KARAKTERISTIK NASKAH DRAMA KARYA SISWA ... - Jurnal Online

27 downloads 670 Views 43KB Size Report
Naskah drama merupakan salah satu bagian dari pembelajaran menulis .... mengunakan bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa kromo, bahasa ngoko dan.
KARAKTERISTIK NASKAH DRAMA KARYA SISWA DENGAN RANGSANG PENGALAMAN DI INGKUNGAN PESANTREN PADA SISWA KELAS VIII-B MTs AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT Akhmad Asrori1 Titik Harsiati2 Kusubakti Andajani3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang Nomor 5 E-mail: [email protected]

ABSTRAK Naskah drama merupakan salah satu bagian dari pembelajaran menulis sastra di SMP/MTs. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik naskah drama karya siswa dari aspek tema, alur penokohan, petunjuk laku dan bahasa. Penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data penelitian adalah naskah drama karya siswa MTs Al-Aziz Banjarpatoman Dampit di lingkungan pesantren. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik naskah drama mencakup: (1) tema dipilih adalah tema persahabatan, peristiwa, keagamaan (2) alur yang dipilih siswa adalah alur lengkap dan alur tidak lengkap, (3) penokohan yang dipilih siswa adalah tokoh utama dan sampingan, (4) dialog yang dipilih siswa adalah dialog model tanya-jawab, ajakan-respon dan pernyataan-pertanyaan, (5) petunjuk laku yang dipilih siswa adalah gerak tokoh, kinestetik, dan emosi tokoh, (6) karakteristik bahasa, meliputi, bahasa sehari-hari, campur kode, bahasa tidak baku dan struktur bahasa lain. Kata Kunci : naskah drama, rangsang pengalaman, lingkungan pesantren. ABSTRACT Drama copy represent one part of the study write art [in] SMP / mts. This research aim to analyse student masterpiece drama copy characteristic of theme aspect, groove figure, saleable guide and Ianguage. Research the used [is] approach qualitative. Research data [is] student masterpiece drama copy of MTS Al- Aziz Banjarpatoman Dampit [in] environment of pesantren. Result of research of menunjukan that drama copy characteristic include;cover ( 1) theme selected [by] [is] theme friendship of event, religious, ( 2) selected [by] path [is] student [is] complete path and incomplete path, covering incomplete and complete path, ( 3) selected [by] figure [is] student [is] especial figure and peripheral, ( 4) dialogued which [is] selected [by] student [is] dialogued [by] model of tanya-jawab, and ajakan-respon of pernyataan-pertanyaan, ( 5) saleable guide which selected [by] student [is] figure motion, kinestetik, and figure emotion, ( 6) Ianguage characteristic, covering, colloquial, mix [of] code, Ianguage is not standard and other Ianguage structure. Key Word: drama copy, experience stimulus, environmental of pesantren. 1

Akhmad Asrori, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang Titik Harsiati, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang, Pembimbing I 3 Kusubakti Andajani, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang, Pembimbing II 2

1

Naskah drama merupakan salah satu karya sastra yang harus dipentaskan. Menurut Waluyo (2002:1-2) drama merupakan perbuatan, tindakan, atau beraksi. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas yakni sebagai salah satu genre sastra dan sebagai kesenian mandiri. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas, yakni mengenai potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa drama merupakan sebuah lakon atau cerita yang berupa kisah kehidupan yang tertuang dalam bentuk dialog dan lakuan tokoh yang berisi konflik manusia. Naskah drama karya siswa MTs Al- Aziz Banjarpatoman Dampit di lingkungan pesantren dimungkinkan memiliki ciri yang khas. Hal ini disebabkan oleh tahap perkembangan siswa MTs yang masih berada pada tahap perkembangan perkembangan dewasa muda (Dariyo, 1999:4). Apalagi situasi sekolah yang berada di lingkungan pondok pesantren. Kedua hal tersebut menyebabkan naskah drama karya siswa di lingkungan pondok pesantren berpotensi memiliki ciri khas yang layak untuk di teliti Pada naskah drama karya siswa tema yang berbeda sebab siswa memiliki pengalaman yang tidak sama sesuai dengan usia kejiwaan masing-masing. Untuk mengetahui sebuah ide yang akan dioleh siswa untuk modal utama penulisan sebuah naskah drama karya siswa adalah menggunakan rangsang pengalaman. Dengan rangsang pengalaman para siswa akan terinspirasi ide-ide cemerlang sebagai bahan acuan penyusunan naskah drama. Adapun tema yang dipilih siswa antara lain tema persahabatan, tema peristiwa, tema moral, kegiatan keagamaan, dan tema kegemaran. Berkaitan dengan naskah drama, ada beberapa unsur drama yang diajarkan. Unsur-unsur tersebut mencakup, tema, alur, penokohan, dialog, petunjuk laku, dan petunjuk pementasan. Unsur pertama dari naskah drama adalah tema. Tema adalah ide dasar yang memperkuat isi dalam setiap karya sastra drama. Tema tersebut menjadi pemicu dan pemandu utama terwujudnya sebuah naskah drama yang baik. Menurut Waluyo (2002:24) tema yang baik adalah tema yang memiliki syarat sebagai berikut: (1) tema yang kuat, lengkap dan mendalam dalam mengungkapkan pengalaman jiwa pengarangnya, (2) tema yang dapat menggambarkan suasana yang luar biasa atau pengarang dalam passion, (3) tema yang dapat memunculkan konflik batin dalam drama dan benar-benar dapat dihayati oleh pengarang. Unsur kedua dari naskah drama adalah alur. Pengambaran isi sebuah naskah drama didasarkan atas urutan peristiwa yang disebut dengan alur. Menurut Waluyo (2002:8) alur/plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu dapat berkembang karena adanya kontradiksi antara pelakunya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Freytag (dalam Waluyo:2002:8) yang menjelaskan unsur-unsur plot ini lebih lengkap yang meliputi: (1) pelukisan awal cerita yang berisi perkenalan tokoh tokoh drama dengan watak masing masing, (2) komplikasi atau pertikaian kedua yang berisi pertikaian para pelaku, (3) klimaks atau titik puncak cerita, konflik sampai klimaks, (4) penyelesaian berisi konflik yang menurun, dan (5) keputusan yang berisi ulasan penguat terhadap seluruh kisah lakon itu.

2

Pelaku atau tokoh dalam setiap drama pun melengkapi sebuah naskah drama. Adapun cara pemilihan tokoh sesuai dengan sifat tokoh tersebut sering disebut dengan penokohan. Menurut Waluyo (2002:14) penokohan hubunganya dengan perwatakan. Susunan tokoh ( drama personae) merupakan daftar tokoh tokoh yang berperan dalam drama tersebut. Dalam susunan tokoh itu, yang lebih dulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan dan keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan sampingan. Proses percakapan menjadi ciri utama dalam naskah drama yang disebut dialog. Menurut Waluyo (2002:20) dialog adalah salah satu unsur yang harus ada dan termasuk ciri khas sebuah naskah drama. Dalam menyusun dialog pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penceritaan yang akan berlangsung tentu mengacu pada masalah, situasi tempat yang menjadi gambaran situasi dalam sebuah naskah drama yang di sebut dengan petunjuk laku. Menurut Sadikin, (1999:115) petunjuk laku merupakan bagian dari naskah drama yang berisi penjelasan mengenai keadaan, suasana peristiwa, atau perbuatan dan sifat para pelaku. Petunjuk laku dalam naskah drama ditulis pada akhir dialog dan sebelum dialog/percakapan berikutnya. Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Menurut Waluyo (2002:23) petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Menurut Chaer (2004:120) campur kode merupakan peristiwa yang terjadi apabila di dalam peristiwa klausa maupun frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran. Frase itu tidak mendukung fungsi sendiri-sendiri. Campur kode merupakan proses pertukaran dua bahasa atau lebih dalam suatu masyarakat tutur. Pertukaran bahasa tersebut yaitu antara dialek bahasa A dengan dialek bahasa B, dan masing-masing mempertahankan dialeknya. Menurut Musclih,(1990:5-8) pembakuan bahasa Indonesia adalah norma bahasa yang berlaku sebagai penutur yang dapat dijadikan tolak ukur bagi norma itu dan harus menjalankan segala jenis fungsi kemasyarakatan. Bahasa yang baku adalah bahasa yang memiliki kebakuan dan standar yang sudah ditetapkan bentuk yang benar dan penulisanya mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap melahirkan bahasa yang benar. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak baku merupakan bahasa yang tidak mengikuti norma, standar dan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku sebagai penutur. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa naskah drama karya siswa MTs di lingkungan pesantren berpotensi memiliki ciri khas yang perlu diteliti. Kekhasan naskah drama karya siswa tersebut dikaitkan dengan kondisi perkembangan siswa MTs yang masih berada pada tahap remaja awal dan situasi pesantren yang memiliki ciri khas. Dengan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan sebagai berikut peneliti ingin mengetahui hal-hal sebagai berikut. (1) karakteristik naskah drama karya siswa ditinjau dari tema, (2)

3

karakteristik alur, (3) karakteristik penokohan (4) karakteristik dialog, (5) karakteristik petunjuk lakuan, dan (6) karakteristik bahasa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rangsang pengalaman. Data berupa teks naskah drama karya siswa yang diperoleh melalui tugas menulis berdasarkan pengalaman. Paparan data mengenai karakteristik tema naskah drama, karakteristik alur naskah drama, karakteristik penokohan, karakteristik dialog, dan karakteristik bahasa naskah drama. Data diambil dari naskah drama karya siswa. Naskah drama karya siswa terdiri dari 35 naskah drama. Naskah drama yang dibuat siswa dianalisis sesuai aspek tema, alur, penokohan, dialog, petunjuk laku, dan bahasa. Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada adanya kecocokan antara data yang diteliti dengan tujuan penelitian. Data yang telah dikumpulkan dianalisis. Analisis data dilakukan dengan pengutipan data naskah drama siswa dan menyimpulkan data sesuai naskah drama yang dikutip. Kegiatan analisis selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa langkah meliputi, pengelompokan data dan instrument terdiri atas beberapa kriteria. Instrumen alur meliputi, tahapan alur dan jenis alur. Instrumen penokohan meliputi,teknik penokohan yang mencakup, dialog orang lain, dialog tokoh sendiri, percakapan tokoh, bahasa dan kostum yang dikenakan tokoh. Instrument dialog yang mencakup dialog model tanya-jawab, dialog model ajak-respon dan dialog model pernyataan petanyaan. Menurut Moeleong (2009:6) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Dalam hal ini, peneliti akan terlibat secara langsung menganalisis hasil karya siswa yang dimulai dari teori dan berakhir pada fakta.Teori ini berfungsi sebagai masukan sekaligus pemecahan masalah yang bersangkutan. Dalam penelitian kualitatif peneliti akan menganalisis data yaitu naskah drama karya siswa. Alasan pemilihan lokasi di Madrasah Tsanawiyah Al-Aziz Banjarapatoman Dampit yang berada di komplek Yayasan pesantren PPAI Al-Aziz Banjarpatoman Amadanom Dampit Malang tersebut, peneliti mengambil keputusan dengan beberapa pertimbangan. Sebab para siswa/santri di pesantren tersebut cukup kompleks baik masalah kekhasan bahasa maupu kegiatan sehari harinya. Dipandang dari kemenarikannya lokasi tersebut cukup unik sebab setelah peneliti melakukan pengamatan, di pondok tersebut komunikasi yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan memiliki kekhasan bahasa yang bervariasi seperti mengunakan bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa kromo, bahasa ngoko dan menggunakan bahasa dialek daerah masing-masing. Seperti santri dari Jawa tengah, mereka menggunakan bahasa Banyumasan santri dari Madura, mereka menggunakan bahasa Madura, ada pula siswa dari Jakarta, menggunakan bahasa Indonsia. Peneliti mengambil kesimpulan siswa banyak menggunakan bahasa campur kode. Hal ini yang menjadikan peneliti beralasan kuat untuk memilih lokasi tersebut layak diteliti.

4

HASIL Berdasarakan hasil analisis karakteristik Naskah Drama karya sastra siswa kelas MTs Al-Aziz Banjarpatoman Dampit melipiti: (1) karakteristik Naskah Drama di pandang dari tema yang dipilih siswa MTs Al-Aziz Banjarpatoman Dampit ada terbagi menjadi dua yaitu tema yang jelas dan tema yang tidak jelas. Dipandang dari unsur alur meliputi alur lengkap dan alur tidak lengkap. Dipandang dari unsur penokohan meliputi tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama yang di pilih adalah tokoh Aku, Kyai, Ustad. Tokoh sampingan seperti khodam,teman, ibu. Dipandang dari dialog meliputi Dialog yang di pilih sisiwa adalah dialog dengan model Tanya-jawab, model Ajakrespon dan model Pernyataan-pertanyaan. Dipandang dari unsur petunjuk laku naskah drama yang dipilih siswa menggunakan teknik sebagai berikut. (1) teknik emosional, (2) kinestetik, (3) kostum. Dipandang dari unsur bahasa bahasa, yang dipilih siswa MTs Al-Aziz Banjarpatoman Dampit meliputi:(1) bahasa sehari hari,(2) campur kode, (3) bahasa tidak baku, dan (4) struktur bahasa lain. PEMBAHASAN Karakteristik tema naskah drama Hasil analisis data mengenai karakteristik tema yang dipilih siswa ada dua pengelompokan (1) tema jelas dan (2) tema yang tidak jelas. Tema-tema yang jelas meliputi: tema persahabatan, tema peristiwa, tema moral tema kegiatan dan tema kegemaran. Adapun tema yang tidak jelas meliputi naskah drama yang berjudul: guru baruku, pondok pesantren yang mengesankan, berbakti pada guru, bertemu hantu ketika mau mengaji, kerajaan hutan rimba, mengantar teman. Tema-tema tersebut mewakili perasaan yang dirasakan oleh siswa berdasarkan pengalaman yang alami di lingkungan pesantren. Pengalaman yang dialami oleh siswa bermacam-macam dan tentu saja tema yang dipilih siswa juga beragam. Tema tersebut merupakan ide penceritaan utama dalam menyusun dialog/percakapan yang selanjutnya dikembangkan menjadi jalinan peristiwa yang membentuk sebuah naskah drama yang sempurna. Tema yang paling banyak dipilih oleh para siswa yaitu tema persahabatan dan tema kegiatan keagamaan. Kedua tema tersebut sangat kuat muncul dalam pemikiran para siswa. Hal ini sesuai dengan usia remaja sehingga mereka cenderung untuk mengembangkan naskah drama sesuai pengalaman yang dialaminya. (Dariyo,1999:4). Berdasarkan hal itulah, pengalaman menakutkan menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi mereka. berjudul Kesepian di Tinggalkan kakek dan Nenek Tersayang dalam naskah ini diungkapkan mengenai Tokoh Vina mengalami kegalauan setelah ditinggal kakek tersayang. Berdasarkan hasil analisis naskah drama yang berjudul Kesepian di Tinggal Kakek Nenek Tersayang dengan tema peristiwa tersebut di tunjukan pada kutipan kalimat sebagai berikut: Vin, sekarang kakek udah tua dan sakit-sakitan kamu jangan nakal-nakal sama teman dan patuhillah orang tua. Disamping itu, aktivitas siswa yang dilakukan di lingkungan pesantren sangat mendukung untuk pengembangan ide untuk menentukan tema. Pengembangan tema naskah drama yang ditulis seperti kerja bakti, mengaji, sholat berjamaah dan roan. Naskah drama karya siswa yang temanya jelas

5

meliputi. Tema persahabatan. Tema ini sesuai dengan usia remaja. Siswa banyak memilih naskah drama yakni memakai tema kegiatan keagamaan. Dipandang secara psikologis, remaja bukan anak lagi tetapi juga belum dewasa. Hal ini menyebabkan remaja menjadi sering merasa ragu-ragu tentang peran yang diharapkan darinya. Berdasarkan temuan hasil naskah drama karya siswa tema yang digunakan adalah tema persahabatan. Naskah drama yang ditulis oleh siswa sesuai dengan usianya, yaitu rata-rata berkaitan dengan kehidupan masa remaja yakni tentang persahabatan. Berdasarkan temuan hasil naskah drama karya siswa, tema yang digunakan adalah tema persahabatan. Sebab tema tersebut sesuai dengan usia remaja. Hal ini sesuai dengan teori berikut. Menurut Santrok (dalam Dariyo1999: 4) remaja mengalami beberapa masa transisi yaitu: 1)Remaja dipandang secara fisik Seorang dewasa muda (young adulthood) menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek fisiologi telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam dalam melakukan sebagai kegiatan tampak ini siatif, kreatif energik, cepat dan proaktif. Remaja remaja mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa ini seorang individu remaja tidak lagi dianggap sebagai masa tanggung tetapi dewasa muda. 2) Remaja dipandang dari perkembangan Intelektual Berdasarkan temuan data pada naskah drama di atas menujukkan bahwa tokoh Aku merasa lebih tenang, senang dan betah, karena ada teman dekat yaitu Syifa. Hal ini sesuai dengan pendapat teori , watak yang kuat itu kontradiksi antarkeduanya hal ini keduanya memiliki kepentingan yang sama, saling berebut sesuatu, saling bersaing dan sebagainya, Waluyo (2002:17). Di pandang secara psikologis, remaja bukan anak lagi tetapi juga belum dewasa. Hal ini menyebabkan remaja menjadi sering merasa ragu-ragu tentang peran yang diharapkan darinya. Di pandang dari segi perkembangan emosionalnya, dia merasa murung atau cemas, gelisah tanpa tahu apa sebabnya. Pola perilaku berubah secara berangsur angsur, ia masih kurang bersifat kritis pada lingkunganya, mereka masih membutuhkan-bimbingan untuk menyadarkan emosi yang timbul pada dirinya. Karakteristik tema dalam naskah drama cenderung menggunakan tema tentang persahabatan, mengapa demikian sebab tema tersebut sesuai dengan usia remaja. Pada usia remaja mereka memiliki berbagai gejala jiwa dan berbagai masalah pribadi sebagai bentuk proses masa kekanak-kanakan ke masa dewasa. Hal tersebut sering dikatakan sebagai masa transisi. Remaja yang berada di lingkungan pesantren cenderung saling berkelompok sesuai dengan keinginan. Menurut Waluyo (2002:24) tema yang baik adalah tema yang memiliki syarat sebagai berikut: (1) tema yang kuat, lengkap dan mendalam dalam mengungkapkan pengalaman jiwa pengarangnya, (2) tema yang dapat menggambarkan suasana yang luar biasa atau pengarang dalam passion, (3) tema yang dapat memunculkan konflik batin dalam drama dan benar-benar dapat dihayati oleh pengarang.

6

Tema yang dipilih siswa adalah tema kegiatan keagamaan. Dapat digambarkan pada naskah drama berjudul kerja bakti, ide penceritaan menunjukan kegiatan di masjidyaitu kerja bakti yang di laksanakan setiap hari jumat. Dalam penceritaanya tokoh yakup dan bagus melakukan kerja bakti dalam pembangunan masjid. Hal ini menunjukan bahawa tema tersebut adalah kegiatan keagamaan. Berdasarkan hasil analisis temuan peneliti, di bawah ini ditunjukan contoh kutipan naskah drama siswa yang menujukan peristiwa. Adapun judul naskah drama karya siswa yang menggunakan tema peristiwa antara lain: Bertemu Hantu ketika mau Mengaji, Baju terbalik, Berduka Cita, Pohon Menimpa Mobil, Kesepian di Tinggal Kakek dan Nenek Tersayang, Liburan di Pondok, Pulang ke Pondok, Tetangkap Basah, Kamar Peristirahatan, Pulang tanpa pamit, Kerajaan Hutan Rimba. Sedangkan pengalaman menakutkan banyak juga dipilih karena siswa cenderung masih mempercayai cerita-cerita hantu. Mereka sering mengalami kejadian-kejadian aneh dan menakutkan. Berdasarkan hasil analisis naskah drama yang berjudul kesepian di tinggal kakek-nenek tersayang dengan tema peristiwa tersebut di tunjukan pada kutipan kalimat sebagai berikut: Vin, sekarang kakek udah tua dan sakit-sakitan kamu jangan nakal-nakal sama teman dan patuhillah orang tua. . Berdasarkan hasil temuan peneliti mengenai tema moral ditujukan pada naskah drama yang berjudul: Berbakti pada Guru, Dihukum Berdiri, Gara-gara Salah Sangka, Salah Paham, Pulang Tanpa Pamit, Aziz Vs Sultan. Tema lain yang dipilih adalah tema kegemaran. Hal ini ditunjukan pada naskah drama karya siswa yang berjudul Bermain Sepak Bola. Pada naskah drama tersebut tokoh Adhim pada naskah drama tersesebut memiliki kegemaran bermain sepak bola, yang mengajak pada temanya Rizki untuk bermain bola bersama Yusuf. Menurut Waluyo (2002:23) tema

merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarang. Berdasarkan temuan peniliti judul naskah drama karya siswa yang temanya tidak jelas meliputi: Guru baruku, Pondok pesantren yang mengesankan, Berbakti pada guru, Bertemu hantu ketika mau mengaji, Kerajaan hutan rimba, Mengantar teman. Berdasarkan hasil temuan peneliti mengenai naskah drama yang berjudul Guruku Baruku tidak di temukan tema yang jelas sebab ide penceritaan tidak jelas. Beberapa judul naskah drama yang tidak ditemukan temanya antara lain: Guru Baruku,Bertemu Bantu ketika mau Mengaji, pohon menimpa mobil, Kerja Bakti di Masjid, Baturaden, Pulang Tanpa Pamit, Salah paham. Peneliti menyimpulkan keseluruhan mengenai tema dalam naskah drama. Tema yang banyak dipilih siswa adalah tema tentang kegiatan kegamaan sebab aktivitas yang dilakukan siswa di lingkungan pesantren. Seperti kegiatan mengaji, roan( kwerja bakti di masjid), ziaroh ke makam Gus Dur. Hal ini menggambarkan bahwa tema yang diangkat siswa tidak sama dengan bentuk tema di sekolah lain, sebagai sebuah ciri khas sebuah drama di lingkungan pesantren. Karakteristik alur naskah drama Alur yang dipilih secara keseluruhan adalah model alur lengkap dan alur tidak lengkap. Alur lengkap merupan alur yang mencakup pengenalan, timbul masalah, klimak , anti klimaks, peleraian dan penyelesaian, namun untuk alur yang tidak lengkap hanya mencakup perkenalan dan permasalahan mendatar tanpa 7

penyelesaian. sebagai berikut. Menurut Waluyo (2002:8) alur/plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu dapat berkembang karena adanya kontradiksi antara pelakunya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Freytag (dalam Waluyo:2002:8) memberikan unsur-unsur plot ini lebih lengkap yang meliputi hal-hal berikut. (1) Exsposition atau pelukisan awal cerita. Pada tahap ini, pembaca di perkenalkan dengan tokoh tokoh drama dengan watak masing masing. Pembaca mulai mendapat gambaran tentang lakon. (2) Komplikasi atau pertikaian awal. Pada tahap ini, pengenalan terhadap para pelaku sudah menjurus pada pertikaian. (3) Klimaks atau titik puncak cerita. Pada tahap ini, konflik meningkat sampai klimaks. (4) Penyelesaian. Pada tahap ini, konflik mereda atau menurun, dan (5) Keputusan. Pada tahap ini, ulasan penguat terhadap seluruh kisah lakon itu. Alur bertujuan menciptakan efek tertentu. Pautannya atau jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan waktu atau hubungan sebab akibat. Struktur alur dalam naskah drama mengalami beberapa tahap meliputi: (a) pengenalan tokoh yaitu pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh yang akan terlibat di dalam penceritaan naskah drama, (b) pemunculan konflik (timbul permasalahan), (c) puncak ketegangan, (d) ketegangan menurun (anti klimaks), dan (e) penyelesaian masalah. Pengelompokan alur dapat dibedakan: (1) alur lengkap adalah alur yang mencakup peristiwa dimulai dari perkenalan, timbul masalah, klimaks, anti klimaks, dan berakhir pada penyelesaian ( a-b-c-d-e), dan (4) alur tidak lengkap yakni alur yang dimulai dari peristiwa perkenalan masalah yang timbul tanpa ada penyelesaian (a-b). Adapun tahapan alur secara runtut meliputi:(1) tahap pengenalan, (2) tahap pemunculan konflik, (3) tahap klimaks, (4) tahap anti klimaks, (5) tahap penyelesaian. Memperhatikan jenis alur pada penelitian hasil penulisan naskah drama siswa dapat ditemukan sesuai dengan jenis alur penceritaan naskaah drama sebagai berikut. Pada kutipan naskah drama berjudul : Pada Waktu Liburan Pondok karya, Dewi Putri Uswatun Hasanah sebagai berikut. Model alur yang dipilih dalam naskah drama dengan penahapan alur antara lain: Berdasarkan temuan data mengenai naskah drama karya siswa yang menggunaan model alur lengkap yaitu naskah drama yang berjudul: (a) Di Hukum Berdiri, (b) Guru Baruku, (c) Berbakti pada guruku. Hal ini banyak terdapat pada naskah drama yang mengangkat tema moral. Pada naskah drama yang mengangkat tema moral, tahap awal berisi tentang ketegangan yang dialami tokoh ketika sebuah kejadian yang di alami sebelumnya.Tahap tengah berisi pengenalan tokoh dan tahap akhir berisi penyelesaian. Berdasarkan temuan peneliti mengenai alur yang tidak lengkap meliputi judul naskah drama seperti: Sepak Bola, Bertemu Hantu Ketika Mengaji. Data yang diperoleh mengenai karakteristik penokohan naskah drama banyak dipilih tokoh Aku sebagai pelaku sentral, sedangkan teman, kyai, ayah, nenek, bude, kakek sebagai tokoh utama dan tamu sebagai pembantu atau figuran. Sesuai dengan hasil temuan peneliti mengambil kesimpulan bahwa penokohan yang digunakan terbagi menjadi tiga macam tokoh.

8

Karakteristik penokohan naskah drama Penokohan merupakan cara pengarang dalam melukiskan karakter tokohnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tokoh-tokoh yang muncul dalam naskah drama karya siswa dibedakan menjadi tiga yaitu tokoh sentral, tokoh utama dan tokoh pembantu. Siswa yang masih dalam kategori remaja awal memiliki daya pikir yang lebih sederhana dibandingkan dengan orang dewasa dan kemungkinan masih memiliki rasa keakuan atau egois yang tinggi sehingga menampilkan tokoh utama aku dalam karangannya. Menurut Waluyo (2002:14) penokohan hubunganya dengan perwatakan. Susunan tokoh ( drama personae) merupakan daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama tersebut. Tokoh utama Aku dalam karangannya. Pada dasarnya karakter tokoh merupakan realisasi dari sifat tokoh atau penokohan. Adapun cara peneliti memberi watak tokoh atau penokohan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: (1) Pemaparan fisik,(2) Seorang tokoh/pelaku berdialog dengan tokoh lain. (3) Dialog seorang tokoh dengan dirinya sendiri. Berdasarkan hasil temuan naskah drama karya siswa. Siswa memilih bentuk percakapan tokoh dengan dirinya sendiri.(4) Dialog dengan teman/ tokoh lain yaitu di lakukan dengan menyebutkan watak tokoh melalui tokoh lain, dan (5) Melalui bahasa percakapan yang digunakan pelaku, yaitu memberi watak dengan memperhatikan bahasa yang digunakan oleh tokoh. Dengan demikian peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa banyak memilih penokohan dalam naskah drama dengan cara atau melalui bahasa percakapan yang digunakan oleh pelaku. Misalnya bahasa jawa Ngoko,kromo, bahasa Indonesia dan bahasa sehari hari. Karakteristik dialog naskah drama Dialog yang dipilih siswa secara keseluruhan menggunakan tiga macam bentuk dialog meliputi: (1) Dialog berbentul pertanyaan jawaban, (2) bentuk ajakanrespons, (3) bentuk dialog pernyataan-pertanyaan. Dialog yang berbentuk pertanyaan yaitu jenis dialog yang menujukan bahwa pelaku pertama memberikan pertanyaan kepada pelaku kedua dan pelaku kedua menjawab sesuai dengan pertanyaan pelaku pertama. Menurut Waluyo (2002:20) dialog adalah salah satu unsur yang harus ada dan termasuk ciri khas sebuah naskah drama. Dalam menyusun dialog pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan di atas panggung. Hal ini diperkuat oleh pendapatnya Webster ( dalam Maryaeni 1992:7) dialog merupakan percakapan antara dua orang pelaku dalam permainan drama, sehingga terjalin komunikasi yang kadang mirip dengan kehidupan keseharian. Dari kedua teori ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dialog merupakan proses tanya jawab antar tokoh sebagai jalinan komunikasi yang mirip dengan aktifitas sehari-hari. Karakteristik petunjuk laku Karakteristik petunjuk laku dalam naskah drama di tunjukan pada kalimat.(Sambil membawa sajadah Pengurus berkeliling asrama). Hal ini sesuai dengan teori sebagai berikut. Hal ini sesuai dengan teori sebagai berikut.

9

Menurut Waluyo (2002: 23) petujuk laku merupakan penulis ingin menunjukan bahwa

pelaku pengurus berkliling membawa sajadah. Menurut Waluyo (2002: 23) Petujuk laku merupakan penulis ingin menunjukan bahwa pelaku pengurus berkliling membawa sajadah. Karakteristik petunjuk laku naskah drama yang dipilih siswa menggunakan teknik sebagai berikut. (1) Teknik emosional yakni teknik yang berkaitan dengan rasa, baik ketakutan, keberanian, kesombongan dan lain sebaginya. (2) Teknik kinestetik, penampilan. (3) Kostum atau pakaian, asesoris yang dikenakan oleh tokoh. Menurut Sadikin, (1999:115) petunjuk laku merupakan bagian dari naskah drama yang berisi penjelasan mengenai keadaan, suasana peristiwa, atau perbuatan dan sifat para pelaku. Petunjuk laku dalam naskah drama ditulis pada akhir dialog dan sebelum dialog/percakapan berikutnya. Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Menurut Waluyo (2002:23) petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Karakteristik bahasa dalam naskah drama Berdasarkan temuan peneliti mengenai karakteristik bahasa nakah drama karya siswa dapat di bedakan menjadi tiga bahasa yaitu ragam bahasa, bahasa sehari-hari dan campur kode. Naskah drama karya siswa yang memakai sebagai berikut dua macam ragam bahasa. Hal ini sesuai dengan dengan teori berikut. Menurut Chaer, (2004:23) bahasa adalah alat komunikasi. Hal ini dibuktikan dari hasil naskah drama karya siswa yang berjudul Liburan Di Pondok karya Farah Aida yang memakai bahasa sehari-hari. Dalam naskah darama tersebut Tokoh Aku sering menggunakan bahasa jawa yang setiap hari digunakan untuk bercakap-cakap dengan lawat tokoh Seperti kata aku kepengin bali pokoke kepengin bali ?( dengan suara keras mereka ucapkan. Bahasa sehari hari masih cukup kental di kalangan para siswa, khsusnya santri pondok. Menurut Chaer, (2004:23) bahasa adalah alat komunikasi. Hal ini dibuktikan dari hasil naskah drama karya siswa yang berjudul Liburan Di Pondok karya Farah Aida yang memakai bahasa sehari-hari. Dalam naskah darama tersebut Tokoh Aku sering menggunakan bahasa jawa yang setiap hari digunakan untuk bercakap-cakap dengan lawat tokoh Seperti kata aku kepengin bali , pokoke kepengin bali (dengan suara keras mereka ucapkan. Bahasa sehari hari masih cukup kental di kalangan para siswa, khsusnya santri pondok. Campur code adalah dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Berdasarkan teori di atas peneliti menemukan penggunaan bahasa dalam naskah drama karya siswa menggunakan campur kode. Hal ini juga diperkuat teori sebagai berikut. Menurut Sumarsono, (2011:23) menyatakan bahwa masyarakat Jawa umumnya mengaku bawa bahasa jawa. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa bahasa yang digunakan siswa bagian menggunakan dialek bahasa (dialek) Jawa tengahan dan di padukan dengan bahasa (dialek) Jawa Timuran.

10

Berdasarkan hasil temuan data mengenai bahasa tidak baku dalam naskah drama karya siswa. Siswa banyak memilih bahasa tidak baku untuk melengkapi percakapan dalam naskah drama. Misalnya penulisan kakak menjadi Ka , penulisan kata mbak menjadi Mb , penggunaan kata coz untuk karena, penggunaan g untuk kata enggak, dan q untuk kata aku. Berdasarkan temuan data mengenai penggunaan bahasa lain dalam naskah drama karya siswa. Siswa banyak memilih bahasa lain sebagai berikut ditemukan penggunaan bahasa lain seperti penggunaan bahasa Jawa Tengah (Jawa Banyumasan) seperti aring, turu, pancen, kepengin, gelem dan kata melu. Dan ditemukan penggunaan bahasa Jawa Timuran (Malangan) seperti jeding, mari, lapo, are endi, ra. Keragaman juga ditemukan bahasa asing yaitu bahasa Arab. Misalnya Umi artinya Ibu , Abah artinya Bapak/Ayah. Hal ini sesuai dengan teori sebagi berikut. Menurut Muslich, (1990:9) bahwa bahasa Indonesia hidup berdampingan dengan bahasa-bahasa daerah. Peneliti menyimpulkan bahwa bahasa lain yang dipilih siswa dalam naskah drama banyak menggunakan bahasa Jawa Banyumasan dan bahasa Jawa Malangan dan keduanya saling melengkapi. SIMPULAN Penelitian karakteristik naskah drama karya siswa Banjarpatoman Dampit menghasilkan beberapa simpulan berikut. Tema yang dipilih oleh siswa sangat beragam. Tema yang ditemukan peneliti terbagi menjadi dua macam yaitu naskah drama yang temanya jelas dan tema yang tidak jelas. Adapun naskah drama tema yang jelas meliputi: tema persahabatan, peristiwa, keagamaan, moral dan tema kegemaran. Alur yang digunakan siswa adalah alur model a-b (tidak lengkap ). Alur tersebut diawali dengan pengenalan dan diakhiri peristiwa datar. Alur yang di gunakan siswa tersebut tidak mengalami klimaks. Tokoh yang digunakan dalam naskah drama karya siswa mencakup tokoh utama dan tokoh pembantu. Karakteristik penokohan yang dipilih kebanyakan merupakan karakter sederhana seperti baik, sabar dan ikhlas. Teknik penokohan yang meliputi: 1) pemaparan fisik (keadaan fisik). (2) dialog seorang tokoh dengan dirinya sendiri. (3) dialog dengan teman/tokoh lain yaitu di lakukan dengan menyebutkan watak tokoh melalui tokoh lain, (4) melalui petunjuk lakuan. Dialog yang dipilih oleh siswa secara keseluruhan menggunakan tiga macam bentuk dialog meliputi: (1) dialog berbentuk pertanyaan dan jawaban, (2) bentuk ajakan-respons, dan (3) bentuk dialog pernyataan-pertanyaan. Karakteristik petunjuk pementasan naskah drama karya siswa yang dipilih siswa banyak menggunakan teknik naratif. Karakteristik petunjuk laku naskah drama yang dipilih siswa menggunakan. (1)gerak tokoh yakni teknik yeng berkaitan dengan tingkah laku, sikap yang di lakukan tokoh. (2) Teknik emosional yakni untuk menggambarkan ketakutan, keberanian, kesombongan dan lain sebaginya. (3) kostum atau pakaian, asesoris yang dikenakan oleh tokoh. Karakteristik bahasa pada naskah drama mencakup (1) penggunaan campur kode, (2) menggunakan bahasa sehari-hari bahasa arab dan bahasa Indonesia dan jawa, dan (3) menggunakan istilah-istilah yang di gunakan di lingkungan pesantren.

11

Saran Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik naskah drama karya siswa MTs Al-Aziz Banjarpatoman Dampit. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemerhati pembelajaran bahasa dan sastra sastra Indonesia sebagai bahan acuan pengembangan ilmu pendidikan khususnya pembelajaran sastra. Adapun kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian tentang karakteristik naskah drama bisa dilanjutkan dengan penelitian pada jenjang pendidikan lain. Misalnya, penelitian karakteristik naskah drama di MA/SMA, MI/SD.

DAFTAR RUJUKAN

Bahreisy, Salim, 2003. Tambihul Ghafilin, Surabaya: PT. Bina Ilmu. Chaer, Abdul, 2004. Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta. Dariyo, Agoes, 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta: Grasindo. Sumarsono, 2002. Sosiolinguistik, Jakarta: Rineka cipta. Waluyo, Herman,2002. Drama Teori dan Pengejaran Plot.Yogyakarta: PT.Hanindita Graha Widya. Nurchasanah, 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya, Malang:Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Negeri Malang. Maryaeni, 1992.Teori Drama. Malang: Projek OPF IKIP. Moleong, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur, 1990.Garis Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Malang : Yayasan Asih Asah Asuh Muslich, Mansur, 2009. Fonologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. Roekhan, 1991.Menulis Kreatif Dasar-dasar dan Petujuk Penerapanya. Malang: YA3. Sadikin, Ganda, Asep, 1999. Mari Mengangkat Martabat Bahasa Kita Bhasa Indonesia, Bandung: PT. Grafindo Media Pratama. Universitas Negeri Malang, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang.Press (UM). Semiawan, Conny, 1987. Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: PT. Gramedia. Sumarsono, 2011. Sosiolinguistik, Yogyakarta: Sabda. Waluyo, Herman, 2002. Drama Teoari Pengajaran,Yogyakarta: PT. Prasetya Widya Darma.

12

13