Chapter I.pdf - USU Institutional Repository

15 downloads 127 Views 24KB Size Report
mempengaruhi kebijakan hutang suatu perusahaan. Manan (2004) menganalisis tujuh faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang suatu.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari pihak internal dan eksternal untuk menjalankan operasinya. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari modal pemilik perusahaan dan laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari pemegang saham dan kreditur. Perusahaan cenderung lebih menyukai berhutang daripada menjual saham untuk kebutuhan dana jangka pendek, karena hutang memiliki biaya berupa tingkat bunga yang harus dibayarkan yang dapat mengurangi laba perusahaan yang kemudian akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Namun, pada titik tertentu, hutang justru akan menimbulkan risiko, yaitu pada saat perusahaan berhutang lebih tinggi dari aktiva yang menjamin hutang tersebut, sehingga perusahaan tidak dalam keadaan likuid, dan terancam mengalami kesulitan keuangan. Banyak penelitian sejenis yang dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang suatu perusahaan. Manan (2004) menganalisis tujuh faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang suatu perusahaan, yaitu management ownership, institusional ownership, shareholder dispersion, dividen payout ratio, ukuran perusahaan, struktur aset, earning volatility, stock volatility, dan pertumbuhan perusahaan. Kurniati (2007) dan Pithaloka (2009) menganalisis faktor-faktor internal yang mempengaruhi

kebijakan hutang. Penelitian Damayanti (2006), Bachtiar (2007), dan Shelly (2009) menambahkan variabel free cash flow sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang. Dari keenam penelitian yang dijadikan referensi oleh peneliti, ditemukan fenomena inkonsistensi untuk variabel free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen dalam mempengaruhi kebijakan hutang. Free Cash Flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Konflik kepentingan ini dapat diminimalisasi dengan adanya hutang. Penambahan hutang dapat mengurangi free cash flow karena adanya pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman, serta dapat mengurangi kemampuan manajer dalam melakukan tindakan pemborosan. Hal ini membuat manajemen lebih disiplin sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti (2006), Bachtiar (2007) dan Shelly (2009) menunjukkan terjadinya inkonsistensi. Hasil penelitian Damayanti (2006) dan Bachtiar (2007) menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang, sedangkan hasil penelitian Shelly (2009) menunjukkan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Saham yang dijual perusahaan dapat dimiliki oleh pihak manajemen ataupun pihak diluar manajemen. Kepemilikan saham oleh pihak luar seperti investor institusi disebut dengan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal dan akan meminimalisir perilaku opurtunistik. Penelitian Manan (2004) dan Kurniati (2007) menunjukkan

hasil bahwa kepemilikan institusional secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, namun Damayanti (2006) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu besarnya tingkat penjualan pada suatu periode dan besarnya nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dalam kaitannya dengan ukuran perusahaan, semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, secara logika, kebutuhan dana untuk menjalankan operasinya pasti akan semakin besar. Kebutuhan dana ini bisa dipenuhi dengan dua alternatif kebijakan, bisa dengan menjual saham sebagai tambahan modal, dan juga dengan melakukan kebijakan hutang. Menurut Pecking Order Theory yang dikutip oleh Pithaloka (2009:39) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal juga semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit menggunakan hutang, namun hasil penelitian Manan (2004) dan Pithaloka (2009) justru menunjukkan hal yang berlainan. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang suatu perusahaan. Artinya, semakin besar ukuran suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan berhutang semakin banyak. Kebijakan dividen dalam suatu perusahaan merupakan hal yang kompleks karena melibatkan kepentingan berbagai pihak seperti pemegang saham, manajer, kreditor dan pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang

dikeluarkan

oleh

perusahaan.

Pembagian

dividen

menyebabkan

berkurangnya laba ditahan sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana

dari sumber eksternal. Penambahan dana bisa dilakukan dengan menerbitkan saham baru atau mengajukan pinjaman kepada kreditor. Kreditor memerlukan informasi tentang kebijakan dividen suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan return yang akan ia peroleh apabila memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan. Penelitian Manan (2004) menunjukkan bahwa dividend payout ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, namun terjadi perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) yang menunjukkan bahwa dividen memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian dari penelitian terdahulu. Inkonsistensi hasil penelitian atas pengaruh free cash flow, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang disebabkan oleh adanya perbedaan objek dan waktu penelitian. Khusus untuk variabel ukuran perusahaan, terdapat perbedaaan antara teori Pecking Order dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manan (2004) dan Pithaloka (2009). Penelitian ini menggunakan data berupa laporan keuangan dari tahun 2008 sampai dengan 2009, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun kebangkitan pasar modal pasca krisis keuangan global. Krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2007 memiliki dampak yang cukup signifikan bagi pasar modal dan pasar saham, dimana harga saham anjlok yang menimbulkan kerugian yang dialami oleh investor. Selain itu, krisis keuangan global mengakibatkan perbankan di

Indonesia menaikkan suku bunga kredit, sehingga kebijakan perusahaan untuk berhutang pada saat kondisi tersebut akan menyulitkan perusahaan di masa depan mengingat semakin tingginya beban bunga yang akan ditanggung. Perbedaan lainnya adalah penelitian ini menggunakan variabel free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel independen ke dalam satu penelitian. Fenomena inkonsistensi hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan objek penelitian pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggunakan data dari perusahaan LQ45 sebagai objek penelitian karena saham-saham emiten yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45 merupakan saham yang aktif, memiliki fundamental yang baik dan masuk dalam kategori blue chips yang diminati oleh investor dalam melakukan investasi saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk meneliti dan mendapatkan bukti empiris bagaimana faktor free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen perusahaan mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2008 sampai dengan tahun 2009.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah apakah free cash flow, kepemilikan

institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009?

C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, melainkan juga kepada pihak-pihak lain yang terkait. Adapun, penelitian ini diharapkan dapat memberikan : 1. manfaat untuk peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang pengaruh free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009 2. manfaat untuk emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan hutang bagi perusahaan 3. manfaat untuk akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka tentang akuntansi keuangan khususnya mengenai analisa

laporan keuangan dan manajemen keuangan, serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis berikutnya.