HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN ...

10 downloads 6037 Views 521KB Size Report
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji. Skripsi Fakultas ... prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun ... Kepala Sekolah SMA Kristen 2 Surakarta yang telah memberikan ijin.
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

RIAS SULISTYOWATI NIM. X8406002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA 2010/2011

Oleh :

RIAS SULISTYOWATI NIM. X 8406002

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA 2010/2011

Oleh :

RIAS SULISTYOWATI NIM. X 8406002

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta,

Januari 2011

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Noor Muhsin Iskandar, MPd

Atik Catur Budiati, Sos. MA

NIP. 195112151983011001

NIP. 198009292005012021

commit to user iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Pada Hari : Rabu Tanggal

: 19 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs. Tentrem Widodo,M.Pd

………………………...

Sekretaris

: Drs. Slamet Subagya,M.Pd

......................................

Anggota I

: Drs. Noor Muhsin Iskandar, MPd

......................................

Anggota II

: Atik Catur Budiati, Sos. MA

.............……………….

Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600 727 198702 1 001

commit to user iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Rias Sulistyowati, HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang antara: (1) bimbingan orang tua dengan prestasi belajar, (2) kenakalan dengan prestasi belajar, dan (3) bimbingan orang tua dan kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Populasinya adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, sebanyak 75 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 50 siswa yang terbagi atas 3 kelas. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan tes, dan teknik dokumentasi sebagai metode Bantu. Teknik analisis data yang dipakai menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda dengan bantuan computer seri program statistik ( SPS – 2000 ) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hubungan antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa, berdasarkan perhitungan diperoleh : rx1y = 0,328 dan p= 0,019, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar sosiologi dengan Sumbangan Efektif (SE)= 10,775% dan Sumbangan Relatif (SR)= 77,615% dapat diterima. (2) hubungan antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar sosiologi, berdasarkan perhitungan diperoleh rx2y = - 0,268 dan p = 0,057, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan negatif antara kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi dengan Sumbangan Efektif (SE)= 3,108% dan Sumbangan Relatif (SR)= 22,385% dapat diterima. (3) hubungan antara bimbingan orang tua dan kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi berdasarkan perhitungan diperoleh Rx(12)y = 0,373 dan p = 0,029 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bersama antara bimbingan orang tua dan kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

commit to user v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Rias Sulistyowati, NIM X 8406002 The Relationship of Parental Guidance and Delinquency Students To Sociology Learning Achievement in the XI Graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the School Year of 2010/2011. Essay, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, Januari 2011. The research aims to find out whether or not there is a relationship between : ( 1 ) parental guidance with academic achievement, ( 2 ) delinquency students with academic achievement, and ( 3 ) parental guidance and deliquenc students and sociology learning achievement in the XI Graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the school year of 2010/2011. Based on the problem and research objective, this research employed a correlational descriptive method. The population was XI graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the School Year of 2010/2011 consisted of 75 students. Technique sample used as much 50 students are divided into 3 classes. Sampling technique used was cluster sampling technique of data with statistical computer program series ( SPSS 2000 ) of Sutrisno Hadi and Yuni Parmadiningsih version. Based on research results : ( 1 ) the relationship between parental guidance and academic achievement sociology students, based on calculations derived rx1y = 0,328 and p = 0.019, it can be concluded there is a positive relationship between parental guidance and academic achievement of sociology with effective aid = 10.775% and Relative contribution = 77.615% accepted. ( 2 ) relationship between student delinquency and academic achievement, of sociology, based on calculation derived rx2y = -0.268 and p = 0.057, then to conclude there is a negative relationship between delinquency and academic archievement sociology student with Effective Contribution = 3.108% and relative contribution = 22.385% accepted. ( 3 ) relationship between parental guidance and delinquency sociology student learning archievement based on calculations derived Rx(12)y = 0.373 and p = 0.029, it ca be concluded that there is a mutual commitment between parental guidance and delinquency sociology student learning a archievement in the XI Graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the School Year of 2010/2011.

commit to user vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

...Dan aku mengatakan bahwa kehidupan memang kegelapan jika tanpa keinginan; dan semua keinginan adalah buta tanpa pengetahuan; dan semua pengetahuan adalah kosong jika tanpa disertai kerja; dan kerja adalah hampa kecuali jika ada cinta; kerja membuat cinta menjadi nyata... (Kahlil Gibran)

commit to user vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu tersayang, yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh cinta kasih.

2. Kakak Roy Tony, Sita dan Ratih terimakasih atas semuanya.

3. Sahabatku Freedom holic dan semua pihak yang dengan senang hati telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat.

4. Almamater.

commit to user viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga skripsi dengan judul Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan SosiologiAntropologi. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Atas segala bentuk bantuannya, penulis berterima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 3. Drs. H MH. Sukarno, M.Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan P. IPS FKIP UNS yang telah berkenan memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Noor Muksin Iskandar, M.Pd Pembimbing I atas segala arahan dan bimbingannya. 5. Atik Catur Budiati, Sos.MA Pembimbing II atas segala arahan dan bimbingannya. 6. Kepala Sekolah SMA Kristen 2 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

commit to user ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

7. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik dari pembaca yang budiman sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Surakarta,

Januari 2011

Rias Sulistyowati

commit to user x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

JUDUL

... ..........................................................................................

i

PENGAJUAN ... ..........................................................................................

ii

PERSETUJUAN ..........................................................................................

iii

PENGESAHAN. ..........................................................................................

iv

ABSTRAK

... ..........................................................................................

v

ABSTRACT ... ..........................................................................................

vi

MOTTO

... ..........................................................................................

vii

PERSEMBAHAN.........................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

ix

DAFTAR ISI ... ..........................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN . ...............................................................................

xv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................

1

B. Perumusan Masalah ............................................................

7

C. Tujuan Penelitian ................................................................

8

D. Manfaat Penelitian .............................................................

8

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka..................................................................

BAB III

10

1.

Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi .................

10

2.

Tinjauan Tentang Bimbingan Orang Tua. ......................

31

3.

Tinjauan Tentang Kenakalan Siswa ..............................

44

B. Kerangka Berpikir ..............................................................

75

C. Hipotesis .............................................................................

77

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................

78

B. Populasi Dan Sampel ..........................................................

79

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................

93

commit to user xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

D. Rancangan Penelitian .......................................................... 104 E. Teknik Analisis Data ........................................................... 110 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data .................................................................... 116 B. Pengujian Persyaratan Analisis Data .................................. 121 C. Pengujian Hipotesis ............................................................ 129 D. Pembahasan Hasil Analisis Data ......................................... 134

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.

Kesimpulan ........................................................................ 138

B.

Implikasi ........................................................................... 139

C.

Saran ................................................................................. 140

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 143 LAMPIRAN ... .......................................................................................... 130

commit to user xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uraian waktu penelitian...................................................................

78

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Bimbingan Orang Tua. ............................ 117 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kenakalan Siswa..................................... 118 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi ....................... 120 Tabel 5. Uji Normalitas Sebaran Variabel Prestasi Belajar ( Y )..................... 122 Tabel 6. Uji Normalitas Sebaran Variabel Bimbingan Orang Tua .................. 123 Tabel 7. Uji Normalitas Sebaran Variabel Kenakalan Siswa. ......................... 124 Tabel 8. Rangkuman Analisis Linearitas X1 Dengan Y................................... 125 Tabel 9. Rangkuman Analisa Linearitas X2 Dengan Y ................................... 126 Tabel 10. Matriks Interkorelasi...................................................................... 129 Tabel 11. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial. ............................................. 130 Tabel 12. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh.................................... 131 Tabel 13. Perbandingan Bobot Prediktor Model Penuh.................................. 132

commit to user xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ......................................................................

77

Gambar 2. Grafik Histogram Data Variabel Bimbingan Orang Tua ( X1 ) ..... 117 Gambar 3. Grafik Histogram Data Variabel Kenakalan Siswa. ...................... 119 Gambar 4. Grafik Histogram Data Variabel Prestasi Belajar ......................... 121

commit to user xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Koesioner / Angket Try Out ..................................... 148 Lampiran 2. Koesioner / Angket Try Out .................................................... 151 Lampiran 3. Data Try Out Analisis Kesahihan Butir ( Validity ) Bimbingan Orang Tua................................................................................ 162 Lampiran 4. Data Try Out Keandalan Teknik Alpha Cronbach Bimbingan Orang Tua................................................................................ 164 Lampiran 5. Data Try Out Analisis Kesahihan Butir ( Validity ) Kenakalan Siswa. .................................................................... 168 Lampiran 6. Data Try Out Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach Kenakalan. 170 Lampiran 7. Data Sebaran Frekuensi dan Histogram ..................................... 172 Lampiran 8. Data Uji Normalitas Sebaran .................................................. 177 Lampiran 9. Data Uji Linearitas . .................................................................. 182 Lampiran 10. Data Anareg Model Penuh dan Strewise ................................. 185 Lampiran 11. Data Kurva fit Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa .. 188 Lampiran 12. Surat Perijinan Skripsi Nomor / H27. 1. 2 / PP/ 2010.............. 190 Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ............................... 191 Lampiran 14. Surat Ijin Permohonan Research / Try Out Nomor 665 / H 27. 1. 2/ PP / 2010 ............................................................ 192 Lampiran 15. Surat Ijin Permohonan Research / Try Out Nomor 665 / H 27. 1. 2/ PP / 2010 ............................................................ 193 Lampiran 16. Permohonan Ijin Research Nomor 665/H27. 1. 2/PP/ 2010 .... 194 Lampiran 17. Surat Keterangan Bukti Telah Melakukan Research Dari Kepala Sekolah SMA Kristen 2 Surakarta Nomor : 432.7 / 2010. ..... 196 Lampiran 18. Pengantar Koesioner / Angket Penelitian. ............................... 197 Lampiran 19. Koesioner / Angket Penelitian ................................................ 198

commit to user xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha kepribadian dan kemampuan manusia seumur hidup baik jasmani dan rohani serta suatu proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dilihat dari segi ilmu jiwa, pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan kehidupan yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sosial sehingga meningkatkan perkembangan material dan spiritual. Oleh karena itu, upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pencapaian generasi berkualitas merupakan tanggung jawab bersama. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa : “Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.( UU Sisdiknas 2003 : 2 ) Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar. Bagi siswa, belajar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan prestasi belajar yang tinggi. Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini dapat dicapai apabila siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional dalam belajar. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 2

untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi perlu dimiliki oleh setiap siswa, karena itu modal awal untuk kemajuan anak itu sendiri. Apabila setiap siswa memiliki semangat belajar yang tinggi, maka hasil atau tujuan yang diinginkan siswa itu akan tercapai. Orang yang memiliki semangat belajar tinggi, akan tercermin dari dirinya sehingga lebih cenderung aktif dalam mengerjakan tugas-tugas menantang. Dalam batas kemampuannya, memiliki rasa keinginan kuat untuk maju dalam mencapai taraf keberhasilan dari taraf yang dicapai sebelumnya. Semangat belajar ini mempunyai

hubungan

yang

sangat

erat

dengan

sikap,

perilaku,

keharmonisan keluarga, lingkungan pergaulan siswa, dan bimbingan orang tua. Di Indonesia adanya batas kelulusan untuk setiap mata pelajaran dari tahun ke tahun selalu meningkat, ini membuat pihak sekolah bekerja keras untuk membantu siswanya mencapai batas kelulusan tersebut. Pihak sekolah dan orang tua dituntut untuk mengadakan kerjasama guna meningkatkan prestasi siswa dalam belajar. Pendidikan tidak hanya terbatas pada saat terjadi interaksi belajar mengajar di sekolah, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga antara orang tua dengan siswa. Komunikasi sebagai alat transfer commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 3

ilmu sangat penting, artinya komunikasi sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian anak. Apabila komunikasi antara orang tua dan siswa dapat berlangsung dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan, dan konflikpun dapat dihindari. Keterbukaan melalui komunikasi ini akan menumbuh kembangkan bahwa siswa dapat diterima dan dihargai sebagai manusia. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan. Tinggi rendahnya suatu capaian mutu pendidikan yang dipengaruhi oleh komunikasi antara orangtua dengan siswa, sering disebut komunikasi pendidikan. Orang tua yang dimaksud dalam hal ini adalah ayah, ibu, atau orang yang bertanggung jawab dalam perkembangan kepribadian mereka. Menurut Suherman (2000: 8) menyatakan bahwa “Ada tiga jenis sikap orang tua dalam keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang siswa yaitu sikap otoriter, sikap liberal dan sikap demokratis ”. Bimbingan orang tua merupakan salah satu faktor untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Bimbingan orang tua di rumah akan membantu menumbuhkan semangat belajar siswa. Orang tua juga berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi tumbuhnya jiwa dan pribadi siswa. Keluarga merupakan wahana bagi siswa untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui bimbingan orang tua siswa mengenal nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan yang buruk sebelum ia mengembangkan

interaksi

sosial

di

luar

lingkungan

keluarganya.

Keberhasilan orang tua dalam mengembangkan nilai-nilai moral bukan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 4

disebabkan

karena

otoritasnya

tetapi

lebih

pada

bagaimana

mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Bimbingan sangat diperlukan bagi siswa, terutama pada siswa menginjak remaja seperti siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Mereka sangat membutuhkan pengawasan dan bimbingan dari orang tua yang ketat. Di lingkungan kampung Jetis Rt 01 Rw. 02 Gentan Baki Sukoharjo pada jam-jam wajib belajar di rumah, banyak siswa-siswa sekolah tingkat lanjutan kurang mendapat pengarahan dari orang tuanya. Ini terbukti dengan mereka berkeliaran di jalan yang tidak ada manfaatnya. Diilihat dari prestasi sekolahnya juga terlihat lebih kurang, dibanding dengan siswasiswa yang mendapat pengawasan dari orang tuanya. Bimbingan orang tua sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan anaknya dalam memecahkan masalah, mengarahkan waktu belajar dengan baik, membantu siswa di dalam kesulitan belajar, dan sebagainya. Bimbingan orang tua sangat dibutuhkan untuk membantu pencapaian prestasi siswa secara maksimal, hal ini dikarenakan orang tua yang mengetahui kebutuhan anaknya akan memberikan pengawasan belajar siswa, pemberian semangat siswa dalam belajar. Orang tua juga harus berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif dilingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar terhadap semangat belajar siswa di rumah. Keluarga melalui orang tua harus memberikan

bimbingan pada

anaknya mengenai pengertian atau pendidikan yang sesuai dengan norma keluarga, sekolah, masyarakat dan agama. Menurut Yuliani Prestyaningrum (2006. Solo Pos IX) menyebutkan bahwa: Sumber pertama yang paling mungkin sebagai tempat bagi siswa untuk mencurahkan rasa ingin tahunya, tentu adalah orang tua. Pertama, orang tua sudah berpengalaman; kedua, orang tua adalah orang yang seharusnya menjadi orang terdekat, sehingga bisa commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 5

menjelaskan masalah dengan lebih jelas dan lugas (Solo Pos, 29 Oktober 2006). Tinggi rendahnya prestasi siswa selain disebabkan oleh bimbingan orang tua, faktor sosial juga berpengaruh sehingga siswa menjadi sangat semangat dalam belajarnya. Memasuki usia siswa yaitu masa transisi dari masa siswa-siswa menuju dewasa dengan rentang umur 14 tahun keatas biasanya dimulai siswa memasuki bangku SLTA, maka rasa keingintahuan remaja kadang-kadang kurang disertai berbagai pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Fenomena pergaulan siswa saat ini sudah sangat mengerikan. Hedonisme nyaris menjadi panutan, sementara norma-norma hidup yang tercipta selalu dilanggar. Menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama didalam hidup. Mereka cenderung lebih bersenang-senang, pesta pora, hidup sebebas-bebasnya, mengikuti hawa nafsu tanpa batas, sehingga mereka beranggapan bahwa hidup ini hanya sekali dan mereka ingin menikmati hidup tanpa menghiraukan orang lain disekitarnya. Keadaan keluarga yang tidak lagi memberikan rasa aman, yang akhirnya menyebabkan banyak terjadi konflik batin yang serius sehingga pada umumnya mereka menderita kekalutan mental dengan satu atau dua ciri penyimpangan seperti kenakalan remaja dengan merancang kegiatankegiatan yang dianggap melanggar norma masyarakat, agama, dan hukum. Pendapat umum tentang kenakalan adalah tindakan yang melanggar norma yang biasanya dilakukan oleh siswa. Kenakalan remaja yang dilakukan sendiri maupun berkelompok, bervariasi dari ringan sampai yang berat dan sampai dihukum pidana. Kenakalan siswa yang dikategorikan ringan misalnya membolos sekolah. Di Surakarta misalnya, dari sedikitnya 15 pelajar masih menggenakan seragam jenjang sekolah SMP dan SMA terkena razia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surakarta pada tanggal 12 Januari 2010. Seorang dari Satpol mengatakan, para pelajar commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 6

ditemukan petugas berkeliaran di luar sekolah saat jam pelajaran sekolah masih berlangsung, para pelajar itu kedapatan bermain play station (PS) dan ada pula yang sedang asyik di warnet, padahal jam sekolah belum usai, di seputar Kampus AUB (Universitas Adi Unggul Bhirawa), dan yang lain di daerah sekitar jalan Adi Sucipto. Sebagian dari mereka kedapatan sedang main PS. ( Solopos 14 Januari 2010) Kenakalan siswa yang berat sebagai contoh adalah peristiwa kenakalan siswa khususnya penyalahgunaan narkoba dan seks bebas oleh siswa telah sangat menggelisahkan masyarakat dan keluarga-keluarga di Indonesia. Hasil survai Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan pelajar menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun. Survai dari BNN ini memperkuat hasil penelitian Prof. Dr. Dadang Hawari pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa 97% pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005, 28% pelakunya adalah remaja usia 17-24 tahun. Perilaku seks bebas di kalangan remaja juga sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut Dr. Boy Abidin, SpOG sebagaimana dipaparkan pada Rubrik Seputar Kita 2008 dalam www.concern.net, angka seks remaja Indonesia telah mencapai 22,6%. Data yang tidak jauh berbeda dipaparkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menyatakan, sekitar 23 persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi. (Rubrik Sekitar Kita 2008 waktu akses kamis 18 mei 2010 ) Pada dasarnya kenakalan-kenakalan tersebut dilakukan oleh siswa yang menyebabkan siswa lupa akan belajar, usia remaja yaitu masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa dengan masa transisi yang mudah goyah dan mudah terombang-ambing membawa mereka lebih mudah untuk terpengaruh dengan kegiatan-kegiatan yang mereka anggap menyenangkan. Siswa yang tidak mampu mengendalikan diri, dan menganggap di rumah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 7

tidak diterima oleh orang tua dan keluarganya, siswa akan berusaha lari ke kelompok yang dapat menerima dan merasa mereka aman di dalam kelompok tersebut. Akibatnya kenakalan tersebut dapat merugikan diri mereka sendiri sekaligus juga merugikan orang lain. Kenakalan yang dilakukan siswa itu menyebabkan siswa malas untuk belajar dan nilai-nilai raport mereka menurun tajam, sehingga pergaulan anak dipersalahkan, ini disebabkan karena anak kurang dapat membatasi diri dalam membagi waktu belajar dengan pergaulannya di luar sekolah. Kurangnya perhatian dan pengawasan dari orangtua pun salah satu faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa dan yang dapat mempengaruhi penurunan dalam prestasi belajar. Dengan demikian bimbingan orang tua mempunyai pengaruh yang penting dalam pembentukan sikap ataupun perilaku siswa dan memberikan semangat belajar dalam prestasi belajar siswa di sekolah. Sehingga tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dicegah sedini mungkin dan siswa dapat lebih fokus untuk meningkatkan prestasi belajar . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan judul

“Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa

Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa kelas XI Sma Kristen 2 Surakarta Tahun 2010-2011”

B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan yang signifikan antara bimbingan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta? 2. Adakah hubungan yang signifikan antara Kenakalan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta ? 3. Adakah hubungan yang signifikan antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta?

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 8

C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Bimbingan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kristen 2 kelas XI Surakarta 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Kenakalan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta

D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara praktis maupun teoritis yaitu : 1. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi orang tua agar dapat membimbing siswa dengan pencapaian prestasi belajar sehingga siswa merasa aman dan semangat dalam belajar. b. Sebagai masukan orang tua sehingga dapat mengawasi perkembangan transisi siswa agar tidak terpengaruh pada kenakalan remaja. c. Sebagai landasan bagi penelitian lebih lanjut yang ada hubungannya dengan bimbingan orang tua dan prestasi belajar siswa. 2.

Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lain yang sejenisnya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 9

b. Menambah pengetahuan penelitian pada Program Sosiologi Antropologi

Fakultas

keguruan

dan

Ilmu

Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta guna menambah pengetahuan dalam sosiologi khususnya perkembangan peserta didik dan sosiologi keluarga untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 10

BAB II LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka Di dalam penelitian kuantitatif, landasan teori memiliki peranan yang penting, dikarenakan sebagai upaya dalam merumuskan hipotesis penelitian yang nantinya akan diuji di lapangan. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai bimbingan orang tuakenakalan siswa dan prestasi belajar sosiologi sebagai permasalahan atau variabel dalam penelitian ini.

1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Sosiologi a. Mata Pelajaran Sosiologi Pada dasarnya sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sosiologi sebagai ilmu dan sosiologi sebagai metode. Sosiologi sebagai ilmu artinya bahwa sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaanya yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir yang logis. Sedangkan sebagai metode artinya bahwa sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Secara etimologi sosiologi berasal dari kata socius yang berarti masyarakat atau sosial dan logos berarti ilmu, jadi sosiologi adalah ilmu sosial atau ilmu tentang masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto (1990:57 ) “ Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial “. b. Pengertian Prestasi Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah terjadi proses belajar mengajar, perlu bagi seorang pendidik untuk mengetahui keberhasilan commit to user

10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 11

proses belajar mengajar tersebut. Seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah disampaikan oleh guru. Hasil yang dicapai oleh seorang siswa ditunjukkan dengan prestasi belajar siswa. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “pestasi” yang berarti “hasil usaha”. Untuk itu perlu diketahui berbagai pengertian prestasi menurut para ahli yang berkaitan dengan prestasi belajar tersebut sebagai berikut : Syaiful Bahri Djamarah (1990:19) mengatakan bahwa “Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.” Hal ini dapat dijelaskan bahwa prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya baik itu secara individual maupun kelompok. Prestasi merupakan jerih payah yang harus diperjuangkan baik itu secara individu maupun secara kelompok. Keberhasilan dalam sebuah aktivitas tertentu menghasilkan prestasi sebagai hasil cipta dan karsa manusia dalam mendapatkan sesuatu. Ketut Sukardi (1983 : 26) bahwa “Prestasi adalah suatu hasil yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan

dan

mempotensikan

diri

lewat

belajar”. Prestasi merupakan titik kulminasi dalam sebuah kesesuaian dan perjuangan akan kemenangan dan hasil maksimal. Dalam usaha untuk mengaktualiasikan diri dan kemampuan menjadikan prestasi adalah buah manis dalam sebuah hasil usaha dan kerja keras. Jalur perjuangan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 12

dan usaha panjang inilah akan memacu seluruh potensi diri untuk memaksimalkan kinerja dan usaha dengan belajar. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat peneliti simpulkan prestasi bukan datang secara tiba-tiba, namun prestasi adalah akumulasi upaya dan cipta usaha manusia untuk mendapatkan hasil maksimal dalam bentuk kerja dan inisiatif usaha baik diciptakan secara individu maupun diusahakan scara kelompok. Batasan-batasan manusia itu menjadi sebuah hasil upaya dan usaha manusia dalam mendapatkan hasil yang terbaik. Potensi diri dan aktualisasi kemampuan dalam kehidupan dan persaingan itulah menjadikan manusia harus selalu berusaha menjadi lebih baik dengan segala upaya dalam proses pembelajaran hidup. Dalam hal ini prestasi adalah suatu hasil, kemampuan, ketrampilan yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar.

c. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup. Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, manusia telah berkembang selama berabad-abad dan telah mengalami perkembangan dengan cara membuka kesempatan yang luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf yang lebih tinggi. Masing-masing manusia pun mengalami banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan untuk belajar, yaitu mengalami perubahan-perubahan mulai saat lahir sampai umur tua. Berikut disajikan pendapat beberapa pakar yang berbicara tentang belajar : Ngalim Purwanto (2003:84) menyatakan bahwa “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 13

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman “. Pendapat Ngalim Purwanto mengandung arti bahwa adanya kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa ditandai dengan adanya perubahan yang relatif tetap akibat latihan dan pengalaman yang diperolehnya dalam proses belajar. Belajar merupakan sebuah gejolak relatifitas kemungkinan-kemungkinan perubahan dan tingkah laku manusia sebagai dampak dari sebuah perngalaman hidup dan latihan yang terus menerus. Sardiman A.M. (1990:23) menyatakan bahwa “ Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik “ Pendapat dari Sardiman A.M mengandung maksud bahwa proses belajar melibatkan keseluruhan aspek diri manusia baik psikologis maupun fisiologis dalam rangka pengembangan dirinya. Dalam proses pengembangan pribadi seseorang adalah perpaduan beberapa aspek dalam diri manusia, aspek cipta, rasa, dan karsa. Aspek itu menjadi perpaduan dalam diri manusia dan selanjutnya menjadi rangkaian utuh perilaku manusia. Di samping aspek tersebut ada pengaruh lain yang selalu menjadi penilaian belajar seseorang. Aspek sikap, pengetahuan, dan juga pola gerak manusia atau kognitif, afektif dan psikomotorik akan menghantarkan manusia dalam keterpaduan tiga ranah tersebut untuk memaksimalkan potensi belajar. Menurut Slameto (1995 : 2) menyatakan bahwa “Belajar ialah suatu

proses

usaha yang

dilakukan seseorang

untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 14

interaksi dengan lingkungannya”. Pendapat dari Slameto mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa ditandai dengan suatu perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagai pengalaman empiris manusia dan

interaksi

dengan

lingkungan

menjadi

sebuah

dialektika

pembelajaran bagi manusia. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas pengalaman dan latihan pada hubungan sebab-akibat merupakan gabungan cantik dari sebuah pembelajaran yang efektif. Ketergantungan manusia pada lingkungan juga tidak dapat lepas untuk membentuk pengalaman dan pembelajaran hidup manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh individu yang menghasilkan perubahan tingkah laku baik sikap, kebiasaan maupun pengetahuan, sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dan proses perubahan bersifat tetap, dilakukan secara sengaja dan menghasilkan perubahan yang bersifat permanen. d. Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar, perlu bagi seorang pendidik untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. Seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah disampaikan oleh guru. Rangkaian kegiatan peserta didik yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, serta ranah kognitif, afektif dan psikomotorik adalah sebuah siklus tak terputus dalam penilaian dan evaluasi prestasi belajar peserta didik. Beberapa ahli mendefinisikan prestasi belajar sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 15

Singgih D. Gunarso (1990:57), mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar.” Memaksimalkan potensi diri dalam tujuan mendapatkan hasil terbaik adalah sebuah usaha yang tidak akan sia-sia. Kemampuan manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangannya menjadikan sebuah kekuatan spesial yang diberikan Tuhan. Anugerah itu yang akan memacu manusia untuk berusaha maksimal untuk mendapatkan keinginan terbaik. Sutartinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu”. Ketercapain peserta didik dalam hitungan angka dan huruf merupakan kumpulan sebuah penilaian panjang dalam proses belajar mengajar. Proses yang terakumulasi itulah menjadi sebuah tolak ukur pendidik dalam menentukan keberhasilan proses mengajar. Proses bertemunya pendidik dan peserta didik, dalam sebuah pembelajaran panjang akan mencerminkan sebuah hubungan simbiosis mutualisme pembelajaran. Keterikatan inilah menjadikan penilaian hati yang tentunya tak hanya sekedar angka dan huruf. Sikap dan karakter peserta didik menjadi sebuah ukuran wajib dalam penilai proses pembelajaran. Syaiful Bahri Djamarah (1990:24) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan atau ketrampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.” Dari pendapat-pendapat tersebut di atas hasil usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar akan menampakkan potensi diri dalam tujuan mendapatkan hasil terbaik commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 16

adalah sebuah usaha yang tidak akan sia-sia. Dapat peneliti simpulkan bahwa prestasi belajar adalah sebagai hasil perubahan yang telah dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar dalam suatu waktu tertentu yang dibuktikan dengan keberhasilan menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya dinyatakan dalam bentuk huruf dan angka yang diperoleh melalui tes. e. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena manusia selalu butuh akan pengukuran dan sekaligus sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dirinya. Bagi siswa di sekolah prestasi merupakan faktor penting bagi siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah berhasil menguasai materi yang dipelajari. Prestasi juga berfungsi sebagai alat ukur untuk mengungkapkan kebanggaan dan kepuasannya terhadap prestasi yang diraihnya. Adapun fungsi utama dari prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 : 3-4) adalah : 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Prestasi belajar sebagai lambangan pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) siswa. Lebih jelasnya dapat peneliti jelaskan maksud dari pernyataan di atas: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Dengan melihat hasil prestasi belajar commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 17

siswa kita akan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diterimanya dan seberapa banyak pengetahuan yang telah siswa serap terhadap materi yang telah diterimanya. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Seberapa besar pemuasan hasrat keingintahuan siswa bisa dilihat dari prestasi belajar. Adanya hasrat ingin tahu akan mendorong siswa berusaha secara maksimal sehingga apa yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan dan diusahakan. Keinginan ini merupakan landasan kebutuhan umum pada manusia, siswa akan puas jika kebutuhan terpenuhi. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi dapat dijadikan pendorong bagi siswa

untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berperan

sebagai

umpan

balik

dalam

meningkatkan

mutu

pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari sesuatu institusi pendidikan. Arti indikator intern yaitu apakah kurikulum yang digunakan oleh institusi pendidikan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa atau tidak. Dengan kata lain prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Dalam hal ini prestasi belajar mencerminkan apa yang telah diusahakan oleh siswa atau sebagai gambaran mengenai kemampuan siswa. Sehingga dengan prestasi belajar dapat diketahui seberapa jauh siswa dapat menyerap materi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 18

pelajaran yang telah diajarkan. Sardiman A.M. (1990:69) mendefinisikan kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, namun diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. 2) Prestasi

belajar

digunakan

oleh

guru

untuk

mengukur

kemampuannya dalam memberikan materi kepada anak didiknya. 3) Untuk keperluan diaknostik. 4) Prestasi belajar berfungsi untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam suatu hal atau bagian pelajaran tertentu atau untuk mengetahui kesulitan-kesulitan atau hal-hal yang belum diketahui oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan. 5) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa maka dapat diketahui karakteristik siswa dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat membantu siswa dalam berbagai kepentingan yang berhubung dengan studi dan pilihan pekerjaan. 1) Untuk keperluan seleksi. Prestasi belajar digunakan untuk mengambil keputusan yang dapat diterima secara rasional dan dianggap adil. Keadaan ini terutama akan terjadi dalam hal penerimaan siswa baru. 2) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan. Prestasi belajar berfungsi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan

!

masing-masing

anak,

mungkin

guru

memandang perlu untuk mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok.

Dengan

adanya

kelompok

yang

sesuai

dengan

kemampuannya ini maka guru dapat memberikan perhatian dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 19

3) Untuk menentukan isi kurikulum. Prestasi belajar sangat bernilai dan bermanfaat untuk mengambil keputusan dalam berbagai program pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Program-program pembelajaran disini termasuk upayaupaya inovasi baik yang dilakukan oleh institusi maupun atas inisiatif guru itu sendiri. 4) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui kualitas dan tingkat relevansi dan efisiensi suatu sekolah, apakah termasuk sekolah yang baik atau kurang baik. Selanjutnya akan dapat diambil beberapa tindakan

untuk

kepentingan

perbaikan

terhadap

kelemahan-

kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang dialami. Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi prestasi belajar adalah sebagai pendorong bagi anak didik atau warga belajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai umpan balik bagi para guru atau tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar. Selain berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan dalam bidang studi atau materi pembelajaran, prestasi belajar juga berfungsi sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan lembaga pendidikan dalam menghantar anak didik atau warga belajar menyelesaikan belajar mereka. f.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

prestasi

belajar

pada

hakikatnya sama dengan faktor prestasi yang dicapai seorang individu merupakan

hasil

interaksi

antara

berbagai

faktor

yang

mempengaruhinya. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 20

pendapat Slameto (2003 : 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor fisiologis, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis dalam belajar dapat dibedakan lagi menjadi dua macam, yakni keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi fisiologis tertentu. Lebih lanjut dijabarkan sebagai berikut: 1) Keadaan Jasmani Keadaan jasmani yang dimaksudkan disini adalah berkaitan dengan kondisi fisik individu belajar, yakni kondisi badan saat belajar. Keadaan fisik yang yang segar dengan yang tidak baik, akan berpengaruh tersendiri dalam belajar mengenai keadaan jasmani. Proses belajar memerlukan nutrisi yang cukup mengingat proses belajar memerlukan energi, dimana energi tersebut dihasilkan oleh nutrisi yang dikonsumsi oleh individu yang bersangkutan. Proses belajar juga akan dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan individu yang sedang belajar, dimana beberapa penyakit yang diderita sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap belajar. Proses belajar akan terganggu apabila kesehatannya terganggu, sehingga akan berpengaruh pula pada hasil belajar yang akan dicapai.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 21

2)

Keadaan Fungsi Fisiologis Keadaan fungsi fisiologis yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang berkaitan erat dengan fungsi panca indera. Fungsi panca indera sangat berpengaruh, terutama fungsi mata dan telinga mengingat proses belajar melibatkan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Selain itu indera yang lain juga mempunyai peranan tersendiri dan perlu dijaga kondisinya, seperti peraba, penciuman, perasa, yang biasanya sangat bermanfaat dalam mata pelajaran praktikum.

b. Faktor Psikologis Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang berkaitan erat dengan sisi kejiwaannya. Faktor psikologis ini lebih lanjut merupakan faktor yang mendorong mengapa seseorang melakukan perbuatan belajar. Mengenai hal yang mendorong seseorang belajar, hal-hal yang mempengaruhi belajar berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang ingin disalurkan oleh individu dalam kegiatan belajarnya. Dalam pandangan ini seorang individu belajar karena ingin mengetahui sesuatu, ingin mencapai kemajuan, ingin membuktikan atau mengaktualisasikan diri,

ingin

memperbaiki

kegagalan

untuk

berprestasi,

mendapatkan rasa aman dalam menghadapi suatu masalah ataupun

untuk

mendapatkan

imbalan

dari

belajar

yang

dilakukannya. c. Faktor Kelelahan Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, karena apabila jasmani dan rohani mengalami kelelahan maka sulit sekali untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 22

rohani dapat dilihat dari adanya kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor ini sering timbul pada siswa yang membantu orang tuanya untuk mencari nafkah, sehingga disaat ia harus belajar ia sudah kelelahan dan menjadikannya malas belajar. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal ialah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal tersebut dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Uraian berikut membahas kedua faktor tersebut. 1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa tingkat pendidikan orang tua, relasi antara anggota keluarga, perhatian orang tua. a) Tingkat pendidikan orang tua Tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi pandangan anak-anaknya dalam menempuh pendidikan yang dijalaninya sebab semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin tinggi pula kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan anaknya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu di dalam masyarakat maupun di lingkungan sekolahnya. b)

Relasi antara Anggota Keluarga Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan siswa, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga siswa tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 23

untuk mensukseskan belajar siswa itu sendiri. c)

Perhatian Orang Tua Orang tua yang banyak memberi perhatian dalam belajar anaknya tentu akan berhasil mencapai prestasi yang baik, akan tetapi orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya juga akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

2) Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a) Lingkungan alami, seperti : keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca dan lain sebagainya. b) Lingkungan sosial, seperti : suasana ramai, kehadiran orang lain, dan lain sebagainya. Menurut Slameto (1995:120) Ada beberapa faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah: intelegensi, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Uraian berikut akan membahas faktorfaktor tersebut, yaitu : a) Intelegensi Kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi maka lebih berhasil dari pada siswa yang memiliki tingkat intelegensi rendah. b) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 24

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sehingga prestasinyapun akan rendah. Badan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. c) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terelisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia seneng belajar dan pasti selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya. d) Motif Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar harus diperhatikan yang dapat mendorong siswa agar belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir

dan

memusatkan

perhatian,

merencanakan

dan

melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangat perlu di dalam belajar, untuk membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaaan dan pengaruh lingkungan. e) Kematangan Kematangan

adalah

suatu

tingkat

atau

fase

dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Siswa yang sudah (siap) dapat melaksanakan kecakapan melalui belajar. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan atau belajar. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 25

f) Kesiapan Kesiapan adalah ketersediaan untuk member respon atau reaksi. Ketersediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik. g) Kemandirian Kemandirian adalah suatu sikap dimana seseorang mampu berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian dalam belajar mempengaruhi prestasi belajarnya karena siswa akan berusaha memecahkan kesulitan belajarnya sendiri, mencari sumber belajar sendiri sehingga akan dapat menambah ilmunya yang nantinya akan dapat meningkatkan prestasi. g. Cara Mengukur Prestasi Belajar Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi. Menurut Muhibbin Syah (1995 : 141)” Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Sedangkan menurut Tardif, yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 141)

menyebutkan

“Evaluasi

berarti

proses

penilaian

untuk

menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang telah ditetapakan”. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat dipahami bahwa evaluasi ialah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi belajar siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program melalui kegiatan yang berencana dan berkesinambungan. Muhibbin Syah (1995 : 143) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu : commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 26

1) Pre Test dan Post Test 2) Evaluasi Prasyarat 3) Evaluasi Diagnostik 4) Evaluasi Formatif 5) Evaluasi Sumatif Uraian berikut merupakan penjelasan dari macam-macam evaluasi di atas : 1) Pre Test dan Post test Kegiatan Pre test dilakukan oleh guru secara rutin sebelum dimulai penyajian materi pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test ialah kegiatan yang dilakukan guru setiap akhir penyajian materi, tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. 2) Evaluasi Prasyarat Penilaian ini meliputi sejumlah bahan dengan ajaran atau bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. 3) Evaluasi Diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai sebuah penyajian Satuan Pelajaran dngan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian yang belum dikuasai siswa. 4) Evaluasi Formatif Evaluasi

ini

dilakukan

pada

akhir

penyajian

Satuan

Pelajaran/modul. Tujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 27

5) Evaluasi Sumatif Evaluasi

ini

dilakukan

untuk

mengukur

kinerja

akademik/prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester/akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa kekelas yang lebih tinggi. Penilaian prestasi belajar haruslah mencakup tiga aspek atau ranah, yakni : 1) Ranah kognitif 2) Ranah afektif 3) Ranah psikomotor Keterangan dari masing-masing aspek atau ranah adalah sebagai berikut : 1) Ranah kognitif Ranah

kognitif

mengembangkan

bertujuan kemampuan

mengarahkan

siswa

intelektualnya.

untuk

Sedangkan

kemampuan intelektual secara hirarkis dikelompokan menjadi lima secara berturut-turut yaitu : (a) Pengetahuan Kemampuan ini merupakan hasil belajar yang paling rendah. Tujuan ini bermaksud agar siswa mengenal kembali bahan pelajaran yang telah diberikan. Untuk mengukur hasil belajar ini guru dapat menggunakan katakata operasional seperti mendifinisikan, melukiskan, mengidentifikasikan. (b) Pemahaman Memahami yang dimaksud disini adalah mampu menangkap arti. Dengan demikian maka siswa setelah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 28

mempelajari materi yang diberikan akan dapat mengerti apa yang telah diajarkan. Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini antara lain membedakan, mengestimasi, menerangkan, menarik kesimpulan, merangkum. (c) Penerapan Adalah kemampuan menggunakan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi nyata (realita) atau situasi baru, termasuk dalam kemampuan ini adalah kemampuan menggunakan konsep, teori, hukum, prinsip atau rumusrumus. (d) Menganalisis Analisis merupakan kemampuan yang lebih tinggi daripada

penerapan.

Kemampuan

analisis

adalah

kemampuan untuk mengurai atau menjabarkan menjadi bagian-bagian, hubungan antara bagian, serta mengenali kembali organisasi secara keseluruhan. Kata-kata yang menggambarkan tingkah laku analisis ini antara lain menguraikan,

memisahkan,

menjabarkan

dan

menurunkan. (e) Mensitesis Pada

tingkat

kemampuan

ini

siswa

memiliki

kemampuan untuk merangkai atau mensintesiskan bagianbagian menjadi satu kebulatan yang terorganisasikan yang bermakna. Termasuk dalam kemampuan ini adalah menyusun suatu karangan, merencanakan suatu persoalan atau masalah. Perilaku yang menggambarkan kemampuan mensintesis

ini

antara

lain

mengkatagorisasi,

mengkombinasikan, mengkomposisi, commit to user

merakit,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 29

merekonstruksi. (f) Evaluasi Kemampuan menilai adalah kemampuan untuk menerapkan ukuran-ukuran atau criteria atau hal yang akan dinilai. Kata-kata yang menggambarkan perilaku atau kemampuan ini antara lain menghargai, mengkritik dan menilai hasil karya. 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenan dengan sikap dan nilai yang bertujuan mengembangkan ketajaman emosi. Tipe hasil belajar ranah afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasinya yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c) Valuing

(penilaian) berkenaan commit to user

dengan

nilai

dan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 30

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan sebagainya. e) Karakteristik

nilai

atau

internalisasi

nilai,

yaitu

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhikepribadian dan tingkah lakunya. 3) Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotor bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan. Menurut Muhibbin Syah (1995 : 142) kegiatan evaluasi bertujuan untuk : a) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. b) Untuk mengetahui posisi/kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. d) Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan

kapasitas

kongnitifnya

(kemampuan

kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 31

Penilaian dalam proses belajar mengajar menjadi tolak ukur dalam sebuah proses panjang pembelajaran tatap muka dan pertemuan dalam proses belajar pendidik dengan peserta didik yang menghasilkan sebuah kesimpulan utuh untuk menilai kemampuan dan penerimaan peserta didik. Keberlangsungan pembelajaran tidak dapat lepas dari proses penilaian dan penerimaan pengetahuan dan kecakapan. Proses yang terakumulasi usaha dan kerja keras pembelajaran menjadi sebuah tolak ukur pendidik dalam menentukan keberhasilan proses mengajar. Proses yang terakumulasi itulah menjadi sebuah tolak ukur pendidik dalam menentukan keberhasilan proses mengajar Dalam proses menentukan inilah prestasi belajar siswa dapat diukur dalam proses penilaian akhir pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan juga bahwa pengukuran prestasi belajar sosiologi adalah cara mengukur tingkat prestasi siswa yang dapat memberikan gambaran tentang prestasi rendah, sedang, atau tinggi yang dapat dicapai oleh seorang siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.

2.Tinjauan Tentang Bimbingan Orang Tua

a) Pengertian Bimbingan Dalam mengartikan bimbingan akan dijumpai pengertian yang berbeda-beda namun pada dasarnya pengertian tersebut sama, sehingga dapat saling melengkapi antara pengertian satu dengan yang lain. Bimbingan adalah suatu proses membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuanya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Pada hakikatnya bimbingan orang tua merupakan suatu usaha yang dilakukan orang tua dalam membantu anaknya menuju suatu kedewasaan. Siswa bukan sebagai sasaran atau objek bimbingan maka dalam membimbing, commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 32

orang tua tidaklah selalu terus menerus mendampingi. Ada saat-saat tertentu dimana siswa harus dilepas dan diberi kebebasan untuk berdiri sendiri. Menurut Bimo Walgito (1995:4) “bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.” Dari pernyataan di atas memiliki makna bahwa bimbingan yang di berikan dapat dilakukan oleh satu orang maupun kelompok yang mempunyai tujuan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ia mampu menjalani hidup dengan kesejahteraan. Dengan memberikan

bimbingan

siswa

mampu

menambah

pengetahuan,

pengalaman dan informasi yang belum pernah ia ketahui. Untuk itu diperlukan seseorang atau ahli yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pertolongan supaya dapat membentuk pribadi yang berkualitas. Menurut Siti Rahayu Haditono dalam Saring Marsudi et al (2003:33) mengemukakan “bimbingan adalah bantuan dari seseorang kepada orang lain, baik siswa, orang muda, maupun orang tua untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri dan mencari cara pengemasannya sendiri.” Berdasarkan pernyataan di atas mengandung arti bahwa bimbingan merupakan proses yang bertujuan untuk membantu individu agar dapat mandiri. Untuk menjalani suatu kehidupan seseorang harus mendapatkan bimbingan agar hidupnya terarah. Berbagai pelayanan diberikan orangorang supaya mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 33

Sahlan Syafei (2002:17) menyatakan bahwa “Bimbingan adalah proses untuk membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri dan keluarganya.” Pernyataan di atas ini memiliki makna bahwa suatu perbuatan yang dilakukan membimbing adalah suatu bentuk usaha mengantar siswa atau individu untuk melepaskan diri dan mandiri. Pemberian bantuan dan pertolongan dalam membimbing dimasukkan supaya individu mampu memahami dirinya sendiri terhadap lingkungan serta digunakan untuk memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan apa yang ia inginkan. Berdasarkan

pengertian

bimbingan

tersebut

di atas

dapat

disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok, yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membimbing, batuan itu diberikan supaya mampu mengenal dirinya sendiri dan keluarganya. Pemberian bantuan ini diberikan kepada individu atau sekelompok individu yang membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Hal ini dimaksud agar tercapai kemampuan untuk memahami, menerima, mengarahkan dan merealisasikan dirinya dengan lingkungan.

b) Pengertian Orang Tua Orang tua bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa saat berada di rumah. Orang tua dapat membimbing siswa menentukan pilihan-pilihan dan membuat penyesuaian diri dengan lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka juga berperan membimbing siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam proses pencarian jati diri. Bimbingan mencakup pemberian pertolongan pada siswa untuk commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 34

memecahkan masalah yang di hadapi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:629) mengatakan bahwa “Orang tua ialah ayah dan ibu kandung.” Dari peryataan di atas mengandung arti bahwa orang tua adalah orang dewasa yang telah berhasil membina suatu rumah tangga dan mendapatkan suatu keturunan seorang anak dari Tuhan. Orang tua adalah orang yang melahirkan anak-anaknya dan wajib mendidik, membimbing dan mencukupi kebutuhan hidupnya orang tua menjadi suri teladan anaknya, dan orang tua berperan menjadi pendidik pertama karena orang tua sebagai tempat interaksinya anak yang pertama dan bertanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan membinanya. Thamrin Nasution (1986:1) mengemukakan bahwa “Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupannya sehari-hari lazim disebut ibu-bapak”. Berdasarkan pernyataan di atas ini mengandung arti bahwa orang tua sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya. Orang tua setelah melahirkan anak ke dunia ini juga telah mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang tua bisa menjadi suri teladan yang baik, karena anak selalu menjadikan tingkah laku orang tuanya sebagai patokan dasar dalam bertindak. Orang tualah menjadi pendidik pertama dan utama bagi siswa dalam mengarungi kehidupan dan jalan menuju lingkungan sosial yang lebih luas. Ngalim Purwanto (1988:9) “orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya, oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaknya kasih sayang sejati yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya, dengan menyampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.” commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 35

Berdasarkan pengertian di atas yang di maksud dengan orang tua adalah pendidik yang kodrati bahwa orang tua telah dikaruniai seorang anak maka secara otomatis orang tua berkewajiban mendidik putraputrinya agar berkembang menjadi yang dewasa. Sebagai ayah atau ibu mereka bertanggung jawab atas semua kehidupan baik pendidikan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tua, karena orang tua berperan sebagai pembentuk kepribadian kehidupan rohani si individu, dan sebagai penyebab untuk bisa berkenalan dengan alam luar. Soedomo Hadi (2005:22) ” Orang tua ( ayah dan ibu), menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik adalah kodrati. Dengan kesadaran yang mendalam disertai rasa cinta kasih, orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab. Orang tua sering disebut sebagai pendidik kodrat atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-formal atau keluarga.” Berdasarkan pengertian orang tua di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang yang melahirkan dan bertanggung jawab atas berlangsungnya kehidupan keluarga, yaitu yang bisa disebut bapak dan ibu. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan dan berlangsungnya kehidupan anak-anaknya. Dalam keluarga terjadi pendidikan yang pertama oleh siswa, sehingga orang tua berperan sebagai pembentuk kepribadian kehidupan rohani, dan sebagai penyebab untuk bisa mengenal lingkungannya.

c) Pengertian Bimbingan Orang Tua Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan seseorang yang diberikan oleh seseorang yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membimbing, bantuan itu diberikan suapaya mampu mengenal dirinya sendiri dan keluarganya. Pemberian bantuan ini diberikan kepada individu atau kelompok individu yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 36

membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Hal ini dimaksud agar tercapai kemampuan untuk memahami, menerima, mengarahkan dan merealisasikan dirinya dengan lingkungan. Berbicara mengenai bimbingan kita harus mengulas lebih lanjut siapa yang akan membimbing para siswa. Bimbingan untuk siswa dilakukan oleh seseorang yang dekat dan ada selalu yaitu orang tua. Orang tua adalah pendidik sejati dan pendidik utama serta yang pertama bertanggung jawab atas berlangsungnya kehidupan keluarga, yang biasa disebut dengan ibu dan bapak. Orang tua merupakan orang yang lebih dewasa atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, juga telah mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang tua juga memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia dan menjawab secara jelas sesuatu yang tidak di mengerti anaknya. Dalam keluarga terjadi pendidikan yang pertama oleh siswa yaitu dari orang tua, karena orang tua berperan sebagai pembentuk kepribadian kehidupan rohani si siswa, dan sebagai penyebab siswa bisa berkenalan dengan dunia sekelilingnya. Dari uraian mengenai bimbingan dan orang tua di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan orang tua adalah pemberian bantuan atau pertolongan dari bapak atau ibu sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keluarga untuk melakukan secara terus menerus bimbingan dan sistematis pendidikan kepada anaknya, dengan memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 37

d) Tujuan Bimbingan Dalam kehidupan sehari-hari orang tua selalu memberikan bimbingan pada anaknya dalam berbagai macam hal. Bimbingan yang diberikan oleh orang tua pada anaknya tentu saja bukan tanpa tujuan. Dalam memberikan bimbingan, orang tua memiliki tujuan agar siswa menjadi dewasa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Aunur Rahim Fiqih (2001:36) juga mengatakan bahwa tujuan bimbingan meliputi : 1) Tujuan umum Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2) Tujuan khusus a)Membantu individu agar tidak menghadapi masalah; b)Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinya; c)Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. Tujuan bimbingan di atas dapat di uraikan sebagai berikut : 1) Tujuan umum Tujuan umum bimbingan yaitu untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ia mampu menjalani hidup dengan kesejahteraan. Bimbingan yang di berikan ini dapat memberikan

bantuan

dan

pertolongan.

Dalam

membimbing

dimaksudkan supaya individu mampu memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri terhadap lingkungan serta dengan apa yang ia inginkan. Orang tua commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 38

memberikan bimbingan agar siswa mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2) Tujuan khusus Tujuan khusus dari bimbingan yaitu tujuan yang di khususkan untuk melakukan bimbingan seperti membantu individu agar dapat mengahadapi

masalah.

Dengan

memberikan

bimbingan

dimaksudkan agar individu mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan yang diberikan termasuk bantuan mengarahkan siswa untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang selalu dilakukan atau sikap hidup yang sering kali menyebabkan timbulnya suatu masalah. Selain itu bimbingan dapat juga membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dengan adanya bimbingan siswa dapat memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam pendidikan, pekerjaan dan sosial-pribadi. Berbagai masalah yang dihadapi biasanya berupa sikap dan kebiasaan yang buruk, atau tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan, sehingga dengan bimbingan mereka mampu mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bimbingan juga dapat membantu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

e) Jenis Bimbingan Berbagai macam bimbingan dilakukan oleh orang tua untuk tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan demikian macam atau bentuk bimbingan yang diberikan harus diberikan sedemikian rupa, sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Berbagai jenis bimbingan yang harus commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 39

diberikan

agar

seseorang

individu,

agar

mampu

menjalankan

kehidupannya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Untuk itu perlu dibedakan antara bimbingan yang satu dengan yang lain. Menurut Winkel (1991:124) mengatakan jenis bimbingan meliputi: 1) Bimbingan karir 2) Bimbingan akademik 3) Bimbingan pribadi 4) Bimbingan sosial Adapun penjelasan sebagai berikut : 1) Bimbingan Karir Bimbingan karir digunakan orang tua untuk membantu siswa mengatasi persoalan masa depannya serta untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan. Dalam memilih pekerjaan ataupun dalam bekerja harus menyesuaikan diri dengan dunia kerjanya, maka dari pada itu seorang siswa perlu bimbingan dari orang tuanya yang memberikan tuntutan bimbingan. Bimbingan orang tua diberikan kepada siswa sangat membantu dalam kelangsungan hidupnya. Selain bimbingan dilakukan untuk memilih lapangan pekerjaan, jabatan atau profesi tertentu, bimbingan juga digunakan untuk membekali diri dalam memangku jabatan pekerjaaannya. Bimbingan karir yang di berikan orang tua mampu membantu siswa untuk lebih sukses dan mampu memjalankan karirnya dengan baik. 2) Bimbingan Akademik Bimbingan akademik dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua adalah bimbingan dalam rangka menemukan cara belajar yang mampu meningkatkan prestasi siswa dan dapat berkreatifitas dalam proses belajar. Keluarga harus mewujudkan suasana belajar yang nyaman pada siswa sehingga mampu belajar kondusif di dalam commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 40

rumah. Memilih program studi yang sesuai, orang tua dapat memberikan bimbingan yang sesuai bakat kemampuan dan keinginan siswa sehingga mampu mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar. Dengan bimbingan akademik, orang tua dapat membantu siswa dalam pengenalan terhadap situasi pendidikan, pengenalan terhadap studi lanjutan, dan perencanaan pendidikan untuk masa depannya. Pengenalan terhadap situasi pendidikan sangat diperlukan oleh siswa, khususnya pada masa awal pendidikan. Pengenalan terhadap situasi pendidikan dan pengenalan terhadap studi lanjutan, orang tua perlu membantu dalam hal perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan ini perlu diperhatikan cita-cita, bakat, minat, dan kemampuan siswa. 1) Bimbingan Pribadi Bimbingan masalah pribadi yang diberikan pada siswa bertujuan membantu mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurangnya kemampuan siswa untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya. Bimbingan masalah pribadi lebih bersifat individual dan personal. Karena masing-masing siswa memiliki masalah yang berbeda-beda atau berlainan, sehingga bersifat individual. Maka bimbingan yang diberikanpun juga secara personal atau dengan metode individual yang dilakukan oleh orang tua. 2) Bimbingan Sosial Dengan memberikan bimbingan sosial pada siswa bertujuan membantu

mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan

sosialnya, sehingga ia mampu mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik. Dalam kesehariannya siswa tidak pernah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 41

lepas dari kehidupan sosialnya. Hal ini disebabkan karena seseorang selalu membutuhkan adanya orang lain, karena manusia hakikatnya sebagai makhluk sosial, yaitu dalam kehidupannya berinteraksi satu dengan yang lain. Namun tidak jarang permasalahan ditemui dalam interaksi tersebut. Maka di sinilah peran bimbingan sosial. Bimbingan sosial yang diberikan oleh orang tua diharapkan mampu membimbing anak-anak mereka dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosialnnya yang berkaitan dengan lingkungan sosial yang diharapkan. Sebagai contoh saat membantu mencari dan menunjukkan cara bergaul dalam kehidupan berkelompok (sosial), membantu dalam memperoleh kesesuaian dalam kehidupan bermasyarakat, dan sebagainya.

f) Fungsi bimbingan Dalam perkembangan kehidupan siswa, bimbingan yang diberikan oleh orang tua memiliki peran tujuan tertentu. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka bimbingan tersebut harus diberikan dan dilakukan sebaikbaiknya atau semaksimal mungkin. Bimbingan yang dilakukan memiliki fungsi yang beranekaragaman sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Dengan memperhatikan tujuan dari bimbingan orang tua yang diberikan kepada anaknya tersebut diatas maka dapat dirumuskan fungsi dari bimbingan itu yaitu menurut Aunur Rahim Faqih (2001:37) mengatakan bahwa fungsi bimbingan dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu 1) fungsi preventif, 2) fungsi kuratif dan korektif, 3) fungsi preveservatif, 4) fungsi developmental atau pengembangan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 42

Fungsi bimbingan tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut : 1) Fungsi Preventif Fungsi preventif yaitu berfungsi membantu individu menjaga atau memcegah timbulnya masalah bagi dirinya. Melalui bimbingan yang diberikan orang tua diharapkan dapat membantu siswa dalam berfikir maupun dalam bersikap. Dengan demikian siswa tidak akan salah atau terperosok dalam mengambil keputusan maupun dalam mengambil keputusan maupun dalam melangkah, namun apabila apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau apa yang diinginkan, dalam arti bahwa siswa sudah terlanjur terbentur pada masalah, maka orang tua tetap harus turut ambil bagian, baik secara langsung ataupun tidak langsung, sebagai usaha pemecahan dari masalah tersebut. 2)

Fungsi Kuratif atau Korektif Fungsi

kuratif atau

korektif yaitu

membantu

individu

memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Melalui bimbingan yang diberikan, orang tua dapat membantu siswa dalam menemukan pemecahan atas permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa dapat mengambil keputusan secara cermat dan tepat. Orang tua harus dapat membimbing anaknya untuk mememukan jalan keluar dan mengambil keputusan dalam mengatasi masalah tersebut. Upaya ini dapat dirumuskan sebagai fungsi kuratif atau fungsi korektif dari bimbingan yang dilakukan oleh orang tua. 3)

Fungsi Preservatif Fungsi preservatif adalah membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good) .” Situasi yang tadinya tidak nyaman dan tidak terkendali commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 43

karena adanya masalah yang dihadapi oleh siswa harus dapat berangsur membaik dan terkendali. Setelah masalah teratasi dengan pemecahan atau jalan keluar yang telah dipilih anak tersebut, orang tua

juga

di

tuntut

agar

dapat

membimbing

siswa

untuk

mengembalikan situasi seperti semula, selain itu dengan bimbingan dan tuntunan yang diberikan orang tua, siswa dapat mempertahankan agar situasi yang telah membaik dan terkendali tersebut dapat bertahan lama. 4)

Fungsi Developmental atau Pengembangan Disamping fungsi preventif, fungsi kuratif atau korektif dan fungsi preservatif, bimbingan juga memiliki developmental atau pengembangan. Fungsi developmental atau pengembangan yaitu berfungsi membantu siswa memelihara dan mengembangkan situasi atau kondisi yang telah baik agar tetap baik, atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baru baginya. Situasi dan kondisi yang telah baik dan stabil tersebut harus dijaga, atau bahkan dikembangkan menjadi lebih baik lagi agar kondisi yang telah baik tersebut tidak memburuk atau bahkan menimbulkan masalah yang baru, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sehingga berbagai macam masalah tidak akan muncul dalam kehidupan siswa.

g) Cara mengukur Bimbingan Orang tua Dalam penelitian ini variabel bimbingan akan diukur dengan menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus dibuat indikatornya yaitu sebagai berikut : 1) Bimbingan Karir a) Usaha orang tua untuk membimbing siswa menyadari akan pentingnya pekerjaan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 44

b) Membimbing siswa untuk mengenal ketrampilan yang dimiliki. c) Membimbing siswa untuk merancang masa depan. 2) Bimbingan akademik a) Membimbing siswa dalam menentukan waktu belajar. b) Membimbing siswa dalam belajar. c) Membina kerjasama yang baik dengan pihak sekolah. d) Mementau prestasi belajar siswa. e) Membimbing siswa dalam kesulitan belajar. 3)

Bimbingan pribadi-sosial a) Membantu siswa dalam mengatasi masalah pribadi b) Mengadakan

penyesuaian

diri

dengan

aspek-aspek

perkembangan jaman. c) Membimbing siswa untuk menggunakan waktu luang. d) Membimbing dalam disiplin beribadah (keagamaan) e) Hubungan orang tua dengan siswa f) Membimbing anak dalam membina hubungan dengan teman g) Membimbing anak dalam hubungannya dengan masyarakat

3.Tinjauan Tentang Kenakalan Siswa

a. Pengertian Kenakalan Suatu perbuatan dianggap nakal, apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana mereka hidup, sehingga bila ditinjau dari kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja atau siswa pada masanya kadang-kadang menjurus pada tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat bahkan sering kali menjurus ke tindak kriminal. Persoalan sosial yang sangat berhubungan dengan masalah yang dialami remaja commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 45

atau siswa merupakan bentuk tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan

dan

kadang

kala

berperilaku

menyimpang.

Bentuk

penyimpangan yang telah mereka lakukan adalah tindakan yang tidak sesuai dengan aturan atau norma dalam masyarakat. Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang kenakalan, adapun definisi kenakalan menurut : Kartini Kartono (1986:6) ”Kenakalan adalah perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anakanak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang.” Dari pernyataan di atas memiliki makna bahwa kenakalan itu suatu tindakan yang berupa serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan anak muda. Kenakalan yang diperbuat siswa merupakan suatu tindakan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat atau gejala patologis. Berbagi macam

tindakan

kenakalan

dilakukan

karena

individu

yang

melakukannya sudah tidak mematuhi dan mengabaikan norma sosial. Hal ini terjadi karena siswa berada di masa peralihan sehingga mereka berperilaku melawan aturan-aturan dan norma yang berlaku, sering kali perbuatan tersebut sangat mengganggu kepentingan orang lain. B. Simanjuntak (1995:10) ”Kenakalan adalah suatu perbuatan itu disebut kenakalan apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.” Dari pernyataan di atas yang dimaksud dengan kenakalan adalah suatu bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh individu mengenai berbagai norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pelanggaran yang dilakukan bertentangan dengan aturan dan nilai-nilai yang ada commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 46

serta perilaku yang tidak sesuai dengan norma tersebut yang disebut dengan kenakalan. Seseorang bila masih berada dalam masa transisi dan melakukan tidakan yang melanggar terhadap norma hukum, sosial, susila bahkan agama maka perbuatan tersebut dapat digolongkan ke dalam tindakan kenakalan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kenakalan adalah perbuatan anti sosial yang mengganggu kepentingan orang lain, karena perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dalam lingkungan mereka hidup. Perbuatan anti sosial yang dilakukan didalamnya terkandung unsur-unsur anti-normatif yang dilakukan sebagai manifestasi tingkah laku akibat adanya tekanan batin yang dialami dalam masa perkembangan serta pertumbuhannya.

b. Pengertian Siswa dalam Masa Remaja Masa remaja merupakan masa dimana siswa berada pada masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, mereka mengalami perubahan-perubahan yang 

secara fisik maupun

psikis. Remaja atau adolensi berasal dari bahasa latin ”adolescere” yang berarti ”tumbuh”. Usia remaja ini tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir seorang remaja memungkinkan remaja tersebut berpikir untuk melakukan sebuah integrasi dalam hubungan dengan orang dewasa. Masa remaja sering dikatakan sebagai masa yang penuh gejolak dan berbagai masalah sosial, fisik maupun psikis. Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang remaja, adapun definisi remaja yang mereka kemukakan adalah sebagai berikut : commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 47

Sarlito Wirawan (2004:9) menyatakan bahwa ”Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembangan dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.” Berdasarkan pernyataan di atas yang dimaksud dengan masa remaja adalah masa seorang yang sedang berkembang dan ditandai dengan ciri-ciri seksual sekunder hingga mencapai kematangan seksual. Pada masa ini remaja ingin mendapatkan kebebasan baik secara fisik maupun psikologi. Pada saat siswa mengalami perkembangan psikologi yang dirasakan sebagai suatu perubahan dari anak-anak menjadi dewasa, sehingga mereka berusaha untuk menjalankan kehidupan baik sosial maupun ekonomi secara mandiri. Dalam perkembangannya siswa mulai menjalin interaksi dan komunikasi dengan orang-orang di luar keluarganya dan sering bergaul dengan teman-teman sebayanya. Masa remaja merupakan periode pertumbuhan fisik yang dapat juga dikatakan juga dikatakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Pertumbuhan fisik siswa sangat mempengaruhi terhadap perkembangan individu baik jasmani maupun rohani. Menurut Singgih D Gunarso (2007:6) menyatakan bahwa ”Remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki dewasa.” Pernyataan di atas memiliki makna bahwa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa anak berkembang memasuki masa remaja kemudian menjadi dewasa dan semua perkembangan baik fisik maupun pesikis yang dialami sebagai persiapan untuk memasuki masa dewasa. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 48

Masa remaja merupakan periode pertumbuhan fisik remaja angat berpengaruh terhadap perkembangan individu dari mulai masa anakanak sampai dewasa. Pertumbuhan fisik remaja sangat berpengatuh terhadap perkembangan siswa dari mulai masa anak-anak sampai dewasa, maka dari itu pengalaman sosial seseorang dapat ditentukan oleh pertumbuhan fisiknya. Menurut Sarlito Wirawan (2004:14) menyatakan bahwa ”Remaja adalah seorang bila usianya 11 sampai 24 tahun dan

belum menikah”

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa seorang disebut remaja jika usianya 11 sampai 24 tahun dan belum terikat oleh suatu pernikahan. Masa remaja dialami seorang anak pertama kali mereka berumur sebelas tahun dan berakhir pada usia dua puluh empat tahun. Masa pertengahan remaja jika siswa tersebut telah berumur tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun dan bila seseorang telah berumur lebih dari dua puluh empat tahun maka mereka tidak lagi dikatakan remaja. Dari pengertian dapat penulis simpulkan bahwa remaja adalah suatu masa dimana seorang siswa mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang ditandai dengan perubahan pertumbuhan seksual sekunder yang terjadi pada seseorang yang berumur 11 sampai 24 tahun dan belum menukah. Perkembangan remaja berawal dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan

seksual

yang

mengalami

perkembangan

psikologis dan pola identifikasi. Dalam masa remaja ini siswa mengalami masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai suatu persiapan untuk memasuki masa remaja. Batasan usia seseorang remaja yaitu 11 sampai 24 tahun dan saat seseorang mengalami masa remaja ia mampu commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 49

menjalin hubungan dengan orang dewasa serta mempunyai hak dan tingkatan yang sama seperti orang dewasa.

c. Pengertian Kenakalan Siswa Untuk dapat mengartikan kenakalan siswa bukanlah hal yang mudah karena yang dimaksud dengan kenakalan siswa bukanlah menunjuk kepada perbuatan-perbuatan yang biasa-biasa saja sehingga dapat begitu saja dilupakan atau !  yang sama dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa. Karena kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa sudah didasari dengan kesengajaan dalam berbuat jahat. Sedangkan perbuatan kenakalan siswa yang masih remaja didasari atas masa mencari identitas diri di usia pertumbuhan yang dipengaruhi lingkungan yang membentuk kepribadiannya. Ada beberapa ahli mendefinisikan tentang kenakalan siswa, adapun definisi tentang kenakalan siswa yang mereka kemukakan adalah sebagai berikut : M. Gold dan J. Petronio yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (1989:196) memberi pengertian ”kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman”. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan kenakalan siswa yang masih remaja adalah suatu tindakan yang disengaja, melanggar hukum dan merupakan suatu kenakalan remaja. Bila tindakannya tersebut diketahui oleh petugas maka mereka bisa mendapat hukuman. Perbuatan yang dilakukan tersebut adalah suatu bentuk tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejolak usia remaja, yang biasanya hal ini disertai dengan perilaku yang melanggar commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 50

hukum, melawan norma dan semuanya merupakan tindakan anti sosial yang dilakukan oleh siswa. B. Simanjuntak, SH. (1985:104) juga mengemukakan ”kenakalan remaja adalah perbuatan anak-anak yang melanggar norma-norma, baik norma sosial, hukum dan kelompok, mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib mengambil suatu tindakan pengasingan”. Dari pendapat di atas dapat diartikan kenakalan remaja jika siswa usia remaja melakukan perbuatan yang mengganggu ketentraman masyarakat serta melanggar norma baik norma sosial, hukum maupun kelompok dapat dikatakan sebagai kenakalan remaja, karena remaja berperilaku menyimpang maka perlu melakukan tindakan yang cepat dan tepat untuk menanggulanginya agar tidak menjadi suatu masalah. Bimo Walgito (1982:2) ”kenakalan remaja dalam arti luas adalah perbuatan, kejahatan, pelanggaran, yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Pernyataan kenakalan remaja di atas mengandung arti bahwa tindak kenakalan merupakan perbuatan kriminal atau tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh siswa yang memiliki batasan umur tertentu yang biasanya dilakukan oleh remaja namun bila perbuatan anti sosial dan dilakukan oleh anak dewasa dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan kejahatan. Dari uraian pernyataan-pernyataan kenakalan remaja di atas dapat di simpulkan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan siswa yang belum dewasa biasanya berumur kurang dari 17 tahun atau 18 tahun yang bersifat anti sosial dan melanggar norma-norma sosial, norma agama ataupun norma hukum dan juga dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain yang tinggal berada di sekitar tempat tinggal commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 51

mereka. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan seseorang yang belum dewasa atau disebut sebagai remaja yang melanggar norma-norma, baik norma sosial, hukum, dan kelompok sehingga menganggu ketenteraman masyarakat. Berbagai bentuk kenakalan remaja yang dilakukan seseorang yang belum dewasa dan melakukan pelanggaran hukum dan kesengajaan, namun dilakukan dengan kesadaran, yang mengandung konsekuensi dari perbuatannya tersebut. Jika menggunakan definisi itu, maka pengertian kenakalan menjadi sangat sempit. Tetapi kita juga jangan terjebak mencap remaja sebagai remaja yang nakal hanya karena rambut gondrong dan pakaiannya tidak rapi. Padahal tingkah laku kenakalan remaja tidak terbatas pada pelanggaran norma sosial, hukum dan kelompok yang menganggu ketentraman masyarakat, tetapi juga perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan orang tua, peraturan sekolah atau norma-norma yang ada dalam masyarakat juga bisa membawa

remaja

kepada

kenakalan

sangat

memerlukan

penganggulangan yang serius agar perbuatan-perbuatan tersebut tidak mengarah ke perbuatan kriminal atau kejahatan yang lebih besar yang dilakukan oleh para pelaku kenakalan.

d. Aspek-aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Seorang siswa yang memasuki masa remaja akan menampakan suatu perubahan pada bagian-bagian tertentu. Hal ini terjadi karena dalam

diri

seorang

remaja

terjadi



pertumbuhan

dan

perkembangan yang begitu pesat. Maka pertumbuhan sesering kali diartikan sama dengan perkembangan, kedua istilah ini dianggap memiliki makna yang sama. Kenyataanya kedua istilah tersebut commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 52

memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan biasanya diartikan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif yang semakin besar dan tinggi, sedangkan istilah perkembangan digunakan untuk menyatakan terjadinya suatu perubahan aspek-aspek psikologi dan aspek sosial. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam diri remaja memiliki beberapa aspek. Menurut H Sunarto (2006:18) ada beberapa aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan remaja yaitu : 1) Pertumbuhan Fisik, 2) Perkembangan Intelek, 3) Perkembangan Emosi, 4) Perkembangan Sosial, dan 5) Perkembangan Nilai, Sikap dan Moral. Aspek-aspek

pertumbuhan

dan

perkembangan

akan

diuraikan sebagai berikut : 1) Pertumbuhan Fisik Secara fisik mengalami perkembangan dalam segi pertambahan tinggi dan besar badan begitu cepat, lebih cepat dibandingkan dengan

masa

anak-anak

dan

dewasa.

Untuk

mengimbangi

pertumbuhan remaja yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Dalam hal ini, kadang-kadang orang tua tidak mau mengerti dan marah bila anaknya terlalu banyak makan dan tidur. Perkembangan fisik remaja akan tampak terlihat dari perubahan

bentuk

tubuh

dan

berfungsinya

alat

reproduksi.

Perkembangan fisik remaja mencangkup perkembangan kelamin primer, kelamin sekunder dan kelamin tersier. Perkembangan kelamin primer adalah mulai berfungsinya organ-organ genetal baik yang ada di dalam maupun di luar badan. Atau menunjukkan pada organ badan yang langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses produksi. Pada remaja laki-laki di tandai dengan keluarnya air mani ketika mengalami mimpi basah. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan terjadinya commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 53

monarche (keluarnya darah haid) yang selanjutnya diikuti dengan kesiapan organ-organ reproduksi untuk terjadinya kehamilan. Perkembangan

kelamin

sekunder

adalah

perkembangan

jasmaniah yang tidak ! berhubungan denagn proses reproduksi tapi menunjukkan perbedaan yang khas bagi remaja lakilaki maupun perempuan. Pada remaja laki-laki ditunjukkan dengan pertumbuhan bulu atau rambut halus. (pada ketiak, dada, daerah kelamin dan wajah seperti kumis dan jenggot), suara membesar dan dalam, pertumbuhan tinggi badan secara maksimal yang diikuti oleh berat badan, pertumbuhan tulang (bahu melebar dan dada menjadi bidang), buah pelir (testis) membesar. Sedangkan pada perempuan yaitu pertumbuhan tulang (bidang bahu mengecil dan pinggul melebar), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu disekitar ketiak dan kelamin, suara lebih merdu, kulit menjadi lebih halus, alat kelamin mulai

membesar

dan

berfungsi

menghasilkan

sel

telur.

Perkembangan fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku remaja, hal ini dapat dilihat pada perilaku canggung dalam proses penyesuaian diri remaja, mengisolasikan diri dari pergaulan dan perilaku emosional seperti gelisah dan mudah tersinggung dan mulainya melawan aturan, jadi seseorang yang memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang cukup pesat dan perubahan tersebut akan menunjukkna adanya perbedaan yang khas antara remaja laki-laki dan perempuan. 2) Perkembangan Intelek Secara mental remaja telah berpikir logis dimana mereka mampu berpikir tentang berbagai gagasan yang abstrak yang berarti berpikir remaja adalah mempunyai arti remaja mampu menimbang, menghubungkan dan memahami hipotesis serta sudah dapat commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 54

diperkirakan apa yang mungkin terjadi. Proses perkembangan otak mencapai kesempurnaan dari mulai umur 12-20 tahun. Pada usia 16 tahun, berat otak sudah menyamai orang dewasa. Saat ini remaja sudah mulai berpikir kritis, rasional dan juga berpikir abstrak antara yang nyata dan kongkrit dengan membuat perencanaan sebagai kemungkinan untuk mencapainya. Sehingga pada masa ini perlu pendidikan dan bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan remaja. Upaya yang menggunakan metode yang mendorong

siswa

untuk

bertanya,

mengemukakan

gagasan,

melakukan dialog, diskusi mengenai masalah-masalah sosial. 3) Perkembangan Emosi Pada usia remaja siswa mengalami perkembangan emosi yang cukup pesat karena perkembangan yang dialaminya. Masa remaja ini merupakan masa puncak emosionalitas karena perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik remaja terutama organ-organ seksual mempengaruhi

berkembangnya

emosi

baik

perasaan-perasaan

maupun dorongan-dorongan baru yang dilami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebig intrim dengan lawan jenis. Pada masa remaja awal perkembangan emosinya menunjukkan sifat sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial tertentu, keadaan emosi seringkali bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah dan mudah sedih serta murung). Pada masa remaja akan lebih mampu menjaga emosinya. Keadaan emosi remaja dalam situasi yang belum stabil sering kali mengalami masa ketegangan emosi yang sangat tinggi, akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Keadaan belum stabil inilah yang sering menyeret remaja ke dalam kegelisahan. Kadang mereka ingin melakukan keinginannya dan kadang juga membutuhkan pengertian masyarakat akan persoalan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 55

yang dihadapinya. Remaja tidak lagi menggungkap rasa amarahnya secara meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras melawan orang yang dikesalinya. Kritikan dari lingkungan sering ditafsirkan sebagai ejekan, akibatnya mereka bersikap melawan terhadap lingkungannya. Untuk mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaian kematangan emosionalnya sangat di pengaruhi oleh kondisi emosional lingkungannya, terutama bimbingan orang tua dan lingkungannya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, mewarnai adanya kondisi hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Apabila remaja kurang dipersiapkan dalam memahami peranperannya dan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua, serta bimbingan dari orang tua mereka cenderung mengalami kecemasan, perasaan tertekan dan ketidaknyamanan emosional tersebut. Tidak sedikit remaja yang mereaksikannya secara depresif, sebagai upaya untu melindungi kelemahan dirinya. 4) Perkembangan Sosial Pada masa remaja terjadi juga perkembangan sosial yang merupakan kemampuan siswa untuk memahami orang lain. Sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilainilai maupun perasaannya mampu mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama lingkungan masyarakat). Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan dari sosialisasi yang lebih dewasa lagi sehingga harus banyak membuat penyesuaian baru dengan lingkungannya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 56

Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kulitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya baik menyangkut sikap, nilai, dan kepribadian yang dimiliki. Remaja mulai mempunyai rasa untuk ingin bergabung dengan anggotaanggota kelompok lain. Pada masa remaja akan berkembang sikap untuk menyerah atau mengikuti opini, nilai, kebiasaan, kegemaran, dan keinginan orang lain. Pada perkembangan sosial remaja semakin berkembangnya kesadaran dan kesunyian dan dorongan untuk bergaul. Pergaulan yang tadinya hanya berkisar dengan keluarga, tetangga atau teman sekolah, kini ingin memperluas pergaulannya sehingga tak jarang remaja sering meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya. Maka dari itu seringkali remaja memiliki solidaritas yang amat tinggi dan kuat melebihi kelompok lain bahkan orang tuanya sekalipun. Agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan yang buruk, maka orang tua perlu memberikan perhatian dan bimbingan pada anak dengan cara melakukan interaksi dan komunikasi secara terbuka dan hangat. Dalam hubungan denagn lawan jenis remaja mengalami perubahan yang sangat kontras, dari yang tadinya tidak menyukai berkawan dengan lawan jenis kini menjadi lebih senang berteman dengan lawan jenis daripada berkawan dengan sesama jenis. 5) Perkembangan nilai, moral dan sikap Melalui pengalaman atau interaksi sosial dengan orang tua, guru, lingkungan sekitar atau dewasa lainnya. Tingkat moralitas, seperti kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Siswa dalam masa remaja dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan sosial dari yang didapat dan selanjutnya dihayati tidak hanya tarbatas pada kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, misal nilai keagamaan, nilai-nilai commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 57

keadilan, nilai-nilai etika yang sesuai dengan perkembangan remaja. Pada masa remaja ini mereka sudah memulai melakukan perbuatanperbuatan yang dianggap baik oleh orang lain. Remaja dalam berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisik tapi juga kepuasan psikologis yang sesuai dengan tuntutan dan harapan bersama dengan kelompok. Maka dari itu remaja sudah dapat mengembangkan nilai-nilai moral untuk dijadikan sebagai nilai pribadi dan selanjutnya akan dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku.

e. Ciri-ciri Kenakalan Remaja Berbagai macam tindakan siswa yang mulai remaja yang dapat meresahkan masyarakat, terutama perilaku yang menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.  !-bentuk kenakalan remaja yang sering dilakukan oleh siswa seringkali bukanlah perilaku yang melanggar norma dan aturan tapi banyak orang yang beranggapun bahwa perbuatan tersebut merupakan kenakalan. Untuk itu agar dapat membedakan kenakalan remaja dari aktivitas yang menunjuk ciri khas remaja, perlu diketahui ciri-ciri pokok dari kenakalan ramaja. Menurut Yulia Singgih D Gunarsa (1991:19) ciri-ciri kenakalan remaja adalah: 1) Dalam pengertian kenakalan, harus terlihat adanya perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral. 2) Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 58

3) Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia pengertian dewasa selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga di tentukan oleh status pernikahan, maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun dan belum menikah. 4) Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja saja, atau dapat juga dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok remaja. Keempat ciri kenakalan remaja tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Kenakalan yang dilakukan remaja harus terlihat adanya suatu perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat, semua tingkah laku yang dilakukan siswa adalah perilaku yang menyimpang dan bersifat anti sosial dan dapat menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya. Perbuatan tersebut biasanya sangat menyimpang dari aturan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Berbagai perilaku yang melanggar aturan serta norma-norma yang berlaku dilakukan karena merupakan menifestasi dari gejolak usia siswa maka dari itu mereka sering kali melanggar hukum, melawan norma dan brebagai gejolak anti sosial yang dilakukan oleh siswa akan sangat menganggu ketenraman umum baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. 2) Kenakalan yang dilakukan mempunyai tujuan yang a-sosial yakni siswa melakukan perbuatan atau tingkah laku tersebut yang bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Apalagi dengan

adanya

arus

pertumbuhan

dan

perkembangan

ilmu

pengetahuan dan teknologi serta media komunikasi, banyak sekali commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 59

perilaku penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh siswa yang cenderung mengarah ke tindak kenakalan. Perbuatan tersebut cenderung sangat menganggu ketenangan masyarakat, sehingga kehidupan dalam masyarakat menjadi resah, merasa tidak tentram bahkan sebagian masyarakat merasa tidak aman dalam hidup. Hal ini terjadi karena siswa merupakan masa mencari identitas diri, sehingga apa yang mereka lakukan seringkali bersifat a-sosial. 3) Kenakalan remaja adalah kenakalan yang dilakukan oleh siswa yang menginjak masa remaja. Masa remaja adalah masa penghubung atau peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Apalagi masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Mengingat di Indonesia pengertian dewasa selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga di tentukan oleh status pernikahan, maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun dan belum menikah. Namun sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa yang di maksud remaja adalah mereka yang telah menginjak bangku sekolah dari sekolah menengah tingkat pertama sampai sekolah menengah atas. Jadi cakupan batas umur remaja sudah ditentukan dan yang dimaksud dengan arti remaja sangat luas. 4) Kenakalan dapat dilakukan oleh seorang siswa secara individu, atau dapat juga dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok siswa atau

geng.

Dalam

kehidupan

remaja

mereka

lebih

sering

berkelompok karena mereka dirasa memiliki tujuan untuk berteman, kebersamaan dan persahabatan. Dan dalam melakukan tindak kenakalan sering kali dilakukan siswa bersama dengan temantemannya baik di dalam maupun di luar lingkungan keluarga. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 60

Tindakan

yang

dilakukan

sangat

menganggu

ketentraman

masyarakat seperti kenakalan yang terjadi seringkali meresahkan masyarakat, hampir semua perilaku yang dilakukan siswa yang asosial melanggar dari aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Seperti yang kita lihat sejumlah siswa yang sering terkumpul, menggerombol dan tertawa keras-keras bagi orang tua hal ini dianggap sebagai kenakalan karena mereka kekurangan waktu untuk belajar dan menyebabkan nilai ulangan atau bahkan raport akhir semester menurun.

f.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Masa remaja adalah masa peralihan seorang siswa dalam rangka mencari jati diri sebagai individu. Masa yang penuh gejolak ini sebagi akibat dari perubahan fungsi baik fisik, psikologis maupun sosial. Apalagi adanya masyarakat modern yang sangat komplek sebagai produk kemajauan teknologi dan arus globalisasi dunia yang memunculkan

berbagai

masalah

sosial

sehingga

siswa

sering

melakukan kesalahan sehingga berbuat kenakalan. Bentuk-bentuk kenakalan siswa ada berbagai macam untuk lebih memudahkan dalam mengidentifikasikan

sebagai

kenakalan

remaja

dapat

dengan

menggolongkan ataupun memberi tingkatan. Menurut Bambang Mulyono (1993: 22) Bentuk-bentuk kenakalan remaja di bedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1) Kenakalan yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran hukum. 2) Kenakalan yang dapat digolongkan pelanggaran hukum dan tindakan kriminal. Untuk lebih jelasnya berbagai bentuk kenakalan remaja akan di uraikan sebagai berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 61

1) Kenakalan yang tidak digolongkan dalam pelanggaran hukum. Kenakalan yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran hukum adalah tindakan yang meliputi perilaku yang melanggar aturan tapi masih dalam taraf ringan, karena perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak melakukan kejahatan namun hanya melakukan

kesalahan

dan

tidak

ada

sanksi

hukum

yang

mengaturnya. Secara umum tindak kenakalan yang tidak dapat digolongkan dalam pelanggaran hukum sering kali dilakukan oleh remaja yang bersekolah. Berbohong dengan memutar balikan fakta dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan yang dilakukannya.

Membolos

pergi

meninggalkan

sekolah

tanpa

sepengetahuan pihak sekolah. Selain itu juga kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua atau menentang keinginan orang tua. Keluyuran pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tinjauan, dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah terangsang untuk mempergunakan. Dalam bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk juga merupakan kenakalan yang tidak digolongkan pada pelanggaran hukum. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh. Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan, sehingga timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-susila) 2) Kenakalan yang digolongkan pelanggaran hukum dan mengarah ke kriminal. Kenakalan yang dapat digolongkan dalam pelanggaran hukum dan mengarah ketindakan kriminalitas adalah suatu tindakan yang merupakan perbuatan melanggar hukum dan dapat mecelakakan korban. Perbuatan tindakan tindak kenakalan yang dilakukan remaja commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 62

saat ini digolongkan sangat berat dan sudah termasuk dalam tindak kriminal, sehingga, perlu adannya tindakan hukum yang berlaku untuk mengaturnya. Tindakan yang digolongkan dalam pelanggaran hukum dan mengarah ke tindak kriminal seperti merampas dengan kekerasan maupun tanpa melakukan kekerasan, selain itu juga perilaku pencurian, mencopet dan menjambret. Berjudi sampai mempergunakan uang untuk taruhan atau pakai benda lain juga merupakan tindakan melanggar hukum. Penipuan dan pemalsuan yang dilakukan para remaja, pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno, dan film porno, pemerkosaan, penggelapa barang, penganiayaan, pengguguran kandungan, penganiayaan dan pembunuhan yang mengakibatkan kematian seseorang merupakan tindakan kriminal. Berbagi tindakan tersebut adalah perilaku kriminalitas yang digolongkan dalam kriminalitas dan sangat melanggar hukum.

g. Penyebab Terjadimya Kenakalan Masalah kenakalan siswa remaja, merupakan masalah yang sulit untuk dipecahkan karena faktor-faktor penyebab kenakalan siswa remaja sangat bervariasi atau bersifat multi-kasual. Kenakalan yang dilakukan dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang, Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang siswa melakukan perilaku kenakalan tersebut, karena adanya kebingungan atau keraguan masamasa remaja, yaitu masa peralihan yang selalu mengalami kegoncangan sehingga seringkali melakukan penyimpangan, padahal mereka tahu apa yang dilakukannya melanggar aturan. Berbagai macam penyebab terjadinya kenakalan sangat bervariasi mulai dari diri sendiri maupun commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 63

lingkungan. Kartini Kartono (1992:112), ”Kenakalan remaja disebabkan oleh adanya dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.” Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri manusia tanpa adanya pengaruhi dari lingkungan sekitar mereka tinggal. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang menyebabkan kenakalan yang datang dari luar diri individu yaitu lingkungan sekitar. Adapun penyebab terjadinya kenakalan remaja akan penulis uraikan sebagai berikut : 1) Faktor Dari Dalam (internal) Yang dimaksud faktor dari dalam adalah faktor yang datangnya dari dalam diri manusia tersebut, tanpa dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dimana faktor tersebut sangat mempengaruhi seseorang berperilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Faktor internal ini amat sangat mempengaruhi perilaku siswa, terutama perilaku yang baik bersifat positif maupun yang bersifat negatif, adapun berbagai faktor internal yang dapat menyebabkan kenakalan remaja itu : a) Kepribadian Membicarakan masalah kepribadian siswa maka yang menjadi perhatian adalah tingkah lakunya di dalam mengadakan interaksi dengan masyarakat. Tingkah laku ini erat dengan kebutuhannya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan sering dihadapkan pada persoalan-persoalan apakah kebutuhan itu dapat dipenuhi atau tidak. Bila usaha pemenuhan kebutuhan itu bertentangan dengan norma dan akhirnya tidak dapat terpenuhi maka dengan sendirinya siswa akan melepaskan tekanan-tekanan itu dengan bermacam-macam kompensasi negatif. Dalam rangka mengadakan kompensasi inilah anak kemungkinan berbuat yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 64

bertentangan dengan norma-norma dan ketentuan yang ada, atau bisa disebut berbuat kenakalan. b)

Intelegensi Intelegensi

adalah

kemampuan

seseorang

untuk

menyesuaikan diri dengan situasi atau memecahkan suatu problem atau masalah yang mereka hadapi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pada umumnya. Siswa yang tidak pintar di sekolahnya maka cenderung untuk melakukan kenakalan karena mereka merasa tidak dapat mempertimbangkan akibat-akibat dari perbuatanya maka dari itu mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Segala perilaku yang tidak sesuai dengan norma maupun nilai yang ada akan dilakukan oleh siswa yang tidak memiliki kemampuan yang dimiliki siswa pada umumnya. c)

Umur Munculnya

tingkah

laku

anti sosial

di

usia

dini

berhubungan erat dengan penyerangan serius nanatinya di masa remajanya, namun demikian tidak semua siswa yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, umur tersebut dapat menjadi faktor utama melakukan kenakalan misalnya siswa yang berumur 15-18 tahun pada usia ini cenderung melakukan perilaku menyimpang karena didorong oleh usia yang memasuki masa puber dimana masa ini merupakan masa transisi atau peralihan sehingga menyebabkan beberapa perilaku salah dan biasanya dianggap menyimpang oleh orang dewasa. Memasuki masa remaja mereka mempunyai kelebihan energi didorong oleh keinginan untuk mencari identitas diri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 65

d)

Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin memang dapat mempengaruhi tindakan atau sikap. Dalam hal jenis kelamin, kecenderungan untuk melakukan kenakalan banyak dilakukan oleh siswa lakilaki walaupun saat ini siswa perempuan juga bersikap nakal. Namun perilaku kenakalan ini lebih sering menyoroti perilaku nakal siswa laki-laki. Siswa perempuan sangat sedikit melakukan perilaku nakal, mereka lebih sering menutup diri dalam berperilaku. Semua perilaku yang dilakukan sangat berkaitan dengan pengaruh dari teman sebayanya.

e)

Kedudukan Anak dalam Keluarga Yang dimaksud dari kedudukan anak dalam keluarga adalah urutan kelahiran dari seseorang anak dalam keluarga itu, baik bungsu, sulung, tengah, ataupun anak tunggal, karena kedudukan anak dalam keluarga juga dapat menyebabkan anak berperilaku nakal. Perilaku nakal seorang anak disebabkan karena merasa iri dengan saudara kandungnya yang lebih dimanja kedua orang tuanya, sehingga mereka memberontak atau melakukan perilaku yang dapat menarik perhatian agar dapat diperhatikan oleh kedua orang tuanya, maka itu kedudukan anak dalam keluarga, juga salah satu yang menyebabkan kenakalan remaja.

2) Faktor dari Luar (eksternal) Faktor dari luar eksternal adalah penyebab kenakalan siswa yang datang dari luar diri anak atau disebut juga dengan faktor lingkungan. Faktor ini dapat disebut sebagai faktor lingkungan yang memberikan kesempatan remaja untuk berperilaku buruk atau negatif yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di dalam suatu masyarakat dimana mereka tinggal. Berbagai faktor eksternal commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 66

yang menyebabkan kenakalan remaja yaitu : a) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan wadah yang pertama dan merupakan dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian anak. Kebiasaan dan adat istiadat orang tua memberikan pengetahuan dasar bagi anak dalam menempuh kehidupan yang lebih besar. Keadaan keluarga yang tidak manjamin keselarasan dalam menjalin hubungan akan berdampak buruk terhadap anak dan akan menyebabkan kenakalan. Seperti kondisi keluarga yang berantakan (broken home), kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, status sosial ekonomi yang rendah serta penerapan disiplin keluarga yang kurang tepat, keadaan keluarga yang tidak nyaman termasuk kurangnya bimbingan dari orang tua yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja sehingga mereka akan melampiaskan dengan melakukan berbagai tindakan kenakalan. b)

Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah adalah salah satu lingkungan pendidikan yang normal di luar lingkungan keluarga. Maka dari itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Selain itu juga masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting dalam prosesnya, tapi dalam sekolah sayangnya guru lebih berperan dalam prosesnya, tapi dalam sekolah sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 67

juga menggunakan cara kekerasan dalam mendidik siswanya. Kondisi sekolah dan sistem pengajaran di sekolah yang tidak menguntungkan anak mungkin akan merangsang anak untuk melakukan tindakan yang menjurus kepada kenakalan anak, sehingga sering tidak mencapai hasil yang baik. Selain itu juga ketidakpuasan anak kepada sekolah atau membolos. Kesempatan ini bisa di isi anak dengan keluyuran atau bergabung dengan anak yang tidak sekolah untuk berbuat yang jahat. c)

Media Komunikasi Masa Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semakin lancar, cepat dan mudah. Dunia teknologi yang

semakin

canggih,

disamping

memudahkan

dalam

mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat yang sangat mempengaruhi. Pengaruh film, TV sangat meluas dan bisa dilihat oleh siapa saja tidak terkecuali oleh anak remaja. Masa remaja yang merupakan masa keingintahuan, masa mencari identitas diri dapat meniru atau terpengaruh oleh tayangan-tayangan dari media masa tanpa dapat memilih mana tayangan yang baik atau buruk bagi dirinya. d)

Lingkungan Masyarakat Siswa yang beranjak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan berdampak kurang baik juga bagi siswa, misal lingkungan masyarakatnya yang suka berjudi, minumminuman keras, suka berkelahi maka akan mempengaruhi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 68

remaja untuk melakukan perbuatan yang serupa. Lingkungan masyarakat yang menyediakan pergaulan buruk bagi masyarakat yang akan berdampak sangat tidak baik bagi perilaku remaja sehingga memberikan damapak buruk pula bagi remaja untuk mudah larut dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan teman-teman yang ada di lingkungan.

h. Usaha Penanggulangan Kenakalan Usaha untuk mengatasi problem kenakalan remaja atau delinquency cukup sulit dilakukan sehingga memerlukan kesabaran dan perhatian yang khusus, karena remaja memiliki reaksi emosi yang sangat cepat sekali berubah. Dalam menghadapi larangan, baik dari orang tua atau orang-orang disekitarnya dan segala tantangan yang dianggap merintangi keinginannya maka seringkali para siswa melawannya. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya benturan antara tingkah laku siswa dan norma-norma atau aturan yang berlaku dalam kehidupan, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat bahkan hukum negara. Penanggulangan kenakalan remaja masih sulit dilakukan karena permasalahannya saling bertautan satu sama lain. Singgih D Gunarsa (2000:140) mengatakan ada tiga tindakan penanggulangan masalah kenakalan yang terbagi dalam : 1) Tindakan preventif yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. 2) Tindakan represif yakni tindakan yang menindas yang menindas dan menahan kenakalan remaja sesering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat 3) Tindakan kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuat nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 69

Penanggulangan tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1) Tidakan Preventif Suatu

tindakan

yang

bertujuan

mencegah

timbulnya

kenakalan seorang siswa. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan usaha sebagai berikut : a) Pembinaan Dari Orang Tua Usaha untuk mencegah kenakalan ini dapat dilakukan dengan pemberian pembinaan yang perarah dan baik pada siswa sehingga mampu memberikan keseimbangan diri yang akan dicapai dan pada akhirnya dapat tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi. Keluarga juga punya andil dalam membentuk pribadi seorang siswa, jadi untuk memulai perbaikan, maka kita harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Keluarga adalah pendidik pertama bagi siswa. Mulailah perbaikan dari sikap yang paling kecil, seperti selalu berkata jujur mesti dalam gurauanpun jangan sampai ada katakata bohong, membaca do’a setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada keluarga dan masih banyak hal lagi yang bisa kita lakukan, memang tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik tetapi kita bisa lakukan itu dengan perlahan dan sbar, jika sabar dan yakin maka semuanya akan sangat bermakna dan memberikan manfaat bagi perbaikan generasi muda. b) Moralitas Cara

moralitas

yaitu

melakukan

dengan

cara

penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan moral, perundangundang yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat menekan nafsu untuk berbuat kejahatan. Cara ini menitikberatkan pada bimbingan moral dan bimbingan kekuatan mental siswa remaja. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 70

Dengan pembinaan moral yang baik, akan siswa remaja tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan kenakalan. Sebaiknya berikanlah kesempatan anak agar dapat meniru perilaku kebajikan orang tuanya. Ajarkan dan didik mereka untuk tidak melakukan pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan maupun norma yang ada didalam masyarakat. c) Menegakkan Ketertiban Umum Usaha ini kita lakukan dengan menegakkan ketertiban umum, pemberian penyuluhan bimbingan bagi remaja serta pendidikan yang khusus bagi siswa kapasitas perilaku penyimpangannya tinggi hal ini dapat dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para siswa baik itu dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga, guru, di lingkungan sekolah, maupun tokoh masyarakat. d) Penanaman Ajaran Agama Sejak Dini Penanaman ajaran agama sejak dini terutama dari orang tua, karena dengan menanamkan ajaran sejak dini siswa mampu meningkatkan iman dan taqwa sehingga mereka tidak akan melakukan !  yang tidak baik anak takut dosa dan tidak akan melakukannya. Dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan secara otomatis jiwa siswa tidak akan bergerak untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Ajaran agama sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar dapat berfungsi dengan baik untuk mencegah perbuatan kenakalan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 71

2)

Tindakan Represif Yaitu usaha mengatasi kenakalan remaja yang melakukan pelanggaran norma-norma sosial dan moral dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran tersebut. Usaha yang dilakukan dengan : a)

Mendidik dan Menindak Mendidik dan menindak remaja yang melakukan perbuatan kenakalan sangat mampu mencegah kenakalan. Orang tua hendaknya dapat memberikan inti pendidikan kepada para siswa remaja. Inti pendidikan adalah sebuah pedoman dasar pergaulan yang singkat, padat, dan mudah diingat serta mudah dilakukan. Bila perilaku kenakalan dilakukan disekolah maka yang menindak atau memberi hukuman adalah guru atau kepala sekolah, jika di dalam keluarga maka yang memberikan hukuman adalah orang tua, sedangkan bila kenakalan atau pelanggaran dilakukan didalam masyarakat maka yang memberi hukuman adalah kepala desa atau tokoh masyarakat namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang berwajib jika kenakalan itu melanggar hukum negara.

b)

Mengadakan Razia Dengan mengadakan razia (obat-obatan terlarang, kendaraan bermotor), pengusutan dan di adukan dalam pengadilan mampu menanggulangi perilaku kenakalan. Razia yang dilakukan oleh aparat kepolisian atau guru akan membuat

remaja

was-was

atau

takut

untuk

mempergunakannya, sehingga mereka tidak akan melakukan dan menanggulanginya lagi. Razia ini dapat dilakukan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 72

seminggu sekali untuk menekan pelanggaran yang dilakukan oleh remaja kali ini dilakukan supaya mereka jera dan tidak melakukannya lagi. c)

Memberantas Usaha memberantas yaitu menanggulangi kejahatan dengan sebab-sebabnya. Cara ini untuk mengurangi bahkan menghilangkan sebab-sebab yang mendorong anak remaja melakukan perbuatan-perbuatan kenakalan bermotif apa saja. Di samping itu, juga usaha yang dilakukan dan tidak kalah pentingnya

juga

usaha

untuk

memperkecil

bahkan

meniadakan faktor-faktor yang membuat anak remaja terjerumus dalam perbuatan kenakalan. Maka dari itu kenakalan harus diberi perhatian lebih dan ditindak lanjuti agar tidak berkembang lebih luas.”...delinquecy should be understood as a social mechanism wherein society achieves to reprees its own culprits” (Kierkegaard, 2003: 205). Menurut Kierkegaard kenakalan harus dipahami sebagai sebuah mekanisme sosial masyarakat, dimana pencapaian maupun kerjasama dari beberapa pihak untuk menindas para pelakunya sendiri, sehingga tindak kenakalan tersebut sangat memerlukan penanggulangan yang serius agar perbuatanperbuatan tersebut tudak mengarah ke perbuatan kriminal atau kejahatan lebih besar yang dilakukan oleh para pelaku kenakalan. d)

Menghukum Menghukum mereka sesuai dengan perbuatan dapat dianggap adil dan bisa menggugah hati nurani agar dapat hidup sesuai dengan norma yang ada. Memberikan hukuman pada siswa yang telah melakukan pelanggaran ringan yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 73

dilakukan dengan mendidik, serta berbagai cara agar anak tidak mengulang perbuatanya. Bila mereka melakukan kejahatan maka dapat dilakukan dengan usaha pengajuan siswa yang melakukan kenakalan ke pengadilan, meskipun usaha tersebut memang baik karena membuat siswa lain akan takut untuk melakukan perbuatan yang serupa. Tapi di sisi lain, secara tidak langsung siswa yang ada dalam penjara akan saling bertukar pengalaman tentang tindak kenakalan yang telah dilakukan. Hal ini akan menarik siswa untuk melakukan kenakalan seperti yang telah dilakukan oleh temannya yang ada dalam penjara. Situasi ini juga diperburuk dengan kembalinya

siswa

ke

dalam

suatu

masyarakat,

jika

masyarakat kurang menerima maka tidak mustahil remaja terdorong lagi untuk berbuat hal yang lebih nakal lagi dalam masyarakat.

3) Tindakan Kuratif Yaitu

usaha

penanggulangan

kenakalan

remaja

yang

dilakukan   usaha preventif maupun represif dilakukan tapi tidak membuahkan hasil. Usaha ini dilakukan untuk memperbaiki siswa remaja yang telah melakukan perbuatan kenakalan. Usaha yang dilakukan yaitu dengan : a) Pembinaan Usaha yang dilakukan yaitu dengan cara memberikan pendidikan lagi sampai perilaku siswa tersebut berubah. Pendidikan diulangi dengan pembinaan secara khusus, hal ini mampu memperbaiki kondisi siswa yang telah melakukan tindakan kenakalan. Hal ini sering ditanggulangi oleh lembaga commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 74

khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini, misalnya psikolog, psikiater maupun pekerja sosial yang memberikan sosialisasi bagi remaja yang bermasalah untuk hidup teratur, tertib dan disiplin dalam keseharianya serta memanfaatkan waktu senggang dengan sesuatu kegiatan yang bersifat positif, kegiatan yang dilakukan tersebut mampu menunjang masa depan mereka agar bersikap lebih baik dan hidup sehat. b) Rehabilitasi Usaha untuk memperbaiki siswa yang telah melakukan kenakalan dapat dilakukan dengan memasukan siswa yang bermasalah ke tempat rehabilitasi bagi anak nakal. Di tempat rehabilitasi ini siswa akan mendapatkan penanganan khusus oleh para ahli yang akan membantu mereka. Ditempat rehabilitasi siswa akan dibantu dengan sedemikian rupa supaya ia mampu menghilangkan dan meninggalkan tindakan-tindakan yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai dan norma dalam masyarakat, sehingga tidak akan melakukanya lagi dan tidak akan meresahkan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa kenakalan pada siswa dapat diatasi memberikan pembinaan dengan rasa sabar dan perhatian khusus dimulai dengan aturan-aturan dan norma-norma hukum yang berlaku, sehingga siswa dapat mengontrol tindakan penyimpangan mereka dalam tingkah laku yang kongkrit di kehidupan sehari-hari.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 75

i.

Cara Mengukur Kenakalan Dalam penelitian ini untuk mengetahui kadar kenakalan digunakan pertanyaan yang perlu diisi responden atau siswa yang berbentuk angket. Dari angket tersebut dapat diketahui tingkat kenakalan siswa. Pengukuran kenakalan remaja ini menggunakan indikator sebagai berikut : 1) Bersifat a-moral dan a-susila Bersifat a-moral dan a-susila, kenakalan ini tidak dapat di golongkan kepada pelanggaran hukum adalah tindakan yang meliputi perilaku yang melanggar aturan tapi masih dalam taraf ringan, karena perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak melakukan kejahatan namun hanya melakukan kesalahan dan tidak ada sanksi hukum yang mengatur sehingga timbul tindakan yang kurang bertanggung jawab. 2)

Bersifat melanggar hukum Bersifat melanggar hukum, kenakalan ini dapat digolongkan dalam pelanggaran hukum dan mengarah ketindakan kriminalitas apabila adanya tindakan yang merupakan perbuatan melanggar hukum dan dapat mencelakakan korban.

B. Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Antara Bimbingan Orang tua Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Bimbingan orang tua yang baik terhadap proses belajar siswa merupakan modal awal bagi siswa untuk mengembangkan kemauannya atas dasar-dasar nilai-nilai, keyakinan serta sikap yang sesuai dengan pribadi dan norma yang berlaku. Apabila bimbingan orang tua yang baik terpenuhi, hal ini akan memotivasi anak untuk lebih giat dan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 76

memungkinkan berprestasi dalam belajar. Berdasarkan uraian tersebut diasumsikan bahwa ada hubungan antara Bimbingan Orang tua dengan Prestasi belajar Sosiologi. 2. Hubungan Kenakalan Siswa dengan Prestasi belajar Sosiologi Kenakalan diartikan jika anak remaja melakukan perbuatan yang melawan hukum. Klarifikasi kenakalan siswa ada yang ringan sampai yang berat yang dapat merugikan orang lain. Kenakalan yang dilakukan oleh siswa tersebut dapat menyebabkan siswa lupa akan belajar, karena meraka

asik

dengan

kesibukan-kesibukan

mereka

anggap

menyenangkan. Berdasarkan uraian tersebut diasumsikan bahwa ada hubungan antara Kenakalan siswa dengan Prestasi belajar Sosiologi. 3. Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua Dan Kenakalan Siswa Dengan Prestasi Belajar Sosiologi. Diasumsikan jika orang tua memberikan bimbingan sekolah yang baik kepada anaknya maka dapat mengurangi tingkat kenakalan siswa dan prestasi belajarpun akan meningkat. Dalam lembaga pendidikan faktor guru merupakan bagian dalam menentukan keberhasilan sekolah, akan tetapi bimbingan orang tua kepada anaknya juga merupakan salah satu faktor untuk mengurangi kenakalan anak sehingga kualitas prestasi belajar akan meningkat. Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 77

Bimbingan Orang Tua ( X1) Prestasi Belajar Sosiologi (Y)

Kenakalan Siswa (X2)

Gambar 1. Paradigma Penelitian Keterangan : X1

= Bimbingan orang tua

X2

= Kenakalan siswa

Y

= Prestasi Belajar Siswa

____ = Garis Hubungan C.Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Diduga faktor Bimbingan Orang tua berhubungan dengan Prestasi Belajar Sosologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Diduga faktor Kenakalan Siswa berhubungan dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. 3. Diduga faktor Bimbingan Orang tua dan Kenakalan Siswa berhubungan ganda dengan faktor Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Kristen 2 Surakarta. Adapun yang melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah: a.

Tersedianya sumber informasi yang menyajikan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini.

b.

SMA Kristen 2 Surakarta belum pernah dijadikan objek penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan berguna bagi sekolah.

c.

Peneliti merupakan alumni di SMA Kristen 2 Surakarta

d.

Adanya ijin dari pihak SMA Kristen 2 Surakarta.

e.

Lokasi sekolah yang mudah dijangkau oleh peneliti 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dari bulan Maret 2010 sampai dengan bulan

Januari 2011. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : Tabel. 1 : Uraian Waktu Penelitian no

Kegiatan

Bulan 1

1.

2

3

4

5

Persetujuan Judul

2.

Penyusunan Proposal

3.

Perijinan

4.

Pengumpulan Data

5.

Pengolahan dan Analisis Data

6.

Penulisan Laporan

commit to user

78

6

7

8

9

10

11

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 79

Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional. Alasan menggunakan metode deskriptif ini karena peneliti akan berusaha menggambarkan keadaan berdasarkan fakta-fakta yang ada serta lebih memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Sedangkan alasan menggunakan jenis studi korelasional karena penulis ingin membuktikan apakah ada hubungan atau tidak antara variabel bebas dalam hal ini bimbingan orang tua dan kenakalan dengan variabel terikat yaitu prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta. Dengan menggunakan metode deskriptif korelasional ini data yang diperoleh selanjutnya disusun, dianalisis dan disajikan hasilnya sehingga menjadi suatu gambaran yang sistematis, nyata dan cermat.

B. Populasi dan Sampel Dalam sebuah penelitian, tidak akan terlepas dengan adanya penetapan mengenai populasi dan sampel. Hal ini terjadi karena populasi dan sampel merupakan subjek penelitian dan keduanya merupakan sumber data dalam sebuah penelitian. 1. Populasi Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu objek penelitian yang sering disebut dengan populasi. Populasi dalam suatu penelitian merupakan suatu kelompok individu yang menjadi objek untuk diselidiki. Aspek-aspek yang diselidiki dalam penelitian ini adalah bimbingan orang tua, kenakalan dan prestasi belajar sosiologi siswa. Berikut ini ada beberapa pengertian mengenai populasi yang disampaikan oleh para ahli : a. Menurut Y. Slamet (2008:40), ”Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu .” commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 80

Pendapat diatas dapat diartikan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari unit analisis yang memiliki ciri-ciri tertentu. Untuk itu peneliti harus memulai dengan menspesifikasikan secara hati – hati populasi yang hendak diteliti. b. Sutrisno Hadi (2001:102), bahwa ”Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat yang sama.” Pendapat

tersebut

mengandung

makna

bahwa

populasi

merupakan sejumlah individu yang mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik sehingga dapat dijadikan sebagai obyek dalam suatu penelitian. Dari obyek inilah, maka akan ditarik kesimpulan. Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek maupun obyek yang akan dipelajari dan diteliti. Populasi juga merupakan keseluruhan dari unit analisis yang memiliki spesifikasi tertentu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Sampel Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dilibatkan dalam penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan dalam diri peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Berikut ini ada beberapa pengertian dari populasi yang disampaikan oleh para ahli : a. Sugiyono (2006:56), ”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Pendapat di atas mengandung arti bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat mewakili populasi tersebut. Sampel ini nantinya yang akan menjadi sumber data dalam penelitian. b.

Winarno Surakhmad (2004:93) ”Sampel adalah sebagian populasi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 81

untuk mewakili seluruh populasi.” Pendapat diatas mengandung arti bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang nantinya akan mewakili seluruh populasi yang ada. Karena tidak semua populasi akan dijadikan sampel dalam suatu penelitian. Dari beberapa pendapat diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang digunakan untuk mewakili populasi tersebut dan dijadikan sebagai objek penelitian. Penentuan sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi. Jadi sampel harus representatif atau mewakili populasi dalam penelitian tersebut.

3. Teknik Pengambilan Sampel Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Maksudnya adalah agar peneliti mendapatkan sampel yang representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel ini sering disebut dengan teknik sampling. Banyak para ahli yang mendefinisikan teknik sampling menurut pandangannya masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Sutrisno Hadi (2000:75) menyatakan bahwa “ Sampel adalah bagian obyek yang diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkahlangkah yang dilakukan adalah apabila subyeknya kurang atau lebih dari 100, maka sampel yang diambil 20% sampai 25% atau diambil secara keseluruhan”. Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling adalah cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Hal ini disebabkan dalam sebuah penelitian jumlah populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 82

namun hanya sebagian saja atau yang sering disebut dengan sampel. b. Hadari Nawawi (1995:152) menyatakan bahwa ”sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat –sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar – benar mewakili populasi.” Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling merupakan cara pengambilan sampel, yang mana sampel tersebut disesuaikan dengan jumlah data sebenarnya. Dalam pengambilan sampel harus diperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar representatif, karena tidak semua populasi bisa dijadikan sampel penelitian, akan tetapi hanya sebagian saja yang bisa dijadikan sampel penelitian Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik sampling adalah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah sampel yang akan mewakili jumlah populasi dalam penelitian. Dalam pengambilan sampel perlu memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar nantinya memperoleh sampel yang representatif. Dengan menggunakan cara atau teknik ini diharapkan dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya hasil

penelitian

ini

yang

akan

ditarik

kesimpulannya

dan

bisa

menggambarkan keadaan populasi. Pengambilan sampel dalam suatu penelitian memerlukan teknik tersendiri. Pada prinsipnya ada dua jenis metode sampling (cara pengambilan sampel) menurut Y. Slamet (2008:45-68) yaitu : 1).Metode penarikan Sampel Probabilitas 2).Metode penarikan Sampel Non Probabilitas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 83

Jenis-jenis sampling Probabilitas dibagi menjadi : a.Random Sampling b.Systematic Sampling ( penarikan sample secara sistematik) c.Stratified Random Sampling ( penarikan sampel secara acak berstrata) d.Cluster Sampling (penarikan sampel dengan cara berumpun) e.Area Sampling a. Jenis-jenis Sampling Non Probabilitas dibagi menjadi : a.Convenience Sampling b.Quota Sampling c.Dimensional Sampling d.Snowball Sampling e.Extreme or Deviant Case Sampling f.Maximum Variation Sampling g.Pengambilan Sampel Homogen h.Typical Case Sampling i.Critical Case Sampling j.Criterion Sampling Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling di atas maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut : 1) Sampling Probabilitas, dibagi menjadi lima yakni : a) Random Sampling (Penarikan Sampel Secara acak) Di dalam sampel acak setiap anggota populasi memiliki kemungkinan

yang

sama

untuk

menjadi

anggota

sampel.

Kemungkinan untuk menjadi anggota sampel berlaku bagi semua individu-individu

terlepas

dari

persamaan-persamaan

maupun

perbedaan-perbedaan diantara mereka sepanjang mereka itu menjadi anggota populasi. Langkah utama di dalam pemilihan responden dengan cara acak ini ialah meneliti terlebih dahulu apakah sampling frame kita itu sudah benar, artinya apakah semua anggota populasi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 84

itu telah terdaftar. Dan bagi yang telah terdaftar tidak terdaftar ulang, sebab bila seseorang terdaftar ulang, kemungkinan untuk terpilih sebagai anggota sampel adalah besar. Faktor lain yang perlu dipikirkan ialah kemungkinan diganti atau tidaknya anggota sampel yang tidak dapat dijangkau. Cara penarikan sampel tanpa penggantian anggota sampel yang tidak dapat dijangkau itu disebut simple random sampling. Cara yang bisa dilakukan untuk mengambil sampel secara acak ialah dengan memberi nomor pada setiap orang atau unit sampel. Kemudian peneliti mengambil setiap nomor dengan cara acak. Cara ini sama dengan kalau kita menarik lotere. Perlu diingat agar kesempatan untuk dipilih adalah tetap. Cara lain untuk menarik sampel secara acak adalah dengan menggunakan tabel random numbers. Nomor- nomor yang muncul pada tabel random numbers adalah hasil dari pekerjaan komputer, jadi benar – benar muncul secara acak. Dalam menggunakan tabel itu pertama-tama setiap anggota populasi di beri nomor terlebih dahulu. Langkah berikutnya ialah memutuskan apakah kita akan memilih nomor-nomor menurut kolom (menurun) ataukah menurut baris (mendatar), hal ini bukanlah menjadi soal. Kemudian kita tentukan menurut kehendak kita suatu nomor di mana kita akan memulainya. Barangkali kita mendapatkan angka yang sama. Bila terjadi demikian maka harus kita abaikan, dan kita bekerja terus hingga jumlah sampel yang kita butuhkan terpenuhi. Salah satu kerugian dari cara penarikan sampel dengan random numbers (bilangan-bilangan random) ialah bila sampel yang kita perlukan cukup besar, berkali – kali kita menemukan angka yang sama menyebabkan diperlukannya ketelitian agar tidak tercatat ulang. Dengan demikian kita membutuhkan cukup banyak waktu. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 85

b) Systematic Sampling (penarikan sampel secara sistematik) Penarikan sampel secara sistematik bisa dipakai bilamana unit – unit populasi terdaftar secara acak. Cara ini sangat sederhana dalam arti kita tidak memerlukan banyak tenaga untuk memilih anggota sampel. Cara menarik sampel secara sistematik adalah sebagai berikut: Pertama-tama, seperti halnya dengan cara pengambilan sampel secara acak, kita harus memiliki kerangka sampel. Taruhlah jumlah unit didalam populasi adalah 900. Berikutnya kita menentukan besarnya sampel, misalnya 90 unit. Systematic sampling mengambil satu responden dalam setiap k. Besarnya k adalah besarnya unit di dalam populasi dibagi jumlah sampel. Dengan contoh di atas maka besarnya k adalah 900/90 yaitu 10. Oleh karena itu sampel ditarik satu unit dalam setiap k, atau dengan contoh yang di pakai disini diambil satu responden setiap 10 unit. Untuk menentukan diantara 10 orang yang terpilih itu siapa yang pertama sebagai responden biasanya ditentukan secara random (acak). Taruhlah dari urutan no 1 sampai 10 secara random terpilih nomor 3, maka nomor – nomor responden berikutnya adalah 13, 23, 33, 43 dan seterusnya. Dibandingkan dengan random sampling, systematic random sampling dipandang lebih akurat. Salah satu syarat yang harus terpenuhi agar systematic sampling ini dapat dipandang sebagai cara praktis yang mendekati cara pengambilan sampel dengan random (random sampling) ialah harus memenuhi asumsi bahwa kerangka sampelnya tersebar secara random (acak). Keuntungan dari systematic sampling ialah lebih praktis, mengurangi tenaga, menghemat waktu, yang akibatnya dapat menekan biaya. Karena kesederhanaannya, bagi peneliti pemula mengurangi tingkat kesalahan. Kerugian systematic sampling ialah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 86

bila sampling frame atau kerangka sampelnya tidak tersebar secara acak, hasil yang diperoleh tidak akan mewakili keadaan populasinya. c) Stratified Random Sampling (Penarikan sampel secara acak berstrata) Perkataan strata berawal dari kata stratum yang artinya tata jenjang. Perlu diingat, walaupun kata stratum menunjuk pada pengertian jenjang, namun dalam metode pengambilan sampel acak berstrata dapat diterapkan bagi setiap pembagian golongan sampel, lepas dari golongan itu berjenjang ataupun tidak. Yang penting kelompok – kelompok di dalam populasi atau sub populasi itu tidak overlap, tumpang tindih dan masing – masing dapat dipisahkan secara eksklusif, artinya tidak bisa terjadi satu unit sampel dapat tergolong atau muncul di dalam dua kelompok yang berbeda. Keuntungan dari stratified random sampling adalah lebih hemat daripada random sampling, karena random sampling memerlukan sampel yang lebih besar agar semua lapisan atau golongan dapat terjaring di dalam sampel. bagi stratified random sampling terjaringnya golongan – golongan atau lapisan – lapisan di dalam sampel sudah terjamin. Dengan stratified random sampling yang terwakili bukan saja golongan atau lapisan tetapi juga variabel – variabel penelitian yang dikehendaki untuk diteliti secara simultan di dalam sampelnya. Stratified

random

sampling

tidak

hanya

membatasi

penggolongan sampelnya menurut satu variabel saja. Peneliti dapat memilih dua atau tiga atau lebih variabel – variabel yang menjadi minat penelitiannya secara simultan. Dasar pemilihan variabel yang dipakai untuk menstratifikasi atau menggolongkan adalah kerangka berfikir kita yang mengasumsikan bahwa variabel – variabel itu memiliki pengaruh terhadap variabel lain yang dipengaruhi itu. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 87

Dapat pula penggolongan itu diawali dari variabel yang dipengaruhi. d) Cluster Sampling (Penarikan sampel dengan cara berumpun) Pengambilan sampel secara cluster pada hakekatnya sama dengan pengambilan sampel secara acak dengan perbedaan bahwa setiap unit sampelnya adalah kumpulan atau cluster daripada unsur – unsur. Setelah peneliti telah dapat memilih secara random unit – unit sampel secara cluster, langkah berikutnya adalah memilih sampel dari cluster – cluster itu sejumlah responden sebanyak yang dikehendaki. Dalam penentuan siapa yangdijadikan sampel itu dapat dilakukan dengan random maupun secara sistematik dengan memperhatikan proporsi besarnya responden pada setiap clucter. Cara demikian ini jelas berbeda dengan stratified random sampling yang mengawali penarikan sampel dengan menyusun sampling frame terlebih dahulu yang berasal dari setiap golongan atau lapisan. e) Area Sampling Cluster sampling juga dapat disebut area sampling. Istilah ini dipakai bila kerangka sampelnya tersusun berdasarkan pada wilayah tertentu yang luas. Area sampling umumnya dipakai bila kita tidak mungkin dan tidak praktis untuk menyusun kerangka pengambilan sampel (sampling frame) yang meliputi suatu daerah yang luas. Keuntungan dari cluster sampling maupun area sampling ialah menghemat waktu, tenaga dan biaya. Sedangkan kerugiannya, karena caranya dilakukan bertingkat – tingkat, pada setiap tingkat dapat terjadi kesalahan. Ada kemungkinan sampel – sampel yang ditarik pada setiap tingkat tidak mewakili populasi atau sub populasinya atau pada tingkat pertama masih representatif terhadap populasinya, sedangkan pada tingkat kedua sudah tidak lagi representatif. Agar cluster atau area sampling ini dapat mewakili populasinya, cluster atau area sampling dapat digabungkan dengan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 88

cara pengambilan sample yang lain misalnya stratified sampling. 2) Sampling Non Probabilitas, dibagi menjadi sepuluh yakni : a) Convenience sampling (accidental sampling) Didalam cara pengambilan sampel dengan cara ini peneliti semata – mata memilih siapa saja yang dapat diraih pada saat penelitian diadakan sebagai respondennya. Sebagai contoh misalnya kita meneliti penggunaan waktu belajar oleh mahasiswa, responden yang kita ambil bukan berdasarkan atas sampling frame yang kita susun tetapi setiap mahasiswa yang kita temui. b) Quota sampling Cara pengambilan sampel dengan cara quota sebenarnya sama dengan cara pengambilan sampel dengan berstratifikasi (stratified sampling). Cara pengambilan sampel quota ini, peneliti menentukan strata apa yang relevan untuk diteliti. Namun perlu diingat disini, pengertian strata bukan hanya berarti lapisan saja, tetapi dalam arti yang luas sebagaimana yang dimaksud dalam stratified sampling. Langkah selanjutnya ialah peneliti menentukan suatu jatah bagi setiap stratum yang relevan itu secara sebanding (proporsional) untuk mewakili populasinya. Langkah berikutnya ialah peneliti semata – mata menemukan orang yang memenuhi karakteristik yang telah ditentukan. Sebagai misal suatu penelitian bermaksud untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pendapatan dari berbagai stratum. Cara menentukan responden didalam quota sampling tidaklah melalui prosedur randomisasi, melainkan mewawancarai siapa saja yang dapat ditemukan, asal jatahnya dapat terpenuhi. c) Dimensional Sampling Cara pengambilan sampel secara dimensional pada dasarnya adalah bentuk multidimensional daripada quota sampling. Jalan pikiran

cara

pengambilan sampel dengan commit to user

cara

ini

adalah

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 89

mengkhususkan seluruh dimensi – dimensi atau variabel – variabel yang dijadikan minat di dalam penelitian yang ada di dalam populasinya dan merasa yakin bahwa setiap kombinasi dari dimensi – dimensinya terwakili paling tidak oleh satu kasus

(satu unsur

analisis). Dari kombinasi itu kita mengembangkan suatu tipologi sebagai sampling frame untuk memilih sejumlah kecil kasus yang diambil dari populasinya. Umumnya mengambil satu kasus (satu unsur sampel) dari masing – masing sel (petak) dari setiap tipologi. d) Snowball Sampling Snowball sampling ialah penarikan sampel bertahap yang makin lama jumlah respondennya semakin bertambah besar. Penarikan sampel dengan snowball dapat diibaratkan dengan sebuah bola salju yang semula kecil berkembang menjadi membesar seraya dia menggelinding dari bukit. Penarikan sampel dengan cara snowball melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasikan seseorang yang kita anggap sebagai responden yang memenuhi syarat bagi tujuan penelitian. Orang itu kita wawancarai sesuai dengan tujuan penelitian kita. Orang ini adalah orang yang paling dianggap mengetahui. Orang yang demikian ini umumnya adalah pemimpin setempat. Orang

ini

kita

pakai

sebagai

informant

pertama

untuk

mengidentifikasi orang – orang lainnya lagi yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden. Orang – orang ini kelasnya ada dibawah informan yang kita wawancara pada tahap pertama. Dengan demikian langkah kedua adalah mewawancarai orang – orang lain lagi yang kelasnya ada dibawah mereka. Demikian secara terus – menerus kita dapat menarik responden yang makin lama makin ke bawah semakin besar jumlahnya. Pada umumnya setiap responden kita minta untuk menyebutkan dua orang yang kelasnya ada di commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 90

bawah mereka. Walaupun snowball sampling pada hakekatnya adalah cara penarikan sampel yang nonprobabilitas, cara ini dapat pula dirubah menjadi sampel probabilitas asal peneliti menarik sampelnya secara acak pada setiap tahap pengambilan sampel. e) Extreme or Deviant Case Sampling (Pengambilan sample terhadap kasus – kasus ekstrim atau menyimpang) Pengambilan sample yang demikian ini menitik beratkan pada kasus – kasus (responden) yang kaya informasi karena kasus – kasus tersebut memiliki ciri – ciri yang tidak biasa atau ciri yang istimewa dalam hal – hal tertentu. Ciri yang tidak biasa atau istimewa itu bisa karena baiknya atau mungkin karena jeleknya, seperti misalnya keberhasilan yang menyebabkan menjadi terkenal atau karena kegagalannya. Dasar pemikiran dari cara pengambilan sample terhadap kasus – kasus (responden) yang menyimpang ini ialah bahwa kasus yang menyimpang memberi informasi yang kaya tentang faktor – faktor yang menyebabkan kasus responden tersebut menjadi orang yang tidak biasa atau istimewa. f) Maximum Variation

Sampling

(Pengambilan

sample

variasi

maksimum) Strategi pengambilan sampel variasi maksimum dimaksudkan untuk dapat menangkap atau menggambarkan suatu tema sentral dari studi melalui informasi yang silang menyilang dari berbagai tipe responden. Sebagai contoh misalnya seorang peneliti ingin melihat dampak dari suatu program tertentu. Peneliti mengambil sejumlah responden tertentu untuk melihat variasi dari pengaruh suatu program. Logika dari pengambilan sampel variasi maksimum adalah sebagai berikut: pola – pola umum yang muncul dari variasi – variasi yang besar menjadi perhatian khusus dan bernilai di dalam suatu commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 91

penelitian. g) Pengambilan sampel homogen Pengambilan

sampel

homogen

ini

berlawanan

dengan

pengambilan sampel variasi maksimum. Maksud dari pengambilan sampel homogen ialah untuk menggambarkan sejumlah kekhususan sub kelompok (subgroup) secara mendalam. Misalnya program UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang dikenakan pada berbagai lapisan keluarga, kita dapat memfokuskan studi kita dengan melakukan penelitian evaluasi kualitatif pada kelompok keluarga miskin saja, karena kelompok inilah yang paling sulit melaksanakan UPPKS. h) Pengambilan sampel tipikal (Typical Case sampling) Dalam upaya peneliti untuk menggambarkan sebuah program atau peserta dari program pada orang yang belum terbiasa dengan program tersebut dapat dibantu dengan cara memberikan gambaran tentang profil kualitatif

dari satu kasus atau lebih yang bersifat

tipikal. Kasus – kasus dipilih sebagai hasil kerja sama dengan informan kunci, seperti misalnya staf dari program tersebut atau peserta program yang tahu betul dapat mengidentifikasi macam apa yang dimaksud dengan tipikal dapat juga ditarik dari analisis demografis, dengan cara mengambil nilai ratanya. Hanya perlu diingat bahwa penarikan sampel tipikal ini bukan bermaksud untuk membuat generalisasi, melainkan untuk memberikan gambaran atau penjelasan kepada orang – orang yang belum paham tentang hal yang bersifat tipikal. i) Critical case sampling (Pengambilan sampel kritis) Strategi pengambilan sampel kritis ini dimaksudkan untuk memperoleh penjelasan melalui kasus – kasus yang dianggapi kritis. Kritis disini diartikan sebagai suatu keadaan yang istimewa, baik commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 92

karena keunggulan maupun keterbelakangannya. Pengambilan sampel kritis dapat pula diterapkan pada responden orang. Umpamanya peneliti bermaksud meneliti tentang adopsi perbaikan gizi. Dia dapat menarik sampel kritis seseorang yang dianggap paling kolot dan tidak responsif terhadap masalah perbaikan gizi, peneliti

dapat

menyimpulkan

bahwa

semua

orang

pasti

melakukannya. Sebaliknya peneliti dapat juga menarik responden orang yang paling responsif terhadap perbaikan gizi. Misalnya hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang paling responsif itu tidak menyediakan buah dan susu sebgai kelengkapan menu makanannya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa semua orang tidak menyediakan buah dan susu sebagai menu. j) Criterion Sampling (Pengambilan Sampling) Dasar pemikiran dari pengambilan sampel kriteria ialah untuk meninjau kembali dan mempelajari seluruh kasus yang telah memenuhi kriteria penting yang telah ditentukan. Sebagai contoh misalnya umumnya para mahasiswa S-1 menyelesaikan studi antara 9-12 semester. Lama studi itu ialah sebagai kriteria. Namun bila kita hendak mengetahui kekuatan dan kelemahan dari kriteria waktu studi itu, kita dapat menarik sampel dari para responden yang dapat menyelesaikan studi kurang dari 9 semester dan yang lebih dari 12 semester. Cara penarikan sampel dari responden yang diluar kriteria yang kita teliti secara mendalam itu yang disebut sampel berkriteria. Sifat – sifat yang ada pada populasi ialah jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPS adalah 75 orang, kelas IPS terbagi menjadi 3 kelas dan masing – masing kelas rata – rata terdiri dari 25 siswa baik putra maupun putri, daftar siswa dapat diperoleh dari daftar presensi siswa. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 93

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS di SMA Kristen 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Kelas XI IPS terdiri dari 3 kelas, yang mana masing – masing kelas rata – rata terdiri dari 25 siswa. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 75 siswa. Sampel tersebut diperoleh 50 siswa karena jumlah populasi kurang dari 100. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik cluster sampling, alasannya karena populasi penelitian terbagi ke dalam kelas-kelas yang mempunyai tingkatan yang sama bagi setiap kelompok untuk dipilih sebagai sampel. Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan sampel itu dapat dilakukan dengan random maupun secara sistematik dengan memperhatikan proporsi besarnya responden pada setiap cluster. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menentukan lokasi penelitian , yaitu di SMA Kristen 2 Surakarta b. Menetapkan populasi penelitian, yaitu kelas XI IPS c. Seluruh populasi terbagi menjadi cluster yaitu: XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3 d. Mengambil sampel secara random dari 3 kelas tersebut.

C. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data tentang masalah yang diselidikinya. Data merupakan faktor penting dalam suatu penelitian, untuk dapat mencapai syarat validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara atau teknik pengumpulan data yang tepat. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode tes, angket dan dokumentasi. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 94

1. Metode tes a. Pengertian Tes Tes merupakan serentetan pertanyaan tertulis untuk latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan kemampuan atau baat yang dimiliki oleh individu (responden ). Dalam hal ini metode tes digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi belajar sosiologi siswa.

2. Angket a. Pengertian Angket Data

merupakan

faktor

penting

dalam

suatu

penelitian.

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu data atau keterangan yang benar dan dapat dipercaya. Untuk dapat mencapai syarat validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara atau teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode angket. Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang angket yaitu sebagai berikut : Y. Slamet (2008:94) menyatakan bahwa ”kuesioner adalah daftar

pertanyaan yang digunakan untuk

mengukur suatu gejala tertentu atau konsep tertentuyang langsung diisi oleh responden.” Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis dan ditujukan untuk responden dalam suatu penelitian. Sehingga data yang dikumpulkan adalah berupa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Abdurrahmat Fathoni (2006:111) menyatakan bahwa ”Angket adalah suatu teknik pengumpulan data melalui commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 95

penyebaran daftar pertanyaan untuk diisi langsung oleh responden.”

Dari pendapat tersebut di atas mengandung arti bahwa angket merupakan daftar pertanyaan tertulis yang dibuat oleh peneliti untuk diisi secara langsung oleh respoden atau subyek penelitian dengan tujuan memperoleh informasi mengenai data pribadi dan hal-hal yang diketahui dari responden dalam suatu penelitian. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada responden/subyek penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai data responden. Data yang terkumpul dari angket adalah berupa jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti. b. Jenis-Jenis Angket Angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada subjek penelitian yang memperoleh jawaban atau tanggapan secara tertulis sepenuhnya. Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat dan sikap. Maksud serta tujuan penelitian akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan yang ada dalam angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Apabila di lihat dari cara penyampaiannya, menurut Kartini Kartono (1990:224) membedakan angket menjadi dua jenis, yaitu : angket langsung dan angket tidak langsung. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 96

1) Angket langsung Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang diminta informasi tentang dirinya, dapat berupa tanggapan pribadi, keyakinan, minat dan sebagainya. 2) Angket tidak langsung Angket ini diberikan kepada responden untuk menilai keadaan psikis orang lain. Responden tidak memberikan jawaban secara langsung mengenai keadaan dirinya akan tetapi menjelaskan keadaan orang lain. Dalam penelitian ini, angkat yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan bentuk pilihan ganda. Alasan digunakan teknik ini adalah karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar memudahkan responden untuk memilih jawaban yang disediakan dalam bentuk pilihan ganda yang telah disediakan dengan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. c. Kelebihan dan Kelemahan Angket Angket adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Angket juga memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut. Menurut Sutrisno Hadi (2000:157) metode angket banyak digunakan oleh peneliti berdasarkan anggapan-anggapan sebagai berikut: 1) Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2) Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3) Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 97

Anggapan-anggapan tersebut mempunyai beberapa kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (2000:157) yaitu : 1) Unsur-unsur yang tidak disadari akan dapat terungkap. 2) Besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadi. 3) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan, misalnya hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. 4) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasa. 5) Ada kecenderungan untuk berkonstruksi secara logis unsur-unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logis. d. Langkah-Langkah Menyusun Angket Sedangkan langkah-langkah menyusun angket dapat penulis uraikan sebagai berikut : 1) Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan tertutup yaitu berupa angket yang daftar pertanyaanya langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. 2)

Kisi-kisi Angket Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat ukur ini berupa kisi-kisi angket. Konsep ini dijabarkan ke dalam variabel dan indikator yang dijadikan pedoman dalam menyusun item-item angket sebagai instrumen pengukuran.

3)

Butir Angket Penyusunan butir-butir sebagai alat ukur didasarkan pula kisicommit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 98

kisi angket yang telah dibuat sebelumnya. Setelah indikator ditetapkan, kemudian dituangkan kedalam butir-butir angket yang terdiri butir positif dan butir negatif. 4)

Prosedur Penyusunan Angket Mengenai prosedur yang yang penulis tempuh dalam penyusunan angket adalah : a) Menetapkan tujuan Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini adalah untuk memperoleh data tentang bimbingan orang tua, kenakalan remaja, dan prestasi belajar sosiologi. b)

Menetapkan aspek yang ingin diungkap Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka digunakan kisi-kisi angket. Kisi-kisi instrumen diperlukan untuk memperjelas

serta

mempermudah

pembuatan

item-item

instrumen. Pembuatan kisi-kisi dalam instrumen ini disesuaikan dengan indikator-indikator yang sudah ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan yang hendak dicapai. c)

Menentukan jenis dan bentuk angket Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup. Alasan digunakan teknik ini karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar memudahkan responden untuk memilih jawaban yang telah disediakan dan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

d) Menyusun item angket Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaancommit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 99

pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket. Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah sebagai berikut : (a) Membuat item-item pertanyaan. (b) Membuat surat pengantar angket. (c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket. e) Menentukan skor Setelah angket disusun, maka disusun skor dari masingmasing jawaban. Dalam penelitian angket ini, setiap item mempunyai alternatif jawaban dan skor antara 0 sampai 1. dari alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai berikut: Bentuk item positif (1) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1 (2) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 0 Bentuk item negatif (1) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 0 (2) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 1 5) Uji Coba (Try Out) Angket Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try out. Tujuan diadakan try out ialah agar mendapatkan angket yang benar-benar valid. Oleh karena itu instrumen penelitian perlu diuji melalui uji validitas dan reliabilitas sebelum diterapkan di lapangan. Dalam penelitian ini, try out dilakukan di SMA Kristen 2 Surakarta pada kelas XI IPS tahun ajaran 2010/2011 75 siswa. menurut Sutrisno Hadi (2000:166) maksud diadakan try out adalah sebagai berikut : commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 100

a) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya. b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. c) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal. d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maksud peneliti mengadakan try out angket ini adalah : a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan tidak jelas. b) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak diperlukan. c) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden. d) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan penelitian. Selain itu, tujuan diadakan try out terhadap angket adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden

dan untuk

mengetahui

sejauh

mana

responden

mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. 6) Uji validitas angket Menurut Nasution (2003:74) ”suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang akan di ukur”. Dengan demikian validitas adalah kesesuaian antara alat ukur dengan hal yang akan diukur. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 101

Penelitian ini menggunakan teknik validitas internal yaitu korelasi antara skor dengan skor total untuk menghitung besarnya koefisian korelasi menggunakan teknik product moment dengan rumus: n  XY   X  Y 

rxy

=

n  X

2



  X  n  Y 2   Y  2

2



(Budiyono, 2003:62) Keterangan : rxy

= koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X

= jumlah skor dalam sebaran X

Y

= jumlah skor dalam sebaran Y

 XY

= jumlah perkalian skor X dan skor Y yang

berpasangan X2

= jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

Y 2

= jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran Y

n

= jumlah subyek Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian validitas

item adalah sebagai berikut : (1).Membuat tabulasi hasil skor angket (2).Mencari skor untuk variabel x (3).Mencari skor untuk variabel y (4).Mencari skor untuk kuadrat x (5).Mencari skor untuk kuadrat y Kriteria uji validitas tersebut adalah jika p0,05 maka item soal pengujian dinyatakan tidak valid. Adapun hasil uji coba instrument selengkapnya adalah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 102

sebagai berikut Dalam analisis butir soal peneliti menggunakan jasa komputer program: Paket

:SPSS 2000

Modul

:Analisis Butir (Item Analysis)

Program Edisi

:Analisis Kesahihan Butir (Validity) :Sutrisno

Hadi

Universitas

dan

Yuni

Gadjah

Mada,

Pamardiningsih Yogyakarta-

Indonesia Versi

: IBM/IN, Hak Cipta ( c ) 2004, Dilindungi UU

Dengan haasil sebagai berikut : Nama Konstrak : Bimbingan Orang Tua Jumlah butir semula

: 37

Jumlah butir gugur

: 11

Jumlah butir Sahih

: 26

Jumlah Kasus semula

: 25

Jumlah Data hilang

:0

Jumlah kasus jalan

: 25

Nama Konstrak : Kenakalan Siswa Jumlah butir semula

: 29

Jumlah butir gugur

:9

Jumlah butir Sahih

: 20

Jumlah Kasus semula

: 25

Jumlah Data hilang

:0

Jumlah kasus jalan

: 25

Nama Konstrak : Prestasi Belajar Siswa Jumlah butir semula

: 15

Jumlah butir gugur

:0

Jumlah butir Sahih : 15 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 103

Jumlah Kasus semula

: 10

Jumlah Data hilang

:0

Jumlah kasus jalan

: 10

7) Uji Reliabilitas Menurut Sudarwan Danim (2000:195) ”reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur meskipun digunakan secara berulang kali pada subyek yang sama ataupun berbeda”. Dengan demikian reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran sampel konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih bahkan untuk subyek yang sama dan berbeda. Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang – orang yang berlainan (tidak memiliki kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach sesuai dengan rumus JP. Guilford (1954:385) sebagai berikut : n

 = n 1

 Vi

1  Vt 

Keterangan : 

= Reliabilitas instrument

Vi

= Variance of part I of a testy the size not spesified

Vt

= Variance of the total scores

n

= Number of parts Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika p0,05 maka butir soal dinyatakan tidak reliabel. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 104

Adapun hasil uji coba instrumen untuk reliabilitas butir soal adalah sebagai berikut : Variabel X1

: Bimbingan orang Tua : r tt = 0,962 p = 0,000

Variabel X2

: Kenakalan Siswa : r tt = 0,967 p = 0,000

Variabel Y

:Prestasi Belajar : r tt = 1,000 p = 0,000

3. Dokumentasi Selain menggunakan metode angket, penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi yang merupakan teknik bantu. Menurut Abdurrahmat Fathoni

(2006:111)

menyatakan

bahwa

dokumentasi

ialah

teknik

pengumpulan data dengan mempelajari catatan – catatan mengenai data pribadi responden. Dengan demikian dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data mempelajari catatan - catatan sehingga dapat mendukung penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah siswa, daftar nama siswa, daftar prestasi siswa, daftar nilai siswa yang bisa penulis dapatkan dikantor TU (Tata Usaha) kelas XI IPS SMA Kristen 2 tahun 2010/2011 yang dapat dipakai sebagai pelengkap dari hasil kegiatan penelitian.

D. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini data mengenai bimbingan orang tua, kenakalan siswa dan prestasi belajar sosiologi diambil dari siswa kelas XI IPS SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Selanjutnya dapat dibaca pada kisi – kisi instrumen penelitian sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 105

Kisi – Kisi Instrumen Pengumpulan Data Variabel Bimbingan Definisi Operasional 1.Bimbingan

pertolongan bantuan

yang

atau

Skoring

Ya

dari bimbingan

individu sekumpulan

yang Tidak :

digunakan

orang 0

tua

untuk

membantu

anak

individu-individu

mengatasi

dalam menghindari

persoalan

masa

atau

depannya

serta

mengatasi

kesulitan-

untuk

kesulitan di dalam

mempersiapkan

kehidupannya,

diri

agar individu atau

menghadapi dunia

sekumpulan

pekerjaan

untuk

individu itu dapat mencapai



kesejahteraan

Akademik adalah

hidupnya.

bimbingan dalam

(Bimo

Walgito

2. adalah dari

Bimbingan Apakah

baik

orang

bantuan tua memberikan seseorang dorongan

kepada orang lain, kepada anak-anak, untuk

Bimbingan

rangka

1995:4)

menemukan

cara

belajar

yang

mampu meningkatkan prestasi anak dan

anda

dapat berkreatifitas

commit to user

Cara pengumpulan data : Angket

Adalah 1

Karier

diberikan orang tua ?

kepada

Aspek dan indikator

Apakah saudara 1.Bimbingan

bantuan memperoleh

adalah atau

Instrument

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 106

orang

muda, mengembangkan

maupun orang tua ketrampilan untuk

yang

mengembangkan

miliki?

anda

sendiri

proses tua

akan

untuk

membantu memberikan

anak

untuk fasilitas

2002:17)

anak

sebagai kurangnya anak

penyesuaian orang

(Sahlan

bertujuan

untuk mengadakan

Bimbingan Apakah

keluarganya

pada

kemampuan

al 2003:33)

sendiri

diberikan

akibat

dalam

Saring Marsudi et

mengenal

yang

pribadi,

Rahayu

adalah

Bimbingan

mengatasi masalah

sendiri.

3.

adalah

membantu

pengemasannya

Haditono

Bimbingan

anak

dan mencari cara

(Siti

3. pribadi

membuat

keputusan

proses

belajar.

pandangannya sendiri,

dalam

jika

dirinya mereka dan mengetahui anda memiliki Syafei keinginan untuk mengasah bakat dan potensi yang anda miliki?

dengan

diri aspek-

aspek

masalah

pribadi yang lebih bersifat individual dan personal.

4.

Bimbingan

Sosial adalah bimbingan yang

diberikan

pada

anak

bertujuan membantu

anak

mengatasi kesulitan-kesulitan dalam

commit to user

kehidupan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 107

sosialnya, sehingga ia

mampu

mengadakan hubunganhubungan

sosial

dengan baik. Winkel

(1991

:

124) Variabel Kenakalan Remaja Definisi Operasional

Instrument

Aspek dan Indikator

1. kenakalan anak Apakah adalah

anda

tindakan sering membuat

oleh

seseorang gaduh

yang

di

belum lingkungan

dewasa

yang tempat

1.Bersifat

a- Ya

moral

a- Tidak: 0

dan

susila, Kenakalan yang tidak dapat

tinggal

di

golongkan

sengaja melanggar anda?

kepada

hukum dan yang

pelanggaran

diketahui

hukum

anak

oleh

itu

sendiri

bahwa

jika

perbuatannya sempat oleh hukum

itu

diketahui petugas ia

bisa

Skoring

adalah

tindakan

yang

meliputi perilaku yang

melanggar

aturan tapi masih dalam ringan,

taraf karena

dikenai hukuman.

perbuatan

(M. Gold dan J.

tersebut

Petronio

yang

dilakukan dengan

dikutip oleh Sarlito

tidak melakukan

commit to user

:1

Cara Pengumpulan Data Angket

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 108

Wirawan

kejahatan namun

1989:196)

hanya melakukan kesalahan

2.

kenakalan Apakah

remaja

adalah akan

anda

membantu

dan

tidak ada sanksi hukum

yang

perbuatan

anak- teman

dengan

mengatur

anak

yang tawuran bersama

sehingga

timbul

melanggar norma- geng anda jika

tindakan

yang

norma, baik norma teman

kurang

sosial, hukum dan diganggu kelompok,

anda orang

lain?

bertanggung jawab

mengganggu ketentraman

2.Bersifat

masyarakat

melanggar

sehingga

yang

hukum,

berwajib

Kenakalan

mengambil

yang

dapat

suatu

di

tindakan

golongkan dalam

pengasingan

pelanggaran

( B. Simanjuntak,

hukum

1985:104)

mengarah

dan

ketindakan 3.

kenakalan Apakah

anda

adalah mencuri

bila

kriminalitas adalah

suatu

tindakan kriminal tidak mempunyai

tindakan

yang

sesuai

dengan uang?

merupakan

batasan

hukum

perbuatan

setempat

yang

melanggar

dilakukan

oleh

hukum dan dapat

remaja

remaja

berumur

kurang dari 17 atau

mecelakakan korban.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 109

18 tahun

(Y

(Gusti Ayu Trisna

Mulyono

Windiani

1993:22)

dan

Bambang

Soetjiningsih 2004:

241)

Prestasi Belajar Cara Definisi Operasional

Aspek dan Indikator

Skoring

Pengumpulan Data

1. Prestasi belajar adalah 1. hasil

maksimal

yang

Prestasi

belajar

sebag Benar :1

Test disusun

ai indikator kualitas dan Salah :0

oleh peneliti

dicapai seseorang setelah

kuantitas pengetahuan yang

melakukan usaha belajar.

telah dikuasai anak didik.

Singgih

D.Gunarso

(1990:57)

2 Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat

2. Prestasi belajar adalah penilaian

hasil

ingin tahu. Seberapa besar

usaha

pemuasan

hasrat

kegiatan yang dinyatakan

keingintahuan

dalam

bentuk

simbol,

dilihat dari prestasi belajar.

angka,

huruf

maupun

kalimat

yang

dapat 3.

Prestasi

siswa

belajar

bisa

sebagai

mencerminkan hasil yang

bahan informasi dan inovasi

sudah dicapai oleh setiap

pendidikan.

anak

adalah bahwa prestasi dapat

dalam

periode

tertentu. Sutartinah (2001:43)

Asumsinya

dijadikan pendorong bagi Tirtonegoro

anak

didik

meningkatkan

untuk ilmu

pengetahuan dan teknologi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 110

3.

Prestasi belajar adalah

penilaian tentang kemajuan 4.

Prestasi

belajar

sebagai

siswa dalam segala hal indikator intern dan ekstern yang dipelajari di sekolah dari yang

institusi

menyangkut pendidikan

pengetahuan, atau

sesuatu

kecakapan

ketrampilan

dinyatakan

yang 5.

Prestasi

belajar

dapat

sesudah dijadikan indikator terhadap

penilaian.

daya serap (kecerdasan) anak

Syaiful Bahri Djamarah

didik.

(1990:24)

E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda yaitu cara atau teknik khusus untuk mencari hubungan antara dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain (sebagai kriterium). Alasan digunakan teknik ini adalah : 1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel kriterium, 2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut. Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam penafsiran analisis dengan pedoman kaidah uji hipotesis via komputer oleh prof. Sutrisno Hadi sebagai berikut : Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer : Jika p (probabilitas) 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah ρ >0,05 kesimpulannya sebarannya normal.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 124

c. Uji Normalitas Variabel Kenakalan siswa (X2) Pada uji normalitas variabel kedisiplinan belajar (X2) langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel (X2) dengan langkah dan rumus sebagai berikut: Tabel 6. Uji Normalitas Sebaran Variabel Kenakalan Siswa (X2) Kelas

Fo

Fh

Fo-fh

(fo-fh)²

9

0

0,50

-0,50

0,25

0,50

8

1

1,88

-0,88

0,77

0,41

7

6

5,56

0,44

0,19

0,03

6

13

10,60

2,40

5,76

0,54

5

15

12,93

2,07

4,28

0,33

4

6

10,60

-4,60

21,16

2,00

3

4

5,56

-1,56

2,43

0,44

2

5

1,88

3,12

9,73

5,18

1

0

0,50

-0,50

0,25

0,50

Total

50

50,00

--

9,92

Rerata =

0,00

15,240

Kai Kuadrat = 9,923

SB = 1,890 db =8

p = 0,270

Hasil uji normalitas sebaran variabel kenakalan siswa (X2) ( Dapat dilihat pada lampiran 9 ). Dari perhitungan tersebut diperoleh Kai Kuadrat sebesar 9,923 dengan ρ = 0,270. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan ρ >0,05 yaitu 0,270 > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah ρ >0,05 kesimpulannya sebarannya normal.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 125

2. Uji Linieritas Jika p > 0,05 maka dapat disimpulakan korelasinya linier dan apabila p < 0,05 maka korelasinya tidak linier a. Uji Linieritas X1 dengan Y Sebagai  pertama dalam uji linieritas adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas kemudian dilakukan perhitungan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 7. Rangkuman Analisis Linieritas X1 dengan Y Sumber

Derajat



db

Var

F

P

Regresi

Ke1

0,108

1

0,108

5,796

0,019

0,892

48

0,019

--

--

Residu Regresi

Ke2

0,108

2

0,054

2,838

0,067

Beda

Ke2-Ke1

0,000

1

0,000

0,000

0,984

0,892

47

0,019

--

--

Residu

Korelasinya Linier

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,000 p = 0,984 Karena p > 0,05 yaitu 0,984 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa korelasi linier, yang artinya apabila variabel prediktor (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik sebesar pangkat dua.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 126

b. Uji Linieritas X2 dengan Y Langkah pertama dalam uji linieritas adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas kemudian dilakukan perhitungan sehingga dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 8. Rangkuman Analisis Linieritas X2 dengan Y Sumber

Derajat



db

Var

F

P

Regresi

Ke1

0,072

1

0,072

3,705

0,057

0,928

48

0,019

--

--

Residu Regresi

Ke2

0,076

2

0,038

1,937

0,154

Beda

Ke2-Ke1 0,004

1

0,004

0,228

0,640

47

0,020

--

--

Residu

0,924

Korelasinya Linier

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,228 p = 0,640 Karena p > 0,05 yaitu 0,640 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa korelasi linier, yang artinya apabila variabel prediktor (X2) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan turun commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 127

sebesar pangkat dua.

3. Persamaan Garis Regresi a. Persamaan Regresi Linier Sederhana 1) Persamaan garis regresi linier sederhana antara bimbingan orang tua (X ) dengan prestasi belajar (Y) 1 Ŷ  a + b1X1 Ŷ = 6,801 + 0,226 (X1) Artinya : a) Konstanta 6,801 dapat diartikan bila tidak ada bimbingan orang tua (X1), maka prestasi belajar yang dicapai siswa adalah 6,801. b) Koefisien regresi 0,242 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu unit bimbingan orang tua (X1) maka akan meningkatkan prestasi belajar (Y) sebesar 0,226. 2) Persamaan garis regresi linier sederhana antara kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar (Y) Ŷ  a + b2X2 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 128

Ŷ = 6,801 -0,174 (X2) Artinya : a) Konstanta 6,801 dapat diartikan bila tidak ada kenakalan siswa (X2), maka prestasi belajar yang dicapai siswa adalah 6,801. b) Koefisien regresi -0,174 X, menyatakan bahwa setiap peningkatan satu unit kenakalan siswa (X2) maka akan menurunkan prestasi belajar (Y) sebesar -0,174. b. Persamaan Regresi Linier Ganda Ŷ = a + b1X1+ b2X2 Ŷ = 6,801 + 0,226 (X1) -0,174 (X2) Artinya : a) Koefisien 6,801 menyatakan bahwa tidak ada bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan siswa (X2) yang tinggi, maka prestasi belajar (Y) sebesar 6,801. b) Koefisien regresi X1 = 0,226 menyatakan bahwa setiap penambahan satu unit bimbingan orang tua (X1)

akan

meningkatkan prestasi belajar (Y) sebesar 0,226. c) Koefisien regresi X2 = -0,174 menyatakan bahwa setiap penambahan satu unit kenakalan siswa (X2) akan menurunkan prestasi belajar (Y) sebesar -0,174 Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata prestasi belajar (Y) akan meningkat dan menurun sebesar 6,801. Dalam hal ini setiap peningkatan satu unit bimbingan orang tua (X1) akan meningkatkan prestasi belajar siswa (Y) sebesar 0,226. Demikian halnya dengan kenakalan siswa (X2) akan menurunkan prestasi belajar siswa (Y) sebesar -0,174.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 129

C. Pengujian Hipotesis Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan komputer seri SPS-2000 program analisis butir edisi Sutrino Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 9. Matriks Interkorelasi R

X

1

X

2

Y

1,000

-0,304

0,328

0,000

0,030

0,019

-0,304

1,000

-0,268

P

0,030

0,000

0,057

Y

0,328

0,268

1,000

P

0,019

0,057

0,000

X

1

P X

2

1. Hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y a. Mencari Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil sebagai berikut : rX1y = 0,328 p = 0,019 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa p < 0,05 yaitu 0,019 < 0,05 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004) disimpulkan bahwa hasilnya dapat dikatakan cukup signifikan. Sehingga hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 130

yang cukup signifikan antara bimbingan orang tua (X1) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011”. Diterima.

b. Mencari Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh hasil sebagai berikut: rX2y = -0,268 p = 0,057 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa p < 0,15 yaitu 0,057 < 0,15 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004) disimpulkan bahwa hasilnya dapat dikatakan cukup signifikan. Sehingga hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan yang cukup signifikan antara kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011”. Diterima

c. Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1dan X2 denganY Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 10. Koefisien Beta dan Korelasi Parsial X

Beta (β)

SB (B)

r-parsial

T

P

0

6,801692

-

-

-

-

1

0,226759

0,112840

0,269

2,010

0,047

2

-0,174146

0,127398

-0,187

-1,367

0,175

Galat Baku Est

= 1,686

Korelasi R

= 0,373

Korelasi R sesuaian = 0,373

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 131

Tabel 11. Tabel Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh Sumber

JK

Db

RK

F

2 R

P

Regresi

21,534

2

10,767

3,788

0,139

0,029

penuh

16,713

1

16,713

5,880

0,108

0,018

Variabel X1

4,820

1

4,820

1,696

0,031

0,196

133,586

47

2,842

--

--

--

155,120

49

--

--

--

--

Variasi

Variabel X2 Residu Penuh Total

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: RX1X2y

= 0,373

P

= 0,029

F

= 3,788

Berdasarkan hasil p = 0,029 maka berdasarkan kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), disimpulkan bahwa hasilnya cukup signifikan. Sehingga hipotesis ini berbunyi: “Ada hubungan yang cukup signifikan antara bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011”. Diterima

a. Hasil Perhitungan Sumbangan Masing-masing Variabel X1 X 2 dan Y Besarnya Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif masing-masing variabel setelah melalui perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya dapat diuraikan sebagai berikut: commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 132

Tabel 12. Perbandingan Bobot Prediktor Model Penuh Variabel X

Korelasi r xy

P

Korelasi Parsial Rpar-

p

Sumbangan Determinasi SD Relatif %

SD Efektif %

xy 1

0,328

0,019

0,269

0,047

77,615

10,775

2

-0,268

0,057

-0,187

0,175

22,385

3,108

Total

--

--

--

--

100,000

13,882

Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh di atas, maka diperoleh Sumbangan Determinasi yaitu Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif dari masing-masing prediktor yang dapat di jelaskan sebagai berikut: 1) Sumbangan Efektif a) Sumbangan Efektif (SE) variabel bimbingan orang tua (X1) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) sebesar 10,775%. b) Sumbangan Efektif (SE) variabel kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) sebesar 3,108%. c) Sumbangan Efektif (SE) variabel bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi sebesar 13,882%. 2) Sumbangan Relatif a) Sumbangan Relatif (SR) variabel bimbingan orang tua (X1) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) sebesar 77,615%. b) Sumbangan Relatif (SR) variabel kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) sebesar 22,385%. c) Sumbangan Relatif (SR) variabel bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan (X2) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi sebesar commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 133

100,000%. Setelah pengujian hipotesis dilakukan dan diketahui hasil-hasilnya, kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: a. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX1y = 0,328 kemudian p =0,047 dengan SE sebesar 10,775% dan SR = 77,615%. Hal ini menunjukan adanya hubungan positif antara bimbingan orang tua (X1) dengan prestasi belajar sosiologi (Y). Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi :” Ada hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011”, terbukti kebenarannya sehingga hipotesis tersebut diterima.

b. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX2y= -0,268 kemudian p = 0,057 dengan SE sebesar 3,108% dan SR = 22,385%. Hal ini menunjukan adanya hubungan negatif antara kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar sosiologi (Y). Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi:” Ada hubungan yang negatif antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar sosiologi

pada siswa kelas XI SMA

Kristen 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011”, terbukti kebenarannya sehingga hipotesis tersebut diterima.

c. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX1X2y = 0,373 kemudian p = 0,029 dan F = 3,788 maka berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi disimpulkan bahwa bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan siswa (X2) ada hubungan yang cukup signifikan dengan prestasi belajar sosiologi (Y). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 134

Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi :” Ada hubungan yang positif antara bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar sosiologi (Y) pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011”, terbukti kebenarannya sehingga hipotesis tersebut diterima.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data sebagai berikut: 1. Hubungan antara Bimbingan Orang tua (X1) dengan Prestasi belajar (Y) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX1y = 0,328 dan p= 0,047. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara bimbingan orang tua (X1) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y). Berdasarkan hasil penelitian ini, dikatakan memiliki hubungan positif karena semakin tinggi intensitas bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang telah berusia remaja atau anak usia SMA, maka akan semakin meningkat pula prestasi belajar, sehingga dapat dilihat bahwa bimbingan orang tua dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa bimbingan dari orang tua sangat dibutuhkan bagi siswa/remaja yang sedang berada pada masa peralihan antara anak dan dewasa, terutama dalam pendidikan anak khususnya prestasi anak dalam belajar disekolah. Di dalam kehidupan anak selama berada di rumah yang paling bertanggung jawab akan perkembangan anak adalah orang tua. Seperti yang dikatakan Soedomo Hadi (2005:22) Orang tua, menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dengan kesadaran yang mendalam disertai rasa cinta kasih, orang tua mengasuh commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 135

dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-formal atau keluarga. Berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa peranan orang tua sangat penting yang dapat membimbing anak untuk menentukan pilihan dan membuat penyesuaian diri dengan lingkungan yang akan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya perhatian, bimbingan dan pengawasan secara terus menerus. Jika orang tua meningkatkan pemberian bimbingan dan pengawasan secara terus menerus yang dapat memberikan pengaruh positif, maka anak/siswa tersebut memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu bimbingan orang tua sangat penting bagi remaja atau siswa SMA. Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara bimbingan orang tua (X1) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011” diterima.

2. Hubungan antara Kenakalan Siswa (X2) dengan Prestasi Belajar (Y) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX2y = -0,268 dan p = 0,057. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y). Dikatakan memiliki korelasi negatif karena semakin nakal anak/siswa, maka tingkat prestasi belajarpun semakin mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa kenakalan siswa berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Kenakalan adalah tindakan yang menyimpang dengan merancang kegiatankegiatan yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma agama, masyarakat, dan yang tidak ditaati oleh remaja secara sadar sehingga tercipta ketidaktertiban dan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 136

mengenyampingkan belajar. Kartini Kartono (1986:6) pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang dan menjadi malas belajar. Pada dasarnya kenakalan-kenakalan tersebut dilakukan oleh siswa yang menyebabkan siswa

lupa akan belajar. Kenakalan

merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi yang akan dicapai oleh siswa. Semakin siswa malas belajar, nilai-nilai raport mereka menurun tajam, hingga prestasinya dalam belajarpun menurun. Dalam penelitian ini siswa yang memiliki kenakalan yang tinggi cenderung kurang atau tidak memiliki kesadaran memelihara kualitas belajar, sehingga tidak mustahil siswa yang melakukan tindakan kenakalan tinggi memiliki prestasi yang menurun atau bahkan prestasinya rendah. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang negatif antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar. Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar (Y) sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011” diterima.

3. Hubungan antara Bimbingan Orang Tua (X1) dan Kenakalan Siswa (X2) dengan Pretasi Belajar (Y) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx1x2y= 0,373, p = 0,029 dan F = 3,788. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara bimbingan orang tua (X1) dan kenakalan siswa (X2) dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y). Dapat diketahui bahwa bimbingan orang tua akan berimbas pada kesadaran siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa remaja/siswa yang sehari-hari di keluarganya sering mendapatkan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 137

bimbingan dari orang tuanya seperti bimbingan yang menggunakan waktu senggang dan pengawasan dalam belajar maka akan mampu mendampingi dan membantu anak didalam belajar sehingga anak akan lebih memaksimalkan belajar mereka dan dapat meningkatkan prestasinya. Selain faktor bimbingan orang tua, faktor kenakalan juga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Bentuk bimbingan orang tua yang diterapkan pada anak harus sesuai dengan situasi, kondisi dan kepribadian anak agar tidak menyebabkan timbulnya kenakalan. Orang tua memberikan kebebasan bagi anak, namun kebebasan yang bertanggung jawab. Usaha dilakukan dengan untuk mendidik dan menindak remaja yang akan melakukan tindakan kenakalan. Kenakalan dapat terbentuk melalui perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketidak ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan keteriban. Seorang siswa dikatakan memiliki kenakalan yang tinggi apabila ia tidak mau mengikuti dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan, melakukan penyimpangan dalam bertindak. Sedangkan prestasi belajar dapat dilihat dari adanya pengetahuan, kecakapan serta keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian. Untuk memperbaiki prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan cara membimbing dan menasihati anak agar mau memperbaiki prestasi belajarnya. Dalam hal ini dapat diperkuat dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar. Jadi hipotesis yang berbunyi : “Ada hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011”, diterima.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 138

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa keberhasilan siswa itu tidak hanya berasal dari diri siswa itu sendiri, melainkan didukung dengan adanya bimbingan dari orang tua untuk mengawasi pergaulan anak dan membimbing anak. Hal ini berdasarkan hasil analisis data diperoleh rx1y = 0,328 dan p = 0,019 hal ini menunjukkan bahwa “ada hubungan yang positif” (sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu p < 0,05 ). Sumbangan Efektif (SE) Variabel bimbingan orang tua sebesar 10,775%. 2) Terdapat adanya hubungan yang terbalik antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011. Kenakalan siswa merupakan suatu kondisi mempengaruhi penurunan prestasi siswa dalam belajar. Kenakalan siswa dapat membuat siswa malas dalam bertanggung jawab akan pentingnya belajar, sehingga hasil belajarnya yang dicapai tidak maksimal. Dengan memiliki rasa tanggung jawab belajar yang tinggi, dan menjaga diri agar tidak terjerumus dalam lingkungan yang salah maka siswa dapat selalu berusaha untuk mencapai prestasi yang optimal. Hal ini berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan rx2y = -0,268 dan p = 0,057 hal ini menunjukkan bahwa “Ada hubungan yang negatif” (sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu p < 0,15 ). commit to user 138

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 139

Sumbangan Efektif (SE) Variabel kenakalan siswa sebesar 03,108%. 3) Terdapat adanya hubungan yang cukup signifikan antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011. Sebab dengan adanya bimbingan dari orang tua untuk lebih mengawasi pergaulan dan membimbing anak dengan menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah pada pengelolaan dan pengawasan terhadap anak sebagai usaha dalam mencapai kebahagiaan maka dengan sendirinya anak yang bersekolah/siswa akan memiliki kesadaran untuk lebih giat dan menjaga agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dalam meningkatkan pencapaian prestasi belajar secara optimal. hal ini terbukti dengan hasil analisis yang menunjukkan rx1x2y = 0,373, p = 0,029 dan F= 3,788 hal ini menunjukkan bahwa “Ada hubungan yang cukup signifikan” (sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu p < 0,15 ). Sumbangan Efektif (SE) Variabel bimbingan orang tua dan Sumbangan Efektif (SE) kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi mempunyai Sumbangan Efektif yang besar yaitu 13,882%.

B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa implikasi, sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. Bimbingan orang tua terhadap anak perlu ditingkatkan

pengawasan

dan

membimbing

anak

yang

dapat

mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal. 2. Dengan adanya hubungan yang negatif antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar maka dapat memberikan gambaran bagi siswa untuk commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 140

memberikan kesadaran dirinya dalam belajar. Siswa yang tidak mempunyai rasa semangat dan tanggungjawab belajar, secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai tidak memiliki tingkat pemahaman serta pengetahuan yang lebih luas untuk menguasai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sehingga dengan demikian siswa yang nakal mempunyai prestasi yang menurun/buruk.

3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. Adanya bimbingan orang tua untuk menjaga, mengawasi dan membimbing anak yang baik akan membantu anak dalam pencapaian hasil prestasi belajar yang lebih mudah. Selain itu prestasi belajar juga berhubungan dengan kenakalan siswa. Dalam hal ini kenakalan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar. Apabila dalam pengawasan pergaulan orang tua lengah dan anak menjadi malas dan tidak bertanggung jawab serta tidak mau belajar dan lebih cenderung melakukan hal - hal yang negatif maka pencapaian nilai dalam prestasinyapun menurun, dalam meningkatkan prestasi belajar, peran penting bimbingan dari orang tua dapat mencegah timbulnya kenakalan – kenakalan

yang dapat menurunkan prestasi

belajar siswa.

C. Saran Dari apa yang penulis uraikan dalam sekripsi ini penulis mencoba untuk memberikan saran pada berbagai pihak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Siswa SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 1. Bagi Guru Setelah diketahui, bahwa prestasi belajar siswa yang rendah maka dari guru khususnya mata pelajaran sosiologi hendaknya memberikan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 141

perhatian dan pemahaman kepada siswa akan arti penting belajar sehingga secara sadar dapat membiasakan diri untuk belajar yang baik untuk meraih prestasi yang optimal. Oleh karena itu, guru selaku pengajar dan pendidik di sekolah diharapkan senantiasa memperhatikan kondisi perkembangan anak didiknya baik bersifat akademis maupun non akademis atau yang bersifat pribadi yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Sebagai contoh guru tidak segan-segan menanyakan kepada siswa yang prestasinya menurun ketika hasil ulangan dibagikan, apakah dikarenakan faktor keluarga, teman atau lingkungan dan sebagainya. Setelah diketahui penyebabnya, alangkah baiknya guru selalu memberikan dorongan atau motivasi untuk belajar. Agar siswa tidak terjerumus dalam kenakalan maka guru harus memberikan penjelasan tentang kenakalan yang berdampak buruk bagi prestasi belajar dan guru hendaknya memberikan solusi yang tepat tentang cara belajar yang tepat kepada siswa, sehingga siswa secara ikhas mengikuti kegiatan belajar dengan baik. 2. Bagi Orang Tua Siswa Masih rendahnya prestasi belajar siswa juga disebabkan kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orang tua. Kurangnya pengawasan membuat anak merasa bebas melakukan apa saja, dengan kebebasan yang tidak dibatasi tersebut mereka menyalahgunakan keadaan untuk melakukan tindakan penyimpangan. Agar tidak timbul kenakalan kepada anak dan membuat prestasi belajar anak menurun maka orang tua hendaknya menerapkan bimbingan terhadap anak yang dapat mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif. Orang tua hendaknya memberikan perhatian dalam membimbing putera-puterinya baik yang menyangkut belajar. Disamping itu, setiap hari orang tua dapat meluangkan waktu menyuruh commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 142

anaknya untuk belajar termasuk mengingatkan jam belajar dirumah, mendampingi

anak

dalam

pandangannya

terhadap

belajar.

masa

depan.

kondisi Orang

psikologis tua

serta

hendaknya

meningkatkan perhatiannya kepada anak pada waktu anak belajar, sehingga anak dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan serta mengawasi dalam pergaulan anak. 3. Bagi Siswa Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa prestasi belajar yang rendah dapat disebabkan karena pergaulan yang bebas yang mengakibatkan penyimpangan/kenakalan, maka siswa diharapkan berhati – hati dalam memilih teman bergaul dan dapat menciptakan lingkungan pergaulan yang baik agar tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan. Siswa hendaknya menyadari arti pentingnya keluarga, karena dari keluarga mereka dapat belajar tumbuh dan berkembang serta membentuk kepribadian yang baik agar bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitar. Memahami keadaan atau suasana di rumah, sehingga remaja dapat membina hubungan baik dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Disamping itu, remaja hendaknya

juga

mempunyai tanggung jawab dalam belajar yang tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi. Dan sebagai remaja yang memiliki kewajiban sebagai siswa, hendaknya remaja menyadari arti penting belajar bagi dirinya dan masa depannya, karena ada hubungannya dalam pencapaian cita-citanya.

commit to user