materi ips kls 2 smt ganjil - WordPress.com

31 downloads 6873 Views 72KB Size Report
konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Kondisi aneka budaya itu sangat ...
NO STANDAR KOMPETENSI 5. Memahami struktur sosial serta berbagai factor penyebab konflik sosial

NO 5.1

5.2

6

Mendeskripsikan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural

6.1 6.2

6.3

7.

Memahami kesamaan dan keberagaman budaya

7.1

7.2

7.3

7.4

KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan Menganalisis factor penyebab konflik sosial dalam masyarakat Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam fenomena kehidupan Mendeskripsikan perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Mendiskripsikan keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Mengidentifikasi berbagai budaya local, pengaruh budaya asing, dan hubungan antarbudaya Mendsikripsikan potensi keberagaman budaya yang ada dimasyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional Mengidentifikasi berbagai alternative penyelesaian masalah akib at adanya keberagaman budaya Menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya.

BAB I STRUKTUR SOSIAL A. Definisi Struktur Sosial. 1. Menurut ilmu Sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. 2. Menurut George Simmel, struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya. 3. George C. Homans, struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan prilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari. 4. Wiliam Kornblun, struktur sosial adalah susunan yang dapat terrrjadi karena adanya pengulangan pola perilaku individu. 5. Soerjono Soekanto, struktur sosial adalah hubungan timbale balik antara posisiposisi dan peranan-peranan sosial.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa setiap struktur sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat bisa terjadi karena ada unsure-unsur sebagai berikut : a. Individu. Individu sbg pembentuk masyarakat dalam hal ini juga bertindak selaku pembentuk struktur sosial. Tidak ada sebuah struktur sosial pun yang dapat berdiri tanpa peranan individu-individu dalam masyarakat. b. Interaksi. Interaksi antar individu dalam masyarakat juga membentuk strukutur sosial.

Ciri-ciri struktur sosial : 1. Muncul pada kelompok masyarakat. Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Jadi apabila individu tidak berkelompok dan membentuk masyarakat maka struktur sosial tidak dapat terwujud.

Banyak individu yang mempunyai lebih dari satu status dengan cara mendapatkannya yang berbeda-beda pula. Status yang diperoleh sejak lahir, misalnya gelar raden. Status yang diperoleh dengan usaha yang disengaaja, misalnya status guru. Status pemberian orang lain, misalnya guru telaadan. Sedangkan peran adaalah sesuatu hal yang dilaksanakan individu karena status yang dimilikinya. 2. Berkaitan erat dengan kebudayaan.

3. Dapat berubah dan berkembang.

B. C. D. E.

Mengidentifikasi Struktur Sosial Fungsi struktur Sosial Bentuk Struktur Sosial Evaluasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan bangsa. Keragaman masyarakat Indonesia merupakan cirikhas yang membanggakan kita. Namun demikian, keragaman tidak serta merta menciptakan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal-hal yang baik. Keragaman masyarakat memiliki cirikhas yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa itu. Menurut Van de Berghe, bahwa masyarakat majemuk memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :

atau masyarakat beragam selalu

a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan yang berbeda. b.Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. c. Kurang mengembangkan konsesnsus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. d. Secara relative, sering terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan lainnya. e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi. f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya (Herimanto dan Winarno, 2009:110). Menyimak ciri-ciri diatas, maka keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi kelompok, struktur yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan1  adanya dominasi kelompok. Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial. Pertikaian antarkelompok masyarakat Indonesia sering terjadi, bahkan di era reformasi sekarang ini. Konflik ini bisa terjadi antarkelompok agama, suku, daerah, bahkan antargolongan politik. Beberapa contoh, misalnya konflik di Ambon tahun 1999, pertikaian Sambas tahun 2000 , konflik Poso tahun 2002 dan yang baru ini terjadi adalah konflik Mbak Priok di Jakarta tahun 2010. Berdasarkan paparan diatas, maka penulis dalam penelitian mengambil topik tentang konflik sosial. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan sebabsebab konflik sosial, proses terjadinya konflik sosial serta dampak akibat terjadinya konflik

sosial, sehingga ada gambaran cara mengangani terjadinya konflik sosial. Pada akhirnya data tersebut dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti dan pembaca dalam menulis serta mengatasi adanya konflik sosial.

1.2 Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang berkaitan dengan Konflik Sosial, maka rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : a. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik sosial? b. Bagaimana bentuk-bentuk konflik sosial? c. Bagaimana dampaknya dengan adanya konflik sosial? d. Bagaimana cara pengendalian konflik sosial? e. Lembaga apa saja yang berperan dalam pengendalian konflik sosial?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penyebab Konflik Sosial. Menurut Slamet Santosa, “yang dimaksud konflik adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika individu atau kelompok dapat mencapai tujuan sehingga individu atau kelompok lain akan hancur”(2006:24). Menurut Soerjono Soekanto, “ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam masyarakat yaitu : perbedaan individu, perbedaan kebudayan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial ”(Alam S dan Henry, 2008:24). a. Perbedaan Antar Individu. Coba perhatikan orang tua, adik dan kakakmu. Kerap muncul persamaan ciri-ciri fisik diantara mereka, sehingga sering muncul pendapat bahwa yang anak terlihat mirip dengan orang tuanya. Persamaan ciri-ciri fisik tadi ternyata tidak menjamin akan terjadinya hubungan yang harmonis diantara mereka. Perbedaan pandangan atau pendapatpun masih bias terjadi. Contoh konflik antar individu manakala sang anak ingin melanjutkan ke sekolah kelautan, sementara orang tua mendambakan anaknya kuliah di jurusan penerbangan. Hal ini wajar terjadi karena adanya perbedaan individu. Jika antar individu yang masih dalam satu keluarga saja dapat terlibat konflik, apalagi antarinvidu dengan individu lainnya yang samasekali tidak ada hubungan darah. b. Perbedaan Kebudayaan. “Setiap kelompok masyarakat memiliki nilai-nilai kebudayaan yang berbeda-beda. Perpedaan tersebut terlihat jelas dari perbedaan adat istiiadat, agama, bahasa, mata pencaharian, kesenian daerah dan paham politik” (E. Juanda Wijaya, 2007:30). Perbedaan kebudayaan dapat 3 

memicuh terjadinya konflik sosial. Perbedaan kebudayaan antara orang Eropa yang datang ke benua Amerika dengan orang Indian yang merupakan pendudukan asli menyebabkan terjadinya konflik sampai menelan korban jiwa. Semakin lama banyak orang Eropa yang hijrah ke Amerika sehingga penduduk asli Amerika kemudian ditempatkan dalam suatu perkampungan khusus. Akhirnya terjadinya dominasi orang Eropa kulit putih terhadap orang Indian. c. Perbedaan Kepentingan. Teori Klas Mark mengatakan bahwa : “sejarah dari segala bentuk masyarakat atau sejarah peradaban umat manusia dari dulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar golongan atau konflik antarklas” ( Zainudin Maliki, 2010:171). Perbedaan pendapat antara orang-orang atau golongan yang berbeda posisinya di dalam struktur dapat memicu konflik sosial. Setiap orang atau kelompok tentu memiliki kebutuhan dan kepentingan. Sedangkan orang lain atau kelompok lain pun memiliki kepentingan dan kebutuhan sendiri. Perbedaan tersebut kemudian berbenturan dan menjadi konflik. Misalnya Seorang pengusaha memiliki kepentingan untuk memperoleh laba usaha yang besar. Mereka lalu melakukan upaya guna memperbesar laba seperti menekan biaya yang dipakai untuk mengaji buruh. Sementara itu, para buruh memiliki kebutuhan untuk hidup sejahtera melalui gaji yang besar. Perbedaan kepentingan seperti ini bias mendatangkan konflik sosial dimasyarakat. d. Perubahan Sosial. Perubahan sosial di masyarakat mengakibatkan timbulnya konflik. Contoh : berkembangnya perkotaan menyebabkan lahan perumahan dan pertanian menjadi sempit. Hal ini bias mendatangkan konflik antaranggota keluarga memperebutkan tanah warisan.

Contoh lain,

perubahan pandangan terhadap nilai perkawinan bias menyebabkan konflik antara generasi muda dengan generasi tua.

2.2 Bentuk-Bentuk Konflik 2.2.1 Dilihat dari yang terlibat di dalamnya, konflik dapat dibagi menjadi: konflik pribadi, konflik antarkelompok, konflik antaretnis dan konflik antarnegara. a.

Konflik Pribadi. Konflik pribadi terjadi antara satu individu dengan individu lainnya. Hal-hal yang menjadi

penyebab konflik ini biasanya adalah hal-hal yang bersifat pribadi. Kendati demikian, konflik pribadi pun bias berujung ke muka hukum. Contohnya perebutan batas tanah antara pak Amin dengan pak Joyo. Setelah merasa tidak dapat menyelesaikan secara damai keduanya sepakat untuk membawa masalah tersebut ke jalur hukum. b.

Konflik Antarkelompok. Pernah melihat tawuran pelajar? Jika dilihat dari yang terlibat didalamnya, tawuran pelajar

dapat dikategorikan sebagai konflik antarkelompok. Kelompok pelajar A tidak terima dengan perlakukan anggota kelompok pelajar B. Perbedaan pendapat itu kemudian men jadi konflik yang diwarnai bentrokan fisik. c. Konflik Antaretnis. Indonesia yang memiliki macam-macam etnis adalah Negara yang rawan konflik. Masingmasing etnis tentunya memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda. Terkadang, pandangan etnis tertentu terhadap suatu hal bertolak belakang dengan pendapat kelompok etnis lainnya. Kalau sudah begini, maka konflik pun bias terjadi. Beberapa waktu yang lalu di Indonesia terjadi konlik antaretnis seperti yang teerjadi di Kalimantan.

d.

Konflik Antarnegara. Konflik

antar Negara bias terjadi apabila muncul dominasi suatu Negara atas Negara

lainnya. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, terjadi konflik antara Indonesia dengan Belanda. Penyebabnya adalah Belanda masih menganggap Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Belanda masih ingin menguasai Indonesia lagi. 2.2.2 Dilihat dari latar belakang terjadinya, konflik dapat dibagi menjadi menjadi : a. Konflik Politik. Banyak sekali konflik berlatar belakang politik yang terjadi di Indonesia. Masalah internal partai politik pun bias meluas dan menjadi konflik politik berskala nasional yang banyak memakan korban jiwa. Yang paling besar tentu saja konflik yang terjadi pasca pemberontakan G30S/PKI 1965. Konflik sosial tersebut merupakan konflik yang paling traumatic karena memakan korban ratusan ribu atau bahkan jutaan korban. b. Konflik Ekonomi. Naiknya harga-harga, kurangnya lapangan pekerjaan serta kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan orang miskin merupakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya konflik bernuansa ekonomi di dalam masyarakat. c. Konflik Budaya. Beberapa waktu lalu terjadi perdebatan batasan Pornografi dalam Undang-Undang Antipornografi. Ini disebabkan oleh perbedaab kebudayaan dalam memandang sesuatu hasil kesenian. Biasanya perbedaan ini terjadi antara golongan tua dengan golongan muda, d. Konflik Agama. Konflik agama adalah konflik yang dilatarbelakangi oleh agama. Perbedaan tata cara beribadat, pandangan dan lainnya bias menyebabkan konflik bahkan dalam intra agama

sekalipun. Konflik ini bias juga dicampuri dengan masalah etnisitas, hingga terjadi kerusuhan seperti yang terjadi di Poso dan Ambon.

2.3 Dampak Konflik Sosial. 2.3.1 Dampak positif suatu konflik meliputi : a. Meningkatkan Solidaritas Kelompok. Pernah mendengar istilah musuh bersama? Sebuah kelompok memiliki pihak lain yang diidentifikasikan sebagai musuh bersama. Dengan ini setiap anggota kelompok tersebut akan bekerjasaama untuk menyingkirkan pihak yang diidentifikasikan sebagai musuh bersama tadi. Contohnya, pada tahun 1998 Orde Baru merupakan musuh bersama para mahasiswa yang menginginkan adanya reformasi. Mereka bersatu dalam kelompok angkatan ’98 yang berusaha melengserkan Soeharto dari jabatan Presisen. b. Menciptakan Integarsi yang Harmonis. Integrasi yang dimaksud adalah yang terjadi selepas konflik berakhir. Contohnya seperti konflik di Aceh antara GAM dengan Republik Indonesia. Pihak GAM ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia. Konflik inipun terjadi bertahun-tahun tanpa adanya kesepakatan damai. Baru setelah Aceh dilanda tsunami, tercapai kesepakatan damai antara RI dan GAM. Aklhirnya, GAM memutuskan untuk kembali menjadi bagian dari Naegara Kesatuan Republik Indonesia. c. Memperkuat Identitas Pihak Yang Berkonflik. Dengan adanya konflik , pihak-pihak yang terlibat semakin memahami identitasnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota dari sebuah kelompok. Ketika terjadi perbedaan pandangan perihal pelaksanaan proklamasi, m ereka yang berusia muda yang menginginkan kemerdekaan diproklamasikan secepatnya dan tanpa bantuan dari Jepang.

d. Menciptakan Kelompok Baru. Ketika terjadi Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet, berdirilah sebuah kelompok yang beertekad tidak mau terlibat dalam pertikaian dua Negara tersebut. Kelompok inilah yang nantinya menjadi Gerakan Non Blok. Dalam hal ini, konflik yang terjadi malah mengakibatkan munculnya kelompok baru. e. Membuka Wawasan Baru. Konflik

juga bisa membuka wawasan kedua belah pihak yang bertikai. Contohnya

pemboman Hiroshima dan Nagasaki telah membuka mata pihak yang bertikai bahkan dunia internasional akan bahaya bom atom. Dalam perkembangan selanjutnya senjata biologis mendapat perhatian ekstra serius. 2.3.2. Dampak negatif suatu konflik meliputi : a. Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok. b. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. c. Konflik menimbulkan prasangka antarpihak yang berkonflik. d. konflik dapat berdampak pada renggangnya hubungan yang semula lancar. e. Apabila tidak terjadi negosiasi akhir, konflik menyebabkan salah satu pihak menjadi kalah dan pokok permasalahan didominasi oleh pemenang (Nurjani dan Siti Munjayanah, 2007:19). Akibat konflik atau pertentangan sosial ini, ditambahkan oleh Slamet Santosa, bahwa akibat konflik meliputi : a.

Bertambahnya rasa solidaritas antar anggota.

b.

Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok

c.

Adanya perubahan kepribadian individu

d.

Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia (2006:24).

2.4 Pengendalian Konflik. Konflik senantiasa ada dalam kehidupan bersama di masyarakat. Tidak ada kehidupan bersama yang tanpa konflik. Oleh karena itu, konflik hanya akan hilang apabila tidak ada masyarakat. Hal yang perlu dilakukan adalah mengendalikan konflik agar tidak merugikan atau mendatangkan korban. 2.4.1 Cakupan Pengendalian sosial. Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian sosial ? Mereka yang terlibat dalam pengendalian sosial meliputi : a, Pengendalian antarindividu misalnya Andika menyuruh adiknya berhenti berteriak-teriak. b. Pengendalian oleh individu kepada kelompok misalnya guru mengawasi ujian para siswanya. c. Pengendalian oleh kelompok kepada individu, misalnya sekelompok orang menyuruh turun pada anak yang memanjat tiang listrik. d. Pengendalian sosial antarkelompok, misalnya dua perusahaan yang melakukan patungan saling melakukan pengawasan. 2.4.2 Sifat Pengendalian Sosial. Ada dua sifat pengendalian sosial yaitu preventif dan represif. a. Preventif. Pengendalian sosial preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran. Dalam hal ini, pengendalian sosial bersifat pencegahan agar tidak terjadi sesuatu

pelanggaran atau penyimpangan. Contohnya ; untuk mencegah anaknya bertengkar, pak Ahmad melarang anaknya bermain diluar rumah. b.

Represif. Pengendalian sosial represif adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadinya

penyimpangan. Cara ini bertujuan memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi penyimpangan. Contoh : Hakim menjatuhkan hukman 10 tahun kepada terpidana tindak korupsi. 2.4.3 Teknik Pengendalian Sosial. Ada dua teknik pengendalian sosial, yaitu persuasive dan koersif. a. Persuasif. Teknik pengendalian sosial persuasif adalah teknik pengendalian sosial dengan cara mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bertindak sesuai dengan peraturan atau norma-norma yang berlaku. Cara ini terkesan halus dan sifatnya menghimbau. Contohnya : Seorang ayah menasehati anaknya yang ketahuan merokok. Dengan penuh kesabaran, orang tua menanamkan pengertian, bahwa merokok merusak kesehatan. b. Koersif. Teknik pengendalian sosial koersif adalah teknik pengendalian sosial yang lebih menekankan pada tindakan yang menggunakan kekerasan fisik.Tujuannya agar si pelaku menjadi jera dan tidak berani mengulangi perbuatannya. Cara ini terkesan tegas dan keras, yang umumnya merupakan upaya terakhir setelah cara persuasive tidak berhasil. Contohnya : Penerapan peraturan hokum di Negara Islam yang memberlakukan hukuman cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan. Tujuannya agar para pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat menjadi jera dan takut melakukan tindakan kejahatan.

2.4.4 Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial Dalam Masyarakat. Dalam masyarakat, kita mengenal macam-macam bentuk pengendalian sosial, seperti gosip, teguran, hukuman, pendidikan, agama dan sejenisnya (E. Juanda Wijaya, 2007:33). a. Gosip atau desas desus. Gosip atau desas desus adalah proses pngendalian sosial atau control yang berupa kritik sosial yang dilontarkan secara tertutup kepada individu-individu atau kelompok masyarakat yang sikap dan perilakunya menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma sosial. Pengendalian sosial yang berbentuk gosip atau desas desus ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Apabila ada individu atau kelompok yang melakukan penyimpangan sosial atau melanggar nilai-nilai dan norma-norma sosial, maka ia akan menjadi bahan pembicaraan warga masyarakanya. Contoh : bila ada seorang gadis yang hamil sebelum menikah, maka ia akan menjadi bahan pergunjingan teman-temannya. Kehamilan gadis remaja tersebut merupakan penyimpangan sosial karena melanggar norma kesusilaan dan norma agama yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Kontrol sosial atau kritik sosial dalam bentuk gosip ini dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial. Sebab biasanya individu yang digosipkan akan malu atau merasa bersalah melangar nilai-nilai atau norma-norma sosial. b. Teguran. Teguran merupakan peringatan yang ditujukan kepada pelaku pelanggaran. Tujuan teguran ialah agar si

pelaku sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Misalnya seorang guru

menegur muridnya yang sering ngobrol pada waktu belajar di kelas. Dengan ditegur dan dinasehati, individu-individu yang berperilaku menyimpang akan menghentikan perbuatannya karena merasa malu dan takut.

c. Hukuman Hukuman merupakan sanksi keras yang diberikan kepada para pelaku pelanggaran, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Pada lembaga formal, hukuman dijatuhkan oleh pengadilan , sedangkan pada lembaga non formal dijatuhkan oleh lembaga adat. Dengan adanya sangksi hukum yang tegas, biasanya akan membuat jera bagi para pealnggarnya, sehingga mereka tidak berani lagi mengulangi perbuatannya. d. Pendidikan. “Pendidikan adalah media pengendalian sosial yang telah melembaga baik dilingkungan keluarga mapun lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggungjawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya” (E. Juanda Wijaya, 2007:35). Seseorang yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas. Contoh : setelah Joko terpilih menjadi pelajat teladan, ia sangat menjaga perilakunya dengan baik, untuk tidak melanggar tata tertib, bertutur kata baik, serta mengerjakan tugas dan kewajibanya sebagai pelajar dengan penuh rasa tanggung jawab Agama. Agama merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai umat beragama, seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan Tuhan. Contoh: apabila seseorang menyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya akan terkendali. Orang yang taat beragama tidak akan memfitnah, korupsi, berjudi, mencuri dan sebagainya.

2.5 Peran Lembaga Pengendalian Sosial. Peran lembaga pengendalian sosial sangat penting dan dibutuhkan. Dalam masyarakat terdapat macam-macam lembaga pengendalian sosial, antara lain kepolisian, pengadilan, pengadilan, lembaga adat, lembaga kemasyarakatan,lembaga pendidikan dan sebagainya. a.

Lembaga Kepolisian. Lembaga kepolisian memiliki peran yang sangat penting dalam pengendalian sosial. Dengan

adanya lembaga kepolisian, maka berbagai penyimpangan sosial dapat diatasi dan dikendalikan. b.

Lembaga Peradilan. Lembaga peradilan melalui aparat-aparatnya dapat berperan sebagai alat pengadilan sosial.

Hakim dan Jaksa merupakan pengambil tindakan dan keputusan hokum terhadap warga masyarakat yang melakukan tindakan kejahatan. Putusan hakim yang dijatuhkan kepada seseorang yang setelah melalui proses peradilan terbukti bersalah, terpidana wajib menjalani hukuman dilembaga pemasyarakatan sesuai lama waktu hukuman yang harus dijalani. c. Lembaga adat. Dalam kehidupan masyarakat terdapat lembaga adat. Lembaga adat sangat berperan dalam proses pengendalian sosial. Pelanggaran terhadap hukum adat biasanya akan diselesaikan melalui lembaga adat. Menurut Radliffe Brown, bahwa keteraturan sosial atau tertib sosial tanpa norma hokum akan tetap dapat terjaga, karena warga masyarakat mempunyai ketataan yang seolah-olah otomatis terhadap adat istiadat dan jika ada pelangaran, maka akan timbul reaksi dari masyarakat untuk mengukum si pelanggar tersebut (E. Juanda Wijaya, 2007:37). d.

Lembaga Masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terdapat macam-macam lembaga masyarakat seperti RT,

RW, Karang Taruna, Dewan Masjid, LKMD, LMD, BPD, dan sebagainya. Lembaga ini

memiliki peran dalam proses pengendalian sosial. Dalam lembaga masyarakat berkumpul sejumlah tokoh yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya. Jika terjadi kasus pelanggaran nilai dan norma sosial, naka warga masyarakat akan meminta dan menyerahkan si pelanggar kepada tokoh masyarakat untuk diberikan pembinaan ataupun hukuman sesuai hukum adat yang berlaku. e.

Lembaga Pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari dimasayarakat dapat kita jumpai berbagai lembaga

pendidikan, seperti TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Berbagai lembaga pendidikan tersebut melalui guru maupun dosennya berperan sebagai alat pengendalian sosial. Dalam kegiatan pendidikan ditanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku untuk peserta didik. f. Lembaga Keagamaan. Di masyarakat tedapat bermacam-macam lembaga keagamaan, seperti MUI, DGI, PHDI, Walubi,dan sebagainya. Lembaga ini berperan sebagai alat pengendalian sosial. Tokohtokoh agama

berperan membimbing dan mengarahkan umatnya untuk berperilaku sesuai

dengan norma keagamaan.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan. Berdasarkan uraian dari pembahasan di BAB II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Konflik sosial disebabkan perbedaan individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial. b. Dihat dari yang terlibat didalamnya, konflik dibagi menjadi : konflik pribadi, konflik antar kelompok, konflik antaretnis dan konflik antarnegara. Sedangkan di lihat dari latar belakang terjadinya, konflik dibagi menjadi : konflik politik, konflik ekonomi, konflik budaya dan konflik agama. c. Konflik sosial

berdampak positif dan negatif. Dampak positif meliputi meningkatkan

solidaritas kelompok, menciptakan integrasi yang harmonis, memperkuat identitas pihak yang berkonflik, menciptakan kelompok baru dan membuka wawasan. Sedangkan dampak negatif meliputi : hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia, konflik menimbulkan prasangka antarpihak yang berkonflik, konflik dapat berdampak pada renggangnya hubungan

yang semula lancer dan

apabila tidak terjadi

negosiasi akhir, konflik menyebabkan salah satu pihak menjadi kalah

dan pokok

permasalahan didominasi oleh pemenang. d. Untuk mengendalikan Konflik perlu dilihat : cakupan pengendalian sosial, sifat pengendalian sosial, teknik pengendalian sosial dan bentuk-bentuk pengendalian sosial dalam masyarakat.

15 

e. Lembaga yang berperan dalam pengendalian konflik sosial antaralain : lembaga kepolisian, lembaga peradilan, lembaga adat, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

3.1 Saran. Merujuk pada hasil pembahasann dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang hendak pemulis sampaikan saran-saran kepada pihak luar : a. Selama ada masyarakat pasti ada konflik, maka setiap individu yang hidup dimasyarakat harus mampu bersikap sabar dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena dalam memenuhi kebutuhan hidup kadang-kadang berbenturan dengan kebutuhan orang lain. Maka itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya jangan sampai merugikan pihak lain. b. Lembaga-lembaga pengendalian sosial harus arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Karena kehadiran lembaga ini sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alam S dan Henry H. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga. E.Juhana Wijaya. 2007. Memahami IPS. Bandung: Armico Bandung. Herimanto dan Winarno. 2009. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurjani dan Siti Munjayanah. 2007. IPS Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMK. Yogyakarta: LP2IP Yogyakarta. Slamet Santosa. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Akasara. Zainudin Maliki. 2010. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press