Jamur tiram - WordPress.com

111 downloads 4647 Views 1MB Size Report
pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. [4]. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat ...
http://www.uq.edu.au/_School_Science_Lessons/9.196.1.GIF Kingdom: Fungi Phylum: Zygomycota Class: Zygomycetes Subclass: Incertae sedis Order: Mucorales Family: Mucoraceae Genus: Rhizopus Species: R. oryzae Anonim a 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Rhizopus_oryzae

Jamur tiram Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari ?Jamur tiram

Jamur tiram

Status konservasi Status konservasi: Aman

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Fungi Filum:

Basidiomycota

Kelas:

Homobasidiomycetes

Ordo:

Agaricales

Famili:

Tricholomataceae

Genus:

Pleurotus

Spesies: P. ostreatus Nama binomial Pleurotus ostreatus Champ. Jura. Vosg. 1: 112, 1872

Jamur tiram di permukaan batang kayu. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.[1] Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.[2] Tubuh buahnya memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.[2] Bagian tudung

dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.[1] Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.[1] Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.[3] Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[4] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[4] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[5] Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.[5] Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi.[6] Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda[4]

Daftar isi [sembunyikan] 1 Siklus Hidup 2 Syarat Pertumbuhan 3 Kandungan Gizi Jamur Tiram 4 Manfaat Jamur Tiram 5 Budidaya Jamur Tiram o 5.1 Media Tanam dan Komposisi o 5.2 Media Lain o 5.3 Metode Budidaya Jamur Tiram 6 Referensi 7 Pranala luar

[sunting] Siklus Hidup Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual.[7] Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. [8] Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa.[8] Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.[8] Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.[8] Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik.[9] Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.[6] Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium.[9] Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.[9] Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela).[8] Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.[8] Hifa ini akan

memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus).[8] Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion).[8] Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur.[8] Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.[8]

[sunting] Syarat Pertumbuhan Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.[5] Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.[5] Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.[5] Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.[5]

Habitat alami jamur tiram Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.[5] Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.[5] Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar.[5] Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar.[5] Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.[5] Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.[5] Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.[5] Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.[5] Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.[5] bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.[5] Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).[5]

Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.[1] Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.[5]

[sunting] Kandungan Gizi Jamur Tiram Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori.[10] Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein.[10] Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.[10] Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium.[10][11] Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh.[10] Serat jamur sangat baik untuk pencernaan.[10] Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet.[12][10] Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.[10] Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah.[10] Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering.[10] Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.[10] Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.[10] Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.[10] 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya.[10] 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.[10] Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi.[10] Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium.[10] Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.[10] Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.[10] Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.[10]

[sunting] Manfaat Jamur Tiram

Jamur tiram sebagai bahan makanan Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan diantaranya, dapat mengurangi kolesterol dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya. Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia.[13][10] Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antiviral dan antikanker serta menurunkan kadar kolesterol.[13][10] Di samping itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan.[10] Jamur tiram ini mengandung senyawa pleuran yang berkhasiat sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, serta bertindak sebagai antioksidan.[10] Adanya polisakarida, khususnya Beta-D-glucans pada jamur tiram mempunyai efek positif sebagai antitumor, antikanker, antivirus (termasuk AIDS), melawan kolesterol, antijamur, antibakteri, dan dapat meningkatkan sistem imun.[10][13] Pada jamur tiram, produk ini disebut sebagai plovastin yang di pasaran dikenal sebagai suplemen penurun kolesterol (komponen aktifnya statin yang baik untuk menghambat metabolisme kolesterol di dalam tubuh manusia).[11][13] Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi.[10] Adanya serat yaitu

lignoselulosa baik untuk pencernaan.[10] USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram.[14] Sehingga mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol.[14][15] Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.[10]

[sunting] Budidaya Jamur Tiram Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[7] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[5] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[7] Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.[7] Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.[7] Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C.[5] Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana.[7] Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.[5]

[sunting] Media Tanam dan Komposisi Media tanam Pleurotus ostreatus yang digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10% dan kapur 1%.[16] Fungsi dari jerami adalah sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur.[16] Jerami mengandung lignin, selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein.[16] Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi pertunbuhan jamur.[16] Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus ostreatus.[16] Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.[16] Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur.[7] Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur.[16]

[sunting] Media Lain Selain jerami, ada beberapa media lain yang dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah padi, dan lain sebagainya.[12] Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada di media serbuk gergaji dan merang.[12] Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk gergaji dan merang memang lebih tinggi.[12] Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami padi, bahan-bahan yang digunakan adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau kapur menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 – 7,0).[12] Selain itu, kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur agar tidak muda rontok.[12] 0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran, dan terakhir 0.25% pupuk TS sebagai nutrisi.[12][1]

[sunting] Metode Budidaya Jamur Tiram Budi daya jamur tiram menggunakan substrat jerami dengan tahapan sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong jerami menjadi berukuran 1-2 cm.[7] Rendam jeraminya selama semalaman.[7] Setelah itu, ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur 1% sebagai zat hara pertumbuhan jamur.[7] Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam plastik yang tahan panas hingga terisi 2/3 bagian.[7] Baru kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol kaca).[7] Setelah cukup padat, leher plastik bagian atas dimasukkan pipa paralon dan dibagian tengah media subtrat

diberi lubang dan ditancapkan tips.[7] Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan kertas dan diikat dengan karet.[7] Media tersebut disterilisasi pada 121˚C selama 20 menit di dalam auoklaf untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang mungkin akan mengganggu pertumbuhan jamur.[7] Setelah steril, media substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.[7] Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji sorgum pada botol (aseptis).[7] Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas.[7] Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh miselium.[7] Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan terbuka.[7] Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya.[7] Tubuh buah jamur akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media lembab dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.[7] Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan ditimbang untuk diamati pertumbuhannya setiap minggu.[7] Anonim b 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram

Jamur kuping Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari ?Jamur kuping

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Fungi Divisi:

Basidiomycota

Kelas:

Agaricomycetes

Ordo:

Auriculariales

Famili:

Auriculariaceae

Genus:

Auricularia

Spesies: A. auricula-judae Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik.[1] Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang.[2] Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora).[2] Cara reproduksi : vegetatif (dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium) dan secara

generatif (dengan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang menghasilkan spora yang disebut basidiospora).[3] Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping.[4] Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping).[4] Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.[2] Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil.[5] Jamur kuping merupakan salah satu konsumsi jamur yang karakteristik dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya.[5] Jamur kuping juga telah dijadikan sebagai bahan berbagai masakan seperti sayur kimlo, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyaki, dan bakmi jamur dengan rasa yang lezat dan tekstur lunak yang terasa segar dan kering.[4] Jamur kuping sering digunakan sebagai campuran sup ini memiliki rasa yang cukup lezat.[6] Tak heran menjadi jenis makanan yang digemari semua usia. Terlepas dari itu, jamur kuping sudah dikenal secara luas sebagai bahan makanan yang memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun.[6] Manfaat jamur kuping ini telah diketahui sejak ratusan tahun lalu oleh bangsa Tionghoa.[6] Lendir yang dihasilkan jamur kuping selama dimasak dapat menjadi pengental.[6] Lendir jamur kuping dapat menonaktifkan atau menetralkan kolesterol.[6] Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketebalan, dan warnanya.[7] Jamur kuping ang mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera.[8] Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak.[8] Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan yaitu untuk mengurangi panas dalam, dan juga mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.[8][7] Kandungan nutrisi jamur kuping sendiri terdiri kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal.[9] Kandungan lemak di dalam jamur, lebih dari 72% lemak dalam jamur ini termasuk unsaturated sehingga aman dan sehat jika dimakan. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas thiamine (vit. B-1), riboflavin (vit. B-2), niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya.[9] Sedangkan, kandungan mineral jamur ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro lainnya. Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%.[9] Jika jamur kuping dipanaskan, maka lendir yang dihasilkan memiliki khasiat antara lain[9] : Penangkal / penonaktif racun baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, bakhan sampai ke racun berbentuk logam berat. Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa dalam makanan. Kandungan senyawa dalam lendir jamur kuping, efektif untuk menghambat pertumbuhan carcinoma dan sarcoma (kanker) sampai 80 – 90%. Berfungsi juga untuk antikoagulan. Lendir jamur kuping dapat meghambat dan mencegah penggumpalan darah. Dapat menormalkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan kekebalan tubuh, menguatkan syaraf, dapat mengurangi stress, berfungsi sebagai antioksidan, dan juga antitumor. Anonim c 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_kuping

Jamur kayu Fomes is a genus of perennial woody fungi in the family Polyporaceae. Species are typically hoof-shaped (ungulate). New growth each season is added to the margin, resulting in a downward extension of the hymenium.[1] This often results in a zonate appearance of the upper surface, that is, marked by concentric bands of color. Kingdom: Fungi Phylum: Basidiomycota Class: Agaricomycetes Order: Polyporales Family: Polyporaceae Genus: Fomes

Anonim d 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Fomes

Aspergillus From Wikipedia, the free encyclopedia Jump to:navigation, search Aspergillus

Conidial head of Aspergillus niger

Scientific classification Domain: Eukarya Kingdom: Fungi Phylum: Ascomycota Class: Eurotiomycetes Order: Eurotiales Family: Trichocomaceae Genus: Aspergillus Species Several hundred,[1] including: Aspergillus caesiellus Aspergillus candidus Aspergillus carneus Aspergillus clavatus Aspergillus deflectus

Aspergillus flavus Aspergillus fumigatus Aspergillus glaucus Aspergillus nidulans Aspergillus niger Aspergillus ochraceus Aspergillus oryzae Aspergillus parasiticus Aspergillus penicilloides Aspergillus restrictus Aspergillus sojae Aspergillus sydowi Aspergillus tamari Aspergillus terreus Aspergillus ustus Aspergillus versicolor Aspergillus is a genus consisting of several hundred mold species found in various climates worldwide. Aspergillus was first catalogued in 1729 by the Italian priest and biologist Pier Antonio Micheli. Viewing the fungi under a microscope, Micheli was reminded of the shape of an aspergillum (holy water sprinkler), and named the genus accordingly.[2] Today "aspergillum" is also the name of an asexual spore-forming structure common to all Aspergilli; around one-third of species are also known to have a sexual stage.[1]

[edit] Growth and distribution

Aspergillus on a tomato in detail Aspergillus species are highly aerobic and are found in almost all oxygen-rich environments, where they commonly grow as molds on the surface of a substrate, as a result of the high oxygen tension. Commonly, fungi grow on carbon-rich substrates such as monosaccharides (such as glucose) and polysaccharides (such as amylose). Aspergillus species are common contaminants of starchy foods (such as bread and potatoes), and grow in or on many plants and trees. In addition to growth on carbon sources, many species of Aspergillus demonstrate oligotrophy where they are capable of growing in nutrient-depleted environments, or environments in which there is a complete lack of key nutrients. A. niger is a prime example of this; it can be found growing on damp walls, as a major component of mildew.

[edit] Commercial importance

Various Penicillium, Aspergillus spp. (and some other fungi) growing in axenic culture. Species of Aspergillus are important medically and commercially. Some species can cause infection in humans and other animals. Some infections found in animals have been studied for years. Some species found in animals have been described as new and specific to the investigated disease and others have been known as names already in use for organisms such as saprophytes. More than 60 Aspergillus species are medically relevant pathogens.[3] For humans there is a range of diseases such as infection to the external ear, skin lesions, and ulcers classed as mycetomas. Other species are important in commercial microbial fermentations. For example, alcoholic beverages such as Japanese sake are often made from rice or other starchy ingredients (like manioc), rather than from grapes or malted barley. Typical microorganisms used to make alcohol, such as yeasts of the genus Saccharomyces, cannot ferment these starches, and so koji mold such as Aspergillus oryzae is used to break down the starches into simpler sugars. Members of the genus are also sources of natural products that can be used in the development of medications to treat human disease.[4] Perhaps the largest application of A. niger is as the major source of citric acid; this organism accounts for over 99% of global citric acid production, or more than 1.4 million tonnes per annum[citation needed]. A. niger is also commonly used for the production of native and foreign enzymes, including glucose oxidase and hen egg white lysozyme. In these instances, the culture is rarely grown on a solid substrate, although this is still common practice in Japan, but is more often grown as a submerged culture in a bioreactor. In this way, the most important parameters can be strictly controlled, and maximal productivity can be achieved. It also makes it far easier to separate the chemical or enzyme of importance from the medium, and is therefore far more cost-effective.

[edit] Research

Four 3-day old Aspergillus colonies. Clockwise from top-left: an A. nidulans laboratory strain; a similar strain with a mutation in the yA marker gene involved in green pigmentation; an A. oryzae strain used in soy fermentation; A. oryzae RIB40.

A scan of Aspergillus taken at 235 magnifications under a scanning electron microscope. A. nidulans has been used as a research organism for many years and was used by Guido Pontecorvo to demonstrate parasexuality in fungi. Recently, A. nidulans was one of the pioneering organisms to have its genome sequenced by researchers at the Broad Institute. As of 2008, a further seven Aspergillus species have had their genomes sequenced: the industrially useful A. niger (two strains), A. oryzae and A. terreus, and the pathogens A. clavatus, A. fischerianus (Neosartorya fischeri), A. flavus and A. fumigatus (two strains).[5] A. fischerianus is hardly ever pathogenic but is very closely related to the common pathogen A. fumigatus; it was sequenced in part to better understand A. fumigatus pathogenicity.[6]

[edit] Genomics The simultaneous publication of three Aspergillus genome manuscripts in Nature in December 2005 established Aspergillus as the leading filamentous fungal genus for comparative genomic studies. Like most major genome projects, these Aspergillus efforts were collaborations between a large sequencing centre and the respective community of scientists. For example, the Institute for Genome Research (TIGR) worked with the Aspergillus fumigatus community. A. nidulans was sequenced at the Broad Institute. A. oryzae was sequenced in Japan at the National Institute of Advanced Industrial Science and Technology. The Joint Genome Institute ( JGI) of the Department of Energy has released sequence date for a citric acid-producing strain of A. niger. TIGR, now re-named the Venter Institute is currently spear-heading a project on the A. flavus genome.[7] Genome sizes for sequenced species of Aspergillus range from approximately 29.3 Mb for A. fumigatus to 37.1 Mb for A. oryzae while the numbers of predicted genes vary from approximately 9926 for A. fumigatus to approximately 12,071 for A. oryzae. The genome size of an enzyme producing strain of A. niger is of intermediate size at 33.9 Mb.[2]

[edit] Pathogens

Some Aspergillus species cause serious disease in humans and animals. The most common causing pathogenic species are Aspergillus fumigatus and Aspergillus flavus. Aspergillus flavus produces aflatoxin which is both a toxin and a carcinogen, and which can potentially contaminate foods such as nuts. The most common causing allergic disease are Aspergillus fumigatus and Aspergillus clavatus. Other species are important as agricultural pathogens. Aspergillus spp. cause disease on many grain crops, especially maize, and synthesize mycotoxins including aflatoxin.

[edit] Aspergillosis For more details on this topic, see Aspergillosis.

Pulmonary aspergillosis. Aspergillosis is the group of diseases caused by Aspergillus. The most common subtype among paranasal sinus infections associated with aspergillosis is Aspergillus fumigatus.[8] The symptoms include fever, cough, chest pain or breathlessness, which also occur in many other illnesses so diagnosis can be difficult. Usually, only patients with already weakened immune systems or who suffer other lung conditions are susceptible. In humans, the major forms of disease are: Allergic bronchopulmonary aspergillosis or ABPA, which affects patients with respiratory diseases like asthma, cystic fibrosis, and sinusitis). Acute invasive aspergillosis, a form that grows into surrounding tissue, more common in those with weakened immune systems such as AIDS or chemotherapy patients. Disseminated invasive aspergillosis, an infection spread widely through the body. Aspergilloma, a "fungus ball" that can form within cavities such as the lung Aspergillosis of the air passages is also frequently reported in birds, and certain species of Aspergillus have been known to infect insects.[3]

Khamir Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Diagram sel khamir Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae, yang dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, tape, dan bir sejak ribuan tahun yang silam dalam bentuk ragi.

Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif. JAMUR DIBAGI MENJADI 6 DIVISI : 1 MYXOMYCOTINA (Jamur lendir) • Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana. • Mempunyai 2 fase hidup, yaitu: - fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba, disebut plasmodium - fase tubuh buah • Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang disebut myxoflagelata. Contoh spesies : Physarum polycephalum 2 OOMYCOTINA • Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti. • Reproduksi: - Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan sporangium dan konidia. - Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru. Contoh spesies: a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat maupun serangga air. b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang. 3 ZYGOMYCOTINA • Tubuh multiseluler. • Habitat umumnya di darat sebagai saprofit. • Hifa tidak bersekat. • Reproduksi: - Vegetatif: dengan spora. - Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru. Contoh spesies: a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti. b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe. 4 ASCOMYCOTINA • Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi se lul er. • Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak. • Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak). • Reproduksi: - Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia. - Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora. Contoh spesies: 1. Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi. - berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol. - mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi. 2. Neurospora sitophila: jamur oncom. 3. Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum

penghasil antibiotika penisilin. 4. Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk mengharumkan keju. 5. Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap. 6. Aspergillus wentii untuk membuat kecap 7. Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin hidup pada biji-bijian. penyebab kanker hati. 8. Claviceps purpurea hidup sebagai parasit padabakal buah Gramineae.

flatoksin salah satu

5 BASIDIOMYCOTINA • Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil spora. • Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik. Contoh spesies: 1. Volvariella volvacea : jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan 2. Auricularia polytricha : jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan 3. Exobasidium vexans : parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau blister blight. 4. Amanita muscaria dan Amanita phalloides: jamur beracun, habitat di daerah subtropis 5. Ustilago maydis : jamur api, parasit pada jagung. 6. Puccinia graminis : jamur karat, parasit pada gandum 6. DEUTEROMYCOTIN Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif. Contoh : Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina. Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh jamur dari golongan ini, misalnya :Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp., Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap. MIKORHIZA Mikorhiza adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi, jamur yang dari Divisio Zygomycotina, Ascomycotina dan Basidiomycotina. LICHENES / LIKENES Likenes adalah simbiosis antara ganggang dengan jamur, ganggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal dari Ascomycotina atau Basidiomycotina. Likenes tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim. Contoh : • Usnea dasypoga • Parmelia acetabularis

Anonim a 2000 http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0025%20Bio%201-5b.htm

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping. CIRI-CIRI UMUM JAMUR Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. 1. Struktur Tubuh Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Gbr. Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat. 2. Cara Makan dan Habitat Jamur Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Lihat Gambar 5.3. a. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). b. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok. c. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang

mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

3. Pertumbuhan dan Reproduksi Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis. 4. Peranan Jamur Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut. a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi. b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom. c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir. d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik. e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer. Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut. a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai. b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang. c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air. d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian. e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia. f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

Anonim b 2000 http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm

Fungi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Istilah "Fungi" tidak sama dengan "jamur". Silakan lihat artikel tentang jamur untuk informasi lebih lanjut ?Fungi Rentang fosil: Devonian Awal – Sekarang

Searah jarum jam dari kiri atas: Amanita muscaria, sejenis basidiomycete; Sarcoscypha coccinea, sejenis ascomycete; roti yang ditumbuhi jamur; sejenis chytrid; Aspergillus, sejenis conidiophore.

Klasifikasi ilmiah Domain:

Eukarya

(tidak termasuk) Opisthokonta Kerajaan:

Fungi (L., 1753) R.T. Moore, 1980

Subkingdoms/Phyla/Subphyla[2] Blastocladiomycota Chytridiomycota Glomeromycota Microsporidia Neocallimastigomycota

Dikarya (inc. Deuteromycota)

[1]

Ascomycota Pezizomycotina Saccharomycotina Taphrinomycotina Basidiomycota Agaricomycotina Pucciniomycotina Ustilaginomycotina

Subphyla Incertae sedis Entomophthoromycotina Kickxellomycotina Mucoromycotina Zoopagomycotina

Orange saprotrophic fungus

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacammacam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες, "lendir", dan λογοσ, "pengetahuan", "lambang").

Daftar isi [sembunyikan]

1 Posisi fungi dalam taksonomi 2 Cara hidup 3 Habitat 4 Reproduksi 5 Klasifikasi 6 Referensi 7 Lihat pula

[sunting] Posisi fungi dalam taksonomi Fungi dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih dekat ke hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel yang tersusun dari kitin, tidak seperti sel hewan.

[sunting] Cara hidup Fungi hidup menyerap zat organik dari lingkunganya. Berdasarkan cara memperoleh makannya, fungi mempunyai sifat sebagai berikut: Saprofit Parasit Mutual

dan lain - lain

[sunting] Habitat Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.

[sunting] Reproduksi Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.

[sunting] Klasifikasi Fungi diklasifikasikan menjadi 6 klasifilasi: Zygomycota Acsomycota Basidiomycota Deuteromycota Mikoriza

Lumut Kerak Anonim e 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Fungi

Ascomycota Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari ?Ascomycota

Sarcoscypha coccinea

Klasifikasi ilmiah Kerajaan:

Fungi

Upakerajaan: Dikarya Filum:

Ascomycota (Berk 1857) Caval.Sm. 1998[1]

Subphyla/Classes Pezizomycotina [1][4] Arthoniomycetes Dothideomycetes Eurotiomycetes Laboulbeniomycetes Lecanoromycetes Leotiomycetes Lichinomycetes Orbiliomycetes Pezizomycetes Sordariomycetes "Unplaced orders" Lahmiales Medeolariales Triblidiales "Unplaced family" Geoglossaceae Saccharomycotina Saccharomycetes Taphrinomycotina Neolectomycetes Pneumocystidomycetes Schizosaccharomycetes Taphrinomycetes Ascomycota adalah filum/divisi dari fungi. Anggota filum ini tersebar di seluruh dunia. Ascomycota dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual.

Daftar isi [sembunyikan] 1 Reproduksi Aseksual 2 Reproduksi Seksual 3 Beberapa Ascomycota penting 4 Rujukan

[sunting] Reproduksi Aseksual Dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas. kadangkadang kuncup tetap melekat pada induk selnya membentuk rantai sel yang disebut hifasemu atau pseudohifa.

[sunting] Reproduksi Seksual Mula-mula Hifa berbeda jenis saling berdekatan. 2)Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium, masing-masing berinti haploid. 3)Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan anteridium. 4)Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami. 5)Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan. 6)Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid dikariotik. 7)Di dalam askus terjadi kariogami menghasilkan inti diploid. 8)Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora terbentuk di dalam askus sehingga disebut sporaaskus. Spora askus dapat tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru. Catatan: Di dalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. Setiap haploid akan membelah secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8 buah spora.

[sunting] Beberapa Ascomycota penting khamir (ragi roti) Saccharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol. Aspergillus flavus hidup pada biji-bijian konsumsi, dapat membahayakan hati dan karsinogenik. Tuber magnatum atau Truffle putih digunakan dalam kuliner. ragi anggur Saccharomyces ellipsoideus, untuk pembuatan minuman anggur. ragi tuak Saccharomyces tuac, untuk pembuatan tuak dari nira. kapang oncom Neurospora sitophila, untuk pembuatan oncom Neurospora crassa, kapang yang dipakai sebagai organisme model dalam biologi. Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinae, yang tubuh buahnya dapat dimakan. Venturia inaequalis penyebab penyakit yang merusak buah apel. Clavisceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum. Gandum yang terkena spesies ini akan menimbulkan ergotisme pada hewan atau manusia yang memakannya. Phaeoacremonium parasitica menginfeksi kayu beberapa jenis gaharu sehingga terbentuk resin yang berbau harum Anonim f 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Ascomycota

Basidiomycota Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari ?Basidiomycota

Basidiomycetes dari buku Ernst Haeckel berjudul Kunstformen der Natur (Artforms of Nature) pada tahun 1904

Klasifikasi ilmiah Kerajaan:

Fungi

Upakerajaan: Dikarya Filum:

Basidiomycota R.T. Moore, 1980

Divisi Basidiomycotina adalah takson dengan Kingdom Fungi yang termasuk spesies yang memproduksi spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium. Secara esensial grup Ascomycota, mempunya 22,300 spesies. Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya); dan Heterobasidiomycetes. Basidimycotina dapat dibagi lagi menjadi 3 kelas, Hymenomycotina (Hymenomycetes), Ustilaginomycotina (Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina (Urediniomycetes). Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler dan dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan bisa dikarakteristikan dengan melihat basidia, mempunyai dikaryon.

[sunting] Daur hidup Basidiomycetes mempunyai sistem reproduksi yang aneh. Kebanyakan merupakan heterotolik, tapi dengan bipolar atau tetrapolar sistem kawin. Biasanya, somatogami (hyphogami) dilakukan. Kebanyakan Basidiomycetes hidup sebagai dikariotik, miselium, dengan karyogami dan meiosis terjadi di basidium. Berikut contoh diploid daur hidup: genus Xerula kadang ditemukan memproduksi klon diploid

sebagai spora, dan Armillaria, patogen hutan biasa, mempunyai miselium yang diploid, dimana karyogami mengikuti plasmogami. Spora vegetatif (konidia) juga ditemukan di basidiomycetes. Anonim g 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Basidiomycota

Deuteromycota Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari ?Jamur tak sempurna

Conidiophore of Aspergillus sp.

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Fungi Species See below. Deuteromycota atau Jamur tak sempurna adalah jamur yang belum di ketahui cara reproduksi seksulanya. Deuteromycota bereproduksi aseksual dengan spora vegetatif.

[sunting] Anggota Berikut anggota Deuteromycota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Chladosporium Curvularia Trichophyton Aspergillus oryzae A. wentii A. flavus A. fumigatus Fusarium

Anonim h 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Deuteromycota

Jamur lendir Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Jamur lendir Diderma testaceum. Jamur lendir atau Myxomicota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur namun berperilaku menyerupai amoeba[1]. Myxomycota berasal dari kata myxo yang artinya lendir, dan mykes yang artinya cendawan[1]. Ciri umum myxomycota adalah memiliki fase soma berupa plasmodium[1]. Plasmodium yang mengering membentuk sklerotium[1]. Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi miksospora[1]. Dinding sel sporangium disebut peridium[1]. Habitat cendawan ini adalah di tempat yang lembab, kayu busuk, daun mati, dan benda organik lainnya[2].

Daftar isi [sembunyikan] 1 Plasmodium 2 Struktur Penghasil Miksospora 3 Referensi 4 Pranala Luar

[sunting] Plasmodium Terdapat tiga macam struktur plasmodium yaitu[1]: Protoplasmodium, berbentuk renik, tanpa urat, berubah menjadi satu sporangium, contohnya pada: Echinostelium Aphanoplasmodium, awalnya berupa protoplasmodium, kemudian tumbuh memanjang dan bercabang membentuk jaring-jaring seperti benang yang transparan, contohnya pada: Stemonitis Phaneroplasmodium, awalnya serupa protoplasmodium, kemudian bercabang dengan protoplasma yang lebih kental dan granular, contohnya pada: Physarum[1].

[sunting] Struktur Penghasil Miksospora Terdapat empat macam struktur penghasil miksospora, yaitu[2]: Sporangium.

Ada yang bertangkai dan ada yang tidak bertangkai. Sporangium memiliki struktur miksospora, peridium, kapilitium, kolumela, sporangiofor, dan hipotalus. Contoh cendawan yang memiliki struktur ini adalah Stemonitis dan Physarum[2] Aetalium. Sporangiofor berbentuk bantalan, agak besar, berasal dari seluruh plasmodium yang tak berdiferensiasi sempurna. Contohnya pada Fuligo.[2] Pseudoaetalium. Gabungan dari beberapa sporofor seperti sporofor tunggal[2]. Contohnya pada Dictydiathaelium.[2] Plamodiokarp. Morfologinya mirip plasmodium, protoplasma berkumpul di beberapa urat utama plasmodium dan berkembang menjadi sporofor. Sprorofor ini tetap mempertahankan bentuk plasmodium pada waktu pembentukkan sporofor[2]. Contohnya pada Hemitrichia[2]. Anonim i 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_lendir

Zygomycota Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari ?Zygomycota

Sporangium of a Phycomyces sp.

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Fungi Divisi:

Zygomycota Moreau 1954 (technically invalid)

Kelas:

mold

Orders Mucoromycotina: Endogonales Mucorales Mortierellales Kickxellomycotina: Asellariales Kickxellales Dimargaritales Harpellales Entomophthoromycotina: Entomophthorales Zoopagomycotina: Zoopagales Zygomycota, adalah tumbuhan jamur yang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat, tetapi ada pula yang tidak bersekat. Jamur ini bersifat senositik dan dapat membentuk struktur dorman bersfat sementara yang disebut zigospora.Jamur dalam subdivisi ini dahulunya dimasukkan bersama-sama Mastigomycota ke dalam kelas Phycomicetes, berdasarkan cirri khas berupa hifa yang tak bersekat-sekat (aseptat), tetapi ternyata kedua subdivisi ini menunjukkan banyak ciri yang berlainan, seperti tempat hidup dan jumlah flagel pada zoospore sehingga perlu ditempatkan secara terpisah.[1]

Daftar isi [sembunyikan] 1 Ciri-ciri 2 Anggota 3 Pranala luar 4 Referensi

[sunting] Ciri-ciri Jamur-jamur dalam kelas ini sebagian besar hidup di darat dan di dalam tanah atau pada bagian tumbuhan dan hewan yang membusuk. [2]Perkembangbiakan jamur dalam kelas ini adalah perkembangbiakan seksual dengan ‘’gametangiogami’’ dari dua hifa yang saling sesuai dengan menghasilkan zigospora, sedangkan perkembangbiakan aseksual dilakukan dengan membentuk spora tak berflagel yang berupa sporangiospora atau konidia.[3].Zygomycota mempunyai hifa senositik, yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak mempunyai sekat melintang, jadi hifa berbentuk satu tabung halus yang mengandung protoplast dengan banyak initi.[4]Seperti halnya jamur lain, zygomycota memproduksi dinding sel yang mengandung zat kitin,mereka tumbuh sebagai miselia atau benang-benang yang disebut hifa. Jamur dalam kelas ini disebut sebagai jamur paling tinggi dibandingkan dengan kelas Ascomycota dan Basidiomycota.[5]

[sunting] Anggota Rhizopus oligosporus Rhizopus oryzae R. stolonifer Mucor mucedo Anonim j 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Zygomycota

Oomycota From MicrobeWiki, the student-edited microbiology resource Jump to: navigation, search A Microbial Biorealm page on the Oomycota

Saprolegnia. Image from UC-Berkeley

Contents [hide] 1 Classification o 1.1 Higher order taxa o 1.2 Species 2 Description and Significance 3 Genome Structure 4 Cell Structure and Metabolism 5 Ecology 6 References

Classification Higher order taxa Eukaryota; Stramenopiles

Species

Saprolegnia Phytophthora infestans Plasmopara viticola NCBI: Taxonomy Genome

Description and Significance

Late blight of potato, caused by Phytophthora infestans. Image from Mycologue Publications Oomycota is a phylum of filamentous protists containing over 500 species. The majority of these organisms are in the groups commonly known as water molds or downy mildew. "Oomycota" means "egg fungi", referring to the oversize oogonia which house the female gametes (eggs). Despite the name and their superficial appearance, oomycetes are not fungi. While some members of Oomycota are relatively harmless, some species are parasitic and negatively affect aquatic plants or organisms. Members of the genus Saprolegnia are examples of these parasites, which grow on fish scales or eggs and cause problems in places where there is a high population of fish, such as fish farms or spawning ground. Some parasitic oomycetes have affected the history of human populations through the infection of certain terrestrial plants. For instance, Phytophthora infestans, or late potato blight, spreads so rapidly through the leaves and tubors of potato plants that the disease destroyed almost the entire crop of potatoes in Ireland, leading to the Great Potato Famine of 1846. Other phytophthora species have been known to destroy tropical plants as well, such as eucalyptus and pineapple. Another native American parasitic oomycete, Plasmopara viticola, was transported to France in 1870 on grapevines which were used to stimulate the struggling French grape industry. The parasite made swift work of the remaining French plants, and was unstoppable until the discovery of the Bordeaux mixture. When applied to the leaves of the grapevines, this combination of lime and copper sulfate brought the disease to a halt. The use of the Bordeaux mixture is the first instance of the utilization of a chemical to destory plant parasites.

Genome Structure For Phytophthora infestan's complete orf217 sequence, click here.

Cell Structure and Metabolism

Reproductive Cycle of Saprolegnia. Image from McDaniel College

Sporangia of an Oomycete. Image from General Mycology, UArizona Oomycete cells differ from those of true fungi in that they have walls of cellulose and the amino acid hydroxyproline. They are heterotophic, either saphropytic or parasitic. Oomycetes can reproduce asexually, by forming a structure called a sporangium or zoosporangium. Inside these sporangia, zoospores are produced, first the primary zoospore and then the secondary zoospore, which is laterally flagellated. Their flagellum allow the zoospores to move rapidly through water. This type of germination is most common among aquatic and soil-dwelling species. Oomycetes may also germinate directly on the host plant by way of a germ tube. Organisms of Oomycota may also reproduce sexually, by direct injection of the male nuclei (sperm) into the oogonium. This type of reproduction is known as "gametangical copulation".

Ecology Oomycota is responsible for the decomposition and recycling of waste in their ecosystem, which tends to be moist, cool areas such as damp soil and freshwater habitats. Parasitic species cause the destruction of crops in many parts of the world, and have wreaked havoc on agriculture throughout history. The most famous example of this destruction is Ireland's Great Potato Famine in 1845-48, when the oomycete Phytophthora infestans, accompanied its vegetable host to the British Isles. While the disease is controllable, the zoospores produced asexually are able to move at such a fast rate that they can overtake an entire potato field in a remarkably short amount of time. Species of Oomycota can be found the world over, including Europe, parts of Russia, Mexico, some South American countries, the United States, Canada, Japan, and Korea. Anonim 2006 http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Oomycota