2012” yang terbit untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi
.... Kunjungan Nifas; Pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada. 6 jam
pasca ... Kunjungan Neonatus 1; pelayanan kesehatan neonatal dasar,
kunjungan ...
Profil Kesehatan indonesia 2012
Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012, -- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013 ISBN: 978-602-8937-89-4 1. Judul I. HEALTH STATISTICS Buku ini diterbitkan oleh : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no: 62-21-5229590, 5221432, 5277168 Fax no: 62-21-5203874 E-mail: pusdatin@depkes .go.id Web site: http://www.kemkes.go.id 351.770.212 Ind p
ii
Profil Kesehatan indonesia 2012
TIM PENYUSUN PENGARAH dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS (Sekretaris Jenderal Kemenkes RI) KETUA drg. Oscar Primadi, MPH (Kepala Pusat Data dan Informasi) EDITOR Boga Hardhana, S.Si, MM Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes drg. Vensya Sitohang, M.Epid drg. Titi Aryati Soenardi, M.Kes ANGGOTA Ir. Zulfi, MM; Farida Sibuea, SKM, MScPH; Marlina Indah Susanti, SKM, M.Epid; Supriyono Pangribowo, SKM, MKM; Athi Susilowati Rois, SKM; Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom; Dewi Roro Kumbini, S.Pd, MKM; Diah Puspitasari, SKM; Doni Hadhi Kurnianto, SKom; B.B. Sigit; Muslichatul Hidayah, Hanna Endang Wahyuni; Sondang Tambunan; Hellena Maslinda; Hadi Nuramsyah KONTRIBUTOR Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Keuangan dan Perlengkapan; Pusat Penanggulangan Krisis; Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; Pusat Komunikasi Publik; Biro Kepegawaian; Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Gizi; Dit Bina Kesehatan Ibu; Dit Bina Kesehatan Anak; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan; Set. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung; Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Surveilans Imunisasi dan Karantina; Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Set. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Set. Badan PPSDM Kesehatan.
iii
KATA PENGANTAR Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Saya menyambut gembira hadirnya “Profil Kesehatan Indonesia 2012” yang terbit untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi. Di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence-based, Pusat Data dan Informasi pada akhirnya berhasil menyusun produk publikasi “Profil Kesehatan Indonesia 2012”. Saya menyadari, bukan hal mudah untuk dapat menyajikan data yang berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan data dan informasi baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat berperan terhadap penyusunan Profil Kesehatan Indonesia. Pemenuhan kelengkapan data baik dari segi cakupan wilayah maupun indikator merupakan masalah utama yang ditemui dalam rangka penyusunan profil yang tepat waktu. Selain itu, dalam menyusun Profil Kesehatan Indonesia diperlukan komitmen bersama antara pusat dan daerah dalam mewujudkan penyediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Pengelola data dan informasi di tingkat pusat dan daerah juga harus menjadikan pengelolaan data dan informasi sebagai komponen prioritas dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pusat Data dan Informasi telah melakukan banyak upaya agar data dan informasi yang disajikan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat hadir lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saya sangat berharap dengan hadirnya “Profil Kesehatan Indonesia 2012” ini, kebutuhan terhadap data dan informasi kesehatan di semua lini, baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dapat terpenuhi dengan baik. Profil Kesehatan ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan dalam mengukur kinerja program pembangunan kesehatan baik di pusat maupun di daerah yang berguna bagi perencanaan program pembangunan kesehatan berikutnya. Melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggitingginya kepada semua pihak, dalam hal ini pengelola data di tingkat pusat, daerah, serta lintas sektor yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia 2012. Semoga, Profil Kesehatan Indonesia di masa mendatang dapat menyajikan data yang lebih berkualitas dan dapat terbit lebih cepat. Jakarta, Juli 2013
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS NIP. 195408112010061001
iv
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Data dan informasi yang berkualitas adalah landasan pengambilan keputusan dalam Pembangunan Kesehatan. Di samping itu, sesuai amanat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, ketersediaan data dan informasi sangat diperlukan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Penyediaan data dan informasi dilaksanakan melalui serangkaian proses panjang mulai dari hulu sampai hilir. Proses ini dimulai dari pengumpulan data dan informasi dari tingkat layanan kesehatan masyarakat, dilanjutkan dengan pengelolaan data dan informasi di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan proses ini perlu dilakukan dari waktu ke waktu. Sebab, tuntutan terhadap pemenuhan data dan informasi yang lengkap dan tepat waktu dari hari ke hari semakin meningkat. Saya menyambut baik terbitnya Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini dan menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini. Semoga buku ini dapat memenuhi tuntutan ketersediaan data dan informasi untuk dijadikan landasan pengambilan keputusan yang evidence-based dalam Pembangunan Kesehatan. Jakarta, Juli 2013 MENTERI KESEHATAN RI
dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., M.P.H
v
Kunjungan kerja Menkes ke RSUD Mimika - Papua
vi
Foto: Puskom Publik
Profil Kesehatan indonesia 2012
Profil Kesehatan indonesia 2012
DAFTAR SINGKATAN :
Angka Bebas Jentik
ACT
:
Artemisinin-based Combination Therapy
AFP
:
Acute Flaccid Paralysis
ABJ - Larva Free Index
Adolescent Fertility Rate
AFR AHH
:
Angka Harapan Hidup Jumlah rata-rata usia yang diperkirakan pada seseorang atas dasar angka kematian pada masa tersebut yang cenderung tidak berubah di masa mendatang
AIDS
:
Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKABA
:
Angka Kematian Balita
AKB
:
Angka Kematian Bayi
:
Angka Kematian Ibu
:
Angka Kematian Neonatal
AMH
:
Angka Melek Huruf
API
:
Annual Parasite Incidence
APBD
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APK
:
Angka Partisipasi Kasar
APM
:
Angka Partisipasi Murni
APS
:
Angka Partisipasi Sekolah
ARV
:
Anti Retro Virus
ASEAN
:
Association of Southeast Asian Nations
ASI Eksklusif
:
Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan
BAN-PT
:
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
BBLR
:
Berat Bayi Lahir Rendah
BB/TB
:
Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan
- Infant Mortality Rate (IMR) AKI - Maternal Mortality Rate (MMR) AKN - Neonatal Mortality Rate
makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.
vii
Profil Kesehatan indonesia 2012
viii
BB/U
:
Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Umur
BCG
:
Bacille Calmette-Guérin
BNN
:
Badan Narkotika Nasional
BOK
:
Biaya Operasional Kesehatan
BPS
:
Badan Pusat Statistik
BSB
:
Brigade Siaga Bencana
BTA +
:
Basil Tahan Asam positif
BUMN
:
Badan Usaha Milik Negara
CBR
:
Crude Birth Rate = Angka Kelahiran Kasar
CDR
:
Case Detection Rate
CFR
:
Case Fatality Rate
CNR
:
Case Notification Rate
CR
:
Cure Rate = Angka Kesembuhan
CTKI
:
Calon Tenaga Kerja Indonesia
CTPS
:
Cuci Tangan Pakai Sabun
DAK
:
Dana Alokasi Khusus
DBD
:
Demam Berdarah Dengue
DBK
:
Daerah yang Bermasalah Kesehatan
Diknakes
:
Pendidikan Tenaga Kesehatan
DIPA
:
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DM
:
Diabetes Mellitus
DO Rate
:
Drop Out Rate
DOTS
:
Directly Observed Treatment Shortcourse
DPT
:
Diphteri Pertusis Tetanus
DTPK
:
Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
FCP
:
Female Cancer Program
FK
:
Fakultas Kedokteran
FKG
:
Fakultas Kedokteran Gigi
GDR
:
Gross Death Rate = Angka Kematian Umum
GDI
:
Gender-related Development Index
GEM
:
Gender Empowerment Measure
GHPR
:
Gigitan Hewan Penular Rabies
GII
:
Gender Inequality Index = Indeks Ketidaksetaraan Gender
GNI
:
Gross National Income
HDI
:
Human Development Index
HIV
:
Human Immunodeficiency Virus
ICCP
:
Indonesian Cancer Control Progam
IDU
:
Injecting Drug User
IEBA
:
Industri Ekstrak Bahan Alam
IGME
:
Inter Agency Group for Child Mortality Estimates
Profil Kesehatan indonesia 2012 IMS
:
Infeksi Menular Seksual
IMT
:
Indeks Massa Tubuh
IMT/U
:
Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
IOT
:
Industri Obat Tradisional
IPM
:
Indeks Pembangunan Manusia
IR
:
Incidence Rate
ISPA
:
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
IUD
:
Intra Uterine Device
Jamkesmas
:
Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jampersal
:
Jaminan Persalinan
K1
:
Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan.
K4
:
Kontak minimal empat kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu kali kontak pada trimester pertama, satukali pada trimester kedua dan duakali pada trimester ketiga.
KB
:
Keluarga Berencana
KEP
:
Kurang Energi Protein
KF 3
:
Kunjungan Nifas; Pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau pemasangan KB pasca persalinan.
KIE
:
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KKI
:
Konsil Kedokteran Indonesia
KKS
:
Kabupaten/Kota Sehat
KLB
:
Kejadian Luar Biasa
KN1
:
Kunjungan Neonatus 1; pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke-1 (pertama) pada 6-24 jam setelah lahir.
KN Lengkap
:
Kunjungan Neonatus Lengkap ; pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
KONAS
:
Kebijakan Obat Nasional
KT
:
Konseling dan Tes HIV
KtA
:
Kekerasan Terhadap Anak
KTR
:
Kawasan Tanpa Rokok
– Body Mass Index (BMI)
ix
Profil Kesehatan indonesia 2012
x
KTS
:
Konseling Tes HIV Sukarela
LAM-PT Kes
:
Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan
Lapas
:
Lembaga Pemasyarakatan
LIL
:
Lima Imunisasi Dasar Lengkap
LMKM
:
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
LPP
:
Laju Pertumbuhan Penduduk
LSL
:
Lelaki Seks dengan Lelaki
MBC
:
Millenium Challence Coorporation
MDGs
:
Millenium Development Goals
MNTE
:
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination
MOP
:
Metode Operatif Pria; cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran sperma pria.
MOW
:
Metode Operatif Wanita; cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita.
MP ASI
:
Makanan Pendamping Air Susu Ibu
MTBM
:
ManajemenTerpadu Balita Muda; suatu pendekatan keterpaduan dalam tata laksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
MTBS
:
ManajemenTerpadu Balita Sakit; suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
MTKI
:
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
NAPZA
:
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain
NCDR
:
Newly Case Detection Rate
NHA
:
National Health Account
NSPK
:
Norma Standar Prosedur Kriteria
OAT
:
Obat Anti Tuberkulosis
ODHA
:
Orang Dengan HIV/AIDS
P4K
:
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PAH
:
Penampungan Air Hujan
PAK
:
Penyakit Akibat Kerja
PAUD
:
Pendidikan Anak Usia Dini
PD3I
:
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PDAM
:
Perusahaan Daerah Air Minum
PDB
:
Produk Domestik Bruto
PDBK
:
Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan
PDP
:
Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan
PET
:
Post Exposure Treatment
Profil Kesehatan indonesia 2012 PHBS
:
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PJK
:
Penyakit Jantung Koroner
PJPD
:
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
PK
:
Penanganan Komplikasi Maternal
PKH
:
Program Keluarga Harapan
PKHS
:
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
PKPR
:
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT
:
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
PMO
:
Pengawas Menelan Obat
PMS
:
Penyakit Menular Seksual
Poltekkes
:
Politeknik Kesehatan
Polindes
:
Pondok Bersalin Desa
POMP
:
Pemberian Obat Massal Pencegahan; program untuk filariasis
PONED
:
Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar
PONEK
:
Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif
Posbindu
:
Pos Pembinaan Terpadu
Poskesdes
:
Pos Kesehatan Desa
Posyandu
:
Pos Pelayanan Terpandu
PN (Salinakes)
:
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
PPA
:
Project Partnership Agreement
PPIA
:
Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
PSN
:
Pemberantasan Sarang Nyamuk
PTRM
:
Program Terapi Rumatan Metadon
PTT
:
Pegawai Tidak Tetap
PUS
:
Pasangan Usia Subur
Puskesmas
:
Pusat Kesehatan Masyarakat
PWS KIA
:
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
RAD
:
Rencana Aksi Daerah
RDT
:
Rapid Diagnostic Test
RKP
:
Rencana Kerja Pemerintah
Riskesdas
:
Riset Kesehatan Dasar
RITL
:
Rawat Inap Tingkat Lanjut
RITP
:
Rawat Inap Tingkat Pertama
RJTL
:
Rawat Jalan Tingkat Lanjut
RJTP
:
Rawat Jalan Tingkat Pertama
RPJMN
:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RSK
:
Rumah Sakit Khusus
RSU
:
Rumah Sakit Umum
Sakernas
:
Survei Angkatan Kerja Nasional
xi
Profil Kesehatan indonesia 2012 SBS
:
Stop Buang Air Besar Sembarangan
SDIDTK
:
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
SDKI
:
Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SDM
:
Sumber Daya Manusia
SEAR
:
WHO South-East Asia Regional
SIRS
:
Sistem Informasi Rumah Sakit
SKN
:
Sistem Kesehatan Nasional
SKRT
:
Survei Kesehatan Rumah Tangga
SLB
:
Sekolah Luar Biasa
SPAL
:
Saluran Pembuangan Air Limbah
SPAM
:
Sistem Penyediaan Air Minum
SPM
:
Standar Pelayanan Minimal
SR
:
Success Rate = Angka Keberhasilan Pengobatan
Srikandi
:
Sistem Registrasi Kanker di Indonesia
STBM
:
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STRA
:
Surat Tanda Registrasi Apoteker
STR
:
Surat Tanda Registrasi
STRTTK
:
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
SUPAS
:
Survey Penduduk Antar Sensus
Susenas
:
Survei Sosial Ekonomi Indonesia
TB
:
Tuberkulosis
TB/U
:
Status gizi berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur
TFR
:
Total Fertility Rate = Angka Fertilitas Total; jumlah rata-rata anak yang dilahirkan setiap wanita selama hidupnya
TKI
:
Tenaga Kerja Indonesia
TN
:
Tetanus Neonatorum
TT
:
Tetanus Toksoid
UCI
:
Universal Child Immunization; tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT.
UKBM
:
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat; Bentuk UKBM yang adalah Poskesdes, Polindes, Pos UKK, Poskestren, TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lain-lain.
xii
UKS
:
Usaha Kesehatan Sekolah
UMOT
:
Usaha Mikro Obat Tradisional
UNICEF
:
United Nations Children's Fund
UPT
:
Unit Pelaksana Teknis
VAR
:
Vaksin Anti Rabies
Profil Kesehatan indonesia 2012 VCT
:
Voluntary, Counseling, and Testing
WHA
:
World Health Assembly
WHO
:
World Health Organization
WPS
:
Wanita Penjaja Seks
WUS
:
Wanita Usia Subur; keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.
xiii
Profil Kesehatan Indonesia 2012
Daftar Gambar Bab 2. Gambaran Umum & Perilaku Penduduk GAMBAR 2.1 GAMBAR 2.2 GAMBAR 2.3 GAMBAR 2.4 GAMBAR 2.5 GAMBAR 2.6 GAMBAR 2.7 GAMBAR 2.8 GAMBAR 2.9 GAMBAR 2.10 GAMBAR 2.11 GAMBAR 2.12 GAMBAR 2.13 GAMBAR 2.14 GAMBAR 2.15 GAMBAR 2.16 GAMBAR 2.17 GAMBAR 2.18 GAMBAR 2.19 GAMBAR 2.20 GAMBAR 2.21 GAMBAR 2.22 GAMBAR 2.23 GAMBAR 2.24 GAMBAR 2.25
xiv
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012......................................... 7 ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012...................................... 8 ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012.................................. 10 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012......................... 13 PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA INDONESIA TAHUN 2011..... 14 PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN DI INDONESIA AGUSTUS TAHUN 2012............................................... 16 GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2012........................................ 18 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2012.................... 19 PETA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2012..................... 20 PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2012 ........... 21 RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011......................................................................... 24 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011................................. 25 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7-24 KE ATAS YANG MASIH SEKOLAH TAHUN 2011............................................................................................................ 26 PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011................................................................. 27 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011......................................................................... 28 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011.......................................................................... 29 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011......................................................................... 30 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011................................................................................................ 31 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011................................................................................................ 32 PERSENTASE HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM YANG MEMENUHI SYARAT MIKROBIOLOGI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012............................................................................................................ 34 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012 ...................... 36 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES KE SUMBER AIR MINUM LAYAK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012........................................ 37 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS AIR MINUM INDONESIA TAHUN 2011 .................................................................... 38 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS .......................... TEMPAT BUANG AIR BESAR INDONESIA TAHUN 2011............................................. 39 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................................. 40
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL GAMBAR 2.26 GAMBAR 2.27 GAMBAR 2.28 GAMBAR 2.29 GAMBAR 2.30 GAMBAR 2.31
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012......................................................................... 41 PERSENTASE RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2012 .................... 42 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012................. 43 PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012........... 46 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012......................................................................... 48 PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012 ................................................ 50
Bab 3. Situasi Derajat Kesehatan GAMBAR 3.1 GAMBAR 3.2 GAMBAR 3.3 GAMBAR 3.4 GAMBAR 3.5 GAMBAR 3.6 GAMBAR 3.7 GAMBAR 3.8 GAMBAR 3.9 GAMBAR 3.10 GAMBAR 3.11 GAMBAR 3.12 GAMBAR 3.13 GAMBAR 3.14 GAMBAR 3.15 GAMBAR 3.16 GAMBAR 3.17 GAMBAR 3.18 GAMBAR 3.19
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012 . .......................................................................... 55 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 56 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 57 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012 . .......................................................................... 58 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 59 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 59 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA, SDKI 1991 – 2012............................................................................ 60 ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 61 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 62 ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA TAHUN 1994-2007........................................................................... 63 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011............................................................................................................ 64 ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR DI INDONESIA TAHUN 2006-2011........... 65 ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011.......... 66 PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2012............ 70 PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2007-2012................................................................................................... 71 PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 72 ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2007-2012............................................................................... 73 ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012............................................................................................ 74 ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA+ DI INDONESIA TAHUN 2006-2012................................................................................................... 75
xv
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 3.20 GAMBAR 3.21 GAMBAR 3.22 GAMBAR 3.23 GAMBAR 3.24 GAMBAR 3.25 GAMBAR 3.26 GAMBAR 3.27 GAMBAR 3.28 GAMBAR 3.29 GAMBAR 3.30 GAMBAR 3.31 GAMBAR 3.32 GAMBAR 3.33 GAMBAR 3.34 GAMBAR 3.35 GAMBAR 3.36 GAMBAR 3.37 GAMBAR 3.38 GAMBAR 3.39 GAMBAR 3.40 GAMBAR 3.41 GAMBAR 3.42 GAMBAR 3.43 GAMBAR 3.44 GAMBAR 3.45 GAMBAR 3.46 GAMBAR 3.47
xvi
JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012................. 76 PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA TAHUN 2012...................................................... 77 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2012............. 77 JUMLAH KASUS BARU PENDERITA AIDS 10 PROVINSI TERTINGGI DI INDONESIA TAHUN 2012............................................................................................................ 78 PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2012............................................................................................................ 78 PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012............................................................................................................ 79 PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKODI INDONESIA TAHUN 2012 .80 ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN DI INDONESIA TAHUN 2000-2012................................................................................................... 81 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA TAHUN 2007-2012................................................................................................... 85 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012............................................................................................................ 86 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR) TAHUN 2007-2012 . ................................................................................................ 87 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012 ................................................................... 88 PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2001-2012................................................................ 89 CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE DI INDONESIA TAHUN 2007–2012.... 90 INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 92 PROPORSI KASUS CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012 ........................................................................ 93 PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012............................................................................................................ 94 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA TAHUN 2012............................................................................................................ 95 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2012.................................................................................................. 96 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 97 JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD DI INDONESIA TAHUN 2008-2012.. 98 JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2007-2012........................ 99 JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012................ 100 PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2012.................. 101 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS TAHUN 2010-2012................................................................................................. 102 ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2000-2012............................................. 103 SITUASI KASUS KONFIRMASI FLU BURUNG DI INDONESIA TAHUN 2005-2012..... 104 DISTRIBUSI KASUS DAN KEMATIAN FLU BURUNG MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2005-2012........................................... 106
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL GAMBAR 3.48 GAMBAR 3.49 GAMBAR 3.50 GAMBAR 3.51 GAMBAR 3.52 GAMBAR 3.53
DISTRIBUSI KASUS FLU BURUNG MENURUT FAKTOR RISIKO DI INDONESIA TAHUN 2005-2012................................................................................................. 106 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012.............................................. 107 SITUASI RABIES (GHPR DAN LYSSA) DI INDONESIA TAHUN 2012.......................... 108 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012................................. 110 JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2008-2012 .............. 111 FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI INDONESIA TAHUN 2012.............................. 114
Bab 4. Situasi Upaya Kesehatan GAMBAR 4.1 GAMBAR 4.2 GAMBAR 4.3 GAMBAR 4.4 GAMBAR 4.5 GAMBAR 4.6 GAMBAR 4.7 GAMBAR 4.8 GAMBAR 4.9 GAMBAR 4.10 GAMBAR 4.11 GAMBAR 4.12 GAMBAR 4.13 GAMBAR 4.14 GAMBAR 4.15 GAMBAR 4.16 GAMBAR 4.17 GAMBAR 4.18 GAMBAR 4.19 GAMBAR 4.20 GAMBAR 4.21 GAMBAR 4.22 GAMBAR 4.23 GAMBAR 4.24 GAMBAR 4.25 GAMBAR 4.26 GAMBAR 4.27
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012......120 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DI INDONESIA TAHUN 2012....................... 121 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012....................................................................... 123 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012........................................................................ 124 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF-3) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012............... 127 CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS (KF-3) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 ....... 127 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL DI INDONESIA TAHUN 2008-2012................................................................................................. 129 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL DI INDONESIA TAHUN 2012... 131 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DI INDONESIA TAHUN 2012...... 133 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012.......... 134 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2004-2012 . ..... 135 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................... 136 CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2012...................... 138 CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2012................................. 140 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA PKPR DI INDONESIA TAHUN 2012................................................. 142 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA KTA DI INDONESIA TAHUN 2012................................................... 144 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.... 146 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI TAHUN 2012.......................................................................................................... 147 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN KB DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 148 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 149 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012........................................................................ 151 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012... 152 CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S) DI INDONESIA TAHUN 2012................... 155 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2012............ 157 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012.... 158 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI DI INDONESIA TAHUN 2012............................. 159 ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI
xvii
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.28 GAMBAR 4.29 GAMBAR 4.30 GAMBAR 4.31 GAMBAR 4.32 GAMBAR 4.33 GAMBAR 4.34 GAMBAR 4.35 GAMBAR 4.36 GAMBAR 4.37 GAMBAR 4.38 GAMBAR 4.39 GAMBAR 4.40 GAMBAR 4.41 GAMBAR 4.42 GAMBAR 4.43 GAMBAR 4.44
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012......................................................................... 160 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2012.......................................................................................................... 161 PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA TAHUN 2005-2012................................................................................................. 165 PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012................................... 166 PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2001-2012........................................................... 167 PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU (SUCCESS RATE) DI INDONESIA TAHUN 2012 (PENGOBATAN TAHUN 2011) . ....... 167 PERSENTASE PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH SUSPEK MALARIA TAHUN 2008 - 2012............................................................................................... 169 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012....................................................................... 171 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012......................................................................................... 174 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DI INDONESIA TAHUN 2012... 175 PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003-2012...... 176 ANGKA BEBAS JENTIK/ABJ (%) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012......................... 177 CAKUPAN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2005-2012......................................................................... 179 PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2006-2012......................................................................... 180 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA TAHUN 2012...... 186 PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2012................................................................... 188 PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2012.......................................................................................................... 190 PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2008-2012................................................................................................. 191
Bab 5. Situasi Sumber Daya Kesehatan GAMBAR 5.1 GAMBAR 5.2 GAMBAR 5.3 GAMBAR 5.4 GAMBAR 5.5 GAMBAR 5.6 GAMBAR 5.7 GAMBAR 5.8
xviii
JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2008 – 2012........................................................... 195 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 20112.................... 196 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2012.................................. 197 JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN TAHUN 2008 – 2012.............................................................................................. 198 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI INDONESIA TAHUN 2012.................. 199 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATA PEDULI REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2012....................................................... 200 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012 . .................................................................... 204 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL GAMBAR 5.9 GAMBAR 5.10 GAMBAR 5.11 GAMBAR 5.12 GAMBAR 5.13 GAMBAR 5.14 GAMBAR 5.15 GAMBAR 5.16 GAMBAR 5.17 GAMBAR 5.18 GAMBAR 5.19 GAMBAR 5.20 GAMBAR 5.21 GAMBAR 5.22 GAMBAR 5.23 GAMBAR 5.24 GAMBAR 5.25 GAMBAR 5.26 GAMBAR 5.27 GAMBAR 5.28 GAMBAR 5.29 GAMBAR 5.30 GAMBAR 5.31
TAHUN 2008 – 2012.............................................................................................. 205 PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2012.......................................................................................................... 206 PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2012......... 206 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012 ................................ 207 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 2012.......................................................................... 208 PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR TAHUN 2012.......................................................................................................... 211 JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012....................................................................... 213 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012....................................................................... 213 PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF MENURUT TINGKATAN (STRATA) TAHUN 2012........................................................................................... 214 RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012.......................................................................................................... 215 PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLTEKKES DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008-2012................... 217 PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 218 PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI NON-POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 219 RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2012.......................................................................................................... 222 RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2012.......................................................................................................... 223 RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012................................................ 224 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DI INDONESIA TAHUN 2012........ 225 KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 227 PERSENTASE PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM, DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) DI INDONESIA TAHUN 2012......................................................................... 228 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2008 – 2012.............................................................................................. 232 PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................................................. 233 PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT/ ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012...................... 234 PERSENTASE PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA JAMKESMAS TAHUN 2012..................................................................................... 235 PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012.............................................................. 236
xix
Profil Kesehatan Indonesia 2012
Bab 6. Perbandingan Indonesia Dengan Negara Anggota Asean Dan Sear GAMBAR 6.1 GAMBAR 6.2 GAMBAR 6.3 GAMBAR 6.4 GAMBAR 6.5 GAMBAR 6.6 GAMBAR 6.7 GAMBAR 6.8 GAMBAR 6.9 GAMBAR 6.10 GAMBAR 6.11 GAMBAR 6.12 GAMBAR 6.13 GAMBAR 6.14 GAMBAR 6.15 GAMBAR 6.16 GAMBAR 6.17 GAMBAR 6.18 GAMBAR 6.19 GAMBAR 6.20 GAMBAR 6.21 GAMBAR 6.22 GAMBAR 6.23 GAMBAR 6.24 GAMBAR 6.25 GAMBAR 6.26
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012............................. 242 KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR (Jiwa per km2) TAHUN 2011.......................................................................................................... 243 PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2001-2011 ................................................. 244 KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 246 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012..... 247 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012..... 248 INDEKS KETIDAKSETARAAN GENDER DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012... 251 ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012............... 253 ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................... 254 PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011.......... 256 ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011........................ 257 ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1000 KELAHIRAN HIDUP) DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 259 ANGKA KEMATIAN IBU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010......................... 260 ANGKA KEMATIAN KASAR (PER 1000 PENDUDUK) DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011.................................................................................. 262 ANGKA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012 .................... 264 PREVALENSI TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 265 KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 266 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT FLU BURUNG DI NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2003-2012 ................................................ 267 JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2004-2012................. 270 CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN CAMPAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012.... 273 PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011......... 275 ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010.......... 275 PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................................................ 276 PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................................................ 277 PERSENTASE PENGELUARAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010.......................................................................................................... 279 PREVALENSI BALITA STUNTING DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2007-2011................................................................................................. 281
xx
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
daftar tabel TABEL 2.1 TABEL 2.2 TABEL 2.3 TABEL 2.4 TABEL 2.5 TABEL 3.1 TABEL 3.2 TABEL 3.3 TABEL 3.4 TABEL 4.1 TABEL 4.2 TABEL 4.3 TABEL 5.1 TABEL 5.2 TABEL 5.3 TABEL 6.1
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 11 ESTIMASI PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 12 PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012................... 15 PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.................................................. 19 JUMLAH KABUPATEN PERBATASAN DAN PUSKESMAS PRIORITAS DTPK DI INDONESIA TAHUN 2011..................................................................................... 23 PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012 .............................................................................. 82 PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN TENTANG CARA MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012..................................................... 84 SITUASI FLU BURUNG MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005-2012.... 105 DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 5 PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012.............................................................................................. 109 PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012......... 162 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR) DAN ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012............................................................ 172 PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA YANG MENGEMBANGKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DAN KANKER LEHER RAHIM.......................................... 182 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS) DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012....................................................................... 204 JUMLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI . ................................ 216 SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013........................................................................ 216 JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES TAHUN 2008-2012................................................................................................. 220 JUMLAH KASUS POLIO NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2005-2011................ 269
xxi
Profil Kesehatan Indonesia 2012
DAFTAR LAMPIRAN BAB 2. GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK LAMPIRAN 2.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.2 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012 287 LAMPIRAN 2.3 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 288 LAMPIRAN 2.4 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 289 LAMPIRAN 2.5 ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA (0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4 TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 290 LAMPIRAN 2.6 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 291 LAMPIRAN 2.7 ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI (15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BERSALIN DAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.8 ESTIMASI JUMLAH ANAK PRA-SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/ SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETINGKAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.9 IN DIKATOR KONSUMSI TERPILIH DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2012 LAMPIRAN 2.10 INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012 LAMPIRAN 2.11 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG MAKANAN DAN NON MAKANAN INDONESIA TAHUN 2007-2012 LAMPIRAN 2.12 PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG DAN GOLONGAN PENGELUARAN PER-KAPITA SEBULAN TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.13 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG TAHUN 2010 - 2011 LAMPIRAN 2.14 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG INDONESIA TAHUN 2010 - 2011 LAMPIRAN 2.15 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH PENDUDUK MISKIN, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 1996 - 2012 LAMPIRAN 2.16 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERKOTAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2012 LAMPIRAN 2.17 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012 LAMPIRAN 2.18 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 2012 LAMPIRAN 2.19 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2010 - 2012 LAMPIRAN 2.20 INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012 LAMPIRAN 2.21.1 INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2011
xxii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL LAMPIRAN 2.21.2 INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA (LANJUTAN) TAHUN 2007 - 2011 LAMPIRAN 2.22 PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL, JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKANSTTB TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.23 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.24 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7 - 24 TAHUN KE ATAS MENURUT STATUS PENDIDIKANTAHUN 2011 LAMPIRAN 2.25 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011 LAMPIRAN 2.26 ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011 LAMPIRAN 2.27 ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011 LAMPIRAN 2.28 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI, JENIS KELAMIN, KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.29 PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007 - 2011 LAMPIRAN 2.30 JUMLAH KECAMATAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PUSKESMAS DI 45 KABUPATEN PERBATASAN DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR BERPENDUDUK SASARAN PRIORITAS DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN DTPK* TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.31 JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012 LAMPIRAN 2.32 DAFTAR KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS) DI INDONESIA SAMPAI DESEMBER 2012** LAMPIRAN 2.33 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG TAHUN 1993 - 2012 LAMPIRAN 2.34 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN SUMBER AIR MINUM LAYAK DI INDONESIA TAHUN 2008 2012 LAMPIRAN 2.35 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI DAN SUMBER AIR MINUM TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.36 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS AIR MINUM DI INDONESIA TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.37 REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.38 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK TAHUN 1993 - 2012 LAMPIRAN 2.39 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN SANITASI LAYAK DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012 LAMPIRAN 2.40 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR DI INDONESIA TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.41 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2011 LAMPIRAN 2.42 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012 LAMPIRAN 2.43 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2011 LAMPIRAN 2.44 JUMLAH LOKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BERDASARKAN IN DIKATOR INPRES NOMOR 3 TAHUN 2011 DAN 2012
xxiii
Profil Kesehatan Indonesia 2012 LAMPIRAN 2.45
PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.46.1 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.46.2 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 1) TAHUN 2012 LAMPIRAN 2.46.3 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 2) TAHUN 2012
BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN LAMPIRAN 3.1 LAMPIRAN 3.2 LAMPIRAN 3.3 LAMPIRAN 3.4 LAMPIRAN 3.5 LAMPIRAN 3.6
LAMPIRAN 3.7 LAMPIRAN 3.8 LAMPIRAN 3.9 LAMPIRAN 3.10 LAMPIRAN 3.11 LAMPIRAN 3.12 LAMPIRAN 3.13 LAMPIRAN 3.14 LAMPIRAN 3.15 LAMPIRAN 3.16 LAMPIRAN 3.17 LAMPIRAN 3.18 LAMPIRAN 3.19 LAMPIRAN 3.20
xxiv
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL, ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2012 DAN ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010- 2011 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN) BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI TAHUN 2010 JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012 HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP DAN ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012 JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012 JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012 JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2012 CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2012 KEJA DIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012 PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012 PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK 0-14 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL LAMPIRAN 3.21 LAMPIRAN 3.22 LAMPIRAN 3.23 LAMPIRAN 3.24 LAMPIRAN 3.25 LAMPIRAN 3.26 LAMPIRAN 3.27 LAMPIRAN 3.28 LAMPIRAN 3.29 LAMPIRAN 3.30 LAMPIRAN 3.31 LAMPIRAN 3.32 LAMPIRAN 3.33 LAMPIRAN 3.34 LAMPIRAN 3.35 LAMPIRAN 3.36 LAMPIRAN 3.37 LAMPIRAN 3.38
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012 FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLBCAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 KLBCAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS NON POLIO AFP DAN NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2012 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2012 JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012 SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010-2012 JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2008-2012 SITUASI PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DI INDONESIA TAHUN 2012 REKAPITULASI KEJA DIAN BENCANA DAN JUMLAH KORBAN TAHUN 2012
BAB 4.
SITUASI UPAYA KESEHATAN
LAMPIRAN 4.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2012 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012 PERSENTASE WANITA BERSTATUS KAWIN UMUR 15-49 TAHUN MENURUT ALAT ATAU CARA KB YANG DIPAKAI DAN PROVINSI HASIL SDKI TAHUN 2012 JUMLAH FASILITAS KESEHATAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012 CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI DENGAN KOMPLIKASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.2 LAMPIRAN 4.3 LAMPIRAN 4.4 LAMPIRAN 4.5 LAMPIRAN 4.6 LAMPIRAN 4.7 LAMPIRAN 4.8 LAMPIRAN 4.9 LAMPIRAN 4.10
xxv
Profil Kesehatan Indonesia 2012 LAMPIRAN 4.11
CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.12 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.13 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.14 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK DI PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.15 PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.16 PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYAN DANG CACAT MELALUI PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.17 CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (FE3) PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.18 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.19 PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.20 PERSENTASE ANAK USIA 2 - 4 TAHUN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 LAMPIRAN 4.21 CAKUPAN BALITA DITIMBANG MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.22 KASUS GIZI BURUK DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.23 CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.24 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2009-2012 LAMPIRAN 4.25 DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2012 LAMPIRAN 4.26 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.27 CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.28 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.29 JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.30 JUMLAH LAYANAN PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN (PDP), PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS), PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM), DAN TB-HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.31 CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP, DAN SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.32 PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.33 TOTAL AFP RATE, NON POLIO AFP RATE, SPESIMEN ADEKUAT, DAN KUNJUNGAN ULANG 60 HARI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.34 JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.35 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 LAMPIRAN 4.36 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
xxvi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL LAMPIRAN 4.37 LAMPIRAN 4.38 LAMPIRAN 4.39 LAMPIRAN 4.40 LAMPIRAN 4.41
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRA DISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012 PERSENTASE KETERSE DIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA BULAN DESEMBER 2012 PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH JEMAAH HAJI WAFAT DAN PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN KESEHATAN HAJI SESUAI STANDAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN LAMPIRAN 5.1 LAMPIRAN 5.2 LAMPIRAN 5.3 LAMPIRAN 5.4 LAMPIRAN 5.5 LAMPIRAN 5.6 LAMPIRAN 5.7 LAMPIRAN 5.8 LAMPIRAN 5.9 LAMPIRAN 5.10 LAMPIRAN 5.11 LAMPIRAN 5.12 LAMPIRAN 5.13 LAMPIRAN 5.14 LAMPIRAN 5.15 LAMPIRAN 5.17 LAMPIRAN 5.16 LAMPIRAN 5.18
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012 JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012 JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN PENGEMBANGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR MENURUT PENGELOLA TAHUN 2008 - 2012 JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2008 - 2012 JUMLAH RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH SARANA PRODUKSI.BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2011 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2012 LAYANAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (TRM) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012 LAYANAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012 JUMLAH PROGRAM STU DI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012 JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES) JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JURUSAN/PROGRAM STU DI DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES JENJANG PENDIDIKANTINGGI (JPT) MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2012
xxvii
Profil Kesehatan Indonesia 2012 LAMPIRAN 5.19 LAMPIRAN 5.20 LAMPIRAN 5.21 LAMPIRAN 5.22 LAMPIRAN 5.23 LAMPIRAN 5.24 LAMPIRAN 5.25 LAMPIRAN 5.26 LAMPIRAN 5.27 LAMPIRAN 5.28 LAMPIRAN 5.29 LAMPIRAN 5.30 LAMPIRAN 5.31 LAMPIRAN 5.32 LAMPIRAN 5.33 LAMPIRAN 5.34 LAMPIRAN 5.35 LAMPIRAN 5.36 LAMPIRAN 5.37 LAMPIRAN 5.38 LAMPIRAN 5.39
xxviii
REKAPITULASI PESERTA DI DIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013 REKAPITULASI PESERTA DI DIK NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKANTINGGI (JPT) MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013 REKAPITULASI LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES MENURUT JURUSAN/PROGRAM STU DI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT PROGRAM STU DI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013 REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN MENURUT PROVINSI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BI DAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 REKAPITULASI DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012 REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012 REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN INDONESIA YANG BEKERJA DI LUAR NEGERI MENURUT JENIS TENAGA DAN NEGARA TAHUN 2012 REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 (KON DISI 31 DESEMBER 2012) REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KON DISI 31 DESEMBER 2012 REKAPITULASI KEBERADAAN BI DAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KON DISI 31 DESEMBER 2012 REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 REKAPITULASI PENGANGKATAN BI DAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 REKAPITULASI PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
LAMPIRAN 5.40 LAMPIRAN 5.41 LAMPIRAN 5.42 LAMPIRAN 5.43
DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI MENURUT ESELON I TAHUN 2012 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH PROVINSI MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2012 DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2012 ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
BAB 6. PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR LAMPIRAN 6.1 PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012 LAMPIRAN 6.2 ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR LAMPIRAN 6.3 HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) DAN GENDER INEQUALITY INDEX (GII) DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 - 2012 LAMPIRAN 6.4 PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 LAMPIRAN 6.5 PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010/2011 LAMPIRAN 6.6 ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 LAMPIRAN 6.7 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2004-2012 LAMPIRAN 6.8 JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012 LAMPIRAN 6.9 PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 LAMPIRAN 6.10 PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2005 2012 LAMPIRAN 6.11 PEMBIAYAAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010 LAMPIRAN 6.12 PREVALENSI BALITA MENURUT STATUS GIZI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2007 - 2011
xxix
Profil Kesehatan indonesia 2012
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI......................iv SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.....................................................v DAFTAR SINGKATAN............................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL................................................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................... xxii BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................2 BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK..............................................6 A. KEADAAN PENDUDUK.........................................................................................7 B. KEADAAN EKONOMI . .......................................................................................13 C. KEADAAN PENDIDIKAN.....................................................................................23 D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN.............................................................33 1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas......................................................33 2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar...................................................38 3. Rumah Tangga Kumuh..................................................................................42 4. Rumah Sehat ................................................................................................43 E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT.................................................................44 1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ..................................................44 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).......................................................47 3. Kabupaten/Kota Sehat (KKS).........................................................................48 4. Kawasan Tanpa Rokok (KTR).........................................................................49 BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN................................................................................54 A. MORTALITAS . ....................................................................................................54 1. Angka Kematian Neonatal (AKN)..................................................................54 2. Angka Kematian Bayi (AKB)...........................................................................57 3. Angka Kematian Balita (AKABA)....................................................................60 4. Angka Kematian Ibu (AKI) ............................................................................62 B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA...................................................................64 C. STATUS GIZI ......................................................................................................67 1. Status Gizi Balita...........................................................................................67 2. Status Gizi Penduduk Dewasa.......................................................................68 D. MORBIDITAS.......................................................................................................69 1. Penyakit Menular..........................................................................................79 a. Tuberkulosis Paru..................................................................................69 i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif..........................................70 ii. Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus..............71 iii. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)...........73 iv. Angka Penemuan Kasus................................................................75 b. HIV & AIDS............................................................................................76 i. Jumlah Kasus HIV Positif dan AIDS...............................................76 ii. Angka Kematian Akibat AIDS .......................................................81 iii. Pengetahuan AIDS........................................................................81
xxx
Profil Kesehatan indonesia 2012 c. Pneumonia............................................................................................85 d. Kusta . .................................................................................................87 e. Diare . .................................................................................................90 2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)................................91 a. Tetanus Neonatorum............................................................................91 b. Campak ...............................................................................................92 c. Difteri . .................................................................................................94 d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut).................95 3. Penyakit Bersumber Binatang.......................................................................96 a. Demam Berdarah Dengue (DBD)..........................................................96 b. Chikungunya ........................................................................................98 c. Filariasis................................................................................................99 d. Malaria................................................................................................100 e. Angka Kesakitan Malaria.....................................................................102 f. Flu Burung...........................................................................................104 g. Rabies .................................................................................................107 h. Leptospirosis ......................................................................................108 i. Antraks................................................................................................111 4. Penyakit Tidak Menular .............................................................................112 a. Diabetes Melitus.................................................................................112 b. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah..............................................112 E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA......................................................114 BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN..................................................................................118 A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK...............................................................118 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil..................................................................119 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin .............................................................123 3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas ..................................................................126 4. Penanganan Komplikasi Maternal...............................................................128 5. Penanganan Komplikasi Neonatal...............................................................130 6. Kunjungan Neonatal...................................................................................132 7. Pelayanan Kesehatan pada Bayi..................................................................135 8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita......................................................137 9. Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat....................................138 10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)...............................................141 11. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) . ..........143 12. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti................144 13. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)...........................................................146 B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT......................................................................148 1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) . .............................148 2. Pemberian Kapsul Vitamin A . ....................................................................150 3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif...............................................................152 4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)........................................154 C. PELAYANAN IMUNISASI..................................................................................156 1. Imunisasi Dasar pada Bayi..........................................................................156 2. Imunisasi pada Ibu Hamil............................................................................160
xxxi
Profil Kesehatan indonesia 2012 D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT ................................................................162 1. Pengendalian HIV AIDS...............................................................................162 2. Pengendalian Penyakit TB Paru...................................................................164 a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa......164 b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)...................166 3. Pengendalian Penyakit Malaria...................................................................168 4. Pengendalian Penyakit ISPA........................................................................170 5. Pengendalian Penyakit Kusta......................................................................172 6. Pengendalian Penyakit Polio.......................................................................173 7. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)...........................176 8. Pengendalian Penyakit Filariasis.................................................................178 9. Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah................................180 10. Pengendalian Penyakit Kanker....................................................................181 11. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik.............184 E. UPAYA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ............................................185 1. Ketersediaan Obat dan Vaksin....................................................................185 2. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan......................188 F. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT......................................189 BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN.....................................................................194 A. SARANA KESEHATAN.......................................................................................194 1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).................................................194 a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)..................................................................198 b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).......200 c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja........................................201 d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga..................................202 e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)...........................................................................202 2. Rumah Sakit................................................................................................203 a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).......................................................................208 b. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)........................................209 c. Layanan Pencegahan Penularan HIV...................................................209 d. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer.......210 3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.........211 4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat...........................................214 5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan.......................................................216 a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi...............................................216 b. Akreditasi Institusi..............................................................................219 c. Peserta Didik.......................................................................................220 d. Lulusan...............................................................................................220 B. TENAGA KESEHATAN..........................................................................................221 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan...........................................................222 a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas.........................................................223
xxxii
Profil Kesehatan indonesia 2012 b. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit..........................................................225 2. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT).....................226 3. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus.................................229 4. Registrasi Tenaga Kesehatan.......................................................................229 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN . ..........................................................................231 1. Anggaran Kementerian Kesehatan..............................................................231 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan ......232 3. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat ............................................234 4. Bantuan Operasional Kesehatan.................................................................235 BAB 6. PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR...............................................................................................240 A. KEPENDUDUKAN.............................................................................................241 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk . ............................................................241 2. Laju Pertumbuhan Penduduk ....................................................................243 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur . .......................................................245 4. Indeks Pembangunan Manusia...................................................................247 5. Gender Inequality Index..............................................................................249 6. Total Fertility Rate ......................................................................................252 7. Angka Kelahiran Kasar . ..............................................................................253 8. Sosial Ekonomi ...........................................................................................254 B. DERAJAT KESEHATAN .....................................................................................257 MORTALITAS.....................................................................................................257 1. Angka Kematian Bayi . ................................................................................257 2. Angka Kematian Balita ...............................................................................258 3. Angka Kematian Ibu....................................................................................260 4. Angka Kematian Kasar . ..............................................................................262 5. Angka Harapan Hidup.................................................................................263 MORBIDITAS.....................................................................................................264 1. Prevalensi Tuberkulosis ..............................................................................264 2. Flu Burung (Avian Influenza).......................................................................267 3. Polio............................................................................................................269 4. Campak.......................................................................................................271 5. Tetanus Neonatorum..................................................................................271 C. UPAYA KESEHATAN..........................................................................................272 1. Cakupan Imunisasi .....................................................................................272 2. Pengendalian TB Paru.................................................................................274 3. Air Minum Layak dan Sanitasi ...................................................................276 4. Pelayanan Kesehatan Ibu ...........................................................................278 D. PEMBIAYAAN KESEHATAN..............................................................................279 E. STATUS GIZI......................................................................................................280 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................282 LAMPIRAN.......................................................................................................................285
xxxiii
Menkes berdialog santai dengan ibu-ibu kader di Ternate
Foto: Puskom Publik
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
BAB 1. PENDAHULUAN
P
rofil Kesehatan Indonesia yang pertama diterbitkan pada tahun 1988. Sejak saat itu Profil Kesehatan Indonesia terbit setiap tahunnya hingga saat ini. Profil diterbitkan dalam bahasa Indonesia, dan pada tahun 2003, selain
berbahasa Indonesia, diterbitkan juga dalam bahasa Inggris. Profil kesehatan Indonesia membahas beberapa topik yang terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan sebagai berikut: BAB GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK Bab ini menyajikan tentang gambaran umum, yang meliputi kependudukan, perekonomian, dan lingkungan fisik serta perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan. Indonesia tergolong struktur penduduk muda dengan masih banyak penduduk yang berumur 0-14 sebesar 28,87% dan juga ditopang oleh penduduk usia produktif sebanyak 66% merupakan potensi besar bagi Indonesia untuk membangun lebih maju. Selain itu jumlah penduduk usia tua juga menjadi perhatian bagi kebijakan pemerintah dalam menangani usia lanjut karena pada tahun 2012 jumlah penduduk lanjut usia (>65 tahun) juga mengalami peningkatan karena umur harapan hidup semakin tinggi, dari 69,09 pada tahun 2007 menjadi 69,65 tahun 2012. BAB SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita,
pendahuluan dan maternal selama beberapa tahun ini menggunakan data SDKI 2007. Sedangkan pada Profil Kesehatan Indonesia 2012 angka kematian menggunakan data mutakhir yang merupakan hasil SDKI 2012. Angka kematian neonatal, bayi, dan balita mengalami penurunan walaupun tidak setajam hasil SDKI sebelumnya. BAB SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang merupakan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan. Upaya kesehatan yang diuraikan pada Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 mencakup program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian penyakit, kefarmasian dan alat kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian anak sebagaimana yang telah disepakati dalam komitmen global MDGs. BAB SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2012. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan, sarana produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan, institusi pendidikan tenaga kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Salah satu yang dibahas dalam bab ini adalah ketersedian puskesmas dan rumah sakit beserta rasionya. BAB PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR Bab ini menyajikan perbandingan antar negara anggota ASEAN dan negara anggota SEAR dimana Indonesia menjadi anggota dari kedua organisasi tersebut. Beberapa indikator yang dibandingkan meliputi data kependudukan, Angka Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, Gender Inequality Index, data tuberkulosis, angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan cakupan imunisasi pada bayi.
3
Anak-anak sehat berkat Jamkesmas di Ambon - 2012
Foto: Puskom Publik
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Profil Kesehatan indonesia 2012
BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
I
ndonesia secara geografis terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Australia serta di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kondisi ini membuat letak Indonesia sangat strategis karena posisi
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara maupun laut dan sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia, antara perdagangan negara-negara industri dan negara-negara yang sedang berkembang. Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan dan 95o sampai 141o Bujur Timur yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke. Menurut data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 13.466, luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Luasan wilayah dalam peta NKRI dari masa ke masa memperlihatkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengalami beberapa perubahan. Saat ini peta NKRI yang terbaru memperlihatkan penambahan luas wilayah yurisdiksi Kelautan Republik Indonesia di luar 200 mil laut seluas 4.209 Km2 yang terletak di sisi barat laut Pulau Sumatera, yang disetujui dan disahkan oleh PBB tanggal 17 Agustus 2010 lalu, saat menggelar sidang di New York Amerika Serikat. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa pada tahun 2012 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 497 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.994 kecamatan, 8.216 kelurahan
6
gambaran umum dan perilaku penduduk dan 69.249 desa. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Pembagian wilayah Indonesia secara administratif menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.1. Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2012 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan kesehatan lingkungan, dan keadaan perilaku penduduk.
A. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.630.913 penduduk laki-laki dan 118.010.413 penduduk perempuan. Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 dilaksanakan oleh Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan dengan bantuan dari Badan Pusat Statistik. Estimasi dilakukan dengan metode geometrik yang berasumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 (LPP 2000-2010). Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. GAMBAR 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi
7
Profil Kesehatan indonesia 2012 Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 sebesar 244.775.797 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebesar 123.222.475 dan jumlah penduduk perempuan 121.553.322 dengan rasio jenis kelamin 101. Angka ini berarti bahwa terdapat 101 lakilaki di antara 100 perempuan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.3. Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 berasumsi bahwa laju/angka pertumbuhan penduduk bersifat konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah laju pertumbuhan penduduk provinsi. Pada Gambar 2.1, estimasi jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 44.655.786, Jawa Timur sebesar 38.006.413 dan Jawa Tengah sebesar 32.586.588. Estimasi jumlah penduduk terendah terdapat di Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk sebesar 816.986, Gorontalo sebesar 1.086.506 dan Maluku Utara sebesar 1.088.794. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan, dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun 2012. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk lakilaki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. GAMBAR 2.2 ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi
8
gambaran umum dan perilaku penduduk Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi. Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda (0–14 tahun) yang masih tinggi, walaupun jumlah kelahiran telah menurun jika dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Angka harapan hidup semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua, untuk laki-laki dan perempuan. Badan piramida membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif tidak produktif. Rincian estimasi jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Indonesia tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) per tahun selama tahun 1971–1980 sebesar 2,31% dan menurun secara tajam selama rentang tahun 1990–2000. Pada tahun 2000 LPP sebesar 1,40%, penurunan laju pertumbuhan penduduk ini dimungkinkan karena berhasilnya program keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah pada masa itu. Kebijaksanaan kependudukan yang diambil pemerintah tidak hanya menurunkan angka fertilitas tetapi diharapkan ikut meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Hal berbeda terjadi di periode 2000–2010, LPP sebesar 1,49% per tahun, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan LPP pada tahun 1990–2000. Peningkatan yang terjadi masih relatif kecil, dimungkinkan karena program keluarga berencana tidak mampu lagi menghambat angka kelahiran di Indonesia. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan jumlah penduduk yang semakin banyak di masa yang akan datang. Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per kilometer persegi. Hasil estimasi penduduk menunjukkan pada tahun 2012 kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 128 penduduk per km2. Estimasi kepadatan penduduk paling besar terdapat di Provinsi DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk 14.864, Jawa Barat sebesar 1.262 dan Banten 1.161. Estimasi kepadatan penduduk paling kecil terdapat di Provinsi Papua Barat dengan kepadatan penduduk 8, Papua sebesar 9 dan Kalimantan Tengah sebesar 14,91. Rincian kepadatan penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
9
Profil Kesehatan indonesia 2012 GAMBAR 2.3 ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur nonproduktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk nonproduktif yang ditanggung oleh penduduk umur produktif. Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur yang ditunjukkan oleh Tabel 2.1, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia 0-14 tahun sebesar 28,87% yang berusia 15-64 tahun sebesar 66,08% dan yang berusia ≥ 65 tahun sebesar 5,05%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2012 sebesar 51,33%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Indonesia yang masih produktif akan menanggung 51 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki lebih besar jika dibandingkan
10
gambaran umum dan perilaku penduduk dengan Angka Beban Tanggungan perempuan, yaitu 51,50% untuk laki-laki dan 51,15% untuk perempuan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6. TABEL 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi
Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.
11
Profil Kesehatan indonesia 2012 TABEL 2.2 ESTIMASI PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi
Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan sangatlah beragam, sesuai dengan karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus kehidupan yang terjadi. Beberapa upaya program kesehatan memiliki sasaran ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu nifas. Beberapa program lainnya dengan penduduk sasaran terfokus pada kelompok umur tertentu, meliputi: bayi, batita, balita, anak balita, anak usia sekolah SD, wanita usia subur, penduduk produktif, dan usia lanjut.
12
gambaran umum dan perilaku penduduk
B. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data dari BPS, Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 2.618,1 triliun dan apabila dilihat berdasarkan atas dasar harga berlaku menjadi Rp 8.241,9 triliun pada tahun 2012. Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2005-2011 belum stabil, yang antara lain dipengaruhi oleh kondisi politik dan iklim investasi yang ada. GAMBAR 2.4 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23% dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Saat terjadi krisis ekonomi global pada tahun 2008, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 4,50%. Pada tahun 2012, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh mencapai 9,98%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 8,11%, sektor konstruksi 7,50%, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan tumbuh 7,15%, sektor listrik, gas, dan air bersih 6,40%, sektor industri pengolahan tumbuh 5,73%, sektor jasa-jasa 5,24%, sektor pertanian tumbuh 3,97%, dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,49 %. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total
13
Profil Kesehatan indonesia 2012 pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47%. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing sebesar 1,44% dan 0,98%. PDB per kapita merupakan PDB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2012, nilai PDB per kapita diperkirakan mencapai Rp. 33,3 juta dengan laju peningkatan sebesar 9,58 persen dibandingkan dengan PDB per kapita tahun 2011 yang sebesar Rp. 30,4 juta. Sementara itu Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita juga meningkat dari Rp. 29,6 juta pada tahun 2011 menjadi Rp. 32,4 juta pada tahun 2012 atau terjadi peningkatan sebesar 9,52 persen. Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam kegiatan Susenas, dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah GAMBAR 2.5 PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA INDONESIA TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
14
gambaran umum dan perilaku penduduk tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar provinsi khususnya dilihat dari segi ekonomi. Pengeluaran per kapita untuk non makanan mengalami kenaikan pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 persentase pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan sebesar 50,55% dan pengeluaran yang dilakukan oleh makanan sebesar 49,45%. Pengeluaran makanan terbesar untuk makanan jadi dan padi-padian. Pengeluaran non makanan terbesar untuk perumahan, bahan bakar, penerangan dan air. Biaya kesehatan per kapita sebulan hanya sebesar 3,04% dari total pengeluaran per kapita sebulan. Nilai ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan terhadap perumahan, bahan bakar, penerangan dan air. Rincian lengkap pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang dapat dilihat pada Lampiran 2.14. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di Indonesia. Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun ke atas. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja, namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang masuk usia kerja yang dapat menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka.
TABEL 2.3 PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
15
Profil Kesehatan indonesia 2012 Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Konsep pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai bekerja). Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka di sini didefinisikan sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga.Pada Tabel 2.3 dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Tahun 2012. Agustus tahun 2012 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2012 turun sebesar 2,4 juta orang dibanding keadaan Februari 2012. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2012 berkurang sebesar 2,0 juta orang dibanding keadaan Februari 2012 .Jumlah penganggur pada Agustus 2012 mengalami penurunan sekitar 370 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2012. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk telah menyebabkan peningkatan jumlah angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja menyebabkan semakin sempitnya peluang kerja karena minimnya lapangan pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya pengangguran terbuka yang cukup tinggi. Hal yang menggembirakan adalah turunnya jumlah pengangguran terbuka dari tahun ke tahun, walaupun angka pengangguran masih cukup tinggi. Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuan pemerintah dalam pembukaan lapangan kerja baru di masa mendatang. Angka ini juga menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Berdasarkan publikasi data hasil Sakernas BPS tahun 2012 ada penurunan angka pengangguran. Jumlah pengangguran pada Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana pada Agustus 2012 sebesar 6,14% turun dari kondisi Februari 2012 yang sebesar 6,32% dan kondisi Agustus 2011 yang sebesar 6,56%.
16
gambaran umum dan perilaku penduduk GAMBAR 2.6 PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN DI INDONESIA AGUSTUS TAHUN 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalah pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan. Pada Gambar 2.6, dapat ditunjukkan bahwa pengangguran tertinggi ada pada penduduk yang menamatkan pendidikan pada tingkat SMA dengan persentase sebesar 39,66%. Pengangguran tertinggi kedua ada pada penduduk dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 23,48%. Tingkat pengangguran tertinggi ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebesar 20,01%. Tingkat pengangguran pada tingkat pendidikan diploma/universitas sebesar 8,76%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012 masih terdapat pengangguran yang berpendidikan. Kemiskinan menjadi isu yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli dan akses dari masyarakat. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta keterbatasan pemenuhan pangan dan gizi masyarakat. Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) dalam mengukur kemiskinan di Indonesia. Secara umum
17
Profil Kesehatan indonesia 2012 kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak‐hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi yang sangat luas ini menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, sehingga tidak mudah untuk mengukur kemiskinan dan perlu kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai. Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran. Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan. GAMBAR 2.7 GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan. Perhitungan Garis Kemiskinan tersebut dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Tahun 2012, dilakukan 2 kali pengukuran penduduk miskin, yaitu bulan Maret dan September. Pada September 2012, kategori penduduk miskin di desa adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp 240.441,00 dan penduduk miskin di kota adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp 277.382,00. Garis kemiskinan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Rincian lengkap mengenai garis kemiskinan per tahun desa dan kota dapat dilihat pada Lampiran 2.15.
18
gambaran umum dan perilaku penduduk GAMBAR 2.8 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Gambar 2.8 menunjukkan tentang jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia dari tahun 2006 – 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin berjumlah 28,59 juta penduduk miskin, turun jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang berjumlah 30,01 juta penduduk miskin dan 31,02 juta penduduk miskin pada tahun 2010. Secara persentase, penduduk miskin tahun 2012 sebesar 11,66%, tahun 2011 sebesar 12,49% dan tahun 2010 sebesar 13,33%. Secara persentase kemiskinan semakin turun jika dibandingkan per tahun, tetapi jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar. Secara lengkap jumlah dan persentase penduduk miskin terdapat pada Lampiran 2.19. TABEL 2.4 PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
19
Profil Kesehatan indonesia 2012 Berdasarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi dari BPS terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Dari Tabel 2.4 dapat diketahui lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa yaitu 55,83% tahun 2010 dan tahun 2012 menurun menjadi 55,33%. Separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa. Persebaran jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 di Sumatera 21,49%, Jawa 55,72%, Kalimantan 3,23%, Bali dan Nusa Tenggara 6,91%, Sulawesi 7,14%, Maluku dan Papua 5,50%. Pada tahun 2012 persentase penduduk miskin di Sumatera 21,60%, Sulawesi 7,15%, Kalimantan 3,26%, Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 6,96%, Maluku dan Papua 5,69%. Selama rentang tahun 2010 – 2012, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di Pulau Jawa dan kenaikan persentase penduduk miskin tertinggi terjadi di Pulau Maluku dan Papua. GAMBAR 2.9 PETA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Pada Gambar 2.9 ditunjukkan persebaran penduduk miskin di Indonesia. Persentase penduduk miskin terbesar pada tahun 2012 terdapat di Provinsi Papua dengan persentase penduduk miskin 30,66% dan Provinsi Papua Barat dengan persentase penduduk miskin sebesar 27,04%. Penduduk miskin terendah di Indonesia terdapat di Provinsi Bali dengan persentase penduduk miskin sebesar 3,95% dan Provinsi DKI Jakarta dengan persentase penduduk miskin sebesar 3,70%. Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain menekan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Rincian mengenai indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan dapat dilihat pada Lampiran 2.20.
20
gambaran umum dan perilaku penduduk Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Ukuran yang dapat menggambarkan ketimpangan pendapatan ini adalah koefisin Gini/Indeks Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan secara menyeluruh. Nilai indeks Gini ada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Apabila nilai indeks Gini adalah 0 artinya terdapat kemerataan sempurna pada distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna. Rincian mengenai indeks Gini dapat dilihat pada Lampiran 2.10. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam kriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah pedalaman, kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan antar negara, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik, dan sebagian besar wilayah daerah pesisir. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah menetapkan 183 kabupaten yang dikategorikan sebagi kabupaten tertinggal. Ketetapan ini berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014. Saat ini di Indonesia terdapat 45 kabupaten perbatasan, 33 pulau-pulau kecil terluar berpenduduk,
21
Profil Kesehatan indonesia 2012 183 daerah tertinggal dan 158 Kabupaten Prioritas Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal. Pada tahun 2012 persentase daerah tertinggal adalah 36,8% (183 kabupaten dari 497 kabupaten/kota) yang terdapat di 27 provinsi. GAMBAR 2.10 PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2012
Gambar 2.10 menunjukkan provinsi dengan persentase kabupaten tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, Nusa Tenggara Timur sebesar 95,24% dan Provinsi Papua sebesar 93,10%. persentase kabupaten tertinggal terendah terdapat di Kalimantan Tengan sebesar 7,14% dan Jawa Barat sebesar 7,69%. Terdapat 6 provinsi di Indonesia yang tidak memiliki kabupaten tertinggal yaitu: Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Bali. Rincian kabupaten tertinggal per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.31. Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar juga memprioritaskan pembangunan pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Salah satu agenda kegiatan adalah pembangunan kesehatan di 45 Kabupaten Prioritas Nasional di Perbatasan dengan Negara Tetangga. Dengan menggunakan skala prioritas, terdapat 45 kabupaten prioritas dan 101 puskesmas prioritas kabupaten prioritas nasional di perbatasan dengan negara tetangga. Pada Tabel 2.5 dapat diketahui bahwa pulau dengan jumlah kabupaten perbatasan dengan negara lain terbanyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua yang berjumlah 17 kabupaten atau 37,78%. Sedangkan di Pulau Jawa tidak terdapat kabupaten yang berbatasan dengan wilayah asing. 101 puskesmas prioritas nasional terbesar berada dalam wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan jumlah
22
gambaran umum dan perilaku penduduk puskesmas prioritas sebesar 55 puskesmas. Puskesmas prioritas di Pulau Kalimantan sebesar 29 puskesmas dan puskesmas prioritas tidak terdapat di Pulau Jawa. Dengan ditetapkannya skala prioritas ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja Kementerian Kesehatan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan. Rincian jumlah kecamatan, jumlah penduduk, dan jumlah puskesmas di 45 kabupaten perbatasan dapat dilihat pada Lampiran 2.30. TABEL 2.5 JUMLAH KABUPATEN PERBATASAN DAN PUSKESMAS PRIORITAS DTPK DI INDONESIA TAHUN 2011
Sumber: Direktorat BUK Dasar, Kemenkes RI, 2011
C. KEADAAN PENDIDIKAN Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan karakter manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidik an berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Laju perubahan sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kemudian menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya peningkatan peran pendidikan dalam
23
Profil Kesehatan indonesia 2012 pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Beberapa program pemerintah telah diupayakan sebagai sebuah alternatif dalam rangka menyiapkan dan meningkatkan mutu pendidikan, sebagai contoh adalah dari program wajib belajar 9 tahun. GAMBAR 2.11 RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Pada Gambar 2.11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 7,9 tahun. Nilai ini sama jika dibandingkan dengan tahun 2010, tetapi semakin meningkat jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2007 yang sebesar 7,4 tahun dan pada tahun 2008 sebesar 7,5 tahun. Apabila dibandingkan dengan program wajib belajar 9 tahun, maka pada tahun 2011 program ini belum berjalan optimal. Rincian mengenai indikator pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 2.21.1 dan Lampiran 2.21.2. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa serta keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan sangat strategis. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber daya manusia tercermin dari kualitas pendidikan. Dengan
24
gambaran umum dan perilaku penduduk GAMBAR 2.12 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi. Partisipasi penduduk bersekolah disajikan dalam persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah dan tidak sekolah lagi. Secara total, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas di Indonesia yang tidak/ belum pernah sekolah sebesar 8,38%, masih sekolah 24,88% dan 66,74% sudah tidak bersekolah lagi. Pada Gambar 2.12 dapat diketahui bahwa golongan umur 10-14 status sekolahnya 95,24% masih bersekolah dan golongan umur 15-19 tahun status sekolahnya 57,48% masih bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk usia muda (kelompok umur 5-9 dan 10-14 tahun) telah/sedang menempuh pendidikan dasar (telah memenuhi wajib belajar 9 tahun). Semakin tua golongan umur maka semakin kecil persentase penduduk tersebut untuk bersekolah lagi, karena banyak dari golongan umur ini yang telah masuk dalam golongan bekerja atau mencari pekerjaan. Rincian menurut golongan umur dan status sekolah dapat dilihat pada Lampiran 2.23. Pada Gambar 2.13 persentase penduduk berumur 7-24 tahun ke atas yang masih sekolah tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 75,12%. Lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan telah membuat predikat bagi provinsi ini sebagai kota pendidikan. Pada
25
Profil Kesehatan indonesia 2012 provinsi ini juga sebagai kota tujuan penduduk dari luar provinsi untuk menimba ilmu. Persentase penduduk berumur 7-24 tahun ke atas yang masih sekolah terendah ada di Provinsi Papua sebesar 54,22%. Kondisi ini dimungkinkan karena kurangnya sarana dan prasaran pendidikan. Provinsi DKI Jakarta 58,74% penduduk umur 7-24 tahun ke atas masih sekolah, nilai ini terendah kedua setelah Provinsi Papua. Rincian menurut provinsi dan status sekolah dapat dilihat pada Lampiran 2.24. GAMBAR 2.13 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7-24 KE ATAS YANG MASIH SEKOLAH TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara tersebut. Pada Gambar 2.14, ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki tertinggi pada tingkat pendidikan SMU/SMA/SMK dengan persentase 22,71% dan SMP/MTs sebesar 20,74%. Penduduk dengan tingkat pendidikan Diploma I/II sebesar 0,77% dan persentase penduduk dengan ijazah/ STTB tertinggi Akademi/Diploma III/IV/S1/S2/S3 sebesar 5,96%. Penduduk yang tidak memiliki ijazah/STTB masih cukup tinggi, yaitu 21,10%. Rincian persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan STTB yang dimiliki tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 2.22
26
gambaran umum dan perilaku penduduk GAMBAR 2.14 PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak dapat membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Secara nasional persentase penduduk yang buta huruf sebesar 7,19%. Gambar 2.15 menunjukan persentase penduduk yang buta huruf terkecil terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,15% dan tertinggi terdapat di Provinsi Papua sebesar 35,92%. Terdapat 21 provinsi yang angka buta hurufnya lebih rendah jika dibandingkan dengan angka nasional. Enam provinsi di Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang buta huruf relatif tinggi, di atas 10%, yaitu Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Bali. Papua mempunyai angka buta huruf terbesar, hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan di provinsi ini masih sangat kurang. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.28.
27
Profil Kesehatan indonesia 2012 GAMBAR 2.15 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk: 1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD, 2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, 3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin besar angka melek huruf diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan sehingga tingkat kesejahteraan dapat semakin meningkat. Pada Gambar 2.16, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf tertinggi di Sulawesi Utara dengan persentase penduduk melek huruf 98,85% dan DKI Jakarta dengan persentase penduduk melek huruf 98,83%. Persentase penduduk melek huruf terendah di Provinsi Papua dengan persentase 64,08% dan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan persentase 83,24. Rincian per provinsi dan per jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 2.28.
28
gambaran umum dan perilaku penduduk Secara nasional, persentase penduduk yang melek huruf sebesar 92,91% pada tahun 2010 dan sedikit menurun menjadi 92,81% pada tahun 2011. Angka melek huruf pada tahun 2011 di perkotaan sebesar 95,68% dan angka melek huruf di perdesaan sebesar 89,89%. Angka ini apabila dibandingkinkan dengan kondisi tahun 2010 terjadi penurunan di tingkat perkotaan dan terjadi peningkatan di perkotaan. Apabila dibandingkan antar GAMBAR 2.16 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
daerah perkotaan dan perdesaan, persentase penduduk yang melek huruf relatif lebih tinggi di daerah perkotaan. Hal ini dimungkinkan dengan relatif majunya fasilitas pendidikan dan relatif baiknya akses sarana menuju tempat pendidikan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih bersekolah di semua jenjang pendidikan. APS dari BPS secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/ SMK. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu daerah. Berdasarkan angka ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah APS.
29
Profil Kesehatan indonesia 2012 Gambar 2.17 merupakan APS nasional menurut usia sekolah dari tahun 2007-2011. Berdasarkan 4 kelompok umur dimana kelompok umur 7–12 tahun mewakili umur setingkat sekolah dasar, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP, 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA, dan 19–24 tahun mewakili umur setingkat perguruan tinggi. Pada gambar dapat diketahui bahwa semakin tinggi kelompok umur maka tingkat partisipasi sekolahnya semakin kecil. Hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 1618 tahun dan 19-24 tahun telah masuk dalam angkatan kerja dan bekerja. APS pada kelompok umur 7–12 tahun dan 13–15 tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa program pendidikan 9 (sembilan) tahun semakin baik dijalankan. Rincian per provinsi dan per tahun dapat dilihat pada Lampiran 2.25. GAMBAR 2.17 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Untuk memahami dan melakukan analisis tentang kondisi pendidikan di Indonesia, dapat menggunakan dua indikator tentang partisipasi sekolah. Terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan. APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
30
gambaran umum dan perilaku penduduk jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan batasan kelompok umur. Kondisi ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%, hal ini sering terjadi pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai di atas 100% ini terjadi karena masih banyak penduduk dengan kelompok usia di bawah 7 tahun yang sudah bersekolah di tingkat sekolah dasar, atau penduduk yang berusia lebih dari 12 tahun yang masih bersekolah pada tingkat SD/MI. Pada Gambar 2.18 diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD. Pada tahun 2011 nilai APK untuk tingkat SD sebesar 102,58%, SMP 89,57% dan SMA 64,66%. Kondisi pada tahun 2011 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2010 pada jenjang pendidikan SMP/MTS dan SMA/SMK/MA tetapi menurun pada jenjang pendidikan SD/ MI. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.26. GAMBAR 2.18 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
31
Profil Kesehatan indonesia 2012 Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena memasukkan semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompok umur yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan indikator yang lebih mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM. APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator pendidikan yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan menggunakan batasan kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM yang melebihi 100%. Nilai APM lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai APK. Pada Gambar 2.19, tahun 2011 nilai APM untuk tingkat SD/MI sebesar 91,03%, SMP/MTs 68,12% dan SMA/SMK 47,97%. Nilai APM ini jika dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami kenaikan pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan pada jenjang pendidikan SMA/SMK tetapi mengalami penurunan pada jenjang pendidikan SD/MI. Kondisi APM ini lebih mencerminkan kondisi partisipasi sekolah. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.27. GAMBAR 2.19 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 – 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
32
gambaran umum dan perilaku penduduk
D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang harus diatasi bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator seperti: akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah tangga kumuh dan rumah sehat.
1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk memastikan komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut : •
Parameter mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel,
•
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna,
•
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5.
33
Profil Kesehatan indonesia 2012 Dalam rangka pencapaian target Renstra tentang persentase kualitas air minum berkualitas dengan salah satu target prioritas adalah persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan, dalam hal ini adalah air minum yang didistribusikan oleh PDAM dengan target tahun 2012 adalah 95%. Hal tersebut di atas merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya kemungkinan munculnya penyakit berbasis air (waterborne disease) karena air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan dalam penyebaran penyakit melalui media pertumbuhan mikrobiologi serta adanya kemungkinan terlarutnya unsur kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Sebagai salah satu pengawasan kualitas air minum PDAM, dilakukan uji petik terhadap kualitas air minum PDAM secara eksternal. Penghitungan dilakukan dengan membandingkan jumlah sampel air minum yang memenuhi syarat dibanding dengan jumlah seluruh sampel air minum yang diambil pada jaringan distribusi PDAM. GAMBAR 2.20 PERSENTASE HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM YANG MEMENUHI SYARAT MIKROBIOLOGI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, 2012
Pada Gambar 2.20 persentase hasil pemeriksaan kualitas air minum PDAM yang memenuhi syarat mikrobiologi di Indonesia sebesar 95,39%, lebih tinggi dibandingkan target Renstra tahun 2012. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 20 provinsi di Indonesia mempunyai kualitas air minum PDAM yang baik, karena dari jumlah sampel
34
gambaran umum dan perilaku penduduk yang diuji nilainya 100% memenuhi syarat mikrobiologi. Persentase terendah terjadi di Provinsi Bali, hasil pengujian sampel hanya sebesar 34,78% yang memenuhi syarat mikrobiologi, sedangkan di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 62,47%. Rincian lengkap terdapat di Lampiran 2.37. Amanat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pada Pasal 6 disebutkan bahwa : 1. Air minum yang dihasilkan dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, 2. Air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dilarang didistribusikan kepada masyarakat. Upaya pengawasan kualitas air sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai pengawasan eksternal dan penyelenggara air minum sebagai pengawasan internal. Selain itu diatur pula mengenai adanya upaya penyampaian informasi tentang data kualitas air minum oleh penyelenggara air minum ke dinas kesehatan kabupaten/kota serta upaya penyampaian kondisi kualitas air oleh pemerintah daerah di wilayahnya. Seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum, sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air minum telah mengalami pencemaran, rumah tangga kini mulai beralih kepada produk air minum dalam kemasan/isi ulang. Produk ini merupakan salah satu solusi untuk konsumsi air minum karena produk dapat langsung diminum karena telah melalui proses produksi. Sementara menurut definisi MDGs air minum kemasan dan isi ulang tidak termasuk dalam sumber air minum layak. Hal ini dikarenakan air kemasan tidak dapat dipastikan keberlanjutannya dan sumbernya berasal dari wilayah lain. Pada Gambar 2.21, persentase rumah tangga yang dapat mengakses air minum layak dengan air kemasan/isi ulang di Indonesia menunjukkan tren yang berlawanan. Persentase penduduk yang mengkonsumsi air minum layak semakin menurun jika dibandingkan dengan penduduk yang mengkonsumsi air kemasan/isi ulang. Penduduk yang mengkonsumsi air dalam kemasan semakin meningkat.
35
Profil Kesehatan indonesia 2012 GAMBAR 2.21 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)
Tahun 2011 persentase penggunaan air minum layak sebesar 42,76% dan persentase penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 22,13%, sedangkan pada tahun 2012 triwulan I, persentase penggunaan air minum layak sebesar 41,66% dan persentase penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 23,33%. Secara kuantitas pengguna air minum layak masih tinggi tetapi persentasenya semakin menurun, sedangkan penggunaan air minum kemasan/isi ulang persentasenya semakin meningkat. Rincian per tahun dapat dilihat pada Lampiran 2.33. Sumber air minum mempengaruhi kualitas air minum. Untuk sumber air minum yang berasal dari sumber air minum layak, konsep yang digunakan meliputi air leding (kran, kran umum, hidran umum), terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH), sumur bor/ pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung. Khusus untuk sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung harus memenuhi syarat jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja minimal 10 meter. Pada Gambar 2.22, persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak di Indonesia sebesar 41,66%. Provinsi dengan persentase tertinggi untuk sumber air minum layak terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 61,38%, DI Yogyakarta sebesar 59,39 dan Jawa Tengah sebesar 56,31%%. Persentase terendah terdapat di Provinsi Banten sebesar 20,40%, Kepulauan Riau sebesar 22,80% dan DKI Jakarta sebesar 22,87%. Terdapat 16 provinsi yang persentasenya berada diatas persentase nasional
36
gambaran umum dan perilaku penduduk dan 17 provinsi yang persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak kurang dari persentase nasional. GAMBAR 2.22 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES KE SUMBER AIR MINUM LAYAK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)
Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum layak secara nasional terus menerus dilakukan. Masih banyak kendala dalam pencapaiannya, antara lain : 1. Rencana Aksi Daerah (RAD) pencapaian target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Renstra tidak didukung dengan skema pembiayaan yang jelas untuk implementasi, 2. Belum optimalnya peran pemerintah provinsi dalam menggalang kerjasama antar pemerintah kabupaten/kota dalam mengembangkan SPAM untuk mencapai sasaran RKP dan Renstra, 3. Belum optimalnya keterpaduan antara program dengan pembiayaan pengembangan SPAM perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi untuk percepatan pencapaian sasaran air minum layak, 4. Penanganan pembangunan SPAM di pulau-pulau kecil, daerah terpencil termasuk daerah pesisir belum dilaksanakan secara terpadu, berbasis teknologi tepat guna dan berkelanjutan, 5. Perilaku masyarakat dan pelaku usaha masih kurang memperhatikan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air minum dan air hasil daur ulang serta sanitasi.
37
Profil Kesehatan indonesia 2012 Pada Gambar 2.23, persentase rumah tangga menurut fasilitas air minum sendiri di Indonesia sebesar 58,69%, bersama 25,92%, umum 11,74% dan tidak ada fasilitas air minum sebesar 3,65%. Persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas air minum sendiri terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 79,64%, persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas air minum bersama terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 49,57%. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan fasilitas air minum milik umum terbesar terdapat di Provinsi Maluku sebesar 43,31% dan yang provinsi dengan rumah tangga yang tidak ada fasilitas air minum terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 39,95%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.36. GAMBAR 2.23 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS AIR MINUM INDONESIA TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit.
38
gambaran umum dan perilaku penduduk Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan, diantaranya adalah anggapan membangun jamban itu mahal, lebih enak buang air besar di sungai, tinja dapat digunakan sebagai pakan ikan, dan lain-lain. Perilaku ini harus diubah karena dapat meningkatkan risiko masyarakat untuk terkena penyakit menular. Pada Gambar 2.24, persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar sendiri di Indonesia sebesar 65,20%, bersama 13,37%, umum 3,65% dan tidak ada fasilitas tempat buang air besar sebesar 17,78%. Persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar sendiri terdapat di Provinsi Riau sedangkan persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar bersama terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang tidak ada fasilitas tempat buang air besar terdapat di Provinsi Sulawesi Barat. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.40. GAMBAR 2.24 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR INDONESIA TAHUN 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Sesuai dengan konsep dan defnisi MDGs, disebut akses sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut : 1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi 2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
39
Profil Kesehatan indonesia 2012 3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan 4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain 5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin 6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang 7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal. Pada Gambar 2.25 persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak di Indonesia sebesar 56,24%, lebih rendah dari target Renstra Tahun 2012 sebesar 69%. Provinsi dengan persentase tertinggi untuk menurut akses terhadap sanitasi layak terdapat di Provinsi Bali sebesar 87,86% dan Provinsi DI Yogyakarta sebesar 80,37%. Terdapat 12 provinsi yang persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak berada diatas persentase nasional. Persentase terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 25,92% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 27,33%. Terdapat 21 provinsi yang persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak dari persentase nasional. GAMBAR 2.25 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)
Upaya meningkatkan akses air bersih dan sanitasi dasar yang layak juga dilakukan melalui kerjasama dengan donor agency internasional seperti WHO dan World Bank yang diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas, ICWRMIP, MCC (Millenium Challence Coorporation) untuk mengatasi stunting pada anak-anak dengan intervensi
40
gambaran umum dan perilaku penduduk nutrisi dan kesehatan lingkungan. Selain itu beberapa lembaga internasional melakukan kegiatan berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat khusunya bagi yang berpenghasilan rendah di perdesaan. Pada Gambar 2.26, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Persentase ini sejak tahun 2007 semakin meningkat setiap tahunnya, baik pada daerah perkotaan maupun perdesaan. Persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak di perkotaan sebesar 71,66% dan di perdesaan 41,25%. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan sarana dan prasarna sanitasi di perkotaan lebih baik. Secara total perkotaan dan perdesaan, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak sebesar 56,24%. Nilai ini semakin meningkat jika dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2010, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak di Indonesia sebesar 55,60% dan 55,54%. GAMBAR 2.26 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)
Secara umum kendala yang dihadapi dalam upaya pencapain target, yaitu : 1. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara instan, cenderung membutuhkan waktu yang relative lama agar masyarakat dapat mengadopsi perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, kondisi sosial budaya yang sangat bervariasi dapat mempengaruhi cepat lambatnya perubahan perilaku,
41
Profil Kesehatan indonesia 2012 2. Belum meratanya ketersediaan sarana air minum dan sanitasi yang mudah, murah dan terjangkau oleh masyarakat, 3. Kondisi geografis yang sangat bervariasi mengakibatkan sulitnya menentukan pilihan teknologi sanitasi yang dapat diterapkan di daerah tersebut.
3. Rumah Tangga Kumuh Rumah tangga kumuh merupakan indikator komposit yang disusun dari banyaknya rumah tangga dengan kategori air minum tidak layak (bobot 15%), sanitasi tidak layak (bobot 15%), sufficient living area (bobot 35%) dan durability of housing (bobot 35%). Suatu rumah tangga dinyatakan sebagai rumah tangga kumuh apabila nilai hasil penghitungan indikator komposit rumah tangga lebih dari 35%. Sufficient living area adalah luas lantai hunian per kapita > 7,2m2 (Peraturan Menteri Perumahan Rakyat). Durability of housing dihitung dari rumah tangga yang menghuni bangunan dengan kriteria: (i) jenis atap terluas terbuat ijuk/rumbia dan lainnya, (ii) jenis dinding terluas dari bambu dan lainnya, (iii) jenis lantai terluas tanah. Apabila minimal 2 kriteria terpenuhi, maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah tangga kumuh. Persentase rumah tangga kumuh di Indonesia sebesar 14,60%. Pada Gambar 2.27, persentase tertinggi terdapat di Provinsi Papua dengan persentase 57,80% dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 47,89%. Persentase terendah untuk GAMBAR 2.27 PERSENTASE RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)
42
gambaran umum dan perilaku penduduk rumah tangga kumuh terdapat di Provinsi DI Yogyakarta dengan persentase sebesar 4,12% dan Provinsi Jawa Tengah dengan persentase sebesar 6,90%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional, 15 provinsi di Indonesia mempunyai persentase rumah tangga kumuh kurang dari persentase nasional, sedangkan 18 provinsi lainnya masih berada diatas angka nasional.
4. Rumah Sehat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 162 dan 163 mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untu mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup lingkungan permukiman. Untuk menjalankan amanat dari pasal tersebut, maka untuk penyelenggaraan penyehatan permukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor 1077/PER/V/ MENKES/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah). GAMBAR 2.28 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2012
43
Profil Kesehatan indonesia 2012 Pencapaian rumah sehat di Indonesia sebesar 68,69%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan target nasional yang ditetapkan sebesar 60%. Pada Gambar 2.29, pencapaian tertinggi rumah sehat terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 98,99%, Maluku sebesar 96,54% dan Bali sebesar 85,11%. Capaian terendah rumah sehat terdapat di Sulawesi Tenggara sebesar 18,35%, Kalimantan Tengah sebesar 35,1% dan Kalimantan Selatan sebesar 43%. Salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan rumah sehat adalah memperkuat jejaring penyehatan permukiman hingga tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) bekerja sama dengan tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kader PKK tersebut dapat diberdayakan sebagai kader kesehatan lingkungan yang menilai rumah dengan instrument kartu rumah.
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku masyarakat, diantaranya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok.
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti dengan perilaku yang higienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM. Dalam kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan higienis merupakan satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titik berat pada upaya promotif-preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu: 1. Stop buang air besar sembarangan, 2. Cuci tangan pakai sabun, 3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, 4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
44
gambaran umum dan perilaku penduduk 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman. Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang tinggi terhadap kegiatan STBM, hal ini tercantum pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 yang mempertegas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan dari STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan 3 komponen strategi yaitu: 1. Menciptakan lingkungan yang mendukung terlaksananya kegiatan STBM melalui: a. Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan secara berjenjang; b. Peningkatan kapasitas institusi pelaksana di daerah; dan c. Meningkatkan kemitraan multi pihak. 2. Peningkatan kebutuhan akan sarana sanitasi melalui peningkatan kesadaran mayarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan pemicuan perubahan perilaku komunitas: a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat; dan b. Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat dan mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan STBM melalui deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). 3. Peningkatan penyediaan melalui peningkatan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi, yaitu melalui pengembangan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. Suatu desa/kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM didasarkan pada kondisi: 1. Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/ kelurahan tersebut, 2. Adanya masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM baik individu atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari aksi intervensi STBM, dan 3. Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah disepakati bersama.
45
Profil Kesehatan indonesia 2012 Pelaksanaan STBM dilakukan secara bertahap dengan prioritas pada pilar ke-1 yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan adopsi perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), dan secara bertahap mengembangkan pilar-pilar lain dari STBM. Dalam Renstra Kemenkes 2010 – 2014 ditargetkan pelaksanaan STBM di 20.000 desa pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 11.000 desa/kelurahan telah melaksanakan STBM dan sebanyak 11.165 desa/kelurahan telah melaksanakan STBM atau 101,5% dibandingkan target. Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2011, jumlah desa/kelurahan di Indonesia mencapai 77.468. Persentase desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM sebesar 11.165 atau 14,41%. Pada Gambar 2.29, persentase desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM terbesar di Nusa Tenggara Barat sebesar 86,69%, Sumatera Barat sebesar 63,02% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 37,06%. Persentase desa/kelurahan terkecil yang melakukan STBM terdapat di DKI Jakarta sebesar 0,75%, Papua sebesar 0,90% dan Aceh sebesar 1,35%. Berdasarkan jumlah, lokasi STBM terbanyak ada di Jawa Timur dengan jumlah desa/kelurahan mencapai 2.838 desa/kelurahan, Jawa Tengah dengan jumlah lokasi STBM 1.423 desa/kelurahan. Jumlah terkecil lokasi STBM terkecil terdapat di DKI Jakarta sejumlah 2 desa/kelurahan dan Bali dengan jumlah 10 desa/kelurahan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.44. GAMBAR 2.29 PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2012
46
gambaran umum dan perilaku penduduk Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan STBM adalah masih belum optimalnya investasi bidang air minum dan sanitasi khususnya di daerah perkotaan seperti investasi untuk PDAM serta disparitas capaian antar provinsi untuk pelayanan air minum dan sanitasi di perdesaan dan akselerasi edukasi perilaku sehat melalui pelaksanaan STBM. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan upaya peningkatan advokasi untuk meningkatkan investasi bidang air minum dan sanitasi terutama untuk masyarakat miskin, perluasan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat melalui program Air Bersih untuk Rakyat serta meningkatkan edukasi perilaku sehat dengan akselerasi STBM.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-PHBS. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga berPHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: (1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI ekslusif, (3) menimbang balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok di dalam rumah. Dalam Renstra Kemenkes 2010 – 2014 ditargetkan persentase rumah tangga yang telah PHBS sebesar 70% pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 60% rumah tangga telah melaksanakan PHBS. Hasil kegiatan pada tahun 2012 menunjukkan sebanyak 56,70% rumah tangga telah melaksanakan PHBS atau 94,5% dibandingkan target. Secara nasional persentase pencapaian rumah tangga yang ber-PHBS mencapai 56,70%.
47
Profil Kesehatan indonesia 2012 Pada Gambar 2.30, persentase tertinggi rumah tangga ber-PHBS terdapat di Provinsi Jawa Tengah dengan persentase sebesar 76,42%, Kalimantan Timur dengan persentase sebesar 75,26% dan Kalimantan Selatan dengan persentase sebesar 72,62%. Terdapat 9 provinsi di Indonesia yang berada di atas target Renstra 2012 persentase rumah tangga ber-PHBS di Indonesia, yaitu : Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Bali, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Sedangkan provinsi yang persentase rumah tangga ber-PHBS terendah terdapat di Papua Barat dengan persentase 25,50%, Papua dengan persentase 25,80% dan Sulawesi Barat dengan persentase 30,85%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.45. GAMBAR 2.30 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2012
3. Kabupaten/Kota Sehat (KKS) Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota. Penyelenggaraan KKS merupakan pendekatan terpadu, menyeluruh, lintas sektor berbasis masyarakat, masyarakat sebagai pelaku utama. Selain itu juga merupakan operasionalisasi pembangunan berkelanjutan, berbasis pembangunan berwawasan
48
gambaran umum dan perilaku penduduk lingkungan dan pembangunan berwawasan kesehatan seperti yang diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Pendekatan KKS tidak hanya mengutamakan pada terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik tapi juga sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan agar dilaksanakan secara adil, merata, dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di kabupaten/kota tersebut secara mandiri sehingga diharapkan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan ekonomi wilayah dan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Pencapaian KKS tahun 2011 sebesar 55% per provinsi, dan diharapkan pada tahun 2013 sudah mencapai 65% per provinsi. Sampai dengan tahun 2012 sebanyak 309 kabupaten/ kota (62,17%) tersebar di 33 provinsi dari keseluruhan kabupaten/kota yang ada (497 kab/kota) di Indonesia telah melaksanakan pendekatan KKS. Terdapat 3 provinsi yang sudah melaksanakan program KKS sebesar 100%, yaitu Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat. Penilaian KKS dilaksanakan 2 tahun sekali, jadi penilaian KKS berikutnya dilaksanakan tahun 2013.
4. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. KTR merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah, untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan KTR. Ruang lingkup KTR meliputi, tempat-tempat umum, tempat kerja tertutup, sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum. Pemerintah telah menetapkan/mengupayakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115 ayat 1 dan Pemerintah Daerah wajib menetapkan dan menerapkan KTR di wilayahnya sesuai Pasal 115 ayat 2, serta
49
Profil Kesehatan indonesia 2012 GAMBAR 2.31 PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012
Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, 2012
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/ PB/I/2011 dan Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Pada tahun 2011 sudah ada 21 provinsi di wilayah kerjanya yang memiliki peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak merokok terhadap kesehatan (Surat Edaran/ Instruksi/SK/Peraturan Gubernur/ Perda/ Perwali/Perbub). Sedangkan pada tahun 2012 bertambah menjadi 27 provinsi di wilayah kerjanya yang memiliki peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak merokok terhadap kesehatan. Selain itu jumlah kab/kota yang memiliki peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak merokok terhadap kesehatan (surat Edaran/Instruksi/ SK/ Peraturan Gubernur/Perda/ Perwali/Perbub) pada tahun 2011, sebanyak 50 kab/kota, dan bertambah pada tahun 2012 menjadi 85 kab/kota.
50
Foto: Arif Wibowo
gambaran umum dan perilaku penduduk
Membiasakan cuci tangan sejak dini
51
Pemberian ASI Sebagai Pilihan Utama untuk Bayi
Foto: M. Syafir Makki
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Profil Kesehatan Indonesia 2012
BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
D
erajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas angka kematian neonatal, Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa. Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain yang kondisinya telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
A. MORTALITAS Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Mortalitas yang disajikan pada bab ini yaitu angka kematian neonatal, angka kematian bayi, dan angka kematian balita serta kematian yang disebabkan oleh penyakit dan bencana.
1. Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup
54
SITUASI DERAJAT KESEHATAN pada tahun yang sama. Angka kematian neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian balita, kematian neonatal menyumbangkan 47,5%. Hasil estimasi angka kematian neonatal di atas merupakan AKN dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survei, misalnya pada SDKI tahun 2012 menggambarkan AKN untuk periode 5 tahun sebelumya yaitu tahun 2008-2012 yang sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Keadaan kematian neonatal sejak tahun 1991 diperlihatkan pada gambar berikut ini. GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012
Sumber: BPS, Laporan SDKI Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei
Pada grafik di atas tampak penurunan yang tajam antara tahun 1991 sampai 2003, hal ini didukung kebijakan penempatan tenaga bidan di desa serta peningkatan cakupan persalinan tenaga kesehatan. Antara tahun 2003 sampai 2012 menunjukkan kecenderungan penurunan yang landai, dikarenakan antara lain pelayanan kesehatan belum menjangkau seluruh neonatus. Data menunjukkan indikator kunci dari intervensi penurunan kematian neonatus masih belum tinggi cakupannya, diantaranya inisiasi menyusui dini menunjukkan cakupan 28%, pelayanan kesehatan neonatal pertama 71%, dan perlindungan tetanus neonatorum sebesar 79% (berdasarkan Riskesdas
55
Profil Kesehatan Indonesia 2012 2010). Sementara itu cakupan persalinan tenaga kesehatan juga tidak menunjukkan peningkatan yang tajam antara periode 2003 – 2012. Cakupan persalinan menurut Riskesdas 2010 sebesar 82%. Capaian tersebut baru mengindikasikan akses yang baik, tetapi belum mengindikasikan kualitas pelayanan. Grafik 3.2 berikut ini menggambarkan AKN periode 10 tahun terakhir sebelum survei menurut provinsi. GAMBAR 3.2 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012
Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012 Keterangan: *periode 10 tahun terakhir sebelum survei
Sebanyak 5 provinsi yang mencapai Angka Kematian Neonatal kurang sama dengan 15/1.000 kelahiran hidup yaitu Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Riau. Provinsi dengan AKN terendah yaitu Kalimantan Timur sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKN tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 37 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Papua Barat sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 33 per 1.000 kelahiran hidup.
56
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Pada Gambar 3.3 terdapat 39% provinsi (13 provinsi) menunjukkan peningkatan Angka Kematian Neonatal antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. GAMBAR 3.3 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012
2. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB cukup tajam antara tahun 1991 sampai 2003 yaitu dari 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB diantaranya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan antara lain peningkatan cakupan imunisasi dasar sehubungan penyebab kematian bayi pada periode 1990an antara lain diphteri dan campak. Pada gambar 3.4 dapat dilihat penurunan AKB dari tahun 1991 sampai tahun 2012.
57
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 3.4 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012
Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012 Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei
Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup, memerlukan akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi dasar, sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan ASI eksklusif sebesar 15%, imunisasi DPT-HB3 sebesar 62%, dan imunisasi campak 74%.Gambar 3.5 berikut ini memperlihatkan AKB per 1.000 kelahiran hidup periode 10 tahun terakhir sebelum survei menurut provinsi tahun 2012. Dari 33 provinsi di Indonesia, terdapat dua provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Provinsi dengan AKB tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67 dan Maluku Utara sebesar 62 per 1.000 kelahiran hidup. Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan kematian bayi antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jateng, Yogyakarta, Kalteng, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
58
SITUASI DERAJAT KESEHATAN GAMBAR 3.5 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012
Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012 Keterangan: *periode 10 tahun terakhir sebelum survei
GAMBAR 3.6 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012
59
Profil Kesehatan Indonesia 2012
3. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Berikut ini merupakan gambar perkembangan AKABA sejak tahun 1991 sampai tahun 2012. GAMBAR 3.7 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA, SDKI 1991 – 2012
Target MDG’s 2015 = 32
Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012 Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei
Gambar 3.7 memperlihatkan kecenderungan penurunan AKABA cukup tajam antara tahun 1991 sampai 2003 yaitu dari 97 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKABA diantaranya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan meliputi peningkatan akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi dasar (sehubungan proporsi kematian balita sebagian besar merupakan kematian neonatal dan kematian bayi). Selanjutnya penurunan AKABA melandai antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 46/1.000 menjadi 40/1.000 kelahiran hidup. Untuk mempertajam penurunan diperlukan peningkatan akses balita terhadap sanitasi, air bersih, dan penanganan segera terhadap gejala penyakit. Sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan balita diare mendapat oralit hanya 35%, cakupan balita demam ke fasilitas kesehatan sebesar 56%, dan cakupan balita mendapat pengobatan malaria hanya 22%.
60
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000 kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup. SDKI tahun 2012 mengestimasikan nilai AKABA periode 5 tahun terakhir sebelum survei sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional Indonesia masuk dalam kategori AKABA sedang. Sedangkan gambaran AKABA periode 10 tahun terakhir sebelum survei di Indonesia menurut provinsi seperti terlihat pada Gambar 3.8 berikut ini. GAMBAR 3.8 ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012
Sumber : BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012
Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi, diketahui bahwa tidak terdapat satu pun provinsi di Indonesia yang masuk kategori AKABA rendah. Demikian juga tidak ada provinsi yang masuk kategori AKABA sangat tinggi. Sebagian besar provinsi di Indonesia masuk ke dalam kategori AKABA sedang yaitu sebanyak 27 provinsi (81,8%), sama seperti laporan SDKI sebelumnya pada tahun 2007. Sebanyak 6 provinsi selebihnya masuk dalam kategori AKABA tinggi, berturut-turut dari yang tertinggi yaitu Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup sebanyak 5 provinsi yaitu Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kalimantan timur. Berikut ini perkembangan AKABA tahun 2007 dan 2012 menurut
61
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 3.9 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012
provinsi.Provinsi yang menunjukkan tren penurunan lebih banyak dibanding yang mengalami peningkatan. Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan kematian balita antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
4. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. SDKI 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode
62
SITUASI DERAJAT KESEHATAN 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada Gambar 3.10 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 2007. GAMBAR 3.10 ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA TAHUN 1994-2007
Sumber: BPS, Hasil SDKI 2007
63
Profil Kesehatan Indonesia 2012
B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara yang direpresentasikan tiga dimensi pembangunan manusia yaitu indeks kesehatan; panjang umur dan menjalani hidup sehat yang diukur dari angka harapan hidup waktu lahir, indeks pendidikan; diukur dari tingkat kemampuan baca tulis seseorang dan rata-rata lama sekolah, serta indeks daya beli; memiliki standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita. Berikut ini disajikan capaian IPM di 33 provinsi di Indonesia tahun 2011. GAMBAR 3.11 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011
Sumber: BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011
64
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Pada tahun 2011 IPM di Indonesia sebesar 72,77, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 72,27. Gambar 3.11 memperlihatkan provinsi dengan IPM tertinggi yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau. Sedangkan provinsi dengan IPM terendah yaitu Papua, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. IPM dikategorikan menjadi 3, yaitu IPM tinggi (IPM ≥ 80), IPM sedang (IPM 50-79,99), dan IPM rendah (IPM 18 tahun dapat diketahui melalui prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi pada kelompok dewasa berusia di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 11,7% dan berat badan lebih sebesar 10,0%. Dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 21,7%. Angka kelebihan berat badan pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 26,9% pada perempuan dan 16,3% pada laki-laki. Pada semua kelompok umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Rata-rata prevalensi kelebihan berat badan relatif tinggi terdapat pada usia 35-59 tahun pada laki-laki maupun perempuan. Pada usia tersebut, sekitar sepertiganya mengalami kelebihan berat badan di kelompok perempuan dan sekitar seperlimanya di kelompok laki-laki.
68
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Menurut laporan Riskesdas tahun 2010 provinsi dengan prevalensi kelebihan berat badan pada penduduk >18 tahun terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (13,0%), Sulawesi Tenggara (16,3%), dan Nusa Tenggara Barat (16,8%). Provinsi dengan prevalensi kelebihan berat badan tertinggi yaitu Sulawesi Utara (37,1%), Kepulauan Riau (30,8%), dan Kalimantan Timur (29,4%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi IMT normal tertinggi yaitu Sulawesi Tenggara (72,8%), Lampung (70,7%) dan Riau (69,4%). Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang tertinggi. Rincian status gizi pada balita dan dewasa menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.3 sampai dengan Lampiran 3.7.
D. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1.
Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden (didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
69
Profil Kesehatan Indonesia 2012
i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif
Jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 202.301 kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus.
Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus baru di tiga provinsi tersebut sekitar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada wanita. Sebesar 59,4% kasus BTA+ yang ditemukan berjenis kelamin laki-laki dan 40,6% kasus berjenis kelamin perempuan. Seluruh kasus di 33 provinsi di Indonesia lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Aceh, kasus pada laki-laki hampir 3/2 dari kasus perempuan, yaitu 66,1% penderita laki-laki dan 33,9%-nya merupakan penderita perempuan. GAMBAR 3.14 PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
70
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,72% diikuti kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,38% dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,26%. Proporsi kasus baru BTA+ menurut kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 3.14.
Kasus baru BTA+ kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi yang paling rendah. Dari gambar di atas terlihat bahwa kasus tuberkulosis rata-rata terjadi pada orang dewasa. Pada seluruh kelompok umur tersebut penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, kecuali pada kelompok umur 0-14 tahun penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
ii. Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus
Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus adalah persentase pasien baru BTA positif di antara semua pasien TB paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA positif di bawah 65% maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).
GAMBAR 3.15 PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2007-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
71
Profil Kesehatan Indonesia 2012
Pada Gambar 3.15, terlihat bahwa sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 proporsi pasien baru BTA positif di antara seluruh kasus belum mencapai target yang diharapkan meskipun tidak terlalu jauh berada di bawah target minimal (yang sebesar 65%). Hal itu mengindikasikan kurangnya prioritas menemukan kasus BTA positif. Namun, menurut provinsi, terdapat beberapa provinsi yang telah mencapai target tersebut seperti yang terlihat pada Gambar 3.16. GAMBAR 3.16 PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Pada tahun 2012 proporsi BTA positif di antara seluruh kasus TB Paru tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Tenggara (94%), Sulawesi Utara dan Jambi masingmasing 92%. Sedangkan capaian terendah yaitu Provinsi Papua Barat (31%), DKI Jakarta (33%) dan Papua (38%). Sebanyak 21 dari 33 provinsi (63,6%) telah mencapai target minimal 65%.
72
SITUASI DERAJAT KESEHATAN iii. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. GAMBAR 3.17 ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2007-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Gambar 3.17 menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru BTA positif dari tahun 2007-2011 mengalami peningkatan kecuali tahun 2012 yang sedikit menurun menjadi 82 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh kasus BTA positif semenjak 2007 sampai 2012 cenderung meningkat.
73
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 3.18 ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Gambar 3.18 menunjukkan besarnya angka notifikasi atau case notification rate (CNR) semua kasus tuberkulosis per provinsi tahun 2012 yang secara nasional terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Sebaliknya, CNR TB BTA+ pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011. Provinsi dengan angka notifikasi kasus TB BTA+ tertinggi yaitu Sulawesi Utara sedangkan yang terendah D.I.Yogyakarta.
74
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
iv. Angka Penemuan Kasus
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Berikut ini ditampilkan angka penemuan kasus tahun 20062012. GAMBAR 3.19 ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA+ DI INDONESIA TAHUN 2006-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Pada Gambar 3.19 terlihat kecenderungan peningkatan angka penemuan kasus BTA+ sejak 2007 sampai tahun 2012. WHO menetapkan standar angka penemuan kasus sebesar 70%. Dengan demikian sejak tahun 2006 sampai tahun 2012, Indonesia telah mencapai standar tersebut. Sedangkan Kemenkes menetapkan target Renstra minimal 80% untuk angka penemuan kasus pada tahun 2012. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka penemuan kasus tahun 2012 yang sebesar 82,3% juga telah memenuhi target Renstra. Informasi mengenai Tuberkulosis menurut provinsi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.8-3.11.
75
Profil Kesehatan Indonesia 2012 b. HIV & AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
i. Jumlah kasus HIV positif dan AIDS
Perkembangan kasus HIV positif sejak 2005 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada Gambar 3.20 berikut ini. GAMBAR 3.20 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Sampai dengan tahun 2005 kasus baru HIV positif sebesar 859 kasus kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012. Pemetaan epidemi HIV di Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu 440 kasus. Gambar 3.21 berikut ini memperlihatkan distribusi HIV di Indonesia.
76
SITUASI DERAJAT KESEHATAN GAMBAR 3.21 PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Berdasarkan gambar di atas, sebanyak 11 provinsi (33,3%) di Indonesia memiliki kasus HIV > 440, sebanyak 8 provinsi (24,2%) dengan kasus HIV < 90 kasus, sebanyak 7 provinsi (21,2%) dengan kasus HIV 206-323. Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Papua, dan Jawa Timur. Sedangkan estimasi jumlah ODHA dewasa tahun 2012 sebesar 591.823.
Gambar berikut menampilkan kasus baru dan kumulatif penderita AIDS yang terjadi sampai dengan tahun 2012. GAMBAR 3.22 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
77
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 3.23 JUMLAH KASUS BARU PENDERITA AIDS 10 PROVINSI TERTINGGI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Menurut provinsi, Jawa Timur merupakan provinsi dengan penemuan kasus baru AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 822 kasus, diikuti oleh Jawa Tengah dan Bali yang masing-masing sebesar 798 dan 650 kasus.
Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2012 pada kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok perempuan yaitu sebesar 51,6% berbanding 33,0% seperti digambarkan di bawah ini. GAMBAR 3.24 PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
78
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Walaupun pada tahun 2012 proporsi kasus baru AIDS pada kelompok penderita laki-laki masih lebih besar daripada perempuan, namun gambar di atas memperlihatkan proporsi penderita perempuan semakin lama cenderung semakin meningkat. Sebaliknya, proporsi penderita laki-laki semakin lama semakin menurun. Hal itu menunjukkan laju peningkatan penderita baru AIDS perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Pada Gambar 3.25 berikut ini disajikan penderita AIDS menurut kelompok umur. GAMBAR 3.25 PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut memang termasuk ke dalam kelompok usia produktif yang juga aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah
79
Profil Kesehatan Indonesia 2012 dan dari ibu ke anak. Berikut ini disajikan persentase kasus AIDS menurut cara penularan tersebut. GAMBAR 3.26 PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Pada gambar di atas nampak bahwa hubungan heteroseksual masih merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar 77,75%, diikuti oleh penasun atau Injecting Drug User (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak sebesar 3,76%.
80
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
ii. Angka kematian akibat AIDS
Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS pada periode 2000-2012 secara umum cenderung menurun seperti Gambar 3.27 berikut ini. Pada tahun 2012 CFR AIDS di Indonesia sebesar 3,17%. GAMBAR 3.27 ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN DI INDONESIA TAHUN 2000-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
iii. Pengetahuan AIDS
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria kawin umur 15-54 tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 82,3%. Tabel berikut ini memperlihatkan persentase responden yang pernah mendengar tentang HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.
Data pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 tahun cenderung memiliki pengetahuan tentang HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita pada kelompok umur 30 tahun keatas. Wanita belum kawin memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari wanita kawin. Di antara wanita yang belum kawin, mereka
81
Profil Kesehatan Indonesia 2012 TABEL 3.1 PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012
t.a.d = tidak sesuai 1
Termasuk pria berstatus hidup bersama
yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai pengetahuan mengenai HIV-AIDS yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita belum kawin dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Pengetahuan tentang HIV-AIDS di antara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita perdesaan. Pengetahuan mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita. Persentase wanita kelompok umur 15-19 tahun yang mengetahui tentang HIVAIDS lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pria kawin pada kelompok umur yang sama. Tingkat pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari di perdesaan.
82
Hasil SDKI 2012 juga menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49
SITUASI DERAJAT KESEHATAN tahun yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV AIDS dengan menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks dengan satu pasangan sebesar 37,3%. Sedangkan pria kawin umur 15-54 tahun yang memiliki pengetahuan yang sama sebesar 49,1%. Tabel berikut ini memperlihatkan persentase responden yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.
Tingginya persentase wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 1554 tahun yang pernah mendengar tentang HIV-AIDS, tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan tentang cara mengurangi risiko tertular HIV-AIDS. Secara keseluruhan, 57,6% wanita mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan satu partner (pasangan) sebagai cara mengurangi risiko penularan, 42,9% mengatakan bahwa menggunakan kondom secara teratur akan mengurangi kemungkinan terinfeksi, dan 37,3% dengan menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan akan mengurangi risiko tertular HIV-AIDS.
Pengetahuan pria mengenai HIV-AIDS sedikit lebih tinggi dibanding wanita. Untuk pria kawin, 62,8% mengatakan HIV-AIDS dapat dihindari dengan membatasi hubungan seks hanya dengan satu pasangan, 58,5% menggunakan kondom, dan 49,1% menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan.
Menurut kelompok umur, wanita umur 25-29 tahun cenderung memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita pada kelompok umur yang lain, namun pada sub kelompok umur 2024 tahun persentasenya paling tinggi dibandingkan kelompok umur lain yaitu sebesar 42,5%.
Wanita belum kawin memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari wanita kawin. Di antara wanita yang belum kawin, mereka yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIVAIDS (menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita belum kawin dan belum pernah melakukan hubungan seksual.
83
Profil Kesehatan Indonesia 2012 TABEL 3.2 PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN TENTANG CARA MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012
t.a.d = tidak sesuai 1 Termasuk pria yang berstatus hidup bersama 2 Menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks 3 Pasangan yang tidak memiliki pasangan lain
Pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) di antara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita perdesaan. Pengetahuan mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.
84
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Berbeda dengan persentase pernah mendengar HIV AIDS yang lebih tinggi pada wanita, persentase pria kawin kelompok umur 15-19 tahun yang mengetahui cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) tentang HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan persentase wanita kawin pada kelompok umur yang sama. Tingkat pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari di perdesaan.
c. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). ISPA, khususnya pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Data cakupan penemuan pneumonia balita pada kurun waktu enam tahun terakhir disajikan pada gambar berikut ini. GAMBAR 3.28 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA TAHUN 2007-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
85
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Sejak tahun 2007 sampai 2012, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun waktu tersebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2012 yang sebesar 80%. Berikut ini ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut provinsi tahun 2012. GAMBAR 3.29 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Pada tahun 2012 tidak ada satupun provinsi yang mencapai target program penemuan pneumonia pada balita. Provinsi dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita tertinggi berturut-turut yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara Barat sebesar 59,24%, dan Jawa Barat sebesar 43,16%. Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,75%, Aceh sebesar 3,84%, dan Sulawesi Utara sebesar 4,19%. Provinsi Papua Barat dan Papua seperti tahun sebelumnya, tidak melaporkan data pneumonia pada balita. Data cakupan masingmasing provinsi menurut kelompok umur beserta angka kematian penderita pneumonia terdapat pada Lampiran 3.15 dan Lampiran 3.16
86
SITUASI DERAJAT KESEHATAN d. Kusta Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai status eliminasi. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Sejak tercapainya status eliminasi kusta, situasi kusta di Indonesia menunjukkan kondisi yang relatif statis. Hal ini dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru kusta yang berkisar antara 7 hingga 8 per 100.000 penduduk per tahunnya. Begitu pula halnya dengan angka prevalensi kusta yang berkisar antara 8 hingga 10 per 100.000 penduduk dan telah mencapai target < 10. Situasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. GAMBAR 3.30 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR) TAHUN 2007-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
87
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada tahun 2012 dilaporkan terdapat 16.123 kasus baru kusta, terdiri dari kasus tipe Multi Basiler sebanyak 13.268 kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 2.855 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 6,6 per 100.000 penduduk. NCDR tahun 2012 relatif lebih kecil dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan telah menetapkan 33 provinsi di Indonesia ke dalam 2 kelompok beban kusta, yaitu provinsi dengan beban kusta tinggi (high endemic) dan beban kusta rendah (low endemic). Provinsi dengan high endemic jika NCDR > 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low endemic jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus baru kurang dari 1.000 kasus. Pada Gambar 3.31 terlihat bahwa terdapat sebanyak 13 provinsi (39,4%) yang termasuk dalam beban kusta tinggi. Sebanyak 20 provinsi lainnya (60,6%) termasuk dalam beban kusta rendah. Hampir seluruh provinsi di bagian timur Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta tinggi. GAMBAR 3.31 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
88
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Proporsi cacat tingkat II menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2012 sebesar 5,8%. Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2012 sebesar 5,66%. GAMBAR 3.32 PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2001-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Pada kurun waktu 2001-2012 terjadi kecenderungan peningkatan proporsi cacat tingkat II, pada tahun 2012 sebesar 11,4%. Menurut provinsi, Sumatera Selatan, Kep Bangka Belitung, dan Jawa Barat merupakan 3 provinsi dengan proporsi cacat pada anak tertinggi yaitu masing-masing sebesar 23,88%, 23,68%, dan 23,27%. Sedangkan proporsi kusta pada anak cenderung meningkat sampai dengan tahun 2011. Namun pada tahun 2012 sedikit menurun menjadi sebesar 11,4%. Papua Barat, Papua, dan NTB merupakan provinsi dengan proporsi kusta anak tertinggi. Data/informasi terkait penyakit kusta menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.19 dan Lampiran 3.20.
89
Profil Kesehatan Indonesia 2012 e. Diare Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka kesakitan penyakit diare yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita. Pada Gambar 3.33 disajikan kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2007-2012. GAMBAR 3.33 CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE DI INDONESIA TAHUN 2007–2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
90
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Pada gambar di atas terlihat adanya kecenderungan penurunan CFR diare sejak tahun 2008 sampai tahun 2011, dari 2,94% menjadi 0,4%. Walaupun terjadi penurunan penderita pada KLB diare pada tahun 2012, namun terjadi peningkatan CFR pada tahun 2012 menjadi 1,45%. CFR KLB diare tertinggi terjadi di Provinsi Papua sebesar 5%. Target CFR KLB Diare diharapkan 14 bulan sebanyak 29,9%. Pada tahun 2012 sebanyak 47,32% kasus telah mendapatkan vaksinasi. GAMBAR 3.36 PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Gambaran penyakit difteri menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.27 dan Lampiran 3.28.
94
SITUASI DERAJAT KESEHATAN d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut) Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2012, secara nasional Non Polio AFP Rate sebesar 2.77/100.000 populasi anak < 15 tahun yang berarti telah mencapai standar minimal penemuan. GAMBAR 3.37 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
Pada tahun 2012 sebagian besar provinsi telah mencapai target non polio AFP rate > 2 per 100.000 penduduk (87,9%). Sebanyak 4 provinsi belum mencapai target non polio AFP rate yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua. Provinsi dengan non polio AFP rate tertinggi yaitu Gorontalo sebesar 7,33 dan NTT sebesar 5,33 per 100.000 penduduk 5 per 1.000 penduduk. b. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - 5 per 1.000 penduduk. c. Endemis Rendah bila API 0 - 1 per 1.000 penduduki. d. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0. Dari data yang dilaporkan ke Subdit Malaria diperoleh gambaran peta endemisitas malaria sebagai berikut ini. GAMBAR 3.43 PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2012 Tahun 2011
Tahun 2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
101
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Dari gambaran peta dan tabel endemisitas malaria di kabupaten/kota terlihat penurunan jumlah daerah endemis tinggi dimana pada tahun 2010 kabupaten/kota yang termasuk daerah endemis tinggi sebanyak 16,97 %, pada tahun 2011 sebanyak 12% dan sedikit meningkat pada tahun 2012 sebanyak 12,88 %. Data kasus tahun 2012 mempunyai tingkat kelengkapan laporan sebesar 80%. Gambar 3.44 berikut ini memperlihatkan perubahan persentase endemisitas malaria tahun 2010-2012. GAMBAR 3.44 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS TAHUN 2010-2012
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013
e. Angka Kesakitan Malaria Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005 – 2012 cenderung menurun yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk API tahun 2012 18 tahun di Indonesia sebesar 11,7%, sebesar 7,8% pada laki-laki dan 15,5% pada perempuan. Menurut data morbiditas pada pasien rawat inap RS di seluruh Indonesia pada tahun 2009, jumlah penderita DM tertinggi terdapat pada kelompok umur 45-64 tahun, diikuti kelompok umur 65 tahun ke atas dan kelompok umur 25-44 tahun. Sedangkan data mortalitas DM di RS menggambarkan 74,3% merupakan pasien DM yang tidak bergantung pada insulin dan 25,7% selebihnya merupakan pasien DM yang bergantung pada insulin.
b. Penyakit jantung dan pembuluh darah Prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2% berdasarkan wawancara, sementara berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan sebesar
112
SITUASI DERAJAT KESEHATAN 0,9%. Cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 12,5% dari semua responden yang mempunyai gejala subjektif menyerupai gejala penyakit jantung. Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi, berkisar antara 0,4% di Sulawesi Barat
Foto:
[email protected]
sampai 2,0% di Aceh.
Pengukuran tekanan darah sebelum melakukan senam jantung sehat
113
Profil Kesehatan Indonesia 2012
E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dikategorikan menjadi bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Di Indonesia selama tahun 2012 tercatat 489 kali kejadian bencana yang menimbulkan krisis kesehatan terdiri dari 22 jenis bencana. Lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 211 kali. Jika pada tahun 2011 banjir merupakan bencana yang paling tinggi frekuensinya, pada
GAMBAR 3.53 FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis, 2013
114
Foto: Pusat Komunikasi Publik
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Posko Kesehatan untuk korban bencana di Aceh
tahun 2012 bencana yang paling sering terjadi yaitu kebakaran sebanyak 16% kejadian (76 kali) bencana dengan jumlah total korban meninggal sebanyak 88 orang, luka berat/ rawat inap sebanyak 129 orang, luka ringan/rawat jalan sebanyak 247 orang. Adapun jumlah pengungsi akibat kebakaran mencapai 8.130 orang. Gambar 3.53 adalah frekuensi kejadian bencana selama tahun 2012. Korban meninggal dunia pada tahun 2012 paling banyak disebabkan oleh kejadian kecelakaan transportasi dengan jumlah 314 jiwa dari 675 kematian (46,5%). Jumlah pengungsi terbanyak diakibatkan banjir yaitu sebanyak 34.454 dari 74.141 jiwa (46,5%). Rincian jumlah korban dan pengungsi berdasarkan jenis bencana dan keadaan korban selama tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 3.38.
115
Imunisasi Dasar
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Foto: Andi Sahrial - Puskom
Profil Kesehatan Indonesia 2012
BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN
S
ecara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, khususnya pada tahun 2012.
A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara tepat dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat. Pada uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di Indonesia.
118
SITUASI UPAYA KESEHATAN UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan SDKI tahun 2012 menyebutkan bahwa AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup AKN sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian ibu dan kematian anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T, yaitu : 1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2. Pengukuran tekanan darah;
119
Profil Kesehatan Indonesia 2012 3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi; 5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; 6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana); serta 7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya). Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Gambaran kecenderungan Cakupan K1 dan Cakupan K4 dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 nampak pada Gambar 4.1 berikut ini. GAMBAR 4.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
120
SITUASI UPAYA KESEHATAN Pada Gambar 4.1 di atas nampak adanya kecenderungan peningkatan cakupan K1 dan cakupan K4 mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Hal ini menunjukkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Pada tahun 2012, capaian indikator kinerja “Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal (Cakupan K4)” dapat terealisasi dengan baik yaitu mencapai 90,18%. Walaupun secara nasional, capaian tersebut telah melampaui target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 90%, namun masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi. Data cakupan K4 menurut distribusi provinsi menunjukkan adanya kesenjangan cakupan antar provinsi dengan capaian tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 96,37%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 95,65% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 95,43%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 34,48%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 64,34%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 67,67%. GAMBAR 4.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
121
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa, sebagian besar provinsi telah memenuhi target Renstra 2012 yaitu sebanyak 19 provinsi (57,6%). Sedangkan 14 provinsi lainnya belum mencapai target Renstra 2012. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga Desember 2012, tercatat 9.510 Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk sudah mencapai rasio ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu. Sampai dengan tahun 2012, tercatat terdapat 54.142 Poskesdes yang beroperasi dan 276.392 Posyandu di Indonesia. Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat 7.074 Puskesmas yang melaksanakan dan mengembangkan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 juga semakin bersinergi dalam berkontribusi meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, serta kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan mampu mendorong tercapainya target cakupan K4. Informasi lebih rinci terkait pelayanan kesehatan ibu hamil menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.1.
122
SITUASI UPAYA KESEHATAN
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan Pn) di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 88,64%. Angka ini telah berhasil memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 88%. Capaian indikator ini dalam 9 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan, yaitu dari 74,27% pada tahun 2004 menjadi 88,64% pada tahun 2012. GAMBAR 4.3 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Secara nasional indikator ini memang telah berhasil memenuhi target Renstra tahun 2012, namun demikian masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar 98,62%, diikuti oleh Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung masing-masing sebesar 97,95%. Sedangkan Provinsi Papua
123
Profil Kesehatan Indonesia 2012 memiliki capaian terendah sebesar 43,54% diikuti oleh Papua Barat sebesar 65,15%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 69,41%. GAMBAR 4.4 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat 17 provinsi (51,5%) dengan capaian melebihi target Renstra 2012 sebesar 88%. Sedangkan 16 provinsi lainnya memiliki capaian di bawah Renstra 2012. Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Kebijakan DAK Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan
124
SITUASI UPAYA KESEHATAN rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bidan di desa. Sampai tahun 2012, terdapat 54.142 Poskesdes di seluruh Indonesia. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di daerah tempat tugasnya. Bidan yang tinggal di desa memberikan kontribusi positif dalam penurunan kematian ibu. Upaya penting dalam program kesehatan ibu di Indonesia adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas pemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2011, tercatat 61.731 desa (80%) telah melaksanakan P4K. Di sebagian daerah di Indonesia, cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan masih rendah dikarenakan masih adanya kepercayaan masyarakat untuk melahirkan ditolong dukun. Selain itu, di daerah dengan kondisi geografis sulit, masyarakat menghadapi kendala untuk dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat. Pada daerahdaerah tersebut, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Sampai dengan tahun 2011, tercatat sudah 72.963 dukun (68,6%) yang bermitra dengan bidan. Ibu hamil yang di daerahnya tidak ada bidan atau memang memiliki kondisi penyulit, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas kesehatan. Sampai tahun 2011, tercatat 6 Rumah Tunggu Kelahiran di wilayah Puskesmas DTPK dan 2.700 Rumah Tunggu Kelahiran di luar wilayah Puskesmas DTPK. Salah satu hal yang menjadi alasan seorang ibu melahirkan di rumah dan dibantu oleh dukun adalah hambatan finansial. Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.
125
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Penyediaan Jampersal diyakini turut meningkatkan cakupan Pn di seluruh wilayah Tanah Air. Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan buah dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta. Informasi lebih rinci terkait pelayanan kesehatan ibu bersalin menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.1.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri); c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain; d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana; f.
Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar. Capaian indikator Kf-3 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menggambarkan kecenderungan yang semakin meningkat, yaitu mulai dari 17,90% pada tahun 2008 menjadi 85,16% pada tahun 2012. Capaian indikator Kf-3 yang meningkat dalam 5 tahun terakhir merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta. Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas, diantaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan Pemerintah makin meningkat
126
SITUASI UPAYA KESEHATAN sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana pelayanan nifas termasuk paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal. GAMBAR 4.5 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF-3) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Gambaran capaian indikator Kf-3 di 33 provinsi disajikan pada Gambar 4.6 berikut ini. GAMBAR 4.6 CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS (KF-3) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
127
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada gambar di atas nampak bahwa cakupan pelayanan ibu nifas di Indonesia pada tahun 2012 adalah 85,16%. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM) menetapkan target pelayanan nifas pada tahun 2015 sebesar 90%. Pada tahun 2012, terdapat 7 Provinsi dengan capaian di atas 90% yaitu Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, dan Bali. Capaian indikator pelayanan nifas pada tahun 2015 diharapkan telah memenuhi target SPM 90%. Provinsi dengan capaian Kf-3 tertinggi pada tahun 2012 adalah Jambi sebesar 95,77% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 95,61%, dan Jawa Timur sebesar 94,3%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 27,61%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 57,06%, dan Kalimantan Timur sebesar 63,91%. Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait pelayanan kesehatan ibu nifas menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.1.
4. Penanganan Komplikasi Maternal Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi maternal adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi maternal untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi maternal adalah cakupan penanganan komplikasi maternal (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi maternal dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada Gambar 4.7.
128
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.7 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan cakupan penanganan komplikasi maternal, yaitu dari 44,84% pada tahun 2008 menjadi 42,29% pada tahun 2009. Capaian ini kemudian terus meningkat hingga mencapai 69,15% pada tahun 2012. Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh Perdarahan (32%) dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32%. Walaupun sebagian komplikasi maternal tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil/bersalin/nifas berisiko mengalami komplikasi, maka mereka perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal/obstetrik. Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau. Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia adalah melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus
129
Profil Kesehatan Indonesia 2012 totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2011, tercatat 61,731 (80%) desa/kelurahan telah melaksanakan P4K. Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan pada akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas rawat inap mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas dan Rumah Sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan bekerjasama dengan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi (Badan Khusus POGI yang menghimpun unit-unit pelatihan klinik organisasi profesi POGI, IDAI, IBI dan PPNI). Lokakarya PONEK dilakukan selama 5 hari, meliputi materi manajemen dan klinik PONEK yang kemudian diikuti dengan latihan on the job training PONEK untuk mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja Tim PONEK rumah sakit. Jumlah rumah sakit siap PONEK di Indonesia sampai dengan tahun 2011 sebanyak 388 (87,39%) rumah sakit dari 444 rumah sakit umum milik Pemerintah. Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat menghasilkan suatu rekomendasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. Data dan informasi tentang penanganan komplikasi maternal menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.8.
5. Penanganan Komplikasi Neonatal Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
130
SITUASI UPAYA KESEHATAN neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Yang dimaksud dengan penanganan Neonatal komplikasi adalah neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Pada Gambar 4.8 berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal komplikasi tahun 2012 di 33 provinsi di Indonesia. GAMBAR 4.8 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
131
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada Gambar 4.8 di atas nampak bahwa capaian penanganan neonatal komplikasi pada tahun 2012 sebesar 48,58%. Indikator ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebesar 39,46%. Meskipun terjadi peningkatan capaian, namun masih terdapat disparitas antar provinsi. Provinsi Jawa Timur memiliki capaian tertinggi sebesar 74,16% diikuti oleh Bengkulu sebesar 71,89%, dan DI Yogyakarta sebesar 71,88%. Capaian terendah terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 11,52%, diikuti oleh Papua sebesar 19,45%, dan Sulawesi Tenggara sebesar 21,02%. Cakupan penanganan komplikasi neonatal yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa permasalahan diantaranya sistem pencatatan dan pelaporan penanganan neonatal dengan komplikasi yang belum mengakomodir semua laporan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan swasta. Rendahnya cakupan penanganan juga dapat disebabkan masih terdapat tenaga kesehatan yang belum memahami definisi operasional dari terminologi penanganan neonatal dengan komplikasi. Informasi lebih rinci menurut provinsi tentang penanganan komplikasi neonatal terdapat pada Lampiran 4.8.
6. Kunjungan Neonatal Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatal merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Menurut Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa sebagian besar kematian neonatal (78,5%) terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-7 hari). Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi pada minggu pertama ini, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan agar penyakit dan tanda bahaya dapat dideteksi sedini mungkin sehingga intervensi dapat segera dilakukan untuk mengendalikan risiko kematian. Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 – 28 hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur
132
SITUASI UPAYA KESEHATAN kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang komprehensif. Pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar adalah pelayanan kesehatan neonatal saat lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan neonatal sebanyak 3 kali. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama di 33 provinsi, digambarkan pada Gambar 4.9. GAMBAR 4.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa cakupan KN1 tahun 2012 telah memenuhi target Renstra 2012 yaitu 92,31% dari target 88%. Dengan demikian, terdapat 23 provinsi (69,7%) telah memenuhi target Renstra Kemenkes. Pada Gambar 4.9 juga diketahui bahwa provinsi dengan capaian tertinggi adalah Bali sebesar 99,49% diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar
133
Profil Kesehatan Indonesia 2012 99,33%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 99,15%. Sedangkan Papua memiliki capaian terendah sebesar 33,75%, diikuti Papua Barat sebesar 66,63%, dan Kepulauan Riau sebesar 74,03%. Cakupan kunjungan neonatal pertama menunjukkan peningkatan dalam 4 tahun terakhir, yaitu dari 80,6% pada tahun 2009 menjadi 92,31% pada tahun 2012. Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah KN Lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sedikitnya 3 kali. Capaian KN lengkap di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 87,79%. Capaian ini telah memenuhi target program tahun 2012 sebesar 84%. Terdapat 20 provinsi telah memenuhi target tersebut. Gambaran cakupan kunjungan KN Lengkap menurut provinsi di Indonesia terdapat pada Gambar 4.10. GAMBAR 4.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Pada gambar 4.10 terlihat bahwa terjadi disparitas capaian yang lebar, dimana capaian tertinggi terdapat di Provinsi Bali sebesar 97,42%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 95,77%, dan Jawa Tengah sebesar 95,75%. Sedangkan provinsi dengan capaian
134
SITUASI UPAYA KESEHATAN terendah adalah Papua sebesar 29,7%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 57,42%, dan Kepulauan Riau sebesar 66,83%. Pada tingkat nasional, capaian KN Lengkap mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 84,18% menjadi 87,79% pada tahun 2012. Gambar berikut ini menampilkan cakupan KN lengkap dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2008, mulai ditetapkan kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3 kali kunjungan. GAMBAR 4.11 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2004-2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Cakupan KN lengkap nampak mengalami sedikit penurunan dari 78,04% pada tahun 2009 menjadi 71,5% pada tahun 2010. Cakupan ini kembali meningkat menjadi 87,79% pada tahun 2012. Sejak tahun 2008 ketika kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3 kali kunjungan diimplementasikan, cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan peningkatan. Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada Lampiran 4.9.
7. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan maupun serangan penyakit. Oleh karena itu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali. Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi
135
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lainlain. Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2012 mencapai 87,73% yang berhasil memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2012 sebesar 86%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 dan tahun 2010 yaitu masing-masing sebesar 84,04% dan 85,21%. Gambaran capaian indikator ini di 33 provinsi menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi telah memenuhi target Renstra tahun 2012 seperti yang disajikan pada gambar berikut ini. GAMBAR 4.12 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
136
SITUASI UPAYA KESEHATAN Pada Gambar 4.12 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18 provinsi (54,5%) dengan capaian melebihi 86%. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki capaian tertinggi sebesar 95,82% diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 95,43% dan Jawa Timur sebesar 95,13%. Provinsi Papua memiliki capaian terendah sebesar 29,47% diikuti oleh Kepulauan Riau sebesar 56,14%, dan Kalimantan Selatan sebesar 57,23%. Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait pelayanan kesehatan pada bayi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.10.
8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan terkait dengan upaya kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan pada anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita dengan melakukan beberapa kegiatan antara lain ; 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK 2. Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku KIA 3. Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang, dan vitamin A Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 73,52% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator ini juga belum memenuhi target Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Capaian indikator menurut provinsi juga menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi memiliki capaian di bawah 81% seperti yang terdapat pada gambar berikut.
137
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.13 CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Pada Gambar 4.13 dapat diketahui bahwa hanya 7 provinsi yang memiliki capaian melebihi target 81%, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Utara. DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi sebesar 89,96%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 85,74%, dan Bali sebesar 83,92%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 18,95%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 46,91%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 51,62%. Data dan informasi menurut provinsi terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada Lampiran 4.10.
9. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Salah satu upaya kesehatan anak adalah intervensi pada anak usia sekolah. Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas I juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan bisa mengatasi permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah yaitu pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
138
SITUASI UPAYA KESEHATAN Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari : 1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku) 2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri 3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran) 4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut 5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan 6. Pengukuran kebugaran jasmani 7. Deteksi dini masalah mental emosional. Melalui penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1 yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2012 di Indonesia sebesar 83,95%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 74,86%. Meskipun terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya,
Foto: Puskom Publik
capaian tersebut belum memenuhi target Renstra 2012 sebesar 92%.
Pemeriksaan kesehatan pada anak-anak
139
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.14 CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa hanya 8 provinsi yang telah mencapai target Renstra 2012 yaitu DI Yogyakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bali, Banten, Lampung, dan DKI Jakarta. Provinsi dengan capaian tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar 100%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 99,75%, dan Sumatera Barat sebesar 97,54%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 13,52%, diikuti oleh Papua sebesar 26,8%, dan Sulawesi Barat sebesar 54,07%. Sulit terpenuhinya target penjaringan SD/MI disebabkan oleh beberapa masalah. Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah tenaga yang sudah dilatih dipindahkan ke bidang/tempat lain dan juga kurangnya tenaga di Puskesmas untuk melaksanakan penjaringan, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu lebih lama. Data dan informasi tentang cakupan penjaringan siswa SD/sederajat kelas 1 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.11.
140
SITUASI UPAYA KESEHATAN
10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Salah satu upaya kesehatan anak yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas. Program ini mulai dikembangkan pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja. Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja (10-19 tahun). Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu : 1. Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun; 2. Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah murid di sekolah binaan; dan 3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR. Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada langkah promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya. Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada program PKPR. Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja sebagai konselor sebaya yang diharapkan mampu menjadi agen pengubah di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat potensial karena adanya kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya sebagai tempat berdiskusi dan rujukan informasi. Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR pada tahun 2012 terdapat pada Gambar 4.15.
141
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.15 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA PKPR DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Berdasarkan target tahun 2012 yang ditentukan oleh program yaitu 70%, terdapat 26 provinsi telah melampaui target tersebut. Hanya 7 provinsi yang belum mencapai target tahun 2012. Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 77,67% kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 4 puskesmas mampu laksana PKPR. Pada tahun 2012 terdapat 10 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 7 provinsi. Provinsi dengan persentase 100% artinya seluruh kabupaten telah memiliki sedikitnya 4 Puskesmas mampu PKPR. Provinsi tersebut yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase kabupaten/ kota dengan puskesmas mampu laksana PKPR disajikan pada Lampiran 4.12.
142
SITUASI UPAYA KESEHATAN
11. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia menyebutkan bahwa hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia seperti hak sipil, kesehatan, pendidikan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Hak-hak tersebut wajib dijamin, dilindungi, dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Berbagai permasalahan seperti kemiskinan yang belum teratasi, rendahnya tingkat pendidikan orang tua, banyaknya anak dalam keluarga kerap menjadi faktor pemicu terjadinya peningkatan tindakan kekerasan terhadap anak baik fisik, mental, seksual maupun penelantaran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan terhadap anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi, komersial atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab. Dalam bidang kesehatan, tindakan kekerasan melakukan intrevensi dalam bentuk penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang terdiri dari pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas mampu tatalaksana kekerasan terhadap anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk penanganan kasus rujukan. Puskesmas yang mampu tatalaksana kekerasan terhadap anak memberikan pelayanan penanganan gawat darurat, konseling, medikolegal dan rujukan (medis dan psikososial). Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan juga memiliki peran terhadap penatalaksanaan kasus kekerasan terhadap anak melalui pelayanan terpadu. Pelayanan terpadu di Rumah Sakit memberikan pelayanan spesialistik, IGD, perawatan, medikolegal dan psikososial (bantuan hukum dan perlindungan sosial bagi anak melalui panggilan telepon pada saat diperlukan). Puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak memiliki 2 kriteria yaitu : 1. Memiliki tenaga kesehatan terlatih /terorientasi tata laksana kasus KtA 2. Melaksanakan rujukan medis maupun psikososial Persentase kabupaten/kota dengan minimal 2 Puskesmas mampu tatalaksana KtA di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 71,63%. Capaian ini telah memenuhi target tahun
143
Profil Kesehatan Indonesia 2012 2012 sebesar 60%. Sebagian besar provinsi telah memenuhi target tersebut seperti yang disajikan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.16 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA KTA DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Pada gambar 4.16 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 13 provinsi dengan persentase 100%. Data dan informasi mengenai persentase kabupaten/kota dengan puskesmas mampu tatalaksana KtA yang dirinci berdasarkan provinsi terdapat pada Lampiran 4.13.
12. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti Upaya kesehatan anak juga dilakukan untuk menjangkau kelompok yang terpinggirkan yaitu anak terlantar dan anak jalanan. Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan (usia 14 – 18 tahun). Masalah kesehatan yang dihadapi anak jalanan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa kondisi anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan yang meningkatkan kerentanan
144
SITUASI UPAYA KESEHATAN mereka terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit dan lain sebagainya. Anak jalanan secara psikologis memiliki konsep diri negatif, tidak atau kurang percaya diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan emosi yang tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan cenderung berperilaku antisosial (berkelahi, mencuri, merampas, menggunakan NAPZA dan menjalankan bisnis NAPZA, dan perilaku seks bebas). Selain itu, anak dapat mengalami berbagai bentuk kekerasan baik fisik, psikis dan seksual. Mereka juga dapat mengalami eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilangan nyawa, sehingga timbul masalah kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS. Upaya kesehatan bagi anak terlantar dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran seperti di panti anak terlantar/anak jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain. Upaya kesehatan yang dilakukan mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas bekerjasama dengan unsur dari sektor terkait dan LSM memberikan pelayanan kesehatan bagi anak terlantar dan anak jalanan. Puskesmas yang dianggap melakukan pembinaan terhadap Panti Anak Terlantar jika melaksanakan paket pembinaan kesehatan anak di panti yang terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : 1. Penyuluhan tentang PHBS, bahaya penyalahgunaan NAPZA, kesehatan reproduksi dan Infeksi Menular Seksual (IMS); 2. Pemberian tablet Fe pada remaja putri; 3. Konseling termasuk pre test dan post test HIV; 4. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada remaja putri; 5. Pengobatan; 6. Pelatihan peer konselor remaja; dan 7. Rujukan apabila diperlukan. Pada tahun 2012 terdapat 1.751 puskesmas yang memiliki panti anak terlantar di wilayah kerjanya. Dari seluruh puskesmas yang memiliki panti anak terlantar, terdapat 1.003 (57,28%) yang telah melakukan pembinaan. Data dan informasi berdasarkan provinsi terkait puskesmas yang melakukan pembinaan di Panti Anak Terlantar dapat dilihat pada Lampiran 4.14.
145
Profil Kesehatan Indonesia 2012
13. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru. Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS. Gambar 4.17 berikut ini menampilkan persentase peserta KB aktif menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2012. GAMBAR 4.17 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2013
Cakupan peserta KB aktif di Indonesia pada tahun 2102 sebesar 76,39%. Gambaran distribusi provinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah Provinsi Bengkulu sebesar 87,91%, diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 86,96%, dan Provinsi Bali
146
SITUASI UPAYA KESEHATAN sebesar 86,11%. Provinsi dengan persentase terendah adalah Papua sebesar 67,7%, diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 67,99%, dan Banten sebesar 69,95%. Penggunaan metode kontrasepsi pada KB terdiri dari beberapa jenis. Kepesertaan KB menurut penggunaan metode kontrasepsi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta KB memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek melalui suntikan. Hanya sedikit PUS yang memilih untuk menggunakan Metode Operatif Pria (MOP) pada tahun 2012. Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi ditampilkan pada Gambar 4.18 berikut ini. GAMBAR 4.18 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI TAHUN 2012
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012
Gambaran peserta KB baru pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta KB baru cenderung memanfaatkan klinik KB pemerintah untuk mendapatkan layanan KB dengan persentase sebesar 67,34%. Selain klinik KB milik pemerintah, peserta KB yang lain memilih memanfaatkan bidan praktek swasta sebanyak 23,22%, klinik KB swasta sebesar 7,59%, dan dokter praktik swasta sebanyak 1,86%. Perbandingan persentase antar jenis layanan terdapat pada Gambar 4.19 berikut ini. Data dan informasi terkait kepesertaan KB, pemanfaatan layanan KB, dan jumlah fasilitas kesehatan KB pada tahun 2012 yang digambarkan secara rinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.2-4.7.
147
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.19 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN KB DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Permasalahan gizi masyarakat merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat yang menyita perhatian sektor kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu penentu kondisi derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam rangka merespon permasalahan gizi yang sering ditemukan seperti anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan yodium.
1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) Salah satu permasalahan gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi ketika kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb ini terjadi karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan komponen Hb terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di Indonesia adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Pemberian tablet besi ini diintegrasikan dengan pelayanan kunjungan ibu hamil (antenatal care).
148
SITUASI UPAYA KESEHATAN Cakupan pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 83,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Kalimantan tengah sebesar 115,3% diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 101,9%, dan Bali sebesar 92,7%. Sedangkan cakupan terendah adalah Provinsi Papua Barat sebesar 32%, diikuti oleh Papua sebesar 33,3%, dan Kalimantan Timur sebesar 69,1%. Cakupan pemberian tablet besi pada tahun 2012 di 33 provinsi disajikan pada gambar berikut ini. GAMBAR 4.20 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013
Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada seberapa besar kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan. Cakupan pemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak pada penurunan anemia besi jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet besi masih rendah. Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanan
149
Profil Kesehatan Indonesia 2012 kesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan ibu hamil K4. Namun demikian, capaian kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 90,18%, yaitu lebih besar dibandingkan dengan capaian pemberian tablet besi pada ibu hamil sebesar 85%. Secara ideal, seharusnya capaian dua indikator tersebut sama atau tidak jauh berbeda. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada sistem pencatatan dan pelaporan serta koordinasi antar pengelola program terkait. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi mengenai pemberian tablet besi pada ibu hamil di tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.17.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A Selain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A juga menjadi perhatian dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul Vitamin A dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan terhadap penurunan angka kematian, pencegahan kebutaan, serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak. Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%. Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah 75%. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada balita usia 6-59 bulan.
150
SITUASI UPAYA KESEHATAN Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia tahun 2012 mencapai 82,8%. Capaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 82,66%. Dengan peningkatan yang tidak terlalu tinggi, maka masih diperlukan upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun 2012 adalah DI Yogyakarta sebesar 99,12%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,39% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 96,46%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 41,84%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 47,9% dan Maluku Utara sebesar 54,42%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut distribusi provinsi ditampilkan pada gambar 4.21. GAMBAR 4.21 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013
Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita yang dirinci menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.18.
151
Profil Kesehatan Indonesia 2012
3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 69,84%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67,01%, dan Bali sebesar 66,94%. Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 20,57%, diikuti oleh Sulawesi Tengah 30,41% dan Sumatera Utara sebesar 32,22%. Gambaran pemberian ASI eksklusif menurut provinsi disajikan pada gambar berikut. GAMBAR 4.22 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
152
SITUASI UPAYA KESEHATAN Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain : a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang laktasi dan perangkat pendukungnya c. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan. d. Pemasaran susu formula masih banyak yang ditujukan pada bayi yang tidak punya masalah kesehatan. e. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI f.
Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu: a. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif b. Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui kepada 3.929 orang dan MP-ASI 416 orang. c. Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu: 1. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan ; 2. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut; 3. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui; 4. Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan; 5. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; 6. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; 7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);
153
Profil Kesehatan Indonesia 2012 8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi; 9. Tidak memberi dot kepada bayi; 10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan; d. Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif e. KIE melalui media cetak dan elektronik f
Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif
g. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP h. Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, klinik bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM i.
Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan, melindungi, dan mendukung pemberian ASI
j.
Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI
k. Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI l.
Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP
m. Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi n. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan o. Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat p. Perlindungan pekerja perempuan q. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran susu formula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan (codex alimentarius) r.
Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI
Data dan informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.19 dan Lampiran 4.20.
4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S) menjadi salah satu indikator yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
154
SITUASI UPAYA KESEHATAN Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 75,1%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 71,4%. Capaian pada tahun 2012 telah memenuhi target Renstra 2012 sebesar 75%. Pada tingkat provinsi terdapat 10 provinsi dengan capaian melebihi target 75% seperti yang ditampilkan pada gambar berikut. GAMBAR 4.23 CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S) DI INDONESIATAHUN 2012
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013
Pada gambar di atas diketahui bahwa provinsi yang memiliki capaian tertinggi adalah Jawa Timur sebesar 87,8%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 83,6%, dan Jawa Tengah sebesar 82,1%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 31%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 48,9% dan Maluku Utara sebesar 52,5%. Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan
155
Profil Kesehatan Indonesia 2012 masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Data dan informasi tentang penimbangan balita di posyandu pada tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.21.
C. PELAYANAN IMUNISASI Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap mahluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi” dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum “mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan “antigen” dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.
1. Imunisasi Dasar pada Bayi Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.
156
SITUASI UPAYA KESEHATAN Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2012 sebesar 99,3%. Capaian tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Cakupan pada tahun 2012 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebesar 93,6%. Pada tingkat provinsi, terdapat 21 provinsi yang telah berhasil mencapai target 90% seperti yang disajikan pada Gambar 4.24 berikut. GAMBAR 4.24 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jambi memiliki capaian tertinggi sebesar 113,2% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 110,4% dan Jawa Barat sebesar 110,3%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua Barat sebesar 72,7%, diikuti oleh Papua sebesar 74,3% dan Kalimantan Selatan sebesar 75%. Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 86,8%. Angka ini telah memenuhi
157
Profil Kesehatan Indonesia 2012
target Renstra pada tahun 2012 sebesar 85%. Dengan demikian terdapat 15 provinsi (45,5%) yang telah memenuhi target Renstra tahun 2012. GAMBAR 4.25 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Berdasarkan distribusi provinsi pada gambar di atas, capaian imunisasi dasar lengkap tertinggi pada tahun 2012 terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 107,4% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 102,1%, dan Lampung sebesar 98,7%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Maluku sebesar 36,5%, diikuti oleh Papua sebesar 45,7%, dan Papua Barat sebesar 48,2%. Data dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang dirinci menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.23. Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2012 adalah sebesar 90%. Pada tahun 2012 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase desa UCI melebihi target 90% seperti yang nampak pada gambar berikut ini.
158
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.26 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Pada Gambar 4.26 dapat diketahui bahwa Provinsi DIY dan DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi sebesar 100%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,8%. Sedangkan Provinsi Papua memiliki capaian terendah sebesar 16,6%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 29,6%, dan Kalimantan Timur sebesar 65,2%. Informasi terkait capaian desa UCI pada tahun 2012 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.24. Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1- Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1. Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2012 sebesar 3,6%. Angka
159
Profil Kesehatan Indonesia 2012 ini lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebesar 4,4%. DO Rate DPT/HB1-Campak menunjukkan kecenderungan penurunan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 yang artinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kecenderungan penurunan tersebut dijelaskan pada gambar berikut. GAMBAR 4.27 ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI DI INDONESIA TAHUN 2006-2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
DO rate DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%. Batas minimum tersebut telah berhasil dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2012 terdapat 15 provinsi dengan DO rate ≤ 5. Data dan informasi lebih rinci mengenai drop out rate cakupan imunisasi pada tahun 2012 DPT/HB1-campak tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.25.
2. Imunisasi pada Ibu Hamil Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini. Salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan kematian anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen terhadap program Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (Maternal and Neonatal Tetanus Elimination atau MNTE). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal jika terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten di suatu negara.
160
SITUASI UPAYA KESEHATAN Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah : 1. pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2. cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3. penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. Pada tahun 2011 telah dilaksanakan Survei Validasi MNTE di regional Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT dengan hasil yaitu eliminasi tetanus maternal dan neonatal di regional tersebut pada periode 1 Juni 2010 sampai dengan 31 Mei 2011 telah tercapai. Begitu juga dengan regional Jawa dan Bali serta regional Sumatera yang juga telah mencapai eliminasi. Cakupan imunisasi TT2+ (ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT minimal 2 dosis) pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 71,19%. Gambaran cakupan imunisasi TT2+ untuk ibu hamil menurut provinsi disajikan pada Gambar 4.28. GAMBAR 4.28 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
161
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada Gambar 4.28 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, provinsi dengan cakupan imunisasi tertinggi adalah Jawa Barat sebesar 107,63%, diikuti oleh Bali sebesar 100,02%, dan Jambi sebesar 99,71%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 8,63%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 23,01%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 24,83%. Data dan informasi tentang cakupan imunisasi TT pada ibu hamil yang dirinci menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.26.
D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT 1. Pengendalian HIV AIDS HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang pengendaliannya dipantau melalui komitmen global MDGs. Kegiatan pengendalian penyakit ini dilakukan melalui pencegahan infeksi, penularan,
penemuan penderita secara dini yang kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan konseling hingga perawatan dan pengobatan. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV dan AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna NAPZA dengan suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV dan AIDS selama delapan tahun terakhir terlihat pada tabel berikut ini. TABEL 4.1 PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
162
SITUASI UPAYA KESEHATAN Pada tabel di atas dapat diketahui adanya peningkatan penemuan kasus baru HIV dan kasus baru AIDS dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Kasus baru infeksi HIV meningkat dari 859 kasus menjadi 21.511 kasus. Kasus baru AIDS meningkat dari 2.639 kasus pada tahun 2005 menjadi 5.686 kasus pada tahun 2012. Case Fatality Rate dalam delapan tahun terakhir menunjukkan penurunan yaitu dari 13,51% pada tahun 2005 menjadi 3,17% pada tahun 2012. Penurunan ini dapat mengindikasikan adanya perbaikan pada aspek pelayanan kesehatan dalam menyediakan perawatan dan pengobatan. Dalam rangka mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS, diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS adalah melalui kampanye "Aku Bangga Aku Tahu" (ABAT). Kampanye ABAT merupakan sosialisasi mengenai perilaku seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen melalui pernikahan dan penyadaran tentang cara penularan penyakit HIV dan AIDS. Kegiatan kampanye untuk tahap pertama dilaksanakan di 10 provinsi terpilih, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi dan Papua. Selanjutnya, akan diperluas untuk seluruh provinsi di Indonesia. Dengan demikian diharapkan, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih mengenal HIV danAIDS, serta melindungi diri dan orang lain dari risiko penularan HIVdan AIDS. Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS yaitu peningkatan akses masyarakat terhadap pengobatan dan penyediaan layanan terpadu/komprehensif HIV dan AIDS. Dengan upaya penyediaan layanan terpadu tersebut, upaya pencegahan, perawatan, dan pelayanan kasus HIV dan AIDS termasuk layanan konseling dan tes, layanan perawatan, dukungan dan pengobatan, serta pengurangan dampak buruk dapat dilakukan di satu titik layanan. Upaya terpadu ini disepakati akan diterapkan di seluruh ASEAN. Di Indonesia, pilot project untuk menerapkan upaya terpadu ini telah diterapkan di Bogor, Tangerang, dan Singkawang. Jumlah layanan HIV dan AIDS yang terdapat di Indonesia sampai dengan tahun 2012 yaitu : 1. L ayanan konseling tes HIV sukarela (KTS) sebanyak 503 layanan termasuk konseling dan tes HIV yang diprakarsai oleh petugas kesehatan 2. Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) sebanyak 338 layanan yang aktif melakukan pengobatan ARV terdiri dari 239 RS rujukan PDP (induk) dan 89 satelit 3. Layanan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) sebanyak 83 layanan
163
Profil Kesehatan Indonesia 2012 4. L ayanan Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA) sebanyak 105 layanan 5. Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) sebanyak 257 layanan 6. Layanan kolaborasi TB-HIV sebanyak 223 layanan. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan pengendalian HIV dan AIDS terdapat pada Lampiran 4.29 dan 4.30.
2. Pengendalian Penyakit TB Paru Selain HIV AIDS dan Malaria, Tuberkulosis (TB) juga menjadi salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya dinilai pada komitmen global Millenium Development Goals. MDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang kesehatan yang terdiri dari : 1. Menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015; 2. Menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990; 3. Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan 4. Sedikitnya 85% tercapai Succes Rate (SR). Upaya pengobatan kasus TB dilakukan dengan menerapkan strategi DOTS, yaitu strategi penatalaksanaan TB yang menekankan pentingnya pengawasan terhadap pasien TB untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi ini direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu mencapai 85%.
a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Gambar berikut memperlihatkan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru selama tahun 2005-2012. Selama delapan tahun terakhir persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 13% dan terendah terjadi pada tahun 2011 dan tahun 2012 sebesar 10%.
164
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.29 PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA TAHUN 2005-2012
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Persentase BTA positif terhadap suspek yang diperiksa dahaknya menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka proporsi pasien baru TB paru BTA positif di antara suspek yang diperiksa ini sekitar 5-15%. Angka ini bila terlalu kecil (15%) kemungkinan disebabkan antara lain karena penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Proporsi pasien TB Paru BTA Positif di antara suspek yang diperiksa menurut provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.30 .
165
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.30 PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Pada gambar ini diketahui bahwa sebagian besar provinsi memiliki persentase BTA positif terhadap suspek yang diperiksa dahaknya pada kisaran 5-15%. Terdapat 1 provinsi dengan persentase di atas 15% yaitu Maluku Utara sebesar 16%.
b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR) Case Detection Rate atau angka penemuan kasus TB Paru BTA+ merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan upaya pendeteksian kasus. Indikator ini menggambarkan proporsi antara penemuan TB Paru BTA+ terhadap jumlah perkiraan kasus TB Paru. Indikator lain yang digunakan dalam upaya pengendalian TB adalah Success Rate atau angka keberhasilan pengobatan. CDR menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2012, yaitu dari 21% menjadi 82,38%. Angka ini telah melampaui target Renstra Kemenkes tahun 2012 sebesar 80%. Indikator angka keberhasilan (SR) juga menunjukkan peningkatan, yaitu dari 87% pada tahun 2001 menjadi 90,2% pada tahun 2012. Angka keberhasilan pengobatan (SR) ini juga telah memenuhi target keberhasilan pengobatan yang distandarkan oleh WHO yaitu minimal 85%. Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
166
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.31 PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2001-2012
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012
Gambaran capaian SR pada tingkat provinsi menunjukkan bahwa terdapat 23 provinsi memiliki capaian melebihi target minimal WHO sebesar 85%. Capaian SR pada tahun 2012 di 33 provinsi disajikan pada gambar berikut. GAMBAR 4.32 PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU (SUCCESS RATE) DI INDONESIA TAHUN 2012 (PENGOBATAN TAHUN 2011)
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
167
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada gambar di atas nampak bahwa Provinsi Banten memiliki capaian tertinggi sebesar 98,3% diikuti oleh Gorontalo sebesar 96,6%, dan Sulawesi Utara sebesar 95,4%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua Barat sebesar 43,7% diikuti oleh Papua sebesar 76% dan Kepulauan Riau sebesar 77,8%. Data dan Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait pengendalian TB paru, terdapat pada Lampiran 4.31.
3. Pengendalian Penyakit Malaria Millenium Development Goals (MDGs) juga memantau keberhasilan pengendalian penyakit malaria melalui tujuan ke-6 yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat khususnya yang terkait dengan resistensi Plasmodium falciparum terhadap pengobatan klorokuin. Permasalahan lainnya yang menyebabkan malaria masih menjadi beban kesehatan masyarakat adalah meluasnya daerah perindukan vektor akibat perubahan lingkungan, penambahan jumlah vektor akibat perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang daripada musim kemarau, dan peningkatan penularan karena mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu bentuk komitmen pemerintah terhadap upaya pengendalian malaria, telah diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/ SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia. Eliminasi malaria bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai dengan tahun 2030. Penetapan sasaran wilayah eliminasi malaria dilaksanakan secara bertahap. Wilayah tersebut yaitu : 1. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali, dan pulau Batam pada tahun 2010; 2. Pulau Jawa, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015; 3. Pulau Sumatera (kecuali Provinsi Aceh dan Kepulauan Riau), Provinsi NTB, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi pada tahun 2020; dan 4. Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara pada tahun 2030. Eliminasi malaria memiliki kegiatan utama yang terdiri dari : 1. Peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan malaria 2. Penjaminan kualitas diagnosis malaria melalui pemeriksaan laboratorium
168
SITUASI UPAYA KESEHATAN maupun Rapid Diagnostic Test (RDT) 3. Perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di daerah endemis tinggi 4. Penguatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilens kasus malaria 5. Intervensi vektor termasuk surveilans vektor 6. Penguatan sistem pengelolaan logistik Malaria Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium) maupun dengan Rapid Diagnosis Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah suspek malaria terus meningkat secara signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 48% meningkat menjadi 93% pada tahun 2012 seperti yang ditampilkan pada gambar berikut ini. GAMBAR 4.33 PERSENTASE PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH SUSPEK MALARIA TAHUN 2008 - 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Setiap tersangka malaria diharapkan menjalani pemeriksaan sediaan darah dan apabila hasilnya positif maka diobati menggunakan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT). Cakupan kasus yang dinyatakan positif dan mendapatkan pengobatan, diukur melalui indikator persentase penderita malaria yang diobati. Persentase penderita malaria yang diobati adalah persentase penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah kasus malaria positif dalam tahun tersebut. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 81,78%. Angka
169
Profil Kesehatan Indonesia 2012 ini lebih besar dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 66,3%. Pengobatan terhadap penderita positif malaria belum 100% karena masih adanya pengobatan malaria dengan menggunakan obat selain ACT (misal khloroquin) dan larangan konsumsi ACT bagi ibu hamil trimester pertama.
4. Pengendalian Penyakit ISPA Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, terutama di negara berkembang, di mana 1 orang balita meninggal tiap 20 detik atau 3 orang per menit (Unicef, 2006). Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post neonatal) karena pneumonia sebesar 12,7% dan pada anak balita sebesar 13,2%. Pada klasifikasi pengendalian ISPA berdasarkan golongan umur terdapat 2 kelompok, yaitu golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun, dan golongan umur < 2 bulan. Pneumonia pada golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun ditetapkan 3 klasifikasi yaitu ; Pneumonia, Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia. Pada golongan umur < 2 bulan ditetapkan 2 klasifikasi yaitu Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia. Semua kasus ISPA yang ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita merupakan persentase jumlah penderita pneumonia pada balita baik Pneumonia Berat maupun Pneumonia terhadap jumlah target penemuan pneumonia balita. Target penemuan pneumonia balita tersebut ditentukan berdasarkan proporsi 10% dari jumlah seluruh balita. Upaya penemuan pneumonia balita sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada gambar berikut.
170
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.34 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Gambar di atas menunjukkan bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 23,42%. Cakupan ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan cakupan penemuan tahun 2011 yang sebesar 23,98%%. Cakupan penemuan penderita pneumonia belum memenuhi target yang ditentukan sejak tahun 2005 hingga tahun 2012. Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia balita di puskesmas yaitu: 1. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik belum terlatih karena keterbatasan dana dan mutasi petugas yang tinggi. 2. Manajemen data: a. Under reported yang disebababkan karena kerancuan antara diagnosa kerja dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan Pneumonia/ ISPA biasa), sehingga banyak kasus pneumonia dimasukkan ke dalam ISPA biasa. b. Keterlambatan pelaporan secara berjenjang 3. Pengendalian pneumonia balita masih berbasis Puskesmas. Data kasus pneumonia belum mencakup RS Pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana kesehatan lain. 4. Pada beberapa kabupaten dan provinsi masih terjadi kesalahan perhitungan target cakupan.
171
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Informasi lebih rinci mengenai penemuan pneumonia pada balita dapat dilihat pada Lampiran 4.32.
5. Pengendalian Penyakit Kusta Dalam upaya pengendalian penyakit kusta digunakan dua indikator utama yaitu angka penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR),dan angka cacat tingkat II. Indikator NCDR menggambarkan besarnya masalah kusta dalam satu wilayah dan satu waktu sedangkan angka cacat tingkat II menggambarkan perubahan dalam penemuan kasus baru kusta. Tabel berikut menampilkan indikator NDCR per 100.000 penduduk dan angka kecacatan tingkat II. TABEL 4.2 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR) DAN ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, NCDR = New Case Detection Rate
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa NCDR per 100.000 penduduk tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 8,3 per 100.000 penduduk menjadi 7,76 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka cacat tingkat II menunjukkan peningkatan yaitu dari 0,84 pada tahun 2011 menjadi 0,87 per 100.000 penduduk pada tahun 2012. Penurunan angka penemuan kasus baru dan peningkatan angka cacat tingkat II ini dapat diartikan semakin terlambat kasus baru ditemukan maka kecacatan yang terjadi pada kasus baru akan semakin tinggi.
172
SITUASI UPAYA KESEHATAN
6. Pengendalian Penyakit Polio Pada tahun 1988, sidang ke-41 WHA (World Health Assembly) telah menetapkan program eradikasi polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan untuk mengeradikasi penyakit polio pada tahun 2000. Kesepakatan ini diperkuat oleh sidang World Summit for Children pada tahun 1989, di mana Indonesia turut menandatangani kesepakatan tersebut. Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar indigenous selama 3 tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan surveilans AFP yang sesuai standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio adalah: a. Manusia satu-satunya reservoir dan tidak ada longterm carrier pada manusia. b. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup di lingkungan. c. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas >90% dan mudah dalam pemberian. d. Layak dilaksanakan secara operasional. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio dilakukan melalui imunisasi rutin, imunisasi tambahan, surveilans AFP, dan pengamanan virus polio liar di laboratorium. Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit polio. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah risiko tinggi untuk terjadinya transmisi virus polio, memantau kemajuan program eradikasi polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio. Penemuan kasus dalam surveilans AFP dilaksanakan melalui surveilans aktif di RS dan surveilans berbasis masyarakat. Surveilans AFP dilaksanakan secara intensif pada tahun 1997. Pada tahun 2002, Ditjen PPPL menetapkan adanya Petugas Surveilans Khusus AFP di tingkat provinsi. Salah satu indikator untuk mengukur kinerja surveilans AFP adalah Non Polio AFP rate ≥ 2 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2012, Non Polio AFP rate di Indonesia sebesar 2,77 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, indikator ini telah memenuhi target. Terdapat 32 provinsi yang telah memenuhi target tersebut pada tahun 2012 seperti yang ditampilkan pada gambar berikut ini.
173
Profil Kesehatan Indonesia 2012
GAMBAR 4.35 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa provinsi dengan capaian penemuan tertinggi adalah Gorontalo sebesar 7,33 per 100.000 penduduk, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 5,33 per 100.000 penduduk, dan DI Yogyakarta sebesar 5 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan cakupan penemuan terendah adalah Maluku Utara sebesar 1,5 per 100.000 penduduk diikuti oleh Sulawesi Barat dan Kalimantan Tengah masingmasing sebesar 2 per 100.000 penduduk. Indikator lain yang juga digunakan untuk menilai penemuan kasus AFP adalah persentase spesimen adekuat ≥80%, artinya minimal 80% spesimen tinja penderita harus sesuai dengan persyaratan yaitu diambil ≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 2-8ºC sampai di laboratorium. Capaian indikator spesimen adekuat secara nasional pada tahun 2012 telah mencapai target yaitu sebesar 89,6%.
174
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.36 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Dari 33 provinsi, terdapat 3 provinsi yang spesimen adekuatnya mencapai 100%, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, dan Maluku. Namun, ada 6 provinsi dengan spesimen adekuat < 80% yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Pencapaian indikator surveilans AFP dan persentase spesimen adekuat selama tahun 2003–2012 dapat dilihat pada gambar 4.37. Gambar 4.37 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan non polio AFP rate per 100.000 anak usia < 15 tahun. Non polio AFP rate pada tahun 2003 sebesar 1,21 meningkat menjadi 2,77 pada tahun 2012. Indikator penemuan kasus ini telah memenuhi target dalam kurun waktu tersebut. Keterwakilan kondisi lapangan pada hasil pemeriksaan yang tercermin dalam persentase spesimen yang adekuat juga menunjukkan peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012, dari 79,1% menjadi 89,6%. Indikator ini telah memenuhi target minimal 80% sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.
175
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.37 PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003-2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Untuk kasus AFP dengan spesimen tidak adekuat atau hasil laboratorium menunjukan virus polio vaksin positif, perlu dilakukan kunjungan ulang 60 hari setelah kelumpuhan untuk memastikan ada/tidaknya residual paralysis (sisa kelumpuhan). Pada tahun 2012, capaian indikator kunjungan ulang 60 hari secara nasional belum mencapai target (≥ 80%) yaitu sebesar 76%. Namun, di beberapa provinsi, indikator tersebut telah mencapai 100%. Data dan informasi lebih rinci terkait upaya pengendalian AFP terdapat pada Lampiran 4.33.
7. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena fatalitasnya dalam menyebabkan kematian dan kerapnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi pada bulan tertentu. Upaya pengendalian penyakit DBD secara umum terdiri dari : 1. Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor; 2. Diagnosis dini dan pengobatan dini; dan
176
SITUASI UPAYA KESEHATAN 3. Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilakukan melalui pengasapan dengan insektisida dalam 2 siklus. Pada siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue dan nyamuknyamuk lainnya akan mati. Namun, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang berasal dari jentik yang memang tidak dapat dibasmi pada siklus pertama. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk yang baru tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan kepada orang lain. Untuk mengetahui efektivitas PSN maka dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB). Kegiatan PJB menghasilkan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ) yang menggambarkan kepadatan jentik. Capaian ABJ pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu dari 76,2% menjadi 79,3%. Gambaran capaian ABJ dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 ditampilkan pada gambar berikut ini. GAMBAR 4.38 ANGKA BEBAS JENTIK/ABJ (%) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa ABJ dalam 5 tahun terakhir belum memenuhi target 95%. Namun demikian pelaporan data ABJ belum mencakup seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu, belum semua puskesmas melaksanakan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) secara rutin karena keterbatasan alokasi anggaran di daerah.
177
Profil Kesehatan Indonesia 2012
8. Pengendalian Penyakit Filariasis Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam (NTD/ Neglelected Tropical Disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar luas di perdesaan dan perkotaan dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi dan diprakarsai oleh WHO sejak tahun 1999. Komitmen tersebut diperkuat pada tahun 2000 melalui keputusan WHO dengan mendeklarasikan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global melalui 2 pilar kegiatan yaitu : 1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama minimal 5 tahun berturut-turut, guna memutus rantai penularan. 2. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi Kecacatan. Dengan ditetapkannya kabupaten/kota sebagai Implementation Unit (IU) dalam program eliminasi filariasis sejak tahun 2005, maka ketika suatu kabupaten/kota dinyatakan endemis filariasis, dengan demikian kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan untuk memutus rantai penularan. Sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut, dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya. Pada tahun 2012 terdapat 300 kabupaten/kota yang dinyatakan endemis filariasis. Dari jumlah tersebut, hanya 87 kabupaten/kota yang melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis dan 32 kabupaten/kota yang telah selesai melaksanakan POMP Filariasis selama 5 tahun berturut-turut. Belum semua kabupaten endemis filariasis melaksanakan POMP, hal ini disebabkan masih belum maksimalnya komitmen Pemerintah Daerah dalam menyediakan biaya operasional POMP Filariasis selama minimal 5 tahun berturut- turut yang menjadi tanggung jawab Pemda, sedangkan tanggung jawab Pemerintah Pusat adalah menyediakan obat.
178
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.39 CAKUPAN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2005-2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Berdasarkan gambar 4.39 diketahui bahwa terdapat peningkatan cakupan pengobatan massal pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Target POMP filariasis pada tahun 2012 adalah 33.688.840 dan cakupan yang dicapai adalah 19.0490.000 (56,5%). Advokasi kepada pemangku kebijakan di kabupaten/kota diperlukan untuk mendapatkan komitmen dan kesinambungan penganggaran sehingga cakupan pengobatan dapat ditingkatkan. Dengan demikian tujuan eliminasi filariasis di Indonesia tahun 2020 dapat dicapai. Kegiatan tatalaksana kasus klinis filariasis harus dilakukan pada semua penderita. Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang disimpan di Puskesmas dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 6 kali dalam setahun. Jumlah kasus ditatalaksana pada tahun 2012 sebanyak 5.409 kasus dari 11.903 jumlah kasus. Gambaran penatalaksanaan kasus klinis filariasis dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada gambar berikut ini.
179
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.40 PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2006-2012
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Gambar di atas menunjukan adanya penurunan persentase kasus klinis filariasis yang ditatalaksana, yaitu dari 45,57% pada tahun 2011 menjadi 45,44% pada tahun 2012. Kasus klinis filariasis yang ditatalaksana masih dibawah 50%, hal ini memperlihatkan kegiatan penatalaksanaan kasus klinis kurang berjalan dengan baik.
9. Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) yang menjadi tanggung jawab Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Ditjen PPPL meliputi sebagai berikut : hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopathy, penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark miocard akut. Prioritas program pengendalian tahun 2012 memperhatikan pada pengendalian faktor risiko PJPD berbasis masyarakat, deteksi dini, dan jejaring kerja dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : 1. Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). Sampai dengan tahun 2012, NSPK yang telah disusun berupa : a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor854/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
180
SITUASI UPAYA KESEHATAN b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 853/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Jejaring Kerja Nasional c. Buku pedoman “Pengendalian Hipertensi pada Ibu Hamil” d. Buku Deteksi Dini Faktor Risiko penyakit Jantung dan pembuluh Darah e. Revisi Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung (Hipertensi, Stroke) f.
Pedoman Asupan Kadar Gula, Garamdan Lemak dalam Rangka Pengendalian PJPD
2. Pengembangan SDM yang terdiri dari Training of Trainers (TOT) di 17 wilayah, dan kalakarya di lokasi pelaksanaan bimbingan teknis dan sosialisasi. 3. Penyediaan alat stimulan berupa masscrening yang terdiri dari timbangan badan, alat ukur tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, cardiochek, dan EKG yang didistribusikan ke 33 provinsi. 4. Surveilans Epidemiologi. Kegiatan ini berupa penemuan dan tatalaksana penyakit jantung dan pembuluh darah. Salah satu kegiatan pokok pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu penemuan dan tatalaksana yang dilaksanakan melalui deteksi dini faktor risiko. Lokasi deteksi dini yang dilakukan pada tahun 2010 adalah Bireuen, Kota Cimahi, Pontianak, Lamongan, Badung, Kota Balikpapan, Kota Pare Pare, dan Kota Banjar Baru. 5. Pengendalian factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan peran serta masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan melatih kader-kader Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di 17 provinsi dan 36 kabupaten/kota. 6.. Jejaring kerja berdasarkan faktor risiko PJPD. Kegiatan ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan lintas sektor, lintas program dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
10. Pengendalian Penyakit Kanker Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker, tetapi saat ini masih diprioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan
181
Profil Kesehatan Indonesia 2012 krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat. Pada tahun 2011, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah dikembangkan di 87 kabupaten/kota di 17 provinsi, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 115 kabupaten/kota di 23 provinsi. Provinsi yang sebagian kabupaten/kotanya telah mengembangkan program deteksi dini tersebut sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada tabel berikut ini. TABEL 4.3 PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA YANG MENGEMBANGKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DAN KANKER LEHER RAHIM
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Menurut data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (SriKanDI) tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa estimasi insiden kanker pada anak (0-17 tahun) sebesar 9 per 100.000 anak-anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak sebesar 2,8 per 100.000, kanker bola mata/retinoblastoma 2,4 per 100.000, osteosarkoma 0,97 per 100.000, limfoma 0,75 per 100.000, kanker nasopharing 0,43 per 100.000. Kasus kanker pada anak-anak sebesar 4,7% dari kanker pada semua umur. Angka kematian akibat kanker ini mencapai 50-60% karena pada umumnya penderita datang terlambat atau sudah dalam stadium lanjut.
182
SITUASI UPAYA KESEHATAN Sejak tahun 2011 dikembangkan program deteksi dini kanker pada anak yang meliputi 6 jenis kanker pada anak, yaitu leukemia (kanker darah), retinoblastoma (kanker bola mata), kanker nasopharink (nasofaring), neuroblastoma (kanker pada saraf), lymphoma malignum (kanker kelenjar getah bening), dan osteosarcoma (kanker tulang). Program ini dikembangkan dengan deteksi dini yaitu mengenal tanda dan gejala sejak dini yang dilaksanakan di puskesmas dan rujukan ke rumah sakit untuk setiap temuan kelainan curiga kanker pada anak. Pengembangan dimulai dengan membuat NSPK untuk pengendalian kanker anak, seperti pedoman dan buku saku. Sedangkan pada tahun 2012 dilakukan sosialisasi dan peningkatan SDM di 7 provinsi. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara lain : 1. P encegahan dan pengendalian faktor risiko. Sampai dengan tahun 2012 telah banyak disusun Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak yang terlibat dalam pengendalian kanker. Pengendalian faktor risiko kanker juga dilakukan dengan memberikan konseling dan penyuluhan bagi perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di Puskesmas. Sampai tahun 2012 terdapat layanan konseling di 115 kabupaten/kota pada 23 provinsi. 2. Penemuan dan tatalaksana kasus.
Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan pada 2 kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim. Program ini dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara pada 21 April 2008. Program tersebut dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP). Program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah dikembangkan di 16 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
3. Peningkatan surveilans epidemiologi.
Dalam upaya meningkatkan kualitas surveilans epidemiologi penyakit kanker, agar diperoleh data kanker yang valid dan tidak ada duplikasi pencatatan di masyarakat, maka dikembangkan modeling registrasi kanker berbasis populasi di DKI Jakarta. Program tersebut akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Sampai tahun 2012, registrasi di DKI Jakarta telah dilaksanakan di 79 Rumah Sakit, 2 klinik, 90
183
Profil Kesehatan Indonesia 2012 laboratorium patologi, dan 34 Puskesmas kecamatan yang membawahi 301 Puskesmas kelurahan. 4. Peningkatan jejaring kerja dan kemitraan.
Dalam mengembangkan program pengendalian kanker di Indonesia, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas sektor terkait, pemerintah daerah, organisasi profesi, LSM dalam dan luar negeri, dan pihak-pihak lainnya. Kerjasama ini diantaranya diwujudkan dalam penyusunan rencana kerja 5 tahun (2010-2014), yaitu Indonesian Cancer Control Program (ICCP) yang disusun dari rencana kerja semua pihak yang diintegrasikan. Rencana kerja tersebut meliputi aspek pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, pelayanan paliatif, surveilans epidemiologi, riset/penelitian, support dan rehabilitasi. Rencana kerja ini diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana kegiatan pengendalian kanker di masing-masing daerah.
11. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit metabolik yang ditangani oleh Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik adalah : diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar tiroid, dislipidemia, gangguan metabolisme kalsium, gangguan sekresi korteks adrenal, dan gangguan kelenjar hipotalamus. Diabetes melitus disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Tujuan program pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik adalah terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan pengelola program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, LSM dan masyarakat. Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok kegiatan yaitu : 1. Penyusunan pedoman
184
Tahun 2010 telah disusun 7 pedoman dengan revisi sebanyak 3 kali. Pada tahun 2012 dilakukan penyusunan tiga Pedoman Pengendalian DM yaitu : Pengendalian DM Tipe 1 di Puskesmas, Pedoman Pengendalian DM Gestasional di Puskesmas dan Petunjuk Teknis Pengendalian DM di Puskesmas.
SITUASI UPAYA KESEHATAN 2. Peningkatan kapasitas SDM.
Upaya ini telah dilakukan melalui TOT deteksi dini dan tatalaksana diabetes melitus dan penyakit metabolik di 16 provinsi. Selain itu juga dilaksanakan pelatihan terhadap 180 dokter spesialis penyakit dalam dan 180 dokter umum di 6 kota, yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar.
3. Menjalin kemitraan
Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah menjalin kemitraan dengan lintas program/lintas sektor melalui pembentukan jejaring kelompok kerja diabetes melitus, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengendalian diabetes dan penyakit metabolik di 33 provinsi, serta pengembangan Forum Diabetes Melitus di Indonesia. Pada tahun 2010 di bentuk Project Partnership Agreement (PPA) antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Ditjen PPPL dengan World Diabetes Foundation (WDF) yaitu lembaga swasta dunia yang berdedikasi dalam pencegahan dan pengobatan diabetes melitus di negara berkembang. Tujuan dari kerja sama ini adalah melakukan intervensi pada masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian diabetes melitus beserta faktor risikonya.
E. UPAYA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 1. Ketersediaan Obat dan Vaksin Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat telah ditetapkan antara lain dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional (SKN), dan Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif, dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Di dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, dinyatakan bahwa sasaran hasil program kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2014 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar.
185
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibutuhkan data manajemen pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan dari tiap provinsi yang dititikberatkan kepada ketersediaan obat esensial generik di seluruh wilayah Indonesia. Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang. GAMBAR 4.41 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
186
Foto: Pusat Komunikasi Publik
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Proses pengujian tanaman obat di Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu - Jawa Tengah
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar. Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2012 memiliki target sebesar 90%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Binfar dan Alkes didapatkan persentase ketersediaan rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 92,85%. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan target Tahun 2012 sebesar 90%, maka capaian kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar 103,17%. Data yang dilaporkan adalah data per tanggal 30 November tahun 2012. Terdapat sebanyak 26 Provinsi yang melaporkan data, sedangkan 7 provinsi tidak melaporkan datanya. Gambaran ketersediaan obat dan vaksin di tiap provinsi dapat dilihat pada gambar 4.41.
187
Profil Kesehatan Indonesia 2012
2. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Indikator terkait pemanfaatan obat yang juga dinilai dalam Renstra Kementerian Kesehatan adalah persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 2012, rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan adalah 82,8%. Angka ini telah memenuhi target Renstra tahun 2012 sebesar 70%. Sebanyak 32 provinsi telah memenuhi target tersebut seperti yang disajikan pada gambar 4.42. GAMBAR 4.42 PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2012
Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan menurut provinsi menunjukkan gambaran bahwa penggunaan tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 93,4% diikuti oleh Riau sebesar 92,6%, dan Kepulauan Riau sebesar 92%. Persentase penggunaan obat generik terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 69,1% diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 71,9 dan DKI Jakarta sebesar 73,6%. Data dan informasi mengenai ketersedian obat dan vaksin serta penggunaan obat generik menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.39, dan 4.40.
188
SITUASI UPAYA KESEHATAN
F. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan perlindungan finasial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit. Pelaksanaan program Jamkesmas 2012 merupakan kelanjutan pelaksanaan tahun 2011 dengan penyempurnaan dan peningkatan terhadap aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen. Penyelenggarannya diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jumlah peserta Jamkesmas pada tahun 2012 berjumlah 76.400.000 jiwa yang terdiri dari masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak mampu. Jumlah tersebut terdiri atas 73.726.290 jiwa kepesertaan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota dan selebihnya adalah peserta di luar SK Bupati/Walikota yang berjumlah 2.673.710 jiwa. Kepesertaan di luar SK Bupati/Walikota terdiri dari gelandangan, pengemis, anak terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca tanggap darurat, peserta program keluarga harapan (PKH), dan penderita thalasemia mayor. Sejak tahun 2008 hingga 2012 sasaran Jamkesmas adalah tetap yaitu 76,4 juta jiwa. Provinsi dengan jumlah sasaran terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Program Jamkesmas melingkupi pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di pelayanan kesehatan di Puskesmas terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP). Sedangkan kunjungan di pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Gambar berikut ini menyajikan jumlah kunjungan peserta Jamkesmas di puskesmas dan rumah sakit.
189
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 4.43 PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Pada Gambar 4.43 nampak bahwa jumlah kunjungan peserta Jamkesmas pada pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas menggambarkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan jauh lebih besar dibandingkan rawat inap. Pola yang sama juga nampak pada layanan kesehatan tingkat lanjut di rumah sakit, yaitu jumlah kunjungan rawat jalan lebih besar dibandingkan rawat inap. Pada tahun 2012, terdapat 74,01 juta peserta jamkesmas ke pelayanan kesehatan rawat jalan, meliputi 68,33 juta kunjungan rawat jalan tingkat pertama dan 5,69 juta kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Sedangkan gambaran pada pelayanan kesehatan rawat inap adalah sebanyak 4,38 juta yang terdiri dari 3,15 juta kunjungan rawat inap tingkat pertama dan 1,23 juta kunjungan rawat inap tingkat lanjut. Secara umum, jumlah kunjungan di pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan jumlah kunjungan pada tahun 2011, seperti yang tampak pada gambar 4.44. Sejak tahun 2011 telah dilakukan perluasan program Jamkesmas dengan diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sesuai dengan surat edaran Menkes RI Nomor TU/ Menkes/E/391/II/2011 tentang Jaminan Persalinan. Jampersal adalah pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
190
SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.44 PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal melingkupi seluruh ibu yang belum memiliki jaminan kesehatan. Jumlah kunjungan Jampersal tertinggi terdapat pada pelayanan pasca persalinan sebanyak 5.458.072 kunjungan, diikuti oleh pelayanan pada Ante Natal Care (K1 dan K4) sebesar 4.694.819 kunjungan. Sedangkan persalinan normal berada di urutan ke-3 tertinggi yaitu 1.718.001 kunjungan. Kunjugan pada ANC yang tinggi diharapkan dapat membantu menurunkan komplikasi maternal dan neonatal serta kematian ibu dan anak melalui pendeteksian dini kehamilan berisiko tinggi. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi mengenai cakupan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal terdapat pada Lampiran 4.34-4.37.
191
Pelayanan Kesehatan Siaga di Pelabuhan
Foto: Pusat Komunikasi Publik
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Profil Kesehatan Indonesia 2012
BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
S
alah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas yaitu sumber daya kesehatan, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab sumber daya
kesehatan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit (RS), sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Puskesmas, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu wilayah kecamatan, atau beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan dan di
194
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN setiap kecamatan harus ada minimal satu unit Puskesmas. Dasar pertimbangan untuk membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas antara lain faktor luas wilayah, kondisi geografis, dan kepadatan penduduk. Sampai dengan akhir tahun 2012, jumlah Puskesmas di Indonesia yang tercatat sebanyak 9.510 unit, dengan rincian Puskesmas perawatan sejumlah 3.152 unit dan Puskesmas non perawatan sejumlah 6.358 unit. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011 dengan peningkatan jumlah Puskesmas berkisar 2-4% setiap tahunnya. Kecenderungan kenaikan jumlah Puskesmas terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia, meskipun terdapat beberapa provinsi yang tidak mengalami kenaikan jumlah Puskesmas dalam kurun waktu 2 tahun terakhir yaitu Provinsi Bengkulu dan DI Yogyakarta. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas dibantu satu atau beberapa Puskesmas pembantu. Gambar 5.1 memperlihatkan jumlah Puskesmas tahun 2008 sampai dengan 2012. GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013
Untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap Puskesmas, salah satu indikator yang digunakan yaitu rasio Puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2008 hingga 2012, rasio Puskesmas menunjukkan adanya peningkatan. Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2008 sebesar 3,74 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 3,89 Puskesmas. Peningkatan ini merupakan salah satu upaya pemerataan Puskesmas dalam menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya, seperti terlihat pada Gambar 5.2.
195
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 2012
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013
Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi menunjukkan bahwa rasio tertinggi pada tahun 2012 adalah di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 15,67, sedangkan rasio terendah di Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,03. Provinsi-provinsi di kawasan timur Indonesia menunjukkan rasio yang cukup tinggi di atas angka rata-rata nasional, hal ini diperkirakan karena wilayah kerja yang luas namun jumlah penduduk relatif sedikit. Terdapat 5 lima provinsi dengan rasio Puskesmas per 100.000 penduduk berada di bawah 3,0 yaitu Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Angka tersebut menunjukkan bahwa satu Puskesmas di 5 provinsi tersebut rata-rata melayani lebih dari 30.000 penduduk. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dimungkinkan untuk penambahan Puskesmas, meskipun di 5 provinsi tersebut banyak fasilitas pelayanan kesehatan dasar lainnya, namun yang perlu menjadi perhatian adalah fungsi Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Gambaran rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi pada tahun 2012 terdapat pada Gambar 5.3. Rincian jumlah dan rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi pada tahun 2008-2012 terdapat pada Lampiran 5.1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas, beberapa Puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas
196
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2012
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013
perawatan. Jumlah Puskesmas perawatan pada tahun 2011 sebanyak 3.019 unit meningkat menjadi 3.152 unit pada tahun 2012. Kementerian Kesehatan RI memberikan dukungan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembangunan Puskesmas perawatan, termasuk penyediaan peralatan kesehatan dan rumah dinas tenaga medis, bidan dan perawat. Peningkatan jumlah Puskesmas perawatan yang menyelenggarakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif telah terbukti mempunyai daya ungkit yang lebih besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, bila diselenggarakan secara baik, melibatkan secara aktif masyarakat, konsisten, dan berkesinambungan. Perkembangan jumlah Puskesmas perawatan dan non perawatan pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 5.4. Rincian mengenai jumlah Puskesmas perawatan dan non perawatan menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.2. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas dan upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan masalah, kondisi, kebutuhan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara lain Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA).
197
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 5.4 JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013
a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang dilaksanakan Puskesmas merupakan upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu target pencapaian MDGs 2015. Puskesmas PONED bertujuan mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010–2014 serta dijabarkan dalam indikator Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan target Puskesmas PONED yaitu persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Pada akhir tahun 2014 diharapkan 100% Puskesmas rawat inap mampu PONED. Strategi dan kebijakan yang diambil Kementerian Kesehatan RI dalam mencapai target tersebut yaitu di masing-masing kabupaten/kota minimal terdapat 4 Puskesmas PONED (mengacu standar WHO). Maka jumlah Puskesmas PONED yang ada pada tahun 2014 minimal sejumlah 1.988 unit, dengan asumsi jumlah kabupaten/kota tetap (497 kabupaten/ kota). Puskesmas PONED sampai tahun 2012 tercatat berjumlah 2.570 unit terdiri dari
198
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Puskesmas perawatan 1.960 unit (76,41%) dan Puskesmas non perawatan 605 unit (23,59%). Masih terdapat 5 provinsi yang rasio Puskesmas PONED terhadap jumlah kabupaten/kota masih di bawah 4 yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2,86), DKI Jakarta (2,83), Maluku Utara (3,11), Papua Barat (1,73), Papua (0,72). Konsep istilah rawat inap yang digunakan dalam PONED berbeda dengan Puskesmas perawatan. Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang dapat melakukan perawatan inap kepada pasien pasca tindakan emergensi (one day care). Sehingga memungkinkan Puskesmas non perawatan yang memiliki tempat tidur dan mampu melakukan tindakan emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat menyelenggarakan PONED. Gambar 5.5 memperlihatkan jumlah Puskesmas PONED menurut provinsi tahun 2012. GAMBAR 5.5 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Sampai dengan tahun 2012 kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas PONED lebih dari atau sama dengan 4 unit sejumlah 304 kabupaten/kota (61,17%), 1 sampai dengan 3 unit sejumlah 150 kabupaten/kota (30,18%), dan yang belum mempunyai Puskesmas PONED sejumlah 43 kabupaten/kota (8,65%).
199
Profil Kesehatan Indonesia 2012 b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas telah dikembangkan sejak tahun 2003. Puskesmas PKPR memberikan layanan di dalam dan di luar gedung Puskesmas, dengan sasaran kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja masjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama dan kelompok remaja lainnya. Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya serta pelayanan rujukan. Sejak tahun 2009 diupayakan setiap kabupaten/kota minimal memiliki 4 Puskesmas mampu tata laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Sampai dengan tahun 2012 Puskesmas PKPR berjumlah 3.191 unit. Rincian jumlah Puskesmas PKPR menurut provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 5.6. GAMBAR 5.6 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
200
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011. Angkatan kerja ini bekerja di kegiatan formal sebesar 42,1 juta (37,29%) dan di kegiatan informal sebesar 70,7 juta (62,71%). Kebijakan pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta Kepolisian Republik Indonesia. Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja di Puskesmas merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan di atas dan merupakan upaya pengembangan sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang ada di wilayah Puskesmas atau spesifik lokal sehingga untuk saat ini upaya kesehatan kerja lebih difokuskan pada Puskesmas di kawasan industri. Upaya kesehatan kerja diharapkan dapat diintegrasikan dalam pokok kegiatan yang wajib dilaksanakan di Puskesmas. Pembinaan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayanan kesehatan kerja, seperti pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam bidang kesehatan kerja, pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan sehat dan produktif termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja dan pembinaan pelayanan kesehatan kerja di sektor informal dan formal termasuk perkantoran serta pembinaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dengan fokus kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja di kawasan/sentra industri sampai dengan tahun 2012 berjumlah 764 Puskesmas di 116 kabupaten/kota yang tersebar di 18 provinsi, jumlah ini meningkat dari tahun 2011. Jumlah tersebut merupakan Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan kerja yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP) tiap bulan. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan kerja menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.3.
201
Profil Kesehatan Indonesia 2012 d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan tujuan upaya kesehatan olahraga yaitu meningkatkan kesehahatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga. Upaya kesehatan olahraga lebih mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan di berbagai institusi pelayanan kesehatan termasuk di Puskesmas. Upaya kesehatan olahraga di Puskesmas meliputi pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga berupa pendataan kelompok, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan olahraga, ditujukan pada kelompok olahraga di sekolah, klub jantung sehat, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu hamil, kelompok senam diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran jasmani jemaah calon haji, fitness center dan kelompok olahraga/latihan fisik lain. Pelayanan kesehatan olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga, pengukuran tingkat kebugaran jasmani, penanganan cedera olahraga akut dan sebagai tim kesehatan pada event olahraga. Sampai dengan tahun 2012, upaya kesehatan olahraga telah dilakukan di 466 Puskesmas pada 91 kabupaten/kota di 17 provinsi. Jumlah tersebut merupakan Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga yang membina kelompok/klub olahraga di wilayah kerjanya yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan Kesehatan Olahraga (LBKO) tiap bulan. Untuk provinsi, kabupaten/kota dan Puskesmas lainnya akan dikembangkan secara bertahap untuk melaksanakan upaya kesehatan olahraga sesuai dengan kondisi wilayah kerja masing-masing. Rincian jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya pengembangan kesehatan olahraga menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.
e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) Kasus kekerasan terhadap anak mempengaruhi kesehatan anak yang menjadi korban karena masih berada dalam proses tumbuh kembang sehingga akan berdampak pada penurunan kualias Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan berkualitas. Pelayanan kesehatan bagi korban KtA dilakukan melalui pelayanan di tingkat dasar yaitu Puskesmas. Puskesmas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak merupakan salah satu indikator dalam
202
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014, setiap kabupaten/kota harus memiliki minimal 2 (dua) Puskesmas mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak. Sampai dengan tahun 2012, Puskesmas mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak berjumlah 1.599 Puskesmas dan sejumlah 71,63% kabupaten/kota telah memiliki minimal 2 Puskemas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak. Rincian jumlah Puskesmas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.
2. Rumah Sakit Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang utamanya menyelenggarakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Sejak tahun 2011, berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Pada tahun 2012 jumlah rumah sakit publik di Indonesia sebanyak 1.540 unit, yang terdiri atas Rumah Sakit Umum (RSU) berjumlah 1.240 unit dan Rumah Sakit Khusus (RSK) berjumlah 300 unit. Rumah sakit publik tersebut dikelola oleh Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri, kementerian lain serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Sedangkan jumlah rumah sakit privat sebanyak 543 unit, yang terdiri atas 368 unit RSU dan 175 unit RSK. Rumah sakit privat dikelola oleh BUMN dan swasta (perorangan, perusahaan dan swasta lainnya). Jumlah rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang telah terdata dan mendapatkan kode rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Tabel 5.1 menampilkan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun 2008-2012. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun 2012 menurut pengelola dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.4.
203
Profil Kesehatan Indonesia 2012 TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS) DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2008-2012) jumlah rumah sakit (umum dan khusus) baik yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami peningkatan, pada tahun 2008 terdapat 1.371 unit menjadi 2.083 unit pada tahun 2012. Jumlah RSU di Indonesia menurut pengelola dapat dilihat pada Lampiran 5.4 dan jumlah tempat tidur di RSU terdapat pada Lampiran 5.5. Perkembangan RSU di Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut ini.
GAMBAR 5.7 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
204
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Jumlah RSK dalam kurun waktu tahun 2008-2012 menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2008 terdapat 292 unit rumah sakit khusus, meningkat menjadi 475 unit pada tahun 2012. Perkembangan jumlah RSK selama 5 tahun terakhir terdapat pada Gambar 5.8 berikut ini.
GAMBAR 5.8 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Sebagian besar rumah sakit khusus pada tahun 2012 adalah RS Ibu dan Anak sebanyak 169 unit, RS Bersalin sebanyak 94 unit, dan RS Jiwa sebanyak 53 unit, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.9. Adapun yang termasuk dalam RS Khusus lainnya yaitu RS Mata, RS Tuberkulosis Paru, RS Kanker, RS Penyakit Infeksi, RS Ortopedi, RS Khusus Penyakit Dalam, RS Khusus Bedah, RS Jantung, RS Khusus THT, RS Stroke, RS Khusus Anak, RS Khusus Ginjal, RS Khusus Gigi dan Mulut serta RS Khusus Kusta. Jumlah rumah sakit khusus beserta jumlah tempat tidurnya menurut provinsi tahun 2008-2012 terdapat pada Lampiran 5.6.
205
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 5.9 PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Pada tahun 2012 sebagian besar rumah sakit tergolong kelas C. Dari jumlah 2.083 unit RS, terdapat 630 unit RS kelas C, 415 unit RS kelas D, 255 RS kelas B, 56 unit RS kelas A dan 727 unit RS belum ditetapkan kelasnya. Gambar 5.10 menyajikan persentase RSU dan RSK menurut kelas. Informasi lebih rinci mengenai jumlah rumah sakit dan tempat tidur yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan RI dan pemerintah daerah menurut kelas rumah sakit dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.7. GAMBAR 5.10 PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
206
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Jumlah dan rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya dalam hal daya tampung pasien rawat inap yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dalam 5 tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.11.
GAMBAR 5.11 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dari tahun 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan, rasio pada tahun 2008 sebesar 65,38 naik menjadi 94,55 per 100.000 penduduk pada tahun 2012. Gambar 5.12 menyajikan jumlah tempat tidur dan rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah sakit pada tahun 2008-2012. Proporsi tempat tidur di rumah sakit umum dan rumah sakit khusus menurut kelas perawatan menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah kelas III sebesar 40,19%, kemudian tempat tidur kelas II sebesar 24,91%, tempat tidur kelas I sebesar 14,28%, tempat tidur kelas VIP sebesar 9,07%, serta tempat tidur kelas VVIP sebesar 3,64%. Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di rumah sakit menurut kelas perawatan dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.8.
207
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 5.12 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Angka Kematian Ibu (AKI) 40-70% terjadi di rumah sakit, 20-35% terjadi di rumah dan 10-18% terjadi di perjalanan (Lancet, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya kematian ibu yang terjadi di rumah sakit, sehingga diperlukan upaya penurunan AKI yang difokuskan di rumah sakit. Data lain yang menunjukkan bahwa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan dianggap berperan terhadap tingginya AKI didapat dari penelitian Matlab-Bangladesh, yaitu risiko kematian ibu tertinggi (100 kali dari kondisi normal) terjadi pada hari persalinan. Untuk itu Kementerian Kesehatan RI melaksanakan upaya dalam rangka mempercepat penurunan AKI yaitu rumah sakit melaksanakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 mencantumkan persentase rumah sakit kabupaten/kota yang melaksanakan PONEK (dengan target 100% dari 444 rumah sakit kabupaten/kota). Sampai dengan tahun 2012 terdapat 410 rumah sakit umum melaksanakan PONEK dari 1.608 rumah sakit umum yang tercatat. Jumlah rumah sakit PONEK tahun 2012 meningkat dari tahun 2011 namun perlu juga diperhatikan sumber daya manusia (dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis anak), sarana dan prasarana serta peralatannya. Rincian PONEK menurut provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 5.3.
208
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN b. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Survei Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2011 menyatakan sekitar 3,8 juta penduduk Indonesia adalah pengguna NAPZA. Bagi pengguna Napza, penyalahgunaannya berdampak bagi fisik, mental, emosional serta sosial. Upaya penanggulangan penyalahgunaan Napza melalui 3 pilar yaitu reduksi suplai, reduksi permintaan dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu komponen dari pengurangan dampak buruk adalah program terapi yaitu program terapi substitusi yang di antaranya Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Tujuan PTRM yaitu untuk mengurangi risiko terkait penyakit infeksi (HIV/AIDS, hepatitis), memperbaiki kesehatan fisik dan psikologis, mengurangi perilaku kriminal, dan memperbaiki fungsi sosial pasien. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 83 unit layanan rawat jalan terapi rumatan metadon di 17 provinsi, yang terdiri atas 34 rumah sakit, 40 Puskesmas dan 9 Lapas/Rutan. Rincian PTRM menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.13.
c. Layanan Pencegahan Penularan HIV Dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan untuk penanggulangan HIV dan AIDS, perlu disediakan sumber daya yang mendukung upaya tersebut, diantaranya adalah Layanan Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA) dan Pelayanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV dan AIDS. Proporsi penderita baru AIDS pada kelompok jenis kelamin perempuan memperlihatkan kecenderungan semakin meningkat. Persentase kasus baru AIDS pada kelompok umur 0-1 tahun juga meningkat. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penularan HIV dari ibu ke anak. Pada tahun 2012, tersedia 106 sarana kesehatan yang menyediakan layanan PPIA. Sebanyak 13 layanan PPIA terdapat di puskesmas, 90 layanan PPIA terdapat di RS, dan 3 layanan PPIA terdapat di klinik. Provinsi Kalimantan Tengah dan Gorontalo merupakan provinsi yang tidak memiliki layanan PPIA, sedangkan Provinsi Papua memiliki layanan PPIA terbanyak di Indonesia, yaitu 18 layanan. Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi hanya memiliki 7 sarana kesehatan dengan layanan PPIA. Sedangkan Provnsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah kasus AIDS tertinggi memiliki 13 sarana kesehatan dengan layanan PPIA. Rincian menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.14.
209
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS adalah pelayanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS. Pelayanan PDP merupakan layanan terpadu yang meliputi konseling dan tes, layanan perawatan, dukungan dan pengobatan. Di Indonesia terdapat 248 rumah sakit yang memberikan layanan PDP melakukan pengobatan ARV, dengan jumlah layanan terbanyak di Provinsi Jawa Timur berjumlah 29 rumah sakit. Rincian menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.
d. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Program pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan pengobatan dan/ atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan secara tradisional dilakukan penelitian dan bila dapat dibuktikan secara ilmiah menjadi pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat sehingga dapat diterapkan di fasilitas kesehatan sebagai pengobatan alternatif dan komplementer. Unit yang melakukan penelitian/pengkajian/pengujian ini yaitu Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). Fungsi lainnya dari Sentra P3T yaitu pelayanan kesehatan tradisional, institusi pendidikan dan pelatihan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dan menyelenggarakan jaringan informasi dan dokumentasi pelayanan kesehatan tradisional. Sampai dengan tahun 2012 sudah terdapat 33 provinsi yang memiliki Sentra P3T. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 150 kabupaten/kota yang memiliki minimal 2 Puskesmas yang melaksanakan pembinaan terhadap pengobatan tradisional dan pembinaan kepada masyarakat dalam memanfatkan TOGA (tanaman obat keluarga), dan terdapat 54 rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan komplementer (melaksanakan pelayanan komplementer dan atau alternatif berupa hiperbarik dan atau media akupunktur dan atau medik herbal yang ditetapkan oleh direktur RS dan dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi dan atau tenaga kesehatan lain yang telah mendapatkan pendidikan terstruktur dan atau pelatihan terakreditasi). Jumlah Puskesmas dan rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.
210
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih. Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian dan alat kesehatan yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagai sarana pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/kota sesuai standar merupakan salah satu indikator dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010–2014. Sampai dengan tahun 2012 Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota berjumlah 497 unit dan 71,63% telah sesuai standar. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 5.13. GAMBAR 5.13 PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR TAHUN 2012
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
211
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Jumlah sarana produksi dan distribusi yang tersebar di 33 provinsi menggambarkan variasi sarana di bidang farmasi dan alat kesehatan memiliki disparitas jumlah yang masih relatif tinggi antara wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur. Umumnya sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Indonesia bagian Barat (Pulau Sumatera dan Jawa), yaitu sebesar 94,4% sarana produksi dan 78,4% sarana distribusi. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia bagian Tengah dan Timur, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Selama kurun waktu 3 tahun terakhir, sejak tahun 2010 hingga 2012 terlihat adanya kecenderungan peningkatan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan. Pada tahun 2012 sebanyak 239 industri farmasi di Indonesia tersebar di 9 provinsi dan terdapat 24 provinsi yang belum mempunyai sarana industri farmasi. Sementara sarana UKOT tersebar di 22 provinsi dan hanya 11 provinsi yang belum memiliki sarana UKOT. Gambar 5.14. menyajikan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia pada tahun 2012 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.9. Sementara yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2010-2012 terdapat
212
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN GAMBAR 5.14 JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
pada Gambar 5.15. Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia pada tahun 2012 dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.10. GAMBAR 5.15 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
213
Profil Kesehatan Indonesia 2012
4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Dalam mewujudkan masyarakat sehat, diperlukan kesadaran setiap anggota masyarakat akan pentingnya perilaku sehat, berkeinginan, serta berdaya untuk hidup sehat. Masyarakat bersinergi membangun kondisi lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di desa dan kelurahan, seperti adanya Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). UKBM yang ada di desa dan kelurahan menjadi ciri khas bahwa desa dan kelurahan tersebut telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena penduduk di desa dan kelurahan tersebut dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
GAMBAR 5.16 PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF MENURUT TINGKATAN (STRATA) TAHUN 2012
Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Pada tahun 2012 terdapat 52.804 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dari 77.465 desa dan kelurahan di Indonesia, atau sebesar 68,2%. Terdapat 2 provinsi yang seluruh desa/kelurahannya telah menjadi desa siaga aktif yaitu Provinsi Sumatera Barat dan Kepulauan Riau. Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terendah di Provinsi Papua Barat (2,3%). Jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW
214
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Siaga Aktif dan jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah Desa Siaga Aktif ditambah Nagari Siaga Aktif. Gambar 5.16 memperlihatkan persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif menurut strata (tingkatan). Poskesdes merupakan UKBM yang dibentuk di desa untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama Poskesdes yaitu pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Poskesdes merupakan pendorong dalam menumbuhkembangkan terbentuknya UKBM lain di masyarakat serta meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Pada tahun 2012 terdapat 54.142 unit Poskesdes. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Dalam menjalankan fungsinya, GAMBAR 5.17 RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
215
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare. Pada tahun 2012 terdapat 276.392 Posyandu di seluruh Indonesia yang terdiri dari 21,9% Posyandu Pratama, 36,3% Posyandu Madya, 33% Posyandu Purnama dan 8,7% Posyandu Mandiri. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan sebesar 3,57 Posyandu per desa/kelurahan dan rasio Posyandu menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 5.17. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, diperlukan peran serta kader dan tokoh masyarakat sebagai penggerak masyarakat. Jumlah kader dan tokoh masyarakat yang telah dilatih sampai tahun 2012 adalah 381.734 orang. Data jumlah UKBM menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.11 dan Lampiran 5.12.
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementerian Kesehatan RI merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Menurut data Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), sampai dengan 31 Maret 2013 institusi pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi (tenaga medis) yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta di Indonesia berjumlah 73 Fakultas Kedokteran (FK) dan 30 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). TABEL 5.2 JUMLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013
Sumber : Sekretariat KKI, Kemenkes RI, 2013
216
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Tabel 5.2 memperlihatkan jumlah fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi di Indonesia. Data tersebut memperlihatkan institusi pendidikan tenaga medis masih terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia, sehingga perlu upaya peningkatan di wilayah lainnya. Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non Poltekkes) dengan status kepemilikan pemerintah daerah, TNI/Polri dan Swasta. Menurut data Badan PPSDM Kesehatan, sampai dengan Desember 2012 jumlah Program Diploma IV sebanyak 132 program studi, sedangkan jumlah institusi Diknakes Program Diploma III sebanyak 1.082 institusi, yang terdiri dari 262 jurusan/program studi (yang berada pada 38 Poltekkes) dan 820 institusi Non Poltekkes. Perkembangan jumlah program studi (prodi) Diploma III pada institusi Poltekkes dan Non Poltekkes terdapat pada Gambar 5.18. GAMBAR 5.18 PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLTEKKES DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Pada Gambar 5.18 dapat dilihat tidak terjadi penambahan jumlah jurusan/prodi Diploma III Poltekkes pada tahun 2012. Jumlah institusi Non Poltekkes sampai dengan tahun 2011 mengalami penambahan. Pada tahun 2012, institusi Non Poltekkes yang dibina oleh Kementerian Kesehatan yang termasuk jenjang pendidikan tinggi yaitu berjumlah 820 institusi.
217
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Gambar 5.19 menunjukkan program studi pada institusi Diknakes Diploma III Poltekkes dengan urutan prodi yang terbanyak yaitu 151 prodi Keperawatan (57,60%), 36 prodi Keteknisian Medis (13,74%), 32 prodi Gizi (12,20%), 26 prodi Kesehatan Masyarakat (9,90%), 12 prodi Kefarmasian (4,60%) dan 5 prodi Keterapian Fisik (1,91%). Rincian menurut Poltekkes dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.16.
GAMBAR 5.19 PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Gambar 5.20 menunjukkan persentase jurusan/program studi pada institusi Diknakes Non Poltekkes; jurusan/prodi keperawatan terdiri dari keperawatan, kebidanan dan kesehatan gigi; jurusan/prodi keterapian fisik terdiri dari fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan akupunktur; dan jurusan/prodi keteknisian medis terdiri dari analis kesehatan, teknik elektromedik, teknik radiodiagnostik, teknik gigi, ortotik prostetik dan perekam informasi kesehatan.
218
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN GAMBAR 5.20 PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI NON-POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut status kepemilikan menunjukkan sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta yaitu sebesar 87,90%, sedangkan kepemilikan pemerintah daerah sebesar 8,70% dan TNI/Polri sebesar 3,40%. Informasi lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi Diknakes Non Poltekkes menurut kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran 5.18.
b. Akreditasi Institusi Akreditasi institusi Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI dilaksanakan terakir pada bulan Desember 2011 sesuai dengan Surat Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor. 1862/E/T/2011 tanggal 22 November 2011 Tentang Pengakuan Hasil Akreditasi yang Dilakukan Kementerian Kesehatan terhadap Prodi Poltekkes Sampai Masa Berlakunya Berakhir. Selanjutnya mulai tahun 2012 institusi Diknakes milik Kementerian Kesehatan/Pemda/TNIPori/swasta dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tingi (BAN-PT) atau Lembaga Akreditasi Mandiri Bidang Kesehatan (LAM-PT Kes) yang saat ini masih dalam proses pembentukan.
219
Profil Kesehatan Indonesia 2012 c. Peserta Didik Jumlah peserta didik institusi pendidikan tenaga kesehatan Poltekes maupun Non Poltekkes tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 295.579 orang. Jumlah tersebut terdiri dari institusi Diknakes Poltekkes sejumlah 70.890 orang dan Non Poltekkes sejumlah 224.689 orang. Peserta didik institusi Diknakes Poltekkes terdiri dari 26.285 peserta didik tingkat I, 22.405 peserta didik tingkat II dan 22.200 peserta didik tingkat III. Peserta didik institusi Diknakes Non Poltekkes terdiri dari 69.945 peserta didik tingkat I, 78.716 peserta didik tingkat II dan 76.028 peserta didik tingkat III. Informasi lebih rinci mengenai jumlah peserta didik menurut jenis institusi pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 5.19 dan Lampiran 5.20.
d.
Lulusan
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun 2012 sebanyak 75.232 orang, yang terdiri dari lulusan Poltekkes sebanyak 21.630 orang (28,8%) dan lulusan Non Poltekkes sebanyak 53.602 orang (71,2%). Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes terbanyak pada jurusan keperawatan, yaitu sebanyak 34.150 orang, kemudian jurusan kebidanan sebanyak 21.387 orang. TABEL 5.3 JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES TAHUN 2008-2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
220
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir jumlah lulusan Diknakes Diploma III Poltekkes dan Non Poltekkes sebanyak 75.232 orang per tahun, dengan lulusan terbanyak adalah tenaga Keperawatan (rata-rata 32.150 orang per tahun), yang tersebar hampir di semua provinsi. Tiga provinsi yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan terbanyak (Poltekkes dan Non Poltekkes) tahun 2012 adalah Provinsi Jawa Tengah (10.769 orang), Sumatera Utara (7.048) dan DKI Jakarta (6.711). Rekapitulasi jumlah lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes menurut jenis tenaga dapat dilihat pada Lampiran 5.21. Sedangkan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.22 dan 5.23.
B. TENAGA KESEHATAN Amanat Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21 menyebutkan bahwa Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan termasuk diantaranya kelompok tenaga kesehatan, yang terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya. Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia dilakukan pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan tidak terbatas pada tenaga kesehatan yang berstatus PNS Pusat tetapi juga termasuk yang berstatus PNS Daerah, PTT, TNI/POLRI, dan Swasta. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan PPSDMK melalui Sistem Informasi SDMK.
221
Profil Kesehatan Indonesia 2012
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut pendataan Badan PPSDMK, pada tahun 2012 jumlah SDM Kesehatan yang tercatat sebanyak 707.234 orang yang terdiri atas 567.422 tenaga kesehatan dan 139.812 tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 76.523 tenaga medis, 235.496 perawat, 126.276 bidan, 31.223 tenaga farmasi, dan 97.904 tenaga kesehatan lainnya. Sekretariat KKI mencatat jumlah dokter umum yang memiliki STR berjumlah 88.309, sehingga rasio dokter umum sebesar 36,1 dokter per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 149,5 dokter umum per 100.000 penduduk, sedangkan yang terendah yaitu Sulawesi Barat dengan rasio 8,9 dokter umum per 100.000 penduduk. Jumlah dokter gigi pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23.262 orang dengan rasio sebesar 9,5 dokter gigi per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 50,5 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan terendah yaitu Sulawesi Tengah dengan rasio 2,5 dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2012 terlihat pada Gambar 5.21 berikut ini. GAMBAR 5.21 RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2013
222
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Jumlah bidan pada tahun 2012 tercatat sebanyak 126.276 orang, sehingga rasionya terhadap penduduk sebesar 51,6 bidan per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi yaitu Aceh sebesar 193,4 bidan per 100.000 penduduk sedangkan terendah yaitu DKI Jakarta sebanyak 21,9 bidan per 100.000 penduduk. Jumlah perawat pada tahun 2012 tercatat sebanyak 235.496 orang, sehingga rasionya terhadap penduduk sebesar 96,2 perawat per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi yaitu Maluku sebesar 275,5 perawat per 100.000 penduduk sedangkan terendah yaitu Jawa Barat sebanyak 49,3 perawat per 100.000 penduduk. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2012 terlihat pada Gambar 5.22 berikut ini. Jumlah sumber daya manusia kesehatan tahun 2012 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.24. GAMBAR 5.22 RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2012, terdapat 337.093 orang yang bertugas di Puskesmas dengan rincian 302.215 tenaga kesehatan dan 34.878
223
Profil Kesehatan Indonesia 2012 tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang bertugas di Puskesmas sebanyak 17.791 orang, dengan rasio 1,87 dokter umum per Puskesmas. Rasio dokter umum terhadap Puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 4,67, DI Yogyakarta sebesar 3,02 dan Riau sebesar 2,79 dokter umum per Puskesmas. Sedangkan rasio yang terendah di Provinsi Papua Barat sebesar 0,48 dan Sulawesi Tenggara serta Papua sebesar 1,03 dokter umum per Puskesmas. Beberapa provinsi memiliki tenaga dokter spesialis yang bertugas di Puskesmas. Rasio dokter umum di Puskesmas terhadap jumlah Puskesmas tahun 2012 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 5.23 berikut ini.
GAMBAR 5.23 RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Jumlah dokter gigi yang bertugas di Puskesmas pada tahun 2012 sebanyak 6.884 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh Puskesmas (9.510) maka dapat diartikan bahwa belum seluruh Puskesmas memiliki dokter gigi (Rasio 0,72). Terdapat 145 dokter spesialis yang bertugas di Puskesmas, sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 34 orang (23,4%). Jumlah perawat di seluruh Puskesmas sebanyak 105.870 orang, sehingga rata-rata tiap Puskesmas memiliki 11-12 orang perawat. Jumlah tenaga bidan sebanyak 102.384
224
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN orang, sehingga rata-rata tiap Puskesmas memiliki 10-11 orang bidan. Jumlah masingmasing tenaga kesehatan di Puskesmas dapat dilihat pada Gambar 5.24 berikut ini. Rincian jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.25, sedangkan rasio dokter umum, dokter gigi, perawat dan bidan terhadap jumlah Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.26. GAMBAR 5.24 JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
b. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Sumber daya manusia kesehatan yang bertugas di rumah sakit tahun 2012 berjumlah 303.370 dengan rincian 220.776 tenaga kesehatan dan 82.594 tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit sebanyak 26.629 orang, dengan rata-rata 12 dokter spesialis per rumah sakit; dokter umum yang bertugas di rumah sakit sebanyak 16.673 orang, dengan rata-rata 8 dokter umum per rumah sakit dan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 4.242 orang, dengan rata-rata 2 dokter gigi per rumah sakit. Perawat yang bertugas di rumah sakit sebanyak 110.782 orang, dengan rata-rata 53 perawat per rumah sakit dan bidan yang bertugas di rumah sakit sebanyak 20.109 orang, dengan rata-rata 9 bidan per rumah sakit. Rincian jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit pemerintah dapat dilihat pada Lampiran 5.27.
225
Profil Kesehatan Indonesia 2012
2. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT) Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan jaringannya di daerah terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK), daerah bermasalah kesehatan (DBK) antara lain diisi melalui pengangkatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Penugasan Khusus. Kontribusi pemenuhan tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan bidan cukup besar pengaruhnya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012 lama penugasan untuk tenaga medis PTT di wilayah dengan kriteria biasa selama 3 tahun dan kriteria terpencil/sangat terpencil selama 1 tahun. Sampai dengan 31 Desember 2012 tercatat sebanyak 45.777 tenaga kesehatan PTT Pusat yang masih aktif bertugas dengan komposisi dokter spesialis sejumlah 62 orang, dokter umum sejumlah 3.473 orang, dokter gigi sejumlah 1.080 orang dan bidan sejumlah 41.162 orang. Dokter umum PTT dan dokter gigi PTT sebagian besar ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan kriteria sangat terpencil yaitu 2.114 orang dokter umum dan 622 orang dokter gigi. Dokter spesialis PTT ditempatkan di RSUD kabupaten/kota dengan kriteria terpencil sejumlah 54 orang, kriteria biasa sejumlah 7 orang dan kriteria sangat terpencil 1 orang. Dari 41.162 bidan PTT sebagian besar bertugas di daerah dengan kriteria biasa, yaitu sejumlah 21.137 orang (51,4%), yang bertugas di daerah terpencil sebanyak 16.570 bidan (40,3%), dan yang bertugas di daerah sangat terpencil sebanyak 3.455 bidan (8,4%). Distribusi keberadaan dokter umum PTT terbanyak di Nusa Tenggara Timur sejumlah 427 orang, diikuti oleh Aceh sejumlah 332 orang dan Papua sejumlah 220 orang. Dokter gigi PTT terbanyak bertugas di Provinsi Nusa Tenggara Timur sejumlah 103 orang, diikuti oleh Sulawesi Tenggara sejumlah 80 orang dan Aceh sejumlah 74 orang. Dokter spesialis PTT terbanyak bertugas di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kepulauan Riau masingmasing sejumlah 7 orang, dan Papua sejumlah 5 orang. Bidan PTT terbanyak bertugas di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sejumlah 5.974 orang, diikuti Jawa Tengah sejumlah 5.074 orang, dan Aceh sejumlah 4.330 orang. Gambar 5.25 menampilkan keberadaan tenaga kesehatan PTT di Indonesia sampai dengan 31 Desember 2012 di fasilitas pelayanan kesehatan dengan kriteria biasa, terpencil, dan sangat terpencil. Distribusi tenaga kesehatan PTT dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 5.31, 5.32, 5.33 dan 5.34.
226
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN GAMBAR 5.25 KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Pada tahun 2012 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan kriteria biasa, terpencil, dan sangat terpencil sebanyak 19.403 orang, yang terdiri dari dokter spesialis PTT sejumlah 54 orang, dokter umum PTT sejumlah 3.568 orang, dokter gigi PTT sebanyak 1.221 orang dan bidan PTT sejumlah 14.560 orang. Adapun pengangkatan dokter umum PTT dan dokter gigi PTT terbanyak berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 453 orang dokter umum dan 119 orang dokter gigi, dengan pengangkatan di kriteria sangat terpencil adalah sejumlah 402 orang untuk dokter umum dan 109 orang untuk dokter gigi. Pengangkatan dokter PTT di Pulau Jawa dan Bali, merupakan realisasi dari pengangkatan dokter PTT sebagai Brigade Siaga Bencana (BSB) dan pengangkatan kembali/perpanjangan dengan kriteria biasa. Gambar 5.26 menampilkan pengangkatan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dokter umum dan dokter gigi PTT di Indonesia tahun 2012.
227
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 5.26 PERSENTASE PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM, DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Pengangkatan bidan PTT terbanyak berada di Provinsi Jawa Tengah sejumlah 1.786 orang dengan jumlah pengangkatan 1.785 orang di kriteria biasa dan 1 orang di kriteria terpencil, diikuti provinsi kedua terbanyak adalah Aceh sejumlah 1.659 orang dengan jumlah pengangkatan 182 orang di kriteria biasa, 1.063 orang di kriteria terpencil dan 414 orang di kriteria sangat terpencil. Data selengkapnya mengenai pengangkatan tenaga kesehatan PTT menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.35, 5.36, 5.37 dan 5.38.
228
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
3. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 09 tahun 2013 tentang penugasan khusus tenaga kesehatan, penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan, Daerah Bermasalah Kesehatan serta Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D di kabupaten yang memerlukan pelayanan medik spesialistik. Tenaga kesehatan yang dapat diangkat dalam Penugasan Khusus pada fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari Residen dan tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III. Residen merupakan dokter/dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis. Tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III terdiri dari bidan, perawat, santarian, tenaga gizi, dan analis kesehatan. Tenaga kesehatan penugasan khusus ditempatkan pada (1) Puskesmas dan jejaringnya, (2) Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D yang telah memiliki peralatan kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi serta fasilitas lain sesuai kebutuhan medik spesialistik (tidak termasuk Rumah Sakit Bergerak), dan (3) Rumah Sakit yang membutuhkan jenis pelayanan medik spesialistik tertentu. Pada tahun 2012 telah dilakukan pengangkatan penugasan khusus sebanyak 2.298 orang, yang terdiri dari 658 residen, 1.009 perawat, 228 tenaga gizi, 196 sanitarian/ kesehatan lingkungan, 114 analis kesehatan, 17 bidan, 52 farmasi, 21 tenaga kesehatan gigi, selanjutnya fisioterapi, radiologi, perekam dan info kesehatan masing-masing sejumlah 1 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011. Adapun penugasan khusus terbanyak berada di Provinsi Aceh dengan jumlah 320 orang, diikuti oleh Sulawesi Tenggara sejumlah 245 orang, dan Nusa Tenggara Timur sejumlah 237 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.39.
4. Registrasi Tenaga Kesehatan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 23 menyatakan tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. Kewenangan yang dimaksud diberikan berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan pemberian izin dan registrasi tenaga kesehatan dijabarkan dalam beberapa peraturan perundangan-undangan.
229
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Registrasi tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian) dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 dan direvisi dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Untuk mendapatkan STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi. STR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 tahun. Menurut data Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), pada tahun 2012 terdapat 91.165 tenaga kesehatan yang telah memiliki STR. Rincian jumlah tenaga kesehatan yang telah memiliki STR menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.29. Registrasi tenaga medis diatur pelaksanaannya dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Praktik kedokteran bertujuan memberikan perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan STR dokter gigi termasuk dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri. STR dokter dan dokter gigi diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang setiap lima tahun sekali. Data yang tercatat di KKI sampai dengan 31 Desember 2012 yaitu dokter dan dokter gigi yang telah melakukan registrasi dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sejumlah 135.739 orang yang terdiri dari dokter umum 88.309 orang, dokter spesialis 22.212 orang, dokter gigi 23.262 orang dan dokter gigi spesialis 1.956 orang. Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik kedokteran di Indonesia juga harus memiliki STR Sementara atau STR Bersyarat. STR Sementara diberikan kepada dokter dan dokter gigi WNA yang akan melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia. STR Sementara berlaku selama satu tahun dan dapat diperpanjang untuk satu tahun berikutnya. STR bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis WNA yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun 2012, data STR dokter dan dokter gigi WNA, yaitu STR Sementara sebanyak 4 orang dan STR Bersyarat sebanyak 12 orang. Rincian jumlah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah memiliki STR menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.28.
230
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Registrasi tenaga kefarmasian diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/ Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) berlaku selama 5 (lima) tahun. Surat tanda registrasi juga diperlukan untuk apoteker warga negara asing lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di Indonesia (surat tanda registrasi apoteker khusus/STRA Khusus). STRA, STRTTK dan STRA Khusus dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 170 menyebutkan pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Berikut ini diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk Kementerian Kesehatan RI, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bidang kesehatan, pembiayaan jaminan kesehatan masyarakat, dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
1. Anggaran Kementerian Kesehatan Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI. Pada Tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI memiliki alokasi anggaran sebesar Rp 18,55 trilyun dengan realisasi Rp 15,89 trilyun (85,62%), jumlah tersebut meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 33,29 trilyun dengan realisasi Rp 30,65 trilyun (92,08%). Alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI tahun 2008 sampai dengan 2012 dijelaskan pada Gambar 5.27.
231
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 5.27 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2008 – 2012
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI, 2013
Distribusi anggaran Kementerian Kesehatan RI menurut unit kerja eselon I menunjukkan bahwa alokasi terbesar untuk Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Ditjen BUK) sejumlah Rp 21.876.967.294.000 (65,71%), sedangkan alokasi terendah untuk Inspektorat Jenderal sebesar Rp 83.000.000.000 (0,25%). Anggaran pada Ditjen BUK sebesar jumlah tersebut didistribusikan pada 429 satuan kerja (kantor pusat, kantor daerah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan), sedangkan anggaran pada Inspektorat Jenderal hanya untuk satu Satker (1 DIPA). Realisasi anggaran tertinggi adalah Sekretariat Jenderal dengan persentase penyerapan sebesar 95,22%, sedangkan realisasi terendah adalah Inspektorat Jenderal dengan persentase penyerapan sebesar 81,97%. Informasi selengkapnya tentang alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.40.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.
232
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 mengamanatkan besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. Gambar 5.28 berikut ini memperlihatkan persentase APBD yang dialokasikan untuk anggaran kesehatan menurut provinsi. GAMBAR 5.28 PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran,Kemenkes RI, 2013
Penghitungan persentase anggaran kesehatan terhadap APBD tersebut menyertakan gaji pegawai. Sedangkan sesuai dengan UU No 36 standar biaya kesehatan 10% yang dimaksud tidak menyertakan gaji pegawai. Sebanyak 6 provinsi memiliki anggaran kesehatan terhadap APBD lebih dari 10%, yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali, Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Barat. Dengan demikian sebagian besar provinsi belum memenuhi standar minimal persentase anggaran kesehatan terhadap APBD. Data lebih rinci mengenai anggaran APBD pemerintah provinsi terdapat pada Lampiran 5.41.
233
Profil Kesehatan Indonesia 2012
3. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Menurut data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, sampai dengan bulan Desember 2012 jumlah penduduk yang mempunyai jaminan/asuransi kesehatan sebanyak 163.547.921 orang (68,82% dari jumlah penduduk). Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan oleh program jaminan/asuransi disajikan pada Gambar 5.29 berikut ini. GAMBAR 5.29 PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT/ ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Pada tahun 2012 terdapat 9.510 unit Puskesmas di seluruh Indonesia yang melayani peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 1.240 rumah sakit/balai/klinik terdiri dari 613 rumah sakit milik pemerintah, 502 rumah sakit swasta, 85 rumah sakit TNI/POLRI dan 40 balai kesehatan. Secara keseluruhan peserta Jamkesmas dilayani oleh 10.750 PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan). Gambar 5.30 menunjukkan persentase pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta Jamkesmas tahun 2012.
234
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN GAMBAR 5.30 PERSENTASE PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA JAMKESMAS TAHUN 2012
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dan beberapa pemerintah daerah menanggung biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jamkesmas. Data cakupan kepesertaan jaminan kesehatan menurut provinsi sampai tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.42.
4. Bantuan Operasional Kesehatan Bantuan Operasional Kesehatan merupakan bantuan dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan Puskesmas untuk mendukung tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat
235
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu. Pada tahun 2012 pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan promotif preventif meliputi KIA-KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan lain sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta target MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015. Pada proses pelaksanaan, penyaluran dana BOK melalui Tugas Pembantuan telah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada tahun 2012 menunjukan peningkatan dibandingkan tahun 2011. Penyerapan dana BOK sebesar 96,70% (alokasi dana sebesar Rp 1.095.133.850.000,- dan realisasi sebesar Rp 1.058.945.729.977,-). Realisasi tingkat Puskesmas pun cukup baik yaitu 97,46%.
GAMBAR 5.31 PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber : Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
236
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Pada Gambar 5.31 penyerapan dana BOK tertinggi Provinsi Maluku Utara (99,6%) dan terendah Provinsi Kalimantan Timur (77,0%). Terdapat 1 kabupaten yang penyerapan dana BOK-nya rendah yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan penyerapan sebesar 6,08%. Data alokasi serta realisasi dana BOK menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.43. BOK sebagai salah satu program strategis Kementerian Kesehatan di samping Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan dengan optimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota. Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utama penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan. Sumber pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
237
Profil Kesehatan Indonesia 2012
238
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear 239
Profil Kesehatan Indonesia 2012
BAB 6. Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear
A
SEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Organisasi ASEAN terdiri atas 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina (Philippines), Indonesia, Kamboja (Cambodia), Laos (Lao People’s Democratic Republic), Malaysia, Myanmar, Singapura (Singapore), Thailand, dan Vietnam. Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara SEAR (South East Asia Region) bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic People’s Republic of Korea), India, Maladewa (Maldives), Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Perbandingan data/indikator kesehatan yang terkait antar negara, baik dengan negaranegara ASEAN maupun SEAR, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang sama. Bab ini akan membahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan SEAR dari aspek yang berhubungan dengan kesehatan yaitu aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan.
240
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear
A. KEPENDUDUKAN Data atau informasi tentang penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena penduduk merupakan subjek dan objek pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, angka kelahiran, dan angka kematian.
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah penduduk terbanyak di antara 10 negara anggota ASEAN. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan tahun 2011-2014, luas negara Indonesia sebesar 1.922.570 km2 dengan jumlah populasi sebanyak 244.775.797 orang. Jumlah kepadatan penduduk per km2 sebesar 128 orang. Dengan wilayah negara terluas, di antara negara ASEAN, Indonesia selalu menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah penduduk tertinggi. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah di kawasan ASEAN yaitu sekitar 0,4 juta jiwa dengan kepadatan penduduk per km2 sebesar 72 orang. Sedangkan di kawasan SEAR Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah penduduk terbesar setelah India (dengan jumlah penduduk 1.259,7 juta jiwa). Jumlah penduduk terbesar ketiga di kawasan SEAR adalah Bangladesh yang berpenduduk 152,9 juta jiwa. Delapan negara lainnya berpenduduk kurang dari 70 juta jiwa. Sedangkan dua negara menempati peringkat terakhir untuk penduduk terkecil di SEAR, dengan jumlah penduduk kurang dari 1 juta, yaitu Bhutan (0,7 juta), dan Maladewa (0,3 juta). Jumlah penduduk di kawasan ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.1.
241
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012
Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per kilometer persegi. Hasil estimasi penduduk (Pusdatin, Kemenkes 2011) menunjukkan pada tahun 2012 kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 128 penduduk per km2 dan menempatkan Indonesia pada peringkat ke-5 terpadat di kawasan ASEAN. Negara yang menempati peringkat pertama di ASEAN dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Singapura, dengan angka jauh melebihi 9 negara anggota ASEAN lainnya yakni dengan kepadatan 7.751 penduduk per km2. Peringkat kedua tertinggi adalah Filipina dengan kepadatan 321 penduduk per km2. Sedangkan Laos menempati peringkat terakhir untuk kepadatan penduduk terendah di ASEAN yakni 28 penduduk per km2. Di kawasan SEAR, Maladewa yang memiliki luas negara terkecil memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan 1.110 jiwa per km2. Negara dengan kepadatan penduduk terendah adalah Bhutan yaitu 15 jiwa per km2. Sementara Indonesia dengan luas negara terbesar menempati peringkat ke-8 dengan penduduk terpadat di kawasan SEAR. Tingkat kepadatan penduduk negara-negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut ini.
242
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear GAMBAR 6.2 KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR (Jiwa per km2) TAHUN 2011
Sumber: World Health Statistics 2013 dan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
2. Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk tersebut, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik suatu daerah atau negara maupun dunia. Indikator tersebut diatas biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan jumlah penduduk yang semakin banyak di masa yang akan datang. Perkiraan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.3 di bawah ini.
243
Profil Kesehatan Indonesia 2012 GAMBAR 6.3 PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2001-2011
Sumber: World Health Statistics 2013
Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Salah satu penyebabnya adalah angka fertilitas di negara maju lebih rendah dari negara berkembang, akibatnya laju pertumbuhan juga lebih lambat. Selain itu menurut Carl Hub (1999: World Population Data Sheet), 98% peningkatan jumlah penduduk dunia terjadi di negara-negara berkembang. Tingkat kelahiran di negara berkembang umumnya masih tinggi. Sebaliknya, sejumlah negara maju justru mengalami penyusutan atau penurunan jumlah penduduk. Timor Leste sebagai salah satu negara berkembang di kawasan SEAR memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk per tahun tertinggi di antara negara-negara di SEAR dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk 3,0% pada periode 2001-2011, sedangkan Nepal merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu 0,2%. Di negara-negara ASEAN, beberapa negara pertumbuhan penduduknya masih tergolong tinggi. Akan tetapi secara keseluruhan persentase pertumbuhan penduduk telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada periode 2001-2011, di kawasan ASEAN, Singapura, sebagai satu-satunya negara maju di kawasan ASEAN, memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk per tahun di kawasan ASEAN yang tertinggi dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6% pada periode 2001-2011,
244
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear sedangkan Myanmar merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu 0,6%. Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ASEAN, memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk 1,1 %. Indonesia menduduki peringkat ke-8 tertinggi untuk perkiraan laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan bila dilihat dari kawasan SEAR, Indonesia menduduki peringkat ke-7 tertinggi dari 11 negara. Data kependudukan negara-negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun. Untuk persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas) pada keadaan tahun 2012, Laos merupakan negara yang tertinggi untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negaranegara lain di kawasan ASEAN yaitu 42% dari total penduduk. Sebaliknya Singapura merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur non produktif terendah yaitu 26%. Di antara negara-negara di kawasan SEAR, Timor Leste adalah negara dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 45%. Sebaliknya, negara dengan penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%, yang dapat dilihat pada Gambar 6.4 di bawah ini.
245
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Indonesia berada pada peringkat ke 4 tertinggi di kawasan ASEAN untuk kelompok umur non produktif yaitu 33%. Sedangkan di antara negara-negara SEAR, Indonesia berada pada posisi ke 6 tertinggi untuk kelompok umur non produktif. Di satu pihak, Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar di ASEAN dan lebih separuh penduduk yang dengan usia produktif, akan terus menikmati keuntungan demografi dan potensi perkembangan ekonomi sangat besar, tetapi di pihak lain, perkembangan ekonomi tidak dapat mengejar pertambahan jumlah penduduk, sementara jumlah penduduk yang sangat besar membawa banyak masalah sosial antara lain bahan pangan, energi, layanan kesehatan dan pendidikan. GAMBAR 6.4 KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011
Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Salah satu indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah, Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Dependency Ratio juga indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase Angka Beban Tanggungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun ke atas).
246
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan di gambar 6.4, Laos merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi di kawasan ASEAN yaitu 72%. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu 35%. Di kawasan SEAR, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi yaitu 82% sedangkan Thailand merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah
yaitu 43%. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban
Tanggungan sebesar 49%. Ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia menanggung 49 penduduk yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi. Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar Angka Beban Tanggungan di negara-negara kawasan ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
4. Indeks Pembangunan Manusia Human
Development
Index (HDI) atau Indeks Pembangunan (IPM)
Manusia
adalah
GAMBAR 6.5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012
indeks
pencapaian kemampuan dasar manusia
pembangunan yang dibangun
melalui
pendekatan
tiga dimensi dasar yaitu meliputi: panjang umur dan menjalani hidup sehat yang diukur dari angka harapan
hidup
waktu
lahir, tingkat pendidikan yang diukur dari tingkat kemampuan
baca
tulis
seseorang dan rata-rata lama sekolah, serta indeks
Sumber: UNDP, Human Development Report 2013
daya beli yaitu memiliki standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita.
247
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Selain tiga dimensi dasar tersebut diatas, masih banyak indikator lain yang turut berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia, seperti jumlah tenaga dan fasilitas pendidikan dan kesehatan serta kemudahan untuk mengaksesnya, kesadaran masyarakat akan arti penting pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, dan indikator-indikator lainnya. Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dikategorikan sebagai berikut: kategori tinggi, jika IPM > 0,800; kategori sedang, jika IPM 0,500-0,799; dan kategori rendah, jika IPM 100 per 1.000 kelahiran hidup). Menurut The UN-Inter agency Group for Child Mortality
Estimates
Sumber: The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2012
(IGME), Tahun 2011, Angka Kematian Bayi yang dimiliki Indonesia adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 2011. Meski Angka Kematian Bayi di Indonesia terus menurun tiap tahun,
257
Profil Kesehatan Indonesia 2012 namun tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand. Menurut data World Health Organization (WHO) 2003, Angka Kematian Bayi di Indonesia sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53%. Beberapa penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%). Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat kematian anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi kurang dari 20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate) sebesar 1,7 anak. Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas 6,2 anak. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di dunia. Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 3 negara di SEAR, yaitu Maladewa, Thailand, dan Sri Lanka masuk dalam kategori negara dengan Angka Kematian Bayi rendah dengan angka 9, 11 dan 11 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuh negara masuk kategori sedang dan satu negara (Myanmar) masuk kategori tinggi. Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN dan SEAR berkisar antara 2 dan 50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 48 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia memiliki Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran hidup dan berada di peringkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut. Data Angka Kematian Bayi di negara ASEAN dan SEAR tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
2. Angka Kematian Balita Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare, pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.
258
Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear GAMBAR 6.12 ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1000 KELAHIRAN HIDUP) DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011
Sumber: The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2012
Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000 kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Balita diatas, Angka Kematian Balita terendah dicapai Singapura yaitu 2,6 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan ke-9 negara ASEAN lainnya masuk dalam kategori sedang, termasuk didalamnya Indonesia dengan Angka Kematian Balita sebesar 31,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Myanmar dengan Angka Kematian Balita tertinggi di ASEAN berada dalam kategori sedang dengan 62,4 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Hampir semua negara ASEAN memiliki Angka Kematian Balita kurang dari 50 per 1.000 kelahiran hidup kecuali Myanmar. Angka Kematian Balita di SEAR berkisar antara 11 sampai 62 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagaimana di ASEAN, di SEAR Myanmar juga merupakan negara dengan AKABA tertinggi. Sedangkan Thailand dan Maladewa adalah negara dengan AKABA terendah, dengan AKABA 11 per 1.000 kelahiran hidup. Jika di ASEAN hanya terdapat 1 negara (dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1.000 kelahiran hidup, di SEAR ada 3 negara dengan AKABA lebih dari 50, yaitu: Timor Leste, India, dan Myanmar. Tidak ada negara di ASEAN dan SEAR dengan angka kematian balita masuk ke dalam kategori tinggi berdasarkan klasifikasi MDG’s.
259
Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pada Gambar 6.12 terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki AKABA relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara SEAR. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare, pneumonia, dan malnutrisi. Hal itu berarti negara-negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi dan keadaan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara SEAR. Pada tahun 2011, di Indonesia terdapat 31,8 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya, sedangkan pada kawasan SEAR, Indonesia menempati peringkat ke-7 tertinggi kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEAR tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
3. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan atau
kehamilan
penanganannya
(tidak
GAMBAR 6.13 ANGKA KEMATIAN IBU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010
termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) kehamilan, dan
selama melahirkan
dalam
masa
nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
klasifikasi
Angka Kematian Ibu dari WHO
adalah
sebagai
berikut; 5 12 12 6 2 15 3 3 10 1 0 0 17 11 9 0 11 0 2 0 3 0 3 1 3 10 0 4 1 0 0 0 0 2 141
(5)
Frekuensi KLB dengan Investigasi Penuh 10 1 6 2 11 0 3 9 1 0 0 0 1 0 0 9 0 0 0 3 0 3 0 3 0 0 4 1 0 0 0 0 0 67
(6)
Frekuensi KLB dengan Laporan ke Pusat
Laporan KLB
FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
193 190 169 83 146 30 48 138 17 0 0 315 143 176 0 134 0 18 0 39 0 55 18 45 208 0 70 16 0 5 0 0 47 2,303
(7)
Total Kasus
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 4
(8)
Meninggal
360
Update: 31 Mei 2013
6 8 4 1 9 1 1 1 0 0 0 2 1 2 0 7 0 2 0 2 0 1 2 1 7 0 2 0 0 1 0 0 3 64
856
(4)
1,112
116 139 118 42 68 6 8 7 0 0 0 64 16 89 0 46 0 18 0 34 0 33 18 9 179 0 50 0 0 5 0 0 47
(5)
Kasus
73
3 2 4 1 7 2 1 8 1 0 0 18 10 4 0 5 0 0 0 0 0 2 0 2 2 0 0 1 0 0 0 0 0
(6)
Frekuensi
905
21 13 51 41 64 11 12 113 17 0 0 245 122 31 0 76 0 0 0 0 0 22 0 36 14 0 0 16 0 0 0 0 0
(7)
Kasus
Rubella
8
2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(8)
Frekuensi
103
38 0 0 0 14 0 0 18 0 0 0 6 0 22 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(9)
Kasus
(Campak dan Rubella)
Gabungan
Konfirmasi Laboratorium
14
2 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0
(10)
Frekuensi
170
18 38 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 5 34 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 20 0 0 0 0 0 0
(11)
Kasus
Negatif
KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Campak Frekuensi
64 61 38 10 100 19 20 56 7 0 0 115 59 45 0 69 0 10 0 18 0 15 9 16 54 0 23 5 0 4 0 0 39
(3)
Total Darah (Serum) Sampel
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(2)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 3.26
1
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(12)
Frekuensi
13
0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(13)
Kasus
Pending Lab.
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(14)
Frekuensi
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(15)
Kasus
Tanpa Spesimen
361
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
Update: 31 Mei 2013
0 10
17
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(4)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
(3)
Divaksinasi
14 Tahun
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (tahun)
Divaksinasi
5-9 Tahun
5-9
JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012
1,192
0
0
0
0
3
0
0
50
0
0
13
61
0
15
0
0
2
13
954
2
32
31
0
2
1
0
1
5
0
4
2
0
1
(13)
Total Kasus
564
0
0
0
0
2
0
0
5
0
0
8
0
0
6
0
0
2
4
494
2
30
8
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
(14)
Total Divaksinasi
47.32
na
na
na
na
66.67
na
na
10.00
na
na
61.54
0.00
na
40.00
na
na
100.00
30.77
51.78
100.00
93.75
25.81
na
50.00
0.00
na
100.00
20.00
na
0.00
0.00
na
0.00
(15)
Proporsi Divaksinasi Terhadap Total Kasus
76
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
13
0
4
0
0
0
4
37
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
2
0
1
(16)
Total Meninggal
6.38
na
na
na
na
0.00
na
na
24.00
na
na
0.00
21.31
na
26.67
na
na
0.00
30.77
3.88
0.00
0.00
3.23
na
0.00
100.00
na
100.00
0.00
na
0.00
100.00
na
100.00
(17)
Case Fatality Rate (%)
362
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Update: 31 Mei 2013
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Provinsi
No
Lampiran 3.28
0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 2 0 80 1 0 0 0 0 0 9 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 100
151
(4)
Feb
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 0 88 5 0 0 0 0 0 40 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
(3)
Jan
102
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 2 0 77 1 1 0 0 3 0 6 1 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0
(5)
Mar
98
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3 0 86 2 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
(6)
Apr
135
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 0 115 2 0 0 0 1 0 3 0 0 0 7 0 0 2 0 0 0 0
(7)
Mei
109
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 8 0 79 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0
(8)
Jun
100
0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 4 8 0 79 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
(9)
Jul
67
0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 57 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
(10)
Ags
Jumlah Kasus per Bulan
JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
46
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 0 34 0 0 0 0 1 0 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
(11)
Sep
74
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 64 1 0 0 0 2 0 0 4 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
(12)
Okt
100
1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 1 0 0 93 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
(13)
Nov
110
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 102 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
(14)
Des
1,192
1 0 2 4 0 5 1 0 1 2 0 31 32 2 954 13 2 0 0 15 0 61 13 0 0 50 0 0 3 0 0 0 0
(15)
Total
363
(2)
Keterangan: Update 24 Juni 2013
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
65 101 52 43 37 88 18 68 16 11 65 337 198 40 240 83 26 48 96 37 14 23 26 27 37 53 22 22 8 13 6 8 23 1,951
71,592,979
(4)
2.77
4.33 2.30 3.25 2.15 3.70 3.83 3.60 2.96 4.00 2.20 2.71 2.59 2.30 5.00 2.58 2.44 2.60 3.43 5.33 2.64 2.00 2.09 2.17 4.50 4.11 2.12 2.75 7.33 2.00 2.17 1.50 2.67 2.09
(5)
Non Polio AFP Rate Jumlah Kasus Non Polio AFP per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun
1,492,074 4,443,254 1,603,696 2,032,665 1,015,161 2,372,855 548,392 2,315,044 394,142 567,406 2,387,511 13,277,953 8,579,423 780,420 9,388,737 3,442,514 1,069,703 1,446,302 1,781,865 1,411,369 695,948 1,116,145 1,211,330 654,625 924,246 2,561,348 829,043 354,976 450,488 600,211 396,067 288,531 1,159,535
(3)
Jumlah Penduduk Berusia < 15 Tahun
JUMLAH KASUS NON POLIO AFP DAN NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Lampiran 3.29
364
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Indonesia
21
22
23
24
25
26 27 28 29 30 31 32 33
Keterangan: K= Kasus
M= Meninggal
0
0
0
0
0
0
0
47 42 13 1 9 31 2 0 0
M
134
1 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
40 35 12 1 6 28 2 0 0
0
0
0
0
1
0
7
0 7 1
(4)
0.0
77.8
0.0 87.5 25.0
82.7
100.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
85.1 83.3 92.3 100.0 66.7 90.3 100.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
(5)
CFR
K
12
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
4 4 0 1 0 0 3 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0
(6)
10
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
3 3 0 1 0 0 3 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0
(7)
M
2011
0.0 0.0 0.0
83.3
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0 50.0 100.0 0.0 0.0 100.0 0.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
(8)
CFR
K
M
0
9
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
1 2 0 1 0 1 1 1 0
0
9
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
1 2 0 1 0 1 1 1 0
0
0
0 0
1
0
0
1
0 0 0
(10)
1
0
0
1
0 0 0
(9)
2012
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2012 2005 - 2009
CFR = Case Fatality Rate
: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
162
Kalimantan Barat
20
Sumber
1 0 0 0 0 0 0 0
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
0
3
0
1
Kepulauan Riau
Bengkulu
7
11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sumatera Selatan
6
0
9
10
Jambi
5
Lampung
Riau
4
0 8 4
Kepulauan Bangka Belitung
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat
1 2 3
K (3)
8
(2)
(1)
9
Provinsi
No
Lampiran 3.30
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0 0.0 0.0
100.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0 100.0 0.0 100.0 0.0 0.0 100.0 0.0 0.0
(11)
CFR
192
1 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
52 48 13 3 9 32 6 1 0
0
0
3
1
1
0
10
0 8 4
(12)
K
160
1 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
44 40 12 3 6 29 6 1 0
0
0
0
1
1
0
8
0 7 1
(13)
M
0.0
77.8
0.0 87.5 25.0
83.3
100.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
85.1 83.3 92.3 100.0 66.7 90.3 100.0 0.0 0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
100.0
(14)
CFR
Total Kumulatif (2005-2012)
365
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
26 27 28 29 30 31 32 33
8,275,996 2,263,453 1,071,392 1,193,436 1,579,545 1,069,252 783,251 2,918,445 245,447,224
2,714,117
2,338,764
3,659,815
3,735,494
4,629,341 13,371,956 4,992,423 5,704,640 3,185,101 8,385,220 1,767,021 7,836,825 1,260,022 1,729,575 9,892,670 44,346,292 33,354,849 3,561,292 38,601,885 10,951,365 4,007,565 4,635,317 4,824,445 4,527,959 2,278,500
(3)
Populasi Berisiko
28,884 26,138 14,872 29,786 37,969 27,036 131,585 485,086 2,051,425
69,595
44,415
25,259
23,121
40,512 104,214 4,598 18,808 38,497 23,347 49,478 25,655 64,118 17,404 28,515 66,188 2,737 85,380 408,357 87,108 42,763
(4)
Suspek
22,554 14,876 6,805 13,721 22,982 18,076 114,349 363,510 1,429,139
27,717
21,940
14,656
12,753
24,768 35,884 3,649 9,659 26,069 9,414 30,579 17,658 53,521 6,954 28,515 64,429 2,729 61,944 332,945 46,642 19,841
(5)
Pemeriksaan Mikroskopik
28,479 25,329 14,856 32,569 31,438 25,494 122,075 414,844 1,900,725
62,319
44,380 34,602
22,440
22,938
42,423 94,611 4,146 17,785 34,974 21,462 44,954 25,036 63,976 16,277 0 28,515 64,429 0 0 2,729 0 88,994 380,881 79,661 40,442 24,709
(7)
Total
10,053
10,185
17,655 58,727 497 8,126 8,905 12,048 14,375 7,378 10,455 9,323 27,050 47,936 33,019 20,601
5,925 10,453 8,051 18,848 8,456 7,418 7,726 51,334 471,586
(6)
Rapid Diagnostic Test
Sediaan Darah Diperiksa
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
24
Kalimantan Timur
23
25
Kalimantan Selatan
22
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Provinsi
No
Lampiran 3.31
1,580 1,797 1,757 1,462 11,716 5,430 40,940 176,730 417,819
6,761
5,487
4,204
7,701
2,032 11,253 1,231 1,151 4,100 1,638 9,398 1,380 3,351 4,278 0 650 1,138 210 958 228 0 3,804 93,645 3,870 7,939
(8)
Positif
0.19 0.79 1.64 1.23 7.42 5.08 52.27 60.56 1.69
2.49
2.35
1.15
2.06
3.48
0.44 0.84 0.25 0.20 1.29 0.20 5.32 0.18 2.66 2.47 0.00 0.01 0.03 0.06 0.02 0.02 0.00 0.82 19.41 0.85
(9)
Annual Parasite Incidence (API)
366
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
22
23
24
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Kalimantan Tengah
21
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Provinsi
No
Lampiran 3.32
2.47
2.56 0.31 0.28 4.13 0.57 8.94 8.91 46.10 18.35
2.04 3.37
2.53 1.04
0.25 0.28 0.57 0.23 2.12 0.54 4.70 0.33 8.09 1.34 0.00 0.58 0.07 0.00 0.71 0.03 0.17 4.88 20.35 0.65
(3)
2008
1.85
1.35 0.47 0.22 0.54 0.85 7.37 8.91 27.66 9.94
0.93 4.57
1.38 1.06
0.48 0.25 0.41 0.47 1.89 0.45 4.36 0.78 7.87 1.12 0.00 0.36 0.08 0.30 0.47 0.14 0.02 1.93 15.62 0.54
(4)
2009
1.96
2.08 0.35 0.46 1.71 0.55 5.43 6.45 17.86 18.03
0.47 1.63
3.48 0.79
0.54 0.61 0.11 0.24 1.64 0.45 4.26 0.32 5.06 0.86 0.00 0.43 0.10 0.01 0.10 0.03 0.03 1.81 12.14 0.45
(5)
2010
API
ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2012
1.75
3.08 0.38 1.36 1.90 1.91 3.97 2.37 33.25 23.34
1.12 2.52
3.08 2.29
0.44 0.46 0.16 0.37 1.60 0.19 3.02 0.46 2.28 1.38 0.00 0.47 0.01 0.00 0.01 0.03 0.00 0.52 14.75 1.91
(6)
2011
1.69
2.49 0.19 0.79 1.64 1.23 7.42 5.08 52.27 60.56
1.15 2.35
3.48 2.06
0.44 0.84 0.25 0.20 1.29 0.20 5.32 0.18 2.66 2.47 0.00 0.01 0.03 0.06 0.02 0.02 0.00 0.82 19.41 0.85
(7)
2012
367
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
23
24
25
26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
21
22
Kalimantan Barat
20
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Provinsi
No
8,328,957 2,230,932 1,012,191 1,145,922 1,533,506 1,060,539 564,085 1,692,389 243,185,460
2,657,646
2,265,937
3,874,580
3,449,117
2,371,153
4,249,142
4,486,570 12,893,642 4,733,392 5,733,721 3,249,012 7,593,425 1,804,085 7,608,405 1,265,379 2,006,720 9,738,293 43,842,907 36,745,961 3,448,072 38,054,487 10,285,371 4,021,191 4,434,012 4,804,719
(3)
Jumlah Penduduk (5)
2,333 373 212 581 107 65 18 450 90,245
2,259
28.01 16.72 20.94 50.70 6.98 6.13 3.19 26.59 37.11
85.00
55.30
84.32
3,267 1,253
44.85
67.06
39.16
50.57 36.82 66.72 19.43 30.59 42.71 53.60 68.44 84.95 53.62 68.48 44.85 19.29 28.16 21.49 32.69 65.90 21.67 23.62
1,547
1,590
1,664
2,269 4,747 3,158 1,114 994 3,243 967 5,207 1,075 1,076 6,669 19,663 7,088 971 8,177 3,362 2,650 961 1,135
(4)
Jumlah Kasus
Incidence Rate per 100.000 Penduduk
23 2 5 0 6 0 2 2 816
22
16
29
25
15
21
7 36 20 16 22 24 7 38 25 13 4 167 108 2 116 29 3 3 8
(6.)
Jumlah Kasus Meninggal
Demam Berdarah Dengue
0.99 0.54 2.36 0.00 5.61 0.00 11.11 0.44 0.90
0.97
1.28
0.89
1.62
0.94
1.26
0.31 0.76 0.63 1.44 2.21 0.74 0.72 0.73 2.33 1.21 0.06 0.85 1.52 0.21 1.42 0.86 0.11 0.31 0.70
(7)
Case Fatality Rate (%)
JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Lampiran 3.33
368
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Sulawesi Utara
24
Kalimantan Tengah
21
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
20
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Timur
19
22
Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
23
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan
(2)
(1)
(3)
15
14
13
14
14
21
10 14 7 7 6 26 35 5 38 8 9 10
23 33 19 12 11 15
11 24 12 6 5 11 9 11 29 497
Kab/Kota
Jumlah
(4)
Jumlah
11 21 8 6 4 1 6 2 7 400
12
14
13
14
11
9
10 11 7 6 6 26 35 5 38 8 9 9
21 22 16 12 7 13
2010 (5)
100.00 87.50 66.67 100.00 80.00 9.09 66.67 18.18 24.14 80.48
80.00
100.00
100.00
100.00
78.57
42.86
100.00 78.57 100.00 85.71 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 90.00
91.30 66.67 84.21 100.00 63.64 86.67
% (6)
Jumlah
10 20 5 4 3 2 4 0 0 374
8
14
11
11
12
6
10 11 7 4 6 26 35 5 38 8 9 8
22 23 17 12 9 14
(7)
90.91 83.33 41.67 66.67 60.00 18.18 44.44 0.00 0.00 75.25
53.33
100.00
84.62
78.57
85.71
28.57
100.00 78.57 100.00 57.14 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 80.00
95.65 69.70 89.47 100.00 81.82 93.33
%
Kabupaten/kota terjangkit 2011
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
1 2 3 4 5 6
Provinsi
No
Lampiran 3.34
(8)
Jumlah
11 23 7 6 4 6 5 3 6 417
12
14
13
13
14
11
10 11 7 5 6 26 35 5 38 8 9 9
22 25 18 12 9 14
2012
100.00 95.83 58.33 100.00 80.00 54.55 55.56 27.27 20.69 83.90
80.00
100.00
100.00
92.86
100.00
52.38
100.00 78.57 100.00 71.43 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 90.00
95.65 75.76 94.74 100.00 81.82 93.33
% (9)
369
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat* Papua*
24
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Ket
591 99 1,267 325 97 778 50 0 0 78,203
1,412
42
65
566
524 3,714 858 1,293 704 144 261 1,018 0 1 0 294 0 0 0 119 60,434 0 3,547 0
(3)
GHPR
81.0%
371 85 478 127 50 359 40 0 0 63,334
439
2
53
390
471 2,848 514 1,082 475 75 181 76 0 0 0 183 0 0 0 106 52,775 0 2,154 0
(4)
VAR
2010
2,961 976 2,454 1,134 440 307 3,206 237 0 0 83,523
3 0 4 2 5 21 1 0 0 206
315
179
935
280 3,909 2,586 930 764 1,585 788 826 0 0 0 383 0 0 0 30 52,798 0 5,500 0
(6)
GHPR
10
0
0
1
0 35 5 2 3 2 0 3 0 1 0 1 0 0 0 0 82 0 25 0
(5)
LYSSA
85.3%
660 1,053 959 226 204 2,074 232 0 0 71,273
1,086
260
171
636
184 2,745 1,923 698 555 1,374 563 725 0 0 0 174 0 0 0 0 49,900 0 4,871 0
(7)
VAR
2011
21 0 5 3 0 31 6 0 0 182
26
1
2
2
0 31 7 6 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 12 0
(8)
LYSSA
SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010-2012
update 28 Juni 2013
* daerah bebas rabies
: GHPR = Gigitan Hewan Penular Rabies (belum confirmed lab), VAR = Kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies, LYSSA = Positif rabies dan mati
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI
Persentase (%)
Indonesia
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
21
Kalimantan Timur
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung* Kepulauan Riau* DKI Jakarta* Jawa Barat Jawa Tengah* DI Yogyakarta* Jawa Timur* Banten Bali Nusa Tenggara Barat* Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
22
(2)
(1)
23
Provinsi
No
Lampiran 3.35
603 119 1,265 92 0 198 2,045 0 0 84,750
1,201
413
1,197
458
138 4,563 2,606 1,500 0 674 982 0 775 450 14 530 0 0 0 0 55,836 0 5,564 3,527
(9)
GHPR
87.7%
601 0 825 74 0 152 1,501 0 0 74,331
841
389
960
292
103 3,816 1,975 1,252 0 516 681 0 607 413 9 192 0 0 0 0 52,250 0 5,176 1,706
(10)
VAR
2012
0 0 5 0 0 3 19 0 0 137
9
3
4
6
0 18 14 0 0 0 1 0 3 1 0 1 0 0 0 0 8 0 7 35
(11)
LYSSA
370
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Sulawesi Utara
Kalimantan Timur
23 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Kalimantan Selatan
22 24
Kalimantan Tengah
21
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
(2)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Provinsi
451 60 208 224 96 70 27 985 1,127 11,699
30
409
385
225
2,359 141 274 532 257 210 94 74 207 31 53 404 395 37 219 91 18 71 1,682 253
2008
451 128 201 224 96 70 27 988 1,158 11,914
30
409
385
225
2,359 141 274 532 257 210 94 74 207 31 53 474 412 37 219 76 18 71 1,730 253
2009
451 128 107 224 96 70 27 988 1,343 11,969
30
409
385
225
2,359 141 274 532 221 210 94 74 207 31 53 474 412 37 219 76 18 71 1,730 253
(7)
2010
468 129 119 224 96 70 27 988 1,343 12,066
30
409
385
238
2,359 148 274 532 222 210 94 74 207 31 53 480 412 37 238 81 18 71 1,730 269
2011
Jumlah Kasus Klinis Filariasis
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
No
Lampiran 3.36
(8)
503 133 119 224 96 70 27 988 1,346 11,932
30
409
422
238
2,359 186 193 310 300 185 85 74 207 39 53 480 412 37 238 81 18 71 1,730 269
2012
371
(2)
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Kalimantan Timur
(1)
1
2
3
4
5
6
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Selatan
2
3
(2)
Jawa Tengah
(1)
1
Provinsi
4 28
31
0
24
(10)
Diobati
2010
43
0
6
23
14
0
0
(7)
2010 M
7
0
24
(9)
Kasus
: K= Kasus, M= Meninggal, CFR=Case Fatality Rate
Ket.
No.
: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
398
0
19
230
133
1
15
(6)
K IR
857
2
5
626
184
29
11
(9)
K IR
82
0
2
43
33
4
0
(10)
2011 M
1
0
1 0
(11)
Meninggal
41
0
14
27
(12)
Kasus
41
0
14
27
(13)
Diobati
2011
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
10.80
0.00
31.58
10.00
10.53
0.00
0.00
(8)
CFR
0
0
0 0
(14)
Meninggal
9.57
0.00
40.00
6.87
17.93
13.79
0.00
(11)
CFR (9)
K IR
22
4
18
0
(12)
Kasus
239
0
28
72
129
0
10
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIROSIS MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
SITUASI PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DI INDONESIA TAHUN 2012
Sumber
Indonesia
Provinsi
No
Lampiran 3.37
22
4
18
0
(13)
Diobati
2012
29
0
2
7
20
0
0
(10)
2012 M
0
0
0 0
(14)
Meninggal
12.13
0.00
7.14
9.72
15.50
0.00
0.00
(11)
CFR
372 4 3 2 2 1 1 1 1
15 Ledakan Akibat Gas
16 Kegagalan Teknologi
17 Banjir Bandang dan Tanah Longsor
18 Banjir Lahar Dingin
19 Longsor Sampah
20 Gelombang Besar dan Angin Siklon Tropis
21 Abrasi Air Laut
22 Banjir Bandang dan Angin Siklon Tropis
Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis, 2013
489
4
14 Ledakan Bom
Jumlah
4
15
9 Gempa Bumi
13 Gelombang Besar
29
8 Banjir Bandang
5
39
7 Keracunan/KLB
5
43
6 Tanah Longsor
12 Tersambar Petir
49
5 Angin Siklon Tropis
11 Banjir dan Tanah Longsor
50
4 Konflik Sosial
9
69
3 Banjir
10 Erupsi Gunung Api
75
2 Kecelakaan Transportasi
(3)
78
(2)
(1)
Frekuensi
675
0
0
1
1
6
0
4
8
0
3
6
20
0
13
38
22
54
23
65
9
314
88
(4)
Meninggal
2,294
0
0
0
0
36
1
0
21
7
0
1
12
0
82
94
1,030
41
0
269
25
546
129
(5)
Luka Berat/ Rawat Inap
6,858
200
0
0
0
15
112
11
6
3
0
1
12
4
230
184
1,009
65
182
1,624
2,381
572
247
Luka Ringan/ Rawat Jalan
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA DAN JUMLAH KORBAN TAHUN 2012
1 Kebakaran
Jenis Bencana
No
Lampiran 3.38
0
256
0
0
10
0
5
0
4
0
0
1
0
4
0
0
14
14
9
3
14
3
175
(6)
Hilang
(7)
74,141
0
0
0
428
0
0
0
0
1
0
10,139
931
5,737
5,268
3,000
818
1,066
3,958
34,454
211
8,130
Pengungsi
LAMPIRAN BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN
373
374
150,110 74,687
5 Jambi
109,891
112,295 133,133
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
4,973,806
5,136,041
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
27,233
54,349
33 Papua
19,860
25,464
27,609
39,526
21,942
42,207
30 Maluku
26,040 30,042
32 Papua Barat
24,487 30,857
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
56,914
182,344
79,059
89,726
31 Maluku Utara
62,363
27 Sulawesi Tenggara
58,524
63,498 180,414
44,913
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
92,530
23 Kalimantan Timur
26 Sulawesi Selatan
42,909
85,647
22 Kalimantan Selatan
46,353
49,231
21 Kalimantan Tengah
95,548
99,674
20 Kalimantan Barat
117,914
72,602
238,079
617,301
59,176
74,404
239,027
17 Bali
636,456
59,176
14 DI Yogyakarta
16 Banten
618,598
13 Jawa Tengah
15 Jawa Timur
930,867
933,856 611,746
189,550
189,828
11 DKI Jakarta
49,043
30,789
165,126
40,860
166,536
72,394
150,645
123,951
305,806
101,988
(4)
K1
12 Jawa Barat
30,649 50,931
9 Kepulauan Bangka Belitung
176,364
8 Lampung
10 Kepulauan Riau
40,808
7 Bengkulu
177,433
117,429
3 Sumatera Barat
4 Riau
6 Sumatera Selatan
331,834
2 Sumatera Utara
(3)
109,302
(2)
(1)
Jumlah
92.16
93.31
78,581
92.17
96.84
50.11
90.51
92.23
93.65
97.36
106.34
91.26
101.07
4,631,735
18,741
14,117
23,464
33,975
23,189 24,919
56,643
167,819
51,762
39,816
85.44 95.54
74,970
44,288
89,037
90,090
102,566
70,272
201,816
578,339
53,532
591,677
871,278
182,942
47,090
29,249
161,939
38,881
166,144
70,321
129,153
105,708
300,673
98,744
(6)
K4
104.76
94.15
95.86
88.57
97.86
97.58
99.60
96.99
100.00
98.89
99.68
99.85
96.29
100.46
93.63
100.13
93.86
96.93
100.36
105.55
(5)
% K1
Ibu Hamil
(7)
90.18
34.48
64.34
84.99
80.50
80.76
94.70
90.83
93.02
81.52
88.65
84.92
87.53
89.96
89.33
67.67
91.34
94.45
84.43
90.87
90.46
95.65
93.30
96.37
92.46
95.43
91.82
95.28
93.64
94.15
86.04
90.02
90.61
90.34
% K4
4,902,585
51,879
20,945
26,354
40,289
23,374 29,454
59,528
172,213
60,612
42,872
88,324
81,754
46,993
95,143
127,082
107,191
71,022
228,162
607,526
56,486
590,480
891,408
181,199
48,616
29,256
168,347
38,953
169,368
71,292
143,287
112,091
316,751
104,334
(8)
Jumlah
88.64
4,345,648
65.15
80.61
78.07
81.42
93.61
83.02
91.97
79.99
88.63
83.87
85.73
84.83
89.54
69.41
88.89
95.82
85.87
89.12
98.62
97.34
89.85
97.86
97.95
97.95
81.90
95.03
89.41
86.91
79.24
89.10
87.80
89.78
43.54
13,646
21,245
31,454
21,881 23,982
49,419
158,377
48,485
37,998
74,074
70,088
39,866
85,187
88,203
95,282
68,056
195,916
541,437
55,709
574,775
800,920
177,320
47,620
28,656
137,880
37,017
151,426
61,958
113,542
99,873
278,099
93,670
(10)
% Ditolong Nakes
22,587
(9)
Ditolong Nakes
Ibu Bersalin
Ibu Nifas
(11)
4,175,178
14,323
11,951
20,726
30,430
17,952 21,929
41,597
130,777
47,752
36,135
56,449
65,512
37,770
79,888
84,676
99,844
64,621
182,707
572,896
42,261
553,398
852,275
144,992
35,113
25,638
147,040
29,950
156,733
68,279
111,220
95,443
209,628
85,273
Kunjungan Nifas 3 kali
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
1 Aceh
Provinsi
No
Lampiran 4.1
85.16
27.61
57.06
78.64
75.53
74.45
76.80
69.88
75.94
78.78
84.29
63.91
80.13
80.37
83.97
66.63
93.15
90.99
80.08
94.30
74.82
93.72
95.61
80.02
72.23
87.63
87.34
76.89
92.54
95.77
77.62
85.15
66.18
81.73
(12)
% Kf-3
375
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 46,921,765
828,600 2,152,585 819,992 886,517 702,497 1,691,720 373,287 1,684,884 251,115 339,005 1,311,842 9,353,530 6,738,688 552,422 8,157,728 2,036,973 678,885 1,023,925 694,541 740,476 473,425 786,847 593,848 415,489 563,475 1,368,688 425,750 220,300 209,325 270,691 168,005 98,475 308,235
(3)
Jumlah PUS % 22.54 19.72 20.28 23.74 21.01 29.84 32.92 33.30 21.01 24.69 40.90 16.95 15.27 11.12 15.41 22.79 11.44 22.67 15.78 24.16 20.84 20.87 19.16 25.84 22.02 27.90 21.13 26.98 27.76 25.06 28.69 29.92 17.16 20.01
9,388,374
(5)
186,758 424,583 166,260 210,480 147,572 504,780 122,881 561,061 52,762 83,692 536,576 1,584,957 1,028,976 61,413 1,257,507 464,132 77,665 232,120 109,592 178,896 98,642 164,196 113,773 107,357 124,073 381,805 89,940 59,426 58,115 67,824 48,208 29,461 52,891
(4)
Jumlah
Peserta KB Baru
CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Indonesia
(2)
Provinsi
(1)
No
Lampiran 4.2
35,845,289
652,598 1,463,520 613,427 640,654 560,683 1,329,083 328,165 1,190,330 203,816 258,728 1,067,522 7,120,391 5,403,576 438,788 6,261,346 1,424,870 584,609 773,614 493,533 522,319 353,620 626,751 429,245 342,491 462,746 1,007,941 318,342 191,567 153,636 212,967 128,218 77,522 208,671
(6)
Jumlah
% (7)
76.39
78.76 67.99 74.81 72.27 79.81 78.56 87.91 70.65 81.16 76.32 81.38 76.13 80.19 79.43 76.75 69.95 86.11 75.55 71.06 70.54 74.69 79.65 72.28 82.43 82.12 73.64 74.77 86.96 73.40 78.68 76.32 78.72 67.70
Peserta KB Aktif
376
(2)
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
5
6
7
8
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
28
29
30
31
32
33
IUD
706,102
1,748
496
1,600
2,231
1,981
5,013
1,577
11,170
6,392
8,274
5,320
2,127
1,883
8,950
9,221
21,986
22,487
27,716
123,096
15,527
94,782
148,693
61,044
2,925
2,378
37,476
5,852
12,690
6,050
7,208
10,387
31,193
6,629
(3)
Jumlah
1,093 131,053
7.52
326
436
653
361
480
681
MOP
40
261
1.11
1.40
2.07
27,680
53
104
163
0.96 0.90
195
145
261
459
367
553
176
1,299
122
523
265
900
373
1,178
3,064
345
2,227
4,983
1,580
96
105
966
207
963
150
269
417
4,871
(7)
Jumlah
0.62
0.81
0.76
0.84
0.67
833 3,202
1.12
1.98
0.49
0.77
1.16
4.10
0.65
3.72
0.55
2.09
3.21
2.40
1.32
1.01
0.92
0.64
0.49
0.75
0.48
0.48
1.40
1.27
2.51
0.80
(6)
%
1,201
2,248
804
3.30
1.68
3.32
3.29
3.41
8.44
1.75
2.93
5.15
7.71
4.68
1.30
759
2,070
1.91
4,489
5.00
1,515
2,888
2,572
26,280
1,973
24,722
20,906
5,445
771
337
2,766
927
2,402
712
2,954
2,104
10,646
1,497
(5)
Jumlah
MOW
0.29
0.10
0.35
0.34
0.38
0.34
0.24
0.29
0.12
0.30
0.52
0.15
0.79
0.12
0.29
0.24
0.39
0.48
0.25
0.24
0.56
0.22
0.31
0.29
0.11
0.20
0.17
0.17
0.19
0.10
0.13
0.25
1.15
0.02
(8)
%
766,461
9,923
5,580
4,321
11,284
12,977
5,780
9,266
50,182
18,044
11,764
18,594
7,421
7,557
28,026
7,210
20,075
6,771
42,541
52,838
5,222
52,380
58,400
43,399
21,728
7,261
59,035
10,751
53,677
5,592
14,142
24,462
56,901
23,357
(9)
Jumlah
%
8.16
18.76
18.94
8.96
16.64
22.33
9.73
10.30
13.14
14.54
10.96
16.34
4.52
7.66
15.67
6.58
8.65
8.72
9.17
4.20
8.50
5.09
3.68
8.09
25.96
13.76
10.52
8.75
10.63
3.79
6.72
14.71
13.40
12.51
(10)
Kondom
806,532
3,996
3,801
10,424
6,677
3,629
8,468
8,994
23,524
10,116
15,321
3,406
9,335
8,587
10,694
20,540
41,242
2,835
36,573
123,921
5,543
128,539
87,685
22,811
3,673
3,553
39,917
12,065
50,417
12,701
14,268
19,817
47,135
6,325
(11)
Jumlah
Implan
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012
8.41
9.47
28.95
5.97
9.79
25.28
9.21
9.38
11.38
3.49
4.51
6.68
4.76
2.51
4.10
3.42
6.25
7.35
3.55
(4)
%
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Indonesia
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
26
Sulawesi Tengah
25
27
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
22
23
Kalimantan Tengah
21
24
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
19
Nusa Tenggara Barat
18
20
Bali
17
Jawa Timur
Banten
15
16
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
13
14
DKI Jakarta
Jawa Barat
11
12
Kep. Riau
10
Kepulauan Bangka Belitung
Riau
4
9
Sumatera Utara
Sumatera Barat
2
3
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 4.3
8.59
7.56
12.90
21.62
9.84
6.24
14.25
10.00
6.16
8.15
14.27
2.99
5.69
8.71
5.98
18.74
17.77
3.65
7.88
9.85
9.03
12.49
5.53
4.25
4.39
6.73
7.11
9.82
9.99
8.61
6.78
11.92
11.10
3.39
(12)
%
Suntikan
4,406,898
24,529
10,917
22,161
29,015
19,153
20,842
35,809
167,896
46,214
44,814
54,619
69,628
42,892
69,500
53,800
109,937
34,945
221,855
650,663
28,189
555,352
815,323
253,452
32,721
23,295
219,072
56,060
221,065
71,803
103,651
74,069
142,783
80,874
(13)
Jumlah
46.94
46.38
37.06
45.97
42.78
32.96
35.07
39.81
43.97
37.25
41.74
48.01
42.41
43.48
38.85
49.09
47.36
44.99
47.80
51.74
45.90
53.97
51.44
47.24
39.10
44.15
39.05
45.62
43.79
48.66
49.25
44.55
33.63
43.30
(14)
%
Pil
2,543,648
11,549
8,237
9,103
17,703
19,819
18,698
33,352
125,372
42,107
25,430
29,410
73,582
36,842
59,133
14,067
36,465
7,366
131,697
277,645
4,614
170,974
448,967
148,845
21,778
15,833
201,829
37,019
163,566
50,564
67,988
35,004
131,054
68,036
(15)
Jumlah
27.09
21.84
27.96
18.88
26.10
34.10
31.46
37.08
32.84
33.94
23.69
25.85
44.81
37.35
33.05
12.84
15.71
9.48
28.37
22.08
7.51
16.62
28.33
27.74
26.02
30.01
35.97
30.13
32.40
9,388,374
52,891
29,461
48,208
67,824
58,115
59,426
89,940
381,805
124,073
107,357
113,773
164,196
98,642
178,896
109,592
232,120
77,665
464,132
1,257,507
61,413
1,028,976
1,584,957
536,576
83,692
52,762
561,061
122,881
504,780
147,572
210,480
32.30 34.26
166,260
424,583
186,758
(17)
Total
21.05
30.87
36.43
(16)
%
377
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau
7
8
10
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
%
6,321,714
47,522
27,151
43,075
59,511
51,507
49,193
83,885
331,930
113,045
67,699
70,685
104,024
71,580
122,755
105,028
214,482
31,456
271,656
846,246
26,230
573,339
1,037,378
209,739
67.34
89.85
92.16
89.35
87.74
88.63
82.78
93.27
86.94
91.11
63.06
62.13
63.35
72.57
68.62
95.84
92.40
40.50
58.53
67.30
42.71
55.72
65.45
39.09
45.89
64.18
33,865 38,409
77.58
75.71
67.56
69.81
62.12
65.20
82.30
69.27
(4)
435,272
93,029
341,030
103,025
130,758
108,401
349,436
129,373
(3)
Peserta
Pemerintah
712,558
4,138
1,959
2,150
4,612
224
3,659
464
17,119
3,544
21,140
12,067
5,960
8,982
20,027
2,689
6,282
2,176
24,802
56,625
12,153
77,661
217,124
33,047
21,637
1,245
9,778
3,956
57,875
3,482
10,611
1,153
47,698
16,519
(5)
Peserta
Swasta %
7.59
7.82
6.65
4.46
6.80
0.39
6.16
0.52
4.48
2.86
19.69
10.61
3.63
9.11
11.19
2.45
2.71
2.80
5.34
4.50
19.79
7.55
13.70
6.16
25.85
2.36
1.74
3.22
11.47
2.36
5.04
0.69
11.23
8.85
(6)
174,272
694
20
573
1,142
122
152
647
1,758
1,529
3,849
1,811
2,873
1,053
2,821
197
1,497
4,385
9,022
10,453
648
22,567
17,544
52,885
3,259
507
6,493
2,250
6,177
3,392
7,651
2,638
2,390
1,273
(7)
Peserta
1.86
1.31
0.07
1.19
1.68
0.21
0.26
0.72
0.46
1.23
3.59
1.59
1.75
1.07
1.58
0.18
0.64
5.65
1.94
0.83
1.06
2.19
1.11
9.86
3.89
0.96
1.16
1.83
1.22
2.30
3.64
1.59
0.56
0.68
(8)
%
Dokter Praktik Swasta
Klinik KB
2,179,830
537
331
2,410
2,559
6,262
6,422
4,944
30,998
5,955
14,669
29,210
51,339
17,027
33,293
1,678
9,859
39,648
158,652
344,183
22,382
355,409
312,911
240,905
20,387
17,145
109,518
23,646
99,698
37,673
61,460
54,068
25,059
39,593
(9)
Peserta
23.22
1.02
1.12
5.00
3.77
10.78
10.81
5.50
8.12
4.80
13.66
25.67
31.27
17.26
18.61
1.53
4.25
51.05
34.18
27.37
36.45
34.54
19.74
44.90
24.36
32.49
19.52
19.24
19.75
25.53
29.20
32.52
5.90
21.20
(10)
%
Bidan Praktek Swasta
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2012
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Indonesia
Nusa Tenggara Barat
18
Jawa Timur
15
Banten
DI Yogyakarta
14
Bali
Jawa Tengah
13
16
Jawa Barat
12
17
DKI Jakarta
11
9
Jambi
Sumatera Selatan
5
6
Sumatera Barat
Riau
3
4
Aceh
Sumatera Utara
1
(2)
(1)
2
Provinsi
No
Lampiran 4.4
9,388,374
52,891
29,461
48,208
67,824
58,115
59,426
89,940
381,805
124,073
107,357
113,773
164,196
98,642
178,896
109,592
232,120
77,665
464,132
1,257,507
61,413
1,028,976
1,584,957
536,576
83,692
52,762
561,061
122,881
504,780
147,572
210,480
166,260
424,583
186,758
(11)
Peserta
%
100.00
100.00
100.00
(12)
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Jumlah
378
Bengkulu
Lampung
7
8
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
46,921,765
308,235
98,475
168,005
270,691
209,325
220,300
425,750
1,368,688
563,475
415,489
593,848
786,847
473,425
740,476
694,541
1,023,925
678,885
2,036,973
8,157,728
552,422
6,738,688
9,353,530
1,311,842
339,005
251,115
1,684,884
373,287
1,691,720
702,497
886,517
819,992
2,152,585
828,600
(3)
Jumlah PUS
0.68 0.76
35,845,289
0.79
0.76
0.79
0.73
0.87
0.75
0.74
0.82
0.82
0.72
0.80
0.75
0.71
0.71
0.76
0.86
0.70
0.77
0.79
0.80
0.76
0.81
0.76
0.81
0.71
0.88
0.79
0.80
0.72
0.75
0.68
0.79
(5)
208,671
77,522
128,218
212,967
153,636
191,567
318,342
1,007,941
462,746
342,491
429,245
626,751
353,620
522,319
493,533
773,614
584,609
1,424,870
6,261,346
438,788
5,403,576
7,120,391
1,067,522
258,728
203,816
1,190,330
328,165
1,329,083
560,683
640,654
613,427
1,463,520
652,598
(4)
%
Peserta KB Aktif Jumlah
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013
Indonesia
Maluku
Kalimantan Timur
23
30
Kalimantan Selatan
22
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
21
Gorontalo
Kalimantan Barat
20
29
Nusa Tenggara Timur
19
28
Nusa Tenggara Barat
18
Sulawesi Tenggara
Bali
17
27
Banten
16
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
15
26
DI Yogyakarta
14
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
13
Sulawesi Tengah
Jawa Barat
12
24
DKI Jakarta
11
25
Kepulauan Riau
10
Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera Selatan
6
9
Riau
Jambi
Sumatera Barat
3
4
Sumatera Utara
5
Aceh
2
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 4.5
12.90 4.24
153,578 8,644
13.22 4.54 4.45 11.55 3.91 3.84 2.83 33.75 3.43
61,190 45,784 14,171 22,118 6,010 8,168 3,633 26,165 7,167
11.53
14.12
48,369
4,132,672
1.82
3.31
11,710
10.58
8.80
45,961
45,397
11.67
57,619
11,382
47.06
161,105
12.39
11.31
904,686
95,857
14.45
104,618
275,093
8.73 23.84
471,560
12.62
6.77
22,214
898,261
4.79
63,598
9.23
6.45
36,151
21.29
5.73
36,683
23,881
9.99
61,266
227,322
2.97 10.52
19,386
(7)
%
153,925
(6)
Jumlah
IUD
1,249,929
6,332
2,159
1,592
3,751
1,680
2,876
6,344
16,946
8,281
8,872
9,702
7,566
4,259
8,290
25,244
16,670
22,046
29,093
311,247
21,695
294,512
182,462
38,615
4,902
4,925
16,143
6,936
42,536
4,598
9,763
18,425
105,547
5,920
(8)
Jumlah
MOW
3.49
3.03
2.79
1.24
1.76
1.09
1.50
1.99
1.68
1.79
2.59
2.26
1.21
1.20
1.59
5.11
2.15
3.77
2.04
4.97
4.94
5.45
2.56
3.62
1.89
2.42
1.36
2.11
3.20
0.82
1.52
3.00
7.21
0.91
(9)
%
212
249,870
921
98
900
1,217
383
802
1,507
1,542
1,683
1,727
1,224
2,147
635
3,533
4,705
3,598
3,284
18,423
29,212
3,207
57,385
63,517
12,031
909
291
14,728
1,285
5,562
1,210
1,997
1,783
8,212
(10)
Jumlah
MOP
0.70
0.44
0.13
0.70
0.57
0.25
0.42
0.47
0.15
0.36
0.50
0.29
0.34
0.18
0.68
0.95
0.47
0.56
1.29
0.47
0.73
1.06
0.89
1.13
0.35
0.14
1.24
0.39
0.42
0.22
0.31
0.29
0.56
0.03
(11)
%
3,288,557
12,807
3,412
17,154
20,817
13,116
31,131
44,504
98,029
36,457
56,690
23,199
45,317
38,669
30,095
71,107
124,262
11,223
138,382
580,413
26,949
563,934
328,986
78,724
17,345
18,328
175,235
54,189
239,576
82,152
50,479
81,485
155,243
19,148
(12)
Jumlah
Implan
9.17
6.14
4.40
13.38
9.77
8.54
16.25
13.98
9.73
7.88
16.55
5.40
7.23
10.94
5.76
14.41
16.06
1.92
9.71
9.27
6.14
10.44
4.62
7.37
6.70
8.99
14.72
16.51
18.03
14.65
7.88
13.28
10.61
2.93
(13)
%
Kondom
1,123,606
16,628
5,048
9,642
21,283
14,622
9,019
19,853
72,296
10,908
9,443
13,027
13,147
9,876
19,147
11,299
21,226
18,982
38,479
105,919
27,703
119,992
100,341
42,861
17,701
9,668
33,273
12,491
79,427
11,736
29,041
31,575
108,262
59,691
(14)
Jumlah
Metode Kontrasepsi
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012
3.13
7.97
6.51
7.52
9.99
9.52
4.71
6.24
7.17
2.36
2.76
3.03
2.10
2.79
3.67
2.29
2.74
3.25
2.70
1.69
6.31
2.22
1.41
4.01
6.84
4.74
2.80
3.81
5.98
2.09
4.53
5.15
7.40
9.15
(15)
%
Suntikan
16,791,047
123,636
16,795
59,382
96,390
56,185
65,722
118,167
440,369
181,975
124,960
176,141
222,987
161,170
222,427
258,093
365,678
205,004
688,003
3,018,041
203,078
3,060,828
3,642,600
396,628
108,593
92,687
414,400
139,459
543,210
226,189
280,895
304,236
478,494
298,625
(16)
Jumlah
46.84
59.25
21.66
46.31
45.26
36.57
34.31
37.12
43.69
39.33
36.49
41.04
35.58
45.58
42.58
52.29
47.27
35.07
48.29
48.20
46.28
56.64
51.16
37.15
41.97
45.48
34.81
42.50
40.87
40.34
43.85
49.60
32.69
45.76
(17)
%
Pil
9,009,608
41,180
23,845
35,915
61,341
61,640
59,899
113,796
332,975
162,252
92,430
160,555
324,205
127,301
192,866
65,466
146,323
48,977
351,385
1,311,828
51,538
835,365
1,904,224
271,341
85,397
69,273
382,973
91,591
355,174
198,647
231,796
114,657
453,837
249,616
(18)
Jumlah
%
25.13
19.73
30.76
28.01
28.80
40.12
31.27
35.75
33.04
35.06
26.99
37.40
51.73
36.00
36.92
13.26
18.91
8.38
24.66
20.95
11.75
15.46
26.74
25.42
33.01
33.99
32.17
27.91
26.72
35.43
36.18
18.69
31.01
38.25
(19)
379 Indonesia
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Provinsi
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
No 2007 46.8 55.9 56.9 61.1 66.9 67.6 64.2 70.3 69.6 53.1 57.3 62.2 65.2 69.9 65.3 64.0 66.2 56.0 47.9 65.1 67.3 68.3 60.1 68.9 55.7 55.8 51.5 63.2 52.2 45.5 53.7 42.5 21.8 61.9
47.4 54.2 59.9 56.7 65.2 64.8 74.0 71.1 67.8 57.6 60.1 61.1 63.7 66.9 66.1 57.4 69.4 54.8 42.1 62.7 66.5 64.4 59.2 69.3 63.6 53.4 50.7 60.1 45.4 34.1 48.8 39.6 38.3 61.4
2012
Suatu cara
57.4
2007 45.4 42.6 52.8 52.8 62.5 62.6 70.4 66.0 64.7 54.0 56.4 60.3 60.0 54.8 62.3 55.4 65.4 52.2 30.1 61.2 65.2 63.2 55.4 66.7 59.8 42.9 44.4 58.8 44.5 29.4 46.2 37.5 24.5 57.9
2012 44.4 42.8 50.2 54.0 62.0 64.4 61.2 66.3 65.3 48.0 53.4 60.3 61.5 59.6 62.4 61.3 59.6 55.1 38.3 63.9 64.8 66.4 54.1 63.7 52.5 47.5 48.4 61.5 48.0 40.4 51.1 41.0 19.1
Suatu cara modern 2007 2.4 13.1 6.7 7.1 4.8 3.2 3.0 4.0 4.2 5.1 3.9 1.9 3.7 10.3 2.8 2.7 6.6 1.0 9.6 1.1 2.5 1.9 5.9 5.2 3.3 8.4 3.0 1.7 4.1 5.1 2.6 1.5 2.6 4.0
2.0 11.5 7.2 4.0 2.7 2.1 3.6 5.0 3.1 3.5 3.7 0.8 3.8 12.0 3.8 2.0 4.0 2.7 12.0 1.5 1.3 1.2 3.9 2.6 3.8 10.5 6.2 1.4 0.9 4.8 2.5 2.1 13.8 4.0
2012
Suatu cara tradisional
PERSENTASE WANITA BERSTATUS KAWIN UMUR 15-49 TAHUN MENURUT ALAT ATAU CARA KB YANG DIPAKAI DAN PROVINSI HASIL SDKI TAHUN 2012
Lampiran 4.6
380
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Provinsi
No (3)
296 292 266 209 225 267 192 217 154 164 289 351 606 234 852 225 172 251 309 234 192 217 251 225 242 401 225 162 150 125 109 117 144 8,363
Tahun 2010 (4)
862 853 819 732 760 822 711 741 654 669 1,006 948 1,323 768 1,698 760 681 790 880 771 705 747 793 754 786 1,020 757 664 648 610 586 597 639 26,554
Tahun 2011 (5)
1,086 5,688 2,031 1,591 898 2,840 1,511 1,575 524 390 336 5,556 8,270 121 7,352 1,491 342 642 337 667 478 453 446 54 2,000 551 795 364 531 165 133 125 290 49,633
Tahun 2012
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012
Lampiran 4.7
381
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Provinsi
No
Lampiran 4.8
5,136,041
4,783,164
109,302 331,834 117,429 150,110 74,687 177,433 40,808 176,364 30,649 50,931 189,828 933,856 618,598 59,176 636,456 239,027 74,404 112,295 133,133 99,674 49,231 85,647 92,530 44,913 63,498 180,414 62,363 24,487 30,857 42,207 27,609 21,942 54,349
(4)
Jumlah Ibu Hamil
100,479 289,808 104,480 122,910 74,065 170,738 36,433 164,062 26,736 53,004 158,605 949,392 585,385 45,843 594,614 213,135 66,095 106,771 113,855 91,570 45,932 71,177 85,082 67,544 55,432 152,384 50,644 20,257 25,606 37,461 23,780 19,154 60,732
(3)
Jumlah Bayi
717,475
15,072 43,471 15,672 18,437 11,110 25,611 5,465 24,609 4,010 7,951 23,791 142,409 87,808 6,876 89,192 31,970 9,914 16,016 17,078 13,736 6,890 10,677 12,762 10,132 8,315 22,858 7,597 3,039 3,841 5,619 3,567 2,873 9,110
(5)
Neonatal Komplikasi
348,536
4,314 12,706 3,543 6,681 5,102 16,484 3,929 5,230 1,654 2,043 15,190 62,098 56,087 4,943 66,147 16,309 6,467 8,880 4,591 5,202 1,597 4,327 5,567 3,230 2,996 12,961 1,597 958 1,739 1,775 2,086 331 1,772
(6)
48.58
28.62 29.23 22.61 36.24 45.92 64.36 71.89 21.25 41.24 25.70 63.85 43.61 63.87 71.88 74.16 51.01 65.23 55.45 26.88 37.87 23.18 40.53 43.62 31.88 36.03 56.70 21.02 31.53 45.28 31.59 58.48 11.52 19.45
(7)
Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi Jumlah %
1,027,208
21,860 66,367 23,486 30,022 14,937 35,487 8,162 35,273 6,130 10,186 37,966 186,771 123,720 11,835 127,291 47,805 14,881 22,459 26,627 19,935 9,846 17,129 18,506 8,983 12,700 36,083 12,473 4,897 6,171 8,441 5,522 4,388 10,870
(8)
Obstetri Komplikasi
CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI DENGAN KOMPLIKASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
710,343
9,183 5,892 11,312 15,687 10,435 24,243 4,973 19,041 3,812 6,483 28,206 162,375 115,885 7,951 114,085 33,908 9,930 21,652 13,135 12,418 3,061 12,404 10,521 6,347 6,664 19,177 5,618 3,201 3,907 1,887 3,387 1,477 2,086
(9)
Jumlah
69.15
42.01 8.88 48.17 52.25 69.86 68.32 60.93 53.98 62.19 63.64 74.29 86.94 93.67 67.18 89.63 70.93 66.73 96.41 49.33 62.29 31.09 72.41 56.85 70.66 52.47 53.15 45.04 65.36 63.31 22.35 61.34 33.66 19.19
(10)
%
Cakupan Penanganan Obstetri Komplikasi
382
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(2)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi 100,479 289,808 104,480 122,910 74,065 170,738 36,433 164,062 26,736 53,004 158,605 949,392 585,385 45,843 594,614 213,135 66,095 106,771 113,855 91,570 45,932 71,177 85,082 67,544 55,432 152,384 50,644 20,257 25,606 37,461 23,780 19,154 60,732 4,783,164
(3)
Jumlah Bayi 90,782 253,476 91,749 110,424 69,979 160,573 32,570 152,976 26,509 39,237 149,280 883,343 573,732 45,536 584,388 209,751 65,761 100,644 93,645 84,992 41,235 61,542 66,053 62,854 49,375 146,267 44,626 19,344 24,120 27,788 19,482 12,762 20,497 4,415,292
(4)
KN1 90.35 87.46 87.82 89.84 94.48 94.05 89.40 93.24 99.15 74.03 94.12 93.04 98.01 99.33 98.28 98.41 99.49 94.26 82.25 92.82 89.77 86.46 77.63 93.06 89.07 95.99 88.12 95.49 94.20 74.18 81.93 66.63 33.75 92.31
(5)
% KN1 81,091 239,640 85,769 104,414 67,604 156,248 31,501 143,692 25,604 35,424 141,258 840,103 560,532 42,411 569,028 190,680 64,390 97,675 89,519 78,715 39,919 58,278 59,002 54,504 47,343 138,032 43,218 17,380 21,332 26,879 18,895 10,998 18,039 4,199,117
(6)
KN Lengkap
Kunjungan Neonatus
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.9
80.70 82.69 82.09 84.95 91.28 91.51 86.46 87.58 95.77 66.83 89.06 88.49 95.75 92.51 95.70 89.46 97.42 91.48 78.63 85.96 86.91 81.88 69.35 80.69 85.41 90.58 85.34 85.80 83.31 71.75 79.46 57.42 29.70 87.79
(7)
%KN Lengkap
383
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
23
24
25
26
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Papua
Kalimantan Selatan
22
Papua Barat
Kalimantan Tengah
21
33
Kalimantan Barat
20
32
Nusa Tenggara Timur
19
Maluku Utara
Nusa Tenggara Barat
18
31
Bali
17
Maluku
Banten
16
Sulawesi Barat
Jawa Timur
15
30
DI Yogyakarta
14
29
Jawa Tengah
13
Sulawesi Tenggara
Jawa Barat
12
Gorontalo
DKI Jakarta
11
27
Kepulauan Riau
10
28
Kepulauan Bangka Belitung
9
Sumatera Selatan
6
Bengkulu
Jambi
5
Lampung
Riau
4
7
Sumatera Barat
3
8
Aceh
Sumatera Utara
1
(2)
(1)
2
Provinsi
No
Lampiran 4.10
4,783,164
60,732
19,154
23,780
37,461
25,606
20,257
50,644
152,384
55,432
67,544
85,082
71,177
45,932
91,570
113,855
106,771
66,095
213,135
594,614
45,843
585,385
949,392
158,605
53,004
26,736
164,062
36,433
170,738
74,065
122,910
104,480
289,808
100,479
(3)
Jumlah Bayi
19,986,392
314,235
100,500
111,678
184,162
90,316
79,492
215,410
714,623
244,581
128,257
429,976
298,764
209,533
407,915
463,693
470,237
313,641
1,043,197
2,421,550
196,165
2,302,283
3,329,829
678,741
182,413
115,200
924,280
152,823
696,025
290,813
621,832
391,177
1,412,516
450,535
(4)
Jumlah Anak Balita
4,196,446
17,898
14,133
18,858
30,447
23,560
15,877
45,200
144,277
41,728
62,034
57,668
40,738
37,973
70,981
82,877
102,306
61,542
198,511
565,673
40,848
558,643
871,792
145,893
29,756
24,974
144,046
31,649
154,261
66,671
106,635
80,745
230,481
77,771
(5)
Jumlah
87.73
29.47
73.79
79.30
81.28
92.01
78.38
89.25
94.68
75.28
91.84
67.78
57.23
82.67
77.52
72.79
95.82
93.11
93.14
95.13
89.10
95.43
91.83
91.99
56.14
93.41
87.80
86.87
90.35
90.02
86.76
77.28
79.53
77.40
(7)
%
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
14,693,920
59,537
63,917
58,972
125,741
60,131
37,286
117,847
554,759
139,209
103,937
259,745
157,207
142,553
296,091
291,109
333,779
263,196
831,455
1,776,746
162,007
1,907,700
2,855,062
610,617
135,584
59,470
481,477
114,804
564,715
219,000
340,970
304,577
903,952
360,768
(8)
Jumlah
73.52
18.95
63.60
52.81
68.28
66.58
46.91
54.71
77.63
56.92
81.04
60.41
52.62
68.03
72.59
62.78
70.98
83.92
79.70
73.37
82.59
82.86
85.74
89.96
74.33
51.62
52.09
75.12
81.13
75.31
54.83
77.86
64.00
80.08
(9)
%
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
384
(2)
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (3)
3,391 7,713 4043 2,895 2348 4265 1,098 4,827 812 851 3143 20,505 20662 2,032 22702 4,935 2369 3290 639 2,263 1722 1959 1,628 2,010 1757 5,372 2129 898 684 1305 693 531 565
136,036
162,039
(4)
(5)
83.95
87.46 81.57 97.54 89.40 88.91 91.11 78.88 92.97 99.75 97.37 92.12 91.41 90.41 100.00 91.62 94.90 95.41 89.16 13.52 55.21 70.92 55.06 70.91 91.78 66.60 83.90 90.52 90.52 54.07 73.77 56.90 65.80 26.80
Cakupan SD/MI Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/MI Kelas 1 Jumlah % 3,877 9,456 4,145 3,238 2,641 4,681 1,392 5,192 814 874 3,412 22,431 22,854 2,032 24,779 5,200 2,483 3,690 4,725 4099 2,428 3,558 2,296 2,190 2,638 6,403 2,352 992 1,265 1,769 1,218 807 2,108
Jumlah SD/MI
CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.11
385
(2)
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
23 33 19 12 11 15 10 14 7 7 6 26 35 5 38 8 9 10 21 14 14 13 14 15 11 24 12 6 5 11 9 11 29 497
(3)
Jumlah Kabupaten/Kota
75 209 137 76 54 120 68 54 48 26 69 515 235 64 285 189 56 40 105 108 31 81 75 54 44 88 48 24 39 93 15 41 25 3,191
(4)
Jumlah Puskesmas Mampu PKPR
11 27 19 9 10 15 8 9 6 5 5 23 31 5 37 8 9 10 19 12 1 13 10 13 9 15 12 6 5 7 3 9 5 386
(5)
Jumlah Kabupaten/Kota dengan PKPR 47.83 81.82 100.00 75.00 90.91 100.00 80.00 64.29 85.71 71.43 83.33 88.46 88.57 100.00 97.37 100.00 100.00 100.00 90.48 85.71 7.14 100.00 71.43 86.67 81.82 62.50 100.00 100.00 100.00 63.64 33.33 81.82 17.24 77.67
(6)
Persentase Kabupaten/Kota dengan PKPR
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Lampiran 4.12
386
(2)
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
13 13 13 11 11 15 7 12 7 4 6 23 30 5 22 8 9 10 19 6 3 13 14 12 9 9 12 5 3 11 5 11 5 356
1,623 497
(5)
26 209 39 22 33 33 20 33 33 22 50 108 163 28 174 104 18 20 68 51 17 26 45 24 20 38 27 10 15 74 14 40 19
(4)
71.63
56.52 39.39 68.42 91.67 100.00 100.00 70.00 85.71 100.00 57.14 100.00 88.46 85.71 100.00 57.89 100.00 100.00 100.00 90.48 42.86 21.43 100.00 100.00 80.00 81.82 37.50 100.00 83.33 60.00 100.00 55.56 100.00 17.24
(6)
Jumlah Kabupaten/Kota dengan Persentase Kabupaten/Kota Jumlah Puskesmas dengan Minimal 2 Puskesmas Mampu dengan Minimal 2 Puskesmas Tatalaksana Kasus Tatalaksana Kasus Kekerasasan Mampu Tatalaksana Kasus Kekerasasan terhadap Anak Kekerasasan terhadap Anak terhadap Anak
23 33 19 12 11 15 10 14 7 7 6 26 35 5 38 8 9 10 21 14 14 13 14 15 11 24 12 6 5 11 9 11 29
(3)
Jumlah Kabupaten/Kota
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.13
387
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 1,751
83 28 68 51 48 63 22 57 11 19 33 100 25 28 415 19 27 85 90 54 25 44 37 23 11 140 48 16 15 20 17 2 27
(3)
Puskesmas Memiliki Panti Anak Terlantar
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Provinsi
1,003
17 11 68 4 43 45 13 19 9 19 31 67 12 28 324 19 27 59 20 10 37 17 11 4 43 16 20 10 -
(4)
Jumlah
57.28
20.48 39.29 100.00 7.84 89.58 71.43 59.09 33.33 81.82 100.00 93.94 67.00 48.00 100.00 78.07 100.00 100.00 69.41 37.04 22.73 100.00 73.91 100.00 2.86 89.58 100.00 100.00 58.82 -
(5)
Persentase (%)
Puskesmas Membina Panti Anak Terlantar
3,085
111 21 102 68 48 125 28 60 16 52 80 117 33 16 993 23 60 24 180 115 44 84 50 33 18 291 73 22 14 36 21 3 124
(6)
Jumlah Seluruh Panti di Wilayah Kerja
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK DI PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.14
388 Kubu Raya Kota Banjar Tomohon Pare-Pare
18 Kalimantan Barat
19 Kalimantan Selatan 20 Sulawesi Utara 21 Sulawesi Selatan
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Kab. Karang Asem Lombok Tengah Kupang
15 Bali 16 Nusa Tenggara Barat 17 Nusa Tenggara Timur
Kab. Lampung Utara Kabupaten Bintan Jakarta Timur Bandung Purworejo Kota Blitar Kota Tangerang
Lampung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
14 Banten
8 9 10 11 12 13
7 Bengkulu
Rejang Lebong
Lima Puluh Koto Kota Pekanbaru Kab. Batang Hari Kota Palembang
3 4 5 6
Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan
Kota Medan
2 Sumatera Utara
(3)
Aceh Besar
(2)
(1)
Kabupaten/Kota
Rutan Lhokuga
(5)
Lapas/Rutan Anak
Puskesmas Karang Asem Puskesmas Aik Darek Puskesmas Oesapa Puskesmas Sei Raya Dalam Puskesmas Pelambuan Puskesmas Matani Puskesmas Lampoe
Puskesmas Tanah Tinggi
Puskesmas Kotabumi Puskesmas Sei Lekop Puskesmas Duren Sawit Puskesmas Ibrahim Adjie Puskesmas Kutoarjo Puskesmas Sananwetan
Puskesmas Curup
Puskesmas Tanjung Pati Puskesmas Harapan Raya Puskesmas Muara Bulian Puskesmas Pakjo
Lapas Anak Martapura Lapas Anak Tomohon Lapas Anak Pare-Pare
Lapas Anak Sungai Raya
Lapas Anak Gianyar Lapak Anak Mataram Lapas Anak Kupang
Lapas Anak Pria Tangerang, Lapas Anak Wanita Tangerang
Lapas Anak Tanjung Pati Lapas Anak Pekanbaru Lapas Anak Muara Bulian Lapas Anak Palembang Lapas Tk 2 Kab. Rejang Lebong Lapas Anak Kotabumi Lapas Barelang Rutan Pondok Bambu Rutan Kebon Waru Lapas Anak Kutoarjo Lapas Anak Blitar
Puskesmas Tanjung Gusta Lapas Anak Medan
Puskesmas Lhokuga
(4)
Puskesmas
PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
1 Aceh
Provinsi
No
Lampiran 4.15
389
(2)
(1)
1 7 16 94
8 Kalimantan Selatan
9 Kalimantan Timur
10 Sulawesi Selatan Indonesia
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
10
9
6 Bali
7 Nusa Tenggara Barat
7
5 Banten
12
7
18
7
(3)
Jumlah Kabupaten/Kota
4 Lampung
3 Sumatera Selatan
2 Riau
1 Sumatera Barat
Provinsi
No (4)
529
360
17
1
27
13
11
9
17
7
67
Jumlah Puskesmas
PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYANDANG CACAT MELALUI PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
Lampiran 4.16
390
(2)
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (3)
91,535 237,375 80,585 119,097 72,639 172,065 33,268 152,475 27,524 40,440 168,990 926,459 579,085 45,209 548,430 202,523 67,393 100,621 89,930 90,886 44,217 59,523 64,708 39,735 51,603 146,748 42,027 24,803 20,841 34,296 19,510 5,801 20,342 4,420,684
5,199,803
(4)
Jumlah
Ibu Hamil Mendapat Fe3
111,254 303,252 112,597 137,915 80,896 193,705 39,117 189,219 29,823 56,829 165,868 1,037,987 635,386 50,484 654,077 232,256 72,713 119,385 124,980 104,593 38,341 78,537 93,677 47,955 63,498 165,331 55,607 29,830 28,168 41,824 25,538 18,110 61,051
Jumlah Ibu Hamil
CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.17
(5)
%
85.0
82.3 78.3 71.6 86.4 89.8 88.8 85.0 80.6 92.3 71.2 101.9 89.3 91.1 89.6 83.8 87.2 92.7 84.3 72.0 86.9 115.3 75.8 69.1 82.9 81.3 88.8 75.6 83.1 74.0 82.0 76.4 32.0 33.3
391
61,495 185,422 37,200 43,953 80,457 13,952 26,882 164,832 470,776
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
56,488 119,688 24,124 39,720
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
19
20
21
22
11,026 13,621 45,979 8,296
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua Indonesia
28
29
30
31
32
33
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
23,588
Sulawesi Tenggara
27
51,645 3,488,680
27,587 86,248
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
25
26
93,982
61,989
Nusa Tenggara Barat
18
24,563
52,691
Bali
17
Kalimantan Timur
229,204
Banten
16
Sulawesi Utara
594,626
Jawa Timur
15
23
41,853
DI Yogyakarta
14
24
312,776
Jawa Tengah
13
192,961
173,018
Sumatera Utara
2
(3)
118,039
(2)
Aceh
(1)
Jumlah Bayi 6-11 Bulan
23,171 3,098,246
6,320
-
34,665
18,791
8,484
20,591
80,573
25,091
22,324
70,739
35,865
20,194
95,877
47,343
60,793
51,211
206,814
583,979
41,435
308,833
402,768
145,184
21,844
13,624
71,779
38,990
161,998
32,998
141,844
51,837
152,137
100,152
(4)
Dapat Vitamin A (5)
%
44.87 88.81
76.18
0.00
75.39
137.96
76.94
87.29
93.42
90.95
90.88
75.27
90.29
83.71
80.11
83.81
98.07
97.19
90.23
98.21
99.00
98.74
85.55
88.08
81.26
97.65
89.21
88.71
83.95
88.70
76.50
84.29
87.93
84.85
227,119 17,662,024
72,693
-
165,907
89,776
73,616
209,666
610,891
202,803
138,266
377,428
288,633
143,113
387,533
379,101
376,678
202,613
1,009,805
2,405,679
187,185
2,035,465
3,258,290
664,653
179,795
110,069
576,014
128,380
652,528
261,233
564,447
392,105
945,085
345,456
(6)
93,461 14,475,908
32,473
-
111,667
71,603
56,597
175,466
524,248
177,257
125,040
249,998
252,614
133,990
300,133
322,205
362,353
194,514
680,773
1,838,440
185,581
2,001,682
2,752,071
493,675
123,144
89,567
465,267
108,535
520,947
221,972
448,513
334,830
720,453
306,839
(7)
Jumlah Anak Dapat Vitamin A Balita 12-59 Bulan
Vitamin A Anak Balita 12-59 Bulan
(8)
%
41.15 81.96
44.67
0.00
67.31
79.76
76.88
83.69
85.82
87.40
90.43
66.24
87.52
93.63
77.45
84.99
96.20
96.00
67.42
76.42
99.14
98.34
84.46
74.28
68.49
81.37
80.77
84.54
79.84
84.97
79.46
85.39
76.23
88.82
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 Vitamin A Bayi 6-11 Bulan
1
Provinsi
No
Lampiran 4.18
278,764 21,348,295
80,989
149,444
211,886
103,397
84,642
233,254
697,138
256,237
162,829
471,410
328,353
167,237
507,221
435,589
438,667
255,304
1,239,009
3,000,305
229,038
2,348,241
3,729,066
829,485
206,677
124,021
678,772
172,333
845,489
298,433
749,869
453,600
1,118,103
463,495
(9)
Jumlah Balita 6-59 Bulan
116,632 17,675,627
38,793
81,320
146,332
90,394
65,081
196,057
604,821
204,219
147,364
320,737
288,479
154,184
396,010
369,548
423,146
245,725
887,587
2,422,419
227,016
2,310,515
3,154,839
638,859
144,988
103,191
555,328
147,525
682,945
254,970
590,357
386,667
872,590
406,991
(10)
Dapat Vitamin A
Vitamin A Balita 6-59 Bulan
(11)
%
41.84 82.80
47.90
54.42
69.06
87.42
76.89
84.05
86.76
79.70
90.50
68.04
87.86
92.19
78.07
84.84
96.46
96.25
71.64
80.74
99.12
98.39
84.60
77.02
70.15
83.20
81.81
85.60
80.78
85.44
78.73
85.24
78.04
87.81
392
(2)
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
71,573 161,211 66,778 127,696 24,563 29,301 26,961 10,846 60,313 61,001 35,170 114,602 470,776 158,913 26,380 441,875 30,915 58,424 37,703 70,227 8,959 34,246 15,622 18,114 36,939 56,218 22,974 15,910 21,561 8,553 15,678 7,495 2,347,496
(3)
Bayi 0-6 Bulan
27,212 51,943 40,840 58,242 9,151 14,263 17,803 4,399 34,773 34,904 20,744 54,842 161,844 67,863 15,353 285,013 20,693 40,801 22,440 31,573 3,925 16,889 9,519 6,536 11,232 35,365 11,602 10,662 6,996 5,280 7,054 1,542 1,141,298
(4)
Eksklusif
44,361 109,268 25,938 69,454 15,412 15,038 9,158 7,645 25,540 26,097 14,426 59,760 308,932 91,050 11,027 156,862 10,222 17,623 15,263 38,654 5,034 17,357 6,103 11,578 25,707 20,853 11,372 5,248 14,565 3,273 8,624 5,953 1,207,397
(5)
Tidak Eksklusif
38.02 32.22 61.16 45.61 37.26 48.68 66.03 40.56 57.65 57.22 58.98 47.85 34.38 42.70 58.20 64.50 66.94 69.84 59.52 44.96 43.81 49.32 60.93 36.08 30.41 62.91 50.50 67.01 32.45 61.73 44.99 20.57 48.62
(6)
Persentase Mendapat ASI Eksklusif
PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Dki Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 4.19
393
48.67 33.73
42.18
5 Kepulauan Riau
43.94
37.46 43.59
39.30 44.86
8 Kepulauan Bangka Belitung
9 Bengkulu
45.42 34.55 26.80
40.26 33.20
12 Jawa Barat
13 Banten
28.22
Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Kesra 2011
35.48
43.58
33 Papua Barat
Indonesia
32.20 43.05
31 Maluku Utara
32 Papua
38.41
30 Maluku
45.96
56.49 32.81
41.75 44.44
26 Sulawesi Tengah
27 Sulawesi Selatan
28 Sulawesi Barat
25.21
29 Sulawesi Tenggara
48.33
42.07
24 Sulawesi Utara
25 Gorontalo
33.12
38.78
33.26
53.72
33.97
37.14
40.72
35.48
33.04
40.92
43.66
35.43 42.47
22 Kalimantan Selatan
42.64
33.58
23 Kalimantan Timur
29.56 38.68
20 Kalimantan Barat
67.33 53.76
59.39 54.50
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
21 Kalimantan Tengah
28.38
30.74 26.75
16 Jawa Timur
17 Bali
41.97
21.35 45.61
14 Jawa Tengah
15 D.I. Yogyakarta
35.43
36.56 30.73
10 Lampung
11 Dki Jakarta
41.26
41.01
41.35 41.24
6 Jambi
7 Sumatera Selatan
38.46
40.83 35.44
32.64
40.42
3 Sumatera Barat
(4)
Perempuan
4 Riau
33.13
2 Sumatera Utara
(3)
38.39
(2)
(1)
Laki-laki
Perkotaan
(5)
37.08
39.24
48.34
32.99
37.77
36.60
50.94
46.23
37.41
38.60
38.96
33.01
40.16
43.64
55.60
56.62
30.48
16.52
38.53
38.47
49.69
39.94
43.14
30.19
59.05
59.58
22.76
28.43
53.39
27.78
29.60
38.20
0.00
34.50
47.46
35.28
43.80
38.39
31.48
41.34
44.52
36.15
28.73
28.98
(6)
Laki-laki
41.52
43.02
34.35
40.56
28.96
54.17
63.40
27.53
32.08
43.95
23.96
33.88
42.82
33.04
40.22
41.58
40.23
41.12
37.57
45.36
36.81
42.36
32.90
39.43
Laki-laki + Perempuan (7)
38.63
39.94
40.52
35.97
38.32
39.72
63.87
52.68
35.76
16.29
42.81
50.16
33.29
44.70
31.10
58.90
61.74
25.44
32.07
51.54
29.89
33.76
0.00 37.93
36.25
50.28
35.99
45.31
41.16
17.83
42.96
44.81
40.61
27.54
Perempuan
Perdesaan
(8)
38.00
39.26
39.66
34.42
39.25
41.81
59.40
54.64
33.03
16.41
40.52
49.91
36.77
43.94
30.64
58.98
60.64
24.12
30.19
52.35
28.86
31.59
38.07
0.00
35.36
48.85
35.62
44.51
39.74
24.79
42.12
44.66
38.16
28.13
Laki-laki + Perempuan (9)
36.46
40.27
39.96
32.79
39.51
40.78
55.78
52.09
33.14
19.31
40.11
45.12
38.05
41.56
29.99
58.12
59.51
25.26
29.54
48.06
24.82
31.95
39.55
30.73
35.01
46.57
37.24
42.89
39.27
40.24
38.93
43.12
34.70
31.49
Laki-laki (10)
38.70
38.09
44.21
35.46
37.87
39.99
59.44
51.23
35.69
21.89
41.93
46.07
33.22
44.03
30.30
57.94
64.07
27.19
32.78
45.91
28.56
34.29
42.96
35.43
38.25
46.41
38.52
43.58
38.90
43.09
41.24
44.46
36.61
31.34
Perempuan
(11)
37.55
39.25
41.92
34.04
38.69
40.41
57.52
51.67
34.39
20.53
40.98
45.56
35.77
42.79
30.14
58.04
61.77
26.20
31.09
47.00
26.68
33.12
41.22
33.04
36.63
46.49
37.85
43.23
39.09
41.64
40.02
43.76
35.58
31.42
Laki-laki + Perempuan
Perkotaan + Perdesaan
PERSENTASE ANAK USIA 2 - 4 TAHUN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011
1 Aceh
Provinsi
No
Lampiran 4.20
394
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Provinsi
No
Lampiran 4.21
21,665,641
446,160 1,313,418 502,996 699,641 312,855 770,206 155,808 787,235 136,998 230,089 829,479 4,008,221 2,579,061 183,327 2,811,517 1,110,750 207,288 476,771 462,934 420,565 181,635 347,980 345,079 191,483 301,849 634,592 264,666 94,899 118,903 208,591 119,769 65,674 345,202
(3)
Jumlah Balita
16,266,768
297,220 995,333 366,484 424,812 232,672 573,865 107,822 589,434 83,368 137,441 442,056 3,352,089 2,118,197 144,751 2,469,561 764,607 169,413 379,653 363,883 242,871 103,203 248,953 211,705 144,479 179,890 466,645 164,760 76,913 87,301 125,573 62,834 32,098 106,882
(4)
Jumlah (5)
75.1
66.6 75.8 72.9 60.7 74.4 74.5 69.2 74.9 60.9 59.7 53.3 83.6 82.1 79.0 87.8 68.8 81.7 79.6 78.6 57.7 56.8 71.5 61.3 75.5 59.6 73.5 62.3 81.0 73.4 60.2 52.5 48.9 31.0
Cakupan (%)
Balita Ditimbang (D/S)
CAKUPAN BALITA DITIMBANG MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
395
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(2)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
42,702
617 670 539 65 122 178 151 202 133 284 1,147 6,762 2,972 451 10,848 5,063 79 556 3,594 193 55 124 384 73 304 408 273 961 581 316 87 1,605 2,905
(3)
Kasus Gizi Buruk Ditemukan
42,702
617 670 539 65 122 178 151 202 133 284 1,147 6,762 2,972 451 10,848 5,063 79 556 3,594 193 55 124 384 73 304 408 273 961 581 316 87 1,605 2,905
(4)
Kasus Gizi Buruk Dirawat
Kasus Gizi Buruk Mendapat Perawatan
KASUS GIZI BURUK DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.22
%
100.0
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
(5)
396
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua Indonesia
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
19
Nusa Tenggara Barat
20
Bali
Jawa Barat
12
18
DKI Jakarta
11
17
Kepulauan Riau
10
Banten
Kepulauan Bangka Belitung
9
Jawa Timur
Lampung
8
16
Bengkulu
7
15
Sumatera Selatan
6
Jawa Tengah
Jambi
5
DI Yogyakarta
Riau
4
13
Sumatera Barat
3
14
Aceh
Sumatera Utara
1
(2)
(1)
2
Provinsi
No
Lampiran 4.23
%
75.2 99.6
4,649,490
78.7
90.7
90.6
77.2
93.1
90.0
98.9
93.0
104.9
88.4
75.9
103.1
92.1
86.6
101.9
99.0
99.3
105.4
104.9
102.9
110.3
92.6
90.7
97.8
97.7
88.4
105.7
112.7
89.8
86.6
94.6
92.8
(4)
37,149
15,702
22,765
34,778
21,668
20,734
50,999
162,234
53,712
42,838
74,385
59,099
46,152
83,434
104,793
104,016
66,958
215,880
610,104
48,649
578,687
936,361
159,844
42,003
27,251
156,721
32,782
170,505
76,547
122,608
92,495
285,378
92,259
(3)
Jumlah
BCG %
98.2
64,249
3,999,095
21,391
85.6
43.3
38.1
66.1
16,598 7,607
56.1
64.3
76.8
46.8
87.7
57.0
21,511
18,029
17,086
26,539
143,784
32,932
76.6
64.6
54,324 31,257
62.6
60.3
58.8
60.9
98.2
95.0
48,738
26,967
53,268
73,707
100,244
89.9
568,304 195,437
101.2
97.4
99.9
74.9
79.9
92.7
46,931
547,822
848,501
129,272
37,017
25,842
79.4
65.7
24,378 127,247
88.6
102.4
67.1
72.7
76.7
77.5
(6)
142,952
69,545
91,561
77,600
231,454
77,001
(5)
Jumlah
HB0
4,666,803
38,518
15,584
22,568
36,182
22,026
21,018
50,905
162,460
53,756
42,938
75,234
60,257
45,763
83,759
105,587
110,127
67,248
217,039
614,338
47,008
574,609
930,930
162,494
43,719
27,439
159,091
32,962
173,054
74,584
124,103
91,555
288,283
91,665
(7)
Jumlah
103.0
80.3
81.4
93.6
98.2
81.8
98.3
93.5
103.2
97.0
108.4
91.2
80.6
104.3
96.3
90.9
112.3
101.4
104.0
108.3
103.5
104.2
113.0
96.1
97.3
101.5
103.3
92.5
111.7
113.2
93.7
89.3
99.5
94.1
(8)
%
DPT/HB1
4,570,155
34,231
13,849
21,663
33,593
21,359
20,455
49,073
159,393
51,011
41,814
72,658
56,964
44,236
80,369
99,338
109,466
65,307
209,417
612,487
46,091
573,609
916,798
160,869
42,535
25,835
159,098
32,012
169,334
74,299
119,928
87,006
279,231
86,827
(9)
Jumlah
100.9
71.4
72.3
89.9
91.2
79.3
95.7
90.1
101.2
92.0
105.5
88.1
76.2
100.8
92.4
85.5
111.7
98.5
100.4
108.0
101.4
104.1
111.3
95.1
94.7
95.6
103.3
89.9
109.3
112.8
90.6
84.9
96.4
89.1
(10)
%
DPT/HB3
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
4,570,535
34,812
14,006
21,893
33,174
21,724
20,688
49,697
156,610
50,716
41,867
72,845
56,991
43,672
80,003
97,019
109,439
65,522
209,423
614,485
45,592
583,171
914,068
159,381
42,632
25,981
158,207
31,498
168,915
74,885
120,506
85,689
276,538
88,886
(11)
Jumlah
Polio 4 %
100.9
72.6
73.1
90.8
90.0
80.6
96.8
91.3
99.4
91.5
105.7
88.3
76.2
99.5
91.9
83.5
111.6
98.8
100.4
108.3
100.3
105.8
111.0
94.2
94.9
96.1
102.8
88.4
109.1
113.7
91.0
83.6
95.5
91.3
(12)
4,498,419
35,603
13,935
20,801
33,745
21,133
19,946
48,244
156,723
50,506
41,153
71,576
56,041
42,224
78,151
97,872
108,223
65,080
204,821
598,206
46,350
564,918
908,923
150,989
40,711
25,819
156,662
32,464
168,681
74,593
119,264
84,502
273,524
87,036
(13)
Jumlah
Campak %
99.3
74.3
72.7
86.3
91.6
78.5
93.3
88.6
99.5
91.1
103.9
86.8
75.0
96.2
89.8
84.2
110.4
98.2
98.2
105.5
102.0
102.5
110.3
89.3
90.6
95.5
101.8
91.1
108.9
113.2
90.1
82.4
94.4
89.4
(14)
3,929,748
21,919
9,236
16,859
13,436
18,814
19,474
46,820
139,828
42,389
29,245
54,850
53,832
37,838
73,631
63,247
105,320
44,431
190,546
479,430
43,377
496,990
841,379
135,572
36,792
25,423
151,936
32,380
144,500
61,862
97,560
79,118
234,805
86,909
(15)
Jumlah
86.8
45.7
48.2
69.9
36.5
69.8
91.1
86.0
88.8
76.5
73.8
66.5
72.0
86.2
84.6
54.4
107.4
67.0
91.3
84.5
95.5
90.2
102.1
80.1
81.9
94.0
98.7
90.9
93.3
93.9
73.7
77.2
81.1
89.2
(16)
%
Imunisasi Dasar Lengkap*
397
346
2,247
1,417 1,546
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
54,689
967 1,253 3,380 78,392
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Update sampai dengan 17 Mei 2013
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
782
893
30 Maluku 265
499
579
235
558
29 Sulawesi Barat
399
606
768
2,459
1,189
1,097
828
1,377
1,012
1,161
2,194
823
712
986
6,842
432
7,886
4,754
267
222
311
1,008
1,114
2,559
1,116
935
3,284
4,150
2,444
(4)
Desa UCI
28 Gorontalo
1,989
1,958
22 Kalimantan Selatan
27 Sulawesi Tenggara
1,479
21 Kalimantan Tengah
1,710
1,858
20 Kalimantan Barat
2,941
2,813
19 Nusa Tenggara Timur
25 Sulawesi Tengah
897
18 Nusa Tenggara Barat
26 Sulawesi Selatan
715
17 Bali
8,505 1,454
438
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
8,559
13 Jawa Tengah
16 Banten
267 5,877
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
333
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
8
9
1,461
3,103
1,329
1,642
3,437
5,978
6,436
(3)
Jumlah Desa
Tahun 2009
69.76
23.14
21.15
51.60
64.84
42.11
65.84
38.61
83.61
69.53
70.96
58.43
70.33
68.42
62.49
78.00
91.75
99.58
67.81
80.45
98.63
92.14
80.89
100.00
66.67
89.88
44.86
76.25
82.47
83.97
56.94
95.55
69.42
37.97
(5)
%
75,990
1,060
1,106
1,033
953
604
622
2,028
2,947
1,778
1,395
1,417
1,983
1,492
1,873
2,817
911
716
1,510
8,507
438
8,287
5,880
267
351
359
2,401
1,463
3,108
1,363
1,642
3,437
5,771
6,471
(6)
Jumlah Desa
57,226
635
443
523
696
396
382
1,422
2,420
1,063
898
895
1,382
1,160
1,134
1,916
844
714
1,238
6,453
438
7,791
4,858
265
223
329
2,048
1,143
2,637
1,215
925
3,335
3,997
3,408
(7)
Desa UCI
Tahun 2010
75.31
59.91
40.05
50.63
73.03
65.56
61.41
70.12
82.12
59.79
64.37
63.16
69.69
77.75
60.54
68.02
92.65
99.72
81.99
75.86
100.00
94.01
82.62
99.25
63.53
91.64
85.30
78.13
84.85
89.14
56.33
97.03
69.26
52.67
(8)
%
76,782
1,360
501
1,066
955
603
622
2,092
2,960
1,817
1,673
1,438
1,981
1,510
1,896
2,832
951
716
1,535
8,507
438
8,573
5,893
267
351
359
2,462
1,347
3,105
1,380
1,647
3,760
5,734
6,451
(9)
Jumlah Desa
56,941
745
259
670
718
409
317
1,492
2,507
1,365
1,243
947
1,416
1,136
1,342
2,051
893
679
1,189
4,645
438
8,254
4,653
266
275
322
2,182
1,077
2,730
1,310
1,123
3,256
3,012
4,020
(10)
Desa UCI
Tahun 2011
74.16
54.78
51.70
62.85
75.18
67.83
50.96
71.32
84.70
75.12
74.30
65.86
71.48
75.23
70.78
72.42
93.90
94.83
77.46
54.60
100.00
96.28
78.96
99.63
78.35
89.69
88.63
79.96
87.92
94.93
68.18
86.60
52.53
62.32
(11)
%
80,026
2,435
1,419
1,073
1,090
645
728
2,136
2,984
1,844
1,708
1,348
1,979
1,527
1,973
2,952
1,107
716
1,542
8,515
438
8,555
5,918
267
356
367
2,503
1,504
3,188
1,381
1,681
3,827
5,823
6,497
(12)
Jumlah Desa
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2009-2012
10 Kepulauan Riau
Sumatera Selatan
Bengkulu
6
7
Riau
Jambi
4
Sumatera Barat
3
5
Aceh
Sumatera Utara
1
(2)
(1)
2
Provinsi
No
Lampiran 4.24
2,598
1,535
1,247
879
1,330
1,112
1,387
2,150
986
675
1,343
7,298
438
8,454
5,427
267
284
349
2,252
1,217
2,892
1,276
1,146
3,483
3,991
4,508
63,474
403
420
752
774
486
488
1,627
(13)
Desa UCI
Tahun 2012 %
79.3
16.6
29.6
70.1
71.0
75.3
67.0
76.2
87.1
83.2
73.0
65.2
67.2
72.8
70.3
72.8
89.1
94.3
87.1
85.7
100.0
98.8
91.7
100.0
79.8
95.1
90.0
80.9
90.7
92.4
68.2
91.0
68.5
69.4
(14)
398
4.0
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
8
9
1.4 4.5 4.0
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
5.8 6.8 (1.5) 3.4 7.2 19.8 16.1
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012
6.0
4.2
26 Sulawesi Selatan
Indonesia
11.0
25 Sulawesi Tengah
4.3
23 Kalimantan Timur 10.6
7.0
22 Kalimantan Selatan
24 Sulawesi Utara
3.3
21 Kalimantan Tengah
20 Kalimantan Barat
3.1
3.7
5.4
4.3
5.3
14.2
19.9
9.2
1.7
9.8
6.0
6.4
5.4
9.2
8.9
7.1
6.2
5.0
4.7
5.9
15 Jawa Timur
(0.8)
13.1
(0.8)
14 DI Yogyakarta
3.2
4.7
8.2
9.6
7.5
2.7
4.9
4.4
5.2
6.7
7.8
4.4
13.3
11.6
4.3
13 Jawa Tengah
(4)
2008
22.7
5.7
12 Jawa Barat
19 Nusa Tenggara Timur
0.6
10.7
17.8
11 DKI Jakarta
10 Kepulauan Riau
(1.1)
Bengkulu
7
6.9
7.8
Jambi
7.2
Sumatera Selatan
Riau
4
15.0
0.2
21.6
5
Sumatera Barat
3
(3)
2007 (5)
2009
5.2
3.8
6.3
3.3
15.8
12.2
2.8
9.5
4.1
7.0
4.3
7.3
5.7
5.5
8.3
1.2
4.0
2.1
6.2
4.3
(1.0)
4.2
4.3
6.9
5.5
3.9
9.1
3.0
5.8
3.6
7.8
8.9
5.3
6.7
(6)
4.6
9.4
11.6
8.6
6.2
2.0
4.8
11.1
4.9
7.4
5.6
5.8
7.7
3.9
6.5
2.5
4.3
2.9
3.5
4.8
0.4
3.7
5.1
7.8
2.9
1.4
1.9
0.9
2.9
0.0
3.7
10.1
3.3
7.8
DPT/HB(1)-Campak
2010
(7)
3.4
5.9
6.0
4.3
5.8
4.1
5.0
4.9
1.8
3.5
4.2
2.4
1.8
1.9
2.5
1.8
1.8
3.8
0.7
4.3
1.9
2.0
2.4
6.3
4.8
6.5
3.3
18.0
12.9
6.4
7.9
4.4
0.5
2.6
9.5
5.6
3.2
6.1
6.2
4.4
4.4
3.9
7.9
7.2
4.7
5.1
6.8
6.3
2.9
5.8
5.3
-0.8
3.5
3.3
4.6
9.1
7.4
4.5
2.6
2.1
2.1
5.4
5.6
3.9
7.7
2.6
(8)
DPT/HB(1)Campak
0.7
10.8
DPT/HB(1) DPT/HB(3)
Tahun
(9)
2011 DPT/HB(1) DPT/HB(3)
9.2
2.2
4.8
4.9
4.1
6.6
6.9
5.1
7.8
1.3
3.1
4.3
2.6
0.6
1.3
2.3
2.6
4.8
5.4
1.0
3.2
1.4
2.2
4.2
3.6
3.7
6.1
3.1
12.0
11.2
6.4
7.2
2.3
-0.9
DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2012
6
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 4.25
(10)
7.8
6.7
4.1
5.1
5.2
3.5
6.0
4.2
4.9
7.0
7.7
6.7
7.3
1.7
3.2
5.6
2.6
1.4
1.7
2.4
7.1
6.9
5.9
1.5
1.5
2.5
0.0
3.9
7.7
5.1
5.0
2012
3.6
7.6
10.6
DPT/HB(1)Campak
(11)
2.1
11.1
11.1
4.0
7.2
3.0
2.7
3.6
1.9
5.1
2.6
3.4
5.5
3.3
4.0
5.9
0.6
2.9
3.5
0.3
2.0
0.2
1.5
1.0
2.7
5.8
0.0
2.9
2.1
0.4
3.4
5.0
3.1
5.3
DPT/HB(1) DPT/HB(3)
399
Papua Barat
Papua
32
33
Update sampai dengan 16 Maret 2013
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Maluku
Maluku Utara
Sulawesi Barat
29
30
Gorontalo
28
31
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat
20
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
19
27
Nusa Tenggara Barat
26
Bali
17
18
Sulawesi Tengah
Banten
16
25
Jawa Timur
15
Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
14
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
13
24
Jawa Barat
12
23
DKI Jakarta
11
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
10
Kalimantan Selatan
Kepulauan Bangka Belitung
9
21
Lampung
8
22
Sumatera Selatan
Jambi
5
Bengkulu
Riau
4
6
Sumatera Barat
3
7
Aceh
Sumatera Utara
1
(2)
(1)
2
Provinsi
No
Lampiran 4.26
5,136,041
54,349
21,942
27,609
42,207
30,857
24,487
62,363
180,414
63,498
44,913
92,530
85,647
49,231
99,674
133,133
112,295
74,404
239,027
636,456
59,176
618,598
933,856
189,828
50,931
30,649
176,364
40,808
177,433
74,687
150,110
117,429
331,834
109,302
(3)
Jumlah Ibu Hamil
2,213,198
3,598
4,526
14,544
19,390
15,737
15,454
22,201
101,820
24,584
37,273
14,555
32,479
35,440
18,522
15,860
109,846
2,108
118,316
14,124
2,524
174,703
794,347
44,714
20,087
7,304
64,995
28,709
161,056
57,036
30,733
34,995
131,034
40,584
(4)
Jumlah
TT1
43.09
6.62
20.63
52.68
45.94
51.00
63.11
35.60
56.44
38.72
82.99
15.73
37.92
71.99
18.58
11.91
97.82
2.83
49.50
2.22
4.27
28.24
85.06
23.56
39.44
23.83
36.85
70.35
90.77
76.37
20.47
29.80
39.49
37.13
(5)
%
2,074,929
2,803
3,644
12,907
17,124
13,393
13,171
19,366
92,137
21,999
36,429
13,457
30,631
32,444
18,199
14,875
105,931
1,723
110,239
19,091
3,036
185,007
728,634
40,658
18,342
7,019
62,905
26,999
154,275
53,047
30,707
33,753
112,027
38,957
(6)
Jumlah
TT2
40.40
5.16
16.61
46.75
40.57
43.40
53.79
31.05
51.07
34.65
81.11
14.54
35.76
65.90
18.26
11.17
94.33
2.32
46.12
3.00
5.13
29.91
78.02
21.42
36.01
22.90
35.67
66.16
86.95
71.03
20.46
28.74
33.76
35.64
(7)
%
574,981
870
2,744
3,054
2,543
1,691
1,898
7,642
15,394
6,478
2,506
7,406
6,006
2,275
6,504
7,775
0
3,743
39,721
24,310
10,096
107,428
123,297
25,551
6,391
7,160
28,541
999
0
9,918
27,266
16,405
50,372
18,997
(8)
Jumlah
TT3
11.20
1.60
12.51
11.06
6.03
5.48
7.75
12.25
8.53
10.20
5.58
8.00
7.01
4.62
6.53
5.84
0.00
5.03
16.62
3.82
17.06
17.37
13.20
13.46
12.55
23.36
16.18
2.45
0.00
13.28
18.16
13.97
15.18
17.38
(9)
%
506,065
482
1,693
2,004
1,549
640
1,037
5,684
11,493
5,123
1,294
6,372
3,576
947
4,763
5,279
0
21,548
27,244
43,403
9,650
99,550
80,233
38,533
4,163
5,105
27,673
246
0
6,891
25,292
13,632
38,538
12,428
(10)
Jumlah
Ibu Hamil Diimunisasi TT4
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
9.85
0.89
7.72
7.26
3.67
2.07
4.23
9.11
6.37
8.07
2.88
6.89
4.18
1.92
4.78
3.97
0.00
28.96
11.40
6.82
16.31
16.09
8.59
20.30
8.17
16.66
15.69
0.60
0.00
9.23
16.85
11.61
11.61
11.37
(11)
%
500,417
534
1,691
1,963
1,235
711
795
5,267
16,549
4,721
1,018
5,707
2,585
655
4,558
5,126
0
47,402
23,665
59,643
7,457
80,984
72,982
41,591
3,927
3,966
23,096
298
0
4,613
21,554
10,463
31,613
14,048
(12)
Jumlah
TT5
9.74
0.98
7.71
7.11
2.93
2.30
3.25
8.45
9.17
7.43
2.27
6.17
3.02
1.33
4.57
3.85
0.00
63.71
9.90
9.37
12.60
13.09
7.82
21.91
7.71
12.94
13.10
0.73
0.00
6.18
14.36
8.91
9.53
12.85
(13)
%
3,656,393
4,689
9,772
19,928
22,451
16,435
16,901
37,959
135,573
38,321
41,247
32,942
42,798
36,321
34,024
33,055
105,931
74,416
200,869
146,447
30,239
472,969
1,005,146
146,333
32,823
23,250
142,215
28,543
154,275
74,469
104,819
74,253
232,550
84,430
(14)
Jumlah
%
71.19
8.63
44.54
72.18
53.19
53.26
69.02
60.87
75.15
60.35
91.84
35.60
49.97
73.78
34.14
24.83
94.33
100.02
84.04
23.01
51.10
76.46
107.63
77.09
64.45
75.86
80.64
69.94
86.95
99.71
69.83
63.23
70.08
77.24
(15)
TT2+
400
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
16
17
18
19
20
21
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013 Update sampai dengan 16 Maret 2013
Indonesia
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
24
Kalimantan Timur
Jawa Timur
15
23
DI Yogyakarta
14
Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
13
22
Jawa Barat
8
DKI Jakarta
Bengkulu
Lampung
7
12
Sumatera Selatan
6
11
Jambi
5
Kepulauan Riau
Riau
4
Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera Barat
3
9
Sumatera Utara
10
Aceh
2
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 4.27
106,526
26,341
11,678
28,523
22,211
30,096
24,758
61,384
179,871
71,129
43,723
89,551
83,492
44,679
126,454
154,998
108,493
69,995
218,344
639,166
49,634
568,963
899,267
158,529
37,883
29,562
171,126
42,633
187,044
76,146
146,380
116,762
332,138
4,957,479
(3)
Kelas 1 Campak 106,526
26,341
11,678
28,523
22,211
30,096
24,758
61,384
179,871
71,129
43,723
89,551
84,659
52,679
126,454
154,998
108,493
69,995
218,344
639,166
50,121
604,021
850,456
158,820
37,883
29,562
170,117
42,633
187,044
76,146
146,380
116,517
332,138
4,699,971
22,922
8,335
26,523
13,076
30,288
24,302
55,488
175,742
69,381
42,988
81,981
80,498
56,238
116,132
134,390
103,438
69,755
220,949
630,568
50,954
576,328
801,844
147,625
36,977
26,196
167,147
41,264
172,603
75,094
140,827
114,639
287,848
97,632
(5)
Kelas 2
Sasaran
4,952,417
(4)
Kelas 1 DT
4,703,129
22,299
7,110
25,812
12,908
31,266
24,143
53,729
177,552
68,035
44,311
86,645
79,953
55,533
111,401
134,390
104,409
72,152
224,357
658,312
50,773
574,316
793,819
142,450
34,148
26,622
164,713
39,995
172,440
74,391
137,037
114,702
282,898
100,509
(6)
Kelas 3
9,561,105
45,221
15,445
52,335
25,984
61,554
48,445
109,217
353,294
137,416
87,298
168,626
160,451
111,771
227,533
273,154
207,847
141,907
445,306
1,288,880
101,727
1,193,289
1,701,497
290,075
71,125
52,818
331,860
81,259
345,043
149,485
277,864
229,341
575,897
198,141
(7)
Kelas 2+3
4,551,877
11,585
8,654
26,812
18,849
27,991
22,198
55,267
153,747
66,410
40,099
81,348
80,008
41,602
117,798
90,032
100,838
69,300
215,440
623,859
48,103
562,774
827,098
146,950
35,863
26,583
166,621
40,711
176,423
73,604
138,802
106,892
255,478
94,138
(8)
Jumlah (9)
%
91.8
44.0
74.1
94.0
84.9
93.0
89.7
90.0
85.5
93.4
91.7
90.8
95.8
93.1
93.2
58.1
92.9
99.0
98.7
97.6
96.9
98.9
92.0
92.7
94.7
89.9
97.4
95.5
94.3
96.7
94.8
91.5
76.9
88.4
Campak (Kelas 1)
4,545,682
21,605
9,633
26,766
20,871
27,855
20,386
56,021
166,159
66,425
39,538
78,795
80,876
52,422
93,822
90,139
100,812
69,318
205,588
624,043
48,917
597,964
766,672
147,351
36,604
19,568
167,566
39,844
168,072
74,038
137,322
109,677
285,729
95,284
(10)
Jumlah (11)
%
DT (Kelas 1)
CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
91.7
82.0
82.5
93.8
94.0
92.6
82.3
91.3
92.4
93.4
90.4
88.0
95.5
99.5
74.2
58.2
92.9
99.0
94.2
97.6
98.6
99.0
90.1
92.8
96.6
66.2
97.9
93.5
89.9
97.2
93.8
94.1
86.0
89.4
4,412,458
20,116
5,906
25,158
11,858
27,634
19,949
51,109
165,945
66,001
39,283
72,818
76,197
52,788
100,910
79,101
94,355
69,368
183,873
614,622
49,953
605,903
775,115
136,555
35,118
18,072
164,524
38,390
153,947
72,818
132,074
107,399
257,428
88,173
(12)
93.0
89.2
97.0
93.8
93.7
89.4
90.3
93.9
87.8
70.9
94.9
90.7
91.2
82.1
92.1
94.4
95.1
91.4
88.8
94.7
93.9
86.9
58.9
91.2
99.4
83.2
97.5
98.0
105.1
96.7
92.5
95.0
69.0
98.4
(13)
%
Td (Kelas 2) Jumlah
4,454,595
19,215
5,714
23,956
12,064
28,591
20,058
49,167
163,274
65,028
40,268
72,592
76,197
49,220
98,354
79,101
95,310
71,602
212,448
640,610
49,869
605,903
780,724
140,775
32,828
16,142
161,596
37,118
154,083
72,748
129,349
107,081
253,113
90,499
(14)
60.6
98.1
92.8
89.4
97.8
94.4
93.4
89.5
90.0
94.7
86.2
80.4
92.8
93.5
91.4
83.1
91.5
92.0
95.6
90.9
83.8
95.3
88.6
88.3
58.9
91.3
99.2
94.7
97.3
98.2
105.5
98.4
98.8
96.1
(15)
%
Td (Kelas 3) Jumlah
8,929,760
39,331
11,619
49,114
23,922
56,225
40,007
100,276
329,219
131,029
79,551
145,410
152,393
102,008
199,264
158,201
189,665
140,970
396,321
1,255,232
99,822
1,211,805
1,564,000
277,330
67,946
34,214
326,120
75,508
308,030
145,566
261,423
214,480
565,087
178,672
(16)
91.9
96
95.5
64.8
98.3
92.9
89.3
97.4
94.1
93.5
98.1
90.2
93.4
87.0
75.2
93.8
92.1
91.3
82.6
91.8
93.2
95.4
91.1
86.2
95.0
91.3
87.6
57.9
91.3
99.3
89.0
97.4
98.1
101.6
(17)
%
Td (Kelas 2+3) Jumlah
401
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
8
9
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
20
21
22
23
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
29
30
31
32
33
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013 Update sampai dengan 16 Maret 2013
Indonesia
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
27
28
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
19
26
Nusa Tenggara Barat
18
Sulawesi Utara
Bali
17
Sulawesi Tengah
Banten
16
24
Jawa Timur
15
25
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
13
14
Jawa Barat
Sumatera Selatan
6
7
12
Jambi
5
Kepulauan Riau
Riau
4
DKI Jakarta
Sumatera Barat
3
10
Sumatera Utara
11
Aceh
2
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 4.28
4,496 2,634,773
51,472,069
5,166
16,836
31,004
15,894
17,739
22,201
112,557
25,224
39,671
22,710
47,477
42,004
25,460
18,027
109,846
2,123
135,018
32,622
6,013
359,121
794,347
37,959
26,689
8,175
78,194
30,807
161,056
66,877
37,269
44,455
175,536
82,200
(4)
Jumlah
722,055
177,480
229,825
324,438
251,153
229,151
494,599
1,731,936
565,677
451,712
837,510
834,350
507,237
949,829
930,550
1,040,152
825,027
2,595,078
7,632,356
698,647
6,371,904
9,421,228
2,436,343
477,051
278,652
1,624,163
386,017
1,667,143
715,455
1,319,624
979,910
2,739,945
1,025,872
(3)
Jumlah WUS TT1
5.12
0.62
2.91
7.33
9.56
6.33
7.74
4.49
6.50
4.46
8.78
2.71
5.69
8.28
2.68
1.94
10.56
0.26
5.20
0.43
0.86
5.64
8.43
1.56
5.59
2.93
4.81
7.98
9.66
9.35
2.82
4.54
6.41
8.01
(5)
%
2,421,073
3,379
4,548
15,063
27,600
13,432
14,186
19,366
94,704
22,165
37,115
19,861
38,927
35,464
24,444
16,659
105,931
1,741
129,770
52,711
4,954
332,124
728,634
34,513
21,911
7,882
73,310
28,138
154,275
58,584
35,693
38,374
152,619
72,996
(6)
Jumlah
TT2
4.70
0.47
2.56
6.55
8.51
5.35
6.19
3.92
5.47
3.92
8.22
2.37
4.67
6.99
2.57
1.79
10.18
0.21
5.00
0.69
0.71
5.21
7.73
1.42
4.59
2.83
4.51
7.29
9.25
8.19
2.70
3.92
5.57
7.12
(7)
%
991,634
1,277
3,842
5,521
9,428
1,720
2,577
7,642
17,567
6,537
2,839
13,581
8,240
2,587
13,950
9,358
0
5,074
64,216
91,589
21,500
315,273
123,297
21,130
8,093
8,432
37,214
1,493
0
11,267
33,471
21,702
77,221
43,996
(8)
1.93
0.18
2.16
2.40
2.91
0.68
1.12
1.55
1.01
1.16
0.63
1.62
0.99
0.51
1.47
1.01
0
0.62
2.47
1.20
3.08
4.95
1.31
0.87
1.70
3.03
2.29
0.39
0
1.57
2.54
2.21
2.82
4.29
(9)
1,017,903
680
2,521
3,521
6,542
663
1,234
5,684
12,921
5,148
1,488
12,317
4,471
1,175
11,646
6,582
0
22,770
50,825
175,966
11,985
369,189
80,233
32,308
5,411
6,312
36,494
1,148
0
7,734
28,913
18,504
60,588
32,930
(10)
Wanita Usia Subur Diimunisasi TT3 Jumlah % Jumlah
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
TT4
1.98
0.09
1.42
1.53
2.02
0.26
0.54
1.15
0.75
0.91
0.33
1.47
0.54
0.23
1.23
0.71
0
2.76
1.96
2.31
1.72
5.79
0.85
1.33
1.13
2.27
2.25
0.30
0
1.08
2.19
1.89
2.21
3.21
(11)
%
1,211,615
1,188
2,339
3,130
5,049
744
923
5,267
21,800
4,744
1,159
11,297
3,214
853
9,943
5,966
0
50,166
47,922
254,390
8,647
492,033
72,982
35,451
5,225
4,676
30,413
724
0
5,262
24,460
17,949
51,355
32,344
(12)
Jumlah
TT5 %
2.35
0.16
1.32
1.36
1.56
0.30
0.40
1.06
1.26
0.84
0.26
1.35
0.39
0.17
1.05
0.64
0
6.08
1.85
3.33
1.24
7.72
0.77
1.46
1.10
1.68
1.87
0.19
0
0.74
1.85
1.83
1.87
3.15
(13)
402
(2)
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 4.29
503
(3)
Jumlah Layanan 7 38 2 11 4 17 2 7 4 9 48 72 22 12 34 17 29 6 14 12 5 7 16 5 4 18 3 1 2 7 3 13 52
1,985 23,032 1,895 11,696 3,029 9,984 1,137 7,326 2,917 18,643 44,379 17,705 9,844 3,243 34,908 4,152 14,182 4,421 3,309 8,988 887 1,862 12,846 4,132 1,798 12,032 2,763 249 487 6,505 1,191 8,469 40,637 320,633
(4)
Jumlah Klien Berkunjung
279,389
(5)
1,616 22,931 1,619 11,690 3,029 9,982 1,153 7,380 2,674 11,147 23,248 17,586 9,839 4,215 34,861 4,088 12,602 4,419 2,741 8,958 885 1,419 12,316 3,864 1,837 11,971 2,760 262 472 6,337 1,160 6,456 33,872
Jumlah Klien Mengikuti Konseling Sebelum Tes HIV
279,812
(6)
1,609 22,893 506 11,693 1,377 9,962 1,154 7,369 2,674 10,561 22,900 18,439 9,861 4,178 35,062 4,010 12,959 4,357 2,815 8,974 883 1,794 12,723 3,787 1,829 10,424 2,760 260 469 6,334 1,159 4,984 39,053
Jumlah Klien Menjalani Tes HIV
JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
274,521
(7)
1,511 22,886 1,806 11,041 3,012 9,922 1,123 7,367 2,662 10,323 22,565 18,324 10,844 3,798 33,485 3,927 10,197 4,344 2,667 8,951 619 1,779 12,722 3,861 1,770 10,655 2,760 204 424 6,494 1,178 6,315 34,985
Jumlah Klien Mengikuti Konseling Setelah Tes HIV
21,511
(8)
26 1,337 133 314 203 230 40 335 132 792 3,926 1,416 1,110 272 2,912 395 1,737 110 242 465 46 88 392 212 86 524 71 8 7 295 92 535 3,028
Jumlah Klien Positif HIV
403
(2)
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No (3)
Layanan PDP 8 18 2 11 4 8 2 3 4 6 32 33 23 5 30 10 12 4 9 9 4 3 7 5 2 14 1 1 1 2 3 13 49 338
(4)
Layanan PPIA 1 2 1 1 1 2 1 2 3 3 7 6 5 1 13 3 6 2 3 2 0 1 3 3 1 3 1 0 1 3 3 3 18 105
(5)
Layanan IMS 3 17 2 6 3 6 4 8 4 5 15 46 11 6 11 10 14 3 4 9 5 5 12 3 3 8 3 1 1 5 2 7 15 257
(6)
Layanan PTRM 4 1 1 1 2 1 1 18 12 6 5 9 7 6 3 1 5 83
(7)
Layanan TB-HIV
JUMLAH LAYANAN PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN (PDP), PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS), PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM), DAN TB-HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Lampiran 4.30
3 14 2 5 2 5 2 5 4 7 19 20 16 8 20 5 6 6 2 6 3 4 5 5 2 10 3 2 2 3 2 7 18 223
404
(2)
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 4.31
4,377 21,060 6,713 4,787 3,425 8,117 1,770 7,727 1,405 1,907 25,937 63,053 39,704 2,419 41,571 14,898 3,179 5,556 5,863 5,681 2,476 4,905 4,206 5,854 3,215 11,052 3,975 1,826 1,545 3,679 1,204 1,723 6,499 321,308
(3)
Semua Kasus 3,611 16,969 4,586 3,153 3,156 5,467 1,565 5,994 1,028 1,065 8,635 34,658 20,570 1,126 26,044 8,461 1,583 3,665 4,173 4,748 1,487 3,328 2,447 5,292 2,796 8,935 3,729 1,674 1,353 2,438 826 634 2,601 197,797
(4)
BTA Pos
Cakupan TB
3,222 15,440 3,786 2,199 2,783 4,675 1,327 5,243 885 709 5,973 29,679 16,804 906 22,282 7,801 1,182 2,812 3,049 4,402 939 2,921 1,852 4,830 2,442 7,818 3,215 1,382 1,121 1,652 466 196 1,533 165,526
(5)
Jumlah
Sembuh
89.2 91.0 82.6 69.7 88.2 85.5 84.8 87.5 86.1 66.6 69.2 85.6 81.7 80.5 85.6 92.2 74.7 76.7 73.1 92.7 63.1 87.8 75.7 91.3 87.3 87.5 86.2 82.6 82.9 67.8 56.4 30.9 58.9 83.7
(6)
% 181 653 206 378 135 514 149 358 18 120 1,075 2,216 1,107 71 1,341 520 181 497 224 108 269 146 217 217 127 136 274 235 96 302 200 81 444 12,796
(7)
Jumlah 0.1 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1 0.1 0.1 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.0 0.2 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1
(8)
%
Pengobatan Lengkap
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP, DAN SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
3,403 16,093 3,992 2,577 2,918 5,189 1,476 5,601 903 829 7,048 31,895 17,911 977 23,623 8,321 1,363 3,309 3,273 4,510 1,208 3,067 2,069 5,047 2,569 7,954 3,489 1,617 1,217 1,954 666 277 1,977 178,322
(9)
Sembuh & Pengobatan Lengkap
94.2 94.8 87.0 81.7 92.5 94.9 94.3 93.4 87.8 77.8 81.6 92.0 87.1 86.8 90.7 98.3 86.1 90.3 78.4 95.0 81.2 92.2 84.6 95.4 91.9 89.0 93.6 96.6 89.9 80.1 80.6 43.7 76.0 90.2
(10)
(%)
Success Rate
405
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(3)
447,429 1,310,360 483,236 550,836 306,998 743,521 178,475 758,230 126,538 186,413 960,433 4,384,404 3,229,781 345,316 3,720,974 1,058,464 388,524 451,949 447,429 407,693 222,693 366,447 353,757 226,398 269,415 832,896 233,198 105,635 113,550 152,691 103,546 23,469,749
Jumlah Penduduk Usia Balita Wil. PKM Program
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
Provinsi
No
Lampiran 4.32
(4)
44,743 131,036 48,324 55,084 30,700 74,352 17,848 75,823 12,654 18,641 96,043 438,440 322,978 34,532 372,097 105,846 38,852 45,195 44,743 40,769 22,269 36,645 35,376 22,640 26,942 83,290 23,320 10,564 11,355 15,269 10,355 2,346,975
Target Penemuan Pneumonia Balita (10%) 1,316 10,202 6,621 6,998 4,315 13,540 954 3,997 3,685 1,397 17,032 116,585 51,224 119 39,859 14,889 2,973 15,383 2,926 2,183 220 9,263 4,455 475 5,288 4,575 2,629 1,265 965 603 717 0 0 346,653
178,330
(6)
1-4 Tahun
354 6,820 2,268 2,854 1,474 7,138 389 2,198 1,287 529 8,828 64,512 21,118 2,473 18,815 8,085 1,570 10,050 1,475 1,148 137 4,104 2,220 284 2,741 2,032 1,089 1,031 488 396 423 0 0
(5)
< 1 Tahun
Pneumonia (7)
11,545
25 58 113 173 89 800 20 101 49 9 483 4,180 1,365 81 1,319 408 228 722 295 22 11 169 65 77 165 248 41 135 45 41 8 0 0
< 1 Tahun (8)
13,180
23 206 124 74 94 482 20 202 83 31 468 3,956 2,203 1,020 1,456 512 166 620 38 36 22 359 103 113 124 375 29 122 46 56 17 0 0
1-4 Tahun 379 6,878 2,381 3,027 1,563 7,938 409 2,299 1,336 538 9,311 68,692 22,483 2,554 20,134 8,493 1,798 10,772 1,770 1,170 148 4,273 2,285 361 2,906 2,280 1,130 1,166 533 437 431 0 0 189,875
(9)
< 1 Tahun
359,833
1,339 10,408 6,745 7,072 4,409 14,022 974 4,199 3,768 1,428 17,500 120,541 53,427 1,139 41,315 15,401 3,139 16,003 2,964 2,219 242 9,622 4,558 588 5,412 4,950 2,658 1,387 1,011 659 734 0 0
(10)
1-4 Tahun
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita Pneumonia Berat Jumlah
PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
549,708
1,718 17,286 9,126 10,099 5,972 21,960 1,383 6,498 5,104 1,966 26,811 189,233 75,910 3,693 61,449 23,894 4,937 26,775 4,734 3,389 390 13,895 6,843 949 8,318 7,230 3,788 2,553 1,544 1,096 1,165 0 0
(11)
Jumlah
(12)
%
23.42
3.84 13.19 18.89 18.33 19.45 29.49 7.75 8.57 40.34 10.55 27.92 43.16 23.50 10.69 16.51 22.58 12.65 59.24 10.58 8.31 1.75 37.92 19.34 4.19 30.87 8.68 16.24 24.17 13.60 7.18 11.25 0.00 0.00
Lampiran 4.33
TOTAL AFP RATE, NON POLIO AFP RATE, SPESIMEN ADEKUAT, DAN KUNJUNGAN ULANG 60 HARI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Total AFP Rate
(2)
(3)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Non Polio AFP Rate (4)
4.33 2.30 3.25 2.15 3.70 3.83 3.60 2.96 4.00 2.20 2.71 2.59 2.30 5.00 2.58 2.44 2.60 3.43 5.33 2.64 2.00 2.09 2.17 4.50 4.11 2.12 2.75 7.33 2.00 2.17 1.50 2.67 2.09 2.77
4.33 2.30 3.25 2.15 3.70 3.83 3.60 2.96 4.00 2.20 2.71 2.59 2.30 5.00 2.58 2.44 2.60 3.43 5.33 2.64 2.00 2.09 2.17 4.50 4.11 2.12 2.75 7.33 2.00 2.17 1.50 2.67 2.09 2.77
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013
406
Spesimen Adekuat
Kunjungan Ulang 60 Hari
(5)
(6)
80.00 100.00 94.20 83.70 83.70 93.10 100.00 82.30 62.50 72.70 84.60 90.80 98.90 97.50 86.20 98.70 88.40 87.50 89.50 89.10 92.80 86.90 88.40 85.10 91.80 94.30 90.90 95.40 50.00 100.00 16.60 37.50 56.50 89.60
100 100 14.2 57.1 28.5 91.6 100 66.6 50 87.8 100 100 76.4 100 66.6 100 100 50 100 66.6 66.6 100 66.6 75 60 100 75 40 100 30 76.0
Lampiran 4.34
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Provinsi
(1)
(2)
Sasaran (Kuota) Masyarakat Miskin (3)
RJTP (Kunjungan) (4)
RITP (Orang) (5)
1
Aceh
2,682,285
3,595,623
197,173
2
Sumatera Utara
4,124,247
3,268,299
71,122
3
Sumatera Barat
1,361,281
1,249,388
89,224
4
Riau
1,230,911
1,162,244
104,424
5
Jambi
15,146
6
Sumatera Selatan
7
784,842
170,704
2,793,317
626,556
57,255
Bengkulu
632,098
1,829,466
111,164
8
Lampung
3,146,184
78,227
1,256
9
Kepulauan Bangka Belitung
116,726
383,534
14,058
10
Kepulauan Riau
277,589
3,114,784
97,130
675,718
2,438
11
DKI Jakarta
-
12
Jawa Barat
10,700,175
13,199,844
13
Jawa Tengah
11,715,881
3,284,567
44,025 682,694
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
675,133
942,129
9,891,375
10,710,051
1,381,332
9,262
2,910,506
8,969,601
202,586
548,617
525,351
3,337
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
2,028,491
1,637,910
91,420
19
Nusa Tenggara Timur
2,798,871
2,709,534
55,731
20
Kalimantan Barat
1,584,451
1,345,766
15,139
21
Kalimantan Tengah
763,556
524,503
33,315
22
Kalimantan Selatan
843,837
700,579
22,198
23
Kalimantan Timur
910,925
771,221
44,528
24
Sulawesi Utara
485,084
406,718
35,463
25
Sulawesi Tengah
851,027
328,070
12,157
26
Sulawesi Selatan
2,449,737
754,529
69,638
27
Sulawesi Tenggara
1,144,447
2,426,776
89,837
28
Gorontalo
431,299
583,185
5,176
29
Sulawesi Barat
473,817
1,275,438
63,993
30
Maluku
840,680
669,905
64,129
31
Maluku Utara
302,436
229,749
21,638
32
Papua Barat
33
Papua
521,558
1,022,138
52,022
1,943,517
209,718
96,822
Indonesia
73,726,290
68,329,072
3,148,195
Anak terlantar, panti jompo, masyarakat yang belum memiliki KTP
2,673,710
Jumlah
76,400,000
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013 Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama, RITP = Rawat Inap Tingkat Pertama
407
408
3,150,156
2,535,065
Indonesia
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013
(4)
247,455 166,531 19,483 12,734 25,537 96,172 6,060 17,340 53,730 75,424 77,451 46,588 49,376 479,575 103,502 684,715 423,539 23,858 11,156 31,344 8,291 127,366 29,268 7,417 13,840 3,399 17,319 22,592 55,759 56,986 55,243 49,956 51,150
(3)
Perempuan
177,967 148,094 17,930 11,154 18,767 78,179 4,099 16,574 46,492 59,928 68,244 39,125 46,647 373,949 74,132 517,200 320,544 22,168 10,486 41,424 6,520 110,712 22,224 7,421 8,698 3,359 14,447 18,022 68,237 54,378 47,885 38,669 41,390
(2)
Laki-laki
5,685,221
425,422 314,625 37,413 23,888 44,304 174,351 10,159 33,914 100,222 135,352 145,695 85,713 96,023 853,524 177,634 1,201,915 744,083 46,026 21,642 72,768 14,811 238,078 51,492 14,838 22,538 6,758 31,766 40,614 123,996 111,364 103,128 88,625 92,540
(5)
Laki-laki + Perempuan
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I.Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat NusaTenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.35
409 536,372
Indonesia
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013
40,322 33,739 5,849 1,607 4,618 12,578 753 6,186 15,521 7,921 12,132 2,780 12,780 58,121 12,217 117,195 57,007 4,527 3,547 8,801 2,104 24,281 6,682 2,172 4,359 1,273 6,751 4,969 12,813 15,648 23,360 6,787 6,972
(3)
Laki-laki
694,005
57,720 35,646 6,510 2,174 6,136 16,870 867 5,473 17,162 10,741 14,709 3,248 14,127 74,734 17,691 154,885 76,843 5,453 3,675 7,181 2,824 30,628 10,551 3,278 7,342 1,605 8,393 6,289 11,835 19,699 36,250 11,257 12,209
(4)
Perempuan
Jumlah Rawat Inap Tingkat Lanjut
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL) PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I.Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat NusaTenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
(2)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 4.36
1,230,377
98,042 69,385 12,359 3,781 10,754 29,448 1,620 11,659 32,683 18,662 26,841 6,028 26,907 132,855 29,908 272,080 133,850 9,980 7,222 15,982 4,928 54,909 17,233 5,450 11,701 2,878 15,144 11,258 24,648 35,347 59,610 18,044 19,181
(5)
Laki-laki + Perempuan
Lampiran 4.37
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 Pelayanan KB
Jampersal No
Provinsi
(1)
(2)
Ante Natal Care (ANC)
Post Natal Care (PNC)
Persalinan Normal
Pra-Rujukan
IUD+Implant
Suntik
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Aceh
160,733
184,436
66,845
3,865
2,578
38,999
2
Sumatera Utara
387,045
412,179
112,121
3,288
1,950
16,210
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
82,652
72,020
27,934
2,175
560
5,172
115,721
103,003
56,114
1,971
796
6,121 5,759
74,645
74,219
19,830
1,328
890
155,687
156,080
57,682
1,374
1,236
3,928
Bengkulu
39,903
32,233
16,166
1,541
2,280
7,922
8
Lampung
274,598
268,561
85,545
4,636
2,541
42,525
9
Kepulauan Bangka Belitung
22,303
21,575
7,344
1,416
28
1,246
10
Kepulauan Riau
11,560
9,642
5,251
197
281
608
11
DKI Jakarta
33,285
27,171
9,207
1,622
44
496
12
Jawa Barat
561,188
1,015,430
303,572
33,012
9,755
68,684
13
Jawa Tengah
755,136
1,058,528
292,306
34,468
33,159
214,181
14
DI Yogyakarta
39,740
34,012
13,863
806
2,754
2,014
15
Jawa Timur
803,570
866,459
247,194
29,866
8,097
50,265
16
Banten
176,491
178,401
47,731
3,667
1,184
20,563
17
Bali
48,203
41,000
20,722
1,927
3,905
5,960
18
Nusa Tenggara Barat
167,580
118,952
62,926
11,301
6,757
18,910
19
Nusa Tenggara Timur
91,873
128,737
39,872
1,888
1,530
4,192
20
Kalimantan Barat
127,688
111,816
34,520
1,790
1,211
17,166
21
Kalimantan Tengah
34,054
26,651
10,109
877
74
1,531
22
Kalimantan Selatan
51,685
51,719
16,530
1,356
564
7,869
23
Kalimantan Timur
24,194
21,872
7,481
419
237
2,870
24
Sulawesi Utara
40,921
35,234
9,827
393
2,167
5,159
25
Sulawesi Tengah
54,661
47,056
17,904
1,749
1,025
12,377
26
Sulawesi Selatan
169,301
172,706
58,963
6,262
771
13,768
27
Sulawesi Tenggara
65,029
63,343
14,099
1,254
188
5,822
28
Gorontalo
22,014
20,996
5,074
1,201
770
1,837
29
Sulawesi Barat
23,518
26,661
18,990
450
879
8,241
30
Maluku
12,743
16,507
10,622
247
539
3,981 1,816
31
Maluku Utara
41,723
41,347
10,971
454
470
32
Papua Barat
1,847
3,242
2,002
0
1
209
33
Papua
23,528
16,284
8,684
415
375
6,527
4,694,819
5,458,072
1,718,001
157,215
89,596
602,928
Indonesia
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013
410
411
(2)
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2012
(3)
23 33 19 12 11 15 10 14 7 7 6 26 35 5 38 8 9 10 21 14 14 13 14 15 11 24 12 6 5 11 9 11 29 497
Jumlah Kabupaten/Kota (4)
2 2 4 4 3 3 2 3 4 3 5 6 8 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 103
Jumlah Kabupaten/Kota Melaksanakan Pelayanan (5)
8.7 6.1 21.1 33.3 27.3 20.0 20.0 21.4 57.1 42.9 83.3 23.1 22.9 60.0 10.5 50.0 44.4 30.0 9.5 14.3 14.3 15.4 14.3 13.3 18.2 16.7 25.0 50.0 60.0 27.3 22.2 18.2 6.9 20.7
Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pelayanan
JUMLAH KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 4.38
(6)
4 5 8 8 6 6 6 6 7 7 14 12 18 7 9 11 7 8 4 4 4 4 4 7 4 8 6 4 7 5 2 2 4 218
Jumlah Puskesmas Melaksanakan Pelayanan
412
Botol 60 ml 1000 tablet / botol 30 ampul / kotak
Amoksisilin kaplet 500 mg
Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg
Metampiron tablet 500 mg
Metampiron injeksi 250 mg
Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g 25 tube @ 5 g / kotak + polimiksin 10.000 IU/g
Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + Heksaklorofen 250 mg
Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3%
Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg
Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg ktk 10 x 10 tablet + Levodopa 250 mg
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
24 btl @ 5 ml / kotak
25 tube @ 5 g / kotak 100 ampul /kotak
Botol 60 ml 1000 tablet / botol
1000 tablet / botol 250 tablet / botol
1000 tablet / botol 1000 tablet / botol
Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal)
Atropin sulfat tablet 0,5 mg
Atropin tetes mata 0,5%
Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat)
Betametason krim 0,1 %
Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml
Deksametason tablet 0,5 mg
Dekstran 70-larutan infus 6% steril
Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr)
Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr)
Diazepam Injeksi 5mg/ml
Diazepam tablet 2 mg
Diazepam tablet 5 mg
Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL)
Diagoksin tablet 0,25 mg
Efedrin tablet 25 mg (HCL)
Ekstrks belladona tablet 10 mg
Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL)
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013
500 tablet / botol
Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal)
17
30 ampul /kotak
100 tablet / kotak
30 ampul / kotak
30 ampul / kotak
Botol 500 ml
1000 tablet / botol
30 ampul / kotak
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
10 vial @20 ml / kotak 1000 tablet / botol
Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen
Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg
16
100 tablet / botol
24 pot @ 30 g / kotak
10 supp / kotak
btl 1000 tablet
100 kaplet/strip, kotak
100 tablet/strip/blister , kotak 120 kapsul/strip/blister, kotak
Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL)
Amoksisilin kapsul 250 mg
30 ampul / kotak
4
Aminofilin injeksi 24 mg/ml
3
100 tablet / botol
100 tablet/strip/blister , kotak
(3)
Kemasan
5
Aminofilin tablet 200 mg
2
(2)
Alopurinol tablet 100 mg
(1)
1
Nama Obat
No
Lampiran 4.39
27,189
1,016,544
1,227,122
180,450
129,139
25,200
853,210
12,025
1,985,411
848,459
3,620
9,250,534
97,879
260,940
6,680
3,529
13,965
293,281
15,962
6,832,249
69,466
1,770
154,873
30,650
83,071
65,777
6,689,646
241,070
5,014,326
5,808,126
16,263,729
2,433,126
33,845
22,885
773,931
284,505
(4)
Kebutuhan
23,724
899,797
959,673
211,844
140,009
27,729
739,476
12,342
2,188,972
892,640
4,304
9,390,834
74,022
308,832
5,567
2,113
10,732
257,221
15,968
7,279,563
76,847
689
153,303
34,172
101,696
66,063
7,324,046
172,198
4,559,682
7,348,935
19,801,456
2,351,710
38,214
19,889
868,249
342,323
(5)
Ketersediaan
87.25%
88.52%
78.21%
117.40%
108.42%
110.03%
86.67%
102.64%
110.25%
105.21%
118.89%
101.52%
75.63%
118.35%
83.34%
59.87%
76.85%
87.70%
100.04%
106.55%
110.63%
38.93%
98.99%
111.49%
122.42%
100.43%
109.48%
71.43%
90.93%
126.53%
121.75%
96.65%
112.91%
86.91%
112.00%
120.00%
(6)
Ketersediaan (%)
72
71
70
69
68
67
66
65
64
63
62
61
60
59
58
57
56
55
54
53
52
51
50
49
48
47
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
(1)
No (2)
Kloramfenikol tetes telinga 3 %
Kloramfenikol kapsul 250 mg
Klofazimin kapsul 100 mg microzine
Ketamin Injeksi 10 mg/ml
Karbamazepim tablet 200 mg
Kaptopril tablet 25 mg
Kaptopril tablet 12,5 mg
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg
Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg
Ibuprofen tablet 400 mg
Ibuprofen tablet 200 mg
Hidrkortison krim 2,5%
Hidroklorotiazida tablet 25 mg
Haloperidol tablet 5 mg
Haloperidol tablet 1,5 mg
Haloperidol tablet 0,5 mg
Griseofulvin tablet 125 mg, micronized
Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal)
Glukosa larutan infus 10%
Glukosa larutan infus 5%
Gliserin
Gliseril Gualakolat tablet 100 mg
Glibenklamida tablet 5 mg
Gentian Violet Larutan 1 %
Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g ,Kalium klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
Gameksan lotion 1 %
Furosemid tablet 40 mg
Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg
Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml
Fenol Gliserol tetes telinga 10%
Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg
Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg
Fenobarbital tablet 30 mg
Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml
Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml
Etakridin larutan 0,1%
Nama Obat
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA BULAN DESEMBER 2012
(3)
24 botol @ 5 ml / kotak
250 kapsul / botol
100 kapsul / botol
10 vial @ 20 ml, kotak
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
1000 tablet / botol
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
100 tablet / botol
24 tube @ 5 g / kotak
1000 tablet / botol
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
10 amp @ 25 ml, kotak
btl 500 ml
btl 500 ml
btl 100 ml
1000 tablet / botol
100 tablet / kotak
Botol 10 ml
100 kantong/kotak tahan lembab
Botol 30 ml
ktk 20 x 10 tablet
100 tablet / botol
30 ampul / kotak
24 btl @ 5 ml / kotak
100 tablet / kotak
100 tablet / kotak
1000 tablet / botol
30 ampul / kotak
ampul @ 2 ml
Botol 300 ml
Kemasan
219,758
1,812,068
5,130
2,503
92,643
3,271,457
1,416,484
4,896,659
164,958
1,536,172
1,237,884
247,304
1,127,295
118,573
195,500
56,605
570,545
119,281
91,242
816,656
18,642
7,072,266
1,112,229
641,733
955,648
122,365
677,127
472,381
24,604
40,016
15,226
6,198
1,192,636
3,232
1,303
288,467
(4)
Kebutuhan
211,367
1,767,577
6,712
2,029
109,323
3,961,213
1,404,339
5,411,069
190,184
1,784,273
1,742,772
300,923
1,224,926
129,378
235,497
67,366
594,529
9,792
70,167
970,224
13,791
8,801,581
1,314,074
680,945
1,019,509
44,602
522,191
478,442
28,546
43,975
15,967
5,231
1,002,731
3,300
1,030
287,951
(5)
Ketersediaan
96.18%
97.54%
130.83%
81.06%
118.00%
121.08%
99.14%
110.51%
115.29%
116.15%
140.79%
121.68%
108.66%
109.11%
120.46%
119.01%
104.20%
8.21%
76.90%
118.80%
73.98%
124.45%
118.15%
106.11%
106.68%
36.45%
77.12%
101.28%
116.02%
109.89%
104.87%
84.40%
84.08%
102.09%
79.08%
99.82%
(6)
Ketersediaan (%)
413
botol 60 ml
ktk 10 x 10 tablet ktk 10 x 10 tablet
Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg + Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
Kuinin (kina) tablet 200 mg
Kuinin Dihidrokk lorida injeksi 25%-2 ml
79
80
81
82
83
1000 tablet / botol
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL)
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013
botol @ 5 ml
1000 tablet / botol
105 Paracetamol tablet 500 mg
ktk 30 x 2 score
100 tablet / botol
104 Paracetamol tablet 100 mg
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg
Botol 60 ml
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat)
30 ampul / kotak
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml
Botol 100 ml
10 vial / kotak
Obat Batuk hitam ( O.B.H.)
99
ktk 10 x 10 tablet Vaginal
ktk 10 x 10 tablet salut
25 tube @ 3,5 g / kotak
Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g
98
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 %
Nistatin tablet salut 500.000 IU/g
97
ktk 10 amp @ 10 ml
Botol / plastik 500 ml
24 botol @ 5 ml / kotak
1000 tablet / botol
100 tablet / kotak
30 ampul / kotak
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml
Natrium Klorida larutan infus 0,9 %
Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 %
Natrium Fluoresein tetes mata 2 %
94
95
Natrium Bikarbonat tablet 500 mg
93
96
Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml
Metronidazol tablet 250 mg
Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg
90
91
ktk 10 x 10 tablet
Mebendazol tablet 100 mg
89
92
ktk 5 x 6 tablet
Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml
88
Botol 30 ml
10 sase @ 30 gr / kotak
Magnesium Sulfat serbuk 30 gram
87
10 vial / kotak 10 vial / kotak
Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml
Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml
85
86
Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml 30 vial / kotak
84
30 ampul / kotak
ktk 60 tablet
1000 tablet / botol 100 tablet / kotak
Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL)
1000 tablet / botol
Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + Sulfadoxin 500 mg
Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL)
76
30 ampul / kotak
30 ampul / kotak
77
Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL)
75
1000 tablet / botol
(3)
Kemasan
78
Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL)
74
(2)
Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg
(1)
73
Nama Obat
No
Lampiran 4.39 (lanjutan)
1.312.885
364.112
1.286
5.023.066
594.506
6.125.259
114.543
24.437
43.606
1.514.492
151.763
68.167
2.617
579.181
1.189
2.057.895
988.495
32.175
97.821
49.636
16.094
465
7.548
5.096
301.431
23.111
135.783
800.327
2.665.707
4.178.628
48.857
253.833
32.922
15.043
1.848
6.238.124
(4)
1.208.713
273.604
653
5.659.248
495.017
7.406.898
90.174
18.102
46.376
1.788.649
169.982
73.355
1.595
632.503
436
1.543.651
827.348
21.483
128.409
30.844
10.712
339
4.523
4.380
329.197
23.853
176.715
875.259
2.923.346
5.187.356
40.500
278.612
23.583
10.468
1.344
8.936.689
(5)
Kebutuhan Ketersediaan
92,07%
75,14%
50,78%
112,67%
83,27%
120,92%
78,73%
74,08%
106,35%
118,10%
112,00%
107,61%
60,95%
109,21%
36,65%
75,01%
83,70%
66,77%
131,27%
62,14%
66,56%
72,91%
59,93%
85,94%
109,21%
103,21%
130,14%
109,36%
109,66%
124,14%
82,90%
109,76%
71,63%
69,58%
72,71%
143,26%
(6)
Ketersediaan (%) (2)
Nama Obat (3)
247.177
144 CAMPAK 20 Dosis
1.312.502
1.960.378
1.927.776
1.449.954
279.656
2.261.164
1.777.870
2.417.760
21.305
454.584
853
1.086.876
157.411
626.794
51.465
1.752
3.699
232.162
1.357
10.472
523
964
9.212
973.036
389.407
1000 tablet / botol
1 kuur / set
ktk 10 x 10 tablet
Ampul @ 10 ml
1000 tablet / botol
ktk 30 amp @ 1 ml
ktk 10 x 10 kapsul
1000 kapsul / botol
ktk 24 btl @ 5 ml
ktk 24 btl @ 5 ml
100 ampul / kotak
10 vial / kotak
10 ampul / kotak
10 vial / kotak
1 vial / kotak
10 vial / kotak
101.105
3.681.668
208.261
42.229
297.262
95.058
111.387
4.555.979
160.417
274.850
(4)
Kebutuhan
143 POLIO 20 Dosis
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS
141 DTP-HB
140 POLIO 10 Dosis
139 CAMPAK 10 Dosis
138 D T
137 T T
136 BCG
VAKSIN
135 Vitamin B Kompleks tablet
134 Vaksin Rabies Vero
133 Triheksifenidil tablet 2 mg
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat)
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5%
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 %
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.)
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.)
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.)
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II)
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I)
50 gram / kotak
24 pot @ 30 g / kotak
119 Salisil bedak 2%
btl 500 ml
Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang 118 endap 4%
1000 tablet /botol
250 tablet / botol
100 tablet / botol
100 tablet / botol
1000 tablet / botol
1000 tablet / botol
Botol 300 ml
Botol 30 ml
Kemasan
117 Ringer Laktat larutan infus
116 Reserpin tablet 0,25 mg
115 Reserpin tablet 0,10 mg
114 Propanol tablet 40 mg (HCL)
113 Propillitiourasil tablet 100 mg
112 Primakuin tablet 15 mg
111 Prednison tablet 5 mg
110 Povidon Iodida larutan 10 %
109 Povidon Iodida larutan 10 %
(1)
No
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA BULAN DESEMBER 2012
58.630
124.644
1.038.917
1.176.375
1.168.980
668.101
196.409
725.526
780.078
2.231.206
15.907
502.302
591
1.054.268
143.027
539.558
42.450
1.261
3.124
234.024
920
10.717
278
969
4.633
1.074.027
121.881
4.427.674
151.538
27.461
358.182
102.327
88.070
4.548.205
169.051
314.494
(5)
Ketersediaan
23,72%
32,01%
79,16%
60,01%
60,64%
46,08%
70,23%
32,09%
43,88%
92,28%
74,67%
110,50%
69,25%
97,00%
90,86%
86,08%
82,48%
71,98%
84,46%
100,80%
67,76%
102,33%
53,25%
100,48%
50,30%
110,38%
120,55%
120,26%
72,76%
65,03%
120,49%
107,65%
79,07%
99,83%
105,38%
114,42%
(6)
Ketersediaan (%)
414
(2)
99.7 99.3 98.9 98.5 94.6 92.3 93.8 90.8 99.6 97.5 81.8 96.5 94.2 72.0 92.8 98.5 100.0 99.5 100.0 99.2 96.4 96.8 95.3 99.7 91.0 93.1 93.0 96.7 98.8 91.0 94.9 100.0 88.8 95.0
(3)
Penggunaan di Puskesmas
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
84.0 63.9 58.0 86.7 72.2 73.4 65.9 80.0 65.0 86.4 65.3 68.9 69.7 66.2 73.8 60.7 68.2 72.5 81.7 65.8 75.7 47.0 58.4 68.8 74.6 61.0 86.1 65.5 87.9 65.0 87.9 47.7 76.2 70.6
(4)
Penggunaan di Rumah Sakit 91.9 81.6 78.5 92.6 83.4 82.8 79.9 85.4 82.3 92.0 73.6 82.7 81.9 69.1 83.3 79.6 84.1 86.0 90.9 82.5 86.0 71.9 76.8 84.3 82.8 77.1 89.6 81.1 93.4 78.0 91.4 73.9 82.5 82.8
(5)
Rata-Rata Penggunaan
PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Lampiran 4.40
415
(2)
(3)
9 24 16 12 10 14 5 16 3 0 10 67 74 6 84 20 0 14 2 4 4 14 8 2 4 14 5 0 2 3 5 0 1 452
(4)
100 85 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 67 100 10 71 57 100 100 20 45 100 33 67 60 18 33 27 10 76
Persentase Kab/Kota Melaksanakan Jumlah Jemaah haji Wafat Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji Sesuai Standar (%)
Sumber: Pusat Kesehatan Haji, Setjen, Kemenkes RI, 2012
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
JUMLAH JEMAAH HAJI WAFAT DAN PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN KESEHATAN HAJI SESUAI STANDAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Lampiran 4.41
LAMPIRAN BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
416
417
(2)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
309 500 242 176 163 284 167 264 55 61 339 1.008 849 119 944 196 114 145 288 229 169 213 207 159 165 395 223 75 77 135 96 105 266 8.737
8.548
(4)
2009
9.005
315 506 246 193 169 293 170 265 58 66 341 1.028 867 121 946 217 114 150 309 231 174 214 217 170 160 416 233 76 81 156 100 106 297
(5)
2010
Jumlah Puskesmas
9.321
325 542 254 203 174 304 178 269 58 67 341 1.045 867 121 955 225 114 152 342 234 179 224 215 170 173 422 249 86 86 170 115 126 336
(6)
2011
9.510
330 555 260 207 176 317 178 276 60 69 340 1.046 873 121 960 228 118 157 349 237 190 226 217 177 176 425 258 87 91 178 119 128 381
(7)
2012
3,65
7,01 3,80 4,77 3,53 5,67 3,90 8,65 3,42 4,45 4,06 3,84 2,44 2,58 3,46 2,53 2,02 3,24 3,25 6,13 5,27 8,21 6,21 6,62 6,52 5,91 5,06 10,02 7,51 6,78 11,58 9,48 13,15 11,48
(8)
2008
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
301 495 227 183 158 278 142 253 50 59 351 999 842 120 940 194 114 142 278 224 169 214 205 144 144 395 208 73 70 153 91 96 236
(3)
2008
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013
Provinsi
No
Lampiran 5.1
7,01 3,90 5,08 3,48 5,47 3,93 9,91 3,48 4,74 3,93 3,55 2,39 2,68 3,50 2,52 2,04 2,93 3,33 6,60 5,25 7,87 5,90 6,11 7,49 6,07 5,18 10,44 7,31 6,99 10,17 9,63 13,94 10,48 3,79
3,74
(10)
2010
7,08 3,77 5,01 3,32 5,75 3,93 10,02 3,52 4,83 4,03 3,68 2,43 2,58 3,40 2,53 2,00 3,21 3,27 6,23 5,30 8,10 6,09 6,54 7,13 6,65 4,99 10,53 7,62 7,35 10,08 9,85 14,12 12,68
(9)
2009
per 100.000 Penduduk
Rasio Puskesmas
7,14 4,13 5,17 3,54 5,49 4,01 10,21 3,49 4,60 3,80 3,50 2,38 2,67 3,47 2,53 2,06 2,87 3,34 7,16 5,28 7,95 6,06 5,83 7,40 6,44 5,19 10,93 8,09 7,23 10,79 10,82 15,99 11,26 3,86
(11)
2011
3,89
7,15 4,19 5,23 3,49 5,42 4,11 10,05 3,54 4,62 3,73 3,44 2,34 2,68 3,43 2,53 2,03 2,91 3,41 7,16 5,30 8,30 6,00 5,67 7,61 6,43 5,17 11,10 8,01 7,46 11,00 10,93 15,67 12,12
(12)
2012
418
66 144 68 45 51 77 35 37 14 24 54 140 232 41 392 42 24 86 69 82 47 42 96 66 67 168 63 17 22 29 27 26 45 2,438
(3)
2008 115 129 81 51 56 80 37 51 20 24 51 171 234 41 365 46 27 80 93 94 55 46 100 72 63 205 69 22 31 48 27 36 84 2,704
(4)
2009 116 140 85 53 59 82 39 58 18 26 52 237 252 42 396 50 28 81 110 93 69 48 93 84 68 208 70 23 35 56 27 36 86 2,920
(5)
2010 137 153 86 55 62 86 43 60 19 26 52 220 265 40 400 53 28 84 123 94 69 48 94 85 72 218 74 23 35 56 28 39 92 3,019
(6)
2011
Jumlah Puskesmas Perawatan
144 157 89 63 62 106 43 69 20 26 52 220 268 42 441 56 29 84 128 96 70 49 94 88 72 225 74 23 35 61 28 39 99 3,152
(7)
2012 194 371 161 125 107 204 130 213 35 37 288 837 615 78 579 150 87 65 195 135 114 167 107 87 102 190 154 53 46 87 69 69 182 6,033
(9)
(8)
235 351 159 138 107 201 107 216 36 35 297 859 610 79 548 152 90 56 209 142 122 172 109 78 77 227 145 56 48 124 64 70 191 6,110
2009
2008 199 366 161 140 110 211 131 207 40 40 289 791 615 79 550 167 86 69 199 138 105 166 124 86 92 208 163 53 46 100 73 70 211 6,085
(10)
2010 188 389 168 148 112 218 135 209 39 41 288 826 602 81 556 173 86 68 219 141 110 176 121 85 101 203 175 63 51 114 87 87 242 6,302
(11)
2011
Jumlah Puskesmas Non Perawatan
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
(2)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
No
Lampiran 5.2
186 398 171 144 114 211 135 207 40 43 288 826 605 79 519 172 89 73 221 141 120 177 123 89 104 200 184 64 56 117 91 89 282 6,358
(12)
2012
419
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
9,510
381
128
119
178
91
87
258
425
176
177
217
226
190
237
349
157
118
228
960
121
873
69
60
25 3,191
2,570
41
15
93
39
24
48
88
44
54
75
81
31
108
105
40
56
189
285
64
235
515
69
26
48
54
68
120
54
76
137
209
75
(5)
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
0
764
0
0
0
0
0
0
0
77
0
16
16
21
16
13
0
25
62
113
94
0
74
56
42
42
0
16
0
16
0
12
0
53
(6)
Upaya Kesehatan Kerja
0
0
466
0
0
0
0
0
0
0
20
4
21
5
15
0
20
0
0
32
27
60
8
28
50
35
0
15
11
0
95
0
0
20
(7)
Upaya Kesehatan Olahraga
Puskesmas
7
7
6
6
6
6
8
8
5
4
218
4
2
2
5
7
4
6
8
4
7
4
4
4
4
4
8
7
11
9
7
18
12
14
(8)
1,599
19
40
14
74
15
10
27
38
20
24
45
26
17
51
44
20
18
104
174
28
163
108
50
22
33
33
20
33
33
22
39
209
26
(9)
Upaya Kesehatan Tatalaksana Kasus Tradisional, Alternatif Kekerasan terhadap dan Komplementer Anak
JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN PENGEMBANGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
21
19
28
55
37
21
72
116
86
86
90
59
56
55
80
53
57
66
264
67
259
204
17
25
20
73
46
97
58
65
92
140
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Sulawesi Barat
Maluku
29
30
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
27
28
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
24
Sulawesi Selatan
Kalimantan Timur
23
25
Kalimantan Selatan
22
26
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
20
Nusa Tenggara Timur
19
21
Nusa Tenggara Barat
18
Banten
16
Bali
Jawa Timur
15
17
DI Yogyakarta
14
1,046
Jawa Barat
Jawa Tengah
DKI Jakarta
11
12
Kepulauan Riau
10
13
340
Kepulauan Bangka Belitung
9
276
178
Bengkulu
Lampung
7
317
176
207
260
555
86
(4)
(3)
330
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
Jumlah Puskesmas
8
Jambi
Sumatera Selatan
5
6
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.3
410
8
4
4
3
3
3
7
20
9
9
10
14
12
9
7
6
10
5
51
6
40
32
10
7
6
11
7
16
12
14
13
25
17
(10)
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
Rumah Sakit
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
3
1
7
1
4
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
55
(11)
Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer
1
248
12
5
2
2
1
1
1
11
2
5
7
2
4
9
9
4
6
8
29
5
21
21
24
6
3
3
2
8
4
11
2
17
(12)
Pelayanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS
420
Papua
33
571
20
8
12
14
6
8
13
28
12
14
16
14
15
16
19
11
10
8
52
7
51
39
9
11
7
12
11
19
14
16
20
35
24
(3)
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
85
2
0
0
1
0
0
1
8
1
1
3
1
0
3
0
3
2
1
9
1
9
11
7
0
1
1
1
4
1
3
2
5
3
(4)
RS Khusus
656
22
8
12
15
6
8
14
36
13
15
19
15
15
19
19
14
12
9
61
8
60
50
16
11
8
13
12
23
15
19
22
40
27
(5)
Jumlah
Kemenkes/Pemda
RS Umum
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013 Keterangan :
Indonesia
Maluku Utara
Maluku
30
Papua Barat
Sulawesi Barat
29
31
Gorontalo
28
32
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
26
27
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
24
Kalimantan Timur
23
25
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
21
22
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
19
20
Nusa Tenggara Barat
18
Banten
16
Bali
Jawa Timur
15
17
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Barat
12
13
DKI Jakarta
11
14
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
7
8
Kepulauan Riau
Sumatera Selatan
6
9
Jambi
5
10
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.4
151
6
2
2
4
0
0
2
8
2
4
4
4
1
4
5
2
3
2
27
4
12
14
8
2
0
2
3
2
2
4
4
8
4
(6)
RS Umum
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(7)
RS Khusus
154
6
2
2
4
0
0
2
8
2
4
4
4
1
4
5
2
3
2
29
4
12
14
9
2
0
2
3
2
2
4
4
8
4
(8)
Jumlah
TNI/POLRI
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(9)
RS Umum
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(10)
RS Khusus
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(11)
Jumlah
Kementerian Lain
Rumah Sakit Publik
515
5
1
3
6
1
1
4
12
4
14
5
3
0
6
13
4
17
10
76
23
90
53
32
4
3
13
2
6
1
5
10
77
11
(12)
RS Umum
212
0
0
0
1
0
1
0
11
4
0
1
4
0
2
3
0
5
6
33
16
46
21
26
2
0
4
0
3
1
1
10
9
2
(13)
RS Khusus
727
5
1
3
7
1
2
4
23
8
14
6
7
0
8
16
4
22
16
109
39
136
74
58
6
3
17
2
9
2
6
20
86
13
(14)
Jumlah
Swasta Non Profit
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2012
300
1
1
0
0
1
1
1
4
1
1
8
1
0
2
1
2
12
28
38
9
23
69
29
3
2
10
1
2
7
15
3
21
3
(15)
RS Umum
168
0
0
0
0
0
0
1
3
1
1
10
0
0
4
0
0
5
17
34
5
13
28
23
1
0
4
0
1
1
6
9
1
0
(16)
RS Khusus
Swasta
468
1
1
0
0
1
1
2
7
2
2
18
1
0
6
1
2
17
45
72
14
36
97
52
4
2
14
1
3
8
21
12
22
3
(17)
Jumlah
68
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
3
2
0
1
0
0
0
1
12
0
3
7
4
2
0
0
0
5
0
3
1
17
4
(18)
RS Umum
Rumah Sakit Privat
7
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
(19)
RS Khusus
BUMN
75
0
1
0
0
0
0
1
2
0
0
3
2
0
1
0
0
0
1
14
1
3
8
5
2
0
0
0
5
0
3
1
18
4
(20)
Jumlah
1.608
32
13
17
24
8
10
21
53
19
33
36
24
16
29
38
19
42
49
206
43
179
182
84
22
12
37
17
34
24
43
38
158
46
(21)
RS Umum
475
2
0
0
2
0
1
2
23
6
2
14
5
0
9
3
3
12
24
80
23
68
61
58
3
1
9
1
8
3
10
21
16
5
(22)
RS Khusus
Semua RS
2.083
34
13
17
26
8
11
23
76
25
35
50
29
16
38
41
22
54
73
286
66
247
243
142
25
13
46
18
42
27
53
59
174
51
(23)
Jumlah
421
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
(3)
1.079
467
71
110
375
43
13
(4)
128.750
47.266
6.643
10.907
41.285
13.605
9.044
Tempat Tidur
Tahun 2008 Jumlah
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013 Keterangan :
Jumlah
Swasta dan Swasta Non Profit
TNI/POLRI
4
6
Pemerintah Kab/Kota
3
Kementerian Lain dan BUMN
Pemerintah Provinsi
2
5
Kementerian Kesehatan
(2)
(1)
1
Pengelola
No
Lampiran 5.5
(5)
535
71
123
416
44
13
1.202
Jumlah (6)
141.603
52.064
6.747
11.821
47.811
14.029
9.131
Tempat Tidur
Tahun 2009
(7)
591
72
129
445
45
13
1.295
Jumlah (8)
137.070
52.306
6.925
11.771
43.341
13.854
8.873
Tempat Tidur
Tahun 2010
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR MENURUT PENGELOLA TAHUN 2008 - 2012
(9)
634
73
132
472
47
14
1.372
Jumlah
52.694
8.535
12.272
52.536
14.065
9.724
149.826
(10)
Tempat Tidur
Tahun 2011
(11)
815
71
151
508
49
14
1.608
Jumlah
74.033
8.040
19.830
74.741
16.292
10.832
203.768
(12)
Tempat Tidur
Tahun 2012
422
RS Kusta
RS Tuberkulosa Paru
RS Mata
RS Bersalin
RS Ibu dan Anak
RS Khusus Lainnya
2
3
4
5
6
7
292
62
79
57
10
11
22
51
(3)
RS
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Keterangan :
(4)
TT
20.788
2.258
3.804
2.577
418
782
2.168
8.781
Tahun 2008
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
RS Jiwa
(2)
(1)
1
Jenis Rumah Sakit
No
Lampiran 5.6
321
71
95
61
11
10
22
51
(5)
RS (6)
TT
22.077
2.427
4.591
2.475
423
731
2.224
9.206
Tahun 2009
337
72
106
62
12
10
23
52
(7)
RS (8)
TT
22.074
2.521
4.809
2.453
448
757
2.326
8.760
Tahun 2010
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2008 - 2012
349
72
114
65
13
10
23
52
(9)
RS
TT (10)
20.830
2.537
5.267
2.334
519
778
1.854
7.541
Tahun 2011 RS
475
111
169
94
14
12
22
53
(11)
TT (12)
27.664
4.851
7.697
3.150
520
915
1.989
8.542
Tahun 2012
423
Kalimantan Selatan
22
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013 Keterangan :
Indonesia
Papua
33
Maluku
30
Maluku Utara
Sulawesi Barat
29
Papua Barat
Gorontalo
28
31
Sulawesi Tenggara
27
32
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
25
26
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
21
Sulawesi Utara
Kalimantan Barat
20
23
Nusa Tenggara Timur
19
24
Nusa Tenggara Barat
18
Jawa Timur
15
Banten
DI Yogyakarta
14
Bali
Jawa Tengah
13
16
Jawa Barat
12
17
DKI Jakarta
Lampung
8
11
0
Bengkulu
7
Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera Selatan
6
Kepulauan Riau
Jambi
5
9
Riau
4
10
1
Sumatera Barat
3
56
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
1
1
0
0
0
0
3
1
5
3
7
9
9
0
0
3
3
1
1
3
Sumatera Utara
2
2
(3)
Aceh
(2)
(1)
Jumlah
1
Provinsi
No
Lampiran 5.7
20.282
0
0
0
0
0
0
0
949
0
250
239
60
0
0
0
0
1.098
241
3.353
1.222
3.522
2.712
3.716
0
0
46
0
1.089
149
182
213
875
366
(4)
Tempat Tidur
Kelas A
255
1
0
1
2
0
2
3
15
3
1
6
2
2
5
1
2
4
10
38
10
33
37
27
3
1
4
2
5
2
8
4
16
5
(5)
Jumlah
63.297
444
0
160
517
0
581
401
2.613
957
813
1.590
1.113
560
1.535
352
492
978
2.378
8.882
2.420
9.401
8.967
6.138
587
120
970
509
887
506
1.691
1.666
3.966
1.103
(6)
Tempat Tidur
Kelas B
630
9
4
3
3
2
3
7
33
8
15
9
12
6
11
10
6
15
19
92
6
94
74
31
9
5
14
3
16
10
19
21
42
19
(7)
Jumlah
72.880
1.233
621
310
401
285
200
756
4.914
1.002
2.073
937
1.655
730
1.083
1.156
1.038
1.325
1.093
10.149
4.075
11.104
7.290
2.058
789
576
1.260
296
2.103
1.299
1.859
2.451
4.484
2.275
(8)
Tempat Tidur
Kelas C
415
11
4
9
13
2
3
4
6
3
10
18
2
6
13
21
8
10
5
49
24
75
31
5
4
6
5
10
9
6
10
14
13
6
(9)
Jumlah
JUMLAH RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2012
24.836
799
364
638
629
216
90
351
353
402
698
474
204
283
959
1.719
406
567
301
3.006
1.240
4.692
1.996
296
140
370
235
421
583
336
593
373
653
449
(10)
Tempat Tidur
Kelas D
727
13
5
4
8
4
3
9
20
11
8
16
12
2
9
9
6
22
38
102
23
38
92
70
9
1
22
3
9
6
15
19
100
19
(11)
50.137
406
190
81
647
209
129
379
966
415
472
1.435
818
61
645
431
258
1.056
2.351
6.428
1.130
2.235
7.203
7.707
496
62
1.532
409
756
506
792
720
8.180
1.032
(12)
Tempat Tidur
Belum Ditetapkan Kelas Jumlah
2.083
34
13
17
26
8
11
23
76
25
35
50
29
16
38
41
22
54
73
286
66
247
243
142
25
13
46
18
42
27
53
59
174
51
(13)
Jumlah
231.432
2.882
1.175
1.189
2.194
710
1.000
1.887
9.795
2.776
4.306
4.675
3.850
1.634
4.222
3.658
2.194
5.024
6.364
31.818
10.087
30.954
28.168
19.915
2.012
1.128
4.043
1.635
5.418
2.796
5.117
5.423
18.158
5.225
(14)
Tempat Tidur
Total
424
Papua
33
* **
8,413
59
38
62
56
29
11
51
535
50
59
223
146
86
56
51
129
203
216
703
369
1,384
360
1,617
94
27
299
45
260
120
165
150
586
174
(4)
Jumlah
VVIP
3.64
2.05
3.23
5.21
2.55
4.08
1.10
2.70
5.46
1.80
1.37
4.77
3.79
5.26
1.33
1.39
5.88
4.04
3.39
2.21
3.66
4.47
1.28
8.12
4.67
2.39
7.40
2.75
4.80
4.29
3.22
2.77
3.23
3.33
(5)
%
20,993
146
44
76
125
55
135
129
975
276
209
440
326
158
196
294
149
605
538
3,159
580
3,076
2,475
2,396
197
68
322
141
490
261
525
525
1,521
381
(6)
Jumlah
VIP
9.07
5.07
3.74
6.39
5.70
7.75
13.50
6.84
9.95
9.94
4.85
9.41
8.47
9.67
4.64
8.04
6.79
12.04
8.45
9.93
5.75
9.94
8.79
12.03
9.79
6.03
7.96
8.62
9.04
9.33
10.26
9.68
8.38
7.29
(7)
%
33,057
300
167
153
257
67
94
188
1,248
357
436
639
473
163
447
368
306
697
1,158
4,822
914
4,985
3,970
3,254
358
150
601
276
821
368
599
794
2,994
633
(8)
Jumlah
Kelas I
14.28
10.41
14.21
12.87
11.71
9.44
9.40
9.96
12.74
12.86
10.13
13.67
12.29
9.98
10.59
10.06
13.95
13.87
18.20
15.15
9.06
16.10
14.09
16.34
17.79
13.30
14.87
16.88
15.15
13.16
11.71
14.64
16.49
12.11
(9)
%
57,651
1,179
486
331
695
236
203
516
2,340
688
1,117
1,149
786
404
820
714
651
1,134
1,813
7,385
1,952
6,993
6,547
5,230
751
363
1,176
358
1,702
474
1,009
1,366
5,690
1,393
(10)
Jumlah
Kelas Perawatan
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2012
Tempat tidur perawatan lainnya mencakup ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU, Tempat tidur bayi baru lahir, dan tempat tidur ruang isolasi
Total tempat tidur mencakup VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Tempat tidur perawatan lainnya
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Keterangan :
231,432
2,882
1,175
1,189
2,194
710
1,000
1,887
9,795
2,776
4,306
4,675
3,850
1,634
4,222
3,658
2,194
5,024
6,364
31,818
10,087
30,954
28,168
19,915
2,012
1,128
4,043
1,635
5,418
2,796
5,117
5,423
18,158
5,225
(3)
Total Tempat Tidur*
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Maluku Utara
Papua Barat
31
32
Sulawesi Barat
Maluku
29
30
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
26
Gorontalo
Sulawesi Tengah
25
27
Sulawesi Utara
24
28
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
22
23
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
20
21
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
Bali
17
19
Jawa Timur
Banten
15
16
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
13
Jawa Barat
12
14
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
10
11
Lampung
Bangka Belitung
Bengkulu
7
8
Sumatera Selatan
6
9
Riau
Jambi
4
Sumatera Barat
3
5
Aceh
Sumatera Utara
1
(2)
(1)
2
Provinsi
No
Lampiran 5.8
Kelas II
24.91
40.91
41.36
27.84
31.68
33.24
20.30
27.34
23.89
24.78
25.94
24.58
20.42
24.72
19.42
19.52
29.67
22.57
28.49
23.21
19.35
22.59
23.24
26.26
37.33
32.18
29.09
21.90
31.41
16.95
19.72
25.19
31.34
26.66
(11)
%
93,019
1,022
380
514
1,015
291
505
829
3,814
1,183
2,040
1,892
1,401
629
2,320
1,854
814
1,916
2,158
12,270
5,727
11,969
12,743
6,357
570
461
1,526
708
1,911
1,144
2,216
2,120
6,440
2,280
(12)
Jumlah
Kelas III
40.19
35.46
32.34
43.23
46.26
40.99
50.50
43.93
38.94
42.62
47.38
40.47
36.39
38.49
54.95
50.68
37.10
38.14
33.91
38.56
56.78
38.67
45.24
31.92
28.33
40.87
37.74
43.30
35.27
40.92
43.31
39.09
35.47
43.64
(13)
%
%
8.00
18,299
176
60
53
46
32
52
174
7.91
6.11
5.11
4.46
2.10
4.51
5.20
9.22
9.01
222 883
10.33
7.10
18.65
11.87
9.07
10.31
6.61
9.34
7.56
10.93
5.40
8.23
7.36
5.33
2.09
5.23
2.94
6.54
4.32
15.34
11.78
8.63
5.11
6.97
(15)
445
332
718
194
383
377
145
469
481
3,479
545
2,547
2,073
1,061
42
59
119
107
234
429
603
468
927
364
(14)
Jumlah
Ruang Perawatan Lainnya**
425
0
Papua
33
0
251
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
239
212
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
46
2
23
94
50
0
0
0
0
1
0
0
1
9
0
0
(6)
2012
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
45
1
22
87
45
0
0
0
0
1
0
0
1
9
0
0
(5)
2011
0
0
30
45
1
23
95
46
0
0
1
0
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
TOTAL
Maluku Utara
Papua Barat
31
32
Sulawesi Barat
Maluku
29
30
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Selatan
26
27
Sulawesi Tengah
25
28
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
23
24
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
21
Kalimantan Barat
20
22
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
19
Bali
Jawa Timur
Banten
15
16
17
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
13
14
DKI Jakarta
Jawa Barat
11
12
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Bengkulu
Lampung
7
8
9
Sumatera Selatan
6
10
0
Jambi
5
1
0
Sumatera Barat
Riau
9
0
3
Sumatera Utara
2
(4)
2010
Industri Farmasi
4
Aceh
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.9
(7)
2010
98
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
20
15
0
14
37
9
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
(8)
2011
107
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
1
19
15
0
15
42
10
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
Industri Obat Tradisional (IOT)
(9)
2012
110
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
1
1
19
15
0
12
46
11
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
(10)
0
0
0
11
0
1
0
9
0
9
15
26
0
13
2
11
18
57
136
61
1,205
0
0
0
12
0
0
0
26
0
9
15
26
2
13
1
9
16
64
136
64
289
207
281
176
0
0
4
0
0
3
0
21
102
10
191
(11)
2011
173
0
0
2
0
0
4
0
15
98
19
1,152
2010
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)
(12)
204
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
19
25
6
23
80
35
4
0
0
0
1
0
0
0
9
0
0
(13)
2010
0
12
0
1
0
26
0
8
15
7
2
14
1
9
14
25
229
64
285
206
179
0
0
4
0
0
3
0
21
94
10
1,229
2012 (14)
2011
234
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
23
27
7
11
114
35
4
0
0
0
1
0
0
0
9
0
Produksi Alat Kesehatan
JUMLAH SARANA PRODUKSI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012
(15)
2012
237
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
25
28
7
17
79
56
5
0
0
0
1
0
0
1
14
1
(16)
2010
0
481
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
3
0
0
0
0
0
86
46
5
40
194
62
1
0
3
509
0
0
0
0
0
1
0
4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
71
44
3
22
266
62
0
0
0
0
0
0
2 3
0
0
33
2
0
1
32
1
(17)
2011 (18)
2012
Produksi Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga (PKRT)
0
0
580
0
0
0
0
0
0
526
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
20
0
1
0
0
12
100
113
0
38
115
46
0
0
1
0
2
1
0
16
56
5
0
0
0
0
0
0
0
0
73
95
8
24
277
68
1
0
0
1
0
0
0
0
32
1
(19)
2010
(20)
2011
553
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
21
0
0
0
0
12
109
113
8
38
135
53
0
0
4
0
0
1
0
2
52
0
Industri Kosmetika
(21)
2012 0
564
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
21
0
1
0
0
21
54
125
10
45
151
67
0
0
4
0
0
1
0
12
47
426
Kalimantan Barat
20
Gorontalo
28
Papua
33
(4)
2010
2,855
43
13
0
13
1
7
16
118
25
47
47
55
14
54
39
39
73
89
492
43
327
362
357
34
14
54
20
98
54
89
49
107
62
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
TOTAL
Maluku Utara
Papua Barat
31
32
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
27
Maluku
Sulawesi Selatan
26
29
Sulawesi Tengah
25
30
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
23
24
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Timur
19
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Barat
18
21
Bali
17
22
Jawa Timur
Banten
15
DI Yogyakarta
14
16
Jawa Barat
Jawa Tengah
12
13
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Kepulauan Bangka Belitung
9
10
Lampung
8
11
Sumatera Selatan
Bengkulu
6
Jambi
5
7
Sumatera Barat
Riau
3
Sumatera Utara
2
4
Aceh
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.10
(5)
2011
2,695
47
14
9
16
0
8
16
90
27
47
51
53
15
54
33
40
74
82
224
51
337
446
372
37
15
56
22
98
34
91
51
115
70
Pedagang Besar Farmasi
(6)
2012
2,860
43
10
7
15
1
7
12
94
28
47
45
46
14
48
37
30
77
96
341
48
333
513
404
34
3
55
18
98
35
89
49
116
67
(7)
165
96
31
86
60
74
150
319
178
165
392
227
157
163
157
207
466
561
2,418
418
2,514
2,420
1,862
154
91
321
140
309
206
452
419
971
254
16,603
2010 (8)
210
122
86
106
60
78
175
411
217
123
425
260
162
28
154
253
525
349
2,422
471
1,819
3,207
1,987
182
105
350
155
355
218
117
464
971
168
16,735
2011
Apotek
(9)
224
122
97
80
46
89
209
404
215
185
450
272
160
74
178
208
571
719
2,380
523
1,657
2,959
2,143
190
124
412
190
410
231
442
422
977
250
17,613
2012 (10)
2010
8,348
21
52
21
95
45
53
106
366
161
101
233
426
128
327
141
116
203
111
298
47
381
1,281
544
341
103
79
76
136
161
434
360
805
596
(11)
2011
8,247
26
52
23
112
45
37
113
377
181
57
237
790
127
111
125
158
206
111
297
47
381
1,281
544
207
98
46
78
147
161
325
305
805
637
Toko Obat
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2011
(12)
2012
7,040
40
52
18
112
45
36
127
377
134
102
236
790
127
41
121
67
226
175
307
46
381
1,038
605
218
53
77
58
140
176
187
319
114
495
(13)
2010
963
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
1
0
0
1
0
0
4
49
40
6
25
92
715
2
2
1
0
4
0
3
0
15
0
(14)
2011
1,249
0
0
0
1
0
0
0
4
0
1
2
3
0
2
0
2
10
62
59
8
38
141
880
2
0
2
0
9
0
3
1
16
3
Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
(15)
2012 11
1,630
0
0
3
1
0
0
1
27
1
4
5
12
0
18
3
13
23
75
131
15
93
163
950
8
2
8
4
16
1
9
4
29
427
1.300
Papua Barat
Papua
32
33 69.249
3.909
1.295
950
869
507
628
1.626
2.187
1.593
1.307
1.245
1.842
1.339
1.869
2.612
826
634
1.273
7.741
392
7.820
(4)
88
78
112
33
63
72
345
768
147
327
215
142
130
89
313
136
80
262
782
46
769
636
267
133
61
174
148
371
153
203
303
662
108
8.216
Kelurahan (5)
77.465
3.997
1.373
1.062
902
570
700
1.971
2.955
1.740
1.634
1.460
1.984
1.469
1.958
2.925
962
714
1.535
8.523
438
8.589
5.863
267
351
361
2.423
1.448
3.126
1.406
1.629
1.014
5.687
6.429
Desa dan Kelurahan (6)
52.804
1.020
31
859
808
131
511
261
2.605
989
689
948
1.868
629
1.069
502
955
698
1.331
7.968
408
8.577
5.532
2.006
351
296
1.331
1.342
2.715
972
854
1.014
2.956
578
RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (7)
68,2
25,5
2,3
80,9
89,6
23,0
73,0
13,2
88,2
56,8
42,2
64,9
94,2
42,8
54,6
17,2
99,3
97,8
86,7
93,5
93,2
99,9
94,4
96,7
100,0
82,0
54,9
92,7
86,9
69,1
52,4
100,0
52,0
9,0
Persentase RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (%)
Update 20 Maret 2013
(8)
54.142
709
70
243
598
105
294
1.049
2.795
1.148
1.034
644
1.683
506
1.316
612
778
482
517
8.554
421
7.605
5.456
1.176
196
294
1.438
1.531
2.444
900
1.142
2.421
3.795
2.186
Poskesdes yang Beroperasi (9)
276.392
2.991
1.122
1.401
1.926
1.441
1.302
2.781
9.377
3.223
2.066
4.566
3.714
2.236
4.281
8.573
5.781
4.760
10.640
45.882
5.680
48.789
48.649
4.241
1.128
992
2.595
1.859
6.352
3.218
5.037
7.101
15.303
7.385
Posyandu
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Jumlah desa siaga aktif di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW siaga AKTIF dan jumlah desa siaga aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga aktif ditambah nagari siaga aktif
Keterangan :
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Maluku
Maluku Utara
Sulawesi Barat
29
30
Gorontalo
28
31
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
25
26
Sulawesi Utara
24
27
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
21
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
20
22
Nusa Tenggara Timur
19
23
Bali
Nusa Tenggara Barat
17
18
Banten
DI Yogyakarta
14
16
Jawa Tengah
Jawa Timur
5.227
Jawa Barat
12
13
15
-
DKI Jakarta
11
218
300
2.249
Kepulauan Riau
Bengkulu
Lampung
7
8
2.755
Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera Selatan
6
1.253
1.426
711
5.025
6.321
9
Jambi
5
(3)
Desa
10
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.11
(10)
381.734
12.970
360
100
1.880
660
612
1.968
30.748
7.599
4.515
4.575
12.018
1.170
360
600
2.664
780
33.308
4.086
1.314
139.239
37.622
12.393
1.593
714
7.488
4.010
7.487
2.122
17.918
20.813
3.548
4.500
Kader / Toma / Toga Terlatih (11)
3,57
0,75
0,82
1,32
2,14
2,53
1,86
1,41
3,17
1,85
1,26
3,13
1,87
1,52
2,19
2,93
6,01
6,67
6,93
5,38
12,97
5,68
8,30
15,88
3,21
2,75
1,07
1,28
2,03
2,29
3,09
7,00
2,69
1,15
Rasio Posyandu terhadap Desa/Kelurahan
(12)
4,93
3
0,26
0,09
2,08
1,16
0,87
1,00
10,41
4,37
2,76
3,13
6,06
0,80
0,18
0,21
2,77
1,09
21,70
0,48
3,00
16,21
6,42
46,42
4,54
1,98
3,09
2,77
2,40
1,51
11,00
20,53
0,62
0,70
Rasio Kader/Toma Terlatih terhadap Desa/Kelurahan
428
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
0
0
197
12
0
37
25
609
140
126
159
251
0
6
0
203
0
350
4,131
0
0
62
0
0
7
20
202
7
192
139
58
0
0
0
80
0
7
689
2,519
1,348
0
577
17
0
0
83
50
61
126
350
0
0
56
(5)
133
3,304
0
565
58
0
0
329
777
234
320
354
0
0
10,708
(4)
(6)
1,652
0
0
52,804
1,020
31
859
808 17
131
511
261
2,605
989
689
948
1,868
629
1,069
502
955
698
1,331
7,968
408
8,577
5,532
2,006
351
296
1,331
1,342
2,715
972
854
1,014
2,956
578
0
(7)
16
0
6
78
3
3
20
10
0
0
0
65
0
0
86
7
433
0
431
12
0
0
5
267
56
27
110
0
0
Jumlah
56
230
71
133
742
761
500
1,037
344
2,761
1,826
60,587
2,560
1,122
526
1,009
1,441
32
673
2,070
1,262
248
906
1,179
1,021
1,322
8,573
2,040
123
2,768
2,460
250
7,367
13,174
(8)
Pratama
530
518
376
751
716
2,149
1,422
1,904
2,775
6,661
4,170
100,424
116
0
525
559
0
975
958
3,368
1,354
882
1,702
1,669
854
2,013
0
2,374
1,643
5,298
15,412
1,165
15,667
21,918
(9)
Madya
Jumlah desa siaga di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW siaga dan jumlah desa siaga di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga ditambah nagari siaga
Keterangan :
1,020
31
583
780
131
467
210
1,716
839
368
630
1,549
629
1,063
502
607
698
974
4,674
212
3,492
5,532
433
264
296
1,331
925
1,621
621
381
200
2,956
578
RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya Purnama Mandiri
JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2012
36,313
(3)
Pratama
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Sulawesi Barat
Maluku
29
Gorontalo
28
30
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
26
27
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
24
Kalimantan Timur
23
25
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
20
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Timur
19
21
Nusa Tenggara Barat
18
22
Banten
Bali
16
Jawa Timur
15
17
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
13
14
DKI Jakarta
Jawa Barat
11
Kepulauan Riau
12
Kepulauan Bangka Belitung
Lampung
8
9
Bengkulu
7
10
Jambi
Sumatera Selatan
5
6
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.12
163
75
91,232
128
0
309
332
0
286
977
3,235
534
916
1,552
739
300
863
0
1,211
2,658
2,094
25,771
2,781
17,184
11,167
1,649
298
418
24,149
187
0
41
26
0
9
173
704
73
20
406
127
61
83
0
156
336
480
2,239
1,484
8,571
2,390
2,006
82
127
341
326 1,370
424
257
543
977
1,588
(11)
Mandiri
3,018
1,039
1,553
3,005
4,293
1,226
(10)
Posyandu Purnama
276,392
2,991
1,122
1,401
1,926
1,441
1,302
2,781
9,377
3,223
2,066
4,566
3,714
2,236
4,281
8,573
5,781
4,760
10,640
45,882
5,680
48,789
48,649
4,241
1,128
992
2,595
1,859
6,352
3,218
5,037
7,101
15,303
7,385
(12)
Jumlah
429 Papua
33
40
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
3
Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Maluku Utara Papua Barat
31
Maluku
30
32
Gorontalo Sulawesi Barat
28 29
Sulawesi Tenggara
27
Sulawesi Utara
24 Sulawesi Tengah
Kalimantan Timur
23
Sulawesi Selatan
Kalimantan Selatan
22
25
Kalimantan Tengah
21
26
Kalimantan Barat
20
Bali Nusa Tenggara Barat
Banten
16 17
Nusa Tenggara Timur
Jawa Timur
15
18
4
DI Yogyakarta
14
19
5
Jawa Tengah
13
4
Jawa Barat
12
DKI Jakarta
0
11
Kepulauan Riau
10
0
0
12
Lampung Kepulauan Bangka Belitung
8
0
1
0
0
0
1
0
(3)
Puskesmas
0 9
34
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
0
0 0
0 0
0
0
1
1
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
(5)
Lapas/Rutan
3
0
0
1
2
4
2
3
6
2
1
0
1
0
1
1
1
1
2
0
(4)
Rumah Sakit
Jumlah Layanan
LAYANAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (TRM) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
9
Sumatera Selatan Bengkulu
6 7
Riau Jambi
4
Sumatera Barat
3
5
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.13
1
0
1
0
2
1
1
1
4
0
83
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
1
0
0
3
0
0
6
7
9
5
6
12
18
(6)
Total
Lampiran 5.14
LAYANAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
No
Total
Provinsi
Puskesmas
Jumlah Layanan Rumah Sakit
Klinik
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(6)
1
Aceh
1
1
0
2
2
Sumatera Utara
0
2
0
2
3
Sumatera Barat
0
1
0
1
4
Riau
0
1
0
1
5
Jambi
0
1
0
1
6
Sumatera Selatan
0
2
0
2
7
Bengkulu
0
1
0
1
8
Lampung
0
2
0
2
9
Kepulauan Bangka Belitung
0
3
0
3
10
Kepulauan Riau
0
3
0
3
11
DKI Jakarta
1
6
0
7
12
Jawa Barat
0
6
0
6
13
Jawa Tengah
0
5
0
5
14
DI Yogyakarta
0
1
0
1
15
Jawa Timur
0
13
0
13
16
Banten
0
3
0
3
17
Bali
0
6
0
6
18
Nusa Tenggara Barat
0
2
0
2
19
Nusa Tenggara Timur
0
2
1
3
20
Kalimantan Barat
0
2
0
2
21
Kalimantan Tengah
0
0
0
0 1
22
Kalimantan Selatan
0
1
0
23
Kalimantan Timur
0
3
0
3
24
Sulawesi Utara
0
3
0
3
25
Sulawesi Tengah
0
1
0
1
26
Sulawesi Selatan
0
3
0
3
27
Sulawesi Tenggara
0
1
0
1
28
Gorontalo
0
0
0
0
29
Sulawesi Barat
0
1
0
1
30
Maluku
1
2
0
3
31
Maluku Utara
0
2
1
3
32
Papua Barat
2
1
0
3
33
Papua
8
9
1
18
13
90
3
106
Indonesia
Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013
430
431
Manado
Palu
Makassar
Kendari
Gorontalo
Mamuju
Maluku
Ternate
Jayapura
Sorong
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Total
Banjarmasin
Kalimantan Timur
27
28
Pontianak
Palangkaraya
25
26
Mataram
Kupang
23
24
Banten
Denpasar
21
22
Surabaya
Malang
19
20
Surakarta
DI Yogyakarta
17
18
Tasikmalaya
Semarang
15
Bandung
14
16
Jakarta III
13
Jakarta II
Tanjung Pinang
9
12
Tanjung Karang
8
Pangkal Pinang
Bengkulu
7
Jakarta I
Palembang
6
11
Jambi
5
10
Padang
Riau
3
Medan
2
(2)
Poltekkes
4
Aceh
1
(1)
No
Keperawatan
33
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
(3)
Kebidanan 36
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
3
1
1
1
2
2
1
1
0
0
0
0
2
1
1
1
1
1
1
1
(4)
Keperawatan Gigi 9
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
(5)
Farmasi (6)
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
13
(7)
Kesehatan Lingkungan
Gizi
(8)
Gizi
Kesehatan Masyarakat
19
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
Fisioterapi 3
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(9)
Keterapian Fisik
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(10)
Okupasi Terapi
Kefarmasian
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(11)
Terapi Wicara
Keperawatan Akupunktur 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(12)
Analis Kesehatan 9
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
(13)
Teknik Elektromedik 2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
(15)
0
0
0
0
0
(14)
Keteknisian Medis Teknik Radiodiagno stik
JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
132
2
3
2
0
0 0
0
2
8
2
4
2
6
3
5
2
5
4
1
6
6
6
7
8
5
6
3
4
1
0
0
5
3
3
3
2
3
3
2
(20)
Total
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(19)
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(17)
Ortotik Prostetik
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(16)
Teknik Gigi
Lampiran 5.15
Perekam & Informatika Kesehatan
432
7
3
Jayapura
Sorong
37
38
3
27,1
%
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
71
Jumlah
1
Maluku
Ternate
35
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
3
2
1
1
3
4
1
1
5
2
2
2
0
1
1
1
2
2
3
1
1
2
1
3
(3)
Keperawatan
36
Gorontalo
Mamuju
Kendari
32
33
Makassar
31
34
Manado
Palu
29
30
Banjarmasin
Kalimantan Timur
27
Palangkaraya
26
28
Kupang
Pontianak
24
25
Denpasar
Mataram
22
23
Malang
Banten
Surabaya
19
20
DI Yogyakarta
18
21
Semarang
Surakarta
16
17
Bandung
Tasikmalaya
14
Jakarta III
13
15
Jakarta I
Jakarta II
11
Pangkal Pinang
10
12
Tanjung Karang
Tanjung Pinang
Bengkulu
7
8
Palembang
6
9
Riau
Jambi
4
Padang
3
5
Medan
2
(2)
Aceh
(1)
1
Poltekkes
No
Kebidanan
1
2
1
18 6,9
23,7
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
62
2
4
1
2
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
4
2
3
2
0
1
1
1
0
1 2
1
0
1
1
1
(5)
Kesehatan Gigi
1
1
2
3
3
(4)
Farmasi 3,8
10
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
(6)
Analis Farmasi & Makanan 0
0,4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(8)
Jamu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(7)
9,9
26
0
2
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
2
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
12,2
32
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
2
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
(10)
Kesehatan Lingkungan (9)
Gizi
Gizi
Kesmas
0,8
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(11)
Fisioterapi
Keterapian Fisik
Jurusan / Program Studi
0
0,4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0,4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(13)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(12)
Okupasi Terapi
Kefarmasian Terapi Wicara
Keperawatan Akupunktur 0,4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(14)
Analis Kesehatan
0
0
8,8
23
0
1
1
1
0
0,8
2
0
0
0
0
0
0
0
1 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(16)
Teknik Elektromedik
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
2
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
(15)
Keteknisian Medis
1,1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(17)
Teknik Radiodiagnosti k
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2012
0,8
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
(18)
Teknik Gigi
Lampiran 5.16
Ortotik Prostetik 0,8
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(19)
1
1,5
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100,0
262
6
16
5
8
4
3
4
9
6
7
4
6
3
6
9
5
6
3
8
13
6 0
8 0
16
10
10
5
7
4
4
3
10
7
8
4
3
7
9
10
(21)
Total
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(20)
Perekam Informasi Kesehatan
Lampiran 5.17
JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES) JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2012
(9)
(11)
(14)
(15)
(16)
D-I PTTD
ATEM
APIKES
ARO
(13)
ATRO
(12)
AAK
ATW
(10)
(17)
(18)
(19)
D-III Kardiovaskuler
(8)
ATG
(7)
Keteknisian Medis
D-III AKUPUNTUR
(6)
Keterapian Fisik
AKFIS
(5)
Gizi
AKZI
(4)
AKL
(3)
Kesmas
AKFAR
AKG
(2)
(1)
AKAFARMA
Provinsi
AKBID
No
Kefarmasian
AKPER
Keperawatan
Jumlah
(20)
(21)
1
Aceh
15
33
0
0
2
1
0
2
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
57
2
Sumatera Utara
42
57
0
3
2
0
0
2
0
0
0
2
1
1
0
1
0
0
111
3
Sumatera Barat
13
11
0
1
3
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
33
4
Riau
7
22
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
35
5
Jambi
6
6
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
14
6
Sumatera Selatan
12
20
0
0
2
2
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
38
7
Bengkulu
4
4
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
8
Lampung
5
10
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
17
9
Kepulauan Bangka Belitung
2
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
10
Kepulauan Riau
1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
5
11
DKI Jakarta
32
20
1
0
4
1
2
2
1
0
2
0
1
3
2
1
1
0
73
12
Jawa Barat
12
11
0
0
3
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
30
13
Jawa Tengah
45
56
0
3
12
3
2
4
0
0
0
4
1
2
6
2
0
0
140
14
DI Yogyakarta
2
1
0
2
1
0
0
0
0
0
1
1
0
2
1
1
0
12
15
Jawa Timur
22
22
0
3
4
0
1
2
0
2
0
1
4
1
2
0
0
64
16
Banten
4
10
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
17
Bali
1
6
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
9
18
Nusa Tenggara Barat
2
9
1
0
2
1
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
18
19
Nusa Tenggara Timur
5
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
20
Kalimantan Barat
6
6
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
21
Kalimantan Tengah
3
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
7
22
Kalimantan Selatan
6
8
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
18
23
Kalimantan Timur
6
7
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15 9
0
24
Sulawesi Utara
5
3
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
4
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
26
Sulawesi Selatan
17
13
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
33
27
Sulawesi Tenggara
5
6
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
15
28
Gorontalo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
Sulawesi Barat
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
30
Maluku
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
31
Maluku Utara
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
32
Papua Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
Papua
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
4
288
356
4
12
52
11
6
17
1
2
3
19
14
7
18
8
2
0
820
Jumlah Institusi Non-Poltekkes
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013 Keterangan : Institusi Non-Poltekkes Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) pada tahun 2012 tidak menjadi binaan BPPSDM Kesehatan
433
434 2 0 0 0 0 0 0 2 71 8.7
0 0 0 0
1 1
1 1
0 2 2
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013 Institusi Non-Poltekkes Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) pada tahun 2012 tidak menjadi binaan BPPSDM Kesehatan
F
E
D
C
B
53 12 0 65
(3)
(2)
KEPERAWATAN 1 Akademi Keperawatan (AKPER) 2 Akademi Kebidanan (AKBID) 3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) Sub Total KEFARMASIAN 1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 2 Akademi Farmasi (AKFAR) Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Sub Total GIZI 1 Akademi Gizi (AKZI) Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 2 Akademi Terapi Wicara (ATW) 3 Akademi Akupunktur Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) Sub Total Total %
(1)
A
Pemda
Institusi Diknakes Non-Poltekkes
0 1 0 0 0 1 0 2 28 3.4
0 0 0 0
0 0
0 0
0 1 1
23 1 1 25
(4)
TNI / Polri
17 2 2 14 18 7 7 67 721 87.9
17 1 2 20
5 5
10 10
12 49 61
212 343 3 558
(5)
Swasta
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2012
No
Lampiran 5.18
19 3 2 14 18 8 7 71 820 100.0
17 1 2 20
6 6
11 11
12 52 64
288 356 4 648
(6)
Jumlah
435
Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
Akademi Akupunktur
4
Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)
Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)
Akademi Ortotik Prostetik (AOP) Sub Total Total
6
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)
3
4
Akademi Tekniker Gigi (ATG)
2
5
Akademi Analis Kesehatan (AAK)
1
KETEKNISIAN MEDIS
Akademi Terapi Wicara (ATW)
3 Sub Total
Akademi Fisioterapi (AKFIS)
Akademi Okupasi Terapi (AOT)
1
2
Akademi Gizi (AKZI) Sub Total KETERAPIAN FISIK
1
Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Sub Total GIZI
1
Akademi Farmasi (AKFAR) Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT
2
1
KEFARMASIAN
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
F
E
D
C
B
200 3,020 26,285
225
60
325
200
2,010
610
100
100
100
310
3,050 3,050
2,510 2,510
945 1,070
125
16,025
1,650
Akademi Kesehatan Gigi (AKG)
3 Sub Total
8,400 5,975
Akademi Kebidanan (AKBID)
2
(3)
Tingkat I
KEPERAWATAN 1 Akademi Keperawatan (AKPER)
(2)
(1)
A
Institusi Poltekkes
120 2,180 22,405
245
60
295
120
1,340
445
60
60
100
225
2,260 2,260
2,245 2,245
680 760
80
14,515
1,635
5,541
7,339
(4)
Tingkat II
Peserta Didik Poltekkes
120 2,220 22,200
245
60
295
120
1,380
445
60
60
100
225
2,260 2,260
2,245 2,245
680 760
80
14,270
1,635
5,443
7,192
(5)
Tingkat III
REKAPITULASI PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
No
Lampiran 5.19
440 7,420 70,890
715
180
915
440
4,730
1,500
220
220
300
760
7,570 7,570
7,000 7,000
2,305 2,590
285
44,810
4,920
16,959
22,931
(6)
Jumlah
436
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
F
E
D
C
B
KEPERAWATAN 1 Akademi Keperawatan (AKPER) 2 Akademi Kebidanan (AKBID) 3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) Sub Total KEFARMASIAN 1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 2 Akademi Farmasi (AKFAR) Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Sub Total GIZI 1 Akademi Gizi (AKZI) Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 2 Akademi Terapi Wicara (ATW) 3 Akademi Akupunktur Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) Sub Total Total
(2)
(1)
A
Institusi Diknakes Non Poltekkes
No
1.525 260 60 760 1.685 420 760 5.470 69.945
1.440 100 160 1.700
650 650
955 955
1.170 3.985 5.155
28.060 27.775 180 56.015
(3)
Tingkat I
2.030 200 160 860 1.725 610 640 6.225 78.716
1.300 100 220 1.620
695 695
1.260 1.260
1.690 3.900 5.590
33.945 29.241 140 63.326
(4)
Tingkat II
Peserta Didik Non Poltekkes
1.870 200 160 780 1.685 600 640 5.935 76.028
1.240 100 220 1.560
695 695
1.100 1.100
1.690 3.775 5.465
33.363 27.770 140 61.273
(5)
Tingkat III
5.425 660 380 2.400 5.095 1.630 2.040 17.630 224.689
3.980 300 600 4.880
2.040 2.040
3.315 3.315
4.550 11.660 16.210
95.368 84.786 460 180.614
(6)
Jumlah
REKAPITULASI PESERTA DIDIK NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Lampiran 5.20
437
(2)
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
F
E
D
C
B
KEPERAWATAN 1 Akademi Keperawatan (AKPER) 2 Akademi Kebidanan (AKBID) 3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) Sub Total KEFARMASIAN 1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 2 Akademi Farmasi (AKFAR) Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Sub Total GIZI 1 Akademi Gizi (AKZI) Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 2 Akademi Okupasi Terapi (AOT) 3 Akademi Terapi Wicara (ATW) 4 Akademi Akupunktur Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 2 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO 5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) 8 Akademi Ortotik Prostetik (AOP) Sub Total Total
(1)
A
Institusi Diknakes
1,125 92 0 285 0 225 0 16 1,743 21,630
123 52 36 33 244
2,068 2,068
2,089 2,089
125 885 1,010
7,183 5,652 1,641 14,476
(3)
Poltekkes
1,629 110 130 669 1,136 510 590 0 4,774 53,602
978 0 32 101 1,111
490 490
795 795
1,189 2,501 3,690
26,967 15,735 40 42,742
(4)
Non Poltekkes
REKAPITULASI LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012
No
Lampiran 5.21
2,754 202 130 954 1,136 735 590 16 6,517 75,232
1,101 52 68 134 1,355
2,558 2,558
2,884 2,884
1,314 3,386 4,700
34,150 21,387 1,681 57,218
(5)
Jumlah
438
Sorong
37
7,183
235
45
116
60
767
50
172
345
150
0
60 5,652
2,089
0
35
58 54
0
65
0
0
100
0
75
61
51
0
125
0
50
50
0
125
225
0
125
0
125
0
125
0
127
0
100
0
100
100
0
125
100
100
(5)
Kesehatan Lingkungan
60
100
140
176
100
150
116 100
225
125
100
79
113
160
152
80
125
160
100
90
159
325
287
100
100
310
200
462
250
0
100
120
217
171
100
100
225
325
220
(4)
Kebidanan
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Banten
Mamuju
35
36
Jayapura
Pangkal Pinang
33
34
Ternate
Gorontalo
31
32
Kendari
Ambon
29
30
Palu
Makassar
27
28
Samarinda
Banjarmasin
Manado
75
Palangkaraya
23
24
25
60
22
26
292
Kupang
Pontianak
21
125
200
275
271
Mataram
Malang
17
125
114
20
Yogyakarta
16
Surabaya
Surakarta
15
575
200
Denpasar
Semarang
14
18
Tasikmalaya
13
204
375
0
125
161
241
223
125
60
225
125
325
(3)
Keperawatan
19
Jakarta III
Bandung
11
Jakarta II
10
12
Tanjung Karang
Jakarta I
8
9
Bengkulu
Palembang
6
7
Pekanbaru
Jambi
4
5
Medan
Padang
2
3
(2)
Banda Aceh
1
Poltekkes
(1)
No
Lampiran 5.22
2,068
60
41
0
40
65
50
52
80
100
125
0
48
0
125
37
40
30
50
100
0
99
125
0
125
0
77
0
95
0
50
56
80
0
60
58
100
100
(6)
Gizi
1,641
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
78
0
100
0
60
12
0
100
125
0
125
0
125
80
125
0
0
125
40
106
0
100
0
60
80
100
(7)
Kesehatan Gigi
885
0
0
0
40
0
0
0
0
0
100
0
95
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
125
0
125
0
40
100
0
0
0
0
100
60
(8)
Farmasi
1,125
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
60
100
0
50
0
50
40
125
0
80
0
0
0
125
125
0
0
80
100
0
0
0
0
90
0
(9)
Analisis Kesehatan
225
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
125
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(10)
Teknik Elektromedik
285
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
185
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(11)
Teknik Diagnostik
92
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
52
0
40
0
0
0
0
0
0
0
(12)
Teknik Gigi
Jurusan / Program Studi
125
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
125
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(13)
AKAFARMA
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013
123
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
73
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(14)
Fisioterapi
52
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
52
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(15)
Okupasi Terapi
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(16)
Ortotik Prostetik
36
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
36
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(17)
Terapi Wicara
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(18)
Akupunktur
21,630
355
175
174
200
997
240
400
625
400
810
402
549
240
654
225
420
584
390
649
1,200
657
680
424
1,445
480
1,243
750
724
350
631
820
574
425
220
693
920
905
(19)
Jumlah
439
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
6
7
8
9
408
524
2,016
395
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
Jumlah 15,735
26,967
60
0
0
0
1,514
0
0
481
463
120
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
335
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(7)
AKG
0
180
260
1,141
120
480
2,166
686
1,280
60
428
49
1,254
296
60
1,331
560
1,971
440
0
0
80
(6)
AKBID
Keperawatan
20
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
31 Papua
30 Maluku Utara
29 Maluku
0
497
23 Kalimantan Timur
28 Gorontalo
342
604
20 Kalimantan Barat
550
260
19 Nusa Tenggara Timur
22 Kalimantan Selatan
345
18 Nusa Tenggara Barat
21 Kalimantan Tengah
100
17 Bali
3,925
718
15 Jawa Timur
16 Banten
400
14 DI Yogyakarta
985
3,992
13 Jawa Tengah
12 Jawa Barat
98
488
237
941
761
60
482
1,160
3,360
610
2,609
(5)
AKPER
11 DKI Jakarta
10 Kepulauan Riau
Riau
Jambi
4
Sumatera Barat
3
5
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.23
(9)
1,189
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
229
60
0
360
130
0
100
0
0
0
0
0
80
170
60
(10)
60
0
0
0
40
100
180
0
48
120
60
100
0
80
80
179
60
0
500
50
160
0
0
100
84
50
0
50
260
60
80
2,501
AKFAR
Kefarmasian AKAFARMA (11)
AKL
Kesmas
795
0
0
0
0
36
37
0
0
50
0
0
0
0
100
0
60
60
0
262
0
0
0
0
0
50
0
0
0
0
80
60
(12)
AKZI
Gizi
490
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
160
0
200
0
50
0
0
0
0
0
0
0
80
0
0
(14)
AKFIS
978
0
0
0
0
0
50
0
41
0
0
0
0
0
0
160
0
0
160
33
132
0
0
0
100
0
0
15
60
127
100
(14)
ATW
32
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Keterapian Fisik
(15)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
101
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
101
Akupunktur
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013
(17)
ATG
110
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
60
0
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(18)
AAK
1,629
60
0
0
0
0
60
0
0
0
60
60
0
0
0
0
385
39
0
360
180
0
0
0
0
0
47
0
100
78
120
80
(19)
ATRO
669
0
0
0
0
0
60
0
0
0
59
0
0
0
0
60
0
59
0
80
15
84
0
92
0
0
0
0
0
0
80
80
(20)
ARO
590
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
180
0
130
0
0
0
0
0
0
0
100
80
0
Keteknisian Medis
(21)
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80
60
0
460
16
100
0
0
0
80
0
0
20
160
60
1,136
APIKES (23)
ATEM
510
0
0
0
0
0
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
60
0
180
60
0
0
0
0
0
0
0
0
80
50
(23)
PTTD
130
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
60
0
0
0
70
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(26)
Jumlah
53,602
140
60
80
0
471
4,017
704
449
1,076
1,252
582
1,039
260
745
500
6,580
1,296
880
8,900
1,965
4,887
158
1,108
386
2,509
1,154
120
1,998
2,538
6,128
1,620
440
Jawa Timur
Banten
15
16
Sulawesi Selatan
26
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
Keterangan : 98,59% Puskesmas melaporkan data ketenagaannya
59
91
38
47
25
89
69
902
109
362
223
220
95
214
227
153
925
1,058
4,258
1,231
3,529
3,503
4,339
184
49
225
90
908
387
733
497
1,931
563
27,333
(3)
Dokter Spesialis
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Total
Sulawesi Barat
Maluku
29
30
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
25
Gorontalo
Sulawesi Utara
24
27
Kalimantan Timur
23
28
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
21
Kalimantan Barat
20
22
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
19
Bali
DI Yogyakarta
14
17
Jawa Barat
Jawa Tengah
12
11
13
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
10
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
8
Bengkulu
7
9
Jambi
Sumatera Selatan
5
6
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.24
693
312
241
334
235
249
414
1,278
470
923
878
714
462
567
630
476
929
1,146
4,117
1,289
4,786
3,804
2,382
550
254
812
442
972
655
1,074
1,037
2,920
1,319
37,364
(4)
Dokter Umum
87
53
48
108
100
33
108
572
101
62
308
177
93
128
153
134
263
525
1,591
431
1,205
1,535
1,211
149
51
249
113
186
173
358
377
865
279
11,826
(5)
Dokter Gigi
8,924
235,496
4,870
2,225
2,647
4,460
1,787
1,222
3,677
10,454
6,131
4,904
5,578
5,273
4,548
8,442
5,362
3,853
4,609
5,694
27,152
5,114
21,728
22,003
13,667
3,688
2,001
4,482
3,343
7,371
4,697
6,038
5,908
13,644
(6)
Perawat
8,919
126,276
1,761
777
972
1,166
922
590
1,724
4,876
2,340
1,394
2,057
2,731
1,862
2,200
2,931
1,891
2,038
3,099
14,547
1,539
15,494
11,578
2,165
1,173
764
3,273
2,527
4,380
3,139
4,208
4,345
12,894
(7)
Bidan
Jumlah Tenaga Kesehatan
387
172
204
138
200
233
464
1,216
583
525
626
1,655
417
484
623
323
524
664
4,335
1,689
3,801
2,387
1,775
257
195
412
673
1,013
681
867
876
1,605
1,219
31,223
(8)
Farmasi
REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2012
1,592
571
1,013
879
1,238
1,148
2,480
6,370
2,364
1,422
2,190
2,649
1,886
2,175
2,208
2,163
2,508
1,979
8,549
1,947
9,732
6,253
2,278
819
775
2,284
2,603
4,755
2,442
2,588
3,810
5,856
6,378
97,904
(9)
Lainnya
567,422
9,449
4,201
5,163
7,132
4,507
3,564
8,936
25,668
12,098
9,592
11,860
13,419
9,363
14,210
12,134
8,993
11,796
14,165
64,549
13,240
60,275
51,063
27,817
6,820
4,089
11,737
9,791
19,585
12,174
15,866
16,850
39,715
27,601
(10)
Jumlah
139,812
993
349
265
465
380
805
624
2,634
809
1,395
3,105
2,043
2,023
2,314
2,029
2,547
4,641
3,279
25,834
5,840
22,136
15,738
11,061
1,203
1,189
1,493
1,741
4,669
2,591
3,092
2,646
5,578
4,301
(11)
Tenaga Non Kesehatan
707,234
10,442
4,550
5,428
7,597
4,887
4,369
9,560
28,302
12,907
10,987
14,965
15,462
11,386
16,524
14,163
11,540
16,437
17,444
90,383
19,080
82,411
66,801
38,878
8,023
5,278
13,230
11,532
24,254
14,765
18,958
19,496
45,293
31,902
(12)
Total SDM Kesehatan
441
Sulawesi Selatan
26
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
Keterangan : 98,59% Puskesmas melaporkan data ketenagaannya
3
2
0
1
0
0
10
3
0
1
1
3
2
3
0
0
0
0
31
1
7
9
34
7
0
4
0
7
0
6
3
6
1
145
(3)
Dokter Spesialis
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Total
Sulawesi Barat
Maluku
29
30
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
25
Gorontalo
Sulawesi Utara
24
27
Kalimantan Timur
23
28
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
21
Kalimantan Barat
20
22
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
19
Banten
Bali
16
Jawa Timur
15
17
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
13
Jawa Barat
12
14
Kepulauan Riau
Kepulauan Bangka Belitung
9
DKI Jakarta
Lampung
8
10
Bengkulu
7
11
Jambi
Sumatera Selatan
5
6
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.25
17,791
393
61
145
219
153
121
265
690
244
479
479
446
274
314
370
254
320
475
1,833
365
1,931
1,889
645
322
140
518
254
458
338
578
585
1,459
774
(4)
Dokter Umum
6,884
46
14
33
91
65
21
70
386
63
26
209
134
58
79
109
105
170
273
945
177
738
806
484
96
38
193
66
93
106
217
287
530
156
(5)
Dokter Gigi
105,870
2,911
1,215
1,894
3,533
1,164
655
2,234
4,752
3,643
1,852
2,700
2,753
2,568
5,702
2,999
2,583
1,058
1,806
10,345
863
7,216
8,400
2,458
1,960
964
3,314
1,656
3,392
2,155
2,672
2,590
6,873
4,990
(6)
Perawat
10,254
22
26
155
93
57
46
111
538
201
223
151
392
212
651
370
186
213
203
980
245
927
1,251
235
211
65
394
96
308
285
176
365
472
394
(7)
Perawat Gigi
102,384
1,353
530
801
981
787
453
1,387
3,874
1,880
1,025
1,559
2,266
1,502
1,845
2,361
1,645
1,296
2,436
11,379
776
12,714
9,667
1,029
813
617
3,028
2,091
3,565
2,593
3,078
3,838
11,228
7,987
(8)
Bidan
9,851
115
42
82
48
90
138
189
488
206
188
248
289
150
244
325
158
120
174
1,056
165
1,004
602
245
92
62
251
355
341
256
298
417
665
748
(9)
Farmasi
21,342
165
46
422
257
278
382
558
1,907
863
176
622
795
370
543
485
348
409
468
973
93
1,751
926
386
184
88
726
636
1,588
447
492
906
1,096
1,956
(10)
Kesmas
Jumlah Tenaga Kesehatan
10,532
124
79
70
155
178
143
341
643
359
276
198
338
179
282
491
387
213
140
835
163
838
891
192
71
64
340
160
468
241
192
305
428
748
(11)
Sanitarian
9,629
189
96
148
196
156
132
383
560
98
242
176
311
231
291
294
366
129
217
887
165
906
795
144
69
81
164
137
269
122
154
284
753
484
(12)
Gizi
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2012
615
2
1
6
7
22
1
16
38
1
23
6
3
0
3
18
8
5
3
47
17
83
10
6
3
1
0
2
20
15
3
39
47
159
(13)
Keterapian Fisik
6,918
165
10
27
16
54
6
79
458
49
2
127
268
113
253
187
255
90
225
664
278
912
426
119
65
68
190
67
292
190
203
370
320
370
(14)
Keteknisian Medis
302,215
5,488
2,122
3,783
5,597
3,004
2,098
5,643
14,337
7,607
4,513
6,476
7,998
5,659
10,210
8,009
6,295
4,023
6,420
29,975
3,308
29,027
25,672
5,977
3,893
2,188
9,122
5,520
10,801
6,748
8,069
9,989
23,877
18,767
(15)
Jumlah
34,878
205
48
123
257
177
291
227
909
364
209
991
524
385
690
692
1,187
512
747
8,371
1,265
5,618
3,910
1,181
364
349
608
270
794
386
543
707
717
1,257
(16)
Tenaga Non Kesehatan
337,093
5,693
2,170
3,906
5,854
3,181
2,389
5,870
15,246
7,971
4,722
7,467
8,522
6,044
10,900
8,701
7,482
4,535
7,167
38,346
4,573
34,645
29,582
7,158
4,257
2,537
9,730
5,790
11,595
7,134
8,612
10,696
24,594
20,024
(17)
Total SDM Kesehatan
442
121
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
27
28
Papua
33
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Total
Maluku Utara
Papua Barat
31
32
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
26
Maluku
Sulawesi Tengah
25
29
Sulawesi Utara
30
217
Kalimantan Timur
23
24
774
393 17.791
9.510
61
145
219
153
121
265
690
244
479
479
446
274
314
370
254
320
475
1.833
365
1.931
1.889
645
322
140
518
254
458
338
578
585
1.459
(4)
Dokter Umum
381
128
119
178
91
87
258
425
176
177
190
237
349
157
118
226
228
960
Kalimantan Selatan
Jawa Timur
15
Kalimantan Tengah
DI Yogyakarta
14
873
22
Jawa Tengah
13
340 1.046
21
Jawa Barat
12
Kalimantan Barat
DKI Jakarta
11
69
20
Kepulauan Riau
10
60
276
Nusa Tenggara Timur
Kepulauan Bangka Belitung
9
19
Lampung
8
178
Nusa Tenggara Barat
Bengkulu
7
317
176
18
Sumatera Selatan
6
Bali
Jambi
5
207
Banten
Riau
4
260
555
330
17
Sumatera Barat
3
(3)
Jumlah Puskesmas
46
14
33
91
65
21
70
386
63
26
209
134
58
79
109
105
170
273
945
177
738
806
484
96
38
193
66
93
106
217
287
530
156
6.884
(5)
Dokter Gigi
105.870
2.911
1.215
1.894
3.533
1.164
655
2.234
4.752
3.643
1.852
2.700
2.753
2.568
5.702
2.999
2.583
1.058
1.806
10.345
863
7.216
8.400
2.458
1.960
964
3.314
1.656
3.392
2.155
2.672
2.590
6.873
4.990
(6)
Perawat
102.384
1.353
530
801
981
787
453
1.387
3.874
1.880
1.025
1.559
2.266
1.502
1.845
2.361
1.645
1.296
2.436
11.379
776
12.714
9.667
1.029
813
617
3.028
2.091
3.565
2.593
3.078
3.838
11.228
7.987
(7)
Bidan
1,87
1,03
0,48
1,22
1,23
1,68
1,39
1,03
1,62
1,39
2,71
2,21
1,97
1,44
1,32
1,06
1,62
2,71
2,08
1,91
3,02
2,21
1,81
1,90
4,67
2,33
1,88
1,43
1,44
1,92
2,79
2,25
2,63
2,35
(8)
Rasio Dokter Umum terhadap Puskesmas
0,72
0,12
0,11
0,28
0,51
0,71
0,24
0,27
0,91
0,36
0,15
0,96
0,59
0,31
0,33
0,31
0,67
1,44
1,20
0,98
1,46
0,85
0,77
1,42
1,39
0,63
0,70
0,37
0,29
0,60
1,05
1,10
0,95
0,47
(9)
Rasio Dokter Gigi terhadap Puskesmas
RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
16
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.26
11,13
7,64
9,49
15,92
19,85
12,79
7,53
8,66
11,18
20,70
10,46
12,44
12,18
13,52
24,06
8,59
16,45
8,97
7,92
10,78
7,13
8,27
8,03
7,23
28,41
16,07
12,01
9,30
10,70
12,24
12,91
9,96
12,38
15,12
(10)
Rasio Perawat terhadap Puskesmas
10,77
3,55
4,14
6,73
5,51
8,65
5,21
5,38
9,12
10,68
5,79
7,18
10,03
7,91
7,78
6,77
10,48
10,98
10,68
11,85
6,41
14,56
9,24
3,03
11,78
10,28
10,97
11,75
11,25
14,73
14,87
14,76
20,23
24,20
(11)
Rasio Bidan terhadap Puskesmas
443
Papua
33 2.083
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Total
Maluku Utara
Papua Barat
31
32
Sulawesi Barat
Maluku
29
Gorontalo
28
30
Sulawesi Tenggara
27
25
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
24
25
Kalimantan Timur
23
26
35
Kalimantan Selatan
22
38
34
13
17
26
8
11
23
76
50
29
16
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
20
41
22
54
73
286
66
247
243
142
25
18
42
27
53
59
21
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
19
Banten
Bali
Jawa Timur
15
16
DI Yogyakarta
14
17
Jawa Tengah
13
DKI Jakarta
Jawa Barat
12
11
13
Bengkulu
Lampung
7
8
Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera Selatan
6
Kepulauan Riau
Jambi
5
9
Riau
10
46
Sumatera Barat
4
174
3
51
Sumatera Utara
(3)
2
(2)
Aceh
(1)
Jumlah Rumah Sakit
1
Provinsi
No
Lampiran 5.27
560
54
65
38
46
25
87
59
897
107
353
222
210
91
210
226
147
913
1.050
4.212
1.050
3.381
3.455
4.281
162
47
214
89
900
370
727
477
1.904
26.629
(4)
Dokter Spesialis
482
269
147
88
106
61
120
122
555
211
330
328
261
156
231
240
163
532
533
2.121
415
2.326
1.742
1.687
171
80
242
184
478
279
444
390
1.179
16.673
(5)
Dokter Umum
4.242
(6)
36
21
15
15
16
12
30
173
36
33
77
41
25
42
37
21
80
212
592
142
360
688
703
45
9
38
45
89
59
112
71
257
110
Dokter Gigi
1.545
556
462
794
492
488
1.193
5.114
2.163
2.556
2.601
2.098
1.647
1.922
1.834
877
3.246
3.520
15.551
3.280
12.017
12.019
10.929
1.125
690
595
1.453
3.460
2.021
3.080
2.593
5.602
3.259
110.782
(7)
Perawat
770
310
95
162
177
125
127
276
973
435
304
438
453
321
347
495
116
682
584
2.914
441
1.810
1.751
1.126
256
90
148
360
738
426
1.081
380
1.398
20.109
(8)
Bidan
Jumlah Tenaga Kesehatan
107
79
74
241
588
277
464
345
646
305
182
54
102
72
64
61
201
654
327
182
307
1.306
201
208
196
68
344
355
2.900
386
1.322
1.637
1.494
15.749
(9)
Farmasi
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ME NUR UT P R OV INS I T AHUN 2012
417
100
179
175
152
198
479
1.981
574
406
445
706
476
606
274
258
1.034
575
4.031
759
2.717
2.245
1.339
181
199
234
823
658
495
878
1.038
761
1.199
26.592
(10)
Lainnya
220.776
2.813
1.038
1.046
1.385
935
1.093
2.360
10.347
3.853
4.164
4.418
5.075
2.917
3.566
3.302
1.650
6.831
6.829
32.321
6.473
23.933
23.537
21.559
2.047
1.194
1.545
3.195
6.911
3.927
6.786
5.294
11.747
6.685
(11)
Jumlah
180
158
97
76
100
380
79
1.382
243
864
1.437
1.335
1.191
1.453
945
607
3.577
2.275
15.438
2.599
11.892
10.249
9.671
622
489
499
860
3.268
1.498
2.107
1.530
3.245
2.248
82.594
(12)
Tenaga Non Kesehatan
303.370
2.993
1.196
1.143
1.461
1.035
1.473
2.439
11.729
4.096
5.028
5.855
6.410
4.108
5.019
4.247
2.257
10.408
9.104
47.759
9.072
35.825
33.786
31.230
2.669
1.683
2.044
4.055
10.179
5.425
8.893
6.824
14.992
8.933
(13)
Total SDM Kesehatan
444
Lampung
8
DI Yogyakarta
14
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
10
2,623
88,309
4
6
4
3
8
9
118
16
46
41
26
16
22
14
16
106
81
336
125
308
344
498
12
8
27
7
79
18
38
78
161
38
(4)
Spesialis Penyakit Dalam
566
178
137
203
108
250
338
3,386
410
1,855
1,340
940
465
681
486
627
2,732
4,136
11,439
2,673
8,610
13,885
14,760
591
285
1,361
465
1,975
758
2,012
2,266
6,374
2,017
(3)
Dokter Umum
Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Sulawesi Barat
Maluku
29
30
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
26
Gorontalo
Sulawesi Tengah
25
27
Sulawesi Utara
24
28
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
22
23
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Timur
19
20
Nusa Tenggara Barat
18
21
Banten
Bali
16
17
Jawa Timur
Jawa Tengah
13
15
DKI Jakarta
Jawa Barat
11
12
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
7
Kepulauan Riau
Sumatera Selatan
6
9
Jambi
5
10
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Dokter Spesialis Dasar
Spesialis Anak 2,795
14
8
6
4
4
5
6
91
10
53
38
23
5
18
11
16
107
136
329
116
258
490
595
28
8
28
8
76
14
52
47
151
40
(5)
Spesialis Bedah 1,825
15
6
3
6
3
5
9
86
10
25
35
17
7
19
9
9
84
54
244
81
218
248
295
11
4
30
7
48
18
31
44
116
28
(6)
Spesialis Obstetri dan Ginekologi 3,069
12
6
4
6
6
6
16
117
16
45
59
30
9
21
10
19
139
117
389
106
286
434
632
30
10
37
10
92
28
63
65
208
41
(7)
#
Spesialis Anestesiologi 1,253
4
0
0
0
0
0
2
47
4
11
21
9
2
7
1
4
62
60
176
52
157
199
285
13
2
10
2
15
6
15
17
57
13
(8)
Spesialis Radiologi 8
888
3
3
0
1
0
3
5
52
3
7
12
5
6
8
3
5
19
28
173
40
104
147
177
5
2
10
1
11
4
9
5
29
(9)
5
727
6
1
2
1
1
3
4
37
3
2
12
9
4
8
4
4
15
22
139
33
54
123
126
3
0
8
1
6
3
9
19
60
(10)
Spesialis Patologi Klinik
357
1
0
0
0
0
0
1
19
1
7
6
3
0
2
1
2
14
6
57
19
28
44
63
2
0
6
2
19
3
6
11
29
5
Spesialis Patologi Anatomi (11)
#
Spesialis Lain 8,675
16
3
5
12
4
13
14
345
25
111
108
65
22
46
16
32
268
321
1,432
305
856
1,220
2,255
38
14
55
10
172
41
103
174
460
114
(12)
Dokter Gigi 23,262
87
33
28
53
42
35
121
1,239
68
73
364
183
86
160
125
150
735
1,323
3,561
897
1,552
3,579
4,980
161
60
229
79
293
173
517
552
1,538
186
(13)
289
0
0
0
0
0
1
0
7
1
2
4
0
1
2
0
0
3
13
31
25
19
77
81
2
1
2
0
2
0
2
1
10
2
Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial (14)
Spesialis Konservasi Gigi 0
1
0
0
1
0
2
1
5
3
454
0
0
1
1
0
0
0
7
0
3
5
2
0
0
0
0
4
16
139
36
31
57
139
(15)
0
0
0
0
0
0
1
1
3
2
131
1
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
2
5
33
9
5
17
49
(16)
480
0
0
0
0
0
0
0
6
0
2
5
1
0
0
0
2
4
14
89
31
19
87
175
1
0
3
1
4
1
3
4
27
(17)
1
2
0
1
0
1
1
1
1
3
258
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
2
0
0
1
0
0
3
14
71
11
10
46
83
(18)
1
Dokter Gigi Spesialis Dasar Spesialis Ortodonsia
Dokter Spesialis Penunjang Spesialis Periodonsia
REKAPITULASI DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012
Spesialis Prostodonsia
Lampiran 5.28
284
0
0
0
1
0
1
1
4
0
1
2
0
1
1
0
2
6
20
62
28
9
59
76
0
1
0
0
1
0
1
2
3
2
Spesialis Kedokteran Gigi Anak (19)
Spesialis Penyakit Mulut 0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
55
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
2
16
1
0
7
25
(20)
(21)
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi
135,739
735
242
192
292
171
330
526
5,570
567
2,243
2,054
1,314
624
996
680
888
4,305
6,368
18,718
4,588
12,524
21,064
25,295
899
396
1,807
593
2,795
1,068
2,865
3,288
9,235
2,507
(22)
Total
445
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
0
1
18.029
0
402
0
686
0
150
0
4.042
0
772
0
144
0
0
0
0
1.043
0
0
782
1.359
83
2.033
0
139
3.518
17.089
0
0
0
0
0
773
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
385
178
1.348
0
702
969
1.101
0
1.101
2.003
0
301
811
351
126
6.177
441
1.473
(4)
IBI
0
1.077
44
593
(3)
PPNI
Sumber: Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
DI Yogyakarta
Jawa Barat
12
14
DKI Jakarta
11
Jawa Tengah
Kepulauan Riau
13
Kepulauan Bangka Belitung
9
10
Lampung
8
Jambi
5
Sumatera Selatan
Riau
4
Bengkulu
Sumatera Barat
3
6
Sumatera Utara
2
7
Aceh
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.29
2.926
21
0
0
0
11
18
0
0
0
0
10
44
33
71
66
0
0
141
118
185
137
527
459
0
32
77
0
136
0
189
154
28
469
(5)
IFI
208
6.463
35
0
0
26
0
0
74
629
51
0
0
440
105
416
249
0
435
0
237
408
2.614
0
0
0
4
0
6
3
14
2
7
6
22
2
15
20
15
26
50
380
57
585
794 37
572
24
3
24
11
150
1
56
202
98
51
(7)
IROPIN
846
0
102
125
0
146
80
220
283
50
675
(6)
PPGI
8
6
1
619
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
2
3
1
1
1
0
1
320
6
42
13
84
92
0
1
6
4
9
3
10
(8)
IKATWI
0
8
0
8
0
1
4
5
1
4.924
9
0
30
2
19
24
0
329
44
21
4
101
24
11
632
1
0
0
0
0
0
0
12
1
0
8
6
2
0
0
1
44
14
69
0
58
14
179
99
200
10
(10)
IOTI
173
207
510
234
107
651
889
61
64
179
38
227
51
126
167
238
271
(9)
PARI
13.759
275
131
161
405
0
375
460
950
104
318
202
373
168
408
266
628
426
273
116
607
1.140
1.288
787
30
103
279
164
519
180
354
770
772
727
(11)
PERSAGI
0
0
3.308
4
0
0
0
0
0
0
0
467
0
0
2
0
4
0
4
108
1 0
11 0
8
4
2
1
7
10
11
50
0
7
34
114
5
17
4
3
2
7
16
18
1
16
(13)
PTGI
26
29
0
24
54
58
0
52
468
351
882
315
489
0
0
28
0
0
0
0
528
(12)
PORMIKI
7.437
0
0
0
0
0
10
544
1.139
10
546
258
239
10
529
11
10
13
120
764
114
46
0
482
41
121
706
25
666
526
11
38
357
101
(14)
HAKLI
2.095
0
3
7.465
12
180
57
63
27 0
7
47
121
52
0
0
469
122
0
0
89
68
75
75
80
89
2.362
1.701
52
154
163
31
379
80
685
73
80
99
(16)
PATELKI
8
19
10
191
15
17
38
22
1
17
11
42
49
322
58
270
141
439
26
18
22
13
19
14
27
82
16
158
(15)
IKATEMI
REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012
1.967
12
0
7
0
0
9
1
43
24
6
49
1
10
17
48
34
89
44
407
65
217
237
211
0
9
72
23
34
26
92
86
65
29
(17)
IPAI
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
171
0
0
0
18
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
153
(18)
HAKTI 5
135
0
0
0
0
0
0
0
26
0
1
0
4
3
0
0
1
6
1
13
7
0
10
30
0
0
0
1
2
1
1
3
20
(19)
IKAFMI
0
0
0
0
0
0
2
2
5
3
104
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
1
2
8
1
62
5
10
(20)
IOPI
961
7
1
4
3
0
7
6
15
1
11
29
15
2
4
19
11
6
57
97
160
51
116
249
7
2
23
8
6
11
10
9
14
(21)
ITTDI
91.165
376
717
261
1.234
49
1.438
1.223
7.556
252
1.702
1.112
1.573
365
1.515
879
912
2.745
1.580
5.055
3.165
5.883
7.923
10.704
256
1.866
7.237
664
3.417
1.101
9.055
2.913
3.816
2.621
(22)
Total
446
0
Total
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Norwegia
Australia
Afrika Selatan
25
28
Belgia
29
Belanda
23
24
Chili
Tanzania
Spanyol
21
22
Perancis
Inggris
20
26
0
Tunisia
19
27
0
Uni Emirat Arab
18
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
Libanon
Saudi Arabia
16
1
0
0
0
0
0
0
0
17
Oman
Qatar
14
Kuwait
13
15
Bahrain
Abu Dhabi
11
12
Thailand
Mongolia
Taiwan
8
9
Jepang
7
10
0
Hongkong
6
5 0
Singapura
Timor Leste
3
2
4
(4)
(3)
1
Sanitarian
Dokter Umum
0
1
1
1
0
0
0
4
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
8
(5)
53
2
9
5
5
14
820
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
73
431
0
30
35
249
1
9
0
1
724
Perawat (6)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Fisioterapis
2
REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN INDONESIA YANG BEKERJA DI LUAR NEGERI MENURUT JENIS TENAGA DAN NEGARA TAHUN 2012
4
Malaysia
2
(2)
Brunei Darussalam
(1)
1
Negara
No
Lampiran 5.30
(7)
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
Medic-safety Coordinator
6
(8)
Total
1,676
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
75
433
1
32
35
249
1
9
1
1
724
54
2
9
13
7
16
447
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Banten
DKI Jakarta
11
Jawa Timur
Kepulauan Riau
10
16
Kepulauan Bangka Belitung
9
15
Lampung
8
DI Yogyakarta
Bengkulu
7
14
Sumatera Selatan
6
Jawa Barat
Jambi
5
Jawa Tengah
Riau
4
13
Sumatera Barat
3
12
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.31
(3)
Biasa
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
1
0
0
0
0
2
0
0
1
0
(4)
4
5
2
1
0
0
0
2
3
4
2
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
0
0
6
0
3
0
0
1
1
0
2
2
54
Terpencil (5)
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
Sangat Terpencil
Dokter Spesialis (6)
62
4
5
2
1
0
0
0
2
3
4
2
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
(7)
Biasa
0
0
3
0
0
3
1
0
4
2
Jumlah (8)
Terpencil
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(9)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sangat Terpencil
Dokter Gigi Spesialis
REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
(10)
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(11)
4
5
2
1
0
0
0
2
3
4
2
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
3
0
7
0
3
0
0
3
1
0
4
2
62
Total
448
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
31
32
33
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Maluku
30
261
0
0
0
0
0 0
Gorontalo
Sulawesi Barat
0
11
0
0
4
0
0
0
0
4
13
6
7,5
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
11,5
0,0
0,0
4,5
0,0
0,0
0,0
0,0
9,1
100,0
100,0
100,0
100,0
16 41
100,0
100,0
100,0
4,5
0,0
10,6
0,0
8,3
8,4
26,7
5,8
17,6
5,7
(4)
%
36
22
19
1
0
7
0
4
8
16
4
30
19
29
Sulawesi Tenggara
(3)
Jumlah
Biasa
36
12
16
9
6
42
26
55
59
40
50
60
66
31
53
22
0
0
0
0
0
0
0
10
6
44
42
41
53
35
40
95
149
1.098
(5)
Jumlah
Terpencil
31,6
16,4
8,1
14,0
4,7
10,3
47,7
13,2
57,3
39,3
28,6
56,2
51,7
43,4
22,6
12,4
50,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
45,5
66,7
66,7
50,6
85,4
55,8
58,3
58,0
55,9
44,9
(6)
%
184
136
98
181
52
46
171
30
91
100
35
56
86
106
374
18
0
0
0
0
0
0
0
11
3
15
41
3
34
9
25
45
164
2.114
(7)
Jumlah
60,9
83,6
91,9
86,0
95,3
89,7
52,3
86,8
31,3
60,7
71,4
39,3
48,3
56,6
77,4
87,6
40,9
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
50,0
33,3
22,7
49,4
6,3
35,8
15,0
36,2
26,5
49,4
(8)
%
Sangat Terpencil
REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 (kondisi 31 Desember 2012)
28
Sulawesi Selatan
27
Kalimantan Selatan
22
26
Kalimantan Tengah
21
Sulawesi Tengah
Kalimantan Barat
20
25
Nusa Tenggara Timur
19
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Barat
18
Sulawesi Utara
Bali
17
23
Banten
16
24
Jawa Timur
15
Kepulauan Riau
10
DI Yogyakarta
Kepulauan Bangka Belitung
9
14
Lampung
8
Jawa Tengah
Bengkulu
7
13
Sumatera Selatan
6
DKI Jakarta
Jambi
5
Jawa Barat
Riau
4
11
Sumatera Barat
3
12
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.32
220
148
114
190
58
88
197
96
150
140
89
116
152
137
427
44
13
6
41
16
36
22
19
22
9
66
83
48
95
60
69
170
332
3.473
(9)
Total
449
Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau
6 7 8 9 10
0
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jumlah
0
Banten
16
0,0 4,4
47
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
100,0
0,0
100,0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
28
Jawa Timur
15
100,0 100,0
4
100,0
0,0
0,0
0,0
5,4
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
3,6
0,0
(4)
%
4
Jawa Tengah
2
0
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
DI Yogyakarta
(3)
13
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Biasa Jumlah
14
DKI Jakarta
Jambi
5
Jawa Barat
Riau
4
12
Sumatera Barat
3
11
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
411
2
4
3
2
5
15
12
51
12
7
20
28
15
5
9
14
0
0
0
0
0
0
0
8
3
24
5
25
18
25
29
38
32
(5)
Jumlah
38,1
8,0
23,5
10,3
3,0
18,5
50,0
15,0
73,9
32,4
70,0
48,8
46,7
37,5
13,2
8,7
77,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
53,3
60,0
64,9
35,7
89,3
43,9
69,4
70,7
67,9
43,2
(6)
%
Terpencil
622
23
13
26
64
22
15
68
18
25
3
21
32
25
33
94
4
0
0
0
0
0
0
0
7
2
11
9
3
23
11
12
16
42
(7)
Jumlah
57,6
92,0
76,5
89,7
97,0
81,5
50,0
85,0
26,1
67,6
30,0
51,2
53,3
62,5
86,8
91,3
22,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
46,7
40,0
29,7
64,3
10,7
56,1
30,6
29,3
28,6
56,8
(8)
%
Sangat Terpencil
REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2012
No
Lampiran 5.33
1.080
25
17
29
66
27
30
80
69
37
10
41
60
40
38
103
18
5
0
28
4
4
2
0
15
5
37
14
28
41
36
41
56
74
(9)
Total
450
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
6
7
8
9
10
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Kalimantan Barat
20
Papua
Nusa Tenggara Timur
19
33
Nusa Tenggara Barat
18
Maluku Utara
Bali
17
Papua Barat
Banten
16
31
Jawa Timur
15
32
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
13
14
DKI Jakarta
Jambi
5
Jawa Barat
Riau
4
11
Sumatera Barat
3
12
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.34
21.137
2
0
0
2
6
72
30
1.053
26
48
107
20
12
21
2
309
410
772
3.370
275
5.072
2.038
0
62
51
1.359
175
690
422
468
1.274
2.636
353
(3)
Jumlah
Biasa
51,4
1,1
0,0
0,0
0,9
1,2
22,9
2,5
58,4
3,0
34,5
26,5
5,6
3,5
3,2
0,2
55,6
93,8
70,5
95,6
100,0
100,0
80,8
0,0
33,0
60,0
72,9
21,6
74,8
32,3
30,9
66,5
44,1
8,2
(4)
%
16.570
32
111
269
112
348
192
861
671
612
47
250
306
253
385
635
224
27
323
139
0
2
485
0
108
34
449
615
233
795
1.003
582
3.015
3.452
(5)
Jumlah
Terpencil
40,3
17,4
40,8
50,4
47,7
69,9
61,0
72,5
37,2
69,5
33,8
61,9
85,2
72,9
58,2
67,1
40,3
6,2
29,5
3,9
0,0
0,0
19,2
0,0
57,4
40,0
24,1
75,9
25,2
60,9
66,2
30,4
50,5
79,7
(6)
%
3.455
150
161
265
121
144
51
296
79
243
44
47
33
82
255
309
23
0
0
17
0
0
0
0
18
0
57
20
0
89
44
59
323
525
(7)
Jumlah
8,4
0,0
59,2
49,6
51,5
28,9
16,2
24,9
4,4
27,6
0,0
0,0
0,0
23,6
38,6
32,7
4,1
0,0
0,0
0,5
0,0
0,0
0,0
0,0
9,6
0,0
3,1
2,5
0,0
6,8
2,9
3,1
5,4
12,1
(8)
%
Sangat Terpencil
REKAPITULASI KEBERADAAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2012
41.162
184
272
534
235
498
315
1.187
1.803
881
139
404
359
347
661
946
556
437
1.095
3.526
275
5.074
2.523
0
188
85
1.865
810
923
1.306
1.515
1.915
5.974
4.330
(9)
Total
451 0
Jawa Tengah 13 Jawa Tengah
DI Yogyakarta 14 DI Yogyakarta
Jawa Timur 15 Jawa Timur
Banten16
13
14
15
16
Gorontalo 28
28
Papua 33
33 Jumlah
Keterangan :
Pengangkatan Baru + Pengangkatan Pengangkatan Baru + Kembali Pengangkatan Kembali
Keterangan :
Sumber: Biro Kepegawaian, RI, 2013 Sumber: BiroKemenkes Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Papua
Maluku31 UtaraMaluku Utara
Papua 32 BaratPapua Barat
31
32
Maluku
Sulawesi 29 Barat Sulawesi Barat
Maluku30
29
30
Gorontalo
Sulawesi 26 Selatan Sulawesi Selatan
Sulawesi 25 Tengah Sulawesi Tengah
25
Sulawesi 27 Tenggara Sulawesi Tenggara
Sulawesi 24 Utara Sulawesi Utara
24
26
Kalimantan 23 Timur Kalimantan Timur
23
27
Kalimantan 21 Tengah Kalimantan Tengah
Kalimantan 22 Selatan Kalimantan Selatan
21
Kalimantan 20 Barat Kalimantan Barat
20
22
Nusa Tenggara Timur 19 Nusa Tenggara Timur
19
Bali
Bali
Nusa Tenggara Barat 18 Nusa Tenggara Barat
17
18
17
0 0
Jawa Barat 12 Jawa Barat
12
Banten
0
DKI Jakarta 11 DKI Jakarta
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kepulauan Belitung 9 Bangka Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan 10 Riau Kepulauan Riau
9
0
0
0
0
0
0
0
0
(3)
Biasa
10
Lampung
Bengkulu
Bengkulu 7
Lampung 8
7
8
Jambi
Jambi 5
Sumatera 6 Selatan Sumatera Selatan
5
Riau
(2)
Provinsi
6
4
Sumatera 3 Barat Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera 2 Utara Sumatera Utara
(2)
2
Aceh
(1)
Aceh 1
1
Provinsi
(1)
No
No
53 0
04
05
02
01
00
00
00
02
03
04
02
03
07
03
02
00
01
00
00
00
00
00
00
06
00
03
00
00
01
01
00
02
01
(4)(3)
Terpencil Biasa
53
4
5
2
1
0
0
0
2
3
4
2
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
0
0
6
0
3
0
0
1
1
0
2
1
(4)
(5)
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
(5)
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
(6)
02
54
4
5
2
1
0
0
0
2
3
054
04
05
02
01
00
00
00
02
03
04
2 4
03
07
03
02
00
01
00
00
00
00
00
00
06
00
03
00
00
01
01
00
03
01
(6) (7)
Biasa Jumlah
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
0
0
6
0
3
0
0
1
1
0
3
1
Sangat Terpencil Jumlah Terpencil Sangat Terpencil
Dokter Spesialis Dokter Spesialis
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
(8)(7)
Terpencil Biasa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(8)
(9)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(9)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(10)
Sangat Terpencil Jumlah Terpencil Sangat Terpencil
Dokter Gigi Dokter Spesialis Gigi Spesialis
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(10) (8)
12 Bln Jumlah
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TETAP (PTT) REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DANGIGI DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI TIDAK PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUTMENURUT KRITERIA WILAYAH PROVINSI TAHUN 2012 KRITERIA DAN WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
Lampiran 5.35 Lampiran 5.35
54
4
5
2
1
0
0
0
2
3
4
2
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
0
0
6
0
3
0
0
1
1
0
3
1
(11) (8)
12 Bln
Total
54
4
5
2
1
0
0
0
2
3
4
2
3
7
3
2
0
1
0
0
0
0
0
0
6
0
3
0
0
1
1
0
3
1
(11)
Total
452
(2)
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
8
9
10
11
12
13
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Keterangan :
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Bali
17
Banten
Lampung
7
16
Bengkulu
6
DI Yogyakarta
Sumatera Selatan
5
Jawa Timur
Jambi
4
14
Riau
3
15
Sumatera Utara
Sumatera Barat
2
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.36
94
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
7
1
16
13
21
5
10
1
0
4
0
0
1
8
4
1
0
(3)
Jumlah
Biasa
2,6
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
1,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
2,2
0,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
0,0
0,0
6,1
0,0
0,0
1,1
12,5
0,0
0,7
0,0
(4)
%
1.162
31
20
19
9
10
35
25
69
69
39
53
54
67
32
51
27
0
0
0
0
0
0
0
12
6
48
53
39
53
46
42
96
157
(5)
Jumlah
Terpencil
32,6
10,7
11,6
16,5
4,3
14,7
46,7
11,7
67,0
40,6
25,5
62,4
51,4
44,1
22,7
11,3
58,7
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
48,0
66,7
72,7
55,2
92,9
59,6
71,9
56,0
63,6
48,2
(6)
%
2.312
259
152
96
202
58
40
188
33
101
114
32
51
85
109
402
18
0
0
0
0
0
0
0
12
3
14
43
3
35
10
29
54
169
(7)
Jumlah
64,8
89,3
88,4
83,5
95,7
85,3
53,3
88,3
32,0
59,4
74,5
37,6
48,6
55,9
77,3
88,7
39,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
48,0
33,3
21,2
44,8
7,1
39,3
15,6
38,7
35,8
51,8
(8)
%
Sangat Terpencil
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
3.568
290
172
115
211
68
75
213
103
170
153
85
105
152
141
453
46
7
1
16
13
21
5
10
25
9
66
96
42
89
64
75
151
326
(9)
Total
453
Papua
33
Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Keterangan :
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
27
32
Sulawesi Selatan
26
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
25
Maluku
Sulawesi Utara
24
31
Kalimantan Timur
23
30
Kalimantan Selatan
22
Gorontalo
Kalimantan Tengah
21
Sulawesi Barat
Kalimantan Barat
20
29
Nusa Tenggara Timur
19
28
Nusa Tenggara Barat
18
Jawa Barat
12
Bali
DKI Jakarta
11
17
Kepulauan Riau
10
Banten
Kepulauan Bangka Belitung
9
Jawa Timur
Lampung
8
16
Bengkulu
7
15
Sumatera Selatan
6
DI Yogyakarta
Jambi
5
14
Riau
4
Jawa Tengah
Sumatera Barat
3
13
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.37
2,0
25
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
100,0
0,0
100,0
0,0
100,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
(4)
%
0,0
Biasa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
15
4
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(3)
Jumlah
502
3
4
4
2
6
15
25
62
14
11
26
35
17
10
10
13
0
0
0
0
0
0
0
9
3
33
7
28
20
34
32
43
36
(5)
Jumlah
Terpencil
41,1
11,1
19,0
11,8
2,8
20,7
60,0
23,4
73,8
35,9
64,7
50,0
53,8
38,6
22,7
8,4
76,5
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
50,0
60,0
70,2
36,8
90,3
45,5
79,1
69,6
71,7
41,4
(6)
%
694
24
17
30
70
23
10
82
22
25
6
26
30
27
34
109
4
0
0
0
0
0
0
0
9
2
14
12
3
24
9
14
17
51
(7)
Jumlah
56,8
88,9
81,0
88,2
97,2
79,3
40,0
76,6
26,2
64,1
35,3
50,0
46,2
61,4
77,3
91,6
23,5
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
50,0
40,0
29,8
63,2
9,7
54,5
20,9
30,4
28,3
58,6
(8)
%
Sangat Terpencil
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
1.221
27
21
34
72
29
25
107
84
39
17
52
65
44
44
119
17
4
0
15
4
2
0
0
18
5
47
19
31
44
43
46
60
87
(9)
Total
454
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
13
14
15
592
0
8
16
335
135
135
225
167
494
617
182
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
28
29
30
31
32
33
Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Keterangan :
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013
Jumlah
Sulawesi Tenggara
27
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Kalimantan Timur
23
24
Sulawesi Selatan
Kalimantan Selatan
22
25
38
Kalimantan Tengah
21
26
17
Kalimantan Barat
20
48,4
7.043
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
56,5
0,0
0,0
26,2
9,6
0,0
2,7
0,0
62,6
99,3
57,8
94,8
100,0
99,9
76,2
0,0
17,4
72,7
64,2
45,3
76,3
49,1
35,9
64,4
43,6
11,0
(4)
%
0,0
Biasa
2
0
0
0
6
83
30
374
27
48
13
9
1
139
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
139
175
1.157
94
1.785
(3)
Jumlah
4.124
30
14
32
3
80
54
185
212
103
24
54
117
76
106
69
60
1
128
49
0
1
185
0
25
5
128
147
42
159
273
219
480
1.063
(5)
Jumlah
Terpencil
28,3
16,9
7,8
10,6
2,6
38,3
28,9
38,7
32,0
24,5
19,7
37,2
65,7
42,2
32,0
13,8
27,0
0,7
42,2
4,0
0,0
0,0
23,8
0,0
54,3
22,7
24,5
49,3
23,7
34,7
58,7
28,6
33,9
64,1
(6)
% (7)
146
165
271
112
123
50
263
76
291
50
53
44
91
216
430
23
0
0
15
0
0
0
0
13
1
59
16
0
74
25
54
318
414
3.393
Jumlah (8)
%
Sangat Terpencil
REKAPITULASI PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
19
Banten
Jawa Barat
12
Bali
DKI Jakarta
11
16
Kepulauan Riau
10
17
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
8
Bengkulu
7
9
Jambi
Sumatera Selatan
5
6
Sumatera Barat
Riau
3
4
Sumatera Utara
2
(2)
Aceh
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.38
23,30
0,00
92,18
89,44
97,39
58,85
26,74
55,02
11,48
69,12
40,98
36,55
24,72
50,56
65,26
86,00
10,36
0,00
0,00
1,23
0,00
0,00
0,00
0,00
28,26
4,55
11,30
5,37
0,00
16,16
5,38
7,04
22,47
24,95
14.560
178
179
303
115
209
187
478
662
421
122
145
178
180
331
500
222
140
303
1.221
94
1.786
777
0
46
22
522
298
177
458
465
767
1.415
1.659
(9)
Total
455
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Total
Kalimantan Tengah
DI Yogyakarta
14
21
Jawa Tengah
13
Kalimantan Barat
Jawa Barat
12
Nusa Tenggara Timur
DKI Jakarta
11
20
Kepulauan Riau
10
19
Kepuluan Bangka Belitung
9
Nusa Tenggara Barat
Lampung
8
18
Bengkulu
7
Bali
Sumatera Selatan
6
Banten
Jambi
5
17
Riau
4
16
Sumatera Barat
3
Jawa Timur
Sumatera Utara
2
15
Aceh
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.39
(3)
33
14
30
48
3
23
10
4
13
11
15
17
10
21
9
0
0
8
15
0
5
13
0
36
7
3
24
12
7
49
37
89
92
658
Residen (4)
48
0
26
6
0
2
17
0
29
0
2
23
2
0
25
3
19
95
1.009
68
16
21
25
49
32
139
10
41
28
61
0
11
79
132
Perawat (5)
21
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
1
0
0
4
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
7
Kesehatan Gigi (6)
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
5
0
0
2
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
4
2
17
Bidan (7)
52
1
0
0
0
0
0
5
1
3
0
0
0
1
1
20
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
3
12
Farmasi (8)
228
8
5
9
10
5
7
38
4
5
2
2
0
2
4
28
14
0
1
3
0
2
1
0
9
0
0
6
5
0
3
0
3
52
Tenaga Gizi
196
7
11
1
12
4
7
34
1
11
0
7
0
0
3
27
11
0
1
4
0
1
2
0
7
0
1
1
2
0
1
1
4
35
(9)
Kesehatan Lingkungan (10)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Fisioterapis
REKAPITULASI PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
(11)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
Radiografer (12)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
Perekam Infokes
114
1
0
1
1
0
1
19
0
2
0
5
0
0
1
20
17
0
0
5
0
0
2
0
3
0
0
6
2
0
4
1
0
23
(13)
Analis Kesehatan
2.298
120
46
62
96
61
70
245
20
75
41
90
17
24
117
237
97
0
36
37
0
10
39
0
84
7
9
60
23
7
84
42
122
320
(14)
Total
456
Ditjen Bina Gizi dan KIA
Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Ditjen Pengendaliaan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
3
4
5
6
7
8
Sumber: Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2013
Kementerian Kesehatan
Inspektorat Jenderal
2
(2)
Sekretariat Jenderal
(1)
1
Unit Eselon I
No
Lampiran 5.40
15.038.877.261.000
818.414.038.000
298.492.301.000
1.635.989.411.000
1.139.099.788.000
8.331.067.707.000
361.854.766.000
83.000.000.000
2.370.959.250.000
(3)
Alokasi (Rp)
13.983.227.380.962
654.740.458.581
241.698.721.646
1.485.916.196.517
963.647.439.063
8.001.530.795.301
304.846.749.368
68.033.061.655
2.262.813.958.831
(4)
Realisasi (Rp)
Kantor Pusat
92,98
80,00
80,97
90,83
84,60
96,04
84,25
81,97
95,44
(5)
%
12.204.611.624.000
2.043.110.939.000
145.011.683.000
469.708.725.000
9.523.760.272.000
23.020.005.000
(6)
Alokasi (Rp)
11.074.632.876.182
1.775.292.308.061
123.841.674.509
426.030.613.306
8.728.122.778.827
21.345.501.479
(7)
Realisasi (Rp)
Kantor Daerah
90,74
86,89
85,40
90,70
91,65
92,73
(8)
%
810.553.645.000
44.688.094.000
58.537.805.000
89.706.193.000
124.189.315.000
368.397.085.000
125.035.153.000
(9)
Alokasi (Rp)
708.502.372.484
39.655.513.535
52.356.283.423
76.224.276.593
104.040.350.274
322.312.582.542
113.913.366.117
(10)
Realisasi (Rp)
Dekonsentrasi
87,41
88,74
89,44
84,97
83,78
87,49
91,11
(11)
%
5.231.713.954.000
47.326.690.000
3.890.250.000.000
4.885.621.198.978
41.778.215.048
3.650.916.005.578
1.192.926.978.352
(13)
Realisasi (Rp)
Tugas Pembantuan
1.294.137.264.000
(12)
Alokasi (Rp)
Anggaran Kementerian Kesehatan
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI MENURUT ESELON I TAHUN 2012
93,38
88,28
93,85
92,18
(14)
%
7.700.000.000
4.611.417.000
4.611.417.000
(16)
Realisasi (Rp)
Urusan Bersama
7.700.000.000
(15)
Alokasi (Rp)
59,89
59,89
(17)
%
33.293.456.484.000
2.906.213.071.000
443.503.984.000
1.694.527.216.000
1.745.841.396.000
21.876.967.294.000
2.047.409.120.000
83.000.000.000
2.495.994.403.000
(18)
Jumlah Alokasi (Rp)
30.656.595.245.606
2.469.688.280.177
365.540.396.155
1.538.272.479.940
1.507.680.544.010
20.489.221.346.980
1.841.431.811.741
68.033.061.655
2.376.727.324.948
(19)
Jumlah Realisasi (Rp)
92,08
84,98
82,42
90,78
86,36
93,66
89,94
81,97
95,22
(20)
%
457
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
9
10
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
27
28
29
30
31
32
33
Keterangan : dalam juta rupiah
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
25
Sulawesi Utara
24
26
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
21
22
Kalimantan Barat
20
23
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
18
19
Banten
Bali
16
17
Jawa Timur
15
D.I. Yogyakarata
Lampung
8
Jawa Tengah
Bengkulu
7
14
Sumatera Selatan
6
13
Jambi
5
DKI Jakarta
Riau
4
Jawa Barat
Sumatera Barat
3
11
Sumatera Utara
2
12
Aceh
(2)
(1)
1
Provinsi
No
Lampiran 5.41
3.501.437
242.158
141.967
241.237
178.552
386.350
262.377
570.429
348.732
532.014
1.279.457
58.979.921
519.894
399.294
168.382
192.968
182.596
178.047
220.126
424.660
326.857
259.756
938.379
325.702
248.307
347.187
243.617
278.300
446.800
248.268
1.973.964
266.834
867.590
1.001.717
(4)
Ekonomi (Rp)
575.941
87.962
70.851
117.980
39.970
30.156
136.643
329.489
166.022
96.126
808.380
485.830
151.268
231.218
165.695
196.945
449.107
228.645
1.838.068
127.525
973.038
532.646
3.344.062
89.851
62.167
330.626
194.108
266.016
188.793
418.376
312.823
263.492
895.106
57.736.261
(5)
Kesehatan (Rp)
22.009
59.089
14.981
13.876
8.337
7.182
31.130
39.020
10.369
16.819
47.247
25.077
14.362
27.670
26.108
21.977
78.379
35.065
69.730
25.884
44.417
15.479
63.311
17.770
16.355
34.298
13.859
29.238
20.157
56.692
18.044
62.969
40.309
5.740.607
(6)
Ketertiban dan Ketentraman (Rp)
20.307
33.039
7.815
15.274
7.114
26.044
6.436
20.480
13.073
7.278
38.801
12.829
9.589
8.139
10.261
9.268
31.393
12.699
42.762
10.452
32.871
261.507
1.749.795
11.254
37.278
7.954
7.472
8.510
10.193
20.556
22.155
263.637
20.635
12.774.019
(7)
Lingkungan Hidup (Rp)
38.166
27.475
24.967
17.170
5.424
7.199
15.107
49.144
19.897
27.416
57.955
26.431
18.593
31.998
19.075
22.454
88.343
21.161
105.501
48.380
68.292
106.845
621.922
30.795
13.577
21.158
14.940
26.640
14.386
45.899
46.148
36.359
79.925
7.647.069
1.461.634
838.329
1.160.043
763.231
2.809.399
696.695
3.200.995
1.494.764
5.206.166
3.955.781
204.964.680
4.999.034
2.734.678
640.672
790.021
533.395
436.784
1.142.972
3.223.159
963.500
952.187
5.386.627
1.684.475
1.178.973
1.658.912
1.330.281
1.210.918
2.107.653
2.389.187
6.549.183
1.113.801
8.026.601
12.167.730
(9)
Pelayanan Umum (Rp)
Fungsi
4.233.772
(8)
Pariwisata dan Budaya (Rp)
175.083.572
300.659
138.466
32.921
104.266
51.253
108.190
89.607
129.691
105.714
123.834
389.329
190.179
219.000
87.582
91.084
43.996
219.904
250.024
448.573
273.588
301.254
735.731
10.120.366
265.252
43.271
298.806
136.361
281.096
236.307
803.250
124.174
412.184
1.007.302
(10)
Pendidikan (Rp)
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH PROVINSI MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2012
55.641
75.889
17.151
21.384
16.249
21.437
22.556
40.514
25.992
31.592
77.050
45.381
33.300
27.724
37.530
33.279
80.384
40.660
166.296
47.233
191.964
121.121
587.013
34.117
27.125
57.730
40.204
38.668
16.314
66.639
52.484
84.656
123.751
9.158.889
(11)
87.737.307
650.982
442.487
192.293
156.930
124.669
123.363
357.130
504.786
287.633
302.961
2.758.846
313.038
375.603
481.978
223.705
437.422
159.669
908.366
1.020.706
210.439
739.718
861.523
6.192.056
234.959
269.951
686.399
237.428
896.533
497.281
1.183.821
701.843
815.970
2.109.671
(12)
Perlindungan Sosial Perumahan dan (Rp) Fasilitas Umum (Rp)
2.387.790
1.450.019
2.838.250
1.586.155
4.742.452
1.942.504
6.366.656
3.121.167
7.677.447
9.511.939
616.409.028
7.182.633
3.998.381
1.170.033
1.429.870
969.009
938.402
2.021.707
4.760.942
1.919.058
1.817.969
10.502.613
3.108.944
2.248.994
2.902.409
2.147.355
2.254.557
3.661.633
4.134.075
12.214.783
2.124.136
11.245.744
15.804.297
33.827.032
(13)
Total (Rp)
(14)
9,37
8,02
2,20
6,06
8,25
4,12
3,21
6,76
6,92
8,65
5,29
7,70
15,63
6,73
7,97
7,72
8,74
12,27
5,53
15,05
6,00
8,65
3,37
9,89
3,76
4,29
11,65
12,24
5,61
9,72
6,57
10,02
3,43
9,41
% Kesehatan
Lampiran 5.42
DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2012 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa) No
Provinsi
Jumlah Penduduk
Total Jaminan
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
1
Aceh
2
Sumatera Utara
4.494.410
4.494.410
100
12.982.204
5.828.093
44,89
3
Sumatera Barat
4.846.909
2.747.877
56,69
4
Riau
5.538.367
3.602.969
65,05 43,81
5
Jambi
3.092.265
1.354.637
6
Sumatera Selatan
7.450.394
7.450.394
100
7
Bengkulu
1.715.518
859.280
50,09
8
Lampung
7.608.405
7.608.405
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
1.223.296
1.068.280
87,33
10
Kepulauan Riau
1.679.163
1.398.256
83,27
11
DKI Jakarta
9.607.787
2.383.150
24,80
12
Jawa Barat
43.053.732
20.498.177
47,61
13
Jawa Tengah
32.382.657
15.587.953
48,14
14
D.I. Yogyakarata
3.457.491
2.264.764
65,50
15
Jawa Timur
37.476.757
19.001.341
50,70 31,04
16
Banten
10.632.166
3.300.366
17
Bali
3.890.757
3.890.757
100
18
Nusa Tenggara Barat
4.500.212
2.814.612
62,54 71,32
19
Nusa Tenggara Timur
4.683.827
3.340.507
20
Kalimantan Barat
4.395.983
2.153.462
48,99
21
Kalimantan Tengah
2.212.089
1.076.147
48,65
22
Kalimantan Selatan
3.626.616
2.004.969
55,28
23
Kalimantan Timur
3.553.143
2.513.840
70,75
24
Sulawesi Utara
2.270.596
1.942.796
85,56
25
Sulawesi Tengah
2.635.009
1.606.912
60,98
26
Sulawesi Selatan
8.034.776
8.034.776
100
27
Sulawesi Tenggara
2.232.586
1.205.161
53,98
28
Gorontalo
1.040.164
1.040.164
100
29
Sulawesi Barat
1.158.651
551.398
47,59
30
Maluku
1.533.506
1.533.506
100
31
Maluku Utara
1.038.087
600.975
57,89
32
Papua Barat
33
Papua
760.422
760.422
100
2.833.381
2.833.381
100
Pusat
26.195.784 Indonesia
237.641.326
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
458
163.547.921
9,21 68,82
Lampiran 5.43
ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
No
Provinsi
(1)
Alokasi (Rp)
(2)
Realisasi (Rp)
%
(3)
(4)
(5)
1
Aceh
28,610,650,000
28,105,762,789
98.2
2
Sumatera Utara
48,326,625,000
47,736,416,642
98.8
3
Sumatera Barat
23,309,525,000
22,049,990,035
94.6
4
Riau
18,013,950,000
17,843,460,500
99.1
5
Jambi
15,495,250,000
15,319,884,285
98.9
6
Sumatera Selatan
26,804,950,000
26,531,683,050
99.0
7
Bengkulu
15,788,100,000
15,694,773,210
99.4
8
Lampung
23,748,450,000
23,404,400,330
98.6
9
Kepulauan Bangka Belitung
5,322,250,000
4,894,466,400
92.0
10
Kepulauan Riau
6,002,650,000
5,869,351,550
97.8
11
DKI Jakarta
29,302,200,000
27,592,858,708
94.2
12
Jawa Barat
90,656,700,000
87,305,644,388
96.3
13
Jawa Tengah
76,008,275,000
75,014,369,921
98.7
14
DI Yogyakarta
10,621,050,000
10,574,829,855
99.6
15
Jawa Timur
83,284,775,000
82,231,546,854
98.7
16
Banten
19,727,700,000
19,412,290,000
98.4
17
Bali
10,217,050,000
10,049,244,075
98.4
18
Nusa Tenggara Barat
42,049,600,000
40,998,817,045
97.5
19
Nusa Tenggara Timur
94,512,600,000
91,544,339,683
96.9
20
Kalimantan Barat
27,063,600,000
26,572,237,825
98.2
21
Kalimantan Tengah
20,903,800,000
19,162,238,210
91.7
22
Kalimantan Selatan
25,890,400,000
24,558,969,300
94.9
23
Kalimantan Timur
24,955,900,000
19,219,949,378
77.0
24
Sulawesi Utara
19,931,200,000
19,581,557,685
98.2
25
Sulawesi Tengah
20,056,600,000
19,875,378,129
99.1
26
Sulawesi Selatan
48,630,200,000
48,113,779,613
98.9
27
Sulawesi Tenggara
28,619,400,000
28,505,389,100
99.6
28
Gorontalo
10,000,000,000
9,962,386,350
99.6
29
Sulawesi Barat
9,934,000,000
9,854,804,750
99.2
30
Maluku
37,911,200,000
35,691,323,973
94.1
31
Maluku Utara
25,537,200,000
25,447,232,069
99.6
32
Papua Barat
35,035,800,000
33,760,722,997
96.4
33
Papua
92,862,200,000
86,465,631,278
93.1
1,095,133,850,000
1,058,945,729,977
96.70
Indonesia
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013 Keterangan : Data kumulatif sampai dengan 31 Desember 2012
459
LAMPIRAN BAB 6. Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear
460
461
Thailand
Bangladesh
Bhutan
India
Korea Utara
Maladewa
Nepal
Sri Lanka
Timor Leste
10
11
12
13
14
15
16
17
18
(3)
0
1
21
31
0
25
1260
1
153
70
55
*244,7
89
5
29
7
15
96
Jumlah Penduduk (Juta Jiwa) Pertengahan 2012 (4)
76
323
210
1110
204
383
15
1062
136
81
*128
268
7751
88
28
83
321
72
Kepadatan Penduduk (Jiwa per Km²) 2012 (5)
28
15
17
41
60
31
36
28
34
33
51
31
100
73
34
20
49
76
Persentase Penduduk di Daerah Perkotaan 2011 (6)
Penduduk 2001-2011
28 21 31 30 31 23 27 36 25 42
1 1 2 2 1 1 0 1 3
17
3
1
27
2
*28,87
38
2
1
33
1
24
35
2
1
26
(7)
Persentase Penduduk Usia 0-14 Tahun 2012
2
Laju Pertumbuhan
(8)
55
67
60
68
68
64
65
64
70
67
*66,08
69
74
68
58
63
61
70
(9)
3
8
4
5
9
5
5
5
9
5
*5,05
7
9
5
4
4
4
4
45
35
47
72
59
64
43
82
49
67
47
47
56
54
56
43
49
*51,33
(10)
Persentase Persentase Penduduk Penduduk Angka Beban Usia 15 - 64 Usia 65 Tahun Tanggungan (%) Tahun 2012 Ke Atas 2012 2012
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012
3600
5010
1210
8110
0
3400
4990
1810
8190
1950
4200
3070
55790
14220
2440
2080
3980
50180
(11)
GNI PPP per kapita 2010
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2012: jumlah penduduk, persentase penduduk, GNI PPP per kapita - *Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2011-2014 : Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Angka Beban Tanggungan, dan Persentase Penduduk Indonesia usia 0-14, 15- 64 dan usia 65 Tahun ke atas - The State of The Worlds Children, 2012 : - World Health Statistics 2013 : Laju pertumbuhan penduduk Ket: *) Estimasi Penduduk Sasaran Program tahun 2012 : Jumlah Penduduk Indonesia, Kepadatan Penduduk, Persentase Penduduk usia 0-65 tahun, Angka Beban Tanggungan
Myanmar
9
Singapura
6
Indonesia
Malaysia
5
8
Laos
4
Vietnam
Kamboja
3
7
Filipina
2
(2)
Brunei Darussalam
(1)
1
Negara
No
Lampiran 6.1
462
Maladewa
Nepal
Sri Lanka
Timor Leste
15
16
17
18
0.495
147
0.458
0.661
-
0.547
0.522
0.5
0.682
0.483
0.617
0.593
0.866
0.761
0.524
0.523
0.644
0.838
0.691
(4)
97
157
109
-
134
141
146
103
149
124
128
26
61
138
139
112
33
(5)
30
134
92
157
104
-
136
140
146
103
149
121
127
18
64
138
138
-The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2011 : AKN, AKB, AKABA
(6)
0.576
0.715
0.463
0.688
-
0.554
0.538
0.515
0.69
61
72
73
73
65
64
68
68
71
61
70
0.498
0.629
79
72
64
60
65
76
70
(7)
L
P
(8)
63
78
74
74
73
67
69
69
77
67
74
73
84
77
67
65
69
80
2012 (9)
63
78
74
74
73
67
69
69
74
65
72
76
82
74
65
62
72
78
L+P
(10)
2
6.1
2.3
2.7
1.7
2
2.6
2.3
2.2
1.6
2
2.1
1.8
1.3
2.6
2.7
2.5
3.1
Rate (TFR) 2011 (11)
38.1
17.8
23.7
16.6
14.2
21.8
20.1
20
11.9
17
17.9
16.4
9.2
20
22.3
22.1
24.8
18.8
per 1000 Penduduk 2011 (12)
per 1000 Penduduk
7.1
6.9
23.8
7.7
6.5 2.7
17.5
32.3
24.7
26.4
7.6
29.9
15.3
11.9
1.2
3.4
17.5
19.4
12.2
3.9
6
(13)
(AKN) per 1000 lahir hidup
Angka Kematian Neonatal
3.8
10
8
6.8
5.8
7.5
8.5
6.9
5.3
4.3
4.8
6.1
7.2
5.5
3.3
Usia Harapan Hidup Waktu Angka Kelahiran Angka Kematian Total Fertility Lahir Kasar Kasar
0.617
0.895
0.769
0.543
0.543
0.654
0.855
Manusia
Indeks Pembangunan
2012
114
(dari 187 negara)
Peringkat IPM dunia
ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR
- World Health Statistics 2013 WHO: TFR, Angka Kelahiran Kasar, Angka Kematian Kasar, dan Angka Kematian Maternal
- Human Development Report 2013: Indeks Pembangunan Manusia
(3)
Manusia
(dari 187 negara) 2011
Indeks Pembangunan
Peringkat IPM dunia
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2012 : UHH
Korea Utara
India
13
14
Bhutan
12
Vietnam
7
Bangladesh
Singapura
6
11
Malaysia
5
Thailand
Laos
4
10
Kamboja
3
Indonesia
Filipina
2
Myanmar
Brunei Darussalam
1
8
(2)
(1)
9
Negara
No
Lampiran 6.2
(14)
45.8
10.5
39
9.2
26.3
47.2
42
36.7
10.6
47.9
24.8
17.3
2
5.6
33.8
36.2
20.2
5.6
(15)
54.1
12.2
48
10.7
33.2
61.3
53.7
46
12.3
62.4
31.8
21.7
2.6
6.5
41.9
42.5
25.4
7.2
(AKB) per 1000 (AKABA) per 1000 lahir hidup lahir hidup 2011
Angka Kematian Angka Kematian Bayi Balita
Angka Kematian Maternal
(16)
2010
300
35
170
60
81
200
180
240
48
200
228
59
3
29
470
250
99
24
(per 100.000 lahir hidup)
463
Bangladesh
Bhutan
India
Korea Utara
Maladewa
Nepal
Sri Lanka
Timor Leste
11
12
13
14
15
16
17
18
0.495
0.691
0.458
0.661
-
0.547
0.522
0.500
0.682
0.483
0.617
0.593
0.866
0.761
0.524
0.523
0.644
0.838
(3)
Angka
Sumber : - Human Development Report 2013 Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia) HDI Gender Inequality Index (Indeks Ketidaksetaraan Gender) GII
Thailand
Singapura
6
10
Malaysia
5
Myanmar
Laos
4
9
Kamboja
3
Indonesia
Filipina
2
8
Brunei Darussalam
1
Vietnam
(2)
(1)
7
Negara
HDI
0,419 -
147
0,558
0,320
-
0,617
0,495
0,550
0,382
0,492
0,505
0,305
0,086
0,286
0,513
0,500
0,427
-
(5)
Angka
97
157
109
-
134
141
146
103
149
124
128
26
61
138
139
112
33
(4)
Peringkat
2011
GII
-
74
113
52
-
129
98
112
69
96
100
48
8
43
107
99
75
-
(6)
Peringkat
0.576
0.715
0.463
0.688
-
0.554
0.538
0.515
0.69
0.498
0.629
0.617
0.895
0.769
0.543
0.543
0.654
0.855
(7)
Angka
HDI
134
92
157
104
-
136
140
146
103
149
121
127
18
64
138
138
114
30
(8)
Peringkat
2012
-
0.402
0.485
0.357
-
0.61
0.464
0.518
0.36
0.437
0.494
0.299
0.101
0.256
0.483
0.473
0.418
-
(9)
Angka
HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) DAN GENDER INEQUALITY INDEX (GII) DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 - 2012
No
Lampiran 6.3
GII
-
75
102
64
-
132
92
111
66
80
106
48
13
42
100
96
77
-
(10)
Peringkat
464
India
Korea Utara
Maladewa
Nepal
Sri Lanka
Timor Leste
13
14
15
16
17
18
Sumber : World Health Statistics 2013
Bhutan
12
Vietnam
7
Bangladesh
Singapura
6
11
Malaysia
5
Thailand
Laos
4
10
Kamboja
3
Myanmar
Filipina
2
9
Brunei Darussalam
1
Indonesia
(2)
(1)
8
Negara
(3)
2011
69
93
88
99
98
92
97
83
96
84
84
96
100
100
70
67
92
(%) Penduduk Yang Menggunakan Air Minum Layak
-
(%)
(4)
2011
39
91
38
98
82
35
45
55
93
77
59
75
100
96
62
33
74
Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Layak
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011
No
Lampiran 6.4
-
465
Myanmar
Thailand
Bangladesh
Bhutan
India
Korea Utara
Maladewa
Nepal
Sri Lanka
Timor Leste
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
701
101
243
44
422
249
230
411
161
506
281
323
46
101
540
817
484
89
(3)
2011
498
66
163
34
345
181
192
225
124
381
187
199
37
81
213
424
270
70
(4)
Insidens TB Paru per 100.000 Penduduk
46.0
9.1
21.0
3.4
23.0
26.0
9.2
43.0
16.0
41.0
27.0
34.0
2.3
8.5
11.0
61.0
33.0
2.7
(5)
2010
63.0
5.4
2.3
2.5
6.4
24.0
15.0
45.0
14.0
48.0
27.0
33.0
1.8
5.7
11.0
63.0
29.0
2.5
(6)
2011
Kematian yang berhubungan dengan TB Paru per 100.000 Penduduk
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010/2011
Prevalensi TB Paru per 100.000 Penduduk
- Subdit P2PL : Data untuk negara *Indonesia
Sumber : - World Health Statistics 2013, WHO
*Indonesia
8
Malaysia
5
Vietnam
Laos
4
7
Kamboja
3
Singapura
Filipina
2
6
Brunei Darussalam
(2)
(1)
1
Negara
No
Lampiran 6.5
76
88
86
90
71 70
82
90
88
90
92
85
86
91
92
80
80
91
94
91
81
81
110
59
87
45
76
74
78
56
86
85
32
64
76
81
(7)
2011
(8)
2010
Proporsi Kasus TB Paru melalui DOTS Case Detection Rate Succes Rate
466
Maladewa
Nepal
Sri Lanka
Timor Leste
15
16
17
18
…
…
4200
49000