peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas xi ips 2 ...

33 downloads 414 Views 463KB Size Report
*Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang. **Dosen Jurusan ... Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2dari hasil wawancara dengan .
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 2 SMANEGERI1TURENPADA POKOK BAHASAN TURUNANDENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) Denis Puranama Sari*, Rustanto Rahardi** Universitas Negeri Malang Email: [email protected], [email protected] Abstract: This research describes the process of improving students’ level of activity and learning outcomes in XI IPS 2 class SMA Negeri 1 Turen in the topic of integral, algebra function, by applying cooperative learning method, Team Game Tournament (TGT). Data is taken by test, observation. TGT method is applied through 5 phases; 1) class presentation, when the teacher explains the outline of the materials and allows the students to do the guided exercises, 2) team, which means creating groups that each consists of 4-5 students with heterogeneous ability, 3) game, is when the students discuss the group worksheet and presents the results of the discussion, 4) tournament, is when students in similar ability level are doing quiz, and 5) group appreciation. Keywords : Activity, learning outcomes, improving activity, improving learning outcomes, Team Game Tournament (TGT)

Matematika sebagai bagian dari pengetahuan, memiliki ciri dan karakteristik tertentu yang salah satu ciri dari matematika adalah objeknya bersifat abstrak (Hudojo, 2003: 145). Turunan merupakan salah satu objek matematika yang bersifat abstrak. Keabstrakan dari objek matematika sulit dihafalkan. Untuk memahami objek atau konsep matematika yang bersifat abstrak dibutuhkan keaktifan siswa dalam pembelajarannya. Hermawan (2007: 83) keaktifan siswa dalam belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip belajar matematika yang tertuang pada NCTM dalam utami (2009: 2) adalah β€œ Student must learn mathematics with understanding actively building new knowledge from experience and prior knowledge”. Namun pada kenyataannya di SMA Negeri 1 Turen pembelajaran matematika masih menempatkan siswa sebagai peserta didik yang sifatnya pasif. Cara belajar seperti inilah yang menyebabkan siswa sulit memahami konsep matematika, sehingga siswa yang tidak dapat memahami konsep matematika akan menarik diri ketika diskusi dan kelas didominasi hanya oleh beberapa siswa saja. Sehingga banyak siswa yang tidak menyukai matematika dan menganggap matematika membosankan dan menakutkan. Hal ini disebabkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa yang rendah. Untuk merubah kedua anggapan itu dibutuhkan pembelajaran matematika yang dapat melibatkan semua siswa secara aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Chotimah (2010: 269) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status.Berdasarkan pendapat tersebut, TGT memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk belajar secara aktif . Adanya tahap turnament pada *Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang **Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

pembelajaran kooperatif tipe ini, memberikan suatu metode berlatih soal yang baru terhadap siswa. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan dan keterlibatan belajar (Chotimah, 2010: 269) . Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2dari hasil wawancara dengan guru matapelajaran matematika, di kelas tersebut siswanya memiliki kemampuan yang heterogen. Selain itu berdasarkan hasil observasi awal, ketika pembelajaran kelas ini didominasi oleh beberapa siswa saja. Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas 4-5 siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestrasi akdemik, jenis kelamin dan ras (Chotimah, 2010: 271). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan peneliti memilih model pembelajaran koopertif tipe TGT daripada model pembelajaran kooperatif yang lain. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe teams games turnamen (TGT) diharapkan semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Pada tahap belajar tim siswa yang berkemampuan lebih tinggi diharapkan dapat membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah dalam pemahaman konsep, sehingga siswa yang berkemampuan rendah tidak menarik diri ketika pembelajaran dan hasil belajarnya meningkat. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen pada pokok bahasan Turunan dengan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) dan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen pada pokok bahasan Turunan. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pembelajaran turunan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini kehadiran peneliti sebagai instrument utama. Peneliti sebagai perancang, pelaksanaan, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data sampai pelapor hasil. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen sebagai sumber data primer karena siswa tersebut yang akan melaksanakan proses dan juga memperlihatkan perubahan yang terjadi akibat tindakan. Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen, yang berjumlah 34 siswa yang terdiri atas 14 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Peneliti sebagai guru juga berperan sebagai sumber data primer. Selain itu sumber data juga diperolah dari hasil pengamatan yang ditulis pada lembar observasi. Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu data tentang proses pembelajaran, data ini menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe TGT meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara dan catatan lapangan.

Data yang dianalisis adalah keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa. Adapun analisisnya sebagai berikut: 1. Keaktifan belajar siswa Keaktifan belajar siswa diobservasi dengan lembar observasi keaktifan belajar siswa yang berisi indikator keaktifan yang harus dicapai siswa. Penilaian pada lembar observasi ini adalah dengan menentukan persentase keatifan setiap siswa. Persentase keaktifan Siswa (PKS) diperoleh dengan rumus jumlah indikator yang terpenuhi 𝑃𝐾𝑆 = jumlah indikator keselur uhan π‘₯ 100% (Diadobsi dari Utami, 2011) Tabel 1 Kriteria keaktifan Siswa Persentase

Kategori

75% < π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ ≀ 100%

Sangat baik.

50 % < π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ ≀ 75%

Baik

25% < π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ ≀ 50 %

Cukup

0 ≀ π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ ≀ 25%

Kurang

Indikator keaktifan yang harus dicapai siswa antara lain 1) memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, 2) menjawab pertanyaan guru, 3) mengajukan pertanyaan kepada guru dan siswa lain, 4) mencatat penjelasan guru dan hasil diskusi, 5) membaca materi, 6) memberikan pendapat ketika diskusi, 7) mendengarkan pendapat teman, 8) memberikan tanggapan, 9) berlatih menyelesaikan latihan soal, 11) berani mempresentasikan hasil diskusi, 12) mampu memecahkan masalah ketika turnamen, dan 13) berminat mengikuti turnamen. 2.

Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan tingkat pemahaman kognitifnya yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan evaluasi. Hasil kognitif siswa ditentukan dari skor perolehan dari hasil pengerjaan soal test pada masing-masing siklus. Perhitungan skor kognitif (SK) setiap siswa menggunakan rumus sebagai berikut: π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿπ‘—π‘Žπ‘€π‘Žπ‘π‘Žπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž 𝑆𝐾 = π‘₯ 100 π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š Tabel 3 Kriteria tingkat pencapaian hasil belajar matematika Skor kognitif 81-100 61-80 41-60 21-40 00-20

Kriteria Sangat baik baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika minimal 75% siswanya aktif, siswa dikatakan aktif jika persentase keaktifan siswa 𝑃𝐾𝑆 > 50%. Selain itu jika rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa pada tes sebelumnya dan minimal 75% siswanya mencapai nilai SKBM (minimal 75). HASIL SIKLUS I Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan guru matapelajaran matematika mengenai materi yang akan diajarkan, menyusun RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan materi turunan fungsi aljabar, menyusun LKK, menyusun perlengkapan turnamen, menyusun soal tes dan rubrik penilaiannya, menyusun kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa secara heterogen, menyusun lembar observasi keaktifan siswa dan keterlaksanaan pembelajaran, serta menyusun pedoman penskoran. Selain itu dilakukan validasi untuk instrument pembelajaran dan instrument penelitian. validasi ini dilakukan oleh dosen jurusan matematika UM. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 26 maret, 2 april dan 3 april 2013. Pelaksanaan pembelajaran dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan RPP yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada pelaksanaannya, peneliti bertindak sebagai guru dengan dibantu oleh 3 observer, yaitu 1 guru mata pelajaran matematika dan 2 teman sejawat. Observasi Observasi keterlaksanaan pembelajaran Tabel 4Hasil Observasi Terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-

Observer

Persentase

Kategori

I II I II I II

83% 79% 90% 83% 89% 78% 83,67%

Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik

1 2 3 Rata-rata

Dari tabel 4terlihat bahwa keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Turnament)yang diadakan peneliti menghasilkan persentase rata-rata(RP)83,67%. Hal ini berarti keterlaksanaan pembelajaran TGT tersebut masuk dalam kategori β€œSangat baik”. Sehingga peneliti berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tepat.

Observasi keaktifan siswa Hasil observasi terhadap keaktifan siswa selama pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Turnament ) adalah dari 34 siswa terdapat 6 siswa yang kriteria keaktifannya cukup, 27 siswa yang kriteria keaktifannya baik, dan 1 siswa yang kriteria keaktifannya sangat baik. Hal ini berarti terdapat 79, 41% siswanya aktif sehingga kelas XI IPS 2 dapat dikatakan aktif. Rata-rata keaktifan siswa kelas XI IPS 2 adalah 59,41% dan termasuk dalam kategori baik. Observasi Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa siklus I diperoleh dari nilai tes I. Tes I diadakan pada pertemuan ketiga, hari Rabu, 3 April 2013 dengan alokasi waktu 45 menit. Hasil belajar siswa pada tes I menunjukkan terdapat 10 siswa yang nilainya β‰₯ 75 dan 24 siswa yang nilainya dibawah 75. Persentase banyaknya siswa yang mencapai nilai SKBM (β‰₯ 75) adalah 29,42%. Persentase ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai SKBM kurang dari 75%, sehingga pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I dikatakan kurang berhasil. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes I diketahui bahwa masih banyak kendala yang dihadapi dalam siklus I antaranya: (1) siswa kurang dapat memahami materi sebelumnya yang berhubungan dengan turunan, (2) kurangnya jumlah LKK yang dibagikan guru pada tiap kelompok, (3) penempatan siswa pada meja turnamen yang kurang merata, (4) siswa tidak terbiasa dengan diskusi kelompok, (5) sebagian besar siswa tidak memperhatikan presentasi jawaban temannya di depan kelas, (6) turnamen kurang berjalan lancar karena masih banyak siswa yang tidak memahami aturan mainnya. Kendala-kendala pada siklus I ini perlu dilakukan perbaikan yang diperlukan diantaranya: (1) memberikan penjelasan dan latihan soal yang berkaitan dengan materi sebelumnya, (2) membagikan LKK sejumlah anggota kelompoknya, (3) menempatkan perwakilan setiap kelompok disetiap tingkatan soal, (4) memberikan bimbingan ketika diskusi kelompok, (5) memberikan masukkan kepada siswa mengenai tujuan dan pentingnya diadakan presentasi jawaban oleh teman sebaya, (6) membagikan lembar aturan turnamen di setiap meja turnamen. SIKLUS II Perencanaan Tindakan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Materi yang dibahas samadengan materi turunan pada siklus I yaitu mengenai turunan fungsi aljabar. Tindakan yang direncanakan, yaitu menyusun RPP model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam 2 x pertemuan, menyusun LKK, perlengkapan turnamen, dan soal tes II, membagi siswa dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa secara heterogen sesuai nilai tes I dan mengkonsultasikan RPP, LKK, dan soal tes II kepada dosen pembimbing.

Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa, tanggal 9 dan 23 April 2013. Pelaksanaan pembelajaran dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan RPP yang menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe TGT. Pada pelaksanaannya, peneliti bertindak sebagai guru dengan dibantu oleh 3 observer, yaitu 1 guru mata pelajaran matematika dan 2 teman sejawat.

Observasi Observasi keterlaksanaan pembelajaran Tabel5Hasil Observasi Terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II

Pertemuan Ke-

Observer

Persentase

Kategori

I II I II

92,3% 88,9% 87,2% 88,9% 89, 32 %

Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

1 2 Rata-rata

Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Turnament)yang diadakan peneliti menghasilkan persentase rata-rata(RP)89,32 %. Hal ini berarti keterlaksanaan pembelajaran TGT tersebut masuk dalam kategori β€œSangat baik”. Sehingga peneliti berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tepat. Observasi Keaktifan siswa Siswa kelas XI IPS 2 berjumlah 34 siswa, tetapi ketika pembelajaran yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2013 ada 3 siswa yang keaktifannya nol hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak mengikuti pembelajaran. Dari 31 siswa yang hadir terdapat 26 siswa yang kriteria keaktifannya baik, dan 5 siswa yang kriteria keaktifannya sangat baik. Hal ini berarti 100% siswanya aktif, sehingga kelas XI IPS 2 dapat dikatakan aktif. Observasi Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa siklus II meliputi hasil belajar koginitif berupa hasil tes II. Tes II diadakan pada pertemuan kedua hari Selasa, 23 April 2013 dengan alokasi waktu 45 menit. Hasil belajar siswa pada tes II menunjukkan terdapat 28 siswa yang nilainya β‰₯ 75 dan 6 siswa yang nilainya dibawah 75. Sehingga persentase banyaknya siswa yang tuntas (nilai minimal 75) dalam mengerjakan soal tes II adalah 82,35%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 80,41. Hal ini berartipelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II dikatakan berhasil dan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2. Refleksi Berdasarkan hasil observasi siklus II diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa tergolong baik dan sesuai dengan RPP. Kegiatansiswa yang baik ini terlihat dari semua siswa telah lebih

aktif berdiskusi bersama kelompoknya tanpa banyak bimbingan dari guru dan siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain jika belum memahami materi. Pada pembelajaran siklus II seluruh siswa telah dapat dikatakan aktif dan terdapat 82,35% dari 34 siswa yang nilai tes II β‰₯ 75 (tuntas). Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan sudah dapat tercapai. Oleh karenanya itu pemberian tindakan dikatakan telah berhasil dan dihentikan. PEMBAHASAN Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, sistem skor kemajuan individudimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin: 2005, 163). Langkahlangkah dari model TGT adalah presentasi kelas, tim, game, turnamen dan rekognisi tim. Pada siklus I, sebelum melakukan pembelajaran model TGT di kelas XI IPS 2 peneliti membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil secara heterogen sesuai hasil nilai ulangan harian materi limit. Masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil pembagian kelompok ini, maka pada saat pembelajaran terdapat 8 kelompok. Pembagian kelompok dimaksudkan agar siswa dapat berbagi informasi atau pengetahuan dengan cara berdiskusi dan saling bekerja sama dalam satu kelompok. Hal itu berakibat siswa dapat dengan mudah mengikuti pembelajaran sehingga tujuan belajar akan tercapai secara maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Widyantini (2006:3) bahwa pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan dibentuk tim adalah untuk mempersiapkan setiap anggota tim dalam mengikuti turnamen. Langkah selanjutnya adalah siswa mendiskusikan LKK yang dibagikan oleh guru dengan teman sekelompoknya. Siswa mendiskusikan no soal yang disebutkan oleh guru di depan kelas, bagi kelompok yang selesai lebih dulu mempresentasikan jawaban di depan kelas dan mendapatkan skor game. Kegiatan ini dilakukan hingga soal dalam LKK telah selesai dikerjakan semua. Setelah game usai, guru mengumumkan pembagian penempatan meja turnamen dan mempersilahkan siswa untuk menuju meja turnamen serta menjelaskan aturan turnamen. Adanya permainan akademik pada tahap game dan turnamen, membuat siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran dan menciptakan situasi persaingan atau kompetisi. Suasana pembelajaran seperti ini meningkatkan motivasi siswa. Hal ini sesuai pernyataan sutikno (2007) yang menyebutkan salah satu cara meningkatkan motivasi siswa adalah dengan cara pembuatan situasi persaingan

atau kompetisi. Setelah siswa termotivasi maka secara tidak langsung siswa akan aktif mengikuti pembelajaran guna mencapai peningkatan hasil belajar. Keaktifan Siswa Menurut pandangan ilmu jiwa modern dalam Sardiman (2011, 99), menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu secara alami siswa juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Motivasi merupakan kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk aktif melakukan suatu aktivitas demi tercapai apa yang ia harapkan.Oleh karena itusebelum meningkatkan keaktifan siswa, guru harus dapat meningkatkan motivasi siswa. Salah satu cara meningkatkan motivasi siswa menurut Sutikno (2007) yaitu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi tidak membuat siswa bosan dalam belajar. Model pembelajaran tersebut salah satunya Team Game Turnamen (TGT). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa belajar dalam kondisi yang lebih rileks sehingga siswa tidak merasa bosan (Chotimah, 2010: 269). Selain itu pembelajaran kooperatif tipe TGT juga melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status dalam belajar dan menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, serta persaingan yang sehat. Dengan adanya persaingan dan kondisi belajar yang rileks diharap siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran matematika.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajar Dhilmaya bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketika motivasi belajar siswa meningkat berarti keaktifan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT, keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen mengalami peningkatan. Perubahan tersebut antara lain: a) siswa mau memperhatikan penjelasan guru, b) siswa mau bertanya pada teman atau guru jika mengalami kesulitan, c) siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, d) siswa mau mengeluarkan pendapatnya, e) siswa memperhatikan temannya yang mepresentasikan jawabannya di depan kelas, f) siswa aktif memberikan tanggapan atas jawaban temannya, g) siswa fokus pada tugas yang diberikan guru sehingga tidak melakukan pekerjaan lain, seperti bermain atau bersenda gurau dengan temannya. Pada siklus I Dari 34 siswa terdapat 6 siswa yang kriteria keaktifannya cukup, 27 siswa yang kriteria keaktifannya baik, dan 1 siswa yang kriteria keaktifannya sangat baik. Hal ini berarti terdapat 79, 41% siswa yang kriteria keaktifannya baik dan sangat baik, sehingga kelas XI IPS 2 dapat dikatakan aktif. Rata-rata keaktifan siswa kelas XI IPS 2 adalah 59,41% dan termasuk dalam kategori baik. Pada siklus II semua siswa keaktifannya termasuk dalam kriteria baik dan sangat baik, sehingga kelas XI IPS 2 dapat dikatakan aktif. Rata-rata keaktifan siswa kelas XI IPS 2 adalah 68% dan termasuk dalam kategori baik. Sehingga rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 8, 95% dibandingkan rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I.

Hasil Belajar Siswa Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar akan mencerminkan kemampuan siswa dalam mencapai suatu kompetensi dasar. Hasil belajar berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi yang dikaji. Hasil belajar siswa dapat diketahui karena adanya penilaian yang dilakukan guru. Teknik menentukan nilai yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan aspek yang ingin dinilai baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penilaian ini dapat dilakukan melalui tes atau bukan tes. Aspek kuantitatif yang dinilai dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat berupa hasil tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar kognitif yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan pengajaran. Aspek kualitatif dapat dinilai dari keaktifan siswa. Penilain aspek kualitatif dapat dilakukan dengan memasukkan subjek penilaian kedalam kategori-kategori yang telah ditetapkan. Menurut Slavin (2010: 4) salah satu alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama pendidikan adalah penilitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapai hasil belajar siswa. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Team Game Turnamen (TGT). Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa tanpa adanya perbedaan status, melibatkan peserta didik sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dengan adanya tutor teman sebaya pada tahap tim siswa yang berkemampuan lebih tinggi diharapkan dapat membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah dalam pemahaman konsep sehingga hasil belajar siswa tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan manfaat adanya tutor teman sebaya bagi siswa yang berkemampuan lebih tinggi adalah lebih mudah dalam mengembangkan pengetahuan yang telah didapat. Sehingga dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini ditunjukkan oleh nilai tes siswa setelah proses pembelajaran pada akhir siklus. Hasil belajar matematika siswa dikatakan meningkat jika nilai tes I lebih tinggi dari nilai tes materi sebelumnya, nilai tes II lebih tinggi dari nilai tes I serta minimal 75% dari banyaknya siswa mencapai SKBM ( β‰₯ 75). Hasil tes I pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan rata-rata nilai siswa adalah 53,29. Nilai tertinggi pada tes I ini adalah 82 dan nilai terendah adalah 27. Pada siklus I ini presentase ketuntasan belajar matematika secara klasikal adalah 29,42% (10 siswa dari 34 siswa). Hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 yang masih rendah bertolak belakang dengan keaktifan siswa. Padahal sebagian besar siswa selama pembelajaran telah dapat dikatakan aktif tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. Hasil belajar siswa yang rendah diakibatkan keaktifan belajar siswa yang kurang efektif. Ketidak efektifan ini disebabkan selama proses pembelajaran siswa hanya aktif

secara fisik saja. Sehingga tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dan aktivitas mental. Sebagai contoh secara fisik siswa sedang memperhatikan penjelasan guru, mencatat materi atau membaca buku tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada materi yang pelajari. Hal ini bertentangan dengan maksud dari keaktifan belajar itu sendiri. Keaktifan belajar adalah keaktifan fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua keaktifan itu harus selalu berkaitan (Sardiman, 2011: 100). Hasil tes II pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan rata-rata nilai siswa meningkat dari tes I menjadi 80,41. Nilai tertinggi pada tes II ini adalah 100 dan nilai terendah adalah 46. Pada siklus II ini persentase ketuntasan belajar matematika secara klasikal adalah 82,35% (28 siswa dari 34 siswa). Hal ini berarti pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II dikatakan berhasil KESIMPULAN dan SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koopertif tipe TGT yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dilaksanakan melalui 5 tahap, yaitu 1) presentasi kelas, guru menjelaskan materi secara garis besar dan memberikan praktik terbimbing kepada siswa 2) tim, membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen, 3) game, siswa mendiskusikan lembar kerja kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi, 4) turnamen, siswa dengan kemampuan sama disetiap meja turnamen mengerjakan soal kuis, dan 5) penghargaan kelompok. Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuanan. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pada siklus 1 terdapat 79, 41% siswa yang keaktifanya termasuk dalam kriteria baik dan sangat baik. Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian, maka kelas XI IPS 2 dapat dikatakan aktif. Walaupun demikian hasil belajar siswa masih rendah. Dari 34 siswa hanya 29,42% siswa yang dapat mencapai nilai SKBM. Hasil belajar yang masih rendah ini disebabkan karena keaktifan siswa yang kurang efektif, siswa hanya aktif secara fisik tanpa melibatkan keaktifan mentalnya. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat selama proses pembelajaran keaktifan semua siswa termasuk dalam kriteria baik dan sangat baik, sehingga kelas XI IPS 2 dapat dikatakan aktif. Dari 34 siswa terdapat 82,35% siswa yang medapat mencapai nilai SKBM. Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dapat dikatakan berhasil dan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam penelitian tindakan kelas ini maka disarankan sebagai berikut: (1) guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Team Game Turnament ) sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran di kelas, (2) guru dapat mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGTpada pokok bahasan lain untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika, (3) penerapan model

pembelajarankooperatif tipe TGT memerlukan waktu yang cukup banyak, sehingga guru harus mampu mengorganisasikan waktu dengan baik, (4) dalam pembelajaran guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa lebih efektif. DAFTAR RUJUKAN Chotimah. 2010. Metode Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rineka Cipta. Hudojo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: IMSTEP JICA-FMIPA UM. Kahfi, M. S. 2003. Mengembangkan Scenario Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi (Contoh-contoh Model). Malang: UniversitasNegeri Malang. Khilmi, Faiqul. 2005. Penerapan Pembelajaran Konstektual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X4 Semester I SMAN I Sedayu Gresik. Skripsitidakditerbitkan. Malang: UM.. Sanjaya, Wina. 2009. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: KencanaPrenada Media Grup. Sardiman, M. A. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. Slavin, Robert E. 2005.CooperativeLearning, Teori, Riset, dan Praktik. TerjemahanolehNarulitaYusron. 2010. Bandung: Nusa Media. Sudjana, N. 2010.PenilaianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya. Sutikno,S.2007.PeranPenelitidalamMembangkitkanMotivasiBelajarSiswa.(Online ), http://bruderfic.or.id/,diakses 15 Juni 2010. UniversitasNegeri Malang.2010. PedomanPenulisanKaryaIlmiah Edisi ke-5. Malang: UniversitasNegeri Malang. Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Makalah disajikan dalam Penulisan Modul Paket Pembinaan penataran. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan penataran Guru Matematika. Wijaya, Djaja&Rusyan.1988. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: RemajaRosdakarya.

Artikel Ilmiah oleh Denis Purnama Sari ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Malang, Juli 2013 Pembimbing

Drs. Rustanto Rahardi, M.Si NIP 19630502 199100 1001

Penulis

Denis Purnama Sari NIM 109311422591