PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER ...

45 downloads 2142 Views 4MB Size Report
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun ... Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat. Peraga terhadap Prestasi ... ix. DAFTAR ISI. Halaman . JUDUL … ..... Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Prestasi Belajar. Fisika.
PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Pendidikan Sains Minat Utama Fisika

Oleh: Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) Disusun oleh: Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan

Pembimbing I

Nama

Tanda Tangan

Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 130814560

Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd. NIP 130529712

....................

..........................

Mengetahui Ketua Program Pendidikan Sains,

Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 130814560

ii

Tanggal

...................

...................

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) Disusun oleh: Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: ............................... Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Ketua

: Dr. Ashadi

........................

Sekretaris

: Dra. Suparmi, MA, Ph.D

........................

Anggota Penguji : 1. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. 2. Drs. Haryono, MPd.

..................... ........................

Surakarta. ....................... Mengetahui: Direktur PPS UNS

Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. NIP 131427192

iii

Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 130814560

PERNYATAAN Nama

: Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo

NIM

: S830905007

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) adalah betul-betul karya saya sendiri. Halhal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,

Juli 2008

Yang membuat pernyataan,

Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang peneliti hormati: 1. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini; 2. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sains sekaligus bertindak sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan; 3. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing II tesis ini yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan; 4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Sains yang telah banyak memberikan pendalaman ilmu dan masukan berharga demi kesempurnaan tulisan ini; 5. Segenap karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberi bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.

v

6. Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah serta memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; 7. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, terutama Mas Wahyu Hari Kristiyanto, Bu Erwin, Mbak Sri Lestari atas partisipasi dan kerjasamanya dalam bentuk diskusi dan sharing idea dengan penulis. 8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada isteriku terkasih Bernadetha Sri Hardiyanti, S.Pd. dan anak-anakku tercinta Dominico Bertho Dyan Utama dan Emanuel Christiantony Dyan Utama yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun spirituil, semangat dan pengorbanan yang tiada henti. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan. Akhirnya, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta,

Juli 2008

Penulis

vi

MOTTO

Optimisme adalah keyakinan yang membawa pada pencapaian. Tak ada yang dapat dilakukan tanpa harapan dan kepercayaan diri (Helen Keller)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius) The challenge is a gold chance Tantangan adalah sebuah peluang emas (Dolly Simon Kusdwiutomo)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:

Ayahnda (almarhum) yang kukagumi teladannya Ibunda yang penuh perhatian Isteriku dan anak-anakku tercinta yang senantiasa setia menemaniku dalam doa.

viii

DAFTAR ISI Halaman JUDUL ………………………………………………………………..…

i

PENGESAHAN PEMBIMBING................................................................

ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS ............................................................

iii

PERNYATAAN .........................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...............................................................................

v

MOTTO ......................................................................................................

vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................

viii

DAFTAR ISI .............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………

xvi

ABSTRAK .................................................................................................

xix

ABSTRACT ...............................................................................................

xxi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN …………………………………………..

1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................

1

B. Identifikasi Masalah ...........................................................

9

C. Pembatasan Masalah..........................................................

10

D. Perumusan Masalah ...........................................................

11

E. Tujuan Penelitian ...............................................................

11

F. Manfaat Penelitian .............................................................

12

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …………………………………

14

A. Kajian Teori ......................................................................

14

1. Hakikat Belajar................................................................

14

2. Hakikat Pembelajaran ...................................................

19

a. Metode Pembelajaran Fisika.....................................

19

ix

Halaman b. Pendekatan PAIKEM.......................

BAB III

22

3. Pemanfaatan Media Pembelajaran.................................

35

a. Multimedia Berbasis Komputer ...............................

36

b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan .....

37

c. Power Point dan Animasi ..........................................

39

d. Modul dan Alat Peraga Fisika Sederhana .................

40

4. Hakikat Kreativitas .......................................................

41

5. Hakikat Prestasi Belajar...............................................

50

6. Materi Pembelajaran Fisika..........................................

51

B. Penelitian yang Relevan .....................................................

56

C. Kerangka Berpikir ..............................................................

57

1. Pengaruh Media Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika....................................

57

2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika...

59

3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika................

60

D. Pengajuan Hipotesis ...........................................................

62

METODOLOGI PENELITIAN .............................................

63

A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................

63

B. Metode Penelitian .............................................................

63

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel......

64

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel...................

66

E . Instrumen Penelitian.................... .....................................

67

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan hasilnya ............................................................................. G. Pelaksanaan dan Prosedur Perlakuan ...............................

69 71

x

Halaman

BAB IV

H. Teknik Analisis Data........................... ..............................

72

I. Hipotesis Statistik …………………………………………

73

HASIL PENELITIAN ............................................................

74

A. Deskripsi Data ....................................................................

74

1. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (Kolom 1 = A1) .....................................................................

75

2. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (Kolom 2 = A2)............................................................

76

3. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Baris 1 = B1).................

78

4. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Baris 2 = B2)..............

79

5. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 1 = A1B1)..................................................

81

6. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 2 = A1B2).................................................

82

7. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 = A2B1).............................................................

84

8. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 = A2B2).................................................

85

B. Pengujian Persyaratan Analisis ..........................................

xi

87

Halaman 1. Uji Normalitas Data ......................................................

88

2. Uji Homogenitas Varians .............................................

92

C. Pengujian Hipotesis ............................................................

94

1. Pengaruh Media Power Point disertai Animasi dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika................................

95

2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika......................

95

3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika..................................

96

D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................

105

E. Keterbatasan Penelitian ......................................................

111

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................

113

A. Simpulan....... ......................................................................

113

B. Implikasi Penelitian..........................................................

114

C. Saran ...................................................................................

117

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

120

LAMPIRAN ………………………………………………………………

123

BAB V

xii

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

1

Daftar Nilai Murni Fisika Kelas X Semester 1 2005/2006...........

2

2

Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen dan Kontrol..

67

3

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)........

75

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)......

77

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)...............

78

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2).............

80

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki KreativitasTinggi (A1B1)....

81

4 5 6 7

8

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)...

9

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)

84

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)....

86

Rangkuman Hasil ANAVA Dua Jalan pada Desain Faktorial 2x2

94

83

10

11

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman

1

Alur Berpikir................................................................................

61

2

Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2 .......................................

64

3

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)......

76

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2).....

77

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)............

79

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)............

80

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)...

82

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)..

83

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1).....

85

Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)....

86

4 5 6 7

8

9

10

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran

1A. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Sebelum Ujicoba)........................................... Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Setelah Ujicoba)...........................................

124 125

1B. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal........................................

126

2A. Tes Prestasi Belajar Fisika.....................

127

2B. Tes Kreativitas Verbal.......................................................

139

3A. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Prestasi Belajar Fisika....................................................................................

150

Lampiran

3B. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Fisika.......

156

Lampiran

4A. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point disertai Animasi ........

159

4B. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga ......

160

Lampiran

5. Silabus .........................................................

161

Lampiran

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................

163

Lampiran

7. Data Induk Penelitian (Skor Tes Prestasi Belajar Fisika)..........................................

170

Lampiran Lampiran

Lampiran

Lampiran

8A. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)(Kelas Eksperimen)... .... 8B. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)(Kelas Pembanding).. ....................................................................... 8C. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1).......................................................................

xv

171

173

175

Halaman 8D. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2) .....................................................................

177

8E. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1/Sel-1) ...................................

179

8F. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2/Sel-2)..................

180

8G. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1/Sel-3)........................................

181

8H. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2/Sel-4)

182

Lampiran

9. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians ...............

183

Lampiran

10A. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-2, X-8 SMA Negeri 7 Surakarta (Kelas Eksperimen)...........................

185

10B. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-1, X-4 SMA Negeri 7 Surakarta (Kelas Pembanding/Kontrol)..............

186

11. Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Perhitungan dengan Teknik Statistik Anava Dua Jalan.........................

187

Lampiran

12. Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif....................

189

Lampiran

13A. Rangkuman Besaran-besaran Statistik yang Diperlukan dalam Anava Faktorial 2x2.............................................

192

Lampiran Lampiran

xvi

Halaman Lampiran

Lampiran

13B. Hasil Analisis Data Inferensial dengan Teknik Statistik ANAVA (Analisis Varians) Dua Jalan untuk Pengujian Hipotesis...........................................................................

193

14A. Media Pembelajaran Fisika dengan Power Point disertai

202

Animasi ...... Lampiran

14B. Media Pembelajaran Fisika dengan Modul dilengkapi

214

Alat Peraga .... Lampiran

15A. Surat Permohonan Ijin Penelitian.......................

238

Lampiran

15B. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian............

239

xvii

ABSTRAK Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo. S 830905007. 2008. Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007). Tesis: Program Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Fisika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan pembelajaran Fisika dengan media modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika; (2) ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika; dan (3) ada tidaknya interaksi antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 7 Surakarta kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007;sedangkan sampel penelitian diambil sebanyak 80 siswa, yang dirinci 40 siswa untuk kelas eksperimen dari kelas X-2 dan X-8 dan 40 siswa yang lain untuk kelas pembanding dari kelas X-1 dan X-4. Sampel tersebut diambil dengan teknik random sampling. Instrumen pelaksanaan penelitian berupa Power Point dan Modul. Teknik pengumpulan data digunakan tes, berupa tes prestasi belajar fisika dan tes kreativitas verbal. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varian Dua Jalur (ANAVA) pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa:(1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung =17,92 > Ftabel =3,97); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah (Fhitung =144,84 > Ftabel =3,97); (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung =21,99 > Ftabel =3,97). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (xrerata power point = 82,15 > xrerata modul = 67,45); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah; (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media Power Point disertai Animasi, Modul dilengkapi Alat Peraga dan kreativitas siswa.

xviii

ABSTRACT Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo. S 830905007. 2008. Influence of Physics Learning With Media Power Point enclosed Animation and Module completed Apparatus to Achievement Learn Physics Evaluated From Studennt’s Creativity. (Case Study at Circle Motion Concept on Student Class of X in the First Semester in SMA Negeri 7 Surakarta School’s Year 2006/2007). Thesis. Program Study:Education of Science. Consentration:Physics. Pasca Master of University Sebelas Maret Surakarta.2008 This research aim to know: (1) there is the influence of power point media enclosed Animation and module media completed Apparatus to achievement learn physics; (2) there is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) there is the interaction between power point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics. This research methodelogy used the experiment method of 2x2 factorial design. This population is the students of SMA Negeri 7 Surakarta, Class X, the First Semester, 2006/2007. The sample of research is taken 80 students. Included 40 students for the experiment from class X-2 and X-8 and 40 another students for the comparison is class X-1 and X-4. This sample is taken with the random sampling technique. Instruments of research set of Power Point enclosed Animation and Module completed Apparatus. The data collecting used the test, included the achievement in learning physics and verbal creativity. Technique analyses data the utilized is Analyst of Varian (ANAVA) two cell band at level of significant α = 0.05. The result of this research is:(1) There is the influence of media power point and media module to achievement learn physics (Fcalculate =17,92 > Ftable =3,97); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics (Fcalculate =144,84 > Ftable =3,97); (3) There is the the interaction between power point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics. (Fcalculate =21,99 > Ftable =3,97). Thereby can be concluded that:(1) There is the influence of Power Point media enclosed Animation and Module media completed Apparatus to achievement learn physics (xaverage power point = 82,15 > xaverage module = 67,45); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) There is the the interaction between Power Point media enclosed Animation, Module media completed Apparatus and student’s creativity.

xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sangatlah dibutuhkan seseorang dalam rangka aktualisasi diri. Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat mengembangkan berbagai aspek, antara lain; kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual dan sosial. Agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan adanya sinergisitas antara komponen-komponen yang terkait, antara lain; kurikulum, metode mengajar, sistem belajar, iklim belajar yang sejuk dan menyenangkan, kondusif, serta alat peraga dan media pembelajaran yang representative dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini diperoleh temuan-temuan baru di berbagai bidang. Dalam proses belajar mengajarpun, sistem pendidikan nasional juga mengalami perubahan kurikulum pendidikan yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan global dan mampu menjawab tantangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Sejak Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), hingga pada tahun pelajaran 2006/2007 mulai diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran Fisika di sekolah masih dianggap belum memenuhi harapan. Ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran Fisika itu masih dirasakan dan masih terus dibicarakan.. 1

2

Adalah suatu kenyataan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dipelajari dan dipahami bagi siswa. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena mata pelajaran Fisika tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah menangkap dan memahaminya. Realita ini terlihat pada hasil belajar siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 Tabel.1: Daftar Nilai Murni Fisika Klas X Semester.1 2005/2006. No

Kelas

Jumlah Siswa

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Nilai rerata

1 2 3 4 5 6 7 8

A B C D E F G H

42 42 41 42 42 42 40 40 331

82 88 84 72 75 85 78 78

40 44 40 61 61 30 36 40

59 63 61 62 61 57 51 56 59

Keterangan: SKBM (Standard Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk Fisika Klas X Semester.1 2005/2006 adalah: 61 Berdasarkan Tabel.1 tersebut di atas, kemungkinan salah satu penyebab kegagalan pengajaran Fisika tersebut disebabkan oleh ketidaktepatan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran sehingga membuat para siswa merasa tidak memahami konsep-konsep Fisika.

3

Menurut Mirza Setiawan (2003), dalam perkembangannya Fisika menjadi sekumpulan konsep tentang alam fisis yang merupakan satu kesatuan pemahaman terjalin secara rapi dan logis dan tidak terpisah-pisahkan, sehingga pemahaman terhadap suatu konsep Fisika tidak bisa diperoleh tanpa memahami konsep-konsep yang terkait dengannya. Ini menyebabkan pemahaman terhadap konsep-konsep Fisika harus dibangun secara sistematis dan terstruktur agar memudahkan seseorang memahaminya secara lengkap. Gerak melingkar merupakan salah satu konsep Fisika tentang dinamika gerak yang penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari sangat luas, baik itu dalam ruang lingkup mikro maupun makro. Berdasarkan pengalaman peneliti dan rekan guru sesama bidang studi Fisika yang mengajarkan konsep gerak melingkar pada siswa kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta dua tahun terakhir ini, belum memuaskan karena sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan memahami dan mempelajari penerapan konsep gerak melingkar. Para siswa biasanya terbentur pada beberapa kendala sehubungan dengan gerak melingkar, antara lain tentang: bagaimana memahami gerak jarum jam, gerak roda, gerak gir sepeda, gerak pembalap ketika di tikungan sirkuit, gerak penumpang drum mollen, gerak satelit, gerak bumi mengitari matahari, dan sebagainya. Oleh karena itu, para guru Fisika seyogyanya memilih pendekatan yang lebih tepat untuk mengajarkan Fisika, khususnya Gerak Melingkar. Salah satu pendekatan pembelajaran Fisika yang dapat digunakan adalah Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

4

Menyenangkan). Pendekatan PAIKEM tepat digunakan karena Pendekatan PAIKEM tersebut dapat mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Conny Setiawan (1985), bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep, sikap, dan nilai. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru selama ini hanya berorientasi pada penguasaan materi pelajaran, namun tidak memperhatikan pada substansi, makna atau nilai serta arti fisis yang terkandung pada materi pelajaran tersebut. Demikian juga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian target Kurikulum dan kurang menekankan pada pemahaman konsep Fisika. Guru hanya memindahkan muatan-muatan informasi pengetahuan dan siswa juga cenderung menghafalkan materi konsep-konsep Fisika dan bukan pada subtansi ,makna dan arti fisisnya. Sebagian guru menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Hal ini berakibat pelajaran Fisika diajarkan kepada siswa dalam bentuk suatu himpunan prosedur yang statis, seperti dalam menyelesaikan soal-soal Fisika diajarkan dengan langkah-langkah yang kaku dan apabila siswa menggunakan langkah atau cara penyelesaian lain yang berbeda dari guru, dianggap langkah penyelesaian tersebut kurang benar. Oleh karena itu, sebagai akibat dari kurangnya pemahaman materi yang dapat ditangkap oleh siswa, maka secara umum dianggap bahwa materi itu sukar

5

dipahami dan motivasi belajarnya menurun serta faktor kreativitasnya kurang berkembang, lebih-lebih materi tersebut merupakan konsep-konsep yang abstrak. Selain faktor tersebut, tanpa peran aktif siswa, yang terjadi hanyalah transfer of knowledge bukan transfer of learning. Transfer of learning adalah suatu proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar. Pola pikir pembelajaran pada siswa perlu diubah, dari hanya sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan (transfer of knowledge), siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasainya. Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak menyenangkan. Hal ini antara lain disebabkan karena mata pelajaran tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah menangkapnya.Untuk membantu kelompok siswa ini perlu dibuat visualisasi agar konsep-konsep yang abstrak tersebut mudah dilihat dan dipahami. Sebenarnya

tugas

guru

dalam

pembelajaran

tidak

terbatas

pada

penyampaian informasi kepada siswa saja, namun sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus peka dan memiliki kemampuan untuk memahami siswa dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.Untuk itu guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing siswa secara optimal. Upaya guru berimprovisasi dan berinovasi dengan variasi berbagai model pembelajaran serta menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan, tentunya akan menjadikan siswa termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah. Dalam proses belajar

6

mengajarpun

guru

dan

siswa

justru

ditantang

media pembelajaran, baik dalam bentuk riil seperti

untuk

mendesain

memodifikasi alat peraga

sederhana maupun dalam bentuk visualisasi seperti animasi, dan berimprovisasi menciptakan metode pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Innovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). PAIKEM adalah metode yang mendukung siswa menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran. agar kondisi belajar kondusif dan menjadikan siswa termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah untuk kreatif dan inovatif. Menurut Pike dalam Eko Sulistyo (2003), dengan menggunakan alat bantu visual, seperti gambar, poster dan skema dalam pengajaran akan meningkatkan daya serap peserta didik sekitar 14 sampai dengan 38%. Penggunaan alat bantu visual itu juga akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk memperjelas presentasi konsep secara verbal hingga 40%;sedangkan menurut Zaini dalam Eko Sulistyo (2003), tentu saja sebuah gambar tidak menjelaskan segala-galanya, tetapi terbukti bahwa penggunaan alat visual tiga kali lebih efektif dari hanya sekedar kata-kata. Sebenarnya ada tiga gaya belajar siswa yang efektif, yaitu: Visual Learners (menggunakan indra penglihatan), Auditory Learners (mengandalkan pendengaran) dan Tactual Learners (menyentuh sesuatu untuk mendapatkan informasi, misalnya menyerap informasi terkini dalam bentuk gambar dan tulisan materi pelajaran dengan cara meng”akses” Website tertentu dari Internet untuk di” down load”) lalu mengolah informasi tersebut.

7

Suasana kelas diharapkan akan lebih hidup apabila guru menerapkan multi metode inovasi dan komunikasi dua arah yang harmonis, yaitu metode yang bervariasi selain metode yang sudah ada secara kolaborasi positip. Upaya guru dalam hal ini adalah berimprovisasi untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar dapat menjadikan peserta didik termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah, dengan cara menerapkan variasi metode pembelajaran inovatif, seperti; metode eksplorasi (menggali pengalaman siswa sehari-hari), metode sharing (berbagi pengalaman yang pernah dialami siswa dan guru satu dengan yang lain, baik antar siswa maupun dengan guru), metode resitasi (penugasan pembuatan alat peraga sederhana dan pembuatan desain animasi), metode simulasi (memperagakan alat peraga sederhana yang dibuatnya atau mempresentasikan animasi yang didesainnya) dan metode to take the latest information (mengambil informasi terkini) melalui pemberdayaan Internet pada situs atau Website tertentu, seperti : www.e-dukasi.net atau www.e-smartschool.com dan situs yang lain yang relevan dengan bahan ajar secara bertahap dan berkesinambungan. Menurut Theo Riyanto dalam Karni (2002) komunikasi adalah proses dua arah yang menghasilkan perolehan informasi dan pengertian. Proses dua arah ini merupakan dasar hakiki dari suatu komunikasi. Komunikasi akan terjadi secara efektif jika terjadi umpan balik. Komunikasi yang efektif minimal meliputi tiga hal, yaitu; (1) adanya pengirim pesan yang dapat dipahami, (2) penerima pesan, yang mampu memahami pesan yang diterima, dan (3) pesan yang dimengerti atau dipahami dengan tepat.

8

Untuk membantu siswa perlu kiranya dirancang suatu bahan ajar yang benar-benar memuat penjelasan konsep-konsep yang benar dan mudah dipahami. Bahan ajar yang dimaksud adalah berupa Power Point disertai varisasi visualisasi animasi dan Modul dilengkapi dengan alat peraga.. Penggunaan komputer mikro yang sudah memasyarakat dapatlah dibuat program-program pembelajaran yang sederhana namun representative sebagai wujud nyata visualisasi ; seperti Power Point, dan sebagainya atau memungut informasi terkini dari Internet; berupa animasi Flash, gambar, table, grafik dan sebagainya.Dengan pembuatan alat peraga sederhana sebagai pelengkap Modul, para siswa bisa bereksperimen mensimulasikan dan mensinkronisasikan antara konsep abstrak yang ada pada modul dengan alat peraga tersebut. Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti dan mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan pendekatan PAIKEM melalui media pembelajaran Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar Fisika dengan kreativitas siswa pada kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 pada konsep Gerak Melingkar yang bertujuan agar dapat menggali semua potensi yang ada pada diri peserta didik secara maksimal dan optimal serta memberikan hasil pembelajaran yang berkualitas. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai efektivitas pengaruh pembelajaran Fisika dengan media pembelajaran Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga sehingga diharapkan akan terjadi transfer of learning, yaitu; proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar

9

melalui Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) agar siswa termotivasi menjadi kreatif dan inovatif.

B. Identifikasi Masalah Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan latar belakang masalah di atas,dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Realitas Prestasi belajar Fisika siswa SMA rendah karena pemahaman terhadap konsep-konsep abstrak Fisika sangat rendah, seperti konsep Gerak Melingkar. 2. Kecenderungan peran guru yang dominan sehingga dalam proses belajar mengajar hanya terjadi komunikasi satu arah saja 3. Metode pembelajaran Fisika yang digunakan oleh guru monoton dan kaku serta kurang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dan respons guru terhadap perkembangan metode dan media pembelajaran kurang progesif karena cenderung mapan dan mantap menggunakan metode ceramah saja. 4. Upaya-upaya yang perlu ditempuh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep Gerak Melingkar dalam mata pelajaran Fisika, yang merupakan salah satu dari IPA, antara lain dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) karena peranan model pembelajaran yang diterapkan guru berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. 5. Media Pembelajaran yang diterapkan adalah Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga.

10

6. Dengan adanya pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga, diharapkan terjadinya transfer of learning. 7. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kreativitas siswa.

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dibatasi permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Subjek Penelitian Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta semester 1 Tahun Pelajaran 2006/2007 2. Objek Penelitian a. Pendekatan Pembelajaran Fisika yang diterapkan adalah Pendekatan PAIKEM.. b. Media Pembelajaran yang digunakan adalah Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga.. c. Kreativitas verbal siswa yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kreativitas siswa dalam hal kelancaran kata, kelancaran dalam ucapan, ‘kelancaran dalam mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu terbatas, mengukur ‘fleksibilitas (keluwesan)’ dan’originalitas (keaslian) dalam pemikiran’, serta elaborasi (keterincian) dalam menguraikan gagasan-gagasannya.

11

d. Pembelajaran Fisika yang akan diteliti adalah pembelajaran pada konsep Gerak Melingkar yang akan dilaksanakan untuk siswa kelas X semester 1 pada tahun pelajaran 2006/2007 di SMA Negeri 7 Surakarta. e. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif saja;sedangkan pengukuran afektif dan psikomotorik siswa hanya digunakan sebagai bahan pertimbangan..

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh media

Power Point disertai animasi dan Modul

dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007? 2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007? 3. Apakah terdapat interaksi antara media Power Point disertai animasi, Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?

12

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: 1. Ada tidaknya pengaruh media

Power Point disertai animasi dan Modul

dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. 2. Ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. 3. Ada tidaknya interaksi antara media

Power Point disertai animasi, Modul

dilengkapi alat peraga dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan khazanah teori yang berkaitan dengan pendekatan PAIKEM dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa pengaruhnya terhadap prestasi belajar fisika. Dengan mengetahui pengaruh kedua variabel tersebut

13

dapat diketahui pentingnya variabel-variabel itu terhadap pembelajaran dan prestasi belajar fisika 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain diuraikan sebagai berikut: a. Bagi Siswa, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa setelah Pendekatan PAIKEM dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga diterapkan guru dalam pembelajaran. b. Bagi Guru, menggugah guru agar peka terhadap perkembangan iptek dan mau bersikap proaktif menjadi innovator, kreator, mediator, dan fasilitator, sekaligus sebagai pembelajar yang prima dan berkualitas sehingga guru mampu mengupayakan terciptanya suasana belajar mengajar yang komunikatif, kreatif dan menyenangkan sehingga tercipta transfer of learning, yaitu pembelajaran yang menitikberatkan pada proses belajar yang tidak hanya melalui pemahaman, hafalan, dan analisis saja namun juga melalui observasi, imajinasi, eksplorasi dan refleksi serta kreativitas. c. Bagi Kepala Sekolah, manfaat yang dapat diambil melalui penelitian adalah sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan pada guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan kualitas belajar-mengajar yang dilakukan dengan jalan melakukan penelitian serupa ini.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Belajar adalah berlatih, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Azhar Arsyad (2005), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Slameto (2003) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya;sedangkan menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1995), belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Jadi, proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learning), namun 14

15

berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning), sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Peta konsep merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus menghasilkan proses belajar bermakna. Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme). Cronbach dalam Sumadi Suryabrata (1993) mengatakan:”Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”, yaitu bahwa belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah Harold Spears dalam Sumadi Suryabrata (1993), ia mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to listen, to follow direction”. Menurutnya hal yang dipentingkan dalam belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk. Pendapat ini dipertegas oleh Mc.Geok dalam Sumadi Suryabrata (1993), yang mengatakan bahwa “ Learning is change performance as a result of practice”, yang berarti belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.

16

Pengertian belajar menurut Yusufhadi Miarso dalam Tomas Suharmanto (2006): Belajar adalah proses komunikasi. Siswa yang sedang belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya. Menurut Haris Mujiman (2006), paradigma kontruktivisme merupakan komponen pertama konsep belajar mandiri. Paradigma ini adalah landasan konsep. Kegiatan belajar yang berlandaskan paradigma ini dilandasi penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar. Hazel and Papert (1991) mengatakan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru. Menurut Eko Sulistya (2003), belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu. Dari berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa hal pokok sehubungan dengan belajar yaitu: a. Belajar adalah proses interaksi antara seseorang dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

17

b. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. c. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. d. Belajar merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu sehingga timbul pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme). e. Belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya f. Belajar

adalah

mengamati,

membaca,

menirukan,

mencoba

sendiri,

mendengarkan , dan mengikuti petunjuk. g. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan. h. Belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya. i. Belajar adalah menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar.

18

j. Belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru. k. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu. Berdasarkan uraian di atas, belajar adalah merupakan proses seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya dan kegiatan belajar merupakan faktor yang secara integral dalam proses

pembelajaran

di

sekolah

yang

menghasilkan

perubahan-perubahan

pengetahuan baru yang lebih bermakna, pemahaman utuh, keterampilan, dan sikap. Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pembelajaran Fisika adalah teori belajar kontruksivisme. Menurut teori ini siswa tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara aktif membangun pengetahuannya, dan terus menerus mengasimilasi serta mengakomodasi informasi baru. Dengan kata lain, penekanan kontruksivisme adalah peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka, baik secara individu maupun kelompok. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra dan mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang, sekaligus berpikir mengolah informasi-informasi tersebut secara optimal sehingga menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning)

19

2. Hakikat Pembelajaran a. Metode Pembelajaran Fisika Teori dan praktik ibarat dua sisi mata uang, sisi satu dengan sisi yang lainnya saling memberi dasar dan mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar pada umumnya dan terutama pada bidang Fisika khususnya. Pembelajaran Fisika akan lebih bermakna ketika terjadi interaksi yang harmonis dan komunikatif antara guru dan siswa. Selama ini strategi mengajar yang diterapkan di Indonesia sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi (bahan ajar) secara satu arah melalui suara, mungkin dilengkapi gambar, grafik dan tulisan pada papan tulis . Hasil penelitian Pollio dalam Eko Sulistyo (2003) menunjukkan bahwa di dalam

pengajaran yang menggunakan metode ceramah, peserta didik mampu

berkonsentrasi penuh sekitar 60% dari waktu yang ada. Menurut penelitian Hartley dan Davies dalam Eko Sulistyo (2003), mengenai metode ceramah menunjukkan bahwa perhatian peserta didik meningkat sampai 10 menit pertama pengajaran, dan menurun setelah itu; sedangkan McKeachie dalam Eko Sulistyo (2003), memperoleh hasil bahwa peserta didik mampu mengingat 70% informasi yang disampaikan oleh pengajar pada 10 menit pertama pengajaran, tetapi pada 10 menit terakhir mereka hanya mampu mengingat 20% dari materi yang disampaikan. Menurut Mulyasa (2005), pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan belajar yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai

20

keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Turney dalam Mulyasa (2005), menjelaskan untuk keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:(1). keterampilan bertanya, (2).memberi penguatan, (3).mengadakan variasi, (4).menjelaskan, (5). membuka dan menutup pelajaran, (6).membimbing diskusi kelompok kecil, (7). mengelola kelas, 8).mengajar kelompok kecil dan perorangan Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari IPA. IPA mencakup dua hal yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsipprinsip IPA;sedangkan IPA sebgai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap ilmiah. Sebagai variasi pembelajaran Fisika, digunakan variasi Media Pembelajaran dan Sumber Belajar, yaitu Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana yang bertujuan untuk: (1). Mengatasi kebosanan dan meningkatkan perhatian siswa. (2). Agar siswa selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. (3).Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.(4). Memupuk partisipasi dan perilaku positip siswa. (5). Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dalam penggunaan Media Pembelajaraan dan Sumber Belajar tersebut dibedakan menjadi: (1).Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat (Visual), (2).Variasi alat dan bahan yang dapat didengar (Audio), (3).Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi (Tactual). Menurut Mirza Satriawan (2003), dari segi penginderaan, dua indera yaitu

21

penglihatan dan pendengaran merupakan penginderaan yang paling berperan dalam transfer informasi. Asumsi sentral konstruktivisme adalah bahwa belajar itu menemukan. Guru menyampaikan informasi kepada siswa, lalu siswa melakukan melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi tersebut agar informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruksivisme berangkat dari masalah (biasanya muncul dari siswa sendiri) dan untuk selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah itu. Menurut Mirza Satriawan (2003), proses berpikir setidaknya melibatkan empat hal, yaitu: (1) adanya obyek atau realita yang dipikirkannya, (2) adanya proses pengindraan dengan indra yang dapat membawa informasi tentang realita/obyek kepada otak, (3) adanya otak yang sehat, dan , (4) adanya informasi sebelumnya yang terkait dengan obyek atau realitas tersebut. Konstruktivisme didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). Piaget dan Vigotsky dalam Nur dan Wulandari (2001) menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses dalam upaya memperoleh informasi baru. Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, dalam prinsip kontruktivis, seorang guru punya peran sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Adapun fungsi sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan sebagai berikut:

22

1) menyediakan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa ikut bertanggung jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian. 2) Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya, Watt & Pope (1989). Guru perlu menyediakan pengalaman konflik. Pengalaman konflik dapat berwujud

pengalaman anomali yang bertentangan

dengan pemikiran atau pengalaman awal siswa. Pengalaman seperti menantang siswa untuk berpikir mendalam, menurut Tobin, Tippins & Gallard (1994). 3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan , apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu dalam mengevaluasi hipotesa dan kesimpulan siswa. Pembelajaran yang bernaung dalam konstruktivisme adalah kooperatif. Salah satu aktivitas yang terdapat dalam kooperatif adalah Belajar Bersama (learning together), yaitu; melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa untuk menangani tugas tertentu. Selanjutnya, mereka melaporkan tugas itu. Aktivitas belajar bersama ini lebih mengarah pada pembinaan kerjasama dan keberhasilannya. b. Pendekatan PAIKEM Menjadi guru kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki

kemampuan

mengembangkan

pendekatan

dan

memilih

metode

23

pembelajaran yang efektif. Menciptakan iklim pembelajaran yang interaktif dan kondusif serta menyenangkan itu merupakan hal-hal yang penting agar siswa termotivasi untuk bersikap kreatif dan inovatif. Sebagai seorang pendidik, profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sudah jelas target pencapaian kurikulum tak akan tercapai. Kalaupun toh semua fakta dan konsep itu dijejalkan kepada siswa dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi, akan berakibat siswa tidak dilatih menemukan konsep sehingga yang terjadi tidak lebih hanyalah transfer of knowledge, bukan transfer of learning. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2007), daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal: (1). oleh mata pelajaran itu sendiri, dan (2). oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Para psikolog berpendapat bahwa para siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya perputaran jarum jam, hubungan roda dan gir pada sepeda dan sebagainya. Tugas guru bukan men”transfer” pengetahuan,

24

melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan direvisi. Siswa perlu dilatih dan dibina untuk berfikir dan bertindak secara kreatif. Pengembangan konsep hendaknya selalu dikaitkan dengan pengembangan sikap dan nilai. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai. Menurut Mulyasa (2005), sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu:(1).Pendekatan Kompetensi., (2).Pendekatan Keterampilan Proses, (3).Pendekatan Lingkungan, (4). Pendekatan Kontekstual, (5). Pendekatan Tematik. Pendekatan yang penulis pilih adalah Pendekatan Kompetensi karena seorang guru yang profesional diharapkan menguasai empat kompetensi, yaitu: (1). Kompetensi profesional, (2). Kompetensi paedogogi, (3). Kompetensi kepribadian, (4), Kompetensi sosial. Menurut Sugiyanto (2007), kompetensi profesional dan paedogogi adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran,

kemampuan

dalam

merancang

dan

memanfaatkan

berbagai

media/sumber belajar, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan

25

kinerja pembelajaran. Jika ke empat kompetensi tersebut dikuasai para guru, maka berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara optimal, yaitu sebagai:(1). Sumber belajar (agen pembelajaran), (2) Fasilitator, (3). Pengelola, (4)

Demonstator, (5). Pembimbing, (6). Motivator, (7). Inovator, (8).

Evaluator, (9). Kreator. Adapun

metode pembelajaran Fisika yang tepat untuk menentukan

efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah penekanannya pada interaksi siswa, rasa ingin tahu, kreativitas dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya sebagai roda penggerak untuk memproseskan perolehan agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Penerapan metode pembelajaran yang relevan dan bervariasi tersebut akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah Pendekatan PAIKEM. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajarmengajar dengan pendekatan PAIKEM ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif dan mandiri. Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan pendekatan yang mengupayakan memberikan layanan pembelajaran yang optimal pada proses belajar (transfer of learning), aktivitas dan kreativitas siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan , nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, maka salah satu tugas guru sebagai fasilitator

26

adalah memberikan kemudahan kepada siswa untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal.

1) Aktif Dalam

pelaksanaaan

PAIKEM,

pembelajaran

dilaksanakan

dengan

mengaktifkan siswa dan guru hanyalah sebagai fasilitator, pelatih, motivator, dan evaluator. Keaktifan siswa didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai (azas motivasi) dan akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas siswa. Oleh karena itu suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran tersebut, antara lain: diskusi kelompok, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, studi kasus, bermain peran dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Tugas guru dalam mengaktifkan siswa antara lain sebagai: a) Fasilitator, yaitu menyediakan tugas untuk siswa , LKS (Lembar Kerja Siswa), Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa. b) Pelatih, yaitu melatih siswa dalam belajar cara berpikir dan bekerja dalam IPA (Fisika), berdialog dengan siswa untuk memperbaki miskonsepsi (pemahaman yang keliru) dan cara-cara berpikir yang kurang logis dan sistimatis (ilmiah).

27

c) Motivator, yaitu memotivasi siswa dan membentuk aturan belajar yang memotivasi siwa dalam belajar dan bersikap. Penguasaan kompetensi diharapkan dapat menumbuhkan rasa puas terhadap hasil belajar, sehingga motivasi belajar semakin berkembang. d) Evaluator, guru mengevaluasi pembelajarannya dan mengevaluasi kompetensi siswa dalam pembelajaran. Kriteria-kriteria yang

harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk

mengaktifkan siswa sebagai berikut: a) Ada kegiatan yang dapat dilakukan siswa. Dalam pembelajaran Fisika, siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan. Siswa memerlukan sumber belajar berupa buku, , LKS (Lembar Kerja Siswa), Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, peristiwa alam sehari-hari dalam percobaan, lingkungan, produk teknologi, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa. b) Siswa mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukannya Dengan cara berpikir dan bekerja yang dilatihkan gurunya siswa akan mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukan dalam mempelajari Fisika. c) Menarik perhatian siswa Guru membuat kegiatan-kegiatan yang secara umum menarik perhatian siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan menyentuh keperluan siswa seharihari dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.

28

2) Inovatif Dalam PAIKEM, guru harus berupaya menghapus kebiasaan kurang baik pada diri siswa yang cenderung merespon pembelajaran hanya “tell me what to do”, menerima apa adanya atau hanya patuh melakukan perintah guru semata, sehingga tidak nampak aktivitas belajar proaktif dari dalam diri siswa sendiri. Kecenderungan demikian dapat ditafsirkan seolah-olah guru adalah segala-galanya dan terkesan mendominasi siswa, padahal penyebabnya bisa muncul dari diri siswa sendiri sebagai akibat kebiasaan selalu “nrimo” atau takut berbeda pendapat dengan gurunya. Untuk mengantisipasi hal ini guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang ber- inovasi. Inovasi ini bertujuan untuk: (1). Merespon pengembangan pembelajaran agar dapat mencapai sasaran, (2). Mencari solusi atas persoalan aktual yang dihadapi siswa agar dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

3) Kreatif Dalam PAIKEM, pembelajaran Fisika diupayakan meningkatkan kreativitas siswa, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk gagasan-gagasan baru atau mengembangkan gagasan yang sudah ada, misalnya dengan cara membelajarkan siswa untuk berpikir dan bekerja dengan objek atau fenomena. Hal ini tidak berarti pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan

29

peralatan lengkap,di kelas pun, dan hanya dengan kapur, spidol, papan tulis, atau bahkan bekas ballpoint dan batupun dapat dibelajarkan untuk menghadapi objek dan fenomena, yaitu dengan cara siswa memikirkan objek dan fenomena alam yang dipelajarinya, serta membuat model, misalnya alat peraga, gambar, diagram, grafik, desain animasi, dan sebagainya, yang menggambarkan objek dan fenomena tersebut. Pembelajaran kreatif ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan rumus-rumus. Kriteria-kriteria yang

harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk

mengkreatifkan siswa sebagai berikut: a). Siswa memiliki keinginan untuk mencoba tugasnya Suatu kegiatan yang menantang siswa dan belum pernah ditemukan siswa sebelumnya serta bersifat kompetisi seringkali dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk mencoba melakukan kegiatan tersebut. Keinginan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dapat digunakan sebagai peluang bagi guru untuk menumbuhkan keinginan siswa. Pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan cara berpikir dan bekerja yang telah dimilikinya dapat membuat siswa ingin mencoba kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang menjadi tugasnya. b). Siswa memiliki kesempatan dan keleluasaan (bebas,tetapi mengikuti aturan main) menentukan apa yang akan dipikir dan dilakukannya Walaupun cara berpikir dan bekerja dalam Fisika mengikuti aturan-aturan tertentu, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa dan

30

sudut pandang siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bervariasinya sudut pandang akan menumbuhkan cara berpikir dan bekerja yang bervariasi yang akan menumbuhkan kreativitas siswa. c). Siswa memiliki kompetensi untuk melakukannya Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa merupakan kompetensi siswa untuk melakukan kegiatan kreatifnya. Jika siswa kandas dalam berkreasi, guru dapat membantu siswa menunjukkan langkah-langkah berpikir dan bekerja melalui dialog interaktif dengan siswa. Urutan kegiatan yang tepat pada setiap langkah pembelajaran memungkinkan siswa memiliki kompetensi yang diperlukan untuk berkreasi dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah Fisika.

4) Efektif Waktu pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di lingkungan sudah seharusnya digunakan seefektif dan seefisien mungkin untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam Fisika. Cara untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pembelajaran adalah dengan melatih siswa dalam belajar cara belajar Fisika, yaitu dengan meningkatkan kompetensi siswa dalam menganalisis konsep, menganalisis objek dan fenomena, dan membuat model. Ketiga kompetensi ini merupakan kompetensi yang umum yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep Fisika. Dengan cara ini waktu pembelajaran dapat dibuat relatif singkat, karena cara ini membuat siswa dapat belajar Fisika sendiri atau berkelompok

31

dengan lancar dan benar;sedangkan kompetensi siswa dalam belajar Fisika dapat ditingkatkan dengan baik dan benar, karena siswa tidak hanya mempelajari konsepkonsep Fisika, tetapi juga cara berpikir dalam Fisika yang mengikuti pola pikir konsep-konsep Fisika tersebut. Kriteria-kriteria yang

harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk

mengkreatifkan siswa sebagai berikut: a). Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang harus dikerjakannya. Dalam PAIKEM guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari Fisika dan menyelesaikan masalah;sedangkan siswa menggunakan cara yang dilatihkan gurunya untuk mempelajari Fisika dari suatu sumber belajar. Setiap siswa dapat belajar sendiri mempelajari Fisika dari sumber belajarnya, tetapi kefektifan hasil belajar siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui bagaimana cara mempelajari Fisika. b). Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat membuatnya berhasil. Untuk keefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan bekerja dalam Fisika. Siswa menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu untuk mempelajari Fisika dan menyelesaikan masalah.

32

5) Menyenangkan Pembelajaran Fisika tidak akan berhasil dengan baik, bila siswa bersikap pasif. Perbaikan sikap siswa pada saat-saat mereka belajar sangat diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran. Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa dan pembelajaran Fisika yang monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan diberi latihan soal, seringkali membuat siswa malas belajar. Oleh karena itu, PAIKEM membantu guru dalam pembelajaran Fisika dengan cara yang dapat membuat siswa menyadari bahwa Fisika bukan mata pelajaran yang sulit, bervariasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran, dan kegiatan yang membuat siswa termotivasi untuk mempelajari Fisika. Kriteria-kriteria

yang

harus

dipenuhi

dalam

pembelajaran

untuk

menyenangkan siswa adalah sebagai berikut: a). Guru memperlakukan siswa dengan perkataan dan perbuatan yang menyenangkan siswa Menyenangkan atau tidaknya siswa belajar banyak bergantung pada bagaimana guru memperlakukan siswanya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan perkataan dan perbuatannya dalam memperlakukan siswanya. Hendaklah guru di depan kelas dijadikan ”panutan”,dalam pepatah Jawa:”ing ngarso sung tulodo”. b). Aturan belajar yang dapat membuat siswa saling menyenangkan. Ketidaksenangan siswa dalam belajar dapat datang dari temannya sendiri. Teman yang suka mengganggu atau mengolok-olok dapat membuat siswa tidak betah dalam belajarnya. Untuk mengatasi gangguan dari teman-temannya guru perlu

33

membuat aturan main untuk membiasakan siswa saling menghargai dan saling membantu dalam melaksanakan tugas belajarnya. Permainan dalam pembelajaran seperti yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif, misalnya:Jigsaw, STAD, TGT dan tulisan-tulisan yang dipampang di dinding untuk saling menghargai, tidak saling mencemoohkan, dan kata-kata lain yang dapat membuat siswa saling menyenangkan dapat digunakan di kelas. Hendaklah guru memberi motivasi belajar dan menganjurkan pada siswanya untuk menjadi ”tutor sebaya” satu dengan yang lain dengan ”saling asah, asuh, dan asih”. Hal ini berarti di dalam mengelola kelas guru merupakan motivator atau di dalam pepatah Jawa ”ing madyo mangun karso”. c). Menarik minat siswa Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa, dan pembelajaran siswa yang monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan diberi latihan soal, seringkali membuat siswa malas mempelajari Fisika. Oleh karena itu, pembelajaran Fisika seharusnya dapat dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa menganggap bahwa Fisika itu adalah mata pelajaran yang tidak sulit. Di samping penggunaan alat bantu mengajar (media pembelajaran) yang bervariasi, baik media yang mutakhir maupun alat peraga yang sederhana namun representatif, mengajarkan konsep dengan pemanfaatan Fisika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia teknologi dapat membantu menarik minat siswa dan mendorong untuk lebih giat belajar. Hal ini berarti guru hendaklah di belakang sebagai pendorong, dalam pepatah Jawa dikatakan sebagai “tut wuri handayani”.

34

Adapun kendala-kendala yang mungkin dihadapi guru dalam PAIKEM, antara lain: a). Ada istilah yang kurang dikenal siswa Dalam suatu pernyataan lisan maupun tertulis setiap istilah yang digunakan untuk menjelaskan/menginformasikan sesuatu harus sudah dikenal dan dipahami siswa pengertiannya. Bila satu istilah saja yang digunakan dalam berkomunikasi tidak dikenal siswa dapat dipastikan penjelasan/informasi itu tidak akan dipahami oleh siswa. Istilah tidak akan dapat diperoleh siswa dari hasil pengamatan atau percobaan. Oleh karena itu, istilah harus dijelaskan langsung kepada siswa atau melalui buku teks. b). Ada pengetahuan yang terlewat Seperti yang dikemukakan di dalam teori-teori belajar, pemahaman siswa terhadap pelajaran yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimilikinya yang menunjang siswa dalam memahami pelajaran baru. Oleh karena itu, pembelajaran harus mengikuti urutan konsep-konsep yang teratur sesuai dengan urutan untuk memahami memahami konsep-konsep itu. c). Tidak tahu apa yang harus dipikirkan, dari mana mulai memikirkannya, dan bagaimana memikirkannya Memahami suatu penjelasan/informasi tidak hanya memerlukan pengetahuan, , tetapi juga memerlukan pemikiran untuk menghubungkan konsep yang sudah dimiliki siswa dengan fakta dan masalah, sehingga siswa dapat membentuk konsep baru atau memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran harus

35

disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa memikirkan hubungan antara konsep yang sudah dimiliki siswa dengan konsep yang baru dipelajari. d). Tidak ada gambaran mental Penjelasan/informasi lisan atau tertulis tidak memberikan gambaran yang utuh terhadap isi penjelasan/informasi tersebut. Hal itu dapat membuat siswa kurang paham, salah paham, atau tidak paham dengan penjelasan/informasi dari gurunya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan benda-benda nyata, percobaan, model, atau gambar yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep Fisika yang dipelajarinya. e). Emosi siswa terganggu Gangguan emosi pada siswa dapat menyebabkan siswa kurang perhatian, kurang mau berpikir untuk memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Oleh karena itu, guru harus berusaha menenangkan emosi siswa dengan cara memberikan perhatian atau penghargaan kepada siswa dan membuat aturan yang dapat membuat siswa-siswa saling menghargai satu sama lain.

3. Pemanfaatan Media Pembelajaran Media adalah alat yang berfungsi untuk menjadi perantara dalam menyampaikan informasi atau pesan; sedangkan media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar. Menurut Gagne dalam Sadiman (2002), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

36

merangsangnya untuk belajar;sedangkan Briggs dalam Sadiman (2002) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Selanjutnya Sadiman dalam Anthony Wijaya (2006) mengatakan bahwa media pembelajaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran ini dapat berupa buku, poster, foto slide, kaset audio, VCD, TV, radio, komputer dan alat peraga. Menurut Azhar Arsyad (2005), pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi visual maupun verbal. Adapun Heinich dkk (1996), mengatakan bahwa klasifikasi jenis media pembelajaran adalah: (1) Yang tidak diproyeksikan, (2) Yang diproyeksikan, (3) Audio, (4) Video, (5) Multimedia Berbasis Komputer, (6). Multimedia Kit.

a. Multimedia Berbasis Komputer Multimedia Berbasis Komputer adalah:(1) media yang dioperasikan melalui komputer, yang biasa dikenal sebagai perangkat

lunak (soft ware), seperti

hypermedia, video interaktif, CD-ROM, dan sebagainya, (2) media yang mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti; teks, gambar, grafis, animasi dan suara yang dioperasikan dengan komputer. Adapun program aplikasinya berbentuk Microsoft Office:Word. Excel, Power Point, dan sebagainya.

37

Menurut

Widha Sunarno (1998), penggunaan model animasi simulasi

dengan bantuan komputer mengakibatkan siswa lebih tertarik dan merasa senang;sedangkan menurut Sayling Wen dalam Thomas Suharmanto (2006), Animasi komputer juga dapat mempercepat pemahaman dan menyesuaikan dengan tingkat kecepatan berpikir siswa. Adapun menurut Ninik Hardiati, dkk (2004), “animasi simulasi komputer adalah menggerakkan gambar benda melalui komputer dengan menggunakan program tertentu”. Media pembelajaran yang menggunakan animasi simulasi komputer memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan bahan ajar untuk mengkonstruk konsep yang dipelajarinya secara menyenangkan dan menarik.

b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan Jenis bahan ajar yang termasuk media pembelajaran yang tidak diproyeksikan, antara lain: Modul, LKS, buku, handout, charta, alat peraga dan sebagainya. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, cara mengevaluasi secara mandiri yang dirancang secara sistematis dan menarik serta bahasa yang sederhana untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Agar konsep-konsep Fisika dapat dipelajari dan dipahami dengan benar, maka penggunaan Alat Peraga yang representatif sangat mendukung proses pembelajaran tersebut. Dari uraian di atas tentang media, jelaslah bahwa: (1). media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara atau penyalur informasi atau pesan, dan (2). media pembelajaran adalah sarana/prasarana dari berbagai jenis

38

komponen dalam lingkungan dan segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan/informasi dalam proses belajar-mengajar yang membantu guru dan yang dapat merangsang siswa

untuk belajar dan mempertinggi mutu proses pembelajaran,

sekaligus mempertinggi hasil belajar, serta (3). Media pembelajaran dapat berbentuk hard ware (Modul, LKS, buku, handout, charta, alat peraga dan sebagainya) dan soft ware (Power Point, Flash, Animasi dan sebagainya). Media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga Fisika sederhana. Program aplikasi yang familiar dengan presentasi sebagai sarana pembelajaran adalah Power Point yang disertai dengan animasi;sedangkan animasi sendiri di komputer mikro adalah model hasil penyederhanaan atau sapuan gambar (scanning) suatu gambar,teks, realitas yang seakan-akan “hidup/bergerak” dan mencerminkan keadaan sebenarnya. Media presentasi pembelajaran dalam bentuk Power Point yang disertai dengan animasi yang disajikan guru sebagai alat bantu pengajaran diharapkan mampu mengkomunikasikan topik mata pelajaran agar lebih komunikatif dan menarik. Modul merupakan bahan ajar mandiri yang disajikan secara sistematis sehingga memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan irama belajarnya dan penggunaan Alat Peraga yang representatif sangat mendukung proses pembelajaran. Dengan program Power Point, disertai dengan efek Animasi diharapkan akan menambah akselerasi belajar siswa, sekaligus mendorong siswa untuk lebih kreatif dan inovatif dan dengan Modul yang tepat dan up to date serta dilengkapi Alat Peraga

39

Fisika sederhana namun representative diharapkan akan mempertinggi motivasi dan kreativitas siswa yang pada akhirnya hasil belajarnyapun meningkat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dewasa ini diperoleh temuan-temuan baru di berbagai bidang. Dalam proses belajar mengajar, temuan-temuan itu direalisasikan dalam bentuk upaya guru menerapkan berbagai variasi metode inovatif pembelajaran Fisika, seperti:(1) Multimedia Berbasis Komputer (Internet), yaitu dengan mengambil informasi terkini dari internet (to take of lastest information from Internet) dan menvisualisasikan bahan ajar Fisika dalam berbagai bentuk desain animasi dengan aplikasi perangkat lunak (software application ), seperti Power Point dan Animasi, (2) Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan, antara lain Modul dan menciptakan atau memodifikasi alat-alat peraga Fisika sederhana namun representatif, diharapkan akan tercipta PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatf, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

c. Power Point dan Animasi Pemberdayaan komputer mikro (PC atau Personal Computer) yang berisi aplikasi perangkat lunak (software application) dirancang secara khusus untuk mengembangkan bidang tertentu, seperti Microsoft Word, Power Point, Flash, Animasi dan sebagainya. Desain Pengembangan Pembelajaran Fisika dalam penelitian ini dirancang secara terstruktur dengan baik agar dapat dipelajari selangkah demi selangkah oleh siswa, maka dibuatlah Power Point disertai Animasi. Untuk keberhasilan Media Pembelajaran ini diperlukan lingkungan yang baik untuk

40

presentasi dan demonstrasi serta eksperimen; yakni ruangan yang tenang dengan penerangan yang cukup, termasuk penyediaan seperangkat komputer mikro atau Laptop dan LCD serta alat pandang dengar (media audio visual) yang sesuai. Kelebihan Media Power Point disertai Animasi, antara lain:(1). Memungkinkan adanya interaksi antara siswa dengan materi pelajaran sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar sehingga tercipta proses pembelajaran PAIKEM (2) Proses belajar secara individual sesuai kemampuan siswa, (3). Menampilkan unsur audio visual (flexible and cost effectiveness) namun kontrol tetap pada pengguna (user), (4). Langsung memberikan umpan balik (feedback), (5). Sebagai alat bantu dalam menciptakan proses belajar mengajar (Fisika) yang berkesinambungan (record keeping);sedangkan

kekurangannya

antara

lain:(1).

Cara

memanfaatkannya

memerlukan peralatan yang relatif mahal (komputer/laptop dan monitor/LCD serta software, seperti CD dan sebagainya), (2). Perlu keterampilan khusus dan petunjuk pemanfaatan untuk mengoperasikannya, (3). Pengembangannya perlu adanya tim yang profesional dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara ringkas Pola Urut (Matriks) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Power Point disertai Animasi terlihat dalam Lampiran 4A

d. Modul dan Alat Peraga Fisika Sederhana Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan manarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri seirama kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efisien. Bahasa dibuat

41

sederhana, lugas dan komunikatif sesuai dengan level berpikir siswa SMA, bersahabat dengan pemakai sehingga pemakai mudah merespon atau mengakses. Modul memiliki karakteristik stand alone, yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain. Karakteristik modul yang lain adalah: (1) tujuan antara dan tujuan akhir harus dirumuskan secara jelas dan terukur, (2) materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas serta tersedia contoh-contoh, ilustrasi yang jelas, (3) tersedia soal-soal latihan dan tugas, (4) materinya up to date dan kontekstual, (5) terdapat rangkuman materi pembelajaran, dan (6) tersedia instrumen penilaian

yang

memungkinkan siswa melakukan self assessment, (7) terdapat informasi tentang ukuran tingkat penguasaan materi, umpan balik, dan rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran. Kelebihan Media Modul dilengkapi Alat Peraga Fisika sederhana, antara lain: (1). Murah, (2). Mudah diperoleh, (3). Tidak memerlukan peralatan dan mudah dibawa kemana-mana (flexible), (4). Dapat digunakan untuk menyampaikan seluruh materi pelajaran dan terbuka untuk terjadinya proses pembelajaran PAIKEM (5). Memotivasi siswa untuk mandiri dan kreatif, (6). Memperjelas pesan/informasi agar tidak terlalu verbalistis;sedangkan kekurangannya antara lain: (1). Membutuhkan kebiasaan membaca (reading habits), (2). Membutuhkan pengetahuan awal (prior knowledge), (3). Kurang bisa membantu daya ingat dan akan membosankan apabila penyajiannya (tulisan/teks, font, gambar/ilustrasi) kurang menarik, (4). Apabila bahasanya tidak dibuat sederhana dan materinya out of date serta tidak kontekstual, maka modul tersebut juga tidak efektif untuk dipelajari siswa.

42

Secara ringkas Pola Urut (Matriks) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Modul yang dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana terlihat dalam Lampiran.4B.

4. Hakikat Kreativitas Ausubel (1962: 99-100) membedakan istilah “kreativitas” sebagai suatu ciri perbedaan individual yang mencakup rentang lebar dan berkesinambungan, dengan istilah “orang kreatif” yang hanya digunakan secara terbatas untuk menyebut individu unik yang memiliki ciri yang langka dengan kadar luar biasa, yaitu suatu kadar tertentu yang menempatkannya secara kualitatif berbeda dari kebanyakan individu lainnya. Kreativitas dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang bersifat divergen sebagaimana dikatakan oleh Santrock (1988: 273), kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak umum untuk dapat menemukan pemecahan masalah yang unik. Menurut Santrock pada tingkatan tertentu intelegensi dibutuhkan untuk dapat kreatif namun orang-orang yang sangat tinggi tingkat inteligensinya bukanlah orang yang sangat kreatif. Kreativitas merupakan sumber pengertian pusat dalam kehidupan kita. Faktor kreativitas inilah yang membedakan manusia dari simpase, karena berkat kreativitas manusia memiliki bahasa, nilai, ekspresi keindahan, pemahaman ilmu, teknologi dan hal penting dan hal menarik lainnya diperoleh melalui proses pembelajaran, dan penambahan kekayaan dan kekompleksan untuk masa depannya ( Csikszentmihalyi, 1996: 1-2).

43

Sebagaimana dikutip oleh Lefrancois (1988: 226) Palmer dan Harding merumuskan kreativitas sebagai hasil karya cipta baru yang telah diterima oleh umum dan selama masih dapat dipertahankan atau berguna atau memuaskan kepentingan kelompok yang lain pada beberapa poin waktu. Bower, Bootzin, dan Zajonc (1987: 229) menyatakan kreativitas adalah penjajaran gagasan-gagasan dengan cara baru dan tidak biasa. Namun demikian, gagasan kreatif adalah hal yang lebih dari hanya sekedar sesuatu yang tidak biasa, karena juga harus merupakan sesuatu yang dapat dipraktikkan atau relevan dengan tujuan. Carin dan Sund (1978: 77) menyatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk menjadi kreatif. Bila manusia terlibat dalam tindakan kreatif, maka hal tersebut akan lebih menumbuhkan konsep diri yang dimilikinya, dan akhirnya akan membuat manusia lebih sadar sebagai individu. Sebaliknya bila kesempatan berekspresi secara kreatif tidak ada, maka potensi yang dimilikinya akan menurun dan ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan mental. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan Utami Munandar (1983: 70-76), bahwa kreativitas akan dapat ditingkatkan jika ada dukungan budaya kreatif atau yang diistilahkan sebagai creativogenic. Hurlock (1978) dan Rogers (1982) mendefinisikan kreativitas sebagai suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, entah berupa gagasan, atau objek dalam bentuk susunan yang baru. Sementara itu, Rogers merumuskan proses kreatif sebagai kemunculan tindakan berupa produk baru melalui keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya di lain pihak (dalam Utami Munandar, 1988: 2-3).

44

Vernon Hicks et. al (1970: 225) menyatakan bahwa kreativitas merupakan ekspresi karena hasil pengalaman atau keinginan, yang berupa imajinasi, spontanitas, dan keunikan. Mengingat timbulnya kreativitas salah satunya adalah karena faktor pengalaman, maka kreativitas itu dapat juga dibentuk melalui proses belajar. Dalam mengembangkan kreativitas, demikian Conny R. Semiawan, faktor pengalaman atau proses belajar belumlah cukup untuk membentuk kreativitas, tetapi perlu adanya faktor bakat. Kreativitas sebagai kemampuan mengandung ciri kognitif, afektif, dan motorik. Sehubungan dengan berpikir kreatif atau berpikir divergen, Guillford (1968: 34) mengemukakan bahwa informasi yang dapat diperoleh kembali melibatkan dua jenis operasi yaitu produksi konvergen atau produksi divergen. Produksi konvergen meliputi pencarian informasi yang spesifik untuk memecahkan persoalan yang menuntut satu jawaban yang benar. Produksi divergen dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan yang dapat dijawab dengan berbagai cara yang dapat diterima. Guillford menemukan lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3) orisinalitas (originality), (4) elaborasi (elaboration), dan (5) perumusan kembali (redefinition). Berpikir kreatif berkenaan dengan teori otak yang menyatakan bahwa kedua belahan otak mempunyai fungsi yang berbeda. Clark (1983) menyatakan belahan otak kiri berkaitan antara lain dengan kemampuan berpikir verbal, analitis, kritis, logis, linier, dan relasional, sedangkan otak kanan berkaitan dengan kemampuan berpikir non verbal, spasial, intuitif, holistik, integratif, imajinatif, dan non referensial.

45

Menurut Conny R. Semiawan (1992: 26) konsep kreativitas mencakup integrasi dari kondisi empat ranah, yaitu (a) afektif, (b) psikomotorik, (c) kognitif, dan (d) intuitif. Ketiga ranah yang pertama dikembangkan melalui proses belajar, sedangkan ranah yang keempat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bakat. Selanjutnya dikatakan, bahwa perkembangan kreativitas individu akan terjadi secara optimal manakala terdapat bakat, dengan ditandai oleh tingkah laku kreatif yang merupakan perpaduan dan interaksi, interpretasi dari dimensi rasio, kehidupan, emosi, intuisi, dan bakat khusus yang menghasilkan produk tertentu. Menurut Cipta Ginting (2003), seperti halnya inteligensi, kreativitas juga merupakan fungsi kemampuan kognitif manusia (kognitif melibatkan proses mental untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri). Kreativitas dan inteligensi merupakan dua dimensi yang berbeda dari fungsi kognitif manusia tersebut. Inteligensi mengukur pemikiran konvergen, yaitu mencari satu jawaban atau simpulan yang logis berdasarkan informasi yang ada, sedangkan

kreativitas

mengukur pemikiran divergen, yaitu mencari macam-macam alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diketahui. Sampai taraf tertentu, inteligensi dan kreativitas berhubungan (berkorelasi) positif. Namun, pada taraf yang tinggi, intelegensi tidak lagi menentukan derajat kreativitas tersebut, dan sebaliknya. Berbagai penelitian pada murid sekolah dasar dan menengah menunjukkan bahwa seperti halnya pada mereka dengan intelegensi tinggi, kelompok yang kreativitasnya tinggi juga menonjol prestasi belajarnya. Ini menunjukkan bahwa seperti intelegensi, kreativitas juga berperan terhadap prestasi sekolah (Cipta Ginting,

46

2003). Ia juga mengemukakan bahwa ciri orang kreatif adalah bersifat ingin tahu, dan mencari pengalaman baru, mempunyai daya imajinasi, inisiatif, dan minat luas, serta merasa bebas dalam berpikir dan berpendapat. Sementara itu, Csikszentmihalyi (1996), mendeskripsikan orang yang memiliki ciri-ciri kreatif, yang masing-masing karakter itu sekaligus menunjukkan hubungan saling kontradiktif. Ada sepuluh ciri orang yang kreatif, yakni (1) memiliki energi fisik, tetapi juga tenang dan santai; (2) cenderung pintar, tetapi juga naïf pada saat bersamaan; (3) kadangkala berperilaku paradoks antara iseng(main-main) dan disiplin (serius), antara sifat bertanggung-jawab dan tidak bertanggung-jawab; (4) menggunakan daya imajinasi dan fantasi di satu sisi, namun berpikir secara mendasar dan realistis di sisi lain; (5) menempatkan tendensi berlawanan pada suatu kontinum antara ekstroversi dan introversi; (6) rendah hati, namun angkuh dalam waktu bersamaan; (7) dalam berbagai budaya, pihak laki-laki makin maskulin, acuh, menekankan aspek temperamennya, sedangkan wanita makin feminine, yang oleh kedua pihak diterimanya sebagai sifat yang berlawanan; (8) suka menentang dan bebas; (9) sangat bergairah dengan tugas/pekerjaannya, namun kadangkala juga suka apa adanya; (10) kejujuran dan kepekaannya sering menganggap dirinya “menderita” namun ia sangat menikmati “penderitaannya” itu.. Sebagaimana dikutip oleh Good & Brophy (1990), Guilford mengajukan suatu perspektif kreativitas dalam model kemampuan mental yang diyakini secara kolektif dari suatu peta atau struktur intelek, yang di dalamnya mencakup daftar operasional mental. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang dicari dan simpanan

47

memori dapat mencakup dua jenis operasi, yakni produksi konvergen atau produksi divergen. Dalam pandangan Guilford ini, kreativitas merupakan pelibatan pemikiran yang divergen, seperti kelancaran, keluwesan, dan keaslian proses pemikiran . Dari beberapa pendapat tentang definisi kreativitas dan juga deskripsi tentang orang yang kreatif dapat dikemukakan bahwa terdapat kesamaan dasar yang cukup dominan pada seseorang yang memiliki kreativitas tinggi. Mereka lebih luwes (fleksibel), lancar, mandiri, berpikir orisinil dan mendasar, elaboratif ( berpikir secara rinci) dan realistis dalam menanggapi gagasan atau menghadapi tantangan. Bahkan Utami Munandar (1992: 50) secara tegas dan operasional mendefinisikan pengertian kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan keorisinalan berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memerinci) gagasan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Edwards (1972: 309) bahwa konsep kreativitas lebih diarahkan pada aspek berpikir kreatif. Oleh karena itu, pengukuran yang relevan untuk kreativitas di sini adalah dengan tes berpikir divergen, yang mengukur aspek kelancaran, keaslian, pendefinisian ulang (redefinisi), dan kerincian gagasan. Kelancaran ialah hal pengungkapan sebanyak mungkin gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan seseorang terhadap sesuatu yang direspons. Kelancaran terdiri atas empat kategori, yaitu kata, ide, asosiasi, dan ekspresi (Edwards, 1972: 309). Kelancaran kata mengacu pada pengungkapan banyaknya kata yang mengandung huruf tertentu yang dihasilkan berkenaan dengan stimulus yang dihadapi. Kelancaran ide mengacu pada pengungkapan banyaknya pikiran atau

48

gagasan yang diungkapkan yang tergolong dalam unit tertentu. Kelancaran asosiasi mengacu pada pengungkapan banyaknya kata yang memiliki kesamaan makna dengan kata tertentu. Kelancaran ekspresi mengacu pada pengungkapan sebanyak mungkin kata yang mempunyai makna tertentu. Keluwesan ialah hal pengungkapan berbagai macam ide untuk memecahkan suatu masalah di luar kategori biasa. Keluwesan mencakup dua kategori. Pertama, keluwesan spontan, yakni yang berhubungan dengan klasifikasi, dan kedua, keluwesan adaptif (penyesuaian diri), yakni yang berhubungan dengan pembuatan perubahan. Keaslian adalah hal yang mengacu pada pengungkapan cetusan gagasan yang bersifat unik, baru, atau kombinasinya. Respons keaslian ini bersifat tak berfrekuensi, maksudnya, bila permasalahan itu diajukan pada suatu kelompok, tanggapan/respons yang disampaikan salah seorang anggota kelompok itu jarang ditunjukkan oleh anggota lainnya. Respon keaslian pada umumnya tampak melalui tugas-tugas mengemukakan ide-ide, judul-judul, serta isi karangan, dan lain-lain yang bersifat unik. Keterincian adalah hal yang menunjuk pada kemampuan dalam pemerkayaan, pengembangan, perincian dalam mengungkapkan suatu ide, objek, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Ada tiga kategori keterincian, yakni akibat, kemungkinan pekerjaan, dan sketsa (Edwards, 1972: 309). Berdasarkan uraian di atas, konsep kreativitas dapat disimpulkan sebagai kemampuan, kesanggupan, atau kekuatan yang mencerminkan kelancaran kata, ide, asosiasi, ekspresi), keluwesan (spontan, adaptif), keaslian (ungkapan baru, ungkapan unik/tidak lazim, kombinasi ungkapan baru dan ungkapan unik/tak lazim,

49

penggunaan judul unik/tak lazim, penggunaan isi unik/tak lazim, penggunaan ide unik/tak lazim), dan keterincian (akibat, kemungkinan pekerjaan, dan sketsa) suatu gagasan. Kemampuan kreatif biasanya diakui dan diterima dalam arti memiliki manfaat bagi yang lain. 5. Hakikat Prestasi Belajar Menurut Eliyas Tri Bagyo (2005: 21-26), prestasi belajar adalah tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar. Tanda atau simbol tersebut biasanya dinyatakan dalam nilai angka/huruf, tanda itu melambangkan kemajuan aktual dalam bidang pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui siswa berprestasi perlu adanya suatu evaluasi, yaitu suatu pengukuran dan penilaian yang dilaksanakan oleh pengajar secara berkesinambungan. Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa sebagai hasil usaha belajarnya dalam bentuk angka/nilai, atau huruf yang menyatakan kualitas prestasi belajar siswa tersebut. Aktivitas belajar siswa melalui berbagai pengalaman belajar pada proses pembelajaran adalah merupakan tolok ukur tingkat keberhasilan dalam menentukan prestasi belajar.

6. Materi Pembelajaran Fisika Materi Pembelajaran Fisika pada penelitian ini mengambil Materi Pokok Gerak Melingkar

dengan Kompetensi Dasar Nomor. 3.2, yaitu: Memprediksi

50

besaran-besaran Fisika pada gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar berubah beraturan, berdasarkan Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus untuk Mata Pelajaran Fisika, untuk kelas X semester 1. Materi Pokok

: Gerak Melingkar

Uraian Materi

: - Gerak Melingkar Beraturan - Gerak Melingkar Berubah Beraturan

Pengertian dan Prinsip Penting Gerak Melingkar adalah gerak suatu benda dalam suatu lintasan melingkar dengan kecepatan tertentu. Gerak Melingkar dibagi dalam dua bagian, yaitu: Gerak Melingkar Beraturan dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan a. Gerak Melingkar Beraturan (GMB). b. Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB) Adapun besaran-besaran utama dalam gerak melingkar ada tiga, yaitu: perpindahan sudut θ, kecepatan sudut ω, dan percepatan sudut α. Ketiganya dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut: 1) Posisi sudut (θ) adalah letak keberadaan benda dalam lintasan lingkaran dilihat dari pusat lingkaran, satuannya dalam derajat (o)atau radian (rad)



x ...(o) atau (rad) R

............................. (1)

2) Kecepatan sudut (ω) adalah hasil bagi sudut pusat yang ditempuh benda dengan periodenya.

51



 t

.... .(rads-1) ........................................(2)

3) Percepatan sudut (α) adalah perubahan kecepatan sudut terhadap selang waktu.



 t

.... (rads-2)

.......................................(3)

a. Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya berupa lingkaran dan memiliki kecepatan sudutnya (ω) tetap terhadap waktu dan percepatan sudutnya (α) nol. Besaran-besaran Fisika dalam GMB sebagai berikut: 4) Periode(T) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk melakukan satu putaran. T

t ...(s) ........................................................... n

(4)

5) Frekuensi (f) adalah banyaknya putaran yang dilakukan oleh suatu benda dalam waktu satu satuan waktu. f 

n ...(Hz) ................................................................. (5) t

6) Kelajuan linier (v) adalah rasio antara jarak yang ditempuh oleh suatu benda terhadap waktu yang dibutuhkan oleh benda tersebut. v

2R  2R. f ..... (ms-1) T

.........................................(6)

52

7) Kecepatan sudut (ω) adalah rasio antara besarnya sudut yang ditempuh oleh suatu benda terhadap waktu yang dibutuhkan oleh benda tersebut.



2  2 . f T

.....(mrad-1) ..................................... (7)

8) Percepatan sentripetal (as) adalah perubahan kelajuan linier terhadap selang waktu dan arahnya selalu menuju ke pusat lingkaran. 2

v = v as = R t

…. (ms-2) .......................................... (8)

9) Gaya sentripetal (Fs) adalah gaya yang menyebabkan benda bergerak dengan percepatan sentripetal. Pada suatu gerak melingkar selalu diperlukan resultan gaya ke arah pusat lingkaran yang bekerja pada benda bermassa m, agar benda itu mengalami percepatan sentripetal sebesar as. Fs = m.as

…. (N) .......................................................(9)

Gaya sentripetal dapat diaplikasikan dalam beberapa peristiwa, seperti: a) Sebuah batu yang diikat pada ujung seutas tali dan diputar mendatar atau tegak di atas kepala. Gaya sentripetal diberikan oleh tegangan tali (T)

53

b) Sebuah mobil yang sedang membelok. Gaya sentripetal diberikan oleh gaya gesekan (f) antara ban mobil dengan jalan aspal.

c) Sepeda motor pada tikungan yang tajam d) Mobil yang sedang menaik atau menurun pada lintasan berbentuk setengah lingkaran e) Permainan komedi putar, drummollen, roll coaster, gelombang air dan sebagainya di arena sirkus.

f) Ayunan kerucut

g) Hubungan roda-roda, baik itu seporos, bersinggungan, maupun hubungan tak langsung dengan rantai, atau sabuk. h) Gaya sentripetal diberikan oleh gaya tarik gravitasi bumi pada bulan..

54

b. Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya berupa lingkaran dan kecepatan sudutnya (ω) berubah terhadap waktu atau percepatan sudutnya (α) konstan. Oleh karena itu benda mengalami percepatan tangensial (at). 10) . Percepatan tangensial (at) adalah perubahan kelajuan linier terhadap selang waktu dan searah dengan arah kelajuan linier tersebut.

…. (ms-2) ...................................................(10)

at = α R

11) . Percepatan sentripetal ini berfungsi untuk mengubah arah kelajuan linier; sedangkan percepatan tangensial berfungsi untuk mengubah besar kelajuan linier sehingga perpaduan keduanya yang saling tegak lurus akan menghasilkan percepatan total sebesar a. 2

2

s

t

a a

a =

…. (ms-2) ...........................................(11)

Hubungan antara rumus-rumus yang berlaku dalam GMB dan GMBB 1) T =

t n

2) f =

n t

3) v =

4) ω =

T=

1 1 dan f = f T

2R T 2 T

v=ωR

v

55

2

v 5) as = = v R t

6) at = R α 7) α =

a =

2

2

s

t

a a

 t

8) Fs = m.as B. Penelitian yang Relevan 1. Sumarsono (2005) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa:”Terdapat interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif model STAD dan model jigsaw dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada pokok bahasan tegangan dan arus bolak-balik.” 2. Widha Sunarno (1998) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa : “Model animasi simulasi dengan bantuan komputer dapat digunakan untuk menjaring dan mereduksi

miskonsepsi

dinamika

serta

memberikan/menumbuhkan

minat/motivasi (ketertarikan dan perasaan gembira) di dalam diri siswa.” 3. Literzet Sobri (2004) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa :”Terdapat pengaruh pembelajaran dengan menggunakan media komputer terhadap kemampuan konkret dan kemampuan abstrak”. 4. Ninik Hardiati, Suparmi, Cari, Widha Sunarno (2004) menyimpulkan bahwa : “….media pembelajaran sangat diperlukan dalam mempelajari Fisika terutama untuk membuat siswa belajar dengan kondisi yang menyenangkan. Media animasi simulasi komputer ini sangat diperlukan untuk mempelajari topik-topik Fisika di

56

mana untuk menampilkannya secara konkret agak rumit, sebagai contohnya adalah getaran harmonis”. 5. Thomas Suharmanto (2006) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa : “Pembelajaran berbasis media komputer dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa”. C. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Prestasi Belajar Fisika siswa merupakan cerminan kesanggupan atau kemahiran siswa dalam menguasai materi pelajaran Fisika. Prestasi Belajar Fisika tersebut terukur melalui kesanggupan siswa dalam menuntaskan semua kompetensi dasar yang ada pada mata pelajaran tersebut, yang salah satunya adalah kemampuan siswa dalam menguasai konsep Gerak Melingkar. Baik-buruknya, tercapai tidaknya kompetensi siswa dalam menguasai konsep Gerak Melingkar

tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh Media

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam konteks penelitian ini, Media Pembelajaran

Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga

dipilih oleh peneliti dengan dugaan agar Prestasi Belajar Fisika siswa meningkat mencapai hasil yang memuaskan, sehingga kompetensi-kompetensi yang digariskan dalam tujuan pembelajaran fisika, khususnya aspek Gerak Melingkar pun cepat tercapai. Menurut pemikiran peneliti, siswa yang diajar dengan menggunakan Media

57

Pembelajaran Media Pembelajaran Power Point akan lebih menarik, dan merangsang kegairahan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga pencapaian hasil pun lebih baik. Tayangan slide-slide melalui Power Point lebih mampu mengatasi terjadinya miskonsepsi di kalangan siswa. Dengan tayangan tersebut, akan membuat konsepkonsep fisika yang semula abstrak mampu divisualisasikan secara konkret sehingga kesalahpahaman, kesalahpenafsiran siswa akan materi Fisika (khususnya konsep Gerak Melingkar) bisa diminimalisir. Selain itu, dengan tayangan slide lewat Power Point siswa lebih menikmati pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan, secara cermat mengamati detail-detail tayangan Power Point dengan seksama. Siswa akan lebih aktif berpikir, responsif menganalisis tayangan, dan kreatif dalam memecahkan masalah. Dengan pembelajaran model demikian, semua kompetensi yang dimiliki siswa akan diberdayakan baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya melalui Power Point yang telah disajikan. Aktivitas semacam itu jelas-jelas tidak mungkin bisa dilaksanakan kalau pembelajaran fisika hanya bertumpu pada Modul (bahan ajar tertulis). Modul merupakan bahan ajar tertulis yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara mandiri mampu mempelajarinya. Bila siswa tidak memiliki kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan taraf kemampuan membacanya tidak andal maka bisa jadi pesan-pesan informasi yang dikomunikasi lewat Modul sukar dicerna dan dipahami dengan baik. Akibatnya kesalahpahaman mudah terjadi. Selain itu, melalui modul tersebut, siswa tidak begitu terangsang bergairah mengikuti pembelajaran, bosan dan agak enggan membaca. Lebih-lebih bila isi Modul sulit sekali dipelajari,

58

mungkin siswa tidak mau meneruskan dan malas mempelajarinya. Akibat lebih lanjut berdampak pada pencapaian hasil pelajaran menjadi rendah. Berdasarkan

pemikiran

tersebut,

diduga

pembelajaran

Fisika

yang

dilaksanakan dengan Media Pembelajaran Power Point akan mempengaruhi Prestasi Belajar Fisika siswa. Artinya, siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point lebih baik hasil atau pretasi belajarnya daripada yang diajar dengan melalui Modul.

2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi cenderung lebih luwes (fleksibel), lancar, mandiri, berpikir orisinil dan mendasar, elaboratif ( berpikir secara rinci) dan realistis dalam menanggapi gagasan atau menghadapi tantangan. Sifat-sifat dan sikap seperti itu sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar agar prestasi belajar yang terkait dengan pemahaman dan penguasaan konsep Gerak Melingkar menjadi baik. Belajar konsep Gerak Melingkar pada hakikat merupakan aktivitas siswa dalam mendayakan semua pikirannya atau kemampuan intelektualnya untuk memahami, menafsirkan, dan menguasai secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik berkenaan dengan konsep-konsep Gerak Melingkar. Oleh sebab itu, hasil pemahaman dan penguasaan siswa merupakan gambaran seberapa kedalaman dan kemeluasan wawasan siswa tentang konsep Gerak Melingkar tersebut. Siswa yang kurang luas wawasan, pengetahuan dan pengalamannya, cenderung kurang

59

lancar, mahir, terampil dalam menguasai konsep yang diberikan. Hal ini dapat disadari karena sesuatu yang harus disampaikan tidak mendukung, ide-ide yang terbatas membuat kemacetan dalam memahai dan menguasai konsep yang dipelajari. Berpijak pada hal itu, agar siswa mampu memahami dan menguasai konsepkonsep yang berkenaan dengan gerak melingkar diperlukan pemikiran yang kritis dan kreativitas yang tinggi. Tanpa itu, cenderung siswa akan susah bagaimana menganalisis, menilai, menafsirkan, dan mengkonstruksikan kembali pikirannya ke dalam pemahaman dan penguasaan konsep Gerak Melingkar yang dikajidalaminya. Di samping itu, dengan kreativitas yang tinggi, cenderung siswa akan belajar semaksimal mungkin dengan cara-caranya sendiri. Dia akan mengoptimalkan segala kemampuan berpikirnya untuk mencari beberapa solusi yang sekiranya cocok digunakan dalam kaitannya dengan kesulitan belajar yang dihadapinya. Segala tantangan akan ditempuhnya demi sebuah cita-cita yaitu memperoleh hasil atau prestasi belajar yang tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut, diduga siswa yang memiliki kreativitas tinggi, prestasi belajar fisikanya juga tinggi daripada siswa yang kreativitasnya rendah. Artinya, siswa yang memiliki kreativitas tinggi, diduga prestasi belajar fisikanya lebih baik daripada yang memiliki kreativitas rendah.

3. Interaksi antara Media Pembelajaran dan Kreativitas Siswa terhadap Prestasi Belajar Fisika

60

Interaksi diartikan sebagai gejala yang berbeda dari perlakuan utama sekiranya variabel-variabel utama tersebut diintervensi oleh variabel lain. Dalam konteks penelitian ini akan dilihat gejala yang berbeda dari Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dengan Kreativitas Tinggi dan Rendah. Seberapa besar perbedaan di antara semua kelompok siswa tersebut yang terdiri atas kelompok siswa dengan kreativitas tinggi diajar dengan Media Pembelajaran Power Point, kelompok siswa dengan Kreativitas Tinggi diajar dengan Media Pembelajaran Modul, kelompok siswa dengan Kreativitas Rendah diajar dengan Media Pembelajaran Power Point, dan kelompok siswa dengan Kreativitas Rendah diajar dengan Media Pembelajaran Modul. Keberhasilan penggunaan Media Pembelajaran

dipengaruhi pula oleh

Kreativitas siswa. Dengan Kreativitas tersebut, siswa akan berusaha memahami, menafsirkan, menilai, menganalisis secara rasional, kritis, dan kreatif materi yang sedang dipelajarinya. Orientasi siswa dalam menentukan cara dan intensitas kegiatan belajarnya sangat ditentukan oleh Kreativitas tersebut. Oleh karena itu terdapat hubungan timbal balik antara Media Pembelajaran dengan Kreativitas siswa. Keefektifan penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi akan lebih besar terlihat pada proses belajar-mengajar yang siswanya mempunyai Kreativitas Tinggi. Sebaliknya penggunaan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga tidak akan berbeda secara substansial melalui Modul dalam proses belajar-mengajar yang siswanya mempunyai Kreativitas Rendah. Dengan demikian, baik Media Pembelajaran maupun Kreativitas sama-sama mempunyai pengaruh

61

terhadap

Prestasi Belajar Fisika, sehigga dapat diduga terdapat interaksi antara

Media Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa. Secara visual pemikiran tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut. MMPembelajaran

Tinggi

Siswa dengan Kreativitas

Power Point Disertai Animasi

Pembelajaran Fisika

Tinggi

Prestasi Belajar Fisika

Rendah Modul Dilengkapi Alat Peraga

Rendah

Gambar 1. Alur Berpikir D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kajian teori di atas, jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam tiga hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh antara Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. 2. Terdapat pengaruh antara Kreativitas Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

62

3. Terdapat interaksi antara Media Pembelajaran dan Kreativitas siswa terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta Jalan Mr. Muh. Yamin No.79 Surakarta. Perlakuan penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Subjek penelitian ini dibagi atas dua kelompok secara acak dengan membagi kelompok berdasarkan kelas, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding (kontrol). Kelompok eksperimen diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi. Hal mengenai langkah-langkah (prosedur) mengajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi ini dapat dilihat pada skenario pembelajaran

atau

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP).

Kelompok

pembanding (kontrol) diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Kelompok kelas eksperimen dilakukan di kelas X-2 dan X-8, sedangkan kelompok kelas pembanding (kontrol) nya adalah siswa kelas X-1 dan X-4 . Menurut Nunan (1992), desain penelitian yang digunakan ialah eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2 terlihat pada gambar berikut:

63

64

Kreativitas (B)

Tinggi (1) Rendah (2)

Media Pembelajaran (A) Power Point Modul Disertai Animasi Dilengkapi AlatPeraga (1) (2) A1 B1 A2 B1 A1 B2

A2 B2

Total Gambar 2. Rancangan Eksperimen Faktorial 2 X 2

Keterangan: A1 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi A2 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga B1 : Kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi B2 : Kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah A1B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi A2B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi A1B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah A2B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Sesuai rancangan di atas, maka variabel-variabel penelitian di sini dapat dideskripsikan (1) variabel bebas, terdiri dari Media Pembelajaran dan Kreativitas. Media Pembelajaran terdiri dari (a) Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan (b) Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Kreativitas siswa yang dibedakan (a) Kreativitas Tinggi dan (b) Kreativitas Rendah; dan (2) variabel terikat, yakni Prestasi Belajar Fisika.

65

Secara operasional variabel Prestasi Belajar Fisika, Media Pembelajaran dan Kreativitas dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Prestasi Belajar Fisika adalah nilai tes siswa yang diukur melalui tes gerak melingkar setelah usai proses pembelajaran, baik yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. 2. Media Pembelajaran merupakan media dalam proses belajar-mengajar yang cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi visual maupun verbal, agar siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Media pembelajaran ini dapat berupa buku, modul, poster, foto slide, kaset audio, VCD, TV, radio, komputer dan alat peraga. Klasifikasi jenis media pembelajaran adalah: (1) Yang tidak diproyeksikan, (2) Yang diproyeksikan, (3) Audio, (4) Video, (5) Multimedia Berbasis Komputer, (6). Multimedia Kit. 3. Kreativitas yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah kreativitas verbal, yaitu kemampuan siswa dalam berpikir secara divergen dengan menggunakan kata-kata verbal sebagai aktualisasi pemikirannya. Kemampuan ini tergambar setelah siswa mampu menyelesaikan tes kreativitas yang diujikan oleh peneliti dengan indikator (1) mampu menyusun permulaan kata, (2) menyusun kata, (3) membentuk kalimat tiga angka, (4) sifat-sifat yang sama, (5) macam-macam penggunaan, dan (6) apa akibatnya.

66

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian yang menjadi sasaran (target) penelitian ialah siswa SMA Negeri 7 Surakarta kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007. Adapun sampel penelitian ini diambil dengan teknik multistage cluster random sampling. Adapun tahapan pengambilannya dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Tahapan pertama, mengacak secara kelompok dua kelas X di SMA Negeri 7 Surakarta dari jumlah semua kelas X yang ada di SMA Negeri terebut. Dari langkah ini terambil secara random kelas X-2 dan X-8 sebagai kelas ekspermen dan kelas X-1 dan X-4 sebagai kelas pembanding (kontrol). 2. Tahapan kedua, menentukan secara acak anggota sampel dari masing-masing kelas X yang telah terpilih pada langkah pertama, yang dikenakan sebagai kelompok yang akan diberi perlakuan. Dalam tahap ini ditentukan semua anggota sampel tiap kelas dari kelas X yang ada. Dalam rancangan tersebut jumlah sampel seluruhnya 80 orang siswa, terdiri dari 40 siswa sebagai kelompok eksperimen (yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi) dan 40 siswa sebagai

kelompok

pembanding/kontrol (yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.). Tiap-tiap sel pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding, terisi sejumlah responden (siswa) sesuai dengan kategori kreativitas yang dimiliki. Untuk mengategorikan kreativitas siswa ke dalam kelompok tinggi dan rendah, peneliti menggunakan tes kreativitas verbal dengan ketentuan, siswa yang

67

memperoleh nilai di atas rata-rata kelas dimasukkan kelompok tinggi. Sementara itu, siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas digolongkan kelompok rendah. Berdasarkan tes kreativitas tersebut, jumlah siswa yang mengisi setiap sel pada rancangan faktorial 2x2 eksperimen ini dapat digambarkan pada tabel berikut. Tabel 2. Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kreativitas (B)

Tinggi (1)

Media Pembelajaran (A) Power Point Modul disertai Animasi dilengkapi Alat Peraga. (1) (2) 20 20

Rendah (2)

20

Total

40

Total 40

20 40 40

80

E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu (1) tes prestasi belajar fisika tentang konsep gerak melingkar; dan (2) tes kreativitas. Instrumen penelitian yang berupa

tes kreativitas diujikan lebih dahulu

sebelum eksperimen dilaksanakan untuk menetapkan siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah yang nantinya akan ditempatkan pada dua kelompok perlakuan yaitu kelompok eksperimen (kolom A1) dan kelompok pembanding atau kontrol

68

(kolom A2) sesuai dengan atribut pemilikan kreativitas yang dicapai (baris B1 atau baris B2) pada desain penelitian faktorial di atas. Sementara itu, tes prestasi belajar fisika mengenai gerakan melingkar diujikan setelah eksperimen dilaksanakan. Tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar ini diujikan baik pada kelas eksperimen maupun kelas pembanding. Indikator yang dinilai untuk tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar adalah (1) menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB), (2) menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), (3) merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar,

(4) mendeskripsikan

aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari, (5) mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan, dan (5) menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit, dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar. Untuk mencermati secara jelas beberapa indikator pada tes prestasi belajar fisika, pembaca dipersilakan melihat Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar Fisika tentang Gerak Melingkar pada Lampiran 1A, halaman 124; sedangkan untuk mencermati isi secara lengkap soal tes tersebut, pembaca dipersilakan melihat Lampiran 2A pada halaman 127-132. Tes kreativitas dalam penelitian ini berupa tes kreativitas verbal, yaitu tes kemampuan siswa dalam berpikir secara divergen dengan menggunakan kata-kata verbal. Tes ini mengacu pada tes kreativitas verbal dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (2007) Indikator tes kreativitas ini dijabarkan ke dalam enam hal yang mengukur tentang (1) permulaan kata, (2) menyusun kata, (3) membentuk

69

kalimat tiga angka, (4) sifat-sifat yang sama, (5) macam-macam penggunaan, dan (6) apa akibatnya. Secara lengkap tampilan kisi-kisi instrumen tes kreativitas ini dapat dilihat pada Lampiran 1B, halaman 126. Sementara itu, untuk mencermati isi secara lengkap soal-soal tes kreativitas tersebut, pembaca dipersilakan melihat Lampiran 2B pada halaman 139-149. Jumlah soal tes kreativitas ini ada 24 butir soal.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan Hasilnya Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen penelitian perlu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Ujicoba dilakukan di kelas X terpilih (X-2, X-8, dan X-1, X-4) selain anggota sampel, tetapi masih dalam memiliki karakteristik yang homogen dengan populasi. Untuk mengetahui tingkat validitas butir soal tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar digunakan rumus Korelasi Biserial Titik (Point Biserial). Ada pun rumus korelasi biserial titik adalah sebagai berikut: r pbi =

    x  x

pi qi

Keterangan:

   rata-rata skor untuk yang menjawab benar  x  rata-rata skor untuk seluruhnya pi  proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan) qi  1 - pi  x  standar deviasi total semua responden (Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:122)

70

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas butir tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar digunakan rumus reliabilitas KR-20 sebagai berikut: 2  k  SDt    pq  rKR 20    SDt2  k 1 

Keterangan: k SD t2

= banyak butir pernyataan yang valid = varians skor total

SD i2 p q

= varians skor butir ke-i = proporsi jumlah peserta yang menjawab benar butir ke-i = 1- p (Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:145). Sementara itu, uji validitas dan reliabilitas untuk tes kreativitas tidak

dilakukan secara empirik. Uji validitas pada tes kreativitas hanya dilaksanakan dengan validitas konstruk ( construct validity ). Artinya, validitas diuji dengan mengacu pada teori-teori yang digunakan. Apakah indikator-indikator yang dijabarkan dari definisi konseptual kreativitas sudah mengukur tentang kreativitas itu sendiri. Bila dicermati ternyata jabaran indikator itu telah sesuai dengan konsep teori kreativitas, maka tes kreativitas tersebut dianggap valid. Pertimbangan lain, dalam tes kreativitas, responden memang diminta menjawab soal dengan jawaban sebanyak mungkin. Jawaban yang banyak dari setiap nomor soal itulah yang mencerminkan tingkat kreativitas mereka. Jadi, di sini peneliti tidak perlu harus membuang sebagian soal tersebut atas dasar didrop (tidak valid) karena perhitungan statistik. Hasil analisis uji validitas butir tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar yang dihitung dengan rumus korelasi point biserial (r -pbi), ternyata dari

71

35 butir soal yang diujicobakan, yang dinyatakan valid ada 30 butir, sedangkan yang didrop (tidak valid) ada lima butir, yaitu butir soal nomor 4, 8, 19, 25, dan 32 karena koefisien validitas untuk kelima butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-kritis, yakni 0,361 (pada n=30 taraf nyata 0,05) atau rh < rt. (lihat Lampiran 3A halaman 150155). Sementara itu, hasil uji reliabilitas tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar yang dihitung dengan rumus KR-20 dihasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,94 (lihat Lampiran 3B halaman 156-158). Hal ini berarti instrumen tes prestasi belajar fisika mengenai gerak melingkar dinyatakan reliabel.

G. Pelaksanaan Perlakuan Berdasarkan survei awal dengan guru fisika di SMA Negeri 7 Surakarta yang mengajar siswa kelas X yang akan diteliti, dapat disimpulkan bahwa di antara kelompok eksperimen dan kelompok pembanding (kontrol) tidak terdapat perbedaan mendasar yang dapat menimbulkan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar fisika mengenai konsep gerak melingkar siswa. Konsekuensinya, dapat diasumsikan bahwa kemampuan awal siswa adalah sama. Hal ini terbukti dari penjelasan sebagian besar guru yang mengajar menjelaskan bahwa sistem pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional, kritis, dan kreatif yang diwujudkan dalam bentuk Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi

72

maupun dalam bentuk Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga belum pernah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti membedakan perlakuan terhadap kelas eksperimen dengan kelas pembanding. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.

Perlakuan pada Kelas Eksperimen Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas eksperimen diberikan

perlakuan sebanyak 12 kali pertemuan. Materi-materi yang diberikan berdasarkan beberapa tahap yang digunakan dalam pembelajaran dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi Cara-cara pembelajaran fisika dengan materi gerak melingkar yang disampaikan dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dapat dilihat pada Lampiran 4A halaman 159. Sementara itu, langkah-langkah pembelajaran fisika dengan materi gerak melingkar yang disampaikan dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dapat pada Lampiran 4B halaman 160. H. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masing-masing variabel. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian ini ialah teknik analisis varians (ANAVA) dua jalan pada taraf signifikansi

  0,05 dan

73

  0,01 . Bila hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan dan interaksi, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Tuckey. Sebelum data penelitian itu dianalisis secara statistik, perlu dilakukan uji persyaratan yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas populasi. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett, dengan taraf kepercayaan

  0,05 .

I. Hipotesis Statistik Untuk menguji hipotesis nol (Ho), hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: 1. H0 : µ A1 = µ A2 H1 : µ A1 > µ A2 2. H0 : µ B1 = µ B2 H1 : µ B1 > µ B2 3. H0 : A x B = 0 H1 : A x B > 0 Keterangan: µA1: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi . µA2: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. µB1: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi. µB2: Rerata skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki Kreativitas Rendah. A = Media Pembelajaran B = Kreativitas siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan analisis data akan dideskripsikan pada bagian ini. Berkenaan dengan hal itu, bab IV ini secara berturutturut memaparkan (1) deskripsi data, (2) hasil uji persyaratan, (3) hasil pengujian hipotesis, (4) pembahasan, dan (5) keterbatasan

hasil penelitian yang telah

dilaksanakan. A. Deskripsi Data Sajian data yang dideskripsikan pada bagian ini adalah:(1) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi;(2) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga;(3) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi;(4) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas rendah;(5) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi;(6) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah; (7) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi; dan (8) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan

74

75

Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah.

1. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi (Kolom 1 =A1) Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi tanpa membedakan kreativitas mereka, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 54, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 97. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 68,38; modus sebesar 46; median sebesar 69; varians sebesar 275,78; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 16,61. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika data kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)

Interval

f absolut

frelatif (%)

43 – 50 51 – 58 59 – 66 67 – 74 75 – 82 83 – 90 91 – 98 Jumlah

7 6 5 8 5 3 6 40

17,50 15,00 12,50 20,00 12,50 7,50 15,00 100,00

76

Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut. 10

Frekuensi Absolut

8

8 7

6

6

6 5

5

4 3 2

0

42,5

50,5

58,5

66,5

74,5

82,5

90,5

98,5

Gambar 3. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi (A-1)

2. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (Kolom 2 =A2) Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul tanpa membedakan kreativitas mereka, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 38, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 81. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 61,40; modus sebesar 59;

median sebesar 60,5; varians sebesar 62,14; dan simpangan baku

(standar deviasi) sebesar 7,88. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya

77

dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)

Interval

f absolut

frelatif (%)

43 – 50 51 – 58 59 – 66 67 – 74 75 – 82 Jumlah

3 8 19 8 2 40

7,50 20,00 47,50 20,00 5,00 100,00

Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat ditunjukkan gambar histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut 20 19

Frekuensi Absolut

15

10 8

8

5 3 2

0

42,5

50,5

58,5

66,5

74,5

82,5

Gambar 4. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)

78

3. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Baris 1 =B1) Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi tanpa membedakan Media Pembelajaran yang digunakan, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 35, dengan skor terendah 62 dan skor tertinggi 97. Prestasi belajar fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 74,80; modus dan median sebesar 70; varians sebesar 112,78; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,62

(Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya

dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)

Interval

f absolut

frelatif (%)

62 – 67 68 – 73 74 – 79 80 – 85 86 – 91 92 – 97 Jumlah

10 14 3 6 2 5 40

25,00 35,00 7,50 15,00 5,00 12,50 100,00

Mengacu pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.

79

16 14

14

Frekuensi Absolut

12 10

10

8 6

6 5

4 3

2

2

0

61,5

67,5

73,5

79,5

85,5

91,5

97,5

Gambar 5. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)

4. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Baris 2 =B2) Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas rendah tanpa membedakan Media Pembelajaran yang digunakan, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 25, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 68. Prestasi belajar fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 54,98; modus sebesar 59; median sebesar 57; varians sebesar 48,54; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 6,97 (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap

80

dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 187). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)

Interval

f absolut

frelatif (%)

42 – 47 48 – 53 54 – 59 60 – 65 66 – 71 Jumlah

9 5 20 4 2 40

22,50 12,50 50,00 10,00 5,00 100,00

Bertolak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut 25

Frekuensi Absolut

20

20

15

10 9 5

5

4 2

0

41,5

47,5

53,5

59,5

65,5

71,5

Gambar 6. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)

81

5. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 1 =A1B1) Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi ini, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 27, dengan skor terendah 70 dan skor tertinggi 97. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 82,15; modus sebesar 70; dan median sebesar 81; varians sebesar 90,13; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 9,49. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)

Interval

f absolut

frelatif (%)

70 – 75 76 – 81 82 – 87 88 – 93 94 – 99 Jumlah

6 5 2 4 3 20

30,00 25,00 10,00 20,00 15,00 100,00

Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.

82

7 6

6

Frekuensi Absolut

5

5

4

4

3

3

2

2

1 0

69,5

75,5

81,5

87,5

93,5

99,5

Gambar 7. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)

6. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 2 =A1B2) Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah ini, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 25, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 68. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor ratarata (mean) sebesar 54,60;

modus sebesar 46; skor median sebesar 54; varians

sebesar 76,46; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,74. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas

83

Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)

Interval

f absolut

frelatif (%)

40 – 45 46 – 51 52 – 57 58 – 63 64 – 69 Jumlah

2 8 3 2 5 20

10,00 40,00 15,00 10,00 25,00 100,00

Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut. 10

Frekuensi Absolut

8

8

6 5 4 3 2

2

2

0

39,5

45,5

51,5

57,5

63,5

69,5

Gambar 8. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)

84

7. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 =A2B1) Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi ini, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 19, dengan skor terendah 62 dan skor tertinggi 81. Prestasi belajar fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor ratarata (mean) sebesar 67,45; modus sebesar 62; skor median sebesar 66,5; varians sebesar 27,63; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5,26. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)

Interval

f absolut

frelatif (%)

59 – 62 63 – 66 67 – 70 71 – 74 75 – 78 79 – 82 Jumlah

5 5 7 1 1 1 20

25,00 25,00 35,00 5,00 5,00 5,00 100,00

Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat digambarkan histogram frekuensi skor data ini sebagai berikut.

85

8 7

7

Frekuensi Absolut

6 5

5

5

4 3 2 1

1

1

1

0

58,5

62,5

66,5

70,5

74,5

78,5

82,5

Gambar 9. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)

8. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 =A2B2) Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah ini, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 16, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 59. Prestasi Belajar Fisika siswa dalam kelompok ini mempunyai skor ratarata (mean) sebesar 55,35; modus sebesar 59; median sebesar 57; varians sebesar 22,87; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4,78. (Harga-harga statistik deskriptif ini, penghitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas Program

86

Excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 188). Distribusi frekuensi skor prestasi belajar fisika tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)

Interval

f absolut

frelatif (%)

40 – 43 44 – 47 48 – 51 52 – 55 56 – 59 Jumlah

1 1 2 4 12 20

5,00 5,00 10,00 20,00 60,00 100,00

Berpijak pada tabel distribusi frekuensi skor Prestasi Belajar Fisika di atas, dapat digambarkan histogram frekuensi skor untuk data ini sebagai berikut. 14 12

12

Frekuensi Absolut

10 8 6 4

4

2 0

39,5

2 1

1

43,5

47,5

51,5

55,5

59,5

Gambar 10. Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa

yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2)

87

B. Pengujian Persyaratan Analisis Telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians (Anava) Dua Jalur/Jalan. Setelah itu dilanjutkan dengan uji perbedaan nilai mean dua kelompok perlakuan dengan uji-Tuckey. Sebelum analisis dengan teknik Anava Dua Jalan ini dilakukan, data yang akan dianalisis harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan itu mencakup (1) keacakan data sampel penelitian, (2) data berasal dari populasi penelitian yang berdistribusi normal, dan (3) data penelitian dari kelompok-kelompok perlakuan berasal dari populasi penelitian yang homogen. Untuk keacakan data sampel tidak dilakukan pengujian formal dengan teknik statistik, tetapi didasarkan pada asumsi bahwa sampel yang menjadi subjek dalam setiap kelompok perlakuan dipilih secara acak dari populasi penelitian. Sementara itu, pemenuhan persyaratan kedua bahwa data sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka perlu dilakukan melalui pengujian normalitas data penelitian dengan menggunakan teknik uji Lilliefors. Setelah persyaratan keacakan dan kenormalan terpenuhi, persyaratan ketiga yang terkait dengan kehomogenan varians populasi untuk seluruh kelompok perlakuan juga perlu diuji. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik uji-Bartlett. Berikut ini dipaparkan hasil pengujian normalitas distribusi populasi penelitian dan selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varians populasi data hasil penelitian secara gabungan.

88

Pengujian normalitas data penelitian ini dilakukan terhadap delapan kelompok data, yaitu: (1) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi. (A1); (2) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A2).; (3) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi (B1); (4) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas rendah (B2); (5) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi (A1B1), (6) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (A1B2); (7) skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi (A2B1); dan (8)

skor Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media

Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (A2B2). 1. Uji Normalitas Data a. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi (A1) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini (= Kolom A1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1031 (lihat Lampiran 8A, halaman 171-172). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan

89

taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini

(= Kolom A1) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. b. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A2) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini (= Kolom A2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1179 (lihat Lampiran 8B, halaman 173-174). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini

(= Kolom A2) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. c.

Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B1) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini

(= Baris B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1386

(lihat Lampiran 8C,

halaman 175-176). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar

90

Fisika yang ada pada kelompok ini

(=Baris B1) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. d.

Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (B2) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini

(= Baris B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1310

(lihat Lampiran 8D,

halaman 177-178). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 40 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1400. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini

(= Baris B2) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. e. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini (= Sel A1B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1315 (lihat Lampiran 8E, halaman 179). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini berdistribusi normal.

(=Sel A1B1) berasal dari populasi yang

91

f. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini (= Sel A1B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1865 (lihat Lampiran 8F, halaman 180). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0, 1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini

(= Sel A1B2) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

g. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini (= Sel A2B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1808 (lihat Lampiran 8G, halaman 181). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini berdistribusi normal.

(= Sel A2B1) berasal dari populasi yang

92

h. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2) Pengujian normalitas terhadap data Prestasi Belajar Fisika pada kelompok ini (= Sel A2B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1236 (lihat Lampiran 8H, halaman 182). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 20 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,1900. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data Prestasi Belajar Fisika yang ada pada kelompok ini

(= Sel A2B2) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Varians Pengujian homogenitas varians ini dilakukan untuk menguji kesamaan variansi nilai Prestasi Belajar Fisika berdasarkan kelompok-kelompok nilai yang ada pada tiap sel (A1B1, A1B2, A2B1, A2B2). Teknik statistik yang digunakan untuk kepentingan ini sebagaimana disebutkan pada Bab III adalah dengan teknik uji Bartlett. Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa varians skor Prestasi Belajar Fisika dilihat dari

kelompok-

kelompok tersebut adalah homogen pada taraf nyata α = 0,05, melawan hipotesis tandingannya (H1) yang menyatakan bahwa varians skor prestasi belajar fisika dilihat dari kelompok-kelompok nilai tersebut tidak homogen pada taraf nyata yang sama.

93

Kriteria pengujian yang digunakan ialah bahwa H0 ditolak jika ternyata harga 2 2  hitung lebih kecil atau sama dengan    tabel pada taraf nyata α =0,05. Sebaliknya, 2 2   tabel jika harga  hitung pada taraf nyata α =0,05, maka H0 yang menyatakan bahwa

varians skor homogen diterima. Pengujian homogenitas varians nilai Prestasi Belajar Fisika berdasarkan kelompok di sel A1B1, kelompok di sel A1B2, kelompok di sel A2B1, dan kelompok di sel A2B2

2  28,9904. menghasilkan  hitung

Dari tabel distribusi chi-kuadrat

2 dengan dk (derajat kebebasan) 3 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh  ttabel = 7,81 yang

2 jauh lebih kecil daripada  hitung . Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian,

hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai Prestasi Belajar Fisika dilihat dari kelompok-kelompok skor di sel A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai Prestasi Belajar Fisika berdasarkan kelompok-kelompok antarsel bersifat homogen. Secara lengkap penghitungan untuk uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 183-184. Berdasarkan kedua hasil pengujian persyaratan analisis di atas memberikan kesimpulan bahwa persyaratan analisis yang diperlukan untuk analisis varians dua jalan telah terpenuhi, sehingga layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut dalam melihat perbedaan pengaruh Media Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika pada kelompok perlakuan.

94

C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (Ho) yang diajukan ditolak, atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (H1) yang diajukan diterima. Sesuai dengan yang telah disebutkan pada Bab III, pengujian hipotesis penelitian diuji dengan teknik statistik Analisis Varians Dua Jalan. Teknik analisis statistik tersebut digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan secara keseluruhan. Maksud keseluruhan di sini adalah (1) apakah terdapat perbedaan pengaruh

Media

Pembelajaran

Power

Point

disertai

Animasi.dan

Media

Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika; (2) apakah terdapat perbedaan pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika; dan (3) apakah terdapat interaksi antara Media Pembelajaran dan kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa. Sebelum pengujian hipotesis penelitian ini dikemukakan, berikut ini ditampilkan tabel rangkuman hasil analisis statistik Anava Dua Jalan yang digunakan. Tabel 11. Rangkuman Hasil ANAVA Dua Jalan pada Desain Faktorial 2x2 Sumber Variasi Antar Kolom (A) Antar Baris (B) Interaksi (AXB) Antar Kelompok Dalam Kelompok Total Direduksi Rerata Total

db 1 1 1 3 76 79 1 80

JK 973,01 7860,61 1193,52 10027,14 4124,85 14151,99 336831,01 350983

RJK 973,01 7860,61 1193,52 3342,38 54,27 179,13 336831,01 4387,28

F-hitung (Fh)

F-tabel (Ft)

17,92 144,84 21,99 -

3,97 3,97 3,97 -

-

-

95

1. Pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava di atas diperoleh F-hitung dari sumber variasi antar kolom (A) sebesar 17,92. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 76 pada taraf

α=

0,05 diketahui sebesar 3,97. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran 13B halaman 196 yang berbunyi : “Jika untuk antarkolom Fh > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan”. Simpulannya adalah: terdapat pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika. 2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel 11 di depan, halaman 94, diperoleh F-hitung dari sumber variasi antar baris (B) sebesar 144,84. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 76 pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 3,97. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran 13B, halaman 196 berbunyi : “Jika Fh > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan”.

96

Simpulannya adalah:

terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah

terhadap prestasi belajar fisika.

3. Interaksi antara Media Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa. Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel 11 di depan, halaman 112 diperoleh F-hitung dari sumber variasi interaksi (AxB) sebesar 21,99. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 76 pada taraf α = 0,05 diketahui sebesar 3,97. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang telah dituliskan pada Lampiran 13B, halaman 196 yang berbunyi : “Jika Fh > Ft maka terdapat interaksi”. Simpulannya adalah: terdapat interaksi antara Media Pembelajaran dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika. Karena terdapat perbedaan yang sangat signifikan antarkolom, yaitu bahwa Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih baik daripada yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga; dan terdapat pengaruh yang signifikan antarbaris, yaitu bahwa prestasi belajar fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik daripada yang memiliki kreativitas rendah, maka untuk mengetahui manakah di antara rerata prestasi belajar fisika ( X 1 , X 2 , X 3 danX 4 ) yang lebih tinggi secara signifikan, perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Tuckey. Oleh sebab itu, di sini akan dikemukakan secara rinci hasil dari uji lanjut Tuckey tersebut,

97

sehingga dengan langkah ini dapat diketahui atau diperoleh secara siginifikan keefektivan di antara Media Pembelajaran yang dieksperimenkan ditinjau dari perbedaan kreativitas siswa. Apakah Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih baik daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas yang berbeda. Bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih cocok diajar dengan Media Pembelajaran yang mana? Apakah Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi ataukah Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga? Demikian sebaliknya, bagi siswa yang kreativitasnya rendah lebih sesuai diajar dengan Media Pembelajaran yang mana? Media Pembelajaran Power Point disertai Animasikah atau Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peragakah? a. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi Lebih Baik daripada Yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A1 : A2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 6,02 dan nilai Qt = 2,73 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 40 (lihat Lampiran 13B, halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 40. Dengan demikian dapat dinyatakan Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi, secara signifikan lebih baik daripada yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul

98

dilengkapi Alat Peraga. Artinya, siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi menghasilkan skor Prestasi Belajar Fisika yang lebih tinggi daripada skor Prestasi Belajar Fisika siswa diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi sebesar 68,38, sedangkan yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.sebesar 61,4. Dengan begitu, dalam pembelajaran prestasi belajar fisika, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih baik daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. b. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik daripada Yang Memiliki Kreativitas Rendah (B1 : B2) Hasil pengujian

hipotesis kedua untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =

17,09 dan nilai Qt = 2,73 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 40 (lihat Lampiran 13B, halaman 199). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 40. Dengan demikian dapat dinyatakan Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, siswa yang memiliki kreativitas tinggi menghasilkan skor prestasi belajar fisika yang lebih tinggi daripada siswa yang kreativitasnya rendah. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang memiliki kreativitas tinggi sebesar 74,8; sedangkan yang memiliki

99

kreativitas rendah sebesar 54,98. Dengan begitu, kreativitas tinggi yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi skor prestasi belajar fisika yang dicapainya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. c. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik daripada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B1 : A1B2) Hasil pengujian hipotesis ketiga untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 16,7 dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B, halaman 199). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi, siswa yang memiliki kreativitas tinggi menghasilkan skor rata-rata Prestasi Belajar Fisikanya lebih tinggi daripada yang kreativitasnya rendah. Oleh karena itu, dengan melihat kreativitas siswa, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang memiliki kreativitas tinggi, apabila diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai

100

Animasi sebesar 82,15, sedangkan pada mereka yang kreativitasnya rendah samasama diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi sebesar 54,6. d. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik daripada yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. (A1B1 : A2B1) Hasil pengujian hipotesis keempat untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 8,91 dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B, halaman 199). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih efektif (cocok) diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi daripada diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan memiliki kreativitas tinggi sebesar 82,15;sedangkan yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.sebesar 67,45. Dengan begitu, Media Pembelajaran Power

101

Point disertai Animasi lebih sesuai diterapkan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.. e. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik daripada Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B1 : A2B2) Hasil pengujian hipotesis kelima untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 16,24 dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B, halaman 199). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga bagi siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi, dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi sebesar 82,15, sedangkan yang diajar dengan Media

102

Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk yang memiliki kreativitas rendah sebesar 55,35. Dengan begitu, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih sesuai digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi, dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga lebih cocok digunakan untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah. f. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah Tidak Ada Bedanya dengan Prestasi Belajar Fisika

Siswa yang Diajar dengan Media

Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B2 : A2B1) Hasil pengujian hipotesis keenam untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = -7,79 dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B, halaman 199). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt pada taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah, tidak ada bedanya dengan siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Artinya, penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak berpengaruh pada prestasi belajar fisika siswa baik yang memiliki

103

kreativitas tinggi maupun kreativitas rendah. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan memiliki kreativitas rendah sebesar 54,6 lebih rendah hasilnya bila dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, yaitu 67,45. Dengan begitu, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar fisika, baik pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah. g. Prestasi Belajar Fisika Siswa untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah, Tidak Ada Bedanya baik Diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A1B2 : A2B2) Hasil pengujian hipotesis ketujuh untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = -0,45 dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B, halaman 195). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas rendah tidak ada bedanya. Artinya, bagi siswa yang

104

memiliki kreativitas rendah, kedua pendekatan tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar fisika siswa. Skor rata-rata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi pada siswa yang berkreativitas rendah sebesar 54,6, dan yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sebesar 55,35. Dengan begitu, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar fisika bagi siswa yang mempunyai kreativitas rendah. h. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi Lebih Baik daripada Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B1 : A2B2) Hasil pengujian hipotesis kedelapan untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 7,33 dan nilai Qt = 4,08 untuk taraf nyata  = 0,05 dengan N = 20 (lihat Lampiran 13B, halaman 199). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt

pada taraf nyata

 = 0,05 dengan N = 20. Dengan demikian dapat dinyatakan prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, lebih baik hasilnya daripada yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, penggunaan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga efektif untuk meningkatkan

105

prestasi belajar fisika mereka, daripada mereka yang kreativitasnya rendah. Skor ratarata prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa dengan kreativitas tinggi lebih tinggi hasilnya daripada skor rerata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki kreativitas rendah, yaitu 67,45 > 55,35. Dengan begitu, Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga efektif atau cocok dalam memberikan pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar fisika khususnya bagi siswa yang mempunyai kreativitas tinggi. D. Pembahasan Hasil Penelitian Melalui analisis deskriptif diperoleh skor rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi berbeda dengan skor yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga yaitu masing-masing 68,38 dan 61,4. Kenyataan ini didukung oleh hasil analisis inferensial yang menyatakan prestasi belajar fisika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi, secara signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dilihat dari besarnya rata-rata skor yang dihasilkan oleh kedua Media Pembelajaran itu, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi menghasilkan skor prestasi belajar fisika yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pembelajaran prestasi belajar fisika dengan Media

106

Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dengan demikian, secara keseluruhan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi jauh lebih efektif dari pada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Besarnya simpangan baku (standar deviasi) yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga masing-masing adalah 16,61 dan 7,88. Dari besarnya standar deviasi yang dihasilkan tersebut tampak bahwa Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi menghasilkan standar deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Ini dapat diartikan, bahwa skor prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi mempunyai variasi nilai yang lebih besar daripada variasi nilai yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Untuk itu dikatakan bahwa skor yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih stabil atau berkecenderungan ajeg, bila dibandingkan dengan skor prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dilihat dari rata-rata skor prestasi belajar fisika antara kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah secara keseluruhan menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar, yaitu masingmasing 74,8 (untuk yang memiliki kreativitas tinggi)

dan 54,98 (untuk yang

berkreativitas rendah). Hal ini diverifikasi oleh hasil analisis varians yang

107

menunjukkan bahwa skor prestasi belajar fisika siswa pada kelompok yang memiliki kreativitas tinggi, secara signifikan lebih baik daripada skor kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah.

Berdasarkan data dan hasil pengujian tersebut,

memberikan bukti bahwa antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan yang mempunyai kreativitas rendah perolehan skor prestasi belajar fisikanya berbeda, yang dipengaruhi oleh media pembelajaran yang digunakan. Kondisi tersebut memberikan bukti empirik bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan kreativitas tinggi dan kreativitas rendah cukup efektif dalam melihat pengaruh Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun pengaruh Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa dalam penelitian ini. Pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi,

melalui

metode

statistik deskriptif memberikan perbedaan rata-rata skor prestasi belajar fisika antara kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dengan kelompok siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga Besarnya rata-rata skor itu ialah 82,15 dan 67,45. Terlihat kedua rata-rata skor ini memberikan selisih yang cukup besar, sehingga secara deskriptif dapat dikatakan keduanya berbeda. Dari hasil pengujian hipotesis memperkuat daya perbedaan itu, yakni dihasilkan bahwa prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi, secara signifikan lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga Dengan fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih baik dibandingkan dengan Media

108

Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam mempengaruhi prestasi belajar fisika, khususnya bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis ketiga tentang interaksi juga menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara Media Pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas siswa dalam mempengaruhi prestasi belajar fisika. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian hipotesis tersebut di mana diputuskan menolak hipotesis H0 pada taraf signifikan  = 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari interaksi antara Media Pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika siswa. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan kreativitas tinggi dan kreativitas rendah memberikan efek ataupun pengaruh yang berarti terhadap efektifitas Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi maupun Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa dalam penelitian ini. Dari seluruh hasil analisis yang telah diuraikan baik dengan analisis deskriptif maupun dengan analisis inferensial, sangat beralasan untuk mengatakan bahwa penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih efektif dalam mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa dibandingkan dengan penggunaan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga. Dalam penerapan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi ini perlu diperhatikan karakteristik siswa berdasarkan kreativitas mereka, karena pendekatan ini memberikan hasil yang lebih efektif pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya

109

perbedaan yang sangat signifikan antara prestasi belajar fisika yang dihasilkan oleh kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan yang memiliki kreativitas rendah. Dilihat dari besarnya skor prestasi belajar fisika, kelompok siswa dengan kreativitas tinggi secara relatif lebih tinggi daripada kelompok siswa dengan kreativitas rendah dari masing-masing Media Pembelajaran yang digunakan, dan secara statistik perbedaan itu sangat signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi adalah lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai kreativitas rendah. Secara rasional kondisi objektif ini dapat diterima, dengan alasan bahwa mereka yang mempunyai kreativitas tinggi memiliki pemikiran yang variatif dalam mencari solusi pemecahan soal yang dihadapinya. Mereka lebih bersungguh-sungguh dan semangat dalam mencapai prestasi daripada mereka yang memiliki kreativitas rendah.

Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki tanggung jawab yang besar

terhadap belajarnya, kerja keras dan upaya maksimal senantiasa diperlihatkan pada waktu belajar karena bagi dirinya prestasi belajar yang tinggi harus diupayakan dengan pemikiran yang baik sehingga ia selalu optimis untuk meraih cita-citanya. Kondisi diri yang demikian sangat membantu dan bermanfaat dalam

usahanya

memperoleh prestasi belajar fisika yang dipelajarinya. Keefektifan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi memberikan indikasi bahwa proses pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi mampu mengembangkan proses berpikir secara lebih aktif dari

110

subjek belajar. Hal ini didasarkan pada prinsip Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi yang memberikan kesempatan yang luas kepada subjek belajar dalam melatih memecahkan permasalahan secara bersama. Prestasi belajar fisika berarti kompetensi yang telah dicapai siswa dalam pembelajaran fisika, khususnya yang berkenaan dengan konsep gerak melingkar. Pemahaman dan penguasaan siswa tentang konsep gerak melingkar secara baik diindikatori oleh kemampuan siswa dalam hal : (1) menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB), (2) menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), (3) merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar, (4) mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari, (5) mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan, dan (5) menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit, dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar. Model pembelajaran

yang bisa mengakomodasi

kepentingan itu adalah pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi. Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas,

menunjukkan bahwa temuan

dalam penelitian ini memperkuat teori bahwa Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih efektif dibandingkan dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga.

111

E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di samping hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan yang perlu dikemukakan sebagai referensi bagi pembaca dan penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. Kelemahan dan keterbatasan yang dimaksud antara lain: 1. Hasil maupun simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini hanya berlaku pada siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2006-2007 yang dijadikan sebagai subjek penelitian, sehingga relatif tidak bisa simpulan penelitian ini digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik berbeda. 2. Variabel-variabel lain yang dapat mengganggu kemurnian hasil penelitian eksperimen ini, tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga bisa terjadi simpulan penelitian bukan dikarenakan variabel yang telah ditetapkan. Namun, karena subjek penelitian adalah siswa yang tidak dapat dibatasi perilakunya, maka kekhawatiran adanya kontaminasi antarsubjek ataupun variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi hasil penelitian ini menjadi berkurang. 3. Pengelompokkan tidak didasarkan oleh keseragaman terhadap kemampuan awal subjek penelitian, tetapi hanya sekedar dikelompokkan berdasarkan kreativitas yang hasilnya dijaring lewat tes. Sebaiknya setiap subjek memiliki kemampuan awal sama sehingga perubahan yang terjadi benar-benar akibat perlakuan yang dicobakan dan bukan karena faktor kemampuan mereka yang memang berbeda.

112

Dengan demikian hasil penelitian ini masih harus dicermati sebab kemungkinan adanya bias yang disebabkan oleh faktor seleksi kelompok.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat ditarik simpulan penelitian ini sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika. 2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika 3. Ada interaksi Media Pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika. Interaksi antara Media Pembelajaran dan kreativitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih efektif digunakan dalam pembelajaran fisika, khususnya pada konsep gerak melingkar bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi daripada yang kreativitasnya rendah (hasil uji Tuckey ketiga). b. Bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi lebih efektif digunakan dalam pembelajaran fisika, khususnya pada kosep gerak melingkar daripada penggunaan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (hasil uji Tuckey keempat).

113

114

c. Untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih efektif diajar dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi; sedangkan bagi siswa yang kreativitasnya rendah, lebih efektif diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (hasil uji Tuckey kelima). B.

Implikasi Penelitian

Berdasarkan simpulan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa ternyata penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar fisika siswa. Demikian juga kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, implikasi praktis yang harus dilakukan oleh guru Fisika, terkait dengan temuan hasil penelitian di atas, adalah (1) mengupayakan penggunaan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dalam pembelajaran fisika; dan (2) mengupayakan peningkatan kreativitas siswa. 1. Upaya Menggunakan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dalam Pembelajaran Fisika dengan Lebih Intensif agar Prestasi Belajar Fisika Siswa Meningkat Beberapa langkah atau upaya intensif yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran fisika dengan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi adalah: a. Memotivasi siswa dengan menjelaskan materi-materi pokok tentang Gerak Melingkar dengan Power Point disertai Animasi dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari (mikroskopik) ,antara lain: alat sentripetal, putaran roda

115

bergigi, bola yang sedang menaik di puncak ½ lingkaran dan menurun di dasar ½ lingkaran, gerakan jarum jam dan sebagainya serta sistem Tata Surya (makroskopik), seperti putaran revolusi planet. b. Guru membagi handout berupa Lembar Kegiatan Siswa/Student Activity Sheet dan toturial praktis tentang bagaimana mendesain Animasi sederhana tentang Gerak Melingkar. c. Siswa membaca handout dan tutorial bersama-sama secara kooperatif dalam kelompoknya untuk mendesain Animasi sederhana tentang Gerak melingkar. d. Siswa bereksperimen mempresentasikan hasil desain kelompoknya dan per kelompok diwakili satu atau dua orang siswa saja;sedangkan anggota yang lain ikut berpartisipasi dengan cara mengevaluasi. e. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk memperoleh konsep tentang Gerak Melingkar. f. Guru membimbing diskusi sebagai moderator untuk menyimpulkan tentang besaran-besaran Fisika yang terdapat dalam konsep Gerak Melingkar, seperti: periode, frekuensi, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal, gaya sentripetal dan sebagainya. g. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan di handout dan membuat laporan untuk dikumpulkan. h. Memberikan tugas sebagai pendalaman dan pengayaan materi.

116

2. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar fisika Siswa Melalui Pemupukan Kreativitas Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk memupuk kreativitas siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain: a. Memberi contoh (mendemonstrasikan) pembelajaran dengan variatif, inovaif, kreatif, dan menyenangkan, agar siswa benar-benar mampu menguasai konsep gerak melingkar. Penguasaan terhadap konsep-konsep gerak melingkar tersebut teramati atau terukur lewat kemampuan siswa dalam (1) menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB), (2) menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB); (3) merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar, (4) mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan seharihari, (5) mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan, dan (6) menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar b. Menciptakan kondisi dan suasana yang menyenangkan yang memberi kebebasan siswa untuk berkreasi Penciptaan kondisi yang menyenangkan, dan memberikan suasana kepada siswa untuk bebas berkreasi merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan dukungan terhadap usaha pemupukan kreativitas siswa. Demikian juga menerapkan metode/teknik yang sesuai dengan karakteristik siswa, situasi, dan mata pelajaran

117

yang diberikan, akan memungkinkan siswa menyalurkan imajinasi kreatifnya secara optimal. C.

Saran

Berdasarkan uraian yang termuat dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran seperti di bawah ini. 1. Saran untuk Guru Fisika di SMA a. Guru Fisika di SMA Negeri 7 Surakarta pada khususnya, disarankan untuk menggunakan Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi dalam setiap pembelajaran fisika yang membahas tentang konsep gerak melingkar. Hal ini dianjurkan karena hasil penelitian eksperimen ini secara signifikan menyimpulkan bahwa Media Pembelajaran Power Point disertai Animasi ternyata lebih efektif dalam daripada Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga dalam mempengaruhi hasil prestasi belajar fisika siswa. b. Dalam pembelajaran fisika, khususnya mengenai konsep gerak melingkar, disarankan kepada guru fisika di SMA agar tidak berorientasi pada aspek teoretis yang membahas pengetahuan tentang gerak melingkar, tetapi harus lebih banyak memberi kesempatan pada siswa berlatih sebanyak-banyak untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan gerak melingkar dengan jalan diskusi kelompok membahas tayangan slide power point yang berisi tentang gerak melingkar. c. Guru fisika di SMA disarankan juga untuk memperhatikan kreativitas siswanya sebelum kegiatan pembelajaran dilangsungkan. Hal ini diperlukan

118

mengingat salah satu simpulan penelitian eksperimen ini menjelaskan bahwa kreativitas siswa terbukti mempengaruhi prestasi belajar fisika, khususnya mengenai konsep gerak melingkar. Berkait dengan hal itu, guru disarankan agar meningkatkan/mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatankegiatan yang telah disebutkan pada implikasi penelitian di atas. 2. Saran untuk Siswa SMA a. Siswa dianjurkan untuk sering melakukan kegiatan mengamati, menganalisis terjadinya gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan kegiatan ini banyak informasi dan pengalaman yang diperoleh yang akhirnya bisa

meluaskan

pengalaman

dan

wawasan

mereka.

Dengan

pengalaman/wawasan yang luas, dimungkinkan siswa lebih memahami konsep-konsep yang terkait dengan gerak melingkar daripada siswa yang pengetahuannya sempit, sekaligus sebagai bekal dalam berdiskusi kelompok. b. Siswa dianjurkan sering mendemostrasikan atau memberi simulasi atau mengaplikasikan tentang terjadinya gerak melingkar, baik gerak melingkar yang beraturan, gerak melingkar yang berubah beraturan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Saran untuk Kepala Sekolah a. Kepada sekolah disarankan agar memfasilitasi segala keperluan guru maupun siswa yang terkait dengan kepentingan pembelajaran di kelas, terutama mengenai penyediaan sarana/prasarana yang belum mencukupi.

119

b. Kepala sekolah disarankan agar selalu mengadakan kontrol atau pengawasan terhadap kualitas pembelajaran guru, terutama yang menyangkut masalah pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. c. Agar kinerja guru terjaga kualitasnya dalam mengajar, disarankan kepada kepala sekolah untuk senantiasa mengikutsertakan para guru dalam kegiatankegiatan ilmiah yang mendukung profesinya, seperti penataran-penataran, lokakarya-lokakarya, seminar, konggres, simposium dan lain-lain yang kesemuanya itu dilakukan supaya pemahaman atau pengetahuan guru tentang bidang profesinya selalu mengikuti perkembangan. Bahkan bilamana perlu mendorong para guru untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, seperti S2 dan S3.

DAFTAR PUSTAKA Alan J Cole, 2005: Creative Intelligence, Bandung: Kaifa Ali, Akbar, ST.2005: Membuat Presentasi dengan Power Point 2003 (Untuk Pemula), Bandung:M2S Ali, Akbar, ST.2005:Menguasai Internet plus Pembuatan Web, Bandung:M2S. Andi Pramono.2004:Berkreasi Animasi dengan Macromedia Flash MX Profesional 2004, Yogyakarta:2004. Angelo, Frank. D. 1980. Proces and Thought in Composition. Massachusets: Winthrop Publishers Inc. Bloomberg, Morton. 1973. Creativity: Theory and Research. New Haven: College & University Press-Publishers. Bower, G.H. Bootzin, R.R., & dan Zajonc, R.B.1987. Principles of Psychology Today. New York: Random House. Chandra Julius, 1997: Kreativitas, Bagaimana Menanam, Membangun dan Mengembangkannya, Yogyakarta: Kanisius. Cipta Ginting. 2003. Pembinaan dan Pengembangan Kreativitas. Surabaya: Usaha Nasional. Conny Semiawan, dkk, 1985. Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta: PT. Gramedia. ________, 1991. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: Gramedia. _______.1992. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Rajawali. Csikszentmihalyi, Mihalyi. 1996. Creativity, Flow, and The Psychology of Discovery and Invention. New York: Harper Collins Publisher. www.depdiknas.go.id. Diakses 2008. www.dikmenum.go.id. Diakses 2008.

120

121

Djemari Mardapi, Prof, Ph.D, dkk 2003: Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum. Djemari Mardapi, Prof, Ph.D, dkk 2005: Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMA, Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yoyyakarta. www.e-dukasi.net. Diakses 2006. Eko Sulistya, 2003: Pembelajaran Fisika, Yogyakarta: FMIPA UGM www.e-smartschool.com. Diakses 2005.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2007. Tes Kreativitas Verbal. Jakarta: UI Guillford, J.P.1968. Intelegence, Creativity and Their Educational Implications. San Diego, California: R.R. Knapp. Harsanto Radno, Drs, M.Si, 2007: Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius www.id.wikipedia.com. Diakses 2004. John M. Echols, dkk, 1997: Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jordan Ayan, 1997: Bengkel Kreativitas, Bandung: Kaifa. www.kompas.com. Diakses 2008. www. ktionline.com. Diakses 2007. Kunandar. 2007: Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. www.lipi.go.id. Diakses 2007. Mary Leonhardt. 1998: Bergairah Menulis, Bandung: Kaifa. Mirza Satriawan, 2003: Berpikir dan Pemahaman, Yogyakarta: FMIPA UGM. Mulyasa E. 2005: Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

122

________. 2006: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. www.p4tkipa.org. Diakses 2007. www.puspendik.com. Diakses 2008. Soegeng, 1993: Memanfaatkan Komputer Mikro sebagai Alat Bantu dalam Proses Belajar Mengajar Fisika, Bandung: ITB. Sugiyanto, 2007: Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Sumaji, dkk, 1998: Pendidikan Sains yang Humanitis, Yogyakarta: Kanisius. Teamwork, 2005: Kunci Keberhasilan Kerjasama dalam Tim, Jakarta: Kompas. Thomas Moorman, 2003: Bagaimana Membuat Proyek Ilmu Pengetahuanmu Menjadi Ilmiah, Bandung: Pakar Raya. Tim Penyusun Kamus, 1997: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Utami Munandar.1983. Kreativitas sebagai Aktualisasi Diri: Suatu Tinjauan Psikologi. Jakarta: Dian Rakyat. _______.1988. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia Widiasrama Inonesia.

124 Lampiran 1A

Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Sebelum Ujicoba) No.

Indikator

Ranah

1.

Menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB) Menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB) Merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar Mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari Mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan Menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar

C1-C4

2. 3. 4. 5. 6.

Keterangan: C1 = Pengetahuan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi C4 = Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi

C1-C3 C1-C4 C1-C3 C1-C4 C1-C4

Nomor soal 1, 3, 5,7,8 2, 4, 9,31

Jumlah. soal 5

6, 10, 1113 14, 15 21-25,32 16-20,33

5

2630,34,35

7

Jumlah

35

4

8 6

125 Sambungan Lampiran 1A

Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Setelah Ujicoba) No.

Indikator

Ranah

1.

Menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan (GMB) Menjelaskan karakteristik gerak melingkar berubah beraturan (GMBB) Merumuskan percepatan sentripetal pada gerak melingkar Mendeskripsikan aplikasi gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari Mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan Menjelaskan hubungan gerakan planet, satelit dan benda angkasa lainnya dengan peristiwa gerak melingkar

C1-C4

2. 3. 4. 5. 6.

C1-C3 C1-C4

Nomor soal 1, 3, 5,7,8 2, 4, 9

Jumlah. soal 5 3 5

C1-C4

6, 10, 1113 14, 15 21-25 16-20

C1-C4

26-30

5

Jumlah

30

C1-C3

Keterangan: C1 = Pengetahuan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi C4 = Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi Catatan Nomor butir yang di”drop” adalah butir nomor 4, 8, 19, 25, dan 32

7 5

126 Lampiran 1B

Kisi-Kisi Tes Kreativitas Verbal No.

Indikator

Jumlah Soal

1

Permulaan Kata

4

2

Menyusun Kata

4

3

Membentuk Kalimat Tiga Angka

4

4

Sifat-Sifat yang Sama

4

5

Macam-Macam Penggunaan

4

6

Apa Akibatnya

4 Jumlah

24

133 Sambungan Lampiran 2A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SMA NEGERI 7 SURAKARTA Jl. Mr. Muhammad Yamin 79 , Telp. (0271)718679 MATA PELAJARAN : FISIKA KELAS :X HARI/ TANGGAL : KAMIS, 28 DESEMBER 2006 JAM : 07.00 – 09.00 WIB Pilih satu jawaban soal- soal di bawah ini yang kamu anggap paling tepat! 5. Gir K dihubungkan dengan rantai 1. Sebuah benda bermassa m ke gir Q. Gir K 2 kali lebih besar diikatkan pada tali, diputar daripada gir Q dan laja linier gir hingga berjari-jari R dan K adalah 10ms-1, maka laju linier memiliki periode T. Jika massanya dijadikan 2m dan jarigir Q adalah …. ms-1. jarinya 2R, maka perbandingan A. 2 gaya-gaya sentripetalnya adalah B. 4 .... C. 5 A. 1:1 D. 10 B. 1:2 E. 20 C. 1:4 D. 2:1 6. Sebuah mobil menaiki bukit yang E. 4:1 kira-kira berjari-jari 80m. Saat berada dipuncak bukit laju linier 2. Gerinda yang berjari-jari 21 cm mobil adalah 20 ms-1. Jika massa berotasi dengan kecepatan sudut mobil 825 kg, maka gaya normal 2,5 rads-1, maka percepatan mobil adalah …. N A. 825 sentripetal yang dihasilkan oleh -2 B. 1650 gerinda tersebut adalah .... ms C. 2475 A. 1,3 D. 4125 B. 1,4 E. 8250 C. 1,5 D. 1,6 E. 2,1 7. Sebuah benda bermassa m diputar vertikal dengan tali 3. Dua roda seporos dan berputar sepanjang R, maka gaya tegang dengan kelajuan linier masingtali saat benda tersebut di titik masing 4 ms-1 dan 6 ms-1, maka terendah adalah ….N perbandingan jari-jarinya adalah 2 .... v A. m ( -g) A. 1:1 R B. 1:3 2 C. 2:1 v B. m ( +g) D. 2:3 R E. 3:2

134 Sambungan Lampiran 2A

C.

m (g- v

2

R

D. m

v

)

2

R E. m g

9. Benda bermassa x diputar dengan tali sepanjang y selama t, maka percepatan sentripetalnya …ms-2 2y A. 2 B. C.

t 2 t

2

y

2

4y 2

t 4 y t 4 y t 2

D.

2

2

E.

2

12. Sebuah benda diputar dengan alat sentripetal dengan jari-jari 50 cm dan frekuensinya tetap 4 Hz, maka percepatan sentripetal benda tersebut adalah .... π2ms-2 A. 4 B. 12 C. 16 D. 24 E. 32 13. Sebuah batu massanya 0,5 kg diikat dengan tali yang panjangnya 1m dan diputar vertikal dengan kecepatan sudut 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali di titik tertinggi adalah .... N. A. 6 B. 6,5 C. 7 D. 12 E. 13

2

10. Empat gir seporos A, B, C, dan D masing-masing berjari-jari 6cm, 10cm, 12cm, dan 16cm. Jika kecepatan sudut gir C adalah 120 π rads-1, maka laju linier gir D adalah ....ms-1 A. 4,2 B. 8,4 C. 16,8 D. 19,2 E. 24,0 11. Pada gerak melingkar beraturan, besaran yang tidak konstan adalah …. A. laju linier B. kecepatan anguler C. frekuensi D. periode E. gaya sentripetal

14. Sebuah CD berputar dengan kecepatan sudut 200 rpm, maka frekuensi dan periodenya ..... A. 0,3 Hz dan 0,33 s B. 0,3 Hz dan 3,33 s C. 3 Hz dan 3,33 s D. 3,33 Hz dan 0,3 s E. 3,33 Hz dan 3 s 15. Sebuah benda tegar berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. Kecepatan linier suatu titik pada benda berjarak 0,5 m dari sumbu putar, adalah….ms-1 A. 5 B. 9,5 C. 10 D. 10,5 E. 20 16. Sebuah benda yang massanya 5 kg bergerak secara beraturan

135 Sambungan Lampiran 2A dalam lintasan yang melingkar dengan kelajuan 2 ms-1. Bila jari-jari lingkaran itu 0,5 m, maka: (1).periodenya 0,5  sekon (2).besar percepatan sentripetalnya 8 m.s-2 (3).gaya sentripetalnya 40 N (4).kelajuannya berubah Dari pernyataan di atas, yang benar adalah…. A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 saja E. 1, 2, 3, dan 4 17. Sebuah motor listrik memutar roda A dengan kecepatan sudut 200 rads-1. Jika jari-jari roda A = 5 cm dan jari-jari roda B = 25 cm, maka kecepatan sudut roda B, adalah…rads-1 A

A. B. C. D. E.

B

56 40 20 5,6 4

18. Sebuah piringan berputar dengan kelajuan sudut konstan, maka perbandingan kelajuan linier antara dua titik A dan B jika jarak A ke pusat piringan sama dengan setengah kali jarak B ke pusat piringan adalah ....

B A A. B. C. D. E.

1:4 1:2 1:1 2:1 4:1

20. Sebuah piringan hitam yang diameternya 40 cm berputar pada 30 rpm. Jika saklar off ditekan, dalam waktu 2 s piringan tersebut berhenti berputar. Sudut yang ditempuh dalam waktu 2 s tersebut adalah… rad A. 0,25 B. 0,5 C. 0,75 D. 1 E. 1,5 21. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 54 kmjam-1 saat melintasi sebuah puncak bukit yang diperkirakan jari-jarinya 25m (lihat gambar). Jika massa mobil 750 kg dan g = 10 ms-2, gaya tekan mobil pada puncak bukit tersebut adalah ...N A. 5670 B. 6570 C. 6750 D. 7560 E. 7650

R

136 Sambungan Lampiran 2A 22. Sebuah batu kecil bermassa m diikatkan di ujung tali dan pada ujung tali yang lainnya ditangan, lalu diayunkan secara vertikal. Besarnya gaya tegang tali T saat batu berada pada posisi 30o terhadap titik terbawah (lihat gambar) adalah ...N

30o

T m

2

A.

m(v

2

B.

m(v

C.

m (g cos α - v

R R

D. m

26. Besaran-besaran fisika di bawah ini berkaitan dengan gerak melingkar beraturan, kecuali... A. laju linier B. kecepatan sudut C. percepatan sudut D. percepatan sentripetal E. gaya sentripetal

-g cos α) +g cos α) 2

R

v

periodenya T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah .... A. 1:1 B. 1:2 C. 1:4 D. 2:1 E. 4:1

)

2

R E. m g cos α 23. Dua planet X dan Y mengorbit mengelilingi matahari. Jarak planet X dan Y masing-masing R dan 9R. Jika periode planet X berevolusi terhadap matahari adalah T, maka periode planet Y bernilai ... T A. 81 B. 27 C. 9 D. 6 E. 3 24. Sebuah benda bermassa m diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan

27. Sebuah jam dinding jarum detiknya memiliki jari-jari 18 cm, maka besar dan arah percepatan sentripetal jarum tersebut adalah ... cms-2 .( Anggap π2 = 10 ) A. 0,18 B. 0,20 C. 0,36 D. 0,40 E. 0,50 28. (1) Komedi putar (2) Kipas angin (3) Baling-baling helikopter (4) Gerakan jarum jam dinding

137 Sambungan Lampiran 2A Pada peristiwa sehari-hari yang termasuk benda yang bergerak melingkar beraturan seperti yang ditunjukkan dengan pernyataanpernyataan di atas adalah.... A. 1,2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 saja E. 1,2,3, dan 4 29. Sebuah mobil menikung tajam pada jalan raya yang memiliki kemiringan α. Jika massa mobil M dan massa orang yang berada di dalamnya m serta jari-jari tikungan R, maka kelajuan yang aman agar mobil tersebut tidak tergelincir adalah .... A. tan gR B.

sin gR

C.

cos gR

D.

sec gR

E.

cos ecgR

30. Sebuah bola yang bermassa m diikat dengan tali dan diputar vertikal dengan jari-jari r. Kelajuan linier minimum ketika bola tersebut berada di titik tertinggi adalah ....ms-1 A. < gr B. < C. >

mr gr

D. > mr E. > mgr 31. Sebuah model pesawat terbang yang bermassa 500 gram dikaitkan dengan tali kontrol

sepanjang 10m. Jika mesin model pesawat terbang dihidupkan, model tersebut akan membentuk lintasan kerucut arah ke atas dengan sudut 37o terhadap arah vertikal dan waktu yang diperlukan untuk satu putarannya 4 sekon, maka gaya tegangan pada tali kontrol adalah ...N A. 10,0 m B. 12,5 C. 20,0 D. 25,0 E . 50,0 10m 37o T 33. Seorang anak sedang mengayuh sepeda hingga gir depannya berputar dengan kecepatan angular 12 rads-1. Jika jari-jari roda, gir depan dan gir belakang masing-masing 40 cm, 10 cm dan 6 cm, maka laju linier sepeda tersebut adalah .... ms-1 A. 40 B. 20 C. 10 D. 8 E. 5 34. Sebuah batu dengan massa 2 kg diikat dengan tali dan diputar sehingga lintasannya berbentuk lingkaran vertical dengan jari-jari 0,5m. Jika kecepatan sudutnya 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali pada saat di titik terendah adalah ...N A. 16 B. 36 C. 56 D. 124 E. 144

138 Sambungan Lampiran 2A 35. Sebuah mobil yang massanya 800 kg meluncur pada jalan yang membentuk lembah kecil dan memiliki jari-jari kelengkungan 20m dengan kecepatan tetap 72 kmjam-1 dan g = 10ms-2, maka gaya tekan normal total yang dialami mobil terhadap jalan tepat di titik terendah adalah ....103N A. 24 B. 36 C. 56 D. 124 E. 144 = Selamat Mengerjakan, Semoga Berhasil =

127 Sambungan Lampiran 2A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SMA NEGERI 7 SURAKARTA Jl. Mr. Muhammad Yamin 79 , Telp. (0271)718679 MATA PELAJARAN : FISIKA KELAS :X HARI/ TANGGAL : KAMIS, 28 DESEMBER 2006 JAM : 07.00 – 09.00 WIB Pilih satu jawaban soal- soal di bawah ini yang kamu anggap paling tepat! 1. Sebuah benda bermassa m 4. Two gears A and B are touching diikatkan pada tali, diputar each other. If the angular hingga berjari-jari R dan velocity of gear A is 16 rads-1 memiliki periode T. Jika and the gear B’s radius is equal massanya dijadikan 2m dan jarito a half of radius o gear A, so jarinya 2R, maka perbandingan the angular velocity of gear B is gaya-gaya sentripetalnya adalah …. rads-1 .... A. 32 A. 1:1 B. 16 B. 1:2 C. 8 C. 1:4 D. 4 D. 2:1 E. 2 E. 4:1 5. Gir K dihubungkan dengan rantai 2. Gerinda yang berjari-jari 21 cm ke gir Q. Gir K 2 kali lebih besar berotasi dengan kecepatan sudut daripada gir Q dan laja linier gir 2,5 rads-1, maka percepatan K adalah 10ms-1, maka laju linier sentripetal yang dihasilkan oleh gir Q adalah …. ms-1. -2 gerinda tersebut adalah .... ms A. 2 B. 4 A. 1,3 C. 5 B. 1,4 D. 10 C. 1,5 E. 20 D. 1,6 E. 2,1 6. Sebuah mobil menaiki bukit yang kira-kira berjari-jari 80m. Saat 3. Dua roda seporos dan berputar berada dipuncak bukit laju linier dengan kelajuan linier masingmobil adalah 20 ms-1. Jika massa masing 4 ms-1 dan 6 ms-1, maka perbandingan jari-jarinya adalah mobil 825 kg, maka gaya normal .... mobil adalah …. N A. 1:1 A. 825 B. 1:3 B. 1650 C. 2:1 C. 2475 D. 2:3 D. 4125 E. 3:2 E. 8250

128 Sambungan Lampiran 2A 7. Sebuah benda bermassa m diputar vertikal dengan tali sepanjang R, maka gaya tegang tali saat benda tersebut di titik terendah adalah ….N A.

m(v

2

-g)

R 2

B. m ( v +g) R C.

m (g- v

2

R

D. m

v

)

2

R E. m g

8. Percepatan sentripetal berbanding terbalik dengan …. A. periode B. frekuensi C. laju linier D. kecepatan sudut E. gaya sentripetal 9. Benda bermassa x diputar dengan tali sepanjang y selama t, maka percepatan sentripetalnya adalah …. 2y A. 2 B. C.

t 2 t

2

y

2

4y 2

t 4 y t 4 y t 2

D.

2

2

E.

2

2

10. Empat gir seporos A, B, C, dan D masing-masing berjari-jari 6cm, 10cm, 12cm, dan 16cm. Jika kecepatan sudut gir C adalah 120 π rads-1, maka laju linier gir D adalah ....ms-1 A. 4,2 B. 8,4 C. 16,8 D. 19,2 E. 24,0 11. Pada gerak melingkar beraturan, besaran yang tidak konstan adalah …. A. laju linier B. kecepatan anguler C. frekuensi D. periode E. gaya sentripetal 12. Sebuah benda diputar dengan alat sentripetal dengan jari-jari 50 cm dan frekuensinya tetap 4 Hz, maka percepatan sentripetal benda tersebut adalah .... π2ms-2 A. 4 B. 12 C. 16 D. 24 E. 32 13. Sebuah batu massanya 0,5 kg diikat dengan tali yang panjangnya 1m dan diputar vertikal dengan kecepatan sudut 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali di titik tertinggi adalah .... N. A. 6 B. 6,5 C. 7 D. 12 E. 13

129 Sambungan Lampiran 2A 14. Sebuah CD berputar dengan kecepatan sudut 200 rpm, maka frekuensi dan periodenya adalah .... A. 0,3 Hz dan 0,33 s B. 0,3 Hz dan 3,33 s C. 3 Hz dan 3,33 s D. 3,33 Hz dan 0,3 s E. 3,33 Hz dan 3 s 15. Sebuah benda tegar berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. Kecepatan linier suatu titik pada benda berjarak 0,5 m dari sumbu putar, adalah….ms-1 A. 5 B. 9,5 C. 10 D. 10,5 E. 20 16. Sebuah benda yang massanya 5 kg bergerak secara beraturan dalam lintasan yang melingkar dengan kelajuan 2 ms-1. Bila jari-jari lingkaran itu 0,5 m, maka: (1).periodenya 0,5  sekon (2).besar percepatan sentripetalnya 8 m.s-2 (3).gaya sentripetalnya 40 N (4).kelajuannya berubah Dari pernyataan di atas, yang benar adalah…. A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 saja E. 1, 2, 3, dan 4 17. Sebuah motor listrik memutar roda A dengan kecepatan sudut 200 rads-1. Jika jari-jari roda A = 5 cm dan jari-jari roda B = 25 cm, maka kecepatan sudut roda B, adalah…rads-1

A

A. B. C. D. E.

B

56 40 20 5,6 4

18. Sebuah piringan berputar dengan kelajuan sudut konstan, maka perbandingan kelajuan linier antara dua titik A dan B jika jarak A ke pusat piringan sama dengan setengah kali jarak B ke pusat piringan adalah .... B A

A. B. C. D. E.

1:4 1:2 1:1 2:1 4:1

19. Sebuah roda berputar dari keadaan diam ke 7 rad/s dalam waktu 0,75 s. Percepatan sudut roda adalah… rads-2 A. 20 B. 22 C. 29 D. 30 E. 32

130 Sambungan Lampiran 2A 20. Sebuah piringan hitam yang diameternya 40 cm berputar pada 30 rpm. Jika saklar off ditekan, dalam waktu 2 s piringan tersebut berhenti berputar. Sudut yang ditempuh dalam waktu 2 s tersebut adalah… rad A. 0,25 B. 0,5 C. 0,75 D. 1 E. 1,5 21. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 54 kmjam-1 saat melintasi sebuah puncak bukit yang diperkirakan jari-jarinya 25m (lihat gambar). Jika massa mobil 750 kg dan g = 10 ms-2, gaya tekan mobil pada puncak bukit tersebut adalah ...N A. 5670 B. 6570 C. 6750 D. 7560 E. 7650

R

22. Sebuah batu kecil bermassa m diikatkan di ujung tali dan pada ujung tali yang lainnya ditangan, lalu diayunkan secara vertikal. Besarnya gaya tegang tali T saat batu berada pada posisi 30o terhadap titik terbawah (lihat gambar) adalah ...N

30o

T m

A.

m(v

2

R

-g cos α)

2

B. m ( v +g cos α) R C.

m (g cos α - v

D. m

2

R

v

)

2

R E. m g cos α 23. Dua planet X dan Y mengorbit mengelilingi matahari. Jarak planet X dan Y masing-masing R dan 9R. Jika periode planet X berevolusi terhadap matahari adalah T, maka periode planet Y bernilai ... T A. 81 B. 27 C. 9 D. 6 E. 3 24. Sebuah benda bermassa m diikatkan pada tali, diputar hingga berjari-jari R dan periodenya T. Jika massanya dijadikan 2m dan jari-jarinya 2R, maka perbandingan gaya-gaya sentripetalnya adalah .... A. 1:1 B. 1:2 C. 1:4 D. 2:1 E. 4:1

131 Sambungan Lampiran 2A 25. A grindstone rotates at 120 rpm, so the ratio of the centripetal accelleration between two points at 5 cm and 20 cm from the centre of the grindstone is …. A. 1:1 B. 1:2 C. 1:4 D. 2:1 E. 4:1 26. Besaran-besaran fisika di bawah ini berkaitan dengan gerak melingkar beraturan, kecuali... A. laju linier B. kecepatan sudut C. percepatan sudut D. percepatan sentripetal E. gaya sentripetal

27. Sebuah jam dinding jarum detiknya memiliki jari-jari 18 cm, maka besar dan arah percepatan sentripetal jarum tersebut adalah ... cms-2 .( Anggap π2 = 10 ) A. 0,18 B. 0,20 C. 0,36 D. 0,40 E. 0,50 28. (1) Komedi putar (2) Kipas angin (3) Baling-baling helikopter (4) Gerakan jarum jam dinding

Pada peristiwa sehari-hari yang termasuk benda yang bergerak melingkar beraturan seperti yang ditunjukkan dengan pernyataanpernyataan di atas adalah.... A. 1,2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 saja E. 1,2,3, dan 4

29. Sebuah mobil menikung tajam pada jalan raya yang memiliki kemiringan α. Jika massa mobil M dan massa orang yang berada di dalamnya m serta jari-jari tikungan R, maka kelajuan yang aman agar mobil tersebut tidak tergelincir adalah .... A. tan gR B.

sin gR

C.

cos gR

D.

sec gR

E.

cos ecgR

30. Sebuah bola yang bermassa m diikat dengan tali dan diputar vertikal dengan jari-jari r. Kelajuan linier minimum ketika bola tersebut berada di titik tertinggi adalah ....ms-1 A. < gr B. < C. >

mr gr

D. > mr E. > mgr

132 Sambungan Lampiran 2A 31. Sebuah model pesawat terbang yang bermassa 500 gram dikaitkan dengan tali kontrol sepanjang 10m. Jika mesin model pesawat terbang dihidupkan, model tersebut akan membentuk lintasan kerucut arah ke atas dengan sudut 37o terhadap arah vertikal dan waktu yang diperlukan untuk satu putarannya 4 sekon, maka gaya tegangan pada tali kontrol adalah ...N A. 10,0 m B. 12,5 C. 20,0 D. 25,0 E . 50,0 10m 37o T

32. Sebuah alat sentripetal memilki massa putar m dan panjang tali yang variable.Jika tali pertama sepanjang l dan memerlukan periode t dan ketika tali diperpanjang sepanjang l lagi, serta diputar ternyata periodenya 2t, maka berapa perbandingan percepatan sentripetalnya adalah …. ms-2 A. 1:1 B. 1:2 C. 1:4 D. 2:1 E. 4:1

33. Seorang anak sedang mengayuh sepeda hingga gir depannya berputar dengan kecepatan angular 12 rads-1. Jika jari-jari roda, gir depan dan gir belakang

masing-masing 40 cm, 10 cm dan 6 cm, maka laju linier sepeda tersebut adalah .... ms-1 A. 40 B. 20 C. 10 D. 8 E. 5 34. Sebuah batu dengan massa 2 kg diikat dengan tali dan diputar sehingga lintasannya berbentuk lingkaran vertical dengan jari-jari 0,5m. Jika kecepatan sudutnya 6 rads-1 dan g=10ms-2, maka tegangan tali pada saat di titik terendah adalah ...N A. 16 B. 36 C. 56 D. 124 E. 144 35. Sebuah mobil yang massanya 800 kg meluncur pada jalan yang membentuk lembah kecil dan memiliki jari-jari kelengkungan 20m dengan kecepatan tetap 72 kmjam-1 dan g = 10ms-2, maka gaya tekan normal total yang dialami mobil terhadap jalan tepat di titik terendah adalah ....103N A. 24 B. 36 C. 56 D. 124 E. 144 = Selamat Mengerjakan, Semoga Berhasil =

127 Lampiran 2A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SMA NEGERI 7 SURAKARTA Jl. Mr. Muhammad Yamin 79 , Telp. (0271)718679 MATA PELAJARAN : FISIKA KELAS :X HARI/ TANGGAL : KAMIS, 28 DESEMBER 2006 JAM : 07.00 – 09.00 WIB Pilih satu jawaban soal- soal di bawah ini yang kamu anggap paling tepat! 1. Sebuah benda bermassa m 4. Two gears A and B are touching diikatkan pada tali, diputar each other. If the angular hingga berjari-jari R dan velocity of gear A is 16 rads-1 memiliki periode T. Jika and the gear B’s radius is equal massanya dijadikan 2m dan jarito a half of radius o gear A, so jarinya 2R, maka perbandingan the angular velocity of gear B is gaya-gaya sentripetalnya adalah …. rads-1 .... A. 32 A. 1:1 B. 16 B. 1:2 C. 8 C. 1:4 D. 4 D. 2:1 E. 2 E. 4:1 5. Gir K dihubungkan dengan rantai 2. Gerinda yang berjari-jari 21 cm ke gir Q. Gir K 2 kali lebih besar berotasi dengan kecepatan sudut daripada gir Q dan laju linier gir 2,5 rads-1, maka percepatan K adalah 10ms-1, maka laju linier sentripetal yang dihasilkan oleh gir Q adalah …. ms-1. -2 gerinda tersebut adalah .... ms A. 2 B. 4 A. 1,3 C. 5 B. 1,4 D. 10 C. 1,5 E. 20 D. 1,6 E. 2,1 6. Sebuah mobil menaiki bukit yang kira-kira berjari-jari 80m. Saat 3. Dua roda seporos dan berputar berada dipuncak bukit laju linier dengan kelajuan linier masingmobil adalah 20 ms-1. Jika massa masing 4 ms-1 dan 6 ms-1, maka perbandingan jari-jarinya adalah mobil 825 kg, maka gaya normal .... mobil adalah …. N A. 1:1 A. 825 B. 1:3 B. 1650 C. 2:1 C. 2475 D. 2:3 D. 4125 E. 3:2 E. 8250

Lampiran 2B

Tes Kreativitas Verbal

Telah distandarisasikan oleh :

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 2007

140 Sambungan Lampiran 2 B

Soal Tes Kreativitas Petunjuk : 1. Sebelum Anda mengerjakan tes ini bacalah penjelasan yang tertulis pada setiap bagian dari tes. 2. Jangan terlalu banyak menghabiskan waktu pada suatu pertanyaan, karena waktu menjawab pertanyaan terbatas. 3. Anda sangat diharapkan menyelesaikan semua pertanyaan. 4. Hasil pekerjaan Anda kami jamin kerahasiaannya. 5. Isilah data-data pribadi Anda di bawah ini.

Nama

:

No. Urut

:

Kelas

:

Semester

:

141 Sambungan Lampiran 2 B

Tes Kreativitas Verbal I.

Permulaan Kata

Instruksi : Buatlah sebanyak mungkin kata-kata yang dimulai dengan suku kata yang tertulis di atas kertas soal. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini. Contoh : Sa Saya Sakit Sabang Sabu Saku Sara Perhatikan : Nama negara, nama kota, atau nama gunung boleh dipakai tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintah !

Butir-butir tes : 1. 2. 3. 4.

Ka So Ti Pu

142 Sambungan Lampiran 2 B

II. Menyusun Kata Instruksi : Susunlah sebanyak mungkin kata-kata dengan memakai huruf-huruf dari katakata yang tertulis di kertas soal. Kata-kata tersebut dapat disusun dengan hanya memakai sebagian dari huruf-huruf kata tersebut, atau semua huruf dari kata yang telah diberikan. Setiap huruf dari kata yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk menyusun satu kata baru. Nama orang tidak boleh dipakai. Perhatikan contoh di bawah ini. Contoh : Kota Bata Batu Buta Rata Tabur Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintah !

Butir-butir tes : 1. Proklamasi 2. Keajaiban 3. Perumahan 4. Kreativitas

143 Sambungan Lampiran 2 B

III. Membentuk Kalimat Tiga Kata Instruksi : Buatlah sebanyak mungkin kalimat yang terdiri dari tiga kata yang huruf pertama tiap kata diberikan dalam soal. Urutan huruf boleh diubah. Tiap kalimat hanya boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat-kalimat sebelumnya. Boleh menggunakan nama orang. Perhatikan contoh di bawah ini. Contoh : A-l-g Gita lagi apa? Gimana anak lucu?. Apa Giman lupa? Gita anak lucu. Perhatikan : Kalimat terakhir tidak berlaku karena memakai dua kata dari kalimat sebelumnya. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintah !

Butir-butir tes : 1. A-m-p 2. B-i-r 3. S-n-U 4. K-d-t

144 Sambungan Lampiran 2 B

IV. Sifat-sifat yang Sama Instruksi : Setiap kali, akan diberikan dua sifat benda. Pikirkan sebanyak mungkin benda (benda hidup atau mati) yang memiliki kedua sifat tersebut. Perhatikan contoh di bawah ini. Contoh : Merah dan cair Darah Sirup mawar Saus tomat Tinta merah Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintah !

Butir-butir tes : 1. Bulat dan keras 2. Putih dan dapat dimakan 3. Panjang dan tajam 4. Panas dan berguna

145 Sambungan Lampiran 2 B

V. Macam-Macam Penggunaan Penggunaan Luar Biasa Instruksi : Pada tes ini, tugas Anda adalah memikirkan untuk apa saja benda sehari-hari ini dapat dipakai di luar penggunaan yang lazim (yang biasa dan sudah umum dipakai setiap orang). Jadi jangan menulis untuk apa benda itu pada umumnya atau biasanya digunakan (diperuntukkan), tetapi pikirkan macam-macam penggunaan lainnya, yakni penggunaan yang tidak lazim. Baik yang pernah Anda lihat atau alami sendiri, maupun yang dapat Anda bayangkan. Contoh : Pensil, kita semua tahu bahwa pensil itu dibuat untuk menulis, menggambar, mencatat dan sebagainya. Jadi pensil sebagai alat tulis-menulis. Ini adalah penggunaan yang lazim. Jadi, dalam tes ini tidak perlu Anda tulis sebagai jawaban. Selain sebagai alat tulis, pensil dapat juga digunakan sebagai alat penggaris bila memang diperlukan dan sebagai alat penggaruk punggung yang gatal. Ini merupakan beberapa penggunaan yang tidak biasa dari pensil dan inilah yang harus Anda pikirkan dan Anda tuliskan sebagai jawaban. Coba pikirkan untuk apa lagi pensil itu dapat digunakan. Pada halaman bawah kertas ini, tercantum beberapa benda seharihari. Untuk setiap benda itu pikirkanlah bermacam-macam penggunaan yang tidak biasa (tidak lazim), dan inilah yang Anda tuliskan. Gunakan khayalan Anda untuk menemukan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak biasa (tidak lazim). Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintah ! Butir-butir tes : 1. 2. 3. 4.

surat kabar kursi makan sapu ijuk batu bata

146 Sambungan Lampiran 2 B

VI. Apa Akibatnya Instruksi : Dalam setiap kalimat yang diberikan pada tes ini, dilukiskan suatu keadaan yang biasanya tidak terdapat atau tidak mungkin terjadi di sini. Bayangkan andaikata keadaan tersebut benar-benar terjadi, maka apa saja akibatnya. Tuliskan sebanyak mungkin akibat-akibat atau apa saja yang akan terjadi jika keadaan itu berlangsung di sini. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintah ! Butir-butir tes : 1. Apa akibatnya jika setiap orang dapat mengetahui pikiran orang lain ? 2. Apa akibatnya jika semua orang pandai ? 3. Apa akibatnya jika makan satu pil sehari cukup mengenyangkan ? 4. Apa akibatnya jika di Indonesia seperti di Eropa, ada musim dingin (di mana salju turun dan air bisa menjadi beku). Penjelasan tentang tes kreativitas 1. Permulaan Kata Pada sub tes ini, responden harus memikirkan sebanyak mungkin kata-kata yang diawali dengan susunan huruf tertentu yang diberikan. Tes ini mengukur ”kelancaran kata”, yaitu untuk menemukan kata-kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu. Setiap kata mendapat skor satu jika memenuhi persyaratan, yaitu kata tersebut mulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan., akan tetapi tidak perlu sempurna jika tidak menyangkut susunan huruf yang merupakan persyaratan. Dasar pertimbangannya adalah bahwa tes ini tidak merupakan tes bahasa akan tetapi merupakan tes kreativitas. Misal dituliskan ”Kalimatan”, yang seharusnya

147 Sambungan Lampiran 2 B

”Kalimantan”, ini betul dan mendapat skor satu karena penggunaan susunan huruf ”Ka” betul, akan tetapi jika ditulis ”kamari” yang seharusnya ”kemari”, jawaban ini tidak betul karena di sini penggunaan susunan huruf ”ka” tidak tepat. Tiap butir soal sub tes ini mempunyai batas waktu 1,5 menit. 2. Menyusun Kata Pada subtes ini responden harus menyusun sebanyak mungkin kata-kata dengan menggunakan huruf-huruf dari sebuah kata yang diberikan (anagram). Tes ini juga mengukur ”kelancaran kata”, tetapi berbeda dengan ”permulaan kata” karena juga menuntut keterampilan perseptual. Setiap susunan kata yang betul ejaannya dan tidak menggunakan huruf – huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari butir tes, serta tidak menggunakan suatu huruf dalam kata butir tes sampai dua kali kecuali seperti huruf a dalam kata ’kreativitas’ diberikan skor satu. Selain itu singkatan-singkatan tidak dibenarkan kecuali dalam percakapan sehari-hari sudah diterima sebagai suatu kata misalnya ’TIVI’. Setiap butir sub tes ini mempunyai batas waktu 1,5 menit. 3. Membentuk Kalimat Tiga Kata Pada subtes ini responden harus menyusun kalimat-kalimat yang terdiri dari tiga kata, tetapi urutan dari penggunaan ketiga huruf tersebut boleh sekehendak responden. Tes ini merupakan ukuran dari ”kelancaran dalam ucapan”. Tiap kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat yang telah dipakai sebelumnya. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali jika menyangkut huruf pertama dari kata karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes. Misal butir tes A-m-p. Jika jawaban yang dituliskan ’Amir makan papaya’ yang seharusnya’’Amir makan pepaya’ ini mendapat skor. Setiap butir soal subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit. 4. Sifat-Sifat yang Sama Pada subtes ini responden harus menemukan sebanyak mungkin objek-objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentuksn. Tes ini merupakan ukuran dari ’kelancaran dalam memberikan gagasan’ yaitu kemampuan mencetuskan gagasan

148 Sambungan Lampiran 2 B

yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Sifat-sifat yang disebut pada masing-masing butir tes adalah sebagai berikut : a. Bulat dan keras, bulat di sini adalah bulat gepeng atau bulat sepenuhnya, dan yang dimaksud dengan keras adalah tahan terhadap tekanan atau tidak mudah berubah bentuk bila ditekan. b. Putih dan dapat dimakan, yang dimaksud dengan dapat dimakan adalah dalam arti kata luas, meliputi makanan atau minuman dan bahan yang telah matang, telah dimasak. c. Panjang dan tajam, yang dimaksud dengan panjang di sini diartikan secara relatif yang bentuknya memanjang tidak melebar, yang dimaksud dengan tajam adalah semua benda yang ujungnya (tepinya) tajam. d. Panas dan berguna, yang dimaksud dengan panas dan berguna adalah semua benda yang kegunaannya adalah akibat dari kepanasan atau kehangatannya. Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari fungsinya akan tetapi tidak merupakan sumber dari kegunaannya, maka jawaban seperti itu tidak mendapat skor. Setiap jawaban yang benar diberi skor satu, dan setiap butir soal sub tes ini mendapat batas waktu 1,5 menit. 5. Macam-Macam Penggunaan Penggunaan sebuah benda sehari-hari yang telah ditentukan, akan tetapi penggunaan-penggunaan tersebut haruslah merupakan penggunaan yang tidak lazim atau tidak biasa. Tes ini merupakan ukuran dari ’fleksibilitas’, karena dalam tes ini responden harus melepaskan diri dari kebiasaan untuk melihat setiap benda sebagai alat melakukan hal / pekerjaan tertentu saja. Selain itu, tes ini juga mengukur ’originalitas dalam pemikiran’, yang dilihat dari kejarangan jawaban responden. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan utuh (misalnya, surat kabar boleh dirobek-robek untuk dijadikan

bahan prakarya dan sebagainya). Setiap

jawaban yang benar diberi skor satu, dan jawaban yang hanya menggunakan bagianbagian tertentu dari benda tersebut dibenarkan. Setiap butir soal subtes ini mempunyai batas waktu 1,5 menit.

149 Sambungan Lampiran 2 B

6. Apa Akibatnya Pada subtes ini responden harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan. Tes ini menuntut responden untuk menggunakan daya imajinasinya dan dapat menguraikan gagasan-gagasannya. Jadi tes ini merupakan ukuran dari ’kelancaran dalam memberikan gagasan’ yang dikombinasi dengan ’elaborasi’. Setiap jawaban yang menunjuk pada akibat (yang masuk akal) dari kejadian hipotesis yang dilukiskan mendapat skor satu, dan jawaban yang terperinci menambah skor. Misalnya terhadap pertanyaan : ’Apa akibatnya jika setiap orang dapat mengetahui pikiran orang lain?’ jawabannya ;’Maka orang akan dapat mengetahui rahasia-rahasia orang lain. Dapat mengetahui pikiran-pikiran jahatnya sehingga dapat menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi’. Jawaban ini mendapat skor empat,sebab ada empat jawaban. Setiap butir soal ini memepunyai batas waktu 2 menit.

139 Lampiran 2B

Tes Kreativitas Verbal

Telah distandarisasikan oleh :

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 2007

158

Sambungan Lampiran 3B

33 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 19

34 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 21

35 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 19

0.63 0.70 0.63 0.37 0.30 0.37 0.23 0.21 0.23

bersambung

Skor Total 27 7 11 12 21 28 4 28 10 27 24 24 9 17 8 19 9 25 28 25 26 13 5 26 22 26 26 27 25 9 568

155

Sambungan Lampiran 3 A (Tahap II)

29 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 20 0.67 0.33 22.75 18.93 8.35 0.65 0.36 Valid

Nomor Butir Soal Skor 31 33 34 35 Total 1 1 1 1 1 27 0 1 0 0 1 7 0 0 1 0 0 11 1 0 0 1 0 12 1 1 0 1 1 21 1 1 1 1 1 28 0 0 0 0 0 4 1 1 1 1 1 28 0 0 0 0 0 10 1 0 1 1 1 27 1 1 1 1 1 24 1 1 1 1 1 24 1 0 0 0 0 9 0 1 0 1 1 17 0 0 0 0 1 8 1 0 1 1 0 19 0 0 1 0 0 9 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 26 1 1 0 1 0 13 0 1 0 0 0 5 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 0 22 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 1 27 1 0 1 1 1 25 1 0 0 0 0 9 22 19 19 21 19 568 0.73 0.63 0.63 0.70 0.63 0.27 0.37 0.37 0.30 0.37 22.59 22.37 23.84 23.62 23.42 18.93 18.93 18.93 18.93 18.93 8.35 8.35 8.35 8.35 8.35 0.73 0.54 0.77 0.86 0.71 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 Valid Valid Valid Valid Valid 30

152

Sambungan Lampiran 3A (Tahap I)

26

27 28 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 9 20 16 0.30 0.67 0.53 0.70 0.33 0.47 29.00 25.60 26.31 21.57 21.57 21.57 9.01 9.01 9.01 0.54 0.63 0.56 0.36 0.36 0.36 Valid Valid Valid

Nomor Butir Soal Skor 29 30 31 32 33 34 35 Total 1 1 1 0 1 1 1 30 0 0 0 1 8 0 0 1 0 1 0 0 12 0 0 0 0 0 1 0 15 1 1 0 1 0 1 1 25 1 1 1 0 1 1 1 32 1 1 1 0 0 0 0 6 0 0 0 0 1 1 1 31 1 1 1 0 0 0 0 10 0 0 0 1 1 1 1 31 1 1 0 0 1 1 1 28 1 1 1 0 1 1 1 28 1 1 1 1 0 0 0 12 0 1 0 0 0 1 1 18 1 0 1 0 0 0 1 10 1 0 0 1 1 1 0 24 0 1 0 0 1 0 0 11 1 0 0 0 1 1 1 29 1 1 1 1 1 1 1 33 1 1 1 0 1 1 1 28 1 1 1 0 1 1 1 29 1 1 1 0 0 1 0 15 0 1 1 0 0 0 0 6 0 0 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 1 0 23 1 1 1 1 1 1 1 28 0 1 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 1 1 29 1 1 1 1 1 1 1 27 1 1 0 1 0 0 0 13 0 1 0 12 19 21 19 647 20 22 19 0.40 0.63 0.70 0.63 0.67 0.73 0.63 0.60 0.37 0.30 0.37 0.33 0.27 0.37 25.65 25.73 25.05 25.08 26.79 26.62 26.32 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 21.57 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 9.01 0.32 0.76 0.86 0.69 0.64 0.77 0.51 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid

152

159

Lampiran 4 A

Proses Belajar Mengajar

Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media Power Point disertai Animasi Aktivitas Inti Selama Aktivitas Awal Aktivitas Akhir Proses Pembelajaran Aktivitas awal yang dilakukan guru adalah: 1. Memotivasi siswa dengan menayangkan audio-visual (CD/ Media Jadi) tentang Gerak Melingkar dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari baik itu secara mikroskopik maupun secara makroskopik yaitu; alat sentripetal, putaran roda bergigi, komedi putar, drum mollen, mobil yang sedang menaik di puncak ½ lingkaran, mobil yang sedang menurun di dasar ½ lingkaran, gerakan jarum jam, dan sebagainya serta sistem Tata Surya, seperti rotasi bumi, putaran revolusi planet.

1. Guru membimbing 1. Guru membimbing diskusi sebagai moderator siswa untuk membentuk untuk menyimpulkan kelompok, masingtentang besaran-besaran masing 4-5 siswa. Fisika yang terdapat 2. Guru menjelaskan dalam konsep Gerak materi-materi pokok Melingkar, seperti: tentang Gerak periode, frekuensi, laju Melingkar dengan linier, kecepatan sudut, Power Point disertai Animasi. percepatan sentripetal, 3. Guru memberi gaya sentripetal dan kesempatan pada siswa sebagainya. untuk berdiskusi dalam 2. Guru memberikan tugas kelompoknya untuk individual/kelompok memperoleh konsep sebagai pendalaman dan tentang Gerak pengayaan materi. Melingkar. 3. Siswa menjawab 4. Guru membagi soal-soal pertanyaan-pertanyaan latihan dan siswa untuk dikumpulkan. mengerjakannya secara kooperatif dengan saling asah, asuh dan asih (tutor sebaya). 5. Siswa mempresentasikan jawaban soal-soal dengan mewakilkan 2 siswa;sedangkan anggota yang lain menyimak dan mengevaluasinya. 6. Siswa berdiskusi kembali untuk merevisi hasil presentasi sebagai umpan balik untuk ditindaklanjuti kebenarannya.

160

Lampiran 4 B

Proses Belajar Mengajar

Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media MODUL Dilengkapi Alat Peraga Aktivitas Inti Selama Aktivitas Awal Aktivitas Akhir Proses Pembelajaran Aktivitas awal yang dilakukan guru adalah: 1. Memotivasi siswa dengan mendemonstrasikan beberapa alat peraga dan menunjukkan gambar hal-hal yang berkaitan dengan Gerak Melingkar dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari baik itu secara mikroskopik maupun secara makroskopik yaitu; alat sentripetal, putaran roda bergigi, komedi putar, drum mollen, mobil yang sedang menaik di puncak ½ lingkaran, mobil yang sedang menurun di dasar ½ lingkaran, gerakan jarum jam, dan sebagainya serta sistem Tata Surya, seperti rotasi bumi, putaran revolusi planet.

1. Guru membimbing 1. Guru membimbing diskusi sebagai siswa untuk membentuk moderator untuk kelompok, masingmenyimpulkan tentang masing 4-5 siswa. besaran-besaran Fisika 2. Guru membagi Modul dan Lembar Kegiatan yang terdapat dalam Siswa/Student Activity konsep Gerak Sheet serta peralatan Melingkar, seperti: yang akan digunakan, periode, frekuensi, laju yaitu; alat ukur (mistar, linier, kecepatan sudut, stopwatch) dan bahan percepatan sentripetal, seperti massa putar, gaya sentripetal dan massa beban, benang, sebagainya. selongsong kecil (bekas 2. Guru memberikan ballpoint). tugas sebagai 3. Siswa membaca Modul pendalaman dan dan Lembar Kegiatan pengayaan materi. Siswa/Student Activity 3. Siswa menjawab Sheet serta bersamapertanyaan-pertanyaan sama secara kooperatif di Modul dan Lembar dalam kelompoknya Kegiatan merangkai peralatan Siswa/Student Activity Sheet serta membuat untuk percobaan Gerak laporan untuk melingkar. dikumpulkan. 4. Siswa bereksperimen melakukan percobaan Gerak melingkar dan mencatat data-data pengamatan yang diperolehnya. 5. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk memperoleh konsep tentang Gerak Melingkar.

Lampiran 5

SILABUS

Mata Pelajaan : Fisika Kelas/Semester : X/1

Alokasi Waktu per Semester: 36 jam pelajaran

Standar Kompetensi: 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik

Kompetensi Dasar 2.2 Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan

Materi Pembelajaran Gerak melingkar dengan laju konstan  frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linier, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal  Hubugan kecepatan sudut, dan kecepatan linier pada gerak roda berhubungan

Kegiatan Belajar 





Menemukan besaran frekuensi, periode, sudut tempuh, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal dan gaya sentripetal pada gerak melingkar melalui demonstrasi Melakukan percobaan atau diskusi secara berkelompok untuk menyelidiki gerak yang menggunakan hubungan roda-roda Menganalisis gerak melingkar beraturan dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas

Indikator 

Mengidentifikasi besaran frekuensi, periode, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal, dan gaya sentripetal yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan



Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif



Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan

Penilaian

Alokasi Waktu

Penilaian kinerja (sikap dan praktik), laporan praktik, dan tes tertulis

8 jam

Sumber/ Bahan/Alat Sumber: Buku Fisika yang relevan, Modul, Handout Bahan: lembar kerja, bahan presentasi, hasil kerja siswa Alat: alat sentripetal, stop watch, neraca, media presentasi dan alat peraga untuk hubungan roda-roda

Kompetensi Dasar 2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan

Materi Pembelajaran Hukum Newton tentang gerak  Hukum Newton 1  Hukum Newton 2  Hukum Newton 3 Gesekan statis dan kinetis

Kegiatan Belajar

Alokasi Waktu

Penilaian kinerja (sikap dan praktik), laporan praktik, dan tes tertulis

8 jam



Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari

 Menggambar gaya berat, gaya normal, dan gaya tegang tali dalam diskusi pemecahan masalah dinamika gerak lurus tanpa gesekan



Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 2 Newton dalam kehidupan sehari-hari



Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan



Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 3 Newton dalam kehidupan sehari-hari



Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan



Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal



Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar

 Melakukan percobaan gerak benda misalnya dalam bidang miring untuk membedakan gesekan statis dan kinetis

 Melakukan praktik gaya sentripetal

Drs. Edy Pudiyanto NIP. 131624320

Penilaian

 Melakukan percobaan hukum Newton 1 dan 2 secara berkelompok di kelas

 Menghitung percepatan benda dalam sistem yang terletak pada bidang datar, bidang miring, dan sistem katrol dalam diskusi kelas

Mengetahui, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta

Indikator

Sumber/ Bahan/Alat Sumber: Buku Fisika yang relevan Bahan: lembar kerja, hasil kerja siswa, bahan presentasi Alat: kereta dinamik , tiker timer, katrol, beban gantung, media presentasi

Surakarta, Juli 2006 Guru Mata Pelajaran Fisika

Drs. N.Dolly Simon Kusdwiutomo, S.Pd NIP.131470854

163

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas Semester Waktu

: FISIKA : Gerak Melingkar :X : 1(satu) : 8 x 45 menit

A. Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. B. Kompetensi Dasar : 2.2. Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan. C. Indikator : 1. Mengidentifikasi besaran frekuensi, periode, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal,dan gaya sentripetal yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan 2. Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif dan kuantitatif. 3. Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mengidentifikasi besaran frekuensi, periode, laju linier, kecepatan sudut, percepatan sentripetal,dan gaya sentripetal yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan 2. Siswa dapat menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif dan kuantitatif. 3. Siswa dapat menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan. E. Materi Pembelajaran 1. Gerak melingkar 2. Periode 3. Frekuensi 4. Laju linier 5. Kecepatan sudut

164

6. Percepatan sentripetal 7. Gaya sentripetal 8. Hubungan roda-roda F. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pengalaman Belajar a. Gerak melingkar beraturan 1) Mengamati benda yang bergerak melingkar dari alam sekitar atau mendemonstrasikan alat misal : gerak jarum jam dinding, benda yang digantung kemudian diputar horizontal, vertikal, ayunan kerucut, putaran roda atau rotasi bumi. 2) Mendefinisikan konsep dasar besaran-besaran dalam gerak melingkar dari gejala yang diamati, seperti: o Jari-jari putaran (r) o Frekuensi (f) o Periode putaran (T) o Laju linier o Kecepatan sudut (ω) o Percepatan sentripetal (as) o Gaya sentripetal (Fs) 3) Menghubungkan variable pada benda yang melakukan GMB untuk menyusun persamaan atau rumus. 2. Aktivitas Guru a. Memberi petunjuk pada siswa untuk melakukan percobaan b. Memancing pertanyaan yang mengarah tujuan c. Memberi tugas pada siswa d. Merangkum hasil pembahasan G. Media Pembelajaran 1. Media Elektronik: Laptop, Komputer, OHP, LCD, Power Point (disertai Animasi) 2. Media Cetak : Modul (dilengkapi Alat Peraga) H. Tindak lanjut : 1. Siswa dikatakan berhasil jika tingkat pencapaian 75 % atau lebih 2. Memberi program remidi untuk siswa yang pencapaiannya kurang dari 75 % 3. Memberi program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapaiannya di atas 75 %.

165

I. Sumber Bacaan 1. Yohanes Surya (1997), Olimpiade Fisika, Jakarta : Galaxy. 2. Bob Foster (1999), Fisika Jilid I, Jakarta : Erlangga. 3. Marthen Kanginan (2006), Fisika I. Jakarta : Erlangga. 4. Supono, dkk (1976), Energi Gelombang Medan I. Jakarta : Balai Pustaka. 5. Sunardi, Etsa Indra Irawan (2006), Fisika Bilingual X. Bandung: Yrama Widya 6. Efrizon Umar (2004), Fisika dan Kecakapan Hidup X. Bandung:Ganeqa Exact 7. Supiyanto (2006), Fisika X. Jakarta:Phiβeta

Mengetahui, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta

Drs. Edy Pudiyanto NIP. 131624320

Surakarta, Juli 2006 Guru Mata Pelajaran Fisika

Drs. N.Dolly Simon Kusdwiutomo, S.Pd NIP.131470854

166

Sambungan Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas Semester Waktu

: FISIKA : Dinamika Gerak Lurus :X : 1(satu) : 10 x 45 menit

A. Standar Kompetensi: 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. B. Kompetensi Dasar: 2.3. Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan. C. Indikator: 1. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum I Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari 2. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari 3. Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan 4. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari 5. Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan 6. Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal 7. Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar D. Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa dapat mengidentifikasi penerapan prinsip hukum I Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari 2. Siswa dapat mengidentifikasi penerapan prinsip hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari 3. Siswa dapat menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan

167

4. Siswa dapat mengidentifikasi penerapan prinsip hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari 5. Siswa dapat menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan 6. Siswa dapat menerapkan hukum-hukum Newton pada gerak vertikal 7. Siswa dapat menerapkan hukum-hukum Newton pada gerak melingkar. E. Materi Pembelajaran: 2.1.Dinamika Gerak Lurus 2.1.1. Hukum I Newton 2.1.2. Hukum II Newton 2.1.3. Hukum III Newton 2.1.4. Gaya Gesekan F. Langkah-langkah Pembelajaran: 1. Pengalaman Belajar a. Hukum I Newton 1). Melakukan percobaan tentang kelembaman 2). Mengamati dan mencatat peristiwa yang terjadi secara kualitatif. 3). Menyimpulkan dan mendifinisikan hukum kelembaman benda terhadap kondisi benda. 4). Menyebutkan beberapa contoh kejadian yang berhubungan dengan kelembaman. 5). Menerapkan persamaan Hukum I Newton untuk menyelesaikan soal. b. Hukum II Newton 1). Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan efek keterkaitan antara percepatan, massa benda dan gaya yang bekerja pada benda. 2). Menyatakan hubungan besaran-besaran di atas dalam persamaan F = m.a 3). Mendefinisikan percepatan gerak benda dari persamaan Hukum II Newton yang selanjutnya dikenal dengan bunyi Hukum II Newton 4). Mendiskusikan dan menuliskan tentang macam-macam gaya. c. Hukum III Newton 1). Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan efek keterkaitan antara arah, besar gaya yang bekerja pada dua benda/lebih dan menghasilkan resultan nol. 2). Menyatakan hubungan besaran-besaran di atas dalam persamaan matematik: gaya aksi = - gaya reaksi 3). Mendefinisikan hukum III Newton dari percobaan

168

4). Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan efek keterkaitan antara arah, besar gaya yang bekerja pada dua benda/lebih dan menghasilkan resultan sama dengan nol. d. Gaya Gesekan 1). Melakukan percobaan dengan meluncurkan benda di atas lantai 2). Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek. 3). Merumuskan persamaan gaya gesekan secara matematis. 4). Menerapkan persamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 5). Menyelesaikan soal-soal. 2. Aktivitas Guru a. Memberi petunjuk melakukan percobaan b. Memberi pertanyaan yang memancing tercapainya tujuan c. Memberi tugas yang berhubungan dengan peristiwa kehidupan sehari-hari. d. Merangkum hasil belajar. G. Media Pembelajaran 1. Media Elektronik: Laptop, Komputer, OHP, LCD, Power Point (disertai Animasi) 2. Media Cetak : Modul (dilengkapi Alat Peraga) 3. Media lain: Charta, Ticker timer, Kertas grafik, Papan luncur, Penggaris, Stop watch, Kelereng H. Penilaian dan Tindak Lanjut 1. Penilaian : tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian. . 2. Tindak lanjut a. Siswa dikatakan berhasil jika tingkat pencapaiannya 75 % atau lebih b. Memberi program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaiannya kurang dari 75 % c. Memberi program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapaiannya di atas 75 % I. Sumber Bacaan 1. Marthen Kanginan (1999). Fisika SMU Kelas I, Jakarta : Erlangga. 2. Anton J. Esomar ( 1998). Fisika SMU I, Jakarta : Erlangga. 3. Yohanes Surya (1997), Olimpiade Fisika, Jakarta : Galaxy. 4. Bob Foster (1999), Fisika Jilid I, Jakarta : Erlangga.

169

5. Marthen Kanginan (2006), Fisika I. Jakarta : Erlangga. 6. Supono, dkk (1976), Energi Gelombang Medan I. Jakarta : Balai Pustaka. 7. Sunardi, Etsa Indra Irawan (2006), Fisika Bilingual X. Bandung: Yrama Widya 8. Efrizon Umar (2004), Fisika dan Kecakapan Hidup X. Bandung:Ganeqa Exact 9. Supiyanto (2006), Fisika X. Jakarta:Phiβeta Surakarta, Juli 2006 Mengetahui, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta

Drs. Edy Pudiyanto NIP. 131624320

Guru Mata Pelajaran Fisika

Drs.N.Dolly Simon Kusdwiutomo, S.Pd NIP.131470854

170

Lampiran 7 DATA INDUK PENELITIAN (Skor Tes Prestasi Belajar Fisika) Media Pembelajaran (A) Kreativitas (B)

Tinggi (B-1)

Rendah (B-2)

Power Point Disertai Animasi (A-1)

Modul Dilengkapi Alat Peraga (A-2)

92, 95, 73, 81, 84, 92, 89, 81, 70, 81, 95, 97, 92, 78, 76, 70, 70, 70, 73, 84

81, 68, 62, 62, 70, 62, 62, 73, 65, 65, 65, 70, 68, 65, 62, 70, 68, 68, 78, 65

65, 46, 65, 59, 62, 43, 68, 57, 57, 51, 68, 46, 43, 46, 46, 51, 65, 57, 51, 46

43, 59, 46, 59, 57, 59, 59, 54, 59, 59, 54, 59, 54, 57, 54, 59, 59, 57, 49, 51

Keterangan: A-1

: Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi sebagai Kelas Eksperimen

A-2

: Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga sebagai Kelas Kontrol (Pembanding)

B-1

: Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi

B-2

: Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah

172

Sambungan Lampiran 8A 81 0.76 0.2764 81 0.76 0.2764 81 0.76 0.2764 84 0.94 0.3389 84 0.94 0.3389 89 1.24 0.3925 92 1.42 0.4222 92 1.42 0.4222 92 1.42 0.4222 95 1.60 0.4452 95 1.60 0.4452 97 1.72 0.4573 N Sigma Rerata

: : :

40 2735 68.38

Varians SD

: :

275.78 16.61

0.7764 0.7764 0.7764 0.8389 0.8389 0.8925 0.9222 0.9222 0.9222 0.9452 0.9452 0.9573

0.7750 0.7750 0.7750 0.8250 0.8250 0.8500 0.9250 0.9250 0.9250 0.9750 0.9750 1.0000

0.0014 0.0014 0.0014 0.0139 0.0139 0.0425 0.0028 0.0028 0.0028 0.0298 0.0298 0.0427

L0 : 0,1031 Lt (0.05; 40) : 0,1400 Karena L0 = 0,1031 < Lt = 0,1400 maka H0 diterima, kesimpulannya data A1 berdistribusi normal

173

Lampiran 8B Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Pembelajaran Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)(Kelas Pembanding) H0

: Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Kolom A-2 Berdistribusi Normal

H1

: Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Kolom A-2 Tak Berdistribusi Normal

A2 43 46 49 51 54 54 54 54 57 57 57 59 59 59 59 59 59 59 59 59 62 62 62 62 62

zi Ftabel -2.34 0.4904 -1.95 0.4744 -1.57 0.4418 -1.32 0.4066 -0.94 0.3264 -0.94 0.3264 -0.94 0.3264 -0.94 0.3264 -0.56 0.2123 -0.56 0.2123 -0.56 0.2123 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 -0.30 0.1179 0.08 0.0319 0.08 0.0319 0.08 0.0319 0.08 0.0319 0.08 0.0319

Fzi 0.0096 0.0256 0.0582 0.0934 0.1736 0.1736 0.1736 0.1736 0.2877 0.2877 0.2877 0.3821 0.3821 0.3821 0.3821 0.3821 0.3821 0.3821 0.3821 0.3821 0.5319 0.5319 0.5319 0.5319 0.5319

Szi [Fzi-Szi] 0.0250 0.0154 0.0500 0.0244 0.0750 0.0168 0.1000 0.0066 0.2000 0.0264 0.2000 0.0264 0.2000 0.0264 0.2000 0.0264 0.2750 0.0127 0.2750 0.0127 0.2750 0.0127 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.5000 0.1179* 0.6250 0.0931 0.6250 0.0931 0.6250 0.0931 0.6250 0.0931 0.6250 0.0931 bersambung

176

Sambungan Lampiran 8C 81 0.58 0.2190 81 0.58 0.2190 81 0.58 0.2190 81 0.58 0.2190 84 0.87 0.3078 84 0.87 0.3078 89 1.34 0.4099 92 1.62 0.4474 92 1.62 0.4474 92 1.62 0.4474 95 1.90 0.4713 95 1.90 0.4713 97 2.09 0.4817 N Sigma Rerata

: : :

40 2992 74.80

Varians SD

: :

112.78 10.62

0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.8078 0.8078 0.9099 0.9474 0.9474 0.9474 0.9713 0.9713 0.9817

0.7750 0.7750 0.7750 0.7750 0.8250 0.8250 0.8500 0.9250 0.9250 0.9250 0.9750 0.9750 1.0000

0.0560 0.0560 0.0560 0.0560 0.0172 0.0172 0.0599 0.0224 0.0224 0.0224 0.0037 0.0037 0.0183

L0 : 0,1386 Lt (0.05; 40) : 0,1400 Karena L0 = 0,1386 < Lt = 0,1400 maka H0 diterima, kesimpulannya data B1 berdistribusi normal

178

Sambungan Lampiran 8D 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 59 0.58 0.2190 62 1.01 0.3438 65 1.44 0.4251 65 1.44 0.4251 65 1.44 0.4251 68 1.87 0.4693 68 1.87 0.4693 N Sigma Rerata

: : :

40 2199 54.98

Varians SD

: :

48.54 6.97

0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.7190 0.8438 0.9251 0.9251 0.9251 0.9693 0.9693

0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8500 0.8750 0.9500 0.9500 0.9500 1.0000 1.0000

0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.1310* 0.0312 0.0249 0.0249 0.0249 0.0307 0.0307

L0 : 0,1310 Lt (0.05; 40) : 0,1400 Karena L0 = 0,1310 < Lt = 0,1400 maka H0 diterima, kesimpulannya data B2 berdistribusi normal

179

Lampiran 8E Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1/Sel-1) H0 H1

: Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel- 1Berdistribusi Normal

: Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel- 1Tak Berdistribusi Normal

A1B1 70 70 70 70 73 73 76 78 81 81 81 84 84 89 92 92 92 95 95 97

zi F tabel -1.28 0.3997 -1.28 0.3997 -1.28 0.3997 -1.28 0.3997 -0.96 0.3315 -0.96 0.3315 -0.65 0.2422 -0.44 0.1700 -0.12 0.0478 -0.12 0.0478 -0.12 0.0478 0.19 0.0754 0.19 0.0754 0.72 0.2642 1.04 0.3508 1.04 0.3508 1.04 0.3508 1.35 0.4115 1.35 0.4115 1.56 0.4406

N Sigma Rerata

: : :

20 1643 82.15

Varians SD

: :

90.13 9.49

Fzi 0.1003 0.1003 0.1003 0.1003 0.1685 0.1685 0.2578 0.3300 0.4522 0.4522 0.4522 0.5754 0.5754 0.7642 0.8508 0.8508 0.8508 0.9115 0.9115 0.9406

Szi [Fzi-Szi] 0.2000 0.0997 0.2000 0.0997 0.2000 0.0997 0.2000 0.0997 0.3000 0.1315* 0.3000 0.1315* 0.3500 0.0922 0.4000 0.0700 0.5500 0.0978 0.5500 0.0978 0.5500 0.0978 0.6500 0.0746 0.6500 0.0746 0.7000 0.0642 0.8500 0.0008 0.8500 0.0008 0.8500 0.0008 0.9500 0.0385 0.9500 0.0385 1.0000 0.0594 L0 : 0,1315 Lt (0.05; 20) : 0,1900 Karena L0 = 0,1315 < Lt = 0,1900 maka H0 diterima, kesimpulannya data A1B1 berdistribusi normal

180

Lampiran 8F Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2/Sel-2) H0 H1

: Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 2 Berdistribusi Normal : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 2 Tak Berdistribusi Normal

A1B2 43 43 46 46 46 46 46 51 51 51 57 57 57 59 62 65 65 65 68 68

zi F tabel -1.33 0.4082 -1.33 0.4082 -0.98 0.3365 -0.98 0.3365 -0.98 0.3365 -0.98 0.3365 -0.98 0.3365 -0.41 0.1591 -0.41 0.1591 -0.41 0.1591 0.27 0.1064 0.27 0.1064 0.27 0.1064 0.50 0.1915 0.85 0.3023 1.19 0.3830 1.19 0.3830 1.19 0.3830 1.53 0.4370 1.53 0.4370

N : Sigma : Rerata :

20 1092 54.60

Varians SD

76.46 8.74

: :

Fzi 0.0918 0.0918 0.1635 0.1635 0.1635 0.1635 0.1635 0.3409 0.3409 0.3409 0.6064 0.6064 0.6064 0.6915 0.8023 0.8830 0.8830 0.8830 0.9370 0.9370

Szi [Fzi-Szi] 0.1000 0.0082 0.1000 0.0082 0.3500 0.1865* 0.3500 0.1865* 0.3500 0.1865* 0.3500 0.1865* 0.3500 0.1865* 0.5000 0.1591 0.5000 0.1591 0.5000 0.1591 0.6500 0.0436 0.6500 0.0436 0.6500 0.0436 0.7000 0.0085 0.7500 0.0523 0.9000 0.0170 0.9000 0.0170 0.9000 0.0170 1.0000 0.0630 1.0000 0.0630 L0 : 0,1865 Lt (0.05; 20) : 0,1900 Karena L0 =0,1865 < Lt = 0,1900 maka H0 diterima, kesimpulannya data A1B2 berdistribusi normal

181

Lampiran 8G Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1/Sel-3) : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 3 Berdistribusi Normal : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 3 Tak Berdistribusi Normal

H0 H1

A2B1 62 62 62 62 62 65 65 65 65 65 68 68 68 68 70 70 70 73 78 81 N Sigma Rerata Varians SD

zi F tabel -1.04 0.3508 -1.04 0.3508 -1.04 0.3508 -1.04 0.3508 -1.04 0.3508 -0.47 0.1808 -0.47 0.1808 -0.47 0.1808 -0.47 0.1808 -0.47 0.1808 0.10 0.0398 0.10 0.0398 0.10 0.0398 0.10 0.0398 0.48 0.1844 0.48 0.1844 0.48 0.1844 1.06 0.3554 2.01 0.4778 2.58 0.4951

: : :

20 1349 67.45

: :

27.63 5.26

Fzi 0.1492 0.1492 0.1492 0.1492 0.1492 0.3192 0.3192 0.3192 0.3192 0.3192 0.5398 0.5398 0.5398 0.5398 0.6844 0.6844 0.6844 0.8554 0.9778 0.9951

Szi [Fzi-Szi] 0.2500 0.1008 0.2500 0.1008 0.2500 0.1008 0.2500 0.1008 0.2500 0.1008 0.5000 0.1808* 0.5000 0.1808* 0.5000 0.1808* 0.5000 0.1808* 0.5000 0.1808* 0.7000 0.1602 0.7000 0.1602 0.7000 0.1602 0.7000 0.1602 0.8500 0.1656 0.8500 0.1656 0.8500 0.1656 0.9000 0.0446 0.9500 0.0278 1.0000 0.0049 L0 : 0,1808 Lt (0.05; 20) : 0,1900 Karena L0 = 0,1808 < Lt = 0,1900 maka H0 diterima, kesimpulannya data A2B1 berdistribusi normal

182

Lampiran 8H Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2/Sel-4) : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 4 Berdistribusi Normal : Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika pada Sel 4 Tak Berdistribusi Normal

H0 H1

A2B2 43 46 49 51 54 54 54 54 57 57 57 59 59 59 59 59 59 59 59 59 N Sigma Rerata Varians SD

zi F tabel -2.58 0.4951 -1.96 0.4750 -1.33 0.4082 -0.91 0.3186 -0.28 0.1103 -0.28 0.1103 -0.28 0.1103 -0.28 0.1103 0.35 0.1368 0.35 0.1368 0.35 0.1368 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764 0.76 0.3764

: : :

20 1107 55.35

: :

22.87 4.78

Fzi 0.0049 0.0250 0.0918 0.1814 0.3897 0.3897 0.3897 0.3897 0.6368 0.6368 0.6368 0.8764 0.8764 0.8764 0.8764 0.8764 0.8764 0.8764 0.8764 0.8764

Szi [Fzi-Szi] 0.0500 0.0451 0.1000 0.0750 0.1500 0.0582 0.2000 0.0186 0.4000 0.0103 0.4000 0.0103 0.4000 0.0103 0.4000 0.0103 0.5500 0.0868 0.5500 0.0868 0.5500 0.0868 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* 1.0000 0.1236* L0 : 0,1236 Lt (0.05; 20) : 0,1900 Karena L0 = 0,1236 < Lt = 0,1900 maka H0 diterima, kesimpulannya data A2B2 berdistribusi normal

183

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas variansi mempergunakan teknik Uji Bartlett, dengan rumus sebagai berikut:

 2  In10B   ni  1 log si2  s 2   ni  1s i2 /  ni  1



B  log s i2

 n

i

 1

Teknik ini digunakan untuk menguji H 0 :  12   22 ....   k2 melawan H 1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas varians dilakukan pada varians kelompok (sel) 1,2,3, dan 4. Hasil pengujian disajikan berikut ini. Hipotesis Statistik: H 0 :  A21B1   A21B 2   A2 2 B1   A2 2 B 2 H

1

: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlett Sampel

dk

1 (A1B1) 2 (A1B2) 3 (A2B1) 4 (A2B2) Jumlah

19 19 19 19 76

1/(dk) 0,05 0,05 0,05 0,05 -

s2 i 90,13 76,46 27,63 22,87 -

log s2i 1,9549 1,8834 1,4414 1,3593 -

(dk) log s2i 37,1425 35,7853 27,3862 25,8261 126,1401

184

Sambungan Lampiran 9 Varians gabungan dari 4 kelompok tersebut adalah sbb.: s

2

= 

19 (90,13) +19 (76,46) + 19(27,63) +19(22,87) 19 + 19+ 19 + 19 1712,47  1452,74  524,97  434,53 5084,21   66,89 76 76

sehingga log s2 = 1,8254 dan B = (1,8254) (76) = 138,7304 2 = (2,3026) (138,7304 –126,1401) = 28,9904 Perhitungan uji Bartlett menghasilkan

2 sebesar 28,9904

Dari tabel distribusi Chir-kuadrat dengan dk = 3 pada taraf  = 0,05 diperoleh t2 0,95 (3) = 7,81 Ternyata bahwa 2 = 28,9904 > 7,81 sehingga hipotesis H 0 :  A21B1   A21B 2   A2 2 B1   A2 2 B 2 diterima dalam taraf  = 0,05

Dengan demikian, hipotesis nol yang menyatakan bahwa varians-varians pada kelompok 1 (sel A1-B1), kelompok 2 (sel A1-B2), kelompok 3 (sel A2-B1), dan kelompok 4 (sel A2-B2) adalah sama. Kesimpulannya adalah varians – varians antar sel (kelompok) tersebut homogen.

154

Lampiran 10A Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-2,X-8 SMA Negeri 7 Surakarta (Kelas Eksperimen) Resp. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Skor 65 46 65 92 59 95 62 43 73 81 68 84 57 92 89 57 51 68 81 70 81 46 43 95 97 46 46 92 51 78 76 70 65 70 57 51 70 73 84 46

Kategori Kreativitas Tinggi / Rendah RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH

186

Lampiran 10B Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-1, X-4 SMA Negeri 7 Surakarta (Pembanding/Kontrol) Resp. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Skor 43 81 68 59 62 62 46 59 57 70 62 62 59 59 73 54 59 59 54 65 59 65 54 65 70 68 65 62 57 70 54 68 59 68 78 59 57 65 49 51

Kategori Kreativitas Tinggi / Rendah RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH

186

188

Lampiran 11 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Perhitungan dengan Teknik Statistik Dua Jalan No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Total Mean Modus Median Varians SD Max. Min. Range

A1 (2) 92 95 73 81 84 92 89 81 70 81 95 97 92 78 76 70 70 70 73 84 65 46 65 59 62 43 68 57 57 51 68 46 43 46 46 51 65 57 51 46 2735 68.38 46 69 275.78 16.61 97 43 54

2

(A1) No. (3) (4) 8464 1 9025 2 5329 3 6561 4 7056 5 8464 6 7921 7 6561 8 4900 9 6561 10 9025 11 9409 12 8464 13 6084 14 5776 15 4900 16 4900 17 4900 18 5329 19 7056 20 4225 21 2116 22 4225 23 3481 24 3844 25 1849 26 4624 27 3249 28 3249 29 2601 30 4624 31 2116 32 1849 33 2116 34 2116 35 2601 36 4225 37 3249 38 2601 39 2116 40 197761 Total Mean Modus Median Varians SD Max. Min. Range

2

(A2) A2 (5) (6) 81 6561 68 4624 62 3844 62 3844 70 4900 62 3844 62 3844 73 5329 65 4225 65 4225 65 4225 70 4900 68 4624 65 4225 62 3844 70 4900 68 4624 68 4624 78 6084 65 4225 43 1849 59 3481 46 2116 59 3481 57 3249 59 3481 59 3481 54 2916 59 3481 59 3481 54 2916 59 3481 54 2916 57 3249 54 2916 59 3481 59 3481 57 3249 49 2401 51 2601 2456 153222 61.40 59 60.50 62.14 7.88 81 43 38

2

(B1) No. B1 No. B2 (7) (8) (9) (10) (11) 1 92 8464 1 65 2 95 9025 2 46 3 73 5329 3 65 4 81 6561 4 59 5 84 7056 5 62 6 92 8464 6 43 7 89 7921 7 68 8 81 6561 8 57 9 70 4900 9 57 10 81 6561 10 51 11 95 9025 11 68 12 97 9409 12 46 13 92 8464 13 43 14 78 6084 14 46 15 76 5776 15 46 16 70 4900 16 51 17 70 4900 17 65 18 70 4900 18 57 19 73 5329 19 51 20 84 7056 20 46 21 81 6561 21 43 22 68 4624 22 59 23 62 3844 23 46 24 62 3844 24 59 25 70 4900 25 57 26 62 3844 26 59 27 62 3844 27 59 28 73 5329 28 54 29 65 4225 29 59 30 65 4225 30 59 31 65 4225 31 54 32 70 4900 32 59 33 68 4624 33 54 34 65 4225 34 57 35 62 3844 35 54 36 70 4900 36 59 37 68 4624 37 59 38 68 4624 38 57 39 78 6084 39 49 40 65 4225 40 51 Total 2992 228200 Total 2199 Mean 74.80 Mean 54.98 Modus 70 Modus 59 Median 70 Median 57 Varians 112.78 Varians 48.54 SD 10.62 SD 6.97 Max. 97 Max. 68 Min. 62 Min. 43 Range 35 Range 25

2

(B2) (12) 4225 2116 4225 3481 3844 1849 4624 3249 3249 2601 4624 2116 1849 2116 2116 2601 4225 3249 2601 2116 1849 3481 2116 3481 3249 3481 3481 2916 3481 3481 2916 3481 2916 3249 2916 3481 3481 3249 2401 2601 122783

160

Sambungan Lampiran 12 7. Rekapitulasi Perhitungan Statistik Deskriptif untuk Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 = A2B1) Total Mean Modus Median Varians SD Max. Min. Range

1349 67,45 62 66,50 27,63 5,26 81 62 19

8. Rekapitulasi Perhitungan Statistik Deskriptif untuk Data Skor Tes Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 = A2B2) Total Mean Modus Median Varians SD Max. Min. Range

1107 55,35 59 57 22,87 4,78 59 43 16

161

Lampiran 13A Rangkuman Besaran-besaran Statistik yang Diperlukan dalam Anava Faktorial 2x2 Berdasarkan Lampiran 8 dan 9 di depan, besaran-besaran statistik yang diperlukan untuk analisis dengan teknik Anava dua jalur pada desain faktorial 2x2 dapat diketahui sebagaimana dituangkan dalam tabel berikut ini. Media Pembelajaran (A) Kreativitas (B)

Statistik

n

TINGGI (B-1)

X X

2

X S2 S n

RENDAH (B-2)

X X

2

X S2 S n

k

X X X S2 S

2

Power Point (A-1)

Modul (A-2)

b

20 1643

20 1349

40 2992

136685

91515

228200

82,15 90,13 9,49 20 1092

67,45 27,63 5,26 20 1107

74,80 112,78 10,62 40 2199

61076

61707

122783

54,60 76,46 8,74 40 2735

55,35 22,87 4,78 40 2456

54,98 48,54 6,97 80 5191

197761

153222

350983

68,38 275,78 16,61

61,40 62,14 7,88

64,89 179,14 13,38

193

Lampiran 13B Hasil Analisis Data Inferensial dengan Teknik Statistik ANAVA (Analisis Varians) Dua Jalan untuk Pengujian Hipotesis Langkah-langkah Perhitungan: 1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total atau JK (T) =

X

2 t

= 350983

dengan db = (a-1)(b-1) (n) = (2-1) (2-1) (80) = 80

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Rerata atau JK (rerata) dengan rumus sbb:

 X 

2

t

nt



51912 80



26946481  336831,01 80

dengan db = 1

3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total Reduksi atau JK (TR) dengan rumus sbb.: JK (TR)

= JK (T) – JK (rerata) = 350983 – 336831,01 = 14151,99

dengan db = (a-1)(b-1) (n) –1 = (2-1)(2-1)(80) – 1 = 1 x 1 x 80 – 1 = 79

4. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Kelompok atau JK (AK) dengan rumus sbb.:

 X   X  =  2

JK  AK 

i

ni



t

nt

16432  10922  13492  1107 2  51912 20

20

20

20

80

194

 134972,45  59623,20  90990,05  61272,45  336831,01

= 346858,15-336831,01 = 10027,14 dengan db = a – 1 = 2-1 = 1

5. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok JK (DK) dengan rumus sbb.: JK  DK  =

X

 X  

2

2 i

ni

2  1643 = 136685 

20

2  1092   61076 

20

2  1349   91515 

20

2  1107   61707 

20

= (1712,55) + (1452,80) + (524,95)+ (434,55) = 4124,85 dengan db = ab (n-1) = 2x2 (20-1) = 76

6. Menghitung Jumlah Kuadrat Total Reduksi atau JK (TR) dengan rumus sbb.: JK (TR) = JK (AK) + JK (DK) -----hasilnya harus sama besarnya dengan langkah 3 = 10027,14 + 4124,85 = 14151,99 dengan db = (a-1)(b-1) (n) -1 = 1 x 1 x 80 -1 = 79

7. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar = JK (A) yang meliputi Jumlah Kuadrat : a. Antar Kolom dengan rumus sebagai berikut:

195

 X   X   X     2

JK ( A)

2

k1

2

k2

nk1

t

nk 2

nt

2 2 2  2735  2456   5191   

40

40

80

 187005,62  150798,4  336831,01

= 973,01 dengan db = b-1 = 2-1 = 1

b. Antar Baris dengan rumus sebagai berikut:

 X   X   X     2

JK ( AB )

2

b1

nb1



2

b2

t

nb 2

nt

29922  2199 2  51912 40

40

80

 223801,6  120890,02  336831,01

= 7860,61 dengan db = a-1 = 2-1 = 1

8. Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi atau JK (I) dengan rumus sbb.: JK (i )  JK ( AK )  JK ( AB )  JK ( A)

= 10027,14 – 7860,61 –973,01 = 1193,52 dengan db = (a-1) (b-1) =1x1 =1

196

9. Memasukkan hasil hitungan yang telah diperoleh ke dalam Tabel ANAVA berikut Tabel ANAVA Dua Jalur pada Desain Faktorial 2x2 Sumber Variasi Antar Kolom (A) Antar Baris (B) Interaksi (AXB) Antar Kelompok Dalam Kelompok Total Direduksi Rerata Total

db

JK

RJK

1 973,01 1 7860,61 1 1193,52 3 10027,14 76 4124,85 79 14151,99 1 336831,01 80 350983

973,01 7860,61 1193,52 3342,38 54,27 179,13 336831,01 4387,28

F-hitung (Fh)

F-tabel (Ft)

17,92 144,84 21,99 -

3,97 3,97 3,97 -

-

-

10. Menentukan atau Menetapkan Kriteria Pengujian a. Jika untuk antarkolom Fh > Ft, maka terdapat perbedaan yang signifikan. b. Jika untuk antarbaris Fh > Ft, maka terdapat perbedaan yang signifikan. c. Jika untuk interaksi Fh > Ft, maka terdapat interaksi.

11. Menafsirkan Hasil Pengujian dan Menarik Simpulan Dari hasil pengujian analisis varians dua jalur dapat diketahui untuk: a. Kolom,

Fh = 17,92 > Ft

= 3,97, maka terdapat perbedaan signifikan

antarkolom. Simpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga. b. Baris, Fh = 144,84 > Ft = 3,97 maka terdapat perbedaan signifikan antarbaris. Simpulannya adalah terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar

197

Fisika antara siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi dengan siswa yang memiliki Kreativitas Rendah. c. Interaksi, Fh = 21,99 > Ft = 3,97 maka terdapat interaksi. Simpulannya adalah terdapat interaksi antara Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga dengan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa.

Karena terdapat perbedaan yang signifikan antarkolom dan antarbaris, maka untuk mengetahui manakah di antara rerata ( X 1 , X 2 , X 3 danX 4 ) yang lebih tinggi secara signifikan, perlu dilakukan uji lanjut dengan Uji Tukey (sebab besar sampel antara dua kelompok sama besar, yaitu N=20)

12. Melakukan uji lanjut dengan Uji Tukey Hipotesis Statistik untuk Uji Beda Rerata 1) H 0 :  A1   A 2

H 1 :  A1   A 2 2) H 0 :  B1   B 2

H 1 :  B1   B 2

antarkolom

antarbaris

3) H 0 :  A1B1   A1B 2

H 1 :  A1B1   A1B 2 4) H 0 :  A1B1   A 2 B1

H 1 :  A1B1   A 2 B1

antara sel 1 dan sel 2

antara sel 1 dan sel 3

198

5) H 0 :  A1B1   A 2 B 2

H 1 :  A1B1   A 2 B 2 6) H 0 :  A1B 2   A 2 B1

H 1 :  A1B 2   A 2 B1 7) H 0 :  A1B 2   A 2 B 2

H 1 :  A1B 2   A 2 B 2 8) H 0 :  A 2 B1   A 2 B 2

H 1 :  A 2 B1   A 2 B 2

antara sel 1 dan sel 4

antara sel 2 dan sel 3

antara sel 2 dan sel 4

antara sel 3 dan sel 4

Rumus Tuckey

Q

X

i

 X j

RJKD n

Keterangan: Q = Angka Tuckey Xi = rerata kelompok ke-i

Xj

= rerata kelompok ke-j

n = banyak data tiap kelompok ni =nj RJKD = Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok

RJKD = n

54,27 = 1,647 (dibulatkan 1,65) dengan n = 20 (sel) 20

RJKD = n

54,27 = 1,164 (dibulatkan 1,16) dengan n = 40 (kolom) 40

Perhitungan: Q1 

68,38  61,40  6,02 > 2,73 (Qt untuk n = 40,α = 0,05) 1,16

signifikan

199

Q2 

74,8  54,98  17,09 > 2,73 (Qt untuk n = 40, α = 0,05) signifikan 1,16

Q3 

82,15  54,6  16,7 > 4,08 (Qt untuk n = 20, α = 0,05) signifikan 1,65

Q4 

82,15  67,45  8,91 > 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) signifikan 1,65

Q5 

82,15  55,35  16,24 > 4,08 (Qt untuk n = 20, α = 0,05) signifikan 1,65

Q6 

54,6  67,45  7,79 < 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) tak signifikan 1,65

54,6  55,35  0,45 < 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) tak signifikan 1,65 67,45  55,35 Q8   7,33 > 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) signifikan 1,65

Q7 

Kesimpulan: 1. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi lebih baik hasilnya daripada siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga. 2. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasilnya daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.

200

3. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasilnya daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah apabila mereka diajar dengan Media Power Point disertai Animasi. 4. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga pada mereka yang memiliki kreativitas tinggi . Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih efektif (cocok) diajar dengan Media Power Point disertai Animasi daripada diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga. 5. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Media Power Point disertai Animasi lebih efektif atau cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi, dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga lebih efektif atau cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. 6. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas rendah dengan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat

201

Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Artinya, penggunaan Media Power Point disertai Animasi maupun Media Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak berpengaruh pada peningkatan Prestasi Belajar Fisika siswa baik yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah. 7. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas rendah, kedua metode tersebut tidak ada pengaruhnya dalam peningkatan Prestasi Belajar Fisika siswa. 8. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, penggunaan Media Modul dilengkapi Alat Peraga lebih efektif atau cocok dalam meningkatan Prestasi Belajar Fisika mereka daripada yang memiliki kreativitas rendah.