penerapan pendekatan pembelajaran open-ended ... - Jurnal Online

19 downloads 4093 Views 90KB Size Report
pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended yang dapat meningkatkan ... mengalami kesulitan apabila guru sedikit merubah bentuk soal yang baru dariĀ ...
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT Rizky Ayu Khalistin*), Erry Hidayanto **) Universitas Negeri Malang Email: [email protected], [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended yang dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu pada materi segi empat. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu sebanyak 28 siswa. Data dikumpulkan dari dokumentasi, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), tes, lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan catatan lapangan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian: langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran Open-Ended sebagai berikut (1) guru memberi masalah kepada siswa; (2) siswa mengeksplorasi masalah yang telah diberikan oleh guru; (3) guru merekam respon siswa; (4) pembahasan respon siswa (kelas); dan (5) siswa meringkas apa yang telah dipelajari. Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Hal ini dapat ditunjukkan melalui terjadinya peningkatan nilai rata-rata kelas VII-A dari 56,74 ke 84,02, peningkatan persentase tujuh indikator pemahaman konsep matematika, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu dari nol siswa menjadi dua puluh tiga siswa. Kata Kunci: Pembelajaran, Open-Ended, Pemahaman Siswa

Belajar matematika harus merupakan belajar bermakna (W. Brownell dalam Suherman, 2001: 49). Belajar matematika dengan bermakna akan dicapai ketika siswa tidak hanya dituntut untuk latihan, menghafal atau sekedar mengingat, melainkan siswa memperoleh pemahaman matematika melalui proses pembelajaran dimana siswa dapat aktif dalam berpikir dan memperoleh persepsi suatu konsep. Tidak terlibatnya siswa dalam kegiatan pembelajaran menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan secara maksimal pola berpikir kreatif yang dimiliki, kurangnya tingkat pemahaman siswa dan kurang maksimalnya prestasi yang diperoleh. Menurut John Dewey, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan (1) penyajian konsep yang lebih mengutamakan pengertian; (2) kesiapan intelektual siswa; dan (3) suasana kelas agar siswa siap belajar (Suherman, 2001: 48). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan apabila guru sedikit merubah bentuk soal yang baru dari soal yang biasa dikerjakan siswa. Selain itu dari hasil tes yang diberikan terdapat lebih dari 50% dari jumlah siswa kelas tidak dapat melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 81. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya berupa ceramah dan dilanjutkan dengan latihan soal sehingga sebagian besar siswa merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. *)Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika **) Drs. Erry Hidayanto, M.Si, Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang

1

Keaktifan siswa dapat diperoleh ketika seorang guru dapat memilih suatu model pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi pembelajaraan. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktivitas serta kreativitas siswa adalah pendekatan Open-Ended. Pendekatan Open-Ended adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan menyajikan masalah yang memiliki penyelesaian benar lebih dari satu atau jawaban benar lebih dari satu sehingga siswa secara aktif mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Pendekatan Open-Ended tidak hanya berorientasi pada jawaban akhir, tetapi memungkinkan siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah tanpa adanya pembatasan penyelesaian dan jawaban benar tunggal. Tujuan utama pemberian masalah Open-Ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada jawaban (Suherman, 2001: 113), sehingga siswa lebih leluasa untuk mencoba mengerjakan soal yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Dengan demikian siswa diharapkan dapat memahami apa yang dikerjakannya. Salah satu materi dalam matematika yang dapat disampaikan melalui pendekatan pembelajaran Open-Ended adalah materi geometri yaitu tentang segi empat. Dalam materi segi empat banyak terdapat rumus-rumus seperti rumus-rumus untuk menghitung luas atau keliling yang secara langsung diberikan kepada siswa tanpa memberikan penjelasan atau pemahaman mengenai bagaimana memperoleh rumus tersebut atau cara-cara lain yang dapat digunakan. Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Open-Ended yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi (1) guru memberi masalah; (2) siswa mengeksplorasi masalah; (3) guru merekam respon siswa; (4) pembahasan respon siswa (kelas); dan (5) siswa meringkas apa yang dipelajari (Kahfi, 2011:24). Pemahaman dalam penelitian ini dijabarkan dalam indikator pemahaman konsep matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 yaitu 1. Menyatakan ulang sebuah konsep. 2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). 3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. METODE Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6). Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk

2

memcahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perilaku tersebut (Sanjaya, 2009: 26). Karakteristik penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (1) tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar; (2) masalah yang dikaji dalam penelitian tindakan kelas adalah masalah praktis yang terjadi di dalam kelas; (3) fokus utama penelitian adalah proses pembelajaran; (4) tanggung jawab pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan kelas ada pada guru sebagai praktisi; dan (5) penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang sedang berjalan (Sanjaya, 2009: 3334). Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup (1) penetapan fokus permasalahan; (2) perencanaan tindakan; (3) pelaksanaan tindakan dibarengi observasi dan interpretasi; (4) analisis dan refleksi; dan (5) perencanaan tindak lanjut (bila diperlukan) (Wahidmurni, 2008: 39). Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian (Moleong, 2011: 168). Peneliti secara aktif berinteraksi dengan subjek penelitian. Proses pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini dilaksanakan selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas selama penelitian berlangsung. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 28 siswa, 17 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Pemilihan siswa kelas VII-A sebagai subjek penelitian didasarkan pada hasil koordinasi dengan guru matematika, yaitu (1) lebih dari 50% dari jumlah siswa kelas tidak dapat melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 81 dan (2) guru menggunakan metode ceramah dan drill yang menyebabkan siswa merasa bosan. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi (1) Lembar Kegiatan Siswa; (2) Tes; (3) Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran; dan (4) Catatan Lapangan. Data yang dikumpulkan berupa (1) Dokumentasi berupa daftar nama siswa; (2) Lembar Kegiatan Siswa dan Tes; (3) Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran; dan (4) Catatan Lapangan. Selama penelitian berlangsung, peneliti dibantu oleh tiga observer dengan pembagian tugas yang jelas. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart. Model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dimana konsep pokok penelitian terdiri dari empat komponen, yaitu (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Dalam model Kemmis dan Taggart komponen tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dijadikan menjadi satu kesatuan (Wahidmurni; 2008: 41). Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi tindakan dan pengamatan merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan yang harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Pada saat berlangsungnya suatu tindakan maka kegiatan pengamatan juga harus dilaksanakan. Berikut merupakan bagan dari model spiral Kemmis dan Taggart.

3

Gambar Model Spiral Kemmis dan Taggart

Apabila siklus telah berhasil mencapai tujuan dari penelitian maka siklus dihentikan. Namun apabila siklus belum berhasil mencapai tujuan dari penelitian maka dilanjutkan siklus berikutnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 246) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara berurutan, yaitu 1) mereduksi data yang diperoleh dari meliputi hasil pengerjaan LKS dan tes, hasil pengamatan dan catatan lapangan, 2) menyajikan data dalam bentuk tabel dan uraian mengenai data yang telah direduksi, dan 3) menarik kesimpulan atau verifikasi dari tindakan yang telah dilakukan untuk menentukan keberhasilan dari tindakan. Penilaian hasil pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa dan Tes dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian yang diadopsi dari McMillan (2007: 221) sebagai berikut. 1. Memberi skor 4 jika jawaban siswa itu lengkap. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah: a. Jawaban yang dikemukakan lengkap dan benar. b. Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan berkomunikasi. c. Jika respon dinyatakan terbuka, semua jawaban benar. d. Kesalahan kecil, misalnya pembulatan mungkin ada. 2. Memberi skor 3 jika jawaban siswa itu menggambarkan kompetensi dasar. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah: a. Jawaban yang dikemukakan benar. b. Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan berkomunikasi. c. Jika respon dinyatakan terbuka, maka hampir semua jawaban benar. d. Kesalahan kecil yang matematis mungkin ada. 3. Memberi skor 2 jika jawaban siswa sebagian. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah: 4

a. Beberapa jawaban sudah dihilangkan. b. Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan berkomunikasi, kesimpulan dinyatakan namun kurang akurat. c. Terlihat kurangnya tingkat pemikiran yang tinggi. d. Beberapa kesalahan kecil yang matematis mungkin muncul. 4. Memberi skor 1 jika jawaban siswa hanya sekedar upaya mendapatkan jawaban. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah: a. Jawaban dikemukakan namun tidak pernah mengembangkan ide-ide matematika. b. Masih kurang ide dalam problem solving, reasoning serta kemampuan berkomunikasi. c. Beberapa perhitungan dinyatakan salah. d. Siswa sudah berupaya menjawab soal. 5. Memberi skor 0 jika siswa tidak menjawab atau sedikit menjawab. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah: a. Jawaban tidak tepat. b. Tidak ada penggambaran tentang problem solving, reasoning serta kemampuan berkomunikasi. c. Tidak menyatakan pemahaman matematika sama sekali. d. Tidak mengemukakan pendapat. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah (1) Keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan pembelajaran Open-Ended termasuk kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat melalui hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diamati oleh observer; (2) Persentase indikator-indikator pemahaman konsep matematika siswa meningkat dan mencapai kriteria tinggi; dan (3) Ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu sekurang-kurangnya 80% dari jumlah siswa kelas VII-A memiliki nilai minimal 81. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa yang dilanjutkan dengan melakukan presensi kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti memberikan beberapa pertanyaan apersepsi untuk mengetahui pengetahuan awal siswa atau untuk mengingatkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran Open-Ended yang terdiri dari lima langkah, yaitu (1) guru memberi masalah; (2) siswa mengekplorasi masalah; (3) guru merekan respon siswa; (4) pembahasan respon siswa (kelas); dan (5) siswa meringkas apa yang telah dipelajari. Guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi belajar dengan memberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan diajarkan dalam

5

kehidupan sehari-hari yang bertujuan agar siswa tertarik untuk mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan. Pada siklus 1, terdapat beberapa siswa yang tidak aktif dalam kegiatan tanya jawab sehingga peneliti meminta beberapa siswa tersebut untuk menjawab sendiri-diri untuk pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Pada siklus 2, siswa terlihat lebih aktif dan beberapa siswa ynag pada siklus 1 tidak aktif menjadi antusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Pada akhir kegiatan awal peneliti menyampaikan pembagian kelompok yang telah ditentukan peneliti. Pembagian kelompok ini akan berganti pada setiap siklusnya. Pembagian kelompok pada siklus 1 didasarkan pada nilai awal sedangkan pembagian kelompok pada siklus 2 didasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus 1. 2. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti diterapkan lima langkah dalam pendekatan pembelajaran Open-Ended yang akan dijelaskan sebagai berikut. a. Guru memberi masalah Pada langkah pemberian masalah, peneliti memberi masalah kepada masing-masing kelompok dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS pada penelitian ini disusun menjadi empat LKS, yaitu (1) LKS 1 yang memuat pokok bahasan sifat-sifat persegi panjang, persegi dan jajargenjang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya dan menurunkan rumus keliling dan luas persgei panjang, persegi dan jajargenjang; (2) LKS 2 yang memuat pokok bahasan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi dan jajargenjang; (3) LKS 3 yang memuat pokok bahasan sifat-sifat belah ketupat, layang-layang dan trapesium ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya dan menurunkan rumus keliling dan luas belah ketupat, layanglayang dan trapesium; dan (4) LKS 4 yang memuat pokok bahasan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas belah ketupat, layang-layang dan trapesium. b. Siswa mengeksplorasi masalah Pada langkah eksplorasi masalah yang dilakukan oleh siswa, siswa dalam masing-masing kelompok mendiskusikan setipa permasalahan yang terdapat dalam LKS. Peneliti hanya memberikan bantuan atau mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan dengan baik. Peneliti juga selalu mengingatkan siswa untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada permasalahan-permasalahan yang serupa dengan permasalahan yang sudah pernah dibahas. Pada siklus 1 siswa mengalami beberapa kesulitan yang menghambat pengerjaan LKS. Kesulitan yang dialami siswa pada siklus 1 adalah (1) siswa mengalami kesulitan dalam melakukan diskusi kelompok karena masing-masing kelompok hanya mendapatkan satu eksemplar LKS; (2) siswa kesulitan dalam menentukan sifat-sifat persegi panjang, persegi dan jajargenjang berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan; (3) siswa kesulitan dalam menurunkan rumus luas persegi panjang, persegi dan jajargenjang; dan (4) siswa masih belum memahami bahwa setiap permasalahan dalam LKS memiliki banyak cara penyelesaian atau banyak jawaban yang benar. Namun pada siklus 2 kesulitankesulitan tersebut mulai dapat teratasi. Peneliti mengatasi kesulitan pertama pada siklus 1 dengan memberikan dua eksemplar LKS kepada masing-masing kelompok. Sedangkan untuk kesulitan kedua, ketiga dan keempat yang terjadi pada siklus 1 peneliti meberikan bimbingan atau arahan lebih kepada masing-

6

masing kelompok. Cara ini tampak menunjukkan hasil karena hanya beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan seperti (1) menentukan sifat-sifat belah ketupat, layang-layang dan trapesium berdasarkan hasil penyelidikan; (2) menurunkan rumus luas belah ketupat, layang-layang dan trapesium; dan (3) memberikan alternatif jawaban benar lain dalam suatu permasalahan. c. Guru merekam respon siswa Pada langkah merekam respon siswa peneliti mengalami beberapa kesulitan pada siklus 1. Hal ini dikarenakan banyaknya permasalahan dalam LKS dan banyaknya respon yang disampaikan oleh masing-masing kelompok. Pada siklus 2 peneliti mengatasi masalah tersebut dengan cara hanya memberikan tanda pada lembar jawaban yang dimiliki oleh peneliti mengenai respon masing-masing kelompok berkaitan dengan cara pengerjaan, banyak alternatif pengerjaan, jawaban yang diperoleh dan banyak jawaban yang mungkin yang diperoleh. d. Pembahasan respon siswa (kelas) Pembahasan respon siswa dilakukan dalam diskusi kelas yang diikuti oleh semua kelompok dan dipandu oleh peneliti. Peneliti mengarahkan semua kelompok untuk aktif dalam jalannya diskusi. Untuk mengawali pembahasan pada suatu permasalahan peneliti menunjuk salah satu kelompok, meminta secara sukarela kelompok yang ingin menyampaikan jawaban dari kelompok mereka atau menanyakan jawaban masing-masing kelompok satu per satu. Setelah jawaban dari kelompok pertama disampaikan peneliti meminta pendapat dari kelompok lain mengenai kebenaran dari jawaban kelompok pertama atau meminta kelompok lain yang memiliki jawaban yang berbeda atau ingin menambahkan jawaban untuk menyampaikan jawabannya. Pada akhir pembahasan setiap permasalahan peneliti menekankan jawaban yang benar dan memberikan penjelasan mengenai jawaban yang salah. Pada siklus 1 beberapa kelompok masih belum aktif dalam diskusi kelas. Mereka hanya menunggu peneliti untuk menunjuk kelompok mereka dan tidak berinisiatif mengajukan kelompok mereka secara sukarela untuk menyampaikan jawaban mereka. Namun pada siklus 2 semua kelompok aktif dalam diskusi kelas dan tampak berebut untuk menyampaikan jawaban kelompok mereka terlebih dahulu. e. Meringkas apa yang telah dipelajari Pada langkah meringkas apa yang telah dipelajari, sebagian besar siswa pada siklus 1 tidak meringkas apa yang telah dipelajari. Hal ini dikarenakan banyaknya permasalahan yang terdapat dalam LKS dan kegiatan meringkas dilakukan pada akhir kegiatan pembahasan. Pada siklus 2 peneliti mengatasi hal tersebut dengan cara meminta siswa untuk meringkas setiap permasalahan selesai dibahas. 3. Kegiatan Akhir Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti meminta masing-masing kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusi kelompok mereka. Selanjutnya siswa bersama peneliti menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari selama kegiatan pembelajaran secara lisan seperti (1) sifat-sifat persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya; (2) rumus keliling persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium dan cara memperoleh rumus tersebut; (3) rumus luas persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium dan cara memperoleh rumus tersebut; dan (4) beberapa masalah

7

yang berkaitaan dengan menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium dan cara penyelesaiannya seperti menggunakan cara faktor suatu bilangan, mendata semua jawaban yang mungkin coba-coba dan perhitungan langsung. Setelah menyimpulka hal-hal yang telah dipelajari peneliti menyampaikan informasi kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti menanyakan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian peneliti mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dan lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 1 mengalami peningkatan pada siklus 2 yaitu (1) pada siklus 1 hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan rata-rata skor sebesar 57,834 yang termasuk dalam kategori sangat baik, sedangkan pada siklus dua rata-rata skor yang diperoleh meningkat menjadi 63,167 yang termasuk dalam kategori sangat baik dan (2) pada siklus 1 hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan rata-rata skor sebesar 32,84 yang termasuk dalam kategori baik, sedangkan pada siklus 2 rata-rata skor yang diperoleh meningkat menjadi 51,334 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan nilai rata-rata hasil pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata hasil pengerjaan LKS 1, LKS 2 dan Tes 1 adalah 56,74 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak nol siswa atau 0% yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 81. Sedangkan pada siklus 2 rata-rata hasil pengerjaan LKS 3, LKS 4 dan Tes 2 adalah 84, 02 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 23 siswa atau 82,14% yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 81. Berdasarkan hasil pengerjaan LKS dan Tes juga dapat dilihat adanya peningkatan pada masing-masing indikator pemahaman konsep matematika siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Perhitungan didasarkan pada banyaknya siswa yang menjawab benar untuk setiap permasalahan yang menunjukkan masing-masing indikator pemahaman konsep matematika. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan persentase peningkatan pemahaman konsep matematika siswa untuk masing-masing indikator pemahaman konsep matematika. Tabel Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Untuk Masing-masing Indikator Pemahaman Konsep Matematika. No Indikator-indikator Pemahaman Konsep Siklus 1 Siklus 2 Matematika 1 Menyatakan ulang sebuah konsep. 53,57% 82,92% 2 Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat 71,43% 80,36% tertentu (sesuai dengan konsepnya). 3 Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. 100% 100% 4 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk 33,81% 73,88% representasi matematika. 5 Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu 32,54% 93,25% konsep. 6 Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur 48,02% 84,92% atau operasi tertentu. 7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan 27,38% 79,46% masalah. Rata-rata , % , %

8

Dalam analisis hasil pengerjaan LKS dan Tes siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kategori pada indikator pemahaman konsep matematika, yaitu (1) menyatakan ulang sebuah konsep dari kategori rendah menjadi tinggi; (2) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dari kategori sangat rendah menjadi kategori tinggi; (3) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep dari kategori sangat rendah menjadi kategori sangat tinggi; (4) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu dari kategori rendah menjadi kategori tinggi; dan (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah dari kategori sangat rendah menjadi kategori tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Open-Ended yang dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu pada materi segi empat adalah sebagai berikut. a. Guru memberi masalah kepada siswa dalam bentuk LKS sebanyak dua eksemplar yang akan didiskusikan dalam masing-masing kelompok yang beranggotakan empat siswa. b. Siswa mengeksplorasi masalah yang telah diberikan oleh guru. Langkah pembelajaran ini dilakukan dalam dua kegiatan yaitu diskusi kelompok dan diskusi kelas. Diskusi kelompok dilakukan untuk mendapatkan cara penyelesaian yang beragam atau jawaban-jawaban benar yang mungkin dari masing-masing kelompok. Diskusi kelas dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka. c. Guru merekam respon siswa untuk dikelompokkan sesuai sudut pandang tertentu dan selanjutnya diidentifikasi kesalahan yang dilakukan untuk diperbaiki bersama. Guru merekam respon siswa pada lembar kunci jawaban yang dimiliki guru sekaligus mencocokkan respon siswa dengan kunci jawaban. Langkah pembelajaran ini dilakukan pada saat diskusi kelas berlangsung. d. Pembahasan respon siswa (kelas) dilakukan oleh guru dengan menekankan cara penyelesaian atau jawaban yang benar dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa agar tidak terjadi kesalahan yang sama pada permasalahan yang serupa. Langkah pembelajaran ini dilakukan pada saat diskusi kelas berlangsung setelah guru merekam respon siswa. e. Siswa meringkas apa yang telah dipelajari berupa hasil pembahasan respon siswa secara individu. Langkah pembelajaran ini dilakukan pada saat setelah masing-masing permasalah dibahas. 2. Pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Open-Ended. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata kelas VII-A meningkat dari siklus 1 sebesar 56,74 ke siklus 2 sebesar 84,02. Peningkatan pemahaman konsep matematika siswa

9

juga terlihat dari peningkatan persentase setiap indikator pemahaman konsep matematika dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu sebagai berikut. a. Menyatakan ulang sebuah konsep, terdapat peningkatan sebesar 29,35%. b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), terdapat peningkatan sebesar 8,93%. c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, terdapat peningkatan sebesar 40,07%. d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, terdapat peningkatan sebesar 60,71%. e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, tedapat peningkatan sebesar 36,9%. f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, terdapat peningkatan sebesar 52,08%. Sedangkan persentase indikator pemahaman masalah memberikan contoh dan non-contoh dari konsep tidak mengalami peningkatan tetapi tetap 100%. Selain itu juga dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal pada siklus 2 yaitu sekurangkurangnya 80% dari jumlah siswa kelas mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 81. Pada siklus 1 sebanyak nol siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal atau sebesar 0%, sedangkan pada siklus 2 sebanyak 23 siswa atau sebesar 82,14% telah mencapai kriteria ketuntasan minimal tersebut. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku khusus dan jauh dari sempurna sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Saran yang yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Kepada pihak sekolah, diharapkan agar pendekatan pembelajaran OpenEnded ini dapat menjadi pendekatan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Batu karena penerapan pendekatan pembelajaran Open-Ended dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2. Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan pendekatan pembelajaran Open-Ended untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada materi segi empat dengan lebih memperhatikan perencanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas, kondisi siswa dan alokasi waktu.

10

DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi, (Online), (http://bsnpindonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf), diakses 23 Juli 2013. Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika Untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kahfi, Shohibul. 2011. Mengembangkan Skenario Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi (Contoh-contoh Model). Universitas Negeri Malang. McMillan, James H. 2007. Classroom Assessment Principles and Practice for Effective Standards-Based Instruction. United States of America: Pearson Education. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Wahidmurni. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian. Malang: UM PRESS.

11