SOSIALISASI PEDOMAN PUG BIDANG KETAHANAN PANGAN. DI PROPINSI
JAWA TENGAH. A. PENDAHULUAN. 1. Lokasi yang dikunjungi: Tingkat Propinsi
...
LAPORAN SOSIALISASI PEDOMAN PUG BIDANG KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAWA TENGAH A. PENDAHULUAN 1. Lokasi yang dikunjungi: Tingkat Propinsi, Kota Semarang dan Kabupaten Pati. 2. Penetapan dan Pertimbangan Pemilihan Lokasi Demapan sebagai Pilot Proyek, yaitu: a. Penetapan pada Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang adalah tahun pertama pelaksanaan kegiatan Demapan dengan kondisi perkotaan yang masih ada aktifitas pertanian. b. Penetapan pada Desa Kletek, Kecamatan Puncak Wangi, Kabupaten Pati adalah Demapan pada tahun keempat dengan kondisi pada umumnya masyarakat menggantung kehidupannya pada pertanian. 3. Tim Pemantau: Berdasarkan Surat Sekretaris Badan nomor 755/HM.110/K.1/8/2012, tim pemantau ke Propinsi Jawa Tengah, yaitu: a. Ir. M. Hamzah, M.M, Kasubbag Program, Sekretariat Badan; b. Soepriati, SE., M.Si, Kasubbid Penaggulangan Kerawanan Pangan, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan. B. PELAKSANAAN SOSIALISASI PEDOMAN PUG BIDANG KETAHANAN PANGAN Dalam rangka memasyaratkan Pengarusutamaan Gender Bidang Ketahanan Pangan, Pokja PUG BKP menyelenggarakan sosialisasi Pedoman PUG Bidang Ketahanan Pangan kepada petugas yang menangani Desa Mandiri Pangan baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Sosialisasi tersebut dilaksanakan di tingkat propinsi Jawa Tengah pada tanggal 6 September 2012 pukul 09.00 s.d. 12.00 di Badan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Jawa Tengah. Presentasi dipandu oleh Kepala Bidang Ketersediaan Pangan dan dihadiri oleh petugas dari tingkat kabupaten/kota sebanyak 45 orang yang terdiri dari 34 laki‐laki dan 11perempuan (lihat lampiran). PUG sudah dilaksanakan sejak tahun 2011 dengan kegiatan Desa Mandiri Pangan yang didanai oleh APBD Propinsi pada 10 kabupaten. Kegiatan yang sudah dilakukan meliputi sosialisasi, pemantauan dan pembinaan serta evaluasi. Sedangkan model penerapan PUG pada Desa Mandiri Pangan yang didanai oleh APBN adalah Kota Semarang dan Kabupaten Pati pada tahun 2012. Pada tahun sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi dan identifikasi penjajagan kegiatan Demapan berbasis PUG yang didanai oleh APBN. Walaupun belum dilakukan persiapan PUG pada Demapan, pada kenyataannya PUG sudah diterapkan tetapi belum dilaksanakan pelaporan data terpilah. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi tersebut mencakup: dasar hukum pelaksanaan PUG, pengertian PUG, Data Terpilah, serta kiat‐kiat pelaksanaan Demapan berbasis PUG. Pada dasarnya pelaksanaan Demapan berbasis PUG tidak membutuhkan dana tambahan, melainkan dalam pelaksanaan harus membuat data terpilah dan upaya‐upaya yang dilakukan harus mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender pada aspek akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat. Menanggapi materi tersebut pada umumnya peserta sudah memahami pengetahuan yang diterima, hal tersebut seperti dijelaskan oleh Kepala Bidang Ketersediaan Pangan bahwa aplikasi PUG pada Demapan sudah dilaksanakan di Jawa Tengah sejak tahun 2011 untuk Demapan yang dibiayai dengan APBD Propinsi Jawa Tengah. C. KEGIATAN DEMAPAN BERBASIS PUG Pelaksanaan Demapan berbasis PUG yang dibiayai oleh APBN pada tahun 2012 di Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, kota Semarang ada 4 (empat) kelompok afinitas yaitu: Kelompok Mandiri Pangan Rejo Tani dengan kegiatan ternak kambing Jawa Randu, Kelompok Mandiri Pangan Maju Jaya dengan kegiatan Lumbung Pangan, Kelompok mandiri Pangan Mekar Jaya dengan kegiatan pengolahan pangan, dan Kelompok Mandiri Pangan Barokah dengan kegiatan budidaya jamur. Masing‐masing kelompok tersebut terdiri dari 15 orang. Strategi aplikasi PUG dalam Demapan di kota Semarang adalah menetapkan kelompok beranggota laki‐laki atau perempuan dan kelompok campuran. Kelompok beranggota sama tersebut adalah Kelompok Rejo Tani yang beranggota semua laki‐laki dan Kelompok Mekar Jaya yang beranggota semua perempuan, sedangkan kelompok campuran adalah Kelompok Maju Jaya dan Kelompok Barokah masing‐masing beranggota 11 orang laki‐laki dan 4 orang perempuan. Pembagian kelompok tersebut didasarkan atas budaya kerja yang berkembang di masyarakat, misalnya beternak harus dilaksanakan laki‐laki sedangkan pengolahan pangan dilakukan oleh perempuan karena aktivitas tersebut banyak dilaksanakan di dapur. Walaupun dari aspek penetapan peserta Demapan masih menggunakan budaya yang ada, tetapi hampir semua kegiatan produktif yang dilaksanakan di lingkungan rumah tangga aktifitas suami, istri, anak laki‐laki dan anak perempuan saling berpartisipasi dalam menangani kegiatan usaha produktif. Hal tersebut dilakukan karena suami atau isteri pada umumnya bekerja sebagai buruh pabrik sehingga anak laki‐laki dan anak perempuan membantu kegiatan rumah apabila suami atau isteri sedang bekerja di pabrik. Dari keempat kelompok mandiri pangan tersebut, ketiga kelompok sudah melaksanakan kegiatan produktif sesuai dengan rencana, sedangkan satu kelompok lainnya yaitu Kelompok Barokah yang menangani budidaya jamur dihentikan sementara aktifitasnya karena musim kemarau yang sangat kering, namun disarankan supaya menangani kegiatan produktif lainnya sehingga modal bisa berputar. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan Demapan di Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang sudah melaksanakan prinsip‐prinsip PUG dalam penetapan peserta dan pelaksanaannya. Untuk memantapkan aplikasi tersebut, dalam pendampingan perlu memperhatikan kaidah‐kaidah PUG sehingga pada semua aktifitas Demapan yang dijalankan mengusahakan adanya kesetaraan dan keadilan gender. Untuk itu dalam pelaporannya, perlu dilakukan dengan data terpilah sehingga kesenjangan antara laki‐laki dengan perempuan dalam aktifitas Demapan dapat dikurangi tanpa merubah budaya di kelurahan tersebut. Untuk meningkatkan kinerja Demapan berbasis PUG, perlu dilakukan hal‐hal sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi PUG di tingkat kecamatan, kelurahan, RW dan RT melalui kegiatan kunjungan ke lapangan. 2. Membina pendamping untuk menerapkan PUG dalam kegiatan di tingkat lapangan. 3. Melakukan pemantauan secara periodik pada aplikasi PUG di tingkat lapangan dan memecahkan permasalahan secara dini apabila terjadi pemasalahan gender. 4. Melakukan evaluasi tiap semester untuk memperbaiki dan menyempurnakan aplikasi PUG pada waktu yang akan datang. Jakarta, 8 September 2012 Pelapor, M.Hamzah