naskah publikasi hubungan kepemimpinan prophetic ... - Psikologi

60 downloads 205 Views 48KB Size Report
penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepemimpinan profetik dengan .... kepemimpinan spiritual lima orang pemimpin madrasah di Jawa Timur.
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN PROPHETIC DENGAN MOTIVASI KERJA

Oleh: ARIANTI SETIADI 02320211 SUS BUDIHARTO

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN PROPHETIC DENGAN MOTIVASI KERJA

Arianti Setiadi Sus Budiharto

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan positif antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja. Semakin tinggi kepemimpinan profetik, maka semakin tinggi motivasi kerja pegawai. sebaliknya, semakin rendah kepemimpinan profetik, maka semakin rendah motivasi kerja pegawai. Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai administraif dan edukatif Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah teknik proportionate stratified random sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 35 orang. Adapun skala yang digunakan adalah skala kepemimpinan profetik dan motivasi kerja. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11 untuk menguji ada tidaknya hubungan positif antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja. Korelasi product moment dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar r = 0,397 yang artinya ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja pegawai. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : kepemimpinan profetik, motivasi kerja, pegawai.

PENGANTAR Motivasi seseorang bekerja berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebutuhannya masing-masing. Sebagian orang bekerja karena tuntutan ekonomi atau pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari. Sementara ada juga yang bekerja bukan karena faktor uang tetapi lebih sebagai perwujudan aktualisasi diri (self actualization) atau untuk memperoleh pengakuan atas status sosial serta harga diri di tengah-tengah masyarakat. Motivasi merupakan proses penginterpretasian terhadap dorongan yang ada pada manusia untuk melakukan tindakan dan upaya melakukan sesuatu secara lebih baik. Tindakan manusia tampak dalam perilakunya sebagai upaya pemenuhan kebutuhan (need), keinginan (wish), motif, dorongan (drive) yang ada dalam dirinya. Melalui motivasi, seseorang dapat melakukan sesuatu guna mencapai pemenuhan kebutuhan yang diinginkan (Kuswadi. 2004). Teori motivasi yang sering digunakan dalam ilmu psikologi selama ini yang dicetuskan oleh ahli-ahli psikologi dari amerika dan eropa yang lebih kita kenal dengan sebutan teori motivasi isi dan teori motivasi proses (Munandar, 2001). Konsep-konsep psikologi modern yang tumbuh di negara-negara Barat nonIslam belum tentu sesuai dengan konsep Islam tentang manusia. Konsep tersebut memusatkan perhatiannya hanya pada aspek-aspek material dalam realitas keseharian, seperti kemampuan seseorang untuk menikmati hubungan sosialnya, kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan materi dan duniawi, dan kesuksesannya dalam kerja serta hidup berumah tangga. Demikian juga dalam memberikan terapi

terhadap gangguan kejiwaan, mereka kurang mementingkan perbaikan aspek spiritual (Najati, 2005). Proses pembangunan di negara-negara muslim termasuk di Indonesia, tidak menyurutkan ketergantungannya pada negara-negara maju. Negara-negara muslim tersebut tidak mempunyai daya saing yang tinggi di pasar global sehingga terus menerus berada dalam kondisi ketergantungan. Untuk mengatasinya dicoba dengan mengedepankan strategi pembangunan alternatif yang berorientasi pada optimalisasi kemampuan SDM secara islam, memanfaatkan teknologi dan aneka sumber daya yang tersedia. Strategi ini diharapkan dapat menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan dengan nilai tambah yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian masyarakat muslim di Indonesia perlu diperkenalkan dengan lebih banyak literatur, agar dalam prakteknya, pengembanyan SDM tidak semata berdimensi teknis, melainkan juga berwawasan pandang-dunia (worldview) islam dalam rangka mengakselarasi tercapainya pembangunan yang berketuhanan dan berkeadilan. Berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam, kita perlu meninjau kembali konsep-konsep psikologi modern, sehingga kita dapat menambah literatur baru dan menyerap bagian-bagiannya yang tidak bertentangan dengan agama islam (Mursi, 1997). Munawir (1986) mengatakan mengingat bahwa mayoritas penduduk bangsa indonesia adalah beragama islam, akan sangat mengena kiranya motivasi ke arah itu diambil dari sumber asli agama islam, yakni al-quran dan al-hadist, sedangkan contoh-contoh bidang kehidupan duniawi tak

ada salahnya bila kita mengambil contoh dari kehidupan orang-orang barat, sejauh apa yang mereka tempuh tidak menyimpang atau bertentangan dengan garis islam. Islam memandang bahwa bekerja merupakan sebuah ibadah. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan bekerja sebagai perwujudan atas ajaran Allah yang menghendaki agar umat-Nya bekerja. Jenis pekerjaan yang ditekuni bisa berbeda satu sama lain, ada yang bekerja di sektor formal dan ada juga pada sektor non formal sesuai dengan status, kedudukan, kemampuan, dan keahlian yang dimilikinya (Asifudin, 2004). Berdasarkan teori motivasi Islam terdapat tiga dorongan motivasi kerja, yaitu motivasi fisiologis, psikologis, dan spiritual (Adz-Dzakiey, 2007). Motivasi fisiologis dimaksudkan sebagai dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik atau jasmaniyah. Kebutuhan fisik manusia mencakup pemeliharaan diri dari rasa lapar, haus, letih, suhu panas dan dingin, rasa sakit, dan pernafasan. Selain itu, motivasi kerja juga karena motivasi psikologis yakni sebagai dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan kejiwaannya. Kebutuhankebutuhan kejiwaan dalam diri manusia mencakup kebutuhan untuk memiliki, bersikap agresif, dan bersaing. Sementara motivasi spiritual yaitu dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Kebutuhan rohani manusia mencakup kebutuhan memelihara diri dari kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan terhadap Allah SWT.

Motivasi kerja selain berasal dari dalam diri seseorang, juga banyak dipengaruhi faktor-faktor dari luar dirinya yang salah satunya adalah faktor kepemimpinan. Sukses tidaknya suatu organisasi banyak ditentukan oleh faktor kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Penerapan gaya kepemimpinan yang kurang mendukung dapat mempengaruhi kinerja dan motivasi kerja karyawan. Sebaliknya, kepemimpinan yang mendukung dapat memotivasi karyawan untuk bekerja secara lebih baik. Motivasi kerja yang tinggi ini ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Wahjosumidjo, 1985). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kelompok dalam bekerja dapat dikategorikan sebagai berikut: Pertama, Tujuan. Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu karyawan dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi., misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota. Kedua, Tantangan. Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atau flight syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator. Ketiga, Keakraban. Kelompok yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota saling menyukai dan berusaha keras untuk

mengembangankan

dan

memelihara

hubungan

interpersonal.

Keempat,

Tanggungjawab. Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. kelompok yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja yang tinggi. Kelima, Kesempatan untuk maju. Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam setiap kelompok tiap individu merasa bahwa dirinya dapat memberikan peluang untuk melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri. Keenam, Kepemimpinan. Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitmen dari seluruh anggota perusahaan. pemimpin berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi karyawannya untuk bekerja dengan tenang dan harmonis (Papu, 2007). Tobroni dalam Budiharto (2006) melakukan studi kasus mengenai kepemimpinan spiritual lima orang pemimpin madrasah di Jawa Timur. Studi tersebut dilakukan karena keprihatinan mengenai keberadaan sebagian lembaga pendidikan

Islam

di

Indonesia

yang

mutu

pendidikannya

masih

belum

menggembirakan. Permasalahan yang ditemukan antara lain adalah model kepemimpinan seperti apa yang cocok dan mampu memperbaiki mutu pendidikan

Islam ? Kepemimpinan spiritual diyakini bisa menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan tersebut. Kepemimpinan spiritual merupakan kepemimpinan yang membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian). Tuhan diyakini sebagai pemimpin sejati yang mengilhami, mencerahkan, membersihkan nurani, dan menenangkan Kepemimpinan

jiwa

hambaNya

spiritual

ialah

melalui

pendekatan

kepemimpinan

yang

etis

dan

keteladanan.

mampu

mengilhami,

membangkitkan, mempengaruhi, dan menggerakkan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang, dan implementasi nilai dan sifat-sifat ketuhanan lainnya dalam tujuan, proses, budaya, dan perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan spiritual dapat pula disebut dengan kepemimpinan berdasarkan etika religius. Literatur-literatur komentar Al-Quran (Tafsir) banyak yang menyoroti masalah kenabian, hadits yang berisi: ‘Tidak ada yang tersisa dari kenabian sesudah (wafat) ku kecuali mimpi-mimpi (visi-visi) yang benar’. Jadi, masih ada sisa-sisa kenabian yang akan terus abadi, yakni yang berbentuk inspirasi-inspirasi, pandanganpandangan, atau visi-visi profetik yang benar. Itulah yang diwariskan Muhammad kepada orang-orang khusus yang meneruskan estafeta dan misi Muhammad di dunia, yang disebut sebagai ‘ulama’ (orang-orang yang diberi pengetahuan/visi profetik). Dalam hadits disebut: al-`ulama’waratsat al-anbiya’(orang-orang yang diberi visi profetik adalah pewaris Nabi-Nabi). (Al-Qurthubi, 2001). Kepemimpian profetik (prophetic leadership) ini seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin yang paling sempurna (Syukriyanto AR, 2003). Kepemimpinan nabi memiliki 4 (empat) sifat yakni: Sidiq, artinya jujur.

Kejujuran merupakan salah satu sifat yang dimiliki Rasul dan diajarkan kepada setiap pemeluk Islam agar menjadi orang yang jujur (shadiqun). Kejujuran merupakan salah satu dasar yang paling penting untuk menjalankan kepemimpinan; Tabligh artinya komunikatif. Rasul memiliki sifat komunikatif yakni selalu mengkomunikasikan atau menginformasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan misi, visi, gagasan, strategi, dan program-programnya sehingga dapat meyakinkan orang-orang di sekitarnya. Sifat komunikatif Rasul dapat menciptakan interaksi secara aktif dengan yang dipimpin; Amanah artinya

bertanggung jawab. Sifat kepemimpinan Rasul

ditunjukkan dengan amanah dalam menjalankan kepemimpinan. Kepemimpinan Rasul disegani oleh pengikutnya karena memiliki sifat bertanggung jawab; dan Fathanah artinya cerdas. Sifat cerdas merupakan salah satu yang mewarnai kepemimpinan Rasul. Rasul sebagai seorang pemimpin yang cerdas mampu melihat peluang dan menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Sifat ini menjadi modal bagi seorang pemimpin untuk melakukan kebijakan dan tindakan yang sifatnya inovatif dan kreatif. Sifat fathanah berkaitan dengan kemampuan mengatasi permasalahan yang sulit menjadi lebih mudah. Berdasarkan asumsi di atas, penulis ingin mengetahui secara lebih jauh tentang ada atau tidaknya hubungan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja karyawan dengan melakukan penelitian mengenai kepemimpinan profetik dalam hubungannya dengan motivasi kerja menurut teori motivasi islam.

HASIL PENELITIAN Kepemimpinan profetik karyawan tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan frekwensi responden yang sebagian besar memiliki total jawaban pada kategori sangat tinggi. Selain itu juga ditunjukkan dengan rerata hipotetik empirik kepemimpinan profetik sebesar 121,57 yang terdapat dalam rentang nilai > 120,01. motivasi kerja karyawan tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar responden yang memiliki nilai rata-rata termasuk dalam kategori tersebut. Selain itu, motifasi kerja karyawan yang sangat tinggi juga ditunjukkan dengan rerata empirik sebesar 57,69 yang berada pada rentang nilai >54. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 11.0. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa data pada variabel Kepemimpinan profetik berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai KS-Z sebesar 0,946 dengan asymp. sig. sebesar 0,333 (p > 0,05). Data pada variabel motifasi kerja karyawan juga terdistribusi normal yang ditunjukkan dengan nilai KS-Z sebesar 0,472 dengan asymp. sig. sebesar 0,979 (p > 0,05). Hasil uji linearitas memperlihatkan bahwa variabel bebas yaitu kepemimpinan profetik memiliki hubungan yang linear dengan variabel tergantung yaitu motifasi kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F yang diperoleh sebesar 5,464 dengan nilai signifikansi sebesar 0,048 (p < 0,05). Hasil analisis ini memperlihatkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja yakni sebesar 0,397

dengan p sebesar 0,009 sehingga p < 0,01. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya. Adanya hubungan positif variabel kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja karyawan juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,157. Hal ini berarti bahwa sumbangan efektif variabel kepemimpinan profetik terhadap motivasi kerja pada karyawan adalah sebesar 0,157 atau 15,7%. Sementara sumbangan efektif lainnya yaitu sebesar 84,3% diberikan oleh variabelvariabel lain yang tidak dikontrol dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja karyawan. Semakin tinggi kepemimpinan profetik karyawan, maka semakin tinggi motivasi kerja karyawan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Adanya hubungan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja karyawan juga ditunjukkan oleh hasil uji linearitas yang dilakukan terhadap kedua variabel

tersebut.

Hasil

analisis

memperlihatkan

bahwa

hubungan

antara

kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja karyawan bersifat linear, dalam arti bahwa kedua variabel saling berhubungan satu sama lain. Tingkat motivasi kerja karyawan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia berada dalam kategori sangat tinggi. Hal yang sama juga

terjadi pada kepemimpinan profetik karyawan tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hubungan positif antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja karyawan ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi kepemimpinan profetik karyawan, maka semakin tinggi motivasi kerja karyawan. Sebaliknya, semakin rendah kepemimpinan profetik, maka semakin rendah motivasi kerja karyawan. Kepemimpinan profetik merupakan kepemimpinan yang menekankan pada kemampuan intelektual dan spiritual. Kemampuan intelektual mencerminkan pengetahuan berkenaan dengan organisasi, sedangkan spiritual mencerminkan ketaatan terhadap perintah dan larangan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memiliki empat sifat yaitu sidiq (jujur), tabligh (komunikatif), amanah (tanggung jawab), dan fathonah (cerdas). Sifat-sifat dalam kepemimpinan profetik tersebut berperan penting dalam mempengaruhi dan memotivasi orang lain. Dalam lingkungan kerja, pemimpin profetik dapat memotivasi karyawan baik secara fisiologis, psikologis, maupun spiritual. Karyawan dapat lebih loyal terhadap organisasi baik dalam hal pengorbanan waktu dan tenaga untuk kepentingan organisasi. Hal ini disebabkan pemimpin profetik selalu memberikan keteladanan sehingga dapat ditiru dan diterapkan oleh karyawan yang menjadi bawahannya. Dalam memberikan motivasi kerja kepada bawahannya, pemimpin profetik menjalankan kepemimpinannya dengan gayanya sendiri, yaitu kolaborasi dari berbagai gaya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin profetik mampu

memecah ketegangan dan mempererat hubungan kerjasama diantara bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan. Untuk mempengaruhi bawahan agar memiliki kepercayaan penuh dan bersedia melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan yang ditetapkan, pemimpin profetik menerapkan gaya kepemimpin demokratis, persuasif, inklusif, dan konsultatif. Gaya kepemimpinan yang demokratis diindikasikan dengan adanya kesempatan yang diberikan pemimpin profetik kepada bawahan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif. Hal ini dapat meningkatkan kreativitas dan keberanian bawahan dalam mengemukakan pendapat dan menyampaikan gagasan secara terbuka. Penerapan gaya kepemimpinan persuasif diindikasikan dengan tidak adanya kekerasan dan tekanan yang diberikan pemimpin profetik terhadap bawahan. Pemimpin profetik yang inklusif diindikasikan dengan kesediaan dan kemauan untuk menerima kritik dan saran dari bawahan. Sementara pemimpin profetik yang konsultatif diindikasikan dengan adanya kebiasaan musyawarah dan diskusi antara pemimpin dengan bawahan dengan tujuan untuk saling bertukar pikiran guna menghasilkan keputusan yang terbaik. Kepemimpinan profetik dijalankan dengan berlandaskan pada keikhlasan dan kemampuan intelektual serta spiritual sehingga mampu mendorong karyawan untuk berusaha meningkatkan produktivitas dan menghasilkan prestasi kerja yang baik. Pemimpin profetik memiliki kemampuan untuk melayani sehingga setiap karyawan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya dapat diarahkan agar tingkat kesalahan dapat diminimalkan. Selain itu, pemimpin profetik juga seorang yang visioner dalam arti memiliki pandangan ke depan. Pemimpin yang demikian

mampu membawa perubahan organisasi ke arah yang lebih baik dan mampu bersaing dengan organisasi lain. Pemimpin profetik mampu memperlancar proses komunikasi dalam organisasi, menciptakan interaksi secara aktif antara pemimpin dan pengikut serta menimbulkan keterbukaan pemimpin dengan pengikut. Pemimpin yang komunikatif mampu memberikan informasi yang aktual berkenaan dengan organisasi kepada seluruh karyawan sesuai dengan kewenangannya. Komunikasi yang lancar akan mampu memotivasi karyawan untuk lebih giat bekerja karena didukung dengan data yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pemimpin profetik memiliki tanggung jawab dalam mengarahkan karyawan dan organisasi ke arah yang lebih baik. Tanggung jawab pemimpin ini dapat memotivasi karyawan untuk ikut pula bertanggung jawab terhadap keberhasilan organisasi. Selain itu, pemimpin yang bertanggung jawab umumnya memberikan perhatian kepada karyawan. Karyawan yang kesulitan dalam menjalankan tugas diberikan arahan dan pembinaan sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Perhatian pemimpin ini tidak lepas dari sifat tanggung jawabnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas kerja karyawan. Pemimpin profetik mampu mengembangkan dan memberdayakan karyawan secara efektif. Hal ini disebabkan pemimpin mampu berinovasi dan memiliki kreativitas yang dapat disalurkan kepada seluruh karyawan. Kecerdasan pemimpin akan dapat memotivasi karyawan untuk mengembangkan diri secara terus-menerus dan bersaing secara sehat untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Sifat-sifat yang terdapat dalam kepemimpinan profetik dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis. Hal tersebut dapat meningkatkan semangat karyawan untuk bekerja dan berusaha mencapai tujuan organisasi secara bersama-sama. Pemimpin profetik yang jujur, komunikatif, tanggung jawab, dan cerdas akan mampu meningkatkan kebutuhan karyawan pada jenjang yang lebih tinggi berkenaan dengan pekerjaannya. Hubungan kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja memperlihatkan bahwa

kepemimpinan

tersebut

memberikan

kontribusi

signifikan

dalam

meningkatkan motivasi kerja karyawan. Kepemimpinan prophetic yang semakin tinggi akan mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan di Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Hubungan kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa kepemimpinan tersebut belum sepenuhnya menggambarkan realita yang sesungguhnya. Hal itu ditunjukkan dengan sumbangan efektif yang mampu diberikan kepemimpinan profetik terhadap motivasi kerja hanya sebagian kecil saja. Sementara sebesar 84,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikontrol dalam penelitian ini.

KESIMPULAN Hasil analisis data dan pembahasan memperlihatkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan profetik dengan motivasi kerja pegawai Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Semakin tinggi

kepemimpinan profetik, maka semakin tinggi motivasi kerja pegawai. Sebaliknya, semakin rendah kepemimpinan profetik, maka semakin rendah motivasi kerja pegawai. Kepemimpinan profetik hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari motivasi kerja karyawan. Terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi motivasi kerja karyawan yang tidak dikontrol dalam penelitian ini seperti faktor gaji, peraturan kerja, kesehatan, dan lingkungan kerja yang kondusif.

SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan kepada pihak Universitas dalam hal ini Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia perlu meningkatkan kepemimpinan profetik di lingkungannya karena terbukti mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan. Pemimpin di Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia juga diharapkan mampu meningkatkan kepemimpinan profetik sehingga motivasi kerja karyawan semakin tinggi. 2. Bagi Peneliti Lain

Hasil

penelitian

memperlihatkan

bahwa

kepemimpinan

profetik

hanya

memberikan sumbangan efektif sebagian kecil saja. Untuk itu, bagi para peneliti berikutnya, disarankan untuk dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut: a. Peneliti selanjutnya meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi kerja pegawai sehingga diketahui faktor-faktor yang lebih beragam. b. Diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan sampel yang lebih banyak sehingga dapat diketahui motivasi kerja pegawai secara umum. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sumbangan kepemimpinan profetik terhadap motivasi kerja pegawai sangat kecil. Sehubungan dengan itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.

IDENTITAS PENULIS Nama Mahasiswa

: Arianti Setiadi

No.Mahasiswa

: 02 320 211

Alamat Rumah

: JL.Kaliurang Km.9,8 Dn.Gentan Sleman Yogyakarta.

Nomor Telefon

: 0817 9400 994