Notulen Forum Diskusi INFIAD - yimg.com

11 downloads 255 Views 198KB Size Report
Notulen Forum Diskusi INFIAD. Tanggal: 29 Maret 2010. Tempat: Lt. 10 Kementerian Perindustrian. Narasumber: 1. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. 2. Prof .
Notulen Forum Diskusi INFIAD

Tanggal:

29 Maret 2010

Tempat:

Lt. 10 Kementerian Perindustrian

Narasumber:

1. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. 2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu 3. Ir. Tien Gartini, MSi. 4. Ir. Adhi S. Lukman (GAPMMI)

Moderator:

Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEC.

Peserta:

84 orang berasal dari Alumni FATEMETA/FATETA IPB, Pengurus dan Anggota GAPMMI, Pengurus dan Anggota NAMPA, Perusahaan makanan/Minuman dan Kementerian Perindustrian

A. Pembukaan Pada catatan pembukanya, Moderator menyampaikan bahwa Forum Diskusi ini diadakan dalam rangka soft launching pendirian INFIAD (Institute for Indonesian Agroindustry Development). Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu Luki yang telah berupaya meminjamkan ruangan di gedung Kementerian Perindustrian, para Narasumber dan para Sponsor dari anggota GAPMMI. B. Paparan Narasumber Diawali dengan paparan dari GAPMMI mengenai susunan pengurus periode 2010 – 2015, Narasumber Ketua GAPMMI menjelaskan beberapa masukan dari para pengusaha kepada Menteri Perindustrian, beberapa diantaranya terkait kinerja Badan POM. Dilanjutkan paparan terkait tujuan kegiatan BPOM di bidang pendaftaran dan pengwasan produk industri makanan dan minuman di Indonesia oleh Prof. Dedi Fardiaz. Tujuan utama adalah memastikan keamanan dan keselamatan (safety and security) konsumsi produk makanan dan minuman yang beredar di Indonesia. Pengaturan untuk menjamin tercapainya tujuan itu dilakukan melalui: pengkatagorian pangan, pengendalian isi produk, kemasan/label produk dan iklan produk. Narasumber lainnya, Ibu Wini dan Ibu Tien menekankan bentuk pengawasan yang bersifat premarket melalui pengaturan pendaftaran dan post market melalui pengawasan produk beredar. Setiap tahunnya tidak kurang dari 3,5 Trilyun Rupiah makanan dan minuman yang dinyatakan tidak layak dikonsumsi oleh BPOM harus dimusnahkan.

C. Diskusi Sesi I Pada sesi ini diskusi dibuka dengan pertanyaan dan komentar dari para praktisi Industri Pangan anggota GAPMMI. Pertama dari Franky Sibarani (MP F21) yang pada intinya melihat perlunya reformasi di tubuh BPOM karena saat ini di Deputi Bidang Pangan tidak lagi ada orang-orang pangan yang duduk di sana. Karena itu BPOM seperti kehilangan “roh pangan”. Diharapkan Kepala BPOM yang baru dapat mengatasi hal ini. Berikutnya dari Wiliana (Arnott, Alumni Fateta juga) yang menekankan ketertinggalan BPOM dari kebijakan impor “National Single Window” yang menyebabkan hambatan dalam proses impor bahan baku atau produk jadi. Dicontohkan keharusan analisa 3 NCPD yang tidak bisa dilakukan di Indonesia, sehingga harus dilakukan di Singapura. Padahal produk itu telah diimpor sejak lama. Sdr. Rahmat Hidayat (Pengurus GAPMMI) mempersoalkan penetapan standar yang tidak bisa dipenuhi oleh industri. Contoh adalah menentukan standar brix untuk juice yang disetarakan buah segar. Begitu pula tentang program undian yang dikatakan oleh BPOM tidak halal padahal telah mendapat persetujuan dari MUI. Hal ini membingungkan karena tidak seharusnya BPOM terlalu concern dengan masalah halal dan haram undian. Atas pertanyaan dan komentar di atas, para Narasumber menambahkan beberapa hal. Bpk. Adhi Lukman mengharapkan agar BPOM dapat mendukung pengembangan industri pangan lokal. Juga diharapkan BPOM dapat meningkatkan koordinasi internal untuk mengatasi berbagai permasalahan industri pangan di Indonesia. Prof. Dedi Fardiaz, Prof. Wini dan Ibu Tien menyampaikan saran agar GAPMMI bersama INFIAD misalnya melakukan kajian dan diajukan ke BPOM serta bisa saja dengan tembusan ke Menteri Perindustrian. Setiap kali BPOM akan mengeluarkan peraturan baru, ada periode masukan dan sosialisasi. Hal ini harus dimanfaatkan baik-baik oleh para pelaku industri dengan memberikan masukan melalui kajian ilmiah dan disertai argumen yang kuat. D. Diskusi Sesi II Pada sesi lanjutan ini dibuka juga kesempatan bagi non pengusaha industri. Pertama Bpk. Sri Bugo dari Arobin (Asosiasi Produsen Roti, Biskuit dan Mi Instan) mengeluhkan birokrasi di BPOM, sehingga harus menunggu berjam-jam hanya untuk bertemu staf yang menangani masalah tertentu. Memang pengusaha dilibatkan dalam pembahasan, namun saat pengembilan keputusan tidak. Bahkan sulit untuk naik banding atas keputusan yang ditetapkan. Masalah lain adalah katagorisasi pangan jika katagori produk sebelumnya tidak ada, contoh biscuit digestive dan sebelumnya minuman isotonik. Masalah lain dikemukakan oleh Bpk. Andi Irwanto (Alumni Fatemeta F9). Pak Andi yang importer bahan pangan menyampaikan ketidakpahaman personil di BPOM saat ini terkait substansi produk pangan. Dicontohkan impor terhadap produk pemberi aroma susu diperlakukan seperti produk susu yang harus memperoleh surat klarifikasi dari Departemen Pertanian. Juga dikeluhkan seringnya berganti Evaluator di lapangan. Sedangkan Bpk. Haniwar Syarif Alumni Fatemeta dari NAMPA mengharapkan agar setiap input yang masuk ke BPOM dapat ditindak-lanjuti, minimal didiskusikan. Bpk. Hidayat Syarief dari IPB menyarankan agar mengundang Kepala BPOM, baik GAPMMI atau INFIAD agar terbuka dialog

lebih lanjut. Pak Hidayat juga berharap agar Deputi yang menangani masalah pangan mempunyai latar belakang ilmu pangan. Menanggapi beberapa hal tersebut, Prof. Dedi Fardiaz menegaskan perlunya dilakukan studi tentang Regulatory Impact Assessment (RIA) terhadap seluruh regulasi BPOM. Apabila GAPMMI dan INFIAD dapat melakukan, hasilnya lalu dipresentasikan kepada Kepala BPOM. Ibu Wini dan Ibu Tien menambahkan pentingnya kunjungan preliminary kepada Kepala BPOM agar hubungan menjadi semakin baik. Diinformasikan pula bahwa Kepala BPOM yang sekarang ini mempunyai pendidikan S2 di bidang pangan. E. Penutup Sebagai penutup, Ibu Atih dan Bpk. Irawadi Jamaran menyarankan agar dilakukan kunjungan semacam courtesy call oleh INFIAD bersama GAPMMI, kepada para pejabat yang terkait masalah industri pangan di Indonesia. Dari kunjungan ini dapat diperoleh masukan untuk suatu studi yang dapat dirancang dan dilaksanakan INFIAD. Kemudian berdasarkan hasil studi ini dilakukan suatu round table discussion terkait kebijakan yang tepat untuk memajukan industri makanan dan minuman di Indonesia sehingga mampu menjadi industri yang tangguh baik di tingkat nasional maupun internasional.

Jakarta, `April 2010 Moderator Diskusi

Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEC.