ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH ...

61 downloads 558 Views 282KB Size Report
dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan ... aktivitas penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan sistematis.
ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH Dari segi maknanya, pengertian ilmu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode. Di antara para filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan. The Foundations of Science (Sheldon J. Lachman.1969) memberikan batasan tentang ilmu yaitu: “Science refers primarily to those systematically organized bodies of accumulated knowledge concerning the universe which have been derived exclusively through tecniques of objective observation. The content of science, then, consist of organized bodies of data”.(Ilmu menunjukkan kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta yang melulu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang obyektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data). Pengetahuan yang sesungguhnya hanyalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan kata lain aktivitas. Charles Singer merumuskan bahwa ilmu itu adalah proses yang membuat pengetahuan. Pemahaman ilmu sebagai proses atau rangkaian aktivitas juga dikemukakan oleh John Warfield yang menegaskan demikian:“But science is also viewed as a process. The process orientation is most relevant to a concern for inquiry, since inquiry is a major part of science as a process” (Social System : Planning, Policy and Complexity, 1976). (Tetapi, ilmu juga dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan sutau perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses).Oleh karena ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas itu. Menurut Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy; An Introductory Textbook, 1964, banyak orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya (a method of obtaining knowledge that is objective and verifiable). Demikianlah makna ganda dari pengertian ilmu.Tetapi, pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan.Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan.Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.Ilmu dapat dipahami dari 3 sudut, yakni ilmu dapat dihampiri dari arah aktivitas para ilmuwan atau dibahas mulai dari segi metode atau dimengerti sebagai pengetahuan yang merupakan hasil yang sudah sistematis. Pemahaman yang lengkap akan tercapai kalau ketiga segi itu diberi perhatian yang seimbangPemahaman yang tertib tentang ilmu akan menghasilkan tiga ciri pokok yaitu sebagai rangkaian kegiatan manusia atau proses, sebagai tata tertib tindakan pikiran atau prosedur, dan sebagai keseluruhan hasil yang dicapai atau produk. Berdasarkan ketiga kategori proses, prosedur, dan produk yang semuanya bersifat dinamis (tidak ada yang statis), ilmu dapat dipahami sebagai aktivitas penelitian, metode kerja, dan hasil pengetahuan. Dengan demikian, pengertian ilmu selengkapnya berarti aktivitas penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan sistematis. Ketiga pengertian ilmu itu saling bertautan logis dan berpangkal pada satu kenyataan yang sama bahwa ilmu hanya terdapat dalam masyarakat manusia. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan , makna ganda daripada ilmu yakni : ilmu merupakan rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan. MANUSIA DAN MASALAHNYA DALAM KEHIDUPAN 1

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Lazimnya orang hidup (yang normal) akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Sejak bangun dari tidur sesungguhnya kita sudah berhadapan dengan masalah, baik masalah intern maupun masalah sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka masalah yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran untuk memecahkannya. Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dan setiap orang maupun kelompok berusaha dapat memecahkan melalui pola berpikir yang dianggapnya cocok atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah dikaruniai akal atau otak agar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi masalah yang selalu ada dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban serta lingkungan yang banyak mempengaruhinya. Sejak mengenyam bangku sekolahan sesungguhnya kita telah diajarkan oleh sang guru untuk mengahadapi masalah yang diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita membahas suatu masalah guna memperoleh kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Tentu saja hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta benda apa pun bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan diri dalam menuntut ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah menjadikan seseorang semakin dewasa dalam berpikir untuk mengatasi masalah. Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja memilih cara atau mungkin langkah yang menurutnya lebih baik sehingga menjadikan pola berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi semakin bervariasi. Berpikir untuk memecahkan masalah merupakan bagian dari hak otonom setiap manusia sehingga menurutku hal demikian dapat menambah referensi dan keanekaragaman pola berpikir manusia dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana seseorang melakukan segala aktivitasnya dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi. Dari beberapa pengalaman selama ini, beberapa pola pikir manusia dapat dirangkum dan masing-masing dapat diketahui seperti di bawah ini: a. Pola Pikir Kharismatik Suatu pola pikir di dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan proses penyelesaian masalah didasarkan otoritas atau kewibawaan. Otoritas atau kewibawaan menjadi pokok penentu dalam pengambilan keputusan. Bagi orang yang memiliki kewibawaan tinggi, misalnya tokoh masyarakat formal atau non-formal (yang disegani) dianggap paling mampu untuk menyelesaikan setiap masalah sehingga sebagian besar orang akan tunduk pada keputusan yang diambil olehnya. Sering pula beberapa kalangan menyebutnya ini sebagai pola pikir kharismatik, dalam artian bahwa setiap masalah, apalagi masalah rumit dan berkait kebijakan menyangkut kepentingan masyarakat luas - maka apa yang dikatakan tokoh itu dianggapnya yang paling benar. b. Pola Pikir Tenasitas Tenasitas dapat diartikan sebagai kebiasaan. Berpola pikir tenasitas merupakan cara berpikir manusia dalam memecahkan masalah selalu mendasarkan pada kebiasaan-kebiasaan, 2

adat istiadat atau tradisi. Misalnya saja ditemui pada beberapa kalangan jika mendirikan bangunan, jembatan-jembatan dengan menggunakan sesaji, dilengkapi ubo rampe dan sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai simbol kebudayaan di lingkungan setempat/terbatas. Tentu saja pola pikir ini banyak diwarnai oleh kebiasaan-kebiasaan atau kultur yang sangat kuat dan sarat dengan simbol-simbol penuh makna tertentu yang telah dilakukan secara turun temurun. Dengan melakukan kebiasaan ini tentunya banyak makna yang terkandung dan dapat menambah keyakinan sehingga dalam melangsungkan rangkaian aktivitas kehidupan yang penuh dengan masalah - diharapkan dapat berlangsung aman dan lancar. c. Pola Pikir Perasaan Diartikan bahwa manusia didalam memecahkan masalah berdasarkan pada perasaan semata-mata, sehingga cara pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh subyek pelakunya. Perasaan-perasaan itu selalu muncul pada setiap masalah yang dihadapi. Misalnya, perasaan seseorang dalam proses mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah mendominasi dan selalu berperan di dalam perilakunya. Atau dalam kata lain, perasaan di sini banyak turut ambil bagian. Perasaan pada tulisan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu perasaan dalam artian intuisi dan perasaan dalam artian emosi. Pola pikir berdasarkan intuisi sesungguhnya banyak ditemui. Pola pikir ini tidak bisa buru-buru dikatakan negatif. Namun kalau disebutkan cenderung subyektif dalam proses pengambilan keputusan, jawabnya: mungkin iya. Tingkatan intuisi seseorang tidak selalu sama dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi, berdasarkan kata hati bisa saja diterima kebenarannya, walaupun masih perlu pengujian lebih lanjut. Karenanya keputusan yang diambil biasanya tergantung pada ketajaman intuisi pelakunya. Pola pikir perasaan dalam artian emosi juga tak kalah pentingnya dicermati. Misalnya, dalam rapat, diskusi (termasuk di ruang publik virtual), seminar, pertemuan antarkelompok, organisasi politik, kampanye-kampanye partai dan sebagainya. Seringkali perasaan (emosi) lebih mengemuka dan bermunculan, biasanya ini terjadi karena “benturan atau persaingan kepentingan” yang tidak sehat, tidak saling toleransi atau tidak menerima pendapat maupun pemikiran orang lain. d. Pola Pikir Mencoba-coba Dimaksudkan sebagai pola pikir manusia ketika menghadapi masalah dengan cara “coba-coba tapi tidak pasti” atau dalam bahasa sono-nya disebut trial and error. Dalam pola pikir ini manusia selalu menyoba-nyoba tanpa adanya kepastian dalam menyelesaikan masalah. Ambil contoh yang paling gampang: Ketika si Badu mengalami kerusakan radio kesayangannya - ia pun tak ambil pusing untuk memeriksa apa penyebab kerusakan radio tersebut. Langsung saja ia memukul-mukul secara pelan (diketuk-ketuk) radionya dengan harapan “berbunyi” kembali. Contoh lain dapat dianalogikan begini: kalau kita melihat burung di dalam sangkar, ketika ia hendak keluar selalu tubruk sana - tubruk sini tak tentu arah di dalam sangkarnya, namun tak juga bisa lepas karena tidak mengetahui cara yang benar untuk membuka pintu sangkarnya. Ditemui pula pola pikir manusia yang terbiasa “coba-coba tapi tidak ada kepastian” seperti yang telah digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah - cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya dapat selesai karena faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu. e. Pola Pikir Ilmiah Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap gejala peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist). 3

Ilmuwan biasanya bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai. Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka seorang ilmuwan mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan masalah melalui metode yang tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya, dalam pola pikir ilmiah dimulai perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi, pengumpulan data, melakukan analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna mendapatkan kebenaran berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses berpikir ilmiah membutuhkan waktu relatif lama dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Masalah diartikan sebagai suatu yang harus dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya. Sepanjang hidupnya, seorang manusia pasti pernah berhadapan dengan yang namanya “masalah”, apakah berupa adanya kesenjangan atau adanya sesuatu yang harus dicarikan jalan keluarnya. Masalah memang menjadi bagian dari hidup manusia.Jika seorang manusia memiliki masalah artinya dia sedang hidup. Dengan adanya masalah kepribadian seseorang justru akan semakin berkembang melalui usaha belajar.Prayitno (2003) menyebutkan bahwa sesuatu dirasakan sebagai masalah atau tidak bergantung kepada jawaban tiga pertanyaan berikut: 1) Apakah sesuatu itu tidak disukai adanya? 2) Apakah sesuatu itu ingin ditiadakan keberadaannya? 3) Apakah sesuatu itu (berpotensi) menimbulkan kesulitan dan atau kerugian? Jika jawabannya adalah “YA” maka jelas sesuatu itu adalah masalah dan masalah manusia sesungguhnya amat beragam, baik dilihat segi jenis, ukuran dan sifat maupun ruang lingkupnya.Ada masalah yang tergolong berat-ringan, besar-kecil, personal-umum, sederhana-kompleks, disadari tidak disadari, dan sebagainya. Dalam mempersepsi dan memaknai tentang suatu masalah setiap orang akan berbedabeda. Bagi seseorang, sesuatu itu bisa saja dianggap masalah, sementara bagi orang lain bukan masalah, atau sebaliknya. Demikian juga, bagi seseorang sesuatu itu merupakan masalah kecil atau ringan, tetapi dipersepsi dan dimaknainya sebagai suatu masalah yang berat dan besar atau justru sebaliknya.Terkait dengan masalah-masalah psikologis yang dihadapi individu, pada umumnya individu yang bersangkutan kurang atau bahkan sama sekali tidak menyadarinya Misalkan, orang yang sombong kadang-kadang tidak menyadari kesombongannya, demikian juga orang yang malas kadang-kadang tidak menyadari kemalasannya, sehingga cenderung untuk membiarkannya dan menjadi semakin kronis. Berbeda dengan masalah yang bersifat fisik, jika seseorang mendapatkan masalah fisik, misalnya dia mengalami sakit perut, orang itu dengan mudah menyadari bahwa dirinya mempunyai masalah dengan perutnya, sehingga dia berupaya untuk segera menghilangkannya dengan cara membeli obat atau datang ke dokter, misalnya. Secara garis besarnya, masalah-masalah yang dihadapi individu bersumber dari dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri individu sendiri dan faktor lingkungan. Ketika kehidupan masih relatif sederhana, masalah-masalah yang muncul pun cenderung bersifat sederhana, namun sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia yang serba modern seperti sekarang ini, masalah-masalah yang muncul pun tampaknya semakin kompleks, termasuk di dalamnya masalah yang berkaitan dengan psikologis. Bagaimana mengatasi masalah? Upaya untuk mengatasi masalah-masalah atau mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik yang dilakukan sendiri maupun melaui bantuan orang lain. Bantuan orang lain biasanya diperlukan manakala masalah yang dihadapinya dianggap terlalu berat dan sudah tidak mungkin lagi ditanggulangi oleh dirinya sendiri. Meski menggunakan jasa bantuan orang lain, keputusan dan aktivitas penyelesaian masalah sebenarnya terletak pada individu yang bersangkutan.Beberapa tips untuk menyelesaikan masalah: 1) Bersikap realistis dan objek terhadap sesuatu yang dianggap masalah sehingga bisa melihat masalah secara proporsional. 4

2) Jika Anda banyak menghadapi, urutkan masalah-masalah tersebut berdasarkan skala prioritas penanganannya. Masalah-masalah yang dipandang ringan dan dapat diatasi sendiri secara cepat, segeralah selesaikan, kemudian coret dari daftar urutan masalah Anda. Jika menghadapi satu atau beberapa masalah yang dianggap berat, maka pikirkanlah apakah masih mungkin diselesaikan sendiri atau perlu bantuan pihak lain 3) Jika Anda menganggap masalah itu masih bisa ditanggulangi sendiri, gunakanlah cara-cara rasional dan logis (ilmiah) untuk menyelesaikannya. Permasalahan yang diselesaikan melalui cara-cara irrasional mungkin hanya akan menghasilkan kegagalan dan semakin memperparah keadaan. 4) Jika Anda memandang perlu bantuan pihak lain, carilah orang yang tepat dan dapat dipercaya. Kesalahan dalam menentukan pihak orang lain untuk dilibatkan dalam masalah Anda, mungkin malah semakin menambah beban masalah Anda. 5) Belajarlah kepada orang-orang yang telah berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang serupa dengan masalah Anda dan temukan kunci suksesnya dalam menyelesaikan masalah. 6) Kesabaran dan kesungguhan Anda dalam menyelesaikan setiap masalah menjadi penting, karena mungkin apa yang Anda usahakan tidak langsung dapat menghasilkan penyelesaian secara cepat. Dengan kata lain, upaya penyelesaian masalah tidak seperti makan cabe rawit, begitu dimakan terasa pedasnya di lidah, dalam hal ini perlu waktu dan proses. 7) Tentunya Anda harus tetap berdoa memohon pertolongan yang Maha Kuasa, sebagai kekuatan spiritual Anda, dan yakinkan dalam diri Anda bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan tuhan tidak akan memberikan masalah kepada seseorang diluar kemampuannya. METODE ILMIAH DALAM PENELITIAN Suatu penelitian harus dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sistematis. Tahpantahapan tersebut merupakan metode ilmiah, yaitu sebagai beikut: 1. Merumuskan Masalah 2. mengumpulkan Keterangan 3. merumuskan Hipotesis 4. Melakukan Eksperimen (Percobaan) 5. Menganalisis Data 6. Menarik Kesimpulan Hasil Penelitian 1. Merumuskan Masalah Sebelum menetukan suatu penelitian, perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti terlebih dahulu. Dalam merumuskan maslah dalam penelitian perlu diperhatikan hubungan antarvariabel. 2. Mengumpulkan Keterangan Setelah masalah dapat dirumuskan, kita mulai mengumpulkan keterangan. Pengumpulan keterangan dapat dilakukan melalui pengamatan langsunng (observasi) atau secara kepustakaan (membaca buku-buku hasil penelitian sebelumnya). Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan jawaban sementara terhadap masalah tersebut. 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah suatu dugaan sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan. Dugaan sementara tersebut akan dibuktikan kebenarannya melalui percobaan (eksperimen) yang akan kita lakukan. Ada dua macam hipotesis dalam eksperimen, yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nol. Hipotesis alternatif adalah dugaan yang menyatakan ada pengaruh. Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh. Dugaan sementara yang kita buat dapat diterima jika sesuai dengan hasil percobaan atau ditolak jika berbeda dengan hasil percobaan yang kita lakukan. 5

4. Melakukan Eksperimen (Percobaan) Eksperimen dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Dalam melakukan eksperimen diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, misalnya penggunaan alat, dalam pengukuran, pemberian perlakuan (ulangan atau sampel), kontrol, dan pengendalian faktor-faktor lain. Ketelitian dalam eksperimen sangat mempengaruhi hasil penelitian. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium atau di alam sesuai dengan tujuan penelitian kita. 5. Menganalisis Data Data hasil eksperimen kita analisis untuk menarik kesimpulan hasil eksperimen. Data umumnya dianalisis secara statistik. 6. Menarik Kesimpulan Hasil Eksperimen Kesimpulan dibuat berdasarkan eksperimen yang dilakukan. Banyaknya kesimpulan disesuakan dengan banyaknya rumusan masalah yang sudah disusun dalam rumusan masalah. Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan sutau rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan atau naluri.Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional yang selanjutnya melahirkan ilmu.Menurut Bernard Barber pemikiran rasional atau rasionalitas manusia merupakan sumber utama dari ilmu. Dikatakannya bahwa “the germ of science in human society lies in man’s aboriginal and unceasing attempt to understand and control the world in which he live by the use of rational thought and activity”. (benih ilmu dalam masyarakat manusia terletak di dalam usaha manusia yang tak henti-hentinya dan asli pembawaannya untuk memahami dan menguasai dunia tempat ia hidup dengan menggunakan pemikiran dan aktivitas rasional). Ciri penentu yang kedua dari kegiatan yang merupakan ilmu ialah sifat kognitif, bertalian dengan hal mengetahui dan pengetahuan.Filsuf Polandia Ladislav Tondl menyatakan bahwa science terutama berarti conscious and organized cognitive activity (aktivitas kioginitf yang teratur dan sadar). Dijelaskannya lebih lanjut demikian : “Tujuan-tujuan terpenting ilmu bertalian dengan apa yang telah dicirikan sebagai fungsi pengetahuan atau kognitif dari ilmu, dengan fungsi itu ilmu memusatkan perhatian terkuat pada pemahaman kaidah-kaidah yang tak diketahui sebelumnya dan baru atau pada penyempurnaan keadaan pengetahuan dewasa ini mengenai kaidah-kaidah demikian itu”. Jadi pada dasarnya ilmu adalah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif adalah suatu rangkaian aktivitas seperti pengenalan, pencerapan, pengkonsepsian, dan penalaran yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan akan suatu hal. Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan.Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.Rangkaian aktivitas pemikiran yang rasional dan kognitif untuk menghasilkan pengetahuan, mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, dan melakukan peramalan, pengendalian, atau penerapan itu dilaksanakan oleh seseorang yang digolongkan sebagai ilmuwan.Setiap ilmuwan sejati bertugas melakukan penelitian dan mengembangkan ilmu.Hal ini ditegaskan dalam The International Encyclopedia of Higher Education yang mendefinisikan ilmuwan 6

sebagai seseorang yang melakukan penelitian ilmiah dan penelitian ilmiah diartikan sebagai penelitian yang dilaksanakan untuk memajukan pengetahuan. METODE ILMIAH DAN PERANANNYA TERHADAP TEORI KEILMUAN Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.” Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Menurut A. Nashrudin, S.IP, M,Si (dossuwanda.wordpress.com ), Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan fakta 2. Bebas dari prasangka 3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa 4. Menggunakan hipolesa 5. Menggunakan ukuran objektif 6. Menggunakan teknik kuantifikas 1. Pengertian Metode Berfikir Ilmiah Dalam Bidang Keilmuan Pengertian Metode Berpikir IlmiahSecara etimologi, metode berasal dari bahasa yunani yaitu kata meta (sesudahatau dibalik sesuatu) dan hodos (jalan yang harus ditempuh). jadi metode adalahlangkah-langkah (cara dan teknis) yang diambil, menurut urutan atau sistematikatertentu untuk mencapai pengetahuan tertentu, Metode menurut Senn,merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyailangkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturanperaturan yang terdapat dalam metode ilmiah.Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik dalammendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuanyang didapatkan lewat metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatupengetahuan baru dapat disebut suatu ilmu apabila diperoleh melalui kerangkakerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Pendapat lainmengatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang digunakanilmuwan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara kerjasistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembalikepada pengetahuan yang telah ada. 2. Tujuan Penggunaan Metode Ilmiah Dalam Bidang Keilmuan Tujuan dari penggunaan metode ilmiah adalah tuntutan supaya ilmu pengetahuan bisa terus berkembang seiring perkembangan zaman dan menjawab tantangan yang dihadapi. Dengan berbagai riset yang dilakukan oleh para ilmuwan guna mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan (sains) yang akan mempermudah dari persoalan-persoalan manusia. Metode ilmiah merupakan sebuah konsep dimana para ilmuwan mencoba untuk meneliti disetiap masing-masing ilmu pengetahuan yang akan mengembangkan ilmu-ilmu tersebut dengan menggunakan metode-metode ilmiah. 3. Manfaat Metode Berpikir Ilmiah Dalam bidang Keilmuan Seperti diketahui bahwa berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran,dengan menggunakan metode berpikir ilmiah manusia bisa terus meng Update pengetahuan menggali dan mengembangkannya. Sifat ingin tahu pada diri manusia mendorong manusia mengungkapkan pengetahuan, meski dengan cara dan pendekatan yang berbeda.M. Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena dua hal: 7

pertama, manusia mempunyai bahasa yangdapat dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya;dan kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dankerangka berpikir tertentu, dengan kata lain, bahasa yang komunikatif dan nalar memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan nalar sebagaibagian dari kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitisSecara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan yang tadi disebut sebagai pelekat dasar kemajuan manusia, keempat cara tersebutadalah: 1) berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2)merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi(metode intuisi); 4) menggunakan metode ilmiah. Cara pertama Sampai cara ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini adalah cara bagaimana para ilmuwan memperoleh ilmu yang dalamprakteknya metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmudikerjakan melalui cara kerja penelitian.Bahwa manusia disadari atau tidak akan selalu menghadapi masalah, manusiaselalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya bagaimanaseorang nelayan agar bisa mendapatkan ikan yang banyak, petani agar tanamannya tidak diserang hama dengan hasil yang memuaskan, termasukbagaimana cara mendidik anak tentu semua itu ada metode penyelesaiannyaterlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan yang pernahterjadi dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannyapun harus baru pula. Karena itulah tuhan memberikan manusia akal pikiran, agar manusia mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh tuhannya agar bisamenjawab tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan setingsosial dan modus yang berbeda pula. Masalahnya bisakah manusia bercocoktanam, menangkap ikan, mendidik anak dengan baik tanpa adanya metodetertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melaluisebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia, oleh karena itu hal inimenunjukan bahwa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah memiliki perananpenting dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalammemecahkan permasalahannya. Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmuadalah pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntutkebenaran, dan melalui metode tertentu. 4. Prosedur Berpikir Ilmiah Penalaran rasional dan empiris Prosedur berfikir ilmiah penalaran rasional dan empiris merupakan dua model yang selalu menjadi sumber sekaligus metodologis dalam menghasilkan ilmu pengetahuan, ilmu yangdihasilkan dari sumber tadi, selalu menuntut dilakukan observasi danpenjelajahan baru terhadap masalah yang dihadapi dari pra anggapan(hipiotesis/dedukasi), pengujian dilakukan melalui studi lapangan(empiris/induksi). Jadi metode ilmiah adalah penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun pengetahuan.Secara rasioanal maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dankumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yangsesuai dengan fakta dan yang tidak. Dengan demikian bahwa semua teori ilmiahharus memenuhi dua syarat utama yakni: a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teorikeilmuan secara keseluruhan; dan b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem.Teori apapun konsistennya jika tidak didukung pengujian empiris maka tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. begitupun sebaliknya seberapa pun faktualitasnya fakta-fakta yang ada, tanpa didukung asumsi rasional maka iahanya akan menjadi fakta yang mati yang tidak memberikan 8

pengetahuan kepada manusia.Oleh karena itu, sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, yang biasanyadisebut hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita hadapi, hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk memperoleh jawaban. Hipotesis disusun berdasarkancara kerja deduktif, dengan mengambil premis-premis dari penetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Penyususnan hipotesis berguna untukmenunjang terjadinya konsistensi pengembangan ilmu secara keseluruhan danmenimbulkan efek kumulatif dalam kemajuan ilmu. Hipotesis dapat menjadi jembatan pemanduan antara cara kerja deduksi dan induksi.Langkah selanjutnya setelah penyusunan hipotesis adalah menguji hipotesistersebut dengan mengkonfrontasikannya, mengkomunikasikannya dengan duniafisik yang nyata, dalam proses pengujian ini merupakan pengumpulan fakta yangrelevan dengan hipotesis yang diajukan. fakta-fakta ini bisa bersifat sederhanayang bisa langsung ditangkap oleh panca indra ada juga yang harusmenggunakan alat seperti teleskop dan mikroskop.Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis, metode ilmiah seringdikenal sebagai proses logicohypofhetico-verifikafio (logic, hipotetik, sekaligusverifikatif). Perkawinan berkesinambungan antara deduksi dan induksi disebutdengan prosedur berpikir ilmiah. proses induksi diperlukan untuk melakukanverifikasi atau pengujian hipotesis di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untukmenilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak."Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalambeberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses Logicohypofhefico-verifikafio inipada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empirisyang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkaitdi dalamnya. 2. Pernyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakanargumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antaraberbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiahyang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empirisyang relevan dengan permasalahan 3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaanterhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan darikerangka berpikir yang dikembangkan 4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevandengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak 5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup. 5. Sifat Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah: Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi induktif, probabilitas, kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah definitif. Obyektif atau sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena. Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena. Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya. 9

Konsistensi internal dapat berubah dengan adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini tidak boleh menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan. Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal. Dirancang. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan. Akumulatif. Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka. Kesimpulan Dalam pemecahan masalah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu mencangkup pola pikir yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut serta urutanurutannya.Serta dalam hal penelitian,metode sangatlah penting dalam mengungkap sebuah kebenaran atau hasil akurat dalam penelitian, dengan urutan : mengumpulkan Keterangan,merumuskan Hipotesis,Melakukan Eksperimen (Percobaan),Menganalisis Data,Menarik Kesimpulan Hasil Penelitian. Jadi metode ilmiah sangat berhubungan dengan teori kelimuan yaitu untuk mengungkap sebuah kebenaran yang akurat dan real. Referensi 1.Id.wikipedia.org/wikki/manusia 2.www.kompasiana.com 3.http://www.sitti.co.id/pis-sit 4.http://id.shovoong.com/humanities/theory-criticism/2020002-pengertianmasalah/#ixz224250zhOn 5.Abdulloh, Taufik. Ilmu sosial dan tantangan zaman.2006. Jakarta: Rajawali Press 6.Wallace, Walter L.Metoda logika Ilmu sosial.1994. Jakarta : Bumi Aksara (diterjemahkan Drs. Lailil Kodar) 7.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=metode+ilmiah+dalam+ilmu+pengetahuan 8.http://www.scribd.com/doc/25956572/Metode-Ilmiah-Dalam-Ilmu-Pengetahuan

Oleh:  Gayung Febri Pratama  Lina Wiyani  Nina Santiara  Ratna Indraswari (11.88203.034)  Yohana Elsafira (11.88203.040) Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.

10