Marsud Hamid, Hubungan Antara Target Pencapaian Kurikulum ...

5 downloads 123 Views 44KB Size Report
pencapaian kurikulum terhadap kemampuan praktek instalasi listrik Siswa ... secara umum target pencapaian kurikulum jurusan listrik pada SMK Kartika.
Marsud Hamid, Hubungan Antara Target Pencapaian Kurikulum Terhadap Kemampuan

HUBUNGAN ANTARA TARGET PENCAPAIAN KURIKULUM TERHADAP KEMAMPUAN PRAKTEK INSTALASI LISTRIK SISWA SMK SWASTA DI MAKASSAR Marsud Hamid

Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM

e-mail : [email protected] Abstrak Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat asosiatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara target pencapaian kurikulum terhadap kemampuan praktek instalasi listrik Siswa SMK swasta Makassar. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah siswa jurusan listrik kelas 3 yang telah mengikuti mata pelajaran instalasi listrik berjumlah 33 oarang. Terdiri atas 17 orang siswa SMK Kartika Wirabuana 1 dan 16 orang siswa SMK Nasional. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum target pencapaian kurikulum jurusan listrik pada SMK Kartika Wirabuana 1 dan SMK Nasional tergolong tinggi yaitu untuk SMK Kartika Wirabuana sebesar 94,66% dan untuk SMK Nasional sebesar 94,97%, sementara untuk kemampuan praktek instalasi listrik tergolong sedang yaitu: 1) SMK Kartika Wirabuana 1 sebesar 52,94% (9 orang dari 17 siswa), dan 2) SMK Nasional sebesar 62,25% (10 orang dari 16 siswa). Selanjutnya hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara TARGET pencapaian kurikulum terhadap kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK Kartika Wirabuana dan SMK Nasional dengan koefisien determinasi sebesar 45,6% (koefisien korelasi product moment sebesar 0,456) dan untuk SMK Kartika Wirabuana 1 sebesar 63,94% (koefisien korelasi product moment sebesar 0,6394), sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Kata Kunci : Target pencapaian kurikulum, Kemampuan praktek, Instalasi listrik

Kenyataan dewasa ini menujukkan bahwa dengan semakin meningkatnya laju moderenisasi dan globalisasi yang terus dipicu oleh perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, telah mengakibatkan timbulnya perubahan hampir di segala bidang pembangunan. Perubahan ini menjadikan perilaku masyarakat dalam memahami dan menganalisa semakin peka dan semakin mudah menerima hal-hal yang baru sehingga program pembangunan yang sedang digalakkan, khususnya yang menyangkut bidang pendidikan dan teknologi dapat dicapai sesuai harapan.

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional sangat dibutuhkan tenaga-tenaga terampil sebagai motor penggerak dalam menunjang dan mempercepat lajunya proses pembangunan itu. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran dan konstribusi dunia pendidikan yang merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu untuk menjadi manusia yang berkualitas dan berlangsung sepanjang hayat. Proses ini dilakukan tidak sekadar untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggali, menemukan, dan menempa potensi yang dimiliki tapi juga

Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009

untuk mengembangkannya dengan tanpa menghilangkan karakteristik masingmasing. Untuk itu, sistem pendidikan bangsa harus dirancang sedemikian rupa sehingga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Teknologi dan Industri (SMKKTI) merupakan salah satu jalur pendididkan formal di tingkat menengah yang mempunyai misi menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah, yang dibekali dengan kompetensi produktif, normatif, dan afektif. Hal ini tersirat di dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran oleh Depdikbud (1999:1) bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai bagian dari pendidikan menengah, bertujuan menyiapkan siswa atau tamatannya untuk; (a) Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional. (b) Mampu memilih karir, mempunyai kompetensi, dan mampu mengembangkan diri. (c) Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan usaha dan industri pada saat ini maupun di masa yang akan datang. (d) Menjadi warga yang produktif, adaptif, dan kreatif. Untuk mencapai tersebut di atas, Prof. DR. Dedi Supriadi (2004) mengemukakan beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu: Pertama, bidang-bidang keahlian yang dibuka dan kurikulum yang disiapkan semestinya benar-benar

didasarkan pada kebutuhan masyarakat, dunia usaha/industri, dan peserta didik. Karena itu, asesmen kebutuhan secara berkelanjutan perlu dilakukan yang kemudian tercermin dalam fleksibilitas program-programnya. Kedua, relevansi bukan hanya dalam bidang-bidang atau program-program keahliannya, melainkan tingkatan mutunya yang mesti sesuai dengan tuntutan yang terus berkembang dalam masyarakat. Ketiga, keahlian kejuruan yang dimiliki harus mampu dikembangkan lebih lanjut, dan karena itu penguasaan yang memadai dalam bidangbidang keilmuan dasar mutlak diperlukan. Keempat, dituntut untuk memberikan konstribusi yang nyata dengan menjadikan dirinya sebagai pusat pelatihan keahlian kejuruan bagi remaja putus sekolah dan calon tenaga kerja lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar bahwa dari 73 SMK swasta yang ada di Kota Makassar, terdapat 17 SMKKTI (Kelompok Teknologi dan Industri) yang membuka jurusan atau bidang keahlian Teknik Listrik dan 10 diantaranya membuka program keahlian Listrik Instalasi, Listrik Industri, dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Sebagai sekolah teknik, intensitas penggunaan laboratorium mencapai 60% dalam proses belajar mengajar. Dengan intensitas seperti ini, maka sangat wajar jika kecakapan alumni sangat tergantung dari keberadaan sarana ini. Rusyadi dalam Sri Rezeki Amir (1997) mengatakan lulusan STM masih kesulitan mendapatkan pekerjaan yang relevan, karena keterampilan yang mereka miliki belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan atau industri. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara target pencapaian kurikulum terhadap kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK-KTI Swasta di Makassar?.

Kurikulum Kurikulum mempunyai makna yang

Marsud Hamid, Hubungan Antara Target Pencapaian Kurikulum Terhadap Kemampuan

cukup luas, mencakup semua pengalaman yang dilakukan siswa, dirancang, diarahkan, diberikan bimbingan, dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah. Dalam pengertian ini kurikulum mencakup kegiatan belajar dalam kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olah raga, di rumah, bahkan di kebun atau di pasar yang terkait dengan tugas sekolah. Kurikulum dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca serta menulis, kecakapan berhitung, dan kecakapan berkomunikasi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedomen penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Untuk menjamin mutu hasil pendidikan, desain dan implementasi kurukulum selalu di evaluasi dan disempurnakan. Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum ini dilakukan secara menyeluruh, atau pada bagianbagian tertentu, secara berkala atau insidentil, secara serempak melibatkan semua guru atau dikerjakan oleh tiap-tiap guru. Kaidah-kaidah yang harus diikuti dalam penyusunan kurikulum antara lain sebagai berikut : 1) Kurikulum harus berisi rancangan pendidikan dan pelatihan yang menyeluruh dan terpadu; 2) Kurikulum harus mengandung kompoen tujuan, isi atau materi dan evaluasi yang dirancang menjadi satu kesatuan yang utuh; 3) Kurikulum secara jelas menunjukkan tujuan langsung (tersurat) dan tujuan tidak langsung (tersirat). Kompetensi/Kemampuan Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan (Seniawan, 1992). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kemampuan diartikan

sebagai kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sementara itu Rumini, dkk (1986), menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu terutama untuk mengerjakan dalam waktu sekarang. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi/ kemampuan merupakan suatu kualifikasi dari diri seseorang yang berupa kecakapan dan potensi yang dimiliki sejak lahir untuk memberikan kemudahan-kemudahan guna menguasai suatu keahlian dan kesanggupan dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Slameto (1995), menyatakan bahwa terdapat 5 macam kemampuan manusia yang merupakan hasil dari belajar yaitu; (1) kecakapan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan, dan (5) sikap. Selanjutnya menurut Anoraga dalam Faridh (2008) bahwa untuk mewujudkan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, ada 3 hal yang perlu diketahui yaitu; tugas-tugas yang dikerjakan di lapangan; kemampuan yang diperlukan untuk masing-masing tugas tersebut; dan banyaknya frekuensi kemampuan tersebut dilakukan pada masing-masing tugas. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan merupakan faktor yang penting bagi seorang individu sebagai salah satu sumber daya pembangunan dan sebagai kunci keberhasilan individu tersebut. Ada banyak faktor yang berpotensi untuk dapat mempengaruhi kemampuan seorang individu. Bayley dalam Slameto (1995) menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seorang individu yaitu: (1) faktor keturunan, (2) faktor latar belakang sosial ekonomi, (3) faktor lingkungan hidup, (4) faktor kondisi fisik, dan (5) faktor iklim emosi. Kelima faktor ini memiliki peranan yang besar dalam pencapaian tingkat kemampuan siswa yang maksimal. Di sinilah peran seorang tenaga pendidik untuk dapat memanipulasi kelima faktor ini ke arah yang lebih positif, agar nantinya siswa

Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009

Dalam ilmu listrik, praktek didefinisikan sebagai pekerjaan dengan menggunakan alat-alat kelistrikan yang merupakan latihan untuk keperluan tertentu, misalnya saja bagaimana cara-cara pemasangan komponen listrik yang baik, cara penyambungan kabel yang benar dan sebagainya. Praktek adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu produk atau penguasaan ilmu yang dilaksanakan di dalam laboraturium dan mengacu pada materi atau pokok bahasan yang telah diberikan (www.yai.ac.id/aa/peraturan akademik). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa praktek berarti; 1) Pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori, 2) Pelaksanaan pekerjaan, 3) Perbuatan melakukan teori (kenyataan). Praktek menurut Zainuddin (2001), berarti strategi pengajaran atau bentuk pelajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (keterampilan), kognitif (pengetahuan), dan afektif (sikap) menggunakan sarana laboratorium. Melaksanakan praktek di bengkel/ laboratorium merupakan salah satu perwujudan untuk mengembangkan sikap dan metode ilmiah yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan praktek tidak lepas dari proses belajar mengajar mata pelajaran praktek pada khususnya dan elektro pada umumnya, baik secara teori maupun praktek. Melalui kegiatan ini siswa dapat memperoleh berbagai pe ngalaman dan selanjutnya akan mendorong siswa untuk lebih memotivasi dirinya untuk lebih berkembang dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

deskriptif yang bersifat asosiatif yang dilaksanakan di SMK Kartika Wirabuana 1 dan SMK Handayani Makassar pada bulan Juni 2008 sampai Juli 2008. Populasi dan sampel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas III Jurusan Teknik Instalasi Listrik SMK Kartika Wirabuana 1 dan SMK Handayani Makassar yang berjumlah 33 orang siswa. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi pada saat siswa melakukan praktikum. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari para siswa adalah lembaran observasi dan dokumentasi yang telah dibuat sebelumnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan kolerasi pearson product moment (PPM) yang akan memberikan gambaran tentang karakteristik dari responden dan hubungan tingkat pencapaian kurikulum terhadap kemampuan praktek instalasi listrik siswa, yang disajikan dalam bentuk nilai rata-rata (mean), titik tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (standar deviasi), tingkat penyebaran data (variance), rentangan (range), dan nilai minimum dan maksimum. Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap kemampuan siswa dalam melaksanakan praktek instalasi listrik serta melihat persentase pencapaian dari masingmasing kriteria penilaian, maka disusunlah pengkategorian penilaian, yang akan dijabarkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi di buat dengan cara membuat interval yang disusun berdasarkan nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (SD) dari tiap-tiap kriteria. Interval yang dimaksud diisusun dalam empat kategori, yakni : (M + 1,5 . SD ) ke atas = sangat baik M sampai dengan (M + 1,5.SD) = baik (M - 1,5 . SD) sampai M = sedang (M - 1,5 . SD) ke bawah = rendah

METODOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

dapat mencapai hasil yang maksimal dari sebuah proses pembelajaran baik itu dari sisi teori maupun dari sisi praktek.

Praktek Instalasi Listrik

Penelitian ini merupakan penelitian

Pada bagian ini akan di sajikan hasil

Marsud Hamid, Hubungan Antara Target Pencapaian Kurikulum Terhadap Kemampuan

analisis data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Ada dua macam hasil analisis data yang akan disajikan yaitu hasil analisis yang statistik deskriptif dan hasil analisis yang menggunakan statistik inferensial. Hasil anlisis deskriptif meliputi nilai rata-rata (mean), Median (Me) dan Standar Deviasi (SD) sedangkan statistik inferensial meliputi Koefisien Korelasi (R), Koefisien Determinasi (R2). 1. Target Pencapaian kurikulum a. Target pencapaian kurikulum di SMK Kartika Wirabuana 1 Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah skor sebesar 775, banyaknya responden yaitu 17 orang, dan skor tertinggi sebesar 4 (skor tertinggi setiap item) x 12 (jumlah item) x 17 (jumlah responden) = 816. Dengan demikian target pencapaian kurikulum SMK Kartika Wirabuanan 1 menurut 17 responden yaitu 775 : 816 x 100% = 94,97 % dari kriterium yang ditetapkan. Apabila diinterpretasi nilai terletak pada kategori tinggi. Secara kontinum dapat dibuat kategori seperti terlihat pada gambar 2 dan tabel 1. 0%

25%

Rendah

50%

Sedang

75%

Cukup

100% 94,97%

Tinggi

Gambar 2. Kategori encapaian Kurikulum SMK Kartika Wirabuana 1 Tabel 1. Pengkategorian Persentase Pencapaian Kurikulum SMK Kartika Wirabuana No 1 2 3 4

Interval Persentase 76% - 100% 51% - 75% 26% - 50% 0% - 25%

Kategori Tinggi Cukup Sedang Rendah

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa pada variabel target pencapaian kurikulum, besaran persentase sebesar 94,97 % atau berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa target pencapaian

kurikulum pada SMK Kartika Wirabuana 1 tinggi. b. Target Pencapaian kurikulum di SMK Nasional Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah skor sebesar 727, banyaknya responden yaitu 16 orang, dan skor tertinggi sebesar 4 (skor tertinggi setiap item) x 12 (junlah item) x 16 (jumlah responden) = 768. Dengan demikian target pencapaian kurikulum SMK Nasional menurut 16 responden yaitu 727 : 768 x 100% = 94,66% dari kriterium yang ditetapkan. Apabila diinterpretasi nilai terletak pada kategori tinggi. Secara kontinum dapat dibuat kategori seperti terlihat pada gambar 3. 0%

25%

Rendah

50%

Sedang

75%

Cukup

100% 94,66%

Tinggi

Gambar 3. Kategori Pencapaian Kurikulum di SMK Nasional 2. Kemampuan Praktek Instalasi listrik Siswa a. Kemampuan Praktek Instalasi listrik Siswa SMK Kartika Wirabuana 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kompetensi siswa Jurusan Listrik SMK Kartika Wirabuana 1 menunjukkan bahwa nilai mean (M) sebesar 7,51; median (Me) sebesar 7,40; modus (Mo) sebesar 7,05, dan Standar Deviasi (SD) sebesar 0,45. Adapun distribusi frekuensi nya ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Praktek Instalasi Listrik Siswa SMK Kartika Wirabuana 1 No 1 2 3 4

Katego Interval ri Skor Tinggi > 8,18 Cukup 7,51 – 8,17 Sedang 6,83 – 7,5 Rendah < 6,82 Jumlah

Frek. Absolut 1 7 9 0 17

Persentase Rel Kom. 5,88 5,88 41,17 47,06 52,94 100 100 100 -

Berdasarkan tabel 2, variabel kemampuan praktek instalasi listrik siswa

Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009

SMK Kartika Wirabuana 1, dari 17 orang sampel, terdapat 1 orang (5,88%) yang termasuk dalam kategori Tinggi, 7 orang (41,17%) termasuk dalam kategori cukup, 9 orang (52,94%) termasuk dalam kategori sedang, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini berarti bahwa secara umum kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK Kartika Wirabuana 1 berada pada kategori sedang. b. Kemampuan Praktek Instalasi listrik Siswa SMK Nasional Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kompetensi siswa SMK Nasional Jurusan Listrik menunjukkan bahwa nilai mean (M) sebesar 7,91; median (Me) sebesar 7,87; modus (Mo) sebesar 8,12, dan Standar Deviasi (SD) sebesar 0,24. Adapun distribusi frekuensi Kemampuan Praktek Instalasi listrik Siswa SMK Nasional dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Praktek Instalasi listrik Siswa SMK Nasional No 1 2 3 4

Kategori

Interval Skor

Tinggi > 8,27 Cukup 7,91 – 8,26 Sedang 7,55 – 7,9 Rendah < 7,54 Jumlah

Frekuensi Absolut 1 5 10 0 16

Persentase Rel. Kom.. (%) (%) c 6,25 cc 37,5 62,25 100 100 100 -

Dari tabel 4 di atas, variabel kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK Nasional, dari 16 orang sampel, terdapat 1 orang (6,25%) yang termasuk dalam kategori tinggi, 5 orang (31,25%) termasuk dalam kategori cukup, 10 orang (62,25%) termasuk dalam kategori sedang, dan tidak ada yang termasuk kategori rendah. Hal ini berarti bahwa secara umum kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK Nasional berada pada kategori sedang. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara target pencapaian kurikulum terhadap

kemampuan praktek instalasi listrik siswa”. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana antara variabel target pencapaian kurikulum (X) dengan kemampuan praktek instalasi listrik siswa (Y) jurusan listrik SMK Kartika Wirabuana 1 dan SMK Nasional menunjukkan bahwa: 1. SMK Kartika Wirabuana 1 Hasil analisis menunjukkan harga R sebesar 0,675 dan pada taraf signifikansi 5% (0,05). Selanjutnya dari hasil analisis tersebut, diketahui harga koefisian 2 determinasi (R ) sebesar 0,456. Harga ini menunjukkan bahwa 45,6% varians yang terjadi pada kemampuan praktek instalasi listrik siswa dipengaruhi oleh variabel target pencapaian kurikulum, sedangkan 54,4% varians lainnya ditentukan oleh variabel atau faktor lainnya yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi product moment. Tabel 4. Rangkuman hasil analisis korelasi product moment Variabel

Koefisien Korelasi (R)

Koefisien Determinasi (R2)

X

0,675

0,456

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment sebagaimana yang terdapat pada tabel 4 di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,675 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,456. Ini berarti bahwa ketercapaian kurikulum sebesar 45,6%. Dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana antara target pencapaian kurikulum dengan kemampuan praktek instalasi listrik siswa, maka kemampuan praktek instalasi listrik siswa dapat diprediksi. Dari hasil analisis regresi ganda diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: Y =1,462 + 0,132 X Untuk persamaan

mengetahui keberartian regresi tersebut, maka

Marsud Hamid, Hubungan Antara Target Pencapaian Kurikulum Terhadap Kemampuan

digunakan statistik Uji F. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa bahwa nilai F hitung sebesar 12,610 yang ternyata lebih besar dari nilai F tabel yaitu sebesar 4,45 pada taraf signifikansi 5% (0,05). Ini berarti bahwa persaman regresi yang diperoleh dinyatakan berarti atau dengan kata lain hipotesis penelitian dinyatakan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa target pencapaian kurikulum SMK Kartika Wirabuana 1 mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan praktek instalasi listrik siswa. 2. SMK Nasional Hasil analisis menunjukkan harga R sebasar 0,799 pada taraf signifikansi 5% (0,05). Selanjutnya dari hasil anlaisis tersebut, diketahui harga koefisien 2 determinasi (R ) sebesar 0,639. Harga ini menunjukkan bahwa 63,9% varians yang terjadi pada kemampuan praktek instalasi listrik siswa dipengaruhi oleh variabel target pencapaian kurikulum. Sedangkan 36,1% varians lainnya yang ditentukan oleh variabel atau faktor lainnya yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi product moment. Adapun rangkumannya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6 Rangkuman hasil analisis korelasi product moment Variabel

Koefisien Korelasi (R)

Koefisien Determinasi (R2)

X

0,799

0,639

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,799 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,639. Ini berarti bahwa ketercapaian kurikulum dapat menjelaskan varians kemampuan praktek instalasi listrik siswa sebesar 63,9%. Dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana antara target pencapaian kurikulum SMK Nasional dengan kemampuan praktek instalasi listrik

siswa, maka kemampuan praktek instalasi listrik siswa dapat diprediksi. Dari hasil analisis regresi ganda diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: Y =2,78 + 0,113 X Untuk mengetahui keberartian persamaan regresi tersebut maka digunakan statistik Uji F. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 24,828 dan nilai ini lebih besar dari nilai F tabel yaitu sebesar 4,49 pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa persaman regresi yang diperoleh dinyatakan berarti, dengan kata lain hipotesis penelitian diterima. Hal ini menunjukkan bahwa target pencapaian kurikulum SMK Nasional mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan praktek instalasi listrik siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pencapaian kurikulum pada SMK Kartika Wirabuana dan SMK Nasional sangat baik. Hal ini berdasarkan pada hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa persentase ketercapaian kurikulum untuk SMK Kartika Wirabuana 1 dan SMK Nasional berada pada kategori tinggi atau mendekati 100%. 2. Kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK Kartika Wirabuana 1 dan SMK Nasional berada pada kategori sedang. 3. Terdapat hubungan tingkat pencapaian kurikulum pada jurusan listrik terhadap kemampuan praktek instalasi listrik siswa SMK Kartika Wirabuana dan SMK Nasional. Sebagai implikasi dari hasil penelitian, disarankan untuk mempertahankan tingkat pencapaian kurikulum tersebut dan senantiasa mengembangkan kualitas pembelajaran.

Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009

DAFTAR PUSTAKA

Rumini, S. dkk. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Arifin. 1979. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan dan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.

Semiawan. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Surabaya: Sinar Baru.

Dedy, S. 2004. Pengembangan Bangsa Melalui Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdikarya.

Sunarto. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

E.Muliasa. 2006. Kurikulum yang Di sempurnakan (pemgembang standar kompetensi dan kompetensi dasar). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Faridh. 2008. Proposal Penelitian. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Tidak dipublikasikan. Harten, P.V. 1991. Instalasi Listrik Arus Kuat I. Bandung: Binacipta. Harten, P.V. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat II. Bandung: Binacipta. Lantan, R. 1987. Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Praktek. Jakarta: P2LPIK. Nana, S. dkk. 2006. Mengendalikan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, prinsip, dan instrumen). Bandung : Rifika Aditama. Ridwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabet.

Tim

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.3. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Grafika. Zainuddin. 2001. Praktikum. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional. Zulkifli. 2005. Kemampuan Mendiagnosa Kerusakan ARTL Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro FT UNM. Skripsi: Tidak dipublikasikan.