08_Keberagaman Metafora dalam Surat ... - WordPress.com

23 downloads 99 Views 61KB Size Report
ABSTRAK. Pada setiap kata dalam kalimat memiliki makna yang terkandung dan itu .... tergabung dalam makna asosiatif antara lain makna konotatif. (makna ...
Linguistika Akademia Vol.1, No.2, 2012, pp. 233~244 ISSN: 2089-3884

KEBERAGAMAN MAKNA METAFORA DALAM SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT Laiyinatus Syifa Z.N e-mail: [email protected] ABSTRACT Every word in sentence has an implied meaning and it can has more than one meaning, whereas, metaphor itself is a figure of speech which compare between two different things implicitly. Newspaper is one of delivering information to people, so it cannot be deny that the language used in newspaper can contains a metaphor. This research aims to show and to analyze the presence of metaphor meaning that contains in Kedaulatan Rakyat newspaper to avoid the reader’s misunderstanding. The research methods are the analysis of metaphor meaning by I.A. Richard and the meaning theory by Fifth. The result of this research is to show that in a word of the sentence which is used in the newspaper after contrasted to the other sentence that can be found in daily activity can have different meaning although it is same word depends on the word context in the sentence itself, for example goyang (the body’s shake) with goyang (earthquake). So that, it is necessary to analyze about the word meaning that contains metaphor, so there is no misunderstanding.

ABSTRAK Pada setiap kata dalam kalimat memiliki makna yang terkandung dan itu bisa lebih dari satu makna, sedangkan metafora itu sendiri merupakan gaya bahasa yang membandingkan antara dua hal yang berbeda secara implisit. Surat kabar merupakan salah satu penyampai informasi pada khalayak, sehingga tidak dipungkiri kalau bahasa yang digunakan dalam surat kabar dapat mengandung gaya bahasa metafora. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menganalisa adanya makna metafora yang terkandung dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat guna menghindari kesalahpahaman pada pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode analisis makna metafora oleh I.A. Richard dan teori makna oleh Aliran Fifth. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa sebuah kata dalam suatu kalimat yang digunakan dalam surat kabar tersebut setelah dibandingkan dengan kata dalam kalimat lain yang kerap dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bisa berbeda maknanya, tergantung pada konteks kata dalam kalimat itu sendiri, misalnya kata goyang (gerakan tubuh) dengan goyang (gempa). Oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang makna dari katakata yang mengandung metafora agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kata kunci: surat kabar; makna; metafora.

234



A. PENDAHULUAN Surat kabar merupakan salah satu bahan penyampai berita dan informasi berbentuk lembaran-lembaran kertas yang disajikan secara apik sehingga membuat pembaca mendapatkan sebuah informasi baru setiap harinya tentang apa yang terjadi di dalam negeri atau pun di luar negeri. Informasi yang diberikan pun berhubungan dengan banyak bidang, di antaranya politik, sosial, budaya, agama dan lain sebagainya. Dalam penyampaian informasi, surat kabar menggunakan kata-kata yang beragam diantara kata yang mengandung metafora. Tidak jarang gaya bahasa tersebut hanya memberikan penekanan pada kata atau kalimat berita yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Akan tetapi, dalam penggunaan kata-kata tersebut kadang memiliki arti yang berbeda. Adanya keberagaman makna metafora ini seringkali mengakibatkan kesalahpahaman atau ketidaktahuan dari pembaca tentang maksud dari kata tersebut. Sebagai contoh, kata badan pada dua kalimat di bawah ini: (1) Karena rajin berolahraga, badan si Anton menjadi kuat. (2) Longsoran tanah menutupi badan jalan (surat kabar). Pada kalimat (1), arti badan merupakan anggota tubuh pada manusia, akan tetapi arti dari badan pada kalimat (2) merupakan bagian dari jalan. Dalam hal ini, penulis surat kabar menggunakan kata badan dalam kalimat (2) untuk menekankan arti seluruh jalan bukan sepanjang jalan dan kalimat ini lah yang terdapat makna metafora yaitu perbandingan dua hal yang berbeda. Dalam hal ini, si penulis membandingkan antara jalan dengan badan yang sama sekali berbeda dan kata badan yang ia gunakan memiliki arti yang berbeda pula dengan badan pada kalimat (1). Jika si pembaca tidak memiliki pengetahuan yang lebih untuk memahami maksud dari kata tersebut, dia dapat menyalahartikan bahwa badan yang dimaksud pada kalimat (2) adalah badan manusia yang berada di jalan yang tertutupi longsoran tanah. Contoh lain penggunaan kata yang mengandung makna metafora dapat ditemukan pada kata manis: (1) Ibu membuatkan aku teh manis. (2) Penyanyi itu menyanyikan lagu yang sangat manis. Seperti halnya pada kasus pertama, pada kedua kalimat diatas kata manis memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (1) arti manis Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 2, 2012 : 233 – 244

Linguistika Akademia

ISSN: 2089-3884



235

merupakan rasa yang enak yang dirasakan oleh indra pengecap, sedangkan pada kalimat (2) merupakan rasa enak yang dirasakan oleh indra pendengar. Gaya bahasa metafora pada kalimat (2) membandingan antara sebuah kata benda abstrak lagu yang biasa didengar dengan kata sifat manis yang biasa dirasakan oleh indra pengecap (lidah). Jika si pembaca tidak memahami maksud dari si penulis menggunakan kata manis untuk menjelaskan kata benda lagu, dia akan mengira bahwa lagu tersebut memiliki rasa manis jika dimakan. Dan contoh diatas hanyalah sebagian dari penggunaan gaya bahasa metafora dalam sebuah surat kabar. Contoh tersebut dapat menjelaskan pentingnya mendalami tentang keberagaman makna yang dimiliki oleh gaya bahasa metafora guna menghindari kesalahan dalam penafsiran sebuah kalimat pada surat kabar sehingga penyampaian berita pun dapat tersampaikan dengan baik. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengambil salah satu objek surat kabar yang terkenal di kota Yogyakarta yaitu surat kabar Kedaulatan Rakyat. Penelitian tentang keberagaman makna metafora dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat akan menjadi bahan penjelasan lebih lanjut dalam tulisan ini. Penelitian ini hanya difokuskan pada dua permasalahan, yakni (1) keberagaman makna pada gaya bahasa metafora dalam dua kalimat yang berbeda, dan (2) apakah ada tujuan tertentu dari penggunaan gaya bahasa metafora yang mempengaruhi keberagaman makna tersebut. Dikarenakan penelitian ini banyak membahas tentang makna maka teori yang digunakan untuk membedah tulisan ini adalah teori makna yang dipelopori oleh Bloomfield pada aliran Firth. Selain itu untuk mengetahui penyebab adanya keberagaman makna metafora, peneliti menggunakan pendekatan pragmatik guna mengetahui konteks dari si penulis berita menggunakan kata tersebut. sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan library research dan dalam pengumpulan datanya, peneliti menggunakan metode observasi dan dokumentasi data yang kemudian akan diteliti lebih lanjut.

Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar KR (Laynatus Syifa Z.N)

236



B. SEKILAS TENTANG MAKNA DAN GAYA BAHASA METAFORA Makna merupakan suatu bagian dari sebuah kata yang memberikan penjelasan atau maksud dari kata tersebut, dalam bukunya Introducing Semantics, Nick Riemer (2010) memberikan penjelasan tentang arti sebuah makna yang dia jelaskan dari beberapa perspektif yang dianut oleh sejumlah negara tentang arti sebuah makna (meaning). Salah satunya Reimer menjelaskan tentang makna di Inggris “We use the same verb to refer both to the meanings expressed by language and to those which are communicated non-linguistically, as well as to those which emerge, without any communication, as a result of the inherent significance of the world and human behavior. In a number of these situations, the idea of the intention of the communicator seems to be an important part of what is being talked about through the use of the verb mean.” Selain menjelaskan sebuah kata, makna itu sendiri juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu cara yang sekiranya dapat dijelaskan sehingga maksud dari kata itu dapat tersampaikan. Dapat disimpulkan bahwa di Inggris makna itu sendiri merupakan suatu kata yang berhubungan dengan bahasa, tujuan dan dunia, yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah acuan (reference), makna linguistik (linguistic meaning), tujuan (intention), dan arti atau kata-kata yang umum (general significance). Pengertian makna tersebut menjadi latar belakang munculnya berbagai macam gaya bahasa yang berhubungan dengan makna, salah satunya yaitu gaya bahasa metafora. Metafora itu sendiri untuk lebih jelasnya dijelaskan oleh George Lakoff dan Mark Johnson (1980:3). “Metaphor is for most people a device of the poetic imagination and the rhetorical flourish-a matter of extraordinary rather than ordinary language. Moreover, metaphor is typically viewed as characteristic of language alone, a matter of words rather than thought and action.. . . We have found, on the contrary, that metaphor is pervasive in everyday life, not just in language but in thought and action”.

Sebagai tambahan bahwa dalam penggunaan gaya bahasa atau lebih dikenal sebagai tropes akan berhubungan dengan tanda. Dalam hal ini metafora merupakan gaya bahasa yang bermain dengan tanda atau lebih tepatnya penggunaan kata atau frasa yang Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 2, 2012 : 233 – 244

Linguistika Akademia

ISSN: 2089-3884



237

merupakan salah satu bagian dari ide dari kata atau frasa lain yang ditujukan untuk memberikan hubungan diantara dua hal yang berbeda. Sebagai contoh, cinta itu mawar. Aristoteles (Danesi: 2004) adalah satu satu tokoh yang menciptakan kata metaphor yang berasal dari kata meta “diluar atau alam baka” dan pherein “membawa”. Dia beranggapan bahwa gaya bahasa metafora memiliki kemampuan untuk memancarkan sebuah konsep yang masih abstrak. Dia menegaskan bahwa kemampuan konsep ini merupakan sebuah gaya penulisan atau bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dan menyampaikan sebuah konsep atau ide itu sendiri. Akan tetapi, dalam kenyataannya penggunaan gaya bahasa metafora sering dijadikan sebagai sebuah praktek simbolik karena banyak kata yang tidak berhubungan dan tidak ada kejelasan acuannya. Oleh karena itu, pengertian metafora menjadi suatu masalah yang menarik. Seperti pada contoh, professor itu adalah seekor ular. Pada kalimat tersebut terdapat dua acuan atau referensi bukan satu yang mana keduanya saling berhubungan satu sama lain, yaitu: 1. Adanya acuan utama, yaitu professor sebagai topik (tenor) dari gaya bahasa metafora. 2. Kemudian adanya acuan kedua, yaitu ular sebagai sarana (vehicle) dari gaya bahasa metafora yang dipilih untuk menjelaskan topiknya. 3. Hubungan antara dua acuan yang membentuk makna baru yang disebut ground dimana bisa lebih dari satu makna yang dibentuk oleh topik dan sarana. Ulmann (dalam Sumarsono, 2007) membedakan metafora ke dalam empat jenis, yakni (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra hewan, (3) metafora bercitra abstrak ke konkret, (4) metafora bercitra sinestesia. C. TANDA DAN MAKNA Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan teori makna Firth yang dipelopori oleh Bloomfield untuk mengkaji lebih lanjut tentang penggunaan gaya bahasa metafora ini. Firth menyatakan bahwa kata-kata itu adalah pola-pola tingkah laku, dan dalam pola ini, katakata tersebut menpunyai fungsi koordinasi. Kata-kata itu mengacu kepada sesuatu dan situasi. Dalam bahasa tutur, untuk mengetahui Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar KR (Laynatus Syifa Z.N)

238



makna, ada tiga hal yang terlibat, yakni: sikap terhadap acuan, sikap terhadap mitra tutur dan sikap terhadap ujaran itu sendiri (Alwasiah:1993). Pada dasarnya makna merupakan inti dari segala sesuatu, baik itu benda konkret maupun abstrak. Sama halnya dengan unsur kebendaan, makna dalam tiap kata dalam bahasa merupakan inti dari kata itu sendiri. Baik kata itu bersanding dengan kata yang lain maupun berdiri sendiri. Beberapa definisi makna antara lain makna merupakan suatu sifat intrinsik, konotasi suatu kata, tempat sesuatu di dalam sistem, kata-kata lain yang dihubungkan dengan sebuah kata di dalam kamus, dan lain-lain (Leech,1974:7). Sedangkan menurut Palmer (1981;4) setiap kata tidak hanya memilki satu makna literal saja, melainkan makna lain yang muncul ketika bersanding dengan kata yang lain. Makna dari suatu kata didefinisikan sebagai bagian dari hubungan kata itu sendiri dengan kata lain dalam suatu bahasa (Saeed, 1997:53). Sehingga makna suatu kata dapat dicermati dan didefinisikan ketika kata itu berdiri dalam suatu kalimat dan bersanding dengan kata-kata yang menyusun kalimat itu sendiri. Leech (1974:38) membagi tipe makna menjadi tujuh yang dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe dasar yakni 1) makna konseptual; 2) makna asosiatif, dan 3) makna tematik. Yang tergabung dalam makna asosiatif antara lain makna konotatif (makna kiasan atau makna tak sebenarnya), makna stilistik (makna yang berhubungan dengan keadaan sosial penggunanya), makna afektif (makna yang berasal dari perasaan atau tingkah laku penuturnya), makna refleksi (makna kiasan dari ungkapan yang sama), dan makna kolokatif (makna yang timbul dari asosiasi makna kata yang berbeda), yang dalam hal ini metafora termasuk dalam makna asosiatif karena bisa merupa makna konotasi. Karena makna memiliki intensitas untuk berubah-ubah baik bersandingan dengan kata lain atau berdiri sendiri, maka makna juga dapat berubah tergantung siapa pemakainya. Adakalanya suatu bahasa memiliki pencitraan arti yang berbeda-beda di suatu daerah dengan daerah lain. Tiap masyarakat bahasa belajar dari tetanggatetangganya. Barang-barang, baik alami maupun buatan, diteruskan dari satu masyarakat ke masyarakat lain, begitu pula pola-pola perbuatan (Bloomfield, 1933:430). Dari sini dapat kita lihat bahwa Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 2, 2012 : 233 – 244

Linguistika Akademia

ISSN: 2089-3884



239

bahasa sebagaimana bagian dari kehidupan bermasyarakat memiliki tendensi untuk dipakai tidak hanya oleh masyarakat asal tetapi juga diteruskan ke sekelompok masyarakat yang lain. D. PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini peneliti lebih menjabarkan penggunaan gaya bahasa metafora dalam surat kabar yang dibandingkan dengan kata yang sama dalam suatu kalimat yang berbeda sehingga mengakibatkan adanya keberagaman makna terhadap kedua kata tersebut serta pengaruh pemakaian kata tersebut terhadap pembaca atau faktor dari keberagaman makna metafora itu sendiri. 1. Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Sebelum menjelaskan lebih lanjut, peneliti hanya mengambil sedikit dari contoh keberagaman makna metafora yang terdapat pada surat kabar Kedaulatan Rakyat. Selain itu, dipilihnya kalimat-kalimat berikut ini hanya sebagai tolak ukur bagi pembaca guna lebih memahami tentang makna metafora dalam sebuah kalimat. Serta pemahaman tentang kata itu sendiri yang mana dipengaruhi oleh pemakainya dan konteks makna kata pada kalimat yang diinginkan oleh si penutur. a. Keberagaman Makna Metafora pada Kata “Jamu” Pada data pertama ditemukan sebuah kata yang mengandung gaya bahasa metafora pada dua kalimat yang berbeda yaitu: (1) Ibu meminum jamu setiap pagi supaya badan sehat. (2) Tantangan berat bagi Persis Solo jamu Persebaya di Stadion Manahan.(Kedaulatan Rakyat online. 31 Maret 2012) Kata ‘jamu’ pada kedua kalimat diatas serupa akan tetapi memiliki perbedaan dalam maknanya, hal tersebut didasari pada faktor tertentu, yang pertama perbedaan konteks si penutur. Pada kalimat (1) si penutur lebih menekankan kata ‘jamu’ yang dia gunakan sebagai arti sebuah minuman yang terbuat dari bahan-bahan tradisional sebagai penambah energi atau obat, sedangkan pada kalimat (2) ada keinginan dari si penulis sendiri yang ingin membandingkan antara dua hal yang berbeda antara kata benda Persis Solo yaitu klup sepakbola di Indonesia sebagai subjek Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar KR (Laynatus Syifa Z.N)

240



dengan kata ‘jamu’ sebagai kata kerja sebagai predikat. Kedua, jika menilik dari perbedaan makna tersebut, jelas makna yang ingin diberikan oleh si penulis pun tidak akan sama dengan makna kata ‘jamu’ pada kalimat (1), karena kata ‘jamu’ pada kalimat (2) setelah melihat pada acuan dari si penutur dan terhadap ujaran itu sendiri lebih diartikan sebagai pihak tuan rumah yang menawarkan untuk bertanding dengan lawan (menjamu). Pada kalimat (2), kata ‘jamu’ merupakan jenis metafora bercitra sinestesia karena adanya pengalihan indra, mengalihkan dari satu indra ke indra yang lain. Dalam hal ini, kata ‘jamu’ yang biasanya berasal dari indra perasa menjadi ‘jamu’ pada indra penglihat. b.Keberagaman Makna Metafora pada Kata “Menggerus” Pada data kedua ini, kata yang mengandung gaya bahasa metafora adalah kata ‘menggerus’ pada kalimat di bawah ini: (1) Mbak Ani sedang menggerus obat untuk adik. (2) Carmelita menjelaskan, penggunaan BBM telah menggerus biaya operasional kapal sekitar 40-50%. (Kedaulatan Rakyat online. 31 Maret 2012) Pada data ini, kata yang mengandung gaya bahasa metafora telah mengalami afiksasi sebelumnya. Kata ‘menggerus’ berasal dari kata dasar ‘gerus’ yang mendapat awalan me+ dan menjadi menggerus. Pada kalimat (1), kata ‘menggerus’ mengacu pada sebuah pekerjaan meremukkan atau menghaluskan suatu barang yaitu obat yang dilakukan oleh si pelaku. Sedangkan pada kalimat (2), si penutur menginginkan makna yang sama dengan makna pada kalimat (1) akan tetapi hasilnya berbeda dan menimbulkan keberagaman makna karena kata ‘menggerus’ pada kalimat (2) mengacu pada makna yang dituju oleh si penulis terhadap ujaran tersebut sebagai sebuah pekerjaan yang menguras atau menghabiskan sesuatu, dalam hal ini adalah penggunaan BBM itu sendiri sebagai kata yang dibandingkan dalam gaya bahasa metafora sehingga terjadi perbedaan makna yang bercitra personifikasi karena kata ‘menggerus’ pada kalimat (2) seakan-akan hidup seperti manusia.

Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 2, 2012 : 233 – 244

Linguistika Akademia

ISSN: 2089-3884



241

c. Keberagaman Makna Metafora pada Kata “Kecebong” Pada data ini, kata yang mengandung gaya bahasa metafora dan mengalami keberagaman makna selanjutnya adalah kata ‘kecebong’: (1) Banyak sekali kecebong-kecebong yang hidup di sawah pada musim hujan. (2) Tumbuhnya kecebong-kecebong anarkis dalam diri anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kurang kondusif. (Kedaulatan Rakyat online. 31 Maret 2012) Pada kalimat di atas, kata ‘kecebong’ telah mengalami proses reduplikasi atau pengulangan sebagai penegasan untuk kata benda jamak atau lebih dari satu. Berbeda dengan data-data sebelumnya, kata ‘kecebong’ pada kalimat (1) penutur lebih mengacu pada bibit katak yang sudah berkaki dan berekor kecil serta hidup di air karena binatang tersebut memang bernama kecebong. Akan tetapi, kata ‘kecebong’ pada kalimat (2) tidak dapat diartikan seperti pada kalimat (1) karena pada kalimat ini makna yang diacu oleh penulis atau penutur terhadap ujaran adalah acuan pada bibit manusia atau generasi muda yang dibandingkan dengan kata ‘diri anak’ dalam penggunaan gaya bahasa metafora. Dalam hal ini, si penutur pada kalimat (2) menggunakan kata ‘kecebong’ dikarenakan sebagai peranakan dari manusia yang mana menimbulkan jenis makna metafora yang terkandung bercitra kehewanan karena si penulis menggunakan nama hewan untuk menggambarkan suatu kondisi atau kenyataan yang terjadi di sekitar. d. Keberagaman Makna Metafora pada Kata “ilustrasi” Kata ‘ilustrasi’ mengalami keberagaman makna setelah ditempatkan pada gaya bahasa metafora pada kalimat berikut ini: (1) Ilustrasi buku itu sangat menarik, sangat lucu dan penuh warna. (2) Pelaku pembunuhan itu akan menjadi salah satu ilustrasi dalam kejadian di TKP. (Kedaulatan Rakyat online. 31 Maret 2012) Pada kedua kalimat diatas, kata ‘ilustrasi’ merupakan simbol kata benda yang abstrak akan tetapi keduanya memiliki acuan yang Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar KR (Laynatus Syifa Z.N)

242



berbeda. Pada kalimat (1), kata ‘ilustrasi’ mengacu pada penggambaran yang terdapat pada sebuah buku sedangkan pada kalimat (2) makna yang diacu oleh penutur kurang lebih sama dengan makna pada kalimat (1) akan tetapi sikap terhadap ujaran tersebut menjadikan makna yang dihasilkan berbeda karena kata ‘ilustrasi’ pada kalimat (2) mengacu pada reka adegan yang dilakukan oleh salah satu tokoh atau penggambaran ulang suatu kejadian. Pada kalimat (2), kata ‘ilustrasi’ disandingkan dengan kata ‘kejadian di TKP’ sehingga membentuk gaya bahasa metafora. Pada kalimat ini, kata ‘ilustrasi’ merupakan jenis makna metafora bercitra konkret ke abstrak dikarenakan pada kalimat tersebut kata ‘ilustrasi’ seakan mengalihkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret (nyata). e. Keberagaman Makna Metafora pada Kata “Abu” Pada data berikut ini, kata yang disandingkan adalah kata ‘abu’ pada kedua kalimat berikut ini: (1) Dengan terpaksa, si Abu pergi juga ke pasar. (2) Gunung di Gletser tersebut menyemburkan abu vulkanik (Kedaulatan Rakyat online) Seperti halnya dengan permasalahan yang terjadi pada data sebelumnya, kata ‘abu’ pada kedua kalimat di atas memiliki persamaan dalam kata dan pengucapan yang mencolok. Kata ‘abu’ pada kalimat (1) adalah kata benda yang mengacu pada nama seseorang. Sedangkan pada kalimat (2), kata ‘abu’ merupakan kata benda yang mengacu pada serpihan debu dari sisa pembakaran, atau pada kalimat tersebut dibandingkan dengan ‘Gunung di Gletser’. Kata ‘abu’ pada kalimat (2) bisa terjadi karena adanya keberagaman makna metafora yang bercitra homonimi. Sikap yang diacu oleh penutur terhadap ujaran tersebut menjadikan perbedaan makna antar keduanya. 2. Faktor yang Mengakibatkan adanya Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Dari pembahasan gaya bahasa metafora sampai keberagaman makna yang terjadi dalam suatu kata, tepatnya pada Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 2, 2012 : 233 – 244

Linguistika Akademia

ISSN: 2089-3884



243

kata yang mengandung gaya bahasa metafora, ternyata ada beberapa faktor yang mengakibatkan terjadi keberagaman makna metafora pada kata tersebut. Adapun beberapa faktor tersebut adalah: a. Perluasan makna yang terjadi pada suatu kata, seperti halnya bahasa, kata pun mengalami perkembangan. Sehingga ada beberapa kata yang bisa mengalami keberagaman makna setelah disandingkan dengan kata lain yang berbeda, yang bisa menimbulkan makna baru. b. Pemahaman lebih dari si penulis tentang kata-kata yang bisa mengalami keberagaman makna setelah diselipkan gaya bahasa metafora. Seperti dalam contoh diatas, bahwa sikap yang diberikan oleh penutur terhadap ujaran tertentu bisa mengakibatkan perbedaan makna. Adanya kemungkinan bahwa si penulis ingin memberikan penekanan pada kata yang dipakainya sehingga makna yang ditimbulkan menjadi berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan kalimatnya. c. Kebutuhan dari kalimat itu sendiri, dalam hal ini konteks dari kalimat itu sendiri yang membutuhkan kelebihan perbendaharaan kata sehingga menimbulkan makna yang mendalam pada kalimat tersebut. E. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa keberagaman makna metafora seringkali terjadi dalam surat kabar yang dalam hal ini lebih mengerucut pada surat kabar Yogyakarta, Kedaulatan Rakyat. Hal ini dikarenakan adanya perluasan makna yang terjadi pada kata tersebut sehingga mengakibatkan ketika kata tersebut dibandingkan dengan kata lain yang berbeda akan menimbulkan makna yang baru. Selain itu faktor pengaruh lingkungan dari pemakai kata atau penutur kata tersebut menjadi salah satu faktor utama dari munculnya keberagaman makna metafora itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dari pembaca sendiri sebagai penikmat informasi tentang keberagaman makna metafora dalam suatu kata sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami suatu informasi. Keberagaman Makna Metafora dalam Surat Kabar KR (Laynatus Syifa Z.N)

244



F. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa.2. 1993. Print. Aminudin. Semantik. Bandung: Sinar Baru. 1988. Print. Bloomfield, Leonard. Language. University of Chicago Press: Chicago. 1933. Web. 01 Mei 2012. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rieneka Cipta. 2003. Print Kedaulatan Rakyat Online (www.kr.co.id). Web. 31 Maret 2012. Lakoff, G. and Johnson, L. (1980). Metaphors We Live By. Chicago University Press: Chicago. Web. 10 November 2011 Leech, Goeffrey.Semantics. Penguin: New York. 1974. Web. 01 Mei 2012. Marcel, Danesi. Message, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in semiotics and Communication Theory. Edisi Ketiga. Canadian Scholars Press: Toronto. 2004. Print Palmer, Frank Robert. Semantics. Second edition. Cambridge University Press: Chambridge. 1981. Web. 01 Mei 2012. Reimer, Nick. Introducing Semantics. Chambridge University Press: New York. 2010. Web. 10 November 2011 Richard, I.A. The Meaning of Meaning. Oxford University Press: London. 1923. Web. 01 Mei 2012. Saeed, john I. Semantics. Second edition. Blackwell publishing. 1997. Web. 01 Mei 2012 Sudaryat, Yayat. Struktur Makna: Prinsip-Prinsip Studi Semantik. Bandung: Penerbit Raksa Cipta. 2004. Web. 20 Maret 2012. Sumarsono. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Print

Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 2, 2012 : 233 – 244