PROPOSAL PENELITIAN - USU Institutional Repository

100 downloads 954 Views 488KB Size Report
BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan ...
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderitanya semakin meningkat dan wilayah terjangkitnya semakin meluas. Data di dalam buku ”Profil Indonesia 2000” menunjukkan bahwa di antara negara-negara ASEAN, Indonesia menduduki urutan kedua tertinggi kasus DBD yaitu sebesar 39.405 kasus, setelah Vietnam yang merupakan negara dengan kasus DBD tertinggi yaitu sebesar 234.920 kasus, diikuti Thailand sebesar 24.826 kasus, Filipina 12.121 kasus, Singapura 1.355 kasus, Malaysia 605 kasus, dan Brunei Darussalam dengan 7 kasus (Sulani F, 2004). Sejak pertama kali ditemukan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, sampai saat ini penyakit DBD di Indonesia belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Jumlah korban dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meluasnya daerah terjangkit yang hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Keadaan yang sama juga terjadi di wilayah Propinsi Sumatera Utara. Data enam tahun terakhir (1998 – 2003) menunjukkan bahwa IR (Incidence Rate) berada pada kisaran 1 – 7,66 per 100.000 penduduk, sedangkan CFR (Case Fatality Rate) ada pada kisaran 0,005 – 3,68 %. Selama kurun waktu tersebut di Propinsi Sumatera Utara terdapat beberapa Daerah Kabupaten/Kota yang dinyatakan daerah endemis DBD (tiga tahun terakhir berturut-turut terjangkit DBD), yaitu Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Asahan (Sulani F, 2004). Data laporan tahunan 2006 – 2007 Dinas Kesehatan Kota Medan mendapatkan insidence Rate berada pada kisaran 8,2 – 9,4 per 100.000 penduduk (Zein U dkk, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain, didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Dalam hal DBD, komponen penularan terdiri dari virus, Aedes aegypti dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terhadap virus ini, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan terutama pada vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSNDBD) (Sudarmo SP, 2000), (Ginting Y, 2004). Penatalaksanaan DBD ditujukan pada akibat dari permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan fungsi trombosit dan koagulopati yaitu dengan resusitasi cairan dengan kristaloid, kolloid, transfusi darah dan pemberian vasopresor bila sudah terjadi renjatan. Pengobatan di masa datang yang saat ini masih dalam penelitian diantaranya Antitrombin III, Immunoglobulin, Anti endotoksin, Anti tumor necrosis factor (TNF), Antagonis reseptor interleukin-1, Antinitric oxide (NO) (Soegijanto S, 2004). Sejak tahun 2003 Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerjasama dengan

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Airlangga

melakukan

penelitian

pengembangan ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava L.(guava) leaves) untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan pengujian preklinik yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga bahwa akstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel hemopoietik pada kultur sumsum tulang tungkai tikus. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik (Balai POM Jakarta, 2004). Penelitian yang dilakukan Harjono Achmad dan C.Singgih Wahono di RSUD Dr.Saiful Anwar Malang, pemberian ekstrak psidium guajava pada penderita demam berdarah dengue di bangsal rawat inap penyakit dalam mendapatkan hasil dengan pemberian kapsul ekstrak Psidium guajava 500 mg dengan dosis 3 x 2 kapsul selama 5 hari mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik terhadap pencapaian jumlah trombosit ≥ 100.000/μl pada hari kelima (x2=8.13 > 3.84, α=0.05; df=1). Efek samping minimal yaitu gangguan defekasi (5,2 %) (Achmad H dkk, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Eddy Soewandojo dkk melakukan penelitian uji acak tersamar ganda pemberian ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) dalam bentuk sirup pada 40 penderita DBD dewasa derajat I dan II yang dibagi menjadi 2 kelompok yang dirawat di Instalasi rawat inap medik ruang Penyakit Tropik-Infeksi RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Mendapatkan hasil dari analisis perbandingan perubahan jumlah trombosit antara kedua kelompok, pada pemeriksaan trombosit 24 jam setelah pemberian perlakuan didapatkan hasil rerata perubahan jumlah trombosit pada kelompok ekstrak daun jambu biji 14.025,00/μL lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol -8.770,00/μL, setelah dilakukan uji-t 2 sampel bebas didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p=0,000. Demikian juga analisis pada 48 jam setelah perlakuan didapatkan rerata perubahan jumlah trombosit pada kelompok ekstrak daun jambu biji 43.595,00/μL lebih besar dibandingkan kelompok kontrol 6.355,00/μL, setelah dilakukan uji-t sampel bebas didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p=0,000 (Soewandojo, 2004 ) Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen diantaranya yang mungkin berkhasiat mengatasi DBD adalah kelompok senyawa tanin dan kelompok flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin. Dilaporkan bahwa senyawa tanin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus yang berinti RNA, dalam kaitan dengan itu telah dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji dimana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue. Telah dilakukan uji pemula berupa penelitian open label di beberapa Rumah Sakit di Jawa Timur pada penderita DBD dewasa dan anakanak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence base yang lebih kuat/ bukti-bukti ilmiah. Pengamatan lain yang sedang dikerjakan pada penelitian di Unair adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap : sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis, aktivitas sistem

Universitas Sumatera Utara

komplemen dan sekresi TNF-ά oleh monosit dalam hubungannya dengan mekanisme terjadinya penurunan permeabilitas pembuluh darah (Balai POM Jakarta, 2004) M.Nasiruddin dan Soegeng Soegijanto di Surabaya, pada pasien DBD anak dengan pemberian ekstrak daun jambu biji dalam bentuk sirup 3 kali 1 sendok teh setiap hari selama 3 – 4 hari. Peneliti mendapatkan hasil bahwa kecepatan pencapaian jumlah trombosit lebih dari 100.000/μl pada kelompok ekstrak daun jambu biji adalah 16,36 jam dgn SD 10,17 jam dibandingkan dengan kelompok plasebo 33,82 jam dengan SD 23,61 jam (p = 0,003). (Nasiruddin M, 2004). Rulik Rufiati dan Soegeng Soegijanto di Surabaya, melakukan penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) terhadap perubahan kadar Granulocyte Macrophage-Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) pada kasus demam berdarah dengue derajat I dan II pada anak mendapatkan hasil dari 34 sampel didapatkan perbedaan kadar GMCSF yang bermakna antara kelompok kkasus dan kelompok kontrol pada panas hari ke-4 (p=0,026) dan hari ke-5 (p=0,045), namun tidak berbeda bermakna pada kadar TNF-α (Rufiati R, 2009) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada kecepatan peningkatan jumlah trombosit pada pasien DBD yang diberikan ekstrak daun jambu biji? 2. Apakah kadar rata-rata trombosit pasien DBD yang diberi ekstrak daun jambu biji lebih tinggi.

Dengan Hipotesa Penelitian : Tidak ada perbedaan kecepatan peningkatan jumlah trombosit pada pasien yang diberi ekstrak daun jambu biji dengan pasien yang tidak diberi ekstrak daun jambu biji.

1.3 Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Untuk membandingkan kecepatan peningkatan jumlah trombosit antara kelompok ekstrak daun jambu biji dan kelompok non ekstrak daun jambu biji.

1.4 Manfaat Penelitian Dapat dipakai sebagai salah satu pengobatan tambahan pada pasien DBD.

Universitas Sumatera Utara