

Beban penyusutan pada tahun terakhir terbatas hanya pada Rp. 148.000,karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari nilai sisa. 2.

Berdasarkan Penggunaan a. Metode jam jasa (service hours method) Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkanlangsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut di perlukan suatu taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode ini adalah mengalihkan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan perjam. Perhitungan besarnya beban penyusutan perjam adalah dengan rumus berikut :

Contoh. Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp 5.000.000,- nilai residu ditaksir Rp 500.000,- dan jumlah jam kerja mesin tersebut di estimasi sebesar 150.000 jam. Maka beban penyusutan mesin per jam :

Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 30.000 jam kerja, maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 30.000 jam x Rp 30,-/jam = Rp 900.000,-

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6 Penyusutan Menurut Metode service hours Tahun

1 2 3 4 5

Jam Kerja

30.000 20.000 35.000 40.000 25.000 150.000

Beban Penyusutan (Rp)

30.000 x 30 = 900.000 20.000 x 30 = 600.000 35.000 x 30 = 1.050.000 40.000 x 30 = 1.200.000 25.000 x 30 = 750.00

Akk. Nilai buku Penyusutan (Rp) 5.000.000 900.000 4.100.000 1.500.000 3.500.000 2.550.000 2.450.000 3.750.000 1.250.000 4.500.000 500.000

b. Metode jumlah unit produksi (productive output method) Pada dasarnya hamper sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada

metode

jumlah

unit

produksijumlah

jam

kerja

tersebut

digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya per unit adalah :

Untuk mencari besarnya penyusutan pertahun adalah :

Contoh. Dengan menggunakan ilustrasi contoh sebelumnya, diketahui bahwa taksiran produksi aktiva tersebut sebesar 250.000 unit, maka besarnya penyusutan per unit :

Universitas Sumatera Utara

Jika pada tahun pertama diproduksi 30.000 unit, maka besarnya penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 540.000,-

Tabel 2.7 Penyusutan Menurut Metode productive output Tahun

1 2 3 4 5

3.

Jam Kerja

30.000 50.000 75.000 60.000 35.000 250.000

Beban Penyusutan (Rp)

30.000 x 50.000 x 75.000 x 60.000 x 35.000 x

= 540.000 = 900.000 = 1.350.000 = 1.080.000 = 6300.00

Akk. Nilai buku Penyusutan (Rp) 5.000.000 540.000 4.460.000 1.440.000 3.560.000 2.790.000 2.210.000 3.870.000 1.130.000 4.500.000 500.000

Berdasarkan kriteria lain a. Metode berdasarkan kelompok dan jenis (group and composite method) i.

Metode Penyusutan Kelompok (Group Deprecistion Method) Perhitungan penyusutan menurut metode kelompok, tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata seluruh aktiva dalam kelompok. Apabila menggunakan metode ini maka tidak ada nilai buku yang dikalkulasikan untuk aktiva tertentu, jadi tidak ada nilai buku aktiva tetap yang dihapuskan 100%. Penyusutan dicatat berdasarkan nilai

Universitas Sumatera Utara

sisa tanpa memandang umur aktiva tersebut. Apabila suatu aktiva dalam kelompok tersebut dihentikan penggunaanya, tidak ada keuntungan atau kerugian yang akan dicatat, perkiraan aktiva tersebut dikredit sebesar harga perolehannya dan perkiraan penilaian didebet sebesar selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa. Contoh. Pada awal tahun 2009, PT. Handoko membeli 50 unit mesin sejenis yang

diperkirakan mempunyai umur ekonomis rata-rata 5 tahun

dengan harga keseluruhan Rp 1000.000.000,-. Dari kelompok mesin ini terjadi disposisi (tanpa penjualan); pada akhir tahun 2012, 15 unit mesin, pada akhir tahun 2013, 20 unit mesin dan pada akhir tahun 2014, 15 unit mesin. Berdasarkan rata-rata umur ekonomisnya, maka tarif penyusutan per tahun adalah 20%. Dengan asumsi selama masa manfaat aktiva tersebut tidak ada penambahan mesin, maka table perhitungan penyusutan adalah seperti dibawah ini: Tabel 2.8 Penyusutan Menurut Metode group and composite tanpa disposisi penjualan (Dalam Ribuan Rupiah) Akhi r Tah un

2009

Beban penyusu tan 20% x cost

Aktiva Debit

1.000.0 00 200.000 -

Kredi Balanc t e -

1.000.0 00 1.000.0 00

Akumulasi Penyusutan Debit Kredi Balan t ce -

-

-

200.0 00

Nilai buku

-

1.000.0 00 200.0 800.00 00 0

Universitas Sumatera Utara

2010

200.000

-

-

2011

200.000

-

-

2012

200.000

-

300.0 00

2013

2014

140.000

60.000

-

-

400.0 00 300.0 00

1.000.0 00 1.000.0 00 700.00 0 300.00 0 0

-

300.0 00

200.0 00 200.0 00 200.0 00

400.0 00 600.0 00 500.0 00

600.00 0 400.00 0 200.00 0

400.0 00

140.0 00

240.0 00

60.000

0

0

-

300.0 00

60.00 0

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin tersebut adalah: 20012 Akumulasi penyusutan Mesin

Rp 300.000.000 Rp 300.000.000

2013 Akumulasi penyusutan Mesin 2014 Akumulasi penyusutan Mesin

Rp 400.000.000 Rp 400.000.000 Rp 300.000.000

Akumulasi penyusutan Rp 300.000.000 Keuntungan dalam disposisi Mesin

Rp 300.000.000

Rp 300.000.000

Perhatikan table di atas, beban penyusutan per unit mesin adalah Rp 4.000.000 pada empat tahun pertama digunakan 50 unit mesin dan beban

Universitas Sumatera Utara

penyusutan adalah Rp 4.000.000 x 50 = Rp 200.000.000. pada akhir tahun kelima, hanya beroperasi 35 unit mesin sehingga beban penyusutan menjadi Rp 140.000.000(20%x700.000.000), dan pada akhir tahun keenam

mesin yang

beroperasi tinggal 15 unit, sehingga beban penyusutan menjadi Rp 60.000.000 (20% x Rp 300.000.000 ). Bila diasumsikan, bahwa pada akhir tahun 2012, 2013 dan 2014 berturut-turut 14,20,dan 15 unit mesin yang dihentikan kemudian dijual dengan harga Rp 25.000.0000, Rp 20.000.000, dan Rp 15.000.000. Tabel penyusutan sebagai berikut:

Tabel 2.9 Penyusutan Menurut Metode kelompok-kelompok tertutup dengan disposisi penjualan (Dalam Ribuan Rupiah) Akhi r Tah un

Beban penyusu tan 20% x cost

Aktiva Debit

Kredi Balanc t e -

2009

1.000.0 00 200.000 -

2010

200.000

-

-

2011

200.000

-

-

2012

200.000

-

300.0 00

-

1.000.0 00 1.000.0 00 1.000.0 00 1.000.0 00 700.00 0

Akumulasi Penyusutan Debit Kredi Balan t ce -

-

-

-

200.0 00 200.0 00 200.0 00 200.0 00

200.0 00 400.0 00 600.0 00 525.0 00

275.0 00

Nilai buku

1.000.0 00 800.00 0 600.00 0 400.00 0 175.00 0

Universitas Sumatera Utara

2013

2014

140.000

60.000

-

-

400.0 00 300.0 00

300.00 0 0

380.0 00 285.0 00

140.0 00

60.00 0 -

285.0 00

15.000

60.00 ( 0 60.000) 0

0

60.00 0

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin tersebut adalah: 20012 Kas Akumulasi penyusutan Mesin

Rp 25.000.000 Rp 275.000.000 Rp 300.000.000

2013 Kas Akumulasi penyusutan Mesin

Rp 20.000.000 Rp 380.000.000 Rp 400.000.000

2014 Kas Akumulasi penyusutan Mesin

Rp 15.000.000 Rp 285.000.000 Rp 300.000.000

Akumulasi penyusutan Rp 60.000.000 Keuntungan dalam disposisi Mesin

Rp 60.000.000

Dalam contoh di atas diasumsikan tidak ada penambahan aktiva kedalam kelompok tersebut, yang disebut dengan istilah kelompok tertutup (closed group). Perusahaan dapat menambahkan aktiva baru kedalam kelompok tersebut pada satu atau beberapa tahun tertentu yang disebut kelompok terbuka (open ended

Universitas Sumatera Utara

group).Contoh: Diasumsikan bahwa dalam contoh di atas, terjadi penambahan mesin sebagai berikut; pada akhir tahun 2010, 10 unit mesin dengan harga Rp 215.000.000, akhir tahun 2013, 15 unit mesin dengan harga Rp 325.000.000 dan pada akhir tahun 2014, 25 unit mesin dengan harga Rp 550.000.000. tabel perhitungan penyusutan menjadi sebagai berikut: Tabel 2.10 Penyusutan Menurut Metode kelompok-kelompok terbuka dengan disposisi penjualan (Dalam Ribuan Rupiah) Aktiva Akhi r Tah un

Beban penyusu tan 20% x cost

Debit

Kredi Balanc t e

-

2009

1.000.0 00 200.000 -

2010

200.000

-

2011

243.000

215.00 0 -

2012

243.000

-

300.0 00

2013

2014

183.000

168.000

325.00 0 550.00 0

-

-

400.0 00

1.000.0 00 1.000.0 00 1.215.0 00 1.215.0 00 915.00 0

840.00 0 300.0 1.090.0 00 00

Akumulasi Penyusutan Debit Kredi Balan t ce

Nilai buku

-

-

-

-

300.0 00

200.0 00 200.0 00 243.0 00 243.0 00

200.0 00 400.0 00 643.0 00 586.0 00

1.000.0 00 800.00 0 815.00 0 572.00 0 329.00 0

400.0 00

183.0 00

369.0 00

471.00 0

300.0 00

168.0 00

237.0 00

853.00 0

-

ii. Metode Penyusutan Komposit (Composite Depreciation Method) Tarif komposit ditetepkan dengan menganalisa berbagai aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata penyusutan

Universitas Sumatera Utara

garis lurus. Rata-rata ini tetap dipertahankan sampai terdapat perubahan yang mencolok dalam umur ekonomis yang diakibatkan karena penambahan atau disposisi yang mempunyai pengaruh material terhadap tarif penyusutan semula. Contoh. Perusahaan mempunyai tiga kelompok aktiva yang berbeda. Aktiva bangunan, harga perolehan Rp 1.000.000.000 dengan nilai sisa Rp 60.000.000, masa manfaat 4 tahun. Aktiva peralatan, harga perolehan Rp 3.000.000.000 dengan nilai sisa Rp 150.000.000, masa manfaat 5 tahun. Aktiva mesin-mesin, harga perolehan 7.000.000.000 dengan nilai sisa Rp 600.000.000, masa manfaat 10 tahun. Tabel 2.11 Alokasi Harga Perolehan Menurut Metode Penyusutan Komposit Aktiva

Bangunan Peralatan Mesinmesin Jumlah

Harga Perolehan

Nilai Sisa

1.400.000. 84.000.000 000 4.200.000. 210.000.00 000 0 8.400.000. 840.000.00 000 0 14.000.000 1.134.000. .000 000

Harga Perolehan Yang Disusutkan 1.316.000.0 00 3.990.000.0 00 7.560.000.0 00 12.866.000. 000

Taksira n Masa Manfaa t 4 6 10

Penyusuta n Tahunan 329.000.0 00 665.000.0 00 756.000.0 00 1.750.000. 000

Tarif penyusutan komposit adalah Rp 1.750.000.000 : Rp 14.000.000.000 = 12,5% . umur ekonomis rata-rata aktiva adalah Rp 12.866.000.000 : Rp 1.750.000.000 = 7,35 tahun. Dengan demikian

Universitas Sumatera Utara

biaya penyusutan per tahun sebesar 12,5% dikalikan dengan harga perolehan terhadap kelompok aktiva tersebut Rp 14.000.000.000 atau sebesar Rp 1.750.000.000 selama 7,35 tahun. b. Metode anuitas (annuity method) Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atas jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan angka bunga yang akan diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Beban penyusutan dihitung berdasarkan rumus berikut :

Present Value yang digunakan disini adalah Present Value dari anuitas selama taksiran umur pada tingkat bunga tertentu. Contoh. Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 5.000.000, nilai residu ditaksir Rp 500.000 dan estiamasi umurnya adalah 5 tahun. Dengan tingkat bunga 10%. Dari contoh ini penyusutan dapat dihitung sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Melaui perhitungan di atas dikethui besarnya penyusutan adalah sebesar Rp 1.237.088,635 per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest Revenue dihitung 10% dari nilai buku. Ikhtisar beban penyusutan , Interest Revenue dan akumulasi penyusutan dapat dilihat dari table berikut : Tabel 2.12 Penyusutan Menurut Metode annuity T Penyusutan H (Rp) N

1 2 3 4 5 6.185.443,15 5

Implisit Interest Revenue 10% 500.000 426.291,136 9 345.211,387 5 256.023,663 1 157.917,166 3 1.685.443,3 54

Akk. Penyusutan / Tahun (Rp) 737.088,631 810.797,494 1 891.877,243 5 981.064,967 9 1.079.171,4 65 4.499.999,8 02

Akk. Penyusutan (Rp)

Nilai buku

737.088,631 1.547.886,125

5.000.000 4.262.911,369 3.452.113,875

2.439.763,369

2.560.236,631

3.420.828,337

1.579.171,663

4.499.999,802

500.000,1982

Pencatatn atas beban penyusutan atas aktiva tetap tersebut adalah : Tahun I Beban penyusutan Interest revenue Akk. Penyusutan

Rp Rp 500.000 Rp 737.088,631

Universitas Sumatera Utara

Tahun II Beban penyusutan Interest revenue Akk. Penyusutan

Rp Rp 426.291,1369 Rp 810.797,4941

Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunakan didalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.

c. Sistem persediaan (inventory systems) Dalam metode ini penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai aktiva tetap yang kecil-kecil seperti perkakas atau peralatan. Metode ini cukup mudah digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut diakhir periode.

5. Penghentian Aktiva Tetap Penghentian aktiva tetap dapat disebabkan karena;(a) penjualan, (b) Pertukaran dengan aktiva lain, (c) konversi terpaksa. a. Penjualan

Universitas Sumatera Utara

Selisih penjualan bersih dan nilai buku aktiva yang dijual merupakan laba atau rugi penjualan aktiva. Bila hasil penjualan lebih besar dari pada nilai bukunya, maka selisihnya merupakan laba penjualan aktiva, dan sebaliknya bila lebih kecil merupakan kerugian penjualan aktiva. Contoh. Pada tanggal 1 Maret 2008, PT. Handaka menjual peralatan seharga Rp 327.000.000, yang harga perolehannya Rp 627.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal 1 Januari 2007 Rp 379.500.000 perusahaan menyusutkan peralatan tersebut dengan menggunakan metode garis lurus dengan tarif 10% per tahun. Kebijakan perusahaan yaitu menyusutkan aktivanya kebulan terdekat. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah: Depreciation Expense- Equipment Rp 10.450.000 Accumulated Depreciation- Equipment (2/12 x 10% x Rp 627.000.000 = Rp 10.450.000 ) Cash Accumulated Depreciation- Equipment Equipment Gain on Sale of Equipment

Rp 10.450.000

Rp 327.000.000 Rp 389.950.000 Rp 627.000.000 Rp 89.950.000

Perhitungan; Harga jual bersih Harga perolehan Akumulasi penyusutan = 379.500.000 + 10.450.000 Nilai buku Laba penjualan peralatan

327.000.000 627.000.000 389.950.000 237.050.000 89.950.000

Kedua ayat jurnal tersebut dapat digabungkan sehingga menjadi sebagai berikut: Cash Accumulated Depreciation- Equipment Depreciation Expense- Equipment

Rp 327.000.000 Rp 379.500.000 Rp 10.450.000

Universitas Sumatera Utara

Equipment Gain on Sale of Equipment

Rp 627.000.000 Rp 89.950.000

b. Pertukaran dengan aktiva lain Dalam hal terjadinya pertukaran suatu aktiva dengan aktiva lainnya, yang pertama-tama harus dibedakan adalah apakah pertukaran tersebut berkasus umum atau berkasus khusus.

Pertukaran umum Salah satu Ciri dalam pertukaran aktiva bersifat kasus umum adalah bahwa aktiva yang dipertukarkan tidak sejenis. Dasar kapitalisasi yang digunakan untuk pencatatan harga perolehan aktiva tetap dalam pertukaran umum adalah : 1. Harga pasar aktiva yang diberikan atau harga pasar aktiva yang diterima tergantung mana yang lebih jelas yang dapat ditetapkan. 2. Apabila terdapat unsur moneter atau uang tunai yang terlibat dalam pertukaran atau tombokan (boot) , maka aktiva yang baru dicatat berdasrkan harga pasar yang wajar dari aktiva yang diberikan ditambah dengan boot yang dibayarkan. 3. Bila terdapat unsure boot tanpa diketahui harga pasar yang wajar dari aktiva yang diberikan melainkan hanya diketahui harga pasar yang wajar atas aktiva yang diterima , maka boot tidak dapat ditambahkan pada harga pasar aktiva yang wajar dari aktiva yang diterima yang merupakan harga

Universitas Sumatera Utara

perolehan aktiva yang baru, karena bila hal ini dilakukan akan terjadi over statemen terhadap aktiva yang baru yang berpengaruh kemasa depan dalam pembebanan penyusutan periodik. Contoh. Pada tanggal 2 Januari 2009 PT. Handaka memperoleh satu unit kendaraan truck baru yang harga pasarnya Rp 573.000.000. perolehan ini dilakukan dari suatu pertukaran dengan peralatan pabrik yang harga perolehannya Rp 600.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp 180.000.000 dalam pertukaran ini perusahaan harus memberikan uang tunai tambahan (boot) Rp 159.000.000. Ayat jurnal untuk mencatat perolehan kendaraan adalah sebagai berikut: Automobile (trucks) Accumulated depreciation-factory equipment Loss exchange of factory equpment Factory equipment Cash

Rp 573.000.000 Rp 180.000.000 Rp 6.000.000

Trade-inallowance = Rp 573.000.000 - Rp 159.000.000 Nilai buku = Rp 600.000.000 - Rp 180.000.000 Loss on exchange of equipment

Rp 600.000.000 Rp 159.000.000 Rp 414.000.000 Rp 420.000.000 Rp 6.000.000

Pertukaran khusus Dasar kapitalisasi yang digunakan untuk pencatatan harga perolehan aktiva tetap dalam pertukaran khusus adalah : 1. Apabila harga pasar tidak ada yang diketahui, maka aktiva dicatat berdasarkan nilai buku aktivayang diberikan dan tidak ada laba-rugi pertukaran yang diakui. 2. Apabila harga pasar diketahui dan laba-rugi pertukaran dapat dihitung, maka dasar pencatatnnya adalah: (1) apabila aktiva yang dipertukarkan

Universitas Sumatera Utara

merupakan aktiva produktif sejenis dan dalam pertukaran ini laba tidak diakui, sehingga dasar pencatatan adalah nilai buku aktiva yang dipertukarkan. Laba pertukaran ini diakui melaui penyusutan yang lebih yang lebih rendah. (2) apabila pertukaran ini menujukkan kerugian maka harus bersifat konsevatif, yaitu rugi harus segera diakui, sehingga dasar pencatatannya adalah harga pasar. 3. Apabiala terdapat boot dalam pertukaran ini, perlakuannya tetap sama dengan bila tidak ada boot, hanya terlibat dengan unsur boot dampaknya harus dikaitkan dengan penentuan nilai aktiva yang baru bagi pihak yang memberikan boot atau yang menerima boot. Bagi pihak yang memberikan boot, boot akan ditambahkan pada nilai buku aktiva yang diberikan, dan sebaliknya bagi pihak yang menerima boot dikurangkan pada nilai buku diserahkan. Apabila pertukaran ini menunjukkan selisih antara harga pasar dengan nilai buku aktiva yang diberikan, maka pengakuan laba (recognized gain) bagi penerima boot dihitung dengan formula sebagai berikut:

Contoh. PT. Handaka mempunyai peralatan pabrik yang harga perolehannya Rp 63.000.000 dengan akumulasi penyusutan Rp 42.000.000 dengan harga pasarnya Rp 35.000.000 melakukan pertukaran dengan peralatan sejenis dari PT. Pandu yang harga perolehannya Rp 84.000.000, akumulasi penyusutan Rp 52.500.000

Universitas Sumatera Utara

dan harga pasarnya Rp 35.000.000. Perhitungan indikasi keuntungan dari kedua perusaan tersebut tampak seperti dibawah ini: Tabel 2.13 Perhitungan indikasi keuntungan dari PT.Handaka dan PT. Pandu PT. Handaka Harga Perolehan Rp 63.000.000 Akumulasi 42.000.000 Penyusutan Nilai Buku 21.000.000 Harga Pasar 35.000.000 Indikasi 14.000.000 Keuntungan

PT. Pandu Harga Perolehan Rp 84.000.000 Akumulasi 52.500.000 Penyusutan Nilai Buku 31.500.000 Harga Pasar 35.000.000 Indikasi 3.500.000 Keuntungan

Karena dalam pertukaran ini baik PT. Handaka maupun PT. Pandu menunjukan adanya keuntungan (Indicated gain), maka keuntungan ini tidak diakui (ditangguhkan) sehingga dasar pencatatan perolehan aktiva baru adalah nilai buku aktiva yang diberikan. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini adalah : PT. Handaka Factory equipment (new) Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Factory equipment (old)

Rp 21.000.000 Rp 42.000.000 Rp 63.000.000

PT. Pandu Factory equipment (new) Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Factory equipment (old)

Rp 31.500.000 Rp 52.500.000 Rp 84.000.000

Tetapi anggaplah apabila harga pasar masing-masing peralatan pabrik tersebut adalah Rp 28.000.000. maka: Tabel 2.14

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan indikasi keuntungan dan indikasi kerugian dari PT.Handaka dan PT. Pandu PT. Handaka Harga Perolehan Rp 63.000.000 Akumulasi 42.000.000 Penyusutan Nilai Buku 21.000.000 Harga Pasar 28.000.000 Indikasi 7.000.000 Keuntungan

PT. Pandu Harga Perolehan Rp 84.000.000 Akumulasi 52.500.000 Penyusutan Nilai Buku 31.500.000 Harga Pasar 28.000.000 Indikasi Kerugian 3.500.000

Bagi PT. Handaka dalam pertukaran ini menunjukkan adanya laba Rp 7.000.000, laba ini ditangguhkan sehingga dasar pencatatannya adalah nilai buku aktiva yang diberikan. Bagi PT. Pandu pertukaran ini menunjukkan adanya kerugian Rp 3.500.000, kerugian ini segera diakui sehingga dasar pencatatannya adalah harga pasar aktiva yang diberikan. Ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Handaka dan PT. Pandu adalah sebagai berikut: PT. Handaka Factory equipment (new) Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Factory equipment (old)

Rp 21.000.000 Rp 42.000.000 Rp 63.000.000

PT. Pandu Factory equipment (new) Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Loss on exchange of factory equipment Factory equipment (old)

Rp 28.000.000 Rp 52.500.000 Rp 3.500.000 Rp 84.000.000

Contoh berikut menggambarkan pertukaran yang tidak berakhir dengan proses pembentukkan pendapatan dan terlibat unsure moneter (boot). Contoh: PT. Handaka mempunyai peralatan pabrik yang harga perolehannya Rp 90.000.000, akumulasi penyusutan Rp 54.000.000 dan harga pasarnya Rp

Universitas Sumatera Utara

48.000.000 ditukar dengan peralatan pabrik sejenis dari PT. Pandu yang harga perolehannya Rp 72.000.000, akumulasi penyusutan Rp 30.000.000 dan harga pasarnya Rp 51.000.000. dalam pertukaran ini PT. Handaka memberikan tambahan uang tunai (boot) Rp 3.000.000. Tabel 2.15 Perhitungan indikasi keuntungan dan terlibat unsur moneter (boot) dari

PT.Handaka dan PT. Pandu

PT. Handaka PT. Pandu Harga Perolehan Rp 90.000.000 Harga Perolehan Rp 72.000.000 Akumulasi 54.000.000 Akumulasi 30.000.000 Penyusutan Penyusutan Nilai Buku 36.000.000 Nilai Buku 42.000.000 Harga Pasar 48.000.000 Harga Pasar 51.000.000 Indikasi 12.000.000 Indikasi 9.000.000 Keuntungan Keuntungan Dalam pertukaran ini PT. Handaka dan PT. Pandu menunjukan adanya laba pertukaran masing-masing Rp 12.000.000 untuk PT. Handaka dan Rp 9.000.000 untuk PT. Pandu, karena dalam hal ini PT. Handaka memberikan tambahan boot, maka tidak ada pengakuan laba pertukaran, sebaliknya bagi PT. Pandu sebagian dari laba pertukaran ini diakui dengan perhiyunga sebagai berikut:

Jurnal PT. Handaka Factory equipment (new) Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Factory equipment (old) Cash

Rp 39.000.000 Rp 54.000.000 Rp 90.000.000 Rp 3.000.000

Jurnal PT. Pandu

Universitas Sumatera Utara

Factory equipment (new) Acc. Depreciation- Factory equipment (old) Cash Factory equipment (old) Gain on exchange of factory equipment

Rp 39.529.412 Rp 30.000.000 Rp 3.000.000 Rp 72.000.000 Rp 529.412

c. Konversi terpaksa. Yang digolongakan sebagai konversi terpaksa yaitu kerusakan aktiva yang diakibatkan bencana alam, kebakaran, atau peristiwa lainnya yang tidak dapat dikendalikan. Bebrapa risiko dari seperti ini dapat diasuransikan, dan akibat dari kejadian tersebut perusahaan menerima ganti rugi dari perusahaan asuransi. Jika ganti rugi lebih besar dari nilai buku aktiva yang rusak, maka selisihnya merupakan keuntungan, dan sebaliknya bila lebih kecil merukan kerugian. Sedangkan apabila kerugian tersebut tidak diasuransikan, maka nilai aktiva buku yang rusak merupakan kerugian. Contoh. Anggaplah bahwa gempa melanda bangunan pabrik yang harga perolehannya Rp 720.000.000 dan nilai bukunya Rp 210.000.000, dan perusahaan mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi Rp 240.000.000, maka ayat jurnal untuk mencatat peristiwa ini adalah: Receivable from insurance company Accumulated depreciation-building Building Gain on involuntary convertion

Rp 240.000.000 Rp 510.000.000 Rp 720.000.000 Rp 30.000.000

Ada dua pendapat mengenai laba atau rugi konversi terpaksa, yaitu: 1. Pendapat pertama bahwa ganti rugi ini seringkali diinvestasikan kembali kedalam aktiva sejenis, maka laba atau rugi tidaklah diakui;

Universitas Sumatera Utara

2. Pendapat lain bahawa ganti rugi dari pembebasan dan investasi dari aktiva yang baru harus dipandang sebagai transaksi yang terpisah. Jadi keuntungan atau kerugian konversi terpaksa harus diakui, dan aktiva yang baru dicatat sebesar harga perolehannya. Contoh: sebuah perusahaan mempunyai sebidang tanah yang dibebaskan oleh pemerintah yang dijadikan taman-taman rekreasi. Harga perolehan tanah Rp 3.000.000.000, dan nilai ganti rugi disepakati sebesar harga pasarnya Rp 15.600.000.000. ayat jurnal untuk mencatat peristiwa ini adalah: Cash

Rp 15.600.000.000 Land Gain on condemnation

Rp 3.000.000.000 Rp 12.600.000.000

6. Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat digolongkan dalam berbagai sudut antara lain: a. Sudut Substansi, Aktiva tetap dapat dibagi: 1.

Tangible Assets (aktiva tetap berwujud), seperti lahan, mesin, gedung dan peralatan.

2.

Intangible Assets (aktiva tetap tidak berwujud) seperti HGU, HGB, Goodwill-paten, Copyright, Hak cipta, Franchise, dan lain-lain.

b. Sudut disusutkan atau tidak 1. Depreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan, seperti building, equipment, machinery, inventaris, jalan dan lainlain.

Universitas Sumatera Utara

2. Undepreciated Plant Assets, yaitua aktiva tetap yang tidak disusutkan, seperti land (lahan). c. Berdasarkan Jenis 1. Lahan yaitu bidang tanah terhampar yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabla ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. 2. Bangunan Gedung yaitu bangunan yang berdiri di atas bumi, baik di atas lahan ataupun air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu. 3. Mesin. Mesin termasuk peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. 4. Kendaraan, terdiri dari semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truck, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain. 5. Perabot, terdiri dari perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. 6. Inventaris (peralatan), peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan, seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang, dan lain-lain. 7. Prasarana.

Perusahaan

di

Indonesia

pada

umumnya

mengklasifikasikan sarana seperti jalan, jembatan, pagar, dan lainlain.

Universitas Sumatera Utara

7. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah pemakai. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun beberapa pemakai juga memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Agar laporan keuangan dapat dikatakan wajar maka salah satu persyaratannya adalah full disclosure. Artinya laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan yang wajar, tidak menyesatkan dan tidak menimbulkan kekeliruan apabila dibaca oleh pemiliknya. Menurut IAI (2002 : 1.3) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut: 1. 2. 3. 4. 5.

Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debet neraca. Menurut Sofyan S. Harahap (2002: 123), bentuk penyajian aktiva tetap didalam neraca yang umunya sering digunakan dalam perusahaan adalah: 1. Dineraca hanya dicantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing- masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara gelobal.

Universitas Sumatera Utara

2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangan. Disini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-masing. 3. Informasi yang lebih lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.

Berikut ini merupakan contoh penyajian aktiva dalam laporan keuangan: Aktiva Tetap Tanah Rp 100.000.000 Bangunan 250.000.000 Mesin 150.000.000 Kendaraan 125.000.000 Peralatan 75.000.000 Total Aktiva Tetap Rp 700.000.000 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (140.000.000) Total Aktiva Tetap (Bersih) Rp 560.000.000

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian Sosa Suanti Pasaribu (2006)

Judul Penelitian

Perumusan Masalah

Hasil Penelitian

Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Rumah Sakit Haji Medan

Penelitian yang dilakukan menyangkut permasalahan : a. Apakah Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16? b. Bagaimana Penerapan

Dalam hasil penelitian Sosa suanti Pasaribu mengambil kesimpulan bahwa Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Rumah Sakit Haji Medan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No.16. Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap

Universitas Sumatera Utara

Halasan Siregar (2005)

Winda Yuliana Sirait (2005)

Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Rumah Sakit Haji Medan? Akuntansi Apakah Penerapan Aktiva Akuntansi Aktiva Tetap Tetap pada yang dijalan kan PT. PT. Sempurna Jaya Laju Sempurna Medan telah sesuai Jaya Laju dengan PSAK No. 16 Medan dan No. 17?

pada Rumah Sakit Haji Medan sudah tepat.

PT. Sempurna Jaya Laju Medan secara umum mempunyai kebijakkan Akuntansi Aktiva Tetap yang pada prinsipnya tidak menyimpang dari SAK, khususnya PSAK No. 16 dan No. 17. Kebijakan a. Bagaimana Kebijakan Akuntansi Akuntansi Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap perusahaan Aktiva Aktiva Tetap antara lain: Tetap pada Perusahaan? • perusahaan telah PT. Barata b. Apakah Kebijakan mengelompokkan Akuntansi Aktiva Indonesia aktiva tetap yang UUM Tetap Perusahaan dimiliki berdasarkan Sesui Dengan SAK Medan jenis sesui dengan di Indonesia fungsi masing-masing aktiva. • Perusahaan memperhitungkan seluruh pengorbanan yang terjadisebagai akibat dari perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan. • Perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam menetapkan tarif penyusutan aktiva tetap yang dimilikinya. • Dalam hal penarikan aktiva tetap, perusahaan melakukan

Universitas Sumatera Utara