KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DALAM TOTAL ... - Jurnal Falasifa

56 downloads 118 Views 405KB Size Report
JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011. 38 mencapai tujuan bersama.4 Dapat dipahami dalam suatu lembaga pendidikan dibutuhkan seorang pemimpin ...
Dyah Nawangsari, Wajah Baru Islam di PTAI Sebuah Wacana Keterbukaan di Lingkungan PTAI

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DALAM TOTAL QUALITY MANAGEMENT Oleh. Nanang Budianto1 Abstrak Salah satu faktor merosotnya kualitas dan kuantitas dunia pendidikan adalah kurang komitmennya terhadap peningkatan mutu. Disini dibutuhkan kepemimpinan yang memiliki komitmen tersebut, sehingga mutu pendidikan secara umum dan khusus dapat tercapai. Total Quality Management (TQM) sebuah filosofi gerakan mutu yang bertujuan untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan dalam dunia pendidikan khususnya kepemimpinan. TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. Peran pemimpin sangat menentukan arah dan tujuan yang ingin dicapai organisasi dalam hal ini pendidikan, maka dari itu sorang pemimipin harus menguasai berbagai hal terkait dengan kepemimpinan, diantaranya : Teori kepemimpinan, sifat – sifat kepemimpinan, tipe – tipe kepemimpinan, dan model – model kepemimpinan. Keyword : Kepemimpinan, Pendidikan, TQM. A.

Pendahuluan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.2 Atau sebuah proses mempengaruhi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan orang secara bersama.3 Juga kepemimpinan dapat diartikan seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kohormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam

1

Dosen tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah KencongJember. 2 Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu, (Malang : UIN Maliki Press, 2010) hlm 1. 3 Gary Yulk (1998) dalam Mulyadi, Ibid... 37

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

mencapai tujuan bersama.4 Dapat dipahami dalam suatu lembaga pendidikan dibutuhkan seorang pemimpin dimana pemimpin tersebut sebagai penggerak dan inspirator dalam merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang manajer, ia juga harus seorang pembangun mental, moral, spirit, dan kolektivitas kepada jajaran bawahannya. Sebagai mana yang diungkapkan Kast yang mengutip Davis dalam Jamal Ma’mur Asmani mengatakan bahwa kepribadian pemimpin yang baik harus memiliki intelegensi yang baik, lapang dada dan memiliki kematangan sosial, memiliki motivasi intrinsik dan motivasi berprestasi, serta memiliki sikap antar hubungan manusiawi.5 Seorang pemimpin seyogianya tidak hanya menggunakan aturan tertulis, tapi juga sikap prilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan agenda transformasi kearah yang lebih baik. Pemimpin tidak boleh menganggap bawahannya sebagai obyek eksploitasi, justru sebagai teman dan mitra kerja. Tidak ada kewenang-wenangan, kezhaliaman, dan ketidakadilan. Karena tanpa bawahan pemimpin tidak ada artinya. Jika ada orang seseorang mematuhi perintah pemimpin karena kesadarannya, maka itulah pemimpin. Namun, jika bawahan mematuhi perintah pimpinannya karena takut dimarahi dan dipecat, maka pemimpin seperti belum layak menjadi pemimpin. Karena ia tidak bisa mengayomi anak buahnya, tapi sebaliknya, manakut-nakuti dan menambah beban psikologis yang menganggu kinerja bawahan. Maka dari itu Total Quality Management ( TQM ) hadir bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya kepemimpinan. TQM merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah tetang usaha menciptakan sebuah kultur mutu, yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan.6 Dalam konsep mutu terpadu pelanggan adalah raja. Ini merupakan pendekatan yang di populerkan oleh Peters dan Waterman dalamm In Search of Excellence, da telah menjadi tema khas dalam tulisan Tom Peters.Beberapa perusahaan seperti Marks dan Spencer, British Air

4

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hlm 3 5 Kast (1974) dalam Jamal Ma’mur Asmani, Managemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional Panduan Quality Kontrol Bagi Para Pelaku Lembaga Pendidikan, (Yogyakarta : Diva Pres, 2009) hlm 95 6 Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Jogyakarta : IRCiSod, 2010), hlm 59 38

Dyah Nawangsari, Wajah Baru Islam di PTAI Sebuah Wacana Keterbukaan di Lingkungan PTAI

Ways, dan Sainsburys telah mencari pendekatan ini dalam waktu yang cukup lama.7 Dengan demikian kepemimpinan yang di harapkan khususnya dalam dunia pendidikan harus bermutu dan tentunya sesuai kebutuhan pelanggan. B.

Konsep Dasar Kepemimpinan Pada hakikatnya pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengarui prilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaanya.8 Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengarui bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus di laksanakannya.9 Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.10 Kajian-kajian kepemimpinan sekitar tahun 1960 an telah berkembang. Di kalangan para ilmuan prilaku yang secara khusus mendalami dan cenderung memahami kepemimpinan dalam konteks prilaku pemimpin yang otoriter. Kecenderungan, untuk memahami kepemimpinan secara organik kepemimpinan seperti mekanisme dalam mempengaruhi anggota organisasi di syaratkan dalam sistem birokrasi ketat dan kaku, sehingga penekanan kepemimpinan selalu berada pada sikap pemimpin yang otoriter dan mengabaikan sisi sosial budaya dari organisasi, mengabaikan budaya yang tidak tampak. Dari sini lahir pemahaman bahwa seorang pemimpin yang kuat di perlukan dalam birokrasi yang ketat dan kaku. Dewasa ini pengertian kepemipinan dalam sejumlah kajian memiliki nuansa sosial budaya yang lebih kuat. Hal ini di dasari penciteraan sosiologisterhadap organisasi sehingga di lihat dari sistem sosial yang memiliki dimensi sosial budaya. Kepemimpinan tidak lagi di pahami secra organik tetapi merupakan dimensi organisasi yang mempunyai kontribusi untuk membangun budaya organisasi yang sehat. Berdasar uraian di atas dapat di identifikasi beberapa komponen dalam kepemimpinan yaitu: (1) Adanya pemipin dan

7

Ibid, 59 Jamal Ma’mur Asmani, Managemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional Panduan Quality Kontrol Bagi Para Pelaku Lembaga Pendidikan, (Yogyakarta : Diva Pres, 2009) hlm 92 9 Ibid, 92 10 Ibid, 92 8

39

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

orang lain yang di pimpin, (2) Adanya upaya atau proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang lain melalui berbagai kekuatan, (3) Adanya tujuan akhir yang ingin di capai bersama dengan adanya kepemimpinan itu, (4) Kepemimpinan bisa timbul dalam suatu organisasi atau tanpa adanya organisasi tertentu, (5) Pemimpin dapat di angkat secara formal atau di pilih oleh pengikutnya, (6) Kepemimpinan berada dalam situasi tertentu baik situasi pengikut maupun lingkungan eksternal. C.

Karakteristik Pemimpin Kepemimpinan merupakan seni untuk mempengarui aktivitas individu atau kelompok secara sengaja untuk mencapai tujuan organisasi.11 Di lihat dari sisi ini unsur utama dari kepemimpinan adanya hubungan mempengarui antara pimpinan dengan anak buah, atasan dengan bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi. Tujuan akhir dari tugas kepemimpinan mengoptimalkan semua potensi organisasi agar tercipta kinerja organisai yang sehat sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Rivai menjelaskan beberapa perbedaan antara pemimpin dengan manajer sebagai berikut : (1) Pemimpin tidak selalu berada dalam sebuah organisasi, sedangkan manajer selalu dalam organisasi baik itu formal maupun non formal, (2) Pemimpin bisa ditunjuk atau diangkat oleh anggotanya, sedangkan manajer selalu ditunjuk, (3) Pengaruh yang dimliki pemimpin, karena memiliki kemampuan pribadi yang lebih dibandingkan dengan yang lain, sedangkan pengaruh yang dimiliki manajer karena dimilikinya otoritas formal, (4) Pemimpin memikirkan organisasi secara lebuh luas dan jangka panjang, sedangkan manajer berfikir jangka pendek dan sebatas tugas dan tanggung jawabnya, (5) Pemimpin memiliki keterampilan politik dalam menyelesaikan konflik, sementara manajer menggunakan pendekatan formal-legal, (6) Pemimpin berfikir untuk kemajuan dan perbaikan organisasi secara luas sementara manajer berfikir untuk kepentingan diri dan kelompoknya secara sempit, (7) Pemimpin memiliki kekuasaan secara lebih luas, sedangkan manajer hanya memiliki wewenang saja.12 Kepemimpinan efektif berdasar beberapa penelitian harus menyesuaikan dengan tugas kelompok dan situasi organisasi.

11

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu, (Malang : UIN Maliki Press, 2010) hlm 8. 12 Rivai (2006) dalam Mulyadi, Ibid 8 40

Dyah Nawangsari, Wajah Baru Islam di PTAI Sebuah Wacana Keterbukaan di Lingkungan PTAI

Dengan kata lain kepemimpinan akan menjadi efektif apabila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat. Hoy dan Miskel memberi batasan 4 (empat) komponen kepemimpinan melibatkan orang lain, mendistribusikan kekuasaan, kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi organisasi lain atau pengikut, nilai yaitu menyakup semua sistem yang dapat menciptakan prilaku yang dipimpin.13 Disisi lain Sergiovanni mengidentifikasi 5 (lima) kekuatan kepemimpinan diantaranya : (1) Kekuatan teknis, pemimpin sebagai penggerak manusia, (2) Kekuatan manusia, pemimpin sebagai penggerak manusia, (3) Kekuatan simbolik, memfikuskan pada halhal yang penting, pemimpin sebagai ketua, (4) Kekuatan kultur, pemimpin sebagai tokoh spiritual.14 D.

Tipe Tipe Kepemimpinan Menurut G. R. Terry sebagaimana disitir Maman Ukas, ada 6 (enam) tipe : 1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership) Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan. 2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership) Segala sesuatu kebijaksanaan dilaksanaan melalui bawahan-bawahan atau non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan. 3. Tipe kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership) Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguhsungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturanperaturan yang berlaku secara ketat dan instruksiinstruksi harus ditaati. 4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratic leadership) Kepemimpinan demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab atas terlaksananya tujuan bersama. 5. Tipe kepemimpinan paternalistik (paternalistic leadership)

13

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu, (Malang : UIN Maliki Press, 2010) hlm 9 14 Sergiovanni (1984) dalam Tony Bush dan Marienne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, (Yogyakarta : IRCiSoD, 2008), hlm 67 41

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya untuk melindungi dan memberikan arah seperti halnya bapak kepada anaknya. 6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indigenous leadership) Kepemimpinan tipe ini timbul dari kelompok orang-orang informal, dimana mereka berlatih dengan adanya sitem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan.15 Sedangkan menurut Kurt Lewis, tipe-tipe kepemimpinan ada 3 (tiga), yaitu : 1. Otokratis, yaitu pemimpin yang bekerja keras, sungguhsungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati. 2. Demokratis, yaitu Kepemimpinan demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab atas terlaksananya tujuan bersama. 3. Laissez-faire, yaitu pemimpin yang menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, setelah tujuan diterangkan kepadanya.16 Adapun peran yang harus dilakukan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M.Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pelaksana (executive) 2. Sebagai perencana (planner) 3. Sebagai seorang ahli (expert) 4. Sebagai wakil kelompok dalam tindakannya keluar (external group representative) 5. Sebagi pengawas hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship) 6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments) 7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbritator and mediator)

15

Jamal Ma’mur Asmani, Managemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional Panduan Quality Kontrol Bagi Para Pelaku Lembaga Pendidikan, (Yogyakarta : Diva Pres, 2009), hlm 100-101 16 Ibid, hlm 102 42

Dyah Nawangsari, Wajah Baru Islam di PTAI Sebuah Wacana Keterbukaan di Lingkungan PTAI

8. 9. 10. 11. 12. 13.

Merupakan bagian dari kelompok (exemplar) Merupakan lambang daripada kelompok (symbol of the group) Pemegang penanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility) Sebagai pencipta atau pemilik cita-cita (ideologist) Bertindak sebagai seorang ayah (father figur) Sebagai kambing hitam (scepegoat).17

E.

Prilaku Kepemimpinan Prilaku kepemimpinan merupakan tindakan-tindakan spesifik seorang dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok.18 Menurut pendapat Hasibuan Malayu, bahwa prilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut : 1. Mengambil keputusan 2. Mengembangkan imajinasi 3. Mengembangkan kesetiaan pengikutnya 4. Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendaian rencana 5. Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya 6. Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan 7. Memberikan tanda penghargaan 8. Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya 9. Pelaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan.19 Sementara Gary Yulk mengidentifikasi empat belas prilaku kepemiminan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut : 1. Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing) 2. Pemecahan masalah (problem solving) 3. Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies) 4. Memberi informasi (informing) 5. Memantau (monitoring) 6. Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating and inspiring)

17

Ibid, hlm 104-105 Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu, (Malang : UIN Maliki Press, 2010) hlm 47 19 Ibid, hlm 47-48 18

43

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Berkonsultasi (consulting) Mendelegasikan (delegating) Memberikan dukungan (supporting) Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring) Mengelola konflik dan tim (managing and team building) Membangun jaringan kerja (networking) Pengakuan (recognizing) Memberi imbalan (rewarding).20

Dapat diambil benang merah seorang pemimpin harus memiliki kompetensi baik internal maupun eksternal sehingga kinerjanya dapat bermutu. F.

Kepemimpinan dalam Total Quality Managament (TQM) 1. Sejarah TQM Landasan histories Manajemen ini sebenarnya adalah Stantistical Process Control (SPC) yang merupakan model manajemen manufaktur yang pertama kali diperkenalkan oleh Edward Deming dan Joseph Juran sesudah perang dunia II, guna membantu bangsa Jepang untuk membangun kembali infrastruktur negaranya. Ajaran Deming dan Juran ini berkembang terus hingga kemudian dinamakan Total Quality Management oleh US Navy pada taahun 1985 .21 2. Konsep dasar TQM TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa akan datang.22 Konsep manajemen TQM lebih memusatkan perhatian kepada uapaya pergerakan danpemberdayaan sumber daya manusia (human resources empowering and motivating) Kepuasan pelanggan merupakan fokus dari pelaksanaan TQM. Filosofi ini menyebabkan beberapa implikasi yang sangat besar dalam pelaksanaan sistem manajemen dibandingkan dengan sistem managemen konvensional. Kepuasan pelanggan yang dinyatakan dalam TQM merupakan kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun

20

Ibid, hlm 48-50 http://managementhelp.org/quality/tqm/tqm.htm 22 Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Jogyakarta : IRCiSod, 2010), hlm 73 21

44

Dyah Nawangsari, Wajah Baru Islam di PTAI Sebuah Wacana Keterbukaan di Lingkungan PTAI

eksternal, sehingga penentuan visi dan tujuan harus selalu melibatkan pelanggan, sehingga sebuah organisasi yang hendak menerapkan TQM harus mendefinisikan terlebih dahulu siapa yang termasuk dalam pelanggannya yang kebutuhan dan harapannya harus selalu diidentifikasi. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas yang diinginkan dengan didasarkan pada kepuasan pelanggan, maka diperlukan manajemen yang tepat guna, yaitu Total Quality Management (TQM). Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Manajement (TQM) adalah continous improvement (perbaikan terus menerus) dan quality improvement (perbaikanmutu). Pada dasarnya Managemen Kualitas (Quality Management) Manajemen Kulaitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous formance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. 3. Pinsip-prinsip TQM Prinsip-prinsip Total Quality Manajement (TQM) Menurut Hensler & Brunell, yaitu ada empat prinsip utama: a) Kepuasan Pelanggan Dalam TQM, konsep mengenai kualitas pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaan dengan spesipikasi-spesipikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, diantaranya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan. b) Respek terhadap setiap orang Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan 45

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan. c)

Manajemen berdasarkan fakta Setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini. (1) prioritisasi (prioritization) yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilkukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, (2) variasi (variation) atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari suatu sistem organisasi. Dengan demikian menejemen dapat memberikan prediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. d) Perbaikan berkesinambungan Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis dalam melakukan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA (plan-do-chek-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.23 4. Karakteristik TQM Adapun karakteristik Total Quality Manajement (TQM) menurut Joseph M. Juran adalah meliputi; a. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda managemen atas b. Sasaran kualitas dimasukkan dalam mrencana bisnis. c. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi, di sana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan. d. Sasaran disebarkan ketingkat yang mengambil tindakan. e. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat. f. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

23

http://mahalaniraya.wordpress.com/2008/03/01/pendekatan-total-qualitymanagement-tqm-dalam-pendidikan. 46

Dyah Nawangsari, Wajah Baru Islam di PTAI Sebuah Wacana Keterbukaan di Lingkungan PTAI

g. Manajer atas sedar teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran. h. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik. i. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki .24 Dari statement TQM diatas, kepemimpinan pendidikan dalam TQM harus mencerminkan : (1) Fokus pada pelanggan, (2) Fokus pada pencegahan masalah, (3) Investasi sumber daya, (4) Memiliki Strategi mutu, (5) Menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar, (6) Mendefinisikan mutu pada seluru area organisasi, (7) Memiliki kebijakan dan rencana mutu, (8) Manajemen senior memimpin mutu, (9) Proses perbaikan mutu melibatkan setiap orang, (10) Memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan mutu, (11) Karyawan dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu, (12) Kreativitas adalah hal yang penting, (13) Memiliki aturan dan tanggung jawab yang jelas, (14) Memiliki strategi evalusi yang jelas, (15) Melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, (16) Rencana jangka panjang, (17) Mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18) Meningkatkan mutu berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) Memiliki misi khusus, (20) Memperlakukan kolega sebagai pelanggan. G.

Kesimpulan

Total Quality Management (TQM) dapat memberi sumbangan berarti dalam kepemimpinan pendidikan yaitu : pertama, memberi kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan mutu khususnya dalam dunia pendidikan secara berkesinambungan yang berorientasi pada pelanggan, dalam memecahkan masalah yang dihadapi dilapangan. kedua, dengan TQM membantu para praktisi pendidikan, peneliti, dan khususnya para pemimpin dan manajer pendidikan untuk tetap komitmen mengembangkan dan mengimplementasikan filosofi tersebut agar mutu pendidikan tetap dipertahankan.

24

www.tqm.comhttp://mahalaniraya.wordpress.com/2008/03/01/pendekatantotal-quality-management-tqm-dalam-pendidikan/ 47

JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011

DAFTAR PUSTAKA Amani, Ma’mur, Jamal, Managemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional Panduan Quality Kontrol Bagi Para Pelaku Lembaga Pendidikan, Yogyakarta : Diva Pres, 2009. Colemen,

Marienne, Busy, Tony, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, Yogyakarta : IRCiSoD, 2008.

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu, Malang : UIN Maliki Press, 2010. Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2003. Sallis, Edward, Total Quality Management In Education, (Jogyakarta : IRCiSod, 2010.

48