Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

15 downloads 77 Views 497KB Size Report
Peranan aktiva tetap sangat penting dalam suatu bentuk badan usaha untuk menentukan ..... Sistem aktiva tetap menyediakan mekanisme otoritas sejak saat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Peranan aktiva tetap sangat penting dalam suatu bentuk badan usaha untuk menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha tersebut. Sehingga dapat dikatkan bahwa setiap bentuk badan usaha adalah merupakan suatu pergerakan akiva tetap yang ditujukan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri. Aktiva tetap itu sendiri merupakan harta perusahaan yang dimaksud bukan untuk diperjual belikan melainkan dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang umurnya lebih dari satu tahun. Niswonger, Fess dan Warren (2000: 283), menyatakan: Aktiva tetap atau harta tetap adalah harta yang dapat digunakan berulang kali dan biasanya diharapkan dapat dipakai dalam waktu lebih dari satu tahun. Sifatnya berwujud, digunakan dalam operasi perusahaan, dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi dalam operasi perusahaan. Mesin cadangan yang disimpan atau digunakan bila mesin reguler rusak, juga termasuk aktiva tetap. Selain itu Baridwan (2004:271) memberikan pengertian aktiva tetap sebagai berikut: Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen dan menunjukkan sifat dimana aktiva tetap yang bersangkutan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk tujuan akuntansi jangka waktu penggunaannya dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi.

8 Universitas Sumatera Utara

9

Jadi aktiva tetap berwujud yang umurnya lebih dari satu periode dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud. Sedangkan menurut defenisi yang digunakan PSAK No. 16 (2002), butir ke-05, menyatakan: Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang dipergunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebihdari satu tahun. Menurut Harahap (2002:20) “Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan digunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pengertian di atas pengertiannya sama, tetapi pengungkapannya saja yang berbeda. Maka aktiva tetap mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang umum yaitu: a. Bersifat relatif permanen. Aktiva tetap yang bersifat permanen harus dapat dipakai untuk jangka waktu tertentu, yang mana umur dan masa manfaatnya lebih dari satu tahun. b. Dipakai dalam operasi perusahaan. Aktiva tetap tersebut harus mempuyai peranan penting dan ikut serta dalam operasi perusahaan guna mendapatkan obyektifitas dari perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

10

c. Tidak dimaksudkan untuk dijual. Aktiva tetap yang ada di perusahaan tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan.

2. Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang dimiliki oleh setiap perusahaan, secara umum hanya dapat dibedakan oleh karena sifatnya, dan ada yang tidak dapat dilihat dan diraba secara langsung. Oleh karena perbedaan sifat itu maka ada ahli yang menjadikannya sebagai dasar untuk penggolongan aktiva tetap tersebut. Baridwan (2004 : 272) menyatakan bahwa penggolongan aktiva tetap tersebut sebagai berikut: a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan. b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kenderaan dan lain-lain. c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan, dan lain-lain. Aktiva tetap dapat dibedakan atas: a. Tanah dan Hak Atas Tanah Tanah adalah harta perusahaan yang dimiliki dan digunakan untuk kegiatan usaha seperti tanah tempat bangunan, tempat parkir, tanah pertanian, tanah perkebunan dan sebagainya. Tanah memberikan manfaat terhadap kegiatan perusahaan selama jangka waktu yang tidak terbatas. Hak atas tanah adalah hak untuk menggunakan tanah tanpa perubahan hak milik dari tanah tersebut pada yang menggunakannya.

Universitas Sumatera Utara

11

Hak atas tanah ini mempunyai masa pakai yang terbatas sehingga dapat disusutkan. b. Bangunan Bangunan adalah harta yang dimiliki dan digunakan perusahaan dalam menjalankan operasinya. Bangunan dapat berupa gedung kantor, pabrik toko, perumahan, dan sebagainya. c. Mesin-mesin Mesin digunakan untuk menjalankan proses produksi dalam operasi perusahaan seperti mesin pembangkit tenaga listrik, mesin pabrik dan sebagainya. d. Peralatan Peralatan adalah alat yang digunakan dalam menjalankan operasi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Peralatan yang langsung digunakan seperti peralatan pengangkutan di pabrik, alat perbengkelan dan sebagainya. e. Kenderaan Kenderaan adalah alat pengagkutan yang dimiliki dan digunakan untuk operasi perusahaan baik untuk pengangkutan karyawan maupun untuk pengangkutan barang kebutuhan pokok. f. Perabot dan Alat-Alat Kantor Perabot dan alat-alat kantor biasanya terdapat pada bagian administrasi atau bagian penjualan dari perusahaan, seperti meja, kursi, mesin hitung dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

12

3. Tanaman Tanaman dilihat dari segi manfaat dapat dibedakan atas: tanaman yang sudah menghasilkan dan tanaman yang belum menghasilkan. Tanaman yang belum menghasilkan tidak dapat disusutkan sebab belum memberikan manfaat yang sepenuhnya, sedangkan tanaman yang menghasilkan harus disusutkan. 4. Sumber Alam Sumber alam adalah harta dalam bentuk alami dan dapat memberikan hasil. Sumber alam ini berbeda dengan tanah sebab tanah tidak digunakan untuk diambil isinya. Kriteria yang harus dipenuhi agar dapat dikelompokkan sebagai sumber alam adalah: a. Sumber alam akan semakin berkurang atau habis jika digunakan. b. Penggantian sumber alam ini terjadi melalui proses alamiah. Sumber alam ini berbeda sifatnya dengan aktiva tetap lainnya, karena pemakaiannya tidak berulang-ulang. Jenis sumber alam ini adalah pertambangan

dan

hutan,

dan

penyusutannya

harus

diperhitungkan.

Peyusutannya biasa disebut deplesi.

B. Perolehan Aktiva Tetap Banyak cara yang dilakukan setiap perusahaan dalam memperoleh aktivitas tetap yang dimilikinya, dan hal tersebut berpengaruh terhadap penentan harga perolehannya. Menurut defenisi yang digunakan PSAK nomor 16 (2002) butir ke-05: “Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh

Universitas Sumatera Utara

13

suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan”. Secara umum dapat dinyatakan bahwa unsur harga perolehan dari aktiva tetap adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh aktiva yang bersangkuan sampai siap untuk digunakan dalam operasi perusahaan. Harahap (2002:8) menyatakan Ada beberapa cara perolehan aktiva tetap yang bisa ditempuh, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pembelian dengan kas. Dibeli secara kredit. Dibeli dengan surat berharga. Diterima dari sumbangan atau ditemukan sendiri. Dibangun sendiri. Tukar tambah. Ketentuan pencatatan aktiva tetap menurut Harahap (2002:8) adalah

sebagai berikut: Catat nilai aktiva itu sebesar berapa dana yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva itu, yaitu harga pembelian aktiva itu sendiri ditambah dengan biaya-biaya lain seperti biaya komisi, biaya pengangkutan, biaya pemasangan sehingga aktiva tetap tersebut dapat digunakan dalam kegiatan produksi. Untuk memperjelas cara perolehan aktiva tetap tersebut maka dijelaskan masing-masing cara perolehannya. 1. Pembelian dengan kas Aktiva tetap yang dibeli dengan tunai sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya lain-lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi dengan potongan harga yang diberikan,

Universitas Sumatera Utara

14

baik karena pembelian dalam partai besar karena pembayaran yang dipercepat. 2. Dibeli secara kredit Saat ini banyak transaksi pembelian aktiva tetap yang dilakukan dengan kredit jangka panjang. Sisa hutang itu biasanya dibuktikan notes, surat berharga, bukti hutang hipotik dan lain-lain. Hutang ini biasanya dibayar dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Baridwan (2004 : 284) menyatakan: “Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama angsuran, baik jelas-jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan sendiri harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga”. Menurut Baridwan (2004:284) menyatakan pembebanan bunga ada dua kemungkinan: a. Secara Flat. b. Berdasarkan sisa angsuran. Demikian untuk angsuran-angsuran berikutnya, biaya bunga dihitung dari sisa hutang terakhir.

Universitas Sumatera Utara

15

3. Dibeli dengan Surat Berharga (Saham atau Obligasi) Sofyan Harahap (2002:13) menyatakan: Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham/obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham saat pembelian. Nilai saham/obligasi dicatat seharga nilai pari, jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai harga premium (agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari harga pari, selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham).

4. Diterima dari sumbangan atau ditemukannya sendiri Sofyan Harahap (2002: 14), menyatakan: Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri, maka transaksi ini disebut non receiprocel atau yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independen (appraisal company) dan kredit modal donasi (donated capital).

5. Dibangun sendiri Perusahaan membangun sendiri aktiva yang dibutuhkannya. Hal ini disebabkan oleh 3 hal, yaitu: a. Menekan biaya b. Memanfaatkan fasilitas c. Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik. 6. Tukar tambah Menurut cara ini aktiva tetap diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

16

Transaksi pertukaran ini bisa bersih tanpa tambahan lainnya atau dapat juga ditambah dengan transaksi lainnya seperti kas misalnya.

C. Penyusutan Aktiva Tetap Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah akan mengalami penurunan / kehilangan kemampuannya dalam memberikan jasa bagi perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, aktiva tetap yang dicatat sebesar harga perolehannya harus dialokasikan kepada periode-periode yang menikmati. Menurut defenisi yang digunakan dalam PSAK No. 17 (2002) butir ke-02 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”. Sedangkan mengenai metodenya menurut defenisi yang dipergunakan PSAK No. 16 (2002) butir ke-37 menyatakan: Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva pada suatu dasar sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode ini mencakup metode penyusutan berdasarkan waktu, penggunaan dan kriteria lainnya. Metode yang digunakan untuk suatu aktiva dipilih berdasarkan pola yang diharapkan atas manfat keekonomian dan secara konsisten digunakan dari periode ke periode kecuali terdapat perubahan dalam pola yang diharapkan atas manfat keenokomian aktiva tersebut.

Menurut Comitte on terminology dari AICPA (1953) memberikan definisi bahwa: Akuntansi penyusutan adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva

Universitas Sumatera Utara

17

tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit yang ditaksir (mungkin merupakan suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi , bukan penilaian. Beban penyusutan untuk suatu tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-akibat dari kejadian-kejadian itu. Menurut Harahap (2002:56) dalam menentukan besarnya beban penyusutan dapat dilakukan dengan beberapa metode yang dikelompokkan menurut kriteria berikut: 1.

2.

3.

Berdasarkan waktu a. Metode Garis Lurus (Sraight Line Method) b. Metode Pembebanan Menurun - Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digit method). - Metode Saldo Menurun/Saldo Menurun Ganda (Declining/Double Declining Balance Method). Berdasarkan penggunaan a. Metode Jam Jasa (Service hour method). b. Metode Jumlah Unit Produksi (Produktive output method). Berdasarkan kriteria lainnya. a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (Group and composite method). b. Metode Annuitas (Annuity method) c. Sistem Persediaan (Inventory method) Dalam skripsi ini pembahasan hanyalah mengenai beberapa metode

penyusutan yang sering digunakan dalam praktek. Metode tersebut adalah: 1. Metode garis lurus. 2. Metode jumlah angka tahunan. 3. Metode saldo menurun. 4. Metode saldo menurun ganda. 5. Metode jam kerja dan hasil produksi.

Universitas Sumatera Utara

18

1. Metode garis lurus Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan oleh banyak perusahaan karena sederhana dan mudah dimengerti. Metode ini membenani tiap-tiap tahun dengan jumlah penyusutan yang sama besarnya dengan tidak dipengaruhi oleh lamanya umur aktiva tetap, efisien dan tingkat penggunaannya. Untuk menentukan besarnya penyusutan tiap tahun ialah: Harga pokok dikurangi dengan nilai residu kemudian dibagi dengan umur teknisnya. Perhitungannya dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

D

CS n

D = Jumlah penyusutan per tahun C = Biaya perolehan aktiva tetap S = Nilai residu n = Masa manfaat Contoh : Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp. 100.000,- nilai residu ditaksir Rp. 5000,- sedangkan umur penggunaannya ditaksir 5 tahun. Beban penyusutan per tahun adalah: D 

CS n Rp.100.000  Rp.5000 5

= Rp. 19.000,-

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel II.1 Beban Penyusutan Metode Garis Lurus

0

Harga Pokok 100.000

-

Akumulasi penyusutan -

1

100.000

19.000

19.000

81.000

2

100.000

19.000

38.000

62.000

3

100.000

19.000

57.000

43.000

4

100.000

19.000

76.000

24.000

5

100.000

19.000

95.000

5.000

Tahun

Penyusutan

Nilai buku

100.000

95.000

2. Metode jumlah angka tahunan Pada metoe ini tidak dipergunakan suatu persentase tetap, akan tetapi dengan suatu pecahan yang penyebutnya adalah jumlah urutan tahun masa manfaat aktiva tetap, dan pembilangnya adalah urutan tahun masa manfaat aktiva tetap yang selalu menurun. Menurut Smith & S Kousen (1992 : 458)

“Metode

ini

menghasilkan

beban-beban

menurun

dengan

memperhitungkan suatu seri pecahan, masing-masing dengan nilai yang lebih rendah, pada nilai perolehan harta yang disusutkan, pecaha-pecahan dihitung berdasakan jumlah periode suatu aktiva”. Rumusnya adalah sebagai berikut: Maka D Tahun I =

Pembilang : x (C  S) Penyebut

Universitas Sumatera Utara

20

Maka D Tahun II =

Pembilang    1 : x (C  S) Penyebut

Dan seterusnya. Jika umur ekonomis aktiva tetap tersebut panjang, maka penyebut (jumlah angka tahun) bisa dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah angka tahun = n

(n  1) 2

D = Jumlah penyusutan per tahun C = Biaya perolehan aktiva tetap S = Nilai residu n = Masa manfaat Contoh : Dengan mengambil contoh dari metode garis lurus maka penyusutannya adalah sebagai berikut: n

(n  1) 2

5

(5  1) 2

= 15

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel II.2 Beban Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahunan

0

Harga Pokok 100.000

-

Akumulasi penyusutan -

1

100.000

5/15 x 95.000 = 31.667

31.667

68.333

2

100.000

4/15 x 95.000 = 25.333

57.000

43.000

3

100.000

3/15 x 95.000 = 19.000

76.000

24.000

4

100.000

2/15 x 95.000 = 12.667

88.667

11.333

5

100.000

1/15 x 95.000 = 6.333

95.000

5.000

Tahun

Penyusutan

Nilai buku

100.000

3. Metode saldo menurun Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan persentase tertentu dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan terhadap nilai buku. Oleh karena itu beban penyusutan semakin lama semakin kecil. Persentasenya dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R  1 n S : C R = Tingkat penyusutan per tahun, per jam kerja, per unit produksi S = Nilai residu C = Biaya perolehan aktiva tetap n = Masa manfaat

Universitas Sumatera Utara

22

Contoh :

Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp. 100.000,- nilai residu ditaksir Rp. 5.000,- sedangkan umur penggunaannya ditaksir 5 tahun.

R  1 n S : C  1  5 5000 : 100.000  1  5 0,05

= 1 – 0,5493 = 0,4507 = 45% (dibulatkan) Persentase ini dapat dibulatkan untuk menghindari angka-angka pecahan jika nilai residu tidak dapat dipakai angka Rp. 100. Tabel II.3 Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun Tahun

Beban Penyusutan

1

45% x 100.000 = 45.000

Akumulasi penyusutan 45.000

2

45% x 55.000 = 24.750

69.750

30.250

3

45% x 30.250 = 13.612

83.362

16.637,50

4

45% x 16.637 = 7.486,88

90.849,38

9.150,62

5

45% x 9.150 = 4.117,78

94.967,16

5.032,84

Nilai buku

55.000

Jika tidak ada pembulatan maka nilai buku pada akhir tahun kelima menjadi sama dengan nilai residu sebesar Rp. 5.000,- bukan Rp. 5.032,84.

Universitas Sumatera Utara

23

4. Metode saldo menurun ganda Metode ini hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaannya hanya dalam menentukan besarnya persentase penyusutan. Dalam metode ini untuk menentukan besarnya persentase penyusutan adalah dengan cara melipat duakan persentase penyusutan menurut metode straight line. Rumusnya adalah: %. Saldo menurun ganda dikalikan dengan Nilai buku aktiva. D Tahun I = 20% x C D Tahun II = 20% x C – D Tahun I C = Biaya perolehan aktiva tetap D = Jumlah penyusutan per tahun Contoh: Tabel II.4 Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun Ganda Umur

% Straight Line

% Double Declining

3

100 : 3 = 33 1/3 %

66 2/3 %

4

100 : 4 = 25 %

50 %

5

100 : 5 = 20 %

40 %

10

100 : 10 = 10 %

20 %

Universitas Sumatera Utara

24

Tahun

Beban Penyusutan

1

40% x 100.000 = 45.000

Akumulasi penyusutan 40.000

2

40% x 60.000 = 24.750

64.000

30.250

3

40% x 36.600 = 13.612

78.400

16.637,50

4

40% x 21.600 = 8.640

87.040

9.150,62

5

40% x 12.960 = 5.184

92.224

5.032,84

Nilai buku

55.000

5. Metode jam kerja dan hasil produksi Metode ini beranggapan bahwa nilai aktiva adalah merupakan sejumlah jam produksi atau jam kerja, sehingga taksiran umur aktiva tetap ini tergantung pada jumlah jam kerja produksinya. Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aktiva itu yang dipakai dalam berproduksi. Beban penyusutan per jam dihitung sebagai berikut: D

CS Taksiran jam ker ja produktif seluruhnya

D = Jumlah penyusutan per tahun C = Biaya perolehan aktiva tetap S = Nilai residu Contoh : Dengan menggunakan ilustrasi di atas dan jam kerja aktiva tetap itu dimisalkan 50.000 jam maka penyusutan per jam adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

25

D

100.000  5.000  1,9 per jam 50.000

Jika seandainya dalam tahun 1992 aktiva itu bekerja selama 12.000 jam maka penyusutan adalah: 12.000 x 1,9 = 22.800 Jurnalnya: Beban penyusutan .................. Rp. 22.800,Akumulasi penyusutan ...................... Rp. 22.800,-

Tabel II.5 Beban Penyusutan Metode jam kerja dan hasil produksi

1

Jam kerja 12.000

12.000 x 1,9 = 22.800

Akumulasi penyusutan 22.800

2

8.000

8.000 x 1,9 = 15.200

38.00

77.250

3

9.000

9.000 x 1,9 = 17.100

55.100

62.000

4

14.000

14.000 x 1,9 = 26.600

81.700

45.900

5

7.000

7.000 x 1,9 = 13.300

95.00

18.300

No

Beban Penyusutan

Nilai buku

100.000

D. Pelepasan Aktiva Tetap

Yang dimaksud pelepasan aktiva tetap adalah keadaan dimana suatu aktiva tetap tidak digunakan lagi dalam operasi perusahaan. Sedangkan menurut defenisi yang digunakan PSAK No. 16 (2002) butir ke-44 adalah : Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomian masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya.

Universitas Sumatera Utara

26

Hal ini dapat dibedakan dalam lima pengertian, yaitu: 1. Dibuang Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutannya harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan sampai saat pelepasannya. Apabila ada nilai sisanya, maka jumlah ini dicatat sebagai rugi atas pelepasannya. 2. Dijual Ada dua jenis aktiva yang dijual: a. Aktiva yang sudah habis masa manfaatnya Dalam hal ini kas diterima dari penjualan dicatat sebagai laba atas penjualan. Aktiva yang menurut penilaian ekonomis tidak dipergunakan lagi, namun belum sepenuhnya disusutkan. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan harga penjualan aktiva tetap tersebut, yaitu: sama besar, lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai bukunya. Jika lebih rendah akan mengakibatkan rugi atas penjualan dan jika lebih tinggi akan terjadi laba atas penjualan aktiva tetap tersebut. 3. Ditukar Prosedur untuk hal ini sama seperti perolehan aktiva tetap dengan pertukaran yang telah diuraikan sebelumnya

Universitas Sumatera Utara

27

4. Dinon aktifkan Aktiva tetap yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-lain

5. Dipakai di luar operasi normal perusahaan Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi.

E. Sistem Aktiva Tetap

Pengendalian

aktiva

tetap

dilakukan

pada

saat

perencanaan

perolehannya. Sistem aktiva tetap menyediakan mekanisme otoritas sejak saat perencanaan sampai dengan pelaksanaan perolehan aktiva tetap. Sistem aktiva tetap dirancang untuk menangani transaksi yang bersangkutan dengan mutasi aktiva tetap. Menurut Mulyadi (2001 : 18) sistem itu terdiri dari jaringan prosedur sebagai berikut: 1. Prosedur pengadaan aktiva tetap 2. Prosedur penghentian pemakaian aktiva 3. Prosedur depresiasi aktiva tetap 4. Prosedur penempatan aktiva tetap Selanjutnya Mulyadi (2001 : 591-592) menyatakan transaksi aktiva tetap memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Frekwensi terjadinya transaksi yang mengubah aktiva tetap relative sedikit dibandingkan dengan transaksi yang mengubah aktiva lancar namun umumnya menyangkut jumlah rupiah yang besar. 2. Pengendalian aktiva tetap dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan aktiva tetap sehingga sistem otorisasi aktiva tetap ditetapkan pada saat

Universitas Sumatera Utara

28

perencanaan perolehan dan pada saat pelaksanaan rencana perolehan aktiva tetap. dibedakan 3. Pengeluaran yang bersangkutan dengan aktiva tetap perlu menjadi dua macam yaitu pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure), pengeluaran pendapatan dibebankan sebagai biaya pada periode akuntansi terjadinya sedangkan pengeluaran modal diperlakukan sebagai tambahan harga pokok aktiva tetap dan dibeban sebagai daya dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut. Oleh karena itu manajemen perusahaan perlu merumuskan kebijakan akuntansi untuk membedakan pengeluasan yang berhubungan dengan aktiva tetap ke dalam dua golongan yaitu pengeluaran pendapatan dan pengeluasan modal. Menurut Mulyadi (2001:592) transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap terdiri dari tiga kelompok: 1. Transaksi yang mengubah rekening aktiva tetap, 2. Transaksi yang mengubah rekening akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan. 3. Transaksi yang mengubah rekening biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap. Jenis transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap terdiri dari transaksi perolehan (pembelian, pembangunan, dan sumbangan), pengeluaran modal, revaluasi, pertukaran, penghentian pemakaian, dan penjualan. Jenis transaksi yang mengubah akumulasi depresiasi aktiva tetap terdiri dari depresiasi, penghentian pemakaian, penjualan dan pertukaran. Jenis transaksi yang mengubah rekening biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap adalah konsumsi berbagai sumber daya bahwan dan suku cadang, sumber daya manusia, energi, peralatan dan sumber daya lain untuk kegiatan reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap.

Universitas Sumatera Utara

29

Adapun menurut Mulyadi (2001: 600) dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan adalah: 1. Surat permintaan otoritas investasi (expenditure outhorization request), 2. Surat permintaan reparasi (authorization for repair), 3. Surat permintaan penghentian pemakaian aktiva tetap, 4. Surat permintaan transfer aktiva tetap, 5. Surat perintah kerja (work order), 6. Surat order pembelian, 7. Laporan penerimaan barang, 8. Faktor dari pemasok, 9. Bukti kas keluar, 10. Bukti memorial. Catatan akuntansi memegang peran penting di dalam sistem akuntansi aktiva tetap, sebagai bukti dari setiap transaksi yang terjadi. Menurut Mulyadi (2001:608) catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap adalah: 1. Kartu aktiva tetap, catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan dengan aktiva tetap tertentu, 2. Jurnal umum, jurnal umum ini digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaran aktiva tetap, penghentian pemakaian aktiva tetap dan depresiasi aktiva tetap, 3. Register bukti kas keluar, jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian aktiva tetap dan pengeluaran modal yang berupa pengeluasan kas. Fungsi yang terkait dalam transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap menurut Mulyadi (2001:608) antara lain:

Universitas Sumatera Utara

30

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Fungsi pemakai, Fungsi riset dan pengembangan, Direktur yang bersangkutan, Direktur utama, Fungsi pembelian, Fungsi penerimaan, Fungsi aktiva tetap, Fungsi akuntansi.

Sistem akuntansi aktiva tetap dibentuk oleh beberapa jaringan subsistem yang saling terkait satu dengan yang lainnya dan menurut Mulyadi (2001:611) jaringan subsistem yang membentuk sistem akuntansi aktiva tetap adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sistem pembelian aktiva tetap, Sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan, Sistem pengeluaran modal, Sistem penghentian pemakaian aktiva tetap, Sistem transfer aktiva tetap, Sistem revaluasi aktiva tetap, Sistem akuntansi depresiasi aktiva tetap.

1. Sistem pembelian aktiva tetap Menurut Mulyadi (2001, hal. 611) yang menyatakan bahwa: Sistem ini dirancang untuk melaksanakan pencatatan harga pokok aktiva tetap yang diperoleh dari transaksi pembelian karena harga pokok aktiva tetap yang dibeli terdiri dari harga yang tercantum dalam faktur dari pemasok dan semua biaya yang dikeluarkan untuk pemasangan aktiva tetap sampai dengan dalam keadaan siap untuk dipakai maka dokumen sumber yang dipakai dalam prosedur ini adalah bukti kas keluar (yang dilampir dengan surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur pemasok) dan bukti memorial (yang dilampir dengan surat perintah kerja).

Universitas Sumatera Utara

31

Bagian

yang

memerlukan

aktiva

tetap

mengajukan

surat

permintaan otorisasi investasi kepada direktur utama untuk memperoleh otorisasi dilaksanakannya investasi yang telah dicantumkan dalam anggaran modal. Berdasarkan otorisasi yang diberikan oleh direktur utama bagian pembelian melaksanakan pemilihan pemasok dan pengiriman surat order pembelian kepada pemasok yang telah dipilih, bagian penerimaan melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima pemasok melakukan pengujian terhadap kinerja aktiva tetap yang diterima dan membuat laporan pemerimaan barang. Bagian utang membuat bukti kas keluar berdasarkan laporan pemerinaan barang faktur dari pemasok surat order pembelian dan surat permintaan otorisasi investasi. Bukti kas keluar dicatat bagian utang dan register bukti kas keluar dengan jurnal. Aktiva tetap...............xxx Bukti kas keluar yang akan dibayar ............................xxx Berdasarkan bukti kas keluar yang diterima dari bagian utang, bagian aktiva tetap membuat surat penempatan aktiva tetap, bagian kartu aktiva tetap mencatat tambahan harga pokok aktiva tetap. Keadaan kartu aktiva tetap berdasarkan data yang direkam dalam buku kas keluar di samping itu bagian kartu aktiva tetap mencatat lokasi aktiva tetap dalam kartu aktiva tetap berdasarkan data yang dicantumkan dalam surat penempatan aktiva tetap.

Universitas Sumatera Utara

32

2. Sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001: 611) : Sistem ini dirancang untuk mencatat harga pokok aktiva tetap yang diperoleh perushaan dari pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan. Surat perintah kerja merupakan dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan biaya konstruksi. Jika suatu aktiva tetap yang dibangun sendiri telah selesai, maka bukti memorial (yang dilampiri dengan surat perintah kerja) dipakai sebagai dokumen sumber untuk mencatat harga pokok aktiva tetap tersebut ke dalam kartu aktiva tetap dan jurnal umum. Bagian yang memerlukan aktiva tetap mengajukan surat permintaan otorisasi investasi kepada direktur utama untuk memperoleh otorisasi dilaksanakannya pembangunan aktiva tetap yang telah dicantumkan dalam anggaran modal. Pelaksanaan pembangunan aktiva tetap diserahkan kepada bagian reparasi dan pemeliharaan. Berdasarkan otorisasi yang diberikan oleh direktur utama, bagian reparasi dan pemeliharaan melaksanakan pembangunan aktiva tetap, dengan cara mengeluarkan surat perintah kerja. Berdasarkan surat perintah kerja, bagian reparasi dan pemeliharaan meminta bahan dan suku cadang dari gudang dan memerintahkan karyawan untuk mengerjakan pembangunan aktiva tetap. Konsumsi bahan, suku cadang dan konsumsi tenaga kerja oleh bagian reparasi dan pemelihataan diinformasikan ke bagian jurnal (dengan bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang dan rekap daftar upah) untuk dicatat dalam jurnal umum.

Universitas Sumatera Utara

33

Di samping itu, berdasarkan bukti permintaan dan pengeluaran barang gedung dan rekap daftar gaji dan upah, bagian kartu aktiva tetap mencatat konsumsi bagan dan suku cadang serta jam tenaga kerja ke dalam surat perintah kerja. Pada saat pembangunan aktiva tetap selesai dilakukan, bagian reparasi dan pemeliharaan membuat laporan proyek selesai. Bagian kartu aktiva tetap menjumlah harga pokok aktiva tetap yang selesai dibangun berdasarkan data yang dikumpulkan ke dalam surat perintah kerja. Berdasarkan data jumlah harga pokok aktiva tetap yang dihitung tersebut, bagian kartu aktiva tetap membuat bukti memorial. Bukti memorial dikirimkan ke bagian jurnal untuk dicatat ke dalam jurnal umum. 3. Sistem pengeluaran modal Adapun menurut Mulyadi (2001:611) Sistem ini dirancang untuk mencatat tambahan harga pokok aktiva tetap dengan adanya pengeluaran modal. Setiap pengeluaran modal memerlukan dokumen surat perintah otorisasi investasi dari manajemen puncak. Pelaksanaan surat permintaan otorisasi investasi dilakukan berdasarkan surat perintah kerja. Pencatatan biaya yang terjadi untuk surat perintah kerja (work order) dilakukan menurut nomor surat perintah kerja yang bersangkutan, sehingga dapat dihitung besarnya pengeluran modal untuk surat perintah kerja tertentu, dan dapat dihitung tambahan harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan. Transaksi pengeluaran modal diawali dengan pembuatan surat permintaan

otorisasi

reparasi

oleh

bagian

yang

memerlukan

pengeluaran modal. Dokumen ini digunakan untuk meminta otorisasi

Universitas Sumatera Utara

34

pengeluaran modal kepada direktur utama. Otorisasi yang diberikan kepada oleh direktur utama dikirimkan ke bagian reparasi dan pemeliharaan. Langkah pengeluaran modal selanjutnya sama dengan sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan sendiri. 4. Sistem penghentian pemakaian aktiva tetap Menurut Mulyadi (2001: 611) bahwa: Sistem ini dirancang untuk mencatat pengurangan harga pokok dan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya serta laba rugi yang timbul sebgai akibat penghentian pemakaian aktiva tetap adalah bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung berupa surat permintaan penghentian dan transfer aktiva tetap. Bagian yang menggunakan aktiva tetap mengajukan permintaan penghentian aktiva tetap dengan menggunakan surat permintaan penghentian pemakaian aktiva tetap kepada Direktur Utama. Otorisasi penghentian pemakaian aktiva tetap ini dipakai oleh bagian akuntansi persediaan sebagai dasar pembuatan bukti memorial. Penghentian pemakaian aktiva tetap dicatat oleh bagian kartu aktiva tetap ke dalam kartu aktiva tetap dan dicatat oleh bagian jurnal ke dalam jurnal umum. 5. Sistem transfer aktiva tetap Menurut Mulyadi (2001: 611) bahwa: Sistem ini dirancang untuk mencatat transfer aktiva tetap dari satu pusat pertanggungjawaban ke pusat pertanggungjawaban yang lain. Karena biaya depresiasi, biaya reparasi dan pemeliharaan harus dibebankan kepada pusat pertanggungjawaban yang menggunakan aktiva tetap, semua perpindahan aktiva tetap harus segera diikuti

Universitas Sumatera Utara

35

oleh fungsi akuntansi, agar fungsi ini dapat membebankan biayabiaya tersebut berdasarkan data lokasi aktiva tetap yang diteliti. Dokumen untuk meminta otorisasi tranfer aktiva tetap adalah surat permintaan transfer aktiva tetap. Semua transfer aktiva tetap dalam lingkungan intern perusahaan harus diotorisasi oleh bagian aktiva tetap. Surat permintaan transfer aktiva tetap dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu aktiva tetap. Tansfer aktiva tetap ini tidak mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan, namun hanya dicatat data lokasi baru aktiva tetap tersebut di dalam kartu aktiva tetap. Tidak ada pencatatan nilai rupiah dalam transfer aktiva tetap. Oleh karena itu transaksi transfer tidak menyangkut pencatatan ke dalam jurnal. Bagian asal aktiva tetap membuat Surat Permintaan Transfer Aktiva Tetap (SPTAT) rangkap tiga kepada direktur utama untuk diotorisasi dan setelah diotorisasi, satu lembar SPTAT diserahkan ke bagian aktiva tetap untuk diarsip, satu lembar SPTAT yang lain dikirim ke bagian kartu aktiva tetap dan diarsip, satu lembar SPTAT yang terakhir dikirim ke bagian yang dituju beserta aktiva tetapnya. 6. Sistem revaluasi aktiva tetap Sistem ini dirancang untuk mencatat transaksi penilaian kembali aktiva tetap. Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan adalah bukti memorial.

Universitas Sumatera Utara

36

Sistem ini dimulai dari direktur utama yang membuat Surat Keputusan Revaluasi Aktiva Tetap (SKRAT) dan dikirimkan ke bagian kartu aktiva tetap, yang kemudian membuat bukti memorial dan mencatatnya ke dalam kartu aktiva tetap. Bagian jurnal menerima SKRAT dan bukti memorial dari bagian kartu aktiva tetap untuk dicatat di dalam jurnal umum dan diarsip berdasarkan nomor urutnya. 7. Sistem akuntansi depresiasi aktiva tetap. Sistem ini dirancang untuk mencatat biaya deprisiasi aktiva tetap. Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan adalah bukti memorial. Sistem ini dimulai dari bagian kartu aktiva tetap dengan membuat Daftar Depresiasi Aktiva Tetap (DDAT) dan bukti memorial, kemudian dicatat di dalam kartu aktiva tetap, DDAT dan bukti memorial selanjutnya dikirim ke bagian jurnal untuk dicatat di dalam jurnal umum dan diarsip menurut nomor urutnya.

Universitas Sumatera Utara