indeks tendensi bisnis dan indeks tendensi konsumen triwulan i-2013

32 downloads 259 Views 232KB Size Report
6 Mei 2013 ... Indeks Tendensi Bisnis adalah indikator perkembangan ekonomi ... Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik ...
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A.

INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Bisnis adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank Indonesia. ITB merupakan indeks yang menggambarkan kondisi bisnis dan perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. STB dilakukan setiap triwulan di beberapa kota besar terpilih di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah sampel STB triwulan I-2013 sekitar 2.500 perusahaan besar dan sedang, dengan responden pimpinan perusahaan. B. Kondisi Bisnis Triwulan I-2013 ;

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan I-2013 sebesar 102,34, berarti kondisi bisnis meningkat dari triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme pelaku bisnis turun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2012 (nilai ITB sebesar 105,29).

;

Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2013 terjadi pada Sektor Pertambangan dan Penggalian, Pengangkutan dan Komunikasi, serta Sektor Keuangan. Peningkatan tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai ITB sebesar 112,26).

;

Kondisi bisnis pada triwulan I-2013 meningkat karena adanya peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 103,82) dan pendapatan usaha (nilai indeks sebesar 101,42). Sedangkan rata-rata jumlah jam kerja relatif stagnan (nilai indeks sebesar 100,21).

C. Prospek Bisnis Triwulan II-2013 ;

Nilai ITB pada triwulan II-2013 sebesar 106,27, berarti kondisi bisnis diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I-2013. Tingkat optimisme pelaku bisnis diperkirakan meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2013 (nilai ITB sebesar 102,34).

;

Semua sektor ekonomi pada triwulan II-2013 diperkirakan mengalami peningkatan kondisi bisnis. Sektor Industri Pengolahan diprediksi mengalami peningkatan bisnis tertinggi (nilai ITB sebesar 110,89).

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

1

1.

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2013

Secara umum kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan I-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 102,34. Tingkat optimisme pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis triwulan I-2013 di Indonesia lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITB sebesar 105,29). Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2013 tertinggi terjadi pada pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai ITB sebesar 112,26). Sektor lainnya yang mengalami peningkatan bisnis adalah Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB sebesar 103,19), Pengangkutan dan Komunikasi (nilai ITB sebesar 105,16), serta Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan (nilai ITB sebesar 108,72). Sementara, sektor-sektor yang mengalami penurunan antara lain: Industri Pengolahan (nilai ITB sebesar 98,96); Jasa-jasa (nilai ITB sebesar 98,42); Konstruksi (nilai ITB sebesar 98,84); serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (nilai ITB sebesar 99,54); dan penurunan paling tinggi terjadi pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (nilai ITB sebesar 96,01). Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2013 terjadi karena adanya peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 103,82) dan pendapatan usaha (nilai indeks sebesar 101,42). Sedangkan rata-rata jumlah jam kerja relatif stagnan (nilai indeks sebesar 100,21). Peningkatan tertinggi untuk penggunaan kapasitas produksi/usaha terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (nilai indeks sebesar 114,29), sebaliknya penurunan terjadi pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (nilai indeks sebesar 95,16). Tabel 1 Indeks Tendensi Bisnis Triwulan IV-2012 dan Triwulan I-2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk ITB Triwulan I-2013 Sektor

ITB Triwulan IV-2012

ITB Triwulan I-2013

(1)

(2)

(3)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa Indeks Tendensi Bisnis

2

Pendapatan Usaha (4)

Penggunaan Rata-Rata Jam Kapasitas Kerja Produksi/ Usaha (5) (6)

95,65

112,26



112,26



100,62 107,14 105,35 108,31 106,40 108,53

103,19 98,96 96,01 98,84 99,54 105,16

104,65 97,77 93,55 100.00 96,59 107,14

102,33 99,20 95,16 100,68 100,58 114,29

102,33 99,84 98,36 97,18 101,55 100,00

108,92

108,72

112,24

112,89

104,21

106,72 105,29

98,42 102,34

99,39 101,42

96,97 103,82

98,18 100,21

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

2.

Perkiraan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan II-2013

Nilai ITB triwulan II-2013 diperkirakan sebesar 106,27, artinya secara umum kondisi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I-2013. Tingkat optimisme pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013. Seluruh sektor ekonomi diperkirakan mengalami peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013. Sektor Industri Pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan bisnis tertinggi dengan nilai indeks sebesar 110,98. Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan harga jual produk (nilai indeks sebesar 107,55), order dalam negeri (nilai indeks sebesar 107,23), order barang input (nilai indeks sebesar 106,15), dan order dari luar negeri (nilai indeks sebesar 101,84). Peningkatan tertinggi untuk harga jual produk diperkirakan terjadi pada Sektor Industri Pengolahan (nilai indeks sebesar 122,73), sebaliknya penurunan terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai indeks sebesar 96,19). Tabel 2 Perkiraan Indeks Tendensi Bisnis Triwulan II-2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk ITB Triwulan II-2013 Sektor

Order dari Dalam Order dari Luar Negeri Negeri

Harga Jual Produk

Order Barang Input (5)

Perkiraan ITB Triwulan II-2013

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa

108,99

109,09

96,19



105,18

102,44 108,33 108,20 104,73 110,66 ―

92,86 105,43 ― ― 100,00 ―

109,30 122,73 103,23 107,43 110,80 107,14

102,44 109,08 109,84 103,38 106,02 ―

102,25 110,89 107,78 104,76 107,34 107,14





108,04



108,04





103,07



103,07

107,23

101,84

107,55

106,15

106,27

Indeks Tendensi Bisnis

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

(6)

3

Gambar 1 1) Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2010–Triwulan I-2013 dan Perkiraan ITB Triwulan II-2013 109 108

107,86 107,29

107 106

Indeks

107,43

106,92

106,63 105,75

105,29

105 104,23

104

104,22

103,41

103

106,27

103,89 102,34

102,16

102 101 100

II‐2013

I‐2013

IV‐2012

III‐2012

II‐2012

I‐2012

IV‐2011

III‐2011

II‐2011

I‐2011

IV‐2010

III‐2010

II‐2010

I‐2010

99

Triwulan

Keterangan: 1) ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya. b. Nilai ITB = 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya. c. Nilai ITB > 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding triwulan sebelumnya.

4

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

B. INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Sebelum triwulan I-2011, BPS hanya melaksanakan STK di wilayah Jabodetabek, tetapi sejak triwulan I-2011 pelaksanaan STK diperluas di seluruh provinsi. Jumlah sampel pada Triwulan I-2013 sebanyak 12.717 rumah tangga. Responden STK merupakan subsampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antartriwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antarwaktu. Dengan adanya perluasan sampel, nilai ITK dapat disajikan sampai level provinsi. Upaya ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan data yang semakin beragam hingga tingkat regional (spasial antarprovinsi). B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 ;

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan I-2013 sebesar 104,70 artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dari triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme konsumen turun dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITK sebesar 108,63). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan pendapatan dan rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, dan bukan makanan relatif tidak mengalami perubahan.

;

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional terjadi karena ada peningkatan kondisi ekonomi konsumen di semua provinsi (33 provinsi), dimana 17 provinsi diantaranya (51,52 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Banten (nilai ITK sebesar 108,34). Sebaliknya, Provinsi Nusa Tenggara Timur tercatat memiliki nilai ITK terendah, yaitu sebesar 101,53.

C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan II-2013 ;

Nilai ITK nasional pada triwulan II-2013 diperkirakan sebesar 108,82, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 (nilai ITK sebesar 104,70).

;

Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen terjadi di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi), dimana 14 provinsi diantaranya (42,42 persen) diperkirakan memiliki nilai indeks di atas nasional. Provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tertinggi adalah Bali (nilai ITK sebesar 114,34) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 105,76).

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

5

1.

Indekks Tendensi Konsumen (ITK) Triwu lan I-2013

Indekks Tendensi Konsumen (ITK) nasion nal pada triw wulan I-2013 3 sebesar 1004,70, artinya kondisi ekonomi koonsumen meningkat dari triwulan sebelumnyaa. Membaikn nya kondisi ekonomi ko onsumen didorong ooleh peningkkatan pendap patan rumaah tangga (n nilai indeks sebesar 1055,99) dan reendahnya pengaruh in nflasi terhaddap tingkat konsumsi k (n nilai indeks sebesar s 105,36), meskipuun tingkat konsumsi k bahan makkanan, makaanan jadi dii restoran/ru umah makaan, dan bukan makanann relatif sam ma (nilai indeks sebeesar 100,76). Tabel 3 Indeks Tendensi Konsumen K T Triwulan IV-2012 dan Triwulan T I-22013 Menurut M Varriabel Pemb bentuknya Variabel Pem mbentuk (1)

ITK Trw IV V-2012 (2)

ITTK Trw I-2013 (3)

Penddapatan rumah taangga kini

106,4 40

105,99

Penggaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi

118,3 37

105,36

Tinggkat konsumsi baahan makanan, makanan jadi ddi restoran/rumahh makkan, dan bukann makanan (pakaian, perumahhan, pendidikan, transsportasi, komunikkasi, kesehatan, rekreasi)

74 101,7

100,76

I Indeks Tendenssi Konsumen

108,6 63

104,70

Perbaaikan kondissi ekonomi konsumen k dii tingkat nassional terjadii karena ada peningkatan n kondisi ekonomi koonsumen di semua prov vinsi (33 proovinsi), dim mana 17 prov vinsi diantarranya (51,52 2 persen) memiliki n nilai indeks diatas nasio onal. Provin nsi yang meemiliki nilaii ITK tertinnggi adalah Provinsi Banten (nillai ITK sebesar 108,34). Sebaliknya,, Provinsi Nusa N Tenggara Timur teercatat memiiliki nilai ITK terenddah, yaitu seebesar 101,5 53. Perbanddingan nilai ITK triwulan I-2013 ttingkat nasional dan provinsi dappat dilihat pada Gambarr 2 dan Tabell 5. G Gambar 2 Indeks Tendensi T Ko onsumen (IT TK) Triwula an I-2013 Tingkat N Nasional dan Provinsi

10 05

101,53 101 53

ITK Nasio onal  104,70

11 10

108,34

11 15

10 00 9 95

Banten DKI Jakarta Bali Kaltim Kalsel DI Yogyakarta Kalbar Sumut Sulut Sumsel Jatim Sulsel Sumbar Gorontalo NTB Kalteng Aceh Indonesia Jateng Riau Kepri Bengkulu Jabar Sulbar Babel Maluku Jambi Papua Papua Barat Papua Barat Sulteng Malut Lampung Sultra NTT

9 90

6

B Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. X XVI, 6 Mei 2013

2.

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2013

Nilai ITK nasional pada triwulan II-2013 diperkirakan sebesar 108,82, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 (nilai ITK sebesar 104,70). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2013 didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga mendatang (nilai indeks sebesar 110,34) dan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan (nilai indeks sebesar 106,08). Tabel 4 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2013 Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk (1)

Perkiraan ITK Trw II-2013 (2)

Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang

110,34

Rencana pembelian barang-barang tahan lama (elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumah tangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan pesta/hajatan

106,08

Indeks Tendensi Konsumen

108,82

Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2013 terjadi di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi), dimana 14 provinsi diantaranya (42,42 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tinggi adalah Bali (nilai ITK sebesar 114,34), Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 111,68), dan DKI Jakarta (nilai ITK sebesar 111,61). Sebaliknya, tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK rendah adalah Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 105,76), Papua (nilai ITK sebesar 105,99), dan Aceh (nilai ITK sebesar 106,62). Perkiraan nilai ITK triwulan II-2013 tingkat nasional dan provinsi dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 5.

110

105,76

115

ITK Nasional  108,82

120

114,34

Gambar 3 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2013 Tingkat Nasional dan Provinsi

105 100 95

Bali Kaltim DKI Banten Sulut DI Yogyakarta Kepri Sulsel Maluku Sultra Sulbar Sulteng Babel Kalteng Indonesia Papua Barat Jambi Malut Jateng Sumut Kalbar Sumsel Jatim NTB Jabar Kalsel Lampung Bengkulu Sumbar Gorontalo Riau Aceh Papua NTT

90

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013

7

Tabel 5 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2012–Triwulan I-2013 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2013 Tingkat Nasional dan Provinsi 1)

No.

Provinsi

(1)

(2)

Triwulan I-2012

Triwulan II-2012

Triwulan III-2012

Triwulan IV-2012

Triwulan I-2013

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Perkiraan Triwulan II-2013 (8)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta JawaTimur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat

102,33 106,65 106,70 109,87 103,37 107,38 105,82 103,43 105,38 107,80 110,23 106,14 105,94 109,71 107,74 107,51 105,33 103,98 103,89 107,47 106,72 108,76 108,80 106,73 105,26 107,01 107,99 108,12 106,00 106,83 107,82 104,17

106,73 108,50 109,86 110,11 106,45 108,13 109,52 106,87 109,65 108,23 111,48 108,98 109,50 109,85 108,71 109,47 108,68 108,94 105,68 109,62 108,73 109,51 110,63 108,62 110,47 109,72 108,15 109,51 109,29 109,81 108,61 105,45

107,21 109,49 112,04 112,29 109,14 111,11 111,65 108,32 110,91 110,78 114,72 110,72 111,29 112,90 111,85 110,15 114,92 111,95 107,11 111,70 110,76 110,93 115,23 113,08 111,18 112,84 111,87 110,38 111,80 110,45 111,69 108,24

106,62 108,11 105,30 107,61 103,10 107,30 107,28 101,91 108,59 109,70 112,35 107,88 107,70 109,21 107,51 108,24 113,02 111,37 110,06 108,86 109,05 107,45 109,95 113,72 109,23 109,04 107,79 110,73 110,44 111,29 104,62 110,59

104,77 106,00 105,33 104,47 102,89 105,56 104,29 102,42 103,25 104,41 108,32 104,14 104,68 106,13 105,50 108,34 107,50 105,12 101,53 106,12 105,01 106,46 107,13 105,85 102,51 105,46 102,18 105,17 104,04 103,02 102,45 102,54

106,62 108,06 107,45 107,00 108,31 108,02 107,52 107,63 108,96 110,65 111,61 107,73 108,13 110,67 107,96 111,12 114,34 107,95 105,76 108,05 108,85 107,67 111,68 110,80 109,03 110,27 109,64 107,39 109,35 110,10 108,21 108,46

33

Papua

104,96

105,87

108,17

109,11

102,59

105,99

Indonesia

106,54

108,77

111,12

108,63

104,70

108,82

Keterangan: 1)

8

ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya. b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya. c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Berita Resmi Statistik No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013