PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI ... - CORE

19 downloads 2457 Views 2MB Size Report
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. FAKULTAS ... kemampuan menulis narasi, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ..... Guru Memberi Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping) .......... ... 118.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh: Eny Sulistiyaningsih K7106051

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh: Eny Sulistiyaningsih K 7106051

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ii

PERSETUJUAN Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011”

Oleh : Nama : Eny Sulistiyaningsih NIM

: K7106051

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari

:

Tanggal

:

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. NIP 19461208 198203 1 001

Dra. Yulianti, M.Pd. NIP 19541116 198203 2 002

iii

iv

ABSTRAK

Eny Sulistiyaningsih. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Penelitian Tindakan kelas pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Agustus 2010. Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta dengan metode peta pikiran (mind mapping). Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peta pikiran (mind mapping). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75 dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan kemampuan menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis narasi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata-rata 61,2 menjadi 65,8 dengan ketuntasan klasikal 68% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata-rata 65,8 menjadi 73,4 dengan ketuntasan kalsikal 84%. Dengan demikian, dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Kata Kunci: Kemampuan menulis narasi, metode peta pikiran

v

ABSTRACT Eny Sulistiyaningsih. THE IMPROVEMENT OF WRITING ABILITY IN NARRATIVE BASED ON MIND MAPPING METHOD TOWARD THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA ON ACADEMIC YEAR 2010/2011. The Classroom Research toward the fifth grade students of SD Negeri Karangasem III Surakarta on Academic year 2010/2011. Minithesis: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, August 2010. The aim of this research is to improve the writing ability in narrative toward the fifth grade students of SD Negeri Karangasem III Surakarta based on Mind Mapping method. The variable becoming the change goal in this research is the ability in writing narrative, while the action variable used in this research is Mind Mapping Method. The model of the research is classroom action research conducted two cycles. Each cycle consist of 4 stages, they are planning action, observation, and reflection. The research subject is the fifth grade students of SD Negeri Karangasem III Surakarta consisting 25 students. The technique of collecting data used are observation,documentation, and testing. While the data validity applied are data triangulation and method one. Further the writer set out interactive analysis model as the data analysis technique having three components, i.e data reduction, data presentation and drawing conclusion or verification. Based on the research result, it can be concluded that the first there is a quality improvement in studying process of writing narrative after the classroom action research has been done based on Mind Mapping Method. It can be seen through the increasing average in the first cycle of teacher activity about 2,56 with “good” criteria and in the second cycle it became 3,67 with “very good” criteria. The average of students’ activity in the first cycle is 2,67 with “good” criteria and it increased to be 3,75 in the second one with “very good” criteria. The second there is an ability improvement in writing narrative after the classroom action research done with Mind Mapping Method. It can be seen through the improvement of students’ ability in writing narrative whether it was in pre or post action. In the first cycle, the students’ ability in writing narrative increased about 61,2 up to 65,8 on the average with the classical completeness 68%, and in the second cycle there is an improvement of the students’ ability in writing narrative which ranged from 65,8 to 73,4 on the average with the classical completeness 84%. Thereby, it can be recommended that Mind Mapping Method can be used to improve the ability in writing narrative toward the fifth grade students of SD Negeri Karangasem III Surakarta on Academic Year 2010/2011. Keyword: Writing ability in narrative, mind mapping method

vi

MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Terjemahan Q.S. Al Insyiroh: 6)

Tiada keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri. (Muhammad Ali)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:  Bapak dan Ibuku tercinta (Bapak Sirin dan Ibu Sumini) yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap waktu. Semoga Allah senantiasa mengabulkan doa-doamu.  Mas Har, Mas Santo, Mbak Mar, dan Dik Dian yang selalu menyayangiku setiap waktu. Sungguh, kalaian sangat berarti bagiku.  Teman-temanku S1 PGSD angkatan 2006 di PGSD FKIP UNS.  Pembaca yang budiman.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi

ini.

Penulis

menyadari

banyak

hambatan

yang

menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta 2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dra. Yulianti, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Sri Purwaningtyas, M.Pd. selaku Kepala SD Negeri Karangasem III Surakarta yang telah memberikan izin tempat penelitian. 8. Guru-guru SD Negeri

Karangasem III Surakarta yang telah memberikan

bantuan dalam melaksanakan penelitian ini.

ix

9. Bapakku Sirin dan ibuku Sumini tercinta yang begitu tulus selalu mendo’akanku dan memberikan dukungan baik berupa moral maupun materiil. 10. Teman-teman S1 PGSD FKIP UNS angkatan 2006 yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat pada penulis dan trima kasih atas kerja samanya. 11. Pihak-pihak yang tak mampu penulis sebutkan satu

persatu yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini. Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Surakarta,

Agustus 2010

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL.....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................

iv

HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................

v

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................

vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ix

DAFTAR ISI .................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xvi

BAB I PENDAHULUAN

BAB II

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Rumusan Masalah ..................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................

6

D. Manfaat Penelitian .................................................................

6

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ...........................................................................

7

1. ................................................................................... Hakika t Kemampuan Menulis Narasi ..........................................

7

2. ................................................................................... Hakika t Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) ............................

22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................

31

C. Kerangka Berfikir ....................................................................

33

D. Hipotesis Tindakan..................................................................

34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................

xi

35

B. Subyek Penelitian ...................................................................

36

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ...............................................

36

D. Sumber Data ............................................................................

37

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................

38

F. Validitas Data .........................................................................

39

G. Teknik Analisis Data ...............................................................

41

H. Indikator kinerja .....................................................................

42

I. Prosedur Penelitian .................................................................

42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................

47

B. Deskripsi Awal Tindakan ........................................................

48

C. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................

49

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian .............................

70

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................

77

B. Implikasi ..................................................................................

78

C. Saran ........................................................................................

80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

81

LAMPIRAN .................................................................................................

84

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.

Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif....................

16

Tabel 2.

Aspek Penilaian Menulis Narasi .................................................

20

Tabel 3.

Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ............................................

35

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal ............

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Siklus I ......................

Tabel 6.

71

Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta pada Siklus I dan Siklus II ....

Tabel 9.

69\

Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta pada Siklus I dan Siklus II ....

Tabel 8.

59

Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Siklus II.....................

Tabel 7.

48

73

Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ..................................................................

74

Tabel 10. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .......

xiii

75

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.

Alur Narasi ...............................................................................

15

Gambar 2.

Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping) ......................................

29

Gambar 3.

Alur Kerangka Berpikir............................................................

34

Gambar 4.

Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif (Sumber: Iskandar, 2008: 222) .................................

Gambar 5.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 16) ........................

Gambar 6.

60

Grafik Nilai Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Siklus II......................................

Gambar 9.

49

Grafik Nilai Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Siklus I .......................................

Gambar 8.

46

Grafik Nilai Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal .............................

Gambar 7.

41

70

Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta pada Siklus I dan Sikus II ...............................................................................................

72

Gambar 10. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta pada Siklus I dan Sikus II ...............................................................................................

73

Gambar 11. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.......................................

75

Gambar 12. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ....................................................

76

Gambar 13. Lokasi SD Penelitian ................................................................ 117 Gambar 14. Kelas Penelitian ........................................................................ 117

xiv

Gambar 15. Guru Memberikan Penjelasan Peta Pikiran (Mind Mapping) dan Pengertian Karangan Narasi Kepada Siswa ..................... 118 Gambar 16. Guru Memberi Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping) ............. 118 Gambar 17. Siswa Membuat Peta Pikiran dengan Teman Sebangku .......... 119 Gambar 18. Guru Membimbing Siswa Menulis Narasi............................... 119 Gambar 19. Siswa Menulis Narasi dengan Peta Pikiran (Mind Mapping) .. 120 Gambar 20. Guru Membacakan Hasil Karangan Narasi Siswa ................... 120

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.

Indikator Ketercapaian Tujuan ..............................................

Lampiran 2.

Lembar Observasi Proses Pembelajaran Guru dalam

84

Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) di SD Negeri Karangasem III Surakarta ............................................................................... Lampiran 3.

85

Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) di SD Negeri Karangasem III Surakarta ...............................................................................

Lampiran 4.

Hasil

Observasi

Proses

Pembelajaran

Guru

88

dalam

Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Siklus I .......................................... Lampiran 5.

Hasil

Observasi

Proses

90

Pembelajaran Siswa dalam

Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Siklus I .......................................... Lampiran 6.

Hasil

Observasi

Proses

Pembelajaran

Guru

91

dalam

Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Siklus II ......................................... Lampiran 7.

Hasil

Observasi

Proses

92

Pembelajaran Siswa dalam

Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Siklus II .........................................

93

Lampiran 8.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ........................

94

Lampiran 9.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ....................... 102

Lampiran 10. Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas V pada Kondosi Awal ...................................................................................... 110 Lampiran 11. Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas V pada Pertemuan I Siklus I ................................................................................ 111

xvi

Lampiran 12. Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas V pada Pertemuan II Siklus I ............................................................................... 112 Lampiran 13. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Narasi pada Siklus I ............................................................................................. 113 Lampiran 14. Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas V pada Pertemuan I Siklus II ............................................................................... 114 Lampiran 15. Nilai Kemampuan Menulis Siswa Kelas V pada Pertemuan II Siklus II ............................................................................. 115 Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Narasi pada Siklus II ............................................................................................ 116 Lampiran 17. Gambar Pelaksanaan Penelitian ............................................ 117

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2010: 79) mengungkapkan bahwa taksonomi tujuan pendidikan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan tersebut terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap anak didik, sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu. Sekolah Dasar adalah tempat pengalaman pertama yang memberikan dasar pembentuk kepribadian individu. Sehubungan dengan hal itu guru perlu membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan, dan keterampilan dasar yang cukup sebagai landasan untuk mempersiapkan pengalamannya pada jenjang yang lebih tinggi. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat penting. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Menurut Tarigan, dalam Muchlisoh (1996: 257) ada empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa adalah: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writting skills), dan keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.

1

2

Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari 4 keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Yeti Mulyati, dkk. (2008: 5.3) menulis adalah suatu proses berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan). Menurut The Liang Gie (1992: 17) Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Sehubungan dengan hal itu mengarang dapat diartikan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang. Karangan itu sendiri memiliki klasifikasi dan jenis yang beragam. Menurut Yusi Rosdiana, dkk. (2008: 3.22) wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Hal ini berarti bahwa menulis narasi adalah salah satu jenis karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang. Menulis narasi merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang Sekolah Dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis narasi. Kemampuan menulis narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Sehubungan dengan itu kemampuan menulis harus ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak berkembang. Hal-hal yang berbeda seperti dapat dijumpai dalam keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis memerlukan sejumlah potensi

3

pendukung. Untuk mencapainya dibutuhkan kesungguhan-kesungguhan, kemauan keras, bahkan dengan belajar sungguh-sungguh. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa meningkatkan kemampuan menulis akan mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan melatih kemahiran. Pada kenyataan di lapangan, yaitu kemampuan menulis siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta pada tahun pelajaran 2010/2011 masih rendah. Dari hasil observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menulis narasi masih kurang inovatif sehingga mengakibatkan kemampuan menulis narasi siswa menjadi rendah. Hal ini dintandai dengan adanya siswa kurang bersungguh-sungguh dan kurang mempunyai kemauan yang keras dalam berkemampuan menulis narasi. Siswa

belum

terampil

dalam

menyusun

kalimat-kalimat

dan

belum

memperhatikan tanda baca dalam menulis karangan narasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan perolehan nilai yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, dapat ditunjukkkan perolehan nilai yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan. Berdasarkan dokumen kemampuan menulis yang diperoleh dari guru kelas, ditemukan dari 25 siswa di antaranya: 6 siswa dapat menulis narasi dengan baik atau mendapat nilai di atas KKM, dan 19 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Data tersebut diperkuat dengan tes awal kemampuan menulis narasi yang dilakukan sebelum tindakan, dari tes awal tersebut diperoleh fakta sebagai berikut sebanyak 32 % atau 8 siswa mendapat nilai di atas KKM dan 68 % atau 17 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Berdasarkan kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM SD Negeri Karangasem III Surakarta dan ini berarti kemampuan menulis siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta masih tergolong rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa

siswa

kurang

aktif

dan

mengalami

kesulitan

mengembangkan gagasannya untuk menulis narasi sehingga guru perlu berupaya dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya dalam pembelajaran menulis narasi.

4

Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran. Menurut T. Raka Joni dalam Soli Abimanyu (2008: 2-5) metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode merupakan cara pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu tujuan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut peta pikiran (mind mapping). Menurut Edward (2009: 64) peta pikiran (mind mapping) adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran (Mind mapping) merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Peta pikiran (mind mapping) bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan peta pikiran (mind mapping) ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970an. Hingga saat ini metode yang merupakan implementasi dari radiant thinking adalah metode belajar yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. (Indra Yusuf, dalam http://www.pikiran-rakyat.com/prprint. ) Lebih lanjut Edward (2009: 64-65) mengatakan bahwa, sistem mind mapping mempunyai banyak keunggulan yang di antarnya: proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak. Oleh karena itu metode peta pikiran (mind mapping) ini akan sangat membantu memudahkan siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis narasi. Metode peta pikiran (mind mapping) akan menambah pengetahuan siswa untuk mencari urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang diharapkan. Siswa akan lebih mudah jika dalam pembelajaran menulis narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa sehari-hari atau

pengalaman-pengalamannya.

Melalui

bimbingan

guru,

pengalaman-

pengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta pikiran (mind mapping). Peta pikiran (mind mapping) tersebut penuh kreativitas siswa

5

dengan gambar dan kata-katanya yang sangat variatif. Hal ini dapat memicu siswa untuk menulis karangan narasi yang lebih besar atau menarik siswa untuk menulis narasi. Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan menulis narasi siswa akan meningkat. Metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa dalam memanfaatkan potensi kedua belah otaknya. Adanya interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses menulis. Terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan potensi kedua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengembangkan tulisannya melalui peta pikiran (mind mapping). Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta pada Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah Dalam setiap penelitian suatu masalah diperlukan adanya kejelasan dari masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam hal ini diperlukan rumusan sehingga tidak terjadi kesalahan. Berdasarkan hal tersebut kemudian dirumuskan pokok pembahasan sebagai berikut: 1. Apakah dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011? 2. Apakah dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011?

6

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Meningkatkan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian 1.

Manfaat Teoritis

Digunakan sebagai metode alternatif dalam pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi menulis narasi, dan menambah wawasan baru pengembangan teori menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping).

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis narasi. 2) Meningkatnya motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis narasi. b. Bagi guru 1) Meningkatnya profesionalisme guru. 2) Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif dengan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran menulis narasi. 3) Dapat

dijadikan

sebagai

bahan

pertimbangan

bagi

guru

dalam

menyampaikan materi menulis narasi pada siswa. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya kualitas pembelajaran menulis narasi baik proses maupun hasil dalam pelajaran bahasa Indonesia. 2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi

a. Pengertian Kemampuan Dalam

proses

pembelajaran

diperlukan

adanya

kemampuan.

Kemampuan awal siswa adalah prasarat yang diperlukan siswa utuk mengikuti proses belajar mengajar yang akan diikuti selanjutnya. Kemampuan awal siswa dapat dijadikan titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Menurut Chaplin dalam http://digilib.petra.ac.id “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. Sejalan dengan pendapat tersebut,

Akhmat

Sudrajat

dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com

menganalogikan kemampuan dengan kata kecakapan. Menurut Robbins dalam http://digilib.petra.ac.id, “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir, hasil latihan, atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins, (dalam http://digilib.petra.ac.id) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental.

7

8

2) Kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. Berdasarkan kedua faktor tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Begitu juga dengan kemampuan menulis bermula dari kemampuan intelektual maupun kemampuan fisik. Dalam kegiatan menulis kedua faktor ini akan saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Pengertian Menulis Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus dalam St.Y. Slamet, 2007: 96). Sementara itu Puji Santosa, dkk (2008: 6.14) mengemukakan bahwa menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis adalah menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan dalam Muchlisoh, 1993: 233). Menurut Byrne dalam St.Y. Slamet (2008: 141) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Jurnal internasional oleh David dalam (http://www.isetl.org/ijtlhe/) yang membicarakan tentang penelitian menulis (journal of writing research) mengemukakan beberapa hal yang terkait dengan menulis sebagai berikut : Writing contributes uniquely to learning. Through writing we can create new possibilities not inherent to speaking and observation (Emig,

9

1977). Yang berarti bahwa menulis dapat memberikan kontribusi unik untuk belajar. Melalui menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1977). Writing is an active learning process key to improving communication (both written and oral) and thinking, writing is embedded within social process some formal and others informal, and writing is primarily (although formal not exclusively) in a social activity (Russell, 1997; Young, 1994). Menulis adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak eksklusif) dalam

kegiatan sosial

(Russell, 1997; Young, 1994). Menurut Robert Lado dalam Agus Suriamiharja, Akhlan Husen, dan Nunuy Nurjanah (1997: 1) mengatakan bahwa: to write is to put down the graphic symbols that represent language one understand, so that other can read these graphic representation. Dapat diartikan bahwa menulis adalah kegiatan mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk simbol-simbol grafik untuk menjadi kesatuan

bahasa yang dimengerti, sehingga orang lain dapat

membaca simbol-simbol bahasa tersebut. Menulis, menurut Mc. Crimmon dalam St.Y. Slamet (2007: 96), adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskan sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Begitu pula menurut Hernowo (2002: 116) bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Dengan demikian, menulis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan dalam bentuk lambang bahasa tulis agar dapat dibaca oleh orang lain. Dapat

juga

diartikan

bahwa

menulis

adalah

berkomunikasi

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain secara tertulis (Agus Suriamiharja, Akhlan Husen, Nunuy Nurjanah, 1997: 1). Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa menulis adalah mengubah bahasa lisan, mungkin

10

menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya. Sedangkan menurut J.Ch. Sujanto (1988: 60) menulis merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Sebagai suatu proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)

yang memerlukan banyak latihan (St.Y. Slamet,

2007: 97). Sejalan dengan itu, Sri Hastuti dalam St.Y. Slamet, (2007: 98) mengungkapkan bahwa: Menulis, di samping sebagai proses, menulis juga merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain: (1) adanya kesatuan gagasan; (2) penggunaan kalimat yang jelas; (3) paragraf disusun dengan baik; (4) penerapan kaidah ejaan yang benar; dan (5) penguasaan kosakata yang memadai. Dalam kegiatan menulis, diperlukan adanya kompleksitas kegiatan untuk menyusun karangan secara baik yang meliputi:

(1) keterampilan

gramatikal, (2) penuangan isi, (3) keterampilan stilistika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan (Heaton dalam St.Y. Slamet, 2008: 142). Sejalan dengan hal tersebut kemampuan menulis menurut Sabarti Akhadiah (1994: 2) merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk kegiatan menulis, maka menulis harus dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar dan berlatih dengan sungguhsungguh. De Porter dan Hernacki (2006: 179) menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Dalam hal ini yang merupakan bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, dan tanda baca. Sementara itu yang termasuk

11

bagian emosional ialah semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru, dan kegembiraan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat didefinisikan menulis adalah serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapantahapan, dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa menulis merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca. Adapun unsur-unsur menulis dan manfaat menulis dapat dijelaskan di bawah ini: 1) Unsur-unsur Menulis Dalam membuat sebuah tulisan, diperlukan beberapa unsur yang harus diperhatikan. Menurut The Liang Gie (1992: 17-18), unsur menulis terdiri atas gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi), tatanan, dan wahana. 1) Gagasan Topik yang berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan seseorang. Gagasan seseorang tergantung pengalaman masa lalu atau pengetahuan yang dimilikinya. 2) Tuturan Merupakan pengungkapan gagasan yang dapat dipahami pembaca. Ada bermacam-macam tuturan, antara lain narasi, deskripsi, dan eksposisi, argumentasi, dan persuasi. 3) Tatanan Tatanan merupakan aturan yang harus diindahkan ketika akan menuangkan gagasan. Berarti ketika menulis tidak sekedar menulis harus mengindahkan aturan-aturan dalam menulis misalnya: 4) Wahana Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana berupa kosakata, gramatika, retorika (seni memakai bahasa). Bagi penulis pemula, wahana sering menjadi masalah. Mereka menggunakan kosakata,

12

gramatika, retorika yang masih sederhana dan terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, seorang penulis harus memperkaya kosakata yang belum diketahui artinya. Seorang penulis harus rajin menulis dan membaca. Sedangkan menurut David P. Haris dalam St.Y. Slamet (2007: 108) proses menulis sekurang-kurangnya mencakup lima unsur, yaitu (1) isi karangan, (2) bentuk karangan, (3) tata bahasa, (4) gaya, (5) ejaan dan tanda baca. Isi karangan adalah gagasan dari penulis yang akan dikemukakan. Bentuk karangan merupakan susunan atau penyajian isi karangan. Tata bahasa adalah kaidah-kaidah bahasa termasuk di dalamnya pola-pola kalimat. Gaya merupakan pilihan struktur dan kosakata untuk memberi nada tertentu terhadap karangan itu. Ejaan dan tanda baca adalah penggunaan tata cara penulisan lambang-lambang bahasa tertulis. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur menulis terdiri atas pengungkapkan gagasan, tuturan yang digunakan penulis dalam menyampaikan tulisannya, tatanan dalam penulisan, dan wahana yang berupa kosakata, serta ejaan dan tanda baca.

2) Manfaat Menulis Menulis merupakan suatu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1994: 1-2) ada beberapa manfaat menulis antara lain yaitu: 1) Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis. 2) Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan. 3) Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.

13

4) Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan menulis. 5) Melalui tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. 6) Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapat dipecahkan dengan lebih melaui tulisan. 7) Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat. Penulis menjadi penemu atau pemecah masalah bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. 8) Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib. Dari pendapat diatas, jelas bahwa melalui menulis seseorang akan mampu mengenali potensi yang dimilikinya. Penulis akan mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik atau bahan yang akan dibuat tulisan. Untuk mengembangkan topik tersebut, penulis harus berpikir, menggali pengetahuan dan pengalamannya. Menulis sebuah karangan sederhana secara teknis dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti kalau akan menulis karangan yang rumit. Dalam menulis karangan sederhana diperlukan adanya pemilihan topik, membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan paragrap yang tersusun secara logis, dan sebagainya. Walaupun demikian, kemampuan menulis bukanlah milik orang yang mempunyai bakat dalam menulis saja. Dengan latihan yang sungguhsungguh kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja yang berniat dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan.

c. Pengertian Narasi Narasi merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu dalam pelajaran bahasa Indonesia. Gorys Keraf (2001: 136) mengungkapkan bahwa narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.

14

Sedangkan menurut M. Atar Semi (1990: 32) narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi berdasarkan urutan waktu. Hal ini berarti bahwa dalam menulis narasi yang perlu menjadi perhatian utama adalah urutan waktu dari sebuah wacana tersebut. Menurut St.Y. Slamet (2007: 103), narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya suatu hal. Sejalan dengan hal tersebut J.Ch. Sujanto (1988: 111) mengungkapkan bahwa narasi merupakan jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan tentang rangkaian kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Begitu juga dengan yang diungkapkan Wahyu Wibowo (2001: 59) narasi adalah bentuk tulisan yang menggarisbawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun imajinatif. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Selain itu, narasi dapat juga mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Oleh karenanya dapat dirumuskan dengan cara lain bahwa menulis narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Jadi, unsur utama sebuah narasi adalah tindak-tanduk atau perbuatan dalam suatu urutan waktu. Setiap narasi memiliki plot atau alur cerita yang didasarkan pada kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi dalam hubungan

15

sebab akibat. Gorys Keraf (2001: 146) menggambarkan alur narasi pada gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Narasi

Dari gambar di atas terdapat garis yang tidak rata, hal ini menggambarkan bahwa pada alur tersebut merupakan gambaran bahwa selain klimaks utama cerita, masih ada klimaks-klimaks kecil yang membangun cerita. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa alur narasi merupakan urutan serangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang saling mengaitkan kisah-kisah kecil yang terikat dalam dalam suatu kesatuan waktu. Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat dicermati oleh pembaca. Lebih lanjut M. Atar Semi (1990: 33-34) mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut: 1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; 2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduannya; 3) Berdasarkan konflik. Karena, tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik; 4) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi; 5) Menekankan susunan kronologis (catatan: menekankan susunan ruang) 6) Biasanya memiliki dialog Dari penjelasan di atas, tampak bahwa narasi memiliki ciri-ciri khusus, yaitu berkaitan dengan peristiwa atau pengalaman manusia yang benar-benar

16

terjadi. Biasanya narasi berupa konflik, memiliki estetika, urut sesuai dengan kronologis, dan memiliki dialog. Bentuk tulisan narasi berusaha untuk menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan narasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Jenis Narasi Menulis narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa (Gorys Keraf, 2001: 136), yang berarti bahwa narasi ekspositoris merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan suatu kejadian yang telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Gorys Keraf, 2001: 138), dalam hal ini bahwa narasi sugestif terjadi karena adanya serangkaian cerita yang dibumbuhi dengan imajinasi penulis. Supaya lebih jelas, maka di bawah ini dijelaskan dalam tabel 1 perbedaan dari kedua narasi tersebut: Tabel 1 . Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif (Gorys Keraf, 2001: 138-139) Narasi Ekpositoris 1. Memperluas pengetahuan.

Narasi Sugestif 1. Menyampaikan suatu makna atau makna secara tersirat. 2. Menyampaikan informasi 2. Menimbulkan daya khayal. mengenai suatu kejadian. 3. Didasarkan pada penalaran 3. Penalaran hanya berfungsi untuk mencapai kesepakatan sebagai alat untuk nasional. menyampaikan makna. 4. Bahasanya lebih condong ke 4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan bahasa figuratif dengan pengunaan kata-kata denotatif. penggunaan kata-kata konotatif.

17

2) Tahap-tahap dalam Menulis Narasi Agar hasil tulisan menjadi lebih baik, maka dalam kegiatannya akan dibutuhkan beberapa taha-tahap menulis. Menurut St.Y. Slamet (2007: 97) bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Sehubungan dengan hal itu DePorter dan Hernacki (2006: 194) menyatakan ada tujuh tahapan dalam proses penulisan: (1) persiapan, yaitu mengelompokkan dan memulai menulis; (2) draft-kasar, yaitu mencari dan mengembangkan gagasan; (3) berbagi, memberikan draft tulisan untuk di baca orang lain dan mendapatkan umpan balik; (4) perbaikan, yaitu memperbaiki tulisan; (5) penyuntingan, adalah memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan; dan (7) evaluasi, yaitu memeriksa apakah sudah selesai ataukah belum. Gorys Keraf (2004: 38) menyatakan bahwa rangkaian aktivitas menulis meliputi: a) pramenulis, b) penulisan draft, c) revisi, d) penyuntingan, e) publikasi atau pembahasaan. Sementara itu Temple dkk. (dalam Ahmad dan Darmiyati, 2002: 52) mengidentifikasi bahwa ada 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami oleh anak, yaitu: prafonemik, fonemik tahap awal, nama-huruf, transisi, dan menguasai. Dalam tahap ini anak SD perlu mendapatkan bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Combs (dalam Ahmad dan Darmiyati, 2002: 51-52) mengungkapkan bahwa perkembanngan menulis mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Prinsip keterulangan (recurring principle): anak menyadari bahwa dalam suatu kata bentuk yang sama terjadi berulangulang. 2) Prinsip generatif (generative principle): anak menyadari bentukbentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam.

18

3) Konsep tanda (sign concept): anak memahami kearbirteran tanda-tanda dalam bahasa tulis. 4) Fleksibelitas (flexibility): anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat menjadi tanda yang lain. 5) Arah tanda (directionality): anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak dari satu huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju kea rah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain. Menurut Ahmad dan Darmiyati (2002: 51) menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel, yang meliputi: pramenulis, penulis draft, revisi, penyutingan, dan publikasi atau pembahasan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap menulis narasi meliputi tiga tahap utama, yaitu: tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap merevisi. Dalam tiap tahap tersebut ada proses yang lebih rinci yaitu persiapan, draft-kasar, berbagi, perbaikan, penyuntingan, dan penulisan kembali. Evaluasi juga perlu dilakukan di akhir kegiatan menulis, supaya menghasilkan tulisan yang bermutu.

3) Pembelajaran Menulis Narasi di SD Keterampilan menulis merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka masih sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Kemampuan menulis siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajarmengajar di sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran menuis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Syafi’e dalam St.Y. Slamet (2008: 141) keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah. Menulis narasi merupakan bagian dari keterampilan menulis. Di SD menulis narasi mulai di ajarkan di kelas tiga pada semester II.

19

Pembelajaran ini juga diajarkan di kelas-kelas berikutnya. Adapun salah satunya yaitu di kelas lima pada semester I, menulis narasi berlanjut yaitu pada kompetensi dasar menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan (KTSP, 2006:11). Dari kurikulum tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi selalu

dikembangkan

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan

dan

kematangan siswa. Pendekatan,

metode

atau

media

yang

digunakan

dalam

pembelajaran ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan guru, sekolah, siswa, sarana, dan tujuan yang diharapkan. Hal ini tergantng dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing, terutama di sekolahsekolah unggulan dengan SDM dan sarana yang memadai pembelajaran menulis sangat diperhatikan. Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas tiga SD semester dua dan berlanjut pada kelas-kelas berikutnya (di kelas lima) yang diperkenalkan dengan menulis karangan berdasarkan pengalaman.

4) Penilaian Menulis Narasi Tes kebahasaan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa. Melalui penilaian tersebut akan dapat diketahui hasil belajar siswa secara objektif. Penilaian akan mendapatkan hasil yang baik jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara lebih rinci. Kegiatan menulis melibatkan aspek penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembanagan paragraf, pengolahan gagasan dan pengembangan model karangan (St.Y. slamet, 2008: 209). Sehubungan dengan itu menurut Zaini Machmoed dalam Burhan Nurgiyantoro (2009: 305) menyatakan bahwa kategorikategori pokok dalam mengarang meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4)

20

mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon efektif guru terhadap karya tulis. Sejalan dengan hal tersebut Harris dan Amran dalam Burhan Nurgiyantoro (2009: 306) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan). Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti dengan organisasi, gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang lain. Seluruh aspek penilaian menulis narasi tersebut dapat disajikan dalam bentuk Tabel 2. berikut ini: Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Narasi (Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2009: 307-308)

ASPEK YANG DINILAI

I

SKOR

KRITERIA

27-30

SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi *substansif *pengembangan tesis tuntas *relevan dengan permasalahan dan tuntas

22-26

CUKUP-BAIK: informasi cukup *substansi cukup *pengembangan tesis terbatas *relevan dengan masalah tetapi tak lengkap

17-21

SEDANG-CUKUP: informasi terbatas *substansi cukup *pengembangan tesis tak cukup *permasalahan tak cukup

13-16

SANGAT-KURANG: tak berisi *tak ada substansi *tak ada pengembangan tesis *tak ada permasalahan

18-20

SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar *gagasan diungkapkan dengan jelas *padat *tertata dengan baik *urutan logis *kohesif

S I

O R

21

G A N I S A S I

14-17

CUKUP-BAIK: kurang lancar *kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat *bahan pendukung terbatas *urutan logis tetapi tak lengkap

10-13

SEDANG-CUKUP: tak lancar *gagasan kacau, terpotong-potong *urutan dan pengembangan tak logis

7-9

SANGAT-KURANG: tak terorganisir *tak layak nilai

komunikatif

*tak

18-20

SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih *pilihan kata dan ungkapan tepat *menguasai pembentukan kata

14-17

CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih *pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu

10-13

SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas *sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna

7–9

SANGAT-KURANG: pemanfaatan potensi kata asalasalan *pengetahuan tentang kosa kata rendah *tak layak nilai

22-25

SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif *hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan

18-21

CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif *kesalahan kecil pada konstruksi kompeks *terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur

11-17

SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat *makna membingugkan atau kabur

5 –10

SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan sintaksis *terdapat banyak kesalahan *tak komunikatif *tak layak nilai

5

SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan *hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan

E

4

CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi ejaan tetapi tak mengaburkan makna

K

3

SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahaan ejaan *makna membingungkan atau kabur

2

SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan penulisan *terdapat banyak kesalahan ejaan *tulisan tak terbaca *tak layak nilai

K O S A K A T A

P E N G B A H A S A M

A N I K

kesalahan

22

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat kemapuan menulis narasi adalah suatu kekuatan atau kecakapan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan yang mengisahkan suatu peristiwa, sesuai dengan urutan waktu kejadian yang telah terjadi. Hakikat kemampuan menulis narasi dalam penelitian ini adalah kecakapan secara menyeluruh yang dimilki oleh siswa, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan gagasannya ke dalam sebuah karangan yang menceritakan suatu peristiwa yang berdasarkan pada serangkaian waktu. Kemampuan menulis narasi yang dimiliki siswa kelas V SD Negeri Karangasem III merupakan hal yang akan ditindaklanjuti dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini diharapakan siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis, terutama dalam menulis narasi.

2. Hakikat Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

a. Pengertian Metode Pembelajaran Agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan sebuah metode untuk menyampaikannya. Menurut Edward (2009: 74) bahwa metode adalah cara. Menurut St.Y. Slamet (2008: 51) metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang tersusun secara sistematik dan terarah yang akan mempermudahkan dalam pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat diartikan juga, bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenagkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

23

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam belajar menulis yang baik diperlukan suatu metode. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah metode peta pikiran (mind mapping). Metode ini merupakan sistem terbaru yang di desain sesuai dengan kerja alami otak manusia (Edward, 2009: 67). Metode mind mapping menggunakan berbagai gambar dan warna yang akan menyeimbangkan cara kerja kedua otak. Sehingga dengan metode ini dapat menjadikan anak senang untuk belajar.

b. Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping) Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran. Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005: 175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. A mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other items linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision making, and writing (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map). Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Sementara itu DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam

24

suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Sejalan dengan hal tersebut, Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau peta pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib. (Hernowo, dalam http://www.mizan.com/index.php?fuseation=emagazine&id=37&fid=384). Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward, 2009: 64). Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan, 2008: 9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat lebih ditegaskan lagi oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are

portrayed

as

branches

of

larger

branches

(http://heldref-

publications.metapress.com/app/home/contribution.asp?referrer=parent&backt o=issue,3,8;journal,26,54;linkingpublicationresults,1:119930,1). Yang berarti bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.

25

Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif.

c. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping) Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. Buzan (2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami. 2) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. 3) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabangcabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat. 5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang

26

melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping). 7) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.

d. Kegunaan Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai gagasan dalam kegiatan menulis. Di dalam kegiatan menulis, peta pikiran membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis. Tugas menulis dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat topik-topik utama yang mungkin berkembang menjadi subjek baru, dengan pemikiran dan penjelajahan lebih lanjut. Di samping itu, menurut Yuliatul Maghfiroh (dalam http://carahidup.um.ac.id/2009/10/petapikiran-mind-mapping/) peta pikiran (mind mapping) mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1) Mudah melihat gambaran keseluruhan. 2) Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan. 3) Memudahkan penambahan informasi baru. 4) Pengkajian ulang bisa lebih cepat. 5) Setiap peta bersifat unik. Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menulis narasi bagi siswa SD. Melalui peta pikiran (mind mapping) siswa lebih mudah dalam mengorganisasikan pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan narasi.

27

e. Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, bahwa proses pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pembelajar dengan segala sesuatu yang menunjang terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam mencapai proses yang berkesinambungan itulah diperlukan metode yang tepat untuk diterapkan. Menurut HG. Tarigan (1991: 7) bahwa metode apapun yang digunakan dalam pengajaran bahasa, jelas bahwa tujuan utamanya ialah agar para siswa pembelajar terampil atau mampu berbahasa. Metode peta pikiran (mind mapping) sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi. Metode mencatat ini, didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnya (Buzan dalam DePorter, dkk., 2005: 176). Saat otak mengingat informasi, biasannya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, dan perasaan (Damasio dalam DePorter, dkk., 2005: 176). Franz

dalam

http://www.roseindia.net/articles/mind-mapping-

journal.page mengungkapkan bahwa A Mind Map is a powerful graphic technique that harnesses words, images, numbers, logic, rhythm, color and spatial skills. Yang mana peta pikiran adalah sebuah teknik atau metode yang sangat jelas yang memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan, angka-angka, logika, irama, warna dan keterampilan-keterampilan ruang. Dengan metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa memanfaatkan potensi kedua belah otak. Karena interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berpikir. Dengan telah terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan potensi dua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa

28

aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengambil keputusan berkualitas yang tepat. Ada bagian yang sulit dalam proses menulis, yaitu mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. Dengan peta pikiran, sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Dalam menulis narasi, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan idea tau gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan sebelumnya, bahwa peta pikiran (mind mapping) menggunakan gambar, warna, dan kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, apabila dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi, metode peta pikiran (mind mapping) jauh lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk berfikir. Hal ini berbeda dengan metode konvensional yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang hanya berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri saja. Kreativitas dan imajinasi tidak berkembang dengan baik apabila masih menggunakan metode konvensional tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran (mind mapping) sangat baik untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi. Implementasi metode peta pikiran (mind mapping) adalah sebagai berikut, siswa bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Apabila masih ada ide yang muncul di tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi.

29

Secara aplikatif, implementasi metode peta pikiran (mind mapping) ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama siswa bersama guru memilih tema/gagasan karangan narasi kemudian menuliskannya diatas selembar kertas kosong. Selanjutnya siswa mengamati media gambar atau foto yang disediakan guru, diikuti penulisan kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar berwarna. Kemudian siswa menuliskan pengembangan dari kata-kata kunci tersebut dalam ranting-ranting yang melingkupi pusat ide karangan tersebut. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, siswa baru ditugaskan untuk menulis narasi. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan dalam cabangcabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran (mind mapping) untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi. Berikut ini contoh peta pikiran (mind mapping) pada gambar 2:

Kelas tiga

Setelah satu minggu

1 minggu di rumah sakit

Teman-teman menjenguk THYPUS

Perut perih

Gejala Thypus

Periksa ke dokter Rawat inap

Gambar 2. Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping)

Perawatan Akibat Thypus Waktu duduk di kelas tiga, aku pernah dirawat di rumah sakit selama seminggu. Aku dirawat karena sakit gejala typhus. Itu kali pertama aku sakit typhus dan dirawat di rumah sakit. Saat pertama sakit, aku hanya merasakan suhu badanku naik dan perutku terasa perih. Saat itu juga, aku juga merasa lidahku terasa pahit.

30

Keesokan harinya, ayahku membawaku periksa ke dokter. Setelah dokter memeriksa, ia menyimpulkan bahwa aku menderita gejala typhus. Karena itu, aku harus dirawat dengan intensif. Dokter menyarankan supaya aku mendapat rawat inap. Saat itu juga ayahku memutuskan agar aku mendapat perawatan intensif Aku dirawat di ruangan khusus. Selama masa perawatan, aku harus menjaga pola makan dan istirahat yang cukup. Pantangan yang harus dilakukan selama perawatan adalah menghindari makanan yang terlalu keras, pedas, asam dan asin, serta tidak boleh banyak bergerak. Teman-temanku mulai menjengukku sejak hari pertama. Mereka semua mendoakanku agar cepat sembuh. Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, akhirnya aku diperbolehkan pulang. Dalam masa pemulihan setelah sakit, aku harus menjaga kesehatan dan pola makan. Agar kondisi kesehatanku terjaga, aku dianjurkan untuk makan bergizi dan rajin berolahraga. Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat metode peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik efektif, kreatif, dan imajinatif dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi kedalam bentuk peta atau cabang-cabang pikiran sehingga lebih mudah untuk memahaminya. Hakikat metode peta pikiran (mind mapping) dalam penelitian ini adalah bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok materi menulis narasi, siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) untuk mengembangkan gagasan yang akan diungkapakan dalam bentuk karangan narasi. Hal ini bertujuan agar siswa menjadi lebih mudah dan termotivasi dalam menulis narasi sehingga kemampuan menulis narasinya menjadi lebih meningkat.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Tutiek

Yunita

Rachmawati

dengan

judul

Peningkatan

Kualitas

Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Simpulan

31

dari penelitian tersebut bahwa metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen. Hal ini ditandai dengan prosentase yang selalu meningkat dalam setiap siklus. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 54%, minat dan motivasi sebesar 65% sedangkan perhatian dan konsentrasi sebesar 65%. Pada siklus II keaktifan siswa naik sebesar 81%, perhatian dan konsentrasi sebesar 85%, sedangkan minat dan motivasi siswa sebesar 85%. Pada siklus III keaktifan siswa meningkat sebesar 92%, perhatian dan konsentrasi sebesar 100% sedangkan minat dan motivasi siswa meningkat sebesar 100%. Penerapan metode peta pikiran (mind mapping) juga dapat meningkatkan nilai siswa yang meningkat pada setiap siklus, yaitu pada siklus I sebesar 60,2; pada siklus II 67,5; sedangkan pada siklus III 71,9. Perbedaan dari penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dengan penelitian ini adalah salah satu variabel yang diteliti yaitu kualitas pembelajaran menulis cerpen, subyek penelitiannya pada siswa kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008, penelitianya berlangsung 3 siklus, dan simpulan dari penelitiannya adalah metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen. Sementara itu persamaan dari penelitian ini adalah salah satu variabelnya menggunakan metode yang sama yaitu metode peta pikiran (mind mapping) dan hasil dari penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari apa yang diteliti. Haryani juga merupakan penelitian yang relevan dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD N Karanganyar 03 Tahun Ajaran 2008/2009. Hal ini dapat dilihat dari nilai kemampuan berbicara yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I prosentase ketuntasan kemampuan berbicara 51,8% sedangkan pada siklus II prosentase meningkat menjadi 66,6%, dan pada siklus III prosentase kemampuan berbicara meningkat menjadi 77,7%. Dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan dari penelitian Haryani dengan penelitian ini adalah salah satu variabel yang diteliti yaitu kemampuan berbicara, tempat penelitian di SD N Karanganyar 03 Tahun Ajaran 2008/2009, penelitianya

32

berlangsung 3 siklus, dan simpulan dari penelitiannya adalah peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Sementara itu persamaan dari penelitian ini adalah salah satu variabelnya menggunakan metode yang sama yaitu metode peta pikiran (mind mapping), subyek penelitian sama yaitu pada siswa kelas V SD, dan hasil dari penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari apa yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dan Haryani dapat diambil kesimpulan bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) berpengaruh terhadap siswa dalam pembelajaran. Ada keterkaitan dalam penelitian tersebut sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian kemampuan menulis narasi. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut maka peneliti mengembangkan penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping) agar dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Dari penelitian di atas menunjukkan metode peta pikiran (mind mapping) sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa baik dalam menulis cerpen maupun kemampuan berbicara. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan penelitian-penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta.

C. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis narasi yang selama ini dilihat masih kurang sehingga belum menunjukan hasil yang diharapkan. Kemampuan siswa selama ini yang terlihat masih kurang yaitu kemampuan menulis narasi siswa masih rendah, terbukti dari 68% siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Hal ini disebabkan adanya guru belum menggunakan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang inovatif atau masih konvensional sehingga siswa

33

menjadi bosan. Apabila pembelajaran tersebut dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan kemampuan menulis yang dimiliki siswa semakin berkurang. Agar kemampuan siswa dapat berkembang, maka peneliti akan melakukan suatu penilitian tindakan kelas. Pada kondisi awal kemapuan menulis narasi siswa masih rendah. Oleh karena itu diperlukan adannya suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Diantara berbagai pendekatan dalam pembelajaran, metode peta pikiran (mind mapping) adalah pendekatan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis narasi. Selain itu dengan metode peta pikiran (mind mapping) ini proses pembelajaran dapat meningkat. Melalui kolaborasi peneliti dan guru, metode peta pikiran (mind mapping) akan diterapkan dengan menggunakan siklus yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan dua siklus penelitian, yaitu indikator ketercapaian siklus I 70% dan siklus II ditingkatkan mencapai 75%. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

menulis narasi dan meningkatkan kemampuan menulis

narasi siswa. Secara skematis kerangka berfikir dapat digambarkan pada gambar 3 di bawah ini:

34

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

1. Guru belum menggunakan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) 2. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran masih konvensional

Melaui PTK Guru menggunakan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam pembelajaran menulis narasi

1. Kemampuan menulis narasi siswa masih rendah 2. 68% siswa mempunyai nilai di bawah KKM Siklus I Indikator ketercapaian kinerja sebesar 70% Siklus II

Indikator ketercapaian kinerja sebesar 75%

Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis Narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis Narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Tahun Pelajaran 2010/2011.

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di SD Negeri Karangasem III Surakarta. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti. 2. Waktu Penelitian Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan April sampai dengan September 2010. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada April, tahap pelaksanaan dimulai bulan Juli, tahap analisis data dimulai pada bulan Juli dan Agustus, dan yang terakhir yaitu penyusunan laporan akan dilaksanakan pada bulan Agustus dan September, adapun rinciannya ada pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian Bulan No.

Kegiatan

1.

Penyusunan dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian. Perencanaan dan Pelaksanaan penelitian Analisis data

2. 3.

4. 5.

April 2010

Mei 2010

Juni 2010

Juli 2010

Agustus September 2010 2010

X XX XX XXX X

XX XX

X X

Penyusunan laporan hingga penjilidan skripsi

XX XX

35

36

B. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 2) Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian dimulai dari permaslahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.

2. Strategi Penelitian Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai berikut: a. Tahap persiapan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran

37

2) Mempersiapkan instrument penelitian 3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Mengajukan solusi alternatif. b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan. c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permaslahan yang ada. d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut,dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa; (b) suasana kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.

D. Sumber Data Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji berupa informasi tentang kemampuan siswa dalam menulis narasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber, adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri dari siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta.

38

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping). 3. Arsip atau dokumen, yang antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil pekerjaan mengarang narasi siswa, dan buku penilaian.

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi pengamatan (observasi), kajian dokumen, dan tes yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Menurut H.B. Sutopo (2006: 75) teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Dalam teknik observasi ini dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali, (2) observasi berperan yang terdiri dari (a) berperan pasif, (b) berperan aktif, dan (c) berperan penuh (Spradley dalam H.B. Sutopo, 2006: 75). Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi berperan serta secara pasif. Observasi ini dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta dan peneliti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap guru SD Negeri Karangasem III Surakarta difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan menulis narasi. Observasi terhadap kinerja juga diarahkan pada kegiatan guru kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu observasi terhadap siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran.

39

2. Kajian Dokumentasi Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2006: 81) disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Kajian dokumen digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, hasil ulangan dan nilai yang diberikan oleh guru, dan nama responden penelitian pada siswa kelas V SD Negeri Karang Asem III Surakarta. Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto dan video. 3. Tes Menurut Zainal Arifin dalam Agus Suriamiharja (1997: 5) tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik atau siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik atau siswa tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau pada saat pemberian evaluasi. Tes dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta berupa tes uraian dalam bentuk tulisan atau karangan narasi yang harus diselesaikan oleh siswa. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta setelah kegiatan pemberian tindakan.

F. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong (2007:330) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

40

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Lebih lanjut Patton St.Y. Slamet (2007: 54) menyatakan bahwa teknik triangulasi dibagi menjadi empat macam, yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metodologis, dan (4) triangulasi teoritis. Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: 1. Triangulasi data Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Untuk menggali data yang sejenis bisa diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku warga masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis dari guru kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta. Peneliti juga mendapatkan data nilai dari pre test kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta, selain itu juga beberapa informasi dari Kepala sekolah SD Negeri Karangasem III Surakarta tentang kemampuan menulis siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, data sejenis dapat teruji kemantapan dan kebenarannya. 2. Triangulasi metode Triangulasi metode yaitu bahwa peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran menulis narasi di kelas V SD

41

Negeri Karangasem III Surakarta. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.

G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan interaktif. Teknik analisis kritis bertujuan untuk mengungkap kekurangan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di kelas selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan berdasarkan kreteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Adapun tenik analisis kedua yang dipergunakan, yaitu teknik analisis interaktif. Menurut Iskandar (2008: 222) dalam proses analisis data interaktif ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti. Tiga langkah tersebut adalah (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan atau verivikasi. Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan anlisis data sampai pada tahap penyajian hasil penelitian, serta pengambilan kesimpulan, seperti gambar 4 di bawah ini:

Display data

Penyediaan data

Reduksi data

Data Collection

Gambar 4. Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif (Sumber: Iskandar, 2008: 222)

42

Berkaitan dengan keterampilan menulis narasi siswa, analisis interaktif merupakan kegiatan menulis narasi siswa yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis narasi siswa. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis narasi siswa pada setiap siklusnya.

H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping). Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP Bahasa Indonesia kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan menulis narasi siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 70%. Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan menulis narasi siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 75%.

I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and

43

evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Prosedur yang diterapkan pada penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tindakan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1. Menentukan pokok bahasan 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping). 3. Mengembangkan skenario pembelajaran 4. Menyiapkan sumber belajar 5. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung 6. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal 1. Berdoa 2. Presensi 3. Guru mengkondisikan siswa. 4. Apersepsi: - Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan. - Guru dan siswa tanya jawab tentang karangan Kegiatan Inti 1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang langkah-langkah mengarang. 2. Guru menjelaskan cara membuat kerangka karangan. 3. Guru memberikan penjelasan tentang karangan narasi. 4. Guru menjelaskan penggunaan peta pikiran (mind mapping) dalam karangan narasi. 5. Siswa (secara individu) menuliskan karangan berdasarkan peta pikiran (mind mapping)

44

Kegitan Akhir 1. Siswa dan guru menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran. 2. Guru menutup pelajaran. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. d. Tahap Refleksi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil apabila dari 25 siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta yang memperoleh nilai ≥65 mencapai indikator ketercapaian kinerja, yaitu 70%. Dari hasil tes kemampuan menulis narasi baru mendapat 17 siswa atau 68% siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan. Oleh karena itu, indikator ketercapaian kinerja pada siklus I belum dapat dicapai kemudian perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dari proses pembelajaran pada siklus I.

2. Tindakan Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan 1. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2. Menentukan pokok bahasan 3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping) 4. Mengembangkan skenario pembelajaran 5. Menyiapkan sumber belajar 6. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap pelaksanaan Tindakan 1. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I

45

2. Guru menerapkan pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) 3. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) 4. Memantau perkembangan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. d. Tahap Refleksi Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pemgamatan dan penilaian hasil kemampuan menulis narasi siswa kemudian dianalisis. Dari refleksi siklus pertama ditemukan adanya hambatan yaitu masih ada beberapa siswa yang masih merasa kesulitan dalam membuat peta pikiran sehingga dalam membuat karangan narasinya masih belum dapat berkembang. Hambatan ini kemudian diperbaiki pada siklus II yaitu dengan mendekati dan memberi bimbingan kepada siswa tersebut bagaimana cara membuat peta pikiran kemudian mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi. Pada setiap pertemuan siklus II, pembutan peta pikiran dibuat lebih menarik dengan jalan siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta diberi gambar berwarna yang menarik sehingga siswa dapat lebih mudah membuat peta pikiran kemudian mengemabangkannya kedalam bentuk karangan narasi. Siswa SD Negeri Karangasem III Surakarta juga telah mampu menggunakan kata penghubung lalu dalam tulisannya. Selain itu siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta sudah dapat menulis karangan yang sesuai dengan aturan penulisan yang benar. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu KKM ≥65 ada 21 siswa atau 84% siswa. Jumlah tersebut berada di atas indikator kinerja siswa yaitu 75% yang mencapai nilai ≥65. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan peneliti sudah berhasil.

46

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini tertera pada gambar 5 berikut ini:

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan Gambar 5. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 16)

47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) Karangasem III. Letak secara geografis SD Negeri Karangasem III terletak di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, yang beralamat di Karangasem RT 01/RW IV. Sekolah ini berdiri sejak tanggal 1 Maret 1981, dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101036101047 dan Nomor Induk Sekolah (NIS) yaitu 20328360. SD Negeri Karangasem III terletak di sebelah timur lapangan Karangasem. Yaitu berada dalam satu kompleks dengan SD Negeri Karangasem I, dan SD Soropadan. Sekolah ini memiliki ruang kelas yang menunjang untuk terlaksananya proses pembelajaran. Di dalam SD ini terdapat beberapa gedung yang terdiri dari 6 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, perpustakaan, UKS, mushola, rumah penjaga, gudang, kantin sekolah, dan 5 kamar mandi. Sementara itu proses pembelajarannya memanfaatkan fasilitas BSE, alat peraga sederhana, alat olahraga, dan buku perpustakaan. Selain perpustakaan digunakan sebagai tempat membaca buku, di perpustakaan SD Karangasem III juga disediakan 3 komputer untuk siswa. Komputer tersebut digunakan secara bergantian, karena di SD Karangasem III belum memilki fasilitas laboratorium komputer. Hal ini merupakan salah satu usaha sekolah untuk meningkatkan pengetahuan serta informasi siswa. Dengan adanya fasilitas yang ada di perpustakaan ini diharapkan siswa dapat belajar dan mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Pembelajaran di SD Karangasem III menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD tahun 2006 yang ditetapkan oleh Badan Pendidikan Nasional. Proses pembelajaran di SD tempat penelitian ini ditunjang oleh personil ketenagaan yang terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru olahraga, 3 guru wiata bakti (WB), dan 1 penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa yang ada di sekolah ini adalah 195 siswa. Adapun kelas yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelas V dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. 47

48

B. Deskripsi Awal Tindakan Kelas yang digunakan penelitian adalah kelas V yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan dengan guru kelas yang bernama Ibu Kusumastuti, A.Ma. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan survei awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kelas V. Setelah peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas V dan mengamati keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi menulis dirasa sulit bagi siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis masih belum mencapai KKM. Sehingga kemampuan siswa dalam kompetensi menulis khususnya menulis narasi masih rendah. Dari seluruh siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa, hanya 8 siswa atau sebanyak 32% siswa yang nilainya mencapai KKM ≥65. Rendahnya kemampuan menulis siswa khususnya menulis narasi menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok aspek menulis narasi. Berikut adalah hasil tes awal kemampuan menulis narasi siswa kelas V yang ditujukkan pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal Nilai Interval Frekuensi Tengah Prosentase No fi xi Keteranagan Nilai (fi) (%) (xi) 1 45-50 2 47,5 95 8% Dibawah KKM 2 51-56 4 53,5 214 16% Dibawah KKM 3 57-62 11 59,5 654,5 44% Dibawah KKM 4 63-68 3 65,5 196,5 12% Diatas KKM 5 69-74 3 71,5 214,5 12% Diatas KKM 6 75-80 2 77,5 155 8% Diatas KKM Jumlah 25 1530 100% Nilai Rata-rata = 1530 : 25 = 61,2 Ketuntasan Klasikal = 8 : 25 x 100% = 32%

49

Dari tabel distribusi frekuensi penilaian hasil kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Karangasem III pada kondisi awal sebelum tindakan yang ditampilkan pada tabel 5 dapat disajikan dalam bentuk gambar 6 yaitu grafik nilai kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Karangasem III pada kondisi awal:

Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III pada Kondisi Awal Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi dengan mengadakan penelitian di kelas V SD Negeri Karangasem III yang menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) pada pelajaran Bahasa Indonesia pokok materi menulis narasi. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang masih memiliki kemampuan menulis yang masih rendah, selain itu agar lebih meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil pembelajarannya lebih memuaskan.

C. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali petemuan (4 × 35 menit) selama 1 minggu pada tanggal 24 Juli 2010 dan 28 Juli 2010. Adapun tahapantahapan yang di lakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

50

a. Perencanaan Pada

perencanaan

ini

dilakukan

pengamatan

terhadap

proses

pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di kelas V untuk mengetahui model pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang di laksanakan. Di samping itu mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok kemampuan menulis. Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar di SD Negeri Karangasem III diperoleh informasi sebagai data awal bahwa sebanyak 25 siswa terdapat 17 siswa atau 68% yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥65. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata sebagian besar siswa belum mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara lebih leluasa serta belum dapat menuliskan karangan dengan aturan penulisan yang benar. Disamping hal tersebut bahwa pembelajaran menulis narasi masih cukup inovatif. Siswa dalam menulis narasi masih banyak yang tidak bersungguh-sungguh dan cukup mempunyai kemauan yang keras untuk menulis narasi. Siswa belum terampil dalam menyusun kalimat-kalimat dan belum memperhatikan tanda baca dalam menulis karangan narasi. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif peningkatan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping). Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan menulis narasi di kelas V. Alasan memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah: a) Kompetensi dasar atau indikator tentang menulis narasi sangat sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator tersebut.

51

b) Kompetensi Dasar atau indikator menulis narasi tersebut nantinya dapat dipergunakan

dalam

meningkatkan

kemampuan

siswa

dalam

keterampilan menulis lebih lanjut. c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator menulis narasi didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa. 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 2 x petemuan. Masingmasing pertemuan 2 jam pelajaran atau sekitar 70 menit. Pada siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 24 dan 28 Juli 2010. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkah-langkah / sekenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir 3. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, kursi diatur dengan model U atau per individu. b) Gambar dan Kapur Warna Gambar digunakan sebagai media yang memudahkan siswa dalam pembuatan peta pikiran (mind mapping). Gambar besar di tempel di depan kelas, kemudian guru menjelaskan cara membuat peta pikiran (mind maping) lalu mencabang-cabangkannya dengan kapur warna. Sementara itu, setiap siswa diberi kertas HVS untuk membuat peta pikiran (mind mapping) dengan menggunakan spidol warna. c) Buku pelajaran Buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Indahnya Bahasa dan Sastra

52

Indonesia untuk SD kelas V pengarang: H. Suyatno, dkk. dan buku Bahasa Indonesiaku Membuatku Cerdas untuk kelas V SD dan MI, pengarang: Edi Warsidi dan Farika. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahapan ini

guru melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. 1) Pertemuan I Pada pertemuan I dilaksnakan pada hari Sabtu tanggal 24 Juli 2010 pada jam kedua dan ketiga yaitu pukul 08.35-08.45 WIB. Materi yang diajarkan adalah siswa dapat menyebutkan 3 langkah mengarang, dan membuat peta pikiran (mind mapping). Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping). Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan media gambar yang disesuaikan dengan tema karangan. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima palajaran dengan tepuk “Kalau Kau Siap Belajar”. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman mereka mengarang. Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan materi mengarang dimulai dari pengertian mengarang. Setelah guru menerangkan tentang pengertian mengarang dan langkah-langkah mengarang, kemudian guru mengajukan

pertanyaan

mengarang.

Siswa

kepada

menjawab

siswa

tentang

langkah-langkah

pertanyaan-pertanyaan

dari

guru.

Selanjutnya guru membimbing siswa dengan memberi penjelasan di depan kelas untuk membuat kerangka karangan. Setelah siswa memahami konsep mengarang

dan

langkah-langkahnya

kemudian

guru

membagikan

karangan narasi yang berjudul “Perawatan Akibat Thypus” disertai dengan

53

peta pikiran (mind mapping)-nya. Masing-masing siswa ditugaskan untuk membaca karangan yang telah dibagikan guru yang berjudul “Perawatan Akibat Thypus”. Selesai siswa membaca karangan, kemudian guru memberikan penjelasan mengenai karangan narasi yaitu karangan yang berkaitan dengan cerita. Guru memberikan informasi bahwa sebelum membuat karangan siswa membuat peta pikiran terlebih dahulu agar lebih mudah dalam menuangkan pikiran dan perasaan dalam bentuk karangan. Siswa dapat melihat contoh peta pikiran dari hasil karangan yang sudah dibagikan. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan liburan yang telah mereka jalani. Siswa dan guru bersama-sama menentukan tema karangan liburan. Dari tema yang sudah disepakati yaitu liburan, siswa dapat memilih 3 topik dari tema liburan, yaitu: liburan di rumah, liburan ke rumah nenek/kakek, atau pergi ke tempat pariwisata. Siswa dibagi tugas kelompok setiap bangku untuk membuat peta pikiran (mind mapping) dari salah satu tema liburan tersebut dengan menggunakan kertas HVS dengan menggunakan spidol warna. Sebelum siswa membuat peta pikiran terlebih dahulu guru di depan kelas membimbing siswa membuat peta pikiran (mind mapping) dengan bantuan gambar yang dipasang di papan tulis kemudian dicabang-cabangkan dengan kapur warna. Setelah guru memberikan penjelasan, lalu siswa membuat peta pikiran (mind mapping). Guru berkeliling kepada siswa dan memberikan arahan bagi siswa yang masih belum bisa membuat peta pikiran. Setelah siswa menyelesaikan tugas kelompok, lalu guru menugaskan kepada setiap siswa untuk membuat karangan narasi dari hasil peta pikiran (mind mapping) yang telah diselesaikan secara kelompok. Masing-masing siswa menuliskan karangan dengan tema liburan pada kertas folio yang telah disediakan guru. Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru bersama siswa menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran. Setelah itu, guru menutup pembelajaran bahasa Indonesia.

54

2) Pertemuan II Pada pertemuan II dilaksanakan pada jam kedua dan ketiga yaitu pukul 08.35-08.45 WIB pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2010. Pada pertemuan ini materi yang dipelajari adalah siswa dapat menulis karangan berdasarkan pengalaman yang pernah dialami dan siswa dapat menggunakan kata penghubung lalu dengan tepat. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping). Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan gambar yang disesuaikan dengan tema berdasarkan pengalaman siswa. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima palajaran dengan tepuk “Kalau Kau Siap Belajar”. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengingat kembali tentang pelajaran mengarang yang diterima pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan inti guru memulai dengan memberikan tugas kepada seluruh siswa agar mendengarkan salah satu hasil karangan yang terbaik dari hasil pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan hasil karangan yang dibaca oleh guru dengan seksama. Hal ini bertujuan agar siswa yang lainnya dapat termotivasi untuk mengarang lebih baik lagi karena dengan pembacaan tersebut siswa menjadi bangga akan hasil yang sudah dibacakan oleh guru. Setelah itu guru memberikan masukan dan saran dari hasil karangan yang dibacakan maupun karangan yang lain (yang tidak dibacakan). Guru memberikan penjelasan tentang penulisan karangan yang benar dan penggunaan kata penghubung lalu dalam kalimat. Guru memberikan contoh penggunaan kata penghubung lalu dalam kalimat. Guru memberitahukan bahwa kata penghubung lalu digunakan untuk menerangkan keterangan waktu, sehingga dapat digunakan dalam menuliskan karangan narasi karena karangan narasi adalah bentuk karangan menceritakan suatu peristiwa yang berkaitan dengan waktu. Guru dan siswa mengingat kembali dari pertemuan sebelumnya tentang

55

karangan narasi dan pembuatan peta pikiran (mind mapping) dari tema liburan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman menarik tentang perpustakaan. Guru menugaskan siswa secara kelompok untuk berdiskusi dengan teman sebangku mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal berkaitan dengan perpustakaan. Guru membimbing siswa di depan kelas untuk menuliskan kata kunci yang berkaitan dengan perpustakaan, kemudian dijadikan peta pikiran (mind mapping) dengan menggunakan gambar dan kapur warna. Setelah itu masing-masing siswa diberikan tugas untuk mebuat peta pikiran tentang perpustakaan. Guru membagikan kertas HVS putih untuk membuat peta pikiran (mind mapping). Siswa membuat peta pikiran dengan menggunakan spidol warna. Guru memantau kegiatan siswa saat membuat peta pikiran (mind mapping). Guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk lebih mengembangkan pembuatan peta pikiran (mind mapping) dari tema perpustakaan. Setelah siswa menyelesaikan tugas membuat peta pikiran, kemudian siswa membuat karangan narasi dari hasil peta pikiran (mind mapping) tersebut dan juga menggunakan kata penghubung lalu dalam karangannya. Masing-masing siswa menuliskan karangan dengan tema perpustakaan pada kertas folio yang telah disediakan guru. Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan kegiatan guru bersama siswa menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran. Setelah itu, guru menutup pembelajaran bahasa Indonesia. c. Observasi Pada tahap observasi dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dilaksanakan dengan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah dirumuskan oleh peneliti dengan guru kelas. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada kemampuan menulis narasi kelas V dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

56

(RPP) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat menghasilkan perubahan pada hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD Karangasem III. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus I sebagai berikut. Pertemuan I 1) Kegiatan Guru (Lampiran 4) a) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria cukup, b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria cukup, c) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik, d) Kemampuan guru memberikan

apersepsi

dalam

kriteria

cukup,

e)

Kemampuan

menyampaikan materi dalam kriteria cukup, f) Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria cukup, g) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, h) Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria cukup, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria baik, j) Skor rata-rata 2,33 dengan kriteria cukup. 2) Kegiatan Siswa (Lampiran 5) a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria cukup, b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam kriteria cukup, c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam kriteria cukup, d) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik, e) Keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam kriteria baik, f) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria baik, g) Skor rata-rata 2,50 dengan kriteria cukup. Pertemuan II 1) Kegiatan Guru (Lampiran 4) a) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria baik, b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria baik, c) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik, d) Kemampuan guru

57

memberikan

apersepsi

dalam

kriteria

cukup,

e)

Kemampuan

menyampaikan materi dalam kriteria cukup, f) Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria baik, g) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, h) Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria cukup, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik, j) Skor rata-rata 2,78 dengan kriteria baik. 2) Kegiatan Siswa (Lampiran 5) a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria baik, b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam kriteria baik, c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam kriteria cukup, d) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik, e) Keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam kriteria baik, f) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria baik, g) Skor rata-rata 2,83 dengan kriteria baik. Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan siswa dalam membuat peta pikiran (mind mapping) dan membuat karangan narasi. Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi menulis narasi sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok menulis narasi yang dilaksanakan dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) pada siklus I dapat ditarik simpulan bahwa keaktifan siswa sudah ada peningkatan namun belum maksimal, meskipun sudah ada perubahan dari pertemuan I ke pertemuan II. Tetapi hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik.

58

d. Refleksi Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus I belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan menulis narasi. Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I: Berdasarkan

hasil

pengamatan

selama

proses

pembelajaran

menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) belum sepenuhnya tampak. Meskipun sudah dijelaskan, tetapi masih ada siswa yang belum mengerti atau paham dalam pembuatan peta pikiran (mind mapping) untuk mengarang narasi. Disamping itu masih ada siswa yang belum mampu menulis narasi yang sesuai dengan aturan penulisan yang benar dan penggunaan kata penghubung lalu dalam karangan. Hal ini mengakibatkan siswa belum sepenuhnya dapat membuat karangan narasi berdasarkan peta pikiran (mind mapping), sehingga nilai yang diperoleh siswa pada siklus I belum menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Dengan nilai rata-rata kelas mencapai 65,8, siswa yang memperoleh nilai