faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan ... - Staff UNY

72 downloads 13507 Views 50KB Size Report
dengan pemasaran, jasa, dan penjualan langsung (retail). Faktor pendukung ... model magang diperusahaan-perusahaan kecil dengan .... elektronik dan jasa pengetikan. .... yang akan dirakit, SMK mengajukan proposal ke Ditjen PSMK.
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PELAKSANAAN TEACHING FACTORY DI SMK RSBI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Thomas Sukardi, Ibnu Siswanto Pasca Sarjana UNY [email protected] Abstrak Teaching factory merupakan salah satu program Ditjen PSMK yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan berwirausaha siswa sehingga lebih siap memasuki dunia usaha/industri. Teaching factory adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa secara langsung melakukan kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa di dalam lingkungan pendidikan sekolah. Barang atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas sehingga layak jual dan diterima oleh masyarakat atau konsumen. Supaya program teaching factory berhasil dengan baik, ditjen PSMK telah melakukan berbagai upaya dengan memberikan bantuan berupa modal investasi dan modal kerja. Pelaksanaan teaching factory di SMK RSBI DIY memiliki bentuk produksi barang sampai dengan pemasaran, jasa, dan penjualan langsung (retail). Faktor pendukung yang dimiliki pada umumnya ialah :1) Adanya sumber permodalan berupa hibah, 2) Fasilitas peralatan produksi, 3) Kemampuan guru, 4) Pameran oleh pemerintah daerah. Sedangkan faktor penghambatnya ialah : 1) Manajemen operasional, 2) Kurangnya kerjasama dengan industri, 3) Sifat program yang berupa proyek, 4) Kompetensi siswa, 5) Pemasaran, 6) Banyaknya program keahlian Kata kunci : teaching factory, SMK RSBI DIY SMK. Sebenarnya konsep teaching factory

A. Pendahuluan

merupakan

Tujuan pendidikan kejuruan adalah

salah

satu

mencetak lulusan yang siap memasuki dunia

pengembangan

kerja

berkemampuan

menjadi model sekolah produksi. Menurut

menciptakan lapangan kerja. Strategi yang

Grenert dan Weimann dalam Heru Subroto

dilakukan oleh Ditjen PSMK untuk mencapai

(2004), terdapat tiga model dasar sekolah

tujuan

produksi,

atau

industri

tersebut

memperkuat

dan

salah

satunya

kemampuan

dengan

adaptif

dari

bentuk

yaitu:

1)

sederhana

dan

produktionsschullyp

industri dalam bentuk program teaching

production);

industri atau disebut juga teaching factory

berkembang

(Joko Sutrisno : 2008)

produktionsschullyp)

factory merupakan pengembangan dari unit produksi yang sudah dilaksanakan di SMK – 55

2)

kejuruan

Sekolah

(Der

mengembangkan kemitraan SMK dengan

Dalam konsep sederhana Teaching

sekolah

produksi einwickelte

Training

Sekolah

produksi

(Der dan

Cum yang

einwickelte 3)

Sekolah

produksi yang berkembang

dalam bentuk

pabrik

belajar

sebagai

tempat

(Der

einwickelte produktionsschullyp inform der

Lernfabrik Prroduktion Training Corporation)

Lernfabrik Prroduktion Training Corporation).

selanjutnya dikenal dengan Teaching factory

Model yang pertama yaitu sekolah

Model.

Penyelenggaraan

model

ini

produksi sederhana. Sekolah ini memiliki

memadukan sepenuhnya antara belajar dan

stuktur organisasi mengacu pada stuktur

bekerja,

organisasi sekolah. Antara sekolah produksi

tempat

dan kegiatan pendidikan tercakup dalam

tempat materi produksi (praktik). Bentuk

lembaga

organisasinya

organisasi teaching factory menunjukkan

persekolahan

sifat

dan

bentuk

ditentukan oleh peraturan

tidak

lagi

memisahkan

penyampaian

materi

perusahaan.

antara

teori

dan

Tenaga

pengajar

dari

kelompok

yang birokratis. Sekolah dilengkapi dengan

merupakan

bengkel

kegiatan

professional dan pendidik, yang diharapkan

pendidikan. Gerak keluar yang dilakukan

dapat mengembangkan unit usaha yang

oleh sekolah terbatas. Struktur prestasi dan

mampu memenuhi kebutuhan

struktur personalia pada umumnya tunduk

atas

pada norma-norma organisasi sekolah.

kelompok SMK.

dan

gedung

untuk

sinergi

produk

atau

jasa

masyarakat

sesuai

dengan

Model kedua, yaitu sekolah produksi

Pelaksanaan teaching factory bisa

yang berkembang (training and production).

menggunakan beberapa model. Model-model

Dalam pelaksanannya sekolah ini merupakan

tersebut mengacu pada model pendidikan

penggabungan antara kegiatan pendidikan

kejuruan

dengan kegiatan produksi. Bentuk organisasi

Changhai,

ini ditandai dengan kombinasi antara bagian

Mondragon, model magang diperusahaan-

pendidikan dengan bagian produksi. Sekolah

perusahaan

dilengkapi dengan bengkel untuk pendidikan

diperusahaan-perusahaan

dan bengkel untuk produksi. Sekolah ini

konsentrasi produksi dan model sekolah

setingkat dengan perusahaan manufaktur.

teknik

Sekolah ini tidak terikat dengan peraturan

Pelaksanaan

persekolahan yang birokratis sehingga lebih

menengah kejuruan di Indonesia menurut

cenderung bebas.

Moerwishmadhi (2009);

Model yang ketiga, yaitu Sekolah produksi yang berkembang

dalam bentuk

pabrik

belajar

sebagai

tempat

seperti

model

Bern,

model

ATMI

Solo,

model

model

besar,

lanjutan

model

magang

kecil

(Triatmoko,

taching

factory

di

dengan

2009). sekolah

“Teaching factory does not mean, there is a factory where teaching is taking place. This is done in German “Dual System” where company itself is training their apprenticce and the government is teaching the theory in one or two days “Berufs shcule” per week.

(Der

einwickelte produktionsschullyp inform der

56

menghasilkan nilai tambah untuk sekolah

“Teaching factory is a training-method and just turning around the German situation so that the training institutes are running production and services as part of their training. Very important is, that the traininginstirutes are having a close cooperation with some companies of their professional education fields.” Teaching factory tidak berarti adanya

(Direktorat PSMK,

kegiatan pembelajaran di sekolah menengah kejuruan baru sebatas praktik dengan media praktik atau laboratorium serta memproduksi barang yang tidak memiliki nilai jual. Dengan kegiatan produksi yang bisa menghasilkan

kegiatan pendidikan dan pelatihan disebuah

barang atau jasa yang memiliki nilai jual,

perusahaan atau pabrik sebagaimana di

SMK dapat secara luas mengembangkan

jerman. Di Jerman kegiatan belajar mengajar

potensinya untuk menggali sumber-sumber

dilakukan di dalam sebuah pabrik atau perusahaan

sedangkan

mengajarkan

pembiayaan sekaligus merupakan sumber

pemerintah

materi-materi

teoritik

belajar.

di

Untuk bisa melaksanakan program

sekolah selama satu sampai dua hari per minggu.

Teaching

factory

metode

pendidikan

dan

adalah

suatu

pelatihan

yang

tersebut, diperlukan kerja sama yang baik antara berbagai pihak. Menurut Isnandar (2008), teaching factory adalah sebuah

berkebalikan dengan pola pendidikan dan

partnership

pelatihan yang dilaksanakan di Jerman. Dalam

teaching

melaksanakan

factory,

kegiatan

mempersiapkan

atau

(2007),

proses belajar mengajar. Dengan demikian

unit

usaha

lain

bisa

factory

dapat

diterima

konsumen.

diarahkan

oleh

mengintegrasikan

jasa

yang

Pendidikan

factory

merupakan

pertemuan

layak

dengan

Orientasi untuk

teaching

factory

meningkatkan

kualitas,

Dengan demikian dapat disimpulkan

proses

jual

langsung

yaitu keahlian dan kompetensi lulusan.

Teaching

bahwa teaching factory adalah kegiatan

pembelajaran untuk menghasilkan produk maupun

Subdinas

berinteraksi

perantara.

barang dan jasa yang memenuhi standar

atau

dunia

menggunakan barang dan jasa sebagai

tersebut berproduksi untuk menghasilkan

masayarakat

memasuki

antara komunitas sekolah dan warga agar

Pabrik, workshop atau unit usaha lain

sehingga

lulusan

Kepala

teaching

untuk

kegiatan pembelajaran.

kualitas

lembaga

Menengah Kejuruan Kota Bandung, konsep

sekolah diharuskan memiliki sebuah pabrik, atau

industri,

kerja. Sedangkan menurut Dedy Indrayana

layanan jasa yang merupakan bagian dari

workshop

antara

pendidikan dan pemerintah (tri partit) dalam

sekolah

produksi

2008:55). Selama ini

pembelajaran dimana siswa secara langsung

untuk 57

melakukan kegiatan produksi baik berupa barang atau

jasa di

1. Produksi

dalam lingkungan

barang

sampai

dengan

pemasaran

pendidikan sekolah. Barang atau jasa yang

SMK RSBI yang memiliki program

dihasilkan memiliki kualitas sehingga layak

teaching factory berupa produksi barang

jual dan diterima oleh masyarakat atau

sampai dengan pemasaran adalah SMKN 1

konsumen.

yang

Kalasan, SMKN 2 Wonosari, SMKN 1 Bantul,

didapatkan diharapkan dapat menambah

SMKN 5 Yogyakarta, SMKN 2 Pengasih Kulon

sumber pendapatan sekolah yang berguna

Progo, SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta.

Hasil

keuntungan

untuk keberlangsungan kegiatan pendidikan. Teaching

factory

SMKN 1 Kalasan membuat produk

menghadirkan

dunia

kerajinan kulit berupa dompet dan tas yang

industri/kerja yang sesungguhnya

dalam

bermerk

lingkungan

sekolah

untuk

menyiapkan

lulusan yang siap kerja. Dalam

pelaksanannya,

teaching

“Equal”.

Sedangkan

Wonosari

membuat

penggiling

batu,

SMKN

bantalan

mebel

2

mesin

dan

perakitan

computer. SMKN 1 Bantul memiliki program

factory memiliki beberapa tujuan, yaitu :

perakitan

1. Meningkatkan kompetensi lulusan SMK

membuat produk kerajinan dari kayu dan

2. Meningkatkan

kain batik. Sedangkan SMKN 2 Pengasih

jiwa

entepreneurship

lulusan SMK

laptop.

SMKN

5

Yogyakarta

Kulon Progo membuat produk mebel dan

3. Menghasilkan produk berupa barang atau

perakitan laptop serta LCD. Dan SMK 3

jasa yang memiliki nilai tambah 4. Meningkatkan

sumber

Muhammadiyah

pendapatan

Secara kerja

sama

dengan

berkelanjutan

kegiatan

produksi

kecuali

untuk

program

perakitan baik perakitan barang elektronik

B. Pelaksanaan teaching factory di SMK RSBI DIY

maupun program

umum,

yang dilaksanakan dapat berjalan secara

industri atau entitas bisnis yang relevan

Pelaksanaan

memiliki

program perakitan sepeda motor.

sekolah 5. Meningkatkan

Yogyakarta

teaching

otomotif.

Kegiatan

dilakukan

dengan melibatkan siswa terutama pada

factory di SMK RSBI DIY memiliki beberapa

kegiatan

bentuk,

yaitu

kegiatan pemasaran pada umunya dilakukan

dengan

pemasaran,

produksi

barang

layanan

sampai

jasa,

dan

produksi.

Sedangkan

untuk

sepenuhnya oleh guru atau karyawan. Siswa

penjualan langsung (retail).

dilibatkan dalam kegiatan pemasaran jika ada kegiatan pameran yang diikuti sekolah

58

dan

pada

saat

praktik

mata

pelajaran

dilalukan oleh SMK yang memiliki program

kewirausahaan.

keahlian bisnis manajemen. SMK RSBI yang

2. Layanan jasa

melakukan program retail ialah SMKN 1

SMK RSBI DIY yang memiliki program

Depok Sleman dan SMKN 1 Bantul. Kegiatan

teaching factory berupa layanan jasa ialah

dilakukan dengan pembuatan bisnis center

SMKN 1 Kalasan Sleman, SMKN 2 Wonosari,

dan menjadwalkan siswa untuk bergantian

SMKN 1 Bantul, SMKN 4 Yogyakarta, dan

menjaga dan terlibat dalam kegiatan di

SMKN 2 Pengasih Kulon Progo.

bisnis

center.

Selain

itu,

semua

siswa

SMKN 1 Kalasan memiliki program

diwajibkan untuk praktik pemasaran dengan

jasa boga dengan menerima pembuatan kue

kegiatan retail bergerak. Siswa diberi target

dan pesanan makanan serta kantin yang

untuk menjual produk dari bisnis center dan

dikelola oleh siswa. Sedangkan SMKN 2

dilakukan evaluasi setiap satu semester.

Wonosari memiliki layanan jasa pembuatan

C. Faktor pendukung dan penghambat

pagar, teralis, dan peralatan lain yang bisa

teaching factory di SMK RSBI DIY

dibuat

dengan

mesin

bubut

dan

las.

1. Faktor pendukung

Sedangkan SMKN 1 Bantul memiliki layanan reparasi

peralatan

pengetikan.

Untuk

elektronik

permodalan

berupa

hibah Sumber permodalan berupa hibah

memiliki program layanan dalam bidang jasa

didapatkan dari pemerintah pusat atau dari

pariwisata

pemerintah

penginapan,

penjualan boga,

tiket

daerah.

Pemerintah

pusat

memberikan bantuan berupa modal investasi

kecantikan. Sedangkan SMKN 2 Pengasih

sebesar 250 juta untuk SMK. SMK RSBI yang

Kulon Progo memiliki layanan jasa perbaikan

mendapatkan modal ini misalkan SMKN 1

dan perawatan kendaraan.

Depok dan SMKN 2 Pengasih Kulon Progo.

umumnya

serta

dan salon

Pada

jasa

4

jasa

sumber

Yogyakarta

berupa

SMKN

dan

a. Adanya

siswa

dilibatkan

Sedangkan

dana

hibah

yang

lain

dari

dengan cara dijadwalkan secara bergantian

pemerintah pusat ialah modal kerja senilai

oleh sekolah. Proses pengawasan dilakukan

85 juta untuk semua SMK RSBI yang ada di

oleh guru atau karyawan khusus yang

DIY. Dana hibah dari pemerintah daerah

dimiliki oleh sekolah.

hanya ada di Kota Yogyakarta. Dana yang

3. Penjualan langsung (retail)

diberikan sebesar 10 juta untuk SMK RSBI

Program kegiatan

teaching

penjualan

factory

langsung

berupa

yang ada di Kota Yogyakarta.

(retail)

59

Semua dana tersebut bersifat hibah

dan kerajinan di rumah, guru yang mengajar

dan tidak diwajibkan untuk mengembalikan.

otomotif memiliki pengalaman mengelola

Sekolah hanya dituntut untuk membuat

bengkel, guru yang pemasaran memiliki

laporan

usaha retail dan berhasil di usaha multi level

pertanggungajawaban

sesuai

dengan ketentuan yang telah disepakati.

marketing.

Walaupun

ada

juga

satu

coordinator teaching factory di SMKN 2 Wonosari b. Fasilitas peralatan produksi Fasilitas

peralatan

yang

kompetensinya

bahasa

inggris, akan tetapi memiliki usaha otomotif.

produksi

yang

Usaha yang dilakukan ialah pembelian mobil

dimiliki SMK juga cukup memadai. Pada

bekas dari daerah pertambangan kemudian

umumnya, peralatan yang dimiliki sudah

di perbaiki dan dijual lagi.

memiliki kualitas yang tidak kalah dengan

d. Pameran oleh pemerintah daerah.

fasilitas yang dimiliki oleh industri lain di kota

Kegiatan pameran yang dilakukan

Yogyakarta. Bahkan SMKN 2 Pengasih Kulon

oleh

Progo yang memiliki bengkel perawatan dan

membantu dalam pemasaran produk yang

perbaikan kendaraan menjadi salah satu

dibuat oleh SMK. Setiap kota memiliki jadwal

bengkel yang menjadi rujukan bagi bengkel

pameran pembangunan masing-masing. SMK

lain

ini

pasti diundang dan dilibatkan dalam kegiatan

memiliki

pameran yang dilakukan oleh pemerintah

yang

dikarenakan

ada

disekitarnya.

bengkel

tersebut

Hal

peralatan untuk mengecek alligment roda

pemerintah

daerah

juga

sangat

daerah.

dan balancing yang belum dimiliki oleh

2. Faktor penghambatnya

bengkel-bengkel yang lain di Kulon Progo.

a. Manajemen Operasional

c. Kemampuan guru

Semua SMK RSBI di DIY memiliki

Kemampuan guru juga menjadi salah

struktur pengelola teaching factory. Akan

datu factor pendukung program teaching

tetapi pada umunya struktur tersebut tidak

factory.

memiliki

dapat

memiliki

belum

Semua

coordinator

SMK

program

RSBI yang

berjalan memiliki

dengan rencana

efektif.

Sekolah

pengembangan

pengalaman bisnis maupun juga memiliki

teaching factory dengan visi, misi dan target

usaha atau bisnis. Pengalaman bisnis yang

yang jelas dan dapat terukur dengan baik.

dimiliki

dengan

Struktur yang ada juga tidak maksimal

kompetensi guru. Misalkan saja guru yang

karena koordinasi yang dilakukan sifatnya

mengajar di kriya kayu memiliki usaha mebel

incidental jika ada program. Bahkan ada SMK

pada umumnya relevan

60

yang

pengelola

berkoordinasi berdampak

teaching

setahun pada

factory

sekali.

kurangnya

Hal

nya

menjual barang dengan harga yang lebih

ini

murah dibandingkan dengan harga di pasar.

monitoring,

SMK yang berhasil cukup baik dalam

evaluasi dan usaha yang berkelanjutan untuk

menjalin kerjasama dengan industri ialah

pelaksanaan teaching factory.

SMKN 2 Pengasih Kulon Progo. SMK menjalin

Manajemen yang tidak bisa berjalan

kerjasama

dalam

bentuk

kerjasama

dengan baik dikarenakan pemilihan pengurus

pendirian

bengkel.

Pihak

pengusaha

masih

pelaksanaan

menyediakan lahan dan bangunan serta

program kegiatan dan bukan program bisnis.

komponen-komponen kendaraan, sedangkan

Dengan demikian, pengurus berkoordinasi

SMK menyediakan peralatan dan tenaga

sebatas untuk melaksanakan kegiatan dan

mekanik. Pembagian keuntungan sebanyak

membuat

pertanggungjawaban

60:40, 60% keuntungan untuk pengusaha

keuangan. Kesibukan guru juga menjadi

dan 40% untuk SMK. Keuntungan yang

salah satu alasan kenapa struktur pengurus

dibagi merupakan keuntungan dari hasil

tidak bisa berjalan dengan efektif.

usaha

b. Kurangnya kerjasama dengan industri

keuntungan dari penjualan komponen masuk

berorientasi

pada

laporan

Sebagian besar SMK RSBI di DIY

servis

kendaraan,

sedangkan

ke pengusaha. Akan tetapi kerjasama ini

belum melakukan kerjasama dengan industri

dievaluasi

yang berkaitan dengan pelaksanaan teaching

menguntungkan untuk SMK karena banyak

factory. Kerjasama yang dilakukan dengan

keuntungan yang didapatkan justru berasal

industri selama ini pada penyaluran tenaga

dari hasil penjualan komponen kendaraan.

kerja. Kerjasama dengan industri dalam

c. Sifat program yang berupa proyek

kegiatan

teaching

factory

belum

cukup

berupa

Sifat program yang berupa proyek

pembiayaan, penyediaan bahan baku, dan

juga menjadi salah satu factor penghambat.

pemasaran.

Misalkan saja dalam program perakitan baik

SMK

bisa

masih

RSBI yang memiliki

program

penjualan

langsung

(retail)

peralatan elektronik maupun sepeda motor.

mencoba

membuat

kerjasama

dengan

Program perakitan ini dilaksanakan dengan

tetapi

jalan Ditjen PSMK membuat MoU dengan

ternyata harga yang didapatkan tidak bisa

industri untuk menyediakan komponen yang

lebih murah dibandingkan dengan harga

akan dirakit oleh sekolah. Merk peralatan

normal. Sebagai akibatnya, SMK tidak bisa

yang dibuat pada umunnya berubah menjadi

industri

penyedia

barang.

Akan

merk “SMK”. Untuk mendapatkan komponen

61

yang akan dirakit, SMK mengajukan proposal

e. Pemasaran.

ke Ditjen PSMK. Selanjutnya kalau disetujui

Faktor pemasaran juga menjadi salah

akan dimasukkan ke dalam program kerja

satu penghambat dalam kegiatan teaching

Ditjen

factory.

PSMK.

Setelah

anggaran

keluar,

Tidak

semua

pengurus

selanjutnya dikirim ke sekolah. Proses yang

Kegiatan pemasaran pada umunya dirangkap

harus dilakukan sebelum komponen siap dan

oleh coordinator di tingkat jurusan. Hal ini

dirakit di sekolah memakan waktu yang

menyebabkan usaha pamasaran tidak bisa

lama.

maksimal.

produk

tersebut

kalah

focus

pada

memiliki

komponen di datangkan dari industri dan

Akibatnya

yang

sekolah

Coordinator

pemasaran.

ditingkat

jurusan

dengan produk lain yang sudah muncul

seharusnya memiliki tanggungjawab pada

dengan kualitas yang lebih baik, sedangkan

pelaksanaan

produk yang setara sudah turun harganya.

terhadap siswa.

Sekolah menjadi kesulitan dalam usaha

f.

produksi

monitoring

Jumlah Program Keahlian

pemasaran produk yang dirakit oleh sekolah.

Jumlah

d. Kompetensi siswa

dan

program

keahlian

yang

banyak menyebabkan sekolah tidak bisa

Kompetensi yang dimiliki siswa juga

focus

untuk

mengembangkan

program

menjadi salah satu factor penghambat dalam

teaching factory. SMK yang memiliki jurusan

pelaksanaan teaching factory. SMK yang

sedikit pada umumnya lebih berhasil dalam

memiliki program teaching factory berupa

mengembangkan program teaching factory.

pembuatan produk dan layanan jasa pada

D. Simpulan dan Saran

umumnya terhambat karena factor ini. Hasil

Secara umum pelaksanaan teaching

yang dibuat oleh siswa pada umumnya

factory di SMK RSBI DIY belum berjalan

belum bisa memenuhi kualitas sehingga

dengan baik. Kegiatan yang dilakukan belum

layak jual ke masyarakat. Misalkan saja

bisa berjalan berkelanjutan dengan optimal

seorang guru di SMKN 1 Kalasan mencoba

dan pelibatan siswa juga belum maksimal.

meminta siswa untuk mengerjakan pesanan

Akibatnya, tujuan teaching factory untuk

kerajinan kayu yang didapatkan oleh guru

meningkatkan

tersebut. Ternyata hasil karya siswa masih

meningkatkan jiwa entepreneurship lulusan

belum memenuhi kualitas yang diharapkan.

SMK, menghasilkan produk berupa barang

Hasil karya tersebut harus diperbaiki ulang

atau

oleh tukang dan memakan waktu yang lebih

meningkatkan sumber pendapatan sekolah,

lama.

dan

62

jasa

kompetensi

yang

memiliki

meningkatkan

kerja

lulusan

nilai

sama

SMK,

tambah,

dengan

industri atau entitas bisnis yang relevan juga

6. Dilakukan kajian yang mendalam tentang

belum bisa tercapai.

kelebihan dan kekurangan SMK dengan

Faktor pendukung dalam pelaksanaan

banyak program keahlian

teaching factory di SMK RSBI DIY ialah: 1. Adanya

sumber

permodalan

E. Daftar Pustaka

berupa

B.B. Triatmoko, SJ. (2009). The ATMI story, rainbow of excellence. Surakarta: Atmipress.

hibah 2. Fasilitas peralatan produksi

Dedy Indrayana. (2007). Kota vokasi ciptakan efek ganda. Diambil 16 Agustus 2010 dari http://dediindrayana.blogspot.com

3. Kemampuan guru 4. Pameran oleh pemerintah daerah. Sedangkan

faktor

penghambatnya

Heru Subroto. (2004). Kinerja Unit Produksi SMK Negeri Kelompok Teknologi dan Industri di Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana UNY.

ialah: 1. Manajemen operasional 2. Kurangnya kerjasama dengan industri 3. Sifat program yang berupa proyek

Isnandar. (2008). Penyiapan Entrepreneurship Melalui Pembelajaran Teaching Factory. Makalah disampaikan dalam Seminar Gelar Cipta Boga Universitas Negeri Malang

4. Kompetensi siswa 5. Pemasaran Untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan teaching factory sebaiknya: 1. Sekolah

membuat

struktur

Joko Sutrisno. (2008). Menuju Sekolah Menengah Kejuruan Bertartaf Internasional. Makalah: Direktorat Pembinaan SMK.

pengelola

yang bisa bekerja dengan maksimal 2. Meningkatkan kerjasama dengan industri terkait

dengan

pelaksanaan

teaching

Moerwishmadhi (2009). Teaching factory “Suatu Pendekatan Dalam Pendidikan Vokasi yang Memberikan Pengalaman ke arah Pengembangan Technopreneurship”. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Technopreneurship Learning for Teaching factory di Universitas Negeri Malang

factory 3. Menyatukan semua sumber pendanaan untuk pelaksanaan teaching factory ke dalam satu pengelolaan 4. Meningkatkan kompetensi siswa 5. Memberikan perhatian yang lebih tinggi pada usaha pemasaran produk hasil teaching factory

63