LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL ...

279 downloads 6187 Views 398KB Size Report
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Make A Match, dimana masing -masing siswa diberikan sebuah kartu/kertas yang berisikan soal serta.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KELAS VII SMP NEGERI 10 TEBING TINGGI

OLEH: MASPURI ANDEWI, S.Kom NIP. 19751012 200904 2 005

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMP NEGERI 10 TEBING TINGGI 2009

14

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KELAS VII SMP NEGERI 10 TEBING TINGGI

Oleh : MASPURI ANDEWI, S.Kom NIP. 19751012 200904 2 005

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMP NEGERI 10 TEBING TINGGI 2009

14

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KELAS VII SMP NEGERI 10 TEBING TINGGI

2. Penulis: Maspuri Andewi, S.Kom (Guru SMP Negeri 10 Tebing Tinggi) NIP. 197510122009042005

3. Keterangan: Karya Tulis tersebut dibuat dan disahkan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Guru TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA se-Kota Tebing Tinggi

Tebing Tinggi, 22 Oktober 2009 Yang mengesahkan Kepala SMP Negeri 10 Tebing Tinggi,

M. Rusli Harahap, S.Pd NIP. 19700808 199401 1 001

14

ABSTRAK

Maspuri Andewi, S.Kom. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Sebagai Usaha Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kelas VII SMP Negeri 10 Tebing Tinggi. Hasil belajar siswa yang belum mencapai Ketuntasan Kelulusan Minimal (KKM) dapat disebabkan cara atau metode yang diterapkan dalam pembelajaran tidak tepat. Sehingga di dalam pemahaman suatu materi pembelajran siswa mendapatkan kesulitan. Proses pembelajaran yang masih menggunakna pendekatan tradisional pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi nyata berpotensi menimbulkan kejenuhan, kebosanan serta menurunkan minat dan motivasi belajar siswa. Yang akhirnya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tidak membosankan serta meningkatkan mutu pembelajran. Sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, mengajak siswa untuk turut berpartisipasi serta dapat meningkat hasil belajar siswa pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Make A Match, dimana masing-masing siswa diberikan sebuah kartu/kertas yang berisikan soal serta jawaban dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setelah kartu diberikan masing-masing siswa berusaha menemukan pasangan sesuai dengan isi soal atau membuat pasangan yang tepat akan diberikan poin atau reward. Langkah analisis dilakukan dengan dialog awal, perencanaan, tindakan dilakukan dengan 2 siklus. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian ini menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar. Persentasi peningkatan rata-rata siklus I 37,67% dan rata-rata nilai siklus II 66,01%. Berdasarkan hasil penelitian ini sangat diharapkan agar para guru menggunakan model pembelajaran seperti ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dan disarankan untuk menggunakan model pembelajaran lainnya sehingga lebih bervariasi.

Kata kunci : pembelajaran, make a match, hasil belajar, teknologi informasi dan komunikasi.

14

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, atas izin dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berjudul : “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Sebagai Usaha Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kelas VII SMP Negeri 10 Tebing Tinggi”. Walaupun dalam penelitian ini peneliti mengalam kesulitan dan hambatan namun alhamdulillah berkat dukungan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini 1. Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Tebing Tinggi yang terus menerus memberi saran, kritikan serta masukan atas penelitian ini. 2. Rekan-rekan guru/pegawai SMP Negeri 10 Tebing Tinggi atas segala partisipasinya. 3. Semua pihak yang telah dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti. Semoga apa yang peneliti lakukan dapat menjadikan pengalaman yang berarti bagi peneliti dan sesuatu yang bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Tebing Tinggi, 22 Oktober 2009

Tim Peneliti,

14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran siswa dituntut agar dapat mencapai kompetensi. Seperti yang tercantum dala Permendiknas No.23 Tahun 2006, kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Untuk mencapai kompetensi ini tidak hanya tertumpu pada siswa saja namun guru serta elemen-elemen yang ada juga harus diikutsertakan. Jika bicara tentang proses pembelajaran di sekolah sering kita merasa kecewa apalagi bila dikaitkan dengan hasil belajar siswa. Banyak siswa saat tes berlangsung hanya mampu menjawab soal yang materinya telah dihafal sementara materi tidak hafal maka soal yang berkaitan tidak akan terjawab dengan mudah. Hal ini merupakan sesuatu yang telah biasa terjadi di kalangan siswa. Siswa akan menemukan kesulitan dalam memahami konsep suatu ilmu jika yang diajarkan pada mereka adalah sesuatu yang abstrak dan menggunakan metode ceramah. Kebosanan dan kejenuhan siswa juga terhadap pembelajaran akan muncul, aktivitas menurun dan berakibat pada hasil belajar siswa yang menurun. Pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sering dianggap sebagai suatu pelajaran yang mudah karena dominan mengutamakan kegiatan praktik daripada teori. Namun keadaan sebenarnya tidaklah demikian, hal ini terbukti pada hasil belajar siswa pada pelajaran TIK. Hasil belajar siswa pelajaran TIK SMP Negeri 10 Kelas VII semester 1 pada ulangan harian I sangat rendah dengan rata-rata 37,77. Dalam proses pembelajaran, siswa juga tidak menunjukkan aktivitas yang berarti dan partisipasi dalam proses pembelajaran. Siswa lebih banyak menunggu penjelasan dari guru tentang materi yang sedang dipelajari. Saat guru bertanya siswa tidak segera berusaha untuk menjawab, sumber belajar yang dimiliki siswa yang juga tidak dipergunakan secara maksimal. Terkesan siswa hanya menunggu

14

guru menginstruksikan agar mencatat apa yang disampaikan pada buku. Sehingga suasana pembelajaran menjadi cepat membosankan dan membuat siswa jenuh. Hal diatas terjadi oleh beberapa faktor penyebab yaitu tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang masih rendah, strategi pembelajaran yang belum mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa. Akibat dari kurangnya pemahaman siswa tentang materi pelajaran dan merasa bosan dalam proses pembelajaran adalah hasil belajar yang tidak memuaskan. Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman snediri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Agar

pembelajaran

teknologi

informasi

dan

komunikasi

lebih

menyenangkan dan hasil belajar siswa lebih meningkat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu penerapan model pembelajaran Make A Match (mencari pasangan). Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

B. Identifikasi Masalah Memperhatikan kondisi yang ada saat ini, adapun identifikasi masalah yang didapatkan peneliti adalah 1. Pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi di kelas masih berjalan monoton 2. Siswa belum sepenuhnya memahami tujuan pembelajaran 3. Strategi pembelajaran yang dilakukan belum tepat 4. Metode yang digunakan bersifat konvensional

14

5. Sedikitnya informasi tentang sumber pembelajaran yang dimiliki siswa 6. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apakah dengan penggunaan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi? 2. Bagaimana menerapkan model pembelajaran Make A Match agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

D. Cara Memecahkan Masalah Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yaitu model pembelajaran Make A Match (membuat pasangan). Dengan pemodelan ini, diharapkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi meningkat.

E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan dari uraian diatas maka penelitian ini direncanakan terbagi dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : 1. Dengan diterapkannya model pembelajaran Make A Match dapat mengurangi kebosanan serta kejenuhan siswa dalam pembelajaran

14

teknologi informasi dan komunikasi khususnya teori di SMP Negeri 10 Tebing Tinggi. 2. Dengan diterapkannya model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri 10 Tebing Tinggi.

F. Tujuan Penelitian Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Siswa tidak lagi merasakan pembelajaran yang membosankan dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi 2. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi 3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok 4. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas sehingga hasil belajar lebih meningkat.

G. Manfaat Penelitian Setelah selesai penelitian ini dilakukan maka manfaat yang diperoleh antara lain : a. Bagi siswa 1) Proses belajar mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih menyenangkan dan tidak membosankan, 2) Lebih aktif dalam proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, 3) Lebih memahami materi pelajaran, dan 4) Hasil belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat meningkat.

14

b. Bagi guru 1) Membantu guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran, 2) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, 3) Meningkatkan profesionallitas guru, 4) Meningkatkan rasa percaya diri guru, 5) Meningkatkan makna bekerjasama, 6) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

c. Bagi Guru Lain 1) Meningkatkan pemahaman tentang penelitian, 2) Meningkatkan makna bekerjasama, 3) Membangkitkan minat untuk melakukan penelitian.

14

BAB II KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Pembelajaran Menurut Wina Sanjaya belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi baik antara manusia dengan manusia ataupun antara manusia dengan lingkungan . Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, misalkan yang berhubungan dengan tujuan perkembangan kognitif, afektif atau psikomotor. Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan penuh inovasi adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.

2. Model Pembelajaran Make A Match Banyak model pembelajaran yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tidak membosankan, dan bermutu sehingga aktivitas belajar siswa lebih baik yang akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran Make A Match. Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu

14

siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin (Ramadhan, 2008). Model pembelajaran Make A Match adalah suatu model pembelajaran dimana guru mempersiapkan kartu yang berisi persoalan permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa. Yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan, evaluasi dan refleksi (Akhmad Sudrajat, 2009).

3. Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada masa sekarang ini kegiatan sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Walaupun begitu masih ditemukan individu yang belum dapat menggunakan teknologi secara maksimal sehingga mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari. Begitu juga dalam dunia pendidikan teknologi terus berkembang seiring dengna kemajuan pemikiran para pakar pendidik. Di dalam proses pendidikan telah banyak teknologi komunikasi adalah teknologi yang memungkinkan seseorang dapat mengirim dan menerima informasi dari tempat yang letaknya berjauhan. Jika memperhatikan defenisi diatas maka dapat diringkaskan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan teknologi yang menggabungkan

komputasi

(komputer)

dengan

jalur

komunikasi

berkecepatan tinggi. Teknologi ini dapat digunakan untuk membawa data (teks atau simbol), suara(audio), dan gambar bergerak(video).

4. Hasil

Belajar

dalam

Pembelajaran

Teknologi

Informasi

dan

Komunikasi Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengna menggunakannya alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

14

Untuk melihat hasil belajar dapat dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan

harian

(formatif),

nilai

ulangan

tengah

tengah

semester

(subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif)

B. Rencana Pemecahan Masalah Rencana pemecahan masalah dan gambaran langkah-langkah pemecahannya adalah sebagai berikut : Tindakan

Keadaan sekarang

1. Pembelajaran TIK monoton 2. Belum ditemukan strategi yang tepat 3. Metode pembelajaran konvensional 4. Rendahnya kualitas pembelajaran TIK 5. Rendahnya hasil pembelajaran TIK

1. Penjelasan pembelajaran 2. Pelatihan pembelajaran Make A Match 3. Simulasi pembelajaran dengan model Make A Match

Rancang Pemecahan Masalah

14

1. Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan model Make A Match 2. Kualitas pembelajaran TIK meningkat 3. Hasil pembelajaran TIK meningkat

Rancang Pemecahan Masalah

Rancang Pemecahan Masalah Evaluasi Awal

Hasil

Evaluasi Akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Tebing Tinggi untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas VII tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Tempat penelitian ini saya pilih karena merupakan tempat saya bertugas sehari-hari. Selain itu pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian juga bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang hasil akhirnya berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Waktu Penelitian Penelitian ini saya lakukan setelah melakukan ulangan ketuntasan kompetensi 1 atau ulangan harian 1. Waktu pelaksanaan penelitian di mulai bulan Agustus hingga September 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena penelitian tindakan kelas membutuhkan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Persiapan awal dilakukan bulan Juli 2009.

3. Siklus Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui model pembelajaran Make A Match.

14

B. Subjek Penelitian Sebagai subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII (tujuh) yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 22 siswa dan lakilaki 18 siswa.

C. Persiapan Penelitian Sebelum dilakukannya penelitian tindakan kelas dibuat berbagai input instrumental dan media pembelajaran pendukung yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan penelitian tindakan kelas. Khususnya kompetensi dasar (KD) : (1) Mendeskripsikan sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari masa lalu sampai sekarang; (2) Menjelaskan peranan teknologi informasi dan komunikasi di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu akan dibuat juga perangkat pembelajaran yang berupa : (1 ) Lembar Pengamatan Siswa; (2) Lembar Observasi; (3) Lembar Wawancara; (4) Lembar Evaluasi.

D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas VII (tujuh) yang sekaligus menjadi proyek penelitian, yakni berupa data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara. a. Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa b. Observasi : dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi model Make A Match.

14

c. Wawancara : untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran inovatif model Make A Match.

2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpul data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini meliputi : a. Tes : menggunakan butir-butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa b. Observasi : menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi. c. Wawancara

:

menggunakan

panduan

wawancara

untuk

mengetahui pendapat atau sikap siswa tentang pembelajaran model Make A Match d. Kuesioner : untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa tentang pembelajaran model Make A Match.

F. Indikator Kinerja Sebagai indikator kinerja yang dilihat dalam penelitian tindakan kelas ini selain siswa adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang memiliki pengaruh terhadap kinerja siswa. 1. Siswa Indikator kinerja pada siswa yaitu : -

Tes , rata-rata nilai ulangan harian

-

Observasi : keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi

2. Guru Indikator kinerja pada guru, yaitu : -

Dokumentasi, berupa daftar kehadiran siswa

-

Observasi, hasil observasi.

14

G. Analisis Data Dalam penelitian ini kegiatan observasi dianalisis secara deskriptif dan komperatif. Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan dianalisis secara deskriptif

komperatif

yaitu membandingkan nilai antar siklus

maupun indikator dalam penelitian. Observasi dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi tiap siklus. 1. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi : dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi. 2. Hasil belajar : dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. 3. Implementasi pembelajaran model Make A Match : dengan menganalisis tingkat keberhasilan implementasi model Make A Match.

H. Prosedur Penelitian Siklus I Siklus pertama dalam penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planing) a. Tim

peneliti

menganalisis

kurikulum

untuk

mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran model Make A Match. b. Membuat rencana pembelajaran model Make A Match c. Membuat kartu/media belajar yang akan digunakan pada pembelajaran Make A Match d. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2. Pelaksanaan (Acting) a. Guru mempersiapkan siswa untuk memulai kegiatan pembelajaran serta menjelaskan model pembelajaran Make A Match. b. Guru menyampaikan mata pelajaran

14

c. Guru membagikan kartu yang berisikan materi-materi sesuai dengan kompetensi yang dipelajari pada seluruh siswa. d. Siswa diminta berpartisipasi untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan materi yang disampaikan e. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab f. Membuat kesimpulan secara bersama-sama g. Melakukan pengamatan dan observasi terhadap proses pembelajaran.

3. Pengamatan (Observation) a. Situasi kegiatan belajar mengajar b. Kemampuan siswa dalam memahami model pembelajaran Make A Match c. Keaktifan siswa

4. Refleksi (Reflecting) Dari hasil pengamatan penelitian pada siklus ini maka dihasilkan : a. Sebagain besar (85% dari siswa) belum memahami model pembelajaran Make A Match. b. Hanya sebagian kecil (15% dari siswa) yang memiliki kemampuan untuk memahami dan menguasai materi yang dijelaskan guru. c. Sebagian besar (80% dari siswa) masih bingung saat membaca isi kartu. d. Sebagian besar (80% dari siswa) masih menunggu instruksi guru untuk membuat pasangan terhadap kartu yang mereka miliki. e. Sebagian besar (70% dari siswa) belum berani dan mampun bertanya tentang materi pelajaran pada hari itu. f. Penyelesaian tugas masih belum sesuai dengan waktu yang disediakan

14

Siklus 2 Siklus kedua merupakan putaran kedua dari model pembelajaran Make A Match dengan tahapan yang sama seperti pada siklus pertama 1. Perencanaan (Planning) Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua.

2. Pelaksanaan (Acting) Guru melaksanakan pembelajaran Make A Match berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua.

3. Pengamatan (Observation) Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran Make A Match

4. Refleksi (Reflecting) Peneliti melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus kedua dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Make A Match dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah Menengah Pertama.

14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebagaimana pemaparan berikut ini. A. Siklus Pertama (dua pertemuan) Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, seperti berikut : 1. Perencanaan (Planning)  Peneliti melakukan pengamatan awal terhadap hasil belajar siswa pada tahun pelajaran sebelumnya. Kemudian melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.  Membuat rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make A Match  Membuat lembar pengamtan kegiatan siswa  Membuat kartu yang akan digunakan dalam pembelajaran Make A Match  Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2. Pelaksanaan (Acting) Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan : a. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar model Make A Match b. Sebagian siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran Make A Match secara utuh dan menyeluruh. Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut : 1) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa tentang kondisi belajar mandiri, kerjasama, serta pengetahuan awal siswa terhadap materi pelajaran.

14

2) Guru membantu siswa yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran Make A Match.

Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dapat disimpulkan: a. Siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang disajikan. b. Siswa

tidak

mampu

memahami

materi

pembelajaran

yang

disampaikan guru secara utuh dan menyeluruh. c. Siswa tidak memiliki sumber belajar yang cukup untuk mendukung proses pembelajaran.

3. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation) a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM pada siklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Perolehan Skor Pengamatan Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I Nama Siswa

Skor

Skor Ideal

Persentase

Perolehan Adam Ahva

5

16

31

Ade Anugerah Siahaan

9

16

56

Adinda Eka Kusuma

10

16

63

Afrilita Yolanda

12

16

75

Agung Prasetyo

5

16

31

Agung Septiawan

5

16

31

Ahmad Fauzi Harahap

9

16

56

Ahmad Ridho Nst

8

16

50

Aisyah Rahmayani

10

16

63

Aji Utomo Wicaksono

8

16

50

Amatul Basit

10

16

63

An Nur Fadilla

11

16

69

Andini Rahayu

12

16

75

14

Keterangan

Azyra Elma

10

16

63

Baqizzarqoni

8

16

50

Charolina Br.

9

16

56

Dimas Firmansyah

12

16

75

Eggi Yudistia

6

16

37

Erma Putri

10

16

63

Fauziah

10

16

63

Fenni Dwi Harsika

10

16

63

Hayatin Nisa

10

16

63

Indah Permata Sari

12

16

75

Juli Fitriani Sitorus

9

16

56

Kartika Rahmadani P.

8

16

50

Mhd. Try Fahmil SA

12

16

75

Mhd. Fadli Ginting

4

16

25

Mhd. Faisal Bangun

5

16

31

Raovonauli Simbolon

8

16

50

Riska Adela

9

16

56

Riski Wulanita

10

16

63

Septian Chandra

12

16

75

Septian Hidayat

8

16

50

Shahida

8

16

50

Subhan Mantavani

6

16

37

Tia Afrilia Anggita

11

16

69

Tito Sukmadeni

8

16

50

Yosia Basana Arga PS.

8

16

50

Yusi Elvira

12

16

75

Zahrotul Uyun Lubis

12

16

75

Sembiring

Damanik

14

Terendah

b. Hasil Observasi Siklus 1. Aktivitas Guru dalam PBM Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama masih tergolong rendah dengan perolehan skor 26 atau 59,09% sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaiman melakukan pembelajaran Make A Match. c. Hasil Evaluasi Siklus 1. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62,73 atau 62,73%.

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning) Adapun kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut : a. Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kekpada pendekatan pembelajaran Make A Match. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 59,09%. b. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan pembelajaran model Make A Match. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 56,45%. c. Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 62,73. d. Masih ada siswa yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Hal ini karena siswa kurang mampu dalam mempresentasikan kegiatan. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut : a) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. b) Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan. c) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward)

14

B. Siklus Kedua (satu pertemuan) Pada siklus kedua ini, mulai dilakukan penerapan model pembelajaran Make A Match. Terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan reflecting serta replaning. 1. Perencanaan (Planing) Planning pada siklus kedua ini berdasarkan hasil dari siklus pertama yaitu : a. Melakukan analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. b. Membuat rencana pembelajaran model pembelajaran Make A Match. c. Membuat lembar observasi siswa d. Membuat kartu dengan model yang lebih menarik dan tampilan yang berbeda dari siklus pertama. e. Membuat instrumen yang akan digunakan dalam siklus Make A Match f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting) Pada saat awal siklus kedua pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan : a. Suasana pembelajaran yang telah menggunakan pembelajaran model Make A Match. Tugas diberikan guru kepada siswa dengan menggunakan agar mampu menemukan/membuat pasangan yang sesuai. Siswa secara mandiri menunjukkan penguasaan materi pelajaran yang telah disampaikan guru melalui pencarian pasangan kartu yang sesuai. b. Sebagian siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi model pembelajaran yang telah dilakukan. c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

3. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation) a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini :

14

Tabel 2 Perolehan Skor Pengamatan Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II Nama Siswa

Skor

Skor Ideal

Persentase

Keterangan

Perolehan Adam Ahva

8

16

50

Ade Anugerah Siahaan

12

16

75

Adinda Eka Kusuma

12

16

75

Afrilita Yolanda

14

16

87

Agung Prasetyo

9

16

56

Agung Septiawan

10

16

62

Ahmad Fauzi Harahap

11

16

69

Ahmad Ridho Nst

9

16

56

Aisyah Rahmayani

12

16

75

Aji Utomo Wicaksono

12

16

75

Amatul Basit

12

16

75

An Nur Fadilla

12

16

75

Andini Rahayu

12

16

75

Azyra Elma

15

16

94

Baqizzarqoni

9

16

56

Charolina Br.

10

16

62

Dimas Firmansyah

15

16

94

Eggi Yudistia

10

16

62

Erma Putri

15

16

94

Fauziah

12

16

75

Fenni Dwi Harsika

12

16

75

Hayatin Nisa

15

16

94

Indah Permata Sari

15

16

94

Juli Fitriani Sitorus

12

16

75

Kartika Rahmadani P.

12

16

75

Mhd. Try Fahmil SA

15

16

94

Sembiring

14

Tertinggi

Mhd. Fadli Ginting

8

16

50

Mhd. Faisal Bangun

9

16

56

Raovonauli Simbolon

12

16

75

Riska Adela

15

16

94

Riski Wulanita

15

16

94

Septian Chandra

15

16

94

Septian Hidayat

13

16

81

Shahida

13

16

81

Subhan Mantavani

12

16

75

Tia Afrilia Anggita

15

16

94

Tito Sukmadeni

12

16

75

Yosia Basana Arga PS.

12

16

75

Yusi Elvira

15

16

94

Zahrotul Uyun Lubis

15

16

94

Terendah

Damanik

b. Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus kedua tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus pertama. Dari skor ideal 10 nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%. c. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus kedua juga tergolong sedang yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rata-rata skor perolehan adalah 69,30 atau 69,30%. d. Hasil Ulangan Harian Kedua juga mengalami peningkatan dari yang sebelumnya yaitu 62,73 menjadi 69,30 setelah dilakukan pembelajaran Make A Match. Ini berarti naik 6,58%.

4. Refleksi (Reflecting) Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut : a. Aktivitas siswa dalam PBM sudah lebih dengan model pembelajaran Make A Match. Siswa mampu membangun pemahaman dan kerjasama untuk menyelesaikan

tugas

yang

diberikan

14

guru.

Siswa

mulai

mampu

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan pemahaman dengan baik. Hasil ini dapat dilihat dari data observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 56,45% pada siklus pertama menjadi 77,02% pada siklus kedua. b. Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran model pembelajaran Make A Match. c. Meningkatnya aktivitas guru dalam melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 62,73 pada siklus pertama meningkat menjadi 69,30 pada siklus kedua. d. Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 37,68 (ulangan harian sebelum menggunakan pembelajaran metode Make A Match) lalu meningkat lagi menjadi 69,30 (ulangan harian II setelah menggunakan pembelajaran Make A Match).

14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.

Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar.

2.

Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa yang pada siklus I hanya rata-rata 56,45 menjadi 77,02 pada siklus kedua.

3.

Aktivitas siswa dalam mencapai kesempurnaan setelah siklus II. Ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa mencapai 77,02.

4.

Penguasaan

siswa

terhadap

materi

pembelajaran

menunjukkan

peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian I 62,73 menjadi 69,30 ulangan harian II) setelah menggunakan pembelajaran model Make A Match). 5.

Pembelajaran Make A Match relevan dengan pembelajaran konstekstual.

6.

Melalui pembelajaran Make A Match , siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.

7.

Pembelalajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih menyenangkan dengan pembelajaran Make A Match.

B. SARAN Setelah dapat dibuktikan bahwa pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, maka disarankan hal-hal berikut : 1.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model pembelajaran Make A Match sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran TIK untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

14

2.

Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara kesinambungan dalam pelajaran TIK maupun pelajaran lain.

14

DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan, Tarmizi, 2008, Pembelajaran Kooperatif Make A Match, Jakarta: http://Tarmizi_Ramadhan.Blog.com Sanjaya, Wina,Dr. M.Pd, 2009, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:Kencana. --------------------------, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2008, Jakarta: Kencana. Santosa, Singgih, 2006. Teknologi Informasi dan Komunikasi : Kelas VII Untuk SMP/MTs, Jakarta: Andi dan Intan Pariwara. Sudrajat,

Akhmad, 2008, Model http://Akhmad_Sudrajat.wordpress.com

Pembelajaran

Inovatif.

------------------------, 2008, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). 2008. http://Akhmad_Sudrajat.wordpress.com ----------------------, 2008, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, http://Akhmad_Sudrajat.wordpress.com

14