Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas ... - LPMP Sulsel

9 downloads 1567 Views 226KB Size Report
... kelas awal sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan; (2) pembelajaran tematik ..... dalam penyusunan silabus dengan hasil 14,5% (dilaksanakan dengan.
Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan Darwis Sasmedi LPMP Sulawesi Selatan, Jl. AP.Pettarani Makassar

Abstract: This research was descriptive that aimed at describing the implementation of thematic learning in the lower level (year I, II, III) of elementary school in South Sulawesi. The primary intention of this research was to know the understanding of the lower level of elementary school teacher, the implementation of thematic learning, and the assessment done by teacher in evaluating the students. The finding of this research showed that: (a) the understanding and implementation done by teacher in the lower level of elementary school was good; (b) the implementation of thematic learning through observing in lower level was fairly good; (c) and the assessment done by teacher in the lower level of elementary school was good. As the implication of this research’s finding, it was suggested and given teacher training to design mapping competency standard, basic competency, indicator, sillabus development, lesson plan, learning model, instructional media, and authentic assessment to evaluate the student achievement. Kata kunci: implementasi, pembelajaran tematik, kelas awal, Sekolah Dasar.

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, kebijakan-kebijakan umum yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas awal adalah bahwa setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Anak berhak mendapatkan pelayanan pendidikan agar dapat mengembangkan bakat,

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

minat dan kemampuan yang dimilikinya; termasuk anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial. Implikasi bagi guru dan pihak sekolah dituntut untuk dapat memberikan pendidikan yang bermutu agar bakat, minat dan kemampuan anak dapat berkembang dengan baik. Sekolah dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan yang dapat mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung pada anak didik (pasal 4 dan 5). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat 1 menyebutkan bahwa: ”pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah”. Peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga hal, yaitu: (1) melakukan manajemen yang transparan, partisipatif, dan akuntabel; (2) melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dan (3) meningkatkan peran serta masyarakat. Dunia anak adalah dunia nyata, untuk itu pembelajaran yang dilakukan di kelas awal harus aktual, dekat dengan dunia anak, dekat dengan lingkungan alamiah yang dialami anak, dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tidak pernah melihat adanya hal yang terpisah-pisah satu sama lain, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran di kelas awal, pembelajaran lebih berhasil kalau dapat menggabungkan kajian beberapa mata pelajaran dalam satu ikatan tema. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia dini. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan bersekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik

2

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah. Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Implementasi pembelajaran tematik memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; dan (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Implementasi pembelajaran tematik, menuntut kemampuan yang optimal bagi guru karena kurikulum berbasis kompetensi atau standar isi juga memberi peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran dan manajerial. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah implementasi pembelajaran tematik pada kelas awal sekolah dasar di Sulawesi Selatan. Masalah ini dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut: (1) seberapa jauh tingkat penguasaan guru kelas awal di sekolah dasar tentang pembelajaran tematik?; (2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik pada kelas awal sekolah dasar diimplementasikan?; (3) dan bagaimana guru kelas awal di sekolah dasar melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik? Berdasarkan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) tingkat penguasaan guru kelas awal sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan; (2) pembelajaran tematik

3

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

yang diimplemetasikan pada kelas awal sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan; (3) dan sitem penilaian atau assesmen yang diimplementasikan pada pembelajaran tematik di kelas awal sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak; (2) mulai berpikir secara operasional; (3) mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda; (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat; dan (5) memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir (Depdiknas, 2007) tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu (1) konkret, mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan; (2) integratif, pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini menunjukkan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian; dan (3) hierarkis, pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi . Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu: (1) progresivisme; (2) konstruktivisme; dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung

4

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Lebih jauh dikatakan bahwa siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalamanpengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar/tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna (Vigotsky dalam Sulistyono, 2003). Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasan, potensi, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Dr. Howard Gardner (Depdiknas, 2005) seorang ahli perkembangan intelektual menyatakan bahwa setiap manusia memiliki

5

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

kecerdasan, tidak hanya satu tetapi beberapa kecerdasan (inteligensi) dalam tingkatan yang berbeda-beda. Beberapa intelegensi itu disebut kecerdasan berganda atau ”Multiple Inteligence”. Beberapa intelensi tersebut adalah: (1) inteligensi verbal-bahasa, (2) inteligensi logikamatematika; (3) inteligensi keruangan; (4) inteligensi musik; (5) intelegensi gerakan badan; (6) inteleginsi interpersonal; (7) inteligensi intrapersonal; dan (8) inteligensi alam lingkungan. Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik (Depdiknas, 2006) antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti berkerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat (Depdiknas, 2007) yaitu: (1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; (2) siswa mampu melihat hubunganhubungan yang bermakna sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; (3) pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; (4) dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik (Depdiknas, 2006) sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa; (2) memberikan pengalaman langsung; (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat fleksibel; (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; dan (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan

6

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Prinsip-prinsip penilaian pembelajaran tematik (Depdiknas, 2007) adalah: (1) penilaian di kelas I, II, dan III mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis; (2) kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I, II, dan III Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas; (3) penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata-mata pelajaran; (4) penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir; (5) hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka. Alat penilaian dapat berupa tes dan non tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, ejaan, kata atau angka. Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisahpisah sesuai dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator mata pelajaran.

7

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mendeskripsikan komponen yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran tematik yang selama ini dilaksanakan pada kelas awal sekolah dasar di propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ini difokuskan pada sekolah dasar yang telah melaksanakan pembelajaran tematik pada lima kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, yaitu: Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Maros dan Kota Pare-Pare. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar pada kelas awal (kelas I, II dan III) Sekolah Dasar yang terdapat di lima kabupaten/kota sebagai lokasi peneltian. Banyaknya subjek penelitian yang digunakan adalah 50 responden guru kelas sekolah dasar di lima kabupaten/kota. Dari 50 responden mengisi kuisioner dan wawancara diambil secara random dan dari 50 responden tersebut dipilih lagi 20 responden diobservasi di kelas juga secara random serta dokumentasi). Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket (kuisioner), observasi, wawancara, dan dokumentasi dan teknik analisis data yang dilakukan adalah deskriptifeksploratif dengan menggunakan analisis domain untuk mengungkapkan implementasi pembelajaran tematik pada kelas awal sekolah dasar yang selama ini terlaksana di Sulawesi Selatan. HASIL Hasil analisis dirangkum dalam tabel-tabel. Pada tabel 1 dari hasil analisis yang diperoleh dari masing-masing kabupaten/kota mengenai pelaksanaan pembelajaran tematik untuk tingkat penguasaan dan pengembangan pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar dalam menyusun pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dan tampak pada tabel di atas bahwa: 4,8% (dilaksanakan dengan sangat baik); 73,2% (dilaksanakan dengan baik); 13,6% (dilaksanakan dengan cukup baik), 5,6% (dilaksanakan dengan kurang baik); dan 2,8% (dilaksanakan dengan sangat kurang baik).

8

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel 1. Persentase Pelaksanaan dalam Tingkat Penguasaan dan Pengembangan Guru terhadap Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator No

1

2

3 4

5

Jenis Kegiatan

Pelaksanaan pengembangan guru kelas awal terhadap SK, KD, dan Indikator

Jumlah

SB

B

C

K

SK

3

39

2

6

0

50

35

3

1

7

50

1

36

11

2

0

50

2

33

13

2

0

50

2

40

5

3

0

50

Jumlah

12

183

34

14

7

250

Rata-rata

2,4

34,6

6,8

2,8

1,4

50

Pertsentase (%)

4,8

73,2

13,6

5,6

2,8

100

Melakukan kegiatan pemetaan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Mengindentifikasi dan menganalisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator untuk setiap mata pelajaran kaitannya dengan penentuan tema. Mengembangkan indikator sesuai dengan karakteristik anak didik. Mengembangkan indikator sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Merumuskan indikator dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati.

4

Pada tabel 2 di dibawah diperoleh pada setiap kabupaten/kota mengenai pelaksanaan menunjukkan bahwa tingkat penguasaan dan pengembangan pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar dalam penyusun jaringan tema dengan hasil: 11,7% (dilaksanakan dengan sangat baik); 51,4% (dilaksanakan dengan baik); 18,9% dilaksanakan dengan cukup baik); 16,9% (dilaksanakan dengan kurang baik); 1,1% (dilaksanakan dengan sangat kurang baik)

9

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel

No

1

2

3

4

5

6 7

2.

Persentase Pelaksanaan Tingkat Penguasaan dan Pengembangan Guru terhadap Penyusunan Jaringan Tema Jenis Kegiatan

Menetapkan terlebih dahulu tematema pengikat keterpaduan untuk menentukan tema bersama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa dari yang termudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang konkret menuju yang abstrak. Mengembangkan indikator sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran sesuai dengan tema yang dipilih. Memilih tema yang memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa. Memilih tema dengan ruang lingkup yang sesuai dengan usia, minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Membuat jaringan tema, yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Jumlah Rata-rata

Persentase (%)

Pelaksanaan pengembangan guru kelas awal terhadap penyusunan jaringan tema

Jumlah

SB

B

C

K

SK

6

30

6

8

0

50

5

23

10

12

0

50

7

27

10

6

0

50

14

21

5

10

0

50

5

22

14

9

0

50

2

25

15

8

0

50

2

32

6

6

4

50

41

180

66

59

4

350

5,9

25,7

9,4

8,4

0,6

50

11,7

51,4

18,9

16,9

1,1

100

10

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel 3. Persentase Tingkat Penguasaan dan Pengembangan Guru terhadap Penyusunan Silabus No

1

2

3

4

5

6

7

8

Jenis Kegiatan

Menyusun Silabus dengan komponen utama: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kegiatan pembelajaran, alat/sumber belajar, dan penilaian. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan mata pelajaran. Mengembangkan indikator sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Mengidentifikasi materi pokok dengan mempertimbangkan: potensi peserta didik; relevansi dengan karakteristik daerah; tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik, dan kebermanfaatan bagi peserta didik. Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Melakukan penilaian dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Menentukan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan jam efektif. Menentukan sumber belajar sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Pelaksanaan pengembangan terhadap penyusunan silabus

Jum lah

SB

B

C

K

SK

14

23

1

6

6

50

4

32

4

4

6

50

5

27

10

4

4

50

4

32

5

7

2

50

8

32

3

3

4

50

8

31

3

4

4

50

11

23

7

7

2

50

4

36

4

2

4

50

400

Jumlah

58

236

37

37

32

Rata-rata

7,3

29,5

4,6

4,6

4

50

Persentase (%)

14,5

59

9,25

9,25

8

100

11

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 3, bahwa setiap kabupaten/kota mengenai pelaksanaan tingkat penguasaan dan pengembangan pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar dalam penyusunan silabus dengan hasil 14,5% (dilaksanakan dengan sangat baik), 59% (dilaksanakan dengan baik), 9,25% (dilaksanakan dengan baik), 9,25% (dilaksanakan dengan kurang baik), 8% (dilaksanakan dengan sangat kurang baik) Hasil analisis yang diperoleh pada setiap kabupaten/kota mengenai pelaksanaan tingkat penguasaan dan pengembangan pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Tabel

No

1

2

3

4

5

6

4.

Persentase Pelaksanaan Tingkat Penguasaan dan Pengembangan Guru terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Jenis Kegiatan

Pelaksanaan pengembangn guru kelas awal terhadap RPP

Jumlah

SB

B

C

K

SK

8

30

4

2

6

50

15

29

2

4

0

50

12

31

4

2

1

50

11

23

10

4

2

50

7

22

11

9

1

50

7

23

11

6

3

50

Jumlah

60

158

42

27

13

300

Rata-rata

10

26,3

7

4,5

2,2

50

Persentase (%)

20

52,7

14,0

9,0

4,3

100

Mengidentifikasi mata pelajaran yang dipadukan dalam tema. Menuliskan kompetensi dasar dan indikator yang yang akan dilaksanakan. Merumuskan materi pokok yang akan dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. Menentukan strategi pembelajaran (kegiatan pembukaan, inti dan penutup). Membuat/menyiapkan alat peraga atau media untuk kegiatan pembelajaran tematik. Melakukan penilaian berbasis kelas dan tindak lanjutnya.

12

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel

No

1

2

3

4

5

6

7

5.

Persentase Pelaksanaan Tingkat Penguasaan dan Pengembangan Guru terhadap Penilaian dalam Pembelajaran Tematik Jenis Kegiatan

Pelaksanaan pengembangan terhadap penilaian pembelajaran tematik

Jumlah

SB

B

C

K

SK

6

25

3

6

0

50

6

26

10

8

0

50

10

23

11

6

0

50

9

26

7

8

0

50

6

15

15

14

0

50

2

35

10

3

0

50

11

23

8

7

1

50

50

173

74

52

1

350

Rata-rata

7,1

24,7

10,6

7,4

0,1

50

Persentasi (%)

14,3

49,4

21,1

14,9

0,3

100

Melakukan penilaian di kelas awal sesuai aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. Melakukan penilaian di kelas awal dengan cara penilaian tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis. Melakukan penilaian di kelas awal untuk kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sebagai prasyarat untuk kenaikan kelas. Melakukan penilaian dengan mengacu pada indikator masing-masing kompetensi dasar dari masing-masing mata pelajaran. Melakukan penilaian secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya: sewaktu peserta didik bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan akhir. Melakukan penilaian hasil karya/kerja peserta didik sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengambil keputusan untuk peserta didik misalnya: penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka. Melakukan penilaian untuk mengkaji ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada setiap tema. Jumlah

13

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel 4 dengan hasil analisis yang diperoleh pada setiap kabupaten/kota mengenai pelaksanaan tingkat penguasaan dan pengembangan pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan hasil 20% (dilaksanakan dengan sangat baik), 52,7% (dilaksanakan dengan baik); 14% (dilaksanakan dengan cukup baik, 9% (dilaksanakan dengan kurang baik), 4,3% (dilaksanakan dengan sangat kurang baik) Tabel 5 dengan hasil analisis yang diperoleh pada setiap kabupaten/kota mengenai pelaksanaan untuk tingkat penguasaan dan pengembangan pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar dalam penilaian pembelajaran tematik dengan hasil: 14,3% (dilaksanakan dengan sangat baik); 49,47% (dilaksanakan dengan baik); 21,4% dilaksanakan dengan cukup baik);14,9% (dilaksanakan dengan kurang baik); 0,3% (dilaksanakan dengan sangat kurang baik) Tabel 6. Rata-Rata Persentase Tingkat Pengusaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik yaitu Dari Tabel 1 Sampai Dengan 5 No Tabel 1 2 3

4 5

Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran dan penilaian tematik SB

Pelaksanaan dalam tingkat pemahaman dan pengembangan guru terhadap pemetaan SK, KD dan Indikator Pelaksanaan dalam tingkat pemahaman dan pengembangan guru terhadap penyusunan jaringan tema Pelaksanaan dalam tingkat pemahaman dan pengembangan guru terhadap penyusunan silabus Pelaksanaan dalam tingkat pemahaman dan pengembangan guru terhadap penyusunan RPP Pelaksanaan dalam tingkat pemahaman dan pengembangan guru terhadap penilaian pembelajaran tematik

B

C

K

Jum lah

SK

4,8

73,2

13,6

5,6

2,8

100

11,7

51,4

18,9

16,9

1,1

100

14,5

59

9,25

9,25

8

100

20,3

52,7

14

9

4,3

100

14,3

49,4

21,6

14,9

0,3

100

Jumlah

69,3

285,4

76,85

55,65

16,5

500

Rata-rata

13,06

57,14

15,37

11,13

3,3

100

Persentase (%)

13,06

57,14

15,37

11,13

3,3

100

14

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel 7. Persentase Pelaksanaan Observasi Kelas pada Pelaksanaan Pembelajaran Tematik No.

A

B

C

Jenis Kegiatan

pelaksanaan observasi kelas pada pembelajaran tematik

Jum lah

SB

B

C

K

SK

2

11

7

0

0

20

2

11

7

0

0

20

1

9

9

1

0

20

0

8

10

2

0

20

2

9

8

1

0

20

1

8

11

0

0

20

1

5

12

2

0

20

2

7

10

1

0

20

0

7

13

0

0

20

1

8

10

1

0

20

0

7

13

0

0

20

0

8

10

2

0

20

0

5

11

4

0

20

Jumlah

3 15

13 116

4 135

0 14

0 0

20 280

Rata-rata

1,1

8,,3

9,6

1

0

20

Persentase (%)

5,4

41,2

48,2

5,0

0

100

Kegiatan Awal/Pendahuluan 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Memberikan motivasi untuk mendorong siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik. 3. Menggali pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Kegiatan Inti 4. Menyajikan bahan pembelajaran tematik dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi. 5. Melakukan kegiatan pengembangan membaca. 6. Melakukan kegiatan pengembangan menulis 7. Melakukan kegiatan pengembangan berhitung. 8. Memanfaatkan media sesuai yang direncanakan. 9. Menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan rencana. 10. Melakukan penilaian proses pada saat kegiatan berlangsung. Kegiatan Akhir/Penutup 11. Menyimpulkan/mengungkapka n kembali hasil pembelajaran yang telah dilakukan. 12. Memberikan pesan-pesan moral. 13. Membaca cerita dari buku /mendongeng. 14. Memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.

15

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Tabel 6 adalah rata-rata persentase tabel 1 sampai dengan tabel 5 dengan hasil analisis: 13,06% (dilaksanakan dengan sangat baik); 57,14% (dilaksanakan dengan baik); 15,37% dilaksanakan dengan cukup baik);11,13% (dilaksanakan dengan kurang baik); 3,3% (dilaksanakan dengan sangat kurang baik) Tabel 7 di atas, diperoleh pada setiap kabupaten/kota mengenai pelaksanaan observasi pada pembelajaran tematik guru kelas awal sekolah dasar di kelas yang diobservasi dengan hasil keterangan: 5,4% (dilaksanakan dengan sangat baik), 41,4% (dilaksanakan dengan baik); 48,2%(dilaksanakan dengan cukup baik), 5% (dilaksanakan dengan kurang baik), 0 % (dilaksanakan dengan sangat kurang baik)

PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru kelas awal sekolah dasar terhadap pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang dilaksanakan yang tergolong sangat baik (4,8%), baik (73,2%), cukup baik (13,6%), kurang baik (5,6%), dan sangat kurang (2,8%). Angka tersebut didukung oleh data kualitatif sebagai bahan dokumen pemetaan SK, KD, dan indikator yang dibuat oleh guru dan wawancara yang dilakukan sebagaimana terlampir dalam penelitian ini, yaitu sebagian besar telah menyusun dan memiliki pemetaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah memahami konsep dalam penyusunan pemetaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penguasaan guru kelas awal sekolah dasar terhadap penyusunan jaringan tema yang dilaksanakan tergolong sangat baik (11,7%), baik (51,4%), cukup baik (18,9%), kurang baik (16,9%), dan sangat kurang baik (1,1%). Angka tersebut didukung oleh data kualitatif sebagai bahan dokumen penyusunan jaringan tema yang dibuat oleh guru dan wawancara yang dilakukan sebagaimana terlampir dalam penelitian ini, yaitu sebagian besar telah menyusun dan memiliki jaringan tema. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah memahami konsep dalam penyusunan jaringan tema. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penguasaan guru kelas awal sekolah dasar terhadap penyusunan silabus yang dilaksanakan tergolong sangat baik (14,5%), baik (59%), cukup baik (9,25%), kurang baik (9,25%), dan sangat kurang baik (8%). Angka

16

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

tersebut didukung oleh data kualitatif sebagai bahan dokumen penyusunan silabus yang dibuat oleh guru dan wawancara yang dilakukan sebagaimana dalam lampiran penelitian ini, yaitu sebagian besar guru telah menyusun dan memiliki silabus tematik. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah memahami konsep penyusunan silabus pembelajaran tematik. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penguasaan guru kelas awal sekolah dasar terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan tergolong sangat baik (20%), baik (52,7%), cukup baik (14%), kurang baik (9%), dan sangat kurang baik (4,3). Angka tersebut didukung oleh data kualitatif sebagai bahan dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru dan wawancara yang dilakukan sebagaimana terlampir dalam penelitian ini, yaitu sebagian besar telah menyusun dan memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah memahami konsep rencana pelaksaan pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penguasaan guru kelas awal sekolah dasar terhadap penilaian pembelajaran tematik yang dilaksanakan tergolong sangat baik (14,3%), baik (49,4%), cukup baik (21,1%), kurang baik (14,9%), dan sangat kurang baik (0,3% ). Angka tersebut didukung oleh data kualitatif sebagai bahan dokumen pelaksanaan penilaian pembelajaran tematik yang dibuat oleh guru dan wawancara sebagaimana terlampir dalam penelitian ini, yaitu sebagian besar telah menyusun dan memiliki penilaian pembelajaran tematik. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah memahami konsep penilaian pembelajaran tematik. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penguasaan dan pelaksanaan guru kelas awal sekolah dasar terhadap pembelajaran tematik yaitu rata-rata persentase dari tabel 1 sampai dengan tabel 5 yang dilaksanakan tergolong sangat baik (13,06%), baik (57,14%), cukup baik (15,37%), kurang baik (11,13%) dan sangat kurang baik (3,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah melaksanakan pembelajaran tematik di kelas awal sekolah dasar dengan baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pelaksanaan observasi kelas terhadap guru kelas awal sekolah dasar pada pembelajaran tematik yang dilaksanakan tergolong sangat baik (5,4%), baik (41,4%), cukup baik (48,2%), kurang baik (5%) dan sangat kurang baik (0%). Angka tersebut didukung oleh data kualitatif sebagaimana

17

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

bahan dokumen pelaksanaan observasi kelas seperti terlampir dalam penelitian ini, yaitu sebagian besar guru telah melaksanakan pembelajaran tematik dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas awal sekolah dasar telah mengimplementasikan pembelajaran tematik di kelas awal sekolah dasar dengan cukup baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran tematik bagi guru kelas awal sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan terlaksana dengan baik. Tingkat pelaksanaan pembelajaran tematik yang dilakukan melalui observasi tersebut tergolong cukup baik pula. Demikian juga tingkat keterlaksanaan penilaian pembelajaran tematik di kelas awal sekolah dasar tergolong baik. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik pada kelas awal sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran pada pembelajaran tematik di kelas awal sekolah termasuk kelengkapan perangkat pembelajaran tematik kelas awal; (2 pelatihan pendalaman dan pengembangan bahan ajar (baca, tulis dan hitung) pembelajaran tematik kelas awal sekolah dasar; (3) pelatihan pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran tematik di kelas awal sekolah dasar; (4) pelatihan sistem penilaian pembelajaran tematik kelas awal sekolah dasar; dan (5) pelatihan model-model pembelajaran tematik kelas awal sekolah dasar.

DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas. Anonim. 2005. Contoh Bahan Ajar Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Anonim. 2006. Bahan Ajar TOT SI dan SKL. Puskur. Despdiknas.

18

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=148:implementasi&catid=42:widyaiswara&Itemid =203

Anonim. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Anonim. 2007. Pedoman Penyusunan KTSP di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Anonim. 2007. Pedoman Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Anonim. 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2005. Pedoman Pembelajarn Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Syamsuddin, AR. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya. Sulistyono, T. 2003. Wawasan Pendidikan. Jakarta: PLP. Dikdasmen. Depdiknas Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.

19