Download - Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia ...

6 downloads 1714 Views 58KB Size Report
Perkembangan arus globalisasi yang begitu cepat telah membawa dampak pada perkembangan teknologi dan modernisasi yang semakin pesat. Tentunya untuk ... Dengan fakta yang positif ini hendaknya dapat dijadikan acuan bagi remaja.
Latar Belakang Masalah

Perkembangan arus globalisasi yang begitu cepat telah membawa dampak pada perkembangan teknologi dan modernisasi yang semakin pesat. Tentunya untuk mengikuti arus teknologi yang pesat haruslah didukung oleh manusia-manusia yang ada di dalamnya untuk ikut berperan aktif. Dengan kata lain harus memiliki sumber daya manusia yang handal yang kreatif, inovatif. Namun pada kenyataannya perkembangan teknologi yang begitu pesat tidak diimbangi oleh adanya sumber daya manusia yang siap pakai, handal, berpikiran positif dan maju. Hambatan ini salah satunya dapat dilihat secara jelas dengan masuknya arus modernisasi yang seharusnya sebagai pendukung, tetapi justru di salah artikan oleh sebagian masyarakat terutama generasi muda atau remaja sebagai pemujaan terhadap status. Sebuah fakta yang menggambarkan tentang kondisi yang cukup memprihatinkan dari remaja yaitu, banyak dijumpai generasi muda yang tidak memanfaatkan waktu yang dimiliki dan cenderung melakukan aktifitas berupa kesenangan seperti jalanjalan yang tidak bermanfaat. Adanya liputan dan sorotan pada media “ Tingkat Konsumeritas Remaja yang Tinggi Memenuhi Mal-mal di Yogyakarta” (Kedaulatan Rakyat, 2005). Fakta lain yang menjadi sorotan yang cukup memprihatinkan yang jika ditelaah memiliki kaitan erat dengan kurangnya pemahaman remaja terhadap konsep diri dan pemanfaatan waktu untuk melakukan tindakan positif, yaitu kasus NAPZA. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), mengatakan bahwa

2

jumlah kasus NAPZA di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data tahun 19982005 adalah 50.401 orang, dimana pada tahun 2005 70% berusia 15 – 19 tahun (dalam www.bkkbn.go.id,2005).

Peluang waktu yang dimiliki remaja

tidak

dimanfaatkan untuk aktifitas yang berguna, hal ini dikarenakan pemahaman konsep diri yang kurang. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Remaja dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Remaja sebagai sosok yang memiliki potensi hendaknya dapat mengoptimalkan kemampuannya untuk diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan positif dan menghasilkan prestasi. Untuk dapat memahami potensi yang dimiliki, seorang remaja hendaknya dapat memahami jati dirinya secara benar serta pemahaman konsep diri yang jelas. Remaja dengan pemahaman konsep diri yang baik akan terus menggali aspek-aspek positif yang dimilikinya untuk dikembangkan dan diaktualisasikan melalui perilaku produktif. Remaja yang memiliki perilaku produktif cenderung akan terus melakukan suatu perubahan dan inovasi- inovasi terbaru menuju kearah yang

3

lebih baik. Semua potensi positif yang dimiliki akan terus dikembangkan, sedangkan potensi negatif yang dimiliki akan dihilangkan dan diredam. Manusia produktif ialah mereka yang memiliki banyak karya, aktif dan enerjik dalam bekerja. Manusia yang senantiasa menghiasi waktunya dengan nilai-nilai produktivitas yang tinggi, dan menjauhi nilai-nilai yang tidak akan mengantarkannya kepada suatu yang tidak produktif. Sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya : “Di antara tanda bagusnya Islam seseorang, ia senantiasa meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi dirinya” (HR. Bukhori). Apabila seseorang sudah memiliki pola hidup atau perilaku produktif maka ia pun telah berpikir secara produktif. Pola pikir produktif artinya jika dihadapkan pada suatu masalah, seseorang akan berusaha menemukan cara berpikir berbeda, cara pandang baru (sekalipun tidak selalu orisinil), sikap dan perilaku berbeda, merespon dengan cara-cara non konvensional, bahkan unik. Pola semacam inilah yang membuka jalan dan selalu merangsang kreatifitas seseorang. (www.mailarchive.com). Optimalisasi potensi diri yang baik merupakan cermin dari keberhasilan konsep diri yang baik dan menghasilkan suatu perilaku produktif positif. Berdasarkan fakta yang ada, bahwa “Adanya trend baru, wirausaha sambil kuliah” (Kedaulatan Rakyat, 2005). Fakta diatas mengungkapkan bahwa mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja, hendaknya mampu memberikan contoh positif karena mahasiswa memiliki pola pikir lebih dewasa dan memiliki taraf konsep diri dan intelektual yang lebih

4

baik. Dengan fakta yang positif ini hendaknya dapat dijadikan acuan bagi remaja untuk mengikuti jejak prestasi tersebut guna mencapai prestasi yang baik. Tinggal bagaimana seseorang itu dapat menerapkan perilaku yang produktif dalam kehidupannya, mencoba menghasilkan sesuatu yang baru (inovasi), serta tidak pernah menyerah dan selalu mencobanya lagi.

Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku produktif pada remaja akhir.

Landasan Teori Perilaku Produktif Perilaku produktif adalah perilaku yang berorientasi pada usaha untuk memanfaatkan secara maksimal dan hemat sumberdaya manusia, sarana, prasarana, dan dana perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan (Ravianto, 1985). Menciptakan perilaku produktif bagi seseorang tidaklah mudah. Menurut Suhariadi (2002), ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurutnya untuk membentuk dan mengubah perilaku produktif seseorang haruslah ditanamkan terlebih dahulu kepercayaan pada diri individu arti pentingnya produktifitas bagi dirinya. Kalau keyakinan akan arti produktifitas ini sudah terbentuk, nantinya akan muncul sikap positif terhadap produktifitas. Sikap positif ini akan mendorong kemauan untuk

5

berperilaku cukup besar dalam bentuk niat untuk berperilaku produktif. Niat ini nantinya akan menimbulkan perilaku produktif pada seseorang Sinungan (2003) menjelaskan bahwa manusia pembangunan yang produktif adalah manusia yang menghargai kerja sebagai suatu sikap pengabdian kepada Tuhan, berbudi luhur, cakap bekerja dan terampil, percaya kepada kemampuan sendiri, mempunyai semangat kerja yang tinggi dan memandang hari esok dengan gairah dan optimis. Perilaku produktif adalah perilaku mencakup kreatifitas dan meliputi hal-hal yang cukup luas, di mana semua memerlukan kreativitas untuk menciptakan inovasi serta tidak pernah menyerah dan selalu mencoba lagi. Perilaku produktif adalah perilaku mencakup kreativitas dan meliputi hal-hal yang cukup luas, di mana semua memerlukan kreativitas untuk menciptakan inovasi serta tidak pernah menyerah dan selalu mencoba lagi.. Perilaku Produktif juga merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu hidup seseorang dengan keadaan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus harus lebih baik dari hari ini, (Zaini, 1999). Ciri-ciri umum seseorang yang produktif menurut Timpe (2002), adalah : A. Lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan : 1) Cerdas dan dapat belajar dengan cepat. 2) Kompeten secara profesional / teknis, selalu memperdalam pengetahuan dalam bidangnya.. 3) Kreatif dan inovatif.

6

4) Memahami pekerjaan. 5) Bekerja dengan cerdik, menggunakan logika, mengoorganisasikan dengan efisien. 6)

Selalu

mencari

perbaikan,

tetapi

tahu

kapan

harus

berhenti

menyempurnakan. 7) Dinilai bernilai. 8) Memiliki catatan prestsi yang berhasil. 9) Selalu meningkatkan diri. B. Bermotifasi tinggi : 1) Dapat memotifasi diri sendiri, mengambil inisiatif, dapat memulai sendiri dan memacu diri sendiri, mempunyai komitmen yang tinggi. 2) Tekun, bekerja secara produktif pada suatu tugas sampai selesai dengan baik, dapat menyelesaikan pekerjaan walaupun mendapatkan rintangan 3) Mempunyai kemauan keras untuk bekerja. 4) Bekerja efektif 5) Melihat hal-hal yang harus dikerjakan dan mengambil tindakan yang perlu 6) Menyukai tantangan. 7) Selalu ingin bertanya, menunjukan tingkat tinggi intelektual. 8) Selalu memikirkan perbaikan. 9) Berorientasi pada sasaran, pencapaian hasil. 10) Selalu tepat waktu dan ingin menepati waktu.

7

11) Dapat mengarahkan energi dengan efektif. 12) Merasa puas jika sudah melakukan pekerjaan dengan baik. 13) Percaya bahwa kerja wajar sehari perlu diimbangi dengan gaji wajar untuk sehari. 14) Memberikan andil lebih dari yang diharapkan. C. Mempunyai orientasi pekerjaan yang positif : 1) Menyukai pekerjaannya dan membanggakannya, memandangnya sebagai sumber utama pemuas kebutuhan. 2) Menetapkan standar yang tinggi. 3) Mempunyai keiasaan kerja yang baik. 4) Selalu terlibat dalam pekerjaannya. 5) Cermat, dapat dipercaya, dan konsisten. D. Dewasa : 1) Berintegrasi tinggi, bersikap seadanya, jujur, dan tulus. 2) Mempunyai rasa tanggung jawabyang kuat. 3) Mengetahui kekuatan/ kelemahan sendiri. 4) Hidup dalam dunia nyata, maksudnya bergaul secara efektif dengan lingkungannya. 5) Pantas memperoleh harga diri. 6) Mantap secara emosional dan percaya diri. 7) Dapat berkinerja dan dibawah tekanan 8) Dan dapat belajar dari pengalaman.

8

9) Mempunyai ambisi yang sehat, maksudnya ingin tumbuh secara profesional E. Dapat bergaul dengan efektif : 1) Memperagakan kecerdasan emosional 2) Pribadi yang menyenangkan, maksudnya diterima dan bergaul efektif baik dengan orang lain. 3) Berkomunikasi dengan efektif. 4) Bekerja produktif, dapat bekerja sama. 5) Memperagakan sikap positif dan antusiasme Menurut Ravianto (1986), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku produktif adalah: a. Pendidikan dan Pelatihan b. Motivasi c. Lingkungan d. Teknologi

Konsep Diri Menurut Hurlock (1973), konsep diri adalah pengertian dan harapan individu mengenai bagaimana yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya yang sesungguhnya baik secara fisik maupun psikologis. Sejalan dengan Hurlock, Fits dkk (dalam Partosuwido,1979) menyatakan konsep diri sebagai cara seseorang menilai diri dari segi pola acuan internal dan eksternal. Inti dari pola kepribadian adalah konsep yang dimiliki oleh individu tentang diri sendiri (Hurlock, 1973). Konsep-konsep tersebut

9

oleh (Hurlock, 1973) tersusun dari pikiran dan perasaan yang merupakan kesadaran seseorang tentang apa dan siapa dirinya yang disebut self concept (konsep diri). Menurut Calhoun dan Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengaharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Penilaian terhadap diri ini menentukan tingkat harga diri. Ciri konsep diri yang negatif adalah pengetahuan yang tidak tepat tentang diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah. Sedangkan ciri konsep diri yang positif adalah pengetahuan yang luas dan bermacam-macam tentang diri, pengharapan yang realistis dan harga diri yang tinggi. Brooks dan Emmert (dalam rakhmat, 1996) menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif ditandai lima hal, yaitu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, serta mampu memperbaiki diri dengan mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha merubahnya. Individu dapat dikatakan memiliki konsep diri positif jika menyukai dirinya sendiri dan cukup mampu menghadapi dunia. Ia mampu mencapai prestasi tinggi dan menjalani kehidupan secara efektif, baik untuk keberadaan dirinya maupun orang-orang lain disekitarnya. Fitts (1971) menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya, sulit mendefenisikan diri sendiridan mudah terpengaruh bujukan dari luar,tidak memiliki pertahanan psikologis

10

yang dapat membantu menjaga tingkat harga dirinya, mempunyai banyak persepsi diri yang saling berkonflik, merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul, mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami pengalaman negatif dan tidak dapat mengambil manfaat dari pengalaman tersebut. Berdasarkan orientasi sosial yang dialalmi individu, pada dasarnya konsep diri terdiri dari dua macam (Rais dalam Gunarsa dan Gunarsa, (1983) yaitu: a. Konsep diri primer yang terbentuk atas dasar pengalaman terhadap lingkungan terdekat, pada umumnya adalah keluarga. Interaksi individu masih sangat terbatas. Konsep tentang peran, aspirasi, tanggung jawab ditentukan oleh didikan dari orang tua dilengkapi melalui perbandingan dengan saudara-saudara yang lain. b. Konsep diri sekunder, terbentuk dari pengalaman individu dalam interaksi yang lebih luas seperti tetangga, teman sekolah ataupun teman dari lingkungan lain, dan diawali ketika anak bertambah besar dan memiliki hubungan yang lebih luas daripada lingkungan di rumahnya. Konsep diri sekunder ini banyak dipengaruhi oleh konsep diri primernya. Seorang anak akan cenderung memilih teman-teman yang memiliki karakter sama dengan konsep diri primernya. Aspek-aspek konsep diri menurut Berzonsky (1981) adalah: a.

Aspek fisik (Physical Self)

b. Aspek psikis (Psychological Self) c. Aspek social (Social Self) d. Aspek moral (Moral Self)

11

Burn (1993) menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik, bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi, umpan balik dari lingkungan, identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat, dan pola asuh orang tua.

Hubungan Konsep Diri Dengan Perilaku Produktif Rahmat ( dalam Nugroho, 1999) mengatakan bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Bagaimana seseorang itu berperilaku di tentukan oleh cara seseorang tersebut memandang dirinya, sehingga cara pandang terhadap dirinya ini tampak pada perilakunya. Konsep diri mewakili salah satu aspek yang penting dalam pembentukan kepribadian. Menurut Benesc dan Page (dalam Baron dan Byrne, 1997). Konsep diri merupakan kerangka pikir yang menyediakan sebuah jalan bagi individu untuk menentukan suatu sikap yang akan membentuk perilaku produktif. Dalam penelitian mengenai perilaku produktif, konsep diri memusatkan pada bagaimana orang mengevaluasi dirinya sehingga bentuk perilaku yang dilakukan biasanya lebih terkontrol dan dapat menghasilkan suatu tindakan atau perilaku yang lebih produktif. (Ravianto, 1986).

12

Hipotesis Ada hubungan positif antara konsep diri dengan perilaku produktif pada remaja akhir. Semakin tinggi konsep diri yang dimiliki remaja akhir, maka akan semakin tinggi juga tingkat perilaku produktif pada remaja. Demikian sebaliknya semakin rendah taraf konsep diri pada remaja maka akan semakin rendah juga tingkat perilaku produktif pada remaja.

Metode Penelitian Variabel penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis ini yaitu : 1. Variabel Tergantung

: Perilaku Produktif

2. Variabel Bebas

: Konsep diri

Subjek Penelitian penelitian ini memmiliki karakteristik : (1). Mahasiswa Fakultas Teknik Informatika Institut Sains dan Teknologi AKPRIND, (2). Usia 18 – 21 Tahun. Penelitian ini akan menggunakan metode skala sebagai metode pengumpulan data yang berfungsi untuk mengungkapkan hubungan antara konsep diri dengan perilaku produktif pada remaja akhir. Skala yang akan digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam skala ini bersifat Favourable dan Unfavourable menggunakan empat alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak setuju(STS), dan Tidak setuju (TS) dengan penilaian berkisar satu sampai dengan empat untuk masing-masing aitem. Jawaban netral sengaja dihilangkan dengan maksud untuk menghindari response tendency effect, yaitu jawaban yang cenderung mengumpul di tengah.

13

1. Skala Konsep Diri Skala yang akan digunakan di dalam penelitian merupakan skala yang telah dimodifikasi dari peneliti sebelumnya oleh Rahmawati A.(2000). Dengan mengacu dari aspek-aspek Berzonsky : 1. Aspek fisik (Physical Self) 2. Aspek psikis (Psychological Self) 3. Aspek social (Social Self) 4. Aspek moral (Moral Self) Pada skala Konsep Diri terbagi dalam empat aspek

yang secara keseluruhan

berjumlah 60 Butir aitem. Setelah dilakukan uji coba aitem yang tersisa yaitu 51 butir. 2. Skala Perilaku Produktif Skala Perilaku produktif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dari Timpe yaitu : 1. Motifasi tinggi 2. Dewasa 3. Dapat bergaul dengan efektif Pada skala Perilaku produktif terbagi dalam tiga aspek yang secara keseluruhan berjumlah 45 Butir aitem. Setelah dilakukan uji coba aitem yang tersisa yaitu 37 butir.

14

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Dengan menggunakan statistik SPSS 12.0 for windows.

Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian Setelah dilakukan pengambilan data terhadap mahasiswa Teknik Informatika AKPRIND, didapat gambaran secara umum yaitu subjek yang berusia 18 tahun berjumlah 16 orang, usia 19 tahun berjumlah 34 orang, usia 20 tahun berjumlah 35 orang, dan usia 21 berjumlah 15 orang. Kemudian untuk yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 66 orang dan wanita 34 orang. 2. Deskripsi Data Penelitian Kriteria kategorisasi ditetapkan oleh peneliti guna mendapatkan informasi tentang keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Cara ini dilakukan berdasarkan suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi terhadap subjek dalam populasinya dan skor tersbut terdistribusi secara normal (Azwar, 1999). Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian Variabel

Konsep Diri Perilaku Produktif

Hipotetik

Empiris

Min

Max

Mean

SD

51 37

204 148

127.5 92.5

25.5 18.5

Min

Max

Mean

113.00 185.00 151.78 62.00 148.00 113.16

SD 16.58 14.35

15

Kategorisasi dibuat berdasarkan lima kategori, dengan penggolngan sebagai berikut : a. (X < µ – 1.8 s ) untuk kategori sangat rendah b. (µ – 1.8 s = X = µ – 0.6 s ) untuk kategori rendah c. (µ – 0.6 s < X = µ + 0.6 s ) untuk kategori sedang d. (µ + 0.6 s < X = µ + 1.8 s ) untuk kategori tinggi e. ( X > µ + 1.8 s ) untuk kategori sangat tinggi Pembagian ini menghasilkan pengkategorian yang dapat dilihat pada daftar tabel berikut ini : Tabel 2 Kategorisasi Skor KATEGORI Sangat Rendah

Konsep Diri


173.4




125.8

Berdasarkan kategorisasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel konsep diri, subjek penelitian yang memiliki rerata empiris sebesar M = 151,78 termasuk dalam kategori tinggi, hal ini dapat mengindentifikasikan bahwa subjek penelitian memiliki taraf konsep diri yang tinggi. Sedangkan untuk variabel perilaku

16

produktif, subjek penelitian memiliki rerata empiris sebesar M = 113,6 termasuk dalam kategori tinggi.

Analisis Data Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang diolah dengan SPSS 12.0, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji Asumsi Uji normalitas dan uji linearitas ini merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik. (Hadi, 1996). Uji Normalitas Hasil uji Normalitas dari konsep diri dengan perilaku produktif dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 Uji Normalitas Variabel Konsep diri Perilaku Produktif

K-SZ 0,488 0,997

p 0,971 0,273

Keterangan Normal Normal

Uji Linearitas Hasil uji Normalitas dari konsep diri dengan perilaku produktif dapat dilihat pada tabel berikut ini :

17

Tabel 4 Uji Linearitas Variabel X-Y

F 278,747

p 0,000

Keterangan Linear

Hasil Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data dengan menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara konsep diri dengan perilaku produktif pada remaja akhir. Analisis data ini dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson. Hal tersebut dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 5 Korelasi Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Produktif Variabel r p Konsep Diri Dengan 0,529 0,000 Perilaku Produktif

Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku produktif pada remaja akhir. Dengan demikian hipotesis diterima.

Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik statistik product moment, menunjukkan bahwa adanya korelasi positif yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku produktif pada remaja akhir (p = 0,00 ; p