RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS ...

207 downloads 3362 Views 4MB Size Report
Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. ..... Zat X bereaksi dengan zat Y menurut persamaan kimia: X + Y → Z. Jika ...
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: 1. Menentukan konsentrasi larutan. 2. Memahami pengertian laju reaksi. 3. Menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi.

I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan konsentrasi larutan. 2. Siswa dapat memahami pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi.

II. Materi Ajar 1. Kemolaran (M) Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan.

a. Pengertian Kemolaran Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan. M=

n g 1000 atau M  x v Mr mL

Keterangan: M = molaritas (mol⁄L

mmol⁄ ) mL n = mol zat terlarut (mol atau mmol) V = volume larutan (L atau mL) g = massa zat terlarut (gram)

b. Pengenceran Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap. V1M1 = V2M2 Keterangan: V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan setelah diencerkan c. Pencampuran Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus: M

M

M

Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus: M

M

Keterangan: Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan pertama V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan kedua

2. Laju reaksi Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah laju reaksi itu? Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut. Konsentrasi Hasil reaksi (C + D)

Pereaksi (A + B) Waktu Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan semakin bertambah. N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g) Pada reaksi diatas dapat dinyatakan: - Laju penambahan konsentrasi NH3 - Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2

Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu. Laju Reaksi (v) =

Perubahan konsentrasi (C) Perubahan waktu (t)

Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik)

III. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep IV. Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, tanya jawab V. Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi

Aktivitas Guru  Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.

dan

 Menyiapkan sumber belajar.

Motivasi)

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

15 menit

Aktivitas Siswa  Berdoa dan menyiapkan alat dan bahan pelajaran.  Menyimak penjelasan guru.

yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas.  Memotivasi dan menggali pengetahuan siswa dengan memberikan pertanyaan. Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai suatu laju reaksi. Apakah laju reaksi itu?

 Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawab.

 Mengajak siswa untuk membentuk  Secara

Inti

berkelompok

siswa

60 menit

4

(eksplorasi

membagikan lembar kegiatan siswa

Siswa (LKS) dan bahan bacaan

diskusi,

sebagai bahan diskusi.

untuk

kelompok.

Kemudian

guru

penjelasan

mempelajari

Lembar

berdiskusi

Kegiatan

memahami

kemolaran dan konsep laju reaksi.  Meminta siswa mengadakan diskusi  Berperan aktif dalam diskusi dan

konsep)

kelompok untuk memahami tentang

menjawab soal-soal yang terdapat

konsep kemolaran dan laju reaksi.

dalam lembar kegiatan siswa.

 Membimbing siswa pada tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan soalsoal pada lembar kegiatan siswa.  Mengajak siswa membahas hasil  Perwakilan

siswa

dari

diskusi dengan meminta perwakilan

kelompok

siswa dari tiap kelompok untuk

diskusi tentang kemolaran dan

membacakan

laju reaksi.

Kelompok

hasil lainnya

diskusi.

menjelaskan

tiap hasil

memberikan

pendapat/ komentar/ saran.  Membahas menjelaskan

hasil

diskusi

kembali

dan  Menyimak penjelasan guru dan

tentang

kemolaran dan konsep laju reaksi.

memahami

pembahasan

hasil

diskusi  Bertanya sesuai konsep yang dijelaskan.

 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan untuk mengerjakan soal latihan

jawabannya di papan tulis dan

pada lembar kegiatan siswa.

menjelaskan

langkah-langkah

pengerjaan soalnya kepada temanteman yang lain.  Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

kemolaran dan laju reaksi.

gan

materi yang belum dipahami.

aplikasi)

dan

tentang

siswa konsep

 Memberikan tugas individu yang terdapat pada buku pelajaran kimia SMA Kelas XI

VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama widya)  Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)  Lembar Kegiatan Siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.

VII. Penilaian Penilaian pada soal-soal uraian yang terdapat pada lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Eksperimen

Kelompok

:

Nama

: 1. 2. 3. 4. 5.

A. Materi 1. Kemolaran (M) Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. a.

Pengertian Kemolaran Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.

M

n

M

g M

mL

Keterangan: M = molaritas (mol⁄L

mmol⁄ ) mL

n = mol zat terlarut (mol atau mmol) V = volume larutan (L atau mL) g = massa zat terlarut (gram)

Contoh soal: 10 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 2 liter. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut! Jawab:

Zat terlarut NaOH 10 gram =

10 mol = 0,25 40

volume larutan = 2 liter [NaOH] =

b.

n 0,25 = M = 0,125 M v 2

Pengenceran Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap.

V1M1 = V2M2 Keterangan: V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan setelah diencerkan Contoh Soal: 250 mL larutan CaCl2 0,15 M diencerkansampai memperoleh konsentrasi ion Cl- 0,1 M. Berapakah volume larutan CaCl2 sekarang? Jawab: V1M1n

=

V2M2n

250 x 0,15 x 2

=

V2 x 0,1 x 1

V2

=

750 mL

c. Pencampuran Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus: Mc =

V1 M1  V2 M 2  V3 M 3  ... V1  V2  V3

Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus: Mc =

V1 M1  V2 M 2  ... V1  V2

Keterangan: Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan pertama V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan kedua Contoh soal: 100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL larutan HCl 0,2 M. Hitunglah konsentrasi larutan setelah dicampurkan! Jawab: Rumus percampuran Mc =

V1 M1  V2 M 2  ... V1  V2

=

(10 x 0,1)  (150 x 0,2) 100  150

=

40 = 0,16 250

2. Laju reaksi Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah laju reaksi itu? Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut.

Konsentrasi Hasil reaksi (C + D)

Pereaksi (A + B) Waktu Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan semakin bertambah. N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g) Pada reaksi diatas dapat dinyatakan: -

Laju penambahan konsentrasi NH3

-

Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2

Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu. Laju Reaksi (v) =

Perubahan konsentrasi (C) Perubahan waktu (t)

Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik) B. Soal Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sejumlah asam sulfat dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 500 mL dan konsentrasinya 0,1 M. Tentukanlah berapa gram asam sulfat yang dilarutkan (Mr H2SO4 = 98) ? J w b:

.. ..

2. Sebanyak 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air hingga volume larutan 200 mL. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut! J w b:

.. ..

3. Diketahui 500 mL larutan HCl 0,1 M. Tentukan berapa mol dan berapa gram HCl terdapat dalam larutan tersebut! Ar H = 1; Cl = 35,5 J w b:

.. ..

4. 100 mL larutan H2SO4 0,1 M diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 0,01 M. Hitunglah volume larutan setelah pengenceran dan volume pelarut yang ditambahkan! J w b:

.. ..

5. Jika 100 mL larutan HBr 0,8 M dicampurkan dengan 100 mL larutan HBr 0,2 M, tentukanlah molaritas larutan setelah percampuran! J w b:

.. ..

6. Tentukan reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi, N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) a. Tentukan laju reaksi masing-masing zat! b. Bagaimanakah hubungan antara

,

?

J w b:

.. ..

7. Jelaskan yang dimaksud dengan laju reaksi! ..

Jawab:

.. 8. Zat X bereaksi dengan zat Y menurut persamaan kimia: X

Y → Z. Jik konsen

si w l Y

,5 M d n se el h be e ksi deng n z

X

selama satu menit konsentrasinya menjadi 0,2 M; maka tentukan laju reaksi tersebut terhadap Y! J w b:

.. ..

9. Ke dalam suatu ruangan 1 liter dicampurkan x mol gas P dan y mol gas Q. Selang waktu t detik sebagian dari gas-gas tersebut telah membentuk a mol gas R sesuai persamaan reaksi: 2P(g) + 3Q(g) → R(g). Nyatakan laju reaksi gas P, Q, dan R tersebut. J w b:

.. ..

10. Laju reaksi dapat diartikan sebagai perubahan konsentrasi tiap satuan waktu. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? J w b:

.. ..

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-2 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan melakukan percobaan.

I. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan melakukan percobaan. II. Materi Ajar Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.

2. Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan. 3. Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. 4. Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung.

III. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep IV. Metode Pembelajaran Eksperimen, diskusi kelompok, dan tanya jawab. V. Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi dan

Aktivitas Guru  Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.

Aktivitas Siswa  Berdoa dan menyiapkan alat dan bahan pelajaran

 Menyiapkan sumber belajar dan alat

Motivasi)

dan bahan untuk melakukan

15 menit

percobaan.  Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas.

 Menyimak penjelasan guru

 Memotivasi dan menggali

 Siswa menyimak pertanyaan guru

pengetahuan siswa dengan

dan menjawab?

memberikan pertanyaan Mengapa wortel yang dipotong kecil-kecil jika direbus lebih cepat matang dari pada wortel yang tidak dipotong-potong ?  Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara

Inti

berkelompok

siswa

60 menit

kelompok (kelompok yang telah

menyiapkan alat dan bahan untuk

(eksplorasi

dibentuk pada pertemuan pertama).

melakukan percobaan.

diskusi,

Kemudian guru membagikan alat  Secara

penjelasan

dan bahan percobaan serta Lembar

konsep)

Kerja Siswa (LKS).

berkelompok

siswa

melakukan

percobaan

untuk

mengetahui

faktor-faktor

yang

mempengaruhi laju reaksi.  Memperhatikan cara tiap-tiap

kerja pada

kelompok

melakukan

percobaan

mengetahui

faktor-faktor

dalam untuk yang

mempengaruhi laju reaksi.  Meminta siswa mendiskusikan hasil  Menemukan konsep atau prinsip percobaan dan menghubungkannya

berdasarkan

dengan teori laju reaksi berdasarkan

diperoleh dari hasil percobaan

fakta-fakta yang mereka temukan

serta mendiskusikannya.

dari hasil percobaan.

yang

 Berperan aktif dalam diskusi.

 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

data-data

seorang

siswa

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

faktor yang mempengaruhi laju

gan

materi yang belum dipahami.

reaksi.

aplikasi)

dan

tentang

faktor-

VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Lembar Kerja Siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, alat dan bahan percobaan.

VII. Penilaian Penilaian pada soal-soal uraian yang terdapat pada lembar kerja siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen Kelompok

: 1. 2. 3. 4. 5.

A. Molaritas larutan Tujuan: Untuk menentukan molaritas dari suatu larutan

Alat dan Bahan: - Gelas kimia 100 mL - - 5 gram NaCl (Ar: Na=23, Cl=35,5) - Spatula - - aquades Langkah Kerja: 1. Siapkan satu buah gelas kimia. 2. Masukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia. 3. Masukkan 5 gram NaCl, aduk hingga larut. Pertanyaan: Hitung molaritas dari larutan NaCl tersebut? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ................................................................................................................................

B. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Alat dan Bahan: 1. Gelas kimia 100 mL 2. Gelas ukur 3. Labu ukur 50 mL 4. Ke

s p ih k

n 5

5 cm y ng dibe i nd “X” hi m

5. Stopwatch 6. Larutan HCl 2 M 7. Larutan Na2S2O3 1 M

Langkah kerja: 1. Encerkan larutan Na2S2O3 1 M menjadi Na2S2O3 0,5 M; 0,15 M; 0,10 M; 0,05 M masing-masing 50 mL. 2. Masukkan 5 mL larutan HCl 2 M ke dalam gelas kimia. 3. Simp n gel s kimi di

s ke

s p ih be

nd ”X”.

4. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia. 5. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 s mp i

nd ”X” id k

terlihat lagi. 6. Ulangi langkah 1–5 dengan konsentrasi Na2S2O3 0,10 M; 0,50 M

Data Pengamatan V Na2S2O3 1 M M Na2S2O3 yang dipipet Sebelum Pengenceran mL 1M mL 1M mL 1M Gelas 1 2 3

[HCl] 2M 2M 2M

[Na2S2O3] 0,05 M 0,10 M 0,50 M

V Na2S2O3 Setelah Pengenceran 50 mL 50 mL 50 mL Waktu (s)

M Na2S2O3 Setelah Pengenceran 0,05 M 0,10 M 0,50 M Laju Reaksi (s-1)

Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cep menghil ngk n nd “X”? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ...........................................................................................................................

C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Alat dan bahan: 1. Gelas kimia 100 mL 5. Stopwatch 2. Termometer

6. Logam seng

3. Penangas air

7. Larutan HCl 1 M

4. Es batu Langkah kerja 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah yang telah diberi label 1, 2 dan 3. 2. Tuangkan sekitar 50 mL HCl 1 M ke dalam setiap gelas kimia. 3. Simpan gelas 1 di atas es batu, ukurlah suhunya. 4. Simpan gelas 2 pada suhu kamar. 5. Panaskan gelas 3 pada penangas air. Ukur sampai suhu konstan. 6. Masukkan ke dalam setiap gelas, logam seng dalam berat yang sama (1 g). 7. Catat hasil pengamatan hingga semua logam seng bereaksi. Data Pengamatan Gelas 1 2 3

Waktu (s)

Laju Reaksi (s-1)

Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cepat membuat logam seng bereaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ...........................................................................................................................

D. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.

(Percobaan I)

(Percobaan II)

(Percobaan III)

Alat dan Bahan: - Gelas kimia

- garam halus

- Spatula

- garam kristal

- Stopwatch

- garam balok

- Aquades Langkah kerja: 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah dan diberi label 1, 2 dan 3. 2. Tuangkan sekitar 100 mL air ke dalam setiap gelas kimia. 3. Masukkan sekitar 3 gram garam halus ke dalam gelas kimia 1. 4. Masukkan sekitar 3 gram garam kristal ke dalam gelas kimia 2. 5. Masukkan sekitar 3 gram garam balok ke dalam gelas kimia 3. 6. Catat hasil pengamatan hingga garam pada masing-masing gelas larut.

Data Pengamatan Gelas 1 2 3

Bentuk Garam Garam halus Garam kristal Garam balok

Waktu (s)

Pertanyaan: 1. Manakah garam yang memiliki luas permukaan yang paling besar? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... E. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

(Percobaan I)

(Percobaan II)

Alat dan Bahan: - Alas logam

- gula

- Korek api

- abu rokok

Langkah kerja: 1. Siapkan alas yang terbuat dari logam. 2. Letakkan satu sendok gula diatas alas logam, lalu bakar. 3. Letakkan abu rokok di salah satu sisi gula, lalu bakar. 4. Catat hasil pengamatan, apa yang akan terjadi pada gula.

Data Pengamatan Bahan yang digunakan

Pengamatan

Percobaan I Percobaan II

Pertanyaan: 1. Pada percobaan I, apa yang terjadi pada saat gula dibakar? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Pada percobaan II, apa yang terjadi pada gula yang telah diberikan abu rokok di salah satu sudutnya pada saat dibakar? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 3. Pada percobaan II, apakah yang akan terjadi pada abu rokok setelah proses pembakaran selesai? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 4. Apakah fungsi abu rokok pada proses pembakaran tersebut? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 5. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... Kesimpulan: Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan molaritas, laju reaksi serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan! ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ .................................................................................................................................

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-3 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.

I. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. II. Materi Ajar Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.

Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat. 2. Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan. 3. Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. 4. Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung.

III.

Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep

IV.

Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, tanya jawab

V.

Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

 Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.

bahan pelajaran

dan

 Menyiapkan sumber belajar.

Motivasi)

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

15 menit

 Berdoa dan menyiapkan alat dan

 Menyimak penjelasan guru

yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas.  Siswa menyimak pertanyaan guru

 Memotivasi dan menggali

dan menjawab.

pengetahuan siswa dengan memberikan pertanyaan Mengapa ketika kertas dibakar, dalam beberapa saat kertas tersebut akan berubah menjadi abu, tetapi lain halnya ketika sebatang kayu dibakar. Batang kayu akan terbakar lebih lambat dibandingkan kertas yang dibakar. Mengapa demikian? Inti

 Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara

berkelompok

siswa

60 menit

kelompok (kelompok yang telah

mempelajari

(eksplorasi

dibentuk pada pertemuan pertama).

Siswa (LKS) dan bahan bacaan

diskusi,

Kemudian guru membagikan lembar

untuk

penjelasan

kegiatan

faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep)

diskusi.

siswa

sebagai

bahan

laju

Lembar

berdiskusi

reaksi

Kegiatan

memahami

berdasarkan

teori

tumbukan.  Membimbing siswa pada tiap-tiap  Berperan aktif dalam diskusi dan kelompok dalam mengerjakan soal-

menjawab soal-soal yang terdapat

soal pada lembar kegiatan siswa.

dalam lembar kegiatan siswa.

 Mengajak siswa membahas hasil  Secara

berkelompok

siswa

diskusi dengan meminta siswa dari

mempresentasikan

faktor-faktor

tiap kelompok untuk menjelaskan

yang mempengaruhi laju reaksi

hasil diskusi yang diperoleh dari

berdasarkan data percobaan dan

hasil percobaan yang dilakukan pada

menjelaskan

pertemuan

dan

konsentrasi, luas permukaan, suhu

untuk

dan katalis terhadap laju reaksi

sebelumnya

membimbing

siswa

merumuskan

dan

menemukan

pengaruh

berdasarkan teori tumbukan.

sendiri teori berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan dari hasil percobaan.

Kelompok

lainnya

memberikan pendapat/ komentar/ saran.  Membahas

hasil

dan  Menyimak penjelasan guru dan

diskusi

menjelaskan kembali tentang faktor-

memahami

faktor

diskusi

yang

mempengaruhi

laju

reaksi berdasarkan teori tumbukan.

pembahasan

hasil

 Bertanya sesuai konsep yang dijelaskan.

 Memperlihatkan media flash dan  Siswa memperhatikan media flash memberikan dijalan

raya

penjelasan

bahwa

yang

ramai

yang

diperlihatkan

guru

dan

menyimak penjelasan guru.

kemungkinan terjadi tabrakan akan lebih besar dibandingkan di jalan yang sepi.  Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan untuk mengerjakan soal latihan

jawabannya di papan tulis dan

pada lembar kegiatan siswa.

menjelaskannya kepada temanteman yang lain.

 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

siswa

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

faktor yang mempengaruhi laju

gan

materi yang belum dipahami.

reaksi.

aplikasi)

dan

 Meminta siswa belajar di rumah tentang materi orde reaksi untuk pertemuan selanjutnya.

tentang

faktor-

VI.

Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Bumi Aksara)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Lembar Kegiatan Siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, dan media flash.

VII. Penilaian Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Eksperimen

Kelompok

:

Nama

: 1. 2. 3. 4. 5.

A. Materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi pereaksi, luas permukaan, suhu, katalis. Hal ini diterangkan dengan teori tumbukan. Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.

2.

Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.

3.

Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik molekul-molekul bertambah akibatnya molekulmolekul lebih aktif bergerak sehingga lebih banyak terjadi tumbukan dan menghasilkan reaksi, akibatnya reaksi menjadi lebih cepat. Pada umumnya setiap kenaikkan suhu 10⁰C reaksi menjadi 2 kali lebih cepat, sehingga dapat dirumuskan: vt = 2n x v0 dengan n =

t  t0 10

Contoh soal: Setiap kenaikkan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu 30⁰C lajunya adalah x, tentukanlah laju reaksi pada suhu 100⁰C! Jawab: Suhu acuan t0 = 30⁰C mempunyai v0 = x. Setiap kenaikkan suhu 10⁰C, laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Rumus: vt = 2n x v0, di mana n = v100 → n

100 - 30 10

n = 7, maka v100 = 27 x x = 128x

t  t0 10

4.

Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung. Katalis yang dapat mempercepat reaksi disebut katalisator, sedangkan katalis yang dapat memperlambat laju reaksi disebut inhibitor.

Penentuan Laju Reaksi dari Mekanisme Reaksi Telah dijelaskan bahwa reaksi terjadi akibat tumbukan antarpartikel atom unsur atau partikel molekul senyawa zat yang bereaksi. Banyak reaksi yang terjadi melalui tahapan reaksi (mekanisme reaksi). Misalnya jika kita mereaksikan zat A dan zat B mengh silk n z

C seb g i be ik : A

B → C. Re ksi y ng be l ngs ng b kan 2

mol zat A bereaksi langsung dengan 1 nol zat B, melainkan berlangsung melalui dua tahap, yaitu sebagai berikut: T h p

:A

B → C (be l ngs ng l mb )

T h p

:A

AB → C (be l ngs ng cep )

Dari kedua tahap reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi tahap-1 berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan reaksi tahap-2. Untuk menentukan laju reaksi dari tahapan reaksi tersebut, ditentukan dari tahap reaksi paling lambat. dari reaksi di atas, tahap reaksi yang paling lambat adalah A

B → AB

Persamaan laju reaksinya adalah v = k[A][B]

B. Soal Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi? J w b:

2. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dengan teori tumbukan! J w b:

3. Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan? Jelaskan dengan singkat hubungan energi pengaktifan dengan laju reaksi! J w b:

4. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu kamar (25ºC) reaksi kamar dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Berapa laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65ºC? J w b:

5. Jelaskan fungsi katalisator dalam laju reaksi? J w b:

6. Perhatikan data berikut. No. Zn Larutan HCl Suhu 1 Serbuk 0,2 M 30 ºC 2 Keping 0,2 M 30 ºC 3 Serbuk 0,5 M 50 ºC 4 Keping 0,2 M 50 ºC 5 Serbuk 0,2 M 50 ºC Reaksi nomor berapakah yang diharapkan berlangsung paling cepat? Jelaskan dengan singkat! J w b:

7. Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut! E (kJ) 100 2HI 75 50 H2 + I2 25

Tentukanlah energi aktivasi dari diagram perubahan energi reaksi tersebut! Termasuk reaksi eksoterm atau endotermkah reaksi tersebut?

J w b: 8. Diketahui reaksi: 2NO + Br2 → NOB memp ny i h p e ksi seb g i be ik . NO + Br2 → NOB 2 (lambat) NOBr2 NO → NOB (cep ) Tentukan persamaan laju reaksinya! J w b:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-4 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

I.

: Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi

Tujuan Pembelajaran 1.

Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi

2.

Siswa dapat menghitung laju reaksi

II. Materi Ajar Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC dD. Laju reaksi dirumuskan dengan: v = k[A]m[B]n Ket: v = laju reaksi

m

= orde reaksi terhadap A

[A] = konsentrasi A (M)

n

= orde reaksi terhadap B

[B] = konsentrasi B (M)

m + n = orde reaksi

k = ketetapan laju reaksi

III.

Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep

IV.

Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, tanya jawab

V.

Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

 Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.

bahan pelajaran.

dan

 Menyiapkan sumber belajar.

Motivasi)

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

15 menit

 Berdoa dan menyiapkan alat dan

 Menyimak penjelasan guru.

yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas.  Siswa menyimak pertanyaan guru

 Memotivasi dan menggali

Inti

pengetahuan siswa dengan

dan menjawab.

memberikan pertanyaan untuk

Faktor-faktor yang mempengaruhi

mengingat kembali materi tentang

laju reaksi

laju reaksi dan faktor-faktor yang

1. Konsentrasi

mempengaruhi laju reaksi.

2. Luas permukaan

Sebutkan faktor-faktor yang

3. Suhu

mempengaruhi laju reaksi?

4. Katalis

 Mengajak siswa untuk membentuk  Secara

berkelompok

siswa

60 menit

4 kelompok (Kelompok yang telah

mempelajari

(eksplorasi

dibentuk pada pertemuan pertama).

Siswa (LKS) dan bahan bacaan

diskusi,

Kemudian

untuk

penjelasan

lembar

konsep)

bahan diskusi.

guru

kegiatan

membagikan siswa

sebagai

Lembar

Kegiatan

memahami

cara

menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi.

 Meminta siswa untuk mengadakan  Berperan aktif dalam diskusi dan diskusi kelompok untuk memahami

menjawab soal-soal yang terdapat

tentang cara menentukan persamaan

dalam lembar kegiatan siswa.

laju reaksi dan orde reaksi.

 Membimbing siswa pada tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan soal pada lembar kegiatan siswa.  Mengajak siswa membahas hasil  Perwakilan

siswa

dari

diskusi dengan meminta perwakilan

kelompok

salah satu siswa pada tiap kelompok

diskusi tentang persamaan laju

untuk membacakan hasil diskusi.

reaksi dan orde reaksi

Kelompok

lainnya

menjelaskan

tiap hasil

memberikan

pendapat/ komentar/ saran.  Membahas

hasil

menjelaskan

diskusi

kembali

dan  Menyimak penjelasan guru dan

tentang

persamaan laju reaksi dan orde reaksi.

memahami

pembahasan

hasil

diskusi  Bertanya sesuai konsep yang dijelaskan.

 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan untuk mengerjakan soal latihan

jawabannya di papan tulis dan

pada lembar kegiatan siswa.

menjelaskan

langkah-langkah

pengerjaan soalnya kepada temanteman yang lain.  Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

siswa

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan tentang persamaan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

laju reaksi dan orde reaksi.

gan

materi yang belum dipahami.

dan

aplikasi)

 Memberikan tugas individu yang terdapat pada buku pelajaran kimia SMA Kelas XI

VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1.

Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Bumi Aksara)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)

 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Lembar Kegiatan Siswa 2.

Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.

VII. Penilaian Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada lembar kerja siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Eksperimen

Kelompok

:

Nama

: 1. 2. 3. 4. 5.

Menentukan Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dip ngk k n o de e ksi ( ingk

e ksi). Sec

m mp d

e ksi A

bB → cC

dD.

Laju reaksi dirumuskan dengan: Ket: v = k[A]m[B]n

v [A] [B] k

= laju reaksi = konsentrasi A (M) = konsentrasi B (M) = ketetapan laju reaksi

m = orde reaksi terhadap A n = orde reaksi terhadap B m + n = orde reaksi

Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Data percobaan suatu reaksi 2A + B2 → AB d l h seb g i be ik . No

[A] M

[B2] M

V (M/s)

1

0,50

0,50

1,6x10-4

2

0,50

1,00

3,2x10-4

3

1,00

1,00

3,2x10-4

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap A

c. Orde reaksi total

b. Orde reaksi terhadap B2

d. Persamaan laju reaksi

J w b:

2.

Diketahui reaksi: 2NO + 2H2 → N2 + 2H2O Berlangsung melalui tahap-tahap yang teramati sebagai berikut: 2NO + H2 → N2O + H2O (lambat) N2O + H2 → N2 + H2O (cepat) Tentukan: a. Orde reaksi terhadap NO

c. Orde reaksi total

b. Orde reaksi terhadap H2

d. Persamaan laju reaksi

J w b: 3. Dalam suatu percobaan untuk mengamati reaksi A(g) + B(g) → C(g) diperoleh data sebagai berikut. No

[A] M

[B] M

V (M/s)

1

0,1

0,1

2

2

0,1

0,2

8

3

0,2

0,2

16

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap A

c. Orde reaksi total

b. Orde reaksi terhadap B

d. Persamaan Laju Reaksi

J w b: 4. Dari suatu reaksi : 2H2 + 2NO → H2O + N2 diperoleh data sebagai berikut: No [H2] M 1 0,1 2 0,5 3 0,1 Tentukan:

[NO] M 0,1 0,1 0,3

V (M/s) 0,03 0,15 0,27

a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO b. Persamaan laju reaksi c. Harga k d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M J w b:

5.

Dari suatu reaksi : A B → C diperoleh data sebagai berikut: No [A] M 1 0,1 2 0,2 3 0,2 Tentukan:

[B] M 0,1 0,1 0,2

a. Orde reaksi terhadap A dan B b. Persamaan laju reaksi c. Orde reaksi total J w b:

t (det) 80 40 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL PERTEMUAN KE-1 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: 1. Menentukan konsentrasi larutan. 4. Memahami pengertian laju reaksi. 5. Menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi.

I.

Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan konsentrasi larutan. 2. Siswa dapat memahami pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi.

II. Materi Ajar 1.

Kemolaran (M) Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. a.

Pengertian Kemolaran Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.

M=

n g 1000 atau M  x v Mr mL

Keterangan: M = molaritas (mol⁄L

mmol⁄ ) mL n = mol zat terlarut (mol atau mmol) V = volume larutan (L atau mL) g = massa zat terlarut (gram)

b.

Pengenceran Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap. V1M1 = V2M2 Keterangan: V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan setelah diencerkan

c.

Pencampuran Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus: M

M

M

Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus: M

M

Keterangan: Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan pertama V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan kedua

2.

Laju reaksi Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah laju reaksi itu? Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut. Konsentrasi Hasil reaksi (C + D)

Pereaksi (A + B) Waktu Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan semakin bertambah. N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g) Pada reaksi diatas dapat dinyatakan: - Laju penambahan konsentrasi NH3 - Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2

Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu. Laju Reaksi (v) =

Perubahan konsentrasi (C) Perubahan waktu (t)

Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik)

III. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep IV. Metode Pembelajaran Demonstrasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab. V. Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi dan

Aktivitas Guru  Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.  Menjelaskan tujuan pembelajaran

Motivasi)

yang akan dicapai dari materi yang

15 menit

akan dibahas.  Memotivasi dan menggali pengetahuan siswa dengan memberikan pertanyaan. Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai suatu laju reaksi. Apakah laju reaksi itu?

Aktivitas Siswa  Berdoa dan menyiapkan alat dan bahan pelajaran.  Menyimak penjelasan guru.

 Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawab.

Inti 60 menit

 Menjelaskan pengertian kemolaran  Menyimak dan laju reaksi.

penjelasan

guru

tentang pengertian kemolaran dan

(eksplorasi

laju reaksi.

diskusi, penjelasan konsep)

 Melakukan

untuk  Mengamati

demonstrasi

demonstrasi

yang

menentukan molaritas dalam suatu

dilakukan guru untuk menentukan

larutan.

molaritas dalam suatu larutan.

 Mengajak siswa untuk membentuk  Secara 4

kelompok.

Kemudian

guru

berkelompok

mempelajari

Lembar

siswa Kegiatan

membagikan lembar kegiatan siswa

Siswa (LKS) dan bahan bacaan

sebagai bahan diskusi.

untuk

 Meminta siswa untuk mengadakan

berdiskusi

memahami

kemolaran dan konsep laju reaksi

diskusi kelompok untuk memahami  Berperan aktif dalam diskusi dan tentang konsep kemolaran dan laju

menjawab soal-soal yang terdapat

reaksi.

pada lembar kerja siswa.

 Membimbing siswa pada tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan soal pada lembar kegiatan siswa.  Mengajak siswa membahas hasil  Perwakilan

siswa

dari

diskusi dengan meminta perwakilan

kelompok

siswa dari tiap kelompok untuk

diskusi tentang kemolaran dan

membacakan

laju reaksi.

Kelompok

hasil lainnya

diskusi.

menjelaskan

tiap hasil

memberikan

pendapat/ komentar/ saran.  Membahas menjelaskan

hasil

diskusi

kembali

dan  Menyimak penjelasan guru dan

tentang

kemolaran dan konsep laju reaksi.

memahami

pembahasan

hasil

diskusi  Bertanya sesuai konsep yang dijelaskan.

 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan untuk mengerjakan soal latihan

jawabannya di papan tulis dan

pada lembar kegiatan siswa.

menjelaskan

langkah-langkah

pengerjaan soalnya.  Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

kemolaran dan laju reaksi.

gan

materi yang belum dipahami.

dan

aplikasi)

tentang

 Memberikan tugas individu yang terdapat pada buku pelajaran kimia SMA Kelas XI

VI.

Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya) dan Lembar kegiatan siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, alat dan bahan percobaan.

VII.

Penilaian Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd. NIP. 19580601 198101 1 006

siswa konsep

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Kontrol

Kelompok

:

Nama

: 1. 2. 3. 4. 5.

A. Materi a. Kemolaran (M) Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. 1.

Pengertian Kemolaran Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.

M

n

M

g M

mL

Keterangan: M = molaritas (mol⁄L

mmol⁄ ) mL

n = mol zat terlarut (mol atau mmol) V = volume larutan (L atau mL) g = massa zat terlarut (gram)

Contoh soal: 10 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 2 liter. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut! Jawab:

Zat terlarut NaOH 10 gram =

10 mol = 0,25 40

volume larutan = 2 liter n 0,25 [NaOH] = = M = 0,125 M v 2 2.

Pengenceran Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap.

V1M1 = V2M2 Keterangan: V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan setelah diencerkan Contoh Soal: 250 mL larutan CaCl2 0,15 M diencerkansampai memperoleh konsentrasi ion Cl- 0,1 M. Berapakah volume larutan CaCl2 sekarang? Jawab: V1M1n

=

V2M2n

250 x 0,15 x 2

=

V2 x 0,1 x 1

V2

=

750 mL

3. Pencampuran Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus: Mc =

V1 M1  V2 M 2  V3 M 3  ... V1  V2  V3

Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus: Mc =

V1 M1  V2 M 2  ... V1  V2

Keterangan: Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL) M1 = molaritas larutan pertama V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL) M2 = molaritas larutan kedua Contoh soal: 100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL larutan HCl 0,2 M. Hitunglah konsentrasi larutan setelah dicampurkan! Jawab: Rumus percampuran Mc =

V1 M1  V2 M 2  ... V1  V2

=

(10 x 0,1)  (150 x 0,2) 100  150

=

40 = 0,16 250

b. Laju reaksi Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah laju reaksi itu? Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut.

Konsentrasi Hasil reaksi (C + D)

Pereaksi (A + B) Waktu Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan semakin bertambah. N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g) Pada reaksi diatas dapat dinyatakan: -

Laju penambahan konsentrasi NH3

-

Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2

Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu. Laju Reaksi (v) =

Perubahan konsentrasi (C) Perubahan waktu (t)

Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik) Molaritas larutan Tujuan: Untuk menentukan molaritas dari suatu larutan

Alat dan Bahan: - Gelas kimia 100 mL

- 5 gram NaCl (Ar: Na=23, Cl=35,5)

- Spatula

- aquades

Langkah Kerja: 1. Siapkan satu buah gelas kimia. 2. Masukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia. 3. Masukkan 5 gram NaCl, aduk hingga larut. Pertanyaan: Hitung molaritas dari larutan NaCl tersebut? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ................................................................................................................................ B. Soal Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sejumlah asam sulfat dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 500 mL dan konsentrasinya 0,1 M. Tentukanlah berapa gram asam sulfat yang dilarutkan (Mr H2SO4 = 98) ? J w b:

.. ..

2. Sebanyak 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air hingga volume larutan 200 mL. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut! J w b:

.. ..

3. Diketahui 500 mL larutan HCl 0,1 M. Tentukan berapa mol dan berapa gram HCl terdapat dalam larutan tersebut! Ar H = 1; Cl = 35,5 J w b:

.. ..

4. 100 mL larutan H2SO4 0,1 M diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 0,01 M. Hitunglah volume larutan setelah pengenceran dan volume pelarut yang ditambahkan! J w b:

.. ..

5. Jika 100 mL larutan HBr 0,8 M dicampurkan dengan 100 mL larutan HBr 0,2 M, tentukanlah molaritas larutan setelah percampuran! ..

Jawab:

.. 6. Tentukan reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi, N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) c. Tentukan laju reaksi masing-masing zat! d. Bagaimanakah hubungan antara

?

,

J w b:

.. ..

7. Jelaskan yang dimaksud dengan laju reaksi! ..

Jawab:

.. 8. Zat X bereaksi dengan zat Y menurut persamaan kimia: X

Y → Z. Jik konsen

si w l Y

,5 M d n se el h be e ksi deng n z

X

selama satu menit konsentrasinya menjadi 0,2 M; maka tentukan laju reaksi tersebut terhadap Y! J w b:

.. ..

9. Ke dalam suatu ruangan 1 liter dicampurkan x mol gas P dan y mol gas Q. Selang waktu t detik sebagian dari gas-gas tersebut telah membentuk a mol gas R sesuai persamaan reaksi: 2P(g) + 3Q(g) → R(g). Nyatakan laju reaksi gas P, Q, dan R tersebut. J w b:

.. ..

10. Laju reaksi dapat diartikan sebagai perubahan konsentrasi tiap satuan waktu. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? J w b:

.. ..

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL PERTEMUAN KE-2 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan melakukan percobaan.

I.

Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan melakukan percobaan.

II.

Materi Ajar Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi a.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.

b.

Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.

c.

Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.

d.

Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung.

III.

Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep

IV.

Metode Pembelajaran Ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab

V.

Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi dan

Aktivitas Guru  Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.  Menyiapkan sumber belajar, alat

Motivasi)

dan bahan untuk melakukan

15 menit

demonstrasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.  Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas.

Aktivitas Siswa  Berdoa dan menyiapkan alat dan bahan pelajaran  Menyimak penjelasan guru

 Memotivasi dan menggali

 Siswa menyimak pertanyaan guru

pengetahuan siswa dengan

dan menjawab.

memberikan pertanyaan Mengapa wortel yang dipotong kecil-kecil jika direbus lebih cepat matang dari pada wortel yang tidak dipotong-potong ?  Menjelaskan tentang faktor-faktor  Menyimak penjelasan guru.

Inti 60 menit

yang mempengaruhi laju reaksi.

(eksplorasi

 Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara

berkelompok

siswa

diskusi,

kelompok (kelompok yang telah

mempelajari Lembar Kerja Siswa

penjelasan

dibentuk pada pertemuan pertama).

(LKS)

konsep)

Kemudian guru membagikan lembar

demonstrasi yang dilakukan guru

kerja siswa.

sebagai

 Melakukan menjelaskan

demonstrasi faktor-faktor

untuk yang

dan

bahan

memahami

mengamati

diskusi

untuk

faktor-faktor

yang

mempengaruhi laju reaksi.

mempengaruhi laju reaksi. berkelompok siswa  Meminta siswa mendiskusikan hasil  Secara mendiskusikan faktor-faktor yang pengamatan dari demonstrasi dan menghubungkannya

dengan

teori

laju reaksi berdasarkan fakta-fakta

mempengaruhi

laju

reaksi

berdasarkan data percobaan.

yang mereka temukan dari hasil pengamatan.  Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

siswa

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

faktor yang mempengaruhi laju

gan

materi yang belum dipahami.

reaksi.

aplikasi)

dan

tentang

faktor-

VI.

Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)  Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Lembar kerja siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, alat dan bahan percobaan.

VII.

Penilaian Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada lembar kerja siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol Kelompok

: 1. 2. 3. 4. 5.

A. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Alat dan Bahan: 1.

Gelas kimia 100 mL

2.

Gelas ukur

3.

Labu ukur 50 mL

4.

Ke

5.

Stopwatch

6.

Larutan HCl 2 M

7.

Larutan Na2S2O3 1 M

s p ih k

n 5

5 cm y ng dibe i nd “X” hi m

Langkah kerja: 1. Encerkan larutan Na2S2O3 1 M menjadi Na2S2O3 0,5 M; 0,15 M; 0,10 M; 0,05 M masing-masing 50 mL. 2. Masukkan 5 mL larutan HCl 2 M ke dalam gelas kimia. 3. Simp n gel s kimi di

s ke

s p ih be

nd ”X”.

4. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia. 5. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 s mp i terlihat lagi. 6. Ulangi langkah 1–5 dengan konsentrasi Na2S2O3 0,10 M; 0,50 M;

nd ”X” id k

Data Pengamatan V Na2S2O3 1 M M Na2S2O3 yang dipipet Sebelum Pengenceran mL 1M mL 1M mL 1M Gelas 1 2 3

[HCl] 2M 2M 2M

[Na2S2O3] 0,05 M 0,10 M 0,50 M

V Na2S2O3 Setelah Pengenceran 50 mL 50 mL 50 mL Waktu (s)

M Na2S2O3 Setelah Pengenceran 0,05 M 0,10 M 0,50 M Laju Reaksi (s-1)

Pertanyaan: 1. Gel s m n k h y ng lebih cep menghil ngk n nd “X”? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ................................................................................................................................... B. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Alat dan bahan: 1. Gelas kimia 100 mL 5. Stopwatch 2. Termometer

6. Logam seng

3. Penangas air

7. Larutan HCl 1 M

4. Es batu

Langkah kerja 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah yang telah diberi label 1, 2 dan 3. 2. Tuangkan sekitar 50 mL HCl 1 M ke dalam setiap gelas kimia. 3. Simpan gelas 1 di atas es batu, ukurlah suhunya. 4. Simpan gelas 2 pada suhu kamar. 5. Panaskan gelas 3 pada penangas air. Ukur sampai suhu konstan.

6. Masukkan ke dalam setiap gelas, logam seng dalam berat yang sama (1 g). 7. Catat hasil pengamatan hingga semua logam seng bereaksi.

Data Pengamatan Gelas 1 2 3

Laju Reaksi (s-1)

Waktu (s)

Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cepat membuat logam seng bereaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... C. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.

(Percobaan I)

(Percobaan II)

Alat dan Bahan: - Gelas kimia

- garam halus

- Spatula

- garam kristal

- Stopwatch

- garam balok

- Aquades

(Percobaan III)

Langkah kerja: 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah dan diberi label 1, 2 dan 3. 2. Tuangkan sekitar 100 mL air ke dalam setiap gelas kimia. 3. Masukkan sekitar 3 gram garam halus ke dalam gelas kimia 1. 4. Masukkan sekitar 3 gram garam kristal ke dalam gelas kimia 2. 5. Masukkan sekitar 3 gram garam balok ke dalam gelas kimia 3. 6. Catat hasil pengamatan hingga garam pada masing-masing gelas larut.

Data Pengamatan Gelas 1 2 3

Bentuk Garam Garam halus Garam kristal Garam balok

Waktu (s)

Pertanyaan: 1. Manakah garam yang memiliki luas permukaan yang paling besar? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

(Percobaan I)

(Percobaan II)

Alat dan Bahan: - Alas logam

- gula

- Korek api

- abu rokok

Langkah kerja: 1. Siapkan alas yang terbuat dari logam. 2. Letakkan satu sendok gula diatas alas logam, lalu bakar. 3. Letakkan abu rokok di salah satu sisi gula, lalu bakar. 4. Catat hasil pengamatan, apa yang akan terjadi pada gula. Data Pengamatan Bahan yang digunakan

Pengamatan

Percobaan I Percobaan II

Pertanyaan: 1. Pada percobaan I, apa yang terjadi pada saat gula dibakar? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 2. Pada percobaan II, apa yang terjadi pada gula yang telah diberikan abu rokok di salah satu sudutnya pada saat dibakar? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 3. Pada percobaan II, apakah yang akan terjadi pada abu rokok setelah proses pembakaran selesai? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 4. Apakah fungsi abu rokok pada proses pembakaran tersebut? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ........................................................................................................................... 5. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ............................................................................................................................... .

Kesimpulan: Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan molaritas, laju reaksi serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan! ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ .................................................................................................................................

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL PERTEMUAN KE-3 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.

I.

Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.

II.

Materi Ajar Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.

Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.

2. Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan. 3. Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. 4. Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung.

III. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep IV. Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, ceramah, dan tanya jawab

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

 Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.

bahan pelajaran

dan

 Menyiapkan sumber belajar

Motivasi)

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

15 menit

 Berdoa dan menyiapkan alat dan

 Menyimak penjelasan guru

yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas.  Siswa menyimak pertanyaan guru

 Memotivasi dan menggali

dan menjawab.

pengetahuan siswa dengan memberikan pertanyaan Mengapa ketika kertas dibakar, dalam beberapa saat kertas tersebut akan berubah menjadi abu, tetapi lain halnya ketika sebatang kayu dibakar. Batang kayu akan terbakar lebih lambat dibandingkan kertas yang dibakar. Mengapa demikian? Inti

 Menjelaskan

tentang

pengaruh  Menyimak

penjelasan

guru

60 menit

konsentrasi, luas permukaan, suhu

tentang pengaruh konsentrasi, luas

(eksplorasi

dan katalis terhadap laju reaksi

permukaan,

diskusi,

berdasarkan teori tumbukan.

terhadap laju reaksi berdasarkan

penjelasan

suhu

dan

katalis

teori tumbukan.  Bertanya

konsep)

sesuai

konsep

yang

dijelaskan  Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara

berkelompok

siswa

kelompok (kelompok yang telah

mempelajari

dibentuk pada pertemuan pertama).

Siswa (LKS) dan bahan bacaan

Kemudian guru membagikan lembar

untuk

kegiatan siswa.

faktor-faktor yang mempengaruhi laju

Lembar

berdiskusi

reaksi

Kegiatan

memahami

berdasarkan

teori

tumbukan.  Membimbing siswa pada tiap-tiap  Berperan aktif dalam diskusi dan kelompok dalam mengerjakan soal-

menjawab soal-soal yang terdapat

soal pada lembar kegiatan siswa.

dalam lembar kegiatan siswa.

 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan untuk mengerjakan soal latihan pada

jawabannya di papan tulis dan

lembar kegiatan siswa.

menjelaskannya kepada temanteman yang lain.

 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

siswa

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

faktor yang mempengaruhi laju

gan

materi yang belum dipahami.

reaksi.

dan

aplikasi)

tentang

 Meminta siswa belajar di rumah tentang materi orde reaksi untuk pertemuan selanjutnya.

VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Bumi Aksara)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Lembar Kegiatan Siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.

VII. Penilaian Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

faktor-

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Kontrol

Kelompok

:

Nama

: 1. 2. 3. 4. 5.

A. Materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi pereaksi, luas permukaan, suhu, katalis. Hal ini diterangkan dengan teori tumbukan. Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi. 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat. 2. Pengaruh luas permukaan Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat

bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan. 3.

Pengaruh suhu Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik molekul-molekul bertambah akibatnya molekulmolekul lebih aktif bergerak sehingga lebih banyak terjadi tumbukan dan menghasilkan reaksi, akibatnya reaksi menjadi lebih cepat. Pada umumnya setiap kenaikkan suhu 10⁰C reaksi menjadi 2 kali lebih cepat, sehingga dapat dirumuskan: vt = 2n x v0 dengan n =

t  t0 10

Contoh soal: Setiap kenaikkan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu 30⁰C lajunya adalah x, tentukanlah laju reaksi pada suhu 100⁰C! Jawab: Suhu acuan t0 = 30⁰C mempunyai v0 = x. Setiap kenaikkan suhu 10⁰C, laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Rumus: vt = 2n x v0, di mana n = v100 → n

t  t0 10

100 - 30 10

n = 7, maka v100 = 27 x x = 128x 4.

Pengaruh katalis Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung. Katalis yang dapat mempercepat reaksi disebut

katalisator, sedangkan katalis yang dapat memperlambat laju reaksi disebut inhibitor.

Penentuan Laju Reaksi dari Mekanisme Reaksi Telah dijelaskan bahwa reaksi terjadi akibat tumbukan antarpartikel atom unsur atau partikel molekul senyawa zat yang bereaksi. Banyak reaksi yang terjadi melalui tahapan reaksi (mekanisme reaksi). Misalnya jika kita mereaksikan zat A dan zat B menghasilkan zat C sebagai berikut: 2A + B → C. Re ksi y ng be l ngs ng b k n mol zat A bereaksi langsung dengan 1 nol zat B, melainkan berlangsung melalui dua tahap, yaitu sebagai berikut: T h p

:A

B → C (be l ngs ng l mb )

T h p

:A

AB → C (be l ngs ng cep )

Dari kedua tahap reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi tahap-1 berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan reaksi tahap-2. Untuk menentukan laju reaksi dari tahapan reaksi tersebut, ditentukan dari tahap reaksi paling lambat. dari reaksi di atas, tahap reaksi yang paling lambat adalah A + B → AB Persamaan laju reaksinya adalah v = k[A][B]

B. Soal Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi? J w b:

2. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dengan teori tumbukan! J w b:

3. Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan? Jelaskan dengan singkat hubungan energi pengaktifan dengan laju reaksi! J w b:

4. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu kamar (25ºC) reaksi kamar dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Berapa laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65ºC? J w b:

5. Jelaskan fungsi katalisator dalam laju reaksi? J w b:

6. Perhatikan data berikut. No. Zn Larutan HCl Suhu 1 Serbuk 0,2 M 30 ºC 2 Keping 0,2 M 30 ºC 3 Serbuk 0,5 M 50 ºC 4 Keping 0,2 M 50 ºC 5 Serbuk 0,2 M 50 ºC Reaksi nomor berapakah yang diharapkan berlangsung paling cepat? Jelaskan dengan singkat! J w b:

7. Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut! E (kJ) 100 2HI 75 50 H2 + I2 25

Tentukanlah energi aktivasi dari diagram perubahan energi reaksi tersebut! Termasuk reaksi eksoterm atau endotermkah reaksi tersebut? J w b:

8. Diketahui reaksi: 2NO + Br2 → NOB memp ny i h p e ksi seb g i be ik . NO + Br2 → NOB 2 (lambat) NOBr2 NO → NOB (cep ) Tentukan persamaan laju reaksinya! J w b:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL PERTEMUAN KE-4 Sekolah

: SMAN 3 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/ Semester

: XI/ I

Tahun Pelajaran

: 2010/2011

Pokok Bahasan

: Laju Reaksi

Alokasi Waktu

: 90 menit

Standar Kompetensi

: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar

: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Indikator

: Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi

I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi 2. Siswa dapat menghitung laju reaksi II. Materi Ajar Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC dD. Laju reaksi dirumuskan dengan: v = k[A]m[B]n

Ket: v = laju reaksi

m

= orde reaksi terhadap A

[A] = konsentrasi A (M)

n

= orde reaksi terhadap B

[B] = konsentrasi B (M)

m + n = orde reaksi

k = ketetapan laju reaksi

III. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Konsep IV. Metode Pembelajaran Ceramah, tanya jawab V. Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi dan

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

 Menciptakan lingkungan belajar, seperti berdoa dan salam.

bahan pelajaran.

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

Motivasi)

yang akan dicapai dari materi yang

15 menit

akan dibahas.  Memotivasi dan menggali

Inti 60 menit (eksplorasi

 Berdoa dan menyiapkan alat dan  Menyimak penjelasan guru.

 Siswa antusias menyimak

pengetahuan siswa dengan

pertanyaan guru dan menjawab.

memberikan pertanyaan untuk

Faktor-faktor yang mempengaruhi

mengingat kembali materi tentang

laju reaksi

laju reaksi dan faktor-faktor yang

1. Konsentrasi

mempengaruhi laju reaksi.

2. Luas permukaan

Sebutkan faktor-faktor yang

3. Suhu

mempengaruhi laju reaksi?

4. Katalis

 Membagikan

lembar

kegiatan  Mempelajari

siswa.  Menjelaskan

lembar

kegiatan

siswa. tentang

persamaan  Menyimak

dan

memahami

diskusi,

laju reaksi dan cara menentukan

penjelasan

penjelasan

orde reaksi.

persamaan laju reaksi dan cara

konsep)

guru

tentang

menentukan laju reaksi.  Bertanya

sesuai

konsep

yang

dijelaskan  Meminta siswa untuk mengerjakan  Mengerjakan

soal-soal

tentang

soal-soal tentang persamaan laju

persamaan laju reaksi dan orde

reaksi dan orde reaksi yang terdapat

reaksi yang terdapat pada lembar

pada lembar kegiatan siswa.

kegiatan siswa.

 Membimbing siswa mengerjakan soal-soal yang terdapat pada lembar kegiatan siswa.  Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan untuk mengerjakan soal latihan

jawabannya di papan tulis dan

pada lembar kegiatan siswa.

menjelaskan

langkah-langkah

pengerjaan soalnya kepada temanteman yang lain.  Membimbing siswa menyimpulkan  Salah

Akhir

seorang

siswa

15 menit

materi yang telah dipelajari dan

menyimpulkan tentang persamaan

(Pengemban

melakukan tanya jawab tentang

laju reaksi dan orde reaksi.

gan

materi yang belum dipahami.

dan

aplikasi)

 Memberikan tugas individu yang terdapat pada buku pelajaran kimia SMA Kelas XI

VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran 1. Sumber  Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)  Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)  Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)  Lembar kegiatan siswa 2. Alat/media Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.

VII. Penilaian Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Guru Kimia

Peneliti

Dra. Wara Gawatiningsiah

Nur Cholifah

NIP: 19651111 200701 2 017

NIM: 106016200624

Mengetahui, Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan

Drs. H. Sujana, M.Pd NIP. 19580601 198101 1 006

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Kontrol

Kelompok

:

Nama

: 1. 2. 3. 4. 5.

Menentukan Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dip ngk k n o de e ksi ( ingk

e ksi). Sec

m mp d

e ksi A

bB → cC

dD.

Laju reaksi dirumuskan dengan: Ket: v = k[A]m[B]n

v [A] [B] k

= laju reaksi = konsentrasi A (M) = konsentrasi B (M) = ketetapan laju reaksi

m = orde reaksi terhadap A n = orde reaksi terhadap B m + n = orde reaksi

Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.

Data percobaan suatu reaksi 2A + B2 → AB d l h seb g i be ik . No

[A] M

[B] M

V (M/s)

1

0,50

0,50

1,6x10-4

2

0,50

1,00

3,2x10-4

3

1,00

1,00

3,2x10-4

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap A

c. Orde reaksi total

b. Orde reaksi terhadap B2

d. Persamaan laju reaksi

J w b:

2. Diketahui reaksi: 2NO + 2H2 → N2 + 2H2O Berlangsung melalui tahap-tahap yang teramati sebagai berikut: 2NO + H2 → N2O + H2O (lambat) N2O + H2 → N2 + H2O (cepat) Tentukan: a. Orde reaksi terhadap NO

c. Orde reaksi total

b. Orde reaksi terhadap H2

d. Persamaan laju reaksi

J w b: 3. Dalam suatu percobaan untuk mengamati reaksi A(g) + B(g) → C(g) diperoleh data sebagai berikut. No

[A] M

[B] M

V (M/s)

1

0,1

0,1

2

2

0,1

0,2

8

3

0,2

0,2

16

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap A

c. Orde reaksi total

b. Orde reaksi terhadap B

d. Persamaan Laju Reaksi

J w b: 4. Dari suatu reaksi : 2H2 + 2NO → H2O + N2 diperoleh data sebagai berikut: No [H2] M 1 0,1 2 0,5 3 0,1 Tentukan:

[NO] M 0,1 0,1 0,3

V (M/s) 0,03 0,15 0,27

a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO b. Persamaan laju reaksi c. Harga k d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M J w b:

5. Dari suatu reaksi : A B → C diperoleh data sebagai berikut: No [A] M 1 0,1 2 0,2 3 0,2 Tentukan:

[B] M 0,1 0,1 0,2

a. Orde reaksi terhadap A dan B b. Persamaan laju reaksi c. Orde reaksi total J w b:

t (det) 80 40 10

KISI-KISI INSTRUMENT TEST URAIAN Satuan pendidikan : SMAN 3 Tangerang Selatan Kelas/ Semester

: XI/I

Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan

Materi

Indikator

Kemolaran

Menentukan

pengertian laju reaksi

konsentrasi

dengan melakukan

larutan

Soal 1. Konsentrasi 100cm3 larutan yang mengandung 585 mg NaCl (M

faktor-faktor yang mempengaruhi laju

larutan HCl 0,2 M. Tentukanlah konsentrasi larutan setelah

reaksi.

dic mp k n

reaksi

laju Memahami

4. Jel sk n y ng dim ks d deng n l j

e ksi

pengertian laju 5. Diketahui reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi, reaksi

Soal

Maksimal

C3

4

C3

4

C3

4

C1

4

C2

4

n N OH ,5 M d l h

3. 100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL

Konsep

Skor

.

2. Massa NaOH (Mr = 40) yang terkandung dalam 150 mL l

percobaan tentang

58,5) d l h

Ranah

N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) a. Tuliskan laju reaksi masing-masing zat! b. Bagaimanakah hubungan antara

,

, V NH3

6. Diagram suatu reaksi ditunjukkan sebagai berikut

C2

4

C1

4

C2

4

C3

4

[P]

t Jika reaksi kimia dari diagram tersebut: P(g) + Q(g) → R(g) + S(g) Tuliskan laju reaksi masing-masing zat! Faktor-faktor

Menentukan

7. Sebutkan faktor-f k o y ng mempeng

yang

faktor-faktor

8. D

mempengaruhi

yang

laju reaksi

mempengaruhi laju reaksi

h sil pe cob n n k e ksi, A

Percobaan 1 2 3 4 5

Massa Bentuk zat A 5g 5g 5g 5g 5g

Serbuk Larutan Butiran Larutan Larutan

[B] 0,1 M 0,1 M 0,1 M 0,2 M 0,1 M

hi l j

e ksi

B→C

Waktu Suhu 2s 3s 5s 1,5 s 1,5 s

25⁰C 25⁰C 25⁰C 25⁰C 25⁰C

Pada percobaan (1) dan (3), laju reaksi dipengaruhi oleh faktor? Jelaskan! 9. Setiap kenaikan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu 30⁰C lajunya adalah x. Tentukanlah laju reaksi pada suhu 100⁰C!

10. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25⁰C sangat sukar

C4

4

C1

4

C1

4

C1

4

C3

4

C1

4

terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh? Jelaskan! 3.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan)

Teori

Menentukan

Tumbukan

faktor-faktor

untuk menjelaskan

yang

faktor-faktor penentu

mempengaruhi

laju dan orde reaksi

laju

serta terapannya

berdasarkan

dalam kehidupan

teori tumbukan

sehari-hari.

11. Jelaskanlah secara singkat dan jelas pengaruh suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan? 12. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan?

reaksi 13. Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan? 14. Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut! E (kJ) 100 75

2HI

50 25

H2 + I2

Tentukanlah besarnya energi pengaktifan dan perubahan entalpi (𝛥H) dari reaksi tersebut! 15. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang katalis?

16. Gas buangan mesin merupakan sumber polusi udara yang

C5

8

C6

8

paling besar. Polutan yang berbahaya itu, antara lain karbon monoksida (CO), NO, dan NO2). Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah penggunaan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis jenis apakah yang digunakan untuk menanggulangi polusi udara pada gas buangan mesin dan Bagaimanakah prinsip kerja katalis tersebut dalam menanggulangi polusi udara pada gas buangan mesin tersebut? 17. Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara yang mengandung gas berbahaya yaitu gas CO, NO, NO2 dan Pb. Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegah

polusi

tersebut.

Salah

satu

cara

untuk

menghilangkan polusi timbal dilakukan dengan mengganti bensin bebas timbal. Salah satu penelitian yang dilakukan yaitu dengan mengkondisikan gas CO dan hidrokarbon dapat bereaksi dengan gas NO. Persamaan reaksi: CO + NO  CO2 + N2 CH4 + 2NO2 CO2 + N2+H2O Reaksi tersebut hanya dapat berlangsung pada suhu yang

tinggi. Tetapi pada suhu yang sangat tinggi mesin bekerja tidak efektif. dari penelitian tersebut ditentukan suatu katalis yang terbuat dari campuran logam platina dan rhodium (PtRh) untuk mengatasi masalah tersebut. Bagaimanakah penggunaan katalis Pt-Rh ditinjau dari segi teknis, ekonomis, dan dampak lingkungan? Orde Reaksi

Menentukan

18. Diketahui reaksi: 2NO + 2H2 → N2 + 2H2O mempunyai tahap

persamaan

reaksi sebagai berikut.

Laju reaksi dan

2NO + H2 → N2O + H2O (lambat)

orde reaksi.

N2O + H2 → N2 + H2O (cepat)

C3

4

C3

4

a. Orde reaksi terhadap NO b. Orde reaksi terhadap H2 c. Orde reaksi total d. Persamaan laju reaksi 19. Dari reaksi N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) diperoleh data sebagai berikut:

No 1 2 3

[N2] 0,1 M 0,2 M 0,2 M

[H2] 0,1 M 0,1 M 0,2 M

V (M/det) 0,01 0,02 0,04

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap N2 b. Orde reaksi terhadap H2 c. Persamaan laju reaksi 20. Dari suatu reaksi 2H2 + 2NO → H2O + N2 diperoleh data sebagai berikut: No [H2] [NO] V (M/det) 1 0,1 M 0,1 M 0,03 2 0,5 M 0,1 M 0,15 3 0,1 M 0,5 M 0,27 Tentukan: a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO b. Persamaan laju reaksi c. Harga k d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M

C3

4

Jawaban dan Pedoman Penilaian No.

Instrumen

1.

Konsentrasi 100cm3 larutan yang mengandung 585 mg NaCl (Mr = 58,5) adalah

2.

Jawaban

0 Diketahui: V = 100 cm3 = 0,1 L Massa = 585 mg = 0,585 g Mr = 58,5 Di ny : Mol i s ? Jawab: g 1000 M= x Mr mL g 1000 M= x Mr mL 0,585 1000 = x 100 58,5 (Rumus benar, perhitungan salah) g 1000 M= x Mr mL 0,585 1000 = x 100 58,5 = 0,1 M

Massa NaOH (Mr = 40) yang terkandung dalam 150 mL l

n N OH ,5 M d l h

Skor

1

2

3

4

0 Diketahui: V = 150 mL Mr = 40 M = 0,5 Di ny : M ss N OH ?

1

Jawab: M =

x

2

1000 mL

g 1000 x Mr mL g 1000 0,5 = x 40 150 (Rumus benar, perhitungan salah) g 1000 M= x Mr mL g 1000 0,5 = x 40 150 g = 3,00

M=

3.

100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL

3

4

0

larutan HCl 0,2 M. Tentukanlah konsentrasi larutan Diketahui: M1 = 0,1 M V1 = 100 mL se el h dic mp k n Ditanya: Mc ? Jawab: M V  M 2 V2 Mc = 1 1 V1  V2

M2 = 0,2 M V2 = 150 mL

M1 V1  M 2 V2 V1  V2 0,1.100  0,2.150 = 100  150 (Rumus benar, perhitungan salah) M V  M 2 V2 Mc = 1 1 V1  V2 Mc =

1

2

3

4

0,1.100  0,2.150 100  150 = 0,16 M = 4.

5.

Jel sk n y ng dim ks d deng n l j

e ksi

0 Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi.

1

Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi zat reaktan.

2

Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi zat reaktan atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi zat reaktan atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk tiap satuan waktu.

3

Diketahui reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi, N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)

d. Bagaimanakah hubungan antara

0 Reaksi: N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)

c. Tuliskan laju reaksi masing-masing zat! ,

,

4

1

VN 2 = -

Δ[N 2 ] Δt

VN 2 = -

Δ[N 2 ] Δ[H 2 ] , VH 2 = , Δt Δt

2

VN 2 = -

Δ[NH3 ] Δ[N 2 ] Δ[H 2 ] , VH 2 = , VNH 3 = + Δt Δt Δt

3

VN 2 = -

Δ[NH3 ] Δ[N 2 ] Δ[H 2 ] , VH 2 = , VNH 3 = + Δt Δt Δt

4

Hubungan VN 2 : VH 2 : VNH 3 = 1 : 3 : 2

6.

Diagram suatu reaksi ditunjukkan sebagai berikut [P]

0 Δ[P] Δt Δ[P] Δ[Q] Vp = VQ = Δt Δt Δ[P] Δ[Q] Vp = VQ = VR = + Δt Δt Laju reaksi masing-masing zat adalah Δ[P] Δ[Q] Vp = VQ = VR = + Δt Δt

1

Vp = -

T Jika reaksi kimia dari diagram tersebut, P(g) + Q(g) → R(g) + S(g). Tuliskan laju reaksi masingmasing zat! 7.

8.

Sebutkan faktor-f k o y ng mempeng

hi l j

2

Δ[R] Δt

3 4

Δ[R] Δt

VS = +

Δ[S] Δt

e ksi Konsentrasi (atau salah satunya)

0 1

Konsentrasi dan luas permukaan (atau menyebutkan dua faktor)

2

Konsentrasi, luas permukaan, dan suhu (atau menyebutkan lebih dari dua)

3

Konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis

4

Data hasil percobaan untuk reaksi, A + B → C Percobaan 1 2 3 4 5

Massa Bentuk zat A 5g 5g 5g 5g 5g

Serbuk Larutan Butiran Larutan Larutan

[B] 0,1 M 0,1 M 0,1 M 0,2 M 0,1 M

0

Waktu Suhu 2s 3s 5s 1,5 s 1,5 s

25⁰C 25⁰C 25⁰C 25⁰C 25⁰C

Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.

1

Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.

2

Karena laju reaksi pada percobaan (1) lebih besar dibandingkan dengan laju reaksi pada percobaan (3). Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan. Karena laju reaksi pada percobaan (1) lebih besar dibandingkan dengan

3

Pada percobaan (1) dan (3), laju reaksi dipengaruhi oleh laju reaksi pada percobaan (3). Makin luas permukaan sentuhan semakin faktor? Jelaskan!

banyak kemungkinan terjadinya tumbukan. Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.

4

Karena laju reaksi pada percobaan (1) lebih besar dibandingkan dengan laju reaksi pada percobaan (3). Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antar partikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. 9.

Setiap kenaikan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali

0

v0 = x lebih cepat. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu Diketahui: t0 = 30⁰C t = 100⁰C 30⁰C lajunya adalah x. Tentukanlah laju reaksi pada suhu Ditanya: v100...? 100⁰C! t  t0 Jawab: vt = 2n x v0 dengan n = 10 t  t0 vt = 2n x v0 dengan n = 10 t  t 0 100  30 n= = = 7 Jadi, v100 = 2n x v0 = 27 x x 10 10 (Rumus benar, perhitungan salah) t  t0 vt = 2n x v0 dengan n = 10 t  t 0 100  30 n= = = 7 Jadi, v100 = 2n x v0 = 27 x x = 128x 10 10

1

2 3

4

10.

0

Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25⁰C sangat sukar

terjadi

meskipun

dilakukan

dengan

cara Hal tersebut dipengaruhi oleh katalis.

1

pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi Karena katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi.

2

bila

3

dicampur

sedikit

serbuk

MnO2

penguraian Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir

berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. reaksi dipengaruhi oleh? Jelaskan!

Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir

4

reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi.

11.

Jelaskanlah secara singkat dan jelas pengaruh suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan?

0 Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan.

1

Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi suhu

2

makin cepat gerak partikel-partikel pereaksi. Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi suhu

3

makin cepat gerak partikel-patikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi suhu makin cepat gerak partikel-patikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.

4

12.

Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan?

Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya

0 1

tumbukan. Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya

2

tumbukan antar partikel pereaksi. Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya

3

tumbukan antar partikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya

4

tumbukan antar partikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dari pada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan. 13.

Energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum.

0 1

Energi pengaktifan adalah energi minimum yang harus dimiliki oleh

2

Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan?

partikel-partikel pereaksi. Energi pengaktifan adalah energi minimum yang harus dimiliki oleh

3

partikel-partikel pereaksi agar menghasilkan reaksi Energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum yang harus dimiliki oleh partikel-partikel pereaksi agar menghasilkan reaksi bila saling bertumbukan.

4

14.

Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut!

Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh:

E (kJ) 100 75 50 25 H2 + I2

0

2HI

Tentukanlah besarnya

a. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2

energi pengaktifan dan

b. Zat produk adalah gas HI

perubahan entalpi (𝛥H) Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh: tersebut!

1

2

a. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2 b. Zat produk adalah gas HI Reaksi: H2 + I2 → HI Kedudukan energi produk lebih tinggi dari kedudukan energi reaktan berarti reaksi ini adalah reaksi endoterm. Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh:

3

a. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2 b. Zat produk adalah gas HI Kedudukan energi produk lebih tinggi dari kedudukan energi reaktan berarti reaksi ini adalah reaksi endoterm. Energi pengaktifan (Ea) = (100 - 25) kJ = 75 kJ Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh: c. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2 d. Zat produk adalah gas HI Kedudukan energi produk lebih tinggi dari kedudukan energi reaktan

4

berarti reaksi ini adalah reaksi endoterm. Energi pengaktifan (Ea) = (100 - 25) kJ = 75 kJ 𝛥H reaksi = (75 – 25) kJ = 50 kJ 15.

Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang katalis?

0 Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi.

1

Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir

2

reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir

3

reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir

4

reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung. 16.

Gas buangan mesin merupakan sumber polusi udara yang

0

paling besar. Polutan yang berbahaya itu, antara lain Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan

1

karbon monoksida (CO), NO, dan NO2). Salah satu menggunakan katalis. upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan penggunaan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas.

2

udara bebas. Katalis jenis apakah yang digunakan untuk Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan

3

menanggulangi polusi udara pada gas buangan mesin dan menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang Bagaimanakah prinsip kerja katalis tersebut dalam tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan menanggulangi polusi udara pada gas buangan mesin?

adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan

4

menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga dilewati oleh gas buang. Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan

5

menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga dilewati oleh gas buang. Katalis tersebut mengatalisis reaksi berikut. CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g) Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan

6

adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga dilewati oleh gas buang. Katalis tersebut mengatalisis beberapa reaksi berikut. CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g) 2CO(g) + O2(g)  2CO2(g) Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan

7

menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga dilewati oleh gas buang. Katalis tersebut mengatalisis beberapa reaksi berikut. CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g) 2CO(g) + O2(g)  2CO2(g) 2NO(g) N2(g) + O2(g) Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah penggunaan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. katalis

8

tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga dilewati oleh gas buang. katalis tersebut mengatalisis beberapa reaksi berikut. CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g) 2CO(g) + O2(g)  2CO2(g) 2NO(g) N2(g) + O2(g) Gas CO2, H2O dan N2 merupakan senyawa yang tidak beracun sehingga gas buang mesin menjadi lebih bersih dan ramah lingkungan. 17.

Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama

0

polusi udara yang mengandung gas berbahaya yaitu gas Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium

1

CO, NO, NO2 dan Pb. Berbagai cara telah dilakukan pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil. untuk mencegah polusi tersebut. Salah satu cara untuk Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium menghilangkan

polusi

timbal

dengan pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan lebih ekonomis. mengganti bensin bebas timbal. Salah satu penelitian Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium

2

dilakukan

3

yang dilakukan yaitu dengan mengkondisikan gas CO pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan lebih ekonomis dan hidrokarbon dapat bereaksi dengan gas NO. selain itu juga ramah lingkungan. Persamaan reaksi:

Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium

CO + NO  CO2 + N2

pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena

CH4 + 2NO2 CO2 + N2+H2O Reaksi tersebut hanya dapat berlangsung pada suhu yang

memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan.

4

tinggi. Tetapi pada suhu yang sangat tinggi mesin bekerja Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium

5

tidak efektif. Dari penelitian tersebut ditemukan suatu pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena katalis yang terbuat dari campuran logam platina dan memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa rhodium (Pt-Rh) untuk mengatasi masalah tersebut. hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi Bagaimanakah penggunaan katalis Pt-Rh ditinjau dari H2O, dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan. segi teknis, ekonomis, dan dampak lingkungan?

Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium

6

pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi H2O, sehingga meningkatkan efisiensi fuel cell dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan. Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium

7

pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi H2O, sehingga meningkatkan efisiensi fuel cell. Pengembangan energi alternatif fuel cell sangat berpotensi sebagai pembangkit energi (generator) mini dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan. Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena

8

memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi H2O, sehingga meningkatkan efisiensi fuel cell. Pengembangan energi alternatif fuel cell sangat berpotensi sebagai pembangkit energi (generator) mini dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan karena polusi yang ditimbulkannya hampir tidak ada dan memiliki kemampuan mudah panas sehingga tidak harus menunggu lama ketika akan digunakan. 18.

Diketahui reaksi: 2NO + 2H2 → N2 + 2H2O mempunyai tahap reaksi sebagai berikut. 2NO + H2 → N2O + H2O (lambat) N2O + H2 → N2 + H2O (cepat) e. Orde reaksi terhadap NO f. Orde reaksi terhadap H2 g. Orde reaksi total h. Persamaan laju reaksi

0 a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat

1

=2 a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat =2 b. Orde reaksi terhadap H2 = koefisien H2 pada tahap reaksi yang paling lambat = 1 a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat =2 b. Orde reaksi terhadap H2 = koefisien H2 pada tahap reaksi yang paling lambat = 1 c. Orde reaksi total = 2 + 1 = 3 a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat =2

2

3

4

b. Orde reaksi terhadap H2 = koefisien H2 pada tahap reaksi yang paling lambat = 1 c. Orde reaksi total = 2 + 1 = 3 d. Persamaan laju reaksi ditentukan dari tahap reaksi yang paling lambat, yaitu 2NO + H2 → N2O + H2O Persamaan laju reaksinya adalah v = k [NO]m[H2]n v = k [NO]2[H2] 19.

Dari reaksi N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) diperoleh data sebagai berikut: No 1 2 3

[N2] 0,1 M 0,2 M 0,2 M

[H2] 0,1 M 0,1 M 0,2 M

V (M/det) 0,01 0,02 0,04

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap N2 b. Orde reaksi terhadap H2 c. Persamaan laju reaksi

0

v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n  v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n

1

a. Orde reaksi terhadap N2 (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 2)

2

v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n  v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n m

0,01  0,1    0,02  0,2  m=1 a. Orde reaksi terhadap N2 (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 2) v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n  v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n

0,01  0,1    0,02  0,2  m=1

m

3

b. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [N2] tetap 2 dan 3)

v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n  v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n n

0,02  0,1    0,04  0,2  n=1 a. Orde reaksi terhadap N2 (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 2)

4

v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n  v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n m

0,01  0,1    0,02  0,2  m=1 b. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [N2] tetap 2 dan 3) v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n  v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n n

0,02  0,1    0,04  0,2  n=1 c. Persamaan laju reaksi v = k[N2][H2] 20.

Dari suatu reaksi 2H2 sebagai berikut:

NO → H2O + N2 diperoleh data

0 a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)

v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n

1

m

No 1 2 3

[H2] 0,1 M 0,5 M 0,1 M

[NO] 0,1 M 0,1 M 0,3 M

V /det) 0,03 0,15 0,27

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO b. Persamaan laju reaksi c. Harga k d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M

0,03  0,1    0,15  0,5  m=1 Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3) v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n n

0,03  0,1    0,27  0,3  n=2 a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2) v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n

0,03  0,1    0,15  0,5 

m

m=1 Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)

v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n n

0,03  0,1    0,27  0,3  n=2 b. Persamaan laju reaksi v = k[H2][NO]2

2

a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)

3

v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n

0,03  0,1    0,15  0,5 

m

m=1 Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)

v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n n

0,03  0,1    0,27  0,3  n=2 b. Persamaan laju reaksi v = k[H2][NO]2 c. Harga k (dari data 1 atau yang lain) v = k[H2][NO]2 0,03 = k [0,1][0,1]2 k =

0,03  30 M-1det-1 0,001

a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)

v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n

4

0,03  0,1    0,15  0,5 

m

m=1 Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)

v1 k[H 2 ]m [NO]n  v 2 k[H 2 ]m [NO]n n

0,03  0,1    0,27  0,3  n=2 b. Persamaan laju reaksi v = k[H2][NO]2 c. Harga k (dari data 1 atau yang lain) v = k[H2][NO]2 0,03 = k [0,1][0,1]2 k =

0,03  30 M-1det-1 0,001

d. v = k[H2][NO]2 = 30[0,2][0,2]2 = 0,24 M

det

REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 37.95 Simpang Baku= 12.38 KorelasiXY= 0.77 Reliabilitas Tes= 0.87 Butir Soal= 20 Jumlah Subyek= 21 Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR No

No Btr Asli

T

DP(%)

T. Kesukaran

Korelasi

Sign. Korelasi

1

1

1.59

29.17

Mudah

0.419

-

2

2

2.30

25.00

Sukar

0.599

Sangat Signifikan

3

3

1.28

29.17

Mudah

0.422

-

4

4

2.61

45.83

Mudah

0.411

-

5

5

1.39

20.83

Sukar

0.548

Signifikan

6

6

1.86

37.50

Sukar

0.530

Signifikan

7

7

0.62

4.17

Sangat Mudah

0.105

-

8

8

2.58

37.50

Sedang

0.553

Sangat Signifikan

9

9

2.98

58.33

Sedang

0.571

Sangat Signifikan

10

10

4.44

62.50

Sedang

0.760

Sangat Signifikan

11

11

4.57

45.83

Sedang

0.610

Sangat Signifikan

12

12

2.36

45.83

Sedang

0.541

Signifikan

13

13

5.22

70.83

Sedang

0.695

Sangat Signifikan

14

14

1...

75.00

Sedang

0.833

Sangat Signifikan

15

15

0.19

4.17

Sedang

0.124

-

16

16

0.43

6.25

Sukar

0.253

-

17

17

1.57

18.75

Sangat Sukar

0.463

Signifikan

18

18

1.58

25.00

Sangat Sukar

0.383

-

19

19

1.00

12.50

Sangat Mudah

0.335

-

20

20

3.16

41.67

Sedang

0.512

Signifikan

RELIABILITAS TES ================ Rata2= 37.95 Simpang Baku= 12.38 KorelasiXY= 0.77 Reliabilitas Tes= 0.87 Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR

No.Urut

No. Subyek

Kode/Nama Subyek

Skor Ganjil

Skor Genap

Skor Total

1

2

Ahmad Arif Sakti

36

28

64

2

19

Tesa Lonika

34

23

57

3

17

Risma Latifa

29

23

52

4

4

Asri Lestari

30

20

50

5

11

Maria Adriatn...

27

22

49

6

21

Windy Wiryo S..

24

25

49

7

6

Dimas Ramadha...

28

18

46

8

9

Juwita Wijayanti

26

20

46

9

14

Nublah Permat...

24

14

38

10

12

Meula Puspita...

21

16

37

11

10

Kemas Abdul R...

24

11

35

12

5

Dhani Febriya...

22

12

34

13

16

Perinsi Meiditya

26

8

34

14

8

Febbyola Ramanda

19

11

30

15

7

Dita Mustika ...

19

9

28

16

13

Mochammad Ind...

23

5

28

17

18

Risnawati Dwi...

22

6

28

18

3

Annisa Nur Ad...

16

9

25

19

1

Aditya Febria...

17

7

24

20

20

Vanessa Ointu

13

9

22

21

15

Qatrin Nada R...

14

7

21

DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 21 Klp atas/bawah(n)= 6 Butir Soal= 20 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR No No Btr Asli

Rata2Un

Rata2As

Beda

SB Un

SB As SB Gab

t

DP(%)

1

1

3.83

2.67

1.17

0.41

1.75

0.73

1.59

29.17

2

2

1.17

0.17

1.00

0.98

0.41

0.43

2.30

25.00

3

3

3.50

2.33

1.17

1.22

1.86

0.91

1.28

29.17

4

4

4.00

2.17

1.83

0.00

1.72

0.70

2.61

45.83

5

5

1.33

0.50

0.83

1.37

0.55

0.60

1.39

20.83

6

6

1.50

0.00

1.50

1.97

0.00

0.81

1.86

37.50

7

7

3.83

3.67

0.17

0.41

0.52

0.27

0.62

4.17

8

8

2.67

1.17

1.50

1.03

0.98

0.58

2.58

37.50

9

9

3.50

1.17

2.33

1.22

1.47

0.78

2.98

58.33

10

10

3.00

0.50

2.50

1.26

0.55

0.56

4.44

62.50

11

11

2.33

0.50

1.83

0.52

0.84

0.40

4.57

45.83

12

12

2.67

0.83

1.83

1.37

1.33

0.78

2.36

45.83

13

13

3.50

0.67

2.83

0.55

1.21

0.54

5.22

70.83

14

14

3.33

0.33

3.00

0.52

0.52

0.30

1...

75.00

15

15

2.67

2.50

0.17

1.51

1.52

0.87

0.19

4.17

16

16

1.67

1.17

0.50

1.97

2.04

1.16

0.43

6.25

17

17

1.50

0.00

1.50

2.35

0.00

0.96

1.57

18.75

18

18

1.00

0.00

1.00

1.55

0.00

0.63

1.58

25.00

19

19

4.00

3.50

0.50

0.00

1.22

0.50

1.00

12.50

20

20

2.50

0.83

1.67

1.22

0.41

0.53

3.16

41.67

TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 21 Butir Soal= 20 Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR No Butir Baru

No Butir Asli

Tkt. Kesukaran(%)

Tafsiran

1

1

81.25

Mudah

2

2

16.67

Sukar

3

3

72.92

Mudah

4

4

77.08

Mudah

5

5

22.92

Sukar

6

6

18.75

Sukar

7

7

93.75

Sangat Mudah

8

8

47.92

Sedang

9

9

58.33

Sedang

10

10

43.75

Sedang

11

11

35.42

Sedang

12

12

43.75

Sedang

13

13

52.08

Sedang

14

14

45.83

Sedang

15

15

64.58

Sedang

16

16

17.71

Sukar

17

17

9.38

Sangat Sukar

18

18

12.50

Sangat Sukar

19

19

93.75

Sangat Mudah

20

20

41.67

Sedang

Rekapitulasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen

No.

Nama

Butir Soal 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Skor Nilai

1.

Siswa 1

4

4

4

3

4

3

3

4

1

4

1

4

39

75,00

2.

Siswa 2

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

1

4

44

84,61

3.

Siswa 3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

1

4

45

86,53

4.

Siswa 4

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

1

4

43

82,69

5.

Siswa 5

4

4

4

3

4

4

4

4

4

4

1

4

44

84,61

6.

Siswa 6

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

1

4

45

86,53

7.

Siswa 7

4

2

3

1

3

4

0

4

1

4

0

3

29

56,00

8.

Siswa 8

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

47

90,00

9.

Siswa 9

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

1

4

44

84,61

10.

Siswa 10

4

3

2

3

4

4

3

3

4

4

3

4

41

78,84

11.

Siswa 11

4

4

4

0

2

4

3

4

2

4

1

4

36

69,23

12.

Siswa 12

4

4

4

1

4

2

2

2

2

4

2

4

35

67,30

13.

Siswa 13

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

2

4

45

86,53

14.

Siswa 14

4

2

4

4

4

4

3

3

4

4

1

3

40

76,92

15.

Siswa 15

4

4

4

1

4

2

1

1

1

4

1

4

34

59,61

16.

Siswa 16

4

4

3

4

4

4

3

3

4

4

1

4

42

80,76

17.

Siswa 17

4

4

4

4

4

4

3

3

1

4

1

4

39

75,00

18.

Siswa 18

4

4

4

4

4

4

2

2

3

4

1

4

40

76,92

19.

Siswa 19

4

4

4

3

4

3

3

4

2

4

1

4

40

76,92

20.

Siswa 20

4

4

4

4

4

0

3

4

3

4

1

4

39

75,00

21.

Siswa 21

4

4

4

3

4

3

3

3

2

4

0

3

37

71,15

Ket: *Posstest: 12 butir soal uraian Skor maksimal per butir C1-C4 = 4, C5 = 8 Skor maksimal = 52 *Rumus Nilai = (nilai yang diperoleh/52) x 100

Perhitungan data statistik awal kelompok eksperimen

1. Sebaran data nilai posttest 56,00

59,61

67,30

69,23

71,15

75,00

75,00

75,00

76,92

76,92

76,92

78,84

80,76

82,69

84,61

84,61

84,61

86,53

86,53

86,53

90,00

2. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat diterapkan langkah-langkah berikut: a. Menentukan jangkauan data/ range (R) Nilai maksimum

= 90,00

Nilai minimum

= 56,00

R = Nilai maksimum – nilai minimum = 90,00 – 56,00 = 34,00 b. Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data K = 1 + 3,3 log 21 K = 1 + 3,3 (1,32) K = 5,36 = 5 Jadi, banyaknya kelas adalah 5 c. Menentukan panjang kelas/interval (i) i=

R 34   6,8 ≈ 7 K 5

d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya. Sehingga diperoleh,

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Frekuensi

Nilai

Absolut

Relatif (%)

56 – 62

2

9,52 %

63 – 69

2

9,52 %

70 – 76

4

19,05 %

77 – 83

6

28,57 %

84 – 90

7

33,33 %

Jumlah

21

100 %

Tabel 2. Perhitungan Mean, Simpangan Baku, dan Varians Nilai

F

xi

xi2

fixi

fixi2

56 – 62

2

59

3481

118

6962

63 – 69

2

66

4356

132

8712

70 – 76

4

73

5329

292

21316

77 – 83

6

80

6400

480

38400

84 – 90

7

87

7569

609

52983

Jumlah (∑)

21

365

27135

1631

128373

3. Perhitungan Rata-rata/Mean ( X ) X=

 fixi = 1631 = 77,67 n

21

n = Jumlah data

4. Perhitungan Median (Me) Untuk menghitung median data digunakan rumus:

 1 n  F  Me = b + p  2  f  

Keterangan: b

= batas bawah median

p

= panjang kelas median

n

= banyaknya data

F

= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median

f

= frekuensi kelas median

Jadi,

 1 n  F  Me = b + p  2   f    1 21  8   Me = 76,5 + 7  2  6   Me = 76,5 + 7 0,417  Me = 76,5 + 2,917 Me = 79,417

5. Perhitungan Modus (Mo) Untuk menghitung modus data digunakan rumus:  b1 Mo = b + p   b1  b 2 Keterangan:

  

b

= batas bawah kelas modus

p

= panjang kelas modus

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya Jadi,

 b1 Mo = b + p   b1  b 2

  

 1   Mo = 83,5 + 7  1  7   Mo = 83,5 + 7 0,125 Mo = 84,375

6. Perhitungan Simpangan Baku (s) Untuk menghitung simpangan baku digunakan rumus:

( fixi) 2 n n 1

 fixi 2  s=

2660161 21 21  1

128373  s=

s=

128373  126674,33 20

s=

84,9

s = 9,22 7. Perhitungan Varians (s2) Untuk menghitung varians digunakan rumus:

n  fixi 2  ( fixi) 2 s = n (n  1) 2

s2 =

21 (128373)  2660161 21 (21  1)

s2 =

2695833  2660161 420

s2 = 84,9

Rekapitulasi Nilai Posttest Kelompok Kontrol

No.

Nama

Butir Soal 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Skor Nilai

1.

Siswa 1

4

1

4

2

4

0

4

1

4

4

2

4

34

65,38

2.

Siswa 2

1

0

0

0

4

4

4

4

1

4

1

4

27

51,92

3.

Siswa 3

4

0

0

0

4

0

4

2

1

1

2

4

22

42,30

4.

Siswa 4

4

0

0

0

0

0

4

0

0

0

1

4

13

25,00

5.

Siswa 5

3

3

3

4

4

0

4

4

0

4

0

4

33

63,46

6.

Siswa 6

4

0

4

0

4

4

4

4

1

4

1

4

34

65,38

7.

Siswa 7

4

3

4

3

4

1

4

4

1

4

1

4

37

71,15

8.

Siswa 8

0

2

4

4

4

4

4

4

4

4

2

4

40

76,92

9.

Siswa 9

4

1

4

4

4

4

4

4

4

4

1

4

42

80,76

10.

Siswa 10

1

4

4

3

4

4

4

1

1

3

1

4

34

65,38

11.

Siswa 11

1

0

3

0

4

4

3

4

1

4

1

4

29

55,76

12.

Siswa 12

4

2

3

4

4

1

4

4

1

4

1

4

36

69,23

13.

Siswa 13

3

0

0

1

4

3

4

4

4

0

0

4

27

51,92

14.

Siswa 14

4

0

0

1

4

0

4

4

4

4

0

3

28

53,84

15.

Siswa 15

1

4

4

2

4

4

4

2

1

2

1

4

33

63,46

16.

Siswa 16

4

3

4

4

4

1

4

4

1

4

1

4

38

73,07

17.

Siswa 17

4

2

4

1

4

4

4

4

4

4

2

3

40

76,92

18.

Siswa 18

3

0

0

1

4

4

4

4

4

0

1

4

29

55,76

19.

Siswa 19

4

3

4

4

3

4

4

4

4

4

1

4

43

82,69

20.

Siswa 20

4

1

4

4

4

4

4

4

1

4

1

4

39

75,00

21.

Siswa 21

4

2

4

1

4

4

4

4

4

2

1

2

36

69,23

22.

Siswa 22

4

1

4

4

4

1

4

1

4

4

1

4

36

69,23

Ket: *Posstest: 12 butir soal uraian Skor maksimal per butir C1-C4 = 4, C5 = 8 Skor maksimal = 52 *Rumus Nilai = (nilai yang diperoleh/52) x 100

Perhitungan data statistik awal kelompok kontrol

1. Sebaran data nilai posttest 25,00

42,30

51,92

51,92

53,84

55,76

55,76

63,46

63,46

65,38

65,38

65,38

69,23

69,23

69,23

71,15

73,07

75,00

76,92

76,92

80,76

82,69

2. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat diterapkan langkah-langkah berikut: a. Menentukan jangkauan data/ range (R) Nilai maksimum

= 82,69

Nilai minimum

= 25,00

R = Nilai maksimum – nilai minimum = 82,69 – 25,00 = 57,69 b. Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data K = 1 + 3,3 log 22 K = 1 + 3,3 (1,34) K = 5,42 = 5 Jadi, banyaknya kelas adalah 5 c. Menentukan panjang kelas/interval (i) i= d.

R 57,69   K 5

,54 ≈

Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya. Sehingga diperoleh,

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Frekuensi

Nilai

Absolut

Relatif (%)

25 – 36

1

4,54 %

37 – 48

1

4,54 %

49 – 60

5

22,73 %

61 – 72

9

40,91 %

73 – 84

6

27,27 %

Jumlah

22

100 %

Tabel 2. Perhitungan Mean, Simpangan Baku, dan Varians Nilai

F

xi

xi2

fixi

fixi2

25 – 36

1

30,5

930,25

30,5

930,25

37 – 48

1

42,5

1806,25

42,5

1806,25

49 – 60

5

54,5

2970,25

272,5

14851,25

61 – 72

9

66,5

4422,25

598,5

39800,25

73 – 84

6

78,5

6162,25

471

36973,5

Jumlah (∑)

22

365

16291,25

1415

94361,5

3. Perhitungan Rata-rata/Mean ( X ) X=

 fixi = 1415 = 64,32 n

22

n = Jumlah data

4. Perhitungan Median (Me) Untuk menghitung median data digunakan rumus:

 1 n  F  Me = b + p  2  f  

Keterangan: b

= batas bawah median

p

= panjang kelas median

n

= banyaknya data

F

= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median

f

= frekuensi kelas median

Jadi,

 1 n  F  Me = b + p  2   f    1 22  7   Me = 60,5 + 12  2  9   Me = 60,5 + 12 0,44 Me = 60,5 + 5,28 Me = 65,78

5. Perhitungan Modus (Mo) Untuk menghitung modus data digunakan rumus:  b1   Mo = b + p   b1  b 2  Keterangan: b = batas bawah kelas modus

p

= panjang kelas modus

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya Jadi,

 b1 Mo = b + p   b1  b 2

  

 4   Mo = 60,5 + 12   4  3 Mo = 60,5 + 12 0,57  Mo = 67,34

6. Perhitungan Simpangan Baku (s) Untuk menghitung simpangan baku digunakan rumus:

( fixi) 2 n n 1

 fixi 2  s=

2002225 22 22  1

94361,5  s=

s=

94361,5  91010,23 21

s = 159,6 s = 12,6 7. Perhitungan Varians (s2) Untuk menghitung varians digunakan rumus:

n  fixi 2  ( fixi) 2 s = n (n  1) 2

s2 =

22 (94361,5)  2002225 22 (22  1)

s2 =

2075953  2002225 462

s2 = 159,6

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN

No.

Xi

F

zn

zi

zt

F(zi)

S(zi)

F(zi )  S(z i )

1.

56,00

1

1

-2,35

0,4906

0,0094

0,0476

0,0382

2.

59,61

1

2

-1,96

0,4750

0,025

0,0952

0,0702

3.

67,30

1

3

-1,12

0,3686

0,1314

0,1428

0,0114

4.

69,23

1

4

-0,92

0,3212

0,1788

0,1905

0,0117

5.

71,15

1

5

-0,71

0,2612

0,2388

0,2381

0,0007

6.

75,00

3

8

-0,29

0,1141

0,3859

0,3809

0,005

7.

76,92

3

11

-0,08

0,0319

0,4681

0,5238

0,0557

8.

78,84

1

12

0,13

0,0517

0,5517

0,5714

0,0197

9.

80,76

1

13

0,34

0,1331

0,6331

0,6190

0,0141

10.

82,69

1

14

0,54

0,2054

0,7054

0,6667

0,0387

11.

84,61

3

17

0,75

0,2734

0,7734

0,8095

0,0361

12.

86,53

3

20

0,96

0,3315

0,8315

0,9523

0,1208

13.

90,00

1

21

1,34

0,4096

0,9096

1

0,0904

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1208 < , 9 ) deng n de j signifik n 95% (α , 5). D p disimp lk n b hw d e seb berdistribusi normal.

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS KONTROL

No.

Xi

F

zn

zi

zt

F(zi)

S(zi)

F(zi )  S(z i )

1.

25,00

1

1

-3,12

0,4991

0,0009

0,0455

0,0446

2.

42,30

1

2

-1,75

0,4599

0,0401

0,0909

0,0508

3.

51,92

2

4

-0,98

0,3365

0,1635

0,1818

0,0183

4.

53,84

1

5

-0,83

0,2967

0,2033

0,2273

0,0240

5.

55,76

2

7

-0,68

0,2518

0,2482

0,3182

0,0700

6.

63,46

2

9

-0,07

0,0279

0,4721

0,4091

0,0630

7.

65,38

3

12

0,08

0,0319

0,5319

0,5455

0,0136

8.

69,23

3

15

0,39

0,1517

0,6517

0,6818

0,0301

9.

71,15

1

16

0,54

0,2054

0,6808

0,7054

0,0246

10.

73,07

1

17

0,70

0,2580

0,7580

0,7727

0,0147

11.

75,00

1

18

0,85

0,3023

0,8023

0,8182

0,0159

12.

76,92

2

20

1,24

0,3925

0,8925

0,9091

0,0166

13.

80,76

1

21

1,30

0,4032

0,9032

0,9545

0,0513

14.

82,69

1

22

1,46

0,4279

0,9279

1

0,0721

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,0721 < 0,190) dengan derajat signifikan 95% (α , 5). D p disimp lk n b hw d e seb berdistribusi normal.

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

F=

S1

2

S2

2

n  fixi 2  ( fixi) 2 dimana S = n (n  1) 2

Keterangan: F : Nilai uji F S12 : Varians terbesar S22 : Varians terkecil Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah: Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen. Jadi, F=

S1

2

S2

2

=

159,6 = 1,88 84,9

Dengan, S12 = Varians kelas kontrol S22 = Varians kelas eksperimen

Didapat Ft dengan pembilang df = 22 – 1 = 21 dan penyebut df = 21 – 1 = 20 didapat Ft = 2,08 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (1,88 < 2,08). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen. - Interpolarisasi Pembilang

= 22 – 1 = 21

Penyebut

= 21 – 1 = 20

F(20, 20) = 2,12 F(24, 20) = 2,08 F(21, 20) = 0 (2,12) + 4 (2,08) =2,08 4

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS

thit =

thit =

XE  XK

2

1 1 S gab.  nE nK 77,67  64,32 11,1.

1 1  21 22

thit =

13,35 11,1. 0,305

thit =

13,35 3,3855

thit = 3,94

dengan S =

S2 =

S2 =

nE

 1S E  n K  1S K nE  nK  2 2

2

21  1 84,9  22  1159,6 21  22  2

1698  3351,6 41

S = 123,16 S = 11,1

Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel b. Tolak Ho jika thitung > ttabel Perhitungan interpolarisasi uji-t: t(40,95%) = 2,021 t(60, 95%) = 2,000 Selisih antara ttab (40) dengan df adalah 1, jadi t untuk df 41, adalah: t(41, 95%) = 1 –

1 (2,021 – 2,000) = 0,99 41

Dari uji-t menunjukkan bahwa thit > ttab (3,94 > 0,99) dengan df =(21 + 22) – 2 = 41 (melalui interpolarisasi), pada derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berbeda nyata (Ho ditolak dan Ha diterima), yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

PENGARUH PENDEKATAN KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: NUR CHOLIFAH 106016200624

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

ABSTRAK Nur Cholifah, “Pengaruh Pendekatan Konsep terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 21 siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan 22 siswa kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument hasil belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 9,34 ternyata lebih besar dari t tabel sebesar 0,99 Ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikansi α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: Pendekatan Konsep, Hasil Belajar Kimia, Konsep Laju Reaksi.

ABSTRACS Nur Cholifah, The Influence of Concept Learning Approach to the Result of Students Chemistry For Reaction Rate Concept. Skripsi, Chemistry Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta. This research aim to know the influence of concept learning approach to the result of students chemistry for reaction rate concept. The research has done in SMAN 3 Tangerang Selatan, on 2010-2011, on quasi experimental research methods, used purposive sampling technical. The first class 21 students XI IPA 2 as experimental group and 22 students XI IPA 4 as control group. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result tested using ttest. The research shows the result from the calculation of “t” test (α = 0,05), obtained that score (9,34) > ttable (1,9). It’s means Ho rejected. Finally, It can be concluded that Ha have the effect of the concept learning approach to the result of students chemistry acceptable. This research shows there are significant influence for the result of student chemistry. Keyword: Concept Learning Approach, The Result of Student Chemistry, Reaction Rate Concept

KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum. Wr.Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Konsep terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi.” Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat serta salam teriring kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat, cinta dan terima kasih kepada ayah dan ibu tercinta yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak terhingga dan tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus, kepada kakak-kakakku (Istiqomah dan Fitri Yuni A), dan yang teristimewa Trisno Utomo serta seluruh keluarga besarku terima kasih atas dukungan moral, doa, bimbingan, serta kasih dan sayangnya kepada penulis selama ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada: 1.

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Etty Sofyatiningrum, M.Ed. selaku pembimbing I yang dengan sabar, tulus, dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Munasprianto Ramli, M.A. selaku pembimbing II yang dengan sabar, tulus, dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini

6.

Drs. H. Sujana, M.Pd. selaku Kepala SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.

7.

Dra. Wara Gawatiningsiah selaku guru kimia SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.

8.

Teman-teman kimia 2006 (Dede, Novi, Eva, Evi, Lia, Ntoh, Dyah) atas segala kekompakan dan semangatnya, serta semua teman-teman yang tidak dapat ditulis satu-persatu oleh penulis.

9.

Teman-teman kosan Tia, Putri, Seli, Lia, Mareta, Syifa, dan Yuli terima kasih atas doa, motivasi, semangat, dan kebersamaan kita.

10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang disebabkan masih kurangnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan dari semua pihak yang sifatnya membangun dimana sangat diharapkan oleh penulis sebagai bahan masukan yang sangat berharga dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan diterima bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum.Wr.Wb Jakarta, Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

.....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI .....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................

6

C. Pembatasan Masalah ..................................................................

6

D. Perumusan Masalah ....................................................................

7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................

7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran dengan Pendekatan Konsep ..................................

8

1. Pengertian Pendekatan Konsep .............................................

8

2. Ciri-ciri Konsep ..................................................................... 11 3. Jenis-jenis Konsep................................................................. 12 B. Hakikat Hasil Belajar .................................................................. 26 1. Pengertian Belajar ................................................................. 26 2. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 30 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar 35 C. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 38 D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 39 E. Pengajuan Hipotesis ............................................................................. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 41 B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 41 C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 42

D. Instrumen Penelitian .................................................................... 43 E. Teknik Analisis Data ................................................................... 47 F. Hipotesis Statistik ........................................................................ 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................ 51 B. Pengujian Prasyarat Analisis ....................................................... 52 C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 55 D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 61 B. Saran

....................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar....................................... 36 Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 42 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes .................................................................... 43 Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................... 51 Tabel 4.2 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................... 52 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................... 53 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................... 54 Tabel 4.5 Uji t Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................................................................. 55

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............. 64

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................... 103

Lampiran 3

Kisi-kisi Instrumen ..................................................................... 142

Lampiran 4

Pedoman Penilaian ..................................................................... 148

Lampiran 5

Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran Butir Soal dan Uji daya Pembeda Soal Melalui Perhitungan ANATES ...... 166

Lampiran 6

Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ........................... 170

Lampiran 7

Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Kontrol .................................. 175

Lampiran 8

Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............................................................................. 180

Lampiran 9

Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 182

Lampiran 10 Perhitungan Uji Hipotesis ........................................................... 183 Lampiran 11 Tabel Perhitungan ....................................................................... 184

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan merupakan masalah yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam kehidupan suatu bangsa dan negara pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan ini harus dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.1 Usaha-usaha perbaikan di dalam bidang pendidikan tentu tidak terlepas dari peran seorang guru, sebab dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah seorang guru memegang posisi sangat strategis. Pendidikan bagaimanapun dipolakan, kelangsungan dan keberhasilannya sebagian besar ditentukan oleh peran guru. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan profesional. Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Di samping itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah. Implikasi dari 1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009), h. 1

profesionalitas guru, adalah adanya usaha dengan sungguh-sungguh dalam hal mendidik, mengajar, melakukan pembimbingan, serta mengarahkan dan melatih anak didik demi tercapainya Standar Nasional Pendidikan Indonesia. Guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Faktor yang menyebabkan guru menjadi penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dikarenakan guru adalah sebagai perancang, pengelola, dan pengevaluasi pembelajaran. Guru mempunyai kedudukan yang sangat strategis dan menentukan dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukannya yang strategis karena guru menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan memperdalam materi pelajaran adalah rancangan pembelajaran yang dibuat atau dipilihnya. Melalui fungsi ini, proses pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi akan dapat tercapai. Bahkan melalui pendidikan diharapkan dapat melahirkan manusia yang pintar, berperasaan, terampil, dan berperilaku baik serta mampu mengaplikasikan suatu ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.2 Kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami peserta didik. Masalah utama dalam bidang pendidikan adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang rendah. Proses pembelajaran disekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif 2

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, h. 100

berpikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena pendekatan dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Pada jenjang pendidikan menengah terdapat mata pelajaran kimia, konsep-konsep kimia merupakan konsep-konsep yang cukup sulit dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, banyak rumus dan perhitungannya serta tidak mungkin divisualisasikan melalui praktikum. Oleh karena itu mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan variasi

model

pembelajaran

pada

saat

penyampaiannya.

Rendahnya

penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar. Pada umumnya, dalam mengajarkan konsep-konsep kimia, guru masih menganut teori tabula rasa, yaitu memindahkan pengetahuan dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa secara utuh. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya dengan cara menceramahkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa melalui transfer informasi, tanya jawab dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihapal siswa. Guru menganggap pembelajaran dengan cara ini sudah berhasil, namun sesungguhnya siswa belum belajar secara aktif karena dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Pembelajaran dengan cara ini terbukti gagal membawa siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam banyak hal, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimilikinya.3 Rendahnya penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari model pembelajaran yang dikembangkan. Guru kurang menerapkan model yang berorientasi pada “belajar aktif”, yaitu suatu model pembelajaran yang 3

I Nyoman Selamat, Pengembangan Pembelajaran Kooperatif melalui Metode Bermain untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep-konsep Kimia SMU, jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI, April 2003, h. 36.

merangsang siswa untuk berpikir secara aktif membangun gagasan-gagasan dalam pikirannya sehingga menjadi konsep-konsep ilmiah. Sampai saat ini masih banyak ditemui kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia.

Akibatnya,

siswa

kesulitan

untuk

memahami

konsep-konsep

selanjutnya. Sehingga siswa akan menganggap bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit, menakutkan dan tidak menyenangkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya kecerdasan siswa, bakat siswa, kemampuan belajar, minat siswa, motivasi belajar siswa, model penyajian materi, dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi masyarakat luas. Ketidakberhasilan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang dimaksud mungkin saja kurangnya minat anak terhadap ilmu kimia, pendekatan yang dipilih guru kurang tepat, media dan buku penunjang kurang memadai serta pelaksanaan evaluasi yang kurang tepat. Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut mungkin saja menjadi penyebab

tidak

tercapainya

tujuan

pembelajaran

sebagaimana

yang

diharapkan. Faktor aktivitas, minat, motivasi, dan hasil belajar siswa yang masih rendah seperti yang diuraikan di atas merupakan faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam merancang suatu model pembelajaran yang lebih berkualitas. Menanggapi hal-hal tersebut, guru sebagai pelaku utama proses pembelajaran di sekolah harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kondusif agar dapat lebih melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga siswa dengan sendirinya dapat menerima dan memahami materi dan konsepnya. Proses pembelajaran lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan dimiliki siswa dari proses pembelajaran, baik kognitif, afektif, psikomotor, serta life skill-nya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya dapat menstimulasi minat dan motivasi belajar serta mendapatkan hasil belajar yang optimal pada proses belajar mengajar maka pemilihan suatu

metode, pendekatan, strategi, dan model pembelajaran harus sesuai dengan materi atau konsep yang akan diajarkan. Saat ini telah dikenal berbagai model pembelajaran dan sesuai atau tidaknya sangatlah bergantung pada tujuan pengajaran itu sendiri. Sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran kimia adalah dengan mencoba menggunakan pendekatan konsep. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep

itu

diperoleh.

Pendekatan

konsep

adalah

pendekatan

yang

mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.4 Brunner menyarankan agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan eksperimen-eksperimen

yang

memberikan

kesempatan

siswa

untuk

menemukan prinsip-prinsip sendiri. Oleh karena itu melalui pendekatan ini diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia. Berdasarkan fenomena yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan penelitian terhadap efektivitas pendekatan konsep dan peranannya dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa. Sehingga dengan demikian penulis memilih judul : “Pengaruh Pendekatan Konsep Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.”

4

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. (Bandung: Alfabeta, 2010). h. 71

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Penerapan model dan sistem pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru. 2. Guru lebih banyak menceramahkan konsep-konsep materi pembelajaran melalui transfer informasi, tanya jawab dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihapal siswa. 3. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep awal kimia masih rendah. 4. Persepsi dan minat siswa pada pelajaran kimia kurang. 5. Siswa beranggapan bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit, menakutkan, tidak menyenangkan, dan bersifat abstrak. 6. Rendahnya hasil belajar kimia siswa.

C. Pembatasan Masalah Agar memudahkan dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka pada penelitian ini hanya akan dibahas masalah rendahnya hasil belajar kimia siswa. Untuk mengoptimalkan hasil penelitian, maka penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011 pada konsep laju reaksi yang diajarkan pada semester 1. 2. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan yaitu pendekatan konsep dengan variasi metode. Pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan konsep dengan metode eksperimen, ceramah, diskusi dan tanya jawab, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pendekatan konsep dengan metode demonstrasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab. 3. Konsep yang disampaikan adalah tentang kemolaran, pengertian laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

4. Pengaruh pembelajaran mengacu pada hasil belajar dari aspek kognitif yaitu dari hasil belajar kimia sesudah penerapan pendekatan konsep (Posttest).

D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai

berikut:

“Apakah

penggunaan

pendekatan

konsep

berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Dengan mengadakan penelitian tentang pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini dapat menjadi wahana ilmiah dalam mengaplikasikan

kemampuan

yang

diperoleh

selama

menjalani

perkuliahan dan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai pembelajaran dengan pendekatan konsep dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa. 2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pendidikan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Konsep 1. Pengertian Pendekatan Konsep Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.5 Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan konsep pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dengan berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.6 Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.7 Brunner menyarankan agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip 5 6 7

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 68 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 71 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 71

dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memberikan kesempatan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri. Para ahli psikologi menyadari akan pentingnya konsep-konsep, dan suatu definisi yang tepat mengenai konsep sebelum diberikan. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus. Konsep itu tidak dapat diamati, konsepkonsep harus disimpulkan dalam perilaku. Walaupun kita dapat memberikan suatu definisi verbal dari suatu konsep, suatu definisi tidak mengungkapkan semua hubungan-hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain. Dalam

pendekatan

konsep

ini

Syamsudin

Makmun

mengemukakan bahwa dengan diperolehnya kemahiran mengadakan diskriminasi atas pola-pola stimulus respons (S-R) itu, siswa belajar mengidentifikasi persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah polapola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep.8 Secara eksternal adanya persamaanpersamaan ciri tertentu dari sejumlah perangsang objek-objek yang dihadapkan pada individu. Flavell dalam Syaiful Sagala menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu:9 a.

Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contohcontoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan.

b.

Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.

c.

Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain. Suatu segitiga dapat dilihat, keinginan adalah lebih abstrak.

8

Syamsudin Makmun, A. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya. 2003. h. 228 9 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 72

d.

Keinklusifan (Inclisiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contohcontoh yang terlibat dalam konsep itu.

e.

Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsepkonsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat. Konsep

wortel

adalah

subordinat

terhadap

konsep

sayuran,

selanjutnya konsep sayuran subordinat dari konsep tanaman yang dapat dimakan. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuang dengan konsep-konsep yang lainnya. f.

Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontohnoncontoh

suatu

mengemukakan

konsep. empat

Klausmeier

tingkat

dalam

pencapaian

Syaiful konsep

Sagala (concept

attainment), mulai dari tingkat konflik ketingkat formal. Konsepkonsep pada tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat didefinisikan.10 g.

Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

Konsep seperti tersebut di atas, memberi gambaran bahwa sulit rasanya untuk sampai pada suatu definisi konsep. Rosser dalam Dahar menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubunganhubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.11 Orang mengalami stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsepkonsep yang dibentuk orang mungkin berbeda. Konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation) merupakan bentuk

10 11

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 73 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,( Jakarta: Erlangga, 1996). h. 80

perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah.12 Menurut Gagne dalam Dahar formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation) merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.13 Pendekatan konsep ini dikembangkan berdasarkan pada pola pengorganisasian bahan ajar, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran komulatif. Pengajaran linier materi bidang studi terbagi atas urutan linier dengan kedalaman yang sama, pendekatan linier ini seringkali membuat murid cepat bosan dan sukar mengingat fakta atau konsep yang diajarkan. Pada pendekatan komulatif ini diorganisasikan menurut urutan tertentu dengan jenjang kesulitan yang berbeda, yaitu meningkat. 14 Jumlah unit yang diajarkan tidak sebanyak pendekatan linier, bahan ajar yang berupa konsep dan fakta menjadi banyak berkurang dibandingkan pada pendekatan dengan pengajaran linier. Pada pendekatan komulatif, pemahaman konsep atau fakta lebih ditekankan sebagai suatu pengertian konsep secara mendalam dan menyeluruh. 2. Ciri-ciri Konsep15 a. Atribut konsep adalah suatu sikap yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya. Jadi, adanya keragaman antara konsepkonsep sebenarnya ditandai oleh adanya atribut yang berbeda. b. Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. Jika atribut konsep sangat luas, maka konsep tersebut dapat saja diidentifikasikan berdasarkan atribut-atribut lainnya. c. Jumlah atribut juga bermacam-macam antara suatu konsep dengan konsep lainnya. Jadi, semakin kompleks suatu konsep semakin banyak 12 13 14

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,.., h. 81 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar…, h. 81 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN.

2009. h. 92 15

Oemar Malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. 2010. h. 162

jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya. Untuk kemudahan jumlah atribut itu hendaknya diperkecil dengan cara kombinasi atau mengurangi perhatian terhadap sejumlah atribut yang dinilai tak begitu penting. d. Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvious) dari pada yang lainnya. Jika atributnya nyata, maka lebih mudah menguasai konsep dan jika atributnya tidak nyata maka sulit untuk menguasai konsep.

3. Jenis-jenis Konsep Atribut-atribut berkombinasi dengan tiga cara untuk menghasilkan tiga jenis/ tipe konsep, yaitu conjunctive concepts, disjunctive concepts, dan relational concepts.16 a. Konsep Konjungtif, nilai-nilai tertentu dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep konjungtif. Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya menambah (kualitas adaptif) antara atribut dan nilai-nilai. b. Konsep Disjungtif, Sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara

yang berbeda-beda. Antara atribut dan nilai-nilai dapat

disubstitusikan antara yang satu dengan yang lainnya. Konsep ini sulit diajarkan dan dipelajari karena terdapat arbitrary equivalence antara atribut-atribut tersebut, sedangkan siswa harus belajar menerapkannya ke situasi stimulus yang equivalence padahal situasi-situasi itu tidak sama/ equivalence. c. Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubunganhubungan khusus antaratribut konsep.

16

Oemar Malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan … h. 163

Konsep-konsep merupakan dasar-dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan, dan untuk memecahkan masalah. Tanpa konsep-konsep tak mungkin kita mengajar. Pendekatan-pendekatan belajar konsep menurut Ausubel, Carroll, Gagne dalam Dahar menerangkan berbagai cara untuk perolehan konsep, melalui formasi konsep dan asimilasi konsep.17 Dari

beberapa

pendapat

mengenai

pendekatan

konsep

dapat

disimpulkan bahwa pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menentukan konsep-konsep yang akan diajarkannya pada peserta didik, tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari para siswa dan metode mengajar yang akan digunakan. Pengetahuan tentang perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa akan menolong dalam membuat keputusan-keputusan. Analisis konsep dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran, dan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai konsep-konsep pada tingkat yang sesuai. Berbagai metode yang dapat digunakan dalam pendekatan konsep: a. Metode Eksperimen Metode

eksperimen

adalah

metode

mengajar

dengan

cara

mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini, diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. Metode eksperimen dalam prakteknya juga memerlukan alat dan bahan.18 Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. 17 18

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,… h. 96 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101

Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. 19 Sebagai suatu metode pembelajaran metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:20 1) Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif. 2) Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati,

menginterpretasi,

mengelompokkan,

mengajukan

pertanyaan, merencanakan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen. 3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama. 4) Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan, sehingga tidak mudah bosan. 5) Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran. 6) Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak. 7) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan atas percobaannya. 8) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 9) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

19

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Edisi Revisi, Cet. III, hal. 84 20 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101

Di samping beberapa kelebihan, metode eksperimen juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:21 1) Memerlukan waktu yang relatif lama. 2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya. 3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang, hal ini menuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen. 4) Siswa dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilnya relevan dengan konsep yang sedang diuji. 5) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk lebih leluasa melakukan eksperimen. 6) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. 7) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Dari beberapa pendapat mengenai metode eksperimen dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam prakteknya metode eksperimen memerlukan alat dan bahan sehingga membuat proses pembelajaran lebih menarik dan siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh konsep yang sedang dipelajarinya. Dalam metode eksperimen siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti

mengamati,

merencanakan

mengelompokkan,

percobaan,

mengajukan

menggunakan

alat

pertanyaan, dan

bahan,

mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen. 21

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101

b. Metode Demonstrasi Metode

demonstrasi

adalah

metode

mengajar

dengan

cara

mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Metode ini, biasanya cocok digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode demonstrasi dalam prakteknya memerlukan sejumlah alat peraga.22 Metode

demonstrasi

adalah

metode

penyajian

pelajaran

dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.23 Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya,

komponen-komponen

yang

membentuk

sesuatu,

membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.24 Sebagai suatu metode pembelajaran metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:25 1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

22

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 103 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009). h. 150 24 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar …, h. 90 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 150 23

2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. 4) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret. 5) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 6) Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan. 7) Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa. 8) Siswa terangsang untuk berpikir kritis. 9) Memberikan pengalaman yang bersifat praktis, sehingga siswa lebih mudah memahami suatu konsep. 10) Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan, karena ia mengetahui prosesnya. 11) Siswa bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap pertanyaan-pertanyaannya yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu konsep.

Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:26 1) Memerlukan waktu yang relatif lama. 2) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. 26

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 151

3) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai

yang

berarti

penggunaan

metode

ini

memerlukan

pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 4) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. 5) Metode ini sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami dasar teorinya. 6) Metode ini, menyulitkan guru dalam mengontrol siswa yang acuh atau pasif karena guru sibuk memperagakan alat peraga. 7) Metode ini, menuntut guru memiliki keterampilan mendemonstrasikan alat-alat peraga dan menguasai materi yang mendalam.

Dari beberapa pendapat mengenai metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Dalam prakteknya metode demonstrasi memerlukan sejumlah alat peraga sehingga proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.

c. Metode Ceramah Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.27 Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses 27

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 145

belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas. Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah,

merupakan

suatu

cara

mengajar

yang digunakan

untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.28 Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru, berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini.29 1) Ceramah merupakan metode yang „murah‟ dan „mudah‟ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. 28 29

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar …, h. 97 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 146

2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang jelas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokokpokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat. 3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. 4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru memberikan ceramah. 5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan. 6) Bersifat fleksibel, karena sewaktu-waktu pembelajaran dapat diakhiri tanpa harus mengurangi cakupan bahan ajar. 7) Jika guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat membangkitkan semangat belajar siswa. 8) Dapat mengembangkan kemampuan siswa mendengar.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:30 1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru. 2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat 30

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 146

mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya. 3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik. 4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham. 5) Guru sulit untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sejauh mana. 6) Seringkali siswa dijejali materi, yang seharusnya diberikan dalam waktu yang banyak tetapi disekaliguskan dalam satu waktu. Hal ini, membuat siswa jenuh.

Dari

beberapa

pendapat

mengenai

metode

ceramah

dapat

disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan. Pembelajaran dengan metode ceramah, bersifat teacher center, karena hampir semua informasi tentang bahan ajar berasal dari penjelasan guru. Sementara siswa cenderung pasif. Namun, sebenarnya metode ini masih tetap bisa efektif digunakan jika memang seorang guru bisa menggunakannya dalam situasi dan kondisi yang tepat.

d. Metode Diskusi Metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara bertukar pendapat antara siswa satu dengan siswa lainnya tentang materi yang dipelajari. Diskusi antar siswa ini bisa dilakukan secara perorangan atau secara kelompok. Pembelajaran dengan metode diskusi akan hidup, apabila siswa sebelumnya telah mempelajari materi yang akan dibahas.31 Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama.32 Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah, dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.33 Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Sebagai suatu metode pembelajaran metode diskusi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:34 1) Siswa dilatih untuk melakukan proses berpikir. 2) Siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapat.

31 32 33 34

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar…, h. 87 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 152 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100

3) Siswa dilatih untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, bersikap terbuka, dan belajar menghargai pendapat orang lain. 4) Dengan metode ini, kemungkinan semua siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran lebih tinggi. 5) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasanprakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. 6) Memperluas wawasan. 7) Membina untuk terbiasa musyawarah mufakat dalam memecahkan suatu masalah. 8) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

Di samping beberapa kelebihan di atas, metode diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:35 1) Memakan waktu yang relatif lama. 2) Siswa yang pemalu atau tidak memiliki kemampuan berbicara di depan orang banyak akan dirugikan. 3) Siswa terkadang tidak fokus pada masalah yang didiskusikan, asal mengemukakan pendapat. 4) Sering terjadi perdebatan yang menimbulkan emosi yang negatif yang terkadang menimbulkan permusuhan antar siswa. 5) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. 6) Kadang-kadang

pembahasan

dalam

diskusi

meluas,

sehingga

kesimpulan menjadi kabur. 7) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. 8) Peserta mendapat informasi yang terbatas. 9) Pembicaraan kadang-kadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

35

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100

Dari beberapa pendapat mengenai metode diskusi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara bertukar pendapat antara siswa satu dengan siswa lainnya tentang materi yang dipelajari. Dalam metode diskusi siswa dilatih untuk bekerja sama dan belajar bersama dalam kelompok, hal ini bertujuan agar siswa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman, dan berbagi ilmu pengetahuan dengan temannya. Selain itu siswa juga dilatih untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, bersikap terbuka, dan belajar menghargai pendapat orang lain.

e. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang menyajikan bahan ajar dengan cara tanya jawab dengan memposisikan guru sebagai penanya dan siswa yang menjawab. Menurut Costa dalam Zulfiani, pertanyaan merupakan alat intelektual yang sering digunakan oleh guru untuk menimbulkan perilaku keingintahuan siswanya, sehingga dapat digunakan

untuk

memperoleh

tujuan

kognitif

atau

memperoleh

keterampilan-keterampilan berpikir tertentu.36 Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.37 Metode tanya jawab dapat digunakan:38 1) Pembelajaran merupakan pengulangan pelajaran sebelumnya atau siswa telah mempelajari bahan ajar yang akan diberikan. 2) Untuk merangsang siswa berpikir. 3) Untuk merangsang siswa aktif berbicara. 4) Untuk membuat siswa terfokus perhatiannya.

36 37 38

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar …, h. 94 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101

Sebagai suatu metode pembelajaran metode tanya jawab memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:39 1) Melatih siswa berpikir kritis. 2) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. 3) Melatih siswa mengemukakan pendapat dalam menjawab pertanyaan. 4) Melatih siswa menghargai pendapat orang lain dan bersifat terbuka. 5) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya. 6) Merangsang siswa untuk melatih dan merangsang daya pikir, termasuk daya ingatan.

Di samping beberapa kelebihan di atas, metode tanya jawab juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:40 1) Ada kalanya pertanyaan yang diajukan hanya bertujuan untuk menjatuhkan temannya. 2) Sulit diterapkan jika siswa belum memahami materi yang dibahas. 3) Dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar siswa. 4) Memerlukan waktu yang relatif lama. 5) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab. 6) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa. 7) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang. 8) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa. 39 40

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101

Dari beberapa pendapat mengenai metode tanya jawab dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah metode mengajar dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Dalam metode tanya jawab siswa dilatih untuk berpikir kritis, mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Selain itu juga dapat merangsang siswa untuk melatih dan merangsang daya pikir, termasuk daya ingatan.

B. Hakikat Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Manusia belajar karena ingin tahu dan ingin mengembangkan tingkah laku yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Hal ini berarti bahwa dengan belajar, seseorang dapat merubah tingkah lakunya. Dengan

belajar

seseorang

memperoleh

kecakapan,

pengertian,

keterampilan, kegemaran, sikap, dan kepuasan. Banyak definisi tentang belajar. Menurut Hilgard dan Bower dalam Faried Wadjdi, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen, dan tidak disebabkan oleh adanya proses kedewasaan. Sedangkan menurut Bell Gredler mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.41 Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya akibat pengalaman. Dengan demikian bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, 41

Faried Wadjdi, Pengaruh Pemberian Bahan Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Matakuliah Rangkaian Dasar Listrik (Jurnal No. 5/VIII/Teknodik/Desember/2004), h. 108

pengertian, penghargaan minat, peyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Hinzman dalam Muhibbin Syah, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hinzman perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.42 Skinner, seperti dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.43 Demikian pula, Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan

tingkah

laku

suatu

organisme

sebagai

hasil

pengalaman.44 Menurut Muhibbin Syah, belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Pengertian belajar secara kuantitatif (dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyakbanyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahamanpemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.45

42

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2009), cet.3,h. 65 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 88 44 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h. 89 45 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan… , h. 90 43

Setelah kita memahami pengertian belajar. Kita juga harus mengetahui prinsip-prinsip dalam belajar. Prinsip-prinsip belajar yaitu:46 a.

Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. 2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. 4) Positif atau berakumulasi. 5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of experience. 7) Bertujuan dan terarah. 8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

b.

Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

c.

Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan

yang

dimiliki

siswa

setelah

menerima

pengalaman

belajarnya47. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan pikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. 46

Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4 47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2001), cet. Ke-7, h.22.

Proses Belajar sangat berpengaruh kepada hasil belajar seorang siswa, maka dari itu proses belajar harus benar-benar diperhatikan, seperti di bawah ini:48 a. Belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di jiwa mereka. b. Anak belajar dari mengalami dan praktik. Anak mencatat kembali polapola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki siswa itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan. d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. e. Tiap siswa mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. f. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. g. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan siswa

Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahanperubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Jerome S. Bruner dalam Muhibbin Syah, dalam proses belajar, siswa menempuh tiga fase, yakni:49

48

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 22 49 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h. 111

1) Fase Informasi (tahap penerimaan materi) Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. 2) Fase Transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan pada halhal yang lebih luas. 3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi) Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. 2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Djamarah dan Zain, hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara materi-substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior.50 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.51 Menurut Nana Sudjana, ada empat unsur utama proses belajarmengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan

50 51

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar…, h. 11 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran…, hal 3-4

sebagai arah dari proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.52 Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Secara umum, hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan sikap dan kebiasaankebiasaan serta keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah. Menurut Slameto perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki ciri-ciri: (1) Perubahan terjadi secara sadar. (2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. (3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.53

52

Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar…, h. 22 Joko Sumarno, Optimalisasi Hasil Belajar Matematika Melalui Permainan “Ludo” Bagi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Bobotsari pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006, Widya Tama Vol. 3 No. 2, Juni 2006. h. 4 53

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Agus Suprijono, hasil belajar berupa:54 a.

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

b.

Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c.

Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d.

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e.

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom yang dikutip oleh Agus, hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.55 Ketiga ranah kejiwaan tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).56 54

Agus Suprijono, Cooperative Learning…, h. 5-6 Agus Suprijono, Cooperative Learning…, h. 6 56 Ahmad Sofyan, Tonih feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta press, 2006), cet. 1, h. 13 55

a.

Hasil Belajar Penguasaan Materi (Kognitif) Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir yang dikategorikan oleh Bloom dkk secara hierarkis. Enam jenjang kemampuan tersebut yakni: 1) Hafalan (C1) Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. 2) Pemahaman (C2) Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau sebaliknya. 3) Penerapan (C3) Yang termasuk jenjang penerapan ialah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit. 4) Analisis (C4) Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponenya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. 5) Sintesis (C5) Yang

termasuk

jenjang

sintesis

ialah

kemampuan

untuk

mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu

keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya kemampuan merencanakan

eksperimen,

menyusun

karangan

(laporan

praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa, dan informasi lainnya. 6) Evaluasi (C6) Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

b.

Hasil Belajar Proses (Afektif) Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Hasil belajar afektif juga termasuk watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap emosi, atau nilai. Ranah afektif ini dirinci oleh David Kratwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: 1) Perhatian/penerimaan (Receiving) 2) Tanggapan (Responding) 3) Penilaian/penghargaan (Valuing) 4) Pengorganisasian (Organizing) 5) Karakteristik terhadap suatu atau beberapa nilai (Characterization by a value or vale compex)

c.

Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotorik) Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, hasil

belajar ini akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:57 a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psiklogis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu: 1. Intelegensi siswa, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. 2. Sikap siswa, yaitu sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. 3. Bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. 4. Minat siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 5. Motivasi

siswa,

yaitu

keadaan

internal

organisme

yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa) yang terdiri dari dua macam, yakni lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran. c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. 57

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 144

Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Unsur-Unsurnya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan 1. Aspek Fisiologis: 1. Lingkungan Sosial: 1. Pendekatan - tonus jasmani - keluarga Tinggi - mata dan telinga - guru dan staf - speculative - masyarakat - achieving - teman

-

2. Aspek Psikologis: intelegensi sikap minat bakat motivasi

2. Lingkungan Nonsosial: - rumah - sekolah - peralatan - alam

2. Pendekatan Menengah - analytical - deep

3. Pendekatan Rendah - reproductive - surface Sedangkan menurut Kenneth Dunn ada beberapa faktor yang mempengaruhi cara belajar seseorang, yaitu:58 a. Faktor Lingkungan, Lingkungan belajar yang ideal berbeda menurut setiap orang. Beberapa orang senang bekerja dalam kondisi udara yang hangat, cat, ruangan yang terang, desain meja yang bagus dan sebagainya. b. Faktor Emosi Ada kelompok siswa yang dalam melaksanakan tugas dapat bekerja dengan baik dari permulaan sampai selesai, tetapi banyak siswa yang dapat melaksanakan

tugas

setiap

tahap

memerlukan

dorongan

untuk

menyelesaikan. c. Faktor Sosial Ada kelompok siswa yang tidak berminat belajar sesuatu dari kelompoknya. Ada yang lebih senang belajar dari diri sendiri, ada juga kelompok orang yang mau belajar dari orang lebih tua karena faktor tradisi. 58

Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, (Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 205

d. Faktor Personal Ada sekelompok siswa yang senang belajar jika melihat sesuatu, ada yang lebih senang belajar jika mendengar sesuatu. Ada yang senang belajar duduk di depan meja tulis, ada yang sambil jalan sekeliling ruangan.

Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Dalam belajar, masalah-masalah baik internal maupun eksternal, jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka dia tidak belajar dengan baik. Selain beberapa faktor di atas ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan di antaranya adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian

tersebut

tertuju

pada

isi

bahan

belajar

maupun

proses

memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam pendekatan belajar. Selain konsentrasi belajar, kebiasaan belajar juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan tersebut antara lain, belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyianyiakan kesempatan belajar dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat dijumpai di berbagai sekolah yang ada, baik di kota besar, kota kecil ataupun di pelosok desa. Kemungkinan yang menjadi penyebab kebiasaan yang kurang baik ini, karena ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil

belajar

adalah

perubahan

perilaku

secara

keseluruhan

yang

dikelompokan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan. Hasil belajar tersebut dapat diketahui dari proses penilaian baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini, hasil belajar diambil dari aspek kognitif siswa.

D. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah, Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010 dengan judul “Pendekatan Konsep dengan Gaya Belajar Visual Auditori Kinestetik (VAK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa” hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pendekatan konsep dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah Azzahra, Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar pada Konsep Laju Reaksi” hasil dari penelitian

tersebut

menyatakan

bahwa

metode

eksperimen

dapat

meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Hidayatullah, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa metode demonstrasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Habibah, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya” hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Ruli Meliawati dalam jurnalnya ”Pengaruh Pelaksanaan Demonstrasi terhadap Pengetahuan Siswa SMU tentang Konsep Perubahan Materi dan Hukum Kekekalan Massa,” hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa metode demonstrasi tidak hanya efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dari beberapa hasil penelitian di atas, terlihat bahwa pendekatan konsep mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

E. Kerangka Berpikir Mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan variasi model pembelajaran pada saat penyampaiannya. Beberapa materi atau konsep pada mata pelajaran kimia terkadang bersifat sangat abstrak dan tidak mungkin divisualisasikan melalui praktikum. Keadaan demikian sering menyebabkan beberapa konsep pada mata pelajaran kimia kurang berhasil. Sampai saat ini masih banyak ditemui kesulitan siswa dalam memahami

konsep-konsep

kimia.

Akibatnya,

siswa

kesulitan

untuk

memahami konsep-konsep selanjutnya. Sehingga siswa akan menganggap bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi di antaranya kecerdasan siswa, bakat siswa, kemampuan belajar, minat siswa, model penyajian materi, pribadi, dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi masyarakat luas. Menanggapi hal-hal tersebut, guru sebagai pelaku utama proses pembelajaran di sekolah harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kondusif agar dapat lebih melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga siswa dengan sendirinya dapat menerima dan memahami materi dan konsepnya. Proses pembelajaran lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan dimilliki siswa dari proses pembelajaran, baik kognitif, afektif, psikomotor, serta life skill-nya. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar

dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan. Brunner menyarankan agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan eksperimen-eksperimen

yang

memberikan

kesempatan

siswa

untuk

menemukan prinsip-prinsip sendiri. Dengan demikian, penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan konsep diduga dapat mempengaruhi hasil belajar kimia siswa.

F. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yaitu “terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa.”

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1.

Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, yaitu pada tanggal 01 November sampai 20 November 2010.

2.

Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai 2 Tangerang Selatan.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen yaitu metode penelitian yang belum memenuhi persyaratan dari suatu eksperimen.59 Dalam penelitian quasi eksperimen, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konsep. Pembelajaran dengan pendekatan konsep ini diduga dapat mempengaruhi hasil belajar kimia siswa, sehingga adanya hubungan sebab akibat antara penerapan pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimen dengan dua kelompok sampel sebagai berikut: a. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan konsep dengan variasi metode pembelajaran yaitu metode eksperimen, diskusi, tanya jawab, dan ceramah. 59

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 84

b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan konsep dengan variasi metode pembelajaran yaitu metode demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan ceramah. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol dan eksperimen dengan Desain Static Group Comparison. Untuk lebih jelasnya desain penelitian digambarkan dalam tabel berikut:60 Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok

Perlakuan

Posttest

Eksperimen

X

O

Kontrol

O

Keterangan: O = Posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol X = Perlakuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konsep

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1.

Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.61 Adapun penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.

2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi.62 Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan random sampling. Penelitian ini dipilih dua kelas, yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. 60

Yanti Herlanti, Science Education Research, (Bogor, 2006). h. 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan... , h.130 62 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 81 61

D. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi.63 Untuk memperoleh data yang diperlukan, instrumen penelitian yang digunakan adalah tes uraian. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.64 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir (posttest) yang diberikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes akhir (posttest) berupa tes tulis untuk mengukur aspek kognitif dalam bentuk soal-soal pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi untuk mengukur hasil belajar kimia siswa, yang terdiri dari 20 soal uraian. Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Tes No. 1.

Indikator

C1

C2

Menentukan

C3

C4

C5

C6

1,2,3

Jumlah 3

konsentrasi larutan 2.

Memahami

4

5,6

7

8

3

pengertian laju reaksi 3.

Menentukan faktorfaktor mempengaruhi

9

10

4

yang laju

reaksi 4.

Menentukan faktor-

11,12,

faktor yang

13,15

14

16

17

7

mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan

63

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 93 64 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan... , h.150

5.

Menentukan

18,19,

persamaan Laju

3

20

reaksi dan orde reaksi. Jumlah

6

3

8

1

1

1

20

Tes dilakukan setelah pembelajaran dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap suatu konsep setelah pembelajaran dilakukan. Kisi-kisi untuk soal disesuaikan dengan konsep yang diajarkan, yaitu laju reaksi. Tes ini terlebih dahulu diujikan untuk diketahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data uji coba soal, sebagai berikut: a) Uji Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Maksudnya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan indikator pembelajaran. Rumus yang dapat digunakan untuk menguji validitas soal:65

rxy 

 xy ( x ) ( y 2

2

)

Keterangan: rxy

= Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total

 xy

= Jumlah perkalian x dengan y

x2

= Kuadrat dari x

y2

= Kuadrat dari y

65

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 70

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikansi (α=0,05). Jika rxy ≥ rtabel maka soal tersebut valid dan jika rxy < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Jadi, apabila valid berarti soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. Untuk mengetahui validitas dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES (Lampiran 5). Dari 20 soal yang diujicobakan, 12 soal yang dinyatakan valid.

b) Uji Reliabilitas Mengenai konsep reliabilitas atau reliable dapat diartikan sebagai kepercayaan bahwa suatu soal dapat dengan ajeg atau tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:66 2  n   σi  r11   1    σ 2t   n  1 

Keterangan:

r11

= Reliabilitas tes secara keseluruhan

σ i2

= Jumlah varians skor tiap-tiap item

σ 2t

= Varians total Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal peneliti menggunakan

program ANATES (lampiran 5). Dari hasil ANATES, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,87.

c) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal dapat menggunakan rumus sebagai berikut: 66

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 109

P=

B JS

Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi Indeks Kesukaran: IK : 0,70 - 1,00 = Mudah 0,30 – 0,70 = Sedang 0,00 – 0,30 = Sukar67

Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES (lampiran 5). Dari hasil ANATES, dapat dilihat bahwa tiga soal dinyatakan sukar, delapan soal dinyatakan sedang, dan satu soal dinyatakan sangat sukar.

d) Uji Daya Pembeda Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal dapat menggunakan rumus berikut:68 D=

BA BB  JA JB

Keterangan : D

: Koefisien daya pembeda soal.

BA

: Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.

BB

: Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.

JA

: Banyaknya siswa kelompok atas.

JB

: Banyaknya siswa kelompok bawah.

67 68

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 208 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 213-214

Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES (lampiran 5). Adapun klasifikasi daya pembeda yang digunakan sebagai berikut. Klasifikasi Daya Pembeda: DP

: 0,70 – 1,00 = Baik sekali (excellent) : 0,40 – 0,70 = Baik (good) : 0,20 – 0,40 = Cukup (Satisfactory) : 0,00 – 0,20 = Jelek (poor)69

Seiring perkembangan tekhnologi, dalam penelitian ini untuk menganalisis hasil uji coba tiap butir soal instrumen tes menggunakan bantuan program ANATES Ver.4 yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Karno To M.Pd. dan Yudi Wibisono, ST. Program ini mampu menganalisis butir soal pilihan ganda dan uraian dengan mudah dan cepat. Kelebihan lainnya adalah program ANATES sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia. ANATES dirancang agar mudah dipelajari dan mudah digunakan. Dengan menggunakan ANATES, proses analisis tes akan menjadi lebih mudah, cepat dan akurat. ANATES memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.

Menghitung skor asli (asli maupun dibobot).

2.

Menghitung reliabilitas tes.

3.

Mengelompokkan subjek ke dalam kelompok unggul/asor.

4.

Menghitung daya pembeda dan tingkat kesukaran.

5.

Menghitung korelasi skor butir dengan skor total.

6.

Menentukan kualitas pengecoh.

E. Teknik Analisis Data Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data. 69

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h.218

a. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Liliefors. Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut: a. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling terbesar. b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus: Zi =

Xi  X S

Keterangan: Zi = Skor baku

X = Nilai rata-rata Xi = Skor data ke- i S = Simpangan baku c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z, dan sebut dengan F (Zi). Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Zi < 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel) d. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih atau sama dengan Zi jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka: S (Zi) =

Banyaknya Z1, Z 2, ...Z n n

yang  Zi

e. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya

F (Z i )  S (Z i ) f. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini disebut Lo. Lo = max F (Z i )  S (Z i ) g. Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L.

h. Kesimpulan: Jika Lo < Lt

: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Lo > Lt

: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal70

2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher dengan rumus: F=

S1

2

S2

2

dimana S2 =

n  fixi 2  ( fixi) 2 n (n  1)

Keterangan: F : Nilai uji F S12 : Varians terbesar S22 : Varians terkecil71 Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah: Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

b. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan hasil belajar kimia siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Untuk menguji hipotesis, jika pada uji normalitas diperoleh bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka digunakan uji “t” dengan taraf signifikansi  = 0,05. Rumus uji “t” yang digunakan yaitu: 70 71

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 2005), h. 466 Sudjana, Metode Statistik, …, h.249

1) Jika varian populasi heterogen72 thit =

XE  XK 2

2

SE S  K nE nK

2) Jika varian populasi homogen73

XE  XK

thit =

S gab.

1 1  nE nK

dengan S2 =

nE

 1S E  n K  1S K nE  nK  2 2

Keterangan: XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen nK : Jumlah sampel kelompok kontrol SE2 : Varians kelompok eksperimen SK2 : Varians kelompok kontrol Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel b. Tolak Ho jika thitung > ttabel

F. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah: Ho

:

μE = μK

Ha

:

μE > μK

Keterangan: μE

= Nilai rata-rata hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen

μK

= Nilai rata-rata hasil belajar kimia siswa kelompok kontrol

72 73

Sudjana, Metode Statistik, …, h.240-241 Sudjana, Metode Statistik, …, h.239

2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian, setelah mengalami perlakuan terhadap masing-masing kelompok, dilakukan tes akhir (posttest). Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan, dan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas Eksperimen No.

Nama

Nilai Posttest

Kelas Kontrol Nama

Nilai Posttest

1.

Siswa 1

75,00

Siswa 1

65,38

2.

Siswa 2

84,61

Siswa 2

51,92

3.

Siswa 3

86,53

Siswa 3

42,30

4.

Siswa 4

82,69

Siswa 4

25,00

5.

Siswa 5

84,61

Siswa 5

63,46

6.

Siswa 6

86,53

Siswa 6

65,38

7.

Siswa 7

56,00

Siswa 7

71,15

8.

Siswa 8

90,00

Siswa 8

76,92

9.

Siswa 9

84,61

Siswa 9

80,76

10.

Siswa 10

78,84

Siswa 10

65,38

11.

Siswa 11

69,23

Siswa 11

55,76

12.

Siswa 12

67,30

Siswa 12

69,23

13.

Siswa 13

86,53

Siswa 13

51,92

14.

Siswa 14

76,92

Siswa 14

53,84

15.

Siswa 15

59,61

Siswa 15

63,46

16.

Siswa 16

80,76

Siswa 16

73,07

17.

Siswa 17

75,00

Siswa 17

76,92

18.

Siswa 18

76,92

Siswa 18

55,76

19.

Siswa 19

76,92

Siswa 19

82,69

20.

Siswa 20

75,00

Siswa 20

75,00

21.

Siswa 21

71,15

Siswa 21

69,23

-

Siswa 22

69,23

22.

Rata-rata

77,67

64,32

Tabel 4.2 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. Data 1. N 2. Rata-rata 3. SD

Kelompok Eksperimen 21 77,67 9,22

Kelompok Kontrol 22 64,32 12,6

Berdasarkan hasil tes akhir (posttest) pengolahan data penelitian mengenai hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi untuk kelas eksperimen (n=21) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 77,67, dengan nilai tertinggi 90,00, nilai terendah 56,00 dan standar deviasi 9,22 (lampiran 6). Sedangkan untuk kelas kontrol (n=22) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 64,32, dengan nilai tertinggi 82,69, nilai terendah 25,00 dan standar deviasi 12,6 (lampiran 7). Dalam tes akhir (posttest) ini didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.

B. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk melihat adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan pengujian persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik, sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut: Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal Hasil uji normalitas skor posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No.

Statistik

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

1.

N

21

22

2.

X

77,67

64,32

3.

SD

9,22

12,6

4.

Lhitung

0,1208

0,0721

5.

Ltabel

0,190

0,190

Lhitung < Ltabel

Lhitung < Ltabel

Berdistribusi normal

Berdistribusi normal

Kesimpulan

Berdasarkan data tabel 4,2 didapat Lhitung skor posttest siswa kelompok eksperimen adalah sebesar 0,1208 dan Ltabel (n=21) adalah sebesar

0,190

menunjukkan

bahwa

data

kelompok

eksperimen

berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,1208 < 0,190). Sedangkan untuk kelompok kontrol didapatkan Lhitung sebesar 0,0721 dan Ltabel (n=22) adalah sebesar 0,190 menunjukkan bahwa data kelompok kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,0721 < 0,190). Dengan demikian, kedua sampel penelitian pada skor posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol diterima, yang artinya data berdistribusi

normal. Hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 8.

2. Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data tersebut adalah homogen Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data tersebut adalah tidak homogen Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Statistik S12 (kontrol)

159,6

S22 (eksperimen)

84,9

Fhitung

1,88

Ftabel

2,08

Kesimpulan

Fhitung < Ftabel (varians kedua kelompok homogen)

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan Fhitung sebesar 1,88 dengan n = 43 pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 2,08. Maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen, karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,88 < 2,08). Hasil perhitungan uji homogenitas skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 9.

C. Pengujian Hipotesis Pengolahan data selanjutnya adalah uji t, yaitu pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang menunjukkan hasil kedua sampel penelitian adalah berdistribusi normal dan bersifat homogen. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test) untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut: thitung < ttabel maka Ho diterima thitung > ttabel maka Ho ditolak Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Uji t Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Variabel

Jumlah sampel

Hasil Belajar

Neksperimen = 21

Kimia Siswa

Nkontrol

= 22

Thitung

Ttabel

Kesimpulan Data

3,94

0,99

Menerima Ha

Berdasarkan data tabel 4.4 diperoleh thitung = 3,94 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 21+22–2 = 41), maka diperoleh ttabel sebesar 0,99. Maka thitung > ttabel (3,94 > 0,99) adalah menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Hasil perhitungan uji hipotesis dapat disajikan dalam lampiran 10.

D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata posttest hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen sebesar 77,67 dan rata-rata posttest hasil belajar kimia siswa kelompok kontrol sebesar 64,32. Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan menggunakan uji t diperoleh hasil thitung = 3,94, sedangkan nilai ttabel = 0,99.

maka diperoleh hasil thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan penerapan pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konsep yang diterapkan di kelas XI IPA 2 SMAN 3 Tangerang Selatan pada konsep laju reaksi menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu mempengaruhi hasil belajar kimia siswa. Dalam melihat pengaruh hasil belajar siswa terhadap konsep-konsep sains maka penyajian materi ajar sains oleh guru di sekolah hendaknya dapat mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan materi yang akan diajarkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran kimia adalah pembelajaran dengan pendekatan konsep. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaanpertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.74 Bruner menyarankan agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan

74

Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 71

eksperimen-eksperimen

yang

memberikan

kesempatan

siswa

untuk

menemukan prinsip-prinsip sendiri. Dalam pelaksanaan program pembelajaran, siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan selama proses pembelajaran siswa diberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS ini tidak hanya berisi latihan soal, melainkan disusun secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami konsep secara mandiri dan dapat menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS yang bertujuan untuk melatih kemampuan berpikir siswa dan menambah pemahaman serta penguasaan siswa terhadap suatu konsep. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Melanie menyatakan bahwa belajar dari berbagai sumber memperkaya pengetahuan, menambah pemahaman serta penguasaan siswa terhadap suatu konsep.75 Siswa mempelajari LKS secara berkelompok dan dengan bimbingan guru siswa turut serta menemukan konsep. Pembelajaran dengan pendekatan konsep memiliki hasil belajar yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan dalam belajar siswa berdiskusi kelompok. Guru melatih siswa untuk bekerja sama dan belajar bersama dalam kelompok, hal ini bertujuan supaya siswa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman, dan berbagi ilmu pengetahuan dengan temannya, karena dalam tahap ini seluruh anggota kelompok dituntut untuk memahami materi sehingga dapat menjawab soal-soal yang diberikan. Oleh karena itu, bagi siswa yang paham tentang materi, diarahkan untuk mengajarkan siswa yang kurang paham tentang materi yang dipelajari. Dalam berdiskusi kelompok, selain siswa saling membantu dalam memahami materi pembelajaran, siswa juga dapat memanfaatkan fungsi kelompok dalam kegiatan belajar untuk saling belajar, berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan jawaban serta siswa juga dapat meningkatkan keterampilan sosial mereka. Interaksi yang baik akan berpengaruh terhadap

pemahaman individu mereka tentang konsep

pembelajaran. 75

Melanie D. Murmanto, Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui Pembelajaran Partisipatif (Sebuah Alternatif Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar), Jurnal Pendidikan Penabur No. 08/Th.VI/Juni 2007, h. 70

Selain berdiskusi kelompok siswa juga diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Siswa pada masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, mengemukakan berbagai macam alasan yang mendukung hasil diskusi mereka dan membahas topik untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh gurunya dalam LKS. Kemudian siswa pada masing-masing kelompok menuliskan jawaban soalsoal yang terdapat pada LKS di papan tulis dan menjelaskan langkah-langkah pengerjaannya pada siswa yang lain. Jika masih ada siswa yang belum mengerti selama pembelajaran berlangsung, siswa yang lain diminta untuk membantunya, sedangkan guru hanya membantu ketika tidak ada siswa lain yang dapat meneruskannya. Hal ini bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara kompleks, dimana guru menyampaikan penjelasan secara singkat tentang teori dan konsep serta mengoreksi jika terdapat kesalahpahaman siswa. Dalam penelitian ini, pada pembelajaran dengan pendekatan konsep guru menggunakan metode eksperimen yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik sehingga siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh konsep yang sedang dipelajarinya sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Kegiatan eksperimen sangat diperlukan dalam pembelajaran kimia karena dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang dipelajari maupun meningkatkan proses kegiatan pembelajaran. Penggunaan alat eksperimen dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang dipelajari agar siswa behadapan dengan konsep nyata bukan hanya sekedar teori.76 Sedangkan pada kelas kontrol, guru lebih menekankan pada upaya bagaimana siswa dapat menguasai konsep yang dipelajari. Penyampaian materi yang hanya menggunakan metode demonstrasi dan dipadukan dengan sistem ceramah membuat siswa menjadi kurang tertarik dan tidak terfokus 76

Wasis Sucipto, Eksperimentasi Pembelajaran Konsep Kalor Menggunakan Peralatan Sederhana, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 3. No. 2. Juli 2005. h. 103

perhatiannya. Mereka tidak terlalu fokus pada apa yang disampaikan oleh guru. Siswa hanya memperoleh informasi berdasarkan penjelasan guru, guru lebih berperan sebagai instruktur yang melakukan proses pembelajaran daripada sebagai fasilitator. Siswa cenderung pasif dan tidak memperoleh pengalamannya sendiri. Hal tersebut berakibat pada pemahaman konsep yang didapat. Konsep yang disampaikan oleh guru yang kurang maksimal mengakibatkan tahap diskusi kurang berjalan maksimal. Banyak siswa yang masih belum paham tentang konsep yang telah disampaikan, hanya terdapat satu atau dua siswa saja yang paham dari tiap kelompok dan mereka hanya fokus mengerjakan LKS bukan menjelaskan pada anggota lainnya yang belum mengerti tentang konsep yang sedang dipelajarinya. Dari tahap-tahap yang telah dilakukan pada pembelajaran dengan pendekatan konsep, siswa dilatih untuk aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, dan aktif dalam mengungkapkan suatu ide, sehingga tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang diam saja. Sedangkan guru hanya membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswa berjalan lancar. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep adalah pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat berpikir sehingga memahami konsep pelajaran, bukan sekedar menerima, mendengar, dan mengingat. Pada pembelajaran dengan pendekatan konsep, siswa dituntut terlibat aktif dalam proses belajar dan mengajar dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, dan kesimpulan tentang konsep yang sedang dipelajari. Guru di sini tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimiliki guru melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Di dalam kelas, guru menciptakan persoalan, membimbing siswa dan membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya. Guru sebagai seorang fasilitator harus mampu untuk menggabungkan semua unsur pembelajaran agar siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Dari data dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode yang sesuai dengan pendekatan konsep telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hal ini membuktikan bahwa kesesuaian antara metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan karakteristik belajar siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil posttest kelas kontrol, yaitu 77,67 untuk kelas eksperimen dan 64,32 untuk kelas kontrol dan pada uji hipotesis dengan menggunakan uji “t” didapat nilai thitung sebesar 3,94, sehingga nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel yaitu sebesar 0,99. Maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah: 1. Guru

diharapkan

mempunyai

kemampuan

dalam

memilih

model/metode/pendekatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Guru hendaknya menggunakan pendekatan konsep sebagai salah satu pendekatan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena pendekatan konsep berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. 3. Guru hendaknya lebih memahami dan mengenal siswa secara mendalam, sehingga dapat menggunakan pendekatan konsep ini lebih efektif. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan pendekatan konsep dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada materi pelajaran kimia pada konsep yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, (Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 205 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta _________________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka cipta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Herlanti, Yanti. 2006. Science Education Research. Bogor Makmun, Syamsudin. 2003. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya. Malik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara Mulyasa, E. 2005. Implementasi 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya _________. 2003. Rosdakarya

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Murmanto, M D. Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui Pembelajaran Partisipatif (Sebuah Alternatif Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar), Jurnal Pendidikan Penabur No. 08/Th.VI/Juni 2007. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Selamat, N. I. Pengembangan Pembelajaran Kooperatif melalui Metode Bermain untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep-konsep Kimia SMU, jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI, April 2003, h. 36. Sofyan, Ahmad, Tonih feronika, dan Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta press Sucipto, Wasis. Eksperimentasi Pembelajaran Konsep Kalor Menggunakan Peralatan Sederhana, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 3. No. 2. Juli 2005. h. 103 Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D Bandung: Alfabeta Sumarno, Joko. Optimalisasi Hasil Belajar Matematika Melalui Permainan “Ludo” Bagi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Bobotsari pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006, Widya Tama Vol. 3 No. 2, Juni 2006. h. 4 Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Surabaya: Pustaka Pelajar Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada _____________. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka _______.

2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group

Wadjdi, Faried, Pengaruh Pemberian Bahan Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Matakuliah Rangkaian Dasar Listrik (Jurnal No. 5/VIII/Teknodik/Desember/2004). Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN