pengaruh metode bermain peran terhadap ... - Jurnal Online

16 downloads 1138 Views 47KB Size Report
age” periode perkembangan kognitif, bahasa, sosial dan emosional ... dapat mempengaruhi dalam meningkatkan perilaku prososial anak TK di TK Lab UM kota ...
PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK TK A LAB. UM KOTA BLITAR

Widhadirane Triardhila K.N Universitas Negeri Malang Email: [email protected]

Abstrak Berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini, dengan banyaknya anak yang kurang peduli dengan teman, anaknya yang dipukul teman sekolahnya dan anak yang suka merebut barang yang dipegang temannya. Namun dengan banyaknya perilaku prososial yang kurang kepada anak yang tidak mau berbagi dengan teman dan suka merebut barang yang dipegang temannya.Bukan hal yang aneh ketika melihat balita suka merebut mainan milik teman. Karena mereka mengenal konsep kepemilikan, meskipun mempunyai mainan yang mirip atau bahkan sama, tapi mereka selalu ingin memiliki apa yang sedang dinikmati oleh orang lain. Penelitian ini dilakukan di TK Lab UM kota Blitar. Penelitian ini merupakan penelitian experimental yang bertujuan untuk mengetahui apakah metode bermain peran dapat meningkatkan perilaku prososial anak. Rancangan penelitian ini adalah uji komparatif dengan one group pretest-postest design populasi penelitian ini adalah siswa TK. Hasil uji Wilcoxon sebesar p(0.014) < (0.05)nya menunjukkan ada perubahan perilaku prososial anak antara sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan metode bermain peran. Kata Kunci : perilaku prososial, bermain peran

Abstract Based on the phenomenon happening at this time, with the number of children who are less concerned with friends, his school friend who was beaten and children who like to seize his goods are held. But with so many less prosocial behavior to children who do not want to share with friends and stuff like that held her snatch. It was not unusual when looking like a toddler's toy friends snatch. Because they know the concept of owner ship, despite having toys that are similar or even the same, but they always want to have what is being enjoyed by others. The research was conducted in kindergarten Lab UM Blitar city. This study is an experimental study that aims to determine whether the role playing method can improve child prosocial behavior. The design of this study is a comparative test with a one-group pretest-posttest design study population are kindergarten students. Wilcoxon test results forp (0.014) < (0.05), it showed no change in prosocial behavior among children before and after getting treatment a role play methods. Keywords: prosocial behavior, role play

1

2

Berdasarkan fenomena yang ada, mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah. Agar tidak menyesal dikemudian hari, sangat diperlukan kesadaran pada tiap orangtua untuk mengenai bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar. Harus ditetapkan pola pendidikan yang mana yang akan diterapkan untuk anak dan keluarganya. Pembentukan karakter, mental dan kepribadian berawal dari rumah, terutama pada saat golden age dimana anak berumur 1-3 tahun. Anak usia dini atau “golden age” periode perkembangan kognitif, bahasa, sosial dan emosional mengalami titik puncaknya. Keterlambatan stimulasi pada usia ini mempunyai efek jangka panjang dalam kehidupan seorang manusia, seperti munculnya perilaku tawuran pelajar yang didasarkan akan perilaku prososial yang kurang dengan teman sebayanya. Pentingnya PAUD dikemukakan oleh Feldman (2002) bahwa masa balita merupakan masa emas yang tidak akan berulang karena merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan, berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi. Menurut adler manusia adalah mahkluk yang prososial, dia mengatakan bahwa “masalah hidup selalu bersifat sosial”. Fungsi hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesejahteraan mereka. (Alwisol, 2007). Orang yang secara psikologis sehat, mampu meninggalkan perjuangan menguntungkan diri, menjadi perjuangan yang dimotivasi oleh minat sosial, perjuangan untuk menyukseskan nilai-nilai kemanusiaan. Orang itu membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, melihat orang lain bukan sebagai saingan tetapi rekan yang siap bekerja sama demi kepentingan sosial (Adler dalam Alwisol, 2007). Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk bagian dari anak usia dini, yang secara terminologi di sebut sebagai anak usia prasekolah. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh

3

potensi anak, dimana terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemamuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sudono (1995) mengungkapkan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, dan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau menggunakan alat, yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Dengan bermain, anak menemukan dan mendapatkan pengalaman dari dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya, sehingga permainan diteliti efektivitasnya dalam meningkatkan perilaku prososial anak pada masa awal. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode bermain peran dapat mempengaruhi dalam meningkatkan perilaku prososial anak TK di TK Lab UM kota Blitar. Perilaku prososial adalah perilaku yang memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu berbagi (memberikan barang atau cerita), menolong (melakukan sesuatu untuk memudahkan pihak kedua), menunjukkan kasih sayang secara fisik agar pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang, memberikan dukungan (memberikan semangat atau kesempatan kepada orang lain), serta kerjasama (Eisenberg, 1989).Menurut Baron & Byrne (2003), perilaku prososial sebagai segala tindakan apapun yang menguntungkan orang lain. Secara umum istilah ini diaplikasikan kepada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin mengandung derajat resiko tertentu. Tingkahlaku prososial (prosocial behavior) adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut. Menurut Bandura, individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan

4

kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik. Teori bandura ini menganggap manusia sebagai makhluk yang unik karena dinamis dan belajar dengan melibatkan semua sebab di atas, yaitu proses yang saling mempengaruhi antara kegiatan kognitif dalam memproses informasi, adanya motivasi atau dorongan dari dalam, serta adanya stimulus dari luar yang dapat terjadi karena manusia adalah organisme sosial. Dalam mempelajari suatu hal, manusia melibatkan orang lain dalam konteks sosial. Dalam konteks sosial, manusia akan terus mengembangkan proses belajarnya yang melibatkan proses kognitif dan standar penilaian perilaku oleh lingkungan (Bandura, A. 1986: Olson & Hergenhahn,2009). Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan (Moeslichatoen, 1993). Sesuai dengan tuntutan dunia karakteristik anak yang berbeda dengan orang dewasa, maka guru di TK perlu menyiapkan suatu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak. Ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode pembelajaran ini sangat penting karena bisa berdampak signifikan terhadap cara dan proses pembelajaran anak selanjutnya (Solehuddin, 2000). Menurut Sudono (1995) mengemukakan bahwa “bermain adalah kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak”. Dengan bermain anak bisa mengembangkan kemampuannya yang ada dalam dirinya, anak=anak akan lebih senang dan menjadikan si anak lebih aktif. Permainan populer dengan berbagai sebutan, antara lain pemanasan

5

atau penyegaran. Permainan adalah suatu aktivitas yang dapat menyenangkan hati pelakunya bersifat santai, tidak berbelit-belit dan tidak memaksa pemainnya. Permainan (play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan itu sendiri. Kehidupan anak tidak akan terlepas dari kegiatan bermain, setiap saat dan setiap tempat anak akan bermain, sesederhana apapun bentuknya, menurut Brooks dan Iliot (dalam Hurlock, 1980). Bagi Freud dan Erikson, permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan onflik, karena tekanan-tekanan terlepaskan di dalam permainan, anak dapat mengatasi mesalah kehidupan. Permainan sosial (social play) adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman-teman sebaya. Permainan sosial dengan teman-teman sebaya meningkat secara dramatis selama bertahun-tahun prasekolah. Selain permainan sosial dengan teman-teman sebaya dan permainan kelompok atau sosiodrama, bentuk lain permainan sosial adalah permainan yang kasar dan kacau. Pola-pola gerakan permainan yang kasar dan kacau seringkali sama dengan permainan perilaku yang bersifat permusuhan (berlari, mengejar, bergulat, melompat, terjatuh, memukul), tetapi dalam permainan kasar dan kacau perilaku-perilaku tersebut diikuti oleh tanda-tanda seperti tertawa, gerakan yang dilebih-lebihkan, dan tangan terbuka yang menunjukkan bahwa inilah permainan (Bateson, 1956 dalam asmianifawziah.blogspot.com 2012). Sekitar usia tiga tahun dramatisasi terdiri dari permainan dengan meniru pengalamanpengalaman hidup, kemudian anak-anak bermain berpura-pura dengan teman-temannya, seperti polisi dan perampok, berdasarkan cerita yang dibacakan kepada mereka atau berdasarkan acara-acara film dan televisi yang mereka lihat. Bermain dramatik dapat melibatkan peran fantasi seperti ketika anak berpura-pura sebagi Superman, dan lain-lain. Atau permainan ini didasarkan pada bacaan, dimana anak menciptakan kembali karakter dan tindakan sebuah kisah seperti Kancil dan Buaya. Ketika seorang anak bermain secara dramatik dengan orang lain maka bermain ini menjadi sosio dramatik. Nilai bermain dramatik dan sosio dramatik didukung oleh penelitian yang luas. Rubin (1999) membuktikan

6

bahwa perkembangan kognitif anak dan keterampilan anak akan berkembang apabila anak dilibatkan dalam bermain pura-pura atau fantasi. Bermain peran yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak yang akan mengembangkan imajinasi dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Pendapat yang sejalan dikemukakan oleh Moeslichaton (1993) bahwa “Bermain peran merupakan suatu kejadian yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak pada situasi tertentu sehingga dapat dipakai oleh anak untuk mengembangkan daya khayal atau imajinasi sehingga dapat menghayati tujuan dari kegiatan tersebut.Menurut Vygotsky (2001) Metode bermain peran adalah main peran disebut juga main simbolis, pura-pura, make believe , fantasi, imajinasi, atau bermain drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Menurut Moeslichetoen (1993) bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal anak yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, atau orang tertentu dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan. Perilaku prososial terbentuk dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitar tempat tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut Bandura proses mengamatidanmeniruperilakudansikap orang lainsebagai model merupakantindakanbelajar. Teori Bandura menjelaskanperilakumanusiadalamkonteksinteraksitimbalbalik yang berkesinambunganantarakognitif, perilakudanpengaruhlingkungan.Kondisilingkungansekitarindividusangatberpengaruhpadapolabelajar social jenisini.Perilaku prososial dapat dibentuk melalui permainan-permainan yang mudah diterima anak, misalnya bermain peran dengan teman sebayanya, anggota keluarga maupun dengan gurunya. Dari hasil bermain, anak dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga perilaku pro sosial pada anak dapat terbentuk dengan cara terpola.

7

METODE Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental one group pretest-posttest design. Desain eksperimental ini hanya menggunakan satu kelompok subjek dimana dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada objek. Adapun desain dalam penelitian ini adalah: Rancangan Desain Eksperimen

X1

T

X2

Subjek penelitian adalah anak-anak TK di TK Lab. UM kota Blitar. Penelitian pada anak didik di TK Lab. UM kota Blitar ini karena kurang dapat berperilaku sosial dengan teman sebayanya. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara non random dengan menggunakan sampling purposive, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan karena faktor kebetulan yang dijumpai oleh peneliti. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi yang dibantu oleh staf pengajar di tempat penelitian dilakukan. Staf pengajar mencari siswa yang sesuai dengan kriteria: (1) siswa laki-laki atau perempuan, (2) rentangan 3-6 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap seleksi subjek, dan tahap pelaksanaan. Tahap Persiapannya berupa kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini meliputi observasi untuk pengambilan data awal yang berkaitan dengan kurangnya perilaku prososial anak TK, penentuan subjek penelitian, penyususnan instrumen penelitian, penggandaan instrumen, pembuatan media yang digunakan untuk bermain peran, disiapkan desain buku panduan bermain peran dan pengurusan surat ijin penelitian. Selanjutnya dilakukan tahap uji ahli untuk memastikan bahwa desain buku panduan bermain peran yang direncanakan telah sesuai untuk penelitian ini. Tahap Seleksi subjek dilaksanakan degan pemberian skala perilaku prososial untuk mengetahui kurangnya perilaku prososial pada siswa TK. Dimana subjek yang memiliki rentang nilai skala perilaku prososial sedang

8

dan rendah akan dipilih sebagai subjek eksperimen. Tahap Pelaksanaan eksperimen atau pemberian tindakan berupa kegiatan bermain peran dengan menggunakan media buku panduan bermain peran ini mencakup beberapa tahapan yaitu observasi dan wawancara, pelaksanaan kegiatan bermain peran dan evaluasi. Data dalam penelitian ini interval namun karena subjek kurang dari 30, maka menggunakan teknik analisis uji nonparametrikdengan uji wilcoxon. Perbandingan untuk mencari atau menghitung nilai selisih antara sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan. Pengujian data pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon, karena terdapat dua jenis data yang saling berkaitan (related) yaitu data sebelum diberikan metode bermain peran dan setelah diberikan metode bermain peran. HASIL 1. Secara Deskriptif siswa di TK Lab UM kota Blitar memiliki sikap perilaku prososial yang kurang terhadap teman dan gurunya. Setelah diberikan perlakuan bermain peran, siswa menunjukkan adanya perubahan perilaku, yaitu meningkatnya perilaku prososial pada siswa TK Lab kota Blitar 2. Hasil wilcoxon menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.014 lebih kecil daripada

(0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku prososial antara sebelum diberikan metode bermain peran dan setelah diberikan metode bermain peran. Atau dapat dikatakan, metode bermain peran memberikan pengaruh terhadap perilaku prososial anak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku prososial yang tidak terlalu besar antara sebelum diberikan metode bermain peran dan setelah diberikan metode bermain peran. Atau dapat dikatakan, metode bermain peran berpengaruh terhadap perilaku prososial anak. Uji wilcoxon ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan Perilaku prososial antara kelompok sampel yang berhubungan sebelum dan sesuadah dilaksanakannya kegiatan bermain peran.

9

DISKUSI Perlakuan berupa kegiatan bermain peran dengan menggunakan media buku panduan bermain peran ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan perilaku prososial anak TK. Dampak bermain peran ini dapat tercapai dengan ketentuan yang harus dilakukan yaitu: 1) subjek selalu hadir mengkuti kegiatan bermain peran; 2) subjek bersedia melakukan kegiatan bermain peran. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Dalam kaitannya dengan kegiatan bermain peran, kriteria yang harus dipenuhi yaitu bersedia melakukan kegiatan bermain peran dengan memerankan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita yang ada di dalam buku panduan bermain peran. Hal ini sebagai bentuk memberi contoh anak dalam berperilaku prososial dengan mengalami prososialnya sendiri, sehingga lebih cepat diterima anak untuk dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain dilihat dari hasil post-test berupa skor yang didapatkan sesudah perlakuan, hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan perilaku prososial sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan bermain peran dengan bantuan buku panduan bermain peran. Selain itu dari hasil penghitungan dengan menggunakan wilcoxon didapatkan hasil bahwa pelaksanaan kegiatan bermain peran dengan bantuan panduan bermain peran 3.14% terhadap peningkatan perilaku prososial anak TK. Hasil uji hipotesis dan perhitungan wilcoxon menunjukkan bahwa kegiatan bermain peran dengan buku panduan bermain peran cukup berpengaruh terhadap peningkatan perilaku prososial anak TK.

10

Meskipun dari hasi evaluasi terdapat anak yang mengalami perubahan yang cukup sedikit dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun dari hasil observasi dan juga wawancara menunjukkan peneingkatan meskipun kurang sesuai dengan harapan. Pengaruh kegiatan bermain peran ini bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar pengkodisian perlakuan, namun dari hasil skor pengukuran menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan bermain peran dengan menggunakan buku panduan bermain peran ini berpengaruh terhadap peningkatan perilaku prososial pada anak.

11

DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang :UMM Baron.,R.,A.&Byrne,D.2003. Psikologi Sosial, edisi kesepuluh. Terjemahan oleh Ratna Djuwita. 2005. Jakarta: Erlangga Feldman, Robert S. 2002. Understanding Psychology. Singapore: McGrow Hill College Hergenhahn, BR dan Matthew H. Olson. 2009. Theories of Learning. Jakarta: Kencana http://asmianifawziah.blogspot.com/2012/11/family-therapy-terapi-keluarga.html [diakses Rabu 30 Januari 2013] Moeslichatoen & Manan A,. 1993. Metode Pengerjaan Bidang Pengembangan Pendidikan Taman Kanak-kanak. Malang: IKIP Malang Rubin, Dorothy R. 1999. A Pratical Approach to Teaching Reading (Second Edition). Boston: Allyn and Bacon Solehudin, M.(2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung Vigotsky. (2001) Rethingking in Early Child Education. Australia.