Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences ...

5 downloads 4884 Views 899KB Size Report
memfokuskan kecerdasan pada kecerdasan linguistik dan matematika serta ... ( kecerdasan logika matematika), visual spatial intelligence (kecerdasan ...
Judul

: Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak

Nama

: RIANI SETIAWATI

NPM

: 10502213

Pembimbing : Dra. M.M Nilam W. Msi ABSTRAK

Pada umumnya dalam hal pendidikan masih banyak orang tua yang memfokuskan kecerdasan pada kecerdasan linguistik dan matematika serta menyerahkan perkembangan pendidikan anak pada pihak sekolah tanpa didukung perhatian orang tua di rumah. Menurut Gardner ada tujuh aspek kecerdasan yaitu linguistic intelligence (kecerdasan linguistik), logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika matematika), visual spatial intelligence (kecerdasan imajinasi), bodilykinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh), musical intelligence (kecerdasan musik), interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal/sosial), intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) dan naturalist intelegences (kecerdasan naturalis) yang dapat dikembangkan pada diri anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran multiple intelligences anak, faktorfaktor yang mempengaruhi dan peranan orang tua terhadap multiple intelligences anak. Pendekatan penelitian yang tepat untuk tujuan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam. Subjek penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia 4 tahun dan mengembangkan multiple intelligences pada anak serta guru anak sebagai SO. Dari hasil analisis data yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa gambaran multiple intelligences anak subjek cenderung berkembang secara optimal dalam aspek dan karakteristik bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) dan musical intelligence (kecerdasan musik), hal ini tampak dari aspek dan karakteristik yang dimiliki anak berkembang bahkan mendapatkan prestasi. Ada 3 faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak yaitu faktor lingkungan keluarga, subjek dapat memposisikan diri sebagai orang tua dengan memberi perhatian dan percaya pada kemampuan anak. Lingkungan sekolah dengan mengetahui kurikulum dan cara guru mengajar yang sudah sesuai dengan perkembangan anak dan ketiga, subjek memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak. Dalam mengembangkan multiple intelligences subjek dapat menjalankan perannya sebagai pendamping dengan memenuhi kebutuhan sesuai perkembangan anak dan sebagai guru dengan menciptakan lingkungan yang baik, memberi motivasi, membimbing, memberi kesempatan pada anak dan menjadi model bagi anak.

Kata kunci : Peranan, orang tua dan multiple intelligences

1

Anak berbakat kadang suka usil, mengganggu teman-teman karena mereka cepat bosan dengan penjelasan guru sehingga menyebabkan siswa menjadi anak underachiver (Nugroho, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya orang tua yang baik beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah merawat dan menjaga kesehatan anak, menyediakan makanan yang bergizi, menanamkan sopan santun dan moralitas dengan mendisiplinkannya sedangkan mengenai pendidikan intelektualnya orang tua biasanya menunggu sampai anak masuk sekolah. Semua itu memang baik, lebih-lebih gizi makanan dan kesehatan akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan inteligensi anak balita, sebab kesehatan dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan saraf anak.

Menurut L. Campbell dan B. Campbell, Dee Dickinson (2002), salah satu penelitian mengenai kecerdasan ganda (multiple intelligences) anak yang dilakukan oleh Howard Gardner, telah menguak tentang kecerdasan manusia yang lebih luas dari pada kepercayaan manusia sebelumnya yang memfokuskan pendidikan hanya pada kecerdasan linguistik dan matematis dalam jumlah yang lebih besar, serta menghasilkan definisi tentang kecerdasan yang pragmatis dan tidak hanya sekedar skor tes standar saja. Seperti Thomas Edison yang dikeluarkan oleh gurunya karena dianggap terlalu bodoh untuk mempelajari apa pun dan Albert Einstein yang baru bisa membaca saat umur tujuh tahun dan dikelompokkan dengan anak berprestasi rendah disekolah. Akan tetapi, kemudian Einstein mampu memberikan konstribusi yang amat penting bagi dunia ilmu pengetahuan, walaupun prestasi mereka buruk di kelas.

Namun, untuk memiliki hal tersebut harus ditunjang dengan lingkungan yang memberikan stimulasi intelektual, bila tidak inteligensi anak kurang dapat berkembang secara maksimal. Semenjak dini anak harus mendapatkan perhatian yang cukup dari lingkungan, terutama orang tua karena mereka adalah lingkungan yang paling dekat dengan anak. Lingkungan rumah yang kondusif akan membuat anak dapat mengeksplorasi bakat dan kemampuan yang individu miliki. Anak juga akan tumbuh optimis, baik dalam pergaulan maupun hidup pada umumnya misalkan anak memperoleh tanggapan yang penuh simpatik dan perhatian penuh dari orang tua, sering bermain bersama anak, orang tua sangat peka terhadap anaknya. Namun, bila orang tua kurang memberi perhatian kepada anak dan hubungan tidak baik maka anak akan merasa pesimis (Suwariyanto, 2004)

Dalam Goleman (2000), kecerdasan ganda (multiple intelligences) menurut Gardner ialah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, menciptakan masalah baru untuk dipecahkan dan yang terpenting kecerdasan juga dapat bermakna sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat sejalan dengan perkembangan manusia. Salah satu penelitian mengenai multiple intelligences dilakukan oleh Campbell sekitar tahun 1984, pada siswa tingkat III–V dan kelas berbagai usia selama enam tahun. Hasilnya yaitu para siswa Campbell tidak hanya menghasilkan skor yang tinggi, tetapi juga peningkatan area yang lain di dalam kehidupan anakanak, sedangkan di Indonesia multiple intelligences belum berkembang dibandingkan di Amerika (L. Campbell, & B. Campbell dan Dee Dickinson 2002).

Selain itu masih banyak orang tua yang masih berpikir secara tradisional dalam pendidikan anak, misalnya menganggap anak yang pintar matematika, fisika, atau mata pelajaran IPA lainnya sebagai anak yang pandai sedangkan anak yang memiliki bakat luar biasa pada musik atau tari, tetapi nilai matematikanya jelek, dianggap tidak pandai. Di Jakarta 30 persen siswa SMA yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya mencapai prestasi dibawah potensi yang dimiliki.

1

2

Kecerdasan akan berbentuk sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh setiap dimensi dan berkembang hingga ke titik maksimal sesuai dengan pendidikan dan stimulasi lain yang diterima anak selama hidupnya. Oleh karena itu, untuk mempunyai anak yang cerdas, orang tua harus memberikan stimulasi, lingkungan, dan juga nutrisi yang tepat agar dapat menunjang pertumbuhan kecerdasan anak setiap dimensi kecerdasannya. Ada delapan dimensi kecerdasan yaitu Linguistic Intelligence (kecerdasan linguistik), Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika matematika), Visual spatial intelligence (kecerdasan imajinasi), Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh), Musical intelligence (kecerdasan musik), Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal/sosial), Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) dan Naturalist intelegence (kecerdasan naturalis) (Rosemini dalam Bintang Indonesia, 2003). Perkembangan multiple intelligences biasanya dikembangkan pada periode awal masa anak-anak, karena pada masa ini dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai keterampilan. Pada masa ini anak senang mengulang hal yang penting untuk belajar keterampilan, anak berani dan senang mencoba hal-hal baru. Kemampuan yang biasanya dikuasai oleh anak-anak pada masa awal seperti kemampuan untuk membaca, menghitung, mengerti sesuatu dan lain-lain. Masa anakanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan sampai anak matang secara seksual dan selama periode ini anak mengalami perubahanperubahan baik secara fisik maupun psikologis (Hurlock, 2004). Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya memberikan dasar bagi pendidikan, proses sosialisasi dan kehidupan di masyarakat. Dalam hal ini keluarga tetap menjadi kelompok pertama (primary group) tempat meletakkan dasar kepribadian di dalam keluarga (Bakhrul, 2005).

Apabila orang tua hanya menyerahkan tugas perkembangan anak mereka pada lingkungan sekolah dan kurang memperhatikan pendidikan di rumah serta memberi latihan-latihan untuk mengembangkan kecerdasan tersebut maka anak terkadang akan menjadi tertutup dan pemalu (Rosemini, 2003). Banyak faktor yang menyebabkan orang tua kurang memperhatikan pendidikan anak, seperti kesibukan orang tua, ketidaktahuan apa yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu pendidikan anak, atau ketidaksengajaan bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua justru menjadi penghambat keberhasilan pendidikan anak. Dalam mengembangkan multiple intelligences anak, orang tua harus memberi pemahaman tentang multiple intelligences itu sendiri pada anak, sesuai dengan kemampuan dan bahasa mereka. Misalnya, dengan mengubah istilah akademis dengan bahasa sederhana yang mudah di mengerti oleh anak. Ketika anak pandai berbicara dengan benar, beri pujian dia sebagai anak yang pandai bicara dan sebagainya serta memberi latihan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam kesempatan ini, peneliti bermaksud mengemukakan mengenai peranan orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences anak dan hal-hal yang tercangkup didalamnya sebagai bahasan dari penulisan ini. Peneliti mengemukakan hal ini karena sebelum memberi pemahaman dan latihan kepada anak, pertama, orang tua harus memahami terlebih dahulu apa itu multiple intelligences dan hal-hal yang dapat dilakukan agar multiple intelligences dapat berkembang dengan baik. Dengan mendorong multiple intelligences pada anak, maka anak akan mulai mengenali dan memahami kecerdasan apa yang anak miliki serta membantu anak mempelajari sesuatu dalam hidupnya.

3

B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kondisi-kondisi yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penelitian ini memfokuskan perhatian pada peranan subjek, sepasang orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences seorang anak yang nampak berkembang secara optimal. Pertanyaanpertanyaan penelitian yang diajukan adalah : 1. Bagaimana gambaran intelligences anak subjek ?

multiple

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi multiple intelligences anak subjek? 3. Bagaimana peranan subjek dalam mengembangkan multiple intelligences anak?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang : 1. Multiple subjek.

intelligences

pada

anak

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak subjek. 3. Peranan subjek mengembangkan intelligences anak.

dalam multiple

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi dua yaitu : 1. Manfaat praktis Manfaat penelitian secara praktis yaitu memberi sumbangan pengetahuan bagi orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences pada anak dalam kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang tercakup dalam multiple intelligences. 2. Manfaat teoritis Manfaat penelitian secara teorits yaitu memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi

khususnya psikologi anak dan psikologi pendidikan serta diharapkan pula informasi ini dapat membuka jalan bagi penelitianpenelitian lain mengenai perkembangan multiple intelligences pada anak selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Peranan Orang kecerdasan anak

tua

dalam

Menurut Beck (1994), ada tiga komponen yang menentukan keberhasilan pendidikan anak, yakni orang tua, guru, dan masyarakat. Ketiganya secara simultan memberi pembelajaran atau pendidikan kepada anak, secara langsung maupun tidak langsung. Di antara ketiga komponen tersebut yang dapat berperan langsung adalah orang tua selain guru, tetapi orang tua terkadang kurang menyadari bahwa pola pikir, sikap berkomunikasi, maupun perilakunya berakibat kurang baik terhadap dunia pendidikan anak. Menurut Hadisubrata (1994) kehidupan anak balita sangat tergantung pada orang tuanya, lebihlebih pada masa-masa awal kehidupannya. Demikian pula perkembangan inteligensinya, kemungkinan bisa-tidaknya inteligensi seorang anak ditingkatkan sangat tergantung pada orang tuanya. Maka orang tua harus menyadari tugas-tugas pokok dalam hal sebagai berikut : 1. Orang tua sebagai pendamping Dalam hal ini anak membutuhkan orang tua yang sensitif terhadap kebutuhankebutuhannya, mau mendengarkan secara responsif, memberikan perhatian bila anak mendapatkan kesulitan atau menemukan sesuatu yang mengairahkan, mau diajak berbicara, dan tidak banyak tuntutan atau larangan, sejauh tidak membahayakan keselamatan anak. Sebagai pendamping orang tua juga

4

harus bersedia menjadi teman bermainnya serta mau membacakan buku untuknya. Dalam menjalankan peran orang tua sebagai pendamping yang paling penting memberikan kebebasan bagi anak untuk menggunakan inderanya dan kebebasan mencoba sendiri serta jangan sampai orang tua menghalangi dan mematikan rasa ingin tahu anak untuk menggunakan pikirannya dalam menemukan sebab-sebab dari terjadinya sesuatu, sebab hal ini akan menghambat perkembangan inteligensi anak. 2. Orang tua sebagai guru Hubungan antara orang tua dan anak selain didasarkan cinta, juga didasarkan proses dan mengajar. Sebagai guru tugas orang tua adalah menciptakan lingkungan (baik lingkungan fisik maupun bahasa) yang paling merangsang perkembangan maksimal inteligensi anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam memberikan tugas atau aktivitas orang tua jangan terlalu sukar bagi anak, karena secara mental anak belum mampu atau siap melakukannya dan jangan pula terlalu mudah karena selain tidak merangsang perkembangan inteligensi lebih lanjut, juga sangat membosankan bagi anak. Hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan sehubungan orang tua sebagai guru selain memberikan kesempatan berlatih (menyediakan tempat bermain yang memadai, main-main, peralatan-peralatan dan lain-lain) juga memberikan motivasi dan bimbingan, serta orang tua juga harus menjadi model yang dapat ditiru dan mau membantu anak untuk menirunya dengan benar. Orang tua sebagai guru yang pertama dan terbaik bagi anak karena orang tua mempunyai kesempatan paling besar untuk mempengaruhi kecerdasan anaknya

pada saat-saat anak sangat peka terhadap pengaruh luar, serta mengajarnya selaras dengan temponya sendiri, orang tua pula yang paling mengenal kapan dan dengan cara bagaimana anak bisa belajar sebaik-baiknya. Bila orang tua tidak mampu memberikan dasar-dasar perkembangan, anak akan cenderung terhambat dalam proses belajar dan masa pendidikannya. Lebih mudah bagi orang tua untuk membiarkan anaknya mengenal lingkungan melalui panca inderanya, dengan demikian anak akan menjalani masa kecil yang menyenangkan, dan orang tua sendiri lebih menikmati hubungan tersebut dan tidak perlu menekan atau memaksa anak untuk belajar.

2. Aspek – aspek dan karakteristik multiple intelligences Dalam bukunya Frames of Mind, Gardner (Champbell, 2002) mendeskripsikan delapan aspek-aspek dan karakteristik dari masing-masing multiple intelligences (kecerdasan ganda) sebagai berikut: a. Linguistic intelligence (kecerdasan bahasa) Adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik baik, sebagai berikut : 1) Mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagai ungkapan kata. 2) Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain. 3) Belajar melalui menyimak, membaca, menulis dan berdiskusi.

5

4) Sangat hafal nama, tempat dan tanggal

6) Senatiasa bertanya, mengapa begini, mengapa begitu, dll.

5) Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri.

7) Senang permainan strategi seperti catur, monopoli, dan lain-lain.

6) Mengeja kata-kata mudah dan cepat

8) Menjelaskan masalah secara logis. 9) Melakukan uji bereksperimen.

11) Suka menyusun kategori dan hierarki.

7) Menyukai pantun, puisi lucu dan permainan kata

12) Mudah akibat

8) Suka mengisi teka-teki silang 9) Menikmati dan mendengar kata-kata lisan, cerita buku dan radio.

Adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan logismatematis baik, sebagai berikut: 1) Merasakan berbagai tujuan dan fungsi dari lingkungan. 2) Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat. 3) Memahami pola-pola hubungan-hubungan. 4) Menghitung di secara cepat.

luar

dan kepala

5) Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis.

memahami

sebab

13) Menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam atau matematika.

10) Menggunakan kosa kata yang lebih luas dari anak seusianya.

b. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika matematika)

dan

10) Mengerjakan teka-teki silang yang logis.

dengan

11) Unggul dalam pelajaran membaca dan menulis

coba

c.

Visual spatial intelligence (kecerdasan imajinasi) Adalah kemampuan membayangkan suatu hasil akhir, mengimajinasi sesuatu. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan visual/spasial baik, sebagai berikut : 1) Belajar melihat dan mengamati, mengenali wajah, benda, bentuk-bentuk warnawarna, detail-detail, dan pemandangan. 2) Mengarahkan dirinya pada benda-benda, secara efektif dalam ruangan. 3) Mudah memahami gambar dan ilustrasi daripada teks. 4) Mudah membaca melalui media-media visual seperti gambar, lukisan, grafik, bagan, peta. 5) Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti objek-objek origami, jembatan tiruan, rumah atau wadah.

6

yang

menari, menjahit, mengukir, dll.

7) Menciptakan gambaran nyata atau visual dari informasi.

7) Pintar menirukan gerakan, kebiasaan, perilaku orang lain.

8) Dapat mendesain abstrak.

secara

8) Senang membongkar pasang benda atau hal lainnya.

9) Mengekspresikan ketertarikan atau keahlian dalam karir yang berorientasi visual.

9) Mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik.

6) Merasakan pola-pola lembut dan rumit.

10) Senang nonton film, slide, atau melihat foto. 11) Senang mencoret-coret di atas kertas atau buku. d. Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) Adalah kemampuan menggunakan kecekatan tubuh untuk mengatasi masalah, menghasilkan produk, menggerakkan objek dan keterampilan fisik yang halus. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan kinestik-tubuh baik, sebagai berikut : 1) Menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan. 2) Mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu. 3) Belajar lebih baik, dengan langsung terlibat dan berpartisipasi, mengingat apa yang telah dilakukan akan lebih baik daripada hanya berbicara atau memperhatikan. 4) Menikmati secara konkrit dalam mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke alam bebas, dll. 5) Terlibat dalam kegiatan fisik seperti olahraga, permainan, senam dll. 6) Mendemonstrasikan dalam berakting,

keahlian atletik,

e. Musical intelligence (kecerdasan musik) Adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri lewat lagu, mengerti dan memahami musik, menyanyi, dll. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan musik baik, sebagai berikut : 1) Mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi, termasuk suara manusia, dll. 2) Senang belajar jika ada iringan musik. 3) Merespon terhadap musik secara kinestik dengan cara memimpin/konduktor, memainkan, menciptakan atau berdansa, secara emosional melalui respon terhadap suasana hati dan tempo musik, secara intelektual melalui diskusi dan analisa musik, dan secara estetik dengan mengevaluasi dan menggali isi dan arti musik. 4) Peka terhadap suara-suara di lingkungan sekitar 5) Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk rekaman dan cetakan, memainkan instrumen musik. 6) Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri atau bersama dengan orang lain. 7) Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik

7

f.

8) Berprestasi baik dalam seni musik di sekolah

memiliki kecerdasan intrapersonal baik, sebagai berikut :

Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal / sosial)

1) Memperlihatkan sikap bebas dan memiliki kemauan yang kuat

Adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara efektif, kemampuan untuk berempati dan memahami orang lain. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal baik, sebagai berikut : 1) Tidak terlalu terikat dengan orang tua dan dapat berinterkasi dengan orang lain. 2) Membentuk dan hubungan sosial

menjaga

3) Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain. 4) Berpartisipasi dalam kegiatan kolaborasi dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan dalam suatu usaha bersama. 5) Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain. 6) Memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik dengan cara verbal maupun non verbal. 7) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang berbeda dan umpan balik (feedback) dari orang lain. 8) Tampak pemimpin

bakat

sebagai

9) Menikmati mengajar orang lain g. Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) Adalah kemampuan menganalisa diri sendiri, menggunakan perasaannya untuk membuat perencanaan dan tujuan. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang

2) Menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengeksperikan perasaan dan pemikirannya. 3) Bersikap realistis dan terhadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri. 4) Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya. 5) Bekerja mandiri. 6) Berusaha memahami sendiri.

mencari dan pengalaman

7) Dapat mengekspresikan perasaannya. 8) Memiliki pandangan lain dari yang umum

sendiri

9) Mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi manusia. h. Naturalist intelligence (kecerdasan naturalis) Merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kepekaan dalam mengapresiasi alam dan lingkungan sekitar. Di dalamnya mencakup pula keterampilan mengenali berbagai kategori dan kemampuan menanam sesuatu, memelihara, dan melatih binatang, mencintai bumi, serrta memeliharanya dan menlindungi sumber-sumber alam. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal baik, sebagai berikut : 1) Akrab dengan peliharaan

binatang

2) Menikmati berjalan-jalan alam terbuka

di

8

mengembangkan multiple intelligencesnya dengan baik

3) Peka terhadap bentuk-bentuk alam 4) Suka berkebun atau berada dekat kebun 5) Menikmati akuarium atau sistem kehidupan lainnya 6) Menunjukan kesadaran ekologi yang tinggi 7) Yakin bahwa binatang memiliki haknya sendiri 8) Mencatat fenomena alam, hewan, tumbuhan dan hal-hal sejenis 9) Menangkap serangga, daundaunan dan benda alam lainnya 10) Memahami topik sistem kehidupan

tentang

11) Terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi multiple intelligences anak yaitu intervensi keluarga, intervensi lingkungan (sekolah), gizi baik gizi fisik maupun gizi mental dalam Nurlaila, Tientje, & Yul Iskandar (2004). a. Lingkungan keluarga Menurut Tientje (2002) menyatakan bahwa perhatian orang tua terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh positif pada multiple intelligences anak sedangkan ketidakpercayaan orang tua terhadap kemampuan anak akan berpengaruh negatif multiple intelligences anak. b. Lingkungan sekolah Program yang dibuat oleh sekolah yaitu program yang mendorong anak untuk menyukai belajar dan melaksanakan tugas-tugas sekolah bukan sekedar suka pergi ke sekolah sehingga anak dapat

c.

Kesehatan Kesehatan adalah suatu bahan yang perlu didapat supaya pertumbuhan baik dan sempurna. Pemenuhan kesehatan yang cukup baik untuk fisik maupun mental berpengaruh terhadap multiple intelligences anak. 1) Kesehatan fisik Kesehatan fisik sangat berguna bagi pertumbuhan anak, seperti zat makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dll untuk mengatur metabolisme tubuh. 2) Kesehatan mental Menurut Yul Iskandar (1999), sebagaimana kesehatan fisik harus diberikan sesuai dengan usia dan kondisi anak, maka demikian pula pemberian kesehatan mental harus disesuaikan dengan usia dan kondisi anak. Pada saat usia dini anak sangat membutuhkan bantuan orang lain, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental. Setelah remaja anak akan merasa independen, walaupun tidak secara mutlak, akan tetapi sifatnya ingin tidak terikat kebutuhan fisik dan mental pada orang lain. Setelah dewasa sadar bahwa tidak dapat hidup sendiri dan orang membutuhkan orang lain (interdependen) dan memasuki masa tua kembali tergantung pada orang lain (dependen). Dalam perkembangan anak yang cerdas, ceria dan bertaqwa maka diperlukan berbagai kesehatan mental seperti anti kecewa, tujuan yang rasional, percaya diri, mengenal peran, mengenal hati nurani, religious. Nilai perkembangan mental dan emosional baik, maka

9

perkembangan intelligences anak baik.

multiple pula akan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menjadikan peneliti sebagai alat dan akan menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang menggambarkan secara jelas mengenai situasi dan kejadian secara jelas (Moleong, 2004). Dalam penelitian ini subjek ditentukan dari beberapa karakteristik bagi subjek penelitian antara lain subjek dalam penelitian adalah orang tua yang memiliki anak berusia 3 sampai 6 tahun dan mengembangkan multiple intelligences. Pemilihan usia anak ini disebabkan usia tersebut merupakan waktu yang paling mudah dan paling gembira dalam menyerap apa yang ingin dipelajarinya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek sepasang orang tua khususnya untuk mendapatkan data yang valid dan seakurat mungkin mengenai gambaran multiple intelligences pada anak maka dalam penelitian ini guru bertindak sebagai significant others. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik observasi non partisipan dimana peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan dan teknik wawancara berstruktur dengan pedoman umum, yaitu proses wawancara yang dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Wawancara dalam bentuk ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek. Selain itu peneliti juga

menggunakan alat bantu seperti lembar observasi dan pedoman wawancara, alat tulis serta tape recorder. Menurut Marsall dan Rossman (1995) mengajukan tahapan-tahapan teknik analisis data yang perlu dilakukan untuk proses analisis data dalam penelitian ini, yaitu mengorganisasikan data, pengelompokkan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data, menulis hasil penelitian.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil 1. Gambaran anak

multiple

intelligences

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara subjek menggambarkan bahwa gambaran multiple intelligences anak subjek cukup berkembang secara optimal dalam aspek bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestiktubuh) dan musical intelligence (kecerdasan musik) sedangkan pada aspek yang lain anak kurang berkembang secara optimal. Menurut Mikarsa, Taufik, & Prianto (2002) terdapat hal yang penting dalam teori multiple intelligences bahwa setiap individu memiliki ke delapan inteligensi yang bersifat unit, setiap individu mengembangkan inteligensinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, masing-masing inteligensi saling memiliki keterkaitan menjadi sistem yang kompleks dan terdapat beragam cara untuk menjadi intelegen dalam setiap kategori inteligensi. Selain itu usia anak subjek yang masih kecil memungkinkan kecerdasan-kecerdasan lain yang belum berkembang dapat berkembang secara optimal nantinya dengan semakin meningkat usia dan pendidikan serta pergaulan anak subjek dalam masyarakat.

10

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa lingkungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak. Dalam lingkungan keluarga subjek mampu memposisikan diri sebagai orang tua bagi anak dengan memberikan perhatian dan percaya pada kemampuan anak dalam melakukan tugas atau latihan, hal ini sesuai dengan Tientje (2002) yang menyatakan bahwa perhatian orang tua terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh positif pada multiple intelligences anak sedangkan ketidakpercayaan orang tua terhadap kemampuan anak akan berpengaruh negatif multiple intelligences anak. Selain itu menurut Montessori (Beck, 1994), bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap untuk belajar, anak tidak saja akan meningkatkan kecerdasannya, tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri, dan keinginan untuk belajar lebih banyak. Dalam meningkatkan kemampuan multiple intelligences anak subjek memberikan dorongan semangat, menyediakan kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan anak karena menurut Montessori (Beck, 1994), pada usia ini anak senang sekali belajar dan tugas orang tua adalah mendorong, memberi kesempatan untuk belajar dan membiarkan anak belajar sendiri. Pada faktor lingkungan sekolah, subjek mengetahui kurikulum yang diterapkan sekolah dan cara guru mengajar sudah sesuai dengan perkembangan anak dan menurut subjek sekolah cukup berperan mengembangkan multiple intelligences anak selain orang tua karena dalam Nurlaila, Tientje, & Yul Iskandar (2004), program yang dibuat oleh sekolah yaitu program yang mendorong anak untuk menyukai

belajar dan melaksanakan tugastugas sekolah bukan sekedar suka pergi ke sekolah sehingga anak dapat mengembangkan multiple intelligencesnya dengan baik dan anak harus belajar mengikuti temponya sendiri, sesuai dengan taraf kematangannya dan tanpa paksaan untuk menyesuaikan dengan anak lain. Faktor yang ketiga yang mempengaruhi multiple intelligences anak adalah kesehatan, subjek memberikan makanan yang sehat dan bergizi sesuai dengan perkembangan anak selain kesehatan fisik, subjek juga memperhatikan kesehatan mental anak dengan mengajarkan untuk tidak cepat kecewa dengan memberi semangat dan mengalihkan perhatiannya jika sedang kecewa, menumbuhkan rasa percaya diri dengan memberi pujian dan percaya bahwa anak bisa melakukan tugas sendiri. Dalam kesehatan mental, subjek juga mengajarkan menentukan tujuan dalam mengerjakan tugas dengan menjelaskan pada anak fungsi dan tujuan dari benda atau tugas yang sedang dikerjakan, serta memperkenalkan pada anak perannya dalam keluarga dan mengajarkan agama kepada anak dengan mengenalkan Allah SWT dan mengajarkan doa-doa pendek pada anak. Dalam perkembangan anak yang cerdas, ceria dan bertaqwa maka diperlukan berbagai kesehatan mental seperti anti kecewa, tujuan yang rasional, percaya diri, mengenal peran, mengenal hati nurani, religious. Nilai perkembangan mental dan emosional baik, maka perkembangan multiple intelligences anak pula akan baik. 3. Peranan orang kecerdasan anak

tua

dalam

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa subjek dapat melakukan perannya sebagai orang tua baik

11

perannya sebagai pendamping bagi anak dengan mengetahui kebutuhan anak dan selalu mencoba memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Dalam memenuhi kebutuhan anak subjek sering mengajak bicara dan menanyakan pendapat anak serta merespon pendapat anak dengan menjawab dan menjelaskan pada anak tentang berbagai hal yang ditanyakan atau yang tidak dimengerti oleh anak namun yang lebih sering berbicara dengan anak dan membacakan buku cerita untuk anak yaitu subjek 1 hal ini dikarenakan kesibukan yang menyebabkan subjek 2 jarang membacakan buku untuk anak bahkan subjek 2 jarang bertemu dengan anak kecuali saat pulang kantor anak belum tidur atau pada hari libur. Dalam mengembangkan multiple intelligences subjek memberikan perhatian dengan membantu anak jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan dan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu kegiatan dan untuk mengekspresikan keahliannya seperti ikut dalam kegiatan sekolah namun dalam setiap kegiatan subjek juga menerapkan batasan waktu untuk mengajarkan waktu pada anak selain itu subjek dapat menjadi teman bermain bagi anak hanya permainan yang dimainkan saja berbeda jika subjek 2 bermain dengan mainan yang biasa dimainkan anak lain halnya dengan subjek 1 yang cenderung bermain sambil belajar. Subjek juga dapat berperan sebagai guru di rumah bagi anak dengan mengetahui kemampuan dan melihat perkembangan anak untuk menunjang perkembangan multiple intelligences anak subjek menciptakan lingkungan baik lingkungan fisik maupun bahasa dan memberikan fasilitas sesuai dengan perkembangan anak serta memberikan motivasi dan membimbing anak dengan memberi

kesempatan berlatih dalam mengerjakan tugas juga memberi contoh atau cara pengerjaannya kepada anak serta subjek dapat menjadi model untuk anak. Menurut Laurel Schmindt (2003) dalam mengembangkan multiple intelligences anak orang tua dapat melakukan langkah-langkah seperti menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang bermutu, menghindari kritikan, bersabar, menjadi pengamat yang baik, menjadi pemandu sorak yang baik bagi anak. Para peneliti juga menemukan bahwa dalam berinteraksi dengan anak orang tua dapat memilih merangsang anak untuk belajar dengan cara terlalu memberi rangsangan atau membiarkan anak untuk belajar sesuai dengan temponya masing-masing dan menuntut terlalu banyak atau memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu. Dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dalam mengembangkan kecerdasan dan multiple intelligences anak subjek membiarkan anak untuk belajar sesuai dengan temponya sendiri dan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu serta memberi motivasi dan membimbing anak.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: a. Gambaran multiple intelligences anak subjek cukup berkembang secara optimal dalam aspek bodilykinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) dan musical intelligence (kecerdasan musik) sedangkan dalam aspek yang lain anak subjek kurang berkembang

12

secara optimal. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan aspek dan karakteristik bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestiktubuh) yaitu anak subjek sudah dapat menjelajahi lingkungan melalui sentuhan, gerakan, senang menikmati secara konkrit, lebih senang belajar dengan terlibat langsung dan ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan baik di rumah atau di sekolah, suka menirukan gerakan dan kebiasaan subjek, sudah mampu mengembangkan kerjasama dan menunjukkan keahliannya di depan orang lain. Pada aspek dan karakteristik musical intelligence (kecerdasan musik) yaitu anak subjek dapat mendengar dan merespon bunyi, suara dan musik baik secara kinestik, emosional, estetik serta memberikan reaksi terhadap musik yang disuka, menyukai berbagai jenis musik terutama musik yang sedang terkenal serta dengan dukungan subjek yang memenuhi kebutuhan dan memberi fasilitas kepada anak sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan menyanyi dan menari karena sering mengikuti kegiatan di sekolah dan cukup berprestasi dalm seni musik. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak, pertama adalah faktor lingkungan keluarga dimana kedua subjek dapat memposisikan diri sebagai orang tua dengan memberikan perhatian dan percaya pada kemampuan anak, memenuhi kebutuhan serta memberikan dorongan semangat anak. Kedua yaitu faktor lingkungan sekolah, dengan mengetahui kurikulum dan cara guru mengajar yang sesuai dengan perkembangan anak. Ketiga, faktor kesehatan baik kesehatan fisik dengan memberikan makanan yang sehat dan sesuai dengan perkembangan anak maupun kesehatan mental dengan mengenalkan peran anak dalam keluarga, mengajarkan agama, menjelaskan dan menentukan fungsi

serta tujuan dari tugas atau latihan yang sedang dikerjakan anak. c.

Peranan orang tua dalam kecerdasan anak meliputi peran orang tua sebagai pendamping yaitu subjek memberikan perhatian dengan membantu anak jika mengalami kesulitan, memberikan kebebasan meski tetap dibatasi waktu, menjadi teman bermain dan membacakan buku cerita untuk anak serta peran orang tua sebagai guru dengan mengetahui kemampuan anak, menciptakan lingkungan fisik dan bahasa, memberi motivasi dan membimbing anak serta memberi contoh atau cara pengerjaannya kepada anak serta subjek dapat menjadi model untuk anak.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian peneliti memberikan saran sebagai berikut: a. Kepada subjek disarankan untuk meningkatkan dan mengembangkan multiple intelligences (kecerdasan ganda) seperti dalam aspek dan karakteristik linguistik dan kecerdasan interpersonal anak yang cukup berkembang dengan baik agar menjadi optimal. b. Untuk subjek disarankan pula menambah pengetahuan atau informasi tentang multiple intelligences baik dari buku dan sumber lain serta lebih banyak berdiskusi dengan guru untuk mengetahui sejauh mana perkembangan multiple intelligences anak. c.

Untuk lebih mendukung perkembangan multiple intelligences (kecerdasan ganda) sekolah disarankan untuk lebih menjalin komunikasi antara guru dengan orang tua dan mengadakan kegiatan atau lomba yang lebih bervariasi sehingga memungkinkan anak untuk mengembangkan kecerdasan lain yang belum optimal.

13

d. Lingkungan masyarakat disarankan untuk memperbanyak mengadakan kegiatan yang diperuntukkan bagi anak-anak sehingga anak dapat meningkatkan kemampuan anak. e. Bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berminat meneliti lebih lanjut mengenai peranan orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences anak untuk memperhatikan aspek dan karakteristik tingkat pendidikan orang tua yang mempengaruhi orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk mempertimbangkan variabel lainnya seperti kriteria kecerdasan anak dalam mengembangkan multiple intelligences.