PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA ...

109 downloads 193 Views 40KB Size Report
Peningkatan hasil pembelajaran ditandai meningkatnya skor aspek isi, aspek bahasa, aspek ejaan dan tanda baca. Kata kunci: Menulis Cerita, Media Komik.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK Oleh: Rahmat Mahmudi1 Mudjianto2 Heri Suwignyo3 Email: [email protected] Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Abstrac: This study aims to discribed the improve student’s ability to rewrite the story of 7 th Junior High School 01 Turen, use the classroom action research of kemis and tagart design. Focus increased on the process and outcome. The resulting increase in the content of the short story refers to aspects, aspect of language, and aspects of spelling and punctuation. Increase in the learning process, students are active to follow the lessons. Improved learning outcomes score marked the third increase in the aspect. Keyword: Write Story, Comic Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskrespsikan peningkatan kemampuan menuliskan kembali cerita siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen, dengan rancangan penelitian tindakan kelas model Kemis dan Tagart. Peningkatan difokuskan pada proses dan hasil. Hasil peningkatan mengacu pada aspek isi cerita, aspek bahasa, dan aspek ejaan dan tanda baca. Peningkatan proses pembelajaran ditandai oleh keaktifan dan antusisame siswa mengikuti pembelajaran. Peningkatan hasil pembelajaran ditandai meningkatnya skor aspek isi, aspek bahasa, aspek ejaan dan tanda baca. Kata kunci: Menulis Cerita, Media Komik

Keterampilan menulis di sekolah menengah pertama memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah keterampilan menulis cerita. Dalam pembelajaran menulis cerita, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat cerita, namun juga diperlukan kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat cerita yang menarik untuk dibaca. Berdasar observasi awal yang dilakukakan peneliti tanggal 10 Oktober 2011 diketahui siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen dalam menulis cerita, siswa sering mengalami kesulitan dalam memilih tema yang akan dibuat cerita. Kesulitan lain yang dihadapai siswa yaitu menuangkan dan mengambangkan ide 1

adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) progam studi pendidikan bahasa, sastra indonesia, dan daerah. Artikel ini diangkat dari Skrispsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2012 2 adalah dosen Fakultas Sastra di Universitas Negeri Malang (UM) 3 adalah dosen Fakultas Sastra di Universitas Negeri Malang (UM)

2

atau peristiwa dalam bentuk cerita sehingga mereka kesulitan untuk memulai kegiatan menulis. Dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita ini perlu dilakukan strategi dan cara yang lebih menarik perhatian siswa. Tidak terkecuali pada siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen Permasalahan yang dialami siswa tersebut dapat dibantu melalui teknik atau metode baru yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerita. Penggunaan media komik dapat digunakan untuk memudahkan siswa menentukan ide cerita dan membuat ide pokok-ide pokok cerita pendek yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Hurlock (1956:123) memamparkan alasan keunggulan media komik yaitu, anak akan senang membaca karena komik mudah dibaca, bahkan anak dengan kemampuan membaca rendah dapat memahami artinya dari gambar yang ada dalam komik Tujuan penelitian ini adalah; (1) Mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran menulis cerita siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen, (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran menulis cerita siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen pada (1) aspek isi cerita, (2) aspek kebahasaan, (3) aspek ejaan dan tanda baca. METODE Rancangan penelitian adalah pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen pada tanggal 7-16 februari 2012. Penelitian tindakan kelas adalah suatu perencanaan kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto,2006:4), dengan karakteristik: (1) persoalan yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan sehari-hari, (2) penelitian memungkinkan untuk memberikan perlakuan berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan, sekaligus untuk meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh peneliti, (3) langkah-langkah peneliti dilakukan dalam siklus, (4) adanya langkah reflektif dari peneliti sebelum dan sesudah tindakan (Sudjana,2006). Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi dan rubrik penilaian menulis cerita yang telah di konsultasikan dengan dosen pembimbing. Data penelitian ini adalah data verbal dan data skor. Data verbal berupa uraian kata-kata, catatan, tentang proses pembelajaran yang dikumpulkan dengan instrumen dan dilaporkan secara sistematis melaui informasi lisan dari guru dan siswa serta beberapa komentar, catatan, hasil observasi, dan wawancara yang dihimpun selama dan sesudah tindakan berlangsung serta dianalisis secara kualitatif. Adapun data skor adalah data berupa nilai yang menggambarkan kemampuan menuliskan kembali cerita yang pernah dibaca siswa, dikumpulkan dengan instrumen rubrik penilaian menulis cerita yang disusun dan dianalisis secara kuantitatif berupa skor menulis cerita siswa berkaitan dengan peningkatan hasil menuliskan kembali cerita. teknik analisis data dengan rumus total skor yang

3

diperoleh siswa pada aspek tertentu dibagi dengan skor maksimal aspek tersebut dikalikan dengan konstanta. Hasil penghitungan kemudian di konversikan ke tabel klasifikasi. HASIL PENELITIAN Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerita Pada siklus I antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran termasuk ke dalam kategori cukup. Siswa cukup berantusias dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita terlihat saat siswa menganilis unsur intrinsik komik, menulis kerangka cerita dan mengembangkannya. Dari hasil wawancara dengan siswa sebagian besar siswa mengatakan penggunaan media komik sebagai media menulis cerita baru pertama kali dilakukan dan cukup menarik. Pada siklus I keseriusan siswa cukup baik terhadap penjelasan yang diberikan guru siswa sudah cukup bersemangat dalam mendengarkan dan Memperhatikan penjelasan dari guru. Namun tidak semua siswa berlaku demikian, terlihat beberapa siswa berbicara sendiri dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi di depan kelas. Sebagian siswa belum tertarik terhadap pembelajaran menulis cerita. Selain itu, siswa juga masih banyak yang belum berani bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini berbeda dengan siklus II yang sudah baik dalam memperhatikan penjelasan dari guru, pada siklus II siswa memperhatikan penjelasan dari guru serta menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Siswa terlihat sangat bersemangat untuk mendengarkan dan mengikuti penjelasan guru. Tidak terlihat lagi siswa yang ramai atau berbicara sendiri dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi didepan kelas. Pada siklus II keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sudah terlihat. Mereka tidak lagi malu dan ragu bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi menulis cerita. Pada siklus I keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena mereka kelihatan malu dan raguragu atas pertanyaan yang ingin mereka sampaikan kepada guru, takut jika pertanyaan yang akan dikemukakan salah, atau malah mereka bingung apa yang harus ditanyakan. Berbeda dengan siklus II, pada siklus II keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat baik. Hal ini diperlihatkan dengan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa sudah tidak malu lagi jika bertanya kepada guru tentang kesulitan yang mereka alami. Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulis Cerita Aspek Isi Pada siklus I aspek isi sebanyak 2 siswa atau 6,25 % berkualifikasi baik, meningkat menjadi 23 siswa atau 65,625 % pada siklus II, sebanyak 16 siswa atau 56,25% berkualifikasi cukup berkurang menjadi 1 siswa atau sebanyak 37,5% pada siklus II. Pada siklus I tidak ada siswa yang mendpat kualifikasi sangat baik meningkat menjadi 8 siswa atau 28,125 %. Tidak ada yang berkualifikasi kurang pada siklus II dari 12 siswa atau kurang dari 12 siswa atau 37,5 (siklus I).

4

Aspek Bahasa Aspek bahasa pada siklus I sebanyak 6 siswa atau 18,75 % berkualifikasi baik meningkat menjadi 24 siswa atau 75 % pada siklus II. Siswa yang berkualifikasi cukup sebanyak 25 orang atau 78,125 % pada siklus I berkurang menjadi 4 siswa atau 12,5 % pada siklus II. Siswa yang belum tuntas karena kurang dari SKM sebanyak 1 siswa atau 3,125 % siklus I dan tidak ada siswa berkualifikasi kurang pda siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan siswa yang mendapat kualifikasi sangat baik sebanyak 12,5 % atau 4 siswa . Aspek Ejaan dan Penggunaan Tanda Baca Aspek Ejaan pada siklus I sebanyak 7 siswa atau 21,875 % mendapat kulaifikasi baik meningkat sebanyak 65,625 % atau 21 siswa siklus II, sedang siswa yang mendapat kualifikasi cukup sebanyak 23 siswa atau 71,875 % berkurang menjadi 10 siswa atau 31,25 % siklus II, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah SKM. Pada siklus II terjadi peningkatan siswa yang mendapat kualifikasi sangat baik sebanyak 1 siswa atau 3,125%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa media komik dapat meningkatkan kemampuan menuliskan kembali cerita yang pernah dibaca siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen pada aspek (1) isi, (2) aspek bahasa, (3) ejaan dan penggunaan tanda baca. PEMBAHASAN Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerita Siswa dengan Media Komik Proses peningkatan kemampuan menulis cerita dengan media komik dilakukan 2 siklus. Pada siklus I awal pembelajaran diawali dengan guru memberi ulasan KD yang akan dicapai yaitu menulis cerita. Pada siklus I Siswa kurang antusias terhadap pembelajaran, siswa mengeluh menulis cerita itu sulit, berbeda pada siklus II siswa antusias mengikuti pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I Guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan seputar unsur pembangun cerita mulai dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang. Hal ini dimaksudkan untuk menggali informasi dan mengingat kembali pengetahuan siswa tentang unsur pembangun cerita. Sejalan dengan pendapat yang disampaikan Roekhan (1991:23), Pengalaman dan pengetahuan ibarat bahan bakar. Setelah itu guru membagikan komik dan meminta siswa untuk membaca dan menentukan unsur pembangun komik tersebut mulai dari tema komik, tokoh dan watak tokoh, alur, latar, dan sudut pandang dan membuat kerangka cerita dari unsur-unsur tesebut. Menurut Roekhan (1991:124) sebuah gambar yang mengandung ide tertentu dapat menjadi sumber penulisan karya sastra yang baik. Dengan dipandu gambar, ide yang ditangkap penulis lebih mudah dimatangkan dan ditata. Kegiatan siswa selanjutnya adalah mengembangkan kerangka cerita menjadi cerita yang utuh. Pada siklus I beberapa siswa masih terlihat bingung dalam mengembangkan kerangka cerita. Pada siklus II Guru mengatasinya dengan memberikan contoh bagaimana menulis kerangka dengan menayangkan slide komik yang diberikan. Dari slide gambar model guru memberi contoh mengembangkan kerangka menjadi cerita yang utuh.

5

Hasnun (dalam Harsati, 2007) mengemukakan, pada dasarnya untuk menyusun karangan, baik itu karangan fiksi maupun non fiksi langkah yang harus ditempuh tidak jauh beda. Langkah awal membuat karangan yaitu, (1) menentukan tema dan judul, (2) mengumpulkan bahan, (3) menyeleksi bahan, (4) membuat kerangka, (5) mengembangkan kerangka. Kegiatan siswa selanjutnya mengembangkan kerangka cerita menjadi cerita yang utuh. Penulisan kerangka karangan dimaksudkan agar siswa lebih mudah dalam penulisan cerita nantinya, ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Hasnun (2006:8) fungsi kerangka karangan antara lain (1) memudahkan pengelolaan karangan, sehingga lebih lebih teratur dan sistematis, (2) memudahkan penulisan dalam menguraikan setiap masalah, yaitu masalah penting dan masalah tidak penting. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga meningkat sesuai dengan lembar observasi dan catatan lapangan yang dilakukan observer. Kegiatan akhir atau refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang sesuai dengan rencana pembelajaran dan mengatasi masalah-masalah yang muncul di siklus I. Pada siklus II beberapa siswa terlihat senang karena skor terbaik menulis cerita akan mendapatkan surprise. Hasil wawancara dengan siswa juga terlihat antusias ingin menulis cerita lagi setelah pembelajaran yang telah dilakukan. Pada siklus II Guru membagikan cerita yang telah dibuat siswa dan telah dinilai. Aktivitas Siswa pada tahap ini yaitu menuliskan kembali ceritanya dengan memerhatikan ejaan, tanda baca, kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Sejalan dengan pendapat Roekhan (1991:125) seseorang yang ingin lihai dalam menulis cerita perlu latihan. Latihan yang bisa dilakukan adalah latihan menuliskan samua ide-ide walaupun hanya satu atau beberapa kalimat saja. Latihan semacam ini sangat penting dilakukan jika penulis mengalami kesulitan menemukan ide untuk ditulis. Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulis Cerita dengan Media Komik Aspek isi siswa yang mendapat kulaifikasi baik sebanyak 2 siswa atau 6,25 % (siklus I) meningkat menjadi 23 siswa atau 65,625 % (siklus II). Siswa mendapat kulaifikasi cukup sebanyak 18 siswa atau 53,125% (siklus I) berkurang menjadi 1 siswa atau 3,125 % (siklus II). Tidak ada siswa yang mendapat kualifikasi kurang pada siklus II dari 12 siswa atau 40,625% (siklus I). Peningkatan signifikan aspek isi pada subaspek tokoh dan penokohan, dan alur, berikut paparannya. Siswa dengan kualifikasi sangat baik sebanyak 1 siswa atau 3,125 % (siklus I) meningkat mejadi 13 siswa atau 40.6% (siklus II). Kualifikasi sangat baik jika pengembangan tokoh dan penokohan disajikan dengan sangat jelas dan mendukung tema. Siswa denga kualifikasi baik sebanyak 10 siswa 31,5 % (pada siklus I) meningkat menjadi 17 siswa atau 53,125 % (siklus II). Kualifikasi baik jika Tokoh dan penokohan disajikan dengan cukup jelas dan mendukung tema. Siswa dengan kualifikasi cukup sebanyak 20 atau 62,5 % (siklus I) berkurang menjadi 2 siswa atau 6,25 % (siklus II). Kualifikasi cukup jika penggambaran tokoh dan penokohan disajikan kurang jelas dan mendukung tema. Siswa dengan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa atau 3,125 % (siklus I) dan tidak ada siswa yang, mendapat kualifikasi kurang pada siklus II. Kualifikasi

6

kurang jika penggambaran tokoh dan penokohan diasajikan tidak jelas dan tidak mendukung tema. Peningkatan subaspek alur kualifikasi sangat baik sebanyak 2 siswa atau 6,25 % (siklus I) meningkat menjadi 18 siswa atau 56,25 % (siklus II). Kualifikasi sangat baik jika alur dalam cerita runtut, lengkap, menarik berikut kutipan cerita kualifikasi sangat baik. Peningkatan subaspek alur kualifikasi baik sebanyak 12 siswa atau 37,5 % (siklus I) menurun menjadi 6 siswa atau 18,7 % (siklus II). Kualifikasi baik jika alur dalam cerita runtut, lengkap, menarik berikut kutipan cerita kualifikasi sangat baik jika alur dalam cerita runtut, lengkap dan tidak menarik. Peningkatan subaspek alur kualifikasi cukup sebanyak 16 siswa atau 50 % (siklus I) menurun menjadi 8 siswa atau 25 % (siklus II). Kualifikasi baik jika alur dalam cerita runtut, lengkap, menarik berikut kutipan cerita kualifikasi sangat baik jika alur cerita runtut tidak lengkap, dan tidak menarik Peningkatan subaspek alur tidak ada siswa kualifikasi kurang pada siklus II dari 1 siswa atau 3,125 % (siklus I). Kualifikasi kurang jika alur cerita tidak runtut, tidak lengkap dan tidak manarik Hasil kemapuan menulis cerita siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil yang diperoleh siswa tersebut merupakan suatu bentuk peningkatan dari tindakan yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa media komik dapat meningkatkan kemampuan menulis cepen siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen. Selain dari hasil yang diperoleh siswa tersebut, peningkatan ini juga terlihat pada semangat siswa dalam pembelajaran menulis cerita yang meningkat dibangkan saat studi pendahuluan. SIMPULAN DAN SARAN Peningkatan Proses Pembelajaran Menulis Cerita Kegiatan pembelajaran menulis cerita siklus I diawali dengan tanya jawab seputar unsur intrinsik cerita untuk menggali informasi pengetahuan siswa terhadap unsur intrinsik cerita. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus I kurang mereka beralasan menulis cerita itu sulit, berbeda Pada siklus II antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis meningkat. Terlihat saat guru meminta siswa menuliskan kembali cerita yang mereka buat dengan memerhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca. Antusiasme siswa meningkat karena guru memberikan reward, cerita dengan nilai terbaik akan dipajang di mading kelas. Dari hasil wawancara dengan siswa sebagian besar siswa mengatakan penggunaan media komik sebagai media menulis cerita baru pertama kali dilakukan dan cukup menarik minat siswa. Kegiatan inti siklus I siswa menganalisis unsur intrinsik komik yang diberikan guru. Siswa cukup serius saat menganalisis unsur intrinsik komik pada siklus I. Siswa diminta membuat kerangka dari unsur intrinsik tersebut. Dari observasi yang dilakukan siswa terlihat kesulitan saat membuat kerangka cerita masih, banyak siswa yang berbicara dengan temannya. Berbeda pada siklus II keseriusan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik komik meningkat. Saat guru memberi contoh bagaimana membuat kerangka cerita tidak ada siswa yang ramai atau berbicara dengan temannya. Siswa serius mengikuti penjelasan dan arahan guru.

7

Kegiatan siswa selanjutnya mengembangkan kerangka cerita menjadi cerita yang utuh. Dari observasi pada siklus I sebagian besar siswa masih kesulitan mengembangkan kerangka menjadi cerpen yang utuh. Siswa juga kurang aktif bertanya pada guru kesulitan yang mereka alami. Pada siklus II guru memberikan bimbingan yang intensif pada siswa saat siswa mengembangkan kerangka cerita. Keaktifan siswa meningkat ditunjukkan siswa tidak malu bertanya tentang kesulitan yang mereka temui. Ketelitian siswa dalam mengembangkan cerita sangat baik. Kegiatan akhir pembelajaran siklus I dan siklus II dilakukan guru dengan mengulas kembali pembelajaran yang telah dilakukan siswa mengumpulkan cerita yang telah mereka buat. Guru mengulas kembali pembelajaran. Siswa sangat senang dan ingin menulis cerita lagi. Dari hasil analisis skor menulis cerita, pada siklus II siswa mencapai SKM yang ditentukan. Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulis Cerita Kemampuan menulis cerita siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen meningkat dengan menggunakan media komik. Peningkatan tersebut pada (1) Aspek isi berupa, (a) keseuaian tema dengan cerita, (b) tokoh dan penokohan, (c) alur, (d) latar, dan (e) sudut pandang, (2) Apek bahasa berupa, (a) penggunaan diksi, (b) penulisan kalimat, (c) paragraf, (3) Aspek ejaan dan tanda baca. Hasil peningkatan kemampuan menuliskan kembali cerita dapat di deskripsikan sebagai berikut. Peningkatan kemampuan menulis cerita aspek isi terlihat pada jumlah siswa yang berkualifikasi sangat baik dan baik dari 6,25 % (siklus I) menjadi 93,6 %. Adapun siswa mendapat kualifikasi cukup berkurang, dari 56,25% (siklus I) menjadi 3,125 % dan tidak ada siswa yang berkualifikasi kurang pada siklus II dari 37,5 % (siklus I). Peningkatan kemampan menuliskan kembali cerita aspek isi pada subaspek tokoh dan penokohan, dan alur di deskripsikan sebagai berikut. Peningkatan kemampuan menulis cerita subaspek tokoh dan penokohan terlihat pada jumlah siswa yang berkualifikasi sangat baik dan baik dari 34,375 % (siklus I) menjadi 93,7 % (siklus II). Adapun siswa mendapat kualifikasi cukup berkurang, dari 62,5% (siklus I) menjadi 6,25 % (siklus II) dan tidak ada siswa yang berkualifikasi kurang pada siklus II dari 3,125 % (siklus I). Peningkatan kemampuan menulis cerita subaspek alur terlihat pada jumlah siswa yang berkualifikasi sangat baik dan baik dari 43,75 % (siklus I) menjadi 75 %. Adapun siswa yang berkualifikasi cukup berkurang, dari 50% (siklus I) menjadi 25 % dan tidak ada siswa yang berkualifikasi kurang pada siklus II dari 3,125 % (siklus I) Peningkatan kemampuan menulis cerita aspek bahasa terlihat pada jumlah siswa yang berkualifikasi sangat baik dan baik dari 18,75 % (siklus I) menjadi 87,5 % (siklus II). Adapun siswa berkualifikasi cukup berkurang, dari 78,125% (siklus I) menjadi 12,5 % (siklus II) dan tidak ada siswa yang berkualifikasi kurang pada siklus II dari 3,125 % (siklus I). Peningkatan kemampuan menulis cerita aspek ejaan dan tanda baca terlihat pada jumlah siswa yang berkualifikasi sangat baik dan baik dari 21,8 % (siklus I) menjadi 68,7 % (siklus II). Adapun siswa berkualifikasi cukup berkurang, dari 71,8% (siklus I) menjadi 31,25 % (siklus II) dan tidak ada siswa yang berkualifikasi kurang pada siklus II dari 3,125 % (siklus I).

8

Secara keseluruhan peningkatan kemampuan menuliskan kembali cerita terlihat dari jumlah siswa yang memperolh nilai di atas SKM sebanyak 18 siswa atau 56,25 % (siklus I) meningkat menjadi 100 % (siklus II). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerita siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen dapat meningkat dengan menggunakan media komik

Saran Berdasar simpulan diatas, menunjukkan bahwa penggunaan media komik dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas VII SMP Negeri 01 Turen. Oleh karena itu, peneliti menyarankan pada pembaca untuk memanfaatkan media komik sebagai media pembelajaran menulis cerita sebagai alternatif untuk melakukan peningkatan atau perbaikan kemampuan menulis cerita siswa. di samping itu, juga ada beberapa saran khusu sebagai berikut. Bagi guru Bahasa Indonesia, disarankan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita dapat menggunakan media komik. Guru dapat memilih komik yang sesuai dengan karakter siswa atau yang disukai siswa. Bagi peneliti lanjutan, disarankan melakukan penelitian lain yang dapat menambah media medai baru yang inovatif sehingga mampu meningkatkan mutu dan timbul pembelajaran yang menyenangkan. Diharapkan pula peneliti lanjut melakukan penelitian mengenai medai komik sehingga kelemahan-kelamahan pada media penelitian ini dapat disempurnakan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Harsati. 2007. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK. Hasnun, A. 2006. Pedoman Menulis untuk SMP dan SMA. Jakarta: Andi Publisher Hurlock, E.B.1956. Child Developmental Psychology. New York: Mcgraw-Kill. Roekhan.1991.Menulis Kreatif, Dasar-Dasar Petunjuk dan Penerapannya.Malang:YA3 Malang. Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.