Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

25 downloads 175 Views 249KB Size Report
BAB 1. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi ...
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, 2004). Gangguan jiwa jenis ini dapat terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan penderitanya adalah berjenis kelamin laki-laki dan menjadi sakit pada usia antara 15-35 tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan penampakan gejala antara usia 25-35 tahun (Kaplan, dkk, 1991). Gangguan kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan masyarakat (Chandra, 2004). Prabandari, dkk (2003) menyebutkan bahwa prevalensi skizofrenia di Indonesia diperkirakan 1 permil, meski angka yang pasti belum diketahui karena penelitian prevalensi skizofrenia secara khusus belum dilakukan di Indonesia. Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, diketahui dari 12.377 penderita yang dirawat jalan yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 9.532 (96,51%) dengan berbagai tipe dan diketahui dari 1.929 penderita yang dirawat inap yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 1.581 (81,96%).

Universitas Sumatera Utara

Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti, kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negatif seperti penarikan diri, apatis, dan perawatan diri yang buruk (Forum Sains Indonesia, 2008). Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya kemunduran sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang mengalami ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (adaptif) terhadap lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan di sekitarnya. Karakteristik pasien yang mengalami gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dapat dijumpai karakteristik berupa ketidaknyamanan dalam interaksi sosial, ketidakmampuan untuk menerima pendapat orang lain, gangguan interaksi dengan teman-teman dekat, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya. Gangguan ini menyebabkan terjadinya perilaku manipulatif pada individu yakni perilaku agresif atau melawan/menentang terhadap orang lain yang menghalangi keinginannya atau dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Jika perilaku manipulatif tidak teratasi maka akan terjadi perilaku menarik diri yaitu usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari

Universitas Sumatera Utara

berhubungan sebagai suatu pertahanan terhadap ansietas yang berhubungan sebagai suatu stresor/ancaman (Tucker, dkk. 1998). Hasil Penelitian Hatfield (1998) menunjukkan bahwa sekitar 72% pasien gangguan jiwa yang mengalami isolasi sosial dan 64% tidak mampu memelihara diri sendiri. Umumnya keterampilan sosial pasien buruk, umumnya disebabkan karena onset dini penyakitnya. Penilaian yang salah terhadap interaksi sosial, kecemasan yang tinggi dan gangguan pemprosesan informasi. Kemunduran fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Purba, dkk. 2008). Pasien isolasi sosial memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah karena sifatnya yang selalu menarik diri dari lingkungannya. Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kejiwaan seseorang dapat dilakukan melalui pendekatan secara promotif, preventif dan rehabilitatif. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan yaitu terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Salah satu yang dapat dilakukan di dalam keperawatan jiwa adalah dengan menerapkan Strategi Pelaksanaan (SP) dalam tindakan keperawatan. Strategi Pelaksanaan (SP) merupakan alat yang

Universitas Sumatera Utara

digunakan perawat jiwa sebagai jadikan sebagai panduan ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009) Mengingat bahwa skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat, maka penderita sering memperlihatkan berbagai gejala psikopatologis secara nyata yang membuat mereka terlihat berbeda dalam penampilan, cara berbicara dan tingkah lakunya, sehingga keluarga dan masyarakat sering menolak keberadaan mereka. Terjadinya pemisahan secara sosial terhadap individu yang mengalami

gangguan

skizofrenia

mengakibatkan

terjadinya

kemunduran

kehidupan sosial yang pada akhirnya penderita akan mengalami ketidakmampuan bersosialisasi (sosial disabilitas). Ketidakmampuan bersosialisasi pada penderita skizofrenia tergantung dari tingkat keparahan simptom psikologis yang dialami penderita, dimana semakin dominan tingkah laku simptomatologik menguasai seluruh tingkah lakunya, semakin buruk juga ketidakmampuan bersosialisasi yang dialami oleh penderita. Kuntjoro

(1989)

menyatakan

ketidakmampuan

bersosialisasi

merupakan ketidakmampuan untuk bersikap dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Individu yang dalam kehidupannya menuruti kemauannya sendiri, tanpa mengindahkan norma-norma sosial yang berlaku, mengganggu lingkungan dan tidak terampil secara sosial dianggap mengalami gangguan kejiwaan atau perilakunya menyimpang dan hal ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Semakin berat gangguannya, maka semakin keras pula usaha masyarakat untuk mengusir, menolak atau mengisolasi dengan alasan ketertiban, keamanan dan ketentraman, sehingga kondisi ini menuntut suatu penanganan yang serius dari berbagai disiplin ilmu.

Universitas Sumatera Utara

Berbagai upaya perbaikan terhadap tingkah laku simptomatik yang dialami penderita telah dilakukan di rumah sakit jiwa, salah satunya adalah menerapkan strategi pertemuan. Strategi pertemuan adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien dan keluarga pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Pada klien isolasi sosial, strategi pertemuan yang dilakukan berupa berkenalan dengan satu orang, dua orang atau lebih untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien sehingga diharapkan pasien dapat kembali bersosialisasi di masyarakat. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan jiwa saat ini terutama penerapan strategi pertemuan telah sering dilakukan terutama mahasiswa yang sedang profesi di rumah sakit jiwa. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi pertemuan isolasi sosial, peneliti berminat memilih judul ‘Pengaruh penerapan strategi pertemuan isolasi sosial terhadap kemampuan sosialisasi klien di Rumah sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan’.

2. Tujuan Penelitian 2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pertemuan isolasi sosial terhadap kemampuan sosialisasi klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan. 2.2 Tujuan Khusus 2.2.1. Mengetahui karakteristik pasien isolasi sosial di RSJ Provsu Medan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Mengetahui kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial sebelum dan setelah pada kelompok yang mendapatkan intervensi di RSJ Provsu Medan. 2.2.3. Mengetahui kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial sebelum dan setelah pada kelompok yang tidak mendapatkan intervensi di RSJ Provsu Medan. 2.2.4. Mengetahui perbedaan kemampuan sosialisasi klien sebelum dan setelah intervensi pada klien yang mendapatkan intervensi dan tidak mendapatkan intervensi di RSJ Provsu Medan.

3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengaruh penerapan strategi pertemuan isolasi sosial terhadap kemampuan sosialisasi klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan ?

4. Manfaat Penelitian 4.1.Bagi Praktek Keperawatan Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat atau petugas kesehatan lainnya mengenai pentingnya strategi pertemuan terhadap kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial.

Universitas Sumatera Utara

4.3. Bagi Pendidikan Keperawatan Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan, khususnya ilmu keperawatan jiwa, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa selanjutnya. 4.1.Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan masukan ataupun panduan bagi peneliti selanjutnya, mengenai strategi pertemuan pada klien yang mengalami isolasi sosial.

Universitas Sumatera Utara