peningkatan prestasi belajar ipa pokok bahasan konduktor dan ...

10 downloads 4004 Views 1MB Size Report
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari. 2015 dan ... tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam 1 ... konduktor dan isolator di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto dan penggunaan ..... dapat digunakan di sekolah-sekolah baik SD maupun di MI.
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI KELAS VI DI MI NURUL ISLAM 1 WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh MUHAMAD IKHSAN NIM 11510038

JURUSAN TERBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

i

ii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI KELAS VI DI MI NURUL ISLAM 1 WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh MUHAMAD IKHSAN NIM 11510038

JURUSAN TERBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

iii

KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website: http//www.salatiga.ac.id e-mail:[email protected]

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama

: Muhamad Ikhsan

NIM

: 11510038

Jurusan

: Tarbiyah

Program studi

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul

: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI KELAS VI DI MI NURUL ISLAM 1 WONOKERTO KECAMATAN BANCAK

KABUPATEN

SEMARANG

TAHUN

PELAJARAN 2014/2015 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 15 November 2014 Pembimbing

Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd NIP. 19570520 198601 1 001

iv

KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:[email protected]

SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI MI NURUL ISLAM 1 WONOKERTO KEC. BANCAK, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DISUSUN OLEH : MUHAMAD IKHSAN NIM : 11510038 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelas sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji

: Dr. Imam Sutomo, M.Ag

Sekertaris Penguji

: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd

Penguji I

: Dr. M. Zulfa, M.Ag

Penguji II

: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd

Salatiga, 4 Maret 2015 Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005 v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama

: Muhamad Ikhsan

NIM

: 11510038

Jurusan

: Tarbiyah

Program Studi

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 15 November 2014 Yang menyatakan

Muhamad Ikhsan

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

)‫ضى ال َوالِ ِد َوس ُْخطُ الزَّبَّ فِى س ُْخ ِط ال َوالِ ِد (روه التزمذ‬ َ ‫ضى الزَّبَّ فَى ِر‬ َ ‫ِر‬ Keridhoan Tuhan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua, dan kemurkaan Tuhan tergantung pada kemurkaan orang tua (HR. Tirmidzi)

PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi; Untuk semua keluarga besaryang telah memberikan semangat kepada ku; Untuk teman spesialku yang selalu memotivasi dan memberi dukungan; Untuk teman-teman seperjuangan PGMI B angkatan 2010; Kepala Madrasah dan Guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto yang selalu memberikan dukungan.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada penulis khususnya serta kepada kita semua umumnya, sehingga penulis dapat melakukan penelitian skripsi tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Sholawat serta salam yang selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW Nabi akhirul zaman dan Nabi yang selalu kita nantikan syafaatnya di yaumul kiamah dan semoga kita semua tergolong umatnya yang mendapatkan syafaatnya. Pada kesempatan kali ini, penulis bersyukur telah menyelesaikan penyusunan laporan skripsi ini. Penyusunan sekripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang terjadi dalam penyusunan sekripsi ini, dikarenakan keterbatsan kemampuan penullis. Walaupun akhirnya penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkaitan dengan hal di atas, penulis menyampaiakan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan dalam pembuatan skripsi ini dan khususnya ucapan terima kasih penulis berikan kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Ketua STAIN Salatiga yang banyak berjasa dan berkenan memberikan pengesahan terhadap skripsi ini;

viii

2. Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah; 3. Peni Susapti, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI); 4. Sumarna Widjadipa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaga serta berkenan telah meluangkan waktunya dalam upaya membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini; 5. Drs. Abdul Syukur, M.Pd selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi dari awal kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 6. Segenap Bapak/Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah; 7. Zamroni AM, S.Pd.I selaku kepala Madrasah MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kec. Bancak, Kab. Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MI yang dipimpinnya; 8. Umiyati, S.Pd.I selaku guru kelas VI yang memberikan bantuan kepada penulis selama proses penelitian berlangsung; 9. Guru dan karyawan di MI Nurul Islam 1Wonokerto yang telah membantu peneliti selama penelitian berlangsung; 10. Siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto yang telah membantu dan mendukung penulis dalam melakukan penelitian; 11. Bapak, ibu, adik, dan semua keluarga yang mendoakan dan memberikan dukungan demi keberhasilan penulis;

ix

12. Teman-teman seperjuangan PGMI B 2010, yang selama ini telah memberikan dukungan dan berjuang bersama; 13. Semua teman dan sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya; 14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaiakan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berkat jasa-jasa mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan penulis hanya dapat memohon kepada Allah semoga amal mereka diberikan balasan yang lebih baik dan semoga mereka semua mendapat kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Salatiga, 12 November 2014

Penulis

x

ABSTRAK

Ikhsan, Muhamad. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Pokok Bahasan Konduktor dan Isolator dengan menngunakan Metode Inkuiri Kelas VI di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sumarno Widjadipa, M.Pd Kata Kunci: Prestasi Belajar IPA dan Metode Inkuiri Penelitian ini merupakan penelitian tentang peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah (1) apakah melalui penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan konduktor dan isolator di MI Nurul Islam 1 Wonokerto, dan (2) apakah melalui penggunaan metode inkuiri dapat mencapai target pencapaian KKM mata pelajaran IPA pokok bahasan konduktor dan isolator di MI Nurul Islam 1 Wonokerto. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran di MI Nurul Islam 1 Wonokerto masih menggunakan metode pembelajaran yang masih tradisional, (2) target pencapaian KKM mata pelajaran IPA di MI Nurul Islam 1 Wonokerto masih rendah. Seringkali pembelajaran di MI Nurul Islam 1 Wonokerto menggunakan metode pembelajaran yang tradisional dn guru kurang kreatif memodifikasi pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran dan terkadang siswa bosan dengan pembelalaran yang telah dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, tingkat pencapaian KKM mata pelajaran IPA belum dapat tercapai secara maksimal. KKM mata pelajaran IPA di MI Nurul Islam 1 Wonokerto adalah sebagai berikut: (1) KKM Ideal/Nasional sebesar 75%, (2) KKM Individu sebesar 75% setara dengan KKM Nasional, dan (3) KKM Kelas sebesar 85%. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA khususnya pokok bahasan konduktor dan isolator di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto dan penggunaan metode inkuiri dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto dengan hasil sebagai berikut: 1) pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 44%, sedangkan siswa yaang tidak tuntas sebanyak 56%. 2) pelaksanaan siklus II siswa yang mencapai KKM sebanyak 84% sedangkan tidak tuntas 16%. 3) pelaksanaan siklus III siswa yang mencapai KKM sebanyak 100% dan siswa yang tidak tuntas 0%. Adapun saran dari peneliti hendaknya kegiatan belajar mengajar memakai metode belajar yang bervariasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................

i

LEMBAR BERLOGO ..................................................................................

ii

JUDUL ..........................................................................................................

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................

iv

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................

vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

viii

ABSTRAK ....................................................................................................

xi

DAFTAR ISI .................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................

7

C. Tujuan Penelitian .........................................................................

7

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan .......................

8

E. Manfaat Penelitian ......................................................................

9

F. Definisi Operasional ...................................................................

10

G. Metode Penelitian .......................................................................

13

H. Sistematika Penelitian ................................................................

21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar ...........................................................................

24

1. Pengertian Prestasi Belajar ...................................................

24

2. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ........................

25

B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ...................................................

30

1. Pengertian IlmuPengetahuan Alam (IPA) ............................

30

xii

2. Konduktor dan Isolator ...........................................................

30

3. KKM mata Pelajaran IPA .....................................................

33

C. Metode Inquiry ...........................................................................

37

1.

Pengertian Metode Inquiry ..................................................

37

2.

Tujuan Penggunaan Metode Inquiry ..................................

38

3.

Langkah-langkah Metode Inquiry .......................................

39

4.

Aplikasi ...............................................................................

41

5.

Keunggulan Penggunaan Metode Inquiry ...........................

41

6.

Peran Guru dalam Penerapan Metode Inquiry ....................

42

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ........................................................................

43

1. Lokasi Penelitian ..................................................................

43

2. Waktu Pelaksanaan ................................................................

43

3. Subjek yang Dijadikan Penelitian ........................................

44

4. Tenaga Pendidik ...................................................................

46

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus .....................................................

47

1. Pelaksanaan Pra Siklus .........................................................

47

2. Pelaksanaan Siklus I .............................................................

47

3. Pelaksanaan Siklus II ............................................................

53

4. Pelaksanaan Siklus III ..........................................................

58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Standar Pencapaian KKM ..........................................................

64

B. Deskripsi Persiklus .....................................................................

65

1. Pra Siklus ..............................................................................

65

2. Siklus I ..................................................................................

65

3. Siklus II ................................................................................

71

4. Siklus III ...............................................................................

78

C. Pembahasan ................................................................................

84

1. Rekapitulasi Prestasi Belaja Siswa .......................................

84

2. Kondisi Awal di MI Nurul Islam 1 Wonokerto ....................

88

3. Kondisi Akhir di MI Nurul Islam 1 Wonokerto ...................

88

xiii

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

................................................................................

91

B. Saran ...........................................................................................

92

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

94

LAMPIRAN ..................................................................................................

95

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto .....................

16

Tabel 3.1 Waktu pelaksanaan penelitian ......................................................... 44 Tabel 3.2 Daftar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto .....................

44

Tabel 3.3 Daftar guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto .................................

46

Tabel 4.1 Nilai prestasi belajar siswa siklus I .................................................

66

Tabel 4.2 Nilai prestasi belajar siswa siklus II ............................................... 71 Tabel 4.3 Perbandingan nilai siklus I dan siklus II ........................................

76

Tabel 4.4 Prestasi belajar siklus III ................................................................

78

Tabel 4.5 Perbandingan nilai siklus II dan siklus III ...................................... 82 Tabel 4.6 Prestasi belajar siswa siklus I, II, dan III .......................................

84

Tabel 4.7 Persentase ketuntasan KKM individu/kelas ................................... 85 Tabel 4.8 Persentase ketuntasan KKM ideal/Nasional ..................................

86

Tabel 4.9 Perbandingan nilai pelaksanaan siklus I, II, dan III .......................

86

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema siklus penelitian ..............................................................

14

Gambar 2.1 Contoh gambar logam ................................................................

32

Gambar 2.2 Contoh gambar kaca ...................................................................

32

Gambar 2.3 Contoh gambar kayu ..................................................................

34

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup ................................................................. Lampiran 2 Foto pelaksanaan penelitian siklus ........................................... Lampiran 3 RPP Penelitian

........................................................................

Lampiran 4 Surat ijin penelitian ................................................................... Lampiran 5 Surat keterangan telah melakukan penelitian ........................... Lampiran 6 Lembar konsultasi ..................................................................... Lampiran 7 Surat Keterangan Keaktifan (SKK) ..........................................

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan mulai dilakukan bukan setelah mulai masuk ke bangku sekolah. Tetapi, pendidikan itu dimulai semenjak manusia masih bayi bahkan ketika manusia itu masih didalam kandunngan. Senada dengan apa yang dilansir oleh Prawira (2011: 13) dalam bukunya bahwa proses pendidikan sesungguhnya telah berlangsung semenjak bayi manusia dilahirkan ke dunia. Semenjak seseorang dilahirkan dilahirkan telah tersentuh pendidikan yang telah diberikan oleh orang tuanya. Sesederhana apa pun bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang dilahirkannya, pastilah telah terjadi transfer nilai-nilai pendidikan kepada anak tersebut. Gredler (1994: 1) menyatakan bahwa belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol susu dan mengenali ibunya.

Apa yang dikatakan oleh Prawira dan Gredler diatas

menunjukkan bahwa seseorang itu belajar dimulai sejak manusia dilahirkan ibunya keduania bahkan manusia masih didalam kandungan sudah bisa diberikan pendidikan oleh ibunya. Sesungguhnya manusia memiliki rasa yang tidak pernah puas, sehingga manusia itu memiliki dorongan untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ketahui. Rasa tidak pernah puas itu merupakan kodrat yang dimiliki oleh manusia, sehingga mereka harus memenuhi rasa keingin tahuannya.

1

untuk memenuhi rasa keingintahuan tersebut mereka mencari melalui proses belajar atau pendidikan. Syamsuddin (2012: 1) menyatakan bahwa : rasa ingin tahu tentang alam sekitarnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia.

Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala

sesuatu melalui panca indranya. Pada usia sekolah dasar manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar. Segala sesuatu mereka pikirkan mereka tanyakan dalam rangka untuk memenuhi rasa keingintahuan mereka.

Rasa

keingintahuan ini harus senantiasa dikembangkan agar kemampuan yang mereka miliki selalu berkembang dengan baik dan potensi anak dapat berkembang dengan maksimal. Untuk mengembangkan potensi anak, dalam kegiatan pembelajaran anak harus diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untuk berekspresi dalam mencari keingintahuan mereka. Pendidikan haruslah senantiasa dapat menumbuh kembangkan kemanpuan yang dimiliki anak.

Anak adalah subjek dan objek dalam

pendidikan, maka anak harus aktif atau sebagai peran utama dalam mencari pengetahuan dan guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru hanya pasif dalam pembelajaran dan anak yang aktif dalam mencari pengetahuan yang mereka perlukan karena sumber pengetahuan sangat banyak bukan hanya sebatas dari guru. Guru hanya sebagaian kecil dari pengetahuan yang diperlukan oleh anak. Sriyono dkk (1992: 97) menyatakan siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses belajar harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan

2

kegiatan belajar.

Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai

pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan

masalah

dengan

bimbingan

guru.

Pendekatan

inquiri

menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan inquiry adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Kunandar (2011: 293) menyatakan bahwa: dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik. Menurut Djauhari (Dalam Kunandar, 2011: 293) menyatakan bahwa: dalam proses pembelajaran prinsip utama adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan masa yang akan datang (life skill). Dari pendapat diatas menunjukkan bahwa guru pasif dalam memberi pengetahuan dan anak terlibat aktif dalam mencari pengetahuan. Pendidikan harus dapat mendorong anak menjadi “Inquirer” yaitu seorang yang meneliti atau peneliti dalam mencari pengetahuan karena pengetahuan yang anak dapat melalui usaha sendiri akan selalu teringat dan terekam apalagi pengetahuan yang didapat melalui kegiatan meneliti, maka pengetahuan tersebut akan selalu terekan oleh anak. Sehubungan dengan hal tersebut, kreasi dan inovasi dalam pendidikan sangatlah penting.

Dahlan

(1990:35) menyatakan bahwa: latihan inquiry bertitik tolak pada suatu

3

keyakinan dalam rangka perkembangan murid secara independen. Metode tersebut membutuhkan partisipasi aktif dalam penyelidikan secara ilmiah. Tujuan umum latihan inquiry ialah menolonng siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan pertanyaan atas dasar ingin tahu mereka. Suchman (1962) (dalam Dahlan, 1990: 35) pencipta metode inquiry memberikan perhatian dalam menolong siswa menyelidiki secara independen, namun dalam suatu cara yang teratur. Ia menginginkan siswa menanyakan mengapa peristiwa itu terjadi, memperoleh dan mengolah data secara logis dan agar siswa mengembangkan strategi intelektual secara umum yang mereka dapat digunakan untuk mendapatkan mengapa benda-benda itu seperti itu. Selain keaktifan siswa dalam mencari pengetahuan,

penerapan metode-metode

pembelajaran menjadi kunci sukses untuk mencapai tujuan yang diharapkan, terutama penggunaan metode pembelajaran yang menyenangkan yang dapat menarik minat, perhatian dan sanggup mengarahkan anak untuk menjadi seorang peneliti dalam mencari pengetahuan. Tuntutan kurikulum di negara Indonesia menuntut agar anak aktif dalam mencari pengetahuan.

Tetapi, dalam pelaksanaan dilapangan tidak

berjalan sesuai dengan apa yang tertera didalam kurikulum. Berdasarkan Observasi (pengamatan) yang peneliti lakukan di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang pada tanggal 15-18 Juli 2014 didapat bahwa pelaksanaan pembelajaran di MI Nurul Islam 1 Wonokerto kelas VI tidak seperti yang diharapkan oleh kurikulum.

4

Pelaksanaan pembelajaran di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto guru masih sebagai aktor utama atau sebagai satu-satunya sumber ilmu bagi anak dan metode yang digunakan masih metode konvensional yaitu menggunakan ceramah. Anak hanya diam menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru dan suasana pembelajaran yang terjadi dikelas terlihat membosankan karena anak hanya diam. Dengan proses pembelajaran yang seperti ini, suasana pembelajaran di kelas terlihat mati tidak ada siswa yang aktif bertanya atau kegiatan anak dalam mencari pengetahuan, sering terlihat ketika waktu sudah mulai siang anak-anak terllihat mengantuk sewaktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran yang terjadi terlihat tidak kreatif dan inovatif, suasana pembelajaran terlihat monoton guru selalu menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah siswa hanya mendengarkan guru sehingga dalam waktu yang singkat siswa sudah terlihat bosan dengan pembelajaran yang dilakukan.

Untuk menutupi kebosanan, siswa melakukan kegiatan-

kegiatan yang sifatnya dapat mengaggu jalannya proses pembelajaran seperti berbicara diluar tema pembelajaran dengan teman, bermain sendiri bahkan sampai ada yang tidur ketika pembelajaran berlangsung dan akhirnya guru yang sedang menjelaskan materi merasa tidak diperhatikan karena siswanya asik dengan kegiatannya sendiri yang diluar tema pelajaran marah-marah kepada siswanya. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru juga sering menyuruh siswa untuk membaca buku kemudian mengerjakan soal yang ada. Hal seperti ini, siswa akan mendapat pengetahuan secara instan. Pengetahuan

5

yang didapat secara instan tanpa ada kegiatan penelitian atau praktik maka pengetahuan itu akan mudah dilupakan. Berdasarkan paparan diatas, antara teori dan kegiatan yang terjadi dilapangan sangat bertolak belakang. Dalam teori seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam memodifikasi pembelajaran serta harus pandai dalam menggunakan metode pembelajaran agar pembelajaran dapat dapat berjalan menyenangkan dan siswa dapat aktif dan melakukan pembelajaran dengan nyata dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode inquiry. Dengan metode inquiry siswa diharapkan bisa lebih aktif mencari pengetahuan dalam pembelajaran. Tetapi, kenyataan dilapangan pembelajaran yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Pembelajaran dilapangan kurang kreasi dan inovasi. Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, suasana pembelajaran menjadi monoton tidak ada kreasi untuk menjadikan pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian:

“PENINGKATAN

PRESTASI

BELAJAR

ILMU

PENGETAHUAN ALAM (IPA) POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS VI DI MI NURUL ISLAM 1 WONOKERTO KEC. BANCAK, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015” supaya dikemudian hari penggunaan metode khususnya metode inquiry dapat diberdayakan di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kec. Bancak, Kab. Semarang dalam pembelajaran karena penggunaan metode inquiry ini sangat baik digunakan dalam rangka

6

membuat siswa lebih aktif dalam dalam pembelajaran serta metode inquiry ini dapat digunakan di sekolah-sekolah baik SD maupun di MI. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian tindakan adalah beberapa pertanyaan yang akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan (Arikunto, 2008: 36). Rumusan massalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan konduktor dan isolator di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015?. 2. Apakah penggunaan metode inquiry dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015?. C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan konduktor dan isolator di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui penggunaan metode inquiry dapat memenuhi target pencapaian KKM mata Pelajaran IPA di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.

7

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang atas penelitian yang akan diuji melalui penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Melalui penggunaan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan konduktor dan isolator kelas VI di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015. b. Melalui

penggunaan

metode

inquiry

dapat

memenuhi

target

pencapaian KKM mata pelajaran MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Indikator Keberhasilan Penggunaan metode inquiry dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Indikator yang dipakai peneliti dalam hal ini adalah KKM mata pelajaran IPA di MI Nurul Islam 1 Wonokerto. Peneliti sangat berharap siswa mampu mencapai indikator/standar yang telah ditentukan, sehingga penelitian yang dilakukan dapat berhasil dilaksanakan. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: a. Secara Individu Siswa diharapkan dapat mencapai skor ≥ 75 dalam materi pembelajaran konduktor dan isolator.

8

b. Secara Klasikal Secara klasikal siswa dinyatakan berhasil apabila dalam satu kelas tersebut siswa yang mendapat skor ≥ 75 mencapai persentase yang telah ditentukan yaitu sebesar 85% atau dengan kata lain, 85% dari siswa yang ada di dalam kelas tersebut tuntas mencapai KKM kelas. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk menambah keilmuannya tentang pembelajaran IPA b. Untuk menambah khasanah keilmuan dan memberikan sumbangan pendidikan 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi 2) Mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran 3) Meningkatkan prestasi belajar siswa 4) Memberikan dorongan kepada siswa untuk semangat dalam belajar b. Bagi Guru 1) Memacu guru untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kelas pada saat pembelajaran 2) Memberikan dorongan kepada guru agar lebih memberi kreasi pada pembelajaran agar menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan

9

3) Sebagai acuan dan resensi bagi guru yang sedang mengalami permasalahan dalam pembelajaran c. Bagi Sekolah 1) Mewujudkan tercapainya visi dan misi sekolah 2) Meningkatkan prestasi sekolah 3) Meningkatkan mutu dan kualitas sekolah F. Definisi Operational Definisi Operational digunakan untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman dan kesamaan pemahaman terhadap istilah yang terdapat dalam skripsi ini, peneliti perlu menjelaskan segala sesuatu yang terdapat dalam judul skripsi “Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pokok Bahasan konduktor dan isolator dengan Menggunakan Metode Inquiry Kelas VI di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Prestasi Belajar Wikipedia (2014) Prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, yang di artikan dalam bahasa indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Wikipedia, 2014). Menurut Syah (2003) dalam bukunya Sriyanti dkk menyatakan bahwa : belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang mellibatkan proses kognitif (Sriyanti, 2009: 17).

10

Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984 : 4), dalam artikelnya M2K mengemukakan bahwa : Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu. 2. Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Alamiah sering disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-akhir ini ada juga yang menyebut Ilmu Kealaman, yang dibahas dalam bahasa inggris natural science atau science dalam bahasa indonesia sudah lazim disebut dengan sains.

Ilmu Alamiah merupakan Ilmu

Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala yang ada dalam alam semesta, termasuk muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip (Maslikhah dan Susapti, 2009: 4). Menurut PERMENDIKNAS No 20 Tahun 2007 menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. KKM Nasioanal adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditetapkan secara nasional.

KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang

harus dicapai dalam suatu kelas. KKM kelas besarnya adalah 85% yang terhitung dari 0%-100%. Maka 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut harus tuntas. KKM individual adalah kriteria ketuntasan minimal

11

harus dicapai setiap individu siswa. KKM individu besarnya 75%. Setiap siswa harus memenuhi 75% setiap kali dilakukan penilaian yang terhitung dari angka 0-100. Maka nilai minimal yang harus dicapai siswa dalam setiap kali penilaian sebesar 75. 3. Metode Inquiry Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas (Roestiyah, 1989: 75). Trianto menyatakan bahwa inquiry merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat faktafakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya (Trianto, 2009: 114). Sund, seperti yang dikutip oleh suryosubroto (1993:193) didalam bukunya Trianto menyatakan bahwa Discovery merupakan bagian dari inquiry, atau Inquiry merupakan perluasan proses Discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.

Gulo (2002), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

12

logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2009: 166). G. Metode Penelitian Metode penelitian dalam PTK merupakan deskripsi tindakan yang akan dikenakan kepada siswa secara detail dan padat. Dengan kata lain, metode penelitian dalam PTK memuat langkah-langkah yang akan ditempuh peneliti dalam mengenakan tindakan kepada siswa (Suyadi, 2010: 94). 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang yaitu kelas VI semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan dengan melalui tiga siklus untuk meningkatkan hasil dan kemampuan siswa dalam belajar IPA terutama pokok bahasan konduktor dan isolator. Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas ini karena peneliti mempunyai alasan dapat terjun langsung dan ikut berperan dalam proses pembelajaran, sehingga peneliti akan lebih mengetahui kondisi dan keadaan siswa secara langsung dan riil.

13

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Refleksi

SIKLUS III

Pelaksanaan

Pengamatan

? Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian (Suyadi, 2010:50). 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa 25 yang terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan.

Penggunaan metode inquiry mengambil pokok

bahasan perubahan benda yang lebih terfokus kepada pemilihan benda/bahan berdasarkan sifat-sifat dan kegunaannya.

14

Alasan peneliti

mengambil kelas VI sebagai subjek penelitian adalah jumlah siswa kelas VI merupakan jumlah siswa yang terbanyak di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam 1 Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang dibanding kelas-kelas yang lainnya yaitu berjumlah 25 siswa, keadaan kelas yang kondusif yang didukung ruang kelas yang luas sehingga dapat mendukung pelaksanaan penelitian. Berikut adalah tabel daftar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto: Tabel 1.1 Daftar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto Jenis Kelamin No

Nama Siswa (L/P)

1

Adi Riyandi

L

2

Ahmad Arif Mustofa

L

3

Andika Khoirudin Ismail

L

4

Diah Indah Lestari

P

5

Dimas Syaputra

L

6

Fatimah Az-Zahra

P

7

Hafizh Asyafi Bima

L

8

Hasyim Rahman

L

9

Ivatul Ullya

P

10

Kautsar Mustagfirin Asror

L

11

Latif Nur Kholis

L

12

Linda Fajria Rahmawati

P

13

Maslikhah Qurratul Aini

P

15

14

Mayada Seysa K

P

15

M. Isnu Faqih

L

16

Muammar Kadafi

L

17

Putri Aurelia

P

18

Ridwan Syahrul Arnanda

L

19

Rizaldi Ulinnuha

L

20

Silfana Puspita

P

21

Syahla Qotrunnada

P

22

Zulya Fatma

P

23

Agung Prasetyo

L

24

Dian Sri Wulan

P

25

Riyan Ariyanto

L

3. Langkah-langkah Penelitian Menurut Arikunto (2006: 16) dalam bukunya Suyadi menyatakan bahwa: secara umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu : Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Suyadi, 2010: 49). a. Perencanaan (Planning) Perencanaan (Planning)

yang perlu dilakukan setelah

mengetahui masalah dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Menyiapkan meteri, alat, dan media pembelajaran

16

3) Mempersiapkan lembar observasi dan lembar kerja siswa 4) Mengevaluasi lembar kerja siswa b. Pelaksanaan (acting) Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telak direncanakan pada tahab satu, yaitu bertindak dikelas (Suyadi, 2010:62). Ketika perencanaan (Planning) telah selesai dilakukan, maka selanjutnya akan dilakukan tindakan (acting).

Dalam kegiatan tindakan (acting) ini

guru/peneliti melakukan segala sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya yaitu berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

Pelaksanaan tersebut terdiri dari tiga

kegiatan utama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, juga menggunakan alat dan media pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang

pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. c. Pengamatan (observation) Prof. Supardi dalam bukunya Suyadi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada bab III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Suyadi, 2010: 63) Pengamatan (observasi) berlangsung.

dilaksanakan

pada

saat

proses

belajar

mengajar

Pengamatan (observasi) berguna untuk mencari tahu

apakah siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik dalam

17

pembelajaran yang dilakukan yaitu pembelajaran tentang perubahan benda. d. Refleksi (reflection) Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. “memantulkan”.

Refleksi juga sering disebut dengan istilah

Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan

pengalamannya ke cermin, sehingga nampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya (Suyadi, 2011: 64). Data yang diperoleh dari tahab observasi yang telah dianalisis, peneliti merefleksikan diri terhadap kegiatan yang sudah dilakukan sehingga peneliti dapat memperbaiki kekurangan yang ada pada kegiatan yang telah dilakukan supaya dalam siklus yang berikutnya dapat berjalan lebih baik dan lancar.

Langkah refleksi merupakan sarana yang

digunakan untuk mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan kepada subjek penelitian yang telah dilaksanakan saat observasi supaya kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus itu tidak terulangi pada siklus yang selanjutnya. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati tingkat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran saat berlangsung.

18

b. Lembar Evaluasi (lembar tes) Lembar evaluasi (tes) dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai diajarkan. Lembar evaluasi (tes) bertujuan untuk mengukur dan mengetahhui seberapa besar siswa memahami materi IPA tentang konduktor dan isolator yang diajarkan dengan menggunakan metode inquiry. Lembar evaluasi yang digunakan berbentuk soal uraian yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. c. Pedoman Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk menghimpun data tentang prestasi belajar pengamatan pembelajaran IPA pokok bahasan konduktor dan isolator dengan menggunakan metode inquiry. 5. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti untuk merekan data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2010: 84). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Pengamatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Metode dokumentasi Untuk mengetahui prestasi siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian tindakan kelas.

19

c. Tes Tes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam mengeasai materi yang dipelajari. 6. Analisis Data Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan kelas. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya (Kunandar, 2008: 101). Sesuai rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi

dalam setiap

siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama kolabolator sebagai pijakan untuk menentukan program aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya.

20

Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptik.

Teknik

analisis deskriptik yang digunakan berupa persentase sebagai berikut:

Ket : P

= persentase

X

= Jumlah skor jawaban

Xi

= Jumlah skor maksimal (Sam‟s, 2010:93-94). Untuk mengetahui tingkat perbandingan antar siklus (siklus I,

siklus II dan siklus III), maka digunakan rumus sebagai berikut: ̅ √∑



Keterangan: t

: Uji beda

D

: perbedaan antar siklus

̅

: rerata dari nilai perbedaan

D2

: kuadrat dari rerata

N

: jumlah siswa

Dari perhitungan diperoleh t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan (db = n-1) pada taraf signifikasi 5 %. H. Sistematika Penelitian 1. Bagian awal terdiri dari : Sampul, Lembar berlogo, Judul, Persetujuan Pembimbing, pengesahan Kelulusan, Pernyataan keaslian tulisan, Moto

21

dan Persembahan, Kata pengantar, Abstrak, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar gambar, Daftar lampiran. 2. Bagian inti terdiri dari: BAB I

Latar

belakang

masalah,

Rumusan

masalah,

Tujuan

penelitian, Hipotesis penelitian, Manfaat penelitian, Definisi Operasional, Metode penelitian (Rancangan penelitian, Subjek penelitian, Langkah-langkah penelitian, Instrumen penelitian, Pengumpulan data, dan Analisis data), dan Sistematika penulisan. BAB II

Berisi tentang kajian yang membahas tentang teori-teori atau landasan dari permasalahan yang ada didalam penelitian yang berisi tentang : (1) Hasil Belajar, (2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan (3) Metode nquiry.

BAB III

Berisi tentang pelaksanaan penelitian Pelaksanaan

Siklus

I

(Rencana,

(1) Deskripsi Pelaksanaan,

Pengamatan/pengumpulan data, dan Refleksi). (2) Deskripsi Pelaksanaan

Siklus

II

(Rencana,

Pelaksanaan,

Pengamatan/Pengumpulan data, dan Refleksi). (3) Deskripsi Pelaksanaan

Siklus

III

(Rencana,

Pelaksanaan,

Pengamatan/pengumpulan data, dan Refleksi). BAB IV

Berisi tentang pemaparan Hasil Penelitian dan Pembahasan. (1) Deskripsi Per Siklus (data hasil pengamatan/wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan). (2) Pembahasan

22

BAB V

Berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

3. Bagian akhir yang memuat : Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, dan Riwayat Hidup Penulis.

23

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Preatasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Wikipesia (2014) Prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, yang di artikan dalam bahasa indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Sedangkan menurut Soetomo (1993: 2004) prestasi adalah nilai kemampuan hasil belajar anak yang di gunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak terhadap materi yang di berikan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang Menurut Syah (2003) dalam bukunya Lilik Sriyanti dkk menyatakan bahwa : belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang mellibatkan proses kognitif (Sriyanti, 2009: 17). Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984: 4), dalam artikelnya M2K mengemukakan bahwa : Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu. Sedangkan Menurut Siti Partini (1980: 49), “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar” (M2K, 2012).

24

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari dua yaitu faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor internal (dari luar siswa). a. Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri terdiri dari dua aspek yaitu: (1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan (2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 1) Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ tubuh yang lemah,

apalagi disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari pun kurang atau tidak membekas. Untuk mempertahankan tonus agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

Selain itu siswa juga

dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tepat dan berkesinambungan. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengaran dan indra penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

25

pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas (Syah, 2010: 146147). 2) Aspek Psikologis Banyaknya faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi

pembelajaran siswa.

kuantitas

dan

kualitas

perolehan

Namun, di antara faktor-faktor rohaniah

siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: (1) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, (2) sikap siswa, (3) bakat siswa, (4) minat siswa, (5) motivasi siswa. a) Intelegensi Siswa Berdasarkan

Reber,

dalam

Syah

(2010:

148)

menyatakan bahwa Intelegensi siswa pada dasarnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannyadengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

26

b) Sikap Siswa Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa

kecenderungan

mereaksi

atau

merespon

(response tendency) dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupn negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang sangat baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi sikap kebencian kepada anda dan mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut (Syah, 2010: 150). c) Bakat Siswa Menurut Chaplin (1972) dan Reber (1988) dalam Syah (2010: 151) menyatakan bahwa, secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Dalam perkembangan

selanjutnnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada usaha pendidikan dan latihan. Seorang siswa

27

yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding siswa yang lainnya.

Inilah yang kemudian disebut bakat khusus

(spesific aptitude) yang konon tak dapat dipelajari kerena merupakan

karunia

inborn

(pembawaan

sejak

lahir).

Sehubungan dengan hal diatas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar (Syah, 2010: 151). d) Minat Siswa Minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungan yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti : pemusatan, perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Naun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu (Syah, 1988: 152). e) Motivasi Siswa Menurut Gleitman (1986) dan Reber (1988) dalam Syah (2010) menyatakan bahwa, pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan

28

yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motinasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) motivasi intrinsik, (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaah yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat

mendorong untuk melakukan tindakan belajar.

Contoh:

perasaan senang terhadap materi, kebutuhannya terhadap materi. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh: pujian atau hadian, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, dan lainlain (Syah, 2010: 153). b. Faktor Eksternal Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1) Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, dan tetangga juga teman-teman

29

sepermainan dis sekitar perkampungan siswa tersebut (Syah, 2010: 154) 2) Faktor Lingkungan Nonsosial Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan keluarganya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa (Syah, 2010: 155). B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Alamiah sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-akhir ini ada yang menyebutnya dengan Ilmu Kealaman, yaitu dalam bahasa inggris natural science atau science dalam bahasa Indonesia sudah lazim disebut dengan istilah sains.

Ilmu Alamiah merupakan Ilmu

Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi, sehingga terbentuk konsep dan prinsip (Maslikhah dan Susapti, 2009: 4). 2. Konduktor dan Isolator a. Pengertian Konduktor dan Isolator Konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik.

Bahan-bahan konduktor apabila terkena api, air panas

atau pun sinar matahari, panas dari sumber panas tersebut akan dihantarkan keseluruh bagian benda tersebut. Cara melakukan: benda

30

konduktor (besi) ujungnya dibakar dengan api dan panas dari api akan disalurkan keseluruh besi tersebut. Sedangkan Isolator adalah benda yang lambat ataupun tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Benda isolator apabila terkena api, air panas, ataupun sinar matahari, maka panas yang didapat tidak dapat dihantarkan keseluruh bagian benda tersebut. Cara melakukan: benda isolator (batang kayu) yang ujungnya dibakar menggunakan api, maka panas dari api hanya berada diujung batang kayu tidak bisa disalurkan keseluruh batang kayu (Haryanto, 2006: 76). b. Perbedaan konduktor dan isolator Bahan konduktor dan isolator memiliki perbedaan yang sangat jelas.

Perbedaan bahan konduktor dan isolator terletak pada

kemampuan dari bahan. Kalau bahan konduktor dapat menghantarkan panas dengan baik. Sedangkan bahan isolator lambat atau tidak dapat menghantarkan panas. c. Bahan Pembuat Konduktor dan Isolator Bahan pembuat konduktor dan isolator terdiri dari (1) logam, (2) kaca, dan (3) kayu dan plastik. 1) Logam Logam termasuk kedalam bahan pembuat konduktor karena logam memiliki sifat dapat menghantarkan panas. Logam mempunyai sifat yang padat dan keras tetapi sangat baik

31

menghantarkan panas. Contoh dari bahan ini adalah: besi, baja, alumunium, seng dan lain-lain. Gambar 2.1 Contoh benda logam

2) Kaca Selain logam, benda yang dapat menhantarkan panas dengan baik juga dimiliki oleh kaca. Walaupun kaca termasuk bahan konduktor tetapi sifatnya tidak sama dengan logam. Walaupun sama-sama keras tetapi kaca lebih mudah pecah. Sifat kaca yang sering dimanfaatkan adalah sifat bening dari kaca. Contoh dari bahan kaca adalah: gelas, piring, kaca spion, dll. Gambar 2.2 Contoh benda kaca

3) Kayu dan Plastik Kayu dan plastik merupakan bahan pembuat isolator karena kayu dan plastik tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Karena termasik isolator kayu dan plastik sering digunakan sebagai pegangan pada panci ataupun wajan. Contoh dari bahan

32

kayu: meja, kursi, pensil dan lain-lain.

Sedangkan dari bahan

plastik: penggaris, pilot, ember, dan lain-lain (Haryanto, 2006: 7779) Gambar 2.3 Bahan dari kayu

3. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Mata Pelajaran IPA a. Pengertian KKM Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. b. KKM Nasional, Kelas, dan Individu 1) KKM Nasional KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas N0 20 Tahun 2007)

Ketuntasan belajar setiap

indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria ketuntasan ideal untuk masingmasing indikator adalah 75%. menentukan

kriteria

Satuan pendidikan harus

ketuntasan

minimal

dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik 33

serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (BNSP, 2006: 10). Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria ketuntasan minimal nasional adalah 75%. KKM nasioanal dijadikan patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan.

Setiap

satuan

pendidikan

diharapkan

dapat

meningkatkan KKM agar dapat mencapai KKM nasional sebesar 75%. 2) KKM Kelas KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai dalam suatu kelas. Di MI Nurul Islam 1 Wonokerto KKM kelas adalah 85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 25 siswa, maka 85% dari 25 harus tuntas/lulus. 85% dari 25 siswa adalah

.

Jadi siswa yang harus tuntas dalam

SK/KD pelajaran tersebut dalam satu kelas harus mencapai 22 orang siswa. 3) KKM Individu Kriteria ketuntasan minimal individu adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh individu siswa. KKM individu mata pelajaran IPA yang harus dicapai siswa sama

34

besarnya dengan KKM nasional yaitu sebesar 75% atau 75. Dalam setiap melakukan penilaian siswa minimal nilai yang harus dicapai adalah 75, kalau mendapat nilai dibawah 75 maka siswa tersebut dianggap tidak tuntas. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 75 atau lebih besar dari 75, siswa tersebut dianggap tuntas. 4) Fungsi KKM a) Sebagai acuan bagi guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar (KD) suatu mata pelajaran atau standar nompetensi (SK). b) Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran. c) Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD. d) Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran. e) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik, dan masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid) (Jaya, 2013). 5) Penentuan KKM Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelomppok kerja

guru

yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah,

selanjutnya disampaiakan kepada pihak yang bersangkutan seperti: peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan setalah

35

itu dicantumkan dalam hasil belajar atau rapor.

Yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan KKM adalah kompleksitas, daya dukung dan intake.

Kompleksitas mengacu kepada tingkat

kesulitan kompetensi dasar yang bersangkutan.

Daya dukung

meliputi kelengkapan mengajar seperti: buku, ruang belajar, laboratorium (jika diperlukan) dan lain-lain.

Sedangkan intake

merupakan kemampuan penalaran dan daya pikir peserta didik. Menurut Syah (2010: 222-223) menyatakan bahwa, menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada bebrapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Diantar norma-norma

pengukuran tersebut adalah: a) Norma skala angka dari 0 sampai 10. b) Norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang dapat menyelesaikan lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan dengan benar, ia dianggap telah memenuhi targer minimal keberhasilan belajar.

Namun demikian, kiranya perlu

dipertimbangkan oleh para guru sekolah penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran-pelajaran

36

inti (core subject). Pelajaran-pelajaran ini meliputi, antara lain: bahasa dan matematika, karena kedua bidang studi ini (tanpa mengurangi bidang studi yang lainnya) merupakan “kunci pintu” pengetahuan-pengetahuan yang lainnya.

Pengkhususa passing

grade seperti ini sudah berlaku umum di banyak negara maju dan telah mendorong peningkatan kemajuan belajar siswa dalam bidang-bidang yang lainnya. C. Metode Inquiry 1. Pengertian Metode Inquiry Menurut Roestiyah, Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengaajar di depan kelas. (Roestiyah, 1989: 75). Sund, seperti yang dikkutip oleh suryosubroto (1993: 193), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002), menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal kemampuan siswa untuk mempelajari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.

37

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmian kedalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joiyce dan Weil (1992: 198), menunjukkan bahwa latihan inquiry dapat meninngkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi (Trianto, 2009: 166-167). 2. Tujuan Penggunaan Metode Inquiry Latihan inquiry bertitik tolak dari suatu keyakinan dalam rangka perkembangan murid secara independen. Metode tersebut membutuhkan partisipasi aktif dalam penyelidikan secara ilmiah. Tujuan umum dari latihan inquiry ialah menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapat jawaban atas dasar rasa ingin tahu mareka. Suchman (1962), pencipta metode inquiry, memberikan perhatian dalam menolong siswa menyelidiki secara independen, namun dalam suatu cara yang teratur. Ia menginginkan siswa menyakan mengapa peristiwa itu terjadi, memperoleh dan mengolah data secara logis, dan agar siswa mengembangkan strategi intelektual secara umum yang mereka dapat gunakan untuk mendapatkan mengapa benda itu seperti itu (Dahlan, 1990: 34-35). Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar mempunyai tujuan demikian: agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu.

38

Mencari sumber sendiri dan

belajar bersama dalam kelompok.

Diharapkan juga siswa mampu

mengemukakan pendapat dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya (Roestiyah, 1989: 76). 3. Langkah-langkah Metode Inquiry Gulo (2002), dalam dalam Trianto (2009:168) menyatakan, bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. Inquiry merupakan suatu proses bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dam membuat kesimpulan. a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

Untuk menyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas,

pertanyaan tersebut ditulus di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. b. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data.

Untuk

memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hiotesis yang mungkin.

Dari semua gagasan yang ada

dipilih salahsatu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

39

c. Mengumpulkan Data Hipotesis digunakanuntuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. d. Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai proses inkuiri yang telah dilakukan. e. Membuat Kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa (Trianto, 2009: 168-169).

Sedangkan menurut Roestiyah (1989: 76)

menyatakan bahwa, teknik ini dapat juga berjalan sebagai berikut: guru menunjukan suatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa dikelas. Semua siswa disuruh mengamati, meraba, melihat dengan seluruh

alat

inderanya.

Kemudian

guru

memberikan

masalah/pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah siap untuk menjawan/berpendapat, mengemukakan

maka

pendapatnya.

ia

akan

mendapat

Jawaban/pendapat,

yang

giliran sudah

dikemukakan oleh temannya terdahulu, tidak boleh diulang oleh

40

temannya kemudian. Jadi masalah itu berkembang menjadi seperti yang diarahkan, tidak menyeleweng pada garis pelajaran yang telah direncanakan. Murid mengemukakan banyak masukan baru (bahanbahan) yang berarti. Hal itu bisa terjadi bila proses interaksi belajar mengajar bila ada arah perubahan dari “teacher centered” kepada “student centered”. 4. Aplikasi Walaupun latihan inkuiri dikembangkan untuk ilmu pengetahuan alam, prosedurnya dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Setiap topik dapat diformulasi sebagai suatu situasi teka-teki yang merupakan bahan untuk latihan inquiry (Dahlan, 1990: 41). 5. Keunggulan Penggunaan Metode Inquiry Adapun teknik inkuiri ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. c. Memdorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka. d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

41

e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. f. Situasi proses belajar lebih merangsang. g. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. h. Memberi kebebasan sswa untukbelajar sendiri. i. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar tradisional. j. Dapat memberikan waktu peda siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah, 1989: 76-77) 6. Peran Guru dalam Penerapan Metode Inquiry Peranan guru dalam pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut: a. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir. b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. c. Penanya. Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. d. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas. e. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. g. Rewarder memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa Trianto (2009: 166-167).

42

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam bab ini penulis akan memaparkan keadaan lokasi dilaksanakannya penelitian. Pemaparan keadaan lokasi penelitian ini akan menjadi sangat penting ketika hasil dari penelitian ini akan dijadikan sebuah rujukan ataupun referensi bagi peneliti lain. Dalam hal ini, peneliti akan memaparkan secara garis besar lokasi yang dijadikan tenpat penelitian. Lokasi penelitian adalah sebagai berikut: Tempat Penelitian

: MI Nurul Islam 1 Wonokerto

Alamat Penelitian

: Jalan Taman Siswa No 2 Dusun

: Wonokerto Rt. 03 Rw. 01

Desa

: Wonokerto

Kecamatan

: Bancak

Kabupaten

: Semarang

Provinsi

: Jawa Tengah

2. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan dilakukannya penelitian adalah sesuai dengan surat ijin penelitian no Sti.24/K-1/TL.01/2277/2014 yang diterbitkan oleh STAIN Salatiga, yaitu pada bulan Oktober 2014.

43

Tetapi, untuk

pelaksanaan pra siklus peneliti laksanakan pada tanggal 23 dan 25 September 2014. Rincian pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Waktu palaksanaan penelitian No

Siklus Penelitian

Waktu Pelaksanaan

ket

1

Pra Siklus

29 dan 30 September 2014

2

Siklus I

01 Oktober 2014

3

Siklus II

02 Oktober 2014

4

Siklus III

04 Oktober 2014

3. Subjek yang dijadikan Penelitian Subjek yang dijadikan penelitian adalah siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 15 orang laki-laki.

Alasan pengambilan subjek ini

adaladidasarkan pada jumlah siswa kelas VI merupakan jumlah siswa yang paling banyak di MI Nurul Islam 1 Wonokerto, memiliki ruang yang cukup luas sehingga dapat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Adapun daftar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Daftar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto No

Nama Siswa

Jenis Kelamin (L/P)

1

Adi Riyandi

L

2

Ahmad Arif Mustofa

L

3

Andika Khoirudin Ismail

L

44

4

Diah Indah Lestari

P

5

Dimas Syaputra

L

6

Fatimah Az-Zahra

P

7

Hafizh Asyafi Bima

L

8

Hasyim Rahman

L

9

Ivatul Ullya

P

10

Kautsar Mustagfirin Asror

L

11

Latif Nur Kholis

L

12

Linda Fajria Rahmawati

P

13

Maslikhah Qurratul Aini

P

14

Mayada Seysa K

P

15

M. Isnu Faqih

L

16

Muammar Kadafi

L

17

Putri Aurelia

P

18

Ridwan Syahrul Arnanda

L

19

Rizaldi Ulinnuha

L

20

Silfana Puspita

P

21

Syahla Qotrunnada

P

22

Zulya Fatma

P

23

Agung Prasetyo

L

24

Dian Sri Wulan

P

25

Riyan Ariyanto

L

45

4. Tenaga Pendidik Tenaga pendidik di MI Nurul Islam 1 Wonokerto berjumlah 8 (delapan) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang laki-laki dan 6 (enam) orang perempuan, terbagi atas 1(satu) Kepala Madrasah, 6 (enam) guru kelas dan 1 (satu) guru mata pelajaran. Semua guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto masih berstatus wiyata bhakti karena belum ada yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kebanyakan guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto belum mengikuti program sertifikasi, hanya 2 (dua) guru yang sudah mengikuti sertifikasi. Tingkat lulusan guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto sebagian besar telah memiliki gelar sarjana atau sudah S1 tetapi, ada 3 (tiga) guru yang masih melaksanakan kuliah dan pada saat ini sudah semester akhir. Daftar guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar guru di MI Nurul Islam 1 Wonokerto No

Nama Guru

Jabatan

Ijazah

Kepala Madrasah

S1

1

Zamroni AM, S.Pd.I

2

Umiyati, S.Pd.I

Guru Kelas VI

S1

3

Aini Rohmatun, S.Pd.I

Guru Kelas V

S1

4

Munadziroh, S.Pd.I

Guru Kelas IV

S1

5

St. Khairiyah

Guru Kelas III

PGAN

6

Anis Watul Arizah

Guru Kelas II

SMA

7

Ani Rofiah, S.Pd.I

Guru Kelas I

S1

8

Muhamad Ikhsan

Guru Mapel

SMA

46

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus Penelitian 1. Pelaksanaan Pra Siklus Kegiatan pra siklus peneliti gunakan untuk untuk melakukan pengamatan (obsevasi) kegiatan pembelajaran yang ada di MI Nurul Islam 1 Wonokerto.

Kegiatan pengamatan (observasi) peneliti laksanakan

sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 29 September 2014 jam 07.00-08.25 dan tanggal 30 September 2014 jam 07.00-08.25. pengamatan (observasi) ini peneliti lakukan pada saat pembelajaran IPA berlangsung. Diharapkan dari 2 kali pengamatan yang peneliti lakukan peneliti dapat mengetahui bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran yang ada dan apa metode yang digunakan guru pada saat mengajar. 2. Pelaksanaan Siklus I Menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Satuan Pendidikan

: MI Nurul Islam 1 Wonokerto

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas/Semester

: VI/I

Standar Kompetensi : Memahami saling hubungan antar suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda. Indikator Kompetensi : 1 Mendefinisikan konduktor dan isolator. 2

Menjelaskan konduktor dan isolator.

3

Membedakan definisi konduktor dan isolator.

4

Menunjukkan contoh konduktor dan isolator.

Tujuan Pembelajaran : 1

Melalui percobaan, siswa dapat mendefinisikan

47

konduktor dengan benar. 2

Melalui percobaan, siswa dapat mendefinisikan isolator dengan benar.

3

Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan konduktor dengan benar.

4

Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan isolator dengan benar.

5

Melalui percobaan, siswa dapat membedakan definisi konduktor dan isolator.

6

Melalui percobaan, siswa dapat menunjukkan contoh bahan konduktor dengan benar.

7

Melalui percobaan, siswa dapat menunjukkan contoh bahan isolator dengan benar.

Materi Pembelajaran : Konduktor dan Isolator. Metode Pembelajaran : 1

Ceramah

2

Tanya jawab

3

Inquiry

4

Praktik

5

Penugasan

Pelaksanaan siklus I terdiri dari 4 kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

48

a. Perencanaan (Planning) Dalam kegiatan perencanaan terdiri dari: 1) Menyiapkan materi yang akan diajarkan yaitu materi IPA pokok bahasan konduktor dan isolator. 2) Menyiapkan indikator pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. 3) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. 4) Menyiapkan soal tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 5) Menyiapkan lembar (instrumen) praktikum IPA pokok bahasan konduktor dan isolator. 6) Menyiapkan bahan dan alat praktikum yang akan dipakai dalam pembelajaran. 7) Menyiapkan lembar observasi untuk merekam kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan (acting) Tahab-tahab pelaksanaan terdiri dari: 1) Kegiatan Awal (5 menit) a) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a dan dilanjutkan mengecek kehadiran siswa. b) Menanyakan kabar siswa. c) Memberikan apersepsi sebagai penyemangat dan supaya siswa dapat mengira-ira apa yang akan dipelajari.

49

d) Menyampaikan tema, topikdan tujuan dari pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (60 menit) a) Eksplorasi (1) Mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. (2) Bertanya kepada siswa tentang konduktor dan isolator. b) Elaborasi (1) Menyampaikan rumusan masalah dari pembelajaran yang akan dipelajari. (2) Memfasilitasi siswa menentukan hipotesis dari rumusan masalah yang ada. (3) Melakukan pengumpulan data. (4) Menguji hipotesis dengan data yang telah diperoleh c) Konfirmasi (1) Merumuskan hasil pembelajaran. (2) Bertanya pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari. (3) Mengerjakan soal yang sudah disiapkan guru 3) Kegiatan Akhir (5 menit) a) Memberikan komentar terhadap jalannya pertandingan. b) Menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. c) Menutup pembelajaran dengan berdo‟a dan salam.

50

c. Pengamatan (observasi) Tahap observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Kegiatan observasi dilalukan untuk mengamati bagaimana siswa mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Kegiatan siswa yang diamati oleh peneliti adalah tentang, sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, perhatian, keaktifan serta tentang kerjasama siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dari hasil pengamatan didapat beberapa hambatan yang terjadi ketika pembelajaran sedang berlangsung antara lain: 1) Pada saat tahap perumusan masalah siswa masih merasa bingung. Pada saat merumuskan masalah siswa menganggap memberikan soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Selain itu, pada tahap ini siswa banyak yang berbicara sendiri. 2) Pada saat tahap merumuskan hipotesis, siswa masih kebingungan saat merumuskan hipotesis.

Pada saat merumuskan hipotesis,

siswa masih bingung hipotesis yang dibuat gunanya untuk apa. 3) Pada tahap pengumpulan data siswa dapat memahami dengan baik karena guru telah memberikan langkah kerja yang harus dilakukan. Tetapi, belum berjalan dengan maksimal karena sebagian besar siswa justru banyak bermain dengan alat yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data, sehingga pembelajaran menjadi sangat ramai dan tidak kondusif dan siswa mengganggu siswa lain yang sedang melakukan pengumpulan data.

51

4) Pada tahap pengujian hipotesis, siswa masih bingung apa yang harus dilakukan. Siswa belum mengetahui yang harus diuji itu apa sehingga timbul pertanyaan antara siswa dengan siswa yang berakibat suasana jadi ramai dan siswa kurang aktif bertanya kepada guru. 5) Tahap yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan. Hambatan yang terjadi pada tahap ini karena pada tahap yang sebelumnya siswa kurang bisa mengikuti akhirnya tahap ini kesimpulan yang diberikan kurang maksimal. d. Refleksi (reflektion) Hasil dari pengamatan yang dilakukan akan dibuat sebagai bahan refleksi yang digunakan untuk memperbaiki siklus yang selanjutnya. Refleksi yang didapat meliputi sebagai berikut: 1) Pada pelaksanaan siklus selanjutnya pada tahap perumusan masalah guru akan memberikan arahan kepada siswa tentang untuk apa masalah yang tersebut dan memberi motivasi kepada siswa supaya tidak ramai sendiri sewaktu pembelajaran. 2) Memberikan intruksi kepada siswa bahwa hipotesis itu merupakan dugaan atau pendapat dari siswa mengenai masalah yang dimunculkan. 3) menambahkan pada saat pembelajaran dengan bekerja kelompok supaya dengan bekerja kelompok supaya mampu mengurangi kegiatan siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

52

4) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang data apa saja yang harus diuji dan memberi motivasi kepada siswa supaya lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. 5) Memberikan pengarahan agar siswa melaksanakan pembelajaran dengan baik supaya siswa memahami kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. 3. Pelaksanaan Siklus II Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan

: MI Nurul Islam 1 Wonokerto

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas/Semester

: VI/I

Standar Kompetensi : Memahami saling hubungan antar suhu, sifat hantara, dan kegunaan benda. Indikator kompetensi : 1 Menyebutkankan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda. 2 Menjelaskan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda. 3

Menunjukkan

benda

berdasarkan

sifat

kemampuan benda menghantarkan panas dari berbagai benda. 4

Membedakan benda berdasarkan kemampuan benda menghantarkan panas dari berbagai benda.

53

5

Mengelompokkan benda berdasarkan sifat kemampuan menghantarkan panas dariberbagai benda.

Tujuan Pembelajaran : 1. Melalui percobaan siswa dapat menyebutkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda dengan benar. 2

Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda dengan benar.

3

Melalui percobaan, siswa dapat menunjukkan benda

berdasarkan

sifat

kemampuan

menghantarkan panas dari berbagai benda dengan benar. 4

Melalui percobaan, siswa dapat membedakan benda

berdasarkan

sifat

kemampuan

menghantarkan panas dari berbagai benda dengan benar. 5

Melalui

percobaan,

mengelompokkan kemampuan

benda

siswa berdasarkan

menghantarkan

dapat sifat

panas

berbagai benda dengan benar. Materi Pembelajaran : Bahan Untuk Membuat Konduktor dan Isolator Metode Pembelajaran : 1. Ceramah

54

dari

2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Inquiry 5. Penugasan Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan/pelaksanaan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflekting). Secara garis besar pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a. Tahab Perencanaan (planning) 1) Menyiapkan materi yang akan diajarkan yaitu materi IPA pokok bahasan konduktor dan isolator. 2) Menyiapkan indikator pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. 3) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. 4) Menyiapkan soal tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 5) Menyiapkan lembar (instrumen) praktikum IPA pokok bahasan konduktor dan isolator. 6) Menyiapkan bahan dan alat praktikum yang akan dipakai dalam pembelajaran. 7) Menyiapkan lembar observasi untuk merekam kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

55

b. Tahap Tindakan/Pelaksanaan (acting) Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Membuka pembelajaran. b) Bertanya tentang kabar siswa. c) Memberika apersepsi sebagai penyemangat siswa dan agar siswa dapat mengira-ira materi yang akan dipelajari. d) Menyampaikan tema, topik dan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti. a) Eksplorasi (1) Mengecek pegetahuan siswa. (2) Bertanya kepada siswa tentang sifat kemampuan bahan konduktor dan isolator. b) Elaborasi (1) Membagi siswa dalam 5 kelompok. (2) Menyampaikan rumusan masalah. (3) Memfasilitasi siswa membuat hipotesis dari rumusan masalah yang dibuat. (4) Melakukan pengumpulan data. (5) Menguji hipotesis dengan data yang ditemukan.

56

c) Konfirmasi (1) Menyimpulkan hasil pembelajaran. (2) Bertanya kepada siswa tentang pemahaman siswa. (3) Menyuruh siswa mengerjakan soal yang diberikan guru. 3) Kegiatan Penutup a) Memberikan komentar terhadap jalannya pembelajaran yang telah dilaksanakan. b) Menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya. c) Menutup pembelajaran dengan berdo‟a dan salam. c. Tahap Pengamatan (observasi) Tahap pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati oleh peneliti adalah aktivitas siswa yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa pada hal ini merupakan aktivitas siswa ketika melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dalam menganalisa sifat kemampuan bahan pembuat konduktor dan isolator. Dalam kegiatan praktik ini siswa sudah terlihat lebih terbiasa dan antusias melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Siswa dalam siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup siknifikan.

Tetapi dalam pelaksanaan siklus II tetap memiliki

hambatan. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:

57

1) Pada tahap mengumpulkan data masih ada siswa yang bermain dengan alat praktik, ramai sendiri dan mengganggu teman ketika melakukan pengumpulan data. 2) Pada tahap pengujian hipotesis siswa menguji data yang mereka peroleh dengan mempresentasikannya didepan kelas, pada saat presentasi siswa sebagian besar siswa tidak memperhatikan siswa/kelompok yang sedang melakukan presentasi d. Refleksi (reflekting) Berdasarkan

hasil

dari

pengamatan

yang

dilakukan,

pelaksanaan siklus II sudah tampak banyak perubahan yang terjadi dari pada pelaksanaan siklus I. Siswa dalam melaksanakan pembelajaran, pelaksanaan siklus II mengalami kemajuan yang cukup siknifikan yaitu siswa sudah terbiasa menggunakan metode inkuiri.

Siswa dari

kegiatan awal sampai membuat kesimpulan sudah lancar mengikuti pembelajaran dan siswa semakin aktif dan antusias mengikuti pembelajaran. Walaupun sudah banyak perubahan yang terjadi, tetapi masih ditemukan hambatan yang terjadi pada saat pembelajaran. Program pengatasan hambatan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Memadukan metode inquiry dengan observasi. 2) Selalu memberi dorongan, motifasi dan nasihat kepada siswa. 4. Pelaksanaan Siklus III Menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Satuan Pendidikan

: MI Nurul Islam 1 Wonokerto

58

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas/Semester

: VI/I

Standar Kompetensi : Memahami saling hubungan antar suhu, sifat hantaran, dan kegunaan benda. Indikator Kompetensi : 1

Menyebutkan alasan pemilihan benda dalam kehidupan

sehari-hari

berdasarkan

kemampuan menghantarkan panas. 2

Menunjukkan benda dalam kehidupan seharihari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas.

3

Membedakan benda dalam kehidupan seharihari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas.

4

Mengelompokkan benda dalam kehidupan sehari-hari

berdasarkan

kemampuan

menghantarkan panas. Tujuan Pembelajaran : 1

Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan alasan

pemilihan

benda

berdasarkan

kemampuan menghantarkan panas. 2

Melalui pengamatan, siswa dapat menunjukkan benda berdasarkan kemampuan menghantarkan panas.

59

3

Melalui pengmatan, siswa dapat membedakan benda berdasarkan kemampuan benda dalam menghantarkan panas.

4

Melalui

pengamatan,

mengelompokkan

benda

siswa

dapat

berdasarkan

kemampuan benda dalam menghantarkan panas. Materi Pembelajaran : Konduktor dan isolator dalam kehidupan sehariHari Metode Pembelajaran : 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Inquiry 4. Observasi 5. Penugasan Pelaksanaan Siklus III ini menggunakan empat tahab yaitu: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan/tindakan (acting), Pengamatan (observasi), dan Refleksi (reflektion). Rincian pelaksanaan keempat tahab adalah sebagai berikut: a. Tahab Perencanaan (Planning) Dalam kegiatan perencanaan adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan materi pembelajaran IPA yaitu konduktor dan isolator. 2) Menentukan indikator kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

60

3) Menyiapkan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). 4) Menyiapkan soal tes prestasi siswa. 5) Menyiapkan lembar (instrumen) pengumpulan data (praktik). 6) Menyiapkan tempat yang dijadikan sebagai tempat pengamatan. 7) Menyediakan lembar pengamatan untuk merekam kegiatan siswa pada saat belajar. b. Tahab Pelaksanaan/tindakan (acting) 1) Kegiatan Pendahuluan a) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. b) Bertanya tentang kabar siswa. c) Memberikan apersepsi dengan cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran. d) Menyampaikan tema,topik dan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi (1) Bertanya kepada siswa tentang siapa yang mempunyai peralatan rumah tangga dirumah. (2) Bertanya kepada siswa siapa yang berani menyebutkan peralatan rumah tangga yang dipunyai. b) Elaborasi (1) Menyampaikan rumusan masalah. (2) Memfasilitasi siswa dalam merumuskan hipotesis.

61

(3) Melakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan. (4) Melakukan pengujian

hipotesis

terhadap

data

yang

ditemukan. c) Konfirmasi (1) Menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama dengan siswa. (2) Bertanya kepada siswa tentang pemahan siswa terhadap materi yang dipelajari. (3) Menyuruh siswa untuk mengerjakan soal. 3) Kegiatan Penutup a) Memberikan komentar terhadap jalannya pembelajaran. b) Menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. c) Menutup pembelajaran dengan berdo‟a dan salam. c. Tahab Pengamatan (Observasi) Tahab pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Pada tahab ini peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran. Pada siklus III ini, perilaku siswa meningkat jauh lebih baik dari pada dua siklus sebelumnya. Pelaksanaan siklus III ini suasana belajar lebih kondusif dan siswa terlihat sangat senang dan bahagia saat mengikuti pembelajaran. Sedangkan dalam melaksanakan metode inkuiri, siswa lebih cekatan dalam melaksanakan semua intruksi guru dan

62

pemahaman dalam melaksanakan metode inkuiri semakin lebih baik. Walaupun, pelaksanaan siklus III ini tidak luput dari hambatan, tapi intensitas hambatan yang terjadi jauh lebih menurun daripada dua siklus sebelumnya. Sedangkan kalau dilihat dari hasil prestasi yang dicapai, pada pelaksanaan siklus III prestasi siswa juga meningkat cukup signifikan.

Hambatan yang terjadi pada siklus III adalah

sebagai berikut: 1) Pada tahap melakukan pengumpulan data siswa masih berbicara sendiri dan bermain dengan alat praktik tetapi intensitasnya sangat sedikit. d. Tahap Refleksi (reflektion) Tahab refleksi digunakan untuk melakukan refleksi terhadap jalannya pembelajaran agar pada pembelajaran selanjutnya dapat berjalan lebih baik. Pelaksanaan siklus III sudah berjalan dengan baik dan kondusif walaupun, masih ada sedikit hambatan yang terjadi pada siklus ini. Secara keseluruhan pelaksanaan siklus III berjalan dengan lancar, baik dan mengalami kemajuan yang sangat signifakan. Tetapi masih ada perbaikan yang harus dilakukan yaitu: 1) Bagaimana

mengkondisikan

siswa

pada

saat

melakukan

pengamatan tidak bermain dengan peralatan yang diamati.

63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Standar Pencapaian KKM KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Kriteria ini dijadikan dasar dalam stiap satuan pendidikan dalam melaksanakan proses penilaian dalam rangka menentukan tingkat kelulusan siswa. Siswa harus mencapai kriteia terendah (yang paling rendah) didadalam KKM. KKM di setiap satuan pendidikan berbeda-beda. Di MI Nurul Islam 1 Wonokerto, menetapkan standar pencapaian KKM individual/kelas mata pelajaran IPA adalah 75. Angka tersebut sama dengan KKM ideal (KKM standar Nasional) yaitu 75. Angka tersebut terhitung tinggi. Tapi, hal tersebut menjadi tantangan peneliti apakan peneliti sanggup mencapai target KKM yang telah ditentukan.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bagi

pendidik, peserta didik dan orang tua atau wali siswa. Sehingga penetapan KKM harus diketahui oleh pihak-pihak terkait seperti: pendidik, siswa, dan orang tua/wali siswa.

Selain itu kriteria ketuntasan minimal juga harus

dicantumkan didalam raport sebagai laporan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan siswa kepada orang tua/wali siswa, agar orang tua/wali siswa mengetahui bagaimana prestasi belajar yang diperoleh.

64

B. Deskripsi Per Siklus 1. Pra Siklus Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada tahap pra siklus didapatkan hasil bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto penggunaan metode pembelajaran masih menggunakan metode yang masih konvensional yaitu menggunakan metode ceramah. Dengan menggunakan metode ini siswa lebih banyak diam guru lebih aktif memberikan pembelajaran dan menurut guru kelas VI prestasi belajar yang diperoleh juga tidak maksimal.

Berdasarkan

penuturan guru yang bersangkutan, setiap pelaksanaan penilaian sebagian besar siswa melaksanakan remidi karena nilai siswa banyak dibawah KKM yaitu sebesar 75. 2. Siklus I a. Hasil Siklus I Dalam memberikan penilaian prestasi belajar siswa, peneliti mengacu kepada pencapaian target KKM siswa. Apabila nilai yang didapat siswa sama dengan atau lebih besar dari KKM yaitu 75, maka siswa tersebut dinyatakan “tuntas”.

Apabila nilai siswa masih

dibawah KKM yang yaitu 75, maka siswa tersebut dinyatakan “tidak tuntas”. Pelaksanaan penelitian siklus 1 peneliti meneliti tentang prestasi belajar IPA kelas VI pokok bahasan konduktor dan isolator yang dilakukan di MI Nurul Islam 1 Wonokerto tahun 2014 yang

65

dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2014 didapat data sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai prestasi belajar siswa siklus I KKM No

Nama Siswa

Nilai

ketuntasan

Ideal/ individu

Tidak Tuntas

Nasional

Tuntas

1

Adi Riyandi

70

75

75



2

Ahmad Arif M

60

75

75



3

Andika Khoirudin I

70

75

75



4

Diah Indah L

80

75

75

5

Dimas Syaputra

40

75

75



6

Fatimah Az-Zahra

70

75

75



7

Hafizh Asyafi B

100

75

75



8

Hasyim Rahman

80

75

75



9

Ivatul Ullya

80

75

75



10

Kautsar M. A

90

75

75



11

Latif Nur Kholis

90

75

75



12

Linda Fajria R

70

75

75

13

Maslikhah Q. A

90

75

75

14

Mayada Seysa K

60

75

75

15

M. Isnu Faqih

80

75

75

16

Muammar Kadafi

70

75

75



17

Putri Aurelia

70

75

75



66



√ √ √ √

18

Ridwan Syahrul A

60

75

75



19

Rizaldi Ulinnuha

70

75

75



20

Silfana Puspita

80

75

75

21

Syahla Qotrunnada

70

75

75

22

Zulya Fatma

100

75

75

23

Agung Prasetyo

40

75

75

24

Dian Sri Wulan

80

75

75

25

Riyan Ariyanto

50

75

75

T=11

T=11

Rata-rata

75

Keterangan: T = Tuntas Tt = Tidak Tuntas 1) Persentase Standar KKM Individu: a) Tuntas

Siswa yang tuntas = 11 orang (44%).

67

√ √ √ √ √

11 Tt=14

b) Tidak Tuntas



Tt=14

14

. Siswa yang tidak tuntas = 14 orang (56%). 2) Persentase Standar KKM Nasional a) Tuntas

Siswa yang tuntas = 11 orang (44%). b) Tidak tuntas

Siswa yang tidak tuntas = 14 orang (56%). Berdasarkan analisis diatas, didapatkan hasil bahwa siswa yang mencapai nilai KKM dan siswa yang tidak mencapai nilai KKM pada pelaksanaan siklus I berjumlah sama dikarenakan besarnya nilai KKM individu dan nasional/ideal sama yaitu 75. Siswa yang tidak mencapai KKM individu berjumlah 14 siswa sehingga apabila dibuat prosentase pencapaian KKM individu menyentuh pada 56%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM individu hanya berjumlah 11 orang, prosentase pencapaian KKM individunya hanya menyentuh 44%. Hasil tersebut sama dengan pencapaian standar KKM nasional karena besarnya nilai KKM individu dan nasional sama. Pada standar KKM nasional yang

68

mencapai nalai KKM adalah 11 siswa (44%), sedangkan yang tidak mencapai nilai KKM adalah 14 orang (56%). b. Refleksi Setelah pelaksanaan siklus

I didapatkan hasil

bahwa

pencapaian nilai KKM kelas belum dapat tercapai karena baru mancapai 44%, Sedangkan KKM kelas yang harus terpenuhi adalah 85%. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan siklus I terdapat kendala saat pembelajaran berlangsung. Kendala yang tersebut adalah siswa belum memahami tentang metode yang digunakan pada saat pembelajaran sehingga pembelajaran belum dapat berjalan dengan kondusif. Kendala tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pada saat tahap perumusan masalah siswa masih merasa bingung. Pada saat merumuskan masalah siswa menganggap memberikan soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Selain itu, pada tahap ini siswa banyak yang berbicara sendiri. 2) Pada saat tahap merumuskan hipotesis, siswa masih kebingungan saat merumuskan hipotesis.

Pada saat merumuskan hipotesis,

siswa masih bingung hipotesis yang dibuat gunanya untuk apa. 3) Pada tahap pengumpulan data siswa dapat memahami dengan baik karena guru telah memberikan langkah kerja yang harus dilakukan. Tetapi, belum berjalan dengan maksimal karena sebagian besar siswa justru banyak bermain dengan alat yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data, sehingga pembelajaran menjadi

69

sangat ramai dan tidak kondusif dan siswa mengganggu siswa lain yang sedang melakukan pengumpulan data. 4) Pada tahap pengujian hipotesis, siswa masih bingung apa yang harus dilakukan. Siswa belum mengetahui yang harus diuji itu apa sehingga timbul pertanyaan antara siswa dengan siswa yang berakibat suasana jadi ramai dan siswa kurang aktif bertanya kepada guru. 5) Tahap yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan. Hambatan yang terjadi pada tahap ini karena pada tahap yang sebelumnya siswa kurang bisa mengikuti akhirnya tahap ini kesimpulan yang diberikan kurang maksimal. Hambatan

yang

terjadi

dalam

pelaksanaan

Siklus

I

dikarenakan memang di MI Nurul Islam 1 Wonokerto memang minim sekali penggunaan metode inkuiri sehingga siswa belum dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal dan hasil yang diperoleh juga belum maksimal.

Berdasarkan kelemahan yang terjadi, maka

peneliti membuat program pengatasan kelemahan siklus I agar pelaksanaan siklus yang kedua dapat berjalan dengan maksimal. Program pengatasan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pada pelaksanaan siklus selanjutnya pada tahap perumusan masalah guru akan memberikan arahan kepada siswa tentang untuk apa masalah yang tersebut dan memberi motivasi kepada siswa supaya tidak ramai sendiri sewaktu pembelajaran.

70

2) Memberikan intruksi kepada siswa bahwa hipotesis itu merupakan dugaan atau pendapat dari siswa mengenai masalah yang dimunculkan. 3) menambahkan pada saat pembelajaran dengan bekerja kelompok supaya dengan bekerja kelompok supaya mampu mengurangi kegiatan siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran. 4) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang data apa saja yang harus diuji dan memberi motivasi kepada siswa supaya lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. 5) Memberikan pengarahan agar siswa melaksanakan pembelajaran dengan baik supaya siswa memahami kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. 3. Siklus II. a. Hasil Siklus II Pelaksanaan pembelajaran siklus II yang dilakukan peneliti di kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto untuk meneliti prestasi belajar IPA pokok bahasan konduktor dan isolator, didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Prestasi belajar siswa siklus II KKM No

Nama Siswa

Nilai

ketuntasan

Ideal/ individu

Tidak Tuntas

nasional

1

Adi Riyandi

80

71

75

75

Tuntas





2

Ahmad Arif M

65

75

75

3

Andika Khoirudin I

75

75

75



4

Diah Indah L

80

75

75



5

Dimas Syaputra

60

75

75

6

Fatimah Az-Zahra

85

75

75



7

Hafizh Asyafi B

100

75

75



8

Hasyim Rahman

80

75

75



9

Ivatul Ullya

90

75

75



10

Kautsar M. A

90

75

75



11

Latif Nur Kholis

95

75

75



12

Linda Fajria R

75

75

75



13

Maslikhah Q. A

95

75

75



14

Mayada Seysa K

90

75

75



15

M. Isnu Faqih

80

75

75



16

Muammar Kadafi

90

75

75



17

Putri Aurelia

75

75

75



18

Ridwan Syahrul A

75

75

75



19

Rizaldi Ulinnuha

95

75

75



20

Silfana Puspita

85

75

75



21

Syahla Qotrunnada

95

75

75



22

Zulya Fatma

100

75

75



23

Agung Prasetyo

70

75

75

72





24

Dian Sri Wulan

80

75

75

25

Riyan Ariyanto

60

75

75

T=21

T=21

Rata-rata

82,6

Keterangan: T = Tuntas Tt = Tidak tuntas 1) Persentase Standar KKM Individu a) Tuntas

b) Tidak Tuntas

2) Persentase Standar KKM Ideal/Nasional

73



21 Tt=4

a) Tuntas



Tt=4

4

b) Tidak tuntas

Berdasarkan hasil analisis diatas, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan siklus II mangalami peningkatan yang cukup siknifikan. Pada pelaksanaan siklus I, siswa yang tuntas (mencapai) KKM adalah sebanyak 11 siswa.

Sedangkan siswa yang tidak tuntas (tidak

mencapai) KKM lebih banyak dari siswa yang tuntas yaitu berjumlah 14 siswa. Tetapi, pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik. Pelaksanaan suklus II, siswa yang mencapai KKM dan dinyatakan tuntas sebesar 21 siswa.

Kalau dinyatakan dalam

prosentase pencapaian KKM sebesar 84%. Sedangkan siswa yang tidak mencapai nilai KKM sebanyak 4 siswa, yang dinyatakan dalam prosentase pencapaian nilai KKM sebesar 16%. b. Refleksi Pelaksanaan siklus II, pencapaian nilai KKM individu dan ideal sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akan tetapi hasil tersebut masih belum dapat memenuhi Standar KKM kelas yang sebesar 85% karena baru mencapai

84%.

Hal tersebut

dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II masih terdapat hambatan-hambatan yang dapat mengganggu kegiatan belajar. Walaupun masih terdapat hambatan didalam pelaksanaan siklus II,

74

peneliti patut bersyukur karena tingkat hambatan yang terjadi lebih sedikit dari pada pelaksanaan siklus I serta pelaksanaan siklus II lebih aktif dari pada siklus I.

Hal tersebut menandatang program

pengatasan hambatan yang peneliti gunakan dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan siklus II hambatan yang terjadi tidak sebanyak pada pelaksanaan siklus I. Pada siklus II ini sudah mulai terlihat siswa mampu mengikuti dengan dengan baik dan tahapan-tahapan dalam metode inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik.

Tetapi

walaupun demikian, masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan siklus II. Tahapan-tahapan yang masih mengalami hambatan adalah sebagai berikut: 1) Pada tahap mengumpulkan data masih ada siswa yang bermain dengan alat praktik, ramai sendiri dan mengganggu teman ketika melakukan pengumpulan data. 2) Pada tahap pengujian hipotesis siswa menguji data yang mereka peroleh dengan mempresentasikannya didepan kelas, pada saat presentasi siswa sebagian besar siswa tidak memperhatikan siswa/kelompok yang sedang melakukan presentasi Hambatan yang terjadi pada pelaksanaan siklus II, peneliti membuat program untuk mengatasinya dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Memadukan metode inkuiri dengan observasi.

75

2) Selalu memberi dorongan, motifasi dan nasihat kepada siswa. c. Perbandingan Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan siklus I dan siklus II terdapat perbandingan antara siklus I dan siklus II.

Untuk

mengetahui perbandingan pelaksanaan siklus I dan siklus II maka perhatikan data berikut ini: Tabel 4.3 Tabel perbandingan nilai siklus I dan siklus II No

Nama Siswa

Siklus I

Siklus II

D

D2

1

Adi Riyandi

70

80

10

100

2

Ahmad Arif M

60

65

5

25

3

Andika Khoirudin I

70

75

5

25

4

Diah Indah L

80

80

0

0

5

Dimas Syaputra

40

60

20

400

6

Fatimah Az-Zahra

70

85

15

225

7

Hafizh Asyafi B

100

100

0

0

8

Hasyim Rahman

80

80

0

0

9

Ivatul Ullya

80

90

10

100

10

Kautsar M. A

90

90

0

0

11

Latif Nur Kholis

90

95

5

25

12

Linda Fajria R

70

75

5

25

13

Maslikhah Q. A

90

95

5

25

14

Mayada Seysa K

60

90

30

900

15

M. Isnu Faqih

80

80

0

0

76

16

Muammar Kadafi

70

90

20

400

17

Putri Aurelia

70

75

5

25

18

Ridwan Syahrul A

60

75

15

225

19

Rizaldi Ulinnuha

70

95

25

625

20

Silfana Puspita

80

85

5

25

21

Syahla Qotrunnada

70

95

25

625

22

Zulya Fatma

100

100

0

0

23

Agung Prasetyo

40

70

30

900

24

Dian Sri Wulan

80

80

0

0

25

Riyan Ariyanto

50

60

10

100

1820

2065

245

4775

Jumlah

Untuk mengetahui besarnya perbandingan prestasi belajar siklus I dan siklus II menggunakan rumus sebagai berikut: ̅ √







77

Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil t hitung 123,178. Apabila dibandingkan dengan db = 25-1 sebesar 2,064 maka t hitung memiliki nilai lebih besar.

Hal tersebut berarti bahwa terdapat

perbedaan antara pelaksanaan siklus I dan siklus II 4. Siklus III a. Hasil Siklus III Pelaksanaan siklus III yang dilaksanakan oleh peneliti di MI Nurul Islam 1 Wonokerto pada mata pelajaran IPA pokok bahasan konduktor dan isolator, didapat hasil prestasi siswa sebagai berikut: Tabel 4.4 Prestasi belajar siklus III KKM No

Nama Siswa

Nilai

Ketuntasan

Ideal/ Individu

Tidak Tuntas

Nasional

1

Adi Riyandi

100

2

Ahmad Arif M

80

3

Andika Khoirudin I

75

4

Diah Indah L

95

5

Dimas Syaputra

95

6

Fatimah Az-Zahra

100

7

Hafizh Asyafi B

90

78

tuntas



75

75

75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



8

Hasyim Rahman

95

9

Ivatul Ullya

100

10

Kautsar M. A

90

11

Latif Nur Kholis

95

12

Linda Fajria R

80

13

Maslikhah Q. A

100

14

Mayada Seysa K

95

15

M. Isnu Faqih

85

16

Muammar Kadafi

100

17

Putri Aurelia

75

18

Ridwan Syahrul A

75

19

Rizaldi Ulinnuha

95

20

Silfana Puspita

85

21

Syahla Qotrunnada

90

22

Zulya Fatma

100

23

Agung Prasetyo

75

24

Dian Sri Wulan

80

25

Riyan Ariyanto

95

Rata-rata

75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



75

75



T = 25

T = 25

Tt = 0

Tt = 0

91

Keterangan: T : Tuntas Tt : Tidak tuntas

79

25

0

1) Persentase Standar KKM Individu a) Tuntas

b) Tidak tuntas

2) Persentase Standar KKM ideal/Nasional a) Tuntas

b) Tidak tuntas

Berdasarkan hasil diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan siklus III berjalan dengan sangat baik sehingga dapat mencapai kelulusan yang 100%. Berdasarkan hal tersebut besarnya KKM 85% dapat tercapai secara tuntas. Pelaksanaan siklus III ini dari siswa yang berjumlah sebesar 25 siswa, semuanya dapat mencapai

80

KKM yang sebesar 75 baik nasional maupun individu dan secara otomatis karena semuanya tentas, KKM kelas pun juga tuntas karena 100% siswa tuntas mencapai KKM individu ataupun nasionak dan KKM kelas juga 100%. b. Refleksi Pelaksanaan siklus III diperoleh hasil sudah melebihi target minimal pencapaian KKM kelas yang sebesar 85% yaitu telah mencapai 100%. Pelaksanaan siklus III bukan tanpa kendala, kendala sudah pasti ada, tetapi.

Tingkat intensitas kendala tersebut sangat

sedikit sehingga pelaksanaan siklus III ini mampu mencapai nilai KKM kelas yang sebesar 85%.

Hambatan yang terjadi pada

pelaksanaan siklus III adalah sebagai berikut: 1) Pada tahap melakukan pengumpulan data siswa masih berbicara sendiri dan bermain dengan alat praktik tetapi intensitasnya sangat sedikit. Program perbaikan yang harus dilakukan yaitu: 1) Bagaimana

mengkondisikan

siswa

pada

saat

melakukan

pengamatan tidak bermain dengan peralatan yang diamati. c. Perbandingan Siklus II dan Siklus III Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat perbandingan nilai atas pelaksanaan pembelajaran antara siklus II dan siklus III, perbandingan nilai dapat dilihat dibawah ini:

81

Tabel 4.5 Perbandingan nilai siklus II dan siklus III No

Nama Siswa

Siklus II

Siklus III

̅

1

Adi Riyandi

80

100

20

400

2

Ahmad Arif M

65

80

15

225

3

Andika Khoirudin I

75

75

0

0

4

Diah Indah L

80

95

15

225

5

Dimas Syaputra

60

95

35

1225

6

Fatimah Az-Zahra

85

100

15

225

7

Hafizh Asyafi B

100

100

0

0

8

Hasyim Rahman

80

95

15

225

9

Ivatul Ullya

90

100

10

10

10

Kautsar M. A

90

95

5

25

11

Latif Nur Kholis

95

95

0

0

12

Linda Fajria R

75

80

5

25

13

Maslikhah Q. A

95

100

5

25

14

Mayada Seysa K

90

95

5

25

15

M. Isnu Faqih

80

85

5

25

16

Muammar Kadafi

90

100

10

100

17

Putri Aurelia

75

80

5

25

18

Ridwan Syahrul A

75

75

0

0

19

Rizaldi Ulinnuha

95

95

0

0

20

Silfana Puspita

85

85

0

0

82

21

Syahla Qotrunnada

95

100

10

100

22

Zulya Fatma

100

100

0

0

23

Agung Prasetyo

70

75

5

25

24

Dian Sri Wulan

80

80

0

0

25

Riyan Ariyanto

60

95

35

1225

2065

2275

215

4135

Jumlah

Untuk mengetahui perbandingan nilai siklus III dan siklus II adalah sebagai berikut: ̅ √









Dari perhitungan diatas, didapatkan hasil bahwa nilai t hitung sebesar 110,143. Apabila dibandingkan dengan db = 25-1 sebesar

83

2,064 maka t hitung memilliki nilai lebih besar. Hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan antara pelaksanaan siklus II dan pelaksanaan siklus III. C. Pembahasan 1. Rekapitulasi prestasi belajar Siswa berdasarkan pelaksanaan siklus I, II, dan III didapatkan hasil rekapitulasi prestasi belajar siswa kelas VI MI Nurul Islam 1 Wonokerto dalam belajar IPA pokok konduktor dan isolator adalah sebagai berikut: a. Prestasi belajar Tabel 4.6 Prestasi belajar siswa siklus I, siklus II dan siklus III Hasil Pelaksanaan Siklus No

Pembelajaran

Nama Siswa Suklus I

Suklus II

Siklus III

1

Adi Riyandi

70

80

100

2

Ahmad Arif M

60

65

80

3

Andika Khoirudin I

70

75

75

4

Diah Indah L

80

80

95

5

Dimas Syaputra

40

60

95

6

Fatimah Az-Zahra

70

85

100

7

Hafizh Asyafi B

100

100

100

8

Hasyim Rahman

80

80

95

9

Ivatul Ullya

80

90

100

10

Kautsar M. A

90

90

95

84

11

Latif Nur Kholis

90

95

95

12

Linda Fajria R

70

75

80

13

Maslikhah Q. A

90

95

100

14

Mayada Seysa K

60

90

95

15

M. Isnu Faqih

80

80

85

16

Muammar Kadafi

70

90

100

17

Putri Aurelia

70

75

80

18

Ridwan Syahrul A

60

75

75

19

Rizaldi Ulinnuha

70

95

95

20

Silfana Puspita

80

85

85

21

Syahla Qotrunnada

70

95

100

22

Zulya Fatma

100

100

100

23

Agung Prasetyo

40

70

75

24

Dian Sri Wulan

80

80

80

25

Riyan Ariyanto

50

60

95

b. Persentase ketuntasan KKM 1) Individu/Kelas Tabel 4.7 Persentase ketuntasan KKM individu/kelas Pelaksanaan

No

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Ketuntasan

1

Tuntas

11 siswa

85

21 siswa

25 siswa

Tidak tuntas

(44%)

(84%)

(100%)

14 siswa

4 siswa

0 siswa

(56%)

(16%)

(0%)

2

2) Ideal/nasional Tabel 4.8 Persentase ketuntasan KKM ideal/nasional Pelaksanaan

No

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Ketuntasan

Tuntas

14 siswa

21 siswa

25 siswa

(56%)

(84%)

(100%)

11 siswa

4 siswa

0 siswa

(44%)

(16%)

(0%)

1

Tidak tuntas 2

c. Perbandingan Nilai Pelaksanaan Siklus I, II, dan III Tabel 4.9 Perbandingan nilai pelaksanaan siklus I, II dan III Hasil Pelaksanaan Siklus Pembelajaran No

Nama Siswa Suklus I

Suklus II

Siklus III

1

Adi Riyandi

70

80

100

2

Ahmad Arif M

60

65

80

3

Andika Khoirul I

70

75

75

4

Diah Indah L

80

80

95

5

Dimas Syaputra

40

60

95

86

6

Fatimah Az-Zahra

70

85

100

7

Hafizh Asyafi B

100

100

100

8

Hasyim Rahman

80

80

95

9

Ivatul Ullya

80

90

100

10

Kautsar M. A

90

90

95

11

Latif Nur Kholis

90

95

95

12

Linda Fajria R

70

75

80

13

Maslikhah Q. A

90

95

100

14

Mayada Seysa K

60

90

95

15

M. Isnu Faqih

80

80

85

16

Muammar Kadafi

70

90

100

17

Putri Aurelia

70

75

80

18

Ridwan Syahrul A

60

75

75

19

Rizaldi Ulinnuha

70

95

95

20

Silfana Puspita

80

85

85

21

Syahla Qotrunnada

70

95

100

22

Zulya Fatma

100

100

100

23

Agung Prasetyo

40

70

75

24

Dian Sri Wulan

80

80

80

25

Riyan Ariyanto

50

60

95

Jumlah

1820

2065

2275

Rata-rata

72,8

82,6

91

87

2. Kondisi Awal di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Pembelajaran yang terjadi di MI Nurul Islam 1 Wonokerto khususnya kelas VI yang peneliti peroleh melalui pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan pada tanggal 29 dan 30 September 2014 didapatkan hasil bahwa pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran yang masih tradisional. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah. Variasi pembelajaran yang dilakukan sangatlah minim. Setiap hari proses belajar mengajar yang dilakukan menggunakan metode ceramah. 3. Kondisi Akhir di MI Nurul Islam 1 Wonokerto Peneliti melakukan penelitian di MI Nurul Islam 1 Wonokerto menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

Diharapkan dengan

penggunaan metode inkuiri pembelajaran di MI Nurul Islam 1 Wonokerto dapat lebih bervariasi dan juga dapat meningkatkan prestasi beelajar khususnya mata pelajaran IPA pokok bahasan konduktor dan isolator. Pada pelaksanaan siklus I dengan menggunakan metode inkuiri siswa yang tuntas mencapai KKM lebih sedikit dari pada siswa yang tidak tuntas mencapai KKM.

KKM yang ditetapkan oleh MI Nurul Islam 1

Wonokerto 75% untuk KKM ideal/nasional dan individual serta 85% untuk KKM kelas. Siswa yang tuntas mencapai KKM pada siklus I hanya 11 siswa (44%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebesar 14 orang (56%). Kondisi tersebut, ternyata dipengaruhi oleh siswa masih belum menguasai metode yang diterapkan karena metode inkuiri tergolong

88

pengalaman belajar yang baru bagi siswa sehingga siswa masih merasa bingung terhadap jalannya pembelajaran. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran juga terdapat hambatan yang mempengaruhi presasi belajar siswa. Misalnya: siswa mengganggu teman lain, siswa berbicara sendiri, siswa bermain dengan alat pembelajaran. Sehingga pelaksanaan siklus I terdapat banyak hambatan dan banya bahan yang dijadikan sebagai bahan refleksi bagi peneliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2014. Siklus II dilaksanakan dengan siswa dibuat berkelompok, supaya siswa dapatsaling bertukar pikiran dan saling berdiskusi untuk melakukan pengumpulan data. Hasilnya pelaksanaan siklus II dapat berjalan sangat baik dan pembelajaran dapat berjalan lebih kondusif dari pada pelaksanaan siklus I. Prestasi belajar pada pelaksanaan siklus II meningkat dengan cukup signifikan. Siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 21 siswa (84%) dan siswa yang tidak tuntas KKM sebanyak 4 siswa (16%). Hasil tersebut didukung oleh suasana pembelajaran yang kondusif serta pada pelaksanaan siklus II siswa sudah terbiasa belajar dengan metode inkuiri sehingga siswa tidak bingung seperti pada waktu pelaksanaan siklus I. Walaupun tingkat kelulusan siswa mencapai 84%, tingkat pencapaian KKM kelas belum tercapai. Standar minimum ketercapaian KKM kelas sebesar 85%, sehingga 84% kelulusan kelas belum dapat terpenuhi karena masih kurang 1%. Walaupun belum dapat memenuhi tingkat pencapaian

89

KKM kelas, tetapi pelaksanaan siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik dari segi prestasi belajar, kegiatan pembelajaran, dan pemahan siswa terhadapat penggunaan metode inkuiri. Pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2014. Pada siklus ini siswa diajak ke salah satu rumah warga yang berada disekitar lingkungan sekolah untuk melakukan pengamatan tentang peralatan rumah tangga yang menggunaka prinsip konduktor dan isolator. Kegiatan pembelajaranpun berjalam semakin kondusif. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran mulai bertanya dan berdiskusi dengan teman serta dari raut muka yang terpancar dari siswa mereka sangat gembira mangikuti pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan siklus III berjalan semakin baik, prestasi belajar siswa juga meningkat, yang pada siklus II mencapai 84% kali ini siswa yang mencapai KKM menjadi 100%. Sehingga semua siswa tuntas mencapai KKM. Hal tersebut berarti bahwa pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MI Nurul Islam 1 Wonokerto telah berhasil (tuntas).

Walaupun demikian bukan berarti

pelaksanaan siklus III bukan tanpa hambatan.

Hambatan dalam

pembelajaran dalam setiap kali pembelajaran sudah pasti ada karena setiap individu siswa itu berbeda-beda dan setiap kali pembelajaran suasana hati maupun tingkat emosional siswa juga berbeda-beda.

Maka dari itu,

hambatan yang terjadi pada siklus ini peneliti jadikan bahan untuk refleksi diri agar pada pembelajaran yang selanjutnya dapat berjalan menjadi lebih baik.

90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah selesai dilaksanakan. Dengan pelaksanaan penelitian tersebut ternyata didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Melalui penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan konduktor dan isolator di MI Nurul Islam 1 Wonokerto. Peningkatan prestasi belajar dari pelaksanaan siklus I sampai dengan siklus III yang selalu meningkat. Pelaksanaan siklus I didapatkan hasil bahwa siswa yang tuntas mencapai KKM 14 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa.

Pelaksanaan siklus II mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Pelaksanaan siklus II didapatkan hasil bahwa siswa yang tuntas mencapai KKM meningkat mencapai 21 siswa dan yang titak tuntas KKM hanya 4 siswa. Tetapi, dari hasil siklus II ini, belum dapat mencapai nilai KKM kelas yang sebesar 85% sehingga belum dapat dikatakan berhasil karena siswa yang tuntas baru mencapai 84% dan masih dibawah standar KKM kelas yang 85%. Pada pelaksanaan siklus III semua siswa tuntas mencapai KKM. Seluruh siswa berhasil mencapai KKM dan pada pelaksanaan siklus III KKM kelas telah terpenuhi sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil. Rumusan masalah telah terjawab dan hipotesis penelitian telah teruji sehingga prestasi belajar IPA pokok

91

bahasan konduktor dan isolator dapat meningkat dengan menggunakan metode inkuiri di MI Nurul Islam 1 Wonokerto. 2. Melalui penggunaan metode inkuiri dapat memenuhi terget pencapaian KKM mata pelajaran IPA pokok bahasan konduktor dan isolator di MI Nurul Islam 1 Wonokerto, yaitu dengan hasil berikut: Pelaksanaan siklus I keberhasilan siswa mencapai 44%, siklus II 84%, dan siklus III mencapai 100%.

Dengan demikian PTK ini dinyatakan berhasil karena telah

mencapai KKM kelas 100% yang lebih besar dari KKM kelas yang telah ditetapkan sebesar 85% B. Saran Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang peneliti laksanakan, saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Setiap pembelajaran dilakukan, sebaiknya guru selalu memberikan fariasi terhadap pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan lebih kreatif sehigga siswa tidak merasa jenuh dan pembelajaran dapat berjalan secara kondusif. 2. Memberikan motivasi-motivasi kepada siswa agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan secara menyenangkan. 3. Pelaksanaan

pembelajaran,

guru

sebaiknya

menggunakan

metode

pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh saat mengikuti pembelajaran.

92

4. Guru menjadikan siswa yang aktif mencari pengetahuan dan guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran. 5. Guru menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran, terutama yang ada di lingkungan sekolah. 6. Guru memberikan motivasi supaya siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran terlihat hidup.

93

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara:Jakarta. Dahlan, MD. 1990. Model-model Mengajar: Beberapa Alternatif Interaktif Belajar Mengajar. CV Diponegoro: Bandung. Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Rajawali Pers: Jakarta. Haryanto. 2006. SAINS “Untuk Sekolah Dasar Kelas VI”. Erlangga:Jakarta. Jaya, Nur. 2013. KKM, Pengertian, Fungsi dan Tahapan Penetapan, (Online), (http://sang-aktor.blogspot.com/2013/08/kkm-pengertian-fungsi-dantahapan_11.html, di akses 24 September 2014).

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers: Jakarta. 2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers: Jakarta. Maslikhah, Peni Susapti. 2009. Modul: Imu Alamiah Dasar. Mitra Cendikia: Yogyakarta. M2K. 2012. Definisi, Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar, (Online). (https://azharm2k.wordpress.com/2012/05/09/ definisipengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/), diakses 2 Desember 2014. NK, Roestiyah. 1989. Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian. Bina Aksara: Jakarta. Prawira, Purwa Atmaja. 2011. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. ArRuzz Media: Yogyakarta. Sam‟s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas: Teknik Bermain Konstruktif untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika. Teras: Yogyakarta. Sriyanti, Lilik, Suwardi, dan Muna Erawati. 2009. Teori-teori Belajar. STAIN Salatiga Pers: Salatiga. Sriyono dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta: Jakarta.

94

Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas: Buku Panduan Wajib bagi Para Pendidik. Diva Press: Yogyakarta. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Rajawali Pers:Jakarta. Syamsuddin, Maqooshidul Falasifah. 2012. Implementasi Metode Pembelajaran Berbasis Inkuiri Pada Anak Kelas Rendah di School Of Life Lebah Putih Ngawen Mangunsari Sidomukti Salatiga Tahun 2012. Skripsi Tidak diterbitkan. Salatiga:Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wikipedia. 2014. Prestasi. (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Prestasi), di akses 2 Desember 2014.

95