LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013.pdf - PPSP

12 downloads 3217 Views 4MB Size Report
Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan ...... nitasi sekolah merupakan salah satu tatanan yang terintegrasi.
LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Balangan

Kabupaten Balangan Bulan Agustus 2013

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

0

DAFTAR ISI DAFTAR ISI..................................................................................................................................0 KATA PENGANTAR......................................................................................................................2 DAFTAR TABEL ...........................................................................................................................3 DAFTAR GRAFIK..........................................................................................................................4 I.

PENDAHULUAN ..................................................................................................................5

II.

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA ......................................................................6 2.1. Penentuan Target Area Survey.......................................................................................7 2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden ...........................................................................10 2.3. Penentuan Desa/Desa/Kelurahan Area Survei .............................................................11 2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei ....................................................11

III. HASIL STUDI EHRA 2013 KABUPATEN/ KABUPATEN ......................................................13 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ............................................................................13 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik...............................................................................14 3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir ...........................................................16 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga .........................................................................21 3.5 Perilaku Higiene.............................................................................................................22 3.6 Kejadian Penyakit Diare.................................................................................................25 3.7 Indeks Resiko menurut EHRA ........................................................................................26

IV. PENUTUP ......................................................................................................................... 27 LAMPIRAN ................................................................................................................................ 28

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

1

KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Balangan untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala Kabupaten Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survei, entri maupun analisa data hasil studinya. Perangkat Studi EHRA juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang terdiri atas: 1. Perangkat lunak khusus untuk entri data dalam format Epi Info, 2. Perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS 3. Perangkat lunak syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga menghasilkan berbagai table hasil pengamatan termasuk beberapa table analisis Crosstab. Perangkat lunak entri data menggunakan Epi Info versi MS-DOS (bukan versi MS-Windows). Hal ini untuk menjamin konsistensi pemasukan data oleh operator. Dengan demikian hasil entri data akan memiliki tingkat kesalahan yang seminim mungkin. Berdasarkan metoda pelaksanaan studi EHRA, sebelum menentukan jumlah sampel, Pokja Sanitasi Kabupaten harus melakukan klastering Desa/Kelurahan berdasarkan 4 kriteria, yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, dinilai sering mengalami banjir dan dilalui sungai yang berpotensi digunakan untuk sarana sanitasi. Penarikan sampel studi EHRA dibuat lebih fleksibel disesuai dengan ketersediaan anggaran. Namun demikian ada batasan minimum tertentu yang harus tetap dipenuhi sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah dengan tingkat kepercayaan 95%. Akhirnya kami berharap, laporan hasil kegiatan studi EHRA ini , dapat dipergunakan dengan sebaik baiknya didalam pembuatan BUKU PUTIH SANITASI, Pokja Sanitasi Program PPSP Kabupaten Balangan. Semoga bermanfaat,

TIM STUDI EHRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BALANGAN,

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

2

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kabupaten Balangan tahun 2013 ................................. 8 Tabel 2.2. Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survey EHRA Kabupaten Balangan tahun 2013.................. 8 Tabel 2.3. Hasil Klastering Desa/Kelurahan Per Kecamatan ................................................................ 9 Tabel 2.4. Distribusi Desa/Kelurahan per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA...................... 10 Tabel 3.1.. Jumlah desa yang diindentifikasi rawan terjadi banjir ..........................................................21

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

3

DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (per kluster)......................................................... 13 Grafik 3.2. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (per kluster) .................................................... 14 Grafik 3.3. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (skala kabupaten)........................................... 15 Grafik 3.4. Saluran Akhir Pembuangan Tinja (skala kabupaten) ...................................................... 15 Grafik 3.5. Kebiasaan Ibu membuang tinja anak ............................................................................... 16 Grafik 3.6. Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin ....................................................................... 17 Grafik 3.7. Adanya Genangan Air........................................................................................................ 18 Grafik 3.8. Frekuensi Genangan ............................................................................................................. 19 Grafik 3.9 Lamanya Genangan .............................................................................................................. 20 Grafik 3.10 Akses terhadap Air Bersih ............................................................................................... 21 Grafik 3.11 Sumber Air Utama untuk masak, mencuci pakaian & Piring dan Menggosok gigi ..... 22 Grafik 3.12 Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 waktu penting.................................. 23 Grafik 3.13. Waktu CTPS........................................................................................................................ 24 Grafik 3.14 Anggota keluarga yang pernah terkena diare (per kluster)........................................... 25 Grafik 3.15 Anggota keluarga yang pernah terkena diare (skala kabupaten) ................................. 25 Grafik 3.16 Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten Balangan 2013 ............................................................ 26

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

4

I.

PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey

partisipatif di tingkat Kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kabupaten sampai ke Desa/Kelurahan. Kabupaten dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat Desa/Kelurahan dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat Kabupaten dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat Desa/Kelurahan 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat Desa/Kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders Desa/Kelurahan. Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Balangan Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Balangan Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

5

II.

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua)

teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

6

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan

oleh

Pokja

Kabupaten/Kabupaten

semata.

Agar

efektif,

Pokja

Sanitasi

Kabupaten/Kabupaten diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab

: Pokja Kabupaten Balangan

2. Koordinator Survey

: Anggota Pokja dari Unsur Dinas Kesehatan

3. Anggota

: BAPPEDA,dan Pokja dari Unsur Dinas Kesehatan

4. Koordinator wilayah/kecamatan

: Dinas Kesehatan

5. Supervisor

: Sanitarian Puskesmas

6. Tim Entry data

: Bag.Pengolahan, Data,Bappeda dan Dinas Kesehatan

7. Tim Analisis data

: Pokja Kabupaten Balangan

8. Enumerator

: Sanitarian Puskesmas

2.1.

Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui

proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Balangan mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap Kabupaten telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan Desa/Kelurahan. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau Desa/Kelurahan. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

7

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Balangan menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found.. Wilayah (kecamatan atau Desa/Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/Desa/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/Desa/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Balangan. Tabel 2.1. Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kabupaten Balangan Tahun 2013 Klaster

Jumlah Desa/Kelurahan

Desa/Kelurahan Sampel

1

10

2

2

47

6

3

73

6

4

27

11

Jumlah

157

25

Tabel 2.2. Desa/Kelurahan Terpilih untuk Survey EHRA di Kabupaten Balangan Tahun 2013 NO 1

2

3

NAMA KECAMATAN Paringin

Lampihong

Batu Mandi

NAMA DESA/KELURAHAN Paringin Paringin Timur Layap Matang Lurus Panaitan Kandang Jaya Mt. Hanau Batumandi Mampari Munjung

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

Klustering

∑ RESPONDEN

4 3 2

40 40 40

3 2 3 2

40 40 40 40

4 4 3

40 40 40 8

4

Awayan

5

Tebing Tinggi

6

Paringin Selatan

7

8

Badalungga Baru Baramban Sungsum Gn. Batu Batu Piring Galumbang Baruh Bahinu Dalam Lalayau Galumbang

Juai

Buntu Karau Halong Tabuan Kapul

Halong

Mantuyan

4 2 2 4 1 4 2 4

40 40 40 40 40 40 40 40

4 4 3

40 40 40

2 4 4 3

40 40 40 40

JUMLAH RESPONDEN

1.000

Tabel 2.3. Hasil Klastering Desa/Kelurahan Per Kecamatan No. Kecamatan Kalster 0 Kalster 1 Kalster 2

Kalster 3

Kalster 4

1

Paringin

0

0

7

7

2

2

Lampihong

0

0

9

8

0

3

Batu Mandi

0

0

11

5

2

4

Awayan

0

0

6

11

6

5

Tebing Tinggi

0

2

3

3

4

6

Paringin Selatan

0

0

2

7

7

7

Juai

0

3

4

10

4

8

Halong

0

5

5

12

2

0

10

47

73

27

Jumlah

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

9

Tabel 2.4. Distribusi Desa/Kelurahan per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA KLASTER JUMLAH DESA/KELURAHAN JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG DISURVEY JUMLAH RESPONDEN

KLASTER 1

KLASTER 2

KLASTER 3

KLASTER 4

10

47

73

27

2

6

6

11

80

240

240

440

Klastering wilayah di Kabupaten Balangan menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Error! Reference source not found..1 Wilayah (kecamatan atau Desa/Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/Desa/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/Desa/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. 2.2.

Penentuan Jumlah/Besar Responden Jumlah sampel untuk tiap Desa/Kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu

jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Desa/Kelurahan tersebut. Jumlah responden per Desa/Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/Kabupaten digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:

Dimana: 

n adalah jumlah sampel



N adalah jumlah populasi



d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)  Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

10

Dengan jumlah populasi rumah tangga maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 400. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan Desa/Kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Balangan metetapkan jumlah Desa/Kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 10 Desa/Kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 10 Desa/Kelurahan X 40 = 400 responden. 2.3.

Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka

selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 25 Desa/Kelurahan secara random. 2.4.

Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data

RT per RW per Desa/Kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per Desa/Kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut. 

Urutkan RT per RW per Desa/Kelurahan.



Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.  Jumlah total RT Desa/Kelurahan : X.  Jumlah RT yang akan diambil : Y  Maka angka interval (AI) = jumlah total RT Desa/Kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z



Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.



Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini

bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. 

Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.



Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

11



Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2



Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

12

III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN/ KABUPATEN 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Gambaran Umum Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Paringin dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Balangan dengan pengelolaan sampah, dilakukan dengan melalui proses sebagai berikut : a) Proses Pengumpulan Sampah Proses pengumpulan sampah dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak bak penampungan yang disediakan disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini dapat dilakukan dengan sistem door to door dengan menggunakan gerobak sampah yang selanjutnya dikumpulkan di bak-bak bak penampungan yang ng pelaksanaanya dapat dilakukan oleh masing-masing masing unit lingkungan. lingkungan b) Proses Pengangkutan Sampah ke TPS / TPA Proses pengangkutan sampah dilakukan dari bak-bak bak bak penampungan ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau transfer depo. Selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck / dump truck menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). c) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan harus dilakukan secara reguler. Grafik 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (per kluster)

250 200 150 100 50 0 Dikumpul Dikumpul kan oleh kan dan kolektor dibuang informal ke TPS yang mendaur ulang

Dibakar

Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah

Dibuang Dibuang Dibiarkan Dibuang ke dalam ke saja ke lahan lubang sungai/kal sampai kosong/k tetapi i membusu ebun tidak k ditutup dengan tanah 4,6 20,5 ,0 17,5

Lain-lain

Kluster4

3,0

9,8

44,4

,2

Kluster3

3,6

9,6

51,4

1,4

2,1

21,4

,4

9,3

,7

kluster2

0

3,3

59,6

0

2,9

17,1

,0

16,7

,4

Kluster1

0

0

71,3

0

2,5

2,5

,0

23,8

,0

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

,0

13

Ket :  

Masyarakat masih sih banyak yang membakar sampah, seluruh kluster yang tertinggi adalah dibakar untk kluster 1 sampai 71,3 %. Hanya sebagian kecil dari kluster 2, kluter 3 dan kluster 4 yang dikumpulkan dan di buang ke TPS yakni dibawah 10 %, % bahkan kluster 1 semuannya tidak ada yang dikumpulkan dan di buang ke TPS.

3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Gambaran Umum Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal, maka garis besar perhitungan perencanaan pengelolaan air limbah sampai 5 dan 10 tahun mendatang di Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut : Rencana pengelolaan air limbah di Wilayah Kabupaten Balangan adalah seb sebagai berikut : 1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kabupaten Balangan terlayani oleh sistem terpusat. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. 2. Pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan

restoran. Kegiatan industri dan rumah sakit umumnya menghasilkan limbah berbahaya, yang seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air, sedangkan kegiatan hotel dan restoran umumnya tidak tidak menghasilkan limbah berbahaya, namun secara kuantitas limbah yang dihasilkan cukup besar, sehingga diharapkan agar hotel dan restoran mempunyai system pengelolaan limbah tersendiri. tersendiri Grafik 3.2. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (per kluster)

Klaster 4

76,6

23,4

Klaster 3

Klaster 2

73,8

26,3 ,0

20,0

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

Tdk ada Jamban

80,8

19,2

Klaster 1

Ya, Ada Jamban

69,6

30,4

40,0

60,0

80,0

100,0

14

Grafik 3.3. Jumlah keluarga yang memilliki jamban (skala ( kabupaten)

25%

Tdk ada Jamban

Ya, Ada Jamban

75%

Ket :  

Sebagian besar masyarakat kab. Balangan telah mempunyai jamban pribadi dengan nilai prosentase 75,5%, ,5%, bahkan di wilayah kluster 2 kepemilikan jamban pribadi sudah mencapai diatas 80%. Sementara untuk kluster 1,, 3, dan 4 warga yang belum mempunyai jamban pribadi rata rata-rata di bawah 35%

Grafik 3.4. Saluran Akhir Pembuangan Tinja (skala kabupaten)

Tangki septik; 8,0

Tidak tahu; 24,5 Sungai/danau/pan tai; 1,1 Langsung ke drainase; ,1

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

Cubluk/lobang tanah; 66,3

15

Ket :  

Cubluk/lobang tanah merupakan pilihan warga sebagai saluran akhir pembuangan tinja dengan prosentase 66,3 6,3% % skala kabupaten, sementara warga yang masih membuang tinja ke sungai se besar 1,1 %. Sementara yang membuang ke tangki septic Cuma 8,0 % inipun bisa dipastikan apakah tangki septic tersebut sesuai standart pemerintah.

Grafik 3.5. Kebiasaan Ibu membuang tinja anak

17,90%

Ke WC/Jamban Tidak Kejamban 82,10%

Ket : 

Untuk kebiasaan ibu dalam membuang tinja anak bila anaknya BAB Cuma 17,9 % yang membuang ke WC/Jamban.

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Gambaran Umum Saluran drainase sangat penting sekali peranannya dalam pembangunan pertanian di daerah rawa walaupun biayanya sangat mahal. Terbangunnya saluran drainase yang menyeluruh dan terpadu di rawa potensial Kabupaten Balangan merupakan dasar dalam merekomendasikan pengembangan pertanian lahan basah di wilayah Kabupaten Balangan di masa mendatang. Saluran drainase sangat berfungsi untuk memperlancar keluar masuknya air (tata air) yang akan mengaliri lahan pertanian dan diperlukan untuk menghindari terlalu tingginya genangan dan luapan air pasangg surut serta banjir musiman yang akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman dan pada gilirannya mempengaruhi perkembangan pertanian pada umumnya. Dengan demikian diperlukan sekali adanya penambahan saluran drainase baru yang direncanakan dan dibangun dengan an tepat serta dilakukan dengan hati-hati hati hati agar terhindar kemungkinan tersingkapnya lapisan pirit di tanah yang akan menyebabkan kondisi tanahnya menjadi berbahaya/beracun bagi tanaman. LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

16

Dalam rangka mengendalikan genangan air di waktu musim hujan dan banjir musiman, di wilayah Kabupaten Balangan telah dibangun saluran drainase. Fungsi saluran drainase akan berkurang dengan berjalannya waktu. Hal ini disebabkan pendangkalan saluran dan tumbuhnya gulma di saluran akan mempercepat pendangkalan. drainase yang yang direncanakan merupakan saluran terbuka yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan. Jaringan drainase terbagi atas jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier. a) Jaringan Primer Jaringan primer berfungsi untuk menampung aliran permukaan dengan daerah tangkapan yang luas. Jaringan primer merupakan drainase alam yaitu aliran sungai dan anak sungai. Kabupaten Balangan ditinjau dari Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk DAS Balangan DAS Pitap,, sub DAS Balangan dan sub-sub DAS Pitap semua anak sungainya. b) Jaringan Sekunder dan Tersier Saluran sekunder adalah saluran drainase buatan yang berfungsi untuk menampung aliran air permukaan yang berasal dari jaringan tersier dan mengalirkannya ke jaringan primer. Saluran tersier adalah saluran drainase buatan yang berfungsi menampung aliran air permukaan dari suatu kawasan seperti kawasan permukiman, kawasan pertokoan, kawasan industri kemudian mengalirkannya ke jaringan sekunder. c) Sistem drainase lokal Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani sebagian wilayah perkotaan d) Sistem drainase utama Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani seluruh wilayah perkotaan Tabel 3.6. Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin

80,0 70,0 60,0 50,0 40,0

70,7

30,0 20,0 29,3

10,0 ,0 Ya

Tidak

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

17

Ket : 

Untuk Rumah tangga yang mengalami genangan banjir secara rutin dikabupaten balangan 70,7 % megalaminya secara rutin, Cuma 29,3 yang tidak mengalaminya secara rutin.

Grafik 3.7.Adanya danya Genangan Air

Ket : 

Adanya genangan di kab. Balangan banyak terjadi di kluster 3 yaitu mencapai 62,5 %, sedangkan yang terendah terjadi pada kluster 2 yaitu cuma 26,3 %.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

18

Grafik 3.8. Frekuensi Genangan

Ket : 

Frekuensi genangan di kab. Balangan yang banyak adalah sekali dalam setahun, untuk kluster 3 mencapai 47,9%.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

19

Tabel 3.9. Lamanya Genangan

Ket :  



Lamanya genangan di kab. Balangan banyak paling sering terjadi lebih dari satu hari. Lamanya genangan per kluster genangan lebih variatif, di kluster 3 dan 4 lamanya genangan air terjadi lebih dari satu hari yakni 51,3 % dan 25 %, untuk kluster 2 lamanya genangan air sering terjadi satu hari yakni mencapai 71,4 % sedangkan untuk kluster 1 lamanya genangan pang sering terjadi antara 1 – 3 jam yaitu sampai 50 %. Belum ada penataan drainase lingkungan permukiman berpotensi menimbulkan penyakit akibat genangan air.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

20



Ulasan topografi wilayah Kab. Balangan Topografi opografi yang relatif datar/rata terutama pada bagian Tengah dan Barat. Kondisi topografi yang sebagian besar merupakan dataran rendah dan sedikit ber berbukit sampai pegunungan mengkondisikan Wilayah Kabupaten Balangan rawan terhadap bencana banjir. Kawasan rawan banjir di Wilayah Kabupaten Balangan terjadi karena luapan air sungai Balangan atau Sungai Pitap. Pitap Jumlah desa yang diindentifikasi rawan terjadi banjir Jumlah Jumlah Kelurahan/Desa Kecamatan Kelurahan/Desa Sering Banjir Paringin 16 2 Lampihong 10 7 Batu Mandi 17 4 Awayan 9 2 Tebing Tinggi 12 Paringin Selatan 8 Juai 10 2 Halong 8 -

Tabel 3.1.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Grafik 3.10. Akses terhadap Air Bersih

 

Akses warga Balangan terhadap air bersih yang terbanyak ter adalah Air Ledeng dari PDAM yaitu 33,3 %,, sedangkan Air sumur gali sebesar 31,1 %, namaun masih banyak juga yang menggunkan Air dari sungai yaitu 20,6 %. Tetapi masih banyak juga yang akses air bersinya berupa air dari sungai yaitu 20,6 %. .

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

21

Grafik 3.11. Sumber Air Utama untuk masak, mencuci pakaian & Piring dan Menggosok gigi. 27,6

20,6 17,2 14,1

0,7

 

2,5

2,6

13,9

3,1 0,2

0,1

0,2

0,2

Warga Balangan banyak menggunakan air ledeng PDAM sebagai sumber air untuk masak, minum, dan mencuci pakaian mencapai 27,6 %. Kepedulian warga Balangan untuk menjaga kesehatan keluarga cukup tinggi terbukti dengan merebus air sebelum di konsumsi, selain itu mereka menggunakan filter keramik dalam mengolah air untuk minum.

3.5 Perilaku Higiene Tujuan Diketahuinya program/ proyek/ layanan yang telah dilakukan terkait pemberdayaan masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan promosi higiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan, oleh : 1. Dinas-dinas, dinas, program dan layanan yang ada 2. LSM lokal 3. Kelurahan, kecamatan dan kelompok masyarakat 4. Sektor swasta (formal maupun informal). Deskripsi Survei Pemberdayaan Masyarakat, Jender, dan Kemiskinan (PMJK), promosi higiene dan sanitasi sekolah diperlukan untuk menilai partisipasi masyarakat dengan pelibatan peran jender dan kemiskinan dalam pengelolaan sistem sanitasi baik dalam skala kabupaten/kota maupun nasional serta prospek pengembangannya di masa depan. LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

22

Survei PMJK, promosi higiene dan promosi sanitasi sekolah mengidentifikasikan Program/Proyek/Layanan Berbasis Masyarakat yang telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota, LSM, CBO (Community-based based Organization) dan masyarakat untuk subsektor air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, lingkungan, promosi higiene, dan sanitasi sekolah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (PHBS ) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara elihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi dan dan perilaku sehat bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment). Program ini selalu dihubungkan dengan kegiatan promosi higiene pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, sesuai dengan tatanan yang ada. Program rogram PHBS meliputi 5 tatanan yaitu (a) Rumah Tangga, (b) Sekolah, (c) Tempat Kerja, (d) Sarana Kesehatan dan (e) Tempat Tempat Umum (TTU). Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang biasa hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain lain-lain. Program sanitasi sekolah merupakan salah satu tatanan yang terintegrasi dengan PHBS. Program PPSP hanya akan fokus pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah (sanitasi sekolah) Grafik 3.12. Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 waktu penting.

100,0 2,5 98,0

5,4

5,0 8,6

96,0 94,0 92,0

Ya Tidak

97,5 94,6

90,0

95,0 91,4

88,0 86,0 1

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

2

3

4

23

Ket :   

Sebagian besar warga belum melakukan cuci tangan pakai sabun (CPTS) dalam kehidupan sehari-hari, baik kluster 1, 1 2, 3 dan 4 yang mencapai lebih dari 90%. Begitu juga sarana CPTS di jamban maupun dekat jamban belum banyak warga di tiap kluster yang menyediakan sarana tersebut. Perlunya kesadaran masyarakat bahwa upaya menjaga kesehatan kesehatan dapat dilakukan dengan hal-hal hal kecil seperti cuci tangan pakai sabun.

Grafik 3.13. Waktu CTPS

86,1

58,7 46,8 32,2 23,7 4,2

Ket :  

17,0

22,6

17,3 5,8

Untuk waktu Cuci tangan pakai sabun yang banyak dilakukan adalah pada waktu setelah dari buang air besar mencapai 86,1 %, kemudian diikuti waktu sebelum makan yang mencapai 58,7 %. Untuk waktu yang lainya masih dianggap rendah karen semua waktu yang lain masih dibawah 50 %..

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

24

3.6

Kejadian Penyakit Diare Penyakit Diare di Kabupaten Balangan masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relative cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor lingkungan, yaitu penggunaan air untuk keperluan sehari hari yang tidak memenuhi syarat, sarana jamb jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat, serta kondisi sanitasi perumahan yang ang tidak higienis. Berikut grafik dan keterangan hasil wawancara dengan responden di wilayah Kabupaten Balangan mengenai kejadian penyakit diare di setiap rumah tangga, baik per kkluster maupun skala kabupaten.

Grafik 3.14. Anggota keluarga yang pernah terkena diare (per kluster) Klsater 1

25,3 31,4 24,2

12,1

Klsater 2

2,9

Klsater 3

Klsater 4

7,5

23,0

10,0

32,9

5,7 7,1 6,5

6,5

Anak-anak balita

15,8

Anak-anak non balita

5,3

35,7 41,9

8,1 42,1

39,1

25,8

5,3

10,5

31,6

Anak Anak Orang Orang remaja lakiremaja dewasa lakidewasa laki perempuan laki perempuan

Grafik 3.15. Anggota keluarga yang pernah terkena diare (skala kabupaten)

24%

34%

Anak-anak anak balita Anak-anak anak non balita 9%

22%

Anak remaja perempuan

7%

Orang dewasa laki-laki laki 4%

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

Anak remaja laki-laki laki

Orang dewasa perempuan

25

Ket : 



Banyak diantara anggota keluarga dewasa perempuan yang pernah terjangkit diare yaitu 34 %. dan anak balita mencapai 24 % yang pernah terjangkit diare sedangkan orang dewasa laku lakulaki mencapai 22 %,, untuk anak-anak non balita, remaja putri dan anak remaja laki laki-laki dibawah 10 %. Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai upaya pemerintah dalam menjaga kesehatan keluarga, termasuk di antaranya cuci tangan pakai sabun (CPTS) dan tidak buang air besar sembarangan (BABS).

3.7 Indek Resiko Grafik 3.16. Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten Balangan 2013

Dari hasil skoring studi EHRA berdasarkan Indek Resikonya, Kabupaten Balanga Tahun 2013 berada pada dua Indek Resiko yaitu Resiko kurang untuk kluster 1 dan 2, dan Resiko sangat Tinggi untuk kluster 3 dan 4.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

26

III.

PENUTUP

EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Untuk perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. EHRA dikomandani oleh Pokja Sanitasi Kab. Balangan dan difasilitasi oleh fasilitator PPSP. Bagi Pokja, EHRA diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan Buku Putih dan perencanaan strategi dan program-program sanitasi. Karenanya, selain mencakup variabel-variabel yang komparatif antar-kota, EHRA juga mengakomodasi variabel-variabel khas yang muncul dari kebutuhan-kebutuhan kota yang berkaitan dengan perbaikan sanitasi. Dalam berbagai tahap, pengembangan studi EHRA melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan kader-kader posyandu. Kolaborasi dengan kader dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni 1) kader-kader memiliki akses yang leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat karakteristik responden yang merupakan Ibu berusia antara 18-60 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat, seperti tempat dan perilaku BAB; 2) kader umumnya memahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang dipilih random. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden dalam EHRA karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya. Pelibatan perempuan, khususnya kader posyandu, telah menghasilkan "side product" yang menarik. Dalam diskusi hasil sementara pada 03 Juli 2012 di Dinas Kesehatan Kab. Balangan, sejumlah anggota Pokja sanitasi kab. Balangan menuntut lebih dilibatkannya perempuan baik dari kader posyandu maupun masyarakat umum dalam upaya peningkatan layanan sanitasi. Dengan pengalaman di bidang isu sanitasi, seperti keterlibatan di EHRA, dukungan perempuan untuk advokasi dan promosi isu sanitasi menjadi sangat strategis. Dokumen ini adalah dari Laporan EHRA di Kab. Balangan yang penyusunan laporan difasilitasi oleh fasilitator PPSP dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi Kota Balangan sebagai pemilik utama kegiatan, kader-kader Posyandu, pihak desa/kelurahan di Kab. Balangan.

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

27

LAMPIRAN Dokumentasi lain yang dianggap perlu terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan Studi EHRA

LAPORAN STUDI EHRA BALANGAN 2013

28