Proposal PTK

126 downloads 351 Views 24KB Size Report
11 Jul 2011 ... PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). A. JUDUL PENELITIAN : Upaya meningkatkan ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMAN.
Proposal PTK Author : Sri Utami Publish : 11-07-2011 12:57:29

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) A. JUDUL PENELITIAN : Upaya meningkatkan ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMAN 16 Surabaya melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok Sistem Koloid. B. LATAR BELAKANG MASALAH: Dengan semakin menurunnya minat belajar siswa menjadi permasalah yang serius bagi guru untuk segera dilakukan tindakan nyata. Guru harus pandai menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala yang sering muncul di kelas dalam proses belajar mengajar yang dapat menurunkan minat belajar siswa. Kendala itu antara lain: malas, ngantuk, melamun, ramai atau mengobrol sendiri ketika pembelajaran berlangsung. Solusinya adalah menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan. Banyak model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi. Diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student Team Achievement Division) yang akan digunakan dalam penelitian ini.. C.

RUMUSAN MASALAH: Sebagai rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas adalah : “Apakah penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 16 Surabaya pada materi pokok Sistem Koloid?” “Bagaimana peningkatan ketuntasan belajar Kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 16 Surabaya melalui penerapan model pembelajaran STAD pada materi Sistem Koloid ?” D. 1.

-

TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : - Mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap ketuntasan belajar kimia siswa pada materi pokok sistem koloid. - Mengukur ketuntasan belajar siswa pada materi sistem koloid dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Manfaat Penelitian Bagi Siswa: Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga ketuntasan belajar kimia siswa makin meningkat. Bagi Guru: Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD. Meningkatkan wawasan guru dalam mengembangkan strateri pembelajaran. Bagi Sekolah: Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan positif guna

Page 1

Proposal PTK meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. E.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

a. Kajian Teori Belajar adalah kegiatan para siswa, baik dengan bimbingan guru atau dengan usaha sendiri. Pendidik berusaha membantu agar siswa belajar lebih terarah, cepat, lancar, dan berhasil baik atau istilah lain dengan membelajarkan siswa. Suatu pembelajaran agar berhasil perlu dilaksanakan secara sistematis dengan mempertimbangkan segala aspek. Pembelajaran di dalam kelas baik secara klasikal atau individual dibutuhkan adanya model pembelajaran. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu pengertian model secara umum. Model dalam kehidupan sehari – hari merupakan suatu pola yang di contoh, baik dalam bentuk fisik suatu hasil kerja atau suatu pola tertentu menghasilkan perilaku belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan penyederhanaan dari hubungan berbagai komponen yang ada dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Komponen – komponen pembelajaran meliputi : metode belajar, sarana dan prasarana, guru, siswa, kurikulum, alat evaluasi, dan sebagainya. Menurut Zamroni, (1988:79), mengatakan model merupakan inti dari teori dalam bentuk sederhana , sehingga mudah dibaca dan dipahami. a. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD Pembelajaran kooperatif adalah strategi mengajar yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa dengan tingkat kemampuan berbeda. Siswa akan menggunakan sejumlah kegiatan untuk mengembangkan pemahaman terhadap suatu konsep atau sub konsep. Model pembelajaran kooperatif ada 4 yaitu : a. STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pembagian prestasi kelompok siswa dimana diberikan quis/tes dalam menjajaki belajar mereka. b. TGT (Teams Games Tournament) Komponen sama dengan STAD, untuk tes dan perbaikan skor individu diganti dengan turnamen game akademik. c. JIGSAW Pada intinya dalam mempelajari sebuah materi pelajaran tertentu, materi tersebut diperoleh dengan cara menggabungkan sub-sub komponen yang dibagikan pada anggota kelompok. d. Group Investigation Merupakan teknik cooperation learning dimana para siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas. Dalam metode ini hadiah atau point tidak diberikan. (Ibrahim dkk:2000) Penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD. Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD : (Ibrahim, dkk, 2000: 6) a. Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa dengan membagi siswa dalam kelompok secara heterogen. Memberikan lembar diskusi pada tiap kelompok (1 kelompok 1 lembar diskusi agar ada saling ketergantungan satu sama lain). b. Pelaksanaan 1) Guru memberikan informasi materi secara garis besar kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar dilanjutkan dengan diskusi sesuai lembar diskusi yang diberikan 2) Pembahasan soal pada lembar diskusi secara bersama-sama

Page 2

Proposal PTK sampai memperoleh suatu kesimpulan. c. Evaluasi/tindak lanjut 1) Mengerjakan tes individu setiap selesai diskusi, dimana satu sama lain tidak boleh saling membantu. 2) Memperdalam materi dengan pembahasan tes individu sambil mengulang hal-hal yang dianggap sulit oleh siswa. 3) Membuat skor/nilai perkembangan individu dari tes individu setiap selesai diskusi. 4) Memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling baik guna memotivasi belajar mereka. Tabei 1. Ketentuan skor perkembangan pada evaluasi model pembelajaran kooperatif STAD (Ibrahim dkk, 2000:57)

No

Keterangan

Skor

1.

Skor terkini lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

0 poin

2.

Skor terkini 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar

10 poin

Page 3

Proposal PTK

3.

Skor terkini sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

20 poin

4.

Skor terkini lebih dari 10 poin di atas skor dasar

30 poin

5.

Pekerjaan sempurna

30 poin

Skor kelompok diperoleh dengan cara mencari nilai rata-rata skor perkembangan yang diperoleh oleh masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan yang diperoleh oleh masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan sesuai dengan skor kelompok yang diperolehnya. Tabel 2. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif STAD (Ibrahim dkk, 2000:57)

Skor rata-rata tim

Penghargaan

Page 4

Proposal PTK

Kurang dari 15 poin

Tim Standar

15 poin – 19 poin

Tim Baik

20 poin – 24 poin

Tim Hebat

Lebih dari 25 poin

Tim Super

Kelebihan dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD : a. Mengembangkan serta menggunakan ketrampilan berfikir kritis dan kerjasama kelompok. b. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda. c. Menerapkan bimbingan oleh teman. d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. Kelemahan dalam penggunaan metode ini adalah: a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. b.Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas, akan tetapi dengan usaha sungguh-sungguh yang terus- menerus, guru akan dapat terampil menerapkan metode ini. b. KETUNTASAN BELAJAR 1. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan batas ambang kompetensi (Permendiknas Nomor: 20/2007 tentang Standar

Page 5

Proposal PTK Peniaian Pendidikan, Pengertian butir 10). 2. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 – 100. 3. Penetapan KKM dilakukan oleh dewan pendidik pada awal tahun pelajaran melalui proses penetapan KKM setiap Indikator, KD, SK menjadi KKM mata pelajaran, dengan mempertimbangkan, hal-hal sebagai berikut. - Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai oleh peserta didik. - Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan. - Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah. - Ketuntasan belajar setiap indikator, KD, SK dan mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%. - Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %. - Dewan guru dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dibawah nilai ketuntasan belajar ideal, namun secara bertahap harus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. - KKM tersebut dicantumkan dalam LHB (berlaku untuk pengetahuan maupun praktik) dan harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang tua peserta didik. Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam belajar. Asumsi dasarnya adalah: bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda, standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003) Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah: Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar(KD) Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dancprogram pengayaan. Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti pengamatan, kuesioner, dsb. Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas

Page 6

Proposal PTK ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau daerah. c. MATERI : SISTEM KOLOID SIKLUS I I. Pengertian Sistem Koloid Sistem koloid adalah campuran antara campuran homogen dan campuran heterogen. Diameter partikel koloid lebih besar daripada partikel larutan sejati, tetapi lebih kecil daripada partikel suspensi kasar. Partikel koloid mempunyai diameter lebih besar daripada 10–7 cm(100nm) dan lebih kecil daripada 10–5(1 nm) cm atau antara 1–100 nm (1 nm = 10–9 m = 10–7 cm). Partikel koloid dapat menembus pori-pori kertas saring tetapi tidak dapat menembus selaput semipermeabel. Pembuatan Sistem Koloid A. Cara Kondensasi Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. 1. Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. 2. Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. 3. Dekomposisi Rangkap 4. Penggantian Pelarut Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. B. Cara Dispersi Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig). 1. Cara Mekanik Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. 2. Cara Peptisasi Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin. 3. Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi. SIKLUS II

Page 7

Proposal PTK a. Komponen Penyusun Koloid Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium dispersi atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air yang disebut di atas, fasa terdispersi adalah susu, sedangkan medium dispersi adalah air. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam tabel berikut ini.

Larutan (Dispersi Molekuler)

Koloid (Dispersi Koloid)

Suspensi (Dispersi Kasar)

Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra

Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra

Heterogen

Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm

Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm

Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100nm

Page 8

Proposal PTK

Satu fasa

Dua fasa

Dua fasa

Stabil

Pada umumnya stabil

Tidak stabil

Tidak dapat disaring Contoh: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin

Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra Contoh: sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones

Dapat disaring Contoh: air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air

b.Penggolongan Koloid Ada 8 jenis koloid seperti yang terdapat pada table berikut :

Page 9

Proposal PTK

No

Fasa Terdispersi

Fasa Pendispersi

Nama

Contoh

1

padat

gas

aerosol

asap (smoke), debu di udara

2

padat

cair

sol

Page 10

Proposal PTK

sol emas, sol belerang, tinta, cat

3

padat

padat

sol padat

gelas berwarna, intan hitam

4

cair

gas

aerosol

kabut (fog)

5

cair

cair

Page 11

Proposal PTK emulsi

susu, santan, minyak ikan

6

cair

padat

emulsi padat

jeli, mutiara,

7

gas

cair

buih

buih sabun, krim kocok

8

gas

padat

Page 12

Proposal PTK

buih padat

karet busa, batu apung

Aerosol Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Buih Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Gel Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. c. Sifat-sifat Sistem Koloid 1. Efek Tyndall Efek TyndalI merupakan gejala penghamburan cahaya yang dijatuhkan oleh seberkas cahaya yang dijatuhkan pada sistem koloid. Sifat koloid ini dapat digunakan untuk membedakan larutan sejati dan sistem koloid. Hal ini disebabkan oleh partikel koloid di udara yang menghamburkan cahaya matahari. 2. Gerak Brown Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris. 4. Elektroforesis Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. 5. Adsorpsi Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi). 6. Koagulasi Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan(koagulasi). 7. Koloid pelindung Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling partikel

Page 13

Proposal PTK koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Tinta dan cat perlu diberi koloid pelindung. 8. Dialisis Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid dilakukan dengan cara dialisis.. d. Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

No

Sol Hidrofil

Sol Hidrofob

1

Mengadsorpsi mediumnya

Tidak mengadsorpsi mediumnya

2

Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar

Hanya stabil pada konsentrasi kecil

3

Page 14

Proposal PTK

Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit

Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit

4

Viskositas lebih besar daripada mediumnya

Viskositas hampir sama dengan mediumnya

5

Bersifat reversibel

Tidak reversibel

6

Efek Tyndall lemah

Efek Tyndall lebih jelas

c. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari Sistem koloid sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Koloid banyak kita jumpai pada makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Koloid pada makanan misalnya minyak ikan, jelly, susu, santan, mayones, dan lain-lain. Sedangkan koloid pada kosmetik adalah dapat berupa lotion atau krem. Koloid pada obat-obatan biasanya dalam bentuk sirup. 2. Hipotesis Tindakan

Page 15

Proposal PTK Yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar Kimia kelas XI-IPA SMA Negeri 16 Surabaya pada materi pokok Sistem Koloid. F. RANCANGAN PENELITIAN a. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-6 SMAN 16 Surabaya tahun pelajaran 2009-2010. Siswa kelas XI IPA berjumlah 35 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. b. Variabel Yang Diteliti Variabel yang menjadi sasaran dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas XI-IPA 6 SMA Negeri 16 Surabaya melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok Sistem Koloid. c. Rencana Tindakan Gambar 1. Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah: 1) Perencanaan Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2(dua) siklus. Tiap siklus terdiri dari 3 jam pelajaran (2 tatap muka) dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi Sistem Koloid siswa kelas XI-IPA . Adapun langkah-langkah dalam perencanaan tindakan adalah 1. Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran. 2. Menyusun skenario pembelajaran. 3. Menentukan metode pembelajaran 4. Menyiapkan instrumen penelitian 5. Menyusun lembar kerja kelompok 2) Implementasi Tindakan Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario. SIKLUS I A. Kegiatan Pra PBM 1. Guru menyiapkan bahan ajar sesuai kompetensi dasar yang akan dibahas. 2. Guru memeriksa daftar hadir siswa. 3. Guru menyiapkan lembar kerja kelompok. B. Kegiatan Awal 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. 2. Guru menyampaikan pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari sistem koloid yaitu campuran. 3. Guru memberikankan motivasi : Pernahkah kalian membuat minuman kopi tubruk dan kopi instan? Adakah perbedaan disaring? 4. Guru membentuk kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lainnya. C. Kegiatan Inti 1. Guru menyajikan informasi kepada siswa sambil mengadakan eksplorasi/ menggali pengetahuan siswa tentang materi yang

Page 16

diantara keduanya jika

Proposal PTK sedang dipelajari dengan melalui kegiatan demonstrasi atau memberikan bahan bacaan. 2. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara kerja kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan diskusi secara efisien. 3. Guru membimbing setiap kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru bersama-sama siswa membuat simpulan. 4. Guru memberikan evaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari berupa kuis yang harus dijawab, dalam hal ini siswa dilarang keras bekerja sama. 5. Guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar dari kuis tersebut. 6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang skor perkembangannya baik. D. Penutup 1. Guru melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. 2. Guru melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, tugas atau kegiatan yang sesuai untuk pengayaan atau remidi atau implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. 3). Observasi Kegiatan observasi meliputi tindakan yang dilakukan oleh kolaborator bertujuan untuk mengamati dampak dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kolaborator/pengamat melakukan pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar dan siswa yang sedang belajar dengan mengisi lembar observasi telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi akan didiskusikan bersama dan merupakan bahan masukan yang sangat penting artinya bagi peneliti karena dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. 4) Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan evaluasi, mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan apakah telah sesuai dengan rancangan skenario yang dibuat . Jika ternyata belum sesuai dengn yang diharapkan maka perlu adanya rancangan ulang berupa perbaikan, modifikasi dan atau jika dirasakan sangat perlu maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya. SIKLUS II. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I artinya jika ada kekurangan pada siklus I maka akan diperbaiki pada bagian yang kurang pada siklus II, tetapi jika sudah baik maka tidak perlu ada pengulangan tetapi pembelajaran bisa dilanjutkan pada materi berikutnya dengan model pembelajaran yang

Page 17

Proposal PTK sama. Peneliti berharap melalui dua siklus, pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar kimia pada materi sistem koloid. d. Data Dan Cara Pengumpulannya Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan dokumen siswa. Data tersebut adalah hasil nilai mid semester genap siswa sebelum penelitian, data hasil tes siswa sesudah diberi tindakan yaitu nilai tes formatif pada setiap akhir siklus, data observasi keaktifan siswa, dan hasil observasi aktivitas kinerja guru, data dari angket dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jenis data. Data diambil dengan cara sebagai berikut: a) Data kualitatif diambil pada saat pertemuan dengan mengisi lembar observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan mengisi angket pada akhir pembelajaran. b) Data kuantitatif diambil dengan memberikan tes di akhir pembelajaran pada setiap siklus. e. Indikator Keberhasilan Yang mejadi ukuran keberhasilan bagi siswa adalah sebagai berikut : 1. Terjadi peningkatan nilai rata-rata penguasaan konsep , persentase aktivitas belajar dan keterampilan siswa pada materi pokok sistem koloid setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus ke siklus. 2. Terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar(KKM) dan ketuntasan secara klasikal mencapai minimal 85% setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus ke siklus. ( KKM mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 16 Surabaya adalah 72) G. JADUAL PENELITIAN Kegiatan 1. PERSIAPAN a. Pembuatan Proposal : April minggu ke 4-5 b. Mengurus Perizinan : Mei minggu ke-1 c. Mengembangkan Instrumen : Mei minggu ke 2-3 2. PELAKSANAAN(Pengambilan Data) a. Siklus I : Mei minggu ke-3 b. Siklus II : Mei minggu ke-4 3. PENYUSUNAN LAPORAN a. Analisis Data : Juni minggu ke - 1-2 b. Menyususn Konsep Laporan : Juni minggu ke-2 c. Perbaikan Laporan : Juni minggu ke-3 H. PERSONALIA PENELITIAN I. Ketua Peneliti a. Nama : Sri Utami, S. Pd b. NIP : 19701216 200701 2 014 c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Pangkat/Golongan : Penata Muda/III-a e. Mata Pelajaran Yang Diampu : Kimia f. Asal Sekolah : SMA Negeri 16 Surabaya 2. Kolaborator a. Nama : Mintarti, S. Pd

Page 18

Proposal PTK b. NIP : 19500813 197710 2 002 c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Pangkat/Golongan : Pembina/VI-a e. Mata Pelajaran Yang Diampu : Kimia f. Asal Sekolah : SMA Negeri 16 Surabaya DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta Hadi, Sutrisno. 1998. Meto

Page 19