Meditasi Itu, Mudah - DhammaCitta

107 downloads 4819 Views 9MB Size Report
30 Sep 2010 ... Program 3-4 hari, cocok bagi yang ingin mengenal meditasi Vipassana. ... meditasi center akan lebih baik karena pada meditasi center ...
Edisi 009

Rp 20.000,- (dana parami)

Lak Gwee Cap Kauw 2561/2010

Di Klenteng Boen Tek Bio

DHAMMA&SAINS Hawking, Buddha dan Tuhan

KOAN ZEN Payung di saat Hujan

SELEBRITIS BUDDHIS Mick Jager

Meditasi Itu, Mudah

ind nes o

ia

y

a y asan sat

JADWAL RETREAT SATIPATTHANA

a

ip atthan

Yasati Meditation Centre, Bacom, Puncak

Di Yasati, tersedia beberapa jenis program pelatihan. • Program 3-4 hari, cocok bagi yang ingin mengenal meditasi Vipassana. • Program 9-10 hari, cocok bagi yang ingin mendalami meditasi Vipassana. • Untuk program jangka panjang, 1 bulan keatas, silakan mengkonsultasikan jadwal pelatihan Anda dengan kami Jadwal pelatihan: 3 days 17 - 19 Dec 2010

oleh: Sayadaw U Pandita (Junior)

10 days 7 - 16 Jan 2011 24 Dec 2010 - 2 Jan 2011 11 - 20 Nov 2010

oleh: Sayadaw U Pandita (Junior) oleh: Sayadaw U Pandita (Junior) oleh: Sayadaw Nanda Siddhi

31 days 17 Dec 2010 - 16 Jan 2011 oleh: Sayadaw U Pandita (Junior) Sayadaw Sayad daw U Pandita P Untuk pelatihan di Bacom, peserta dapat berangkat sendiri-sendiri. Bagi peserta yang ingin berangkat bersama-sama dapat berkumpul di Vihara Dhammacakka Jaya, Jln Agung Permai XV No.12 Blok C, Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara, pukul 07:00 pagi. Registrasi Anda dapat memilih untuk melakukan registrasi online atau Anda dapat menghubungi: Sekretariat Yasati : 0857 2877 666 Rini : 0813 8961 5129

S d Nanda N d Siddhi Sayadaw

Pelindung • Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimas Masyarakat Buddha • Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Banten • Bidang Agama Buddha Perkumpulan Boen Tek Bio Penanggung Jawab Vihara Padumuttara Penasihat Bhikkhu Aggadipo Thera

8 JURNAL Kebencian yang Merusak

10 PELITA DHAMMA

TEACHING 12 DHAMMA Kebencian yang Merusak

Pemimpin Umum Sinato

14 PSIKOLOGI BUDDHIS Gwee Cap Kauw 18 Lak 2561/2010

Pemimpin Redaksi Arianti Reporter Yugi, Richard, Nuryanti, Selvy

Di Klenteng Boen Tek Bio

20 SEJARAH BUDAYA

Photographer Sriloka Kreatif & Desain Yela, Sriloka

DAFTAR ISI 10

Sekretaris & Keuangan Yanti Iklan Surya (ph.94184289) Promosi & Sirkulasi Agus, Bilie Percetakan CV Cipta Kreasi Cemerlang Penerbit Vihara Padumuttara Jl. Bhakti No. 14 Tangerang 15118

16

18

E-mail [email protected] [email protected] Telp./Fax. 021 55792445 No. Rekening BCA KCP Plaza Merdeka Mas Tangerang A/C. 882 031 3900 a.n. Perkumpulan Boen Tek Bio/Vihara Padumuttara

26 DHAMMA&SAINS

Hawking, Buddha dan Tuhan

30 SUTTA Pattakamma Sutta 32 DHAMMAPADA

Namo Buddhaya, Bulan Kathina sudah berakhir, tentunya Anda telah banyak berbuat bajik. Mungkin banyak vihara yang Anda kunjungi di bulan Kathina ini, walau vihara tersebut letaknya sangat jauh Anda tetap merasa senang karena Anda datang untuk berbuat baik. Tapi sudahkah Anda melakukan kebajikan terhadap jasmani dan spiritual Anda sendiri? Terkadang mental kita perlu asupan gizi yang lebih dari sekedar berbuat baik. Memberi makan mental dengan bermeditasi merupakan salah satu perbuatan bajik yang sangat diperlukan.

DARI REDAKSI

Patipujika Vatthu

38 Bamiyan Buddha 40 KATA BIJAK WISATA

Mendekati akhir tahun ini tentu banyak dari saudara se-dhamma mengambil cuti untuk rekreasi menyegarkan pikiran dan berkumpul bersama keluarga. Cobalah pada kesempatan ini juga Anda menyempatkan diri bermeditasi, tidak perlu lama mungkin 15menit sebelum tidur dan sesudah bangun tidur. Dengan ini, mungkin akhir tahun Anda terasa lebih segar sehingga dapat menyambut kedatangan tahun 2011 dengan lebih matang. Jika Anda sempat mengunjungi meditasi center akan lebih baik karena pada meditasi center tersedia fasilitas dan sarana yang dapat mendukung Anda berbuat baik terhadap mental Anda.

Happiness

46 JATAKA 48 JEJAK AGUNG

Yang Ariya Soni Theri

Di budaya Barat, akhir tahun terdapat hari thanksgiving. Hari dimana Anda berkumpul dengan keluarga dan orang-orang terdekat untuk berterima kasih

26

50 KOAN ZEN

40 70

Payung di saat Hujan

kepada mereka, mereka berkumpul dengan memakan kalkun. Hal ini patut kita contoh sebab, di penghujung tahun ada hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Jangan lupa mengucapkan rasa sayang Anda dan rasa terimakasih kepada ibu Anda. Selamat berkumpul dengan keluarga Anda dan berbagi rasa sayang dengan mereka.

Bhutan

Selamat hari Kathina dana 2545 BE..... Kami ucapkan terimakasih atas dukungan dan motivasi teman-teman semua berkat terbitnya majalah edisi ini, kami berusaha memberikan yang terbaik dan jangan lupa nantikan edisi kami selanjutnya. Semoga penyebaran dhamma dari majalah Sinar Padummuttara dapat terus berlangsung^^.

58 VIHARA & KELENTENG 60 BUDDHIS MANCANEGARA 66 RENUNGAN DHAMMA 70 SELEBRITIS BUDDHIS Mick Jager

Salam metta, redaksi

jurnal

KEBENCIAN YANG MERUSAK D Beberapa waktu yang lalu saya pernah mendapatkan sebuah cerita dari teman saya yang dikirim melalui email. Cerita ini memiliki makna hidup serta arti kebenaran yang indah, halus serta sangat mendasar, yang sering kali tanpa disadari dilewatkan begitu saja seolah keajaiban didalamnya hanya sebagai penghias cerita yang manis. Semoga dengan merenungi makna kebenaran di dalamnya, nilai moralitas dan spiritualitas kita bisa bertransformasi menjadi lebih baik serta bisa menuntun arus batin berada di dalam jalur kesucian. Jadikan cerita ini sebagai refleksi bagi kita untuk dapat berintrospeksi diri. 08

edisi 9

ahulu kala di Negeri Cina, hidup seorang gadis jelita bernama Aling. Ia memiliki seorang kekasih yang baik, tampan dan kaya raya. Aling akhirnya menikah dengan pria pujaan hatinya dan tinggal dengan keluarga sang suami di sebuah rumah yang besar dan indah. Dalam waktu yang singkat, Aling akhirnya menyadari kalau ia tidak cocok untuk hidup serumah bersama dengan ibu mertuanya. Penyebabnya adalah karakter kedua wanita yang berbeda generasi tersebut. Aling yang masih berjiwa muda serta berpikiran terbuka dan modern selalu berselisih pendapat dengan ibu mertuanya yang masih kolot dan konservatif. Mereka berdua tidak pernah berhenti berdebat bahkan sampai hal yang sepele sekalipun. Yang membuat Aling kesal

adalah tradisi konservatif yang harus dijalankannya. Ketidaknyamanan ini membuat suasana rumah yang semula hangat menjadi dingin. Akhirnya kemarahan Aling sudah pada klimaksnya dan ia pun bertekad untuk melakukan sesuatu. Aling teringat dengan teman karib ayahnya yang juga merupakan tabib handal bernama Sinshe Liu. Dengan penuh kemarahan dan gelora dendam yang menggebu, Aling menceritakan keadaan yang dialaminya kepada Sinshe Liu lalu meminta ramuan racun yang ampuh untuk meracuni ibu mertuanya. Shinshe Liu berpikir sejenak dan berkata, “Aling, saya bersedia membantu kamu, tetapi kamu harus menuruti syarat yang saya berikan.” Mendengar jawaban Shinshe Liu yang bersedia membantunya,

jurnal Aling menjadi sangat gembira dan dengan bersemangat ia pun bersedia menyanggupi semua syarat yang diberikan. Shinshe Liu masuk ke dalam dan tak lama kemudian dia keluar dengan membawa sebuah bungkusan ramuan. Ia memberikan ramuan tersebut kepada Aling dan berkata, “Kamu tidak bisa memakai racun keras yang dapat membunuhnya dengan seketika, karena orang lain bisa curiga dengan kematiannya. Karena itu saya berikan ramuan yang akan menjadi racun dalam tubuhnya secara perlahan.” Shinshe Liu melanjutkan, “Adalagi, setiap harinya kamu harus menyiapkan makanan yang enak dan masukan ramuan ini ke dalam makanan tadi. Kamu juga harus bersahabatlah dengannya, turuti semua perintahnya dan perlakukan dia dengan baik. Ini untuk mengurangi kecurigaan orang.” Dengan senangnya Aling berterima kasih dan bergegas pulang untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya. Hari berganti dan tak terasa bulan pun berlalu, Aling melayani ibu mertuanya dengan baik, menuruti semua perkataan dan menyiapkan makanan yang enak. Perlahan Aling mampu mengendalikan emosinya, dan menjadi perempuan yang lembut. Suasana rumah menjadi hangat kembali karena tidak ada lagi perdebatan antara Aling dengan Ibu mertuanya. Aling juga merasakan sikap ibu mertuanya menjadi lebih ramah. Ibu mertuanya sudah menganggap Aling seperti puterinya sendiri. Suatu hari Aling menjumpai Shinshe Liu untuk meminta bantuan. Kali ini ia

meminta untuk diberikan penawar racun. Aling menceritakan semuanya kepada Shinshe Liu. Mendengar cerita Aling, Shinshe Liu tersenyum dan berkata,” Aling, tak ada yang perlu kamu khawatirkan, saya tidak pernah memberimu racun. Ramuan yang saya berikan itu adalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatannya.” Lalu Shinshe Liu melanjutkan,” Satu-satunya racun adalah kebencian yang ada di dalam diri kamu sendiri, di dalam pikiran, ucapan dan perbuatan kamu.” Menarik bukan? Pernahkah anda merenungkan racun apa saja yang terdapat di dalam diri Anda. Apakah kebencian adalah salah satunya? Kebencian yang menjelma menjadi racun dalam diri kita hanya akan membawa pengaruh yang buruk bagi moralitas dan kejernihan hati kita. Hal ini hanya akan membawa kita terus berputar dalam putaran roda samsara yang membuat kita terapung dalam keadaan yang hampa. Mengambang tanpa mengerti kapan ini akan terhenti yang hanya akan menenggelamkan kita dalam kelahiran yang berulang. Hal dan kenyataan ini membuat bulu kuduk saya merinding. Ketakutan akan penderitaan seolah memberikan tamparan agar kita sadar dan segera mengobati diri kita sendiri sehingga racun kebencian tadi tidak berlarut dan mengakar dalam pikiran kita. Sangat sayang sekali jika pikiran kita yang awalnya bersih tercemari oleh kebencian yang bersumber dari ketidaknyamanan terhadap keadaan sekitar. Agar kita bisa

memberikan obat pada pikiran kita ada baiknya kita bersahabat dengan ketidaknyamanan tadi dan menjadikan hal itu sebagai motivasi percontohan bahwa hal yang tidak baik. Memang sangat sulit mengontrol kebencian dalam pikiran, jika kita lengah maka kebencian tadi akan langsung membunuh kita. Perlu konsentrasi penuh dalam menjaga pikiran kita agar kebencian tadi menjadi lemah dan lenyap dengan perlahan. Tekan amarah yang bisa menimbulkan kebencian dan kembangkan cinta kasih kepada sesama. Meredam gejolak ego agar kita bias lebih mengerti akan kondisi sekitar. “Ini tidak sesuai dengan keinginanku, aku maunya seperti ini, kamu seharusnya seperti ini..” hilangkanlah pemikiran-pemikiran di atas, karena hal tersebut hanya akan membuat anda tenggelam dalam kebencian. Pancarkan gelombang metta yang Anda miliki kepada semua makhluk kesegala arah agar kebahagiaan perlahan akan tercipta. Mulailah dari orangorang terdekat anda, keluarga, teman bermain bola, teman kantor, teman kampus, atau bahkan kepada musuh dan orangorang yang pernah menyakiti Anda. Katakan “saya sudah memaafkan kamu, dan saya juga meminta maaf atas kesalahan saya kepada kamu.” Biarkan kedamaian dan kebahagiaan masuk ke dalam diri Anda. Rasakan jiwa nada menjadi jernih dan ajak pikiran anda berjalan di koridor yang bisa membawa Anda ke dalam kesucian. Mari perlahan kita singkirkan racun hati tadi dan bawa jiwa anda ke dalam kesucian. Selamat berjuang. (sp: andryan_yugi)

edisi 9

09

pelitadhamma

10

edisi 9

pelitadhamma Sayalay Dipankara dilahirkan pada tahun 1964 di Myanmar. Saat usia masih sangat muda, beliau sudah melatih meditasi tanpa bimbingan dari luar. Ketika dewasa, beliau mulai melatih meditasi dengan bimbingan dari beberapa Guru Besar meditasi. Ketika kuliah, beliau diperkenalkan kepada Y.M. Pha-Auk Sayadaw, oleh seorang profesornya, yang juga merupakan Guru Besar Abhidhamma yang terkenal di Myanmar, untuk mendapat bimbingan langsung Meditasi Samatha dan Vipassana. Beliau berhasil mencapai kemajuan batin dalam waktu yang sangat singkat dibawah bimbingan dari gurunya yang sangat baik kemampuannya tersebut. Tahun 1990 dia ditahbiskan sebagai seorang Sayalay di Vihara Pha-Auk Tawya, dan sejak saat itu, beliau dilatih untuk menjadi guru meditasi.

Sayalay Dipankara mempunyai pengalaman dalam mengajarkan setiap dari 40 Kammatthana seperti yang tertulis di kitab Visuddhi Magga seperti Anapanasati, Empat Unsur Meditasi, Metta, Buddhanussati, Asubha, Marananussati dan 8 Samapatti (Jhana 1 sampai Jhana 8), Kasina, dll, dan Meditasi Vipassana. Pada tahun 1996, beliau diundang ke Sri Lanka oleh yang sangat terhormat Yang Mulia Mahathera Ariya Dhamma untuk mendampingi gurunya, Y.M. Pha-Auk Sayadaw untuk membimbing para Yogi. Sejak itu, beliau sering diundang oleh berbagai Pusat Buddhist terkenal lainnya di berbagai negara untuk mengajar meditasi dan membimbing Retreat Meditasi yang intensif selama 2 bulan. Negara-negara tersebut seperti Amerika (Insight Meditation Center), Canada, Taiwan (Hong Shih Foundation), Inggris (Amaravati dan Citta Vevekha), Jepang, Malaysia, Singapore, Australia, New Zealand dan lainnya. Selama tinggal di Inggris, Oxford University dan Manchester University mengundang beliau untuk diskusi Mind Training. Beliau juga diundang untuk The Western Conference mengenai Jhana di Jubilados Foundation/ Leigh Brasington, Santa Fe, New Mexico pada tahun 2001. Sejak akhir tahun 2005, beliau mulai membimbing retreat di Brahma Vihari Meditation Centre, Maymyo, Myanmar yang telah berhasil didirikannya dan merupakan cabang dari Pa-Auk Tawya Meditation Centre.

edisi 9

11

dhammateaching Umumnya banyak dari umat Buddha memiliki hati yang senang berbuat baik. Para umat ini diajak baksos atau berpindapata di tempat yang jauh pun akan dilakukan dengan senang hati. Tetapi ketika diajak bermeditasi tidak sedikit dari mereka memiliki alasan yang bervariasi untuk menolak. Mengapa? Hal ini diungkapkan oleh Sayalay Dipankara dalam mengawali kegiatan short retreat di Gedung Lautan, Kampung Melayu, Tangerang, pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober 2010

MEDITASI ITU, MUDAH Oleh: Sayalay Dipankara

S

ayalay menjelaskan sebenarnya konsep meditasi sangat mudah. Meditasi sebenarnya hanya mengontrol pikiran untuk konsentrasi terhadap satu objek. Sedangkan pada faktanya, pikiran selalu melompat-lompat seperti monyet yang pindah dari ranting yang satu ke ranting lainnya. Tipe pikiran ini sangat berbahaya, oleh karena itu, sebelum bermeditasi sangat ditekankan untuk menjaga sila (melaksanakan lima atau delapan sila). Sila merupakan

12

edisi 9

pondasi dasar yang memberikan kode agar pikiran tidak loncatloncat dan menjauhkan dari pikiran tidak bermoral lainnya. Pada saat berkonsentrasi pikiran akan menjadi lunak, pikiran yang lunak adalah pikiran yang penuh metta. Pada saat inilah pikiran siap untuk bermeditasi. Sebaliknya, pikiran yang buruk menghasilkan karma buruk dan menghasilkan akusalacettana sehingga pikiran ini bersifat tidak lunak dan mengakibatkan pikiran

sulit berkonsentrasi. Saat bermeditasi ada lima hal yang perlu diperhatikan. Kelima hal ini juga dapat berbahaya dalam meditasi: 1. Hal-hal yang menyenangkan Saat bermeditasi timbul pikiran yang membahagiakan, sensual, dan pikiran mengenai lawan jenis 2. Rasa marah Rasa marah timbul akibat kenangan dimasa lalu seperti,

dhammateaching kenangan pernah diputuskan pacar yang menimbulkan rasa sakit hati yang mendalam. Rasa marah juga bisa diakibatkan oleh frustrasi saat bermeditasi yang tidak mengalami kemajuan. 3. Ngantuk/ pikiran malas Seseorang yang mudah mengantuk diibaratkan seperti ular. Ular hanya tidur sepanjang hari dan hanya terbangun ketika ada hal yang menarik baginya. Apakah kita memiliki sifat yang sama dengan ular ini? 4. Pikiran yang berpindahpindah atau pikiran yang melompat-lompat Pikiran sangat cepat dalam bergerak lebih cepat dari perpindahan detik ke detik selanjutnya. Oleh karena itu konsentrasi sangat diperlukan untuk mengontrol pikiran 5. Timbul keraguan dalam bermeditasi atau dalam dhamma Saat bermeditasi akan timbul keraguan akan meditasi seperti “ada gunanya ga sih bermeditasi?”, “kayaknya meditasi ga da manfaatnya nih!”, dan jenis keraguan lainnya.

peningkatan. Puncak dari hasil konsentrasi yang baik adalah nimitta. Nimitta dibagi menjadi 3 tahap: 1) Timbul cahaya yang berubahubah, ketika hal ini muncul hendaknya kita tetap berkonsentrasi pada nafas masuk dan keluar dengan mata terpejam 2) Cahaya yang timbul lebih konsisten, semakin terang dan terang kemudian semakin kita fokus pada nafas masuk dan keluar cahaya tersebut akan

menempel di hidung. Jika cahaya muncul jangan memperhatikan cahaya dan tetap konsisten pada nafas masuk dan keluar. 3) Cahaya berubah menjadi seperti kristal, timbul perasaan bahagia dan tenang. Pada kondisi ini tetap fokus pada nafas masuk dan keluar. Jika kita masih terus fokus sekitar 15 menit maka kita akan masuk ke dalam kristal tersebut dan masuk ke dalam jhana 1. Hal ini diberitahukan untuk digunakan sebagai peta agar ketika bermeditasi kita tahu panduan arah yang benar dan tidak tersesat di dalam bermeditasi. Semoga dengan penjelasan ini kita semua dapat melaksanakan praktik meditasi dengan sebaik-baiknya. Selamat mencoba^^

Mungkin saat bermeditasi kita mengalami salah satu atau salah dua bahkan lebih dari kelima hal di atas. Cobalah dengan kesabaran mengatasi kelima hal tersebut. Setelah kita berhasil melalui kelima hal tersebut membuktikan tingkat konsentrasi kita mengalami edisi 9

13

psikologibuddhis

Memberi Menerima Untuk

Sudah berkali-kali saya melewati jalan ini, jalan rutin yang saya lalui untuk tiba di rumah. Berkalikali juga saya berhenti di lampu merah ini, bertemu dengan para pengamen jalanan, penjual koran dan pengemis wanita ini. Namun apa yang saya lihat hari ini membuat saya seketika menoleh dan tidak sanggup menahan rasa malu pada diri sendiri. Lampu merah ini terkenal dengan keberadaan seorang pengemis wanita tua yang wajahnya sangat

14

edisi 9

pucat dan suka mengenakan kerudung putih, yang alhasil menimbulkan efek menyeramkan jika kita melihatnya di malam hari. Efek menyeramkan ini tentunya berdampak kurang baik karena para pengemudi mobil maupun motor yang kebetulan berhenti karena lampu merah menjadi takut untuk memberi sedekah kepada nenek ini. Begitu juga saya. Tiap kali melewati jalan ini, saya lebih sering acuh pada keberadaan si nenek dan berharap lampu merah

cepat berganti hijau sehingga saya bisa kembali melaju. Memang kurang masuk akal, mengingat toh si nenek ini sesungguhnya wanita seperti saya, dan sudah jelas-jelas manusia juga. Apa yang perlu ditakuti? Entahlah, nampaknya saya terlalu dipengaruhi oleh ketakutan orang-orang di sekitar saya terhadap si nenek. Kembali pada pemandangan yang saya lihat malam ini. Saya tidak melihat si nenek berjalan

psikologibuddhis menghampiri mobil-mobil untuk meminta sedikit uang. Saya melayangkan pandangan saya sampai akhirnya menemukan si nenek sedang duduk di pinggir jalan, memegang bungkusan makanan dan dikelilingi kucing. Makan dikelilingi kucingkucing yang mengeong minta makanan tentunya bukan kondisi yang menyenangkan dan kita (setidaknya, saya) akan cenderung mengusir kucing-kucing tersebut agar bisa makan dengan tenang. Namun bukan itu yang dilakukan oleh si nenek. Ia malah merobek bungkusan makanannya, mengaduk-aduk seluruh makanan yang ia miliki dan menyisihkan setengahnya untuk para kucing itu, baru ia makan sisanya. Di titik inilah saya malu setengah mati. Saya sering mendengar perkataan, ‘orang yang kaya tidak dilihat dari berapa banyak harta yang ia kumpulkan, tapi dari berapa banyak yang bisa ia berikan pada orang lain, bahkan dalam kekurangannya sekalipun’. Dan malam ini tindakan sederhana si nenek menunjukkan bahwa perkataan tersebut benar adanya. Memberi bukanlah ditentukan dari berapa banyak yang kita miliki, tapi dari berapa banyak kasih yang ingin kita bagi kepada orang (atau makhluk) lain. Erich Fromm, seorang tokoh Psikologi yang terkenal dengan bukunya “The Art of Loving”, mengungkapkan bahwa memberi adalah tindakan yang jauh lebih membahagiakan dibanding dengan menerima. Dengan memberi, kita tidak akan merasa kekurangan, melainkan justru kita dapat mengekspresikan gairah kehidupan kita. Di setiap

pemberian yang kita lakukan, kita mampu merasakan kekuatan, kekayaan dan kebahagiaan di dalam diri kita sendiri. Pernah suatu kali saya mengikuti sebuah ceramah bertemakan Terima Kasih. Pertanyaan besar yang diajukan si pembicara adalah, mengapa setiap kali kita menerima pemberian dari orang lain, kita perlu mengucapkan Terima Kasih? Jawabannya sesederhana ini. Setiap kali kita menerima pemberian atau berkat, tidak boleh disimpan sendiri namun harus diteruskan kepada orang lain, barulah berkat yang kita terima itu memiliki makna yang utuh. Jadi kita terima berkatnya kemudian kita kasih berkat itu kepada orang lain. Tindakan ini akan membawa kita pada lingkaran kebahagiaan karena di setiap kali kita memberi, kita mendekatkan diri dengan orang yang kita beri. Itulah gunanya kita menjadi makhluk sosial, bukan?

Yang lebih menguntungkan bagi kita sebagai umat Buddha adalah kita diberikan waktu khusus untuk

memberi yaitu di Hari Kathina. Bukan sekedar memberi, tapi berdana kepada para Bhikkhu yang sudah banyak sekali memberi kepada kita. Ilmu pengetahuan dan ajaran mengenai kehidupan yang diberikan oleh para Bhikkhu tentunya sangat berharga bagi hidup kita di masa kini dan di masa selanjutnya sehingga rasanya sudah sepantasnya kita mengucapkan terima kasih dengan mendukung mereka. Pikirkanlah alur sederhana ini, kita berdana kebutuhan para Bhikkhu sehingga para Bhikkhu dapat terus memiliki kekuatan untuk mempelajari Dhamma dan menyebarluaskan Agama Buddha yang juga berarti KITA telah mendukung pengembangan Agama Buddha di dunia. Tindakan yang sederhana namun dampaknya luar biasa. Itulah memberi. Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita memberi yang terbaik dari diri kita di Hari Kathina. Apapun yang kita

berikan, akan kembali kita terima, dengan lebih baik. (Dwiana Wahyudi) edisi 9

15

liputan

PELATIHAN PABBAJA SAMANERA STAB DHARMA WIDYA Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Dharma Widya, di bawah naungan Vihara Vipassana Graha, Lembang, Bandung, mengadakan acara pelatihan Pabbaja Samanera bagi para mahasiswanya. Hal ini sekaligus sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa tingkat akhirnya. Kegiatan berlangsung selama 8 hari, sejak tanggal 8 hingga 15 September 2010. Kegiatan yang diadakan bertepatan dengan liburan Lebaran ini diawali dengan upacara penahbisan di Vihara Vipassana Graha, pada tanggal 8 September 2001. Upajaya dilakukan oleh YM. Bhante Sukhemo Mahatera pada pukul 1 siang. Tanggal 11 hingga 15 September kegiatan dilanjutkan di Sekolah Bodhisatta, Kampung Melayu – Tangerang, dengan bimbingan dari 3 bhante yaitu, Bhante Aggadipo,

16

edisi 9

Samanera dan Silacarini berkumpul di aula Vihara Padumuttara

Bhante Piyasilo dan Bhante Abhi Khantiko. Sebanyak 38 samanera, dan 25 silacarini, yang berasal dari Banten, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, ya, Bhante Wongs dan sekitarnya ikut serta dalam am in memimpin pindapata di sekitar Viha pelatihan ini. Rangkaian ra padumutta ra kegiatan rutin dilakukan oleh para peserta pelatihan, mulai dari chanting pukul 5 pagi, pindapata, pata, meditasi,

Panca samanera dari Tangerang

liputan

Pindapata di Vihara Padumuttara

Menunggu giliran

Para samanera singgah di rumah umat

Mencuci piring sendiri

Foto bersama di Kebon Teki setelah pindapata

dan pemberian materi-materi dhamma. Rangkaian kegiatan pindapatta Pada tanggal 12 September para samanera dan silacarini melakukan pindapatta di daerah sekitar Vihara Padumuttara, Tangerang. Keesokannya dilanjutkan di daerah sekitar

Melewati rumah penduduk

sekolah Bodhisatta, dan juga daerah Kebon Teki. Umat setempat sangat antusias menyambut kegiatan pindapattaa ini. Dengan aneka makanan dan n minuman yang akan didanakan,, mereka memenuhi sepanjang jalan yang merupakan rute yang akan dilewati para bhante, samanera. Lepas jubah dilakukan

Umat sangat antusias

pada tanggal 15 September 2010, di Gedung Lautan pukul 2 siang. edisi 9

17

liputan

PERAYAAN LAK GWEE CAP KAUW 2561/2010 DI KLENTENG BOEN TEK BIO Oleh: Td Santibalo

Perayaan YMS Kwan Im Hud Couw Mencapai kesempurnaan atau yang lebih dikenal dengan Lak Gwe Cap Kauw diperingati setiap tahunnya oleh umat yang menjunjung tinggi dan menghormati YMS kwan Im Hud Couw atau Avalokitesvara atas welas asih dan penyayang, perayaan ini dilakukan di setiap penanggalan Imlek 19 di bulan Lak Gwee.

T

ak luput dari peringatan ini , Klenteng Boen Tek Bio sebagai klenteng tertua di kota Tangerang yang di perkirakan berdiri sekitar tahun 1684, dimana sebagai tuan rumah dari klenteng tersebut adalah YMS Kwan Im Hud Couw, juga merayakan perayaan tersebut setiap tahun sebagai agenda acara di Klenteng

18

edisi 9

Boen Tek Bio, dimana merupakan sebuah proses tradisi yang sudah dijalankan oleh para pendahulu hingga sekarang ini dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kebudayaan masyarakat Tangerang. Perayaan YMS Kwan im Hud Couw mencapai kesempurnaan

(Lak Gwee Cap Kauw) Tahun ini jatuh pada tanggal 30 Juli 2010 atau dalam Tahun Imlek jatuh pada tahun 2561 dirayakan dengan penuh kemeriahan namun tak mengurangi dari sisi religinya, dimana diadakan pembacaan Keng, pembacaan Paritta dan pembacaan piau bun juga diadakan fangshen dan aksi donor darah. Perayaan ini dilakukan oleh Klenteng Boen Tek Bio, berlangsung selama satu minggu, guna memeriahkan dan melengkapi perayaan YMS Kwan Im Hud Couw mencapai

liputan

kesempurnaan pada kali ini, dengan menampilkan wayang potehi yang merupakan warisan para leluhur kebudayaan kaum peranakan yang perlu dilestarikan keberadaannya karena semakin lama tergerus oleh perkembangan jaman, karena penampilan wayang potehi sedikitnya mengingatkan kembali suasana kota benteng tempo dulu, selain dari itu, Nanfeng Nusantara yaitu instrumen musik Tiongkok klasik dengan dibawakan penuh syahdu dengan nuansa yang sangat indah pun di tampilkan pada perayaan ini, lagu-lagu nuansa klasik Tiongkok dapat mengingatkan

kembalii kenangan an masa lalu kepada warga Tangerang terutama yang berusia lanjut, serta tidak lupa penampilan tarian naga/lang liong, barongsay dan paduan suara dari Wandani dan Pubbakari Vihara Padumuttara. Remang-remang lampu lampion pun menambah suasana kesejukan dan hikmatnya saat iringan-iringan prosesi sebagai puncak acara

dengan mengelilingi altar YMS Kwan Im Hud Couw yang pada malam ini tepat jam 00.00 WIB, di laksanakan prosesi sebanyak tiga kali sebagai objek dari perwujudan dan penghormatan kepada YMS Kwan im Hud Couw, dimana prosesi berputar sampai dengan bantaran kali Cisadane sebelah selatan Klenteng Boen Tek Bio.

“Avalokita” (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna Melihat ke Bawah atau Mendengarkan ke Bawah (“Bawah” disini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (Sansekerta:lokita) dan Kata “Isvara” (Im / Yin), berarti suara (suara jeritan mahkluk atas penderitaan yang mereka alami) edisi 9

19

Sejarahbudaya

SELAYANG PANDANG ASAL USUL KEDATANGAN LELUHUR MASYARAKAT CINA BENTENG

Masyarakat Cina Benteng merupakan suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan Tionghoa yang sungguh unik, begitu uniknya sehingga masyarakat Cina Benteng sendiri kadang kala kurang menyadari betapa pentingnya budaya yang dimilikinya, dimana budaya yang dimilikinya tersebut memiliki nilai-nilai luhur yang sangat tinggi. Oleh karenanya hal ini merupakan suatu tugas besar bagi kita semua untuk melestarikan kebudayaan yang sungguh memiliki nilai-nilai luhur yang sangat tinggi, sehingga kita harapkan pula di kemudian hari kita dapat terus melihat kebudayaan ini terus berkembang dan masih terus dilestarikan oleh anak cucu kita. dilest

dari suku Hakka dan kecil da suku-suku suku-su lainnya dari daratan Cina. Mengenai asal-usul asal-us kedatangan leluhur leluhu masyarakat Cina Benteng Bente ini sendiri ke daerah daera Tangerang sulit sekali sekal untuk melacaknya karena kare seperti diketahui catatan-catatan sejarah cata dan data-data otentik mengenai kedatangan me leluhur masyarakat lelu Cina Cin Benteng ini sangat sedikit sekali. Akan se tetapi penulis berusaha te untuk menyimpulkan u secara garis besar s jak se g n a y bahwa kedatangan b g enten kat Cina B rus melestarikan ra a sy a m leluhur masyarakat ng. rang anya te ina Bente Salah seo ri keluarg syarakat C a murun da m te l Cina Benteng ini ke a – n n io ru tu tradis an musik daerah Tangerang kebudaya terbagi dalam 3 gelombang besar. Ditelusuri dari keberadaannya, masyarakat Cina Benteng telah menempati daerah di Tangerang sudah sejak lama dan memiliki persebaran penduduk yang hampir merata di seluruh daerah Tangerang. Masyarakat Cina Benteng sendiri sebagian besar berasal dari daerah Hokkian (Fujjian) dan juga ada sebagian

20

edisi 9

Gelombang 1 (tahun 1407), G l b seperti yang termuat dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul “Tina Layang Parahyang“ (Catatan dari Parahyangan) di dalamnya memuat cerita tentang kedatangan orang Tionghoa dari daratan Cina untuk pertama kali ke Tangerang pada tahun 1407. Pada waktu itu pusat pemerintahan berada di

sekitar pusat Kota Tangerang saat ini. Kepala pemerintahan saat itu adalah Sanghyang Anggalarang selaku wakil dari Sanghyang Banyak Citra dari Kerajaan Parahyangan. Rombongan orang Tionghoa tersebut kemudian diberi sebidang tanah di pantai Utara Jawa, sebelah Timur Sungai Cisadane, yang sekarang disebut Kampung Teluk Naga. Kedatangan orang Tionghoa pada tahun 1407 ini disinyalir sebagai kedatangan pertama kalinya sebagian besar leluhur masyarakat Cina Benteng. Hal pertama yang memperkuat hal ini yaitu bahwa pada masa-masa tersebut yaitu merupakan masa awal dinasti Ming di Cina (sekitar abad 15) merupakan salah satu masa kejayaan kebudayaan di negeri Cina, sehingga tidak heran pula pada masa tersebut Kaisar dari dinasti Ming yaitu Kaisar Yongle (Zhu Di) memutuskan untuk mengirim ekspedisi laut terbesar yang pernah dilancarkan sepanjang sejarah Cina dimana pimpinan dari ekspedisi laut tersebut adalah Cheng Ho, yaitu seorang tokoh besar dari Cina dalam bidang maritim dimana beliau memimpin 7 kali ekspedisi laut terbesar sepanjang sejarah

Sejarahbudaya Cina dan mengunjungi 33 negara di Asia (termasuk Indonesia) dan Afrika dari tahun 1405 hingga tahun 1433. Bukan tidak mungkin apa yang terdapat pada kitab “Tina Layang Parahyang“ (Catatan dari Parahyangan) yang di dalamnya memuat cerita tentang kedatangan orang Tionghoa dari daratan Cina untuk pertama kali ke Tangerang pada tahun 1407 adalah benar dan mungkin pula bahwa armada orang Tionghoa yang mendarat pada tahun 1407 tersebut adalah salah satu rombongan dari ekspedisi yang dipimpin oleh Cheng Ho, sebab hal itu didasari dari inskripsiinskripsi batu tentang pelayaran Cheng Ho ke Samudera Barat didirikan pada 1431 di Kuil Mazu, Liujianggang, Cina, dimana pada inskripsi itu disebutkan bahwa pada ekspedisi pertamanya yaitu tahun 1405-1407 dan ekspedisi keduanya yaitu tahun 1497-1409 Cheng Ho beserta rombongannya pernah menyinggahi pulau Jawa. Hal kedua yang memperkuat bukti bahwa gelombang pertama kedatangan orang Tionghoa (leluhur Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga ini adalah bukti bahwa hingga kini banyak sekali terdapat pemukimanpemukiman masyarakat Cina Benteng yang sudah sejak turuntemurun menetap di daerah bagian Utara Tangerang, yaitu daerah-daerah di sekitar Teluk Naga seperti di: Teluk Naga, Kebon Teki, Tegal Angus, Kampung Melayu, Tanjung Burung, Kajangan, Kalimati, Bojong Renget, Selapajang, Kedaung, Sewan. Dan dilihat dari ciri-ciri fisiknya mereka yang menetap di sana diperkirakan sudah menetap sejak ratusan tahun yang lalu, sudah turun

temurun sehingga mereka sendiri Gelombang 3 (tahun 1740). banyak yang tidak tahu kapan Gelombang ketiga kedatangan uhur mereka sudah leluh masyarakat pastinya leluhur leluhur menetap Cina Benteng tu sa salah Cian Ap, luar g n a dipe di situ dan diperkirakan terjadi y a hasil kary cim n E ri a d sete dari generasii setelah pembantaian biasa , seorang Tjiang Nio ina h ora keberapakah orang-orang tC masyaraka Ap yakni Tionghoa n ia C . Tio mereka di Batavia g n Bente tak kayu sebuah ko entuk sekarang ini. erb berukir b ng rsegi panja empat pe a y sn yang diata manisan n ditancapka ari buah iri d yang terd ya uah papa kingkip, b n ka h a b ipersem ng biasa d hyangan a ,y p te a a b dan buah n persem melakuka wa –dewi. e pada saat d ra a pada p khusus ke

Gelombang 2 ). (tahun 1619). n Diperkirakan pada tahun ini terjadi gelombang angan besar kedatangan masyarakat Cina Benteng dari daerah Banten dan sekitarnya, yaitu masyarakat Tionghoa (ratusan keluarga) yang dibawa hijrah oleh seorang tokoh Tionghoa terkemuka dari Banten yaitu Souw Beng Kong dari daerah Banten ke Batavia yang melewati daerah Tangerang (karena daerah Tangerang waktu itu merupakan jalur utama untuk menuju ke Batavia dari Banten) dan disinyalir ketika melewati daerah Tangerang inilah banyak dari masyarakat Tionghoa tersebut yang menetap di daerah Tangerang dan menjadi leluhur dari masyarakat Cina Benteng ini, karena mengingat daerah Tangerang waktu itu merupakan tapal batas kekuasaan antara Kesultanan Banten dan Batavia yang dikuasai oleh Belanda sehingga bukan mustahil banyak dari orang-orang yang dibawa oleh Souw Beng Kong tersebut dari Banten ke Batavia menetap di Tangerang. Catatan pula bahwa Souw Beng Kong ini merupakan Kapitan Cina (Kapitein der Chineezen) pertama di Batavia yang diangkat oleh Gubernur Jenderal J.P Coen.

Makam Souw Beng Kong (K apitan Cina pe di Batavia), ya rtama ng terletak di Jl.Pangeran Ja Jakarta, yang yakarta, hingga kini m asih di dijadikan seba gai situs makam lestarikan dan kuno.

da tahun pada 40. Seperti diketahui setelah 1740. terjadi peristiwa pembantaian tersebut, Belanda melarang orang-orang Tionghoa tinggal di dalam benteng dan setelah itu Belanda merelokasi pemukiman masyarakat Tionghoa ke daerah sekitar Glodok Batavia. Selain itu juga Belanda mengirimkan orangorang Tionghoa yang ada di Batavia ke daerah Tangerang untuk bertani maka setelah itu terbentuklah pula pemukiman-pemukiman untuk bertani yang bernama Pondok Jagung, Pondok Aren, Pondok Cabe, dan sebagainya yang hingga sekarang nama-nama untuk pemukiman tersebut masih ada di daerah Tangerang. Kedatangan masyarakat Tionghoa yang bermigrasi dari Batavia (sekarang Jakarta) ke Tangerang inilah yang diperkirakan salah satu gelombang besar kedatangan dari leluhur masyarakat Cina Benteng ke daerah Tangerang. (Donny Yana) edisi 9

21

Segenap tim redaksi turut berduka cita atas terjadinya bencana alam Gunung Merapi, Mentawai dan Wasior

dhamma&sains Stephen Hawking dan Gagasannya Menurut Wikipedia, Hawking bernama lengkap Stephen William Hawking adalah seorang ilmuwan fisika teoretis. Ia adalah seorang profesor Lucasian dalam bidang matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College, Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking. Meskipun mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena sklerosis lateral amiotrofik, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia. Boleh dikatakan bahwa Hawking merupakan salah satu ilmuwan

Hawking, Buddha dan Tuhan Awal September, dunia khususnya kalangan agamawan dikejutkan dengan pernyataan Stephen Hawking mengenai alam semesta. Harian The Telegraph, melaporkan bahwa, “Stephen Hawking telah menyatakan bahwa Tuhan bukan pencipta alam semesta.” Pernyataan Stephen Hawking tersebut menuai banyak dukungan sekaligus kecaman dari berbagai pihak. 26

edisi 9

paling jenius yang masih ada saat ini. Ciri khas ilmuwan ini adalah duduk di kursi roda dan dengan kepala miring karena penyakitnya. Karena salah satu ilmuwan terhebat saat ini, tentu pernyataannya tidak bisa dianggap angin lalu. Ia mewakili dunia sains yang sejak Galileo pada sekitar abad ke-16 telah bertentangan dengan agama yang mempercayai Tuhan secara personal.

dhamma&sains Pada buku sebelumnya yang sangat terkenal dan laris manis, A Brief History of Time, ada pernyataan yang dianggap oleh pembaca bahwa Hawking masih memberikan kemungkinan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan. Namun, di buku terbarunya, The Grand Design, Hawking akhirnya menyatakan pandangannya dengan tegas bahwa "Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakkan alam semesta." Menurut Hawking, alam semesta muncul dari gravitasi. Ruang dan waktu juga muncul dari gravitasi. Tidak ada istilah “sebelumnya” karena waktu pun belum muncul. Waktu muncul ketika terbentuknya alam semesta. Begitu pula dengan ruang. Tidak ada istilah “di luar” ruangan karena ruang sendiri baru muncul ketika

terbentuknya alam semesta. Makna yang ingin disampaikan oleh Hawking adalah bahwa alam semesta muncul sesuai dengan Hukum Alam dan tidak perlu peran Tuhan di dalamnya. Pun, secara tidak langsung jelas ia mempunyai gagasan bahwa kehidupan manusia tidak diciptakan oleh Tuhan apalagi mengatur kehidupan manusia. Tuhan dan Sains Dapat dikatakan hampir semua agama mempunyai gagasan mengenai Tuhan. Namun, perlu diketahui bahwa makna Tuhan dalam beberapa agama ternyata sedikit berbeda dengan agama lainnya. Secara umum Tuhan diartikan sebagai suatu sosok yang lebih tinggi dari

manusia yang menciptakan dan mengatur kehidupan alam beserta isinya. Kematian contohnya dikatakan oleh kalangan agamawan yang mempercayai konsep Tuhan merupakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pencipta tersebut. Ilmu pengetahuan tidak pernah membicarakan tentang Tuhan karena ilmu pengetahuan menjelaskan bagaimana suatu kejadian muncul. Akan tetapi, para ilmuwan jelas menganggap bahwa kejadian-kejadian alam ada sebabnya. Begitu pula dengan berbagai fenomena yang terjadi di sekitar masyarakat.

edisi 9

27

dhamma&sains Apabila ilmuwan menganggap segala fenomena telah ditentukan oleh Tuhan, maka ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Di sinilah tahap ketika ilmuwan memaksa para agamawan mengubah cara pandang mereka terhadap konsep Tuhan dan membuat konsep Tuhan mengalami evolusi dari cara pandangnya. Cara Pandang Buddha Melalui Sutta, berkali-kali Buddha mengatakan bahwa tidak ada gunanya dan tidak akan ada habisnya memperdebatkan asal muasal alam semesta. Namun, bukan berarti Buddha bungkam seribu bahasa mengenai topik tersebut. Mungkin Buddha sudah bisa mengetahui secara langsung dan ketika akan

dijelaskan, pikiran-pikiran dari pendengarnya yang belum tercerahkan akan mendistorsikan makna yang disampaikan. Buddha mengatakan bahwa ketika mencapai pencerahan, segala sesuatunya akan menjadi jelas karena “melihatnya” secara langsung. Beberapa sutta menjelaskan asal mula kehidupan menurut Buddhis dan jelas mengindikasikan bahwa ada suatu proses terbentuknya makhluk hidup. Proses tersebut yang saat ini secara sains disebut evolusi. Di sini telah tampak kesejajaran antara pemikiran Buddha dengan pemikiran sains saat ini. Untuk masalah Tuhan, Buddha mempunyai pandangan yang

Untuk masalah Tuhan, Buddha mempunyai pandangan yang sangat bijak. Pengertian Tuhan sebagai pencipta jelas ditolak oleh Buddha. Apalagi Tuhan sebagai pengatur alam semesta beserta isinya. Akal sehat kita pun akan sepakat dengan Buddha. Jelas kita mempunyai kehendak bebas dan pikiran masing-masing.

28

edisi 9

sangat bijak. Pengertian Tuhan sebagai pencipta jelas ditolak oleh Buddha. Apalagi Tuhan sebagai pengatur alam semesta beserta isinya. Akal sehat kita pun akan sepakat dengan Buddha. Jelas kita mempunyai kehendak bebas dan pikiran masing-masing. Setiap kejadian ada sebab dan ada akibat. Ini sangat logis dan dapat diterima akal sehat. Inilah yang dikatakan Buddha sebagai Hukum Karma, Hukum Sebab-Akibat. Hukum Karma menjelaskan segala sesuatunya menjadi lebih jelas dan dapat diterima oleh kehidupan modern saat ini. Lalu adakah konsep Tuhan dalam Buddhis? Jawabannya adalah tidak ada. Namun, dalam Buddhis ada konsep ketuhanan. Beda Tuhan dengan ketuhanan adalah Tuhan bersifat personal atau ada suatu sosok sedangkan ketuhanan hanyalah suatu sifat. Buddha jelas-jelas menolak suatu Tuhan personal yang mencipta apalagi pengatur. Konsep ketuhanan dalam Buddhis haruslah sejalan dengan ajaran Buddha. Ada tiga gagasan yang dapat dikatakan sebagai ketuhanan dalam Buddhis, yaitu: 1.Sebagai sifat-sifat Luhur tanpa batas atau Brahmawihara Ketuhanan dalam pengertian ini berupa sifat-sifat luhur tanpa batas, tanpa egoistik yang meliputi cinta kasih universal (metta), belas kasih tanpa batas (karuna), dan aspek lainnya. 2.Kemutlakkan dan tidak terjangkau pikiran atau Nibbana Ketuhanan dalam pengertian ini adalah tidak terjangkau pikiran, bersifat mutlak. 3.Hukum Alam atau Niyama

dhamma&sains Perlu dipahami bahwa ketuhanan dalam Buddhis tidaklah mengatur kehidupan manusia, tidak pula menentukan segala yang terjadi pada manusia.

Pengertian ketuhanan ini meliputi Hukum Alam itu sendiri yaitu Utu Niyama (Hukum Fisika), Bija Niyama (Hukum Biologi), Citta Niyama (Hukum Psikis), Kamma Niyama (Hukum Sebab-Akibat), Dhamma Niyama (Hukum di luar ke-4 hukum tersebut) Perlu dipahami bahwa ketuhanan dalam Buddhis tidaklah mengatur kehidupan manusia, tidak pula menentukan segala yang terjadi pada manusia. Setiap manusia berkehendak bebas dan kehendak tersebut akan berakibat sesuai dengan kehendaknya. Apabila kehendak/niat seseorang buruk dan terwujud melalui ucapan, pikiran atau perbuatan, maka pasti akibatnya akan buruk yang akan diterima oleh orang tersebut, cepat atau lambat.

Kesimpulan Hawking lahir sekitar 2500 tahun setelah Buddha, namun gagasan Buddha dan Hawking sejalan. Dua-duanya menolak Tuhan personal. Hawking jelas mengatakan bahwa kalau pun ia percaya Tuhan, Hukum Alam adalah Tuhannya dan manusia mempunyai kehendak bebas tanpa campur tangan Hukum Alam. Jadi, jelas bahwa Hawking dan ilmu pengetahuan semakin membuktikan kebijaksanaan Buddha 25 abad lampau.

Oleh Willy Liu Referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/ Stephen_Hawking

edisi 9

29

sutta

Pa akamma Su a

Apakah keempat hal agung yang diinginkan oleh setiap orang? Keempat hal ini sangat diinginkan oleh setiap orang tetapi sangat susah untuk diraih. Keempat hal tersebut tertuang dalam Pattakamma Sutta.

30

edisi 9

sutta Suatu ketika Buddha membabarkan Pattakamma Sutta kepada Anathapindika di vihara Jetavana. "Perumah Tangga, terdapat empat kondisi berikut yang diminati, yang menyenangkan, dan yang sulit diperoleh di dunia ini. Apakah keempat kondisi itu? Pengharapan: 1. 'Semoga aku memperoleh kekayaan dengan jalan yang sah!', 2. 'Semoga aku memiliki reputasi baik di mata sanak keluarga dan para guruku!' 3. 'Semoga aku hidup lama dan mencapai umur panjang!' 4. 'Saat tubuhku hancur, setelah meninggal, semoga aku terlahir kembali di alam surgawi!'" "Perumah Tangga, untuk mencapai keempat kondisi ini, terdapat empat kondisi yang harus dipenuhi. Apakah keempat kondisi itu? 1. Kesempurnaan keyakinan (saddhasampada), 2. kesempurnaan kebajikan (silasampada), 3. kesempurnaan kedermawanan (cagasampada), dan 4. kesempurnaan kebijaksanaan (pannasampada)

Keinginan untuk memperoleh kekayaan, memperoleh kedudukan dan kehormatan di dalam khalayak ramai, kedamaian dan kesehatan serta dapat terlahir di alam-alam yang baik merupakan keinginan wajar manusia dan dapat dicapai. Keyakinan kepada yang patut dihormat seperti seorang Bhagava merupakan tindakan yang patut dilakukan karena Buddha sempurna dalam pengetahuan serta tindaktanduk-Nya, pengenal segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya untuk mencapai pembebasan, guru para dewa dan manusia, dan Beliau adalah seorang Buddha yang patut untuk dimuliakan.

Dengan melaksanakan sila khususnya Pancasila yaitu menghindari diri dari pembunuhan, pencurian, perzinahan, mengeluarkan perkataan yang tidak baik, dan minum-minuman keras yang melemahkan kesadaran seseorang akan memperoleh kedamaian. Untuk belajar melepas dan kemelekatan terhadap materi hendaknya melakukan paktek dana dan untuk mendapatkan kebijaksanaan diperlukan praktek Samadhi.

“Seper i dari set mpuk bunga dapat dibuat banyak karangan bunga; demikian pula hendaknya banyak kebajikan dapat dilakukan oleh manusia di dunia ini.” (Dhammapada 53)

edisi 9

31

dhammapada

Patipujika Vatthu ‘Walaupun seseorang sedang mengumpul bunga... uraian dhamma ini dibabarkan Guru ketika beliau tinggal di Savatthi, berkenaan dengan seorang wanita bernama Patipujika (pemuja suami). Ceritanya dimulai di alam Tavatimsa. 32

edisi 9

Tersebutlah ada sesosok dewa bernama Malabhari disertai 1.000 dewi masuk ke taman kesenangan di alam dewa Tavatimsa. Lima ratus dari para dewi ini memanjat pohon dan melempar bebungaan ke bawah; 500 dewi yang lain mengumpul bunga yang jatuh dan mengenakannya kepada dewa. Sesosok dewi dari para dewi ini, selagi ia duduk di cabang sebuah pohon, ia meninggal dari ala mini, tubuhnya lenyap seperti nyala lampu, dan masuk dalam sebuah pembuahan (dalam kandungan) pada sebuah keluarga di Savatthi. Kemudian lahir dengan dapat mengingat kembali kehidupannya yang lalu, dan ingat bahwa ia adalah istri dari dewa Malabhari. Ketika ia tumbuh menjadi remaja ia melaksanakan puja bhakti dengan wewangian dan bebungaan, dan membuat tekad untuk terlahir kembali bersama suaminya. Ketika ia berusia 16 tahun, ia kawin dengan seorang pria dari keluarga lain. Kapan pun, bilamana ia memberikan dana makanan (pindapata) pada hari tertentu, pada

dhammapada setiap dua minggu atau pada musim vassa, ia akan berkata: “Semoga dana ini membantu saya untuk terlahir kembali bersama suamiku yang dulu.” Para bhikkhu berkata: “Wanita ini, walaupun selalu sibuk dan aktif, hanya merindukan suaminya,” Karena itu mereka menanamkannya Patipujika (pemuja suami). Secara tetap ia mengurus Ruangan Pertemuan (Asanala) dengan menyiapkan air minum, dan menyediakan tempat duduk bagi para bhikkhu. Bilamana ada orang yang ingin mendanakan makanan setiap hari atau setiap dua minggu, mereka akan membawa makanan itu dan menyerahkannya kepadanya, dengan berkata: “Nyonya, tolong berikan ini kepada bhikkhu sangha.” Dengan melakukan hal-hal ini ia sekaligus mendapat 56 Kusaladhamma. Ia hamil dan pada akhir 10 bulan lunar ia melahirkan seorang putra; ketika putranya telah dapat berjalan, ia melahirkan seorang putra pula, kemudian yang lain, sehingga ia memiliki 4 putra, Pada suatu hari ia memberikan dana, memberikan hormat kepada para bhikkhu, mendengar dhamma serta melaksanakan sila, namun pada akhir dari hari itu ia meninggal karena sakit yang

Bilamana manusia terlahir kembali dan hidup begitu pendek usianya, apakah mereka hidup tidur dan tidak waspada atau mereka memberi dana-dana dan memberikan hormat?” tiba-tiba, dan terlahir kembali bersama suaminya yang lampau. Selama waktu itu para dewi yang lain sedang mengenakan bunga kepada dewa. Ketika dewa Malabhari melihatnya, ia berkata: “Kami tidak melihatmu sejak pagi. Kemana saja Anda?” “Saya meninggal dari kehidupan ini, suamiku.” “Apa yang anda katakan?” “Seperti itulah, suamiku.” “Dimana anda terlahir kembali?” “Pada sebuah keluarga yang tinggal di Savatthi.” “Berapa lama anda berada di sana?” “Pada akhir 10 bulan lunar saya lahir dari kandungan ibuku. Ketika saya berusia 16 tahun, saya kawin dengan seorang pria dari keluarga lain. Saya melahirkan 4 putra, memberikan danadana makanan, memberikan hormat kepada bhikkhu, membuat tekad kuat untuk terlahir kembali bersamamu, suamiku.”

“Berapa panjang usia manusia?” “Hanya 100 tahun.” “Begitu pendek seperti itu?” “Ya, suamiku.” “Bilamana manusia terlahir kembali dan hidup begitu pendek usianya, apakah mereka hidup tidur dan tidak waspada atau mereka memberi dana-dana dan memberikan hormat?” “Apa yang anda katakan, suamiku? Manusia selalu tidak waspada, bagaikan ia akan hidup selama satu kappa, atau bagaikan ia tidak akan diliputi usia tua atau kematian.” Dewa Malabhari sangat terpengaruh, ia berkata: “Bilamana, seperti yang anda katakan bahwa manusia terlahir kembali dengan hidup 100 tahun, dan mereka hidup tidak waspada dan tidur, maka kapan mereka akan terbebas dari penderitaan?” (Sementara itu, 100 tahun manusia adalah sama dengan sehari semalam alam dewa Tavatimsa, 30 hari seperti itu adalah satu bulan, 12 bulan adalah satu tahun,

edisi 9

33

dhammapada

Guru menjawab: “Para bhikkhu, Kehidupan makhluk di dunia ini memang sangat pendek. Itulah sebabnya, sementara para makhluk dimana di dunia ini menginginkan hal-hal di dunia ini dan belum memuaskan nafsu keinginan mereka, kematian mengalahkan mereka dan membawa ke dalam ratap dan tangis.” dan panjang kehidupan alam dewa Tavatimsa adalah 1.000 tahun surgawi, atau dalam tahun manusia itu sama dengan 36 juta tahun. Sehingga kehidupan dewi di dunia ini bagi alam dewa adalah itu belum satu hari; juga belum sesaat. Itulah sebabnya ia (Dewa Malabhari) berpikir: “Bilamana kehidupan manusia begitu pendek, maka tidak tepat bagi mereka untuk hidup tidak waspada.”) Pada keesokan harinya ketika para bhikkhu masuk ke dalam desa, menemukan Ruangan Pertemuan tidak rapi, tempat duduk tidak siap, dan air minum tidak tersedia. “Patipujika pergi kemana?” tanya mereka. “Para bhante, bagaimana anda sekalian berharap untuk melihatnya? Kemarin sore, setelah beberapa lama anda sekalian makan, ia meninggal.” Demikianlah, bagi para bhikkhu

34

edisi 9

yang belum mencapai Sotapana, mengenang kebaikan pelayanannya, tak dapat menahan linangan air mata; sedangkan para bhikkhu yang telah mencapai kearahatan diliputi dengan perasaan religius. Setelah mereka selesai sarapan, mereka pergi ke vihara dan bertanya kepada Guru: “Bhante, Patipujika sangat sibuk dan aktif, selalu melakukan semua perbuatan baik dan berkehendak untuk terlahir kembali dengan suaminya yang lampau. Dimana ia terlahir kembali?” “Para bhikkhu, ia telah terlahir kembali bersama suaminya yang lampau.” “Bhante, tetapi ia tidak mati bersama suaminya.” “Para bhikkhu, ia tidak berkehendak dengan suaminya yang itu. Suami yang dimaksudnya adalah

Dewa Malabhari di alam dewa Tavatimsa. Ia meninggal dari alam itu ketika ia sedang mengenakan bunga-bungaan kepadanya. Sekarang ia telah terlahir kembali ke alam tersebut.” “Bhante, betapa pendeknya usia kehidupan makhluk di dunia ini! Pada pagi hari ia melayani kami dengan makanan, pada waktu sore ia sakit dan meninggal.” Guru menjawab: “Para bhikkhu, Kehidupan makhluk di dunia ini memang sangat pendek. Itulah sebabnya, sementara para makhluk dimana di dunia ini menginginkan hal-hal di dunia ini dan belum memuaskan nafsu keinginan mereka, kematian mengalahkan mereka dan membawa ke dalam ratap dan tangis.” Setelah berkata demikian, beliau mengucapkan syair berikut: “walaupun seseorang sedang mengumpul bungabungaan, dengan pikiran kacau dan tak pernah puas, ia akan di bawah kekuasaan sang penghancur.”

resensibuku

Judul buku ANGER Memadamkan Api Kemarahan Lewat Kearifan Buddhis Pengarang Thich Nhat Hanh Harga Rp 38.000,Penerbit Karaniya Jumlah halaman 228 hal Tanggal Penerbitan 30-09-2010

Sinopsis Buku: Dua puluh lima abad yang lalu di bawah pohon Bodhi di India, Buddha telah memahami suatu pengertian yang mendalam mengenai kondisi pikiran yang menjadi sumber ketidakbahagiaan dalam kehidupan. Pandanganpandangan yang salah, nafsu keinginan yang tak terbendung dan menggebu serta kemarahan yang tak terkendali adalah salah satu penyebab dari ketidakbahagiaan tersebut.

Emosi adalah contoh termudah yang dapat langsung dimengerti oleh kita. Emosi yang meledak ledak serta kemarahan yang meluap dapat menghancurkan tatanan kehidupan dan dapat merusak perkembangan dan keseimbangan kesehatan serta nilai spiritualitas. Melalui buku ini Thich Nhat Hanh memberikan kita alat dan nasihat serta masukan agar kita dapat mentransformasikan relasi, memfokuskan energi dan menyegarkan kembali bagian-bagian dari diri kita yang telah rusak akibat gejolak emosi dan kemarahan yang

tak terkontrol. Beliau mencoba untuk menggambarkan hubungan vertikal dan horizontal antara emosi dan kemarahan dengan jiwa spiritual dan lingkungan sosial. Dengan jiwa kesederhanaan Beliau miliki serta kata-kata yang halus dan tenang dapat memberikan motivasi serta supplement tambahan agar anda mempunyai kekuatan “untuk mengubah segalanya”. Thich Nhat Hanh tidak membatasi hanya pada diskusi tentang kemarahan di dalam keluarga dan pertemanan, beliau juga berbicara tentang kemarahan antara rakyat dengan pemerintahnya. Visi yang luas ini tidaklah mengejutkan, tetapi menyegarkan, mengangkat buku ini menjadi sangat layak untuk menjadi salah satu “motivator” Anda. (sp: andryan_yugi) edisi 9

35

Serbaserbibuddhis

Asal-Usul jubah

Pada zaman Sang Buddha, para bhikkhu memiliki satu stel jubah pamsukula civara. Yang dimaksud pamsukula civara adalah kain bekas pembungkus mayat yang telah dibuang orang di dalam hutan atau di kuburan. 36

edisi 9

Serbaserbibuddhis Pada zaman dahulu di India, orang yang meninggal, baik yang miskin maupun yang kaya langsung dibungkus kain dan dibuang ke hutan, lalu para bhikkhu mengambil kainnya dan dicuci kemudian dicelup dengan getah pohon yang berwarna kuning (misalnya pohon nangka), lalu dijahit dibuat jubah. Pada zaman itu kain sulit dicari dan bila ditemukan mutunya kurang baik. Kain hanya bisa dipakai paling lama satu tahun karena bila kain dipakai lebih dari satu tahun kain tersebut telah mengalami kerusakan. Umumnya, pada masa Kathina bhikkhu dapat memperoleh jubah pengganti. Buddha membuat peraturan

agar para bhikkhu juga memiliki kain sangghati untuk melindungi/menutup badan sewaktu musim dingin (para bhikkhu zaman dulu kebanyakan hanya memiliki satu jubah dan tinggal di hutan). Para umat Buddha di zaman Buddha, bila melihat para bhikkhu yang jubahnya sudah rusak, mereka dengan keyakinan dan belas-kasih mencarikan kain untuk dipersembahkan kepada Sangha, kemudian para bhikkhu membuat civara/ jubah bersama-sama. Jubah biasanya juga diperoleh pada perayaan kathina dimana umat Buddha berdana keperluan pokok bhikkhu kepada Sangha.

Semua yang umat Buddha danakan akan menjadi milik Sangha dan bukan menjadi milik bhikkhu tertentu. Cara pembagian jubah melihat dari aspek lamanya masa vassa seorang bhikkhu dan aspek kebutuhan akan jubah tersebut seperti hal berikut ini: 1.Bhikkhu yang jubahnya sudah lama sekali dan sudah saatnya diganti. 2.Kalau jumlah bhikkhunya banyak sedangkan kainnya tidak mencukupi, maka cara mengaturnya dengan melihat bhikkhu yang sudah tua dalam sila kebhikkhuannya. 3.Kalau bhikkhu yang lebih tua tersebut tidak mampu membuat/ tidak mau, dapat diberikan kepada bhikkhu yang lainnya, tapi biasanya/ kebanyakan diberikan kepada bhikkhu mahathera.

edisi 9

37

wisata Afganistan..!! Apa yang Anda pikirkan tentang negara yang satu ini. Sebuah negara yang tergolong miskin yang berada di perbatasan Asia dengan Afrika. Afganistan dikenal sebagai negara yang jauh dari literatur dan tradisi buddhis. Negara ini berada jauh dari pusat perkembangan Agama Buddha yang mayoritas tumbuh di negara Asia Tengah. Afganistan yang dikenal kental dengan nuansa Islami ternyata menyimpan sebuah rahasia yang unik yang tersembunyi di Lembah Bamiyan. Di lembah ini terdapat sebuah patung Buddha raksasa yang terukir di sebuah tebing. Hal ini memberikan bukti bahwa ajaran Buddha telah berkembang luas bahkan sampai ke ujung Asia. Dengan hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Afganistan bukan negara monokultur melainkan sebuah negara yang multikultur. Hal ini diperkuat dengan adanya Bamiyan Buddha sebuah saksi perkembangan ajaran Buddha di Afganistan.

BAMIYAN BUDDHA B

Cerita Rupang Agung di Afganistan

amiyan Buddha terdapat di lembah Bamiyan, negara Afganistan di perbatasan Asia-Afrika. Nama patung raksasa ini disesuaikan dengan nama tempat patung ini berada. Lembah Bamiyan terletak 230 kilometer di sebelah barat laut dari Kabul

38

edisi 9

yang menjadi ibukota Afganistan pada ketinggian 2.500 m dpl. Bamiyan Buddha merupakan sebuah patung raksasa yang diukir di dinding sebuah lembah. Patung ini mengingatkan kita pada patung Grand Buddha yang berada di negara China. Yang berbeda

adalah gaya dan tradisi yang tersirat dari patung ini. The Grand Buddha adalah patung Buddha duduk yang kental dengan tradisi Mahayana, sedangkan Bamiyan Buddha adalah patung Buddha berdiri yang kental dengan tradisi Theravada yang berbaur dengan

wisata

kebudayaan Yunani. Dari bentuk jubah yang dikenakan oleh kedua patung ini juga sangat berbeda jelas. Asal usul sejarah dari patung ini masih belum jelas dan masih diperdebatkan. Diperkirakan patung ini dibangun pada abad ke 3 atau ke 4 Masehi. Dari gayanya, patung ini diduga kuat dirancang oleh seniman-seniman yang berasal dari Yunani. Kedua patung ini dibangun dengan cara menata dinding batu lembah Bamiyan. Dengan bahan dasar semacam campuran lumpur dan jerami, patung ini mempunyai detail yang sangat sempurna. Ekspresi wajah, tangan dan lipatan jubah sangat teliti dan akurat. Patung ini juga diberi warna yang indah. Patung kecil yang berukuran 37 meter

diberi warna dominan biru sedangkan yang lebih besar dengan ukuran 55 meter diberi warna dominan merah. Untuk wajah serta tangan kedua patung ini diberi warna emas. Langit-langit gua tempat kedua patung ini berada diberi hiasan sebuah gambar Bodhisatva dan Dewa Matahari. Detail hiasan memberikan kesan bahwa Buddha sebagai sumber cahaya dengan aura yang menenangkan. Seluruh iconography patung Buddha itu lagi-lagi merupakan bauran antara seni Yunani dan India. Lukisan-lukisan dinding di dalam gua sangat mirip dengan mural yang lazim dijumpai di dinding gua-gua Ajanta di Aurangabad, India Tengah Bamiyan Buddha di Masa Kini Di masa kini, kondisi Bamiyan Buddha sangat mengkhawatirkan. Usia yang tua serta keadaan iklim yang kejam merusak patung Bamiyan Buddha. Di kawasan lembah ini tingkat curah hujannya sangat rendah. Ketika musim panas, salju yang terdapat di dinding lembah ikut meleleh dan airnya mengikis beberapa bagian dari patung ini. Selain itu Lembah Bamiyan juga terletak di zona gempa bumi aktif, sehingga beberapa bagiannya mengalami kerusakan. Selain kedua patung berdiri ini, diperkirakan juga terdapat juga

sebuah patung Buddha berbaring yang panjangnya mencapai 300 meter dan merupakan patung Buddha terbesar di dunia. Hal ini diketahui dari catatan kuno seorang Bhikkhu Xuan Zang yang berasal dari China yang hidup di abad ke 7. Patung ini telah melewati beberapa kali penghancuran akibat perang yang terjadi di masa lalu mulai dari penjajahan bangsa Mongolia di bawah pimpinan Jenghis Khan yang merusak wajah dan tangan patung-patung ini sampai kepada kekuasaan kekaisaran Mughal Aurangzeb yang menghancurkan kaki patung ini. Setelah melewati beberapa kali pemugaran akhirnya riwayat keperkasaan patung ini berakhir di bulan Maret 2001. Di bawah kekuasaan Taliban patung ini dihancurkan secara total karena dianggap berhala oleh Mullah Mohammad Omar, Jenderal tertinggi Taliban. Kini keindahan patung ini hanya menyisakan puing-puing. Yang terlihat hanya sebuah rongga kosong di dinding tebing yang dahulunya menjadi tempat patung ini bernaung. Sebuah penghapusan masa lalu yang sangat berpengaruh besar terhadap kebudayaan dunia. Sebuah hasil karya berbesar dunia telah hancur sehingga membawa kesedihan bukan hanya bagi umat Buddha tapi kepada dunia yang sangat mencintai sebuah nilai kasih karya pemikiran. Walaupun patung ini telah hancur, bukan berarti keyakinan kita terhadap Buddha Dhamma ikut terkikis, jadikan hal ini sebagai momentum agar kita bisa selalu dalam kesadaran yang utuh sehingga keharmonisan dapat terjadi seperti keharmonisan di Lembah Bamiyan yang sangat multikultur saat patung ini berjaya. (sp: andryan yugi) edisi 9

39

Katabijak Happiness is not something far away. It is to be found neither in fame nor in popularity. When you live with integrity, your hearts begin to fill with a happiness as vast as the universe. It’s about being true to yourself and starting from where you are. From there your happiness will expand and grow limitlessly. A peaceful life does not mean a life free of toil and suffering, rather it means living without being swayed no matter what happens. This is a state of true peace and happiness. The truth is that devoting ourselves to others' happiness is actually a necessary condition for becoming genuinely happy ourselves. The more happiness we bring to others, the happier we ourselves become The joy of life is to be found not by evading life's sufferings but by grappling with them to the finish. True happiness is not born of escape; ecstasy based on delusion does not continue. Enlightenment comes from seeing the truth, no matter how unpleasant it may be. If, as Buddhism teaches, "all is in flux, and there is no permanence," how do we cope with the world around us? Do we flee from it? Do we merely resign ourselves to the fleeting nature of life? Or do we challenge it? In fact, an appreciation of the constantly changing nature of all things is the key to happiness, for it means that no matter how bad a situation is, it will change. No misfortune is permanent; no misfortune insurmountable. Happiness does not exist as an isolated quality, nor does it conform to a single fixed pattern. Happiness is something that breathes and lives in the relationships between one Leave behind the passive dreaming of a rose-tinted future. The energy of happiness exists in living today with roots sunk firmly in reality's soil.

ha

It is impossible to build one's own happiness on the unhappiness of others. This perspective is at the heart of Buddhist teachings. The exclusive pursuit of one's own interests cannot bring true happiness. It is in striving for the sake of others that the great path to genuine happiness is opened.

pp

Where is happiness to be found? How can we become happy? Happiness is not a question of how you look to others. Rather it is a matter of what you yourself feel inside; it is a deep answering response in your life. One cannot expect to become happy without hardship or effort. Because we challenge ourselves we become strong. To become strong is to become happy.

40

edisi 9

Katabijak The purpose of life is to become happy. The purpose of life is to challenge and triumph over the darkness of misery. There is no happiness without hardship. So often, we strive to reach the destination of happiness without walking the road of struggles and challenges which leads us there. True happiness means forging a strong spirit that is undefeated, no matter how trying our circumstances. Freedom doesn't mean the absence of all restrictions. It means possessing unshakable conviction in the face of any obstacle. This is true freedom. Genuine happiness is found in courage. Courage is the gateway to happiness. Poverty is nothing to be ashamed of. What's disgraceful is to have an impoverished heart or to live dishonestly. Being born in a stately mansion is no guarantee of happiness, any more than being born in a shack dooms one to misery. Happiness will never be a handout; it's something we create with our own hands. If you want to build a happy life, you have to give careful thought to the foundations. Happiness certainly cannot be secured on appearances or affectation. Happiness comes down to the inner state of our life at a given moment.

s s pi ne

When we draw strength from within, our outlook undergoes a dramatic transformation; everything around us looks completely different. To be strong-that is the key to happiness. Where can we find happiness? Happiness is not found in a tranquil life free of storms and tempests. Real happiness is found in the struggles we undergo to realize our goals, in our efforts to move forward.

As long as we are alive we will experience sufferings. But that does not mean we have to be unhappy. Unhappiness comes from allowing ourselves to be controlled by life's ups and downs-from feeling defeated, from losing hope, losing courage, losing the will to advance. We each move forward secure on our own earth, not the earth of others. Happiness is something we must create for ourselves. No one else can give it to us. Source : Words of Wisdom by Buddhist Philosopher Daisaku Ikeda (www.ikedaquotes.org)

edisi 9

41

tirai

Sekat-sekat Hubungan oleh: sati

Memiliki seorang teman yang baik adalah suatu berkah yang tak terkira, apalagi seorang teman spiritual yang dapat membawa kita ke kemajuan batin. Tetapi untuk dapat berteman dengan baik, sebelumnya kita harus bisa menembus sekat-sekat yang menghalangi kita dalam menciptakan suatu hubungan yang baik. Lalu apakah yang menyebabkan banyaknya sekat di dalam menjalin suatu hubungan? 42

edisi 9

D

i dalam hubungan masyarakat dan sosial, pernahkah Anda merasa tidak nyaman dengan kehadiran orang-orang tertentu di kehidupan Anda??? Pastinya kebanyakan dari Kita yang berprinsip teguh pernah merasakan hal itu. Eit.. tapi yang berprinsip teguh yang mana dan dalam hal apa dulu??? Prinsip yang satu inilah yang berbahaya, yaitu berprinsip teguh bahwa pandangan dan pola pikir sendirilah yang paling benar dan yang lain salah besar. Lalu, karena yang satu itu tidak mau menerima pandangan kita, maka kita anggap orang itu sebagai lawan dan kita merasa tidak nyaman akan kehadirannya di lingkaran kehidupan kita.

tirai

Merasa benar sendiri saja sudah menjadi sekat dalam hubungan pertemanan, apalagi ditambah berpikir bahwa yang lain itu salah. Dulu ketika pertama kali saya menjalin hubungan serius dengan seseorang, saya baru menyadari bahwa ternyata setiap manusia punya sekat yang dibuatnya sendiri, sekatsekat dalam hal berhubungan. Awalnya saya belum mengerti mengapa ada manusia yang memiliki complicated relationship (hubungan yang ruwet) antar sesama. Padahal pada prinsip dan teorinya setiap masalah yang terjadi diantara sesama manusia pastinya dapat diselesaikan, maka otomatis setiap hubungan akan baik-baik saja. Tetapi mengapa begitu

banyak manusia yang membenci dan tak mau berhubungan dengan sesamanya??? Saat itu orang yang pernah dekat sekali dengan saya ini mengatakan kepada saya kalau dia tidak menyukai teman saya yang juga merupakan guru spiritual saya, dengan alasan guru saya ini terlalu kaku dan berpandangan sempit. Satu hal lagi, orang yang saya sayang ini tidak suka dengan teman saya yang juga merupakan ketua kebaktian, dan saya masuk di bawah kepemimpinannya. Menurutnya sikap dan pemikiran mereka tidak sesuai dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang ada di kepalanya. Hasilnya, orang yang saya harapkan bisa mengenal semua teman-teman saya ini

tidak mau mengenal kedua orang tadi dan merasa tidak nyaman kalau kami berada di dekat mereka. Memang mungkin benar adanya sifatsifat, pandangan si guru spiritual dan cara kepemimpinan si ketua kebaktian tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan dan dimiliki. Tetapi pertanyaannya adalah apakah hal yang seharusnya itu? Pembenaran terkadang hanya ada dalam pikiran masing-masing. Begitu pula pembenaran di dalam pemikiran pacar saya saat itu yang menganggap si guru spiritual dan ketua kebaktian tidak sesuai dengannya. Lalu, mengapa sekat dalam hubungan itu akhirnya terbentuk??? edisi 9

43

tirai EGO Menjadi Sang Pembatas EGO tiga huruf besar yang selalu membayangi kehidupan manusia. Mau bukti bagaimana sang EGO berperan?? Kisah ini dialami oleh guru spiritual saya sendiri yang tadi dikatakan selalu memegang prinsip, tetapi saat ini dia sudah berubah karena memang dia punya kesadaran atas perilakunya. Dulu dia sering bentrok dan membuat sekat hubungan yang cukup tebal dengan temannya yang juga sama-sama seorang guru spiritual. Temannya ini lebih mementingkan hal-hal praktis, materi, dan terkadang beliau berpandangan bahwa uang dan bisnis itu penting. Sedangkan guru spiritual saya lebih mementingkan hal-hal religius dan beranggapan bahwa nilai spiritual tidak seharusnya disamakan dengan bisnis dan uang. Otomatis segala tindakan mereka berdua selalu saja bertentangan. Saya yang saat itu masih remaja dan cukup hijau tak mau mencampuri urusan keduanya, otomatis saya tak punya masalah dengan keduanya dan bisa saja berhubungan dengan keduanya. Itulah enaknya, saya bisa jalan dengan guru saya, lalu beberapa menit kemudian bisa ngobrol-ngobrol dengan temannya itu. Setelah mengikuti keduanya, pada dasarnya apa yang mereka utarakan masingmasing ada benarnya, tak ada yang disalahkan dan masuk akal juga. Tetapi kenapa masingmasing dari mereka menganggap bahwa pemikiran satu sama lainnya salah. Mengapa si guru A menganggap si guru B salah dan sebaliknya??? Sedangkan saya

44

edisi 9

yang berada di tengah-tengah, menerima informasi, pandangan dan pemikiran mereka dengan pikiran kosong serta tidak memihak, menganggap hal itu biasa saja. Apa yang terjadi dengan si Guru A dan si Guru B? Mereka ternyata telah membangun sekat-sekat yang dibuatnya sendiri, karena masing-masing menganggap orang lain salah dan tidak sesuai dengan pemikirannya. Ego yang berperan dan menjadi pembatas diantara hubungan mereka dan setiap manusia. Perlu Terbuka dan Saling Memahami Satu obat bagi sang Ego untuk bisa mengenali jadi dirinya adalah memberikannya pengertian dan berusaha memahami. Kalau saja pacar saya saat itu mau membuka sedikit ruang untuk mengobrol

dengan kedua orang yang dianggapnya tidak asik untuk berhubungan, pastinya ia akan lebih mengerti dan memahami. Karena setahu saya guru spiritual saya itu tidak seburuk yang dibayangkannya, walaupun dia agak sedikit memegang prinsip (keras dan kaku dengan prinsipnya), akan tetapi pada dasarnya dia punya kesadaran atas prilaku yang dibuatnya dan mau mengoreksi diri. Begitu juga halnya dengan ketua kebaktian saya, walaupun memang cara kepemimpinannya saat itu banyak menerima protes, tapi saya mengenal betul kalau wanita ini adalah seseorang yang mau menerima kritikan dan masukan, hanya saja perlu waktu untuk banyak belajar dalam mengubah cara kepemimpinannya. Sama pula dengan si kedua guru spiritual tadi, Kalau saja si kedua guru

tirai

spiritual saling mau menanyakan kabar masing-masing dan mau membuka diri akan pemikiran dan pandangan masing-masing, serta berusaha memahami satu sama lain, tentunya pemikiran dan hubungan mereka akan lebih baik lagi karena masing-masing dapat melihat dari sisi pandang yang berbeda. Namun pada dasarnya Ego akan Harga Diri mengerem semua laju perbaikan, dan menghentikan semua niatan baik yang muncul karena merasa harga dirinya terlalu mahal untuk mengakui bahwa prinsip dan pandangannya belum tentu benar adanya. Lihatlah dan Kenali Lebih Dalam, mereka Itu Berubah Jika dirasakan dengan jujur, diperhatikan lebih dalam, Pandangan, pikiran, prinsip, perasaan, kesadaran dan lain sebagainya selalu berubah-ubah.

Seakan-akan terlihat seperti mesin yang sedang menjalankan proses, yaitu proses kesadaran, proses pemikiran, proses perasaan dan proses-proses lainnya. Kita selalu dekat dengannya, akan tetapi kita bodoh, kita seakanakan tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau pada dasarnya setiap pandangan, pemikiran, perasaan, kesadaran dan lainlain itu selalu berubah. Kita memandang seseorang dengan apa yang mereka miliki dan terlihat nyata bagi kita saat itu. Kita tidak menyadari bahwa itu pun akan berubah. Namun pada dasarnya kita melihat ilusi yang diciptakan dari pikiran. Ya… ilusi-ilusi itu sudah berhasil baik dalam memainkan peranannya, dan sudah sukses dalam mengecohkan kebenaran serta banyak memberikan sekat-sekat di dalam kehidupan. Ilusi-ilusi yang bersumber dari kebodohan, kebencian dan keserakahan manusia dan makhluk di alam semesta. Penakluk sang Ego Untuk membuka diri, mengakui kesalahan dan saling meminta maaf adalah hal yang dirasakan sulit oleh sebagian orang yang merasa hal itu sulit. Perlu waktu bagi mereka untuk menaklukkan sang Ego dan berdamai dengan harga dirinya. Tetapi ada satu hal yang sebenarnya tidak kita sadari, bahwasanya sang Ego akan takluk dengan rasa kasihan dan kasih sayang. Merasakan penderitaan orang lain, dan merasakan kesamaan penderitaan yang kita alami akan memunculkan kasih sayang yang luar biasa, serta tidak tega untuk menyakiti ataupun memusuhi makhluk lain.

“Semua makhluk hidup adalah sahabat penderitaan, yang rentan terhadap kesulitan.” Cobalah kita renungkan satu buah puisi di bawah ini : Kita adalah satu Kita adalah tetesan dari satu samudera. Kita adalah ombak dari satu laut. Kita adalah pohon dari satu rimba. Kita adalah buah dari satu pohon. Kita adalah daun dari satu cabang. Kita adalah bunga dari satu kebun. Kita adalah bintang dari satu langit. Kita adalah cahaya dari satu mentari. Kita adalah jari dari satu tangan. Kita adalah anggota dari satu keluarga. Dunia adalah satu keluarga. Bumi adalah satu negeri. (Sri Dhammananda 86) Jika saja pikiran kasih sayang ini kita kembangkan setiap harinya, tentu saja segala pemikiran maupun pandangan yang berbeda dari orang lain tidak akan mengganggu dan membuat kita merasa tidak nyaman jika bersama dengan orang tersebut. Takkan ada ruang lagi bagi sang Ego untuk berkeliaran dan datang mengusik. Dengan begitu sekat-sekat dalam hubungan pertemanan secara otomatis akan mulai hancur satu persatu, karena kita merasa satu dengan mereka. Inilah keadaan yang disebut sebagai salah satu dari berkah yang sesungguhnya. Daftar pustaka: Dhammananda, Sri. “Be Happy – Mengatasi Takut dan Cemas Dari Akarnya dan Berbahagia Dalam Segala Situasi”, Yayasan Penerbit Karaniya: 2004

edisi 9

45

jataka

Katthahari Jataka

“akulah anakmu...” Kisah ini di ceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, yaitu kisah tentang Vasabha-Khattiya (yang dapat di baca pada Buku XII dalam Bhaddasala Jataka). Alkisah, Vasabha adalah putri dari Mahanama Sakka dengan seorang budak perempuan bernama Nagamunda. Vasabha kemudian menjadi permaisuri dari Raja Kosala. Vasabha melahirkan seorang anak laki-laki; namun Raja Kosala setelah mengetahui asalusulnya, menurunkan statusnya dari seorang permaisuri serta menurunkan status anaknya, Vidudabha. Ibu dan anak tersebut tidak diizinkan untuk keluar istana. Mendengar hal ini, Sang Guru mengunjungi istana pada dini

46

edisi 9

hari disertai lima ratus bhikkhu. Setelah menempati tempat duduk yang sudah disiapkan untuk Beliau, Sang Buddha bertanya, “Raja, dimanakah Vasabha-Khattiya?” Kemudian Raja Kosala menceritakan apa yang telah terjadi. “Raja, putri siapakah VasabhaKhattiya?” “Putri dari Mahanama, Bhante.” “Dan kepada siapakah ia menjadi seorang istri ?” “Kepadaku, Bhante.” “Raja, Vasabha adalah putri seorang raja; kepada seorang raja ia menikah; dan kepada seorang raja pulalah ia melahirkan seorang putra. Dengan demikian, bukankah anak tersebut memiliki hak terhadap kerajaan di mana ayahnya berkuasa? Pada zaman

dahulu, seorang raja yang memiliki putra dengan seorang yang mempunyai ketidak jelasan status secara kebetulan akhirnya menyerahkan kedaulatan kepada putranya. Raja Kosala memohon Yang Terberkahi untuk menjelaskan hal ini. Yang Terberkahi membabarkan dengan jelas apa yang tidak diketahui oleh Sang Raja oleh karena Kelahiran Kembali.” Suatu ketika di Benares, Raja Brahmadatta, melakukan perjalanan di dalam negaranya untuk menyenangkan hatinya, sedang berjalan-jalan mencari buah-buahan dan bunga ketika Beliau secara tak sengaja bertemu seorang gadis yang bernyanyi dengan ceria sambil memunguti ranting-ranting pohon dari dalam belukar. Merasa jatuh cinta pada pandangan pertama, Raja

jataka menjadi sangat akrab dengan si gadis, dan tak lama kemudian si gadis mengandung Sang Bodhisatta. Merasa tubuhnya semakin berat dan perutnya membesar, si gadis tahu bahwa dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang ibu, dan ia memberitahukan hal ini kepada Raja. Raja memberi sebuah cincin bertanda dari jarinya dan mengusir si gadis. Sebelumnya Raja berkata, “Jika yang lahir seorang perempuan, jual cincin ini untuk memeliharanya; namun jika yang lahir laki-laki, bawalah cincin dan anakmu kepadaku.” Ketika tiba saatnya melahirkan, gadis itu melahirkan Sang Bodhisatta. Beranjak dewasa, saat Boddhisatta sedang berlarilarian dan bermain di halaman, meledaklah suara tangisan seorang anak, “Aku sudah tidak punya ayah!” Mendengar hal ini, Sang Bodhisatta berlari menemui ibunya dan menanyakan siapa ayahnya. “Engkau adalah anak dari Raja Benares, anakku.” “Apakah ada buktinya, Ibu?” “Anakku, saat Raja meninggalkan Ibu, Beliau memberi Ibu cincin bertanda ini dan berkata, ‘Jika yang lahir seorang perempuan, jual cincin ini untuk memeliharanya; namun jika yang lahir laki-laki, bawalah cincin dan anakmu kepadaku.’ ” “Lalu mengapa Ibu tidak membawa ku menemui ayah ku?” Melihat tekad si anak sudah bulat, ia membawa anaknya menuju gerbang istana dan meminta agar dipertemukan dengan Raja. Setelah di panggil, ia menghadap dan berlutut di

depan Raja sambil berkata, “Ini adalah anakmu, Tuanku.” Raja mengetahui bahwa wanita di hadapannya berkata yang sebenarnya, namun Raja merasa malu untuk mengakuinya di hadapan bawahannya. Beliau menjawab, “Dia bukanlah anakku.” “Namun ini adalah cincin bertanda pemberian Tuanku; Tuanku pasti mengenalinya.” “Ini pun bukan cincinku,” jawab Raja. Kemudian wanita itu berkata, “Tuanku, sekarang hamba tidak punya saksi untuk membuktikan katakata hamba, namun Hamba menuntut kebenaran. Karenanya, bila Tuanku memang ayah dari anakku, biarlah ia boleh terbang di udara; namun bila tidak, biarlah ia jatuh dan mati.” Selesai berkata, ia mengangkat Sang Bodhisatta dan melemparkannya tinggi ke udara. Dengan duduk bersila di udara, Sang Bodhisatta, dengan nada yang lembut, mengucapkan syair berikut kepada ayahnya, menyatakan kebenaran: Akulah anakmu, Raja yang agung; rawatlah aku, Tuanku! Raja merawat banyak banyak orang, tetapi hendaknya lebih banyak memperhatikan anaknya sendiri. Mendengar Sang Bodhisatta mengajarkan kebenaran sambil melayang di udara, Raja merentangkan kedua tangannya dan terisak “Datanglah kemari, anakku! Tak ada seorangpun kecuali aku yang akan merawat dan memeliharamu!” Ribuan lengan terentang hendak memeluk Sang Bodhisatta; namun hanya ke pelukan Rajalah

Sang Bodhisatta melayang turun dan duduk di pangkuannya. Raja mengangkatnya sebagai putra mahkota, dan ibunya dijadikan permaisuri kerajaan. Ketika Raja mangkat, Beliau naik tahta dengan gelar Raja Katthavahana –pembawa seikat kayu bakar-, dan setelah memerintah kerajaannya dengan bijaksana, Beliau wafat melanjutkan kehidupan sesuai dengan perbuatan yang telah di lakukan. Ajaran Sang Buddha kepada Raja Kosala berakhir, dan dua buah kisah diceritakan. Kemudian Sang Buddha menjelaskan hubungan kedua kisah tersebut, dan menjelaskan kelahiran-kelahiran kembali tersebut: - “Mahamaya adalah si ibu pada saat itu, Raja Suddhodana adalah si ayah, dan Aku sendiri adalah Raja Katthavahana.”

edisi 9

47

jejakagung

Yang Ariya Soni Theri

“Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi malas dan tidak bersemangat, maka sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang berjuang penuh dengan semangat.” 48

edisi 9

Sona adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai sepuluh orang anak. Beliau merawat, mengasuh, membesarkan, mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Seluruh hidupnya di curahkan hanya untuk anakanaknya, oleh karena itu ia dikenal sebagai Sona “Si Banyak Anak”. Sona mempunyai 10 orang anak yang dirawat dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang. Suami Sona adalah pengikut Sang Buddha, ia belajar banyak mengenai kehidupan. Setelah beberapa tahun menjadi kepala rumah tangga, suami Sona memutuskan untuk terbebas dari belenggu kehidupan dengan cara menjalani kehidupan suci. Dengan persetujuan Sona sebagai istrinya, suami Sona meninggalkan keluarganya, menjalani kehidupan suci dan ditahbiskan (upasampada) sebagai bhikkhu. Sona menjadi orang tua tunggal yang menghidupi dan merawat kesepuluh anak-anaknya itu dengan susah payah. Waktu berlalu, Sona telah tua, dan anak-anaknya telah berkeluarga. Sona banyak menghabiskan waktunya pada kegiatan-kegiatan keagamaan. Walaupun demikian Sona yang telah

jejakagung tua, merasa takut dan cemas menghadapi hari tuanya. Sona merasa ia hanya menjadi beban bagi keluarga anakanaknya saja. Sona takut akan kesepian, ditinggalkan oleh anak-anaknya. Sona akhirnya memutuskan untuk memasuki kehidupan suci menjadi bhikkhuni. “Aku sekarang sudah tua, sudah tidak seperti dulu lagi, akankah anakanakku menyokongku…. memperhatikanku… merawatku....ketika sakit, seperti aku merawat mereka, bagaimanakah aku nanti…?” Sona menyadari kenyataan bahwa ia tidak dapat menggantungkan hidupnya kepada anak-anaknya, tapi harus bergantung kepada diri sendiri. Pemikiran ini, membuat Sona memutuskan untuk mengikuti jalan hidup suaminya, yaitu menjalani kehidupan suci dan menjadi anggota Sangha Bhikkhuni, sehingga ia dapat mengembangkan cinta kasih dan sifat-sifat kebajikan. Saat memasuki Sangha Bhikkhuni, Sona yang sudah lanjut usia itu membawa kebiasaan-kebiasaannya sendiri, ia harus menghadapi hal-hal baru yang tidak pernah dilakukannya, sehingga sering mendapat kritik dan saran dari para bhikkhuni lainnya yang lebih muda, namun memiliki vassa yang lebih banyak. Sona menyadari

bahwa tidak mudah untuk mencapai pencerahan, harus berlatih dengan giat dan penuh semangat. Dengan usianya yang telah lanjut, Sona merasa tidak banyak waktu lagi untuk berlatih sebelum meninggalkan dunia ini. Oleh karena itu, Sona berlatih meditasi dengan giat. Setiap malam ia habiskan waktunya untuk bermeditasi dengan sikap duduk dan sikap berjalan, dan Sona hanya tidur sebentar. Dalam kegelapan malam, Sona berlatih meditasi jalan sambil memegang pilar demi pilar vihara, berjaga-jaga agar tidak tersandung benda. Dengan usahanya yang giat, tanpa mengenal lelah,

ia sendirian di dalam ruangan vihara, dimana para bhikkhuni lainnya sedang keluar, Sona mencapai tingkat kesucian Arahat. Dia menggambarkan dalam kata-katanya sendiri terdapat dalam Apadana : “Pada saat para bhikkhuni lainnya meninggalkanku sendiri di vihara Mereka telah memberikanku instruksi Merebus seketel air Mengambil air Menuangkannya ke dalam ketel Menaruh ketel di atas kompor dan duduk Kemudian pikiranku menggubah Aku melihat bahwa sesuatu tidak kekal Aku melihat sesuatu sebagai penderitaan dan tidak berinti Melepaskan segala segala kekotoran batin Di sana aku mencapai Arahat” (Ap.ii, 3:6, vv.23436)

edisi 9

49

Ilustrasi oleh: Yela

Pada suatu hari,di saat hujan...

GURUUU....tolong saya! Bisakah Guru mengantar saya ke depan?

Saya berada dibawah hujan,kamu berada di bawah atap. Dibawah atap tidak ada hujan, mengapa kamu butuh bantuan saya?

hmmm..dengan begini,guru pasti membantu saya

50

edisi 9

koanzen Nah...Guru, sekarang saya sudah berada dalam hujan. Apakah Guru bisa membantu saya sekarang?

Saya berada dalam hujan,kamu juga. Saya tidak kehujanan karena ada payung,tapi kamu kehujanan karena tidak ada payung. Maka kamu tidak bisa meminta bantuan saya karena saya sendiri dibantu payung. Kalau kamu mau dibantu, carilah payungmu sendiri...

Sebenarnya jarang sekali ada orang yang membawa dua payung dalam perjalanannya. Maka pastikan Anda menyiapkan payung sebelum hujan. Anda tidak perlu kehujanan untuk menyadari pentingnya payung. Bila kita memiliki payung pada saat hujan, kita tidak akan basah karena hujan...

edisi 9

51

inspirasi

Blind Cafe

‘Buta Mata Bukan Berarti Buta Hati’ Pernahkah kita membayangkan bagaimana rasanya menjadi buta? Pernahkah kita membayangkan apa yang bisa kita lakukan jikalau kita tidak lagi memiliki penglihatan yang sudah menemani kita selama bertahuntahun masa hidup kita? Pernahkah terpikirkan bagaimana rasanya Anda melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berjalan, berinteraksi dengan teman atau keluarga jikalau Anda tidak bisa melihat? Jikalau kita seandainya mengalami buta untuk beberapa saat, apakah yang akan ada di benak kita saat itu? Mungkin dengan begitu kita akan mulai menghargai orang-orang yang mempunyai kekurangan, menghargai mereka yang tidak bisa melihat, dan mulai menghargai semua fungsi tubuh kita termasuk mata yang sudah berjasa besar dalam hidup kita? Berterima kasihlah saya pada satu tempat yang ada di Bandung yang bernama ‘Blind Café’. Tempat inilah yang mengajarkan saya bagaimana rasanya menjadi buta dan menghargai mereka yang buta...

52

edisi 9

Blind Café (rumah makan buta) bukan hanya sekedar nama saja, tetapi tempat makan ini memang dirancang khusus agar Anda tidak bisa melihat di kegelapan dan benar-benar seperti orang buta – tidak bisa melihat ketika Anda sedang makan. Tempatnya tidak terlalu besar dan gedungnya bernuansa cat hitam putih. Jika Anda sampai di depannya Anda akan melihat pintu kaca tembus pandang yang telah dipenuhi oleh coretancoretan testimony dari para pelanggannya yang pernah berkunjung ke tempat ini. Sesampainya di depan kasir, saya berserta dua orang sahabat dimintai untuk memilih menu. Makanan yang disajikan di sini cukup bervariatif dan kebanyakan dari menu yang ditawarkan adalah berupa makanan western seperti fried cheese potato (kentang goreng keju), fried sausages (sosis goreng) dll. Tapi ada pula makanan khas Indonesia seperti macammacam nasi goreng, dari nasi goreng petai sampai nasi goreng seafood. Untuk harganya lumayan tidak terlalu menguras kantong, apalagi di sini tersedia paket hemat senilai Rp. 30.000,rupiah dengan tiga pilihan

inspirasi menu berupa makanan dan minuman. Karena jenis makanan dan minuman pada paket hemat ini lumayan ringan saya dan sahabat pun memesannya agar tak repot saat makan di kegelapan nanti (hahahaha). Menu paket hemat yang saya pesan adalah Omelet, Potato Cheese dan 1 botol air mineral, sayangnya saya lupa mengambil foto makanan tersebut sebelum dan sesudah dihidangkan.

menuju ruang makan, yang tersisa di kantong saya saat itu hanyalah sebuah kunci loker beserta uang di dalam saku (jaga-jaga takut semua barang hilang dan saya akhirnya tak bisa pulang ke Tangerang wkwkwkw).

Untuk naik ke ruangan makan kami dipandu oleh seorang waiter (pelayan) tunanetra yang sudah buta sejak lahir, namanya mas Mikam. Untuk mulai berjalan, Sahabat saya diminta untuk Setelah memilih menu saya memegang pundaknya diajak ke sebuah tangga dan saya mengikutinya menuju ke lantai dua, tetapi dari belakang. Sedikit demi sebelum ke ruangan makan sedikit lama-lama keadaan kita diwajibkan untuk ruangan semakin remang dan menyimpan barang-barang akhirnya setelah melewati bawaan kita (termasuk HP) sebuah tirai hitam, ruangan ke dalam loker yang sudah itu menjadi benar-benar disediakan tepat di depan dekat pintu masuk kafe. Selesai gelap. Saya berusaha untuk menutup mata, berharap menyimpan semua barangsetelah membuka mata nanti barang, saya pun bergegas

Sesekali saya menyentuh atau meraba sesuatu, pikiran saya dengan cepat membayangkan bentuk dan warna dari benda-benda tersebut. Ternyata fenomena ini dirasakan pula oleh kedua orang sahabat saya dan mungkin hal ini juga yang dialami bagi mereka yang buta sejak lahir, hanya saja mereka tidak akan membayangkan warna dari benda tersebut karena mereka memang belum pernah mengenal konsep warna, mata saya akan mampu menyesuaikan terhadap ruangan. Tetapi ternyata tak ada sedikit pun cahaya yang bisa ditangkap oleh mata saya. Keadaan benar-benar gelap dan saya benar-benar menjadi seperti orang buta. Walaupun berjalan diurutan paling belakang, saya tak henti-hentinya meraba-raba keadaan sekitar, karena benar saja saya hampir menabrak sesuatu di sebelah kiri jalan. Pada saat saya melakukan hal ini berulang-ulang, saya merasakan fenomena yang jarang sekali saya perhatikan. Sesekali saya menyentuh atau meraba sesuatu,

Blind Cafe, counter pemesanan makanan edisi 9

53

inspirasi pikiran saya dengan cepat membayangkan bentuk dan warna dari benda-benda tersebut. Ternyata fenomena ini dirasakan pula oleh kedua orang sahabat saya dan mungkin hal ini juga yang dialami bagi mereka yang buta sejak lahir, hanya saja mereka tidak akan membayangkan warna dari

yang tak henti-hentinya meraba-raba setiap apa saja yang ada di sekitar, membayangkan kalau meja itu berbentuk persegi panjang dan terbuat dari kayu yang dicat hitam. Lalu saya pun membayangkan bentuk dari sofa panjang yang saya duduki seorang diri, beserta dinding di sebelah kanan saya yang

Pelanggan bisa menuliskan testimonynya pada kaca di sekeliling cafe.

benda tersebut karena me reka memang belum pernah mengenal konsep warna, (kecuali hitam ). Akan tetapi saya salut sekali dengan mereka, khususnya oleh mas Mikam yang memiliki insting serta ingatan yang tajam. Sampailah kami akhirnya di sebuah meja makan. Saya 54

edisi 9

terbuat dari kayu. Sepertinya semua peralatan di sana memang dibuat dan dirancang khusus dengan menggunakan material yang tepat untuk keselamatan pengunjung, seperti meja, tembok yang terbuat dari kayu (semacam papan tapi tidak tipis) dan sofa yang empuk jika diduduki.

Di ruangan itu tak terdengar satu pun suara dari pengunjung lain, menandakan kalau hanya ada kami bertiga di sana, ditambah oleh mas Mikam yang bersedia menemani kami selama menunggu pesanan datang. Tak ada satu pun objek visual yang dapat saya nikmati, hanya suara-suara saja yang bisa saya dengar, dan gambarangambaran di pikiran saya yang membayangkan wajah dari orang yang sedang berbicara. Tak lama sebelum hidangan datang, mas Mikam menawarkan saya apakah ingin memakai garpu untuk memotong Omelet. Tadinya saya berpikir bagaimana pula caranya menggunakan alatalat itu dalam keadaan gelap. Tetapi karena penasaran ingin mencoba, diberikanlah garpu dan pisau itu oleh mas Mikam ke tangan saya. Sesekali mas Mikam yang umurnya 32 tahun ini berjalan ke sana – ke sini mengantarkan sesuatu yang kami inginkan, entah itu tissue ataukah sambal saus yang saya minta untuk dituangkan ke atas Omelet saya. Saya tidak tahu pastinya di mana mas Mikam menuangkan sambal saus itu, karena berkali-kali saya mencoba memotong dan memakan Omelet tersebut, tak banyak sambal saus yang dapat saya rasakan, sampai akhirnya saya berusaha sendiri untuk menuangkan sambal

inspirasi Tetapi mereka yang buta tidak menjadikan dirinya terpuruk dan merasa kekurangan, tetapi melatih diri mereka dari apa yang tidak dipunyai oleh mereka yang bisa melihat. Mereka melatih merasakan, tidak hanya merasakan dengan sentuhan, tetapi juga merasakan dengan hati, dan bagaimana cara mempertahankan hidup di dalam kegelapan…

saus itu ke dalam piring, tapi harus dengan teknik khusus pastinya (hehehe). Tetapi saya sungguh tidak tahu sebanyak apakah sambal saus yang sudah saya tuang di piring itu. Sesekali saya meminum air mineral di dalam botol plastik yang sengaja saya rapatkan di pojok dinding agar saya dapat dengan mudah mengambilnya. Tetapi bagi sahabat saya yang memesan Lemon Tea di dalam gelas, ia harus berhati-hati mengambil gelasnya. Karena bisa saja gelasnya tersenggol, jatuh dan pecah. Kejadian semacam itu adalah hal yang biasa kata mas Mikam, dan Ayah dari satu anak itu bilang

pengunjung Blind Café tak usah khawatir jikalau gelas atau piringnya pecah (sebenarnya bukan khawatir karena pecah, tapi khawatir akan ganti rugi jikalau pecah hahaha). Omelet pun akhirnya habis di piring saya. Setelah berhasil bertarung dengan Omelet menggunakan pisau dan garpu, inilah saatnya bagi saya untuk makan kentang goreng yang masih tersisa di piring dengan jurus meraba-raba (diobokobok hahaha…) Acara makan sore saya saat itu benar-benar merupakan pengalaman yang menakjubkan, bukan hanya rasa makanan yang saya rasakan tetapi juga rasa syukur akan kehidupan yang selama ini saya jalani. Banyak hal yang saya lupakan dan lewatkan selama melakukan kegiatan rutinitas seharihari, banyak juga hal yang

saya tidak perhatikan selama menjalani hidup di dunia terang, dunia yang dipenuhi oleh warna-warni keindahan duniawi yang tidak mampu dilihat oleh mereka yang buta. Tetapi mereka yang buta tidak menjadikan dirinya terpuruk dan merasa kekurangan, tetapi melatih diri mereka dari apa yang tidak dipunyai oleh mereka yang bisa melihat. Mereka melatih merasakan, tidak hanya merasakan dengan sentuhan, tetapi juga merasakan dengan hati, dan bagaimana cara mempertahankan hidup di dalam kegelapan… Dunia gelap yang penuh dengan misteri di pikiran semua orang yang belum pernah menjadi buta. By: Selfy Parkit Blind Café, 15 Februari 2010.

Ruang Tunggu Blind Cafe yang tempatnya berseberangan dengan Counter pemesanan makanan

edisi 9

55

meditasi

Kenapa Harus Meditasi? Biasanya kita mau melaksanakan sesuatu karena ingin mendapatkan manfaat dan tujuan dari tindakan tersebut, atau karena keterdesakkan hingga kita melakukannya. Mungkin juga kita sendiri pencipta manfaat dan tujuan yang baru.

B

egitu pula dengan meditasi, biasanya seseorang mempunyai alasan tersendiri kenapa dia mau bermeditasi atau kenapa dia tidak mau mencoba meditasi. Sering kali orang mengeluh sebelum ia mencoba! Dengan alasan yang dijadikan tameng untuk membenarkan keluhannya seperti: sakit kaki, pegal-pegal, tidak sempat/sibuk, lain kali saja…atau cuma buang-buang waktu! Ada pula sekarang bermeditasi punya harapan tertentu seperti ingin kesaktian, mampu meramal, bisa jalan di atas air/

56

edisi 9

terbang, ingin melihat makhluk dewa, awet muda/cantik, kesehatan, dll. Memang ada tempat meditasi yang mempromosikan sedemikian rupa, untuk menarik minat meditator baru, guna mendapat manfaat dan tujuan dari meditasinya. Hebatnya tempat-tempat seperti itu lebih ramai dikunjungi daripada di meditasi center/vihara. Apakah benar dia telah mendapat manfaat dan tujuan yang dijanjikan? Semua hanya konsep di kepalanya bahwa dia sudah menciptakan segalanya.

Dengan melaksanakan Dhamma 3¹ kita akan mengetahui apa manfaat meditasi sebenarnya dari Buddha, Guru Agung kita Meditasi bukanlah untuk menciptakan kekosongan pikiran tapi menyadarkan pikiran. Menyadarkan pikiran dari segala kebodohan, kekotoran batin, dan bisa melihat hidup dengan sewajar-wajarnya sebagai apa adanya. Maka Buddha menasehati kita “Sadarlah”, karena kehidupan kita semenjak kecil terus dalam bayang-bayang ilusi, khayalan, bentuk pikiran yang terus tercipta hingga sekarang. Bahkan kita tak menyadari bahwa kita adalah manusia. Setiap hari kita melakukan banyak aktifitas mulai dari bangun tidur, mandi, makan, kerja, bahkan sedang bercermin. Sadarkah apa yang telah kita lakukan?

meditasi

Meditasi bukanlah untuk menciptakan kekosongan pikiran tapi menyadarkan pikiran. Menyadarkan pikiran dari segala kebodohan, kekotoran batin, dan bisa melihat hidup dengan sewajar-wajarnya sebagai apa adanya. Kita adalah manusia beruntung yang dilahirkan saat Buddha Sasana masih ada, tapi bisakah kita mengambil manfaat dari sekian banyak pilihan dari hidup. Dengan meditasi Vipassana, kita bisa mengambil manfaat kehidupan yang tersadar sebagai manusia. Karena meditasi ini mengamati batin dan jasmani, hingga mengerti corak Anicca, Dukkha, dan Anatta. Yang selalu berubah-rubah, penderitaan dan tanpa aku yang kekal. Selama ini kita hanya memperhatikan segala hal di dunia yang di luar diri kita, dan menjanjikan kebahagiaan nafsu duniawi yang harus dikejar, entah kapan berakhir hingga terpuaskan. Sebenarnya semua itupun akan berlalu, dia datang dan pergi,

timbul dan lenyap tiap saat. Janganlah kita tercengkeram oleh karenanya. Bisakah kita memahami itu? Ya..hanya dengan meditasi!..yang akan menghapus khayalan, kepalsuan, kekeliruan dari anggapan sesuatu yang tidak cantik sebagai cantik, derita sebagai bahagia, tidak kekal sebagai kekal dan tanpa aku sebagai aku. Karena selama ini pandangan kita seperti seekor kuda yang memakai kacamata hijau, sehingga jerami kering terlihat seperti rumput hijau. Begitu pula dalam kehidupan, kita menganggap nafsu duniawi sebagai kebahagiaan sejati. Kita selama ini terus tertipu seperti kuda bila tidak segera tersadar. Di buku Abhidhammatthasangaha, ada beberapa manfaat Satipatthana². Mensucikan makhluk, membebaskan makhluk dari kesedihan dan kegelisahan, membebaskan makhluk dari keluh kesah, membebaskan makhluk dari penderitaan batin dan jasmani, merealisasi magga dan phala, dan mencapai Nibbana. Tapi ada pula manfaat luar biasa dari meditasi adalah bisa mengurangi jumlah kelahiran dimasa akan datang, melenyapkan dukkha dan mencapai Nibbana³.

intruksi yang diberikan oleh Mahasi Sayadaw, maka sama dengan 3600 detik pengamatan konsentrasi di pastikan yogi telah mengeliminasi 3600 kesempatan kehidupan yang akan datang. Sehingga siklus jumlah kehidupan dapat di persingkat(4)… Oleh karena itu, marilah kita sebagai umat Buddha melaksanakan salah satu ajaran mulia dari Guru Agung kita, yaitu bermeditasi. Note: 1. Pariyati Dhamma, Patipati Dhamma, Pativedha Dhamma Kamus umum Buddha Dharma, penyusun: Panjika 2. Abhidhammatthasangaha, penyusun: Pandit J. Kaharuddin 3. Arahatta Magga dan Arahatta Phala, kumpulan ceramah YM.Acariya Maha Boowa. 4. Dharma Discourts on Vipassana Meditation, Sayadaw Ashin Kundalabhivamsa.

Jika seorang meditator bermeditasi duduk selama 1 jam dan melakukan penuh perhatian gerakan kembung dan kempisnya rongga perut sesuai dengan edisi 9

57

vihara&kelenteng

Didirikan oleh Bhante Viriyanadi Mahathera (Presidium SAGIN) sekitar tahun 1989, Vihara ini memiliki Patung Buddha tidur terbesar di Asia Tenggara. Sesuatu yang khas yang membedakan vihara ini dengan vihara yang ada di luar negeri yaitu pada arsitek Jawa yang terlihat kental di setiap bangunannya.

M

aha Vihara Mojopahit di desa Bejijong Triwulon – Mojokerto Jawa Timur, merupakan Buddhist Center yang berada di atas bayang-bayang ke-prabu-an Mojopahit tempo dulu. Berdiri di atas area seluas 20.000 M2 dalam lingkungan para pengrajin kuningan dan seniman pahat batu (pematung), dengan bangunan bercorak khas Jawa,

58

edisi 9

beratap Joglo, dinding relief batu pahat, rupang dari batu pahat di tiga altar pemujaan, untuk mazhab Hinayana, Mahayana dan Tantrayana (Buddha Sakyamuni, Avalokitesvara Kwan Se Im Posat, Dewi Tara) di dalam satu bhaktisala. Di belakang bhaktisala juga ada altar Maha Brahma/ She Mien Fuk,

dimana setiap bulan November diadakan peringatan ulang tahun Maha Brahma/ She Mien Fuk. Di dalam area Maha Vihara juga berdiri sebuah rupang sleeping Buddha yang monumental, merupakan yang terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia setelah Thailand dan Nepal. Dengan ukuran panjang 22 m, lebar 6 m dan tinggi 4,5 m, rupang ini telah mendapatkan penghargaan dari MURI (museum rekor Indonesia). Di bawah rupang terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan Buddha Gotama, hukum karma phala dan hukum tumimbal

vihara&kelenteng

lahir. Sebuah kolam yang indah mengelilingi rupang yang megah ini. Juga terdapat bangunan perpustakaan dengan koleksi berbagai kitab dalam bahasa sansekerta/ India/ Tibet/ Pali/ Mandarin/ Inggris dan Indonesia, ruang kelas aula pertemuan, ruang makan dan penginapan yang dapat menampung kurang lebih 200 tamu.

sering menggunakan fasilitas di sini. sini

Maha Vihara Mojopahit merupakan salah satu tempat pelatihan Samanera, tempat ini juga sering dipergunakan untuk retreat dan latihan meditasi, bukan hanya dari kalangan Buddhis saja, tetapi juga banyak yang dari kalangan pondok pesantren, sekolah tinggi agama Islam, Kristen dan Katolik juga

Maha Vihara Mojopahit, dikelola oleh yayasan Lumbini, alamat : Jl. Candi Brahu, desa Bejijong, kec. Trowulon, Mojokerto, Jawa Timur. Telp. 0321-495533. dari Surabaya kea rah M. Jombang kurang lebih 50 KM. seberang Museum Purbakala Trowulon.

a

n raksas

erukura

Patung

Tidur b Buddha

edisi 9

59

buddhismancanegara

ng

akstsha Vihara T

Bhutan merupakan negara yang terletak di Asia bagian selatan. Sebagai salah satu negara Buddhis yang sangat terkenal akan keaslian alamnya tak kalah dari Indonesia, Bhutan dikenal juga sebagai negara “NAGA GUNTUR” atau “Druk Yul”.

BHUTAN

Buddhisme yang Membawa Kemakmuran dan Kedamaian

60

edisi 9

buddhismancanegara buddha-tibet. Bhutan juga terletak di sebelah timur Himalaya, sehingga selain alamnya yang natural, tradisi dalam negeri ini masih cukup kental. Bhutan juga memiliki pakaian tradisional yang dipakai dalam keseharian mereka seperti kebaya dalam keseharian di Indonesia.

Pakaian tradisional Bhutan

B

hutan sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “dataran tinggi”. Negara kecil yang memiliki tingkat kedamaian yang tinggi, panorama yang eksotik dan keindahan hutan yang belum terjamah ini, menjadi suatu fenomena yang pernah diangkat salah satu majalah ternama dunia. Banyak hewan langka seperti bangau leher merah dan fauna dan flora lainnya yang dilindungi pemerintah setempat dan organisasi dunia. Bhutan juga disebut Sangrila terakhir bagi para wisatawan yang pernah mengunjunginya. Ajaran Buddha masuk ke dalam negara Bhutan pada abad ke 8 Masehi. Karena kondisi geografisnya, banyak kuil Buddha yang berada di dataran tinggi. Salah satu kuil yang terkenal adalah kuil Taktsang yang terletak 2.300 kaki dari lembah Paro. Kuil ini terkenal karena pondasi arsitekturnya, dan merupakan simbol Bhutan yang harus dikunjungi. Berbeda dengan Thailand yang juga merupakan negara buddhis, Bhutan memakai agama Buddha dalam politik negaranya. Tak heran

Bhutan juga memiliki pangeran yang tak kalah ganteng dari Pince Harry dan Prince William dari Inggris lho..Putra Mahkota Bhutan bernama Jigme Khesar Namgyel tingkat kepuasan penduduknya penduduknya, Wangchuck. Masih single, rendah kedamaian dan kemakmuran bisa hati, menawan, kharismatik, dan terjadi di negara kecil ini. Mungkin banyak yang tidak mengira kenapa selalu memakai pakaian tradisional tingkat kemakmuran rakyat Bhutan negaranya, sering berdana, dan mengutamakan aspek teknologi tinggi. Kita berpikir mungkin negaranya karena Bhutan belum Amerika yang paling makmur? semodern Indonesia. Hal ini ia Atau Eropa? Atau negara-negara lakukan untuk memajukan edukasi maju lainnya. Memang, secara bagi rakyatnya,,,,,(pasti temanglobal Amerika dan Eropa adalah teman tambah bingung deh benua yang terdiri dari negarakkenapa negara an negara maju, tetapi kepuasan yyang mungkin n penduduk, kedamaian, dan masih kurang di m kemakmuran rakyatnya bidang teknologi b kurang terjamin, kalah d dari Indonesia dengan Bhutan. Tingkat ini bisa menjadi i n kriminalitas di Amerika dan ssalah satu negara Eropa jauh lebih tinggi. ttermakmur??? Kunjungi saja K Jadi Anda boleh negaranya kalau n membayangkan pe penasaran...... an Putra Mahkota Bhutan p kemakmuran dan kedamaian bu b buruan!!! karena negara buddhis dengan masuk ke negara visa untuk masu memakai “gambaran” Bhutan. tan. Lituania adalah salah satu negara di ini snagat terbatas lho tiap tahunnya. Pemerintah bhutan eropa yang bukan negara Buddhis membatasi jumlah visa per yang dapat menyaingi Bhutan tahunnya jadi untuk masuk karena kemakmuran negaranya, Bhutan minimal booking 6 bulan keamanannya, penduduknya sebelumnya^^). Pangeran yang sedikit dan jaminan warga Bhutan juga sering mengunjungi negara yang tidak kalah dari negara Thailand dan mengunjungi negara-negara di Eropa lainnya. Luangta Mahaboa lho^^. Bhutan menganut Buddha (sp_rie) aliran mahayana, oleh karena itu, terkadang Bhutan disebut edisi 9

61

cermin

L AH ILMUWAN A D A IS H D D U B T A UM ATORIUMNYA R O B A L H A L A D A DAN PIKIRAN oleh: [email protected]

Judul di atas sangat tepat diberikan kepada umat Buddha. Bagaimana tidak, umat Buddha dianjurkan oleh penemu ajarannya untuk tidak menelan mentah-mentah ajaranajaran yang diberikan oleh sang penemu ajarannya yaitu Buddha Gautama. Buddha Gautama menganjurkan umatnya untuk meneliti dan memeriksa kembali setiap ajaran-ajaran yang diterima dari para pemimpin agamanya, hal ini sangat berguna untuk umat itu sendiri, karena dengan meneliti dan memeriksa kembali maka pengertian/pemahaman yang didapat akan lebih jelas. Metode ini serupa dengan metode yang digunakan oleh para ilmuwan.

P

ara ilmuwan melakukan penelitian berulang-ulang dari masing-masing aspek yang harus diteliti terhadap suatu fenomena yang terjadi. Hal ini memang melelahkan namun tujuan dari meneliti dan memeriksa kembali adalah untuk memastikan dengan benar apa yang sedang terjadi, bukan hanya berdasarkan atas dugaan, rasa kepercayaan, atau perasaan belaka. Siapa yang mau meminum obat yang belum pernah diteliti? Terkadang kita sebagai manusia hanya mampu melihat sebatas apa yang ingin kita lihat. Bagaikan pemuda yang sedang kasmaran, ketika sedang jatuh cinta perasaan terasa indah, siapa yang tidak suka dengan perasaan yang indah tersebut. Setiap orang menyukai indahnya perasaan tersebut, setiap orang “ingin” memiliki perasaan yang indah tersebut bersama pasangannya untuk selama-lamanya. Rasa “ingin” ini lah yang membuat kita sulit melihat siapa pasangan kita yang sebenarnya. Rasa “ingin” ini

64

edisi 9

cermin lah yang membuat pasangan kita tampak baik dan sempurna di mata kita. Rasa “ingin” ini lah yang membuat mata menjadi terbatas dalam melihat, karena rasa “ingin” ini membuat mata hanya mampu melihat sebatas apa yang “ingin” kita lihat di dalam diri sang kekasih dengan suatu harapan agar perasaan indah tersebut dapat terjaga dan terpelihara sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dengan kata lain seseorang yang sedang kasmaran secara tidak sadar menyangkal kenyataankenyataan pahit yang ada demi utuhnya kebahagiaan yang sedang dirasakan. Hal seperti itu yang dihindari oleh umat Buddhis dalam berpikir, sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh penemu ajarannya, bahwa umatnya dianjurkan untuk meneliti dan memeriksa kembali setiap apa yang diterima agar segala sesuatu yang diterima terbebas dari dugaan, rasa kepercayaan dan perasaan belaka, sehingga apa yang diterima menjadi sangat bermanfaat dan baik. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang ada di agama lain, yang lebih mengutamakan keyakinan dan kepercayaan belaka tanpa mengutamakan pikiran sebagai sebuah laboratorium untuk meneliti. Pantas saja ilmuwan Stephen Hawking ditentang oleh banyak tokoh agama dunia karena di dalam salah satu bukunya menyatakan bahwa Yang Maha Esa tidak berperan dalam proses pembentukan alam semesta. Pikiran adalah laboratorium Laboratorium merupakan tempat yang menyediakan peralatan

untuk mengolah, meneliti dan menyimpan apa yang diteliti. Tempat ini dapat mengolah materi menjadi materi lain, meneliti apa yang sedang terjadi, mengapa suatu materi bisa menjadi materi lain dan terakhir dapat menyimpan data hasil materi yang diolah dan diteliti. Fungsi-fungsi tersebut serupa dengan fungsifungsi yang ada di indera keenam manusia yaitu pikiran. Sekarang bayangkanlah suatu pikiran seseorang yang sering diasah dengan memusatkan pikiran dalam kesehariannya. Seiring dengan waktu, pikiran yang terlatih akan membuat fungsi-fungsi pikiran dapat bekerja dengan tajam dan canggih, terlebih lagi jika ketenangan pikiran sudah muncul. Orang tersebut sangat mungkin dapat mengingat kembali pengalamanpengalaman masa kecilnya, atau bahkan pengalaman masa lampaunya. Dengan kemampuan seperti itu, bayangkanlah seberapa banyak kesimpulankesimpulan tentang hidup yang dapat diperoleh, dan berapa banyak pengetahuan yang dapat tergali oleh orang tersebut, jawabannya tak terbatas.

pikiran kita dapat mengingat berbagai macam pengalaman yang dapat mendukung mengapa suatu fenomena bisa terjadi, dan melalui pikiran kita dapat menyimpan berbagai macam kesimpulan yang telah diperoleh. Fungsi-fungsi pikiran tersebut merupakan fungsi pikiran yang paling sederhana yang bisa saya terjemahkan, sedangkan ajaran Buddha Gautama membahas indera keenam manusia tersebut secara terperinci, dimulai dari awal sampai akhir dari akibat pikiran tersebut. Hal ini tidak dapat ditemukan di dalam suatu ajaran yang hanya berlandaskan pada keyakinan dan kepercayaan belaka, karena hal ini hanya dapat terungkap oleh orang-orang yang melakukan pemusatan pikiran bukan pemusatan keyakinan dan kepercayaan belaka. Pantas saja ilmuwan Albert Einstein memuji ajaran Buddha.

Melalui pikiran kita dapat mengolah suatu pengalaman menjadi suatu kesimpulan, melalui

edisi 9

65

renungandhamma

RUANG PERAWATAN ORANG SAKIT Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Vesali di hutan Besar di dalam Dhammasala yang beratap runcing. Pada saat malam itu, Yang Terberkahi keluar dari tempat penyepian-Nya dan pergi menuju keruangan perawatan orang sakit. Setelah itu duduk di tempat duduk yang telah disediakan dan kemudian memberikan khotbah kepada para bhikkhu demikian: “Para Bhikkhu, seorang Bhikkhu sepatutnya menggunakan setiap waktunya dengan memiliki kesadaran penuh dan pemahaman yg jernih. Inilah instruksi Kami kepada kalian.” “Dan bagaimana, para bhikkhu, seorang bhikkhu dikatakan sadar sepenuhnya? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dan merenungkan tubuh sebagai tubuh, dengan tanpa malas, dengan pemahaman jernih, dengan kesadaran, menyingkirkan keserakahan dan kesenagan dalam hal keduniawian. Ia berdiam dan merenungkan perasaan sebagai perasaan...,pikiran sebagai pikiran...,perwujudan sebagai perwujudan..., dengan tekun, dengan pemahaman jernih, dengan dengan kesadaran, menyingkirkan keserakahan dan kesenangan dalam hal keduniawian. Dengan jalan demikian seorang bhikku dikatakan sadar sepenuhnya.”

“Dan bagaimana para bhikkhu, seorang bhikkhu dikatakan berlatih dengan pandangan yang jernih? Disini para bhikkhu, seorang bhikkhu yang bertindak dengan pandangan jernih ketika ia pergi dan kembali, ketika melihat kedepan atau kesamping, ketika mengayunkan lengan, ketika mengenakan jubah dan membawa sanghati dan mangkuk makanannya (patta), ketika makan, minum, mengunyah makanannya dan mengecap, ketika buang air besar dan kecil, ketika berjalan, berdiri, duduk, berbaring, bangun, berbicara dan berdiam diri. Dengan jalan demikian seorang bhikkhu dikatakan berlatih dengan pandangan jernih.” “Seorang bhikkhu sepatutnya menggunakan setiap waktunya dengan memiliki kesadaran penuh dan pemahaman yang jernih. Inilah instruksi kami kepada kalian.”

Oleh: Bhikkhu Ciradhammo Sumber: Kindred Saying 4, 142-143 (Vedana Samyutta, Salayatana Vagga, Samyutta Nikaya)

66

edisi 9

“Para bhikkhu, pada saat seorang bhikkhu berdiam demikian, dengan

kesadaran penuh dan dengan pandangan jernih, tekun, rajin dan teguh, jika didalam dirinya muncul perasaan yang menyenangkan, ia memahaminya; pada saat ini muncul perasaan yang menyenangkan dalam diri saya. Perasaan itu muncul karena ada ketergantungan, bukan tanpa ketergantungan (tiba-tiba). Tergantung pada apa? Tergantung pada tubuh ini juga. Tetapi tubuh ini juga tidaklah kekal, terkondisi, timbul dari saling ketergantungan. Jadi ketika

perasaan menyenangkan yang timbul tergantung pada tubuh yang tidak kekal, terkondisi, yang timbul dari saling ketergantungan ini, Bagaimana mungkin itu dapat dikatakan kekal? Ia berdiam dengan merenungkan ketidak-kekalan dalam

renungandhamma tubuh dan perasaan yang menyenangkan, ia merenungkan dalam ketiadaan, merenungkan semua akan memudar, merenungkan akan berakhir, merenungkan untuk melepaskan. Demikianlah seharusnya ia berdiam, maka kecenderungan pengaruh yang sangat kuat pada tubuh dan suatu perasaan yang menyenangkan akan ditinggalkan olehnya.” “Para bhikkhu, pada saat seorang bhikkhu berdiam demikian, dengan kesadaran penuh dan pandangan jernih, tekun, rajin dan teguh, jika di dalam dirinya muncul perasaan yang tidak menyenangkan, ia memahaminya; pada saat ini muncul perasaan yang tidak menyenangkan dalam diri saya. Perasaan itu muncul karena ada ketergantungan, bukan tanpa ketergantungan (tiba-tiba). Tergantung pada apa? Tergantung tepat pada tubuh ini juga. Tetapi tubuh ini tidaklah kekal, terkondisi, timbul dari saling ketergantungan. Jadi ketika perasaan tidak menyenangkan yang timbul tergantung pada tubuh yang tidak kekal, terkondisi, timbul dari saling ketergantungan ini, Bagaimana mungkin itu dapat dikatakan kekal? Ia berdiam dengan merenungkan ketidakkekalan dalam tubuh dan perasaan yang tidak menyenangkan, ia merenungkan dalam ketiadaan, merenungkan semua akan memudar, merenungkan akan berakhir, merenungkan untuk melepaskan. Demikianlah seharusnya ia berdiam, maka kecenderungan pengaruh yang sangat kuat pada tubuh dan perasaan yang tidak menyenangkan akan ditinggalkan olehnya.” “Para bhikkhu, pada saat seorang bhikkhu berdiam demikian, dengan

kesadaran penuh dan pandangan jernih, tekun, rajin dan teguh, jika didalam dirinya muncul perasaan yang bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan, ia memahaminya; Pada saat ini muncul perasaan yang bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan dalam diri saya. Perasaan itu muncul karena ada ketergantungan, bukan tanpa ketergantungan (tiba-tiba). Tergantung pada apa? Tergantung pada tubuh ini juga. Tetapi tubuh ini tidaklah kekal, terkondisi, timbul dari saling ketergantungan ini, bagaimana mungkin itu dapat dikatakan kekal? Ia berdiam dengan merenungkan ketidakkekalan dalam tubuh dan dalam perasaan yang bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan, ia merenungkan dalam ketiadaan, merenungkan semua akan memudar, akan berakhir, merenungkan untuk melepaskan. Demikianlah seharusnya ia berdiam, maka kecenderungan pengaruh yang sangat kuat pada tubuh dan perasaan yang bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan akan ditinggalkan olehnya.” “Jika ia merasakan sesuatu perasaan yang menyenangkan, ia memahami; ini tidaklah patut untuk digenggam, ia memahami; ini tidaklah patut untuk disenangi. Jika ia merasakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, ia memahami; ini tidaklah kekal, ia memahami; ini tidaklah patut untuk digenggam, ia memahami; ini tidaklah patut untuk dibenci. Jika ia merasakan suatu perasaan yang bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan, ia memahami; ini tidaklah kekal, ia memahami; ini

tidaklah patut untuk digenggam, ia memahami; ini tidaklah patut untuk disenangi dan tidak patut untuk dibenci.” “Jika ia merasakan suatu perasaan yang menyenangkan, ia merasa sebagai orang yang tidak terbelenggu oleh perasaan tersebut; jika ia merasakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, ia merasa sebagai orang yang tidak terbelenggu oleh perasaan tersebut; jika ia merasakan suatu perasaan yang bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan, ia merasa sebagai orang yang tidak terbelenggu oleh perasaan tersebut.” “Ketika ia merasakan suatu perasaan menyakitkan, membahayakan tubuhnya, ia sadar; saya memiliki perasaan sakit yang membahayakan tubuh saya. Ketika ia merasakan suatu perasaan menyakitkan, membahayakan hidupnya, ia sadar; saya memiliki suatu perasaan yang menyakitkan, membahayakan hidup saya. Ia memahami; setelah hancurnya tubuh ini, ketika kehidupan ini berakhir, semua perasaan yang dimanjakan ini, akan harus mati pula, maka akan timbul ketenangan di sini.” “Seperti hal juga, para bhikkhu, sebuah lampu minyak dapat menyala tergantung pada minyak dan sumbu, dan jika minyak dan sumbunya habis, maka nyala api akan padam. Demikian pula para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu menyadari; setelah hancurnya tubuh ini, ketika kehidupan ini berakhir, semua perasaan yang dimanjakan ini, akan harus mati pula, maka akan timbul ketenangan di sini.” edisi 9

67

Kirim artikel VIA e-mail ke: [email protected] dengan subjek: artikel_(nama pengirim)_(judul)

selebritisbuddhis

MICK JAGGER

menghabiskan waktu berjam-jam dengan para bhikkhu di vihara dan berpuja bakti bersama mereka.

70

edisi 9

selebritisbuddhis Sir Michael Philip "Mick" Jagger lahir di Dartford, Kent, England, UK pada tanggal 26 Juli 1943. Mick merupakan vokalis band The Rolling Stones, band ini terkenal dengan logo mulut lebar dengan lidah menjulur, pas banget dengan mulut Mick Jagger sendiri yang memang terkenal lebar. Selain menjadi musikus rock, ia juga adalah seorang aktor, penulis lagu, produser, serta pengusaha. Prestasi karirnya ia dapat pada tanggal 12 Desember 2003 dengan mendapat gelar Ksatria dalam bidang musik dari Pangeran Wales (Pangeran Charles), dengan nama gelar Sir Michael Jagger.

S

ebuah kemewahan hidup ternyata tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Begitupun yang terjadi pada Mick Jagger, yang selama ini menikmati kemewahan hidup namun tetap dirinya merasa hampa. Kini ia menikmati sebuah ketenangan dalam sebuah perjalanan spiritualnya ke Laos,

Asia Tenggara. Dengan menginap di sebuah hotel mewah, bintang rock tersebut memilih untuk menikmati kesendiriannya dengan menutup rapat-rapat jendela hotelnya dan hanya keluar untuk mengunjungi viharavihara dan bermeditasi bersama para bhikkhu. Mick hanya minum air biasa selama sepekan

kesendiriannya di Kota Luang Prabang di Laos, Asia Tenggara. Mick memesan dua kamar di hotel tersebut, satu untuk dirinya sendiri dan yang lain untuk barang bagasinya. Kamar yang dipesannya memiliki pemandangan terbaik yang menghadap ke pegununungan dan Vihara Phousi. Akan tetapi dia malah menutup jendelanya, meskipun lokasi hotel ini sangat terpencil. Ia jelas ingin berada sendiri dengan dirinya sendiri. Selain itu, narasumber mengatakan bahwa Mick Jagger melakukan perjalanan tersebut untuk pembaruan dirinya. Ia juga menghabiskan waktu berjam-jam dengan para bhikkhu di vihara dan berpuja bakti bersama mereka. Ia mempraktikkan Buddhisme dan meditasi setiap hari. Ia mengatakan bahwa hal itu yang pertama kali dia lakukan setelah bangun di pagi hari. Mick secara teratur datang ke Laos dan sebelumnya pernah mengajak pacarnya saat ini L’Wren Scott dan anak-anaknya selama tiga hari. Setelah tiba, mereka menaiki perahu menyusuri sungai Mekong. Mick menggambarkan Laos sebagai negara penyelamat hidupnya. Menurut narasumber, “Mick tinggal di tempat yang berbedabeda dan memiliki banyak kontak dengan para bhikkhu. Ia menilai Laos sebagai tempat favoritnya di dunia.” (sp_berbagai sumber)

edisi 9

71