IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW ...

9 downloads 152 Views 76KB Size Report
Abstrak: Novel terus mendominasi pembelajaran sastra yang menggambarkan ... Pembelajaran mengapresiasi novel berhasil jika dalam pelaksanaannya ...
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW BERBASIS LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN MENGAPRESIASI NOVEL SISWA KELAS VIII MTS N REJOSO KAB. PASURUAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Isrotul Fakriyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Novel terus mendominasi pembelajaran sastra yang menggambarkan tokoh dalam proses perubahan karena didalamnya banyak terdapat nilai-nilai psikologi bagi siswa. Pembelajaran mengapresiasi novel berhasil jika dalam pelaksanaannya menerapkan kooperatif model jigsaw. Namun implementasi tersebut diketahui masih terdapat kelemahankelemahan. Kelemahan-kelemahan itu dapat diatasi kalau dalam pembelajarannya memakai alat atau sarana yaitu lesson study. Lesson study merupakan suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan oleh para guru secara kolaboratif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kata-kata kunci : implementasi pembelajaran kooperatif, lesson study, apresiasi novel Novel merupakan karya sastra yang paling populer dan banyak beredar. Hal ini karena novel memiliki daya komunikasi yang luas di masyarakat. Sebagai bahan bacaan novel tetap menjadi bagian utama dari kurikulum bahasa Indonesia di tingkat sekolah menengah, yang mampu meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumberdaya manusia. Novel terus mendominasi pembelajaran sastra yang menggambarkan tokoh dalam proses perubahan dan perkembangan. Di dalam novel juga banyak terdapat nilai-nilai psikologi yang sangat penting bagi pembacanya. Selain itu, novel berbeda dengan cerpen, di dalam novel mampu menguraikan jalan pikiran tokoh, memiliki ruang

lingkup untuk menunjukkan tokoh melalui pemikirannya, memiliki cakupan untuk menunjukkan perubahan-perubahan tokoh melalui tindakannya. Tindakan-tindakan yang dilakukan tokoh berisi rangkaian ajaran pendidikan yang penting dan bermakna tentang kebenaran dalam menempuh kehidupan. Pembelajaran apresiasi sastra merupakan fenomena kesenian bukan fenomena keilmuan, keamanan, politis, sosial, ekonomis, bisnis, dan lain-lain. Sebagai fenomena kesenian, apresiasi sastra lebih bersifat individual. Banyak bersangkutan dengan jiwa, nurani, budi, rasa, emosi, dan afeksi. Sejalan dengan itu, apresiasi sastra tidak bekerja dengan rumus-

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 655

rumus, pola-pola, kaidah-kaidah yang relatif baku. Namun di dalam apresiasi sastra itu sesungguhnya menuntut adanya kesiapan dan keterbukaan kalbu, keadaan cita rasa, kualitas emosi, kebeningan nurani, kejujuran jiwa, dan ketajaman budi. Dengan kesubjektifan dan keeksistensialan dalam mengapresiasi sastra maka akan diperoleh pengalaman, pengetahuan, penyadaran, dan penghiburan. Kemudian akan tumbuh kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra. Berdasarkan pemahaman apresiasi sastra tersebut menurut Saryono (2006: 26-27) adalah : Apresiasi sastra adalah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan momentan, subyektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah, khusuk dan kafah, dan intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra. Pendapat tersebut dapat diartikan jika pendidik melakukan pembelajaran terhadap apresiasi sastra pada khususnya novel, maka hendaknya pendidik mengindahkan atau memahamkan cerita pada peserta didik secara keseluruhan sehingga timbul rasa suka pada peserta didik kemudian timbul menghargai, menilai, yang pada akhirnya mereka akan mampu menceritakan kepada dirinya sendiri ataupun orang lain.

Untuk dapat mengapresiasi dengan baik pada pengajaran novel maka menurut Beach & Marshall (1991:302) , pendidik dapat menerapkan masing-masing dari empat perspektif. (1) Dari perspektif tekstual, peserta didik dapat mendefinisikan pola-pola perkembangan khusus yang dipengaruhi oleh bentuk novel. (2) Dari perspektif sosial, peserta didik dapat menarik pengalaman mereka sendiri untuk menjelaskan hubungan sosial mereka dengan hubungan sosial tokoh novel dan untuk dapat memahami makna sosial dari tindakan tokoh. (3) Dari perspektif kultural, mereka dapat mengulas beragam lembaga yang mempengaruhi perkembangan tokoh. Dan (4) dari perspektif topikal, mereka dapat menerapkan pengetahuan dari beragam pelajaran yang berbeda. Dengan pembelajaran novel tersebut, pendidik seharusnya dapat menjadikan novel adalah cerita yang bermakna bagi peserta didik. Pendidik juga dapat merancang pembelajarannya, merencanakan jika terdapat respons peserta didik; mengetahui performansi mereka; dan meminta peserta didik menuangkan gagasannya pada kegiatan menulis di dalam kelas. Sejalan dengan itu, pembelajaran apresiasi sastra yang utama adalah peserta didik mampu menentukan sastra yang baik dan buruk. Dengan hasil dari pembelajaran apresiasi tersebut, peserta didik mampu berpikir dan menyampaikan pendapat jika

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 656

mereka diposisikan sebagai salah satu tokoh dalam novel tersebut. Semua itu, merupakan pembelajaran sosiologi dan pembelajaran jiwa bagi peserta didik. Sedangkan effek yang didapatkan adalah nilai-nilai positif dari novel yang dibacanya. Saat ini, pembelajaran sastra di sekolah terutama pada kompetensi dasar mengapresiasi sastra dari hari ke hari semakin sarat dengan berbagai persoalan. Hal itu , umumnya bermuara pada kompetensi pendidik, peserta didik, sumber belajar, dan rendahnya tingkat apresiasi sastra. Sebagai contoh: Pada saat pembelajaran, terkadang pendidik tidak pernah ada waktu untuk menggali pengetahuan dari peserta didik terhadap novel yang diajarkan. Terkadang pendidik juga tidak pernah bisa menyiapkan mental peserta didik terhadap novel yang diajarkan. Padahal persoalanpersoalan dan jawaban-jawaban pada novel yang dipelajari peserta didik akan tersimpan di memorinya. Padahal dari novel tersebut peserta didik dapat mengambil nilai-nilai kepribadian, nilai-nilai moral dalam hidupnya. Selain itu, banyak pendidik yang berkesimpulan bahwa beberapa siswa tersebut tidak mungkin untuk dituntaskan belajarnya. Jika ada satu atau dua anak tinggal kelas itu adalah wajar. Anggapan yang demikian itu salah, bukankah tugas pendidik melayani hak belajar setiap anak? Oleh karena itu, jika ada anak yang tertinggal dalam belajar, itu adalah tugas pendidik untuk membantunya sampai ia bisa menguasai pelajarannya. Pada tataran lebih sempit, misalnya dalam belajar kelompok, Pendidik menganggap jika ada ketua

atau wakil kelompok berhasil mempresentasikan hasilnya maka pendidik beranggapan bahwa kelompok tersebut berhasil menguasai pelajaran. Anggapan itu juga tidak sepenuhnya benar. Karena pendidik belum memeriksa setiap jawaban siswa dalam kelompok tersebut, bisa jadi satu atau dua siswa dari kelompok tersebut hanya menyaksikan temannya menyelesaikan tugas kelompoknya. Dalam kegiatan belajar di kelas sering ditemukan fenomena sebagai berikut. Pada akhir pelajaran, pendidik mengajukan pertanyaan kepada siswa secara klasikal kemudian beberapa siswa mengangkat tangan dan pendidik menunjuk salah satu yang angkat tangan untuk menjawab dan jawabannya benar. Hal demikian dilakukan pendidik beberapa kali akhirnya pendidik berkesimpulan bahwa pelajaran telah berhasil dikuasai siswa. Apakah sudah dicoba untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dari kelompok lain. Oleh karena itu, pendidik hendaknya menghindari percaya pada kesimpulan kelompok, serta jangan berkesimpulan berdasar ratarata kelas. Jika hasil belajar diukur dari rata-rata kelas, maka akan terdapat sekelompok siswa lain yang tidak diperhatikan pendidik. Karena itu hasil belajar kelompok hendaknya dimiliki oleh setiap siswa, untuk menghindari anak yang lain pasif dan mengekor. Proses pembelajaran hendaknya benar-benar dijalankan pendidik dengan mempertahankan fungsi pendidik sebagai fasilitator, memperhatikan kreativitas peserta didik. Implementasinya adalah setiap siswa dirancang untuk memiliki hasil

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 657

belajar sesuai dengan kreativitas masing-masing. Atas dasar permasalahan di atas, implementasi suatu model pembelajaran kooperatif sangatlah tepat. Peserta didik akan akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Di dalam kelas dengan pembelajaran kooperatif, peserta didik dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 peserta didik yang sederajat dan heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Hal itu bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Keunggulan dalam pembelajaran kooperatif ini adalah (1) Adanya saling ketergantungan positif. (2) Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. (3) Kelompok belajar heterogen baik dalam kemampuan akademik maupun non akademik. (4) Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi anggota kelompok. (5) Keterampilan sosial dalam kerja gotong royong. (6) Guru dapat melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok (7) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Seiring dengan pembelajaran apresiasiasi novel tersebut di atas. Pembelajaran kooperatif menurut Arends dalam Triatno (2011: 49)

terdapat beberapa model yaitu : Think- Pair- Share (TPS), Group Investigation, Students TeamsAchievement Division (STAD), Jigsaw. Dari beberapa model tersebut, maka Jigsawlah yang paling tepat dalam mengajarkan kemampuan mengapresiasi novel karena Jigsaw lebih mengarah ke kerja kelompok itu yakni dengan teknik belajar mandiri, membaca novel sendiri kemudian mengapresiasinya berdasarkan unsur-unsur intrinsik yang ada lalu membahasnya sesuai tugasnya masing-masing. Dengan kenyataan tersebut , saat ini telah diadopsi suatu model pelatihan guru yang berbasis pada kebutuhan riil guru di sekolah dan dilaksanakan disekolah tanpa harus meninggalkan sekolah. Model yang dimaksud adalah kegiatan Lesson Study atau studi pembelajaran. Mengapa studi pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini sebagai salah satu alternatif? Hal ini, karena: (1) Pengembangan studi pembelajaran dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan oleh para guru. (2) Penekanan mendasar suatu studi pembelajaran adalah para siswa memiliki kualitas belajar. (3) Tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pelajaran di kelas. (4) Berdasarkan pengalaman riil di kelas, Studi Pembelajaran mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaransan. (4) Studi pembelajaran akan menempatkan peran guru sebagai peneliti pembelajaran. (Lewis dalam Syamsuri. 2007:22)

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 658

Studi Pembelajaran yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan studi pembelajaran menurut Lewis dalam Syamsuri para guru dapat : (1) Menentukan tujuan pelajaran (lesson), satuan (unit) pelajaran, metode pelajaran yang efektif. (2) Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa. (3) Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru. (4) Menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa. (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif. (6) Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa. (7) Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan. Dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya. Seiring dengan betapa pentingnya studi pembelajaran tersebut di atas. Studi Pembelajaran atau lesson study adalah suatu proses sistematis yang digunakan oleh guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya (Garfield, 2006). Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja guruguru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan terus menerus. Walker (2005) juga berpendapat lesson study adalah suatu metode pengembangan profesional guru. Begitu pentingnyalesson study yang secara tidak langsung bagi guru mata pelajaran yang serumpun diharapkan bisa mengembangkan

profesionalitas. Melalui open class , observasi, dan refleksi, seorang guru bisa memiliki perubahan sikap sebagai berikut. (1) Semangat intropeksi, (2) keberanian membuka diri untuk peningkatan kualitas diri, (3) keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri, (4) keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan (5) keberanian untuk belajar dari orang , dan (6) menghormati sesama guru. Bertolak dari pemahaman tersebut diatas, serta dengan mempertimbangkan hasil penelitian lain maka upaya untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Berbasis Lesson Studypada Pembelajaran Mengapresiasi Novel Kelas VIII Siswa MTs Negeri Rejoso Kabupaten PasuruanTahun Pelajaran 2012-2013 perlu dilaksanakan”. Sesuatu yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai tambahan wawasan atau pengetahuan atas penelitian sebelumnya. Selain itu, diharapkan : dari segi peserta didik dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dandari segi pendidik dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji implementasi pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada tahap : plan (perencanaan) , do (pelaksanaan), dan p see (refleksi) dalam pembelajaran mengapresiasi novel siswa kelas VIII MTs N Rejoso Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2012-2013. Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan secara praktis. Manfaat teoritisnya adalah : (1) Lesson study menggunakan sumberdaya guru untuk merancang,

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 659

mengkaji, dan memperbaiki apa yang terjadi di kelas. Sehingga dengan mengenali pentingnya dan sulitnya membelajarkan peserta didik terutama dalam menerjemahkan standar pendidikan, kerangka dasar pendidikan, dan praktik pembelajaran terbaik maka berdampak pada performa guru. (2) Standar pendidikan yang menjadi perhatian guru akan mengantarkan peserta didik untuk terbiasa berpikir ilmiah dan belajar memiliki kecakapan hidup. (3) Data lesson study tidak hanya terfokus pada kegiatan belajar akademis peserta didik tetapi juga memerhatikan motivasi peserta didik dan iklim sosial, yaitu faktor-faktor yang turut berkontribusi terhadap kesuksesan akademis peserta didik dalam jangka panjang, untuk itu lesson study menggalakkan upaya perbaikan berdasar data. (4) Lesson study menargetkan pencapaian berbagai kualitas peserta didik yang memengaruhi kegiatan belajar dengan kecerdasan berpikir dan bersikap. Misalnya: mendengarkan dan merespon ide teman selama diskusi; mencontoh dan meneladani sifat-sifat tokoh. (5) Seorang guru yang mengamati pelaksanaan pembelajaran pada open class akan mengadopsi pembelajaran sejenis setelah merespon peserta didik yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan giuru model. Berkat inspirasi tersebut peningkatan kualitas pembelajaran menjadi tujuan utama bagi pendidik. Seiring dengan hal tersebut di atas, manfaat praktis dalam lesson study adalah (1) Para guru mengetahui bahwa lesson study dapat meningkatkan kualitas mengajar serta pelajaran di kelas.

Karena pada lesson study : (1) Terjadi sharing pengetahuan profesional pada praktik dan hasil pengajaran di kelas. (2) Tujuan pembelajaran dijadikan fokus perhatian. (3) Menempatkan guru sebagai peneliti pembelajaran. (4) Meningkatkan kesejawatan dan solidaritas antar guru. (5) Para siswa termotivasi dan tertantang untuk belajar mengapresiasi novel dengan model menyenangkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini dilakukan pada latar alamiah karena merupakan alat penting adalah adanya kegiatan belajar akademis peserta didik. Selain itu, juga memerhatikan motivasi peserta didik dan iklim sosial, yaitu faktor-faktor yang turut berkontribusi terhadap kesuksesan akademis peserta didik dalam jangka panjang. Hal itu merupakan sumber data langsung dalam penelitian ini. Data yang terkumpul berupa dokumen, ujaranujaran, dan tindakan diuraikan secara deskriptif. Proses perencanaan, pelaksanaan dalam pembelajaran mengapresiasi novel, dan kegiatan merefleksi setelah pembelajaran lebih diperhatikan. Kualitatif melihat bagaimana harapan diubah ke dalam kegiatan, prosedur, dan interaksi sehari-hari. Analisis dilakukan secara induktif maksudnya peneliti membuat abstraksi yang disusun dari bawah ke atas dari bukti-bukti yang terkumpul karena makna merupakan bagian esensial dalam penelitian ini. Dasar pertimbangan tersebut sejalan dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan Bogdan dan Biklen (1990; 35).

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 660

Berdasarkan jenis penelitian terapan yang dikemukakan Bogden dan Biklen alih bahasa Munandir (1990: 257-258) penelitian ini menggunakan jenis pedagogi karena yang dilayani peneliti adalah siswa dengan tujuan memajukan perubahan melalui pembelajaran. Sedangkan bentuk penyajian data berupa kegiatan lesson study. Secara prosedural penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan meliputi (1) tahap pralapangan, (2) tahap lapangan, (3) tahap analisis data (Bogdan dalam Moleong, 1988: 72-94). Aktivitas yang dilakukan pada tahap pralapangan adalah (1) penyusunan rancangan penelitian, kajian pustaka, penentuan instrumen, perencanaan pengumpulan data dan perekaman data, serta perencanaan prosedur analisis, (2) penentuan di mana dan dari siapa data diperoleh, dan (3) penyiapan sarana dan prasarana. Tahap lapangan merupakan tahap pengumpulan informasi. Kegiatan penelitian pada tahap ini, meliputi: pengumpulan data, pengorganisasian data, pengurutan data, serta pengkategorian data. Sedangkan bentuk aktivitas penelitian analisis data penelitian guna memperoleh simpulan dilakukan pada tahap ketiga yaitu tahap analisis dan penelitian. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII MTS N Rejoso. Beberapa alasan dipilihnya madrasah tersebut adalah (1) Lesson study merupakan program kegiatan madrasah. (2) Sesuai dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum KTSP, materi mengapresiasi novel diberikan pada siswa kelas IX.(3) MTS N Rejoso merupakan madrasah yang senantiasa melaksanakan kegiatan

pengembangan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Data penelitian ini berupa hasil pendokumentasian perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi dalam pembelajaran mengapresiasi novel Negeri 5 Menara dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw berbasis lesson study pada siswa kelas VIII MTS N Rejoso. Sumber data penelitian ini adalah persiapan mengajar guru dan interaksi belajar-mengajar di kelas serta penilaian pembelajaran mengapresiasi novel. Adapun rangkaian kegiatan yang ditempuh untuk mendapatkan data penelitian adalah: (1) peneliti melaksanakan dan mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran mengapresiasi sastra di kelas. (2) Peneliti merekam peristiwa pembelajaran dengan lembar observasi dan catatan lapangan,dan (3) peneliti memanfaatkan berbagai informasi yang digali melalui observasi, angket, dan studi dokumentasi. Seiring dengan prosedur pengumpulan data tersebut di atas, analisis data dilakukan dengan mengikuti model alir Miles dan Huberman (1984). Model analisis data terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara simultan yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian pada implementasi tahap plan adalah diawali dengan merancang pembelajaran kompetensi dasar yang diajarkan adalah mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja yang dibaca; mendiskripsikan latar novel remaja yang dibaca; mendiskripsikan alur novel remaja yang dibaca; mendiskripsikan tema novel remaja yang dibaca.

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 661

Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan menggali kemampuan siswa dari segi perspektif tekstualnya. Diawali dengan perintah : Bacalah bab 2 (Keputusan Setengah Hati) ? tanpa membaca bab lanjutan, pertanyaan yang diajukan peserta didik adalah Apakah kalian yakin Alif dapat menyelesaikan pendidikannya di Pondok Madani, ingat ia bercita-cita menjadi seperti Pak Habibi yakni masuk ke SMA terbaik di Bukittinggi? Buatlah ringkasan, kemudian bandingkan ringkasanmu dengan ringkasan temanmu.Bahas alasan yang membuat kamu memperkirakan begitu. Untuk bab selanjutnya, silahkan baca dirumah kita akan mengapresiasi pada pertemuan berikutnya. Pada tahap eksplorasi, siswa telah membaca novel yang telah ditentukan. Menerima penjelasan materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Selanjutnya pendidik membentuk siswa belajar, kelas VIII A terdiri dari 28 siswa maka pendidik dapat membentuk 5 kelompok belajar yang masing-masing terdiri dari 5-6 anggota. Kemudian meminta salah satu kelompok menceritakan novel yang telah dibacanya. Kelompok siswa yang lain diperbolehkan menambahkan peristiwa-peristiwa yang belum diceritakan. Setelah diketahui bahwa siswa telah memahami cerita novel Negeri 5 Menara , maka yang dilakukan guru agar pembelajaran kooperatif dengan model jigsaw dapat terbentuk adalah pada setiap kelompok dipersilahkan memilih bagian apa yang paling disukai siswa. Apakah siswa memilih karakteristik, latar, alur atau tema. Sehingga 5 kelompok tersebut membahas kompetensi dasar yang

sama. Selanjutnya dalam masingmasing kelompok yang pilihannya sama membentuk kelompok baru. Kelompok –kelompok baru itu tersebut adalah Tim Ahli Karakteristik, Tim Ahli Latar, Tim Ahli Alur, Tim Ahli Tema. Berikutnya guru memberikan Lembar Kerja Siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaaan yang disesuaikan dengan kompetensi dasar yang dicapai sebagai dasar pembahasan bagi tim ahli. Selanjutnya memberi kesempatan mereka untuk mendiskusikannya dalam waktu +15 menit. Lalu, mempersilahkan mereka kembali ke kelompok asal dan melaporkan hasilnya. Pada kelompok asal, telah dipersiapkan tes tulis berbentuk uraian yang hasilnya dipresentasikan masing-masing kelompok di depan kelas. Dengan penilaian yang didasarkan pada rubrik penilaian, maka kelompok yang nilainya tertinggi mendapatkan reward dari guru. Kemudian hasil kerja kelompok tersebut dipajang di mading. Sebagai kelanjutan dari tugas kelompok adalah tes individual. Hal ini merupakan alat untuk mengukur kemampuan siswa. Tes ini berbentuk pilihan ganda yang disusun agar menghemat waktu dan membantu tugas guru untuk menafsirkan kemampuan siswa. Rancangan pembelajaran tersebut di atas, disusun oleh peneliti selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia sekaligus guru buka kelas selanjutnya memberi kesempatan bagi guru bahasa Indonesia yang lain untuk mengkaji konsep tersebut. Pada tahap pelaksanaan, sebelum memulai pembelajaran kegiatan yang laksanakan (1)

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 662

memeriksa ulang RPP dan LKS yang telah gandakan untuk dibagikan ke semua pengamat. (2) Mengecek ulang apakah denah siswa dengan daftar nama siswa yang sesuai sudah ada. (3) Memeriksa ulang pengaturan ruang kelas untuk kegiatan pembelajaran yang akan diobservasi. Misalnya : tersedia ruang yang cukup untuk pengamat melakukan pengamatan dari sisi kiri, kanan belakang, atau depan pojok kelas.Dengan demikian observer dapat melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa dari berbagai sisi. Pada saat pembelajaran, guru model beserta pengamat datang sesuai jam pelajaran, masuk ruang kelas sementara pengamat yang lain menempati posisinya. Memulai pembelajaran, dengan menjelaskan kepada siswa bahwa pada saat ini, ada sejumlah tamu sebagai pengamat, namun siswa diminta belajar seperti biasa. Kemudian guru memulai dengan menanyakan kabar siswa, menanyakan siswa yang tidak masuk, lalu mengingatkan tugas minggu yang lalu yakni membaca novel apakah sudah selesai. Mengeksplorasi siswa apa yang diketahui siswa tentang unsur intrinsik? Mengingatkan kembali bagaimana ringkasan cerita tentang novel Negeri 5 Menara.Sedangkan pada pengamat umumnya mulai menjawab pertanyaan yang berasal dari lembar observer yang disediakan oleh ketua lesson study yaitu: Apakah semua siswa benar-benar telah belajar tentang topik pembelajaran hari ini? Bagaimana proses mereka belajar? Ternyata 90 % pengamat mengatakan ya, selebihnya tidak menjawab. Pada pertanyaan ke-2 umumnya pengamat menjawab siswa kelas VIII A sangat

antusias terhadap pembelajaran ini, terlebih guru model menunjukkan mereka novel Negeri 5 Menara. Menurut mereka sudah kontekstual, sedangkan beberapa pengamat, mengatakan membaca novel sampai 339 halaman sangat luar biasa (sesuai jumlah halaman pada ebook) namun ketika guru model menunjukkan novel itu sesungguhnya berjumlah 405 halaman ini. Bagus untuk mendidik siswa menyukai membaca, dan menggali informasi dari sana. Pada pembelajaran, guru bertanya apakah mereka sudah mengetahui unsur- unsur yang ada dalam novel? Meminta mereka menyebutkan, dan mencoba mengingatkan kembali penjelasan materi tentang unsur-unsur intrinsik di mulai dengan cara menentukan karakter tokoh dalam novel dan berakhir dengan cara menentukan tema pada novel. Kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya pada materi yang belum dimengerti. Ternyata mereka dapat memahami. Guru memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi, mendekati dan memotivasi, siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sedangkan pada pengamat memulai mengisi lembar observer tentang: (1) Siswa mana yang tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini? (2) Mengapa siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik? (3) Bagaimana usaha guru dalam mendorong siswa yang tidak aktif dan lain-lain. Setelah memberikan kesempatan kelompok ahli berdiskusi. Guru model meminta siswa kembali ke kelompok asal untuk melaporkan hasil diskusinya. Kemudian guru membagikan lembar kerja kelompok

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 663

berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan indikator pada RPP untuk dipresentasikan di depan kelas. Setelah memberi kesempatan kelompok asal berdiskusi dan menyelesaikan tugasnya. Maka guru model mempersilahkan kelompok yang telah siap untuk mempresentasikan hasilnya.Dari hasil tugas kelompok dapat diketahui bahwa nilai kerja kelompok mereka di atas KKM. Lalu reward diberikan kepada kelompok yang nilainya tertinggi. Lalu guru meminta salah satu siswa untuk menempel semua hasil kerja kelompok di majalah diding. Waktu +15 menit terakhir, digunakan guru model untuk mengadakan tes individual. Tes tersebut berbentuk pilihan ganda. Dengan jumlah soal sebanyak 15 item. Berdasarkan hasil tes tersebut diketahui bahwa 88% siswa mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan 12 % lainnya mendapatkan nilai sama dengan KKM, dengan cara menambahkan nilai tugas individu ditambah nilai tugas kelompok dibagi dua. Pembelajaran berakhir, setelah guru mengakhiri postes sedangkan pengamat dipersilahkan menempati ruang yang ditentukan untuk melaksanakan refleksi. Diskusi refleksi merupakan diskusi yang mengkaji data temuan selama observasi. Dengan refleksi ini diharapkan setiap pengamat yang mengikuti open class akan mendapatkan sesuatu yang berharga untuk meningkatkan pembelajarannya. Refleksi ini diawali dengan moderator membuka diskusi dengan meminta semua peserta lesson Study memberi semangat kepada guru

model yang telah tampil dengan baik pada saat open class. Kemudian dilanjutkan memberi kesempatan kepada guru model untuk menyampaikan masukan tentang persiapannya saat akan open class. Beberapa hal sebagai masukan pada persiapan mengapresiasi novel menurut guru model adalah siswa membutuhkan waktu yang cukup untuk membaca. Dengan membaca, kemampuan awal siswa dalam memahami novel dapat diketahui. Bukti yang nampak adalah adanya curhat siswa kepada guru tentang kisah tokoh utama yang diposisikan pada dirinya sebelum pembelajaran. Selama pembelajaran RPP dan LKS dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Pada lembar observasi, hampir semua pengamat tertuju pada Iqbal Ramadani menurut pengamat pada awal pembelajaran ia diam saja, bingung dengan apa yang akan dilakukan ketika diskusi sedang berlangsung juga demikian dia tidak dapat tempat duduk sehingga harus mendompleng teman diskusinya selain itu temannya pun tidak ada yang berusaha mengajaknya berdiskusi.Beberapa pengamat menambahkan nama Oky Suryo Prayogo dan Siti Nur Maulani, mereka tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik karena pada Oky sifatnya jahil, suka ngomong sendiri, sehingga tidak konsentrasi dalam belajar. Sedangkan pada Siti Nur Maulani tempat duduknya disebelah pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepadanya, namun pengamat lain ( guru bahasa Arab) menilai bahwa Iqbal tidak membaca/kurang membaca novel tersebut sehingga yang dikatakan kepala madrasah, dan guru PKN

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 664

tentang Iqbal bingung, tidak bisa apa-apa itu terbukti. Pada pertanyaan terakhir untuk observer yaitu pelajaran berharga apa yang dapat Anda petik dari pengamatan. Beberapa pengamat mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw berbasis lesson studypenataan tempat duduk sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal itu, bertujuan agar siswa dapat berdiskusi dengan permasalahan yang sama, saling berhadapan dengan jarak yang sama dalam memecahkan persoalan. Sehingga pada saat melaporkan hasil diskusinya kepada kelompok asal mereka tidak mengalami kendala apapun. Selain itu, menurut pengamat (guru BK) pembelajaran ini sangat menarik, anak-anak dapat menentukan watak tokoh seperti dalam kehidupan yang dialaminya. Karakter seperti itu seharusnya diterapkan dalam kehidupan seharihari mungkin pembelajaran ini begitu singkat sehingga belum dapat dibahas lebih lanjut. Refleksi dari siswa pada pembelajaran ini adalah 89 % siswa kelas VIII A mengatakan bahwa pembelajaran mengapresiasi novel hari ini sangat menarik karena mereka merasa lebih mengerti tentang unsur intrinsik (prerspektif tekstual). Menurut mereka, belajar berkelompok sangat menyenangkan apalagi dengan cara bergantian dari kelompok asal ke kelompok ahli kemudian kembali lagi ke kelompok asalnya. Untuk pertanyaan tentang : Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini? Umumnya mengatakan bahwa pembelajaran ini dapat dilaksanakan pada pembelajaran lain.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil analisis data sebagaimana yang telah diuraikan, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Pembelajaran mengapresiasi novel diterapkan dengan menggunakan perspektif tekstual, perspektif kultural, perspektif topikal, dan perspektif sosial. Pada plan, hasil kolaborasi guru pada pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah pembentukan kelompok belajar, penentuan tim ahli. Disamping tugas paling utama yaitu mengkaji kurikulum, menentukan materi belajar, menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa, menentukan urutan proses pembelajaran, menyusun LKPD, dan menyusun evaluasi. (2) Pada pelaksanaan pembelajaran di kelas penekanan guru pada siswa adalah senantiasa berorientasi pada prinsip aktif yaitu siswa terlibat dalam pembelajaran secara mental,fisik, dan kreatif. (3) Refleksi dengan teman sejawat (kolega) membantu guru dalam: Menggalakkan upaya perbaikan berdasar data disamping perbaikan kualitas peserta didik yang mempengaruhi kegiatan belajar. Saran Mengupayakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, serta memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan psikologi tidak dapat dilakukan guru secara sendirian namun butuh kesejawatan (kolegalitas) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 665

Bogdan, Robert. & sari Knopp Biklen. 1982. Riset Penelitian untuk Pendidikan: Pengantar Teori dan Metode. Terjemahan oleh Munandir. 1990. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hendayana. S. 2007. Lesson Study suatu Strategi untuk meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan. Bandung: FPMIPA, UPI, dan JICA. Isjoni. 2010. Cooperative Learning Evektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabet. Beach, Richard W & Marshall, James D. 1991. Teaching Literature In The Secondary School. San Diego New York Chicago Washingtonn, D.C. London. Sydney Tokyo Toronto: Harcourt Brace Jovanovich. Joyce, Bruce. dkk. 2009. Modelmodel Pengajaran. Terjemahan oleh Ahmad Fawaid dan Alcila Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Milles, Matthew B.& Michael Huberman. Tanpa tahun. Analisis Data kualitatif.Terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta : Universitas Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Saryono, Joko. 2006. Apresiasi Sastra Indonesia. Sidoarjo : PT. Alfath Putra. Susilo, Herawati, dkk. 2011. Lesson Study Berbasis Sekolah (Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif) Malang: Bayumedia Publising. Suyatno. 2009. Menjelajah Seratus Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Suyatno, Kasihani K. E. 2008. Model Pembelajaran Malang : UM Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. Syamsuri, Istamar. Dan Ibrohim. Lesson Study ( Studi Pembelajaran). Malang: UNM Trianto.2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Tim PKGMP SMP Kab. Pasuruan. 2012. Lesson Study untuk Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna. Pasuruan : Diknas Kab. Pasuruan .

NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 666