BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah lingkungan ...

15 downloads 256 Views 306KB Size Report
Masalah lingkungan seringkali terabaikan dibanding masalah lainnya. Masalah lingkungan baru mendapat perhatian setelah terjadi dampak atau kerusakan ...
1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah lingkungan seringkali terabaikan dibanding masalah lainnya. Masalah lingkungan baru mendapat perhatian setelah terjadi dampak atau kerusakan lingkungan. Padahal, menurut Alexander Oematan (dalam Alf, 2010), permasalahan lingkungan hidup bukan lagi permasalahan lokal, regional atau nasional. Kerusakan dan pencemaran lingkungan sudah menjadi masalah global sehingga perlu ada langkah-langkah untuk menyelamatkan lingkungan. Edukasi mengenai ekologi dan lingkungan untuk mahasiswa penting untuk persiapan mereka mengajar, advokasi lingkungan, dan administrasi lingkungan. Edukasi lingkungan menjadi hal yang sangat krusial bagi para caloncalon pemimpin masa depan, dalam konteks tulisan ini adalah mahasiswa. Dengan itu mahasiswa tidak merasa asing dengan alam dan terbentuk ikatan yang kuat dan tahan lama dengan planet bumi. Menanamkan rasa peduli ini sangat penting dari tahap mahasiswa karena idealisme yang masih terjaga sehingga timbul rasa menghargai terhadap lingkungan yang abadi dan komitmen untuk konservasi. Oleh karena itu, dalam upaya menuju keberlanjutan, keterlibatan mahasiswa sangatlah penting (Barlett & Chase, 2004). Menurut Ridarmin (2008), secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu: 1. Sebagai penyampai kebenaran (agent of social control) 2. Sebagai agen perubahan (agent of change) 3. Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock) Sedangkan menurut Arbi Sanit (dalam Setiawan, 2009), ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa, yaitu: 1. Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat. 2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda. 3. Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Tentunya dalam mengedukasi diperlukan suatu media yang efektif dan efisien mengingat kondisi mahasiswa sekarang yang kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan kegiatan. Media edukasi yang sering digunakan untuk edukasi lingkungan dewasa ini kurang dapat memuaskan rasa ingin tahu mahasiswa yang tinggi ataupun justru membuat mahasiswa merasa bosan karena terkesan terlalu

2

menggurui. Selain itu seringkali media ini tidak menyediakan informasi secara menyeluruh serta kurang meyakinkan sehingga mahasiswa hanya sekadar mengetahui isu lingkungan tersebut, tidak memahami, apalagi mempraktekkan. Satu hal yang ironis adalah edukasi lingkungan seringkali dilakukan dengan menggunakan media cetak. Padahal, sampah yang dihasilkan dari edukasi jenis ini tidak sedikit sehingga akhirnya melenceng dari tujuan utamanya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan media yang mudah diakses, murah, ramah lingkungan serta interaktif menjadi lebih tinggi dalam rangka proses edukasi lingkungan di kalangan mahasiswa. Teknologi komunikasi modern sudah pasti harus ada dalam proses pembelajaran. Era globalisasi merupakan tantangan sekaligus jawaban atas permasalahan ini. Sebagai contoh, dengan adanya komputer dan internet, mengakses informasi apapun menjadi sangat mudah dilengkapi dengan gambar, video ataupun audio pendukung. Namun demikian, teknologi yang ada tidak terintegrasi dengan baik dengan proses edukasi lingkungan (Haertel & Means, 2003). Salah satu alasannya adalah kurangnya kreativitas pembuat materi edukasi karena anggapan bahwa media yang kreatif ini cenderung mahal dan sulit untuk dibuat. Padahal, mahasiswa sekarang sangat dekat dengan akses internet sehingga berbagai macam bentuk informasi yang disampaikan disana, apabila menarik, akan mudah tersentuh oleh mahasiswa. Sangat sulit untuk mengubah sikap dan perilaku dengan berbagai metode pengajaran. Hal ini disebabkan karena perilaku dibangun dengan perlahan dalam jangka waktu yang lama. Namun, beberapa materi audio-visual, secara khusus gambar yang bergerak, radio, dan televisi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Penelitian terkemuka yang membuktikan bagaimana materi audio visual dapat mempengaruhi perilaku telah dibuktikan oleh Payne Foundation dan Armed Services. Payne Foundation telah melakukan penelitian panjang bahwa perilaku seorang anak terhadap sesuatu yang memiliki nilai sosial dipengaruhi secara kumulatif dari tontonan di televisi. Penelitian yang dilakukan oleh The Armed Services terhadap petinggi di suatu perusahaan membuktikan bahwa pria cenderung terpengaruh oleh film yang disukai dan perilaku yang terbentuk tidak hilang dalam jangka waktu yang singkat (Kinder, 1959). Hubungan antara ketertarikan dan efektivitas belajar sangat kuat sehingga sudah diakui kebenarannya. Salah satu bukti kuat adalah materi audio-visual yang membuat belajar menjadi lebih menarik. Ketika seorang penerima materi tertarik, motivasi akan keluar dari dalam dirinya. Materi audio-visual dapat digunakan untuk meningkatkan kebiasaan dan kecakapan sehingga materi jenis ini sangat efektif untuk mengajari suatu kebiasaan, contohnya kebiasaan membuang sampah pada tempatnya (Kinder, 1959). Berdasarkan pendapat Rulon, Knowlton, dan Tilton (dalam Kinder, 1959), materi audio-visual menstimulasi pemikiran dan pengertian. Dengan cara ini bukan hanya mempelajari banyak fakta, tapi tapi banyak hal tentang pengertian dan implikasi dari fakta itu sendiri. Cara ini tidak menghasilkan pembelajaran yang pasif. Nilai tambah dari materi audio-visual adalah fakta bahwa ini dapat

3

menjadikan proses belajar menjadi lebih menyenangkan. Jika pembelajar menjadi tertarik, maka akan tumbuh sebuah motivasi dalam diri. Hampir setiap studi mengindikasi bahwa pelajar menyukai materi audiovisual, misalnya film dan televisi. Pada tahun 1929, 86 dari 87 pengajar menyetujui poin ini. Penelitian lain menemukan bahwa materi ini efektif untuk seluruh pelajar dengan segala kemampuan, umur, atau tingkat, sekolah sampai universitas (Kinder & McClusky, 1954). Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis menawarkan “Eco-Motion” (Eco-Moving Narration), sebuah edukasi lingkungan dengan metode audio-visual seperti narasi yang dibantu dengan gambar bergerak sehingga dapat menjadi alternatif yang sangat baik untuk diimplementasikan.

Tujuan 1. 2. 3.

Menyampaikan edukasi lingkungan dengan metode yang lebih menarik untuk diterima dan dimengerti oleh mahasiswa. Menggunakan media edukasi yang ramah lingkungan. Meminimalisasi jumlah mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mempelajari wawasan tentang lingkungan.

BAB II GAGASAN

Kondisi Kekinian Beberapa tahun belakangan ini semua lapisan masyarakat semakin menyadari bahwa permasalahan lingkungan bukan hanya menjadi masalah individu tertentu melainkan sudah menjadi masalah global karena dampaknya yang besar seperti climate change, polusi udara, krisis energi, dan lain-lain. Berbagai informasi dan edukasi tentang lingkungan semakin banyak kita lihat baik itu di media elektronik maupun media cetak. Tidak hanya itu, beberapa masyarakat juga membuat komunitas-komunitas peduli lingkungan yang telah menghasilkan beberapa gerakan seperti bike to work, car free day, dan lain-lain. Bukan hanya masyarakat yang peduli terhadap lingkungan melainkan pemerintah juga menaruh perhatian yang besar dengan membuat beberapa kebijakan yang mendukung kita untuk lebih ramah lingkungan. Melihat hal ini, peran mahasiswa sebagai kontrol sosial sangat diperlukan agar kebijakankebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah dapat berjalan dengan baik karena pada kenyataannya banyak peraturan pemerintah tentang lingkungan yang masih dilanggar. Untuk menjalankan peran ini dengan baik, tentunya mahasiswa harus memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang lingkungan. Hal ini seharusnya

4

membuat mahasiswa semakin sadar betapa pentingnya memiliki pengetahuan tentang lingkungan. Pengetahuan tentang lingkungan tidak hanya perlu diketahui mahasiswa yang mendalami pendidikan formal di teknik lingkungan tetapi juga diperlukan oleh mahasiswa di semua disiplin ilmu. Mahasiswa teknik mesin perlu mengetahui tentang lingkungan agar nantinya dapat membuat mesin-mesin yang lebih ramah lingkungan. Isu lingkungan perlu diketahui sejak dini agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Sayangnya, sekarang ini kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan masih kurang. Salah satu contoh faktanya adalah pemilahan sampah di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang masih belum berjalan dengan baik meskipun sudah disediakan tempat sampah dengan dua karakteristik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan dampak rusaknya lingkungan akibat perbuatan yang mereka lakukan. Maka, edukasi lingkungan diperlukan oleh mahasiswa agar dapat menambah pengetahuan sekaligus meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan. Edukasi lingkungan bukan merupakan hal yang baru. Banyak metode yang telah diterapkan, namun dibutuhkan sebuah inovasi agar edukasi lingkungan dapat diterapkan dengan efektif. Inovasi diperlukan karena dapat melahirkan sebuah perbedaan yang dapat membuat orang tertarik dengan apa yang kita sampaikan. Mahasiswa jaman sekarang sudah terbiasa dengan media yang penuh dengan animasi yang menarik sejak mereka kecil seperti video games. Oleh karena itu, untuk proses edukasi, dibutuhkan media yang tidak kalah menarik dengan media hiburan yang selalu ada di sekitar mahasiswa. Selain itu, media penyampaian edukasi lingkungan juga sebaiknya mudah diakses dan terjangkau. Salah satu media yang memenuhi syarat tersebut adalah internet. Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2% dari tahun sebelumnya yakni 5,9% menjadi 7,9% dari total penduduk Indonesia (Bank Dunia, 2008). Dari jumlah pengguna internet di Indonesia, sebagian diantaranya adalah mahasiswa. Akses internet di berbagai kampus sangat diperlukan karena semakin dinamisnya perkembangan ilmu pengetahuan. Hampir semua institusi pendidikan di Indonesia sudah menyadari hal ini. Salah satunya adalah ITB yang memiliki jaringan wireless fidelity dan komputer di setiap jurusan sehingga memudahkan mahasiswa untuk mengakses internet di dalam kampus. Penulis mengidentifikasi potensi internet sebagai penyebar media edukasi lingkungan yang sesuai.

5

Gambar 1. Grafik Pengguna Internet per 100 Penduduk Dalam Bentuk Persentase Populasi Sumber : Bank Dunia, 2008

Solusi yang Pernah Diterapkan Isu lingkungan merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan di tengahtengah masyarakat tak terkecuali mahasiswa. Sebagai generasi penerus bangsa dan agent of change, mahasiswa tentunya tidak tinggal diam menghadapi masalah-masalah lingkungan yang semakin lama semakin berkembang. Berbagai metode telah dilakukan untuk membuat mahasiswa lebih peduli terhadap lingkungan seperti mengadakan seminar bertema lingkungan, flyer, poster,dan lain-lain. Banyak perkumpulan mahasiswa yang menggelar acara seminar bertema lingkungan. Seminar ini mengangkat berbagai isu lingkungan yang aktual dan ada di masyarakat dengan menghadirkan narasumber-narasumber terpercaya. Sayangnya, kegiatan seminar jumlah pesertanya sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah seluruh mahasiswa sehingga pembelajaran tentang lingkungan menjadi kurang efektif karena tidak dapat menjangkau seluruh mahasiswa. Beberapa metode edukasi lingkungan terkadang tidak menjadi solusi atas permasalahn lingkungan dan justru menimbulkan masalah baru yaitu sampah. Flyer yang disebarkan kepada mahasiswa cenderung berakhir di tempat sampah atau tergeletak di pinggir jalan. Informasi yang seharunya bisa tersampaikan melalui flyer tersebut akhirnya hanya menjadi sebuah tulisan yang tidak terbaca. Hal yang sama juga terjadi dengan poster. Poster di lingkungan kampus tidak sedikit jumlahnya dan menyebabkan papan pengumuman menjadi penuh, sehingga mahasiswa menjadi enggan membaca. Seringkali poster yang dipasang saling menumpuk sehingga poster tersebut hanya dapat dibaca dalam waktu yang relatif singkat.

6

Gambar 2. Diagram Persentase Kemampuan Manusia Dalam Metode Penyerapan Informasi (Mehrabian, 1971) Metode edukasi dengan flyer dan poster juga memiliki keterbatasan karena penyampaian materi hanya dalam bentuk tulisan. Berdasarkan diagram di atas, penyerapan informasi yang efektif dipengaruhi oleh tiga hal yaitu nonverbal, vokal, dan verbal. Keterbatasan lahan untuk menuangkan informasi di dalam poster dan flyer juga membuat media ini menjadi kurang efektif. Penyampai informasi dihadapkan pada pilihan antara menyampaikan informasi yang banyak dan padat dengan tulisan yang kecil atau menuliskan informasi yang singkat dan kurang merinci dengan tulisan besar yang mudah dibaca.

Keunggulan Eco-Motion Terhadap Kondisi Kekinian Internet hampir menjadi kebutuhan pokok mahasiswa. Sarana ini menjadi media yang efektif dalam penyebaran informasi. Kemudahan akses internet pun telah diperoleh sebagian besar mahasiswa. Sudah menjadi kebiasaan bahwa saat ini mahasiswa hampir setiap saat membuka situs jejaring sosial dan menjadikannya sebagai sarana komunikasi dengan teman ataupun kerabat. Menggunakan Eco-Motion dengan penyebaran melalui media internet akan membangun komunikasi yang lebih efektif dalam segi kecepatan dan ketepatan penyebaran, karena internet tidak memiliki keterbatasan ruang maupun waktu. Dari aspek keramahan lingkungan media yang digunakan, Eco-Motion jelas tidak menghasilkan buangan yang merugikan. Oleh karena itu, baik dari segi isi, cara penyampaian, dan media penyampaian, edukasi dengan Eco-Motion tidak menimbulkan masalah lingkungan. Secara psikologis, mahasiswa cenderung lebih berminat untuk melihat dan mengamati sesuatu yang memiliki tampilan menarik. Apabila diberlakukan metode lama seperti seminar, kampanye dengan flyer, poster, dan media cetak lainnya, maka informasi kurang tersampaikan dengan baik karena kurangnya inovasi dari media-media tersebut. Penulis menawarkan Eco-Motion sebagai

7

solusi karena dinilai dapat membuat penerima informasi lebih fokus dan mengerti isi dari materi yang disampaikan. Melihat dari karakteristiknya, mahasiswa memiliki idealisme yang kuat. Tidak semua informasi akan diterima, terutama jika penyampaian informasi dilakukan bukan oleh pihak yang dipercaya dan terkesan menggurui. Melalui EcoMotion, unsur yang disampaikan lebih bersahabat sehingga mahasiswa akan “tersentil” dengan isi materi yang disampaikan. Eco-Motion bertujuan untuk menyampaikan informasi secara efektif dan memberikan dampak tersendiri bagi mahasiswa sebagai penerima informasi. Ada beberapa pencapaian yang bisa diperoleh, yaitu: 1. Mahasiswa menjadi tahu Setelah melihat informasi yang disampaikan melalui Eco-Motion, wawasan mahasiswa akan bertambah. Bagi mahasiswa yang sebelumnya tidak mengetahui keberadaan atau kebenaran informasi ini selanjutkan akan menjadi tahu dan lebih mengerti. 2. Mahasiswa menjadi sadar Setelah tahu dan mengerti materi lingkungan yang disampaikan, maka tahap selanjutnya adalah kesadaran. Mahasiswa akan mulai mengintrospeksi dirinya berkaitan dengan perilaku dalam kesehariannya yang berkaitan dengan informasi yang disampaikan. 3. Mahasiswa mau melakukan aksi Setelah menyadari akan pentingnya informasi tersebut dan menilai perilaku keseharian masing-masing, mahasiswa akan melakukan perubahan yang dimulai dari diri sendiri. 4. Mahasiswa mau menyebarkanluaskan ke orang lain. Poin ini dapat dilakukan tanpa melakukan poin ketiga. Setelah menyadari akan pentingnya informasi yang diperoleh, mahasiswa dapat langsung menyebarluaskannya. Dari sekian banyak orang yang mendapatkan informasi, setidaknya ada sejumlah orang yang akan tergerak. Pihak-pihak yang Dapat Membantu Pengimplementasian Eco-Motion 1. Orang-orang yang ahli di bidang masalah lingkungan (disesuaikan dengan tema informasi yang akan disampaikan), misalnya dosen, peneliti, pengamat, dan pakar. 2. Orang-orang yang ahli di bidang komunikasi visual, berkaitan dengan bagaimana informasi dapat tersampaikan dari sudut pandang visualisasi. Orang-orang tersebut terdiri atas : a. Ahli komunikasi visual dalam segi teoritis b. Ahli komunikasi visual dalam segi praktek 3. Psikolog, Eco-Motion berkaitan dengan bagaimana informasi dapat tersampaikan dari segi psikologis. 4. Pengguna internet, berguna dalam mendukung proses penyebarluasan materi. 5. Figur-figur orang yang berpengaruh di lingkungan mahasiswa, misalnya pemimpin sebuah organisasi. Apabila orang-orang ini ikut

8

menyebarluaskan informasi tersebut maka dampaknya akan lebih didengar oleh orang-orang di sekitarnya, karena pendapat yang keluar dari dirinya dianggap penting. 6. Unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang media. Pihak ini akan membantu dalam sarana publikasi keberadaan materi tersebut.

Langkah-Langkah Strategis 1.

2. 3. 4. 5.

6.

Membentuk mitra bekerja yang berasal dari disiplin ilmu berbeda, misalnya Teknik Lingkungan dan Desain Komunikasi Visual. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sudut pandang yang luas. Merealisasikan bentuk Eco-Motion. Mengunggah materi Eco-Motion di internet, contohnya melalui website YouTube. Menyebarluaskan materi Eco-Motion dengan sarana jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain. Menyisipkan Eco-Motion ke dalam acara yang melibatkan banyak orang di dalamnya, baik dalam skala kecil maupun besar. Contohnya pada sebuah forum, rapat, seminar, ataupun acara nonformal seperti acara pemutaran film di kampus. Pemutaran Eco-Motion dapat dilakukan pada awal acara sebelum acara inti dimulai. Cara ini efektif karena proses penerimaan materi di luar unsur kesengajaan dan tidak dibutuhkan usaha lebih oleh si penerima. Menggunakan pertemuan-pertemuan yang memiliki visi di bidang lingkungan (contohnya untuk di Kota Bandung terdapat Forum Hijau Bandung) untuk menyebarkan materi lingkungan melalui Eco-Motion.

BAB III KESIMPULAN

Eco-Motion Melihat dan mempertimbangkan keadaan yang terjadi saat ini, salah satu solusi efektif yang penulis berikan adalah “Eco-Motion”, Eco Moving Narration. Eco-Motion dapat memenuhi kebutuhan belajar manusia dari aspek verbal, audio, dan visual. Sarana ini dapat menimbulkan ketertarikan tersendiri, terlepas dari isi materi lingkungan yang disampaikan. Penerima informasi diharapkan dapat terfokus pada materi yang disampaikan sehingga lupa akan keadaan di sekitarnya. Eco-Motion adalah suatu bentuk penyampaian materi edukasi lingkungan melalui narasi yang menjelaskan tentang isu lingkungan. Setiap kalimat dalam narasi ini didukung pula dengan gambar tangan dan deskripsi yang menarik. Agar mudah dibaca dan diakses, materi ini dikemas dalam bentuk video. Gambar yang menjadi sarana pendukung tidak selalu harus sesuai dengan kata-kata dalam

9

narasi, tetapi dapat juga berupa gambar yang “menggelitik” secara visual. Setiap materi lingkungan pada Eco-Motion terbagi atas 3 bagian, yaitu: 1. Conditioning Pemberian gambaran di bagian awal tentang kondisi yang terjadi saat ini untuk menyamakan persepsi. 2. Informing Penyampaian informasi-informasi penting yang berkaitan dengan tema materi lingkungan. 3. Reminding Penekanan pada beberapa poin informasi yang dianggap penting dan harus diingat oleh mahasiswa. Teknik Implementasi Eco-Motion Untuk merealisasikan gagasan ini, perlu dilakukan langkah-langkah penting yang terdiri atas: 1.

Penentuan tujuan penyampaian materi lingkungan Tahapan ini merupakan tahap menentukan tujuan dari Eco-Motion. Edukasi yang diharapkan diterima oleh mahasiswa harus ditentukan dari awal. Secara spesifik, dapat ditentukan kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa setelah menyaksikan Eco-Motion. Dalam menentukan cara mencapai kompetensi yang diharapkan, dipilih isu lingkungan yang aktual, hangat, atau yang diprediksi akan menjadi topik utama di waktu yang akan datang. Sebagai contoh, salah satu kompetensi yang diharapkan adalah agar mahasiswa mau memilah sampah. Isu yang aktual dengan kompetensi harapan ini salah satunya adalah isu banjir yang kini sering terjadi. Apabila Eco-Motion mampu untuk menjelaskan hubungan antara kedua hal, tujuan dari penyampaian materi akan mudah untuk dicapai.

2. Penentuan sasaran objek penerima materi Sasaran objek perlu ditentukan untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik objek sehingga penyampaian yang dilakukan sesuai dan tepat sasaran. Pada dasarnya, sangat penting untuk menganalisis sifat psikologis tiap sasaran ojek dalam belajar. Namun ada beberapa faktor yang penting dalam menentukan media penyampaian yang baik. Pertama, karakteristik umum seperti umur, jenis kelamin, tingkat intelektualitas, kultur, dan faktor sosio-ekonomi. Karakteristik umum ini membantu dalam menentukan level penyampaian materi dan contoh-contoh yang akan berarti bagi sasaran objek. Setelah itu, karakteristik spesifik dari sasaran objek juga dianalisis, sehingga membantu dalam menentukan isi materi yang akan disampaikan. Karakteristik spesifik ini meliputi; pengetahuan lingkungan, sikap, dan perilaku sasaran objek. Sasaran objek yang menjadi penerima materi pada konteks tulisan ini adalah mahasiswa. Mahasiswa Indonesia secara umum berada pada usia 17-22 tahun, tergabung atas perempuan dan laki-laki, dengan tingkat intelektual yang

10

tinggi, berasal dari berbagai tempat secara nasional dan cenderung mampu secara sosio-ekonomi. Karakteristik spesifik mahasiswa yang dikategorikan sedang berada dalam fase remaja akhir cenderung menganalisis sesuatu dari sisi filosofis. Sehingga, isu lingkungan yang disampaikan harus memiliki dasar filosofis yang jelas sehingga memuaskan pertanyaan yang mungkin muncul pada mahasiswa. Pertanyaan “mengapa” harus dijawab pada materi Eco-Motion dengan rinci. 3.

Penentuan luas cakupan penyebaran materi Pembuat materi Eco-Motion sebaiknya memiliki target cakupan penyebaran materi karena hal ini berkaitan erat dengan publikasi materi nantinya. Target awal yang baik sebagai contoh adalah menyebarluaskan materi ke satu jurusan di suatu kampus. Setelah target tersebut tercapai, sebaiknya dibuat target yang lebih besar lagi, contohnya menyebarkan video Eco-Motion ke satu kampus. Tujuan dari penentuan luas cakupan penyebaran materi ini adalah agar ada publikasi berkelanjutan dan tujuan edukasi lingkungannya tercapai.

4.

Penentuan cara penyampaian dan media yang digunakan Eco-Motion sebagai media yang digunakan menjelaskan materi lingkungan melalui gambar yang bergerak, deskripsi dan narasi. Gambar yang bergerak dapat berbagai macam bentuknya; gambar yang ditulis tangan, komik, maupun gambar yang digerakkan. Gambar tersebut sebaiknya menarik dan memiliki korelasi dengan narasi yang disampaikan, meskipun kadang tidak terlalu gamblang. Deskripsi dalam bentuk tulisan juga membantu dalam memvisualisasikan narasi dalam bentuk tulisan sehingga audio dan visual saling mendukung satu sama lain. Narasi yang digunakan pada Eco-Motion sebaiknya dilakukan oleh ahli pada bidang isu terkait, namun disampaikan dengan intonasi yang baik dan artikulasi yang jelas.

5.

Pengumpulan dan pengolahan informasi yang akurat sesuai dengan isu yang ingin disampaikan melalui literatur dan narasumber terpercaya Konten dari materi yang akan disampaikan menjadi sangat penting karena hal tersebut menentukan keberhasilan edukasi lingkungan melalui EcoMotion. Pengumpulan informasi sebanyak-banyaknya mengenai isu lingkungan yang akan disampaikan merupakan hal yang penting. Informasi yang diperoleh sebaiknya berasal dari sumber yang berbedabeda sehingga apabila ada perbedaan pandangan dapat menjadi bahan yang dapat ditelusuri lebih jauh lagi untuk mencapai keakuratan data.

6.

Penyusunan materi yang akan disampaikan Informasi yang telah diperoleh, kemudian disusun menjadi bahan yang runut dan jelas sehingga tidak menimbulkan informasi yang bias. Dalam penyusunan materi Eco-Motion, sangat penting untuk menyampaikan materi sesuai dengan adat dan kebiasaan penerima informasi. Konten yang

11

sensitif dan berbau SARA sebaiknya dihilangkan untuk menghindari rasa malu atau tidak suka terhadap materi yang disampaikan.

7.

Pembuatan materi dalam bentuk Eco-Motion a. Membuat narasi oleh pengisi suara dengan intonasi dan artikulasi suara yang jelas b. Membuat gambar yang mendukung narasi Melakukan proses editing seperti penyesuaian suara dan gambar.

Gambar 3. Proses menggambar 8.

Pembuatan materi dalam bentuk video Materi yang telah dinarasikan dan dibuat gambarnya kemudian dibuat dalam bentuk video agar mempermudah akses terhadap materi dan penyebarluasan materi. Selain itu, pembelajaran dari video telah diketahui sangat efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena video yang dibuat sudah melewati tahap editing sehingga sudah dipilah informasi yang akan diberikan sesuai dengan urgensinya. Hal ini menyebabkan waktu mahasiswa tidak banyak terbuang oleh materi yang sia-sia karena sifat Eco-Motion yang tepat sasaran.

9.

Penyebarluasan materi Penyebarluasan materi dilakukan agar semakin banyak orang yang memperoleh edukasi lingkungan melalui Eco-Motion. Metode penyebarluasan materi yang pertama adalah dengan mengunggah video ke situs video-sharing seperti YouTube yang banyak digemari saat ini. Selain itu penyebarluasan materi dilakukan dengan media jejaring sosial yang sedang booming seperti Facebook dan Twitter. Sifat media jejaring sosial yang sangat cepat dalam menyebarkan informasi layaknya virus dapat digunakan untuk menyebarkan video Eco-Motion. Mahasiswa yang tertarik akan menyebarkan video Eco-Motion ke temannya dan melalui itu edukasi lingkungan yang berbasis trend akan tersebar dan mengubah gaya hidup mahasiswa yang ramah lingkungan. Selain di dunia maya, penyebaran video juga dilakukan dengan mengadakan acara “Nonton

12

Bareng” bersama komunitas maupun forum peduli lingkungan di berbagai tempat. Prediksi Dampak dari Eco-Motion Melalui Eco-Motion, belajar tentang pengetahuan lingkungan akan terasa lebih menyenangkan. Pandangan bahwa mempelajari sesuatu merupakan sebuah beban akan berkurang. Dampak dari penggunaan Eco-Motion adalah: 1. Kemudahan penyebaran materi ke jangkauan yang lebih luas 2. Mahasiswa lebih menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan. 3. Mahasiswa akan lebih memperhitungkan aspek lingkungan di tiap disiplin ilmunya. 4. Meminimalisasi mahasiswa yang buta akan isu lingkungan. 5. Metode Eco-Motion menjadi sebuah tren yang akan diaplikasikan sebagai alternatif solusi penyampaian materi.

13

DAFTAR PUSTAKA

Alf. 2010. „Masalah Lingkungan Jadi Perhatian Setelah Rusak‟. Pos Kupang. 11 Agustus. Hlm 5. Diakses tanggal 27 Februari 2011. . Bank Dunia. 2011. Pengguna Internet dalam Bentuk Persentase Populasi. Indikator Pembangunan Dunia. Diakses tanggal 27 Februari 2011. < http://www.google.com/publicdata?ds=wbwdi&met=it_net_user_p2&idim=country:IDN&dl=id&hl=id&q=pengguna+intern et+dalam+bentuk+persentase+populasi>. Barlett, Peggy F. and Geoffrey W Chase. 2004. “Sustainability on campus: Stories and Strategies for Change.” USA: MIT. Betts, Kristen. Lost in Translation: Importance of Effective Communication in Online Education. Drexel University. Diakses tanggal 27 Februari 2011. . Heinich, Robert et all. 1982 “Instructuinal Media and the New Technologies of Instruction.” Canada: John Wiley & Sons. Kinder, James S. 1959. “Audio-visual: Materials and Technique.” 2nd Edition. USA: American Book Company. Kinder, James S. and McClusky, F. Dean. 1954. “The Audio-Visual Reader”. Dubuque, Ia.: Wm. C. Brown Co. Maruli, Aditia 2010. Indonesia Urutan Lima Pengguna Internet. Diakses tanggal 27 Februari 2011. . Metya, Tri Yunia. 2007. „Metode Penelitian Visual Kinestetik Mengenai Pengelolaan Sampah Domestik Bagi Ibu Rumah Tangga di Permukiman Suburban‟. Tugas Akhir. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Ridarmin. 2008. Peranan dan Fungsi Mahasiswa dalam Era Reformasi. Diakses tanggal 27 Februari 2011. . Seifert, Kelvin and Rosemary Sutton. 2009. “Educational Psychology, 2 nd Ed.” Switzerland: TextBook Revolution. Setiawan, Asep. 2009. Gerakan Mahasiswa: Tinjauan Teoritis. The Global Politics. 26 Oktober. Diakses tanggal 27 Februari 2011.