PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ...

90 downloads 170 Views 68KB Size Report
Abstrak: Pembelajaran menulis karangan deskripsi dapat melatih ... tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan ...
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSIMELALUI MEDIA GAMBAR FOTO PADA SISWA KELAS IV SDN 1 WONOKETRO KECAMATAN JETIS KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Agung Suwito Hadi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Pembelajaran menulis karangan deskripsi dapat melatih siswa menggunakan bahasa secara aktif dan produktif, sehingga sangat tepat diberikan untuk siswa SD. Namun kenyataan bahwa kemampuan mengarang masih rendah, terbukti rata-rata kelas berada di bawah KKM. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi melalui media gambar foto. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Wonoketro Jetis Ponorogo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa ada peningkatan proses dan hasil belajar. Simpulan dari penelitian ini adalah media gambar foto dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran mengarang deskripsi. Kata Kunci : Pembelajaran, menulis karangan deskrisi, media gambar foto Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan membimbing peserta didik agar mampu memfungsikan bahasa Indonesia dalam berbagai kegiatan komunikasi baik lisan maupun tulis. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keempatnya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Manusia dituntut untuk dapat menguasai empat kemampuan tersebut dan kemampuan inilah yang

membedakan manusia dengan makhluk lain. Untuk mengembangkan aspek menulis di SD salah satunya dapat dilakukan dengan pembelajaran mengarang. Mengarang dapat melatih peserta didik menggunakan bahasa secara aktif dan produktif. Selain itu dalam pembelajaran mengarang secara langsung akan mencakup banyak unsur kebahasaan termasuk kosakata, kalimat, ejaan, tanda baca dan lain-lain. Oleh karena itu, menulis/ mengarang memiliki peran yang sangat urgen dalam mengembangkan aspek kebahasaan secara keseluruhan. Mengarang-menulis tidak sekedar media untuk mengekspresikan diri,

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 460

lebih dari itu dapat membuka peluang menjadi seorang yang terpandang. Laksana (2008: V) menyatakan, “di dalam sebuah karangan akan tercermin nilai kecerdasan, kepandaian, kepedulian, kearifan, kedewasaan dan yang paling penting adalah nilai pembelajaran”. Melalui mengarang seseorang dapat mencurahkan buah fikirannnya, menyampaikan ideidenya tentang berbagai hal yang dapat memberi manfaat positif kepada pembaca. Hasil renungan, kajian, telaah, daya pikir kritis serta inovasi yang dituangkan dalam sebuah tulisan yang berkualitas akan memberikan dorongan dan motivasi hidup bagi pembaca. Bahkan sebuah karangan yang bagus juga akan bernilai dakwah yang dijadikan pedoman hidup dan ditaati pembaca. Ia ibarat sebuah kekuatan yang mampu mendobrak pola hidup seseorang ke arah yang lebih baik. Begitu besar manfaat bila seseorang mempunyai kemampuan mengarang, oleh karena itu pembelajaran mengarang perlu mendapatkan perhatian serius lebihlebih pada siswa sekolah dasar, karena keterampilan menulis pada usia ini merupakaan fondasi bagi terbentuknya keterampilan menulis pada tahapan berikutnya. Selain itu rumusan kompetensi dasar (KD) tentang mengarang termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas IV SD. Rumusan KD tersebut berbunyi: “ menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lainlain)”. Oleh karena itu agar siswa menguasai keterampilan mengarang dengan baik perlu optimalisasi. Percy (dalam Laksana,tanpa tahun:10)

menuliskan ada 6 (enam) manfaat mengarang meliputi: a) suatu sarana untk mengungkapkan diri, b) suatu sarana untuk pemahaman, c) sarana untuk membantu mengembangkankepuasan pribadi, kebanggaan, suatu perasaan, dan harga diri d) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan terhadap lingkungan sekeliling, e) sarana untuk terlibat secara bersemangat dan bukannya penerimaan secara pasrah, dan f) sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang bahasa dan kemampuan menggunakan bahasa. Melihat beberapa kenyataan di atas, mengarang sebagai bagian dari ilmu menulis memang sudah selayaknya diajarkan pada siswa sekolah dasar sejak dini, teratur, dan berkelanjutan, karena untuk mengembangkan kemampuan ini diperlukan latihan-latihan secara terstruktur, dimulai dari yang paling sederhana menuju ke yang kompleks. Adapun tahapan- tahapan mengarang menurut Komariah (2008:1) meliputi (1) menyusun kalimat, (2) menyusun paragraf, dan (3) menyusun wacana. Selanjutnya tema karangan untuk siswa SD tidak harus sulit. “Mereka bisa mengambil tema-tema tentang keluarga, keindahan alam, tempat hiburan, binatang, pengalaman menarik, dan lain-lain” (Komariah, 2008:1) Sebuah karangan yang baik akan dibuat melaui proses atau langkahlangkah yang baik dan benar. Menurut Komariah (2008:3), langkah-langkah mengarang meliputi “ a) menentukan tema, b) menentukan tujuan, c) mengumpulkan bahan tulisan, d) menyusun kerangka karangan, dan e) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan”.

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 461

Ada beberapa bentuk tulisan/karangan, yaitu deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi dan argumentasi. Setiap bentuk tulisan/karangan tersebut mempunyai ciri khas (Artati, 2008:11). Adapun karangan deskripsi dapat diartikan sebagai “ragam wacana/karangan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan” (Badawi, 2012:30). Menurut Semi (dalam Kristiantari, tanpa tahun:120), ada beberapa penanda yang merupakan karakteristik tulisan deskripsi. Karakteristik tulisan deskripsi yang dimaksud, yaitu:(1) berupaya memperlihatkan rincian tentang objek, (2) bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, (3) disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, sehingga objek tulisan pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia, serta (5) organisasi penyampaian yang digunakan lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order). Dari beberapa bentuk karangan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa karangan diskripsi merupakan karangan yang paling sesuai dengan siswa kelas IV sekolah dasar, karena siswa dilatih untuk menggambarkan atau melukiskan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca larut, bahkan tenggelam ikut merasakan seperti maksud penulis. Namun kenyataan di SDN 1 Wonoketro menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran mengarang masih jauh dari harapan. Dengan alasan tertentu pembelajaran mengarang kurang mendapat

perhatian serius dari guru, sehingga kemampuan mengarang tergolong rendah. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran berupa produk karangan siswa. Rendahnya kualitas proses pembelajaran ditandai adanya sikap siswa yang acuh tak acuh dengan materi, kurang bersemangat, tidak termotivasi, tidak senang dan kurang tertarik dengan pembelajaran mengarang. Sedangkan rendahnya hasil pembelajaran ditandai rendahnya prestasi berupa produk karangan yang nilainya jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Upaya untuk menanggulangi lemahnya proses dan hasil pembelajaran ini di antaranya dengan cara mengubah pola pendekatan, strategi, metode, teknik, pembelajaran yang dapat mengondisikan siswa agar dapat belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sehubungan faktor penyebab yang paling dominan media pembelajaran, maka penulis memilih media gambar foto sebagai alternatif untuk mengatasi masalah di atas. Dengan pemanfaatan media gambar foto maka pembelajaran akan lebih menantang sekaligus menyenangkan bagi siswa. “Media gambar adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Jenis media gambar ini adalah foto” (Susilana dan Riyana, 2009:16). Media gambar foto memiliki beberapa kehebatan dan juga keunggulan diantaranya (1) menarik, artinya dengan mengamati foto siswa akan merasa asyik dan tertarik untuk mengamati lebih jauh tentang foto tersebut, (2) mudah dan murah artinya gambar foto sangat mudah

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 462

dicari di mana saja, misalnya dengan memotong gambar di koran, majalah, kalender bekas atau dengan mudah memanfaatkan kamera digital atau telepon seluler melalui proses fotografi, (3) kontekstual, artinya tema karangan dapat diambilkan dari objek foto yang dekat dengan kehidupan siswa dan bermanfaat untuk kehidupan siswa, (4) lebih hidup dan kongkrit artinya gambar foto dapat menggambarkan suatu objek lebih hidup dan mendekati objek aslinya. Hal ini dapat menarik minat siswa sekaligus memudahkan pemahaman siswa. Susilana & Riyana (2009:209) menyatakan keunggulan media gambar sebagai berikut, 1) dibandingkan dengan grafis, media foto ini lebih kongkrit, 2) dapat menunjukkan perbandingan yang tepat dari objek yang sebenarnya, 3) pembuatannya mudah, 4) dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu, 5) memberi kesan kuat dan menarik perhatian, 6) merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang objekobjek yang ada di gambar, 7) berani dan dinamis, 8) ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami, 9) dapat mengatasi ruang dan waktu 10) memperjelas masalah, artinya dengan gambar yang bagus sebuah yang masalah akan semakin menjadi jelas. Berpijak dari permasalahan di atas maka penulis akan meneliti peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi melalui media gambar foto pada siswa kelas IV SDN 1 Wonoketro kecamatan Jetis kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2012/2013. Metode Peneltiian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis and Taggart dengan pertimbangan lebih sederhana. Rancangan PTK dipilih dengan pertimbangan bahwa PTK dapat memecahkan masalah-masalah praktis yang timbul dalam pembelajaran, sehingga guru dapat memperbaiki pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini, adalah melalui media pembelajaran berupa media gambar foto yang berarti siswa diajak menulis karangan berdasarkan gambar yang kontekstual. Adapun langkah-langkah pembelajaran disusun sebagai berikut: 1) siswa diajak mengamati potongan gambar, 2) menyusun kalimat berdasarkan gambar, 3) menuliskan kerangka karangan berdasarkan gambar, dan 4) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang padu dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang disempurnakan. Penelitian ini mengambil tempat di SDN 1 Wonoketro, Jetis, Ponorogo dengan alamat jalan Diponegoro nomor 28 desa Wonoketro Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo, Kode Pos 63473 Nomor Telepon (0352) 313328. Adapun waktu penelitian lebih kurang selama 2 bulan yaitu bulan April- Mei 2013. Subjek penelitian adalah kelas IV SDN 1 Wonoketro sebanyak 38 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi dan tes. Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data dari dokumen guru, teknik observasi menggunakan format instrument aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran,

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 463

sedangkan teknis tes dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran. Prosedur penelitian ada 2 (dua) tahap, yaitu: (1) tahap persiapan penelitian, dan (2) tahap pelaksanaan penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian direncanakan 2 siklus, masing-masing siklus meliputi empat subtahap, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi tindakan, dan 4) refleksi tindakan. Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan tindakan berturut-turut, yaitu: 1) menyusun rencana/skenario pembelajaran (RPP) sesuai dengan SK dan KD, 2) menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian, 3) mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran menggunakan media gambar, Alat terdiri dari LCD Proyektor, sedangkan media pembelajaran berupa gambar foto, 4) mempersiapkan instrument pengamatan berupa lembar pengamatan siswa dan lembar penilaian kemampuan menulis karangan, dan 5) menetapkan dan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan peningkatan kemampuan menulis karangan melalui media gambar foto, langkah-langkah pembelajaran dan evaluasi. Pelaksanaan tindakan siklus I dan II masing-masing waktu yang disediakan dua jam pelajaran (2X35 menit). Observasi tindakan dilakukan oleh 2 orang pengamat yakni Peneliti sendiri sebagai Pengamat I yang bertugas sebagai instrument kunci, sedangkan pengamat II sebagai kolaboran diserahkan kepada Sdr. Nur Fatimah.Pd yang bertugas sebagai guru kelas V. Tugas Pengamat I dan II adalah mengamati aktifitas guru dalam memnadu jalannya pembelajaran dan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Refleksi Tindakan

dilakukan bertujuan untuk analisis hasil observasi dan analisis beberapa kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan tindakan. Teknik analisa data kemampuan siswa disusun dengan mengikuti alur sebagai berikut: menyusun data dalam bentuk tabel dengan teknik distribusi frekuensi, menentukan rata-rata, dan mencocokkan dengan patokan keberhasilan. Untuk menentukan apakah nilai rata-rata siswa memperoleh sebutan kategori baik sekali, baik, cukup, dan kurang, penulis menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Yang dimaksud dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah: “ penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan skor hasil tes siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan, yang akan dijadikan standar kelulusan atau pembelian nilai tertentu “ (Wahyuni 2012:165). HASIL DAN PEMBAHASAN SIKLUS I Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 April 2013. Siklus ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, yaitu pada jam pelajaran ke 4 - 5 waktu pukul (09.00 - 10.10) kelas IV semester II tahun pelajaran 2012/2013. Pada siklus I terjadi peningktan proses pembelajaran. Pada kegiatan awal pembelajaran pengamat memfokuskan pengamatan pada aktivitas siswa. Berdasarkan catatan dapat diperinci sebagai berikut : 1) Ada 31 anak (81,58% ) kelihatan serius dan memperhatikan guru ketika membuka kegiatan belajar mengajar dan ketika memeriksa, kehadiran siswa, 2) Sebanyak 19 anak (50%) yang menunjukkan sikap antusias. Cirinya menunjukkan sikap ingin tahu yang

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 464

besar terhadap materi, 3) siswa tampak gembira dan senang mengikuti pembelajaran sebanyak 14 anak (36,84%). Dalam kegiatan inti, aktivitas anak yang dapat dicatat oleh pengamat meliputi 1) ada 28 anak (73,68%) yang memperhatikan dan mencatat penjelasan guru ketika menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran, 2) sebanyak 23 anak (60,53%) terlibat dalam kerjasama, berdiskusi dan menyelesaikan tugas dalam LKS, 3) sebanyak 12 anak (31%) sangat antusias mempresentasikan hasil diskusi kelompok, 4) ada 18 anak (47,37%) yang merumuskan kesimpulan dengan bimbingan guru, 5) sebanyak 24 anak (53,16%) giat mengerjakan soal tes akhir tentang mengarang deskripsi. Pada kegiatan penutup ada 30 anak yang merespon ketika guru memberikan motivasi atau sekitar 78,94% . Adapun peningkatan hasil pembelajaran dapat dilihat dari hasil tes mengarang atau produk karangan siswa. Hasil tes mengarang deskripsi siswa sudah menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan hasil tes pada saat pratindakan. Adapun hasil tes mengarang siklus l secara lengkap dapat penulis deskripsikan sebagai berikut. Hasil tes mengarang siklus 1 nilai rata-ratanya 65,00. Nilai tertinggi dari tes tersebut 75, nilai terendah 55, jumlah siswa yang sudah tuntas ada 25 anak dari 38 anak dalam satu kelas, jumlah siswa yang belum tuntas ada 13 anak, dan secara klasikal persentase ketuntasan mencapai 66,00%. Hal ini berarti belum tuntas secara klasikal, namun sudah ada peningkatan persentase ketuntasannya apabila dibandingkan

dengan ketuntasan pada pratindakan. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu 75%. Diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar hanya 25 siswa dari 38 siswa, dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 66,00%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis karangan deskripsi hanya sebesar 66,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat pelaksanaan tindakan I, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi mealui media gambar foto masih belum optimal. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi baik pada saat pembelajaran berlangsung yang menyangkut aktivitas siswa, aktivitas guru, maupun hasil tes akhir siswa. Faktor yang menjadi penghambat keberhasilan tindakan siklus I yakni dirumuskan sebagai berikut: 1) penggunaan metode pembelajaran kurang optimal. Pada siklus I ini guru sudah menggunakan metode ceramah, metode pemberian tugas dan diskusi, namun demikian masih belum optimal, 2) penggunaan media kurang optimal. Pada tahap ini sebenarnya guru sudah menggunakan media pembelajaran berupa foto yang ditayangkan dengan LCD Proyektor tetapi gambar yang ditampilkan agak kabur sehingga

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 465

siswa sulit mendeskripsikan secara detail, 3) pengelolaan waktu kurang efisien. Pada saat guru memandu kegiatan awal waktu yang dipergunakan terlalu penjang sehingga menyita waktu untuk kegiatan inti, dan kegiatan penutup, 4) keseriusan siswa terhadap tugas perlu ditingkatkan. Hal ini karena siswanya terlalu banyak sehingga untuk menarik perhatian siswa secara penuh terhadap pelajaran perlu ada strategi khusus agar tetap serius. Munculnya kendala dan kekurangan pada siklus I, menyebabkan pelaksanaan dan hasilnya belum sesuai dengan harapan. Berdasarkan evaluasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan antara lain: 1) guru hendaknya lebih banyak melakukan pembimbingan, pendekatan dan motivasi kepada seluruh siswa sehingga ada interaksi timbal balik pada saat bertanyajawab. 2) pemilihan media gambar foto yang akan dideskripsikan hendaknya sesuai dengan kriteria pemilihan gambar yaitu dipilihkan ganbar yang menarik dengan perpaduan warna yang jelas dan tidak kabur, 3) pengelolaan waktu hendaknya lebih efisien karena pemborosan waktu akan mengganggu jalannya tahap-tahap pembelajaran selanjutnya, 4) guru hendaknya lebih piawai dalam membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Tekniknya bisa dengan cara mengajukan pertanyaan yang menantang agar siswa terpancing, juga memberikan penguatan berupa pujian, memberikan sangsi mendidik kepada siswa yang tidak serius, dan sebaginya. Siklus II

Berikut ini dipaparkan hasil tindakan siklus II. Pertemuan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2013 pelaksanaan tindakan berlangsung 2 x 35 menit yakni pada jam pelajaran ke 1-2, dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.10. Pada siklus II ini ada peningkatan proses dan hasil kualiatas pembelajaran. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik, terlihat ketika guru membuka kegiatan belajar mengajar siswa seluruhnya 38 atau 100% memperhatikan, keingintahuan yang besar ada 30 anak sama dengan 78,95%. Yang bersemangat, gembira dan senang sebanyak 33 siswa atau 86,84%, 26 anak (68,42%) mau mencatat penjelasan guru ketika guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran. Ada 36 anak atau 94,73% yang memperhatikan dan mencatat ketika guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran.Seluruh siswa atau 100% nampak antusias sekali pada saat guru membagikan LKS, kerja sama antara anggota kelompok sudah bagus ada 32 anak (84,42%). Yang berani bertanya kepada guru jika ada hal-hal yang kurang jelas sebanyak 25 siswa atau 65,78%, ( 15 siswa sudah memahami tugas ), yang kesulitan dalam memahami masalah hanya ada 9 siswa atau 23,68%. Mereka juga bersemangat sekali ketika guru menyuruh mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, bahkan saling berebut untuk maju membacakan hasil karangannya. Adapun peningkatan hasil pembelajaran dapat dilihat pada data di bawah ini. Data hasil menunjukkan bahwa ketuntasan

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 466

belajar mencapai 86,84% atau ada 33 siswa yang sudah tuntas belajar dari siswa 38. Ini berarti ada 5 siswa yang belum tuntas secara individual, namun secara perseorangan sudah mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas 75,11, nilai tertinggi 84 diraih oleh 1 siswa sedangkan nilai terendah 60 ada lima siswa. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menyampaikan informasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. selain itu siswa juga sudah muiai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Pakem) dalam menulis karangan deskripsi. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan media gambar/foto untuk menulis karangan deskripsi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut.(1) Selama proses belajar mengajar guru sebenarnya telah berusaha melaksanakan semua tahapan dan langkah-langkah dengan baik sesuai RPP. Namun demikian untuk pemberian apersepsi terkesan masih monoton. Siswa perlu dirangsang dengan pertanyaanpertanyaan yang berisi pancingan agar siswa lebih termotivasi lagi. (2) penggunaan media gambar dengan ditayangkan lewat LCD proyektor sudah bagus, namun demikian guru perlu memperhatikan pengelolaan waktu.(3) aktivitas siswa dalam kelompok cukup dinamis tetapi masih ada siswa yang cenderung

bicara sendiri ketika kerja kelompok. Guru perlu menegur siswa yang demikian.(4) hasil karangan siswa sudah cukup baik tetapi masih ada kekurangan sedikit misalnya penggunaan ejaan dan tanda baca masih perlu pembetulan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa terhadap materi menulis karangan deskripsi melalui media gambar pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran siswa pada siklus I. Upaya peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi melaui media gambar foto telah membuahkan hasil di antaranya, pertama: adanya peningkatan proses pembelajaran. Pemahaman terhadap proses belajar mengajar yang berkualitas dan bermakna sangat mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya. Karenanya sudah menjadi keharusan bagi guru untuk dirinya dengan berbagai ilmu dan keterampilan. Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian guru bertugas mngondisikan, mengatur, menata, dan menyiapkan situasi agar peserta didik dapat belajar. Guru harus menyadari bahwa mengajar tidak bisa dilaksanakan sambil lalu tanpa diiringi profesionalitas dan kesungguhan.” Mengajar memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan beberapa aspek meliputi pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan” (Mulyasa, 2005:20). Hasil penelitian mununjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada siklus I, ada peningkatan penggunaan metode pembelajaran dibandingkan dengan pada pembelajaran pada pra tindakan. Jika pada pra tindakan, guru hanya menggunakan metode

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 467

ceramah dan langsung pemberian tugas, maka pada siklus I sudah dirancang untuk menggunakan multi metode efektif. Ini merupakan sebuah upaya guru untuk mnyusun skenario pembelajaran yang PAKEM. Dilihat dari penggunaan waktu, terjadi efisiensi. Pada siklus II, pengelolaan waktu sudah benarbenar efisien, artinya sudah sesuai antara perencanaan dan pelaksanaan. Pada RPP jatah waktunya 2 jam pelajaran. Kegiatan awal sudah dapat dilaksanakan sesuai rencana, demimikian juga pada kegiatan inti dan penutup, sehingga pembelajaran sesuai peringkat. Berangkat dari halhal di atas, maka dikatakan ada peningkatan yang signifikan dalam hal pengelolaan waktu. Dengan media gambar, terjadi peningkatan aktivitas siswa. Perubahan aktivitas siswa tampak sekali perbedaannya ketika pratindakan, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Meningkatnya aktivitas siswa ini juga tidak terlepas dari pandainya guru dalam memberikan penguatan (reinforcement).” Penguatan merupakan respon terhadap perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut” demikian dikatakan oleh Mulyasa (2005: 77). Penguatan dapat dilakukan dengan cara verbal/ berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat sekali, hebat dan sebagainya. Adapun penguatan non verbal dapt dilakukan dengan cara mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol dan sebaginya. Selain itu ada juga peningkatan hasil pembelajaran SD. Dari hasil penelitian peningkatan kemampuan

menulis karangan deskripsi melalui media gambar foto dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil berupa produk karangan deskripsi dengan menggunakan bahasa yang baik dan ejaan yang disempurnakan. Siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk karangan. Dari penilaian produk siswa, diketahui adanya peningkatan hasil yang signifikan karena siswa mampu menulis karangan deskripsi melalui media gambar foto dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penggunaan media gambar foto dalam pembelajaran telah dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Berikut dipaparkan data peningkatan proses pembelajaran tersebut. Siswa memperhatikan dengan serius ketika guru membuka pelajaran pada siklus I sebanyak 31 anak (81,58 %), pada siklus II sebanyak 38 anak ( 100%). Siswa antusias terhadap materi pembelajaran gejalanya keingintahuan yang besar, tampak bersemangat siklus I (19 anak = 50 %), pada siklus II sebanyak 30 anak = 78,95%). Siswa gembira dan senang mengikuti pembelajaran siklus I 14 anak ( 36,84 %), dan pada siklus II meningkat menjadi 33 anak (86,84%). Pada kegiatan inti, siswa yang memperhatikan dan mencatat penjelasan guru 28 anak ( 73,68%) pada siklus I dan 36 anak (94,73) pada siklus II. Siswa aktif bekerja sama, berdiskusi dalam menyelesaiakan LKS, pada siklus I sebanyak 23 anak ( 60,53 %), pada siklus II ada 32 anak (84,21 %). Pada

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 468

tahap presentasi, siswa berani mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, pada siklus I ada 12 anak ( 31,58 %), dan 29 (76,32 %) pada siklus II. Pada tahap merumuskan kesimpulan dan tindak lanjut maka ada 18 anak ( 47,37 %) pada siklus I dan 27 anak (71,05%). Sedangkan pada kegiatan penutup siswa giat mengerjakan soal tes perorangan pada siklus I sebanyak 24 anak ( 63,16 %) dan pada siklus II sebanyak 36 anak (94,74%). Penerapan media gambar foto dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN 1 Wonoketro Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2012/2013. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari akhir yaitu penilaian produk karangan pada siklus I, nilai tertinggi 75,00, nilai terendah 55,00. Jumlah siswa yang tuntas 25 anak (65,78%) yang tidak tuntas 13 anak (34,21%). Sedangkan pada siklus II menunjukkan nilai tertinggi 84,00 nilai terendah 60,00 dengan rata-rata kelas 75,11. Jumlah siswa yang tuntas 33 anak ( 86,84 %), sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 5 anak ( 13,16 %). Persentase ketuntasan mencapai 86,84%. Saran Berdasarkan hasil di atas saran yang disampaikan sebagi berikut. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam menyusun kebijakan demi memacu kemajuan sekolah. Selain itu disarankan agar memberikan apresiasi dan penghargaan bagi guru yang rajin mengadakan penelitian di sekolah, khususnya penelitian pembelajaran.

Bagi guru bahasa Indonesia, disarankan agar lebih prosfesional dalam tugasnya antara lain: menggunakan inovasi dalam pembelajaran melalui penggunaan metode, media, dan strategi mengajar efektif. Selain itu rmengadakan pengembangan profesionalitas di bidang pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Artati.2008. Pembelajaran.Menulis di Sekolah Dasar. Solo: Penerbit Ekacipta Gipayana & Badawi. 2012. Modul Penngembangan Materi Bidang Studi Sekolah Dasar.Malang: Universitas Negeri Malang Komariah, T.2008. Belajar Mengarang. Semarang: CV. Aneka Ilmu Kristiantari, R.Tanpa Tahun. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar, Menulis Deskripsi dan Narasi. Malang:Media Ilmu Laksana.Tanpa Tahun. Panduan Praktis Mengarang- Menulis. Semarang: PT.Aneka Ilmu Mulyasa E. 2005. Menjadi Guru ProfesionalMenciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Sinar Baru Alge Susilana & Riyana, 2011.Media Pembelajaran. Solo: Baru Arya Wahyuni S.2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Islam Malang

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 469