POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA TERHADAP SISWA DALAM ...

44 downloads 146 Views 2MB Size Report
Untuk mengetahui Pola Komunikasi yang diterapkan oleh guru agama dan siswa dalam pembinaan ibadah, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan.
POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA TERHADAP SISWA DALAM PEMBINAAN IBADAH DI SMP ISLAM AL SYUKRO CIPUTAT Skripsi DiajukanKepadaFakultasIlmuDakwahdanIlmuKomunikasiUntukMemenuhiPersya ratanMemperolehGelarSarjanaKomunikasiIslam (S. Kom. I)

Oleh: EKA IRMAWATI 107051003276

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M

ABSTRAK Eka Irmawati Nim. 107051003276 Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah Di SMP Islam Al Syukro Ciputat SMP Islam Al Syukro adalah lembaga pendidikan yang sarat akan ilmu pengetahuan umum dan Islam yakni memadukan kurikulum KTSP dan pengayaan keagamaan. Dalam hal ini adalah pembinaan ibadah yang dilakukan oleh guru agama, terhadap siswanya. Komunikan (siswa) dan komunikatornya adalah (guru) yang menyampaikan pesan berupa materi ibadah. Dalam pembinaan ibadah tidak terlepas dari adanya hubungan komunikasi. Pembinaan ibadah dapat menggunakan pola komunikasi yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada siswanya. Sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan efektif dan intensif akibat dari intensitas pola komunikasi yang selalu diterapkan setiap hari, sehingga menimbulkan kenyamanan, kesenangan dan kebiasaan bagi komunikan karena pesan dari komunikator dapat dipahami dengan baik. Untuk mengetahui Pola Komunikasi yang diterapkan oleh guru agama dan siswa dalam pembinaan ibadah, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan yang meliputi dua hal: Bagaimana komunikasi antarpribadi guru agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah? Bagaimana komunikasi kelompok guru agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah? Adapun teori yang digunakan oleh penulis adalah teori dari Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, menguraikan ciri-ciri komunikasi yang efektif ada lima: Pengertian, Kesenangan, Mempengaruhi Sikap, Hubungan sosial yang baik, Tindakan. Sedangkan metode yang digunakan adalah tanya jawab, nasihat, curhat dari hati ke hati (komunikasi secara pribadi), demonstrasi, ceramah, monitoring dan cerita (kelompok). Dalam hal ini, Siswa (komunikan) diberikan materi tentang agama dan ibadah oleh guru agama (komunikator) yang berlangsung secara tatap muka baik komunikasi antarpribadi maupun kelompok. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fenomena yang ada, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan teknik pengumpulan data, pengamatan lapangan, wawancara dan dokumentasi di SMP Islam Al Syukro Ciputat. Yang kemudian di deskripsikan, diinterpretasikan dan di tafsirkan. Maka hasil yang diperoleh oleh penulis dalam penelitian ini adalah bahwa Dengan menggunakan dua pola komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok pembinaan ibadah di SMP Islam Al Syukro dapat berjalan efektif, efisien dan intensif. Hal ini terlihat dari intensitas komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok yang dilakukan setiap hari dan diterapkan dalam pembinaan ibadah menghasilkan feedback langsung dari komunikan (siswa) baik berbentuk tindakan secara langsung ataupun siswa memberikan tanggapan

i

langsung mengenai materi ibadah dan kultum yang disampaikan oleh guru agama. Yang kemudian membentuk perilaku ibadah yang baik, kenyamanan, kesenangan keakraban dan kebiasaan pada siswa untuk selalu taat beribadah kepada Allah dimanapun dan kapanpun berada. Sehingga dapat dsimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang terjadi di SMP Islam Al Syukro adalah melahirkan efektifitas dan komunikasi kelompok yang terjadi adalah melahirkan efisiensi.

ii

KATA PENGANTAR



Assalammu ‘alaikumWr. Wb. Puja

sertapujisyukurpenulishaturkankepada

ataslimpahanrahmat,

Allah

SWT,

karuniadanatasridha-

Nyapenulisdapatmenempuhjenjangpendidikansampaisaatinihinggadapatmenyeles aikankaryailmiahgunamencapaigelarSarjanaKomunikasi Islam (S.Kom.I). Shalawatdansalamtidaklupa

pula

penuliscurahkankepadapemudapadangpasir

yang

menjadipanutansepanjangzamandanseluruhumatmanusia, DialahbagindaRasulullahNabibesar

Muhammad

SAW,

yang

telahmembawakitadarizamankejahiliyahanhinggazamankepintaranolehilmupenget ahuandancanggihpenuhdenganalatteknologisepertisekarangini. Perjuanganskripsiinitakakansemulusberkatridhadari-Nya, cahaya, do’ado’a

orang

yang

takmengenalbalasan.

tulus,

motivasisertabimbinganorang-orang

Untukitupenulismenghaturkan

rasa

terimakasih

yang yang

takterhinggakepada: 1. DekanFakultasIlmuDakwahdanIlmuKomunikasi

(FIDIK)

Dr.

AriefSubhan, MA.,BapakDrs. WahidinSaputra, MA. SelakuPudek 1, Bapak Drs. Mahmud Djalal, MA. SelakuPudek II danBapak Drs. Study Rizal

LK,

MA.

SelakuPudek

III.

Yang

telahmemberikankesempatankepadapenulisuntukmengaplikasikanilmu

yang telahdiperolehdalambentukkaryailmiahini, semoga Allah SWT memberikanbalasan yang takterhingga. 2. Drs. Jumroni, M.Si,selakuKetuaJurusanKomunikasidanPenyiaran Islam, yang

telahmemberikan

saran

danmasukankepadapenulisdimasaawalpenulisanskripsipenulis,

semoga

Allah senantiasamemudahkansegalaurusannyadandiberikanbalasan yang takterhingga. 3. UmiMusyarofah,

MA.,selakuSekretarisJurusanKomunikasidanPenyiaran

Islam,

yang

selalumemberikansemangatdanmotivasinyaselamamasaskripsi.

Semoga

Allah memberikanpahala yang takterhinggakepadabeliau. 4. Drs.

MasranM.Ag.,

selakupembimbingpenulis,

yang

telahmemberikanbanyakilmu,

masukan,

arahandanmemberikanwaktunyauntukmenyempatkanbimbingankepadapen ulisdiselakesibukanbeliau, dariawalskripsihinggarampung, semoga Allah senantiasamemberikanbalasan

yang

takterhinggadanbeliaudiangkatderajatnyaoleh Allah SWT. 5. Kedua orang tuapenulisBapakSuwandi, (alm. IbuMujinah) danadikadikkuAnisa,

Faizal,

Khusnul,

SofidanAji

yang

selalumencurahkancintadankasihsayangnyasertamotivasidorongansemanga t,

selalusetiamenemanipenulisdisaatsukamaupunduka,

dan

yang

selalumendoakandanmemberikankebanggaankepadapenulissehinggadapat menyelesaikanpendidikan S1 di PerguruanTinggiNegeri.

6. SeluruhcivitasdosenKomunikasidanPenyiaran

Islam

yang

tidakdapatpenulissebutkansatupersatudari

semester

satusampaitujuh,penulismengucapkanbeributerimakasihatasilmu, pengetahuan,

pengalamandanmotivasibelajarselamapenulismenuntutilmu

di JurusanKomunikasidanPenyiaran UIN SyarifHidayatullah Jakarta kampustercinta,

semoga

Allah

melimpahkanrahmatdanmemberikanbalasanpahala

yang

takterhinggakepadabeliausemua. 7. SeluruhjajaranstafPerpustakaanUtamadanPerpustakaanDakwahUIN SyarifHidayatullah

Jakarta

yang

telahberbaikhatimeminjamkanskripsidanbuku-bukuyang dibutuhkankepadapenulisdariawalhinggaakhirpenulisanselesai, Allah

semoga

selalumembimbingbeliausemuadandiberikanpahala

yang

berlipatganda. 8. Pihak SMP Islam Al SyukroCiputatBapakHumaidiselakuKepalaSekolah, BapakHumaidiyang

merangkap

Guru

Agama,

Bapak

Dian

Tri

MulyawanselakuKoordinatorKeagamaan, IbuHeriyahselakuBidangkesiswaandanBapakRediSuhendarselaku TUyang telahmemberikanizinpenelitian, bantuandanbanyakmemberikaninformasitentangpembinaanibadah, diselakesibukanbeliaumengajardankesemangatanuntuksuksesdalampenulis anskripsipenulis,

semoga

Allah

takterhinggadansuksesdalamsegalahal.

memberikanganjaran

yang

9. Adik-adik

SMP

Islam

Al

telahbersediamembantupenulisdalammelengkapi

SyukroCiputatyang data-data

dibutuhkanselamapenulisanskripsidariawalhinggaakhir,

semoga

yang Allah

metambahkanilmu kalian. 10. Calonsuamipenulis

(AbiM

senantiasamemberikan

yang

AsepSaprudin/Sarip)

yang

terbaikdanmendampingi,do’a,ilmu,

pengalaman, motivasidansemangatnyaselamamasabelajardanskripsiberlangsung, semoga

Allah

senantiasamemberikanrahmat,

kebahagiaandanmemuliakannyaduniadanakhirat. 11. Ibu

Cut

DhienNourwahidaMA,.yangselalumemberikansemangatdandando’anyaunt ukkesuksesanskripsidanmasadepanpenulis,

semoga

Allah

melimpahkankasihsayangnyadanmengangkatderajatbeliau. 12. Semuateman-temanpenulis,

FakultasIlmuDakwahdanIlmuKomunikasi

UIN SyarifHidayatullah JakartaJurusanKomunikasidanPenyiaran Islam angkatan

2007,khususnyaUswatunHasanah

yang

selalumenemanipenulisdanmembantumembantumengetikskripsidanKPI Asemuanya,semoga

Allah

senantiasamembimbingkitadanmemberikankitakesuksesan, kemudahandankelancarandisetiaphaldankehidupankitauntukmencapairidha Ilahi Rabbi.

Padaakhirnya,kepadasemuapihak

yang

telahmemberikankontribusidalampenyelesaianskirpsiini, penulismengucapkanterimakasihdansemoga melipatgandakandanrakhmat-Nya.Dan

Allah

semogabermanfaatbagi

SWT yang

membacanya.Amin YaRobbalalamiin.

Ciputat, 11 Mei 2011

EkaIrmawati

DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................... vii BAB I

PENDAHULUAN ........................................................... 1 A. LatarBelakangMasalah .................................................................. 1 B. PambatasandanPerumusanMasalah ............................................... 4 C. TujuandanManfaatPenelitian ......................................................... 5 D. MetodologiPenelitian .................................................................... 7 E. TinjauanPustaka ............................................................................ 11 F. SistematikaPenulisan ..................................................................... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................. 14 A. PengertianPoladanKomunikasi...................................................... 14 B. Unsur-unsurKomunikasi................................................................ 20 C. Macam-macamPolaKomunikasi.................................................... 25 D. PembinaanIbadahDalamRuangLingkupnya .................................. 53

BAB III GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL SYUKRO CIPUTAT ................................................ 64 A. SejarahBerdirinya SMP Islam Al Syukro ...................................... 64 B. VisiMisidanTujuan ........................................................................ 66 C. Program Kegiatan SMP Islam Al Syukro ..................................... 68 D. SaranaPrasarana ............................................................................. 71 E. StrukturOrganisasi ......................................................................... 74 F. Program PembinaanIbadah ............................................................ 76

BAB IV ANALISIS DATA POLA KOMUNIKASI GURU AGAMATERHADAP SISWA DALAM PEMBINAAN IBADAH ............................................... 78 vii

A. KomunikasiAntarpribadi………………………………………. 78 B. KomunikasiKelompok …………………………………………. 88

BAB V PENUTUP ....................................................................... 97 A. Kesimpulan .................................................................................... 97 B. Saran .............................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah merupakan lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan dan mencetak generasi yang unggul baik dari segi pengetahuan umum ataupun agama. Dalam hal ini, tidak dapat di pungkiri lagi bahwa didalamnya terdapat unsur-unsur komunikasi dan pasti melakukan proses komunikasi, baik komunikasi intrapersonal, interpersonal dan kelompok. Adapun Sekolah Islam Al Syukro yang berada di Jl. Otista Raya. Gang H. Maung, No.30 Ciputat, terkenal sebagai sekolah Islam yang memiliki nilai lebih, baik dari kurikulum pembelajaran ataupun nilai plus (ekstrakurikuler dalam hal ini adalah pengayaan keagamaan), salah satunya adalah dalam hal pembinaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari dan sudah menjadi suatu pembiasaan di sekolah Al Syukro ini ibadah dilakukan seperti ibadah shalat dzuhur berjama’ah, (adzan, wudhu, shalat sunnah qobliah-ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjama’ah, hafalan juzz amma’ dan surat pilihan, pemimpin dzikir, pemimpin do’a) dan Kultum.1 Disamping itu pula sekolah Islam Al Syukro memiliki guru-guru yang mempunyai ilmu pengetahuan agama yang mumpuni dan memahami tentang pengayaan keagamaan pada anak-anak dan banyak diantara mereka alumni berasal dari Univetrsitas Islam yang tersebar di Indonesia sehingga memudahkan

1

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 1 April 2011.

1

2

dalam pelaksaan pembinaan ibadah dengan kemampuan komunikasi yang baik pula.2 Proses komunikasi guru dengan siswa berlangsung dengan efektif dan intensitas komunikasinya dapat terlihat dalam aktivitas peribadahan berlangsung, mereka yang telah terkondisi dan siswa melakukan ibadah sudah menjadi pembiasaan sehingga mereka terbiasa beribadah atas dasar kesadaran sendiri tanpa harus selalu dikerahkan.3 Adapun kelebihan dari akibat adanya proses komunikasi yang berlangsung setiap hari dalam pembinaan ibadah siswa telah membentuk insan yang taat akan hakikat ibadah sesungguhnya adalah kewajiban bagi setiap individu yang harus dilakukan sebagai umat Islam.4 Dengan menyadari benar bahwa ibadah pada hakikatnya merupakan bentuk dari wujud penghambaan seorang hamba yang lemah dan di Al-Qur’an sendiri telah menjadi kajian para siswa sehari-hari bahwa ibadah adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-masing individu agar selamat dunia akhirat. Dan sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah di muka bumi ini semata-mata adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya.5 Pengajaran yang di ajarkan dan di teladani oleh para guru dalam pembinaan ibadah melalui penyampaian pesan dengan cara berkomunikasi yang baik yaitu dengan komunikasi antarpribadi dan kelompok intensitasnya

2

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 29 Febuari 2011. 3 Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 29 Febuari 2011. 4 Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 12 April 2011. 5 Wawancara pribadi dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koodinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 7 April 2011.

3

terealisasikan dan saling melengkapi dan dapat berjalan efektif dalam pelaksanaannya sehingga pembinaan ibadah berhasil. Sudah dapat diketahui bahwa fungsi umum komunikasi adalah informatif, edukatif, persuasif dan rekreatif. Komunikasi memiliki fungsi pertukaran informasi, pesan dan sebagai kegiatan individu dan antarpribadi, kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide.6 Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan saling membutuhkan satu sama lainnya serta saling berinteraksi karena secara naluriah manusia mulai dari bangun tidur sampai ia terbangun hasrat ingin mengungkapkan ataupun berbicara serta berkomunikasi itu ada. Manusia memerlukan sarana berkomunikasi agar hubungannya dapat berjalan sesuai dengan harapan yang di inginkan. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dasar dari kehidupan itu sendiri, karena kita sebagai makhluk social melakukan komunikasi di setiap kehidupannya, dimanapun, kapanpun waktunya. Komunikasi sangat urgen dalam kehidupan bermasyarakat, hal ini dapat dibuktikan dari sebuah penelitian bahwa mulai dari waktu bangun tidur 70% digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini bukan dikarenakan kemajuan teknologi melainkan hasrat manusia yang selalu ingin bersosialisasi dan berinteraksi dengan makhluk sesamanya. Dengan demikian sama halnya disekolah komunikasi juga kerap terjadi sehingga menimbulkan pertanyaan kembali bagi penulis bahwa pola komunikasi yang seperti apa yang dibangun oleh komunikator disini guru dan komunikannya 6

h. 23.

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000).

4

siswa yang dapat sama makna dalam hal ini adalah pembinaan ibadah sehingga dapat berhasil dilihat dari intensitas dan efektifnya komunikasi oleh guru agama dan siswa. Di tinjau dari segi komunikasi, pendidikan juga termasuk didalamnya terdapat komunikasi yaitu yaitu komunikator (pengajar/guru), pesan,(materi yang disampaikan) dan komunikan (siswa). Karena disana terdapat proses transfer ilmu pengetahuan baik itu umum ataupun agama, informasi atau lainnya. Dan bahwasannya tujuan dari lembaga pemdidikan yang memiliki kurikulum pengayaan

keagamaan

adalah melaksanakan

pembinaan

ibadah

dengan

mengajarkan, membimbing, mengarahkan, mengontrol dan menekankan siswa sehingga dapat di realisasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang merupakan bahan pokok selalu dilaksanakan. Oleh karena itu, penulis membuat konsep berupa pola komunikasi yang di bangun dalam pembinaan ibadah, intensitas dan efektifnya berhasil atau tidak dalam pembinaan ibadah melalui komunikasi antarpribadi dan kelompok tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Sehubungan dengan luasnya pembinaan ibadah yang ada, maka dalam penulisan skripsi ini penulis memberikan batasan atau fokus pada Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah yang selalu dilakukan setiap hari di SMP Islam Al Syukro Ciputat yakni meliputi: a.) Ibadah

5

shalat dzuhur berjama’ah (adzan, wudhu, shalat sunnah qobliah-ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjama’ah, hafalan juzz amma’ dan surat pilihan, berjama’ah, pemimpin dzikir, pemimpin do’a) dan b.) Kultum. Pada kelas II (8A/B) SMP tahun ajaran 2010-2011. Karena penulis menganggap kelas dua ini telah mampu memahami cara berkomunikasi terukur intensitas dan keefektifan pembiasaan ibadah dengan baik. Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis dapat merumuskan pertanyaan umum sebagai berikut: Bagaimana pola komunikasi guru agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat? Berdasarkan permasalahan umum diatas dapat dirumuskan sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana komunikasi antarpribadi guru agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah? 2. Bagaimana komunikasi kelompok guru agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah? Dalam hal ini penulis tidak mengkaji pola komunikasi massa dalam pembinaan ibadah maupun efek dari ibadah dalam kehidupan sehari-hari siswa tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini meliputi: Tujuan penelitian ini secara umum sebagai berikut: Ingin mengetahui bagaimana pola komunikasi guru agama dengan siswa dalam pembinaan ibadah di SMP Islam Al Syukro.

6

Adapun tujuan dari sub-sub pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1.

Ingin mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi guru agama dengan siswa dalam pembianaan ibadah.

2.

Ingin mengetahui komunikasi kelompok guru agama dengan siswa dalam pembinaan ibadah.

2. Manfaat Penelitian ini meliputi: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber informasi, literature, referensi dan dokumentasi ilmiah atau perbandingan bagi studi dalam usaha untuk mengembangkan khazanah keilmuan yang sesuai dengan bidangnya. Pendidikan ini di harapkan dapat menambah jumlah studi mengenai pembinaan ibadah siswa di sekolah-sekolah terutama yang berbasis Islam dan menambah pengetahuan baru tentang intensitas dan efektif guru agama dalam menjalin hubungan antarpribadi ataupun kelompok yang baik terhadap siswa dalam pembinaan ibadah. Adapun mengenai manfaat dari penelitian ini, secara teoritis untuk memperkaya khazanah keilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun lingkungan akademisi lain dan masyarakat pada umumnya. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan dan sumbangsi keilmuan komunikasi dan dakwah bagi para praktisi pendidikan, komunikasi dan dakwah yakni sebagai salah satu upaya membentuk komunikasi yang efektif dan secara intensitas. Secara

7

praktis penelitian ini manfaatnya adalah sebagai kontribusi pemikiran dalam pembinaan ibadah siswa di sekolah ataupun di lembaga pendidikan khususnya dalam lingkungan di SMP Islam Al Syukro Ciputat, lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ataupun lingkungan akademisi lain dan masyarakat pada umumnya.

D. Metodelogi penelitian 1. Metodelogi Penelitian Penelitian ini menggunakan metodelogi deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas fenomena yang diteliti kemudian dianalisa, di interpertasikan dan di tafsirkan denngan data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui hasil pengamatan/observasi dan wawancara. Penelitian

dekskriptif

sesungguhnya

dapat

dikatakan

sebagai

penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu. Penelitian harus menggunakan diri sebagai instrument. Mengikuti asumsi kultural sekaligus mengikuti data. Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.7 7

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007), Cet.ke-23, h.9-10.

8

Penelitian dekskriptif seseungguhnya dapat dikatakan sebagai penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu. Penelitian harus menggunakan diri sebagai instrument. Mengikuti asumsi kultural sekaligus mengikuti data.8 Adapun deskriptif analisis adalah penelitian yang dilakukan untuk mengatahui nilai variable mandiri, abaik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variable lainnya.9 Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bentuk atau pola komunikasi guru agama dengan siswa dalam pembinaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari di SMP Islam Al Syukro Ciputat. 2. Subjek dan Objek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Pembina ibadah yakni Khumaidi S.Ag yang menjabat sebagai Guru Agama, Dian Tri Mulyawan S.Pd.I yang menjabat sebagai Koordinator Agama, Heriyah MA yang menjabat sebagai Bidang Kesiswaan dan Siswa kelas II (8A/B) SMP Islam Al Syukro Ciputat. Sedangkan objek penelitian ini adalah Pola Komunikasi Guru Agama dan Siswa dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah SMP Islam Al Syukro Ciputat yang bertempat di Jl. Otista Raya, Gang H.

8

Julia Brannen, Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002), Cet. Ke-4, h.11. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV Alfabeta, 2005), Cet. Ke-12, h. 11.

9

Maung No. 30 Ciputat. Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 27 Febuari - 11 Mei 2011. 4. Teknik pengumpulan data Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: a. Observasi Observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku social, sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi jelas.10 Observasi atau pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal in mengamati bagaimana proses pola komunikasi yang dilakukan guru agama dengan siswanya dalam pembinaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari disekolah. b. Wawancara Adapun yang wawancara dalam skripsi ini adalah Koordinator Keagamaan, Bidang Kesiswaan dan Guru Agama, dan 3 siswa kelas 2 SMP. Wawancara ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh data dari sumber masalah yang akan diteliti dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan dicatat dengan menggunakan wawancara bebas terpimpin. c. Dokumentsi

10

Syamsir salam. Metodelogi penelitian sosial, (Jakarta:UIN Press,2006), h.31

10

Pengambilan data berupa catatan-catatan, buku, dokumentasi foto, arsip-arsip dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Pengolahan Data Setelah penulis memperoleh data dari hasil observasi dan wawancara yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru agama dan siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro tersebut dikumpulkan, kemudian disusun melalui proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. berdasarkan rumusan yang telah disusun oleh penulis. 6. Analisa Data Setelah penulis mengumpulkan data-data penelitian yang dianalisis dengan cara diinterpretasikan dengan menggunakan sumber data sudah terkumpul dan data-data kemudian penulis jabarkan dengan memberikan analisa-analisa dan penafsiran untuk kemudian menghasilkan kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui pola komunikasi guru agama dengan siswanya dalam pembinaan ibadah yang dilakukan setiap hari. Adapun penyusunan skripsi ini penulis berpedoman pada buku CeQDA yang di terbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Pedoman Penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”.11

E. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis melakukan skripsi ini, penulis telah melakukan tinjauan pustaka terlebih dahulu yakni kelapangan dalam rangka memperoleh studi 11

Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), (Jakarta: CeQDA. Cet. Ke-2. 2007.

11

pendahuluan terhadap karya ilmiah terdahulu atau sebelumnya yang mempunyai kaitan judul atau objek dan subjek penelitian yang sejenis ataupun yang sama dengan yang diteliti oleh penulis. Tinjauan pustaka ini bermaksud agar terlihat dan dapat diketahui perbedaannya bahwa penulis melakukan penelitian sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah penulis melakukan tinjauan kepustakaan baik di Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan judul yang sejenis: 1.

“Pola Komunikasi KH. Mahmudi dalam Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang Banten” karya Muhammad Fathullah tahun 2008. Ia menggunakan metode penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Skripsinya membahas tentang Pola komunikasi KH Mahmudi dalam membina santri di pondok pesantren Al-Mubarok yang cenderung menggunakan komunikasi pola roda Serta menggabungkan dua komunikasi yaitu komunikasi persuasif dan instrukstif/koersif, yang diterapkan pondok Al-Mubarok terhadap santri

2. “Pola komunikasi dalam Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan” tahun 2008. karya Agus Ratina dengan menggunakan metodologi penelitian pendekatan kualitatif deskriptif. Skipsi ini membahas pola komunikasi dan metode guru dalam dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran akhlak di MAN 4 Model. 3.

“Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang” tahun 2009 karya Laily Syahidah. Ia menggunakan pendekatan metode penelitian kuantatif. Skripsi ini membahas tentang bagaimana pola

12

komunikasi guru dalam belajar mengajar di SMP An-Nurmaniyah, sebatas pada guru agama dan murid didalam kelas III. Adapun perbedaan skripsi yang penulis teliti ini lebih kepada pola komunikasi guru agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari yang meliputi: a.) Ibadah shalat dzuhur berjam’ah (adzan, wudhu, shalat sunnah qobliah-ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjama’ah, hafalan juzz amma’ berjama’ah, pemimpin dzikir, pemimpin do’a) dan b.) Kultum.

F. Sistematika Penulisan BAB I:

PENDAHULUAN Bab pertama ini akan membahas yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

Bab II:

TINJAUAN TEORITIS Bab kedua ini akan membahas yang meliputi: Pengertian Pola dan Komunikasi, Unsur-Unsur Komunikasi, MacamMacam Pola Komunikasi dan Ruang Lingkup Pembinaan Ibadah.

Bab III: GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL SYUKRO CIPUTAT Bab ketiga ini akan membahas SMP Islam Al Syukro Ciputat yang meliputi: Sejarah Berdirinya, Visi, Misi dan Tujuan, Program Kegiatan SMP Islam Al Syukro, Sarana dan Prasarana, Struktur Organisasi, Program Pembinaan Ibadah (Pembiasaan). BAB IV: ANALISIS DATA Bab keempat ini akan membahas yang meliputi: Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan

13

Ibadah

yang dilakukan setiap hari di SMP Islam Al Syukro:

Komunikasi Antarpribadi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat dan Komunikasi Kelompok Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat. BAB V : PENUTUP Bab kelima ini akan membahas yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pola Komunikasi 1. Pengertian Pola Kata “pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap yang mana pola dapat dikatakan contoh atau cetakan.1 Sedangkan kata “pola” dalam kamus ilmiah populer artinya model, contoh atau pedoman (rancangan).2 Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.3 Berdasarkan pengertian pola di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pola adalah gambaran, bentuk, rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada pembahasan ini, makna pola dapat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang dirangkulnya (komunikasi).

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). h. 778 2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). h. 605. 3 Di kutip dari Wiryanto , Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina: 2004). h. 9

14

15

2. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicate yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik feedback.4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi secara etimologi diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita.5 Adapun definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut yaitu: dari sudut bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi). Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa latin comunication dengan kata dasar komunis yang berarti sama. Maksudnya orang yang menyampaikan dan orang yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.6 Sedangkan secara terminologi menurut Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa inggris communication yang bersumber dari bahasa latin communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Maka hakiki dari communication ini adalah comunis yang berarti sama atau kesamaan arti.7

4

A, Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001). h. 35. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 454. 6 Irham, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Pustaka Kausar, 2001. Cet Ke-3, h. 605. 7 Onong Uchajana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung; Bina Cipta, 1998). 5

Cet.Ke-3, h. 1.

16

Terdapat banyak pendapat tentang pengertian komunikasi dari para ahli komunikasi, diantaranya: 1. Menurut Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, sebagimana dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya “ Psikologi Komunikasi” Ia menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan lima hal: a. Pengertian : Komunikator dapat memahami, mengenai pesanpesan yang disammpaikan kepada komunikan. b. Kesenangan: Menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. c. Mempengaruhi Sikap: Dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. d. Hubungan sosial yang baik: Menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. e. Tindakan: Membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diinginkan. 8 Dari ciri-ciri komunikasi yang efektif di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup

8

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet. Ke-15, h. 13-16.

17

manusia melalui komunikasi akan ditemukan jati diri, konsep diri dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. 2. Wilbur shcramm mengatakan bahwa komunikasi didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).9 3. Everett M Rogers: “Komunikasi adalah suatu proses dimana ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.10 4. Menurut Carl I Hofland, sebagai mana dikutip oleh onong uchjana Efendi, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar, asaz-asaz penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.11 5. Menurut Arni Muhammad, komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, dalam

9

Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV, Mandar Maju, 1998). h. 59. 10 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007). h.20. 11

Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya, 1992). h.9-10. 11

h.3.

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Cet. Ke-4,

18

kelompok,

dalam

organisasi

dan

dalam

masyarakat

guna

memberikan suatu informasi.12 6. Menurut James komunikasia adalah perbuatan, penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.13 7. Hofland, Janis dan Kelly seperti yang dikemukakan oleh Fors dale (ahli sosiologi Amerika) sebagai mana dikutip oleh Arni Muhammad dalam

bukunya

komunikasi

organisasi

mengatakan

bahwa

“communication is the proces by which and individual”. Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.14 8. Menurut Widjaja komunikasi adalah “Hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling tukar menukar pikiran atau pendapat.15 9. Menurut penuturan Deddy mulyana, dalam “bahasa “ komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message) orang yang menyampaikan

12

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Cet. Ke-4,

h.3. 13

James G. Robbins, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995). Cet.ke-4, h. 1. 14 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Cet. Ke-4, h.3. 15 Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). h. 26.

19

pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dua aspek, pertama isi pesan (the conteant of the message) kedua lambang (symbol) kongkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah “bahasa” adalah memberitahukan, menginformasikan tanpa menggunakan media sebagai alatnya, atau untuk merubah sikap, individu secara face to face communication dan

mendapat

feedback

langsung

dari

comunican

kepada

communicator baik secara verbal ataupun nonverbal. Sehingga pada akhirnya mengetahui seberapa jauh proses komunikasi tersebut berjalan dengan efektif dan memperoleh kesamaan makna.16 Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi merupakan serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna, dimana salah satu kata tersebut mendukung makna lainnya. Pola komunikasi adalah bentuk, gambaran atau rancangan bagaimana

proses

komunikasi

antara

komunikan

dengan

komunikator dapat berjalan dengan efektif ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan itu dapat sampai dan bisa mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan secara

16

Onong Uchajana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti 2003). h.28.

20

face to face communication dan dapat juga melalui sebuah medium telepon/menggunakan media komunikasi (Komunikasi Massa) baik secara lisan ataupun tulisan dan baik yang terjadi secara individu, antar individu maupun kelompok. B. Unsur-unsur Komunikasi 1. Unsur-unsur komunikasi ialah komunikator, pesan, komuniket, media, feedback dan efek. a) Komunikator (Communicator) Komunikator disebut juga sebagai encoder, yakni seseorang yang memformulasikan pesan yang akan disampaikannya kepada komunikan, ia merupakan unsur yang sangat menetukan, karena ia memilah pesan, media dan efek yang diharapkan dalam proses komunikasi. Komunikator juga disebut sources atau sumber.17 Menurut Effendi, komunikator memiliki syarat-syarat tersendiri yaitu: a. Memiliki kredibilitas b. Kecakapan berkomunikasi c. Mempunyai pengetahuan yang luas d. Memiliki attitudes yang kredibel

17

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 18.

21

e. Memiliki daya tarik terhadap perubahan sikap atau perubahan pengetahuan apada diri komuniket.18 Adapun pendapat lain mengatakan bahwa selain persyaratan diatas terdapat beberapa gaya yang harus dipenuhi oleh komunikator agar komunikasi yang sedang berlangsung sesuai dengan harapan. Beberapa gaya serta ciri-cirinya tersebut ialah: 1) Komunikator yang membangun, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Bersedia mendengar pendapat yang lain dan tidak “besar kepala”. b) Memiliki keinginan untuk bekerja sama dalam membahas suatu

permasalahan

dengan

lawan bicaranya

sehingga

menimbulkan rasa pengertian. c) Tidak mendominasi keadaaan. d) Tidak mengannggap pendapatnya yang lebih benar. 2.) Komunikator yang mengendalikan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Pendapatnya merupakan yang paling unggul dibandingkan dengan yang lain. b) Hanya menginginkan komunikasi berlangsung satu arah. 3.) Komunikator yang melepas diri, bercirikan sebagai berikut; 18

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59.

22

a) Banyak menyerap pendapat dari komunikan b) Mengeluarkan ketidak mampuannya c) Lebih senang mendengar pendapat orang lain tapi tidak menangggapi d) Lebih senang melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain.19 b.) Pesan (messages) Pesan ialah pernyataan yang disampaikan oleh komunikator baik berupa kata-kata maupun lambing. Pesan yang disampaikan tersebut pada hakikatnya untuk mempengaruhi lawan bicaranya atau seseorang yang menjadi objek. Terdapat beberapa bentuk pesan yakni: 1. Informatif, yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator memberikan informasi-informasi, kemudian komunikate dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan. 2. Persuasif, yaitu pesan yang berisi bujukan, rayuan ataupun ajakan yang membangkitkan kesadaran seseorang terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. 3. Koersif ialah pesan yang berisi sanksi-sanksi. Pesan ini juga disebut dengan agitasi yakni adanya penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin terhadap komunikate.20

19

Ibid,. h. 4

23

c.) Media (Media) Media ialah saluran atau sarana yang digunakan oleh komunikator untuk mentransformasikan pesan kepada komunikate. Kata media itu sendiri berasal dari medium. Arti secara harfianya ialah perantara, penyampai dan penyalur.21 Bisa juga diartikan sebagai sarana yang dipakai untuk memeberikan feedback dari komunikate kepada komunikator. Dalam berkomunikasi tentunya terdapat banyak media yang digunakan oleh komunikator maupun komunikate ini mengandung makna bahwa komunikasi bisa dilakukakan melalui berbagai macam media bahkan kata-kata dan bahasa tubuh itu sendiri pada hakikatnya merupakan media. Konteks ini bisa disebut face to face atau direct communication (komunikasi langsung). Terdapat beberapa ciri komunikasi langsung yaitu: 1. Arus pesan dua arah 2. Dilakukan secara tatap muka 3. Frekuensi feed back tinggi 4. Selectif exposure 5. Jangkauan terhadap pesan sangat cepat

20

H. A, W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 12. Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi Yang Efektif, Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003). h.8. 21

24

6. Efeknya ialah perubahan sikap.22 d.) Komunikate (Communicate) Decoder ialah nama lain dari komunikate yakni seseorang yang menerima

pesan.

Ia

melakukan

decoding

yakni

interpretasi,

menganalisa isi pesan yang ia terima. Jika ia memberikan reaksi atau umpan balik maka akan terjadi komunikasi dua arah. Dalam hal ini tanggung jawab komunikate ialah: 1. Berkonsentrasi pada pesan dengan sebaik mungkin untuk berusaha

memahami dan mengerti akan pesan yang

disampaikan. 2. Memberikan umpan balik sebagai tindak lanjut bahwa pesan yang diberikan telah tersampaikan.23 e.) Efek (Pengaruh) Ialah pengaruh yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan oleh

komunikator

kepada

khalayak

(komunikate).

Kegiatan

komunikasi dapat dikatakan berhasil jika efeknya mampu mengubah sikap dan tingkah laku komunikate.24 Terdapat implikasi dan efek yaitu:

22

Ibid,. h.9. Ibid,. h.24-26. 24 Onong, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59. 23

25

1. Dampak kognitif. Ialah dampak yang menyebabkan seseorang menjadi tahu terhadap sesuatu atau juga mampu meningkatkan intelektualitasmya. 2. Dampak afektif. Ialah dampak lanjutan, maksudnya ialah komunikator tidak hanya menginginkan komunikate mengetahui tetapi juga menginginkan hatinya tergerak, menimbulkan perasaan tertentu seperti terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Behavioral impact. Ini merupakan dampak yang paling tinggi yang ditimbulkan oleh suatu pesan. Dampaknya dalam bentuk perilaku, sikap. Tindakan ataupun kegiatan.25 C. Macam-Macam Pola Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendi dalam bukunya yang berjudul: “Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek”. Terdapat 5 macam bentuk atau pola komunikasi, yaitu: 1. Komunikasi Diri Sendiri (Intrapersonal) Menurut Sasa Djuarsa adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian adalah

25

h. 4.

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000).

26

bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui system syaraf dan inderanya.26 2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal) Ialah komunikasi antara komunikator dengan komunikate yang berlangsung secara private. Atau dapat pula diartikan komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, bias juga melalui medium/telepon.27 Komunikasi ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) Bahasa lainnya ialah pengiriman pesan-pesan dari seseorang kepada komunikate dengan harapan umpan balik yang langsung.28 Komunikasi antarpribadi juga merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Menurut Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri, bahwa komunikasi antar pribadi hakikatnya komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan jenis komunikasi tersebut di anggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.29

26

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). h. 7 27 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005). Cet. Ke-9, h. 125. 28 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991). h. 72. 29 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997). Cet.Ke2, h.12.

27

Sedangkan Sasa Djuarsa menerangkan definisi komunikasi antarpribadi ini dalam tiga perspektif, yakni: 1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari komponen-komponennya. Yakni “merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik” (feed back). Komponen-komponen tersebut adalah: a. Pengirim dan penerima. Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang. Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi memformulasikan dan mengirim pesan (fungsi pengirim) dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan (fungsi penerima). Hal ini untuk

menyatakan

bahwa: pertama, proses

komunikasi antar pribadi tidak dapat terjadi pada diri sendiri. Kedua, komunikasi antar pribadi berkaitan

dengan

manusia

komunikasi

antarpribadi terjadi diantaran denagn binatang, mesin dan gambar, ketiga, komunikasi antar pribadi

terjadi

diantara

sekelompok kecil orang.

dua

orang

atau

28

b. Encoding

dan

decoding.

Yaitu

tindakan

menghasilkan atau pesan. Artinya pesan-pesan yang

akan

diformulasikan

disampaikan terlebih

di

“kode”

dahulu

atau

dengan

menggunakan simbol dan sebagainya. c. Pesan-pesan.

Yakni

pesan-pesan

dalam

komunikasi antarpribadi bisa berbentuk verbal (seperti kata-kata) atau nonverbal (gerakan, simbol) atau gabungan antara keduanya. d. Saluran. Yakni alat yang mengubungkan pengirim dan penerima. Lazimnya para pelaku bertemu secara tatap muka. e. Gangguan. Yakni seringkali terjadi pesan-pesan yang dikirim yang diterima. f. Umpan balik. Yakni pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun secara nonverbal. g. Akibat. Proses komuniaksi yang berakibat negatif maupun kaibat yang positif. 2. Perspektif komunikasi

Pengembangan, antarpribadi

yaitu

melihat

dari

proses

29

pengembangannya.

Yakni

suatu

proses

yang

berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim. Suatu proses komunikasi dikatakan bersifat interpersonal bila

berdasarkan

pada

:

data

psikologis,

pengetahuan yag dimiliki, dan aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi. 3. Perspektif Relasional, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari hubungannya. Yakni komunikasi yang terjadi dianatar dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantar mereka. 30 Senada dengan pengertian tersebut namun berbeda redaksi menurut Devito mengutip pendapat Djuarsa dan Turnomo, komunikasi antar pribadi ialah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses berpacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi Antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Dan komunikasi antarpribadi menurut Devito adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima

30

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta:UIN Press, Cet. Ke-1, hal. 107-109.

30

oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.31 Adapun komunikasi antarpribadi menurut sifatnya, dikutip dari Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi memaparkan bahwa komunikasi antapribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni: a)

Komunikasi diadik ialah proses komunikasi antar dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dilakukan dalam tiga bentuk yakni percakapan, dialog dan wawancara.32 Pentingnya komunikasi antarpribadi karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Dialogis adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukan terjadinya interaksi mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi

untuk

terjadi

pergantian

bersama

Understanding) dan empati.

31

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 107.

32

Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63

(Mutual

31

b) Komunikasi triadik ialah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang yakni seorang komunikator dan seorang komunikan atau lebih.33 Sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. Devito menjelaskan komunikasi Antar pribadi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.34 Sedangkan menurut Barlund, menurutnya komunikasi antar pribadi harus ada dua orang atau lebih yang secara fisik dekat dan merasa keberadaannya ditengah dan dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi melibatkan komunikasi yang bebas. Artinya setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab dan akibat tertentu yang langsung diterima pada saat itu juga. Dengan demikian, setiap pesan sebagai aksi selalu mendapat reaksi dari yang menerimanya. Peristiwa berlangsungnya komunikasi antar

33

Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 63

34

Ibid,. h.235.

32

pribadi terjadi tidak berstruktur, bersifat tidak formal, tidak kaku, dan sangat luwes.35 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi Onong menjelaskan bahwa karakteristik komunikasi antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik (two way traffic

communication),

masing-masing

bisa

saling

menggantikan posisi. Suatu ketika komunikator bisa menjadi komunikator dan sebaliknya. 36 Menurut Judy C. Pierson yang telah dikutip oleh Sasa Djuarsa terdapat enam karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu: 1.) Komunikasi antarpribadi di mulai dengan diri sendiri 2.) Bersifat transaksional 3.) Mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi 4.) Mensyaratkan adanya kedekatan fisik antar pihak-pihak yang berkomunikasi 5.) Melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi

35 36

Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 122-123 Ibid,. h. 48.

33

6.) Komunikasi antarpribadi tidak dapat di ulang ataupun diubah.37 Sedangkan menurut Everett Rogers karakteristik komunikasi antarpribadi (KAP) adalah arus pesannya cenderung dua arah, konnteks komunikasi berupa tatap muka, tingkat umpan balik yang terjadi sangat tinggi, kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama selektif eksposure) sangat tinggi, kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relative lambat dan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap.38 a. Tujuan Komunikasi Antarpribadi Toto Hernamo memberikan pendapatnya mengenai tujuan komunikasi antarpribadi yakni: 1.) Sebagai sarana pembelajaran, melalui komunikasi antarpribadi kita belajar mengenai dunia luar atau peristiwa-peristiwa yang terjadi didunia ini. Walaupun sebagian besar informasi tersebut kita dapatkan melalui media massa. Informasi tersebut kita dapatkan melalui komunikasi anta pribadi 2.) Mengenal diri sendiri dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri kita 37

Ibid., h. 114.

38

Devito, Komunikasi Antar manusia, h. 232.

34

sendiri dengan membicarakan tentang diri sendiri kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif tentang diri kita dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku, persepsi diri kita, sebagian besar merupakan hasil interaksi dengan orang lain 3.) Komunikasi antarpribadi membantu kita membentuk relasi karena kita adalah makhluk sosial maka kebutuhan akan berhubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan yang paling besar. 4.) Melalui

komunikasi

antarpribadi

kita

dapat

mempengaruhi individu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita inginkan 5.) Melalui

komunikasi

antarpribadi

kita

dapat

mengakrabkan dengan orang lain. 6.) Bermain dan mencari hiburan. Dalam berkomunikasi tidak selamanya kita memeperngaruhi orang lain. Kita berkomunikasi juga untuk memperoleh kesenangan, bercerita tentang film yang kita tonton, melontarkan lelucon, membicarakan hobi, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan hiburan.39 b. Analisis tingkatan prediksi pada komunikasi antarpribadi

39

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press, 2007). Cet Ke-1, h. 54.

35

Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg dikutip oleh M. Budyatna, menjelaskan bahwa dalam komunikasi antarpribadi itu dapat dilakukan dengan tiga tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu :40 1. Analisis

pada

tingkat

kultural.

Menurut

Koentjoroningrat, yaitu keseluruhan gagasan dan karya manusia yang dibiasakannya dengan belajar. Beserta keseluruhan dan hasil budi dan karya itu. Pada analisis tingkat cultural ini guna mencapai efek yang diharapkan, komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan memahami cultur, terutaman yang bersifat immaterial dari pihak yang

diajak

berkomunikasi.

Dalam

hal

ini

komunikator melakukan prediksi berdasarkan data kultural yang dianut oleh pelaku komunikasi lainnya. 2. Analisis pada tingkat sosiologis, yaitu komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan dalam kelompok sosial tertentu,

40

Ibid,. h. 237.

yang

berupa

nilai-nilai

dan

norma

36

kelompok yang dianut oleh pihak lain tersebut dan mempunyai perbedaan dengan kelompok lain. 3. Analisis pada tingkat psikologis, yaitu komunikator melakukan prediksi pada psikologis pada pihak lain yang berkomunikasi,

yakni

karakteristik khas

kepribadian pihak lain. Makin besar para pelaku komunikasi saling mengenal secara individu satu sama

lain,

maka

komunikasi

makin

bersifat

pribadi.41 Onong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi

antarpribadi

Homophily

(memiliki kesamaan dalam sifatnya seperti kepercayaan, nilai, dan sebagainya), Heterophily (memiliki perasaan berbeda dengan orang lain), dan empati (ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain). Salah satu syarat dalam berkomunikasi adalah pengalihan informasi senantiasa terjadi antara sumber informasi yang memiliki persamaanpersamaan tertentu.42 c. Fungsi Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dipandang dari arti yang luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita, dan pesan, tetapi 41

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta : UIN Press, cet ke-1, hal. 110-111.

42

Ibid., h. 65.

37

sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan idem maka, fungsinya dalam sistem sosial adalah sebagai berikut: 1.) Sosialisasi. Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat. 2.) Motivasi. Menjelaskan tujuan setiap masyarakat, jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk pembentukan pilihan dan keinginannya, mendorong

kegiatan

individu

dan

kelompok

berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar 3.) Perdebatan dan diskusi. Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. 4.) Pendidikan.

Peralihan

ilmu

pengetahuan

dapat

mendorong pembangunan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

38

5.) Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetiknya. 6.) Agar saling kenal satu dengan yang lain.43 d. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Antarpribadi suatu ketika dapat berubah dari sangat efektif menjadi tidak efektif bahkan menjadi buruk oleh karena itu, ia memiliki karakteristik-karakteristik yang dapat dilihat dari dua perspektif yaitu: 1.) Perspektif Humanistik meliputi sifat-sifat: a. Keterbukaan (openness) b. Perilaku suportif (supportiveness) c. Perilaku positif (positiveness) d. Kesamaan (equity) 2.) Perspektif pragmatis meliputi sifat-sifat: a.) Percaya diri (confidence) b.) Kebersamaan (togetherness)

43

Op cit, h. 54.

39

c.) Menejemen interaksi d.) Perilaku ekspresif e.) Orientasi pada orang lain.44 Kedua perspektif tersebut saling melengkapi satu dengan yang lainnya, masing-masing perspektif memberikan penjelasan

tentang

sifat-sifat

tersebut

dalam

upaya

meningkatkan komunikasi antar personal, namun demikian, terdapat beberapa karakteristik dari dua perspektif tersebut yang mempunyai maksud yang hampir sama. Faktor-faktor

penting

dalam

komunikasi

antarpribadi yakni: 1.) Komunikator dapat mengetahui kerangka referensi komunikate secara utuh dan jelas. 2.) Komunikasi berlangsung secara dialogis 3.) Komunikasi berlangsung secara lawan muka atau face to face sehingga komunikator dapat melihat langsung ekspresi wajah, sikap dan lain.-lain.45 Melihat pemaparan diatas dapat kita katakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang di nilai paling tepat untuk mengubah sikap, opini ataupun 44

Ibid., h. 115.

45

Onjong, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 72.

40

perilaku. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi antarpribadi adalah: 1.) Bersikap empatik dan simpatik. 2.) Menunjukan bahwa komunikator memiliki kredibilitas yang baik 3.) Bersikap sebagai pembimbing, bukan pemerintah 4.) Kemukakan fakta 5.) Berbicara dengan gaya yang menarik, mengajak bukan menyuruh 6.) Jangan bersikap suporiaritas 7.) Jangan mengentengkan atau memudahkan hal-hal yang mengkhawatirkan. 8.) Jangan mengkritik. 9.) Control emosi. 10.) Berbicara secara meyakinkan.46 Dari

penjelasan

diatas

maka

dapat

diambil

kesimpulan, bahwa hubungan antarpribadi akan mengalami proses awal. Pada proses ini setiap individu akan aling

46

Ibid,. h. 127.

41

mengenalkan diri dan menjajaki satu sama lainnya dengan kata lain pada tahap ini merupakan tahap proses pengenalan. Kemudian selanjutnya ialah tahap kedua adalah yakni setiap individu mulai mengarah pada permasalahan yang lebih dalam dan terfokus pada inti permasalahan yang pada hakikat permasalahan yang nantinya akan mengalami titik temu atau kata lain terjadinya persepsi yang sama. Tahap ketiga ialah setiap individu akan memasuki tahap yang lebih intim yang akan berimplikasi pada sesuatu yang nantinya memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Sedangkan pada tahap keempat, adalah tahap yang sudah

terciptanya

saling

memahami

dan

diharapkan

memberikan suatu kontribusi bagi individu yang terlibat didalamnya. Dalam penetrasi sosial dituntut adanya saling pengertian

antar

pribadi

dalam

berkomunikasi

agar

terciptanya hubungan yang harmonis dan langgeng antar satu indiviu dengan individu yang lainnya. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi pribadi adalah komunikasi yang terjadi pada diri seseorang ataupun pada diri orang lain yang terjadi dengan tidak direncanakan.

42

3. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut misalnya keluarga, tetangga, kelompok dskusi, kelompok pemecahan masalah, kelompok pengajian dan lain sebagainya. Adapun komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. 47 Menurut Hommans kelompok ialah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali melewati suatu jangka waktu dan dengan jumlah rang yang cukup kecil sehingga setiap orang dapat berkomunikasi dengan semua orang lainnya tanpa melalui orang ketiga melainkan secar tatap muka.48 Adapun komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka seperi yang terjadi dalam rapat, brefing dan lain-lain.

h. 3.

47

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h.75.

48

Onong Uchajana Effendy, (Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung 1986) . Cet. Ke-2,

43

Komunikasi kelompok juga adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.49 Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena: a. Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih dari tatap muka. b. Komunikasi berlangsung kontinu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat terbatas sehingga

umpan baliknya juga tidak leluasa

karena waktu terbatas dan khlayak relatif besar. c. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khlayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di sdesa, pengarahan dan ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi dan sasarannya jelas. 50 Adapun karakteristik komunikasi kelompok antara lain : 1. Komunikasi kelompok bersifat formal

49 50

Onong Uchajana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Cet. Ke-2, h. 5.

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Cet. Ke-2, h. 33-34.

44

2. Komunikasi kelompok terorganisir 3. Komunikasi keompok terlembagakan 4. Komunikator dalam kelompok ini, harus : a. Mencoba mengisolir bebrapa proses sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak proses-poses yang timbul secara stimulan. b. Menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan.51 Sedangkan menurut Michael Burgon dan Michael Ruffner seperti yang telah dikutip oleh Djuarsa, komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Kemudian komunikasi kelompok ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. a.) Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)

51

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 125.

45

Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lainnya dan berkomunikasi dengan cara tatap muka.52 Yang dimaksud kelompok kecil ialah sejumlah orang yang terlibat satu sama lain dalam suatu forum yang bersifat lawan muka, dalam konteks ini setiap peserta mendapatkan kesan tersendiri atau memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota kelompok.53 Menurut Robert F. Baless dalam bukunya Interaction proses analisis mendefinisikan kelompok kecil sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga ketika timbul pertanyaan dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan.54 Oleh

karena

itu,

komunikasi

kelompok

kecil

memungkinkan pemimpin melakukan komunikasi antar persona dengan salah seorang peserta kelompok. Oleh karena

52

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.182. Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 88. 54 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 90. 53

46

itu, ketika terdapat pertanyaan maupun sesudahnya akan langsung diberikan tanggapan.55 Terdapat manfaat yang dapat di ambil oleh komunikator yang melakukan komunikasi kelompok kecil yaitu: 5. Terjadinya kontak pribadi 6. Umpan balik berupa Immedate Feed Back berlangsung secara cepat. 7. Suasana lingkungan dapat diketahui, sehingga ia dapat mengetahui tanggapan atau reaksi komunikator ketika ia menyampaikan pesan. Apabila komunikasi tidak berhasil

komunikator

akan

mengubah

strategi

komunikasinya.56 b.) Komunikasi Kelompok Besar (Big Group Communication) Komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya banyak, dalam suatu ssituasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.57 Dinamakan

komunikasi

kelompok

besar

dikarenakan jumlahnya yang banyak, dalam konteks ini bisa 55 56 57

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi,. h. 128. Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi., h. 126. Onong Uchjana Effendy, Op. Cit, h. 128.

47

dikatakan hamper tidak ada kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.58 Contohnya ialah Tabligh Akbar yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan orang. Komunikasi ini hanya ditujukan kepada afeksi komunikate. Pada saat demikianterjadi kepaduan perasaan. Komunikasi kelompok besar mempunyai ciri-ciri yaitu: a. Dalam komunikasi kelompok besar ini penyampaian pesan berlangsung secara kontinu. b. Dapat diidentifikasikan siapa yang berbicara dan siapa pendengarnya. c. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas. d. Jumlah khalayak relatif besar. e. Sumber sering sekali tidak dapat di identifikasikan satu persatu pendengarnya.59 Berdasarkan menyimpulkan

bahwa

penjelasan komunikasi

di

atas, kelompok

penulis adalah

komunikasi yang terjadi pada saat jumlah komunikannya lebih banyak daripada komunikasi pribadi dan komunikasi tidak terjadi begitu saja melainkan telah terencana sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi terarah. 58

Ibid,. h.128. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003). Cet. Ke-4, h. 34-35. 59

48

4. Komunikasi Massa ( Mass Communication) Ialah komunikasi yang menggunakan perantara media massa seperti tv, news paper, tabloid, radio serta film. Dalam hal ini beberapa expert memberikan definisinya yakni: Komunikasi massa selain menggunakan media modern juga menggunakan media tradisional seperti teater rakyat (Everet M. Rogers). Komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan kepada massa, khalayak yang luar biasa banyakanya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluaruh penduduk atau semua orang yang membaca atau juga semua orang yang menoonton tv, karena sejatinya khalayak amat sulit untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa ialah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio visual.60 Adapun

karakteristik

komunikasi

massa

mempunyai

beberapa diantaranya yaitu : 1. Pesan komunikasi massa sifatnya, massalitas / bersifat umum. 2. Audience komunikasi massa bersifat heterogen. 3. Penyampaian

pesan

komunikasi

massa

menimbulkan

keserempakan. 4. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non pribadi. 60

Ibid,. h. 21-22.

49

5. Biasanya komunikasi massa berlangsung satu arah. 6. Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terorganisir. 7. Peyampaian pesan komunikasi massa dilakukan secara berkala. 8. Sifat dari komunikasi massa menurut Hyman : mencerminkan tuntunan dan harapan rakyat, memberi hiburan, menimbulkan perasaan simpati dan belas kasihan, meningkatkan harga diri, dan mengadakan kemampuan berfungsi dalam masyarakat. 61 Untuk memahami komunikasi massa lebih jauh, dan yang membedakannya dengan komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi ada beberapa ciri-ciri dalam komunikasi massa, yaitu: 1. Orang yang ikut berkomunikasi atau menjadi komunikan (Publik, khalayak, audiences)) sangat banyak jumlahnya. 2. Audiences/khlayak/publik yang terlibat komunikasi itu tersebar

di

mana-mana

(diberbagai

wilayah/daerah).

Seandainyapun berada disuatu tempat, maka publik atau audiences ini sangat beranekaragam. 3. Hal-hal yang disampaikan (topik yang dibicarakan) bersifat umum dan menyangkut orang banyak.

61

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hal. 137-139.

50

4. Besar kemungkinan tidak terdapat minat dan kepentingan yang sama diantara masing-masing orang dikalangan publik atau audiences. 5. Sebagian besar atau bahkan keseluruhan dari public atau audiences tidak saling kenal.62 Berdasarkan

penjelasan

diatas

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang terjadi pada orang yang jumlahnya sangat banyak dengan menggunakan media sebagai alat untuk mendukung proses komunikasinya. 5. Komunikasi Medio (Medio Communication) Medio (bahasa latin) + pertengahan komunikasi antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Komunikasi medio adalah komunikasi yang menggunakan telepon. Faksimili, e-mail, radio cb, chhating dsb. Pola-pola komunikasi interaksi terjadi sebagai akibat penemuan dan pertumbuhan internet. Komunikasi medio lebih mengandalkan penggunaan media khususnya, internet dan telepon seluler. Komunikasi medio digunakan untuk menggantikan prinsip kerja komunikasi tatap muka. Seperti kegiatan perkuliahan yang tidak perlu didalam satu ruangan yang sama, tetapi dengan

62

Teuku May Rudy, Komunikasi Masyarakat Internasional, h.13.

51

menggunakan webcame (kuliah online) / hubungan antarkepala Negara (tele conference). Adapun kekurangan (kelemahan) dari komunikasi medio, yaitu: a. Komunikasi medio hanya mengandalkan tulisan tanpa ekspresi dan gerakan non verbal lainnya. Selain itu terkirimnya pesan dari komunikator kepada komunikan memiliki jangka waktu yang tidak bisa di prediksikan. b. Komunikasi medio sangat sering terjadinya gangguan seperti terputusnya jaringan, noise (suara semut atau kresek-kresek), habis pulsa, tidak memiliki media yang dibutuhkan, terjadi dalam waktu yang tidak singkat dan dalam waktu yang lama dan lain sebagainya. c. Komunikasi medio dengan sarana internet memiliki kelemahan yaitu

pemahaman

individu

yang

berbeda-beda

dalam

penggunaan internet itu sendiri. Sedangkan kelebihan dari komunikasi medio, yaitu: 1. Komunikasi media lebih praktis dan mudah, tidak perlu mempermasalahkan

tempat

dan

waktu

untuk

dapat

berkomunikasi, yang dibutuhkan hanyalah media dengan teknologi yang memadai dan saldo pulsa untuk dapat berkomunikasi.

52

Media yang pertama adalah media komunikasi yang menggantikan prinsip kerja tatap muka yaitu internet. Dengan menggunakan internet, seseorang mampu mengirim pesan berupa teks, gambar, suara, dan video tanpa melakukan tatap muka. Berbagai jenis komunikasi, seperti komunikasi massa dan komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan menggunakan internet. Selain sebagai media berkomunikasi, internet dipakai untuk mencari informasi dan untuk berjualan. Komunikasi dengan menggunakan media internet memiliki kelebihan antara lain: a) Orang yang terlibat dapat berinteraksi secara leluasa b) Umpan balik bisa diketahui dengan segera (sinkronis) c) Penyampaian pesan dilakukan secatra verbal, tulisan, gambar, suara, atau gabungan dari semua itu d) Menggunakan media interaktif Sedangkan kekuranganya antara lain: a) Harus memiliki media b) Harus memiliki pengetahuan terhadap media yang akan digunakan c) Biaya lebih mahal

53

d) Terdapat hambatan dengan adanya disconnection e) Tidak tetap dan tidak fleksibel f) Dapat menimbulkan slah persepsi antara komunikan dengan komunikatornya g) Tidak dapat melihat aksi nonverbal dari komunikatornya.63 Telephone lebih praktis digunakan dengan menekan nomor telephone yang ingin kita hubungi, komunikasi dapat bisa berjalan langsung.

Dan

bisa

saling

berbicara,

mengobrol

dengan

menggunakan suara tidak terbatas hanya berupa tulisan atau teks. Faksimili dan radio. Kedua media ini tidak memerlukan tatap muka dalam komunikasinya. Faksimili memiliki prinsip kerja dengan penggunaan bahasa yang lebih singkat. Sedangkan radio, hanya terjadi satu arah. Namun untuk radio walkie talkie bisa menjadi dua arah dalam radius yang lebih sempit.64 D. Pembinaan Ibadah dan Ruang Lingkupnya a. Pengertian Pembinaan Pembinaan asal katanya “bina” yang artinya membangun, mendirikan. Dalam bahasa arab berasal dari kata “banaa-yabnaa-

63 64

(http:// Stumbleoverclovers.multiply.com/journal/item/9) (http:// Stumbleoverclovers.multiply.com/journal/item/9)

54

banaaan” yang berarti membangun, memperbaiki.65 Kata “pembinaan” yaitu kata “bina” yang mendapat awalan – pem dan akhiran –an yang berarti

proses,

cara,

pembuatan

membina,

pembaharuan,

penyempurnaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “pembinaan” memiliki arti usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.66 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “pembinaan” mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdayaguna untuk memperoleh hasil yang baik.67 Arti kata pembinaan dari segi terminologi yaitu suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk

mencapai

tujuan sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat.68 Dari

beberapa

pengertian

diatas

maka

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu kegiatan atau tindakan dengan mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seorang kepada yang lainnya untuk dapat mengubah sikap, tingkah laku

65

Mahmud Yunus, Kamus Arab; Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penafsiran AlQur‟an,1973). h.73. 66 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balia Pustaka,2003). h.152. 67 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 23. 68 Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Dharmawati, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984). h. 126

55

seseorang lainnya tersebut agar menjadi lebih baik lagi ataupun menjadi sempurna. b. Pengertian Ibadah Ibadah mengandung banyak pengertian berdasarkan sudut pandang para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli. Dalam hal ini penulis melihat pengertian ibadah yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Secara etimologi “kata ibadah” diambil dari bahasa arab -‫عبا دة‬ -‫عبد –يعبد عبد‬yang berarti beribadah atau menyembah”.69 Yusuf Al-Qardhawi juga menjelaskan bahwa: Kata “Ibadah” diambil dari bahsa arab yang secara etimologi berasal dari akar kata “ ‫ عبا دة‬-‫ عبدا‬-‫يعبد‬-‫”عبد‬, yang berarti taat tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina dihadapan yang disembah, disebut abid (yang beribadah). Menurut Abu Al-A„la Al-Maududi, kata ‫ عبد‬secara kebahasaan pada mulanya mempunyai pengertian ketundukan seseorang kepada orang laindan orang tersebut menguasainya. Oleh karena itu, ketika disebut kata ‫ العبد‬dan ‫ العبادة‬yang cepat tertangkap dalam pikiran orang

69

Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t th). Cet.5, h. 1268.

56

adalah ketundukan dia, kehinaan budak dihadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya. 70 Adapun pengertian ibadah secara terminologi adalah “Ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terangterangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-Nya.”71 Sedangkan pengertian umum ibadah adalah segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma‟qulat al-ma‟na) seperti hukum yang menyangkut dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya (ghairu ma‟qulat al-ma‟na), seperti thaharah (bersuci) dan shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk, sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir dan yang berhubungan dengan hati seperti niat. Pengertian ibadah menurut Fuqaha Pengertian menurut Fuqaha, ibadah itu adalah: “Segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengaharap pahala-Nya di akhirat”.72 Dalam pengertian ini segala perbuatan yang dilakukan manusia adalah perbuatan baik, karena tujuan yang akan dicapai 70

Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, Terj. Umar Fanani, (Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988). h. 37. 71 Yusuf Al-Qaerdhawi, op.cit., h. 37 72 Ibid, h.3.

57

dari perbuatan tersebut adalah keridhaan dan pahala dari Allah. Jika perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, maka tidak akan mungkin memperoleh ridha dan pahala dari Allah. Dari pengertian ibadah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah yang berkaitan dengan akhlak dan kewajiban sebagai seorang pribadi dan seorang yang bermasyarakat yang sesuai dengan ketentuan Allah walaupun bertentangan dengan keinginan pribadi, melaksanakan syariat dan hukum Allah SWT dengan selalu menganggungkan dan mengesakan-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya tanpa menyekutukan dengan sesuatu pun untuk mencapai keridhaan dan mengharap pahala-Nya di akhirat. Macam-macam ibadah ditinjau dari segi ruang lingkup: Ditinjau dari ruang lingkupnya, ibadah terbagi menjadi dua macam: 2. Ibadah Khashah, yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash, seperti shalat, zakat, puasa,haji dan lain sebagainya. 3. Ibadah „ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja,

58

amar ma‟ruf nahi munkar, berlaku adil,berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya. 73 Adapun yang disunatkan dalam shalat seperti adzan, menjawab adzan, iqomat, shalat sunnat rawatib dan membaca kalimat dzikir seperti tasbih dan doa. 74 c. Pelaksanaan Ibadah Shalat Dari segi pelaksanaannya shalat terbagi menjadi dua: 1. Shalat jama‟ah, yaitu shalat yang dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan ma‟mum, shalat yang dilakukan secara berjama‟ah ini adakalanya shalat wajib seperti shalat lima waktu dan adakalanya shalat sunnat seperti shalat tarawih.disamping itu ada pula yang diwajibkan berjama‟ah seprti shalat jum‟at dan shalat lima waktu. Adapun keutamaan shalat berjama‟ah adalah sebagai pembinaan pribadi seorang muslim yang memiliki fungsi sosial dan pahalanya dua puluh tujuh derajat dibanding dengan shalat sendirian. 2. Shalat munfarid, yaitu shalat yang dilakukan secara sendirian. Shalat ini adakalanya memang disunnatkan berjama‟ah seperti shalat sunnat rawatib (shalat sunnat yang mengiringi shalat wajib)

73

Rahman Ritongga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet.Ke-1, h. 10. 74

Fiqih Sunnah dan Pendapat Emapat Madzhab (Singapore: Darul Sunnah, 1996), h. 223.

59

dan ada kalanya disunnatkan berjama‟ah tetapi dilakukan sendirian seperti shalat lima waktu.75 d. Hakikat Ibadah Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa: Dalam syari‟at Islam, ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan, sedangkan kecintaan merupakan implementasi dari ibadah tersebut. Disamping itu, ibadah juga mempunyai unsure kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah dihadapan Allah. Pada mulanya ibadah merupakan hubngan, karena adanya hubungan hati dengan yang dicintai, menuangkan isi hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan, yang akhirnya samapai kepada puncak kecintaan kepada Allah.76 Hasbi Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa “hakikat ibadah adlah ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan tuhan yang ma‟bud (disembah) dan merasakan kebenaran-Nya, lantaran ber‟i‟tikad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tidak dapat mengetahui hakikatnya”. 77 Orang yang tunduk kepada orang lain serta mempunyai unsure kebencian tidak dinamakan a‟bid (orang yang beribadah), begitu pula 75

Ibid., hal. 114.

76

Yusuf Qarhawi, op.cit., h. 31.

77

Hasbi Ash-Shiddiqy, op.cit., h. 8-9

60

orang yang cinta kepada sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, seperti orang cinta kepada anak atau temannya. Kecintaan yang sejati adalah kecintaan kepada Allah. Apabila makna ibadah yang diberikan oleh masing-masing ahli ilmu diperhatikan baik-baik, nyatalah bahwa pengertian yang diberikan oleh satu golongan menyempurnakan pengertian yang diberikan oleh golongan lain. Dengan kata lain, masing-masing pengertian saling melengkapi dan menyempurnakan. Oleh karena itu, tidaklah dipandang telah beribadah (sempurna ibadahnya) seorang mukallaf kalau hanya mengerjakan ibadah-ibadah dalam pengertian fuqoha atau ahli ushul saja, melainkan disamping ia beribadah dengan ibadah dalam pengertian fuqoha tersebut, ia juga melakukan ibadah dengan ibadah yang dimaksudkan oleh ahli tauhid, ahli ibadh, ahli tafsir serta ahli akhlak. Maka apabila telah terkumpul pengertian-pengertian tersebut, barulah terdapat padanya hakikat ibadah.78 e. Perintah Melaksanakan Ibadah Didalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam hal Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif,

78

Hasbi Ash-Shiddiqy, op.cit., h. 10-11.

61

melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah atas hamba-hamba-Nya. Adapun

ayat-ayat

yang

menyatakan

perintah

untuk

melaksankan ibadah tersebut diantaranya sebagai berikut: Firman Allah dalam surat Al- Anbiya: 25, berbunyi:

                “Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Q.S Al-Anbiya: 25) Dan Firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 92, berbunyi:

         “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku”. Dari ayat-ayat yang dikemukakan diatas, tampaak jelas bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk senatiasa beribadah kepadaNya, diutusnya para Rasul untuk menyampaikan syari‟at yang telah ditetapkan oleh Allah kepada umat manusia mengetahui kewajibankkewajiban apa saja yang harus dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat yang telah Allah anugrahkan kepadanya. f. Motivasi Ibadah

62

Motivasi merupakan penggerak untama dalam suatu pekerjaan. Karena itu besar kecilnya motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan tergantung

pada

besar

kecilnya

motivasi

terhadap

pekerjaan

tersebut.suatu pekerjaan jika dikerjakan dengan gairah yang besar maka besar pula keberhasilannya, begitu pula sebaliknya gairah yang kecil akan kecil pula keberhasilannya. Dengan demikian, apabila orang-orang mukmin menginginkan ibadah mereka berhasil dengan baik, maka mereka harus mempunyai motivasi

yang

besar

bagi

ibadahnya

tersebut.

Dalam

buku

“Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia”, diungkapkan beberapa motivasi beribadah, yaitu: 1.) Karena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah. 2.) Karena manusia sudah berjanji untuk taat kepada Allah. 3.) Karena bahagia yang di inginkan.karena manusia harus kembali kenegeri asalnya.79 Motivasi yang pertama adalah suatu keharusan, jika sesuatu itu berlaku atau dipakai sesuai dengan tujuan penciptaannya. Manusia, karena tujuan penciptaannya adalah beribadah kepada Allah, maka ia harus memenuhi seluruh pribadi dan kemampuannya untuk taat kepada Allah.

79

Syahminan Zaini, op.cit., h. 80.

63

Motivasi yang kedua adalah bahwa sewaktu manusia di alam arwah dahulu sudah mengadakan perjanjian dengan-Nya denagn cara berdialog. Allah bertanya kepada roh-roh manusia: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”. Maka konsekuensi dari perjanjian tersebut adalah manusia harus mentaati Allah, yaitu melakukam perintah Allah untuk beribadah karena beribadah karena bagi manusia adalah untuk memenuhi janjinya sendiri kepada Allah. Apabila tidak beribadah kepada Allah, maka mereka disebut pengkhianat. Motivasi yang ketiga adalah setiap amnesia mengingnkan kebahagiaan yakni bahagi untuk pribadi dan keluarga. Jika cinta akan bahagia, maka manusia harus bahagiakan pula saudara-saudara lainnya., saling menguatkan bagaikan satu tubuh yang apabila satu anggota tubuhnya sakit, maka anggota tubuh lainnya merasakan sakit pula. Bahagia itu akan dicapai dengan jalan berkorban dan beribadah, maka dari itu, apabila mereka ingin bahagia maka mereka harus beribadah.80

80

Syahminan Zaini, op.cit., h. 85.

BAB III GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL SYUKRO CIPUTAT

A. Sejarah Berdirinya SMP Islam Al Syukro Yayasan Wakaf Daar Asykaril Ibaad (YADA’I) didirikan pada tanggal 17 April 1996 oleh Dra. Hj. Buly Oskar Surjaatmadja, dan wakilnya yakni Ir. Emirsan Lubis, MM. Melalui notaris A. Partomuan Pohan, SH., LL. M dan terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 57/A/Yay/HKM/1996 PN Jaksel. Pada saat itu kali pertamanya yang beroperasi terlebih dahulu adalah KB/TK di Cipete Jakarta Selatan. YADA’I berkantor di JL. Puri Mutiara 1/9 Cipete Jakarta Selatan sedangkan lokasi Sekolah Islam Al Syukro ada di Cipete dan Ciputat yakni: (KB/TK-SD-SMP) Jln. Otista Raya, Gang Maung No. 30 Ciputat.1 Adapun pengurus pelaksana harian YADA’I dari angkatan pertamasekarang yaitu sebagai berikut: Ketua

: Drs.Hj.Buly Oskar Surjaatmadja

Wakil ketua

: Ir. Emirsyan Lubis, MM.

Kord. Umum

: Drs. Hasbi Siregar, M. Pd.

Kord. Keuangan

: Ali Hasymi, SE.

Koed. Pendidikan

: Drs. Tjipto Sumadi, M.Si., M.Pd.

Kord Bid. Sosial

: Drs. H. Ruslah Syafi’i

Kepala Cb. Ciputat : Drs. H. Abdurrahim Thabrani2 1 2

Buku Panduan YADA’I, Ciputat, 2006. Ibid., hal.3

64

65

Adapun di Cipete

Jakarta Selatan adalah kantor pusat dimana

pendiri yayasan tinggal dan lembaga TK/KB saja, sedangkan di Ciputat adalah pemekaran lembaga pendidikan Islam Al Syukro KB/TK, SD, SMP yang dibangun diatas tanah seluas 3 hektar. Kemudian tepat pada tahun 2000 Mulai dari KB/TK, SD, SMP pun dibangun di Ciputat dan kemudian program kedepan adalah tahun 2014 perencanaan untuk pembangunan SMA selanjutnya tahun 2016 akan dibangun Perguruan Tinggi Islam Al Syukro.3 Pada kali pertama waktu itu siswa SMP angkatan tahun 2000/2001 berjumlah masih sangat sedikit yakni 11 siswa, dan kemudian seiring berjalannya waktu terus ada peningkatan baik dari kualitas maupun kuantitas siswa tersebut dan sampai kini tahun 2010/2011 siswanya berjumlah 107 siswa. Sesuai dengan data sekolah sampai kini dari tahun ketahun SMP berjumlah 694 siswa dan sudah meluluskan 195 siswa SMP. Hal ini adalah merupakan suatu kepercayaan

dan kesempatan bagi

Sekolah Islam Al Syukro untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan para orang tua dan terus eksis di dunia pendidikan Islam yang terbaik dan terdepan di kancah tingkat Nasional bahkan sampai Internasional.4 Yayasan Wakaf Daar Asykaril Ibaad (YADAI) terdorong untuk dapat menyelenggarakan pendidikan Islam, yang kemudian disebut Sekolah Islam Al Syukro yang didirikan dengan visi ”terciptanya masyarakat Indonesia sejahtera yang tertib dan berakhlak mulia serta taat 3

Wawancara Pribadi dengan Dian Tri Mulyawan. koordinator Keagamaan, SMP Islam Al Syukro Ciputat, 21 April 2011. 4 Sumber: Arsip SMP Islam Al Syukro Ciputat

66

agama, berjiwa kebangsaan, berpengetahuan, berilmu dan berwawasan luas sebagai hasil dari proses belajar mengajar dan bermasyarakat dengan prinsip-prinsip luhur, kejujuran, saling menghormati dan persaingat sehat” yang terdiri dari Taman Pendidikan Al Quran (TPA), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Al Syukro. di tanah seluas mencapai 3 hektar.5 Dra. Hj. Buly Oskar Surjaatmadja, berawal dari terdorong keinginannya

untuk

menghabiskan masa

pensiunannya

di

dunia

pendidikan dan menyadari bahwa umat Islam dihadapkan pada tantangan berat untuk menyiapkan sebuah generasi mendatang yang unggul, sebagai umat Islam, dengan memberikan bekal Ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan serta dibentengi dengan kekuatan spiritualitas, sehingga mengarah yang lebih baik.6 Dunia pendidikan yang terus berkembang dapat menjawab kebutuhan untuk terlahirnya sebuah generasi terbaik. Akan tetapi, kita tetap perlu selektif dalam memberikan “bekal kehidupan” kepada anak cucu kita. Dengan memberikan pendidikan Islam kepada anak cucu kita, mulai dari

rumah, dan dilanjutkan dengan sekolah Islam kita telah

memenuhi sebagian kewajiban kepada Allah.7 B. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islam Al Syukro Adapun visi dari YADA’I (Yayasan Daar Asykaril I’baad)/SMP Islam Al Syukro, yaitu: 5

Buku Panduan YADA’I, Ciputat, 2006. Wawancara Pribadi dengan Redi Suhendar TU SMP Islam Al Syukro Ciputat, 7 Ibid., hal. 11 6

67

“Membentuk generasi Islam yang berakhlak mulia, taat beragama, berjiwa kebangsaan, berilmu dan berwawasan global”. Sedangkan misi dari YADA’I (Yayasan Daar Asykaril I’baad)/SMP Islam Al Syukro, yaitu sebagai berikut: 1. Membentuk warga sekolah yang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah; 2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan penerapan ajaran Al Qurang dan Sunnah Nabi Muhammad SAW; 3. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia; 4. Meningkatkan

kualitas

proses

pendidikan

dalam

rangka

pembentukan kepribadian anak yang bermoral agama, menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan hidup. 5. Membimbing siswa agar dapat menggali sumber-sumber dan kemampuan diri pribadi agar dapat berkompetisi di era globalisasi. Adapun tujuan dari YADA’I (Yayasan Daar Asyakaril I’baad)/SMP Islam Al Syukro sebagai berikut: 1. Membimbing warga sekolah untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, etika, estetika dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Membimbing pengembangan akhlakul karimah pada diri siswa dan semua komponen sekolah. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

68

4. Menumbuhkan dan mengintensifkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme siswa. 6. Terwujudnya

proses

pembelajaran

efektif

yang

berstandar

kompetensi serta terintegrasinya life skill dalam proses pembelajaran. 7. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. 8. Memanfaatkan

Teknologi

Informasi

dan

Komunikasi

dalam

pembelajaran dan administrasi sekolah. 9. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing. 10. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknonolgi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.8 C. Program Kegiatan SMP Islam Al Syukro Program kegiatan SMP Al Syukro meliputi tiga aspek yaitu: 1.

Program Pembelajaran (KBM) Kegiatan Belajar Mengajar yang diterapkan di SMP Islam Al Syukro ini adalah memadukan kurikululm Nasional (KTSP) dan agama Islam sebagai plusnya, menyelaraskan pengetahuan dengan ayat-ayat AlQur’an, Tahfidz (hafalan), Bahasa Inggris, Komputer dan Leadership. KTSP (Kurikulum Berbasis Kompetensi: 42 jam pelajaran/minggu yang diberlakukan 100%) selain itu kurikulum plus yang dikembangkan SMP Islam Al Syukro: 10 jam pelajaran/minggu, berupa 6 jam mata

8

Sumber : Arsip SMP Islam Al Syukro Ciputat

69

pelajarantambahan dan 2 jam berbentuk pelasksanaan dan pembinaan ibadah). Total keseluruhan jam pelajaran menjadi 52 jam/minggu atau 52/42 dibanding kurikulum Diknas. Kurikulum plus diaplikasikan menjadi: menanamkan keimanan dan ketaqwaan, (Imtaq; yaitu melalui korelasi pendidikan unsur-unsur yang Islami dalam setiap mata pelajaran, praktek ibadah wajib, sunnah, akhlakul karimah).9 Penguatan penguasaan ilmu dan teknologi (Iptek; dijabarkan melalui muatan lokal dan Bilingual program/dwi bahasa: InggrisIndonesia,

Indonesia-Arab,

Leadership,

Bahasa

Arab,

Komputer,

Conversation). Keempat kemampuan dasar/ standar kompetensi lulusan SMP Islam Al Syukro ini diterapkan dam metode pembelajaran: learning by doing, long life learning and learn to learning sehingga menjadikan output SMP Islam Al Syukro siap menjadi output terbaik bagi sekolahsekolah/jenjang kependidikan selanjutnya.10 2. Program Pembinaan Keagamaan (Pembiasaan) Program ini meliputi lima aspek yaitu: 1. Pembinaan ibadah kepada siswa selalu dilaksanakan setiap hari. Sholat berjama’ah dan dzikir berjama’ah siswa akan selaulu ditemukan setiap hari-hari sekolah. Siswa menjadi imam, pemimpin dzikir dan do’a serta pembawa Kultum. 2. Pembinaan ibadah-ibadah sunnah, melalui kegiatan sholat Duha (saat istirhat pagi) menjadi pemandangan sehari-hari di Al Syukro. Shalat 9

Buku Panduan YADA’I, Ciputat, 2006. Ibid., hal. 17

10

70

sunnah qobliah dan ba’dia, puasa senin-kamis dan pemotongan hewan qurban pada hari raya Idul Adha. 3. Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI) 4. Pembinaan agama melalui penanaman akhlak dalam sehari-hari seperti cium tangan, istigfar, basmalah, alhamdallah, do’a-do’a, minta maaf dan senyum. 5. Penguasaan Sains dan Teknologi yakni dengan disisipkan nilai keagamaan yaitu: a.

Berkebun; mulai dari mengetahui bibit unggul, menanam, memberi pupuk, merawat sampai dengan memanen. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan lingkungan alam disekitar kita kepada siswa-siswi.

b.

Writing English dan Arabic language. Dalam kegiatan ini siswa diajak mengenal bahasa asing untuk dapat bersaing di era globalisasi

yang

semakin

berkembang

terus

dan

terbiasa

menggunakan dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan terbiasa penggunaan Komputer.11 3. Program Ekstrakurikuler Program ini meliputi 2 kriteria: 1. Program Wajib Program wajib ini adalah: kegiatan Pramuka, kegiatan ekstrakurikuler pramuka diwajibkan kepada setiap siswa yang diadakan setiap hari kamis siang usai mata pelajaran selesai. Kegiatan ini bertujuan untuk

11

Wawancara Pribadi dengan Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 13 Maret 2011 .

71

memupuk rasa percaya diri, mengembangkan bakat dan menciptakan pribadi yang cerdas dan berkreatifitas. 2. Program Pilihan Program pilihan ini meliputi 3 aspek yaitu: 1. Olahraga: Futsal, Basket, Sepak Bola, Voli dan Tenis. 2. Seni

: Vocal Group, Marawis, Angklung, Tari dan Desain Grafis

3. Science : Science Club (Praktek: Fisika, Kimia dan Biologi di Laboraturium MIPA) Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal, memilki ilmu pengetahuan

yang

luas

mengenai

ilmu

eksakta

dan

alam,

mengembangkan bakat dan hobi siswa dibidang seni, memupuk dan menciptakan pribadi yang berjiwa memilki fisik yang kuat dan sehat, disiplin dan berlatih mandiri.12 D. Fasilitas dan Sarana Prasarana SMP Islam Al Syukro Ciputat Tabel.1 Sarana prasarana SMP Islam Al Syukro No Fasilitas

Jumlah

Kondisi

1.

Ruang Kepsek SMP

1

Baik

2.

Ruang Guru SMP

1

Baik

3.

Ruang TU dan K. Kesiswaan

1

Baik

4.

Ruang Informasi

1

Baik

5.

Ruang Kelas SMP

5

Baik

12

Wawancara dengan Guru Agama Bapak Humaidi guru Agama SMP Islam Al Syukro Cipuatat, 11 Maret 2011.

72

6.

Ruang UKS

1

Baik

7.

Ruang Bimbingan Konseling 1

Baik

(BK) 8.

Ruang Kesenian

1

Baik

9.

Ruang Audiovisual

1

Baik

10. Laboraturium MIPA (Science)

1

Baik

11. Laboraturium Bahasa Inggris

1

Baik

12. Laboraturium Bahasa Arab

1

Baik

13. Laboraturium Komputer

1

Baik

14. Perpustakaan

1

Baik

15. Gedung (Aula)

1

Baik

16. Mushola

1

Baik

17. Koperasi

1

Baik

18. Kantin

1

Baik

19. Dapur

1

Baik

20. Gudang

1

Baik

21. Tempat wudhu

1

Baik

1

Baik

23. Kamar mandi siswa perempuan 1

Baik

24. Kamar mandi siswa laki-laki

1

Baik

25. Kamar mandi guru perempuan

1

Baik

siswa/guru perempuan 22. Tempat wudhu siswa/guru laki-laki

73

26. Kamar mandi guru laki-laki

1

Baik

27. Kamar mandi karyawan

1

Baik

28. Lapangan Upacara

1

Baik

29. Lapangan Sepak Bola

1

Baik

30. Lapangan Voli dan Tenis

1

Baik

31. Lapangan Basket dan Futsal

1

Baik

33. Kebun Praktek

1

Baik

34. Parkiran (mobil dan motor)

2

Baik

Sumber: Arsip dan Wawancara Kepsek Bapak Humaidi dan TU Bapak Redi Suhendar Adapun yang menjadi fasilitas atau sarana untuk ibadah siswa antara lain adalah Musholah, Aula, Tempat wudhu siswa dan siswi. Musholah disini adalah tempat para siswa melakukan ibadah yang didalamnya terdapat mikrofon, toa, mimbar, karpet sajadah yang cukup luas dengan luas ruangan 56 M2. Aula yang cukup luas yakni 112 M2 terkadang di gunakan untuk melakukan shalat dzuhur berjama’ah apabila mushola sedang dibersihkan. Tempat wudhu siswa berjumlah 2, satu untuk siswa dan satu untuk siswi. Jumlah keran untuk berwudhu siswa dan siswi masing-masing berjumlah 7 buah sehingga ke efektifan siswa dalam ibadah dapat terlihat dengan baik. Hal ini dapat menunjukan bahwa efektifnya pembinaan ibadah dan intensif karena fasilitas yang cukup untuk siswa sehingga mendukung keberhasilan dalam pembinaan ibadah. Dan jarak dari musholah ke tempat wudhu tidak jauh yakni 2 meter sehingga dapat

74

berjalan efektif dan intensitas guru agama dalam membina ibadah, mengarahkan dan mengontrol para siswa tidak mengalami kendala yang begitu berarti.13 E. Struktur Organisasi SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Pelajaran 2010/2011 1. Pendidik Tabel. 2 Nama-nama Pendidik SMP Islam Al Syukro Ciputat No Nama

Jabatan

Mengajar Bid. Studi

1.

Humaidi, S.Ag

Guru, Kepala sekolah

PAI

2.

Heriyah, MA

Guru,Koordinator

Leadership dan B.

Ekskul

Waka

Bid. Arab

Kesiswaan 3.

Henrizal Saidi

Guru,Waka

Ilmu

Harahap, S.Th.I

Bid.Umum & Sarana Sosial

Pengetahuan

Prasarana 4.

Kosaman, SE

Guru

5.

Drs.H.Abd.Rohim Tabrani, Guru

Pkn dan B. Arab Pkn

SPd 6.

7.

Drs.Dedy

Supriyadi,

Guru,

Staff

Khusus Leadership

M.Pd

GM. Pendidikan

Asep Tejakusumah,M.Pd

Guru

13

B. Inggris

Arsip dan Wawancara Pribadi dengan Humaidi Guru Agama dan Redi Suhendar TU SMP Islam Al Syukro Ciputat, 14 Maret 2011.

75

8.

Nuzuluddin Siregar. S.Pd

Guru,Koordinator

B. Inggris

Bahasa Inggris 9.

Loh Ayu Balina Sari, SP

Guru

IPA

dan

Science

Cambridge 10. PenyIkhtiyartiNugraheni, SE

Guru,Koordinator

IPS Terpadu

Kebun

11. Dian Tri Mulyawan,S.Pd.I

Guru,Koordinator

B. Indonesia

Agama 12. Wiwi Adawiyah, S.Pd.I

Guru

13. Arnes Yudhistira

Guru,

Pkn dan KTK Koordinator TIK

Lab. Komputer 14. Akhma Ferdiansyah, S.Si

Guru

Matematika,

Math

Club 15. Cahya Dima Anugrah,S.Si

16. Drs. Lazuardi

Guru

Koordinator Matematika,

MIPA

Club

Guru

Penjas Orkes

Math

Sumber: Arsip SMP Al Syukro Ciputat14 Adapun guru yang terlibat dalam pembinaan ibadah adalah semuanya akan tetapi pembinaan ibadah ini adalah merupakan tanggung jawab,dipegang dan dibebankan oleh yang pertama: Bapak Khumaidi S.Ag yang menjabat sebagai Guru Agama; beliau adalah alumnus S1 Fak. Dakwah IAIN Jakarta, yang kedua adalah Bapak Dian Tri Mulyawan S.Pd.I yang menjabat sebagai Koordinator Agama; beliau adalah alumnus IPRIJA (Institut Pembina Rohani

14

Arsip SMP Islam Al Syukro ciputat.

76

Islam Jakarta), dan yang ketiga adalah Ibu Heriyah MA yang menjabat sebagai Koordinator Kesiswaan; beliau adalah alumnus S2 Studi Agama dan Budaya UGM Yogyakarta. Dengan demikian pembinaan ibadah di SMP Islam Al Syukro berjalan efektif dan intensif terlihat dari latar belakang pendidikan dari para pembinanya yang mendukung untuk pelaksanaan pembinaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari 2. Tenaga Kependidikan Tabel. 3 Nama-Nama Tenaga Kependidikan SMP Islam Al Syukro Ciputat No Nama

Jabatan

1.

Prasodjo

Pramu Bakti

2.

Aat Supriyadi

Satpam

3.

Nendy Kurniawan

Satpam

4.

Feri Abdullah

Satpam

5.

Uswa Hasana, S IP

Pustakawan

6.

Redi Suhendar

Tata Usaha (TU)

Sumber: Dokumentasi dan Wawancara TU Bapak Redi Suhendar F. Program Pembinaan Ibadah (Pembiasaan) SMP Islam Al-Syukro Program Pembinaan Ibadah ini meliputi 5 aspek: 1.

Tadarus Al-Qur’an Tadarus Al-Qur’an ini dilakukan oleh seluruh guru dan siswa setiap hari kamis pagi yang dipimpin oleh koordinator agama yang mengkaji ayat AlQur’an surat Al-Baqoroh : 21-23 dan memahami Tajwidnya.

77

2.

Shalat Dhuha Berjama’ah yang dipimpin oleh siswa mulai dari imam, dzikir dan do’anya, secara bergilir sesuai jadwal yang telah ditentukan di ikuti oleh guru-guru dan siswa.

3.

Dzikir Akbar Dzikir Akbar ini dilakukan oleh guru-guru dan siswa setiap minggu ke-4 pada hari senin yang dipimpin oleh guru-guru secara bergilir.

4.

Shalat Dzuhur dan Asar Berjama’ah, berwudhu, pemimpin dzkir, pembawa do’a, Kultum oleh siswa dan shalat Sunnah Qobliah; Ba’diah dan menjawab adzan berjama’ah.

5.

Kultum Kultum ini dilaksanakan dan dipraktekan oleh siswa setiap hari senin-rabu, sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh bidang Kesiswaan secara bergilir maju kedepan membawakan kultum dengan menyampaikan isi materi, siswa lainnya mendengarkan dan memperhatikan serta mencatat dengan baik dan di akhir berdiskusi tentang isi materi ataupun memberikan tanggapan terhadap isi materi temannya yang maju. 15 Adapun tujuan dari diadakannya program pembinaan ibadah (pembiasaan) ini adalah agar siswa terlatih dan terbiasa mengamalkan dan melaksanakan ibadah wajib ataupun sunnahnya dalam kehidupan seharihari untuk saat sekarang dan masa yang akan datang serta membentuk karakter pribadi muslim yang taat beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

15

Wawancara Pribadi dengan Guru Agama Bapak Humaidi guru Agama SMP Islam Al Syukro Cipuatat, 11 Maret 2011.

64

BAB IV ANALISIS DATA POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA TERHADAP SISWA DALAM PEMBINAAN IBADAH DI SMP ISLAM AL SYUKRO CIPUTAT Pelaksanaan pembinaan

ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat

cenderung menggunakan dua pola komunikasi, yaitu: komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembinaan ibadah dengan menggunakan komunikasi antar pribadi dan kelompok ini tidak ada yang dominan melainkan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Sehingga pembinaan ibadah dapat berjalan dengan efektif, efisien, intensif dan tercipta suasana yang nyaman dan menimbulkan kesenangan dan ketaatan dalam beribadah bagi siswa. Komunikasi antar pribadi dilaksanakan dalam bentuk satu persatu atau dengan dipanggil secara pribadi kepada setiap siswa untuk diberikan pengarahan dan bimbingan serta pengontrolan dan komunikasi kelompok yang dilaksanakan dalam bentuk mengumpulkan semua siswa didalam ruangan mushalla/breafing. A. Komunikasi Antarpribadi 1. Dalam Menasihati Pembinaan Ibadah Shalat Wajib Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan bahwa komunikasi antar pribadi dilaksanakan dalam bentuk satu persatu setiap siswa dipanggil oleh guru agama, kemudian siswa dinasihati dan diberikan peringatan. Komunikasi ini dikatakan sangat efektif. Karena menurut keterangan guru agama hasilnya baik seperti diantaranya membuat siswa

78

jera, siswa menjadi lebih taat ibadah dan mengetahui hakikat ibadah, mengetahui letak kesalahannya dan menimbulkan kesenangan juga keakraban siswa terhadap guru agama.1 Hal ini seperti yang penulis temui ketika siswa secara satu persatu sebelum melaksanakan shalat diperiksa perlengkapan shalatnya, seperti sajadah, peci, sandal dan mukena jika belum lengkap, jika ada yang belum lengkap guru agama langsung memberikan peringatan dan menasihati siswa. Hal ini ditunjang dengan hasil wawancara dengan siswa bahwa dengan komunikasi antarpribadi yang intens setiap hari dilaksanakan dalam pembinaan ibadah menjadikan paham akan hakikat ibadah yang baik dan menurut syariat Islam yang benar itu seperti apa, kemudian kesenangan dan keakraban kepada guru agama juga dirasakan karena siswa merasa diperhatikan secara pribadi.2 Maka berdasarkan teori yang penulis gunakan yakni komunikasi yang efektif itu menimbulkan: pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik dan tindakan.3 Pembinaan ibadah yang dilaksanakan berjalan dengan efektif dan intensif. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan pembinaan ibadah yang setiap hari dilakukan intens dan komunikasi antarpribadi yang diterapkan membuat siswa memahami pesan

1

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011. 2 Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011. 3 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet. Ke-15, h. 13-16.

79

yang disampaikan oleh guru agama (komunikator) kepada siswa (komunikan) dan langsung direspon oleh siswa yakni berupa tindakan baik secara verbal ataupun

nonverbal misalnya dengan anggukan kepala

ataupun jawaban “iya untuk tidak mengulangi kesalahan”, menimbulkan kesenangan dan keakraban karena intens secara pribadi siswa dikontrol secara satu persatu menjadikan perhatian tersendiri bagi setiap siswa. Maka dapat terbukti pula dengan adanya kesamaan makna dari komunikator (guru agama) dan komunikan (siswa) dalam penyampaian informasi atupun pesan dapat menghasilkan tindakan yang merupakan sebuah pembiasaan dan kesenangan dalam menjalankan ibadah. Kemudian dari ciri-ciri komunikasi yang efektif, maka dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia melalui komunikasi akan ditemukan jati diri, konsep diri dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. Hal lainnya seperti yang penulis temui, guru menyampaikan koreksian kepada satu siswa saja terhadap materi ibadah ataupun kultum yang akan dtampilkan di depan dalam ruang mushalla. Komunikasi antarpribadi yang diterapkan adalah bimbingan secara satu persatu terhadap masing-masing siswa dengan cara diskusi dan nasihat, dimana siswa memberikan tanggapan secara langsung terhadap materi yang akan dibawakan sudahkah memenuhi kriteria ketentuan didalam buku panduan berikut dalil yang digunakan.

80

Hal ini terdapat kesinambungan, berdasarkan wawancara dengan guru agama

bahwa

komunikasi

antarpribadi

yang dilaksanakan dalam

memeriksa isi materi kultum siswa satu persatu dengan menggunakan metode diskusi dan nasihat yang kemudian di arahkan membuat siswa merasa tidak dipaksa dan bertukar pendapat akan tetapi memahami ketentuan kultum yang sudah ditetapkan dalam buku panduan kultum.hal ini ditunjang dengan wawancara siswa, yang mana siswa merasa dibimbing secara khusus sehingga berangsur-angsur ada peningkatan dalam ibadah ataupun materi kultum baik dirumah maupun di sekolah.4 Sebagaimana penjelasan diatas bahwa komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang terjadi antara seorang komunikator (guru agama) dengan seorang komunikan (siswa) karena dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.5 Maka komunikasi antarpribadi dapat berjalan dengan efektif bilamana terdapat perubahan sikap pada siswa, pendapat ataupun sikap. Dikarenakan guru agama menerapkan komunikasi antarpribadi yang ditunjang dengan metode komunikasi yang nyaman bagi siswa.

4

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011. 5 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997). Cet. Ke-2, h.12.

81

2. Dalam Pengarahan Adzan Komunikasi antarpribadi juga terjadi saat guru agama memberikan instruksi dan pengarahan secara pribadi terhadap siswa yang bertugas membawakan adzan, maka ketika waktu adzan dzuhur harus dikumandangkan, guru agama memerintahkan siswa yang bertugas untuk segera mengumandangkan adzan, iqomat, pemimpin dzikir dan do’a, sesuai jadwal yang telah ditentukan kemudian siswa langsung meresponnya langsung

berupa

tindakan.

Kemudian

ketika

suara

adzan

harus

dikumandangkan, cara guru agama mengarahkan dan menginstruksikan siswa yang bertugas untuk mengumandangkan adzan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, selanjutnya siswa langsung merespon, dengan menyalakan mikrofon, memegang mikrofon dan mengumandangkan adzan dengan baik. Hal ini ditunjang berdasarkan wawancara dengan guru agama, ketika waktu adzan dikumandangkan, guru agama segera mengarahkan siswa

yang bertugas untuk adzan

dan kemudian siswa

segera

melakukannya.6 Hal ini dibenarkan oleh guru agama, maka jika waktunya telah tiba pelaksanaan ibadah kami terapkan dengan menginstruksikan siswa yang pada hari itu bertugas dan mengontrolnya secara pribadi dengan kesiapan siswa. Dan ditunjang berdasarkan wawancara denagan siswa, ketika adzan yang bertugas segera melkukannya karena jadwal telah dibuat. 6

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

82

3. Dalam membimbing Materi Kultum Komunikasi antarpribadi juga terjadi pada siswa (Nurul) yang menanyakan tentang materi kultum yang harus di serahkan untuk diperiksa dan dikoreksi kepada guru agama (Bapak Dian Tri Mulyawan) untuk dibawakan pada esok hari, mulai dari pembukaan, isi materi, sampai penutup sudah baik dan sempurna belum yang dibuat. Maka Pak Dian langsung mengoreksi sambil mengarahkan dan membimbing siswa untuk menggunakan dalil yang lebih tepat dan untuk pembukaan dan isinya diperbanyak lagi sehingga nanti bisa untuk contoh teman-teman yang lain ketika maju kultum. Hal ini sesuai denagn pernyataan yang dijelaskan oleh guru agama, bahwa siswa harus memeriksakan kepada guru agama terlebih dahulu materinya sebelum maju untuk dikoreksi agar tidak banyak kesalahan.7 Maka dengan demikian komunikasi dapat berjalan intens dan efektif karena langsung terjadi komunikasi tatap muka secara langsung oleh guru agama terhadap siswa dan menghasilkan feedbeck langsung. Yang kemudian menghasilkan pengertian terhadap siswa untuk segera memperbaiki materi kultumnya. sebagaimana teorinya Steward L. Tubbs Mess bahwa komunikasi yang baik dan efektif menimbulkan lima hal:

7

Wawancara pribadi dengan Ibu Heriyah Bidang Kesiswaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

83

pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik dan tindakan.8 Maka dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia melalui komunikasi akan ditemukan jati diri, konsep diri dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. 4. Dalam Pengajaran Wudhu Komunikasi antarpribadi terjadi pada saat berwudhu, guru agama memberikan teguran kepada siswa yang sedang bercanda dengan temannya, dimana guru agama langsung memberikan peringatan, ancaman dan nasihat untuk tidak bercanda jika sedang berwudhu dan dibaca do’ado’anya dengan baik, seperti tidak boleh ikut shalat berjama’ah jika terlambat dalam shalat berjamaa’ah. Hal ini terdapat kesinambungan, berdasarkan wawancara dengan guru agama bahwa setiap siswa yang bercanda ketika berwudhu maka harus diberikan teguran ataupun sanksi sehingga siswa mengetahui hakikat berwudhu yang benar dan baik.9 Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa terdapat kesinambungan bahwa dalam pembinaan ibadah komunikasi antarpribadi itu harus tertib dan harus sesuai dengan syariat Islam.10 Kemudian ketika suara adzan harus dikumandangkan, cara guru agama mengarahakan dan menginstruksikan siswa yang bertugas

8

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet. Ke-15, h. 13-16. 9 Wawancara dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koordinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 15 April 2011. 10 Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011

84

untuk mengumandangkan adzan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, selanjutnya siswa langsung merespon, dengan menyalakan mikrofon, memegang mikrofon dan mengumandangkan adzan dengan baik. Hal ini ditunjang berdasarkan wawancara dengan guru agama, ketika waktu adzan dikumandangkan, guru agama segera mengarahkan siswa yang bertugas untuk adzan dan kemudian siswa segera melakukannya. 11 5. Dalam Membimbing Do’a dan Dzikir Komunikasi antarpribadi terjadi saat salah satu siswa (Fauzi) salah mengucapkan lapadz kalimat do’a yakni pada subhanaka amma yasifun,

maka

Ibu

Heriyah

langsung

membimbing (Fauzi)

dan

memperbaiki kalimat lapadznya dengan menambahkan kalimat subhanaka robbi izzati amma yasifun maka siswa langsung medapatkan feedbeck dan mengulanginya kembali sesuai dengan yang didiucapkan oleh guru agama kemudian siswa disuruh menghafal kembali agar artinya tidak salah dan suatu ketika ditugaskan kembali sudah terbiasa dan hafal melafalkannya. Dengan pembiasaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari di sekolah, dan intensitas komunikasi secara pribadi siswa dibimbing, diarahkan dan di kontrol setiap hari, maka tertanam pembiasaan terhadap diri siswa menjadi taat ibadah dan senang melakukan ibadah kapanpun dan dimana saja berada. Begitu pula manfaat akan semua materi ibadah dan kultum yang telah disampaikan oleh guru agama sehingga komunikasi 11

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

85

dapat berjalan efektif, menghasilkan feedback langsung berupa tindakan dan membentuk konsep diri yang taat ibadah pada siswa. 6. Dalam mengarahkan Iqomat Komunikasi antarpribadi terjadi pada saat guru agama melihat ada salah satu siswa yang sedang bercanda (Fauzan) ketika akan melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah, Pak Humaidi langsung menegur dan menegaskan siswa untuk tidak bercanda dan rapatkan barisan karena imam sudah iqomat. Dan siswa langsung merespon dan melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh guru agama. Adapun bagi siswa masih tidak mentaati peraturan dan membangkang sanksi yaitu memisahkan siswa untuk shalat sendiri usai shalat berjama’ah.12 Dari penjelasan diatas bahwa pembinaan ibadah cukup berjalan dengan efektif dan intens dilakukan oleh guru agama. Hal ini terbukti bahwa respon siswa terhadap guru agama, dalam pembinaan ibadah cukup diperhatikan dan ditaati oleh siswa sehingga membuat siswa sadar akan hakikat ibadah yang sesuai dengan syari’at Islam. Dan diantara kebanyakan siswa senang ketika ada teguran dari guru agama, karena hal itu menjadikan satu perbaikan dan perhatian tersendiri bagi siswa agar menjadi baik dan kedepan semakin mengerti akan hakikat ibadah yang sah dan baik.13

12

Wawancara pribadi dengan Ibu Heriyah Bidang Kesiswaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011. 13 Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011.

86

7. Dalam mengontrol Shaf Shalat Berjam’ah Komunikasi antarpribadi juga berlangsung ketika guru agama mengarahkan siswa secara langsung bertatapan muka dengan siswa dalam shaf barisan, agar sempurna shalatnya dan tidak dimasuki oleh syetansyetan, dengan cara menepuk pundak salah satu siswa yang belum merapatkan barisan dalam shalat berjama’ah secara pribadi dengan isyarat jari telunjuk menunjukan untuk menggeser kedekat temannya karena masih kosong.14 Maka dengan komunikasi yang baik pesan dapat tersampaikan dengan baik pula antara komunikan (siswa) dan guru agama (komunikator) dapat saling memahami dan satu makna sehingga komunikasi tersebut dapat berjalan efektif dan intens terus dilakukan setiap hari akan menimbulkan pemahaman yang sama dan satu makna. Dan komunikasi antarpribadi yang diterapkan oleh SMP Islam Al Syukro berjalan dengan efektif karena pelaksanaannya yang intensive serta menggunakan metode komunikasi yang tepat untuk siswa. Hal ini terdapat kesesuaian dengan teorinya James komunikasia adalah perbuatan, penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.15 Dikarenakan siswa mendapatkan informasi secara langsung dan

14

Wawancara dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koordinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 15 April 2011. 15 James G. Robbins, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995). Cet. Ke4, h. 1.

87

siswa segera melakukannya berupa tindakan baik verbal maupun nonverbal. Adapun perbedaan pendapat siswa antara Zulfa dan Nurul senang dengan pola pembinaan ibadah secara pribadi langsung oleh guru agama karena jika ada kesalahan langsung bisa dibenarkan secara sendiri. Berbeda halnya dengan Fahmi tidak suka komunikasi secara pribadi karena terkesan diperhatikan secara satu persatu oleh guru agama secara sendirian sehingga tidak asyik jika disalahkan sendirian, lebih baik secara barsamasama.16 Sehingga menjadi perbaikan juga untuk semua siswa. Maka perbedaan diantara pendapat siswa adalah satu kelaziman yang biasa karena tergantung pada keenyamanan masing-masing siswa pada akhirnya jua. Akan tetapi komunikasi antarpribadi yang diterapkan berjalan cukup efektif, hal ini ditunjang oleh pendapat guru agama, bahwa intens komunikasi antarpribadi dilakukan agar siswa dapat terkontrol dan terbimbing secara khusus pribadi dan terus ada perbaikan kedepan. Dan dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang intens dilakukan dalam pembinaan ibadah melahirkan efektifitas dan intensitas. B. Komunikasi Kelompok 1) Dalam Pengarahan Pengetahuan Shalat Pelaksanaan pembinaan ibadah yang diterapkan oleh SMP Islam Al Syukro juga menggunakan pola komunikasi kelompok. pelaksanaanya dalam 16

Wawancara pribadi dengan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April

2011.

88

bentuk guru agama mengumpulkan semua siswa diruang mushallla ba’da asar untuk diberikan arahan, bimbingan dan motivasi melalui metode demonstrasi cerita dan ceramah. Hal ini berdasarkan hasil observasi, bentuknya penjelasan dan tanya jawab oleh siswa bilamana materi yang disampaikan oleh guru agama tidak dapat dipahami boleh ditanyakan langsung. Hal ini sesuai dengan wawancara kepada guru agama, bahwa dalam komunikasi kelompok ini guru agama menerapkan metode diskusi pada pembahasan kultum yang setiap hari dilakukan oleh siswa secara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Para siswa senang mendengarkan isi demonstrasi, cerita, diskusi dan ceramah ketika guru agama menyampaikan didepan baik itu pengarahan ataupun pengumuman yang bersifat pelaksaan ibadah dan kultum.17 Hal ini ditunjang berdasarkan wawancara dengan siswa bahwa dengan komunikasi kelompok siswa dapat bertukar pendapat secara terbuka bersamasama,

mendengarkan pesan dari guru agama secara bersama-sama dan

dibenarkan secara bersama-sama dengan diarahkan dan di ceramahi.18 Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menafsirkan bahwa komunikasi kelompok dengan menggunakan metode demonstrasi adalah tepat, intensif dan lebih efisien digunakan dalam satu kumpulan ataupun

17

Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011. 18 Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

89

kelompok kecil, karena dari segi waktu singkat yakni dengan bersama-sama memberikan pesan didepan seluruh siswa mendengarkan dan memahaminya, dan siswa mendapatkan feedback langsung dan bisa tanya jawab ketika ada yang belum jelas. Sehingga pembinaan ibadah secara komunikasi kelompok dapat dikatakan efisien dan intensif dalam penerapannya. Adapun pengarahan dan bimbingan dalam kelompok ini terkait dengan bimbingan langsung secara bersama-sama seperti menghafal bacaan-bacaan shalat, juz amma’ dan surat serta ayat-ayat pilihan sebelum melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah. Hal ini seperti yang penulis temui semua siswa dibimbing dan di instruksikan untuk membaca juz amma’ mulai dari surat AtTin hingga Annas secara berjama’ah, maka secara serempak semua siswa melakukan apa yang diperintahkan oleh guru agama. Hal ini ditunjang dengan wawancara guru agama bahwa komunikasi kelompok guru agama menggunakan metode ceramah, demontrasi untuk lebih mengena ke siswa dalam hal penyampaian materi ibadah ataupun kultum.19 Maka berdasarkan teori yang ada, pembinaan ibadah yang terjadi berjalan dengan efisien dan efektif. Hal ini dapat diketahui melalui pembinaan ibadah yang dilakukan secara kelompok dapat menghemat waktu dengan siswa mendengarkan secara keseluruhan atas yang disamapaikan oleh guru agama.

19

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

90

2) Dalam Mengintruksikan Shalat Sunnah Rawatib Adapun ketika siswa dibimbing secara kelompok guru agama menginstruksikan kepada semua siswa untuk shalat sunnah qobliah-ba’diah, menjawab adzan secara berjama’ah, surat pilihan seperti menghafal Al-Qur’an seperti ayat 20 surat Al-Baqoroh dan juzz amma’ yang dibaca secara bersamasama. Maka siswa secara serempak mengikuti atas apa yang diperintahkan oleh guru agama.20 Hal ini ditunjang berdasarkan wawancara dengan guru agama bahwa dalam komunikasi kelompok siswa dibiasakan untuk mengikuti sunah Nabi yaitu menjalankan shalat rawatib qobliyah dan ba’diyah. Kemudian berdasarkan wawancara dengan siswa, bahwa dengan shalat sunah rawatib qabliyah dan ba’diyah, kita belajar menjalankan sunah Nabi.21 Berdasarkan penjelasan diatas, sesuai dengan teori yang ada yakni komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki.22 Hal ini juga terlihat ketika guru agama mengamati dan mengarahkan semua siswa untuk segera berwudhu ketempat wudhu dan ke musholah segera, hal ini berjalan cukup baik karena didukung oleh sarana dan prasarana

20

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 15 April 2011. 21 Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011. 21 Wawancara dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koordinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 15 April 2011.

91

yang mendukung keefektifan dan keintensifan pembinaan ibadah oleh guru agama terhadap siswa dalam beribadah seperti jumlah keran sebanyak 7 sehingga memungkinkan siswa menjadi cepat secara bergantian untuk berwudhu, mimbar untuk siswa kultum di depan, pengeras suara (mikrofon atau toa) alat untuk menyampaikan pesan oleh guru agama tentang materi kultum dan ibadah kepada siswa dan digunakan siswa untuk menyampaikan kultumnya, pembinaan ibadah tersebut mulai dari adzan, wudhu, shalat sunnah qobliah-ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjama’ah, hafalan juzz amma’ dan surat pilihan, berjama’ah, pemimpin dzikir, pemimpin do’a) hingga Kultum. 3) Dalam Pelatihan Kultum Pembinaan ibadah yang dilaksanakan oleh guru agama terhadap siswa yaitu dengan menggunakan komunikasi kelompok yaitu dengan breafing yakni dengan cara guru agama mengumpulkan semua siswa di ruang mushola kemudian siswa diarahkan, dikontrol, dimonitoring dan dibimbing tentang materi ibadah dan kultum apa saja yang harus diperhatikan, hal tersebut intens dilaksanakan setiap hari. Hal tersebut menjadikan kebiasaan bagi siswa untuk dapat mempraktikan ibadah secara kesadaran sendiri bahwa ibadah merupakan satu kewajiban yang harus diperhatikan ditekankan bagi setiap individu.23

23

Wawancara pribadi dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koordinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 15 April 2011.

92

Komunikasi kelompok juga terjadi usai salah satu siswa membawakan kultum, yang kemudian diulas kembali oleh guru agama secara bersama-sama dibahas dan terjadi komunikasi antar siswa, guru agama dengan siswa tentang materi yang dibahas. Kemudian ditegaskan oleh guru agama bahwa Selain itu diakhir guru agama memberikan motivasi dan ceramah dihadapan semua siswa secara langsung untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.24 Dan ditunjang oleh pernyataan siswa bahwa komunikasi kelompok digunakan denagn metode ceramah setelah maju kultum untuk dibahas kembali sehingga siswa menjadi paham dan tidak ada kekeliruan bilamana teman yang membawakan kultum belum benar menyampaikannya.25 4) Dalam Memonitoring Buku Kultum Ada pula komunikasi kelompok yang diterapkan guru agama dalam pembinaan

ibadah

adalah

memonitoring

buku

penghubung,

yakni

mengumpulkan buku penghubung semua siswa didepan. Kemudian diperiksa satu persatu dan apabila ada siswa yang masih belum dilengkapi oleh siswa, siswa tersebut diberikan teguran dan peringatan kemudian diumumkan di depan dan dipecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa, jika bermasalah dengan materi kultumnya.26 Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh guru agama, komunikasi kelompok yang digunakan dalam pembinaan ibadah 24

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 15 April 2011. 25 Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa dan Nurul siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011. 26

Wawancara pribadi dengan Ibu Heriyah Bidang Kesiswaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

93

kerap kali menggunakan metode demonstrasi untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada pada siswa.27 Berdasarkan penjelasan diatas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Michael

Burgon

dan

Michael Ruffner bahwa komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua semua anggota dapat menimbulkan karakteristik anggota lainnya dengan akurat”.28 5) Dalam Pengarahan Hafalan Juz Amma’ dan Surat Pilihan Adapun halnya komunikasi kelompok yang dilakukan oleh guru agama yakni ketika menginstrusikan, membimbing dan mengarahkan siswa dalam menjawab adzan, iqomat, hafalan juzz amma’ dan surat pilihan yang dibaca secara berjama’ah. Maka siswa dengan tertib langsung meresponnya dan mengucapkannya secara bersama-sama. menjawab adzan bersama-sama. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh guru agama bahwa komunikasi kelompok ini diterapkan ketika semua berkumpul di mushalla untuk menjawab adzan secara berjama’ah. Begitu pula dalam merapatkan barisan ketika akan melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah, guru agama dan imam shalat selalu mengingatkan

27

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 15 April 2011. 28 Nusurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Cet.Ke2, h. 33-34.

94

semua siswa untuk merapatkan barisan yang masih belum terisi karena merupakan bagian dari kesempurnaan shalat. Maka siswa yang belum merapatkan barisan dan masih bercanda segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru agama. Adapun siswa yang belum rapi hanya diinstruksikan untuk bergeser dengan bahasa nonverbal saja. Hal ini terbukti bahwa pembinaan ibadah lebih efisien ketika dalam shaf barisan secara keseluruhan harus dirapikan agar terlihat tertib. Begitu pula siswa dalam merespon pola komunikasi yang diterapkan oleh sekolah menjadikan suatu kebaikan secara bersama-sama dan dapat ditanyakan langsung bilamana beberapa diantara siswa tidak ataupun belum paham atas materi yang disampaikan oleh guru agama. 29 Hal ini berarti terdapat kesepahaman antara siswa dengan guru agama dalam memberikan materi ibadah dan keagamaan. Dan segala sesuatunya dapat diselesaikan secara langsung dengan diskusi. Begitu pula dengan halnya tanya jawab tentang kultum siswa yang maju kedepan, jika ada salah satu siswa yang membawakan kultum salah dalam menjelaskan atau tidak bisa menjelaskan, maka guru agama langsung memperbaikinya dan menjelaskannya kembali agar siswa menjadi paham.30 Berdasarkan penjelasan diatas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang ada sejumlah orang yang terlibat dalam 29

Wawancara pribadi dengan Zulfa siswa SMP Islam Al Syukro, 18 April 2011. Wawancara pribadi dengan Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011. 30

95

interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga ketika timbul pertanyaan dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan.31 Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok yang berlangsung secara intens melahirkan efesiensi dalam pembinaan ibadah

31

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 90.

96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari seluruh uraian yang terdapat dalam skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Komunikasi Antarpribadi yang diterapkan guru agama dan siswa dalam pelaksanaan pembinaan ibadah berjalan dengan efektif dan intensif. Hal ini terbukti pesan yang selalu intens dilakukan setiap hari disampaikan oleh guru agama (komunikator) terhadap siswanya (komunikan) secara individu dengan cara dipanggil secara pribadi yang kemudian menghasilkan feedbeck langsung baik itu berupa tindakan atupun siswa aktif memberikan tanggapan secara langsung terhadap materi ibadah yang diberikan oleh guru agama dan menimbulkan kesamaan makna. Sehingga menghasilkan ketaatan beribadah pada masing-masing siswa. Sehingga komunikasi antarpribadi yang diterapkan dalam pembinaan ibadah oleh guru agama yakni melahirkan efektifitas. 2.

Komunikasi Kelompok dilaksanakan guru agama terhadap siswa yakni dengan cara breafing yakni mengumpulkan semua siswa ba’da asar untuk diberikan pengarahan dan bimbingan dan motivasi secara bersama-sama dengan metode ceramah, demonstrasi, cerita, diskusi (tanya jawab) dan monitoring. Sehingga efisien karena semuanya langsung mendengarkan dan memperhatikan. Yang kemudian siswa (komunikan) mendapatkan feedbeck langsung berupa tanggapan 97

ataupun tindakan dari apa yang disampaikan oleh guru agama (komunikator). Sehingga komunikasi Kelompok yang diterapkan dalam pembinaan ibadah oleh guru agama yakni melahirkan efesiensi. B. Saran-saran Dalam hal penelitian ini penulis merasa perlu memberikan saran agar ke depan pembinaan ibadah di SMP Islam Al Syukro dapat lebih baik lagi. 1. Kepada lembaga yang terkait agar lebih intens berkomunikasi dengan siswa agar siswa secara keseluruhan merasa dibimbing dan diarahkan secara pribadi dan diupayakan guru agama untuk dapat menguasai cara komunikasi antarpribadi dan kelompok yang baik sehingga siswa dapat terkontrol. 2. Agar komunikasi antarpribadi antara siswa dan guru agama dapat berjalan lebih efektif dan intensif, pada pelaksanaanya pembinaan

ibadah memerlukan

banyak tenaga untuk menangani siswa, maka diperlukan bantuan dari guru lainnya untuk pengontrolan, tidak hanya guru agama, koordinator keagamaan dan bidang kesiswaan saja akan tetapi bantuan dari guru-guru lain untuk bergantian mengarahkan, membimbing, mengontrol

semua siswa sehingga

menjadi tanggung jawab bersama dan memberikan teladan. 3. Perlu ditekankan kembali pada saat breafing dan diluar breafing dan guru agama diupayakan untuk berusaha secara intens selalu membimbing siswa dalam materi kultum dan penytoran kultum agar semakin kedepan terus ada perbaikan dilakukan secara bersama-sama sudah maksimal.

98

DAFTAR PUSTAKA Ali, AtabikdanMuhdlor, Zuhdi, KamusKontemporer Indonesia Arab,Yogyakarta: Multi KaryaGrafika, t th,. 1268.

Brannen, Julia, MemanduMetodePenelitianKualitatifdanKuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002.

Cangara, Hafied, PengantarIlmuKomunikasi, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007. DepartemenPendidikandanKebudayaan, KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2003.

Devito, Joseph A, KomunikasiAntarManusia: KuliahDasarJakarta: Professional Books, 1997.

Effendy, OnongUchjana, DinamikaKomunikasiBandung: RemajaRosdakarya, 2000. ---------------------------------,IlmuKomunikasidanPraktek,Bandung:

PT

Rosdakarya, 1992.

---------------------------------,Ilmu, TeoridanFilsafatKomunikasi, Bandung: PT Citra AdityaBakti 2003.

---------------------------------,

KepemimpinandanKomunikasi,

Bandung:

CV,

MandarMaju, 1998.

--------------------------------, SpektrumKomunikasi, Bandung; BinaCipta, 1998. Gunadi, HimpunanIstilahKomunikasi, Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia, 1998.

Liliweri, Alo, KomunikasiAntarpribadi, Bandung: PT Citra AdityaBakti, 1991.

99

Moleong,Lexy

J,MetodePenelitianKualitatif,Bandung:

PT

Rosdakarya,

2007.Muis. A, Komunikasi Islam, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2001. Muhamad, Arni, KomunikasiOrganisasi, Jakarta: BumiAksara, 2001. Nurudin, SistemKomunikasi Indonesia, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2005. Partanto, Puis. A,Al-Barry, dan M. Dahlan, KamusIlmiahPopuler, Surabaya: Arkola, 1994.

Poerwadarminta, W.J.S, KamusUmumBahasa Indonesia, Jakarta: BulanBintang, 1979.

ProyekPeneranganBimbinganDakwah

Agama,

PembinaanRohani

Islam

PadaDharmawati, Jakarta: PenerbitDepag, 1984.

Qardhawi-Al, Yusuf, Ibadahdalam Islam, Terjemah. Umar Fanani, Surabaya: PT BiruIlmu, 1988.

RahmanRitonggadanZainuddin, FiqhIbadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Rakhmat, Jalaludin, PsikologiKomunikasi, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2000.

Robbins, James G,Komunikasi yang Efektif, Jakarta: PedomanIlmu Jaya, 1995. Salam, Syamsir, Metodelogipenelitiansosial, Jakarta:UIN Press,2006. Ash-Shidiqy, Hasbi, KuliahIbadah: Ibadah di tinjaudariSegiHukumdanHikmah, Jakarta:BulanBintang, 1994.

Sugiyono, MetodePenelitianAdministrasi, Bandung: CV Alfabeta, 2000. Widjaja, IlmuKomunikasiPengantarStudi, Jakarta: PT RinekaCipta, 2000. Widjaja, H .A. W, KomunikasidanHubunganMasyarakat, Jakarta: BumiAksara, 2002.

100

Wiryanto,PengantarIlmuKomunikasi, (Jakarta: GramediaWidiasavina: 2004). AlQardhawi, Yusuf, Ibadahdalam Islam, Terjemah. Umar Fanani, Surabaya: PT BiruIlmu, 1988.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab; Indonesia, Jakarta: YayasanPenafsiran AlQur’an,1973.

Zaini,

Syahminan,

ProblematikaIbadahDalamKehidupanManusia,

Jakarta:

KalamMulia, 1989. LiteraturLainnya http://alsyukro-yada’i.com/index.php http:// Stumbleoverclovers.multiply.com/journal/item/9 Arsip SMP Islam Al Syukro: Data JumlahSiswadaritahunketahun, namanamapendidik, tenagakependidikandansarana-prasarana YADA’I BukuPanduan TK, SD, SMP Al SyukroCiputat, Ciputat:2006.

101

102

103

Pembinaan ibadah, breafing ba’da asar pengarahan kepada siswa dilakukan oleh Koordinator Keagamaan Bapak Dian Tri Mulyawan S.Pd.I

Pembinaan ibadah, oleh Bidang Kesiswaan Ibu Heriyah MA siswa membimbing siswa ketika hafalan juzz amma’ dan surat Al-Baqoroh ayat 30 dalam kelompok kecil

Pembinaan ibadah, Kultum maju kedepan oleh siswa laki-laki dan langsung di bimbing dan di arahkan oleh Guru Agama Bapak Humaidi dan teman-teman yang lain memperhatikan

Pembinaan ibadah Pembinaan ibadah, Kultum maju kedepan oleh siswi perempuan dan langsung di bimbing dan di arahkan oleh Guru Agama Bapak Humaidi dan teman-teman yang lain mencatat materi kultum.

Pembinaan ibadah, mengumandangkan adzan Dzuhur oleh siswa laki-laki, di pantau langsung di depan oleh Koordinator Keagamaan Bapak Dian Tri Mulyawan S.Pd.I

Pembinaan ibadah, membaca do’a-do’a shalat yang dipandu oleh siswa,jeda waktu sebelum akhirnya melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah yang di bimbing oleh Guru Agama Bapak Humaidi S.Ag

Pembinaan ibadah, secara kelompok. Ketika membaca juz amma’ bersam-sama, ada yang tidak membaca, maka dihukum maju kedepan untuk mengulanginya sendiri yang di arahkan oleh Guru Agama Bapak Humaidi S.Ag

LAMPIRAN-LAMPIRAN