pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di pendidikan tinggi - Jurnal

14 downloads 0 Views 100KB Size Report
(organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran); ... organisasi; 3) mengenal pasar dari produk yang dihasilkan; 4) .... sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI PENDIDIKAN TINGGI (THE IMPLEMTATION OF ENTERPRENEURSHIP EDUCATION IN THE HIGHER EDUCATION) Siswo Wiratno Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan e-mail: [email protected] Diterima tangagal:1/10/2012, Dikembalikan untuk revisi: 2/11/2012, Disetujui tanggal: 28/11/2012 Abstrak: Tujuan kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, kaitannya dengan kompetensi lulusan yang diharapkan oleh dunia kerja dan kompetensi pendukung lainnya. Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan antara lain: 1) persiapan dan pelaksanaan program kewirausahaan dan peran unit baru yang berfungsi dan bertugas sebagai pengelola program kewirausahaan belum optimal; 2) penyediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan kewirausahaan yang masih terbatas (sarana dan prasarana, mitra kerja, dana,dan tenaga dosen yang berkompetensi dalam memberi bekal keterampilan kewirausahaan Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di berbagai perguruan tinggi belum dilaksanakan secara optimal, antara lain disebabkan oleh belum optimalnya peran dan fungsi unit pengelola kewirausahaan; 2) kompetensi lulusan perguruan tinggi masih belum sepenuhnya memenuhi harapan dunia kerja, di mana diharapkan para lulusan perguruan tinggi memiliki kompetensi akademik, keterampilan berpikir, keterampilan manajemen dan keterampilan berkomunikasi. Di samping itu, lulusan belum cukup dibekali dengan keterampilan hidup (live skill), kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan kerja serta belajar sepanjang hayat (lifelong education). Kata kunci: pendidikan kewirausahaan, perguruan tinggi, kompetensi lulusan, dan dunia kerja Abstract: The aims of this study is to analyze the implementation of entrepreneurship education in higher education, in relation to the competencies of graduates as expected by labour market and other supporting competencies. Problems related to entrepreneurship education, among others include: 1) preparation and implementation of entrepreneurship education program as well as the role of a new unit responsible to manage the program is not optimal; 2) provision of facilities and infrastructure for entrepreneurial implementation is still limited (means and infrastructure, partners, funding and competent lecturers in the subject of entrepreneurial skills). The assessment results showed that: 1) implementation of entrepreneurship education in various higher education institutios is not yet optimal, partly due to the failure of entrepreneurial management unit in optimizing its role and function; 2) competency of higher education graduates has not fully meet the expectations of the labour market, as they are expected to have academic competency, thinking skills, management skills and communication skills. In addition, graduates are not equipped with adequate live skills, ability to adapt and socialize with the working environment and life-long education. Keywords: entrepreneurship education, graduate competencies, higher education, and labour market

453

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

Pendahuluan

mencerm inka n kondisi ri il y ang sela ma i ni

Secara nasi onal , im plem enta si p elak sana an

dirasakan oleh para pencari kerja, termasuk

pendidikan kewirausahaan di lingkungan per-

lulusan perguruan tinggi.

guruan tinggi dilakukan secara bertahap dan

Menurut data Badan Pusat Statistik (2008)

berkelanjutan. Dalam perjalanannya, pendidikan

tingkat pengangguran terbuka di Indonesia telah

kewirausahaan di lingkungan perguruan tinggi

mencapai 7,87%. Dari jumlah penduduk yang

akhir-a khir ini menjadi kaj ian di b erba gai

bek erja menurut jenis p endi dika n te rtinggi

kesempa tan, bai k me lalui di skusi, seminar,

menunjukkan

lokakarya, dan bahkan dijadikan lesson learn

universitas mengalami kenaikan. Pekerja yang

dengan

meng hadi rkan

sosok

bahwa l ulusan d iploma d an

k eber hasi lan

berasal dari lulusan diploma mencapai 2,79 juta

“alumni” da lam berwirausaha dan sekaligus

orang (2,55%) dan pekerja yang berasal dari

sebagai bench marking. Dalam penyelenggaraan

lulusan sarjana mencapai 4,66 juta (4,44%).

pendidikan kewirausahaan di lingkungan per-

Tampaknya, dari tahun ke tahun, jumlah pengang-

guruan ting gi, pe rmasala han yang diha dapi

guran yang berasal dari kalangan sarjana secara

antara lai n ad anya isu pengang gura n. H al

signifikan mengalami kenaikan dibanding dengan

tersebut diasumsikan ada faktor yang mempe-

pek erja yang be rasa l da ri d iploma. Hal ini

ngaruhinya, yaitu: kompetensi keahlian lulusan

mengindikasikan bahwa kurang lebih 20% dari

perguruan tinggi belum memenuhi kebutuhan

jumlah lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya

pasar kerja, lulusan perguruan tinggi (prodi ilmu-

belum mendapatkan pekerjaan.

ilmu sosial) kalah bersaing dengan lulusan dari

Per masa lahan yang dia sumsikan terj adi

program studi bidang keteknikan di dunia kerja.

berkaitan dengan penyelenggaraan program

Sementara

itu, lulusan program studi teknik

pendidikan kewirausahaan, yaitu beragamnya

banyak dibutuhkan namun kompetensi keahli-

pe rgur uan ting gi d alam : 1) per siap an d an

annya masih belum memadai (Hendarman, 2011).

pelaksanaan program kewirausahaan dan peran

Di samping itu, keragaman kesiapan masing-

unit baru yang berfungsi dan bertugas sebagai

ma sing per guruan t ing gi d alam mengelola

pengelola program kewirausahaan belum optimal;

kew irusahaa n

Ma hasi swa

2) p enyedi aan sar ana da n prasa rana untuk

Wirausaha (PMW), Program Kreativitas Mahasiswa

penyelenggaraan kewirausahaan masih terbatas

(PKM), pelaksanaan Kuliah Kerja Usaha (PKU),

(sarana dan prasarana, mitra kerja, dana, dan

Program Magang Kewirausahhaan (MKU), dan

tenaga

Inkubator Bisnis (INBIS) masih belum sesuai

memberi bekal keterampilan kewirausahaan,

dengan tujuan yang diharapkan. Selanjutnya, hasil

sehingga bekal berbagai kompetensi belum me-

survei Litbang Media Group yang ditulis dalam

madai. Berkaitan dengan masalah tersebut, kajian

Editorial Media Indonesia tanggal 30 April 2007

ini dimaksudkan untuk menganalisis pelaksanaan

berjudul “Minimnya Minat menjadi Pengusaha”

pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi

menunjukkan

se pert i

bahwa

Pr ogra m

m otiv asi

dose n

ya ng b erkompet ensi

dal am

masy arak at

ka itannya deng an k omp etensi l ulusan d an

Indonesia (termasuk lulusan perguruan tinggi)

kompetensi pendukung lainnya sesuai dengan

untuk menjadi pengusaha masih sangat rendah.

yang diharapkan oleh dunia kerja.

Hasil survei tersebut sejalan dengan hasil Survei Tenaga Kerja Nasional 2001 hingga 2006 (dalam

Kajian Literatur

Balitbang, 2010a) menyatakan bahwa profil

Kewirausahaan (Entrepreneurship)

tenaga kerja Indonesia memang dikuasai pekerja.

Secara bebas kewirausahaan (entrepreneurship)

Dari total pekerja 25 juta orang, jumlah yang

dapat dimaknai sebagai jiwa, semangat, sikap,

menjadi pengusaha kurang dari seperlimanya.

perilaku, dan potensi kemampuan seseorang

Terhadap pertanyaan dalam survei yang sama

dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang

yaitu “mayoritas orang Indonesia ingin menjadi

mengarah pada upaya mencari, menciptakan,

ap a?” dipe role h ja wab an b ahwa 70% ing in

menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk

menjadi pegawai negeri sipil (PNS), hanya 20%

baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka

ingin menj adi peng usaha. Angka ini jel as

memberikan pelayanan yang lebih baik untuk

454

Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

me mper oleh keuntungan yang le bih besa r”

Percaya diri merupakan sikap dan keyakinan

(Subijanto, 2012). Dengan kata lain, kewira-

untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan

usa haan

tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Berorientasi

dal am

hal

i ni

m erup akan

sua tu

kreativitas dan inovasi yang dimiliki para lulusan

pad a

perguruan tinggi untuk menghasilkan nilai tambah

seseorang wirausahawan harus berkonsentrasi

bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain/

pada tugas dan hasil dari apa pun pekerjaannya

masyarakat serta mendatangkan kemaslahatan

serta harus jelas hasilnya. Apa yang dilakukan

bersama.

seorang wirausahawan merupakan usaha untuk

Pada hakikatnya, kewirausahaan merupakan

tugas

me ncap ai

dan

t ujua n

hasi l

ya ng

me ncir ikan

tela h

bahwa

di targ etka n.

sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki

Keberhasilan tersebut akan sangat ditentukan

kemauan dan kemampuan dalam mewujudkan

oleh motivasi berprestasi, berorientasi pada

gagasan inovatif dalam dunia nyata (bisnis) secara

keuntungan, kekuatan dan ketabahan/keuletan

kreatif dan produktif. Seseorang yang memiliki

berusaha, kerja keras, enerjik, dan inisiatif

potensi atau jiwa kewirausahaan, ia mampu

(Hunger dan Wheelen, 2003).

melihat dan menilai kesempatan-kesempatan

Lebih lanjut, mengambil risiko dicirikan oleh

bisnis, mengumpulkan berbagai sumber daya

seseorang (wirausahawan) yang harus menge-

yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan

ta hui peluang kega gal an ( di m ana sumb er

secara tepat dan mengambil keuntungan meraih

kegagalan dan seberapa besar peluang kega-

peluang bisnis.

gal an), sehingg a da pat memi nima lis risi ko.

Secara epistimologis, kewirausahaan pada

Karakter kepemimpinan dicirikan oleh seseorang

prinsipnya merupakan suatu kemampuan berpikir

(wirausahawan) yang dapat memberikan suri

kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan

tauladan, berpikir positif, tidak antikritik, dan

dasar, sumber daya, motivator, tujuan, siasat/

memiliki kecakapan dalam berkomunikasi dan

strategi, dan kiat-kiat dalam menghadapi tan-

bersosialisasi (Hunger dan Wheelen, 2003).

tangan hidupnya (Hunger dan Wheelen, 2003).

Kepemimpinan yang dimaksud bukan hanya

Kew irausahaan (enterp ree neurshi p) muncul

memberikan pengaruh kepada orang lain atau

manakala seseorang berani mengembangkan

baw ahannya, mel aink an j uga siga p untuk

usaha-usahanya dan ide-ide barunya yang cerdas

mengantisipasi setiap perubahan. Di samping itu,

dan cermat dengan mengantisipasi berbagai risiko

mampu memimpin untuk melakukan perubahan

yang mungkin akan terjadi. Oleh karena itu, esensi

dengan menawarkan produk-produk baru dan

kewirausahaan yaitu menciptakan nilai tambah

menjadi pelopor dalam penciptaan produk yang

melalui proses pengkombinasian berbagai sumber

unggul atau memberikan nilai tambah yang

daya dengan car a-cara bar u yang ber beda,

berbeda dibandingkan dengan para pesaing.

sehingga mampu bersaing secara bebas di pasar bisnis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan akan melibatkan pembentukan

Kewir ausahaan menurut Sukidjo ( 2011)

sikap/ pola pikir (at titud e), pengemb ang an

mencerminkan semangat, sikap, dan perilaku

keterampilan (skill), dan pembekalan pengeta-

sebagai teladan dalam keberanian mengambil

huan (knowledge). Dengan kata lain, kewira-

resiko yang telah diperhitungkan berdasar atas

usahaa n me rupa kan pot ensi yang di mili ki

kemauan dan kemampuan sendiri. Orang yang

seseorang untuk dikembangkan melalui pen-

memiliki sikap-sikap tersebut dikatakan sebagai

didikan dan pelatihan dalam bentuk pengalaman,

wir aswasta at au wi rausa ha. Sement ara i tu,

tantangan, dan keberanian untuk mengambil

Suryana (2006) berpendapat bahwa kewira-

resiko dalam bekerja dan/atau menciptakan

usahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang

pekerjaan.

memperlajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan

Kebijakan Pendidikan Kewirausahaan

hid up untuk

Dalam implementasi program pendidikan ke-

mem peroleh peluang deng an

berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.

wirausahaan, terdapat dua kebijakan terkait dengan kewirausahaan, yaitu: 1) kewirausahaan

455

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

sebagai mata pelajaran di tingkat pendidikan

rampilan para mahasiswa khususnya sense of

menengah, dan sebagai mata kuliah pada jenjang

business; 4) menumbuhkembangkan wirausaha-

pendidikan tinggi, serta 2) kewirausahaan sebagai

wir ausa ha b aru yang ber pend idik an t ingg i,

keahlian yang mengacu pada standar kompetensi

5) menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu

(Depdiknas, 2010).

pengetahuan, teknologi dan seni; dan 6) mem-

Sekalipun nama mata pelajaran/mata kuliah,

bangun jeja ring bisnis anta rpel aku bisnis,

baik di tingkat pendidikan menengah maupun

khususnya

a ntar a

wi rausaha

pemula

d an

pendidikan tinggi berbeda-beda, namun pada

pengusaha yang sudah mapan. Alokasi dana PMW

hakikatnya memiliki kandungan makna yang sama.

tidak seluruhnya untuk modal mahasiswa (Ditjen

Sebagai contoh, di lingkunagn sekolah menengah

Dikti, 2009a).

kejuruan (SMK), kewirausahaan pada umumnya

Mekanisme pelaksana program PMW diawali

dik enal dengan sebutan “uni t pr oduk si”. Di

dengan: 1) melakukan sosialisasi kepada para

kalangan LPTK (eks IKIP), pada bidang keahlian

mahasiswa; 2) identifikasi dan seleksi mahasiswa;

pengelolaan makanan, busana/kecantikan dikenal

3) pembekalan kewirausahaan; 4) penyusunan

dengan “pengelolaan boga” atau “usaha boga”.

rencana bisnis sambil magang di UKM (Ditjen Dikti,

Di bidang busana, pengelolaan busana (termasuk

200 9a).

usaha kecantikan), sedangkan pada universitas

dukungan permodalan dalam rangka pendirian

lebih dikenal dengan “inkubator bisnis” (inbis).

usa ha b aru maha sisw a wa jib meng ajuk an

Salah satu contoh pengembangan inbis yang

rencana bisnis yang layak untuk diseleksi oleh

dapat dijadikan model, yaitu model inbis Uni-

“Tim Seleksi” yang terdiri atas unsur perbankan,

versitas Barawijaya, Malang (Balitbang, 2010b).

UKM, dan perguruan tinggi pelaksana. Pengusaha

Sel anjutnya ,

untuk

mend apat kan

di liba tkan secara akti f untuk memb erik an Program Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tingi

bimbingan operasional kewirausahaan. Keberadaan kelembagaan yang bertang-

Beberapa pembekalan program Kewirausahaan

gungjawab atas program-program pendidikan

yang dapat dilakukan di perguruan tinggi dalam

ke wira usahaan merupak an salah sat u pe r-

mempersiapkan para lulusannya sebagai calon

timbangan penting bagi Direktorat Jenderal

wirausaha baru sebagai berikut.

Pendidikan Tinggi untuk memberikan dukungan pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Dalam

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

usaha mewujudkan calon-calon pengusaha muda

Ked uduk an Progr am M ahasiswa Wir ausa ha

dan terdidik atau pengusaha muda pemula,

(PMW) merupakan bagian dari sistem pendidikan

menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan

di perg urua n ti nggi yang te lah diluncur kan

di perguruan tinggi dapat dimulai melalui program

semenjak tahun 2009. Dalam pelaksanaannya,

Kuliah Kewirausahaan/KWU (Ditjen Dikti, 2010b).

PMW terintegrasi dengan pendidikan kewira-

Selama program PMW berjalan, perguruan

usahaan yang sudah ada, antara lain dengan:

tinggi bekerja sama dengan para pengusaha, baik

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Kuliah Kerja

dengan UKM Koperasi maupun perusahaan besar

Usaha (KKU) dan program kewirausahaan lain.

lainnya. Pengusaha dilibatkan secara aktif untuk

Tujuan penyelenggaraan PMW dimaksudkan

memberikan bimbingan praktis kewirausahaan,

untuk: 1) menumbuhkan motivasi berwirausaha

dimulai dari pendidikan dan pelatihan, pema-

di kalangan mahasiswa; 2) membangun sikap

gangan, menyusun rencana bisnis, dan pendam-

mental wirausaha, yakni: percaya diri, sadar akan

pingan secara terpadu. Oleh karena itu, perlu

jati dirinya, bermotivasi untuk meraih suatu cita-

dihindari terjadinya persaingan yang tidak sehat

cita, pantang menyerah, mampu bekerja keras,

di antara mahasiswa dan UKM pendamping.

kreatif, inovatif, berani mengambil risiko dengan

Sebaliknya, diperlukan adanya “sinergitas” antara

perhitungan, berperilaku pemimpin dan memiliki

jenis usaha yang dikembangkan mahasiswa dan

visi ke depan, tanggap terhadap saran dan kritik,

jenis usaha yang di kemb angk an oleh UKM

memiliki kemampuan empati dan keterampilan

pendamping.

sosial; 3) meningkatkan kecakapan dan kete-

456

Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

Per syar atan

per tama

unt uk

m enja min

keberhasilan dan keberlanjutan PMW, perguruan

siap dalam pengelolaan usaha yang sedang akan dilaksanakan (Ditjen Dikti, 2010a).

tinggi pelaksana harus mempunyai lembaga yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola

Program Magang Kewirausahaan (MKU)

(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

Program “magang kewirausahaan” merupakan

peng awasan dan pe ngeval uasian) serta pe-

kegiatan mahasiswa untuk belajar bekerja secara

ngembangan (penelitian dan pengembangan)

nyata (praktik) pada usaha kecil menengah, yang

program-program pendidikan kewirausahaan bagi

diharapkan dapat menjadi wahana penumbuhan

mahasiswa dan program lain yang terkait dengan

jiwa kewirausahaan. Magang merupakan salah

hubungan antarlembaga. Lembaga yang dimak-

satu cara mempersiapkan diri untuk menjadi

sud dapat bersifat formal struktural ataupun

wirausaha. Selama magang mahasiswa bekerja

fungsional yang bertanggung jawab langsung

seb agai tenaga kerj a di per usahaan mitr a,

kepada pimpinan perguruan tinggi (Ditjen Dikti,

sehingga mampu menyerap berbagai pengalaman

2009b).

praktik, seperti: 1) memahami proses produksi yang dihasilkan secara utuh; 2) mengenal metode

Program Kuliah Kewirausahaan (KWU)

yang dilakukan baik dari aspek teknologi maupun

Dalam usaha mewujudkan calon-calon pengusaha

organisasi; 3) mengenal pasar dari produk yang

muda terdidik atau pengusaha muda pemula dan

dihasilkan; 4) memahami permasalahan yang

menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan

dihadapi dan cara mengatasi permasalahan; dan

di perguruan tinggi dapat dimulai dengan program

5) berkembangnya sifat kreatif dan inovatif

KW U. Penye leng gara an K WU d imak sudk an

mahasiswa untuk bergerak di bidang wirausaha

sebagai upaya memperkenalkan dunia kewi-

(Ditjen Dikti, 2010b).

rausahaan agar dapat menumbuhkembangkan

Magang Kewirausahaan dilaksanakan untuk

jiwa kewirausahaan bagi kalangan mahasiswa.

memberikan pengalaman praktis kewirausahaan

Di samping itu, KWU dilaksanakan untuk mem-

kepada mahasiswa dengan cara ikut bekerja

berikan pengetahuan kewirausahaan, pengalihan

sehari-hari pada usaha kecil dan menengah.

pengala man berw irausaha dan mendorong

Secara khusus tujuan MKU: 1) meningkatkan

tumbuhnya motivasi berwirausaha sebagai bentuk

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan

kegiatan awal mahasiswa calon wirausahawan

keterampilan yang dimiliki; 2) meningkatkan

baru (Ditjen Dikti, 2010b). Agar terjadi interaksi

pengetahuan kewirausahaan mahasiswa, baik

antarmahasiswa dari berbagai bidang studi dalam

dalam hal keilmuan maupun pengalaman ber-

pr oses pem bela jara n k ewir ausa haan, ma ka

wirausaha; 3) meningkatkan kemampuan ber-

peserta KWU diharapkan berasal dari berbagai

komunikasi dan bersosialisasi dengan kalangan

mahasiswa dari program studi/jurusan/fakultas

masyarakat di perusahaan; 4) memacu motivasi

lainnya.

kewirausahaan mahasiswa yang berminat menjadi

Dalam upaya mewujudkan program tersebut,

calon wirausaha; 5) membuka peluang untuk

setiap perguruan tinggi diharapkan mampu:

memperoleh pengalaman praktis kewirausahaan

1) meningkatkan pemahaman dan penjiwaan

bagi dosen pembimbing mahasiswa; dan 6) men-

kewirausahaan di kalangan mahasiswa agar

ciptakan keterkaitan dan kesepadanan antara

mampu menjadi wirausahawan yang berwawasan

pe rgur uan ting gi d eng an usaha kecil d an

jauh ke depan dan luas berbasis ilmu yang

menengah (Ditjen Dikti, 2010b).

diperolehnya; 2) mengenal pola berpikir wirausaha

Lebih lanjut, kegiatan MKU dilaksanakan

serta meningkatkan pemahaman manajemen

dalam lingkup: 1) penetapan usaha kecil mene-

(organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran);

ngah yang layak untuk tempat magang (peru-

dan 3) memperkenalkan cara melakukan akses

sahaan mitra); 2) pembekalan magang maha-

inf orma si d an p asar ser ta t eknologi , ca ra

siswa oleh dosen pembimbing; 3) temu gagasan

pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika

antara per guruan t ing gi d enga n pi mpinan

bisnis, serta pembuatan rencana bisnis atau studi

perusahaan mitra; 4) pelaksanaan MKU; 5)

kelayakan yang diperlukan mahasiswa agar lebih

pem anta uan dan pemb imbi ngan ole h dosen

457

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

pembimbing dan perusahaan tempat magang;

kewirausahaan serta sadar dengan masalah

6) evaluasi pelaksanaan magang oleh mahasiswa,

lingkungannya; dan 3) menumbuhkembangkan

pengusaha dan dosen pembimbing; 7) penyu-

usaha kecil menengah yang memiliki daya saing

sunan business plan oleh mahasiswa peserta

tinggi dari segi kualitas produk/jasa, kinerja dan

magang; 8) penulisan laporan magang oleh

pemasaran (Ditjen Dikti, 2010a).

mahasiswa; dan 9) pembahasan hasil magang

Mahasiswa yang melaksanakan KKU, selain

yang diikuti semua pihak yang terkait (Ditjen Dikti,

belajar berwirausaha, juga menerapkan Iptek

2009b).

yang dikuasai, seperti penyempurnaan proses

Beb erap a

indika tor

pela ksanaan

MKU

produksi, peningkatan kualitas produk dan jasa,

dikatakan berhasil manakala: 1) pengusaha

penyempurnaan manajemen usaha, maupun pem-

te mpat mag ang mera saka n ma nfaa t MK U;

benahan metoda pemasaran. Sambil membantu

2) mahasiswa memperoleh pengetahuan, kompe-

menata proses produksi atau pemasaran produk.

tensi, dan pengalaman serta manfaat, baik dari

Di samping itu, mahasiswa belajar bagaimana cara

segi pengetahuan maupun keterampilan yang

berkomunikasi dengan mitra bisnisnya (pengu-

berguna sebagai bekal untuk berwirausaha; dan

saha, pegawai, konsumen, tengkulak, penjual

3) mahasiswa menjalankan tugas dengan disiplin

eceran dan grosir), sehingga mendorong tum-

dan mematuhi aturan perusahaan yang berlaku

buhnya kedewasaan berpikir, berkomunikasi, dan

(Ditjen Dikti, 2010b).

bertindak.

Program Kuliah Kerja Usaha (KKU)

Inkubator Wirausaha Baru (INWUB)

Jumlah lulusan pergururan tinggi (sarjana) yang

Inkubator Wirausaha Baru (INWUB) adalah suatu

mampu menciptakan lapangan kerja masih sangat

fasilitas fisik yang dikelola oleh sejumlah staf dan

terbatas. Hal ini diasumsikan, antara lain karena

menawarkan suatu paket terpadu kepada alumni

masih rendahnya kemampuan lulusan dalam

per guruan

berwirausaha. Naluri bisnis/jiwa kewirausahaan

wirausahawan dengan biaya terjangkau selama

tidak akan tumbuh berkembang manakala tidak

jangka waktu tertentu (2–3 tahun). Paket terpadu

dilengkapi dengan pelatihan dan pembinaan

tersebut, antara lain meliputi: 1) sarana fisik atau

secara intensif melalui kerja nyata berwirausaha.

ruang produksi dan fasilitas kantor yang dapat

Untuk menjadi wirausahawan, mahasiswa

dipakai bersama; 2) kesempatan akses dan

t ingg i

ya ng

b ermi nat

perlu dibekali kemampuan praktis yang mencakup

pem bent ukan

keterampilan menerapkan Iptek, keterampilan

pendukung teknologi dan bisnis, sumberdaya

ma naje rial wir ausa ha d an p emasaran ser ta

teknologi dan informasi, sumber daya bahan baku,

adopsi inovasi teknologi (Balitbang, 2010a).

dan keuangan; 3) pelayanan konsultasi yang

Pe ngal aman ini dap at d iper oleh mahasiswa

me liputi a spek tek nologi, mana jeme n, d an

melalui Kuliah Kerja Usaha (KKU), di mana

pemasaran; 4) pembentukan jaringan kerja antar

ke mamp uan

pengusa ha, dan 5) p enge mbangan prod uk

prak tis

ditumbuhkemb angk an

jar inga n ke rja

menj adi

dengan berperan aktif, antara lain membantu

pe neli tian

unt uk

d apat

usaha rumah tangga atau usaha kecil menengah

komersial (Ditjen Dikti, 2010a).

deng an j asa

dip roduksi

seca ra

tempat mahasiswa bermitra. Oleh karena itu,

Sebagai contoh rintisan inkubator wirausaha

kegiatan KKU, diharapkan dapat menumbuh-

baru atau inkubator bisnis yaitu Universitas

kembangkan calon wirausahawan yang handal

Brawijaya (UB) Malang telah berhasil dalam

dan mandiri dari kalangan mahasiswa melalui

menyelenggarakan program kewirausahaan dan

proses aktif yang berprinsip pada keberpihakan

sampai sekarang masih terus dikembangkan

dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka

manajemennya secara professional (Balitbang,

mendorong peningkatan pertumbuhan usaha kecil

201 0b). Mod el i nkub ator bisnis Univ ersi tas

menengah. Tujuan khusus yang ingin dicapai dari

Brawijaya kiranya dapat dipergunakan sebagai

KKU, yaitu: 1) berkembangnya budaya kewira-

salah satu bench marking bagi perguruan tinggi

usahaan di perguruan tinggi; 2) terwujudnya calon

di Indonesia.

sa rjana

458

ya ng

cende kiaw an

d an

b erji wa

Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

Tujuan dibentuknya INWUB, yaitu untuk:

kurikulum yang dirancang perlu berorientasi pada:

1) menciptakan lapangan kerja baru sehingga

1) ber basi s kompet ensi , di maksudka n ag ar

meningkatkan standar hidup golongan ekonomi

perguruan tinggi menjadi individu-individu yang

lemah; 2) menciptakan UKM yang mandiri dan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

berlandaskan iptek untuk memperkuat struktur

dituntut pekerjaan tertentu dan memiliki jiwa

ekonomi nasional; 3) membantu alih teknologi dari

visione r ya ng m ampu menerim a be rbag ai

teknologi konvensional ke teknologi mutakhir

tantangan, mampu melihat peluang, dan berani

(state of the art technology) yang tepat guna

mengambil risiko, termasuk melatih menganalisis

termasuk teknologi hasil putaran (spin off) industri

permasalahan dan mengambil keputusan dengan

besar, perguruan tinggi atau lembaga penelitian;

tepat sasaran; 2) memfasilitasi intensifikasi

dan 4) mempercepat perkembangan kewira-

keterampilan, talenta, dan kreativitas; serta

usahaan di Indonesia untuk mencapai pengem-

3) program yang seimbang antara hard science

bangan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan

dengan soft science (seni dan ilmu sosial) bagi

dal am m enghadap i er a pe rdag anga n be bas

lulusan perguruan tinggi (Kepmendiknas RI Nomor

(Ditjen Dikti, 2010a).

045/U/2002). ata s,

Upaya untuk mewujudkan gagasan tersebut,

merupakan wujud nyata Pemerintah (Ditjen Dikti,

Be rbag ai

k omponen

ter sebut

antara lai n da pat dila kuka n de ngan car a:

2010a) dalam mewujudkan lulusan perguruan

1) meningkatkan efektivitas penyelenggaraan

tinggi memiliki kompetensi kewirausahaan sesuai

pendidikan link and match di tingkat perguruan

dengan kebutuhan masyarakat. Namun demikian,

tinggi

sampai saat ini hasil tersebut belum sesuai

mengkonversi pengetahuan kewirausaan yang

dengan tujuan penyelenggaraan dimaksud lebih

ada di Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) ke

dikarenakan masih dalam taraf pengembangan

masyarakat akademik. Pendidikan tinggi telah

dan penyempurnaan di berbagai aspek yang

melakukan dan bahkan telah menjadi tradisi

mendukung terwujudnya sarjana berwirausaha.

sebagai masyarakat keilmuan, yaitu melakukan

Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring dan

kombinasi dari explicit knowledge ke explicit

evaluasi secara berkala dan berkesinambungan

knowled ge l ainnya, yait u pr oses mensist e-

sebagai bahan masukan untuk peraikan dan

matisasikan konsep ke dalam pengetahuan.

penyempurnaan program dimaksud. Selanjutnya,

Konversi pengetahuan ini mencakup mengga-

evaluasi diri bagi penyelenggaraan program dapat

bungkan body of knowledge yang berbeda-beda

dilakukan secara mandiri dan akan lebih tepat lagi

sehingga diperoleh new body of knowledge;

jika hal tersebut dilakukan oleh sebuah organisasi

2) internalization dari explicit knowledge ke tacit

independen untuk mengevaluasinya. Lebih lanjut,

knowledge. Hal ini merupakan proses mewujudkan

perlu juga dilakukan “external audit” dalam

explicit knowledge menjadi tacit knowledge. Proses

penyele ngga raan

tersebut erat kaitannya dengan “learning by doing”.

program

di

kew irausaha an

sebagai bentuk akuntabilitas publik.

deng an m elak ukan

pra karsa

untuk

Manakala pengalaman yang dimiliki individu digabungkan dengan explicit knowledge, kemudian

Kurikulum Perguruan Tinggi

diinternalisasikan melalui sosialisasi, ekster-

Kurikulum perguruan tinggi selalu dituntut untuk

nalisasi, dan kombinasi sehingga terbentuk tacit

mengikuti perkembangan iptek dan tren kebu-

knowledge (Balitbang, 2010a).

tuhan dunia kerja. Sekalipun setiap perguruan

Tacit knowledge yang menjadi basis mental

tinggi memiliki otonomi dalam pengembangan

model merupakan aset yang sangat berharga

instit usinya ( term asuk kur ikul um), nam un

bagi institusi. Tacit knowledge yang ada pada level

kecende rung an

masing- masi ng

individu harus disebarkan ke level institusi. Dengan

perguruan tinggi akan sama. Kompetensi lulusan

k ebut uhan

penyebaran tersebut dimulailah suatu new spiral

merupakan hal yang wajib dikembangkan sesuai

knowledge creation. Perguruan tinggi yang berhasil

dengan ciri dan karakter perguruan tinggi itu

menempatkan dirinya sebagai perguruan tinggi

sendiri. Di samping itu, kecenderungan dalam

unggulan dan banyak melahirkan entrepreneur

pemenuhan kompetensi lulusan pergururn tinggi,

tacit knowledge ini juga memberikan sumbangan

459

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

bagi terbentuknya core competency; 3) ekster-

(job creator), daripada pencari kerja (job seeker),

nalisasi, yaitu proses mengartikulasikan tacit

oleh karenanya perlu dilakukan usaha nyata.

knowledge menjadi explicit knowledge. Hal ini

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian

mer upak an i nti

pemb entukan

Pendidikan dan Kebudayaan telah mengem-

pengetahuan, tacit knowledge diubah menjadi

bangkan Program Mahasiswa Wirausaha (Student

explicit knowledge.

Euntrepeneur Program) yang merupakan kelan-

Pe rgur uan

dari

ting gi

proses

pr oakt if

jutan dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

melakukan dialog dengan komunitas yang memiliki

dan Coorperative Education (Co-op) yang men-

tacit

kal ang an

dukung terciptanya lulusan yang siap kerja dan

entrepreneur) dengan masyarakat akademik,

menciptakan kerja. Hasil-hasil karya mahasiswa

sehingga akan menciptakan proliferasi penge-

me lalui ke dua prog ram tersebut bel um d i-

tahuan (yang sifatnya tacit) dan akhirnya menjadi

tindaklanjuti secara komersial menjadi embrio

explicit. Mengundang para entrepreneur dan

berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).

kalangan dunia usaha ke kampus untuk berbagi

Dengan demikian, program penguatan kelem-

pengala man seca ra b erke sina mbungan me-

bagaan yang mendorong peningkatan kreativitas

mungki nkan

knowled ge

sehar usny a

( dal am

hal

masyara kat

ini

dap at

be rwir ausa ha d an p ercepat an p ertumbuhan

mengkonstruksi pengetahuan kewirausahaan

akad emik

wi rausaha baru dengan basis I ptek per lu

melalui metafora, analogi, konsep, atau model

dikembangkan.

kewirausahaan yang eksplisit dan dapat dipelajari

Oleh karena itu, salah satu upaya untuk

oleh siapapun; dan 4) sosialisasi, yaitu proses

menindaklanjuti pogram unggulan di perguruan

ber bagi

(htt p:// www.suar a-

tinggi perlu ditindaklanjuti dengan suatu program

pembaruan.com/News/2004/ 02/27/index.html).

star-up business, di mana mahasiswa dibimbing

Permagangan di industri atau kerja magang

dan diarahkan ke dunia nyata, yaitu wirausaha

merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

berbasis Iptek berbasis komersial (profit-benefit).

tacit knowledge, dari magang individu dapat

Program ini sejalan dengan strategi Perguruan

melakukan observasi, imitasi, dan mempraktikkan

Tinggi dalam kurun waktu 2003-2010 (Depdiknas,

apa yang telah dipelajarinya. Sampai saat ini masih

2010a). Program tersebut menekankan bahwa

terbatas mahasiswa atau dosen yang melakukan

kompetensi lulusan pergururan tinggi dalam suatu

magang di industri dan sebaliknya, masih terbatas

bidang ilmu tidak lagi mencukupi untuk memasuki

jumlah perusahaan yang memberikan kesem-

lapangan kerja yang semakin kompetitif. Di

pata n kepa da mahasiswa atau d osen untuk

samping lulusan perguruan tinggi dituntut untuk

melakukan “magang” atau kuliah kerja lapangan

memiliki kompetensi di bidang tertentu, kemam-

(KKL). Hal ini dapat diasumsikan bahwa pihak

puan lainnya seperti belajar sepanjang hayat,

industri belum memperoleh sosialisasi program

kemampuan menganalisis, mensintesis, kemam-

pendidikan kewirausahaan dari perguruan tinggi.

puan memanfaatkan peluang dengan keberanian

Alasan yang cukup klasik dari

pengala man

industri dan yang

mengambil risiko yang diperhitungkan (entrepre-

masih sering ditemui bahwa magang ataupun KKL

neurial spirit), diperlukan juga kompetensi entre-

mengganggu

preneurial. Hal ini sejalan dengan Instruksi

proses

i ndustri

dan

bahk an

adakalanya membebani perusahaan. Oleh karena

Presiden

tentang pengembangan ekonomi kreatif

itu, sosialisasi penting dilakukan dan seharusnya

(Inpres Nomor: 6/2009).

dengan adanya CSR (corporate social responsibility) oleh industri sudah merupakan keniscayaan

Lulusan Perguruan Tinggi dan Daya Saing

bagi industri untuk berbagai (sharing) dalam hal

Salah satu cara pendekatan dalam meningkatkan

peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan

kualitas perguruan tinggi yang dianggap cukup

pelatihan secara sinergi.

signifikan, yaitu menumbuhkan dan membang-

Dalam upaya menumbuhkembangkan jiwa

kit kan etos ker ja l ulusan sebel um m enja di

ke wira usahaan dan meni ngka tkan akt ivit as

pi mpinan organissa si/p erusahaa n da n/at au

kewirausahaan sehingga para lulusan perguruan

pendiri kewirausahaan. Pemahaman etos kerja

tinggi berorientasi pada pencipta lapangan kerja

berangkat dari pengertian etos (ethos) yang

460

Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

secara etimologis terdapat tiga istilah dalam

seseorang tersebut menunjukkan bagaimana

bahasa Inggris, yaitu ethic, ethics dan ethos. Ethic

ked uduk an seseorang

diartikan sebagai standar moral atau nilai-nilai;

lembaga dengan lembaga lain yang berhubungan

ethics sebagai filsafat moral (moral philosophy)

dengan keunggul an d enga n ya ng l ainnya.

dan ethos bermakna watak atau character (Noah,

Keunggulan seseorang atau pemimpin mem-

1979).

berikan peluang untuk keberhasilan mencapai

Etos kerja yang mencerminkan semangat juang dia nut

banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang oleh

seseora ng

d alam

dengan

orang at au

tujuan pribadi atau tujuan organisasi. Salah satu faktor keunggulan tersebut dapat dicapai melalui

mel akuk an

pendidikan dan pelatihan dalam bentuk tingkat

pekerjaan, sedangkan nilai-nilai itu sendiri selalu

keterampilan (kompetensi) yang dimiliki sese-

berubah dan berkembang. Etos juga merupakan

orang atau pemimpin (Callon, 1996). Oleh karena

landasa n id e, cita- cita , pi kira n ya ng a kan

itu, daya saing dalam kewirausahaan difahami

menentukan sistem tindakan. Hal ini, karena etos

sebagai kesanggupan individu atau wirausa-

menentukan penilaian seseorang atas suatu

hawan dalam berkompetisi dengan wirausahawan

pekerjaan, maka ia akan menentukan pula hasil-

lain dalam lingkungan kelompoknya, sebagai

hasil yang akan dicapai secara kualitatif maupun

cerminan adanya

secara kuantitatif. Hal tersebut sesuai pendapat

yang memiliki, yaitu kemandirian, memiliki daya

Halexandria (2004) bahwa etos kerja adalah sifat

inovasi, dan keberanian menghadapi perubahan

yang khas (characteristic) semangat seseorang

meskipun mengandung risiko.

indikator pengembangan diri

atau kelompok terhadap suatu pekerjaan. Hasil

p endi dika n

ya ng

b ermutu

p ada

Metode Kajian

hakikatnya berakhir pada kemampuan daya saing.

Me tode kaj ian ini

Daya saing atau persaingan/kompetisi merupakan

sed erha na m elal ui “ anal isis” da ri b erba gai

usaha untuk mengalahkan lawan atau berusaha

dokumen sebagai sumber acuan yang terkait

melawan standar internal dan eksternal dalam

dengan peraturan perundangan-undangan yang

mencapai tujuan. Lebih lanjut, Pettgrew (1993)

re leva n de ngan pendidi kan Kewi rausahaa n,

mengemukakan bahwa persaingan pada dasar-

pembahasan kewirausahaan dari jurnal, Panduan

nya merupakan kemampuan untuk menyesuaikan

Pelaksanaan Kewirausahaan,

pe ruba han

lingkungany a.

dan hasil kajian Pendidikan Kewirausahaan di

Perubahan dalam hal ini, yaitu adanya proses

perguruan tinggi, serta Hasil Penelitian Balitbang

kemajuan yang terjadi di lingkungan perusahaan

tentang Alt erna tif Pela ksanaan Pend idik an

atau masyarakat sehingga pendidikan menjadi

Kewirausahaan di perguruan tinggi.

sua tu

yang

k ebut uhan

ter jad i

bag i

di

se tiap

ora ng

dil akuk an d enga n ca ra

Teori

pendukung,

a tau

karyawan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang

Hasil Kajian dan Pembahasan

di kemukaka n Ga rell i (2 003) bahwa t ingk at

Kompetensi Keahlian Lulusan Perguruan

pendidi kan

Tinggi

dan

pela tiha n

se baga i

up aya

peningkatan pengetahuan bagi seorang pekerja

Komitmen Pemerintah yang secara eksplisit telah

merupakan dasar dalam persaingan.

menjadi prioritas nasional dalam pembangunan

Sementara itu, Israel (2001) mengatakan

pend idikan 2010- 2014, y aitu p embang unan

bahwa daya saing atau rivalitas merupakan

pendidikan diarahkan untuk tercapainya per-

perilaku pembawaan atau kualitas/potensi individu

tumbuhan ekonomi yang didukung oleh kese-

yang di mili kiny a. Setia p or ang tida k da pat

larasan antara ketersediaan tenaga pendidik

menghindarkan dirinya dari kondisi bersaing yang

dengan kemampuan: 1) menciptakan lapangan

terjadi di lingkunganya. Pada kesempatan lain,

kerja atau kewirausahaan; dan 2) menjawab

Ivancevich, et.al (1995) mengemukakan bahwa

tantangan kebutuhan tenaga kerja (Depdiknas,

daya saing (competitiveness) menunjukkan posisi

2010a).

relatif seseorang, unit, perusahaan atau suatu

Paradigma pendidikan yang bersifat supply

negara dibandingkan dengan seseorang, unit,

driven yang cenderung menghasilkan lulusan

perusa haan, atau negara lai n. Posisi r elatif

dalam jumlah banyak, sudah seharusnya ber-

461

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

geser me njad i de mand dr iven ya ng leb ih

kerja sesuai dengan pasokan (supply driven)

mempertimbangkan pada aspek permintaan dunia

maupun permintaan (demand driven).

kerja. Lulusan perguruan tinggi dituntut untuk

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

memiliki berbagai kompetensi seperti academic

kompetensi lulusan perguruan tinggi masih belum

knowledge, skill of thinking, management skill dan

sepenuhnya memenuhi harapan dunia kerja. Agar

communication skill. Sinergitas keempat kompe-

kebutuhan dunia kerja dapat terpenuhi, maka

tensi tersebut akan tercermin melalui kemampuan

para lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki

lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas

beb erap a kompet ensi sesuai deng an i lmu

persoalan-persoalan atau tantangan-tantangan

pengetahuan dan teknologi serta seni (Ipteks)

yang dihadapinya. Lulusan harus dibekali juga

yaitu berupa kompetensi akademik, kompetensi

keterampilan hidup (live skill) dan kemampuan

berpikir, kompetensi manajemen dan kompetensi

beradaptasi dengan kemampuan berkomunikasi

berkomunikasi. Di samping itu, lulusan hendaknya

bergaul dan berinteraksi dalam masyarakat ilmiah

dibekali dengan keterampilan hidup (live skill),

dan masyar akat profesi; kemam puan untuk

kom pete nsi bera dapt asi dan bersosia lisa si

bekerja dalam kelompok; kemampuan untuk

dengan lingkungan kerja serta kemauan belajar

menggunakan khasanah pengetahuan; memiliki

sepanjang hayat (life-long education).

integritas pribadi, moral dan etika profesi yang tinggi (soft skill).

Pemenuhan berbagai kompetensi tersebut nampaknya akan mengalami tantangan manakala

Dari tahun ke tahun, jumlah pengangguran

“peluang bisnis” bagi tamatan perguruan tinggi

lul usan sar jana secara nyat a le bih ting gi

tidak seimbang dengan jumlah lulusan yang

dibanding lulusan diploma. Kondisi tersebut

berpotensi untuk melakukan bisnis. Idealnya,

mengindikasikan bahwa sekurang-kurangnya

peluang bisnis harus diciptakan oleh lulusan

sekitar 20% dari jumlah lulusan perguruan tinggi

perguruan tinggi itu sendiri, namun perangkat

setiap tahunnya belum mendapatkan pekerjaan

pendukung lainnya perlu disinergikan dengan

tetap. Atas dasar tersebut, ada kecenderungan

DUDI dalam wujud jejaring kerja sama (network-

bahwa lulusan perguruan tinggi pada umumnya

ing) yang dapat mewujudkan suasana timbal balik

sebagai pencari kerja ( job-seeker) daripada

dalam wujud saling pengertian (mutual under-

pencipta kerja (job creator). Di samping itu, aktivitas

standing), dan saling menguntungkan (mutual

kewirausahaan masih relatif rendah dan cukup

benefit).

bervariasi antara perguruan tinggi yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas kewirausahaan

Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan

dimaknai sebagai individu aktif dalam memulai

Kondisi lulusan program studi dengan pengem-

bisnis baru dan dinyatakan dalam persen total

bangan kurikulum yang digunakan sampai saat

penduduk aktif bekerja. Semakin tinggi indeks

ini, memiliki keterkaitan yang rendah dengan

aktivitas kewirausahaan (enterpreneurship activity)

kebutuhan atau tuntutan dari user (stakeholders).

maka semakin tinggi entrepreneurship level suatu

Pe ndap at Antonius (200 8) d alam Bal itba ng

neg ara (Boulton dan Tur ner, 200 5 da lam

(2010a) bahwa fenomena tersebut didukung oleh

Hendarman, 2011).

data bahwa hampir sekitar 35% lulusan per-

Dalam mengatisipasi kebutuhan kompetensi

guruan tinggi tidak terserap di pasar kerja, atau

yang dibutuhkan tenaga kerja, perlu dilakukan up-

sekitar 322.750 pengangguran terdidik. Jumlah itu

dat e a nali sis kebutuha n dunia kerj a ya ng

akan meningkat menjadi dua kalinya bila ditambah

mencakup d imensi kualit as/komp etensi dan

dengan mereka yang kini mengalami PHK, dan

kuantitas lulusan terhadap proyeksi kebutuhan

pada tahun 2008 mencapai

50,3%.

DUDI. Proyeksi kebutuhan harus mengacu pada

Tingginya a ngka pengang gura n te rdid ik

karakteristik khusus dan potensi yang dimiliki oleh

tersebut tidak lepas dari rendahnya etos kerja

potensi masing-masing daerah dan kebutuh-

lulusan perguruan tinggi dan kurangnya entrepre-

annya. Untuk menjawab persoalan tersebut salah

neurial mindset. Lebih lanjut, Antonius (2008)

satunya diperlukan program penguatan relevansi

dalam Balitbang (2010a) menyatakan bahwa

antara dunia pendidikan dan kebutuhan tenaga

penyeba b ut ama terj adinya p enga ngguran

462

Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

terdidik antara lain kurang selarasnya peren-

“learning by doing”. Ketika pengalaman yang

canaan pembangunan pada sektor pendidikan

dimiliki individu digabungkan dengan explicit

dengan perkembangan lapangan kerja, sehingga

knowledge, hal itu dapat diinternalisasikan melalui

lulusan dari perguruan tinggi hanya sebagian

sosialisasi, eksternalisasi, dan kombinasi maka

yang terserap untuk pasar kerja.

terbentuk tacit knowledge. Tacit knowledge yang

Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu

menjadi basis mental model itu merupakan aset

menerapkan konsep link and match antara dunia

yang sangat berharga bagi organisasi. Tacit

pendidikan dan dunia ketenagakerjaan dengan

knowledge yang ada pada level individu harus

pendekatan market labour based. Dalam konteks

disebarkan ke level organisasi. Dengan penye-

ini , pr ogra m-pr ogra m ya ng m emungkinkan

bar an t erseb ut di mula ilah suat u new spi ral

tumbuhnya jiwa kewirausahaan atau enterpre-

knowledge creation. Perguruan Tinggi yang berhasil

neurship dalam lembaga pendidikan tinggi menjadi

menempatkan dirinya sebagai perguruan tinggi

sebuah alternatif dalam menjawab fenomena

unggulan dan banyak melahirkan entrepreneur,

seperti yang dijelaskan di atas.

salah satunya disebabkan oleh kemauan dan

Hasil penelitian Pendidikan Kewirausahaan

kemampuan melakukan internalisasi pengalaman

Balitbang (2010a) menunjukkan bahwa kurikulum

dan pengetahuan, sehingga dapat membentuk

yang berorientasi kreatif dan pembentukan jiwa

tacit knowledge pada komunitas akademik. Tacit

kewirausahaan perlu ditumbuhkembangkan dalam

knowledge ini juga memberikan sumbangan bagi

dunia pendidikan. Kurikulum yang dimaksudkan,

terbentuknya core competency (Ditjen Dikti, 2010a)

yaitu: 1) kurikulum yang membentuk kompetensi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

agar lulusan menjadi individu-individu visioner

melalui Direrktorat Pendidikan Tinggi sedang

yang ma mpu mene rima ber baga i sk enar io

mengembangkan sebuah Program Mahasiswa

tantangan, melihat peluang dan berani mengambil

Wirausaha (Student Euntrepeneur Program) yang

resiko, termasuk melatih kemampuan mencerna

meliputi program: Pendidikan Kewirausahaan

permasalahan dan mengambil keputusan dengan

(PMW, Kuliah Kewirausahaan (KWU), Magang

tepat walaupun tanpa adanya panduan yang

Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU),

cukup; 2) kurikulum yang memfasilitasi intensifikasi

Coorperative Education (Co-op) dan inkubator bisnis

keterampilan, talenta dan kreativitas; serta 3)

(INBIS) yang mendukung terciptanya lulusan

kurik ulum yang mengandung program yang

yang siap kerja dan job creator (Ditjen Dikti, 2010b).

seimbang antara hard science dengan soft science (seni dan ilmu sosial).

Hasil-hasil karya mahasiswa melalui kedua program tersebut belum ditindaklanjuti secara

Untuk mewujudkan gagasan tersebut antara

komersial menjadi sebuah embrio berbasis Ilmu

lain dapat dilakukan melalui: pertama, perguruan

Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Program

tinggi harus mau mengambil prakarsa meng-

pe ngua tan

konversi pengetahuan kewirausaan yang ada di

pe ning kata n kr eati vita s be rwir ausa ha d an

dunia usaha ke dalam masyarakat akademik. Hal

percepatan pertumbuhan wirausaha baru dengan

ini telah dilakukan oleh perguruan tinggi dan

basis Ip tek m asih perl u dik embangkan dan

menjadi tradisi sebagai masyarakat keilmuan yaitu

diperkuat sebagai lembaga yang berwenang

melakukan combination dari explicit knowledge yang

dalama pengembangan kewirausahaan (Ditjen

satu ke explicit knowledge lainnya, yaitu proses

Dikti, 2010a).

kele mbag aan

yang

mendorong

mensistematisasikan konsep ke dalam sistem

Dalam upaya menindaklanjuti pogram kreatif

pengetahuan. Konversi pengetahuan ini men-

mahasiswa dan program kerja usaha yang telah

cakup menggabungkan body of knowledge yang

melahirkan karya-karya inovatif dan kreatif

berbeda-beda, sehingga diperoleh new body of

mahasiswa, maka perlu ditindaklanjuti dengan

knowledge.

program star-up business, di mana sebaiknya

Kedua, internalization dari explicit knowledge

mahasiswa dihantarkan dan dibawa dalam dunia

ke tacit k nowl edge . I ni m erupak an p roses

nyata wirausaha berbasis Iptek yang komersial

mewujudkan explicit knowledge menjadi tacit

(profit-benefit ). Program ini sejalan dengan

knowledge. Proses ini erat kaitannya dengan

Strategi Perguruan Tinggi

jangka panjang 2003-

463

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

2010 (HELTS 2003-2010) yang menjelaskan

Simpulan dan Saran

bahwa, kompetensi lulusan dalam suatu bidang

Simpulan

ilmu saja tidak lagi mencukupi untuk memasuki

Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan dapat

lapangan kerja yang semakin kompetitif. Lulusan

disimpulkan bahwa: pertama, kompetensi lulusan

harus pula memiliki kemampuan untuk belajar

perguruan tinggi yang dibutuhkan oleh para

sepanjang hayat, kemampuan untuk menganalisis

pemangku kepentingan (stakeholders) belum

dan mensintesis, kemampuan untuk memanfa-

sepenuhnya memenuhi kebutuhan dunia kerja.

atkan peluang dengan keberanian mengambil

Diharapkan para lulusan perguruan tinggi memiliki

resiko yang diperhitungkan (entrepreneurial spirit),

ber baga i kompet ensi , antara lai n academ ic

sehingga diperlukan perubahan bukan saja pada

knowledge, skill of thinking, management skill dan

proses pembelajaran tetapi juga pengembangan

communication skill. Kedua, para lulusan perguruan

budaya dan spirit entrepreneurial. Hal ini sesuai

tinggi diharapkan pula memiliki keterampilan hidup

pula dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6

(live skill) dan kemampuan beradaptasi serta

tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi

kemampuan bersosialisasi (soft skill) terhadap

kreatif dengan enam sasaran utama tahun 2009-

lingkungan kerja dan memiliki kemauan belajar

2015 (Depdiknas, 2010).

sepanjang hayat (life-long education). Ketiga,

Atas dasar uraian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa

p elak sana an

pe laksanaa n pe ndid ika n ke wira usahaan

di

p rogr am

perguruan tinggi masih belum berhasil sesuai

kewirausahaan di berbagai perguruan tinggi

dengan yang diharapkan, di mana masing-masing

dalam tahap pelaksanaannya dalam hal persiapan

perguruan tinggi belum memiliki standar minimal

dan pelaksanaan program kewirausahaan dan

pelayanan yang sama dalam melayani maha-

peran unit baru yang berfungsi dan bertugas

siswanya yang mengikuti program pendidikan

sebagai pengelola program kewirausahaan belum

kewirausahaan. Keempat, beberapa perguruan

optimal. Di samping itu, penyediaan sarana dan

tinggi telah berhasil dalam melaksanakan dan

prasarana penyelenggaraan kewirausahaan yang

mengembangkan program pendidikan kewira-

masih terbatas (sarana dan prsarana, mitra kerja,

usahaan, misalnya Universitas Brawijaya Malang

dana,dan tenaga dosen yang berkompetensi

di mana dalam pelaksanaan tersebut berbagai

dalam m emberi bekal keterampilan kewira-

sarana dan prasarana telah cukup memadai

usahaa n Le bih lanj ut, dala m im plem enta si

termasuk jejaring kerja dengan mitra kerja bagi

program kewirausahaan masing-masing per-

mahasiswa serta dosen p enga mpu prog ram

guruan tinggi belum memiliki standar minimal yang

Pendidikan Kewirausahaan. Perguruan tinggi

sama dalam operasionalisasi pelaksanaannya

swasta seperti Universitas Ciputra Surabaya juga

dan para alumni masih belum optimal menin-

telah dinilai berhasil karena sarana dan prasarana

daklanjuti/mewujudkan sebagai wirausaha sesuai

le bih mema dai, ter utam a mi tra kerj a uni-

dengan pengetahuan dan pengalaman serta

ve rsit asny a se bagi an besa r be rada dal am

keterampilan melalui pemagangan di mitra kerja

kawasan industri pemilik universitas Ciputra

selama mengikuti perkuliahan.

(perusahaan milik Ciputra) sehingga sekaligus

Pe laksanaa n ke wira usahaan akan leb ih

dapat menerima lulusan universitas tersebut

sempurna manakala perguruan tinggi memiliki

secara bertahap dan berkesinambungan. Bagi

jejaring kerja sama dengan DUDI untuk mem-

perguruan tinggi yang telah dan sedang menye-

bentuk para lulusannya memiliki pengalaman

lenggar akan program kew irausaha an p ada

langsung jenis bisnis yang akan dikembangkan.

umumnya memiliki kendala belum optimalnya unit

Untuk mewujudkan hal tersebut, antara lain dapat

baru yang khusus bertugas dan berfungsi sebagai

dilakukan melalui jejaring kerja dengan para

pengelola kewirausahaan, serta masih belum

alumni di mana mereka bekerja. Hal ini sebagai

efektifnya pemberdayaan unit konsultasi bisnis

salah satu wujud kepedulian alumni terhadap

dan penempatan kerja (KBPK).

alm amet er y ang seca ra p sikologi s me mili ki hubungan emosional yang lebih dekat dengan sesama alumni.

464

Siswo Wiratno, Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi

Saran

Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif dengan

Atas dasar simpulan, maka disarankan agar

segala komponen yang diperlukan, antara lain

perguruan tinggi: 1) memberikan materi Kewi-

melalui: a) pembenahan dan pemberdayaan

rausahaan lebih banyak praktik lapangan (learning

keberadaan unit baru sebagai unit pengelola

by doing) dibandingkan pemberian materi yang

pr ogra m

sifatnya simulasi dalam kondisi yang tidak riil. Di

konsultasi bisnis dan penempatan kerja (KBPK)

samping itu, dalam membekali berbagai kom-

dengan merumuskan kebijakan agar masing-

petensi, perguruan tinggi melakukan update

ma sing mahasiswa seca ra i ndiv idu maup un

kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan

pasangan/kelompok melakukan usaha “kewira-

dunia kerja (demand driven) seperti academic

usahaan” atau “pengelolaan usaha” sesuai bakat

knowledge, analitical skil, managerial skill dan

dan minatnya melalui pemberian “dana bergulir”;

communication skill; 2) memberikan keterampilan

dan b) perguruan tinggi perlu merencanakan

tambahan seperti keterampilan hidup (live skill)

secara terencana, bertahap, dan berkesinam-

dan kemampuan beradaptasi serta kemampuan

bungan, dalam menyediakan infra struktur untuk

bersosialisasi (soft skill) terhadap lingkungan kerja

menunjang kelancaran dan keberhasilan penye-

dan memiliki kemauan belajar sepanjang hayat

le nggg araa n

(life-long education); 3) mengusahakan standar

program studi. Di samping itu, koordinasi dan

pelayanan minimal dalam menyelenggarakan

kerja sama/kemitraan atau jejaring kerja dengan

program pendidikan kewirausahaan sehingga

DUDI sebagai mitra kerja perguruan tinggi juga

pola penyele nggaraan kewirausahaan d apat

perlu ditingkatkan serta memberdayakan alumni

mencapai sasaran secara optimal; 4) mening-

untuk melakukan jejaring kerja dan sinergi dalam

katkan penerapkan Keputusan Presiden Nomor 6

dunia kewirausahaan.

Pe ndid ikan

Kew irausaha an

“k ewir ausahaa n”

di

d an

be rbag ai

Pustaka Acuan Anonim, Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan Perlu Dirumuskan. (http://www.suarapembaruan.com/ News/2004/02/27/index.html) diakses pada tanggal 30 November, 2010. Badan Pusat Statistik. 2008. Sakernas Februari 2008: Penduduk Usia Kerja di Indonesia menurut Pendidikan Daerah 2008.

http://www.nakertrans.go.id/pusdatin.html,3,291,pnaker. Diakses

25 April 2009

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2010a. Laporan Hasil Penelitian Alternatif Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, bekerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta, Kemdiknas, Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan. 2010b. Pedoman Umum Pengembangan Model Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi, Balitbang Kemdiknas bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, Malang. Callon, Jack D.1996. Competitive Adventage Trough Information Technology, Singapore, McGraw-HillBook Co. David Hunger. J. and Wheelen. Thomas L. 2003. Manajemen Strategis, ANDI: Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (HELTS 2003-2010). Kemendiknas. Jakarta.

465

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2009a. Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Dikti. Jakarta: Direktorat Kelembagaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2009b. Laporan PMW di Perguruan Tinggi (tidak dipublikasikan). Jakarta: Direktorat Kelembagaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010a. Pedoman Program Kreatifitas Mahasiswa. Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010b. Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan. Bab V. Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Dikti – Edisi VII. Jakarta. Halexandria. 2004. (http://Halexandria.org/dward 333htm) diunduh pada tanggal 11 Juni 2009. Hendarman. 2011. Kajian Kebijakan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17. No. 8. Edisi November 2011, Balitbang, Kemdiknas, Jakarta. Ivancevich, John M., Donnely James H., Jr. James L Gibson. 1995. Fundamental of Management , USA: Richard D Irwin Inc,. Israel, Giana E. 2001. Competitiveness.

(http//www.firelily.com/gender/giana) diakses pada tanggal

12 Desember 2009. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Jakarta. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Jakarta. Media Indonesia, 30 April 2007. Minimnya Minat Menjadi Pengusaha dalam Editorial Media Indonesia diunduh tanggal 1 Juni 2008. Stephane Garelli. 2003, Competitiveness of Nations: The Fundamentals, (http://members.shaw.ca/ compilerpress1/anno/gareel/ Fundamentals.htm, diunduh pada bulan Oktober 2009. Subijanto. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 18, No. 2 Edisi Juni 2012, Balitbang, Kemdikbud. Sukidjo. 2011. Membudayakan Kewirausahaan. WUNY Majalah Ilmiah Populer Tahun XII, Nomor 1, Januari 2011. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Suryana. 2006. KEWIRAUSAHAAN Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. (edisi 3). Jakarta: Salemba Empat. Webster Noah. 1979. Webster’s New Twentieth Century: Dictionary Unabridged, USA: William Collins Publishers.

466