Download - Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia ...

38 downloads 173 Views 86KB Size Report
adalah ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan konformitas pada anggota klub motor. ... motor maka semakin meningkat konformitas yang terjadi.
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY TERHADAP KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR

Oleh: EKA KURNIA DEWI SONNY ANDRIANTO, S.Psi., M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY TERHADAP KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR

Eka Kurnia Dewi Sonny Andrianto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan konformitas. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan konformitas pada anggota klub motor. Semakin tinggi self-efficacy anggota klub motor maka semakin sedikit konformitas yang terjadi. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy pada anggota klub motor maka semakin meningkat konformitas yang terjadi. Subjek pada penelitian ini adalah para anggota klub motor yang ada di Yogyakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 39 responden, yang semuanya terdiri laki-laki. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala konformitas dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Kelman (Worchel & Cooper, 1983) dan skala self-efficacy dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1986) . Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan program SPSS versi 15.0 for Windows. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai dari variabel selfefficacy K-SZ = 0,850; p = 0,465, sedangkan nilai dari variabel konformitas K-SZ = 0,573; p = 0,898. Dari hasil kedua variabel ini menunjukkan sebaran data normal. Akan tetapi, hasil uji linieritas self-efficacy dengan konformitas menunjukkan nilai F = 0,498; p = 0,488 (p > 0,05). Dari hasil uji linieritas ini menunjukkan tidak linier karena p > 0,05. Sehingga metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik non-parametic dari Spearman. Hasil yang diperoleh dari analisis data menunjukkan angka korelasi sebesar r = -0,127 dan p = 0,441 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara self-efficacy dengan konformitas pada anggota klub motor. Jadi hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ditolak. Kata Kunci : Konformitas, Self-Efficacy

PENGANTAR Konformitas merupakan suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada (Baron & Byrne, 2005). Di dalam suatu konformitas ada tekanan yang tidak kelihatan dari lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kelompok. Bahkan, tingkat konformitas itu beragam, mulai dari yang sekedar ikut- ikutan sampai pada ketaatan total. Misalnya fenomena negatif dari geng motor Bandung yang mewajibkan anggotanya mengikuti aturan- aturan yang ekstreem seperti melawan orang tua, mencuri, meminum darah anjing. Namun, geng motor tersebut justru banyak melahirkan generasi-generasi penerus untuk tetap mempertahankan aturan- aturan yang sudah ada sejak awal berdirinya geng tersebut (http://www.surya.co.id, 11/11/08). Tekanan melakukan konformitas berakar dari kenyataan bahwa diberbagai konteks ada aturan- aturan eksplisit ataupun tidak terucap yang mengindikasikan bagaimana manusia seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku (Baron, dkk, 2005). Aturan- aturan ini yang dikenal sebagai norma sosial (social norms), dan aturanaturan ini seringkali menimbulkan efek yang kuat pada tingkah laku kita. Berdasarkan kutipan dari tabloid OTO PLUS edisi 46/V minggu kedua Mei 2008 menyatakan bahwa cabang olahraga otomotif, slalom kembali diminati seperti era 80 sampai 90-an. Hal ini terlihat pada event Djarum Black Night Slalom Seri III Kejurnas 2008 di sirkuit Stasiun Kota Baru Malang tanggal 10 mei lalu tercatat jumlah starter melonjak menjadi 212. Pada seri I di Palembang terdiri 151 starter, dan

seri berikutnya hanya 148 starter. Aturannya adalah dimana peslalom yang sudah mahir harus menggunakan mobil produksi tahun 2000 ke atas, sedangkan pemula bebas memakai mobil apa saja. Hal ini membuat ketertarikan para penggemar slalom untuk ikut bergabung karena mereka tidak harus mengeluarkan biaya yang besar dan berpeluang mendapatkan sponsor dari produk- produk merk ternama. Pada dasarnya, orang menyesuaikan diri karena dua alasan utama. Pertama, perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat. Amerika Serikat memberlakukan peraturan individu mengendarai kendaraan di sebelah kanan dan di Inggris di sebelah kiri karena orang lain melakukan itu, dan perilaku tersebut memberikan informasi tentang bagaimana cara menghindari kecelakaan. Kedua, individu menyesuaikan diri karena ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan. Salah satu alasan mengapa seseorang tidak bersendawa di tengah keramaian adalah untuk menghindari cemoohan dari orang- orang di sekitar (Sears dkk, 1991). Sejak masa awal kehidupan, manusia belajar dengan menyetujui orang- orang yang ada disekitarnya dan bertindak seperti mereka akan dapat membuat manusia itu disukai (Baron & Byrne, 2005). Orang tua, guru, teman- teman dan orang lain sering menimbun kita dengan pujian dan persetujuan karena menunjukkan kesamaan tersebut. Jadi, salah satu alasan penting mengapa manusia melakukan konformitas adalah manusia belajar bahwa dengan melakukannya bisa membantu manusia untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang didambakan. Sumber konformitas ini dikenal sebagai pengaruh sosial normatif (normative social influence), karena

pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku manusia untuk memenuhi harapan orang lain. Diduga, konformitas hanya terjadi dalam situasi yang ambigu, yaitu bila orang merasa tidak pasti mengenai apa standar perilaku yang benar. Menurut Asch (Sears dkk, 1991), bila situasi rangsang sudah jelas, konformitas hanya akan muncul sedikit saja atau tidak muncul sama sekali. Bila seseorang mampu melihat suatu realitas dengan gamblang dia akan mempercayai persepsinya sendiri dan tetap teguh pada pendiriannya meskipun anggota kelompok lain menentangnya. Karena itu Asch (1951) merancang sebuah eksperimen untuk menguji dugaan ini. Pada subjek penelitiannya diperlihatkan empat buah garis secara bersamaan, dan diminta menunjukkan garis yang paling mirip dengan garis X. Keempat subjek pertama adalah rekan peneliti dan mereka memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh peneliti. Maka, kemungkinan subjek yang sebenarnya akan cenderung menyesuaikan jawabannya dengan subjek yang lain adalah 35 persen. Individu yang memiliki tingkat konformitas yang tinggi akan banyak tergantung pada aturan- aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, termasuk dalam berperilaku. Hal ini terjadi karena pengaruh kelompok terhadap individu sangat kuat, dan perilaku yang dilakukan oleh individu tersebut adalah agar dirinya diterima oleh di dalam kelompoknya (Oktarina, 2008). Demikian juga dalam hal otomotif, misalnya konformitas yang terjadi pada anggota klub motor. Perilaku menyimpang yang dilakukan individu merupakan bagian dari perilaku konformitas individu terhadap kelompok teman sebaya, dimana individu cenderung

bertindak berdasarkan stimulus eksternalnya, yaitu lingkungan atau kelompok yang memegang peranan cukup besar. Besarnya pengaruh lingkungan atau kelompok tersebut mampu membentuk norma tingkah laku kelompok. Remaja sulit untuk tidak ikut dalam tindakan konformis karena apabila mereka tidak ikut-ikutan maka akan dimusuhi oleh orang lain dan tersingkir atau ditolak oleh kelompok, padahal di sisi lain remaja perlu mengaktualisasikan dirinya dengan lingkungan. Rasa kebersamaan, persaudaraan, dan sikap konformitas remaja sangat tinggi dan mereka bisa keliru menggunakan perasaan tersebut untuk melakukan hal-hal yang sifatnya negatif (Talenta, 1996). Tentu saja, situasi konformitas dirancang secara sempurna guna meningkatkan rasa takut individu untuk menjadi orang yang menyimpang. Dengan mengikuti kelompok, setidak- tidaknya individu dapat menghindari perbedaan dengan orang lain. Efek yang saling berkaitan antara kurangnya kepercayaan terhadap pendapat sendiri dan rasa takut menjadi orang yang menyimpang membuat individu menyesuaikan diri. Hal ini tampak dalam penelitian yang dilakukan oleh Schachter (1951) menyatakan bahwa individu yang mengubah posisinya akan diterima dan diperlukan seperti anggota kelompok yang lain. Sedangkan individu yang tetap bertahan pada posisi yang menyimpang pada akhirnya tidak akan dipedulikan. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Istilah kekompakkan digunakan untuk menyatakan hal-hal tersebut. Maksudnya adalah jumlah total kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. Semakin

besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok, serta semakin besar kesetiaan mereka, akan semakin kompak kelompok itu (Sears dkk, 1991). Menurut Fauzi Bowo selaku Gubernur DKI Jakarta (http://www.indonecianracing.com, 11/11/08), bikers sejati yang tergabung dalam klub motor memiliki kesetiakawanan yang kuat baik antar anggota maupun masyarakat. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri atau tidak menyesuaikan diri akan semakin besar bila kita mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota kelompok tersebut. Kesepakatan kelompok juga merupakan salah satu pengaruh yang sangat penting dalam konformitas. Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas. Menurut Acenk, hal yang membuat individu tidak nyaman dalam klub motor adalah kemungkinan berasal dari ketidak harmonisan anggota klub itu sendiri yang bermasalah, adanya konflik dari anggota klub, jadwal kegiatan klub yang bertabrakan dengan kegiatan pribadi lainnya. Akibatnya, akan terjadi penurunan konformitas yang disebabkan oleh perbedaan pandangan dan pendapat dari masingmasing individu di dalam kelompok itu sendiri (Sears dkk, 1991). Sisi yang lain adalah bahwa sesuatu yang meningkatkan kepercayaan individu terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan konformitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan

orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Ini berarti bahwa individu dapat menurunkan konformitas dengan membuat seseorang merasa lebih menguasai suatu persoalan. Menurut penelitian Snyder dkk (1960), segala sesuatu yang meningkatkan rasa percaya individu terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan tingkat konformitas karena kemudian kelompok bukan merupakan sumber informasi yang unggul lagi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap kecakapannya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki individu dan semakin besar kemungkinan bahwa dia akan mengikuti penilaian orang lain (Sears dkk, 1991). Berdasarkan fakta-fakta maupun data-data di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti seberapa jauh hubungan antara self-efficacy terhadap konformitas pada anggota klub motor.

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah para anggota klub motor JOTC (Jogja Thunder Club), Pulsarian Jogjakarta, YVCY (Yamaha Vixion Club Yogyakarta), dan FRC (FXR Racing Club).

B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua variabel, yaitu: 1. Skala Konformitas Skala konformitas yang digunakan merupakan skala modifikasi dari Sidqon (2001) berdasarkan teori-teori konformitas yang dijelaskan oleh Baron (2005). Skala konformitas di sini terdiri dari tiga aspek; compliance (pemenuhan), acceptance (penerimaan), dan identification (identifikasi). Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti menurut kriteria-kriteria yang sesuai dengan aspek yang hendak diukur. 2. Skala Self-Efficacy Skala self-efficacy disusun berdasarkan teori-teori self-efficacy. Skala selfefficacy di sini menyangkut aspek tingkat (Magnitude), kekuatan (strength), dan keluasan (generality) yang dikemukakan oleh Bandura (Fadhillawati, 2008). Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti menurut kriteriakriteria yang sesuai dengan aspek yang hendak diukur.

C. Metode Analisis Data Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu mencari hubungan negatif antara self-efficacy terhadap konformitas pada anggota klub motor. Untuk metode analisis data, peneliti menggunakan analisis statistik. Penelitian ini akan

menggunakan statistik korelasi product moment Pearson. Teknik korelasi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara self-efficacy terhadap konformitas pada anggota klub motor. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan program komputer SPSS 15.0 for Windows.

HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis data. Uji asumsi ini meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 2000). a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa hasil sebaran skor

variabel

konformitas adalah normal dengan nilai K-SZ = 0,573 atau p = 0,898 (p > 0,05). Untuk sebaran variabel self-efficacy juga menunjukan hasil yang normal dengan nilai K-SZ = 0,850 atau p = 0,465 (p > 0,05). b. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel self-efficacy dan konformitas memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p < 0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p > 0,05. Hasil uji linearitas terhadap variabel self-efficacy dengan konformitas diperoleh hasil F = 0,498 dengan p = 0,488 maka dapat dikatakan bahwa variabel self-efficacy dengan konformitas mempunyai korelasi yang tidak linear karena p > 0,05. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi nonparametric dari Spearman, karena kedua variabel tidak memenuhi syarat uji uji linearitas, yaitu skor kedua variabel berdistribusi normal tetapi kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan yang linear dengan bantuan program SPSS 15.0 for windows. Analisis yang digunakan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara variabel self-efficacy dan konformitas sebesar rxy = -0,127 dengan p = 0,441 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-efficacy terhadap konformitas, dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak.

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan hipotesis bahwa tidak ada hubungan antara selfefficacy terhadap konformitas pada anggota klub motor. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis korelasi menggunakan non-parametric dari Spearman yaitu koefisien korelasi

(r) sebesar -0,127 dengan p = 0,441 atau p > 0,05. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Hasil analisis yang mengatakan tidak ada hubungan negatif antara self-efficacy terhadap konformitas dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti dapat dikarenakan oleh data yang diperoleh tidak linear (F = 0,498 dengan p = 0,488; p > 0,05). Tidak linear ini penelitian ini dikarenakan subjek yang digunakan adalah anggota klub motor yang rata- rata adalah mahasiswa. Padahal jumlah anggota klub motor yang ditemui mayoritas berusia 25 tahun ke atas. Sehingga sebaran dari data-data tersebut tidak merata dan banyak data yang tidak mengikuti garis lurus. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Hadi (2000) bahwa data dapat dikatakan linear apabila dibuat diagram pencaran (scatter diagram) dari nilai-nilai variabel X dan Y, maka dapat ditarik garis lurus pada pancaran titik-titik kedua nilai variabel tersebut. Hal ini dapat dilihat dari struktur organisasi yang dibentuk oleh klub motor tersebut, dimana adanya ketua dan para pengurus organisasi memiliki usia lebih tua dari subjek. Sehingga subjek bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpinnya. Tidak konsistennya subjek dalam menjawab pernyataan-pernyataan dalam angket penelitian khususnya pada skala konformitas dapat sebagai penyebab hipotesis ini ditolak. Dimana hasil observasi dan interview dalam latar belakang masalah menunjukkan tingkat konformitas yang tinggi dalam perusahaan ini, sedangkan pada hasil analisis menunjukkan tingkat konformitas yang sedang. Selain itu, tingkat konformitas yang sedang dan tingkat self-efficacy yang tinggi juga kemungkinan dapat ditunjukkan dari solidaritas kelompok. Solidaritas itu

sendiri menurut Ahmad & Santoso (1996) berarti sifat satu rasa atau perasaan setia kawan. Adanya solidaritas yang tinggi apabila tiap- tiap kelompok mengalami bahwa tugas kewajiban yang diserahkan kepada masing- masing, dalam berbagai macam keadaan, memang dikerjakan oleh teman- teman kelompok dan diri sendiri dengan baik. Dengan kata lain, terdapatnya solidaritas yang tinggi di dalam kelompok bergantung pula pada kepercayaan anggota- anggotanya akan kemampuan temantemannya untuk melaksanakan tugas dengan baik. Solidaritas juga memiliki hubungan yang erat dengan sikap- sikap anggota kelompok terhadap norma pedoman kegiatan kelompok (Gerungan, 2002). Tidak adanya hubungan antara self-efficacy terhadap konformitas ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya faktor- faktor lain yang lebih mempengaruhi konformitas subjek. Faktor yang mempengaruhi konformitas selain self-efficacy yaitu faktor karakteristik kelompok, kebulatan suara dalam kelompok, kurangnya informasi, ukuran kelompok, kepercayaan kelompok, dan kekompakan kelompok. Feldman (1993) mengungkapkan bahwa karakteristik kelompok ditujukan pada kelompok atau pihak lain yang menarik bagi individu, maka semakin besar kemungkinan konformitas yang terjadi. Apabila suatu kelompok memiliki daya tarik atau pun ciri khas yang menarik bagi individu maka tingkat konformitas akan meningkat. Kebulatan suara di dalam kelompok juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dari konformitas (Feldman, 1993). Ketika sebuah kelompok mempunyai pendapat yang bulat ataupun sesuatu yang telah menjadi kesepakatan bersama, maka ketika individu masuk ke dalam kelompok tersebut akan cenderung

berpendapat yang sama. Hal ini yang dapat meningkatkan konformitas, sebaliknya jika pendapat tersebut tidak disepakati oleh yang lainnya atau kelompok tidak bersatu maka akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas (Sears dkk, 1991). Sears dkk (1991) mengemukakan faktor kurangnya informasi ditunjukkan oleh keinginan individu untuk memperoleh suatu kebenaran yang tidak diketahui sebelumnya dengan melakukan apa yang dilakukan orang lain. Apabila informasi tersebut bermanfaat bagi individu maka kecenderungan untuk melakukan konformitas semakin besar, sebaliknya apabila informasi yang diperoleh tidak bermanfaat bagi individu, maka tingkat konformitas akan mengalami penurunan. Begitu juga halnya dengan kepercayaan terhadap kelompok yang dikemukakan oleh Sears dkk (1991). Semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Selain itu ukuran kelompok juga mempengaruhi tingkat konformitas, namun menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilder menunjukkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar. Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat terhadap suatu kelompok juga meningkat (Sears dkk, 1991). Konformitas juga sangat dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi, jika dalam suatu kelompok terjadi banyak perselisihan maka kemungkinan tingkat konformitas yang terjadi mengalami penurunan.

Faktor lain yang mempengaruhi konformitas yaitu rasa takut terhadap celaan sosial (Sears dkk, 1991). Celaan sosial memberikan efek yang sangat signifikan terhadap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Maka individu akan memilih untuk tetap berada di dalam lingkaran kelompok agar tidak terlihat berbeda dengan orang lain. Faktor-faktor konformitas yang telah diungkapkan di atas menggambarkan seberapa besar keyakinan anggota klub motor untuk memutuskan meninggalkan ataupun bertahan pada kelompoknya tersebut. Dengan adanya sikap tersebut, hal ini didukung dengan sikap normatif yaitu keyakinan untuk mengambil keputusan melakukan tindakan konformitas yang didukung oleh keadaan lingkungannya dan bukan dikarenakan faktor self-efficacy. Penelitian ini menggunakan subjek anggota- anggota klub motor yang ada di Yogyakarta yaitu JOTC (Jogja Thunder Club), Pulsarian Jogjakarta, YVCY (Yamaha Vixion Club Yogyakarta), dan FRC (FXR Racing Club). Dalam penelitian ini memiliki banyak keterbatasan diantaranya adalah jumlah subjek yang digunakan tidak terlalu banyak oleh peneliti, hal ini dikarenakan subjek penelitian sibuk dengan pekerjaannya dan aktivitas yang dilakukan di luar komunitas. Banyaknya aitem yang gugur pada variabel konformitas juga merupakan kelemahan dari penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan peneliti kurang cermat dalam menyusun aitem sehingga kurang dapat mengukur self-efficacy yang dialami subjek penelitian. Selain itu, pada saat uji coba maupun pengambilan data penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama, hal

ini dikarenakan subjek penelitian yang peneliti gunakan banyak menjalankan tugas dan aktivitasnya di luar komunitas klub motor. Namun begitu, secara keseluruhan penelitian ini telah berjalan lancar.

KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-efficacy terhadap konformitas pada anggota klub motor yang berada di Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis korelasi non- parametrik dari Spearman dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,127 dengan p = 0,441 atau p > 0,05.

SARAN 1. Bagi subjek Subjek diharapkan dapat mempertahankan rendahnya konformitas pada klub motor yang diikuti. Tujuannya agar subjek dapat menghindari terjadinya hal-hal negatif yang ditimbulkan akibat konformitas yang dilakukan. 2. Bagi komunitas klub motor Kelompok hendaknya lebih memperhatikan penyebab faktor- faktor lain yang mempengaruhi anggota untuk melakukan konformitas, selain faktor self-efficacy. Faktor- faktor yang lain yang mempengaruhi konformitas yaitu faktor karakteristik kelompok, kesepakatan kelompok, kurangnya informasi, ukuran kelompok, kepercayaan kelompok, dan kekompakan di dalam kelompok. Hal ini berguna untuk perkembangan klub motor ke arah yang lebih positif.

3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk menggali lebih lanjut mengenai konformitas disarankan untuk lebih memperluas tema dari sudut pandang yang berbeda, yaitu meneliti hubungan antara konformitas dengan faktor- faktor yang lain. Disarankan juga untuk menggunakan metode kualitatif agar memperoleh data yang lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H dan Santoso, A. 1996. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar _______. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar _______. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R.A dan Byrne Donn. 2005. Psikologi Sosial Jilid ke- 2 (terjemahan). Jakarta: Erlangga Fadhillawati, F. 2008. Hubungan Antar Efikasi Diri dengan Motivasi Berprestasi Akademik Pada Remaja di Madrasah Tsanawiyah Yogyakarta. Sripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama Hadi, S. 1995. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset ______. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset Octarina, M. 2008. Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Merokok. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial BudayaUniversitas Islam Indonesi Sears, D.O., Freedman, J.L., dan Peplau, L.A. 1991. Psikologi Sosial Jilid ke- 2. Jakarta: Erlangga Sidqon, M. 2001. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Konformitas Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Soekanto, S. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset Talenta, S. 1996. Biarkan Kami Bicara Tentang Orang Tua dan Pergaulan. Jogjakarta: Pustaka Remaja Tim penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesi 2007. Mengapa Harus Sama. http://www.fertob.com.29/5/08 2007. Mengintip Kiprah Klub Motor Di Malang, Kelompok Mafia Ajak Anggota Kreatif Dan Inovatif. http://www.surya.co.id.11/11/08 2007. Tahun 2008, Klub-Klub Motor Bertekad Perbaiki Citra. http://www.indonecianracing.com.11/11/08 2008. Dua Klub Motor Memberikan Paket Bantuan Pendidikan. http://www.apindonesia.com.11/11/08