Chapter I.pdf - USU Institutional Repository

69 downloads 187 Views 47KB Size Report
akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal dalam kehidupan ... Di sebagian daerah di kota Medan terdapat beberapa organisasi penarik becak ...
Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia

adalah

makhluk

sosial

atau

makhluk

bermasyarakat

(homosocius/social animal/zoopolticon). Sebagai akibat sifat kodrati tersebut manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas dari hidup bermasyarakat, berkelompok atau hidup bersama. Manusia hidup berkelompok karena kesadaran akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal dalam kehidupan masyarakat kita mengetahui banyak kepentingan yang tidak sama bahkan saling bertentangan. Sebagian besar kebutuhan hanya dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan mengadakan hubungan dengan orang lain. Hal ini terutama karena sifat keterbatasan manusia, baik keterbatasan dalam hal kemampuan untuk berfikir atau derajat intelegensi (level of performance), maupun keterbatasan dalan hal kekuatan fisik (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, ANDI, Yogyakarta, 2005). Becak merupakan salah satu alat transportasi yang ada di setiap kota di Indonesia, hanya saja modelnya yang berbeda–beda disetiap kota. Becak juga merupakan alat transportasi tertua di Indonesia. Di Kota Medan, yang merupakan kota terbesar peringkat tiga di Indonesia, juga terdapat alat transportasi yang disebut dengan becak.

1

Becak berasal dari bahasa Hokkien : be chia yang artinya “kereta kuda”, adalah suatu model transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian Asia 1. Kapasitas normal penumpang becak adalah dua orang dan seorang pengemudi (dardiantoro, 2007). Penarik becak adalah orang yang bekerja mengemudikan becak untuk mengantarkan penumpang ke tujuannya dan mendapatkan imbalan atas upayanya mengantarkan penumpang tersebut (Oslan Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002). Di sebagian daerah di kota Medan terdapat beberapa organisasi penarik becak, baik itu organisasi penarik becak dayung maupun organisasi penarik becak bermotor. Mereka berkelompok secara terorganisir 2, sama halnya dengan organisasi–organisasi pada umumnya yang memiliki struktur organisasi dan aturan-aturan yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama, organisasi penarik becakpun juga sudah memiliki struktur dan aturan–aturan yang telah disusun dalam anggaran organisasi. Sejak dahulu becak dapat dikatakan memiliki peran dalam kegiatan manusia, khususnya melakukan kegiatan angkut dalam jarak tempuh yang jauh. Itu terjadi sebelum banyaknya alat transportasi. Sekarang becak menjadi masalah bagi ketertiban lalu lintas kota, karena dianggap kurang tertib dan sering kali menghambat jalannya lajur lalu lintas kendaraan lainnya.

1

Ada lagi pendapat lain yang mengatakan becak berasal dari kata bo chia yang artinya tidak makan. terorganisir disini maksudnya, struktur kepengurusan yang sudah diakui oleh anggota dan sudah ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang sudah dimiliki oleh organisasi. Dan setiaap anggota diikat oleh aturan yang ada dalam oeganisasi, dalam hal menjalankan organisasi.

2

2

Tidak dapat diketahui secara jelas kapan pertama kalinya becak ada di Indonesia. Menurut tulisan yang terdapat di Majalah Matra, kabarnya becak muncul pertama kali di kota Surabaya sekitar tahun 1940, dan siapa penemunya tidak diketahui secara pasti (SS. Budi Raharjo/B. Kusuma, dalam MATRA, Juli 1997). Demikian pula yang terdapat di kota Semarang, namun keberadaan angkutan ini di Indonesia dapat dirunut sejak awal abad ke–20 (suaramerdeka, 2007). Sementara itu, di kota Medan sendiri berita mengenai asal mula masuk dan beradanya becak di Medan tidak diketahui dengan jelas, karena tidak adanya datadata yang terungkap dalam sejarah kota Medan mengenai keberadaan becak pertama sekali. Medan salah satu kota yang diramaikan dengan alat transportasi yang bernama becak. Hal ini menjadi keunikan yang dimiliki kota Medan, karena terdapat dua jenis becak. Becak bermotor yang dapat ditemui hampir di seluruh Medan, dan becak biasa (becak dayung) yang hanya terdapat di daerah–daerah atau prapatan jalan tertentu saja, yang pada umumnya jalan–jalan pinggiran kota (wikipedia, 2007). Di kota Medan, kehidupan tukang becak masih menyimpan berbagai masalah. Misalnya masalah ekonomi, yang tampak jelas dengan masih banyaknya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan hasil pencarian sehari–hari yang tidak seberapa, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup. Diantaranya membayar uang kontrakan rumah, membiayai sekolah anak–anak mereka, serta untuk kebutuhan sehari–hari. Bahkan dengan pendapatan rata–rata Rp. 30.000,- per 3

harinya, mereka juga harus membayar uang sewa becak yang digunakan. Sementar itu juga apabila ada kerusakan pada becak yang mereka gunakan, maka dana untuk memperbaikinya juga di tanggung oleh penarik becak. Kondisi ini di hadapi oleh penarik becak dayung. Lain halnya dengan becak bermotor, mereka harus membayar cicilan tiap bulannya untuk becak yang mereka pakai. Jelas pendapatan mereka berbeda dengan penarik becak dayung. Dengan kondisi yang seperti itu, tidak jarang dari mereka meminjam uang kepada “Linda” atau lebih dikenal dengan Lintah Darat (mereka yang meminjamkan uang dengan menggunakan jaminan dan bunga yang cukup besar). Hanya ini satu–satunya yang dapat mereka lakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup, dengan begitu merekapun harus banting tulang untuk membayar hutang kepada “Linda” tersebut, sehingga apapun mereka kerjakan, selain menarik becak bahkan para istri merekapun ikut bekerja 3. Tetapi, tetap saja hasil yang mereka dapatkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara tidak disadari kehidupan para penarik becak terutama becak dayung terpinggirkan, mereka adalah salah satu kelompok masyarakat yang ekonominya rendah, yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Walaupun demikian mereka tidak putus asa untuk mempertahankan hidup di tengah semaraknya pembangunan kota yang menjadi program PemKo. Kehidupan penarik becak juga berkelompok, ada beberapa kelompok penarik becak di Kota Medan. Suatu

3

Pekerjaan yang dilakukan para istri penarik becak selengkapnya dijelaskan pada Bab III.yang membahas mengenai pendapatan.

4

golongan sosial juga merupakan kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Ini artinya di dalam suatu masyarakat ada golongan– golongan yang lahir karena adanya kesamaan–kesamaan ciri tertentu, seperti kesamaan mata pencaharian. Dari kesulitan–kesulitan yang mereka hadapi, timbullah percakapan dari para penarik becak yang sering berkumpul pada saat beristirahat di persimpangan jalan, untuk membentuk satu organisasi penarik becak. Wadah yang didasari perasaan senasib ini bertujuan untuk meringankan para penarik becak dalam mencari solusi untuk bertahan, dengan kata lain setiap masalah yang dihadapi para penarik becak, baik itu masalah ekonomi maupun sosial, dapat dipecahkan secara bersama. Dari apa yang diuraikan diatas, peneliti ingin lebih dekat menggali mengenai lebih dalam mengenai organisasi yang dibentuk para penarik becak. Pendekatan yang akan peneliti lakukan nantinya diharapkan akan memunculkan ide-ide yang ada pada penarik becak mengenai cara mereka untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi, yang tidak diketahui masyarakat, dengan begitu diharapkan pula akan melahirkan pandangan – pandangan baru mengenai penarik becak.

5

B. Ruang Lingkup Masalah Penelitian ini difokuskan pada organisasi penarik becak bagaimana awal mula mereka terorganisir hingga mereka mampu membentuk sebuah organisasi, dan apakah ada pihak lain diluar komunitas mereka yang ikut memberikan sumbangan ide terbentuknya organisasi. Dengan titik fokus perhatian berlokasi di daerah pangkalan penarik becak yang ada di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas, dan penelitian lebih memusatkan perhatian pada satu organisasi penarik becak saja, yang diberi nama Bersatu Mandiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan, peneliti juga melihat organisasi penarik becak yang lainnya, sebagai bahan tambahan data. Secara lebih jelas penelitian ini menggali satu ruang lingkup masalah, yaitu bagaimana ide dan cara pengorganisasian penarik becak di Kelurahan Timbang Deli. Pilihan lokasi tersebut didasari pada 2 (dua) alasan, yaitu: A. Organisasai penarik becak di Kelurahan T. Deli masih banyak yang aktif. B. Di lokasi tersebut banyak terdapat kelompok penarik becak.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana asal mulanya para penarik becak mengorganisasi dirinya hingga terbentuklah satu organisasi. Dari penelitian ini terdapat adanya pemikiran atau pandangan baru dari penarik becak dayung tersebut, karena mereka bukanlah orang–orang yang hidupnya layak untuk disepelekan atau dianggap remeh. Harapan yang ingin 6

peneliti capai, dari hasil penelitian ini, adalah menggugah kesadaran segenap masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan penarik becak, bahwa berorganisasi dapat dilakukan siapa saja, tidak harus memandang pendidikan yang didapat. Karena dengan berorganisasi dapat mengurangi masalah yang dihadapi sehari - hari. Dan semoga saja dengan hadirnya hasil dari penelitian ini akan menambahkan literatur tulisan mengenai penarik becak. Becak pada saat sekarang ini masih relevan dalam kehidupan sehari-hari, terutama becak dayung yang mampu menempuh jalan-jalan yang tidak bisa dilalui oleh angkuta kota, seperti jalan-jalan kecil, gang-gang, ataupun jalan yang tidak dilalui oleh angkutan umum. Becak dayung juga dapat dijadikan simbol atau ciri bagi Kota Medan, karena sudah dapat dikatakan menjadi kendaraan tertua dan yang merupakan bagian dari sejarah Kota Medan.

D. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Dalam arti statis organisasi berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak bergerak/diam, seperti halnya kita melihat sebuah bagan yang beraneka ragam. Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ yang hidup, suatu organisme yang hidup. Artinya memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya saja, tetapi juga melihat orgaisasi itu dari segi isinya. Isi organisasi adalah sekelompok orang – orang yang melakukan 7

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, 2005). Seorang ahli filsafat inggris, Thomas Hobbes (1972 [1651]), menyatakan : “Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) mengenai konsekuensi – konsekuensi, dan ketergantungan suatu fakta pada fakta lain; sehingga.....kita

mengetahui

bagaimana

melakukan

sesuatu

jika

kita

menginginkan; karena apabila kita mengetahui bagaimana sesuatu itu terjadi, apa saja sebabnya, dan bagaimana terjadinya; maka kita akan mengetahui bagaimana menghasilkan efek–efek yang diharapkan”. Dari kutipan diatas, ada dua pokok yang dikemukakan Hobbes. Pertama, ilmu pengetahuan terjadi karena sebab– sebab dan konsekuensi–konsekuensi segala sesuatu, suatu pengetahuan yang mendorong

kemampuan

manusia

untuk

mengintervensi

dalam

kondisi

keberadaannya. Kedua, Hobbes memandang politik sebagai ilmu pengetahuan yang mirip atau sejalan dengan matematika, astronomi, geografi, dan meteorologi. (Ahmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer, 2005). Dalam kaitannya denggan penelitian ini dalah, sebelum membentuk sebuah organisasi tentunya didasari dengan pengetahuan mengenai organisasi. Ini juga terjadi pada para penarik becak, mereka dibekali dengan pengetahuan dasar tentang organisasi baik itu secara teori maupun praktek. Lev Semenovich Vygotsky (1896–1934) seorang Psikolog berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa : “ Pembelajaran dan perkembangan adalah suatu sosial, yaitu aktiviti kerjasama. Pengalaman dan pengetahuan tidak harus dipisahkan, 8

tetapi sebaliknya pengalaman diluar sekolah haruslah menjadi berhubungan dengan pengalaman didalam sekolah” (Teori_Pembudayaan_Sosial, 2007). Pendapat ini memiliki arti, bahwa pengalaman yang didapatkan dalam kehidupan di luar pendidikan formal menjadi penunjang dari pengetahuan yang didapat pada pendidikan formal. Ini juga mengartikan, kalau proses pembelajaran dilakukan secara bersama sebagai rangkaian dari kegiatan sosial. Organisasi dapat juga diamati sebagai living organim seperti halnya manusia, dan sebagai produk proses organizing. Sebagai living organism yang sudah ada, suatu organisasi merupakan output proses panjang dimasa lalu, sedangkan sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat atau input bagi usaha mencapai tujuan. Jadi ada organisasi sebagai output dan ada organisasi sebagai input, dan organisasi sebagai input pada umumnya merupakan organisasi formal (Talizidhu Ndraha, Budaya Organisasi, 2003). Secara sederhana, organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pengorganisasian

adalah

merupakan

fungsi

kedua

dalam

manajemen

pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya, dan hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. (geocities, 2008). Dari kutipan diatas, sudahlah jelas bahwa satu kelompok atau organisasi terbentuk karena ada tujuan bersama yang ingin dicapai oleh seluruh anggotanya. Dimana tujuan bersama ini bermula dari satu tujuan dari masing-masing anggota. 9

Dalam organisasi penarik becak, untuk mencapai apa yang menjadi tujuan tersebut tentunya ada budaya organisasi yang mereka terapkan. Yang mana budaya organisasi tersebut adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai – nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotany untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal (Dr.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, M.Si, Prilaku dan Budaya Organisasi, 2005). Definisi organisasi diatas sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Talcott Parson : “organisasi adalah unit sosial (atau pengekelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbanagan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu” Talcott Parson, dalam Amitai Etzioni, 1985). Penarik becak sebagai satu kelompok sosial mempelajari keadaan lingkungan sosial ekonomi, politik dan budaya yang ada disekitarnya serta membentuk satu model prilaku, yang menjadi ciri khas dan menjadi tatanan yang membedakannya dengan kelompok masyarakat yang lain, serta membentuk satu konfigurasi dari pada tingkah laku, yang jika merujuk pada pernyataan Ralp Linton dapat dikategorisasikan sebagai kebudayaan yang dibina dan dimiliki bersama oleh para penrik becak (Oslan Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002). Ralp Linton (1962 : 29) mendukung dalam tulisannya sebagai berikut : “Kebudayaan adalah konfigurasi dari pada tingkah laku yang dipelajari sebagai hasil dari pada tingkah laku dan unsur – unsur pembinaannya imiliki bersama dan dilanjutkan oleh masyarakat tertentu”. 10

Sebagai sebuah komunitas kebudayaan, para anggota dalam kelompok panarik becak sebagai konteks dalam penelitian ini membangaun interaksi yang mungkin diasosiasikan untuk mencari bantuan dan dukungan, waktu tidak bekerja atau sakit, kelompok juga dapat menyediakan pendidikan atau pergaulan sosial. Kebutuhan penting dari banyak asosiasi ini adalah ketahanan ekonomi (Haviland ; 1988 : 142). Kondisi ekonomi Indonesia sebelum krisis sangat berbeda dengan keadaan mengalami krisis seperti saat sekarang ini. Pada saat krisis, angka pengangguran dan minimnya pekerjaan menyebabkan manusia memilih pekerjaan alternatif yang mungkin menghasilkan uang untuk ditukar dengan segala jenis kebutuhan yang mereka butuhkan dalam kehidupannya, itu artinya mereka harus mampu beradaptasi demi keberlangsungan hidupnya. Tingginya harga bahan kebutuhan pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya serta langkanya kebutuhan tersebut mengakibatkan keadaan perekonomian dan kehidupan masyarakat menjadi terganggu, penghasilan mereka tidak cukup untuk membeli kebutuhan-kebutuhan tersebut, dengan demikian para penarik becak berupaya untuk bisa bertahan hidup dengan mengandalkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki dan atau membentuk sebuah organisasi sebagai wadah untuk mereka berkreasi dan memecahkan masalah-masalah tersebut. Karena, kehidupan organisasi akan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berkembang dan dihargai karena

11

memberikan nilai bagi pelanggan internal dan eksternal (Robert Kreitner dkk, Prilaku Organisasi, 2003). Setiap

masyarakat

mempunyai

satu

sistem

yang

unik

dalam

mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti banda-benda, kejadian, prilaku dan emosi. Maka bagaimana konsepsi-konsepsi tersebut diorganisasikan

dalam

fikiran

manusia,

membentuk

suatu

kebudayaan.

Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sasuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar ia dapat berprilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakat. Hal ini penting karena kebudayaan bukan sebuah fenomena material, dimana ia tidak terdiri dari benda-benda, manusia perilaku atau emosi. Kebudayaan merupakan suatu organisasi dari hal-hal tersebut. Dia adalah salah astu bentuk hal ikhwal yang dipunyai manusia dalam fikiran (mind), model yang mereka

punya

untuk mempersepsikan,

menghubungkan,

dan

seterusnya

menginterpretasikan hal-ikhwal tersebut (Spradley, 1997 :xix). Kroeber dan C. Kluckhon dalam Goodenough (1963;258) memberikan definisi kebudayaan sebagai proses yang harus dipelajari manusia antara lain : (1) cara-cara dimana orang-orang mengorganisir pengalamannya tentang dunia nyata yang mereka miliki yang memberinya struktur sebagai sebuah bentuk fenomena dunia, sebagai persepsi dan konsep mereka, (2) cara-cara dimana orang-orang mengorganisir pengalaman mereka tentang fenomena dunia mereka kedlaam struktur sebagai sebuah istem yang menyebabkan dan mengakibatkan hubungan relasi sosial, dimana proposisi-proposisi dan kepercayaan yang mereka jelaskan 12

dalam kegiatan-kegiatan dan mendesain taktik untuk menyelesaikan tujuan-tujuan mereka,

(3)

cara-cara

dimana

oreng-orang

mengorganisir

pengalaman

fenomenadunia mereka kedlaam struktur yang variasinya dikelola dlaam suatu hierarki seimbang, sistem nilai atau sistem sentimen mereka. Disediakannya prinsip-pripsi untuk menseleksi dan membuat tujuan-tujuan serta menyimpan tujuan-tujuan orientasi individu didalam fenomena sebuah dunia yang berubah, (4) cara- cara dimanaorang-orang mengorganisir pengalaman mereka dari usahausaha mereka yang lalu menyelesaikan tujuan-tujuan yang timbul kedalam prosedur operasional untuk di selesaikannya tujuan-tujuan di masa depan (dalam Oslan Purba, 2002). Penelitian ini nantinya berakhir pada bagaimana proses dari mulai terbentuknya organisasi penarik becak hingga menjadi sebuah organisasi yang aktif hingga sekarang ini. Maka dari itu, peneliti juga akan menggunakan pendekatan prosesual. Para Antropolog tidak hanya mempertanyakan hal–hal apa saja yang dimiliki bersama oleh warga suatu komunitas atau pendukung budaya tertentu, tetapi juga bagaimanakah mekanisme dan proses yang berlangsung hingga hal–hal tersebutlah yang dimiliki bersama dan tidak yang lain (artikel Yunita T. Winarto dalam Jurnal Antropologi,1999).

13

E. Metode Penelitian

a. Metode yang digunakan Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bermaksud menggambarkan secara jelas mengenai organisasi penarik becak dan kehidupan penarik becak secara umum. Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini apapun yang berkaitan dengan objek penelitian dan ungkapan–ungkapan emosi yang timbul dari percakapan di dalam penelitian, maka dijadikan sebagai data. Selain pendekatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan prosesual. Dimana peneliti tidak hanya melihat prilaku– prilaku yang ada pada setiap angota dalam organisasi penarik becak, tetapi juga akan menggali bagaimana mekanisme dan proses yang telah terjadi sehingga terbentuknya organisasi penarik becak. Penelitian ini ilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas. Sasaran dari penelitian ini adalah penarik becak yang terdapat di Kelurahan ini, terutama yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu Mandiri yang mangkal di stasiun (pool) angkutan kota line 04 yang terdapat di Jln. Pertahanan, Amplas, dan yang mangkal di simpang Jln. Pertahanan, Amplas. Penarikan informan dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada beberapa kriteria yang secara kasar disusun oleh peneliti seperti ; usia, lamanya menjadi anggota organisasi, dan seterusnya akan dikembangkan kepertanyaan yang mangarah pada tujuan penelitian, yaitu mengenai organisasinya.

14

Prinsip dasar dari metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “on Going analisis”, dimana setiap data berkembang dari satu informan ke informan yang lain sesuai dengan masalah yang diteliti, dianalisis dan diklasifikasikan pada saat berlangsungnya penelitian di lapangan. Dan data dianggap cukup apabila dalam penelitian terjadi pengulangan jawaban satu pertanyaan yang sama, maka kondisi ini akan mengakhiri pengumpulan data.

b. Teknik pengumpulan data Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif dan pendekatan prosesual yaitu, untuk mendapatkan data primer adalah metode observasi (pengamatan) dan wawancara. Metode observasi dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian dan prilaku dari objek penelitian. Karena apabila hanya melakukan wawancara saja belumlah cukup untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, untuk itu memerlukan peninjauan langsung ke lokasi penelitian, sambil melakukan pengamatan dengan mendalam, terutama pada setiap kejadian–kejadian yang dianggap penting yang menyangkut dengan tujuan penelitian. Metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, dimana metode ini berguna untuk mendalami apa yang sebenarnya terjadi dilapangan, baik itu yang terlihat ataupun yang tidak terlihat (hanya dapat dirasakan). Untuk memudahkan peneliti, maka peneliti membawa perlengkapan yang dianggap perlu, seperti: kamera, yang berguna untuk mempublikasikan kegiatan yang dianggap 15

penting bagi peneliti sebagai pendukung. Dan recorder, untuk merekam setiap pembicaraan, yang kemudian di saring mana–mana saja pembicaraan yang dianggap mendukung dan dijadikan sebagai data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam kepada beberapa orang informan, wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi beberapa penarik beca ditengah waktu senggangnya, atau pada saat ada pertemuan kelompok yang dilakukan mereka secara rutin. Metode ini juga dilakukan untuk mengetahui sejarah terbentuknya kelompok penarik beca secara mendalam, hingga tujuan dari penelitian ini terwujud. Selain mencari data primer, peneliti juga akan mencari data skunder, yaitu data yang mampu melengkapi hasil dari penelitan. Data skunder akan didapat melalui dokumen–dokumen yang terdapat di perpustakaan, dimana peneliti bekerja.

c. Analisis data Peneliti berusaha untuk objektif terhadap data yang telah dikumpulkan dilapangan, tanpa mengurangi apalagi merubahnya, sehingga tidak mempengaruhi keaslian data–data tersebut. Data yang diperoleh akan ditinjau kembali dengan tujuan untuk memeriksa kelengkapan hasil wawancara. Langkah berikutnya adalah, data yang telah ditinjau ulang dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Semua data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan sumber pustaka disusun berdasarkan pemahaman mengenai fokus penelitian atau 16

berdasarkan kelompok-kelompok yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dilakukan guna untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada data dan mencari hal-hal yang lebih dalam dan jelas mengenai masalah yang diteliti, agar secara lebih dalam lagi dapat digali dalam melakukan penelitian di lapangan hingga penelitian ini berakhir. Dan langkah akhirnya adalah menyusunkan semua data ke dalam sebuah laporan penelitian (skripsi).

17