Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

4 downloads 66 Views 477KB Size Report
AUTISM CARE CENTER. ARSITEKTUR PERILAKU. 1. JESSICA 070406034. Bab I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Anak-anak adalah anugerah dan ...
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU

Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga dan setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir normal tanpa ada kekurangan apapun.

Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan masyarakat mengalami penurunan daya beli makanan-makanan yang bergizi. Sehingga mengakibatkan bertambahnya angka kematian anak dengan berat badan dibawah normal, apabila tidak meninggal, maka anak tersebut lahir dengan ketidaksempurnaan, misalnya terlahir cacat fisik ataupun mental. Setiap dua menit, anak balita yang dibawah umur lima tahun meninggal di Indonesia. Stephen J. Woodhouse, Kepala Perwakilan Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) di Indonesia dan Malaysia mengatakan bahwa sekitar 5.000 dari 12.500 bayi yang lahir setiap hari di Indonesia berpotensi terlahir dengan Intelligence Quotient (IQ) yang sepuluh kali lebih rendah, atau rentan ketahanan fisiknya.1

Satu dari lima anak dan remaja pada usia dibawah 18 tahun memiliki masalah kesehatan jiwa, dan 3-4 persen dari kelompok usia tersebut memiliki gangguan jiwa serius yang memerlukan penanganan memadai dan professional2. Saat ini jumlah anak dan remaja atau penduduk usia 18 tahun di Indonesia tidak kurang dari 90 juta jiwa. Itu artinya, 18 juta diantaranya rentan terhadap masalah kejiwaan. Dari jumlah itu, 3-4 persen atau sekira 700 ribu diantaranya adalah anak-anak dan remaja dengan gangguan kejiwaan yang cukup serius dan perlu penanganan profesional.

Tuhan menitipkan karunia-Nya yang tidak sempurna, yang mana adalah individu autistik. Ketidaksempurnaan perkembangan anak balita dibawah lima tahun sulit untuk dideteksi. Dengan perhatian dari orang tua kepada anak dan pengetahuan mengenai kriteria perkembangan anak yang baik, orang tua akan dapat mengetahui kelainan-kelainan yang dialami oleh si anak dengan cepat. Misalnya ada kelainan pada otak (McCandless, 2003). Perasaan orang tua menyambut kehadiran anak yang menyandang autisme dalam kehidupan 1 2

www.kompas.com www.who.or.id

1

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara

AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU

mereka biasanya pertama-tama adalah galau, tercabik antara penerimaan dan penolakan, antara rasa syukur dan marah, bahkan terkadang ada yang merasa malu dan memutuskan untuk mengurung ataupun memasung anaknya di dalam rumah.

Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang diderita anak-anak tanpa memandang warna kulit, agama maupun suku. Jumlah anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme semakin bertambah. Contohnya, di Jepang dan Kanada, sejak tahun 1980, anak yang terkena gangguan perkembangan autis meningkat 40 persen. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di California, pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis setiap hari. Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autisme. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, jumlah penderita autisme juga semakin meningkat. Pada tahun 2004 tercatat 475 ribu penderita dan sekarang diperkirakan setiap 1 dari 150 - 200 orang anak yang mengalami gangguan perkembangan autis (Menteri Kesehatan, 2008 dan Dr.Widodo, 2006). Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2.6 – 4 : 1. Akan tetapi, gejala yang ditunjukkan oleh anak perempuan lebih berat (Judarwanto, 2006).

Masyarakat Indonesia tidak dan belum cukup paham mengenai Autisme, menganggap tidak ada perbedaan antara “sakit mental” dengan “mental terbelakang/cacat perkembangan mental”. Akibatnya, banyak penyandang autisme dewasa yang hidup dalam lembagalembaga kejiwaan yang salah akibat ketidakpahaman tersebut. Hal ini menyebabkan penyandang autisme tidak dapat sembuh dengan optimal, melainkan menambah masalah perilakunya.

Mengingat di Negara kita belum ada upaya yang sistematis untuk member perawatan dan menanggulangi kesulitan belajar anak autisme, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan terapi dan pendidikan secara umum. Peningkatan pelayanan terapi dan pendidikan itu diharapkan dapat menampung anak autisme lebih banyak serta

2

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara

AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU

meminimalkan masalah perilaku dan masalah belajar(learning problem) terutama pada anakanak autisme. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu wadah yang terencana bagi anak-anak penyandang autis. Sarana/wadah ini menyediakan terapi dan pendidikan bagi penyandang autis agar mereka dapat bersosialisasi, mandiri, konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, melakukan kontak mata dengan lawan bicara, tidur dengan teratur, mengejar ketinggalan dari anak-anak lain, dan mengurangi hiperaktif. Sarana/wadah ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan yang benar kepada masyarakat luas mengenai autisme.

I.2. Maksud dan Tujuan Proyek Maksud dan tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah : 

Menyediakan wadah untuk memberikan informasi mengenai gangguan perkembangan autis kepada orang tua dari penyandang autis dan masyarakat sehingga dapat lebih mengenal dan memahami gangguan perkembangan autis.



Menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak-anak penyandang autis, yang mengikuti metoda ABA atau Lovaas agar dapat membantu perkembangan fisik dan jiwanya.



Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk terapi.



Menciptakan ruang-ruang luar sebagai sarana pendukung yang sesuai.



Dengan adanya terapi dan pendidikan yang diberikan, penderita autis diharapkan dapat kembali berinteraksi dengan masyarakat, penderita dapat kembali berfungsi sebagai elemen masyarakat.

I.3. Perumusan Masalah Masalah perancangan yang timbul dalam kasus proyek ini adalah : 

Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.



Bagaimana menciptakan suatu sarana terapi dan pendidikan yang nyaman bagi pemakainya untuk melakukan kegiatan terapi dan belajar-mengajar.



Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.



Bagaimana mewadahi beberapa kegiatan, tidak hanya terapi dan belajar pengetahuan umum, tetapi juga bermain untuk pengembangan kreativitas anak.

3

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara

AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU



Bagaimana merancang bangunan yang nyaman dan aman mengingat bangunan yang akan dirancang nantinya berhubungan dengan anak-anak.

I.4. Metode Pendekatan Pendekatan-pendekatan dalam penyelesaian masalah pada perancangan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: 

Studi literatur Dengan mempelajari permasalahan yang ada, pemecahan masalah dilakukan berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan dan mendukung dalam proses perancangan.



Studi banding Dengan melakukan pendekatan permasalahan dan fungsi bangunan dalam proyek sejenis maupun tema sejenis dalam judul proyek ini.



Survei lapangan Dalam pemilihan lokasi dilakukan analisa potensi-potensi yang ada pada lingkungan sekitar.



Mendapatkan informasi dari instansi-instansi terkait untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendukung kelayakan studi proyek, baik dengan instansi pemerintah maupun swasta.

I.5. Pendekatan Prinsip Untuk dapat memecahkan masalah diatas, maka prinsip-prinsip arsitektural yang akan digunakan, antara lain : 

Prinsip perancangan Austism Care Center berdasarkan spesialisasi dari bagian kejiwaan anak.



Prinsip psikologi anak.

Data-data yang diperlukan tersebut diperoleh dengan : 

Studi pustaka



Survei lapangan



Wawancara

4

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara

AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU

I.6. Lingkup dan Batasan Lingkup/batasan kasus proyek meliputi: 

Perancangan Autism Care Center ini terdiri dari rehabilitasi anak autis, terapi dan pendidikan bagi anak autis, tempat bermain anak-anak, klinik, pemberian informasi dan konseling mengenai gangguan perkembangan autis kepada masyarakat luas.



Lingkup pelayanan khususnya untuk daerah Sumatera Utara, namun tidak menutup kemungkinan untuk penyandang autis dan pengunjung yang ingin mendapatkan informasi dari luar daerah.



Perencanaan dan perancangan Autism Care Center dengan menerapkan konsepkonsep arsitektur perilaku yang menghubungkan perilaku dari pengguna bangunan dengan ruang-ruang dan fungsi bangunan yang akan dirancang.



Perancangan memperhatikan aspek fisik dan non fisik , seperti perancangan tapak , massa bangunan , estetika , pemakai , pengunjung , struktur , kebutuhan ruang , sirkulasi dalam dan luar , fungsi bangunan di sekitar bangunan, intensitas pembangunan di sekitarnya , dll.

I.7. Asumsi-Asumsi Proyek pada judul ini bersifat fiktif, maka asumsi-asumsi yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan proses perancangan antara lain: 

Diasumsikan kepemilikan oleh pihak swasta.



Diasumsikan bahwa harga tidak menjadi masalah.



Diasumsikan bahwa keberadaan sosial budaya masyarakat setempat tidak menjadi suatu permasalahan yang dapat menghambat keberadaan dari proyek ini.



Kegiatan penyembuhan anak autis semakin meningkat dengan kerjasama antara pemerintah, pusat rehabilitasi, dan instansi pendidikan.



Lokasi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi persyaratan fungsi bangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan.



Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap anak autis semakin meningkat.



Pemerintah mendukung kegiatan terapi dan pendidikan yang dapat membantu proses penyembuhan anak autis.

5

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara

AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU

I.8. Kerangka Berpikir

Latar Belakang -

Jumlah Penyandang Autisme semakin bertambah.

-

Penyandang Autisme adalah 1 orang dari 150 orang.

-

Salahnya pemahaman tentang “sakit mental” dengan “cacat perkembangan mental” menyebabkan perawatan yang salah bagi penyandang Autisme.

-

Medan masih kekurangan fasilitas-fasilitas terapi dan pendidikan untuk penyandang autisme.

Tujuan dan Manfaat - Sebagai sarana/wadah yang member informasi mengenai gangguan perkembangan autisme.

Judul Perancangan

- Sebagai fasilitas terapi dan pendidikan yang layak bagi penyandang

Autism Care Center

autisme.

Tema Perancangan

- Menyediakan fasilitas outdoor sebagai sarana pendukung.

Arsitektur Perilaku

- Dengan fasilitas-fasilitas yang ada, diharapkan penyandang autisme dapat kembali berfungsi sebagai elemen masyarakat.

Perumusan Masalah 

Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.



Bagaimana menciptakan suatu sarana terapi dan pendidikan yang nyaman bagi pemakainya untuk melakukan kegiatan terapi dan belajar-mengajar.



Data Perencanaan

Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsipprinsip estetika dalam teori arsitektur.



Bagaimana mewadahi beberapa kegiatan, tidak hanya terapi dan belajar .



pengetahuan umum, tetapi juga bermain untuk pengembangan kreativitas anak.





Data Tapak



Studi Literatur



Studi Banding



Survei Lapangan



Wawancara

Bagaimana merancang bangunan yang nyaman dan aman mengingat bangunan yang akan dirancang nantinya berhubungan dengan anak-anak.



Analisa

Konsep Perancangan

Analisa Tapak (Analisa Fisik) View, sirkulasi, pencapaian, orientasi, dll. Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik) Pengguna, alur kegiatan, dll Programming Program ruang dalam dan ruang luar Hubungan Antarruang

Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas.

Desain Perancangan

Umpan balik

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Sumber : Analisis Pribadi

6

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara

AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU

I.9. Sistematika Penulisan Laporan Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut: 

Bab 1 Pendahuluan Berisi kajian tentang latar belakang pembangunan Autism Care Center, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan masalah perancangan, lingkup dan batasan, asumsi-asumsi, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.



Bab 2 Deskripsi Proyek Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.



Bab 3 Elaborasi Tema Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.



Bab 4 Analisa Perancangan Menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.



Bab 5 Konsep Perancangan Menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.



Bab 6 Perancangan Arsitektur Menjelaskan tentang gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja.



Daftar Pustaka Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.

7

JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara