PENGGUNAAN UNSUR BAHASA JAWA NOVEL ORANG-ORANG ...

69 downloads 607440 Views 159KB Size Report
Hasil penelitian menunjukkan (1) penggunaan bentuk bahasa Jawa yang terdiri atas kata dasar, kata turunan ... puisi, cerpen, novel dan sebagainya. linguistik ...
PENGGUNAAN UNSUR BAHASA JAWA NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI Juniastuti Minasari 1 Roekhan 2 Ida Lestari 2 Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No 5 Malang E-mail: [email protected] ABSTRACT: This research aims to describe the usage of Javanese language elements in a novel titled Orang-Orang Proyek written by Ahmad Tohari. This research is conducted qualitatively. The research data is derived from linguistic explanation. The data collection employs technique of documentation. The research results in three conclusions, namely (1) usage of form in Javanese language including word stem, derived words, and phrases, (2) usage of meaning in Javanese language comprising connotative meaning, contextual meaning, and symbolic meaning, and (3) usage of function in Javanese language including function of cultural communication and imaginative function. Keyword: usage of language, elements of Javanese language, novel ABSTRAK: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penggunaan unsur bahasa Jawa novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Data penelitian berupa paparan kebahasaan. Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan (1) penggunaan bentuk bahasa Jawa yang terdiri atas kata dasar, kata turunan, dan frasa; (2) penggunaan makna bahasa Jawa yang terdiri atas makna konotatif, makna kontekstual dan makna simbolik; (3) penggunaan fungsi bahasa Jawa yang terdiri atas fungsi komunikasi kultural dan fungsi imajinatif. Kata kunci: penggunaan bahasa, unsur bahasa Jawa, novel

Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi. Dalam berinteraksi antarkelompok tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dalam hal mengungkapkan ide, gagasan, perasaan dan keinginan untuk saling menunjukkan keberadaannya. Salah satu fungsi bahasa adalah fungsi imajinatif, yaitu penulis sastra dapat menuangkan idenya pada karya sastra seperti puisi, cerpen, novel dan sebagainya. linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007:01). Akan tetapi dalam mengaji bahasa di dalam karya sastra peneliti dapat mengaji melalui stilistika. style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 2008:113). Bahasa yang dituangkan melalui karya memiliki diksi dan gaya bahasa yang khas dimiliki masing-masing pengarang sebagai wujud pikiran seseorang dalam bentuk karya sastra yang dapat dinikmati masyarakat, sehingga pembaca dapat meneliti bahasa yang digunakan pengarang melalui kajian stilistika yaitu ilmu yang mengkaji tentang bahasa di dalam sebuah karya sastra. 1

Juniastuti Minasari adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia-Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia-Universitas Negeri Malang 2 Roekhan dan Ida Lestari adalah dosen jurusan Sastra Indonesia-Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Universitas Negeri Malang

Unsur bahasa adalah bagian terkecil dari suatu bahasa. Ketika kita berbicara dengan orang lain dalam bahasa Jawa, hal yang perlu diperhatikan adalah kaidah tata bahasa Jawa. Dalam kaitannya dengan kaidah tata bahasa, bahasa Jawa juga mengenal tata bahasa. Tata bahasa Jawa atau gramatikal Jawa disebut paramasastra. paramasastra bahasa Jawa meliputi (1) sintaksis (cabang ilmu bahasa atau linguistik yang membahas hubungan antar kalimat); (2) morfologi (cabang linguistik yang membahas tentang bentuk kata, terutama bentuk polimorfemis atau kata turunan dan unsur-unsur pembentuknya); (3) fonologi (cabang linguistik yang membahas bunyi bahasa berdasarkan fungsinya); (4) wacana (cabang linguistik yang membahas struktur penataan kalimat di dalam suatu teks sehingga membentuk satu kesatuan yang lengkap serta padu); (5) pragmatik (cabang linguistik yang membahas struktur bahasa sebagai alat komunikasi dalam hubungannya dengan aspek situasi tutur yang bersifat ekstralingual). Berdasarkan uraian di atas, fokus kajian penelitian ini adalah kata, pembentukan kata, dan frasa. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, mempunyai satu arti (Chaer, 2007:162). Sedangkan frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2007:225). Selain kajian tentang bentuk, kajian makna dalam bahasa penting bagi penelitian bahasa. Dalam kajian semantik secara umum dikenal adanya makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual, dan makna idiomatikal. Tiga yang pertama dilihat dari tahap penggunaan bahasa; sedangkan yang keempat dilihat sebagai kekhususan dalam penggunaan bahasa (Chaer, 2007:29). Kajian selanjutnya adalah fungsi bahasa Jawa. Dalam konteks yang lebih luas Halliday (dalam Aminudin, 1995:4) mengemukakan terdapatnya sejumlah fungsi bahasa sebagai berikut. (1) instrumental, yakni fungsi bahasa yang dapat digunakan untuk memenuhi keperluan materi tertentu, misalnya “saya ingin”; (2) regulatori, bahasa yang berfungsi dalam mengatur hubungan seseorang dengan orang lain, misalnya “melakukan sesuatu sebagaimana yang anda kemukakan”; (3) interaksional, bahasa berfungsi menjalin hubungan di antara seseorang atau kelompok maupun bentuk-bentuk hubungan sosial pada umumnya, misalnya, “saya dan kamu”; (4) personal, bahasa berfungsi untuk mengemukakan keberadaan ataupun ekspresi diri, misalnya,”ini saya datang”; (5) heuristik, bahasa berfungsi untuk mengeksplorasi dunia kehidupan, misalnya “ceritakan padaku mengapa”; (6) imajinatif, dalam arti bahasa berfungsi untuk mengekspresikan dunia kehidupan secara imajinatif sebagaimana penafsiran seseorang misalnya, “mari kita pura-pura”; (7) informatif, yakni fungsi bahasa untuk mengemukakan atau mengkomunikasikan informasi baru, misalnya “saya mendapatkan sesuatu yang menarik untuk saya kemukakan.” Penelitian ini menelaah salah satu novel karya Ahmad Tohari (2007) yang berjudul Orang-Orang Proyek. Peneliti tertarik untuk meneliti unsur-unsur bahasa Jawa. Di dalam karya Ahmad Tohari ini terdapat percampuran bahasa jawa yang mendominasi di dalam karyanya. Peneliti ingin mendeskripsikan (1) bentuk bahasa Jawa meliputi bentuk morfologis pada tataran kata dan bentuk sintaksis pada

tataran frasa; (2) makna bahasa Jawa yang meliputi makna konotatif, makna kontekstual dan makna simbolik; (3) fungsi bahasa Jawa sebagai fungsi komunikasi dan fungsi imajiatif yang dikaitkan dengan budaya. Adapun tujuan penelitian ini mendeskrpsikan (1) bentuk bahasa Jawa dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari; (2) makna bahasa Jawa pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, (3) fungsi bahasa Jawa pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan unsur bahasa Jawa yang meliputi bentuk, makna, dan fungsi bahasa Jawa dalam novel Orang-Orang Proyek (OOP) karya Ahmad Tohari. Data penelitian berupa paparan kebahasaan, data dalam penelitian ini adalah unsur bahasa Jawa yang terdapat dalam novel OOP Karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa kutipan, kata, frasa, klausa dari novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Data dalam penelitian ini adalah unsur bahasa Jawa yang terdapat dalam novel OOP Karya Ahmad Tohari, yaitu bentuk bahasa Jawa, makna yang terkandung di dalamnya, dan fungsi bahasa Jawa. Sumber penelitian adalah novel OOP yang menjadi sumber data adalah novel OOP Karya Ahmad Tohari, Penerbit Gramedia tahun 2007 dengan jumlah halaman 220, dan tempat terbitnya di Jakarta. Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai unsur bahasa Jawa yaitu dengan melakukan penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam teknik pengumpulan data meliputi (1) membaca novel Orang-Orang Proyek secara keseluruhan, (2) memahami isi novel yang telah dibaca dan berkaitan erat dengan masalah penggunaan unsur bahasa Jawa, (3) menganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan pengklasifikasian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tabel bentuk bahasa Jawa, makna bahasa Jawa, dan fungsi bahasa Jawa. Analisis data penelitian diolah melalui langkah-langkah (1) mengumpulkan data bahasa dari teks novel yang mengandung kosa-kata bahasa Jawa; (2) mengidentifikasi data yang menggunakan kosa-kata bahasa Jawa; (3) mengklasifikasikan data berdasarkan bentuk bahasa Jawa, makna bahasa Jawa, dan fungsi bahasa Jawa; (4) menyimpulkan hasil penelitian. Langkah-langkah penelitian dimulai dari tahap pra penelitian meliputi (1) menetapkan karya yang akan diteliti, novel; (2) mengadakan kajian pustaka terhadap beberapa referensi; (3) mempersiapkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Tahap penelitian meliputi (1) mengumpulkan data atau dokumen yang akan diteliti; (2) menentukan pedoman analisis; (3) menganalisis data. Analisis dilakukan terutama pada bentuk penggunaan unsur bahasa Jawa, makna penggunaan unsur bahasa Jawa, dan fungsi penggunaan unsur bahasa Jawa. Tahap

pasca penelitian meliputi (1) menganalisis dan mengintepretasi bentuk bahasa Jawa, makna bahasa Jawa, dan fungsi bahasa Jawa berdasarkan pedoman analisis selanjutnya menjelaskan bentuk bahasa Jawa, makna bahasa Jawa dan fungsi bahasa Jawa dalam novel OOP; (2) membuat simpulan.

HASIL Secara keseluruhan penggunaan bahasa Jawa yang ditemukan di dalam novel Orang-Orang Proyek adalah 292 data yang terdiri atas kata dan frasa. Masalah yang dianalisis dan dibahas dalam penelitian ini adalah (1) penggunaan bentuk bahasa Jawa, (2) penggunaan makna bahasa Jawa, dan (3) penggunaan fungsi bahasa Jawa dalam novel Orang-Orang Proyek (OOP) karya Ahmad Tohari. Bentuk Bahasa Jawa dalam Novel Orang-Orang Proyek Penggunaan bentuk bahasa Jawa terdiri atas bentuk dasar (tembung lingga) dan bentuk turunan (tembung owah). Bentuk turunan (tembung owah) meliputi kata jadian (tembung andhahan), kata ulang (tembung rangkep), kata majemuk (tembung camboran) dan diklasifikasikan berdasarkan jenis kata (jinise tembung). Kata dasar adalah bentuk yang paling dasar atau belum mengalami perubahan. Di dalam novel ini sebagian besar masih menggunakan bentuk dasar pada pilihan katanya, seperti pada kutipan berikut. (1) Di siang hari proyek itu menjadi kota kecil di tengah bulak yang sepi dan kering. (OOP/15/2007). Data (1) terdapat suatu unsur kalimat, berupa kata yang termasuk ke dalam bentuk dasar dan belum mengalami perubahan. Kata turunan adalah kata-kata yang telah mengalami perubahan dari dasarnya. Kata turunan terdiri atas kata jadian (tembung andhahan), kata ulang (tembung rangkep) dan kata majemuk (tembung comboran). Kata jadian dapat dibentuk dengan cara diberi (a) ater-ater (awalan) (n), (ny), (m), (ng); tak-, ko-, di- , ka-, ke-, sa-, pra-, tar-, kuma-, kap--i, a, ma-, pan-, pam-, pang-, dsb, (b) diberi seselan (sisipan): um, in, er, el, (c) diberi panambang (akhiran): a, i,e, an, en, ana, ake, na, ne, ku, mu, seperti pada kutipan berikut. (2) Tepatnya, mengapa aku dulu mengalah kepada desakan Bapak, Emak, Paman, menginginkan aku ikut nyalon? (OOP/ 85/ 2007). Data (2) kata nyalon= ny+calon. Kata dasarnya adalah calon mendapatkan awalan n- menjadi nyalon yaitu jenis kata kerja (tembung kriya). Kata ulang atau tembung rangkep yang dapat dipilah-pilah menjadi tembung dwilingga, dwipurwa, dwiwasana. dwilingga salin swara : olah-oleh, golak-golek, dwipurwo: ayem-ayem, iwak-iwak, dwiwasana : cekik+ik = cekikik. Kata majemuk adalah dua kata yang digabung menjadi satu, adapun kata-katanya ada yang utuh dan ada juga yang disingkat, seperti pada kutipan berikut. (3) Saya bisa mengerti bila Mas Kabul tidak ingin jadi perwira militer, karena saat ini banyak perwira yang ora merwirani lagi. Yang saya maksud dengan perwira adalah parawira. (OOP/135/2007).

Data (3) kata Perwira adalah tembung Comoran yang kata awalnya menjadi keterangan kata yang kedua. Perwira = Para+Wira yang termasuk jenis kata benda (tembung aran). Frasa adalah satuan gramatikal non predikatif yang terdiri atas dua kata atau lebih. Frasa Endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya, seperti pada kutipan berikut. (4) Dan desing langau pitek yang kering menusuk telinga (OOP/125/2007). Data (4) langau pitek, kata pitek sebagai komponen atasan, sedangkan kata langau sebagai komponen bawahan. Frasa langau pitek termasuk ke dalam frasa sifat (frasa kaanan). Dalam penggunaan bentuk bahasa Jawa terbagi menjadi 5 yaitu penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud kata dasar sebanyak 79.10 %, penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud kata turunan adalah 16.43%, penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud frasa adalah 3.42 %, penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud klausa adalah 1.02 %. Makna Bahasa Jawa dalam Novel Orang-Orang Proyek Sesuai dengan lingkup penelitian, pembicaraan makna meliputi, (1) makna konotatif, (2) makna kontekstual, dan (3) makna simbolik. Setiap karya sastra memiliki keunikan dalam pemilihan kosa-kata, kosa-kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda pula, sehingga peneliti menganalisis makna berdasarkan (1) makna konotatif, (2) makna kontekstual dan (3) makna simbolik. Makna denotatif adalah makna sebenarnya. Makna denotatif disebut juga makna leksikal sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Makna konotatif memiliki nilai makna emotif yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain atau berkonotasi positif, seperti pada kutipan berikut. (5) “Kabul tak pernah keberatan atas kehadiran Tante Ana selama dia tidak berada terlalu dekat dengan para pekerja yang sedang lembur. Maka malam ini Kabul menyilakan Tante Ana mbarang sepuasnya di halaman kantor proyek.” (OOP/58/2007). Data (5) makna kata mbarang adalah mengamen atau bermain musik dari pintu ke pintu untuk mendapatkan uang. Kata mbarang menggambarkan kegiatan tokoh Tante Ana yang meghibur orang-orang proyek dan orang-orang di sekitar yang berada di dalam lokasi tersebut. Para pekerja (bukan pekerja kantor) memiliki kebiasaan pada saat mereka beristirahat mereka akan melakukan kegiatan santai seperti bernyanyi bersama. Kata mbarang memiliki nilai makna emotif yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain, atau berkonotasi positif karena memiliki nilai rasa yang baik dari pada kata ngamen. Makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakai ujaran tersebut. Konteks terdiri dari konteks linguistik dan nonlinguistik. Konteks nonlinguistik mencakup dua hal, yaitu hubungan antara kata

dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau juga disebut konteks sosial, seperti pada kutipan berikut. (6) “Kita tinggalkan tempat ini dan singgah ke rumah orang-tuamu, terus ke rumah Biyung. Bagaimana?” (OOP/220/2007). Kata biyung makna sebenarnya adalah ibu. Kata biyung dipakai untuk menyapa ibu, sapaan ini masih sangat tradisional. Kata biyung digunakan oleh masyarakat menengah kebawah. Kata biyung digunakan oleh tokoh Kabul untuk menyebut ibunya yang mencerminkan keadaan keluarga yang sederhana. Jadi penggunaan kata biyung cocok digunakan untuk nuansa kejawaan. Makna simbolik adalah makna yang dimilki oleh tanda (symbol) yang memberitahukan sesuatu hal kepada sesorang. Kata yang kita dengar atau dibaca disebut lambang (symbol), seperti pada kutipan berikut. Pada bagian pertama novel OOP kata mbulu sering digunakan di dalam novel OOP. Pengarang menggunakan salah satu pohon yang dalam bahasa Jawa disebut dengan pohon bulu/mbulu, kutipannya sebagai berikut. (7) “Tapi pohon mbulu itu masih kukuh di sana. Mungkin karena ia tumbuh di tanah cadas serta terlindung batu-batu...” (OOP/05/2007). Data (7) terdapat penyisipan bahasa Jawa pada tataran kata sehingga kata mbulu memiliki makna jenis pohon (sebangsa pohon apak/beringin). Menggambarkan salah satu jenis pohon (pohon mbulu) yang kokoh terdapat di sekitar sungai Cibawor. Pada novel OOP kata mbulu digambarkan sebuah pohon yang besar dan rindang tidak hanyut diterjang banjir. Seperti pada keterangan berikut. Pohon Mbulu / sejenis pohon beringin

Ciri-ciri

Besar, tinggi, rindang

Fungsi

tempat berlindung makhluk lain dari panas, hujan, dll

Berdasarkan kutipan di atas pohon mbulu dimaknai sebagai kekuasaan orangorang besar atau pemerintahan yang fungsi utamanya adalah melindungi masyarakat akan tetapi pada akhirnya orang-orang kecil tidak dapat lagi mempercayainya.

Fungsi Bahasa Jawa dalam Novel Orang-Orang Proyek Fungsi bahasa adalah peran sebuah unsur bahasa. Pembicaraan tentang fungsi bahasa Jawa dalam novel OOP yaitu fungsi BJ sebagai fungsi komuikasi kultural atau budaya dan fungsi Imajinatif dalam arti bahasa berfungsi untuk mengekspresikan dunia kehidupan secara imajinatif. Fungsi kultural adalah fungsi yang berkaitan dengan sistem kebudayaan dan sistem sosial masyarakat sehari-hari. Fungsi bahasa Jawa dalam berkomunikasi terbatas pada lingkungan berbahasa, seperti pada kutipan berikut. (8) Dalkijo telah berhasil mentas dari kubang kemelaratan dan ingin menikmati sendiri status sosialnya yang baru sebagai orang kaya anyaran. (OOP/ 60/2007). Data (8) memiliki fungsi sebagai media komunikasi antar anggota keluarga dalam bentuk lisan, menunjukkan pertalian hubungan atar pekerja dalam konteks pembicaraan orang-orang yang berasal dari etnis Jawa

Fungsi Imajinatif dalam arti bahasa berfungsi untuk mengekspresikan dunia kehidupan secara imajinatif. Latar kebudayaan timbul dari sebuah keadaan yang mengacu pada manusianya. Dalam Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari terdapat aspek latar budaya jawa dengan adanya kata-kata yang mendeskripsikan mengenai latar budaya Jawa. Latar budaya adalah keadaan atau kondisi yang terjadi pada masyarakat dengan pengetahuan dan tingkah laku yang tercipta dari suatu kelompok sosial. Oleh karena itu, latar budaya Jawa dirangkaiakan dengan konsepkonsep budaya budaya Jawa. Upaya untuk memahami konsep budaya Jawa akan mengarah ke pemahaman nilai-nilai, konsepsi-konsepsi serta paham yang akan membimbing tindakan dan yang memberi makna pada pengalaman dan lingkungan masyarakat Jawa. Bila ditinjau dari segi regionalitasnya, kebudayaan Jawa dapat dibedakan menjadi beberapa macam, seperti unsur-unsur makanan, upacara, kesenian, unggahungguh basa, dan sebagainya. Masyarakat Jawa masih membeda-bedakan antara golongan priyayi yang terdiri atas pegawai negeri dan golongan terpelajar, golongan wong cilik yang terdiri dari petani, pekerja kasar lainnya. Golongan masyarakat Jawa dilihat dari penggunaan bahasa Jawa yang dikaitkan dengan golongan masyarakat priyayi dan wong cilik. Seperti pada kutipan berikut. (9) P1: Wah, bagus sekali. Tak tahunya Pak Tarya pandai main suling? P2: “Eh, Mas Kabul? Aduh, saya jadi malu. Aduh, kok sampeyan sampai di tempat terpencil ini?” P1: “Jujur saja karena, meskipun hanya lamat-lamat, saya mendengar suara serulingmu.” P2: “Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing dan Pak Tarya. (OOP/2007/05). Percakapan antara Kabul dan Pak Tarya menunjukkan konsep budaya wong cilik, karena penggunaan kata sampeyan dalam bahasa bahasa Jawa tengahan masih dianggap rendah. Kata ganti untuk menyebut anda atau kamu dalam bahasa Jawa tengah yang lebih tinggi derajatnya adalah panjenengan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh tokoh Kabul da Pak Tarya yang memang berasal dari desa. PEMBAHASAN Dalam novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari, pada umumnya termasuk sebagai dialog tutur yang multilingual karena selain bahasa Jawa juga terdapat bahasa Sunda dan bahasa Inggris yang digunakan dalam setiap dialog dan kosa-kata yang dipakai. Pembahasan meliputi (1) pembahasan penggunaan bentuk bahasa Jawa, (2) pembahasan pengguaan makna bahasa Jawa, dan (3) pembahasan penggunaan fungsi bahasa Jawa dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari (OOP).

Bentuk Bahasa Jawa dalam novel Orang-Orang Proyek Dalam penggunaan bentuk bahasa Jawa yaitu penggunaan bentuk bahasa Jawa berwujud kata sebanyak 79.10 %, penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud kata

turunan adalah 16.43%, penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud kata turunan adalah 3.42 %, penggunaan unsur bahasa Jawa berwujud kata turunan adalah 1.02 %. Sehingga kajian difokuskan pada kata dan frasa. Bahasa Jawa dalam novel OOP memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap kata. Bentuk yang terdapat dalam novel OOP terdiri atas bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk yang paling mendominasi adalah bentuk dasar. Sesuai dengan latar cerita dari novel OOP penggunaan bentuk-bentuk bahasa Jawa digunakan untuk menjelaskan karakter dari novel yang menggunakan latar daerah Jawa. Pemakaian bentuk bahasa Jawa diperlukan untuk menunjukkan sejauh mana nuansa budaya Jawa yang didukung oleh tokoh-tokoh cerita di dalamnya. Bentuk bahasa Jawa menunjukkan latar belakang masyarakat, latar waktu, dan keadaan masyarakatnya yaitu latar budaya Jawa. Bahasa dilihat dari wujud pemakaian atau penggunaannya bervariasi dan beragam. Keragaman itu terutama disebabkan adanya faktor-faktor sosial dan faktor situasi yang beragam dan bervariasi (Subroto,dkk., 1997: 28). Bentuk bahasa Jawa pada karya-karya Ahmad Tohari menggunakan bahasa ibu atau bahasa asli dari pengarang yaitu bahasa Banyumas. Appel (dalam Subroto, dkk., 1997: 29) menyebutkan faktor situasi tutur mencakup (1) relasi-relasi, diantara pemeran atau peserta tutur yang terlibat, tidak saja antara penutur dan mitra tutur, tetapi juga antara atasan dan bawahan, antara guru dan siswa; (2) pokok pembicaraan atau topik, diantaranya termasuk fokus dan orientasi siswa; (3) tempat dan aktifitas atau situasi di mana peristiwa tutur itu terjadi; (5) kanal atau saluran tutur yang dipakai. Keempat faktor situasti tersebut dapat berpengaruh terhadap pemilihan bentuk-bentuk tutur. Ketika salah satu tokoh digambarkan dalam novel tersebut yang berasal dari etnis Jawa berdialog dengan rekan seetnisnya, maka bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Jawa yang sangat kental dan khas meskipun mereka mencampurkan dengan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh dalam novel OOP berasal dari Jawa. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tentang penggunaan unsur bahasa Jawa novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari penggunaan bentuk dasar atau bentuk asli mendominasi. Makna Bahasa Jawa Novel Orang-Orang Proyek Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem, jadi makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal. (Chaer, 2007: 292). Sedangkan makna konotasi pada dasarnya timbul karena masalah hubungan sosial atau hubunga interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya (Keraf, 2008:29). Pembahasan tentang makna bahasa Jawa ini didasarkan pada hubungan sosial: menentukan kata berdasarkan nilai rasa menyenangkan dan kebencian, menunjukkan nilai atau makna emotif antara daerah satu dengan lainnya khususnya etnik Jawa yang kental pada latar dan penokohan dan menentukan kata berdasarkan kesopanan bahasa. Bahasa Jawa juga mengenal kesopanan bahasa atau disebut unggah-ungguh basa, terdapat pada nilai rasa yang muncul pada penggunaan bahasa Jawa. Pengarang

memberikan nilai rasa pada bahasa Jawa dalam karya-karyanya. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang ingin menunjukkan etnis Jawa yang kental dari setiap bahasa dalam karyanya. Selain makna denotatif dan konotatif yang dianalis dalam penelitian ini, terdapat makna kontekstual. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut (Chaer, 2007: 292). Pembahasan tentang makna kontekstual BJ meliputi ciri-ciri bahwa dialog maupun uraian mempergunakan bahasa yang sesuai dengan situasi atau kedudukan sosialnya masing-masing. Bahasa yang digunakan bukan hanya sekedar masalah linguistik akan tetapi memiliki makna non linguistik yaitu masalah kemasyarakatan. Di dalam novel OOP ini didukung oleh budaya Jawa dan tokohtokoh cerita dari sosiobudaya Jawa. Maka kosa-kata bahasa Jawa novel OOP banyak menggunakan bahasa Jawa dalam dialog maupun deskripsi. Kata-kata dalam bahasa Jawa tersebut tidak dapat diganti oleh bahasa lain. Apabila diganti ke dalam bahasa lain, maka maknanya akan berbeda. Makna yang dianalisis selanjutnya adalah makna simbolik. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Karya sastra adalah sistem tanda bermakna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut semiotik. Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda. Perce (dalam Pateda, 2001: 29) menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan meganalisisnya menjadi ide, objek, da makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu. Seperti yang diungkapkan A.H. Baker (dalam Herusatoto, 2000: 22) simbolis bahasa. Pertama, manusia hanya sadar dalam bahasa, angan-angan yang memakai fantasi dan konsep-konsep. Kedua, bahasa simbolis menciptakan situasi simbolis pula. Ketiga, bahasa simbolis terletak diantara bahasa mitis dan alegoris seperti halnya pula berlaku dalam tindakan simbolis. Keempat, dalam diri manusia terdapat tendensi untuk mempertahankan simbolisme kuno. Makna simbol dari kata Jawa dalam novel OOP yang terdapat di dalam kata benda yang ditafsirkan sendiri oleh pembaca, sesuai dengan tema dari cerita OOP ini, yang menceritakan kehidupan penguasa proyek dan orang-orang kecil (orang-orang bawah). Makna sombolik yang diungkap dalam penelitian ini adalah berdasarkan tema kehidupan Orang-Orang Proyek yang erat hubungannya dengan masyarakat Jawa. Di dalam makna simbolis novel OOP terdapat makna yang penuh dengan tanda-tanya, dapat diberi makna oleh masing-masing pembaca. Peneliti memaknai sebuah bahasa yang memiliki simbol politik yang ditafsirkan oleh peneliti. Fungsi Bahasa Jawa Novel Orang-Orang Proyek Menurut Widada (dalam Mulyana, 2006) fungsi linguis adalah fungsi yang menempatkan bahasa sebagai alat atau sarana komunikasi masyarakat sehari-hari, sedangkan fungsi kultural adalah fungsi bahasa yang berkaitan dengan sistem kebudayaan dan sistem sosial masyarakat sehari-hari. Fungsi kultural atau budaya

tidak lepas dari media komunikasi baik lisan maupun tulisan. Fungsi kultural dianalisis berdasarkan fungsi komunikasi, sehingga fungsi kultural bahasa Jawa terbatas pada lingkungan bahasa. Fungsi bahasa Jawa berdasarkan geografis hanya terbatas pada lingkungan bahasa seperti bahasa keluarga sebagai media komunikasi antar anggota pada lingkungan keluarga baik lisan maupun tulisan., bahasa hubungan dinas pekerjaan antarpekerja yang berasal dari etnis Jawa/dengan etnis Jawa dengan etnis lain yang mengerti bahasa Jawa, bahasa hubungan bisnis jual beli antar pembeli yang berasal dari etnis Jawa/dari etnis Jawa dengan etnis lain yang mengerti bahasa Jawa, bahasa penerangan antarpara pamong praja, penyuluh pertanian, dan sebagainya kepada rakyat etnis Jawa di desa-desa, dan bahasa budaya tradisional sebagai media komunikasi dalam pentas upacara-upacara tradisional (Wedhawati, 2006: 24). Berdasarkan fungsi kultural bahasa, fungsi bahasa yaitu sebagai media komunikasi antar anggota keluarga dalam bentuk lisan, meunjukkan pertalian hubungan kekeluargaan antara ibu dan anak dalam konteks pembicaraan di wilayah orang-orang Jawa dan berfungsi sebagai hubungan dinas pekerjaan antarpekerja yang berasal dari etnis Jawa. Sehubungan fungsi bahasa berkaitan dengan unggah-ungguh basa. Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah bahasa, juga harus memperhatikan siapa orang yang diajak bicara. Pengarang banyak menggunakan bahasa santai atau kesetaraan pergaulan karena sesuai dengan latar tempat, suasana, dan waktu dalam cerita OOP ini. Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua, adapun fungsinya untuk bercakap-cakap atau berbicara mencakup (1) orang tua kepada anak, cucu, atau pada anak mud lainnya; (2) percakapan orang-orang sederajat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia; (3) atasan pada bawahannya, juga menggunakan basa ngoko; (4) dipakai pada saat ngunandika, sebab yang diajak berbicara adlah diri sendiri tentu saja tidak perlu penghormatan (Purwadi, 2005:2-3). Tokoh-tokoh dalam novel OOP ini menggunakan bahasa santai sesuai dengan konteks tempat yang banyak menggunakan alam sekitar yang digambarkan oleh penulis dengan apik, konteks waktu yang santai atau tidak resmi, dan suasana yang santai pula. Masing-masing pengarang memiliki keunikan gaya. Dalam menciptakan karya sastra (novel) penggunaan gaya bahasa diperlukan untuk memperindah sebuah karya sastra dan menunjukkan bahwa karya tersebut imajinasi pengarang. Apabila sebuah bahasa sudah ada perubahan makna entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu dianggap memiliki gaya (Keraf, 2008:129). Gaya bahasa memiliki fungsi yaitu fungsi imajinatif, selain kejujuran, kejelasan, serta kesingkatan sebagai langkah dasar, fungsi dari sebuah karya sastra adalah fungsi imajinasi yaitu penuh daya khayal, maka gaya bahasa harus menarik. Sebuah gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi) (Keraf, 2008:129).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan hasil penelitian berkaitan dengan penggunaan unsur bahasa Jawa yang

meliputi bentuk bahasa Jawa, makna bahasa Jawa dan fungsi bahasa Jawa. Saran berisi sumbangan pikiran penelitian berdasarkan hasil simpulan. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, ditemukan 292 kosa-kata bahasa Jawa yang terdiri penyisipan unsur berupa kata dasar sebanyak 79.10%, penyisipan unsur berupa kata turunan sebanyak 16.43%, penyisipan unsur berupa frasa sebanyak 3.42 %, penyisipan unsur berupa klausa 1.02 %. Dalam novel OOP Ahmad Tohari masih menggunakan bahasa ibu atau bahasa asli Ahmad Tohari. Makna bahasa Jawa diklasifikasikan berdasarkan (1) makna konotatif, (2) makna kontekstual, dan (3) makna simbolik. Makna konotatif sebagian besar menggunakan nilai rasa yang positif dan menggunakan bahasa yang sopan. Makna kata bahasa Jawa digunakan sesuai konteks masyarakat dan budaya Jawa. Makna simbolik kata mbulu, kata tersebut berhubungan dengan tema tentang kekuasaan orang-orang besar dan kehidupan orang-orang kecil. Fungsi bahasa Jawa novel OOP yaitu fungsi komunikasi kultural. Fungsi komuikasi kultural berhubungan dengan etnis Jawa, dan kehidupan Jawa. Fungsi berdasarkan fungsi untuk percakapan atau pembicaraan antar tokoh berdasarkan stratifikasi sosialnya. Selanjutya fungsi yang dianalisis berdasarkan fungsi imajiatif. Fungsi imajinatif yaitu penuh daya khayal. Fungsi imajinasi ditunjukkan latar budaya Jawa. Saran Berdasarkan hasil yang ditemukan dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa hal (1) Setelah melakukan penelitian tentang penggunaan unsur bahasa Jawa novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari, peneliti menyarankan agar masyarakat penutur bahasa Indonesia dan khususnya penutur bahasa Jawa tidak menutup diri terhadap perkembangan variasi bahasa Jawa karena dapat memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa. Simpulan kedua terdapat hasil makna bahasa Jawa diklasifikasikan berdasarkan, makna konotatif, makna kontekstual, dan makna simbolik. (2) Untuk novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari perlu adanya glosarium atau arti dari bahasa Jawa karena tidak semua pembaca karya Ahmad Tohari yang banyak menyisipkan bahasa Jawa di dalam karya-karyanya berasal dari Jawa. Fungsi bahasa Jawa novel OOP yaitu fungsi komunikasi kultural atau budaya yang meliputi fungsi kata dan frasa yang dilihat dari fungsi kebudayaan. Selanjutya fungsi yang dianalisis berdasarkan fungsi imajiatif. Fungsi imajinatif yaitu penuh daya khayal. Fungsi imajinasi ditunjukkan latar budaya Jawa, kosakata yang dipakai pengarang. (3) Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengaji penggunaan unsur bahasa Jawa yang dapat dilihat dari segi kata, frasa, klausa, dan kalimat pada novel-novel lain atau pada novel karya Ahmad Tohari. Selain itu mengaji sebuah bahasa dalam karya sastra yang dilihat berdasarkan fungsi yang lain.

DAFTAR RUJUKAN Aminudin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya sastra. Semarang: Semarang Press Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme dalam budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Mulyana. 2006. Artikel Pencerminan Budaya Dalam Perilaku Kode-Kode Bahasa (Sikap Kultural Masyarakat Jawa dalam Bahasanya). Universitas Negeri Yogyakarya Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta Purwadi. 2005. Bahasa Jawa Krama Inggil. Yogyakarta: Hanan Pustaka Subroto, E. Wiranto, M. Paino. Soewarno, T. & Kasmadi, A. 1997. Telaah Linguistik atas Novel Tirai Menurun Karya N.H. Dini. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Tohari, Ahmad. 2007. Orang-Orang Proyek. Jakarta: PT. Gramedia Wedhawati. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Dari GoogleLibrary, (Online), (http://www.google.com), diakses pada 13 Februari 2012