PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN ...

81 downloads 5953 Views 2MB Size Report
Teman-teman Biologi khususnya angkatan 2005, terima kasih atas kebaikan ...... http://ptkGuru.wordpress.com/2008/05/19/penelitian-tindakan-kelas-ptk-upaya-.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) (Kuasi Eksperimen di SMP N 10 Kota Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh SIGIT WIBOWO NIM: 105016100526

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H / 2011 M

Motto Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia akan mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. ( Q.S Al-Baqarah : 286 ) Cintailah apa yang engkau cintai sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang engkau benci, dan bencilah apa yang engkau benci sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang paling engkau cintai. ( H.R Bukhari Muslim ) Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan Bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama Kesulitan ada kemudahan ( H.R Tarmidzi ) “ untuk meraih hal yang besar, kita tidak hanya harus bertindak, tapi juga bermimpi; Tidak hanya merencanakan, tapi juga yakin “ ( Anatole France ) Hidupku,matiku agamaku hanya untuk Allah; dan menjadi orang yang bermanfaat bagi Diriku dan orang lain adalah kebahagiaanku ( penulis )

PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: Allah SWT yang telah mengijinkan aku untuk bisa hidup dan melihat dunia ini Almarhum Ayahanda tercinta yang selalu ada bagiku mesti telah tiada, dan ibu tercinta atas cinta dan kasih sayang yang tak terhingga dan atas Doanya. Ayah , ibu,. Baktiku semasa usiaku mungkin ta kan cukup membalas segala budi baik dan kasih sayangmu padaku.,tapi aku bercita-cita untuk menjadi penerang dan penyejuk mu diakhirat kelak.. doaku kan selalu menyertaimu Ayah.,Ibu., Tanpamu, aku hanya sebuah bunga yang layu dan ta kan tumbuh.. Cintamu,kasihmu dan sayangmu membuatku tumbuh dan indah merekah.. Love u mom,,dad… Kakak-kakakku ( Abenk, andri irawan, nina herlina, ade rita Rosita dan yang lainnya ) Yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk cepat menyelesaikan kuliahku. Keponakan2 kecilku ( dinda, dafina, salma, nazwa, edria, upi, akmal, Zahra, ) Jangan nakal yaa”……………. ‘’ Seseorang ‘’ yang telah memberikan semangat dan selalu membantuku dalam penyelesaian skripsi ini. Teman-teman Biologi khususnya angkatan 2005, terima kasih atas kebaikan kalian semua Almameterku tercinta Para pembaca budiman

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Yang bertandatangan di bawah ini Nama

: Sigit Wibowo

NIM

: 105016100526

Jurusan

: Pendidikan IPA-Biologi

Angkatan Tahun : 2005 Alamat

: Dsn. Sukakarya Rt/Rw 02/10 Desa. Telukjambe

Kec.

Telukjambe Timur Kab. Karawang 41361 MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) Dan Think Pair Share (TPS) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: 1. Nama NIP

: Nengsih Juanengsih., M.Pd : 19790510 200604 2 001

Dosen Jurusan : Pendidikan IPA-Biologi 2. Nama NIP

: Yuke Mardiati., S.Si : 19760117 200701 2 013

Dosen Jurusan : Pendidikan IPA-Biologi

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

LEMBARAN PENGESAHAN

SKRIPSI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh: SIGIT WIBOWO NIM: 105016100526

Mengetahui, Pembimbing I

Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP : 19790510 200604 2 001

Pembimbing II

Yuke Mardiati S.Si NIP : 19760117 200701 2 013

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul:” Perbandingan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation ( GI ) Dan Think–Pair–Share (TPS) (Quasi Eksperimen Di SMP N 10 Tangerang Selatan )” disusun oleh Sigit Wibowo, NIM 105016100526, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasyah tanggal 14 Februari 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPA (Biologi). Jakarta, Maret 2011 Panitia Ujian Munaqasyah Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Baiq Hana Susanti M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001

Tanda Tangan

…….…………...

……………...

…….…………...

……………...

…….…………...

……………...

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Prodi) Nengsih Juanengsih M.Pd NIP. 19790510 200604 2 001 Penguji I Drs. Ahmad Sofyan M.Pd NIP. 19650115 198703 1 020 Penguji II Dr. Zulfiani, M.Pd NIP. 19760309 200501 2 002

…….…………...

Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

……………...

ABSTRAK

SIGIT WIBOWO (105016100526). Perbandingan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan Metode Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Tanggerang Selatan dengan fokus bahasan materi penelitian pada konsep sistem pencernaan pada manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan desain penelitian tipe Two Group, Pretest posttest design. Sampel diambil secara Random Sampling dari 72 siswa dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen I (menggunakan GI) dan kelas eksperimen II (menggunakan TPS). Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa pedoman wawancara dan lembar observasi. Data hasil instrumen tes, dianalisis dengan uji statistik berupa uji perbandingan nilai pretest dan posttest kedua kelas, sedangkan data hasil instrumen nontes dianalisis secara kualitatif dan digunakan untuk mendeskripsikan tingkat keberhasilan penggunaan kedua metode. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh bahwa perbedaan hasil belajar kedua kelas sangat signifikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai postest. Hasilnya adalah nilai thitung = 6,1439 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikan 1% adalah 2,650 dan taraf signifikan 5% adalah 2.000. Terlihat bahwa nilai thitung > ttabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan metode cooperative learning tipe GI dan TPS.

Kata kunci: Metode Cooperative Learning, Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Hasil Belajar Biologi.

ABSTRACT

SIGIT WIBOWO (105016100526). Result Comparasion Student In Learning Biology Using Cooperative Learning Method Type Group Investigation (GI) and Think Pair Share (TPS)S1 The skripsi of Biology Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. This research is aimed to compare the result of student learning Biology using cooperative learning, type group investigation (GI) and think pair share (TPS) methods. Research was carried out in SMP Negeri 10 South Tangerang, on September 2010. Focusing on subject human digestive system using quaition experiment methods, with Two Group, Pretest posttest design research. Sample was collected randomly from 72 students divided into 2 classes, experiment class I (using GI) and experiment class II (using TPS). Instrument used in this research is a multiple choice questions test and as a non test instrument is a interview and observation sheet.Result from the test instrument then statistically analayzed as a comparasion between pretest and posttest scores from the two classes. While the result from non test instrument analayzed qualitatively and is used to describes the successfully level using both methods. Based on the analyzed data, the differences between both classes were very significant. The conclusion are taken from the value of hypothesis test using t test for both posttest scores. The result is to = 6,1439 while ttable at significant level 1 % is 2,650 an at significant and level 5 % is 2,000. Is shows that the value of to > ttable at both significant level of 1% or 5%. And there fore it shows the differences in student learning Biology using cooperative learning methods of GI and TPS type.

Keywords: Method of Cooperative Learning, Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), The Learning Biology.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhluk lain. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada putus dan henti-hentinya. Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnahnya. Pemilihan judul skripsi “ Perbandingan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) dan Think-Pair-Share (TPS) ” berdasarkan asumsi bahwa kedua tipe metode tersebut memiliki kelebihan dan ciri khas masing-masing yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga menjadi ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk membandingkan keduanya. Apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan serta pengarahannya dalam penulisan skripsi ini dan selalu ada saat peneliti kesulitan. 4. Ibu Yuke Mardiati S.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Hj. Elly Wijayanti M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan bantuan selama penelitian.

i

6. Ibu Rahayu S.Pd., Guru bidang studi IPA SMP Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada peneliti selama melakukan penelitian. 7. Ibunda tercinta, Hj. Ecin Kuraesin yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada henti-hentinya, bagaikan oase di padang pasir yang memberikan kesegaran di saat kekeringan, dan selalu memberikan senyuman ketenangan dikala datang kegelisahan. Semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia menyayangi peneliti. 8. Kakak-kakakku khususnya Bambang Irawan dan Andri Irawan yang sabar menuntun dan memotivasi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, serta keponakan-keponakanku terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini baik secara moril maupun materil. 9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2005 yang memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa (MENWA) Wira Dharma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan Castrena 06. 11. Keluarga Besar Lembaga Dakwah Kampus KOMDA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan An-Nahl Danny sudayat, Welman, Iwan Sasmita. 12. Sahabat-sahabatku, terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Jakarta, November 2010

Penulis

ii

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ........................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Identifikasi Masalah ..............................................................

6

C. Pembatasan Masalah ..............................................................

6

D. Rumusan Masalah .................................................................

6

E. Tujuan Penelitian ...................................................................

6

F. Manfaat Penelitian .................................................................

6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .....................

7

A. Teori Konstrukstivisme Dalam Pembelajaran IPA..................

7

1. Konstruktivisme .........................................................

7

2. Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme ..............

9

3. Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ........................... 11 4. Group Investigation (GI) ........................................... 18 5. Think Pair Share (TPS) ............................................. 23 6. Hakikat Metode Pembelajaran .................................... 27 7. Hakikat Hasil Belajar Biologi .................................... 29 B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 34 C. Kerangka Berpikir ................................................................. 36 D. Hipotesis Penelitian .............................................................. 38

iii

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 39 A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 39 B. Metode dan Desain Penelitian ................................................ 39 C. Populasi dan Sampel ............................................................. 40 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 40 E. Instrumen Penelitian ............................................................. 41 F. Kalibrasi Instrumen ............................................................... 42 G. Teknik Analisis Data ............................................................. 46 H. Hipotesis Statistik ................................................................. 49 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................... 50 B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ......................................... 52 C. Pembahasan .......................................................................... 57 D. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 61 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 62 B. Saran ..................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63

iv

DAFTAR TABEL 1. Tabel 2.1 Fase-fase Dalam Pembelajaran Kooperatif .................................. 16 2. Tabel 3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 39 3. Tabel 3.2 Pengumpulan Data ...................................................................... 40 4. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen .................................................................... 41 5. Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest ............... 50 6. Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Postest ............... 51 7. Tabel 4.3 Perhitungan Normal Gain ........................................................... 52 8. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelas GI .................................................... 52 9. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas TPS .................................................. 53 10. Tabel 4.6 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................... 53 11. Tabel 4.7 Uji-t Data Pretest Kelas GI dan TPS ......................................... 54 12. Tabel 4.8 Uji-t Data Postest Kelas GI dan TPS ......................................... 54

v

DAFTAR LAMPIRAN 1.

Lampiran 1. Kisi-kisi pretest dan posttest sistem pencernaan Pada Manusia ............................................................................................68

2. Lampiran 2. Instrumen Tes System Pencernaan Pada manusia ....................71 3. Lampiran 3. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ..............................................77 4. Lampiran 4. Soal pretest dan posttest ..........................................................78 5. Lampiran 5. Lembar Observasi Kuasi Eksperimen metode Group Investigation .......................................................................81 6. Lampiran 6. Hasil pretest dan posttest kelas 8.1 Materi Sistem Pencernaan Metode Group Investigation........................................................................83 7. Lampiran 7. Hasi pretest dan posttest kelas 8.2 Materi Sistem Pencernaan Metode Think Pair Share ............................................................................87 8. Lampiran 8. Uji Normalitas .........................................................................91 9. Lampiran 9. Uji Homogenitas .....................................................................94 10 Lampiran 10. Uji N-Gain GI dan TPS .........................................................96 11. Lampiran 11. Uji Hipotesis .........................................................................98 12. Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode GI ................... 102 13. Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode TPS ................ 114 14. Lampiran 14. LKK GI dan TPS ................................................................. 126 15. Lampiran 15. Hasil Wawancara................................................................. 132

vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran seringkali peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas dititikberatkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga saat anak didik lulus dari sekolah, mereka tidak memiliki daya kreatifitas dan inovasi yang tinggi. Kenyataan ini terjadi pada semua mata pelajaran yang menggunakan pengajaran konvensional. Mata pelajaran Sains tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihapal, pendidikan yang ada tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan tidak pernah diarahkan membentuk manusia

yang cerdas,

memiliki kemampuan

memecahkan masalah hidup, serta diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.1 Undang–undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa: “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. ”2

1

Wina Sanjaya.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta Kencana Prenada Media Group. h. 1 2 Ibid., h. 2

1

2

Konsep

pendidikan

menurut

undang–undang

mengarah

kepada

pengembangan potensi peserta didik, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa ( student active learning). Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menejejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat mengahafal data dan fakta. 3 Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya fasilitator yaitu guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi siswa.4 Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut dapat terwujud, Guru seharusnya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Modalitas belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang 3

Ibid., h.2 Yuli Purwanti Hasanah. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw Dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Di MTs NU Ungaran. (Skripsi Universitas Semarang). Tersedia dalam : http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi diakses pada:01-01-2010. h.1 4

3

memberikan

wahana

yang

memungkinkan

perkembangan

tersebut.

Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia harus ditingkatkan, yang dapat dilakukan melaui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut. 5 Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA disetiap jenjang pendidikan lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dengan penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.6 Pendidikan Biologi merupakan bagian dari pendidikan Sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan

nasional

yang

ada.

Biologi

merupakan

wahana

untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan. Selain itu Biologi merupakan salah satu pendidikan dan langkah awal bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep

5

Efi. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw Dengan Teknik STAD. (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). 6 BSNP. 2006. hal 484.

4

tentang alam untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar dapat berperan aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Untuk merealisasikan hal tersebut maka harus terjadi peningkatan mutu pendidikan dalam pembelajaran Biologi dan Sains. Namun pada kenyataan yang ada dalam pendidikan Sains atau Biologi belum adanya peningkatan mutu pendidikan. Masalah-masalah pembelajaran Sains atau Biologi di antaranya adalah: pengajaran Sains hanya mencurahkan pengetahuan (tidak berdasarkan praktik). Dalam hal ini, fakta, konsep dan prinsip Sains lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktik. Variasi kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada saat ini, guru hanya mengajar dengan ceramah dikombinasi dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. 7 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan teman-teman sebaya, yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang ide-ide yang terdapat pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerja sama kolaborasi. Dalam proses pembelajaran Biologi tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnya.8 Kegiatan pembelajaran seperti Cooperative Learning turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Menurut Slavin seperti dikutip Efi, pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kelompoknya. Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi 7 Iin Anggraini. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS (Think-Pair-Share) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII D Smp Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.( skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta ). Tersedia dalam : http://etd.eprints.ums.ac.id/42962A420050062/pdf [29-12-09] 8 Ibid.

5

pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya.9 Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat orang lain dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Karena dengan adanya komunikasi antara anggotaanggota kelompok dalam menyampaikan pengetahuan serta pengalamannya sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar serta hubungan sosial setiap anggota kelompok. Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran Biologi merupakan upaya untuk bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep.10 Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di kelas, sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan pada proses pembelajaran Biologi. Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul ” PERBANDINGAN

HASIL

MENGGUNAKAN

METODE

BELAJAR

SISWA

PEMBELAJARAN

DENGAN

COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION ( GI ) DAN THINK–PAIR– SHARE (TPS) ”

9 10

Efi. Perbedaan Hasil Belajar Biologi. Op.Cit., hal.5 Ibid.

6

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan hasil belajar Biologi antara kelas yang menggunakan metode cooperative tipe GI dengan TPS? 2. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru 3. Bagaimana signifikansi peningkatan hasil belajar Biologi setelah diberikan perlakuan penggunaan metode cooperative tipe GI dan TPS? C. PembatasanMasalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian hanya dibatasi pada ” Perbandingan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe GI dan TPS ” D. Rumusan Masalah Rumusan masalah

yang diajukan dalam penelitian

ini adalah

"Bagaimanakah perbandingan hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan Cooperative Learning tipe GI dan TPS ? ” E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation dan Think Pair Share terhadap peningkatan hasil belajar Biologi siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru, dapat meningkatkan motivasi untuk terampil memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. 2. Bagi Siswa, memotivasi untuk meningkatkan pemahaman tentang IPA 3. Bagi Sekolah, menjadi salah satu sumber data untuk pengembangan pembelajaran di Sekolah. 4. Bagi Peneliti, memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA 1. Konstruktivisme Konstruktivisme

adalah

proses

membangun

atau

menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam hal ini pengetahuan terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamati. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Dengan demikian, pengetahuan itu tidak bersifat statis tapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.1 Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa sendiri pengetahuan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.2 Pernyataan Piaget seperti dikutip Wina yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, artinya pengetahuan yang sangat bermakna bagi seorang anak ialah pengetahuan yang dirasakan,dihasilkan dan dibangun berdasarkan pengalaman yang dialaminya secara langsung. Pengetahuan bagi seorang anak hanya akan dianggap seperti angin lalu

1 Wina Sanjaya.2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. h. 264 2 Isjoni, Cooperative Learning : Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 30-31.

7

8

dan dilupakan

setelahnya

apabila

proses

dalam

berdasarkan pemberitahuan tanpa melalui pengalaman.

memperolehnya

3

Pembentukan kemampuan berfikir seseorang dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.4 Hakikat pengetahuan yang dituturkan piaget sebagai berikut : a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur. c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. 5 Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: a. Pengetahuan berasal dari siswa sendiri b. Pengetahuan bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke murid c. Siswa aktif dalam menalar dan mengkonstruksi d. Guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah dalam pembelajaran e. Relevansi masalah dengan siswa f. Struktur pembelajaran berpikir kritis g. Penilaian terhadap siswa h. Ketepatan penggunaan kurikulum. 6

3

Wina. Op.Cit., h. 124 Ibid., h. 124 5 Ibid., h. 264 6 Surianto. Teori Pembelajaran Konstruktivisme. Terdapat di http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/2007. diakses tanggal 15-10-10 4

:

9

2. Pembelajaran IPA berbasis konstruktivisme IPA memuat aktivitas mempertanyakan dan meneliti fenomena alam melalui dua karakteristik, yaitu empiris dan analitis. Karakteristik empiris diperoleh melalui kegiatan observasi dan mendeskripsikan segala sesuatu yang ada di sekitar. Sedangkan karakteristik analitis berupa pencarian makna dari hasil observasinya. Prosedur empiris dan analitis dalam usaha mengungkapkan dan menjelaskan fenomena tersebut disebut dengan proses ilmiah, dari deskripsi pengertian IPA inilah, pembelajaran IPA mencakup aktivitas yang mengembangkan keterampilan–keterampilan proses, sehingga pembelajaran IPA tidak hanya mencakup produk IPA tetapi juga proses pembelajaran itu sendiri.7 Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik,

melainkan

suatu

kegiatan

yang

memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, pembelajaran berarti partisipasi pendidik dan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. 8 Pendekatan konstruktivis dilandasi oleh dua teori yaitu Teori Perkembangan Kognitif Piaget, dan Teori Perkembangan Mental Vygotsky. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar

yang

lain serta

peranan Guru

sebagai fasilitator

yang

mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.9

7

Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw Dengan Teknik STAD. (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).h.10 8 Ibid., h.10 9 Surianto. Op.Cit., hal.1

10

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: a. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika Guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan Guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud. b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, Guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Hal ini sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran khas menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif. 10 10

Yusuf, Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB, (Skripsi Universitas Negeri Semarang). Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf [30-12-09]

11

Dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan (Howe & Jones,1993). Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarai namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya. Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan

diperlukan

bantuan

Guru

terhadap

siswa

dalam

kegiatan

pembelajaran.11 Berarti proses belajar mengajar IPA di SLTP tidak hanya berlandaskan pada teori pembelajaran perilaku, tetapi lebih menekankan pada penerapan prinsip-prinsip belajar teori kognitif. Impilikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran IPA adalah memusatkan kepada berpikir atau proses mental anak, dan tidak sekedar kepada hasilnya.12 3. Pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning ) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

11 12

Proses pembelajarannya

Ibid., h. 21-22 Efi. Op.Cit., h.11

menekankan pada pemberian

12

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.13 Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses Sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,

menggolongkan

dan

menafsirkan

data,

serta

menbgkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.

Mata pelajaran Biologi

dikembangkan melalui kemampuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya.14 Biologi dapat diartikan sebagai salah satu pendidikan dan langkah awal bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep tentang alam untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar dapat berperan aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Untuk merealisasikan hal tersebut maka harus terjadi peningkatan mutu pendidikan dalam pembelajaran Biologi dan Sains. Namun pada kenyataan yang ada dalam pendidikan sains atau Biologi belum adanya peningkatan mutu pendidikan, karena pembelajaran yang masih bersifat teacher center.15

13

Badan Standar Nasional Pendidikan.2006 .Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. h . 451 14 Ibid., h. 451. 15 Dwi Apriyani. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Interaktif Pada Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. (Skripsi Universitas Islam

13

Metode

Pembelajaran

Kooperatif

adalah

salah

satu

metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.16 Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu samalainnya sebagai satu kelompok satu tim. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan Guru dalam mengaktifkan siswa,yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli orang lain. 17 Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar dengan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat memaksimalkan proses belajar pada dirinya sendiri dan siswa lainnya. 18 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada paham konstrutivisme. 19 Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).h.2.Tersedia dalam : http://idb4.wikispaces.com/fileviewss4006.pdf. [29-12-09] 16 Yustini Yusuf. dan Mariani Natalina. 2005.Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalu Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktur Di Kelas I7 SLTP Negeri 20 Pekanbaru. Program studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau : Jurnal Biogenesis)vol.2(1).Hal 8-12. Tersedia dalam : http://biologifkip.unri.ac.id/karya_tulis/yustini/upayapeningkatan08-12/pdf [29-12-09] 17 Endah sulistyowati.. Tersedia dalam : http://endahsulistiyowati.wordpress.com/2009/06/01/cooperativelearning/feed/htm [29-12-09] 18 Roger T. Jhonson dan David W. Jhonson, Coopertive Learning. Diakses 21 Januari 2008 dari http//:www.co-operation.org/pages/cl.html. 19 Endah.Op.Cit., h.1

14

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran ini menunjukkan bahwa keberhasilan peserta didik akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Kelompok dibuat kecil, biasanya terdiri dari tiga sampai lima orang agar interaksi antar anggota kelompok menjadi maksimal dan efektif. Selain itu diharapkan dapat menyelesaikan tugas kolektif tanpa supervisi langsung dan Guru20 Sebenarnya pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Pada awal abad pertama seorang filosof berpendapat bahwa untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan/teman. Dari situlah ide pembelajaran koopertif itu dikembangkan. Herbert Thelan, mengembangkan prosedur yang lebih tepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Thelan berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.21 Definisi tentang pembelajaran kooperatif sebenarnya juga sangat beragam. Beberapa pendapat mengenai pembelajaran kontrukstivisme dikemukan oleh para ahli pendidikan diantaranya menurut Elliot dalam Endah pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai satu set dari metode instruksional, yang mana murid didorong untuk bekerja bersama-sama dalam mengerjakan tugas akademik. Menurut Slavin seperti dikutip Endah mengemukakan pengertian Cooperative Learning adalah In Cooperative Learning methods, students work together infour member teams to master material initially presented by the teacher. Carolyn Kessler (1992) juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar kelompok yang diatur sehingga kebergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan

20

Ibid., h.1 Desi sadiati. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Pada Pokok Bahasan Gaya Dan Percepatan Kelas VII SMP N 2 Bukateja Tahun Ajaran 2005/2006. ( Skripsi Universitas Negeri Semarang ) http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi [30-12-09] 21

15

tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya. 22 Dua alasan berkenaan dengan pembelajaran kooperatif, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. 23 Cooperative learning dilandasi oleh falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan kerja sama merupakan kebutuhan penting bagi kelangsungan hidup manusia. 24 Metode pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur–unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.25 Hal yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative leraning

bukan

sekadar

kerja

kelompoknya,

melainkan

pada

penstrukturannya, termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.26

22

Endah . Op.Cit., h.1 Wina. Op.Cit,. h 242. 24 Anita Lie, Cooperative Learning ( Mempraktekan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas), (Jakarta : Grasindo, 2002), hal. 27 25 Ibid., h.29 26 Ibid., h.18 23

16

Menurut Slavin seperti dikutip Yusuf, konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu: a. Penghargaan kelompok, cooperative learning menggunakan tujuantujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Keberhasilan kelompok didasarkanpada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban

individu,

pertanggungjawaban

tersebut

menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk berhasil, cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 27 Pembelajaran kooperatif mempunyai 6 langkah/fase utama sebagai berikut :28 Tabel 2.1. Fase-fase dalam pembelajaran kooperatif Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan informasi 27 28

Yusuf. Op.Cit., h 25-26 Ibid., h 29-30.

Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan demonstrasi/teks

17

Fase Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar Fase 5 Mengetes materi Fase 6 Memberikan penghargaan

Kegiatan Guru Guru menjelaskan kepada siswa bagaiamana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan perubahan yang efisien Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas siswa Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan siswa Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional (individual) yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 29 Berikut ini beberapa tujuan dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran kooperatif antara lain: a). Suasana kooperatif meningkatkan motivasi belajar siswa dibandingkan dengan suasana belajar kompetitif dan individual. b). Interaksi antar siswa membentuk kemampuan kognitif dan sosialisasi yang baik, menciptakan aktvitas intelektual yang akan meningkatkan hasil belajar. c). Belajar kooperatif dapat meningkatkan kepercayaan terhadap teman, mengurangi perasaan asing terhadap orang lain dan sikap individual, serta membangun hubungan yang baik antar siswa. d). Belajar kooperatif dapat meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri, hasil dari pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan hasil belajar tapi juga meningkatkan sikap menghargai, dan peduli terhadap orang lain dalam diri siswa. e). Kecakapan bekerjasama meningkat. 29

Yustini Yusuf dan Mariani Natalina. Op.Cit., h.26.

18

Cooperative Learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerja sama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.30 Beberapa model pembelajaran yang dikembangkan dari coopertive learning menurut Muhamad Surya dalam Endah diantaranya Jigsaw , STAD (Student Team Achiement Division), Group Investigation (GI), Team Games Tornamnet (TGT), Rotating Trio Exchange. Arends dalam Endah, menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis model yang digunakan dalam metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigasi (GI) dan pendekatan struktural .31 Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagen yang terdiri dari dua macam struktur yang terkenal yaitu Think–Pair

Share (TPS) dan Numbered–Head Together (NHT).32 4. Group Investigation (GI) Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).33

30

Efi. Op.Cit., h. 15. Endah . Op.Cit., h.1 32 Yusuf, Y. dan Mariani Natalina. Op.Cit., h. 9. 33 Kiranawati. Metode investigasi kelompok ( group investigation ) tersedia dalam : http://Gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-groupinvestigation/feed/htm [29-12-09]. h.1 31

19

Group investigation adalah penemuan yang dilakukan secara berkelompok: murid/siswa secara berkelompok mengalami dan melakukan percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip.34 Investigasi

kelompok merupakan pendekatan

organisasi

yang

memungkinkan kelas untuk bekerja secara aktif dan kolaboratif dalam kelompok kecil dan memungkinkan siswa untuk mengambil peran aktif dalam menentukan tujuan belajar siswa selama proses pembelajaran.35 Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Selain itu juga dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv. Model ini merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan dan Sharan, 1992) dalam Robert E. Slavin.36 Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan siswa. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada Guru.37 Sebuah metode investigasi-kooperatif dari pembelajaran di kelas diperoleh dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Group Investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara teman sekelas akan mencapai hasil

34

Burhanuddin dan Sujoto. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari – Mojokerto. Tersedia dalam : http://ptkGuru.wordpress.com/2008/05/19/penelitian-tindakan-kelas-ptk-upayameningkatkan-minat-belajar-geografi-melalui-model-pembelajaran-group-investigation-kelas-xiips-sma-muhammadiyah-ii-mojongsari/feed/htm [29-12-09] 35 Matthew Q.Bounds and Mc.Donald. The Group Investigation Teaching Model.h.3 36 Robert E, Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008),diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. h. 24 37 Yusuf. Op.Cit., h. 32

20

terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil di mana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif dapat terus bertahan. 38 Group

Investigation

sesuai untuk proyek-proyek studi yang

terintegrasi yang berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek. Tugas akademik haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan kontribusi dan tidak boleh dirancang hanya sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat factual. Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari siswa. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek siswa. Bersama siswa menentukan apa yang siswa ingin investigasikan sehubungan dengan upaya siswa untuk “ menyelesaikan masalah yang dihadapi;sumber apa yang dibutuhkan, siapa akan melakukan apa dan bagaimana menampilkan proyek hasil investigasi yang sudah selesai ke hadapan kelas”. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat positif di antara anggota kelompok.39 Guru yang menggunakan Investigasi kelompok memiliki sedikitnya tiga tujuan, yaitu:(1). Investigasi Kelompok membantu siswa belajar bagaimana menyelidiki suatu topik secara sistematis dan analitis (proses inkuiri), (2). Pemahaman yang mendalam atas suatu materi, (3). Diskusi belajar bagaimana bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah. 40 Peran Guru dalam kelas bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa siswa dapat mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang siswa hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek 38

Robert E, Slavin. Op.Cit., h.215 Ibid. h.215-216 40 Desi Sadiati. Op.Cit., h.16

39

21

pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah Guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa, seperti dalam diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompokkelompok kecil.41 Guru menerapkan metode investigasi kelompok dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.42 Deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:43 a. Seleksi topik Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh Guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. b. Merencanakan kerjasama Siswa beserta Guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas. c. Implementasi Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa 41

Robert E, Slavin. Op.Cit., h.217 Yusuf. Op.Cit., h.32 43 Kiranawati. Op.Cit., h.1

42

22

untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. d. Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. e. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh Guru. f. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Berdasarkan uraian-uraian diatas, metode Group Investigation merupakan metode yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran. Metode pembelajaran Group Investigation ini membantu Guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa. Dengan model pembelajaran ini minat belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.44 44

Burhanuddin.dan sujoto. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah. Tersedia dalam: http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/19/penelitiantindakan-kelas-ptk-upaya-meningkatkaninat-belajar-geografi-melalui-model-pembelajaran-group-investigation-kelas-XI-IPS-SMAmuhammadiyah-II-Mojosari-mojokerto/feed/htm [29-12-2009]

23

5. Think-Pair-Share (TPS) Teknik Think–Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan

jenis

pembelajaran

kooperatif

mempengaruhi pola interaksi siswa.

45

yang dirancang untuk

Strategi Think Pair Share

berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.46 TPS adalah strategi diskusi yang melibatkan siswa-siswa berpikir secara individual dan berbagi ke seluruh kelas guna menjawab pertanyaan, mencari solusi dari suatu masalah atau mengerjakan tugas pelajaran. 47 Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawankawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. 48 Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah thinkpair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh Guru 45

Vera Apnia Handayani.2009.” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) Pada Konsep Hidrokarbon “ (skripsi UIN Syahid Jakarta). 46 Usman. “ Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model think Pair Share Dalam Peningkatan Penguasaan Konsep Listrik Statik Pada SLTP Negeri 4 SIGLI “ Jurnal FKIP Universitas Jabal Ghafur. hal.50 47 Anonim. Think Pair Share. “ Think Sheet”. Think Pair Share. Tersedia di : http://www.ilstu.edu/helfishe/websitedoc/thinkpairshare.doc. h.1 48 Yusuf. Op.Cit., h.32

24

untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.49 Menurut Ibrahim seperti dikutip Yusuf, TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling memberikan satu sama lain. TPS adalah sebagai ganti Tanya-jawab seluruh kelas. Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.50 Pelaksanaan TPS di kelas terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:51 a. Thinking. Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri dalam beberapa saat. b. Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah diperkirakannya, disini pasangan akan memberikan berbagai jawaban dan berbagai ide jika persoalan khusus telah diidentifikasi.

Dalam tahap ini, setiap

anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran siswa dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

49

Ibid., h.33 Yusuf, Y. dan Mariani Natalina. Op.Cit., h.9 51 Ibid. 50

25

c. Sharing. Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang hal yang telah siswa bicarakan, dilakukan bergiliran

pasangan

demi

pasangan

sampai

lebih

kurang

seperempat pasangan yang ada di kelas mendapatkan kesempatan untuk melaporkannya. Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model TPS adalah:52 a. Think Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan Guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranya masing-masing. b. Pair Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masingmasing dengan pasangan Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut siswa paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. c. Share Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban didepan kelas.

52

Evi Masluhatun ni’mah. Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 3 Semarang. ( Skripsi Universitas Negeri Semarang ) Tersedia dalam : http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi [01-01-10]

26

Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan. Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam TPS memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones seperti dikutip Evi, akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.53 Manfaat TPS adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika siswa terlibat dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para Guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan TPS. Guru dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.54 Keunggulan think pair share dibandingkan metode yang lain adalah optimalisasi partisipasi siswa, karena kelompok kecil yang heterogen sehingga siswa lebih terkendali dan optimal dalam penyelesaian masalah

53 54

Ibid., h.37 Ibid., h.38

27

bersama pasangannya.55 Beberapa keunggulan yang lain dari think pair share adalah: 1. Cepat,karena tidak menghabiskan waktu lama 2. Interaksi perseorangan yang mampu memotivasi siswa dengan sedikit perhatian khusus dalam pengambilan masalah 3. Siswa dapat mempertanyakan berbagai jenis bentuk pertanyaan 4. Melibatkan anggota kelas dan mengajak siswa dalam menjawab pertanyaan tanpa harus berpisah dari teman kelasnya 5. Guru dapat menilai pemahaman siswa dari beberapa kelompok selama kegiatan dan mengumpulkan respo-respon diakhir kegiatan 6. Guru bias melakukan kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi satu atau beberapa kali selama waktu yang diberikan.56 6. Hakikat Metode Pembelajaran a.

Pengertian metode pembelajaran Tujuan kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama

komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, Guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.57

55

Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani. “ Penerapan Pendekatan Struktural Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati TA. 2002/2003 “ Jurnal Biogenesis Vol.1(1):914,2004 56 Nik Azlina Binti Nik Mahmood Nik Ahmad. “ Collaborative Teaching Environment System Using Think Pair Share Technique “ Dissertation Faculty Of Computer Science and Information Technology University Of Malaya Kuala Lumpur 2008. 57 Syaiful bahri djamarah dan aswan zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. hal 75 dan 77

28

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses membuat orang melakukan belajar sesuai dengan rancangan. Interaksi timbal balik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. 58 Metode

pembelajaran

adalah

cara

yang

digunakan

untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat bergantung pada cara Guru menggunakan metode pembelajaran, karena

suatu

strategi

pembelajaran

hanya

mungkin

diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

dapat

59

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara atau prosedur yang digunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.60 Metode berbeda dengan strategi, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation acvhieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.61 Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung. Semua metode pembelajaran memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu namun tidak cocok untuk tujuan dan keadaan yang

58

Sulanam. Belajar. Tersedia di: http://sulanam.sunan-ampel.ac.id. h.1 diakses pada: 11-

30-2010. 59

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Op.Cit., h.147 Oshman. Konsep Dasar Metode dan Teknik Pembelajaran. Tersedia di: http://oshman.wordpress.com/2010/01/21/konsep-dasar-metode-dan-teknik-pembelajaran. h.1 diakses pada: 11-30-2010 61 Wina. Op.Cit., h 127 60

29

lain. Dengan kata lain, semua metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. 62 Penjelasan

tersebut

memberikan

suatu

kesimpulan

metode

pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan fakta dan konsep–konsep yang tersusun secara sistematis dalam mencapai tujuan pembelajaran. 7. Hakikat Hasil Belajar Biologi a. Hakikat belajar. Belajar adalah proses yang terus–menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Prinsip belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO yaitu:63 1) Learning to know, bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar siswa tidak hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu. 2) Learning to do, bahwa belajar tidak hanya sekedar mendengar dan melihat, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi. 3) Learning to be, bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “ menjadi dirinya sendiri”. Artinya, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. 4) Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama. 62

Oshman. Op.Cit., h.3 Herdian. Teori-teori Belajar Piaget, Bruner, Vygotsky. Tersedia http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/teori-teori-belajar-piaget-bruner-vygotsky. h.1 63

di:

30

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan “ learning is process by wich an activity originates or changed through tarining process

procedurs (wether in the laboratory or in the naural

environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan ilmiah.64 Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.65 Belajar menurut kajian di atas merupakan suatu proses yang terjadi secara internal yang meliputi perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan sebagainya yang tidak dapat dilihat dengan nyata. b. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif Dua aspek yang penting yang mendasari keberhasilan cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif.66 1) Teori motivasi Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terutama terletak dalam bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siawa melaksanakan kegiatan. 64

Sulanam. Op.Cit., h.1 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja) Rosdakarya, 2004), h. 91 66 Bahriyatul Azizah. 2006. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas II MAN Suruh. (Skripsi Universitas Negeri Semarang) 65

31

Diidentifikasi ada tiga macam struktur pencapaian tujuan yaitu sebagai berikut: a) Kooperatif dimana orientasi tujuan masing-masing siswa turut membantu pencapaian tujuan siswa lain. b) Kompetitif dimana uapaya siswa untuk mencapai tujuan akan menghalagi siswa lain dalam pencapaian tujuan. c) Individualistik dimana upaya siswa untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut. 2) Teori Kognitif Teori ini mengukur efek-efek dari bekerjasama dalam diri individu. Teori ini dikelompokkan dalam dua kategori: a) Teori Perkembangan: Asumsi dasar dari teoti perkembangan adalah interaksi siswa diantara tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang sulit. Vygotsky mendefinisikan zone of proximal development sebagai jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya

yang

didefinisikan sebagai

kemampuan

pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau melaui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu b) Teori Elaborasi Kognitif: Teori ini memiliki pandangan yang berbeda.

Penelitian

dalam

psikologi

kognitif

telah

menemukan bahwa supaya informasi dapat disimpan didalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu materi. Salah satu elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan materi itu pada orang lain.

32

c.

Faktor-faktor Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor internal dan

faktor eksternal.67 1) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri antara lain : a) Kelemahan mental, kecerdasan, intelegensi dan bakat khusus b) Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, cacat c) Gangguan yang bersifat emosional d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar 2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar antara lain : a) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif b) Kurikulum yang kurang fleksibel c) Beban studi yang terlalu berat d) Metode mengajar yang monoton e) Situasi lingkungan keluarga yang tidak mendukung Muhibbin Syah menambahkan pendekatan sebaga faktor yang mempengaruhi belajar. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan dapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran.68

67

Agus Triarso. Faktor-faktor Dalam Proses Belajar. Tersedia di: http://waroengedukasi.blogspot.com/2008/12/faktor-faktor-dalam-proses-belajar.html h.1 68 Muhibbin Syah. Op.Cit., h.132

33

d. Hasil Belajar Biologi Skiner dengan teori conditioning operan-nya mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya, respon baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru. Gagne berpendapat; belajar ialah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa

tahapan

pengolahan

informasi

yang

diperlukan

untuk

memperoleh kapabilitas yang baru. Kapabilitas inilah yang disebut hasil belajar. Berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Sementara itu, Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga domain atau ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah sikap. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya. Secara umum Reigeluth mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorisasi menjadi tiga (3) indikator, yaitu: (1) efektivitas pembelajaran, yang biasanya di ukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut: (2) efisiensi pembelajaran,yang biasanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran, (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Secara spesifik,

hasil belajar adalah suatu

kinerja

(performance)

yang

diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.69

69

Efi. Op.Cit., h.33

34

Paparan teori dan konsep tentang hasil belajar di atas memberikan kesimpulan

bahwa

hasil

belajar

Biologi

ialah

perilaku

berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi dan strategi kognitif yang diperoleh oleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dan segala komponennya yang diimplementasikan dengan perkembangan kinerja belajar biologinya. B. Hasil penelitian yang relevan Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan

bagi

siswa

untuk

mengasah

kemampuan

berpikir,

berketerampilan memecahkan masalah dan menjadikan siswa sebagai subjek sehingga siswa mampu berpikir kritis. Dalam aliran konstruktivisme pengetahuan tidak didapatkan dengan sendirinya, melainkan melalui pengalaman–pengalaman yang dirasakan oleh siswa sehingga menghasilkan suatu pengetahuan yang bermakna yang tersimpan dalam long term memory dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode Group Investigation dan Think-Pair-Share dalam peningkatan hasil belajar siswa. Seperti hasil penelitian eksperiman yang berjudul “ Pembelajaran Kimia Melalui Metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa” yang dilakukan oleh Banu Kisworo bahwa metode jigsaw dan GI sangat mempengaruhi prestasi kognitif, psikomotorik, dan afektif.70 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Penti Handayani bahwa, hasil belajar siswa yang menggunakan metode GI dan CIRCD sama-sama memberikan pengaruh terhadap peningkatan kognitif siswa.71 Penelitian 70

Kisworo, Banu. “ Pembelajaran Kimia Melalui Metode Jigsaw Dan Group Investigation (GI) ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa “Terdapat di : http://pasca.uns.ac.id/?p=871 di akses 27 juli 2010 pukul 10.12 71 Handayani, Penti. 2010. “ Pembelajaran Biologi dengan group investigation dan cooperative integrated reading ditinjau dari minat dan kedisiplinan belajar siswa “Terdapat di : http://pasca.uns.ac.id/?p=672 diakses tanggal 27 juli 2010 pukul 10.35.

35

tersebut dapat dikatakan memberikan pengaruh positif terhadap hasil dan prestasi belajar siswa. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Venansia Avelia Rosari, bahwa hasil prestasi belajar kimia dengan menggunakan metode GI lebih baik dibandingkan hasil prestasi belajar kimia yang menggunakan TAI (Teams Assisted Individualization).72 Mun Fie TSOI ,Ngoh Khang GOH dan Lian Sai CHIA dalam penelitiannya pun mengatakan bahwa guru bisa menggunakan metode GI secara efektif dalam pembelajaran kimia, karena metode ini mencakup interaksi social, pemecahan masalah dan investigasi bersama.73 Sedangkan

menurut

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Sugiyanta

widyaiswara, menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran TPS tersebut dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas interaksi kelas VII F di kelas. Dalam penelitiannya kelas cukup interaktif ditandai dengan banyaknya siswa yang bertanya dan berkurangnya kegaduhan selama KBM. Hasil belajar meningkat dengan rata-rata ketuntasan diatas batas ketuntasan minimal, distribusi kemampuan semakin merata. 74 Penelitian serupa dilakukan oleh Yustini yusuf dan Mariani Natalina, bahwa

berdasarkan

hasil

observasi

aktifitas

siswa

selama

proses

pembelajaran siklus pertama ini pelaksanaannya belum sesuai dengan pendekatan struktural tipe TPS. Masih ada siswa yang bekerja secara individual, tidak ingin berinteraksi dengan teman kelompok, masih enggan mengajukan pertanyaan dan menanggapi. 75 Niken Eka Priyani dalam penelitiannya mengatakan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan metode TPS lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa yang

72

Rosari, Venansia Avelia. “Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode GI dan Metode TAI yang dilengkapi LKS Terhadap Prestasi Belajar Kimia Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Pada Siswa Kelas XI IPA Semester I SMA N 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2008/2009 “. 73 Mun Fie TSOI ,Ngoh Khang GOH dan Lian Sai CHIA. “Using group investigation for chemistry in teacher education ”. Science and Technology Education Academic Group National Institute of Education Nanyang Technological University Republic of Singapore. 74 Sugiyanta Widyaiswara. Implementasi model pembelajaran kooperatif Thing-PairShare (TPS) pada pokok bahasan zat dan wujudnya di SMPN 1 Kalasan. Tersedia dalam : http://lpmpjogja.diknas.go.id [19-12-09] 75 Yusuf, Y dan Mariani Natalina. Op.Cit., hal. 8-12.

36

menggunakan metode NHT.76 Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Heny Ariyanti yang menyatakan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan cooveratif learning model think-pair-share ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.77 Penelitian yang dilakukan oleh Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani N.L tentang penerapan metode think pair share menyatakan bahwa, think pair share mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa dalam pembelajaran Biologi pokok bahasan keanekaragaman hewan. 78 C. Kerangka Berpikir Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keteampilan mengamati,

mengajukan

hipotesis,

menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan

keamanan

dan

keselamatan

kerja,

mengajukan

pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Oleh karena itu dalam pengajarannya seorang Guru harus mampu mengoptimalkan semua kemampuan siswa. Dengan metode pembelajaran kooperatif, Guru menjadi fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran. Penerapan metode

76 Priyani, Niken Eka. “ Pembelajaran Kimia Model TPS dan NHT ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Aktivitas Belajar “ Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret 2010. 77 Ariyanti. S, Heny. “ Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah Dengan Model pembelajaran Tipe TPS pada Siswa Kelas VIII C SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 “ Universitas Muhammadiyah Semarang 2008. 78 Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani N.L. “ Penerapan Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN 20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003 “ Jurnal Biogenesis Vol. 1(1):9-14, 2004. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. ISSN : 1829-5460

37

pembelajaran kooperatif di dalam kelas memberikan kesempatan kepada siswa dan kawan–kawan sebayanya untuk terlibat langsung dan bekerja sama dalam proses belajar. Metode Group Investigation memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dari awal dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa. Sedangkan pada metode Think-Pair-Share siswa diberikan kesempatan untuk menemukan ide pokok dan membahasnya secara bersama dan dipersentasikan secara berkelompok. Sehingga penyaluran ilmu pengetahuan bersifat merata. Dalam kedua metode ini peran Guru dalam proses pembelajaran sebagai fasilitator dan pendamping saat siswa berdiskusi dalam kelompoknya, sehingga siswa tidak hanya mempertanggungjawabkan hasil belajar kelompoknya tetapi berbagai juga dalam pengetahuannya. Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan bahwa metode tipe Group Investigation (GI) dan Think-Pair-Share (TPS) masing-masing memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri yang mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa karena bersifat student center. Namun dari berbagai teori yang ada GI sedikit sulit untuk dilaksanakan karena mulai dari awal hingga kegiatan pembelajaran ditentukan oleh siswa. Selain itu banyak kelompok pada GI pun mempengaruhi kinerja saat pembelajaran dan penyaluran pengetahuan yang tidak merata. Berbeda dengan TPS yang mudah dalam penerapannya dan hanya terdiri dari pasangan-pasangan dalam kelompoknya, sehingga memudahkan dalam penyaluran pengetahuan yang merata. Berdasarkan hal itu peneliti menduga terdapat perbedaan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe GI dan TPS, dengan hasil belajar metode tipe TPS lebih baik daripada menggunakan metode tipe GI pada konsep sistem pencernaan.

38

D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka pikir adalah sebagai berikut: ” terdapat perbedaan hasil belajar Biologi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan tipe Think-Pair-Share (TPS), dengan hasil penelitian penggunaan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dibandingkan tipe Group Investigation (GI) “

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 pada semester I Tahun Pelajaran 2010/2011 di SMP N 10 Kota Tangerang Selatan. B. Metode dan Desain Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. 1 Penelitian ini membandingkan dua kelompok hasil belajar Biologi antara yang menggunakan metode GI dan TPS. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif.2 Rancangan penelitian yang digunakan adalah : Two Group, Pretest posttest design. Rancangan tersebut berbentuk seperti berikut: Tabel 3.1 DesainPenelitian Kelompok

Pretes

Perlakuan

Postes

KE GI

QI

XGI

QI

KE TPS

Q2

XTPS

Q2

Keterangan: KE GI: Kelompok eksperimen metode GI KE TPS : Kelompok eksperimen metode TPS X1 : Perlakuan dengan metode GI X2 : Perlakuan dengan metode TPS Q1 : Pemberian pretest Q2 : Pemberian posttest

Observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (Q1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (Q2) disebut posttest. Perbedaan

1

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 85 – 86. M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 92. 2

39

40

antara Q1 dan Q2 yakni Q1 - Q2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen. Dengan Variabel penelitian: Variabel X : Pembelajaran Biologi dengan mengggunakan metode GI & TPS Variabel Y : Hasil belajar Biologi siswa C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 3 Dari pengertian tersebut peneliti menentukan populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMPN 10 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Tangerang Selatan dan yang menjadi sampel adalah sebagian anggota populasi target yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik Random Sampling (sampel acak) dengan cara random. D. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penelitan berupa skor hasil belajar biologi siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar biologi bentuk PG dan Non tes melalui wawancara dengan data berupa respon siswa.

Jenis Data

Tabel. 3.2 Pengumpulan Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Respon Siswa

Siswa

Wawancara

Kognitif Siswa

Siswa

Tes

Respon Guru

Guru

Wawancara

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 108-109

41

E. Instrumen Penelitian Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Di samping itu, untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes pedoman wawancara. 1. Tes Objektif Tes ini berupa pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan 4 option. Digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan. 2. Pedoman Wawancara Tes wawancara ini berisikan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dan guru setelah peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode GI dan TPS. Data yang diperoleh berupa tanggapan guru dan siswa setelah peneliti menggunakan pembelajaran dengan metode GI dan TPS.(terdapat dalam lampiran) Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Sistem pencernaan pada manusia No

Sub konsep

1

Sistem pencernaan pada manusia

3

4

5

Indikator

Mendefinisikan pencernaan makanan Menyebutkan urutan saluran pencernaan yang benar Menerangkan proses pencernaan dalam mulut Kerongkongan Menjelaskan proses pencernaan pada kerongkongan Lambung Mengidentifikasi fungsi dan kerja lambung sebagai organ pencernaan Usus

Menjelaskan proses pencernaan di dalam usus

Aspek kognitif C1 C2 C3 1 -

Jumlah 1

3,7

-

-

2

8

5

-

2

-

-

6

1

-

*!10

-

1

11,12, 14

15

-

4

42

No

6

7

Sub konsep

Indikator

Aspek kognitif C1 C2 C3 13 -

Menyebutkan bagianbagian usus halus Gizi dan Menjelaskan zat kalori makanan yang berguna bagi tubuh Menjelaskan makanan 20, yang mengandung protein Menjelaskan fungsi *!24 protein,lemak,bagi tubuh. Mengidentifikasi dan 34,21 memperkirakan gangguan kekurangan gizi atau vitamin dan solusinya Mengidentifikasi 27,28, fungsi enzim pada 29, system pencernaan dan tempat produksinya Penyakit dan Menjelaskan 39,36 kelainan gangguan atau system penyakit pada organ pencernaan pencernaan Jumlah 17

Keterangan

Jumlah 1

16,19,

-

2

-

-

1

-

-

1

-

37

3

-

-

3

40

-

3

6

2

25

: 1) Klasifikasi Bloom: C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), dan C3 (Aplikasi) 2)*! Soal tidak valid yang diperbaiki kualitas pengecohnya.

F. Kalibrasi Instrumen Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan reliabilitas. Setelah perangkat tes diuji cobakan, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan tujuan supaya instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi:

43

1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Teknik uji coba validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji valid instrumen dengan menggunakan teknik rumus korelasi point biserial. Rumus yang digunakan :4

Keterangan : rpbis = koefisian korelasi biserial Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt = Rerata skor total St = Standar deviasi dari skor total p

= Proporsi siswa yang menjawab benar

q

= Proporsi siswa yang menjaawab salah ( q = 1 – p ) Dikatan valid jika hasil perhitngan memperoleh koefisien korelasi rxys >

rtabel Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada Lampiran. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 22 soal yang dinyatakan valid dan 3 soal yang direvisi. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 16, 19, 20, 21, 27, 28, 29, 34, 36, 37, 39, 40 dan 10, 14, 24. Semua soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

4

Suharsimi. Ibid., 79

44

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Mencari reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus KR-20:5 Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal p = proporsi siswa yang menjawab betul pada butir q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p) Vt = varians total Dari hasil uji coba butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh reliabilitasnya adalah 0,71 termasuk dalam kriteria tinggi. 3. Tingkat Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.6

Rumus yang digunakan : Keterangan : P = Tingkat kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P (0,70) sampai 1,00 adalah soal mudah Taraf kesukaran tiap butir soal dihitung dengan menggunakan model Anates. Berdasarkan perhitungan diperoleh soal kategori sedang berjumlah 3 yaitu nomor 29,22, dan 10, soal kategori mudah berjumlah 20 yaitu nomor 1, 6, 9, 13, 15, 17, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 37, 38, dan 39, soal 5 6

Ibid., h.182 Ibid., h. 208

45

kategori sangat mudah berjumlah 17 yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 24, 30, 32, 36, dan 40. 4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:7

Keterangan: D = Daya pembeda soal BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = Bnyaknya peserta kelompok bawah

PA =

BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JA

PB =

BB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB

0,00 ≤ D ≤ 0,20 : Jelek 0,21 ≤ D ≤ 0,40 : Cukup 0,41 ≤ D ≤ 0,70 : Baik 0,71 ≤ D ≤ 1,00 : Baik Sekali D : negatif, semuanya tidak baik, jika semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Dalam penelitian ini, daya pembeda masing-masing butir soal dihitung dengan Anates. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil daya pembeda terendah sebesar -0,27 dalam kategori jelek dan tertinggi sebesar 0.55 termasuk dalam kategori baik.

7

Ibid., h. 213-214

46

G. Teknik Analisis Data 1. Normal Gain Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Rumus Uji normal gain menurut Meltzer8:

Dengan kategori:9 g tinggi

: nilai (g) > 0,70

g sedang

: nilai 0,70 > (g) > 0.3

g rendah

: nilai (g) < 0,3

2. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu liliefors10, dengan rumus: Lo = F (Zi) – S (Zi) Keterangan: Lo

= Harga mutlak terbesar

F (Zi) = Peluang angka baku S (Zi) = Proporsi angka baku

Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut: a.

Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar

b.

Tentukan nilai

dengan :

Zt = Skor Baku Xi = Skor Data = Nilai Rata – rata S = Simpangan Baku 8

David E. Meltzer, Addendum to: The Relationship between Mathematic Preparation dan Conceptual Learning Gains in Physic: a Possible-hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”, dari http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf. 9 Richard R. Hake, “Analyzing Change/Gain Scores”, diakses dari http://List.Asu.Edu/Egibin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera_D&P=R6855,American Educational Research Association’s Division, Measurement And Research Methodology, 1999, p.1, 2 July 2009 10 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001), hal. 466

47

Tentukan besar peluang untuk masing–masing nilai Zi dan sebut dengan F (Zi) dengan aturan, jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,57 (nilai tabel) dan jika Zi > 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel). c.

Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, Z3,…, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z 1, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z1), maka:

d.

Hitunglah selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e.

Ambil nilai terbesar antara harga–harga mutlak selisih tersebut ini kita namakan Lo.

f.

Memberikan interpretasi Lo, dengan membandingkan dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis Uji Liliefors.

g.

Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal. Kriteria pengujian: Jika L hit < L tab, berarti data berdistribusi normal Jika L hit > L tab, berarti data berdistribusi tidak normal

48

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data ini adalah untuk mengatahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher11, F = S12

dengan rumus:

S 22 Keterangan: F = Uji Fisher S12= Variansi Terbesar S22 = Variansi terkecil

Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut: a. Hipotesis b. Bagi data menjadi kelompok c. Cari masing–masing kelompok nilai simpangan bakunya. d. Tentukan F hitung, dengan rumus:

= e. Tentukan Kriteria pengujian 1) Jika F Hitung < F Tabel maka Ho diterima, berarti varians kedua populasi homogen. 2) Jika F Hitung < F Tabel maka Ho ditolak, berarti varians kedua populasi tidak homogen.

Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus fisher, setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbandingan hasil belajar Biologi siswa dengan penggunaan metode GI dan TPS . Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunaan rumus uji t. yaitu:12

11 12

Sudjana, Op cit, h.249 Suharsimi Arikunto, h. 280

49

Keterangan : to = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok Mx = Mean kelompok perlakuan metode GI My = Mean kelompok perlakuan metode TPS x = Deviasi setiap x2 dari X1 y = Deviasi setiap y2 dari mean Y1 Nx = Jumlah siswa kelompok GI Ny = Jumlah siswa kelompok TPS

Kriteria Hipotesis, jika : to ≥ t-tabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolak to ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikansi α 0,05 H. Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : µA = µB Ha : µA < µB Keterangan: Ho = Hipotesis nihil, bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Group Investigation sama dengan hasil belajar siswa dengan metode Think Pair Share Ha = Hipotesis alternatif, bahwa hasil belajar dari siswa yang menggunakan metode Think Paire Share lebih baik dibandingkan hasil belajar dari siswa yang menggunakan metode Group Investigation. µA = Hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan pembelajaran metode GI µB=Hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan pembelajaran metode TPS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada sub bab ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil pretest, posttest dan N-Gain dari kedua kelas. Pretest yang dilakukan terhadap kedua metode bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai pelajaran Biologi pada konsep sistem pencernaan pada manusia. Setelah setiap kelas mulai diberlakukan metode yang berbeda, posttest baru dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode TPS dan GI. Gambaran umum tentang datadata ini yang telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, median, modus, standar deviasi dan varians. 1. Hasil Pretest Kelompok GI dan TPS Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas GI dan TPS dari penelitian ini disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest No

Pemusatan dan Penyebaran

1

Kelas GI

TPS

Xmin

24

20

2

Xmax

64

60

3

Rata-rata (mean)

49.71

50.7

4

Median

52

52

5

Modus

52

52

6

Standar Deviasi

13.03

9.94

7

Varians

169.78

98.8

50

51

Perhitungan-perhitungan data pretest tersebut dijelaskan secara rinci pada lampiran 8 dan 9. 2. Hasil Posttest Kelompok GI dan TPS Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelompok GI dan TPS dari penelitian ini disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok No

Pemusatan dan Penyebaran

GI

TPS

1

Xmin

20

28

2

Xmax

92

100

3

Rata-rata (mean)

64.84

81.51

4

Median

68

84

5

Modus

68

96

6

Standar Deviasi

18.58

17.90

7

Varians

345.21

320.41

Perhitungan-perhitungan data posttest tersebut dijelaskan secara rinci pada lampiran 8 dan 9.

3. Deskripsi Normal Gain Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru dengan cara menghitung nilai normal gain yang merupakan selisih antara nilai pretest dan posttest yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh skor normal gain pada kelas GI dan TPS sebagai berikut:

52

Tabel 4. 3 Perhitungan Normal Gain Normal Gain

Kelas GI

Kelas TPS

Terendah

-0.3330

-0.2857

Tertinggi

0.8000

1.0000

Rata-rata

0.3147

0.6393

Standar Deviasi

0.3088

0.3170

Kategori

Gain sedang

Gain sedang

Masing-masing nilai N-Gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (G < 0,30), sedang (0,30 ≤ G < 0,70), dan tinggi (G ≥ 0,70). B. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas Langkah awal sebelum dilakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data yaitu uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila kriteria Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.Uji normalitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Liliefors. Hasil dari perhitungan normalitas yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kelas GI Lo (Lhitung)

Α 0.05

Pretest

Posttest

0.0106

0.0510

Ltabel

Kesimpulan

0.1497

Ho diterima

Data di atas menunjukkan bahwa Lo pretest dan posttest atau (Lhitung)