Penelitian dan Kehidupan Manusia - Blogs Unpad - Universitas ...

61 downloads 4663 Views 400KB Size Report
1 | Tarkus Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia ... Untuk memahami pentingnya manfaat penelitian bagi kehidupan manusia, kita harus.
PENELITIAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA Tarkus Suganda Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran [email protected] http://blog.unpad.ac.id/tarkussuganda PENDAHULUAN Banyak dari kita yang tidak sadar bahwa kehidupan kita saat ini, kemudahan, kenikmatan, dan segala fasilitas hidup, semuanya merupakan hasil suatu penelitian yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Tindakan kita sehari-hari sebenarnya merupakan hasil penelitian. Sebagian karena kita pelajari dari buku, cerita atau saran dan petunjuk orang lain dan orang tua kita, sebagian lagi merupakan hasil pengalaman kita pribadi. Semakin besar keputusan yang kita ambil berdasarkan hasil penelitian, semakin bijak tindakan kita. Manfaat Penelitian Bagi Kehidupan Manusia Untuk memahami pentingnya manfaat penelitian bagi kehidupan manusia, kita harus terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan penelitian. Secara sederhana, penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang sesuatu hal dengan menggunakan pancaindera. Sedangkan alasan mengapa kita perlu melakukan penelitian adalah paling tidak berupa: 1. Untuk menjawab rasa ingin tahu tentang sesuatu hal yang belum kita ketahui. Manusia merupakan mahluk hidup yang paling mulia di dunia ini. Secara lahiriah, manusia memiliki pikiran (akal dan nalar) yang sangat maju dibandingkan mahluk apa pun, sehingga Al Qur’an pun menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk yang paling sempurna ysng pernah diciptakan oleh-Nya. Karena memiliki akal dan nalar, maka manusia mempunyai kecenderungan untuk tidak pernah puas dengan keadaan yang ada. Secara instink, baik disadari maupun tidak, manusia selalu berusaha mengeksplorasi hal-hal baru, baik yang diperbolehkan maupun yang dilarang. Bahkan semakin dilarang untuk mengeksplorasi suatu hal, semakin besar rasa penasaran manusia untuk mengeksplorasi hal tersebut. Sebagaimana dikisahkan tentang Nabi Adam dan Siti Hawa pun, akibat rasa keingintahuannya, keduanya telah melanggar aturan untuk tidak melakukan apa yang dilarang Tuhan. Itulah sebabnya, Paul Leedy, seorang pemikir Barat menyatakan bahwa “manusia adalah mahluk yang selalu memiliki rasa ingin tahu” (man is a curious animal). Manusia memiliki rasa ingin tahu karena manusia mempunyai fitrah untuk selalu mencapai keadaan yang lebih baik dari hari ke hari. Salahkah jika manusia selalu memiliki rasa ingin tahu? Tidak sama sekali. Fitrah ini merupakan karunia dari Allah, Sang Pencipta, yang hanya dikaruniakan olehNya kepada manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Jika diarahkan kepada hal-hal yang memiliki tujuan yang baik, rasa keingintahuan (curiosity) ini akan sangat bermanfaat bagi kehidupan yang lebih baik. Bagi mereka yang suka, pasti tahu bagaimana enaknya rasa pisang Ambon atau Raja Cere, tapi pernahkah kita merenungkan mengapa dari berbagai jenis pisang yang ada kok orang menanam hanya pisang-pisang yang rasanya enak saja. Hal ini terjadi tentunya setelah zaman dahulu nenek moyang kita mencoba-coba rasa berbagai jenis pisang mengikuti rasa keingintahuannya. Atau, pernahkah kita merenungkan mengapa dari berbagai jenis hewan yang ada di muka bumi ini, tidak semua kita makan dagingnya?

1|Tarkus

Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia

Dengan demikian, maka nenek moyang kita, mengikuti nalurinya telah berhasil melakukan penelitian (trial and error) berbagai hal sehingga kita mencapai tingkat kebudayaan seperti sekarang ini. Sayangnya, justru kita, generasi sekarang, rasa keingintahuannya malah semakin kurang. 2. Untuk mendapatkan informasi pendukung dalam membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Hasil penelitian merupakan senjata kita dalam pengambilan keputusan yang tepat, terutama dari salahnya kita dalam mengambil keputusan. Sadar atau tidak, manusia normal selalu melakukan perbuatan berdasarkan hasil penelitiannya. Namun bagi orang awam, karena penelitiannya dilakukan tidak dengan secara sengaja, maka mereka mengatakan bahwa hasil penelitiannya sebagai berkat ‘pengalaman’. Berbagai kegiatan sehari-hari yang berdasarkan penelitian adalah contohnya dalam menentukan harus pukul berapa kita berangkat ke suatu tempat (misalnya untuk kuliah) agar kita dapat tiba di tempat tujuan tepat waktu. Proses kita dalam memperkirakan waktu berangkat tentunya didasarkan kepada hasil penelitian kita yang mempertimbangkan jarak tempuh, kemacetan lalu lintas, jenis transportasi yang akan digunakan, dlsb. Seorang tukang jualan keliling juga melakukan usahanya berdasarkan penelitian, sejak dari pemilihan jenis dagangan yang akan dijajakannya, lokasi marketing yang akan ditempuhnya, waktu yang tepat untuk berkeliling, dlsb. Ia tidak akan memilih berjualan es krim di waktu malam hari karena kemungkinan untuk sukses penjualan es krim adalah pada siang hari yang terik ketika orang merasa kehausan. Ia tidak akan berjualan ke lokasi perumahan mewah yang pintunya selalu terkunci dan halamannya luas, melainkan ke lokasi padat penduduk yang banyak anak-anak kecilnya, misalnya sekitar sekolah, karena anak kecil adalah calon konsumen potensial. Dengan demikian, tujuan utama manusia melakukan penelitian adalah untuk memenuhi rasa keingintahuannya tentang sesuatu hal agar hidupnya menjadi lebih baik (pekerjaannya lebih efektif dan efisien). Mengapa manusia harus melakukan penelitian? Manusia (sebagaimana juga hewan) memerlukan pengetahuan untuk survive (bertahan hidup). Yang membedakan manusia dengan hewan adalah kemampuannya menggunakan akal dan nalar (ilmu atau ilmiah), sementara hewan hanya mengandalkan instink dan akal atau pengalaman atau pengetahuannya (tetapi tidak memiliki nalar). Seekor kera tahu bahwa daging buah kelapa rasanya enak, karena ia diajari induknya tentang rasa buah kelapa, tetapi dia tidak punya akal untuk mendapatkannya dari buah kelapa yang masih utuh. Seekor anak burung akan diajari induknya bagaimana caranya terbang dan mencari makan, semata-mata hanya untuk bertahan hidup, sedangkan manusia yang tidak bisa terbang, berkeinginan untuk dapat terbang dengan bantuan alat, bukan untuk bertahan hidup tetapi karena ingin taraf hidupnya lebih baik (a.l. dapat berpindah tempat dalam waktu yang lebih pendek secara nyaman). Manusia mengembangkan pengetahuannya bukan hanya sebatas untuk kelangsungan hidupnya, tetapi ia juga menggunakan akal (nalar) dan pikirannya untuk menemukan hal-hal baru yang menjadikan kehidupannya jauh lebih baik lagi. Sebagai contoh, sudah sejak lama manusia sudah mampu membuat kereta api yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi massal, tetapi ternyata tetap saja manusia berkarya untuk menciptakan kereta api baru yang lebih mewah, lebih cepat, lebih sempurna segalanya, misalnya KA Shinkansen di Jepang yang kalau sedang berjalan tidak menapak di rel dan terbang mencapai kecepatan ratusan km/jam. Dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, manusia juga berbeda dengan binatang. Seorang ibu akan mengajari anaknya bukan hanya untuk bertahan hidup tetapi juga untuk tujuan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, seorang anak manusia tidak hanya diberi

2|Tarkus

Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia

pendidikan di dalam lingkungan keluarga, tetapi juga dikirimkan ke sekolah bahkan ke bangku perkuliahan, bersama-sama anak-anak lainnya untuk memperoleh, bukan saja pengalaman dan pengetahuan, tetapi juga ilmu. Contoh lain tentang upaya manusia melaksanakan penelitian dalam memenuhi hasrat manusia untuk menjadi lebih baik adalah dalam pembuatan alat komunikasi. Zaman dahulu orang menggunakan kurir untuk menyampaikan suatu pesan. Kemudian manusia menggunakan burung merpati sebagai kurir sampai akhirnya ditemukan pesawat telepon pertama yang harus digoel (diputar, Bhs. Sunda) terlebih dahulu untuk dapat berbicara, itupun hanya bicara bergantian. Ilmuwan terus melakukan penelitian sehingga berturut-turut kita mengenal telepon yang cara mendialnya dengan diputar, ditekan tombolnya, mampu berbicara bersamaan (tripartit), redial dengan cepat, sampai yang nirkabel (tanpa kabel) dan dilengkapi dengan gambar (video). Dari bentuknya juga terus disempurnakan, ukurannya semakin lama semakin kecil, sehingga semakin nyaman dipergunakan. Pertanyaannya, mengapa manusia terus berinovasi? Jawabannya sederhana, manusia hanya ingin semakin lama taraf hidupnya semakin baik. Untuk itu, sebagaimana telah dikemukakan di atas, yaitu bahwa semua yang dilakukan manusia selalu berdasarkan hasil penelitian, kemudian dikaitkan dengan keinginan manusia untuk mencapai lebih dari sekadar bertahan hidup, maka manusia mutlak harus terus menerus melakukan penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan kepada berbagai masalah. Kita ambil contoh seorang petani. Masalah besar yang dihadapinya adalah bagaimana mempertahankan hidup diri dan keluarganya (atau kalau bisa mencapai taraf kehidupan yang lebih baik lagi bagi di esok hari atau di masa depan). Masalah besar tersebut dipecah-pecah menjadi a.l. keterbatasan luas lahan garapan, biaya yang kurang, produksi yang rendah, hama dan penyakit yang menyerang, musim yang tidak bersahabat, harga hasil pertanian yang tidak menguntungkan, bagaimana menyekolahkan anak-anaknya, dll. Untuk bertahan hidup, petani tersebut harus dapat memecahkan satu per satu masalahmasalah tersebut. Ia harus menggunakan segala pancaindra, pikiran, pengalaman, pengetahuan, logika, nalar, dan bahkan tenaganya untuk mengatasi persoalan tersebut. Petani tersebut akan lebih besar kemungkinan berhasilnya dalam mengatasi persoalannya kalau selain memiliki kemampuan dan pengetahuan (yang biasanya diperoleh dari pengalaman secara turuntemurun) tersebut ia juga memiliki ilmu (misalnya dengan ikut pelatihan atau kursus, atau bahkan sekolah lagi). Sudah sejak lama petani kita menerapkan berbagai cara bertani yang baik sekalipun mereka tidak mengetahui mengapa praktik tersebut mereka lakukan. Contohnya, petani membenamkan bahan hijauan ke dalam tanah pada waktu mengolah tanah, menggilir jenis tanaman yang ditanamnya, memilih benih yang baik, dll. Ketika kepada mereka ditanyakan mengapa mereka melakukan praktik tersebut, mereka yang tidak memiliki ‘ilmu’-nya akan mengatakan bahwa itu semua merupakan praktik (pengetahuan) turun-temurun dari nenek moyang. Sekarang, karena anda adalah ilmuwan, dapatkah menjelaskan mengapa praktik itu mereka lakukan? Ilmiah vs Tidak Ilmiah Sebagaimana telah disampaikan, kegiatan penelitian kegiatan untuk mengumpulkan atau memperoleh data tentang sesuatu dengan menggunakan pancaindra. Yang membedakan antara penelitian ilmiah dengan penelitian tidak ilmiah adalah hanya dalam metodenya saja. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh masyarakat biasa, contoh kasus oleh pedagang es di atas, tidak bisa dikatakan ilmiah karena ia tidak menggunakan metode tertentu. Ia menggunakan akal dan logika, intuisi, pengalaman, dan pancaindranya saja. Dalam metode ilmiah, seseorang tetap menggunakan sebagaimana yang dilakukan tersebut diatas namun dengan menggunakan metode yang berlaku di dunia ilmiah. Suatu

3|Tarkus

Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia

penelitian dikatakan telah memenuhi kaidah ilmiah jika dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut : 1. Dimulai dari adanya “pertanyaan” yang ingin dijawab dengan kegiatan penelitian. 2. Tahapan mengobservasi. 3. Tahapan mengembangkaan “hipotesis” atau dugaan sementara terhadap jawaban dari “pertanyaan”. 4. Tahapan mendisain metode penelitian yang tepat dan cocok untuk mengumpulkan data. 5. Tahapan pelaksanaan penelitiannya sendiri. 6. Tahapan mengumpulkan dan mengolah data yang terhimpun. 7. Tahapan menginterpretasikan data. 8. Tahapan menarik kesimpulan tentang makna data yang diperoleh, dan 9. Tahapan mengomunikasikan hasil temuan kepada publik atau sejawat untuk mendapatkan tanggapan. Dengan demikian, ada yang mengatakan bahwa hasil penelitian yang tidak ilmiah (tidak melalui kesembilan tahapan tersebut), hasilnya adalah pengetahuan, sedangkan hasil penelitian yang melalui kesembilan tahap tersebut disebut sebagai ilmu. Pengetahuan tentu saja dapat berubah menjadi ilmu jika sudah dilakukan verifikasi tentang kebenarannya. Mengapa anda (sebagai mahasiswa) harus melakukan penelitian ilmiah? Secara harfiah anda memiliki kewajiban melaksanakan penelitian karena adanya tuntutan harus menulis skripsi. Namun makna di balik hal itu adalah karena anda sekarang berada dalam suatu komunitas ilmiah, yaitu perguruan tinggi. Dari anda diharapkan akan muncul pengetahuan dan ilmu baru, karena anda merupakan manusia terpilih yang di kemudian hari akan menjadi pemimpin-pemimpin umat manusia dalam mencapai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Sebagai insan terpilih, anda tentunya diharapkan tidak akan membuat suatu kebijakan atau keputusan yang gegabah, yang hanya didasarkan atas pengetahuan yang belum tentu kebenarannya (dalam lain kata, belum teruji kebenarannya secara ilmiah). Dari seorang yang pernah menjadi mahasiswa, diharapkan akan muncul bukan saja pengetahuan tetapi juga ilmu, yang dapat digunakan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia, dan bukan hanya untuk dirinya pribadi. Harus disadari oleh setiap mahasiswa bahwa selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, setiap mahasiswa menerima subsidi (yang artinya uang rakyat). Menurut perhitungan Mendikbud, seorang mahasiswa PTN setiap tahunnya memerlukan biaya Rp. 18-20 juta, sedangkan uang kuliah yang dibayarkannya masih sekitar Rp. 2-4 jutaan saja. Dengan demikian, sudah sewajarnya jika setelah terjun ke masyarakat nanti, lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu berperan dan bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat dan seluruh umat manusia. Dalam kurikulum pendidikan S-1 di Indonesia, skripsi, yang merupakan laporan tertulis dari suatu penelitian, masih merupakan suatu keharusan dan memiliki bobot 5 sks dari 144 sks beban studi program S-1. Adanya skripsi (dan penelitian) ini memang banyak menjadi polemik. Di satu fihak, ada yang ingin mempertahankannya mengingat begitu banyaknya manfaat yang diperoleh oleh mahasiswa S-1 dari penelitian dan penulisan skripsinya. Sementara itu, fihak yang ingin menghapuskannya berdalih bahwa sering sekali penelitian dan skripsi ini menjadi faktor penghambat proses studi mahasiswa. Argumen ini ditambah lagi dengan kenyataan bahwa beban pendidikan S-1 di luar negeri pun hanya berkisar 122 sks saja dan tanpa adanya kewajiban untuk melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi. Argumen masing-masing fihak ini memiliki kebenaran sendiri-sendiri sehingga sulit sekali untuk memilih mana yang dirasa cocok. Ada kemudian perguruan tinggi yang memilih jalur alternatif, yaitu dengan menawarkan pilihan kepada mahasiswa untuk memilih jalur skripsi dan non skripsi. Pola demikian memang dikenal juga di dunia pendidikan S-1 (undergraduate) di AS. Mahasiswa tidak diwajibkan melakukan penelitian dan penulisan

4|Tarkus

Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia

skripsi namun kepada mereka ditawarkan kesempatan untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan semacam penghargaan (reward), a.l. mereka yang mengambil jalur penelitian dan skripsi berhak melanjutkan studi ke pascasarjana. Di Indonesia juga, beberapa perguruan tinggi tidak mewajibkan mahasiswanya menulis skripsi (yang biasanya merupakan hasil penelitian), namun berupa karya tulis akhir berupa laporan magang atau praktik kerja. Umumnya, alasannya hanyalah untuk mempercepat masa studi saja. Padahal, keterampilan dan pengalaman melaksanakan penelitian memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan kelak lulusan perguruan tinggi di masyarakat. Contoh lain (walaupun bukan untuk tingkat sarjana). Di luar negeri, seseorang dapat memperoleh gelar magister hanya dalam waktu 1-1,5 tahun, jika ia menempuh studinya bycourse, yang tidak melakukan penelitian. Masa studinya sih dapat dipercepat, namun yang bersangkutan tidak diperbolehkan langsung masuk ke program doktor. Jika ia kemudian berhasrat menempuh program doktor, masa studi dan tingkat keberhasilannya biasanya lebih sulit dibandingkan mereka yang menempuh master selama paling sedikit 2 tahun dan melalui proses penelitian dan penulisan tesis. Hakikat melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi bagi seorang mahasiswa S-1 adalah jelas untuk memperkenalkan mahasiswa ke arah berpikir rasional, logis, dan ilmiah, sehingga ketika mahasiswa harus memutuskan sesuatu, akan ada balans (keseimbangan) antara emosi dengan nalarnya. Penelitian juga melatih mahasiswa untuk mampu berpikir ‘peka’ dalam mendeteksi permasalahan, paling tidak dalam bidang keahliannya, serta melatih mencari dan mengemukakan solusi atas masalah yang diidentifikasinya. Karena penelitian harus disertai oleh laporan (skripsi) dan harus pula dipresentasikan dan dipertahankan dalam suatu forum, maka hal itu merupakan suatu latihan bagi mahasiswa untuk menulis, menyajikan, dan mempertanggungjawabkan apa yang telah ditulis dan disajikannya. Singkatnya, penelitian bagi mahasiswa merupakan sarana untuk melatih kemampuan : membaca, mendengar, mengamati, memilih, bertanya, menyingkat, menyimpulkan, mengorganisasikan, menulis, menyajikan, mendiskusikan, dan mempertanggungjawabkan. Dengan demikian, karena tujuannya adalah sebagai sarana berlatih, maka tidak diharapkan bahwa dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S-1 akan muncul suatu ‘terobosan keilmuan’ atau ‘suatu hasil yang spektakuler’, walaupun kalaupun itu ada, tentunya tidak menjadi masalah. Prinsip ini penting dipahami oleh semua pihak, baik oleh pimpinan perguruan tinggi, oleh dosen, dan juga oleh mahasiswa. Keterampilan melakukan penelitian bagi mahasiswa juga sangat penting untuk kehidupan pribadinya, baik kehidupan keseharian maupun kehidupan karirnya. Mari kita perhatikan hasil survey yang dilakukan oleh the Association of American Colleges and Universities (AAC&U) tahun 2010 terhadap 302 pimpinan perusahaan tentang kriteria lulusan yang diinginkan. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi haruslah memiliki keterampilan luas dan pengetahuan mendalam dalam bidang tertentu, serta sangat penting bagi lulusan untuk mampu mengaplikasikan pengetahuannya ke dunia nyata dan mampu melakukan riset dan analisis berbasis bukti (data). Secara rinci, hasi survey tersebut juga menunjukkan bahwa : 1. 25% dari responden puas dengan kualitas lulusan PT. 2. 90% ingin adanya perbaikan dari kualitas keterampilan di banding masa lalu. 3. 84% ingin lulusan yang memiliki pengalaman meneliti. 4. 81% menyatakan bahwa keterampilan meneliti dan kemampuan menganalisis data merupakan keterampilan yang sangat penting. 5. 89% ingin lulusan bisa berkomunikasi – lisan dan tulisan. 6. 81% ingin lulusan yang bisa berpikir kritis dan analitis. 7. 79% ingin lulusan yang memiliki pengalaman kerja magang 8. 71% ingin lulusan yang mampu bekerja dalam tim dari berbagai orang yang berbeda 9. 70% lulusan yang inovatif dan kreatif

5|Tarkus

Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia

10. 63% ingin lulusan yang mampu menggunakan statistik. 11. 52% ingin lulusan yang mampu hidup bermasyarakat. Dari hasil survey tersebut dapat kita simpulkan bahwa beberapa keterampilan yang diinginkan oleh para pemimpin perusahaan tersebut berkaitan dengan keterampilan yang dapat diperoleh lulusan perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian (perhatikan butir No. 2 s.d. 10, yang semua persentasenya diatas 60%). PENUTUP Penelitian merupakan kegiatan yang sangat penting bagi semakin baiknya kehidupan manusia. Kemajuan kehidupan manusia yang kita alami sekarang merupakan kulminasi dari hasil-hasil kegiatan penelitian yang dilakukan umat manusia sampai saat ini. Oleh karena itu, keterampilan meneliti harus dilatihkan, dipupuk, dan dikembangkan agar kehidupan manusia di muka bumi ini semakin hari semakin baik. Bagi seorang mahasiswa, keterampilan meneliti memiliki manfaat, selain untuk kepentingan perkembangan ilmu dan pengetahuan sebagaimana disampaikan di atas, juga untuk kepentingan dirinya dan karirnya di masyarakat dan pekerjaannya. Hasil survey menunjukkan bahwa keterampilan meneliti dan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan meneliti merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh para pengguna lulusan. Mereka yang terlatih melakukan penelitian akan lebih bijak, lebih rasionil, lebih efektif, lebih efisien, dan lebih sistematis dalam bersikap dan membuat keputusan dibandingkan dengan mereka yang kurang terlatih melakukan penelitian. Kepustakaan College Parents of America. 2011. What Do Employers Want From Your College Student? A Liberal Education. Available at http://www.collegeparents.org/members/resources/articles/what-do-employerswant-your-college-student-liberal-education -tsg-

6|Tarkus

Suganda (2012):Penelitian dan Kehidupan Manusia