REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH ... - Library UM

23 downloads 3781 Views 2MB Size Report
8 Jun 2011 ... DI SEKOLAH DASAR. Prof. Dr. Sa'dun Akbar, M.Pd. Pidato Pengukuhan Guru Besar alam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar.
REVITALISASI PENDI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam alam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar Disampaikan Pada Sidang Terbuka Senat Universitas Malang Tanggal 8 Juni 2011

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS MALANG (UM) JUNI 2011

Muliakan anakanak-anakmu dan didiklah mereka dengan adab/budi adab/budi pekerti yang baik (HR.Ibnu (HR.Ibnu Majjah) Majjah)

Tanah yang baik tanamantanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur tanaman--tanamannya hanya tumbbuh merana, tanaman tanda--tanda demikianlah kami mengulangi tanda orang--orang kebesaran kami (Allah) bagi orang (Al--A’rof 58). yang bersyukur (Al

Berbuat baik adalah sebuah kesempatan sekaligus Rizki, Rizki, ambillah kesempatan dan rizki itu sebelum diambil oleh orang lain agar menjadi milik dan lading amal Anda, Anda, sehingga Anda bis bisa menikmatinya dunia akherat.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

1

REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yth. Rektor selaku Ketua Senat Universitas Malang Yth. Ketua dan Anggota Komisi Guru Besar Universitas Malang Yth. Para Rektor Universitas di Malang Yth. Para Anggota Senat, Pejabat Struktural, Dosen, Tenaga Administrasi, dan Mahasiswa Universitas Malang Yth. Keluarga Besar kami dari Pati dan Kroya-Cilacap Jawa Tengah dan para hadirin yang mulia. Sebagai muqoddimah pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya memanjatkan puji syukur kehadlirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufieq, dan hidayah-Nya pidato pengukuhan ini dapat dilaksanakan pada hari ini. Hadirin Yang Mulia, Secara umum, persoalan pendidikan karakter bukanlah merupakan masalah baru. Istilah “pendidikan karakter”, sesungguhnya, sudah lahir bersamaan dengan kelahiran istilah “pendidikan”, sebab pendidikan itu sendiri pada dasarnya adalah untuk mengembangkan karakter baik. Secara khusus, pada sistem pendidikan di negeri ini pernah (bahkan hingga sekarang sebagian masih) terdapat mata pelajaran dengan nama-nama: Budi Pekerti, Aqidah Akhlaq, Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila/P4, Pendidikan Adab dan lainnya, itu semua tidak lain adalah dalam rangka pendidikan karakter. Untuk itu, judul pidato pengukuhan guru besar ini diberi judul: “Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar” Konsep revitalisasi pendidikan karakter dalam tulisan ini saya definisikan sebagai upaya, proses, cara-cara, atau perbuatan menghidupkan dan memperkuat kembali praktik pendidikan secara umum, dan khususnya yang terjadi di sekolah dasar dalam rangka menjadikan peserta didik berkarakter baik. Untuk menghidupkan dan memperkuat kembali pendidikan karakter di sekolah dasar, saya memandang perlu menyajikan: (1) pentingnya pendidikan karakter; (2) persoalan dehumanisasi; (3) masalah malpraktik pendidikan; (4) masalah pendidikan karakter di sekolah dasar, dan (5) gagasan-gagasan revitalisasi pendidikan karakter di SD. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Manusia Hadirin yang Mulia, Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan belum selesai (belum jadi), manusia merupakan ciptaan yang serba mungkin, dan belum terspesialisasi. Manusia, walaupun sering dinyatakan sebagai ciptaan yang paling sempurna di antara ciptaan yang lain, belum tentu dalam proses perkembangannya bisa menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

2

yang ketika dilahirkan berujud manusia (yang tampaknya baik) bisa saja dalam proses perkembangannya menjadi manusia yang kurang manusiawi (sangat jahat). Hal ini berbeda dengan hewan, Hewan diciptakan oleh Allah dalam keadaan sudah selesai, sudah jadi, cepat mandiri, dan sudah terspesialisasi. Hewan kambing misalnya, sudah terspesialisasi sejak dilahirkan; tampak dari mereka makan dengan makanan yang khusus—paling-paling dedaunan, rumput-rumputan, dan tanam-tanaman saja. Berbeda dengan manusia, meskipun ketika dilahirkan mereka minum susu, makan bubur dan buah, bisa saja dalam proses perkembangannya mereka menjadi pemakan nasi, buah-buahan, pasir, batu, uang, bahkan makan temannya sendiri. Untuk itu, dalam proses perkembangannya dan dalam sepanjang hidupnya, manusia masih memerlukan bantuan secara terus-menerus melalui pendidikan. Pendidikan hadir tidak lain adalah dalam kerangka memberikan bantuan kepada manusia agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang mempunyai sifat manusiawi, dan berkarakter baik. Pendidikan karakter bukanlah merupakan hal baru karena setiap upaya pendidikan sebenarnya adalah dalam rangka membangun karakter. Persoalannya adalah: “Mengapa akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi program strategis Kementrian Pendidikan Nasional? Ada masalah apa dengan praktik pendidikan karakter dalam dunia pendidikan kita dewasa ini? Jika memang banyak masalah dalam praktik pendidikan karakter, lantas bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan oleh dunia pendidikan dalam rangka revitalisasi sehingga dapat memecahkan masalah-masalah pendidikan karakter? Sesuai dengan bidang keilmuan guru besar saya, maka dalam pidato ini cenderung difokuskan pada persoalan-persoalan pendidikan karakter di sekolah dasar dan gagasan revitalisasinya. Masalah Dehumanisasi Manusia Hadirin yang mulia, Manusia seharusnya bersifat human (humanis). Seorang manusia seharusnya bersifat manusiawi. Gejala yang tampak dalam kehidupan sehari-hari adalah terjadinya kecenderungan semakin terkikisnya sifat-sifat kemanusiawian manusia, yakni terjadi proses dehumanisasi yang demikian pesat dewasa ini. Berikut dikemukanan lima macam dehumanitas Pertama, banyak manusia yang semakin jauh dengan Tuhannya. Gejala semakin jauhnya manusia dengan Tuhannya ini tampak dari semakin banyaknya manusia yang kurang patuh pada Ajaran Tuhan. Kemaksiyatan yang dilakukan manusia semakin subur terjadi di mana-mana. Manusia sebagai ciptaan Tuhan seharusnya mengabdikan diri dengan patuh dan taat pada ajaran-ajaran-Nya; Manusia seharusnya terus berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, menyatu dengan Tuhan, merasakan dekat dengan Tuhan. Dalam budaya jawa ada ungkapan (manunggaling kawulo gusti). Kecenderungan yang terjadi adalah semakin banyaknya gejala yang menunjukkan hubungan manusia dengan Tuhan semakin jauh, kurang harmonis, sehingga banyak orang yang kurang baik perilakunya menurut ukuran agama-agama. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

3

Kedua, banyak manusia yang semakin jauh dengan manusia lain. Mereka kurang peka dan peduli pada penderitaan orang lain; merasa orang lain sebagai ancaman dirinya; saling bermusuhan antara yang satu dengan yang lain; merasa benar sendiri; kurang saling percaya; penghargaan pada orang lain rendah; sikap dan perilaku yang sangat individualistik; Seharusnya antara manusia yang satu dengan yang lain sangat dekat dan menyatu. Begitu banyak manusia yang dalam hubungannya dengan manusia lain tampak buruk, padahal sesungguhnya mereka adalah makhluk sosial, manusia adalah ummat yang satu. Ketiga, banyak manusia yang merasa jauh dengan lingkungan alam tempat hidupnya. Perusakan lingkungan alam terjadi di mana-mana. Exploitasi terhadap alam dilakukan secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan upaya konservasi secara memadai. Penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, pemusnahan makhluk hidup terus berlangsung, yang mengakibatkan keseimbangan alam menjadi terganggu, bencana alam terjadi di banyak tempat, dan pemanasan global semakin menjadi-jadi. Karakter manusia dalam hubungannya dengan lingkungan alamnya tampak semakin memburuk. Keempat, banyak di antara manusia yang jauh dengan dirinya sendiri. Banyak di antara manusia yang kurang mampu mengenali potensi dirinya sendiri, tidak tahu diri, kurang percaya diri, bahkan menganiaya diri sendiri. Perilaku mereka banyak ditentukan oleh kekuatan eksternal dirinya. Mereka seakan-akan seperti orang yang tidak mempunyai keyakinan dan harga diri. Banyak orang yang tahu kebaikan, tetapi mereka tidak mau melakukan kebaikan yang mereka ketahui. Banyak orang yang baru mau bergerak kalau digerakkan orang lain, mereka baru mau bekerja kalau disuruh, pergerakan mereka seperti robot. Banyaknya manusia yang perilakunya seperti robot tersebut adalah bukti terjadi dehumanisasi manusia. Karakter manusia dalam hubungannya dengan dirinya sendiri tampak buruk. Kelima, banyak di antara manusia Indonesia yang perilakunya menyimpang dari nilai-nilai Pancasila. Mereka banyak melakukan pelanggaran hokum, baik hukum agama-agama maupun hukum positif yang berlaku di negeri ini. Banyak di antara mereka yang kurang berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadap berbagai persoalan bangsa dan negaranya. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan demokrasi, dan keadilan sosial kurang tumbuh subur pada diri warga bangsa Indonesia ini. Karakter sebagian manusia Indonesia dalam relasi dengan bangsa dan negaranya semakin buruk. Masalah Mal-Praktik Pendidikan Hadirin yang Mulia, Saya memandang, ada beberapa masalah dalam praktik pendidikan dewasa ini, dunia pendidikan kurang mampu mengembangkan kepribadian peserta didiknya secara utuh sehingga kurang optimal menumbuhkan karakter baik. Di antara masalah dalam praktik pendidikan dewasa ini diuraikan sebagai berikut: Pertama, persoalan orientasi taksonomik. Berpuluh-puluh tahun praktik pendidikan kita telah berkiblat pada taksonomi Bloom yang memilah-milah ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor. Kalaulah taksonomi Bloom tersebut benar, dalam praktiknya cenderung terpleset pada Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

4

pengembangan aspek kognitif. Praktik pendidikan terlalu overkognitif. Bahkan, beberapa mata pelajaran yang pada awalnya diniatkan untuk memperkuat pendidikan karakter, misalnya Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan juga cenderung overcognitif. Upaya-upaya pengembangan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum yang berlaku di negeri ini terus dilakukan. Arah kecenderungan pengembangan kurikulum dari behaviorisme (Kurikulum 1975), ke arah kognitivisme (Kurikulum 1980-1990-an), dan menjadi konstruktivisme (Kurikulum 2000-an) dalam praktiknya juga masih saja cenderung overcognitive bahkan overbehavioristic (Akbar, 2011). Itu pun masih ditambah dengan adanya kebijakan-kebijakan dibidang pendidikan yang selegenje dengan tuntutan kurikulum, misalnya adanya ujian nasional yang cenderung kognitif yang hasilnya dijadikan penentu nasib peserta didik. Kebijakan yang selegenje itu diberlakukan di tengahtengah berlakunya kurikulum yang berorientasi pada kompetensi. Ujian nasional bisa saja menjadi sebuah kebijakan yang baik jika hasilnya tidak digunakan untuk menentukan nasib peserta didik, tetapi sekadar untuk mendiagnosis ketercapaian tujuan pembelajaran pada aspek kognisi pada mata pelajaran tertentu yang diujikan negara saja. Hadirin yang Mulia, Ada ranah yang terabaikan dalam taksonomi Bloom, yakni ranah konasi (willingness)—yakni kemauan yang tumbuh dari dalam diri peserta didik. Bloom melupakan ranah konasi ini. Oleh karena itu, wajar saja jika begitu banyak orang yang “mengetahui kebaikan”, tetapi “tidak mau melakukan kebaikan yang mereka ketahui itu”. Kemauannya kurang terbangun dalam proses pendidikan yang mereka alami. Dengan praktik pendidikan yang cenderung overcognitive itu, maka menjadikan dunia pendidikan kita lebih bermodus “memiliki” dari pada bermodus “menjadi”. Padahal, seharusnya pendidikan itu lebih bermodus “menjadi” dari pada sekadar “memiliki”. Ketika pendidikan bermodus “memiliki” maka seluruh energy pendidikan diarahkan pada “agar siswa memiliki pengetahuan yang banyak”. Pengetahuan yang berasal dari guru, buku-buku pelajaran, dan sumber lainnya dipindah ke peserta didik agar mereka memiliki pengetahuan yang banyak. Persoalannya adalah “milik” itu bisa hilang, seperti kita memiliki uang bisa hilang dan lepas dari diri kita. Pengetahuan yang memenuhi kepala siswa-siswi kita bisa saja hilang tidak membekas. Hal ini berbeda jika kita menjadikan pendidikan lebih bermodus “menjadi”. Seluruh proses pendidikan diupayakan untuk menjadikan peserta didik menjadi dirinya sendiri. Apa yang dipelajari peserta didik menjadi bagian kepribadiannya. Proses pendidikan dilakukan dalam rangka menghadirkan nilai-nilai, internalisasi nilai, menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan dari berbagai dunia nilai sehingga teraktualisasi pada perilaku baik peserta didik. Kedua, masalah kurang adanya keseimbangan antara aspek “pikir” dengan “hati” dalam praktik pendidikan. Ada dua keberadaan yang sekaligus menjadi kekuatan yang luar biasa pada diri manusia, yaitu kekuatan pikiran dan kekuatan hati. Dalam praktik pendidikan yang terjadi dewasa ini cenderung lebih memperkuat (mempertajam) pikiran daripada hati. Pendidikan seharusnya mampu mencerdaskan pikiran dan mempertajam matahati sekaligus. Pikiran Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

5

manusia dapat diasah dan dipertajam atau dicerdaskan melalui berbagai macam ilmu pengetahuan empiric. Pikiranlah yang dapat menerima kebenaran ilmu pengetahuan yang cenderung bersifat rasional. Hati manusia dapat dipertajam atau diasah dengan agamaagama. Hatilah yang bisa menerima kehadiran Tuhan, hati pula yang bisa menerima ajaran agama-agama (baik yang rasional maupun nonrasional) pada diri seseorang. Oleh karena itu, untuk mempertajam matahati perlu dilakukan dengan sebanyak-banyak mengingat Tuhan (dzikrullah) dalam arti seluas-luasnya. Ketika pikiran dikendalikan oleh hati (agama) maka bisa dipastikan akan mampu melahirkan perilaku berakal (perilaku baik). Meskipun kata “akal” sering disatukan dengan “pikiran” menjadi “akal-pikiran”, sebenarnya antara akal dengan pikiran itu tidak sama, “akal” dengan “pikiran” merupakan dua konsep yang berbeda (Akbar, 2000). Manusia berakal adalah manusia yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah; manusia yang perilakunya sudah dipikirkan secara matang dan ditimbang dengan ajaran agama-agama. Pendidikan yang kurang memperhatikan keseimbangan antara pikiran dengan hati akan menghasilkan kepribadian yang tidak utuh dan potensial melahirkan karakter yang kurang baik. Ketiga, kurang adanya keseimbangan pengembangan antara Programmed Curriculum dengan Hidden Curriculum. Kurikulum adalah seluruh upaya satuan pendidikan untuk mempengaruhi belajar. Belajar terjadi kalau terjadi perubahan perilaku. Belajar bisa saja terjadi baik di ruang-ruang kelas, taman-taman bermain, atau di luar sekolah sekalipun. Kurikulum itu tidak sekadar program pendidikan yang direncanakan secara tertulis saja, kurikulum bisa juga berupa pengalaman-pengalaman belajar lain, meskipun tidak tertulis tetapi mampu mengembangkan/dan mengubah perilaku. Perubahan perilaku tidak sekadar dipicu oleh pembelajaran di kelas melalui berbagai mata pelajaran, tetapi dapat juga karena penataan fisik, penataan sosial, penataan psikologis melalui pembiasaan dan keteladanan yang terjadi dan dialami di sekolah. Keempat, masalah penghadiran dan internalisasi nilai-nilai melalui berbagai mata pelajaran. Disajikaannya berbagai mata pelajaran dalam praktik pendidikan tidak lain adalah dalam kerangka untuk menghadirkan dan internalisasi nilai-nilai dari berbagai dunia nilai, yakni simbolik, empirik, estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik yang diwujudkan dalam berbagai mata pelajaran dalam rangka untuk mengembangkan perilaku (membangun karakter) peserta didik. Dalam praktiknya, banyak pengembang dan praktisi pendidikan yang kurang menyadari persoalan ini sehingga praktik pendidikan dan pembelajaran cenderung kurang berbasis pada nilai-nilai yang terkandung pada berbagai mata pelajaran yang sajikan. Kelima, masalah kurang optimalnya praktik pendidikan dan pembelajaran untuk pengembangan kepribadian. Di sekolah-sekolah kita disajikan matapelajaran-mata pelajaran seperti: Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila (PPKn), Budi Pekerti, Akhlaq, Pendidikan Adab, dan sejenisnya. Namun, dalam praktiknya cenderung terpeleset pada mementingkan aspek kognisi (overcognitive), terlalu berat pada upaya mempertajam daya pikir daripada Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

6

mempertajam matahati dan agak mengabaikan afeksi dan konasi. Praktik pendidikan kita kurang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam pendidikan karakter. Pendidikan Karakter Hadirin yang mulia, Mengacu kepada persoalan-persoalan pentingnya pendidikan karakter, terjadinya dehumanisasi manusia, dan mal-praktik dunia pendidikan di atas maka revitasasi pendidikan karakter mendesak untuk dilakukan. Lantas, apa tujuan, landasan, dan seperti apa paradigma pendidikan karakter itu? Sebagaimana tujuan dan landasan pendidikan karakter seperti yang pernah saya tulis dalam Naskah Akademik (untuk bahan) pengembangan Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar yang dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Dasar (1911) maka tujuan dan landasan pendidikan karakter adalah sebagai berikut: Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter yang dimaksud dalam pidato ini adalah upaya fasilitasi yang dilakukan oleh (pendidik, tenaga kependidikan, dan komunitas) di sekolah dasar untuk menjadikan peserta didik berkarakter baik. Karakter baik saya definisikan sebagai “hidup dengan benar dalam hubungan seseorang dengan Tuhannya, sesama manusia, alam lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, serta dengan diri sendiri. Munir (2010) menyebutnya pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan karakter positif (memperkuat karakter baik dan memperlemah karakter buruk). Q-Anees (2008) menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan insan kamil. Pendidikan karakter yang dibangun dalam pendidikan dapat mengacu pada Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan bersumber dari sejumlah nilai, moral, dan norma, yang diyakini kebenarannya yang terwujud dalam hubungan-hubungan yang membangun interaksi antara manusia dengan tuhannya, sesama manusia, lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, dan dengan dirinya sendiri. Hubungan-hubungan itulah yang menimbulkan penilaian baik-buruknya karakter seseorang. Pendidikan karakter sering juga disebut dengan pendidikan nilai karena karakter adalah value in action nilai yang diwujudkan dalam tindakan (Lickona,1991). Karakter juga sering disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan (perilaku). Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

7

proses menginternalisasikan, menghadirkan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri peserta didik. Dengan internalisasi nilai-nilai kebajikan pada diri peserta didik di atas, diharapkan dapat mewujudkan perilaku baik. Dalam proses menghadirkan (internalisasi) nilai-nilai pada diri peserta didik, Ki Hajar Dewantoro (1962) menekankan pentingnya prinsip: (1) Ngerti, Ngroso, lan Nglakoni; (2) Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, Lickhona (1991) menyebutnya sebagai unsur-unsur karakter yang mencakup moral knowing, moral feeling, dan moral action. Sementara itu, Abdullah Gymnastiar (Akbar, 2000, Akbar, 2007) sering mengungkapkan dengan keseimbangan fikir, dzikir, dan ikhtiar. Prinsip-prinsip dan unsur-unsur karakter tersebut hendaknya diimplementasikan dalam praktik pendidikan karakter.

Landasan Pendidikan Karakter Pertama, landasan filsafat manusia. Secara filosofis, manusia diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan “belum selesai”, mereka dilahirkan dalam keadaan belum jadi. Manusia yang ketika dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu dalam proses perkembangannya menjadi manusia yang sesungguhnya. Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya anak-anak manusia itu memerlukan bantuan. Upaya membantu manusia untuk menjadikan manusia yang sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Berbeda dengan hewan, anak-anak hewan hanya memerlukan bantuan yang sedikit saja dalam hidupnya dari masyarakat hewan, anak-anak hewan akan cepat mandiri. Hewan adalah ciptaan yang sudah selesai, sudah jadi, dan sudah terspesialisasi. Mereka dilahirkan dalam wujud hewan dan dalam proses perkembangannya akan tetap menjadi hewan yang sesungguhnya dan berkarakter sebagai hewan.

Berbeda sekali dengan hewan, manusia yang ketika masih usia kanak-kanak terlihat berkarakter baik—bisa saja kalau terjadi salah didik bisa menjadi manusia yang sangat buruk karakternya, sifat-sifat kemanusiawiannya bisa terkikis dan tidak pantas disebut sebagai manusia yang dikaruniai akal, mendapat julukan sebagai makhluk yang paling mulia, yang bermartabat dan beradab. Dalam proses perkembangannya karakter manusia bisa menjadi lebih buruk dari pada hewan. Untuk itu, pendidikan karakter sangat diperlukan bagi manusia dalam sepanjang hidupnya agar mereka dapat menjadi manusia yang berkarakter baik. Kedua, dari sisi landasan filsafat Pancasila, manusia Indonesia yang ideal adalah yang Pancasilais menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Nilai-nilai Pancasila itulah yang seharusnya menjadi core value dalam pendidikan karakter di negeri ini. Ketiga, landasan filsafat pendidikan umum yang menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan kepribadian utuh dan warga negara yang baik. Seseorang yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya nilai-nilai dari berbagai dunia makna (nilai), yakni: simbolik, empirik, estetik, etik, sinoptik, dan sinnoetik. Dengan nilainilai tersebut menjadikan seseorang berkarakter baik. Nilai simbolik ada dalam bahasa, ritual-ritual keagamaan, dan matematika. Nilai empirik ada pada berbagai macam disiplin ilmu empirik Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

8

diantaranya IPA dan IPS. Nilai Etik berupa pilihan-pilihan perilaku moral, nilai-nilai etik ini dikembangkan melalui pendidikan: moral, budi pekerti, adab, dan akhlak. Nilai estetik ada pada kesenian: seni tari, lukis, drama, dan lain-lain. Nilai sinnoetik adalah nilai yang bersifat personal yang hadir dari pengalaman-pengalaman personal yang bersifat relasional—antar seseorang dengan penciptanya, pengalaman hidup yang unik dan sangat mengesankan yang mampu mengubah perilaku. Nilai sinoptik— di dalamnya terangkum nilai-nilai simbolik, estetik, etik, dan sinnoetik, nilai-nilai tersebut hadir dalam pendidikan agama, sejarah, dan filsafat. Karena pendidikan karakter pada dasarnya adalah proses internalisasi nilai dari berbagai dunia nilai di atas, maka pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan di satuan-satuan pendidikan. Keempat, landasan religius, manusia pada dasarnya adalah ciptaan Tuhan. Dalam agamaagama dan sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia, manusia baik adalah manusia yang (1) secara jasmani dan rokhani sehat dan bisa melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang

dikaitkan dengan peribadatannya kepada Tuhan; (2) bertaqwa dengan menghambakan diri (mengabdikan dan melayani) kemauan Tuhannya, mereka sebagai abdi Tuhan yang patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran-Nya; (3) menjadi pemimpin dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya yang dapat dipercaya atas dasar jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet, dan bertanggung jawab, (4) manusiawi dalam arti besifat/berkarakter sebagai manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih terhadap sesama, kepedulian yang tinggi terhadap penderitaan orang lain, berlaku baik terhadap sesama manusia, dan bermartabat. Untuk itu pendidikan karakter perlu mengembangkan karakter manusia agar menjadi manusia yang perilaku hidupnya sehat, patuh terhadap ajaran-ajaran Tuhan (taqwa) dan patuh pada peraturan-peraturan dalam hidup berbangsa dan bernegara (good citizen), dan mempunyai sifat-sifat manusiawi (empatik, simpatik, perhatian, peduli, membantu, menghargai, dll). Kelima, landasan sosiologis. Secara sosiologis, manusia Indonesia hidup di tengah-tengah masyarakat dan bangsa-bangsa yang sangat heterogen dan terus berkembang. Mereka berada di tengah-tengah masyarat yang berasal dari suku, etnis, agama, golongan, status sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Di samping itu, bangsa Indonesia juga hidup berdampingan dan melakukan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, upaya mengembangkan karakter yang saling menghargai dan toleran pada bermacam-macam tatanan kehidupan dan aneka ragam perbedaan itu menjadi sangat mendasar. Keenam, landasan psikologis. Dari sisi psikologis, menurut Supriatna, (dalam Kemendiknas, 2010) karakter dapat dideskripsikan dari dimensi-dimensi intrapersonal, interpersonal, dan interaktif. Dimensi intrapersonal terfokus pada kemampuan atau upaya manusia untuk memahami dirinya sendiri. Esensi dari dimensi intrapersonal adalah kemampuan yang bersifat reflektif dan retrospektif dari manusia yang diarahkan pada dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa—yang tercakup di dalamnya adalah kesadaran diri, peninjauan diri, penghargaan diri, dan adaptasi diri. Dimensi interpersonal secara umum dibangun atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan; sedangkan secara khusus, merupakan kemampuan mengenali perbedaan dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Dalam bentuk yang lebih maju, dengan dimensi interpersonal ini memungkinkan orang dewasa mampu membaca kehendak dan keinginan orang Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

9

lain, bahkan ketika keinginan itu disembunyikan. Dengan pengembangan kecakapan interpersonal dapat menjadikan seseorang mampu memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk memahami orang lain diperlukan karakter empati, hormat, ramah, dan membimbing. Dimensi interaktif adalah kemampuan manusia berinteraksi sosial dengan sesama secara bermakna. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dengan lingkungan alamiah atau fisik dan dengan lingkungan sosial. Melalui lingkungan sosial itulah manusia belajar, yang merupakan aktivitas khas manusiawi, yang berbeda dari makhluk lainnya. Belajar membangkitkan berbagai proses perkembangan internal yang mampu beroperasi hanya ketika seseorang berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya dan dengan teman-temannya. Kemampuan berinteraksi sosial secara bermakna diperlukan karakter humor, toleransi, dan mengatasi konflik.

Dari segi psikologi perkembangan, terdapat tahapan-tahapan dalam perkembangan manusia. Perkembangan manusia tercermin dari karakteristik masing-masing dalam setiap tahap perkembangan. Usia anak-anak berbeda karakteristiknya dengan usia remaja, pemuda, dan usia tua. Di antara mereka perlu saling memahami dan menghargai sesamanya yang tingkat perkembangannya berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan karakter yang terkait dengan kesopanan, kesantunan, penghargaan, dan kepedulian. Jadi, dilihat dari sisi filosofis, sosiologis, dan psikologis, maka pendidikan karakter bangsa adalah menjadi sebuah keharusan bagi bangsa Indonesia; di samping untuk memperbaiki karakter bangsa yang semakin terpuruk dewasa ini, juga mengembangkan karakter bangsa Indonesia untuk masa depan yang lebih baik. Ketujuh, landasan teoretik pendidikan karakter Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk pengembangan karakter: (1) teori-teori yang berorientasi behavoristik yang menyatakan bahwa “perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan external, dimana perubahan perilaku tersebut bersifat mekanistik”. Teori ini dikenal juga sebagai teori Stimulus-Respon atau Teori Laboratorium yang sangat populer pada implementasi kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan dengan menggunakan Hewan sebagai objek ujicobanya. Pada tahun 1980-an tmbuh kesadaran baru, ternyata manusia itu tidak sama dengan hewan sehingga teori behavioristik dipandang kurang cocok untuk pendidikan karakter—karena menjadikan manusia seperti robot; (2) teori-teori yang berorientasi kognitivistik yang juga dikenal sebagai teori pemprosesan informasi, dengan prinsip input-proses-output. Teori ini menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti cara kerja komputer. Jika pikiran di-entry data-data (informasi) tentang kebaikan-kebaikan, maka di yakini akan dapat mewujudkan perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang mengetahui kebaikan-kebaikan tetapi begitu banyak diantara mereka yang mengetahui kebaikan itu perilakunya tidak selalu baik. Untuk itu, di awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa teori-teori kognitivistik (pemrosesan informasi) kurang begitu cocok untuk pendidikan karakter; (3). teori-teori yang berorientasi komprehenship (misalnya teori konstruktivistik, teori holistik—diantaranya teori medan, teori motivasi, dan teori konteks sosial) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat ditentukan baik oleh kekuatan internal maupun eksternal. Saya berpendapat, dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan kognitivistik, untuk keperluan pendidikan karakter dipandang lebih tepat jika menggunakan teori-teori yang berorientasi pada komprehenship (holistik) yang mengimplementasikan secara seimbang antara Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 10 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

kekuatan internal dan eksternal, antara kekuatan skemata dengan lingkungan, antara kekuatan pikiran dengan hati, dan antara (ngerti, ngroso, nglakoni; atau moral knowing, moral feeling, dan moral action; atau antara fikir, dzikir, dan ikhtiar). Secara metodologis (misalnya persoalan: perumusan tujuan, pilihan sumber dan media pembelajaran, penciptaan situasi/kultur pembelajaran, pilihan model-model pembelajaran, evaluasi dan penilaian pendidikan, hendaknya juga menyesuaikan dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan untuk memandu praktik pendidikan karakter.

Paradigma Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Mengacu kepada tujuan pendidikan dan landasan-landasan pendidikan karakter di atas maka disusunlah paradigma pendidikan karakter sebagai berikut:

TUHAN Y M E Nilai-Empirik Nila

NilaiNilai Simbolik

Nilai

Nilai Ngerti

DIRI SENDIRI

SESAMA

KARAKTER

NilaiNilai Estetik Nilai

Ngroso

Nglakoni

KEBANGSAAN

Nilai- Etik Nilai Nilai

LINGKUNGAN

Nilai NilaiSinnoetik Nilai dan Sinoptik

Gambar-1: Diagram Paradigma Pendidikan Karakter

Dari gambar-1 di atas dapat dideskripsikan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya proses menghadirkan nilai-nilai dari berbagai dunia nilai (simbolik, empirik, etik, estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik) pada diri peserta didik sehingga dengan nilai-nilai tersebut akan mengarahkan, mengendalikan, dan mengembangkan kepribadian secara utuh yang terwujud dengan ciri pribadi dengan karakter baik. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

11

Dalam prosesnya, pendidikan karakter hendaknya mampu: (1) mengembangkan unsur-unsur karakter Ngerti, Ngroso, Nglakoni dengan praktik pendidikan yang mementingkan tumbuhnya kesadaran diri (tidak mekanik); (2) menggunakan pendekatan komprehensif dan holistik, dengan prinsip-prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Pembelajaran nilai dalam rangka pendidikan karakter dapat terintegrasi melalui berbagai macam (dunia nilai/mata pelajaran) maupun melalui berbagai program dan kultur sekolah yang kondusif mampu menghadirkan (menginternalisasikan) nilai-nilai pada diri peserta didik.

Masalah Praktik Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Hadirin yang Mulia, Berdasarkan riset-riset yang saya lakukan (2002-2011) ditemukan masalah-masalah yang terkait dengan praktik pendidikan karakter di Sekolah Dasar: Pertama, pendidikan karakter di SD cenderung belum dibangun berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan nilai yang benar. Banyak SD di Jawa Timur, misalnya yang belum menjadikan nilai-nilai kehidupan yang hidup di lingkungan sekolah dasar yang melandasi pengembangan budi pekerti luhur menjadi core value dalam pendidikan karakter. Kedua, hampir di seluruh SD yang diteliti (Akbar, 2009) belum mempunyai grand desain pendidikan karakter di SD masing-masing. Misalnya, nilai-nilai inti belum dimasukkan dalam visi sekolah, kebijakan-kebijakan sekolah yang berpihak pada pendidikan karakter sangat minim, tata tertib sekolah cenderung disusun secara sepihak— oleh kepala sekolah/guru (kurang melibatkan siswa); visi-misi-tujuan pendidikan sekolah dasar belum secara explisit bermuatan nilai-nilai inti untuk pendidikan karakter; karakter siswa yang diharapkan sekolah juga kurang tampak pada profile lulusan yang diharapkan untuk masa depan; Visi dan misi sekolah (pendidikan karakter) juga cenderung kurang disosialisasikan pada seluruh warga sekolah, orang tua, dan komunitas sekitar sekolah; dan kurang terbangun komitmen bersama di antara mereka. Ketiga, pelaksanaan pendidikan nilai dan karakter di SD-SD Jawa Timur (Akbar, 2009) kurang mengembangkan dan peduli pada nilai-nilai kehidupan seperti kecintaan, penghargaan, kedamaian, kerjasama, kepatuhan, demokrasi dalam praktik pendidikan di SD. Memang tampak ada nilai-nilai tertentu yang dipraktikkan di SD misalnya kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab, akan tetapi dalam praktik pembelajarannya masih cenderung behavioristik dan kognitivistik sehingga kesadaran diri untuk

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

12

mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam praktik kehidupan sehari-hari di sekolah juga belum optimal. Keempat, visi, misi, dan tujuan pendidikan karakter di SD di Jawa Timur (Akbar, 2009) cenderung kurang tersosialisasikan ke seluruh warga SD (siswa, guru, staf administrasi, para penjual jajanan di sekitar sekolah, orang tua, dan komunitas), kurang adanya komitmen bersama di antara mereka untuk mewujudkannya secara bersama-sama. Kelima, berbagai tatanan yang diciptakan untuk pendidikan karakter di sekolah masih didominasi oleh guru dan kepala sekolah (dalam proses penyusunan tatanan tersebut cenderung belum melibatkan siswa dan orang tua siswa). Tata tertib siswa cenderung lebih menuntut kewajiban dan tanggung jawab siswa dari pada hak-hak siswa yang harus dipenuhi oleh sekolah; tata hubungan antara guru-siswa, guru-kepala sekolah, tata hubungan sosial antara orang tua dengan sekolah cenderung belum ada. Berbagai tatanan yang ada di sekolah dasar kurang ditegakkan secara optimal. Keenam, ditemukan perilaku siswa, guru, dan kepala sekolah yang kurang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan ideal di sekolah dasar. Ditemukan ada anak-anak SD di kelas atas yang melarang siswa-siswa dari kelas yang lebih rendah melintas di depan kelasnya. Masih banyak guru yang berbicara kasar kepada siswanya, memanggil siswa dengan julukan-julukan yang buruk; dan overestimate terhadap dirinya. Ketujuh, banyak sekolah yang melakukan hukuman secara mekanik. Hukuman berdasarkan kesadaran diri dan hukuman yang bersifat kelompok atas pelanggaran peraturan sekolah belum begitu banyak diterapkan di sekolah dasar. Masalah Perilaku Moral di Sekolah Dasar Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di beberapa SD (2004-2009) ditemukan masalah-masalah perilaku moral yang terjadi di sekolah dasar. Pertama, banyak siswa yang rasa tanggung jawab dan rasa memiliki fasilitas sekolah sangat rendah ditemukan di sebuah SD tertentu di Riau dan Kalimantan Timur. Ada mesin-mesin AC yang dimasuki uang logam, paku, dan lain-lain. Bangku sekolah yang dicorat-coret. Kedua, tanggung jawab dan rasa memiliki siswa terhadap barang miliknya sendiri juga sangat rendah. Banyak barang-barang milik siswa yang tertinggal di sekolah tidak mereka cari. Suatu ketika dijumpai seorang anak SD yang sedang menarik tas sekolahnya yang beroda, tampak tas itu terguling sehingga kedua rodanya tidak menyentuh tanah, ada seorang guru yang mengatakan “Tas Adik kan masih baru dan bagus, kalau diseret begini kan rusak”. Dengan spontan anak itu mangatakan “emangnya gua pikirin”. Ketika siswasiswa dari SD tertentu dari Kaltim itu berwisata di Batu Malang, ditemukan banyak pakaian dalam dan pakaian kotor ditinggal begitu saja di kamar-kamar mandi di sebuah hotel Agro Kusuma Batu. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

13

Ketiga, di sebuah SD di Riau terjadi pergaulan yang kurang setara antara siswa yang orang tuanya sebagai pekerja kelas atas (yang lebih dikenal sebagai anak papa) dengan siswa yang orang tuanya sebagai pekerja kelas bawah (yang lebih dikenal dengan anak pipa). Mereka tidak bisa membaur. Keempat, ditemukan juga banyak orang tua yang begitu mudah intervensi ke sekolah ketika seorang guru melakukan hukuman tertentu kepada siswanya. Banyak orang tua yang begitu cepat menyebar gossip (menjelek-jelekkan sekolah) melalui internet dari satu orang tua ke orang tua yang lain. Kelima, dari 75 guru SD di Jawa Timur yang mengisi angket semiterbuka (Akbar, 2009) masih terdapat rata-rata (10,58%) perilaku siswa yang sangat tidak diharapkan dan rata-rata (21,54%) kurang diharapkan. Perilaku moral tersebut tersebar pada perilaku: terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan PR, berbicara keras-keras, marah-marah kepada teman, premanisme, berkelahi, mengolok-olok teman, membantu teman berkelahi, coratcoret bangku sekolah, corat-coret KM/WC sekolah, merusak fasilitas sekolah, kurang membaur dengan teman, menghina teman, tidak mengenakan seragam sekolah, melarang adik kelas melintas di depan kelas, membuang sampah sembarangan, dan kebiasaan menyontek. Keenam, perilaku guru yang kurang diharapkan juga terjadi di SD di Jawa Timur. Dari 75 guru SD di Jawa Timur (Akbar, 2009) terdapat rata-rata (4,38%) perilaku guru yang sangat tidak diharapkan, dan (9,48%) kurang diharapkan masih terjadi di sekolah. Perilaku guru yang tersebut tersebar pada perilaku: terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan administrasi sekolah, membentak siswa, mengolok-olok siswa, berlaku kasar kepada siswa, menghukum fisik siswa secara keras, merokok di ruang kelas, mencontek karya orang lain, menggunakan fasilitas sekolah untuk kepentingan pribadi, suka membuat kekacauan di sekolah, kurang membaur, menghina pekerjaan teman, tidak mengenakan seragam dinas sekolah, tidak mengembalikan pekerjaan siswa, membuang sampah sembarangan, sikap kurang menghargai orang lain, dan cenderung mau bekerjasama hanya dengan kelompok guru tertentu. Ketujuh, masalah lain yang ditemukan (Akbar, 2009) adalah: adanya WC sekolah yang aromanya tidak sedap (41%), coretan-coretan di KM/WC sekolah (44%), sampah yang berceceran di sembarang tempat (51%); asessories/pajangan berupa kata-kata mutiara, gambar pahlawan, kata-kata bijak yang masa pemajangannya sangat lama/jarang diganti (40%), jajanan di sekitar SD yang mengandung zat pewarna (33%), jajanan di lingkungan SD yang terkesan kurang bersih/kurang hiegenis (32%), dan jajanan di sekitar sekolah yang mengandung zat pengawet makanan (35%). Masalah-masalah praktik pendidikan karakter dan masalah perilaku moral di sekolah dasar sebagaimana diuraikan di atas dapat menjelaskan dan meyakinkan pentingnya revitalisasi pendidikan karakter di sekolah dasar.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

14

Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Mengacu kepada pentingnya pendidikan karakter bagi manusia, masalah dehumanisasi manusia, mal-praktik pendidikan, praktik pendidikan karakter yang kurang diimplementasikan secara benar, dan masalah perilaku moral di sekolah dasar sebagaimana diuraikan di atas, maka sekolah dasar perlu menghidupkan dan memperkuat kembali (revitalisasi) pendidikan Karakter melalui cara-cara dan proses sebagai berikut: 1. Implementasikan pendidikan nilai dan karakter di SD dengan pendekatan menyeluruh (comprehenship approach). Pendekatan menyeluruh dalam pendidikan karakter adalah cara pandang bahwa untuk membangun karakter perlu dikembangkan sebuah sistem pendidikan karakter yang memungkinkan seluruh unsur-unsur karakter (Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni) atau unsurunsur (moral knowing, moral feeling, dan moral action) atau keseimbangan pikir, dzikir, ikhtiar dapat dipraktikkan dalam kehidupan dan pembelajaran nilai dan karakter di sekolah dasar melalui berbagai program sekolah. Pendekatan komprehenship oleh (Commonwealth Australia, 2005) digambarkan dengan implementasi praktik pendidikan nilai yang baik sebagai berikut:

Partnership within the school community Quality Teaching

School Planning Value Education Good Practice

Supportive for Student

Whole School Approach Save and Supportive Learning Environment

Gambar 2: Diagram Value Eduction Good Practice Commonwealth of Australia.

School Planning mencakup: (1) pendidikan nilai hendaknya dirumuskan secara eksplisit; (2) nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah dibuat secara ekspilsit dengan Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

15

pelayanan dari komunitas sekolah; (3) tujuan dan hasil pendidikan nilai dibuat dan didefinisikan secara jelas; dan (4) berbagai peraturan diciptakan dan menjadi bagian dalam perencanaan sekolah. Partnership Within the School Community terdiri atas: (1) sekolah selalu berkomunikasi dengan orang tua tentang nilai-nilai yang sedang diajarkan; (2) komunitas yang ada di sekolah juga memberi andil dalam pendidikan nilai, sekolah melibatkan komunitas terdekat sekolah dalam implementasi dan monitoring program-program pendidikan nilai. Quality Teaching digambarkan dengan adanya guru-guru yang trampil dalam praktik pendidikan nilai yang baik, guru menjadi sumber dan pendorong semangat dalam perannya sebagai pendidik nilai, guru-guru mengajarkan nilai dalam seluruh area kurikulum dan kehidupan sekolah, dan ada pengakuan pada para pemimpin—guru, kepala sekolah, tenaga administrative akan komitmennya pada pembelajaran nilai. Whole School Approach ditandai dengan pendidikan nilai diterapkan pada seluruh aspek kehidupan sekolah yakni pada: (1) visi sekolah—sebab visi sekolah dapat menjadi sumber motivasi bagi akselerasi peningkatan mutu sekolah (Bafadal, 2007) dan sistem nilai dalam visi menjadi spirit perilaku baik; (2) kurikulum; (3) organisasi-struktur dan kebijakan; (4) prioritas pendanaan; (5) penyusunan pola pengambilan keputusan; dan (6) layanan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan hidup dalam komunitas sekolah. Safe and Supportive Learning Environment terekspresikan dengan penciptaan iklim yang kondusif yang dapat memicu dan memacu perkembangan nilai-nilai yang diunggulkan di sekolah, penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif dimana siswa, guru, staff, dan orang tua dengan kompak menyuburkan pertumbuhan nilai-nilai, dan pendidikan nilai dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa. Support for Student dinyatakan dengan sekolah memberdayakan siswa untuk berpartisipasi dalam budaya sekolah dan mengembangkan tanggung jawab baik secara lokal, regional, dan nasional; sekolah menggunakan nilai-nilai pendidikan dalam mengembangkan berbagai kecakapan siswa, dan nilai-nilai pendidikan digunakan untuk membantu perkembangan hubungan-hubungan yang lebih baik. Pendekatan komprehenship ini dapat juga dimaknai bahwa sekolah dapat melakukan intervensi dan mengintegrasikan pendidikan nilai ke dalam seluruh program sekolah, sebabgaimana di gambarkan dalam grand desain . Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2009) dalam konteks mikro—level satuan pendidikan, sebagai berikut:

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

16

Gambar-3: Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan Pendidikan) Pendidikan karakter hendaknya dilakukan melalui berbagai program sekolah: (1) dalam kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam KBM setiap mata m pelajaran; (2) melalui pengembangan budaya sekolah dengan pembiasaan dalam kegiatan keseharian yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga, karya tulis, dll; dan (4) 4) kegiatan keseharian keseharian di rumah dan masyarakat melalui penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan pendidikan. 2. Pendidikan karakter arakter di SD hendaknya terfokus pada nilai-nilai nilai Inti dalam Pancasila. Pendidikan karakter bangsa di sekolah dasar asar dilaksanakan berdasarkan pada (sebagaimana pernah saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Pendekatan Menyeluruh) Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2011) bahwa pendidikan karakter di SD hendaknya hendaknya berintikan nilai-nilai nilai Pancasila dengan prinsip: (1) mempromosikan empromosikan nilai-nilai nilai efektif yang berintikan kan dari nilai-nilai nilai Pancasila; (2) nilai-nilai nilai yang diinternalisasikan dapat dapat membantu peserta didik memahami dan menjadii manusia yang berkarakter baik; ba (3) nilai-nilai nilai yang diinternalisasikan eksplisit pada visi, misi, tujuan, dan harapan peran masa depan sekolah; (4) nilai-nilai n yang diinternalisasikan dapat diaplikasikan dalam praktik kehidupan komunitas komunitas sekolah secara konsisten; (5) pengembangan engembangan nilai-nilai ni nilai dan karakter, terjadi dalam hubungan peserta didik dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai bagian dari sistem pendekatan katan utuh pendidikan karakter; (6) nilai nilai utama diwujudkan dengan dukungan lingkungan belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai-nilai nilai dari dirinya sendiri dan dari lingkungan belajarnya; (7) pengembangan pengembangan karakter dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang yang kompeten dan patut diteladani; (8) memfungsikan seluruhh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab Pidato Pengukuhan Guru Besar esar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

17

untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; (9) kepala sekolah, guruguru, staf administrasi, laboran, dan pengelola kantin di sekolah menjalankan kepemimpinan moral, memberi dukungan dan jaringan secara luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; (10) memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter dengan prinsip saling menghargai, setara, dan memberi manfaat; (11) pengembangan budaya sekolah dilaksanakan dengan prinsip terpadu, konsisten, menyenangkan dan berkelanjutan; (12) pembelajaran nilai dalam rangka pendidikan karakter dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada PAKEM baik melalui program intrakurikuler maupun ekstrakurikuler; (13) mengevaluasi pendidikan karakter di sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pendidik karakter, dan mewujudkan karakter posisitif dalam kehidupan peserta didik; dan (14) menerapkan pendekatan menyeluruh dalam implementasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar.

3. Pengoperasian pendidikan karakter dengan sebelas prinsip. Hadirin yang Mulia, Saya berpandangan bahwa 12 prinsip berikut ini cukup membantu dalam mengembangkan karakter baik di SD dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, jadikan kedekatan dengan Tuhan sebagai inti dalam praktik pendidikan karakter di sekolah dasar. Manusia pada dasarnya adalah makhluk religius. Para ahli antropologi (Alisyahbana, 1986) menyatakan bahwa hingga kini agama-agama masih merupakan sumber nilai terbesar diantara sumber nilai yang lain. Jadikan pendidikan karakter dalam rangka untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mencapai kecintaan kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan dapat menjadi spirit lahirnya perilaku baik (Akbar, 2000-a, 2000-b). Kedua, bawalah anak-anak kita ke arah pandangan bahwa “berbuat baik adalah sebuah kesempatan sekaligus merupakan rizki dari Allah”. Tidak semua orang berkesempatan berbuat baik dan diberi rizki berupa peluang-peluang untuk berbuat baik (Akbar, 2008-c). Oleh karena itu, tanamkan kepada siswa-siswa SD bahwa begitu mereka bertemu dengan kesempatan berbuat baik segera ambillah kesempatan berbuat baik itu, anggaplah setiap bertemu dengan kesempatan berbuat baik berarti merupakan rezqi bagi Anda—sebab rizki yang hakiki itu bukan berupa apa yang diterima seseorang dari orang lain tetapi yang diberikan seseorang kepada orang lain. Dengan prinsip bahwa berbuat baik adalah kesempatan dan rizki maka yang ada pada pikiran dan hati peserta didik di sekolah dasar adalah berbuat baik, dan berbuat baik secara terus-menerus . Ketiga, operasikan pendidikan karakter dengan pembelajaran berprinsip pada khidmad (layanan) dan khikmah (mengambil pelajaran/manfaat). Khidmad artinya “layanan” dan “khikmah” berarti mengambil pelajaran/manfaat. Dalam pendidikan karakter hendaknya guru berperan sebagai pelayan peserta didik—dengan cara memberikan bantuan Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

18

kepada peserta didik, biasakan diantara peserta didik ada kesediaan saling melayani. Bantulah peserta didik di sekolah dasar untuk selalu mengambil khikmah (pelajaran) dari setiap pengalaman belajarnya—baik pengalaman yang menyedihkan, menyenangkan, maupun menyakitkan. Dengan prinsip khidmad dan Khikmah inilah yang dapat mengembangkan karakter sabar dan selalu berpikir positif dan berprasangka baik. Akbar (2000, 2007) menemukan bahwa aktivitas khidmad (saling melayani) dapat mengembangkan rasa percaya diri, perasaan dipercaya, dan kesediaan melayani orang lain. Keempat, tatalah situasi pendidikan yang kondusif untuk pendidikan karakter, baik penataan fisik, sosial, maupun psikologis. Penataan fisik mencakup penataan ruang, penataan bangunan, penataan perabotan, penataan asesories—poster, gambar, kata-kata bijak dan lainnya di lingkungan sekolah. Tatalah hubungan-hubungan antar manusia yang ada dalam komunitas sekolah. Mengapa perlu di tata, karena pendidikan pada dasarnya adalah “dialog”. Dialog antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya (ruang hidupnya). Dalam ruang hidup terdapat gejala-gejala yang teramati, dari apa yang diamati akan menjadi sebuah penghayatan, dan dari penghayatan itulah yang akan melahirkan perilaku (karakter). Agar isi ruang hidup tetap hidup maka isi ruang hidup perlu diusahakan terus diubah-ubah sedinamis mungkin agar menjadi sarana dialog edukatif bagi peserta didik. Hiasi dengan poster-poster yang tertata dalam ruang hidup dengan kata-kata yang menyentuh perasaan peserta didik, mengganti kata-kata yang bernada “larangan” dengan kata-kata yang berirama “sentuhan” perasaan. Gantilah kata-kata seperti” dilarang merokok” dengan “merokok mengganggu orang lain”; “buanglah sampah ditempatnya” dengan “simpanlah sampah ditempatnya”; “ngebut benjut” dengan “Anda sopan, kami segan” dan lain-lain sangat potensial untuk menumbuhkan kesadaran diri untuk berperilaku baik. Ciptakan tata hubungan sosial di antara orang-orang yang berada dalam komunitas sekolah melalui: tata tertib untuk peserta didik, tata tertib bagi guru dan staff administrasi; tata tertib bagi orang tua siswa; tata tertib bagi komunitas terdekat sekolah, dan lain-lain dengan aturan yang dibuat dengan melibatkan orang-orang yang diatur, sosialisasikan, dan membangun komitmen bersama untuk mematuhinya. Kelima, terapkan prinsip: Ngerti, Ngroso, Nglakoni dan prinsip Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, serta prinsip fikir, dzikir, dan ikhtiar dengan Tahapan pendidikan karakter melalui tahap-tahap: Syareat (aturan perilaku yang tampak secara fisik melalui pembiasaan) untuk Siswa SD, dan pada tingkatan yang lebih tinggi masuk ke tahap Hakekat (memahami substansi), Tarekat (dipraktikkan dalam berbagai bentuk laku), dan Ma’rifat (paham, insyaf dengan penuh kesadaran diri) sesuai tahapan perkembangan siswa, sebagaimana telah diletakkan oleh Ki Hajar Dewantoro (1962). Keenam, praktikkan pendidikan karakter melalui berbagai program pembiasaan baik melalui program yang bersifat rutin, insidental, maupun yang

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

19

terprogram. Mutiara pendidikan yang dikemukanan Dorothy (dalam Dryden dan Vos, 2000) berikut ini patut direnungkan kembali: • Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. • Jika anak dibesarkan dengan cemooohan, ia belajar rendah diri. •

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.

• • • • • • •

Jika anak dibesarkan dengan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri. Jika anak dibesarkan dengan penuh kasih sayang, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Ketujuh, integrasikan praktik pendidikan karakter di Sekolah Dasar ke dalam berbagai mata pelajaran yang ada di SD. Pengintegrasian ini sesuai dengan filsafat pendidikan umum (Phenix, 1956) bahwa pendidikan umum pada dasarnya adalah untuk mengembangkan kepribadian secara utuh dan menjadikan warga negara yang berkarakter baik. Pribadi utuh dan karakter baik tersebut akan terwujud pada diri seseorang ketika pada diri seseorang itu hadir (terinternalisasi) nilai-nilai dari dari dunia simbolis (bahasa dan matematika), dunia empiris (ilmu pengetahuan empiric misalnya IPA dan IPS), dunia estetik (kesenian), dunia etik (pilihan perilaku moral: budi pekerti, akhlaq, pendidikan moral), dan dunia sinoptik (agama, filsafat, dan sejarah). Kedelapan, praktikkan pendidikan karakter SD dengan pembelajaran yang berorientasi komprehensif, konstruktivistik dan terpadu dengan menggunakan model-model pendidikan nilai dan karakter yang sesuai dengan dunia anak, dan berorientasi pada proses internalisasi nilai. Hadirin yang mulia, Di muka sudah disinggung bahwa pembelajaran yang berorientasi behavioristik yang dihasilkan dari ujicoba binatang, dipandang kurang tepat bagi manusia karena manusia berbeda dengan hewan. Hewan sangat ditentukan dan tunduk oleh lingkungan sedangkan manusia menentukan dirinya sendiri; pendidikan dengan orientasi pada teori behavioristik akan menghasilkan manusia mekanik yang perilakunya seperti robot. Teoriteori yang berorientasi kognitivistik juga banyak kelemahannya, memang teori ini telah terbukti menjadikan manusia-manusia yang pandai (pinter) tetapi tidak jarang diantara mereka yang menggunakan kepintarannya untuk “minteri” orang lain; teori ini telah menghasilkan orang-orang yang “rumongso biso” tetapi “ora biso rumongso”; menghasilkan orang pandai tetapi banyak diantara mereka yang perilakunya seperti orang bodoh. Meskipun ada kalanya implementasi teori behavioristik dan kognitivistik masih Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

20

dirasa diperlukan untuk pengembangan kompetensi-kompetensi tertentu, akan tetapi teoriteori yang berorientasi konstruktivistik dengan model pembelajaran terpadu di sekolah dasar dipandang lebih sesuai untuk mengembangkan karakter. Pembelajaran nilai dalam monteks pendidikan karakter dengan pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik dipandang lebih sesuai, karena pembelajaran konstruktivistik lebih memungkinkan peserta didik lebih aktif, kreatif, dan memperoleh makna dari pengalaman belajarnya. Pembelajaran konstruktivistik dengan model-model pembelajaran terpadu yang bercirikan: holistik, otentik, aktif-kreatif-menyenangkan, bermakna, dan kontekstual adalah sangat efektif untuk pendidikan karakter. Latif (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis konteks menawarkan satu alternatif untuk mengembangkan potensi soft skill seperti nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, tanggung jawab, dan pengendalian diri. Pembelajaran terpadu yang salah satu cirinya adalah menggunakan situasi kehidupan riil sebagai sumber dan media belajar merupakan pembelajaran, sejalan dengan filsafat ‘Alam Terkembang Menjadi Guru” sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad Syafei seorang tokoh Pendidikan NIS Kayutaman (dalam Faizah, 2010) bahwa alam semesta adalah maha guru yang terkait rapat dengan kecerdasan spiritual dan dipenuhi kecerdasan social emosional sehingga menumbuhkan karakter pekerja keras, rasa percaya diri, pantang menyerah, memiliki rasa estetika, kreatif, dan peka sebagai hamba yang berketuhanan. Hasil penelitian Akbar (2003) menyatakan bahwa model-model pembelajaran PPKn terpadu sangat efektif mampu mencapai tujuan pembelajaran PPKn di Sekolah Dasar yang ditargetkan. Penelitian Akbar (2007-b, 2008-a, 2008-b, 2009-a, 2009-b, dan 2009-c) tentang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar baik dalam ujicoba skala terbatas (di Malang) maupun skala luas (di Jawa Timur) untuk 10 tema menunjukkan bahwa implementasi model-model pembelajaran tematik (terpadu) sangat efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan, mengaktifkan siswa, menjadikan siswa kreatif, dan mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan personal (misalnya tumbuhnya kesadaran diri), kecakapan sosial (kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan bekerjasama), kecakapan akademik (misalnya kemampuan membangun dan menggunakan teori), dan kecakapan vokasional (kemampuan yang berkaitan dengan dunia kerja). Ujicoba model pembelajaran nilai dan karakter berbasis nilai-nilai kehidupan di Sekolah Dasar yang dikembangkan (Akbar, 2002, 2010) sebuah model pembelajaran nilai yang berorientasi komprehenshif, yakni sebuah model yang memadukan prinsip Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni (Manunggaling Ngo), atau memadukan unsur-unsur karakter yakni Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action (Intregrated Three in One) dalam satu pengalaman belajar, menunjukkan bahwa implementasi model Manunggaling Ngo (Integrated Three in One) dapat mengembangkan nilai-nilai kehidupan secara efektif (yakni: nilai kepatuhan kepada peraturan, kerjasama, dan penghargaan kepada orang lain). Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehenship tentang model Manunggaling Ngo Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

21

(Integrated Three in One Model) ini tentang langkah-langkah dan pengoperasian model dalam pembelajaran nilai diterbitkan secara tersendiri. Dunia anak SD adalah bermain. Pembelajaran nilai untuk membangun karakter peserta didik di SD sangat baik dengan menggunakan berbagai “permainan yang menggunakan aturan” sebagai media dan sumber belajarnya. Dengan bermain anak-anak SD dapat belajar kecermatan, menjunjung tinggi kejujuran, kepatuhan pada aturan, sehingga permainan dapat dipandang sebagai upaya membangun mental dan moral secara konkrit (Faizah, 2008). Pembelajaran konstruktivistik dengan menerapkan pola-pola pembelajaran di SD yang membantu terjadinya proses internalisasi nilai-nilai melalui proses siklus: understanding, action, dan reflection (sebagaimana ditekankan oleh Bohlin dkk (2001) dan dibuktikan melalui riset-riset yang dilakukan Akbar (2002, 2009, dan 2010) adalah sangat efektif dapat mempercepat terjadinya proses internalisasi nilai-nilai. Pembelajaran melalui ikhtiar (Akbar, 2000, 2007-b) dalam dunia secara riil (action) dapat menghilangkan perasaan malu dan rendah diri, dapat mengembangkan keberanian, kreatifitas, kepercayaan diri, kerja keras, optimism, dan kemandirian. Kesembilan, para Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, dan Staf Administrasi hendaknya menerapkan kepemimpinan moral (moral leadership). Hadirin yang Mulia, Moral leadersip (Sergiovanni, 1996) adalah kepemimpinan yang digambarkan dengan satunya keyakinan, ucapan, sikap, dan tindakan sang pemimpin. Ada konsistensi anatara kebenaran yang diyakini dengan ucapan, sikap, dan perbuatan sang pemimpin. Kepemimpinan moral inilah yang mampu menjadikan sang pemimpin yang keyakinan, ucapan, sikap, dan perilakunya patut diteladani, kepribadian sang pemimpin menjadi tampak kokoh, disegani, dikagumi, dan kharismatik. Kepemimpinan moral ini sangat efektif untuk pendidikan karakter. Para kepala sekolah, guru, orang tua, dan staf administrasi hendaknya menerapkan kepemimpinan moral (moral leadership). Hidayatullah (2010) menyatakan guru-guru yang dapat mendidik karakter adalah guru-guru yang berkarakter dengan karakteristik amanah, patut diteladani, dan cerdas. Penelitian Akbar (2000, 2007-b) menunjukkan bahwa kepercayaan yang tinggi pada pemimpin dan keteladanan (kyai) dapat mempercepat terjadinya proses internalisasi nilai-nilai. Melalui kepercayaan dan keteladanan terjadi proses identifikasi, atensi, retensi, dan proses motivasional sehingga terjadi penyadaran diri secara mendalam. Kesepuluh, hindarkan praktik pembelajaran dan pendidikan dengan kekerasan, kekangan, ancaman, disiplin yang kaku, larangan dan hukuman yang keras. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

22

Hadirin yang Mulia, Didiklah peserta didik di Sekolah Dasar dengan penuh kasih sayang, bantuan, emphati, dan menjadi pamong yang bersifat membebaskan berkembangnya potensi positif diri mereka sendiri. Pendidikan semacam ini yang dapat menghadirkan rasa cinta, kepekaan perasaan, dan sifat peduli dan melingi pada diri siswa SD. Puisi pembebasan yang ditulis oleh Khalil Gibran ini patut direnungkan kembali: ANAK-ANAKMU Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu. Mereka adalah anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir melalui Engkau, tetapi bukan darimu. Meskipun mereka ada bersamamu, tetapi mereka bukan milikmu. Pada mereka Engkau memberikan cintamu, tetapi bukan pikiranmu.

Karena, mereka memiliki pikiran mereka sendiri. Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka., tetapi bukan jiwa mereka. Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tidak pernah dapat engkau kunjungi walaupun dalam mimpi. Engkau bisa menjadi mereka, tetapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu. Karena hidup tidak pernah berjalan mundur dan tidak pernah pula berada di masa lalu. Engkau adalah busur tempat anak-anakmu, menjadi anak panah yang diluncurkan. Sang pemanah membidik kearah keabadian, dan ia merenggangkan kekuatannya, sehingga anak panah itu dapat melesat dan meluncur dengan cepat nan jauh di sana. Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu suatu kegembiraan, Sebab, ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan penuh kekuatan. Kesebelas, lakukan pembelajaran nilai dengan latihan dengan laku-laku yang mengingatkan kepada Tuhan (dzikrullah), puasa, dan doa. Masyarakat Indonesia sangat religius, peserta didik di Sekolah Dasar sangat percaya dengan adanya Tuhan dengan segala sifat-sifatnya. Dalam agama apapun, keteringatan seseorang kepada Tuhan dapat menjadi pendorong berperilaku baik. Hampir seluruh agama ada ajaran untuk berpuasa dengan berbagai cara dan variasi masing-masing. Puasa diyakini sebagai laku yang dapat menangkal karakter buruk dan menjadikan karakter baik. Ki Hajar Dewantoro (1962) juga menyarankan kepada guru-guru untuk mengarahkan peserta didik menjalankan laku-laku puasa dan perjalanan jauh dengan berziarah dalam pendidikan adab ketika mereka sudah masuk pada tahapan thoriqot. Do’a juga bisa menjadi semangat untuk melahirkan perilaku baik sebagaimana yang diminta oleh para pendo’a. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

23

Kepala sekolah, guru-guru, staff dan administrasi di sekolah dasar hendaknya terus berdo’a untuk karakter baik peserta didiknya. Siswa-siswa dibiasakan untuk berdo’a dengan do’a-do’a yang motivasional sesuai konteks pembelajaran nilai dan karakter yang sedang dibelajarkan. Kurangi intensitas do’a-do’a yang bersifat mekanik (do’a tanpa kesadaran diri). Biasakan peserta didik di SD berdo’a dengan tahap: (1) peserta didik di SD dibawa dalam suasana religius dengan memuji asma Tuhan, mengingat Tuhan, pengakuan syukur atas karunia Tuhan; (2) pengakuan dosa-dosa yang telah dilakukan dengan penyesalan dan memohon ampunan untuk tidak kembali pada dosa-dosa yang sama; (3) mohon kepada Nya untuk diberi kekuatan menjadi manusia yang berkarakter lebih baik menuju maqomat yang lebih tinggi, dan (4) dalam berdo’a menggunakan bahasa yang dipahami pendo’a, dengan bahasa yang menyentuh perasaan, ada introspeksi diri (muhasabah), ada pertobatan (taubatannasuha), nilai-nilai dan perubahan perilaku yang menjadi tujuan proses pembelajaran di kemas dalam do’a. Do’a yang berkarakteristik tersebut dapat mempercepat proses internalisasi dan mengembangkan nilai-nilai dan mempengaruhi perilaku baik seseorang (Akbar, 2001). Berdoa identik dengan berdzikir (mengingat Tuhan). Akbar (2000, 2007-b) menemukan prinsip bahwa melalui dzikrullah dapat mengembangkan keberanian, kepercayaan diri, kerja keras, dan berpikir positif. Hadirin yang Mulia, Izinkan saya untuk menyampaikan firman Allah dalam Surat Al-A’raf 58: “wal baladuttoyyibu yakhruju nabaatuhu biidzni robbihi, walladziina khobutsa laa yakhruju illaa nakida; kadzaalika nushorriful aayaati liqoumiyyasykuruun”, artinya, dan tanah yang baik tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana, demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran kami (Allah) bagi orang-orang yang bersyukur. Revitalisasi Pendidikan karakter di Sekolah Dasar yang saya sampaikan dalam pidato ini dapat dianalogikan sebagai upaya menyuburkan tanah sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al-A’raf 58 diatas. Peserta didiknya bagaikan tanaman yang tumbuh diatas tanah itu, tenaga pendidik dan kependidikannya bagaikan petani yang merawat tanaman itu dengan memupuk, menyiangi tetumbuhan parasitnya, memberatas hamanya, dan menata iklimnya sehingga tanaman itu bisa tumbuh subur dengan seizin Allah. Sekolah sekedar berupaya untuk mengembangkan sistem pendidikan karakter yang baik agar tumbuh generasi yang berkarakter baik. Dalam Ayat diatas juga jelas sekali bahwa, jika tanah itu kita biarkan gersang, maka hampir dapat dipastikan tanamannya akan tumbuh merana. Untuk itu, revitalisasi pendidikan karakter di SD perlu dilakukan agar tercita situasi pendidikan karakter yang kondusif untuk mewujudkan karakter generasi mendatang yang lebih baik. Allahlah yang paling mengetahui segalanya.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

24

Ucapan Terima Kasih Hadirin yang Mulia, Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada: Pertama, Rektor dan para pejabat struktural di lingkungan UM, Ketua dan Anggota Senat UM, Tim Penilai Angka Kredit FIP dan UM, Dekan FIP UM, dan Ketua Jurusan KSDP FIP UM yang telah memfasilitasi pengusulan Guru Besar saya dan Penyelenggaraan Pidato Pengukuhan hari ini. Terimakasih juga kepada para kolega yang telah mereview naskah-naskah akademik saya untuk persyaratan mengajukan jabatan fungsional Guru Besar saya sehingga jabatan fungsional tertinggi tersebut dapat saya raih. Kedua, para pejabat, rekan sejawat, dan staff administrasi di Jurusan MKDU FPIPS IKIP Malang (1987-2001), FIP UM, Jurusan KSDP FIP UM, Lemlit UM, Bagian Kepegawaian UM, dan PPS UM, baik langsung ataupun tidak langsung yang telah memberi dukungan dalam mewujudkan jabatan fungsional tertinggi Guru Besar saya ini. Ketiga, terimakasih kepada kedua orang tua saya: Almarhumah Ibunda Muntosiroh yang telah dipanggil Allah ketika saya mulai menginjak di kelas-1 SMA Negeri I Pati, dan Almarhum Bapak Syarbini yang wafat ketika saya menjelang lulus S-3 (1999) semoga jasajasanya dalam membesarkan saya dan seluruh amalnya baiknya diterima Allah dan segala dosa-dosanya diampuni-Nya. Terimakasih juga kepada kedua orang tua asuh saya Pamanda Drs. K.H.Habib Hasan dan Bu Lik Hj.Mas’udah yang telah memberi beasiswa ketika saya bersekolah di SMA dan kuliah pada program S1 di IKIP Yogyakarta juga memberi arahan, bimbingan, asuhan, pendidikan dan perhatian pada diri saya, sehingga saya bisa memasuki dunia perguruan tinggi, semoga jasa-jasanya menjadi amal sholeh yang tidak terputus pahalanya. Terima kasih juga saya haturkan kepada para paman dan Bibi saya: H. Hamid Hasan, M.Sc dan Bulik Santi, H.Hadziq Hasan dan Bu Lik Endang Hanifah, Hamim Hasan dan Nurul Khasanah, dr. Khozin Hasan dan dr. Ida, Bulik Sholehah Hasan dan Bapak Ahrori, yang telah memberi semangat dan bantuan kepada saya. Terimakasih juga saya sampaikan kepada keluarga kedua mertua saya, Almarhumah Ibu Hj. Muslimah dan Almarhum Bapak K.H. Munawwir Abdul Manan Kroya yang telah mempercaya dan banyak memberi bantuan pada proses perkembangan keluarga saya semoga seluruh amalnya menjadi amal sholeh dan segala dosanya diampuni Nya. Keempat, terimakasih kepada saudara sekandung saya, kakak-kakak saya: Mbak Syafi’ dan Mbak Fatim dan kakak Ipar Saya Mas Sukandar Djamal dan Bapak Ahmad Suyuthi yang banyak menemani, memberi perhatian, merawat dan mengasuh saya sewaktu saya masih kanak-kanak dan usia sekolah, juga perhatian dan bantuan dalam banyak hal hingga saat ini. Terimakasih juga kepada adik-adik kandung saya: Shofiyatun, Sholihati, Wafa, Sa’diyah, Busyroni, Mubassirin, dan Sholihul Hadi, dan adik-adik ipar saya: Istikhory, Adib Al-Arief, Ali Masdiq, dan adik ipar lainnya yang telah menjadi pendorong semangat dalam hidup saya.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

25

Kelima, Istri sholehah saya tercinta Nur Fatayati, SH yang dengan setia mendampingi saya (termasuk ketika saya menempuh S2 dan S3 di Bandung) yang dalam sepanjang usia perkawinan kami baik dalam keadaan suka maupun duka, selalu mengingatkan, dan berkhidmad sepenuh hati sehingga kami dapat menjalani hidup dan beribadah kepada Allah dengan upaya sebaik-baiknya. Terimakasih juga saya sampaikan kepada Anak-cucu saya Azmi Azizi Muhammad yang telah memberi semangat dan kebahagiaan dalam hidup kami semoga Engkau terus tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi anak sholeh yang segala amal baik yang dilakukannya karena Cintanya kepada Allah. Terimakasih juga kepada keponakan saya kandidat Doktor dr. Umi Sholehah Intansari, M.Kes, SPPK (Dosen FKU UGM) dan Ir.Sutiarsono (PNS di LAPAN) yang telah begitu banyak berkorban untuk kebahagiaan keluarga kami, semoga pengurbanannya menjadi amal sholeh yang pahalanya tidak pernah putus. Keenam, secara khusus perkenankan saya mengucapkan terimakasih kepada Bapakbapak/Ibu: Prof. Dr. H. Imam Syafii, Drs. H. Syaiin Hasyim, Drs. H. Manan Idris, Dr. Siti Malichah Thowaf, PhHD, Prof. Ibrahim Bafadal, Prof Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Prof. Dr. Sukowiyono, SH; Prof. Dr. Supriyono, M.Pd. Prof. Dr.Mundzir, M.Si, Prof. Moh. Sochieb, M.Pd, Prof. Dr. Amat Mukadis, M.Pd, Drs. H. Taufieq Darmawan, M.Si; Prof. Dr. Mimien Henny Irawati,

M.Si, Dr. Hadi Sriwiyana, M.Pd, Prof. Dr. Liliek Kustiani, M.Pd. ; Prof. Dr. Hj. Siti Zubaedah, M.Pd, Dr. Roekhan M.Pd, Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd. Dra. Umi Dayati, M.Pd., Prof. Dr. Bambang Budiwiyono, Prof. Dr. Hj. Ruminiati, M.Si, Prof.Moh.Huda AY, Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd, Dr. Wawan Djuandi, Prof. Kasiram, Prof. Burhanuddin Drs. Margono, MPd, M.Si, Drs. H.Maftuchin Romli, M.Pd, Drs. Budi Handoyo, M.Pd, Dr. Fatah Hanurawan, Drs. Sutrisno, M.Pd, Drs. Nur Hadi, M.Pd., Drs. Joko Sayono, M.Pd, Drs. I Wayan Sutama, M.Pd, Drs. Pujianto, M.Sn, dan rekan-rekan seinstitusi yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak berjasa dan bekerjasama dengan saya. Semoga seluruh jasa-jasanya dicatat oleh Allah sebagai amal sholeh.

Ketujuh, Guru-guru SD dan MI yang menjadi mitra dalam penelitian-penelitian saya, Bapak/Ibu: Luluk Faridatuz Zuhro, A.Ma, SP.d, S.Tp.; Desfita, S.Pd; Masrikah, S.Pd, M.Zaenul Amin, S.Pd, Alfi Nur Isnaini, S.Pd., Irfatullaili, S.Ag, Ida Sri Wulandari, S.Pd, Helina Tusa Adiah, S.Pd, M.Pd., dan Eny Suryanti, S.Pd. yang telah membantu dalam risetriset saya sehingga saya bisa menyusun dan menghasilkan karya ilmiah untuk persyaratan meraih Guru Besar ini. Kedelapan, terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan tenaga Administrasi: Bapak Purwanto, Ibu Hartini, Mas Suparto, Bapak Taat, Bapak Yusuf, Bapak Sudibyo, Bapak Modjo, Ibu Aniek Isnaini, Ibu Lely dan Pak Yono, Ibu Ema Hayati, Ibu Yusnia, Mas Didiek, Ibu Emy, Ibu Lilik, dan Mas Rochman, Windita dan Fitri, yang banyak membantu dalam proses pekerjaan, riset dan pengurusan usulan guru besar saya. Kesembilan, terimakasih yang sangat mendalam saya haturkan kepada para Guruguru dan para Dosen saya di: Madrasah Ibtidaiyyah Roudlatussubban Tawangrejo Pati, Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

26

SMP Negeri Winong, SMA Negeri I Pati, IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, dan UPI Bandung yang telah membekali ilmu pengetahuan dan agama kepada saya; terimakasih kepada para pembimbing dan penguji skripsi, thesis, dan disertasi saya (Bapak-bapak: Drs. Syarbini, Drs, Marwan, Drs. Gading Tua Siregar; Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri, Dr. M.I. Soelaeman, Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi, S.H. M.P.A, Prof. Dr. H. M. Djawad Dahlan, Prof. Dr. H. Djamari, Prof. Dr. K.H. Djalaluddin Rakhmat, M.Sc., Prof. Dr. H. Abdul Wahab, M.A, dan Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, sehingga saya dapat mencapai gelar sarjana, magister, doktor, dan Guru Besar. Saya sangat berterimakasih juga kepada almarhum Bapak Prof. Dr. Zaini Hasan, dan Prof. Dr. Saladien, Prof. Dr. M. Noor Syam, SH, melalui mengajar secara Tim di program S3 PPS UM saya banyak menimba ilmu pengetahuan dan kearifan-kearifan dari Beliau bertiga, semoga apa yang saya serap dari Beliau diterima sebagai ilmu yang bermanfaat yang tiada terputus pahalanya dari Allah SWT. Kesepuluh, terimakasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada guru-guru Ngaji saya di Desa Tawangreja (Ayahanda Almarhum Bapak.Syarbini dan Pamanda H.Khusnan). Para Kiyai dan Ustadz yang pernah membekali ilmu agama saya di: (1) Pesantren Miftahul Huda Gading Malang (K.H. Baedowi Muslih, Gus Rokhiem, Gus Mat, Gus Man, Gus Shohibul Kahfi, Gus Lukman, Gus Hasan Bisri, dan Gus Imam Khusyairi); (2) Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang (K.H.Basshori Alwi), dan Pesantren Daarut-Tauhied Bandung (Abdullah Gimnastiar), Pesantren Daarul Falah Al-Munawwir Kroya (Almarhum K.H. Munawwir), dan Pesantren Al-Hikam (Mbah Hasyim dan Ustadz Nafi’) yang telah membekali ilmu agama kepada saya untuk menyinari kehidupan yang saya lakoni ini, semoga amal ilmunya menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal sholeh. Kesebelas, mahasiswa saya di berbagai perguruan tinggi dan para peserta seminar di berbagai kesempatan, yang telah memberi tantangan pertanyaan-pertanyaan dan sanggahan ketika mengikuti perkuliahan dan seminar yang saya presentasikan, sehingga menjadi sarana bagi saya untuk belajar dan terus belajar dari mereka, hingga dapat saya dapat menemukan jawaban, menghasilkan beberapa karya tulis yang dapat menghantarkan saya ke podium ini. Keduabelas, terimakasih saya sampaikan kepada para hadirin sekalian yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri pidato pengukuhan ini, dan kepada siapapun yang telah berjasa dan bekerjasama dengan saya yang tidak dapay saya sebutkan satu persatu, semuanya saya sampaikan terima kasih semoga menjadi amal sholeh. Akhirnya, saya mohon dido’akan semoga Allah meridloi pencapaian guru besar ini, dan jabatan fungsional tertinggi ini dapat menjadi sarana ibadah dan sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Amien. Wabillahit-taufieq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

27

DAFTAR RUJUKAN Akbar, Sa’dun. 2000-a. Prinsip-prinsip dan Vektor-vektor Percepatan Proses Internalisasi Kewirausahaan: Studi pada Pendidikan Visi Pondok Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, Disertasi, Bandung: PPS UPI. Akbar, 2000-b. Pendidikan Nilai dengan Pendekatan Sufistik, Artikel dalam Jurnal Pendidikan Nilai , Edisi Mei Tahun 2000. Akbar, Sa’dun, 2001. Pembelajaran Nilai dengan Do’a, Artikel: dalam Jurnal Pendidikan Nilai, Edisi November 2001. Akbar, Sa’dun, Margono, dan M. Noorsyam, 2002. Kajian Kurikulum dan Model-model Pembelajaran PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala Nasional melalui Proyek SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD. Akbar,

Sa’dun, Margono, dan M.Noorsyam, 2003. Pengembangan Model-model Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala Nasional melalui Proyek SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.

Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2006. Pengembangan Model-model Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalah-masalah Pembelajaran Tematik di SD Jawa Timur, Malang: Lemlit UM. Akbar,

Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2007-a. Pengembangan Model-model Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Terbatas, Laporan Penelitian, Malang: Lemlit UM.

Akbar, Sa’dun, 2007-b, Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif Pendidikan Umum, Malang: UM Press. Akbar,

Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2008-a. Pengembangan Model-model Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Hasil Penelitian Hibah Bersaing Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Luas, Laporan Penelitian, Malang: Lemlit UM.

Akbar, Sa’dun, Luluk Faridatuz Z, 2008-b. Laporan Penelitian tentang Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Tema Lingkungan di SDN Tanjungrejo V. Penelitian DIPA UM. Akbar,

Sa’dun. 2008-c. Pendidikan Karakter: Bagaimana Menjadi Manusia yang berkarakter Baik, Artikel dalam Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 16, Nomor 2, November, 2008.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

28

Akbar, Sa’dun, 2009-a, Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kehidupan di Sekolah Dasar: Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional Tahun-1, dengan Fokus: Identifikasi Masalah-Masalah Pembelajaran Nilai dan Karakter di SD Jawa Timur. Akbar, Sa’dun, 2009-b. Pembelajaran Tematik SD, Jilid 1A, Buku Berbasis Riset, Yogyakarta: Penerbit Cipta Media. Akbar, Sa’dun, 2009-c. Pembelajaran Tematik SD, Jilid 2B, Buku Berbasis Riset, Yogyakarta: Penerbit Cipta Media. Akbar, Luluk Faridatuz Z, 2009-d. Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil Penelitian Tindakan Kelas, Buku Berbasis Riset, Yogyakarta: Penerbit Cipta Media. Akbar, Sa’dun, 2011. Pendekatan Menyeluruh, Draf Awal untuk penyusunan Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, disajikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional di The Imperium Hotel, Bandung, pada tanggal 25-28 Mei 2011. Alisyahbana, STA, 1996. Antropologi Baru, Jakarta: Dian Rakyat. Bafadal, Ibrahim, 2007. Pendidikan Dasar: Kontribusi, Artikulasi, Reorientasi, dan Akselerasi, Teks Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Manajemen Pendidikan Dasar, 22 Februari, Malang: UM. Bohlin, Karen E, Deborah Farmer, Kevin Ryan, 2001. Building Character in Schools Resource Guide, San Francisco: John Willey & Son. Commonwealth of Australia, 2005. Values Education Forum: Engaging Your School Community Australia: Departement of Education, Science and Training. Dewantara, Ki Hajar, 1962. Bagian I: Pendidikan, Yogyakarta: Majlis Luhur Taman Siswa. Dryden, Gordon dan Vos, Jeannete, 2000. Revolusi Cara Belajar, Terjemahan Word Translation Service, Bandung: Kaifa. Fahd, A-Malik, 2003. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Saudi Arabia: Kerajaan Saudi Arabia. Faizah, Dewi Utama, 2008. Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogy: Memaknai Pengembaraan dan Pergulatan di TK dan Kelas Awal SD, Jakarta: Penerbit Cindi Grafika. Faizah, Dewi Utama, 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Berakhlak Mulia (1953), Gubahan Mohammad Syafei, Solo: Penerbit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

29

Hidayatullah, M. Furqon, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban bangsa, Surakarta: UNS Press. Latief, M. Adnan, 2007. Pengembangan Soft Skill Melalui Pembelajaran Bbahasa Inggris Berbasis Konteks, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris, 21 Maret, Malang: Universitas Negeri Malang. Lickona, Thomas, 1992. Educating for Character, New York: Bantam Books. Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, Yogyakarta: Pedagogia. Phenix Philip, 1964. Realms of Meaning: Philoshophy of The Curriculum of General Education, New York: Mc.Graw-Hill Book Company. Kemendiknas 2009, Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Puskur Litbang Kemendiknas. Kemendiknas, 2010. Pedoman Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Ditjen PMPTK, Direktorat Pembinaan Diklat. Sergiovanni Thomas J, 1992. Moral Leadership, Sanfrancisco: Jossey Bass Publisher. Tilman, Dianne, 2000. Living Values Parent Group: A Facilitator Guide, USA: HCI.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

30

CURRICULUM VITAE A. Identitas Diri Nama Lengkap : Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd. Nip : 196006131987011001 Tanggal Lahir : Pati, 13 Juni 1960. Jabatan/Golongan: Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Dasar pada golongan IV/a, dan dapat dinaikkan pangkatnya secara bertahap dalam golongan ruang IV/b, IV/c, IV/d, dan IV/e. Jenis Kelamin : Laki-laki. Agama : Islam Pekerjaan : Dosen Jurusan KSDP, FIP, UM. Alamat Kantor : Jl. Semarang 5 Malang. Alamat Rumah : Jl. Sedap Malam, Kav. 20 Sengkaling, Malang. Alamat E-mail : [email protected] Keluarga 1. Istri : Nur Fatayati, S.H. 2. Anak-cucu : Azmi Azizi Muhammad B. Riwayat Pendidikan No

Tingkat Pendidikan

Nama dan Tempat Sekolah

Tahun Lulus

Pendidikan Formal 1 Madrasah Ibtidaiyyah (MI)

Madrasah Ibtidaiyyah Tawangrejo, Pati.

2

SMP

SMP Negeri Winong, Pati.

3 4 5

SMA Sarjana Magister

SMA Negeri I Pati 1979 PDU FPIPS IKIP Yogyakarta 1986 IKIP Bandung, Program Studi Pendidikan 1996 Umum (Nilai-Nilai)

6

Doktor

UPI Bandung, Program Studi Pendidikan 2000 Umum (Nilai-Nilai)

Rou-dlotussubban 1972

1975

Pendidikan Non-Formal 1 Pesantren Santri Kalong di Pondok Gading Malang. 2 3

Pesantren Pesantren

4

Pesantren

19871989. Santri Kalong di PIQ Singosari 1990 Santri Kalong di Pesantren Daarut-Tauhied 1993Bandung. 2000 Santri Kalong di Pesantren Al-Hikam Malang. s.d.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

31

sekarang . C. Pengalaman Kerja (Mengajar) dan Jabatan No

Tempat Bekerja (Mengajar)

Tahun

1

Guru SMP Muhammadiyah Kompleks Kolombo Yogyakarta, pada Mata Pelajaran IPS (di Lakoni saat menjadi mahasiswa S1 Smester 3. Guru SMA Kolombo Yogyakarta (dilakoni saat menjadi mahasiswa S1 smester 5), pada Mata Pelajaran Ekonomi. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan di SMA Kolombo Yogyakarta Dosen Jurusan MKDU, FPIPS IKIP Malang, Mengajar MK: Pendidikan Pancasila, Ilmu Sosial Dasar, Strategi Kebudayaan, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Koordinator Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar di Jurusan MKDU

1982-1986.

2 3 4

5 6 7

1981-1986 1984-1986 1987-2000

lupa

Dosen Jurusan KTP FIP UM (selama sekitar 3 bulan) – belum 2001 diberi tugas mengajar. Dosen Jurusan KSDP, FIP UM, Mengajar MK: Metodologi 2001Penelitian Pendidikan, Pembelajaran Tematik, sekarang. Pengembangan Kurikulum SD, dan Pendidikan Moral.

8

Dosen dan Pembimbing Disertasi pada Program Pascasarjana 2005an UM pada Program S3 Pendidikan Ekonomi, Mengajar secara sekarang. Team untuk MK: Filsafat Ilmu Pengetahuan, Seminar-I (Kajian Penelitian Bidang Studi), dan Seminar II (Kajian Disertasi dan Pengembangan Desain Penelitian Disertasi).

9

Sekretaris Lembaga Penelitian UM

10

Pembimbing Thesis pada Program Pascasarjana UM pada Mulai Program S2 Pendidikan Dasar. 2011.

11

Lainnya …



2004-2008 Mei

-

D. Pengalaman Penelitian 10 Tahun Terakhir No

Judul Penelitian dan Tahun Pelaksanaan.

Sumber Dana

1

Penelitian Kompetisi tentang “Kajian Kurikulum Proyek

Peran dalam Penelitian. Ketua

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

32

dan Pengembangan Model Pembelajaran PPKn SD” SEQIP, Penelitian Berskala Nasional—dilakukan di 7 Direktorat Propinsi di Indonesia, dilakukan tahun 2002. TK/SD.

Peneliti

2

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD”, Penelitian Berskala Nasional – dilakukan di 5 Propinsi di Indonesia, dilakukan tahun 2003.

Ketua Peneliti

3

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan DP2M Dikti Ketua Model Pembela-jaran Tematik SD”, Hibah Bersaing Depdiknas. Peneliti. Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalahmasalah Pembelajaran Tematik SD di Jawa Timur, dilakukan tahun 2006.

4

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan DP2M Dikti, Ketua Model Pembelajaran Tematik SD”, Hibah Bersaing Depdiknas. Peneliti. Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Skala terbatas, dilakukan tahun 2007.

5

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan DP2M Dikti, Ketua Model Pembela-jaran Tematik SD”, Hibah Bersaing Depdiknas Peneliti Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala luas di Jatim, dilakukan tahun 2008.

6

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan DP2M Dikti Peneliti Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis Kemendiknas Mandiri Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah Strategis Nasional; Tahun-1, Fokus: tentang Identifikasi Masalah Pendidikan Karakter di SD Jawa Timur, dilakukan Tahun 2009.

7

Penelitian Pengembangan Model Pendidikan Nilai Swadana dan Karakter SD Berbasis Pendidikan Nilai dan Karakter Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, Penelitian Mandiri, 2009.

8

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan DP2M Dikti, Peneliti Model Pembela-jaran Nilai dan Karakter Berbasis Kemendiknas Mandiri. Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah . Strategis Nasional; Tahun-2, Fokus: Ujicoba Model dalam Skala terbatas di Malang, dilakukan tahun 2010.

9

Penelitian Kompetisi tentang: “Pengembangan DP2M Dikti, Anggota

Proyek SEQIP, Direktorat TK/SD.

Peneliti Mandiri.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

33

Standard Makanan Jajanan ‘Murahati’ di Kemendiknas Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang”, Penelitian . Hibah Bersaing Tahun-1, Fokus: Identifikasi Masalah Makanan Jajanan di SD Kota Malang, Peneliti Utamanya Dra. Nunung Nurjannah, M.Kes, dilakukan tahun 2009.

Peneliti

10

Penelitian Kompetisi tentang: “Pengembangan DP2M Dikti, Anggota Standard Makanan Jajanan ‘Murahati’ di Kemendiknas Peneliti Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang”, Penelitian . Hibah Bersaing Tahun-2, Fokus: Ujicoba Standard Makanan di SD Kota Malang, Peneliti Utamanya Dra. Nunung Nurjannah, M.Kes, dilakukan tahun 2010.

11

Anggota Tim Peneliti, pada Penelitian Berskala DIPA Nasional tentang “Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah Direktorat Berstandard Nasional (UASBN) Sekolah Dasar, TK/SD Tahun 2010.

12

Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan DP2M Dikti, Peneliti Model Pembela-jaran Nilai dan Karakter Berbasis Kemendiknas Mandiri Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah Strategis Nasional; Tahun-3, Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Luas di Jawa Timur, sedang dalam Proses Pelaksanaan Tahun 2011 ini .

Anggota Peneliti.

E. Pengalaman Menulis Buku yang Diterbitkan dalam 8 tahun Terakhir.

No

Judul Buku

Penerbit

Terbit/Cetakan ke…(tahun…)

1

Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Winneka Kewarganegaraan SD (Buku Berbasis Riset) Malang.

Cipta, Cetakan-I (2003)

2

Model-model Pembelajaran Terpadu Pendidikan UM Press Malang, Cetakan-I Kewarganegaraan SD (Buku Berbasis Riset) Anggota IKAPI (2009). No.059/JTI/89, ISBN: 979-495-893x.

3

Pembelajaran Nilai-nilai Kewirausahaan dalam UM Press Malang; Cetakan-I Perspektif Pendidikan Umum (Buku Berbasis Riset) Anggota IKAPI (2007) No.059/JTI/89, ISBN:979-3039-183.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

34

4

Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi, dan Cipta Media Implementasinya. Yogyakarta, Anggota IKAPI No.066/DIY/2010, ISBN: 978-60295520-3-4.

Cetakan-I (Juni 2008), Cetakan ke-II (Oktober 2009), Cetakan ke-III (Maret, 2010), dan Cetakan ke-IV (Nopember, 2010)

5

Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil Cipta Media Penelitian Tindakan Kelas (Buku Berbasis Riset). Yogyakarta, Anggota IKAPI No.066/DIY/2010, ISBN: 978-60295520-4-1. Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar IA, Buku Cipta Media Berbasis Riset. Yogyakarta, Anggota IKAPI No.066/DIY/2010, ISBN: 978-97915130-2-9. Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar IIA, Buku Cipta Media Berbasis Riset. Yogyakarta, Anggota IKAPI No.066/DIY/2010, ISBN: 978-97915130-3-7. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Cipta Media Pengetahuan Sosial. Yogyakarta, Anggota IKAPI No.066/DIY/2010, ISBN: 978-97915130-9-8. Sedang ditulis/finishing: Pendidikan Karakter dalam Dalam proses Perspektif Pendidikan Umum. negosiasi dengan penerbit.

Cetakan-I (Oktober 2009), Cetakan ke-II (Juni 2010), dan Cetakan ke-III (Maret, 2011).

6

7

8

9

Cetakan ke-I (September 2009), dan Cetakan ke-II (Mei 2010)

Cetakan ke-I (Oktober, 2009).

Cetakan-ke I (Juni 2010, Cetakan ke-II (Maret, 2011)

Diharapkan Terbit selambatlambatnya Agustus 2011.

F. Artikel Ilmiah yang diterbitkan dalam Jurnal No

Judul Artikel dan Jurnal

1

Pendidikan dalam Konteks Pluralisme dan Multikulturalisme, dalam 1996

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Tahun

35

JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Tahun 30 Nomor 3 Desember 1996, ISSN 0854-8250. 2

Kemitraan antara Sekolah dengan Dunia Usaha, dalam JURNAL ILMU 1997 PENDIDIKAN, Edisi November 1997; jurnal terakreditasi.

3

Pendidikan Nilai dengan Pendekatan Sufistik, dalam Jurnal PENDIDIKAN 2000 NILAI Edisi Mei 2000, ISSN 0853-8158.

4

Dimensi Moral dalam Otonomi Daerah, dalam JURNAL PENGETAHUAN SOSIAL Edisi Oktober 2001, Jurnal terakreditasi.

5

Pembelajaran Nilai dengan Do’a, dalam Jurnal PENDIDIKAN NILAI Edisi 2001 November 2001, ISSN 0853-8158.

6

Internalisasi Nilai di Pondok Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, dalam 2001 JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Edisi Januari 2001, Jurnal terakreditasi.

7

Landasan Teoretik dan Masalah Akademik dalam Praktik Pendidikan 2003 Umum di Perguruan Tinggi, dalam Jurnal PENDIDIKAN NILAI Tahun 10, Nomor 1, Mei 2003. ISSN 0853-8158.

8

Masalah-masalah Pembelajaran Tematik di Kelas-1 dan Kelas-2 SD di Jawa 2006 Timur, dalam JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, Tahun 16 Nomor 1 Juni 2006, Jurnal terakreditasi.

9

Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas 2008 Pembelajaran Tema Lingkungan di Kelas-3 SDN Tanjungrejo 5 Malang, dalam ILMU PENDIDIKAN, ISSN 0854-8307, Tahun 35 Nomor 2, Juli 2008.

10

Pendidikan Karakter: Nasehat Bagaimana Menjadi Manusia Berkarakter 2008 Baik, dalam JURNAL PENDIDIKAN NILAI Tahun 16, Nomor 2, November 2008, ISSN 0853-8158.

11

Pengembangan Model Pendidikan Nilai dan Karakter SD Berbasis 2009 Pendidikan Nilai dan Karakter Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, dalam JURNAL SEKOLAH DASAR, jurnal terakreditasi.

12

Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 2010 SD, dalam JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, Volume 17 Nomor 1, April 2010; Jurnal Terakreditasi.

13

Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kehidupan di 2010. Sekolah Dasar, dalam JURNAL ILMU PENDIDIKAN, Jilid 17, Nomor 1,

ILMU 2001

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

36

Februari 2011, Jurnal Terakreditasi.

G. Penyaji Makalah dan Fasilitator dalam Seminar, Lokakarya, dan Diklat (Ada Makalah dan Sertifikat tetapi tidak masuk dalam Prosiding). No

Tema Seminar, Lokakarya, dan Diklat.

Tempat waktu.

1

Penyaji Makalah pada Orasi Ilmiah pada acara Dise Natalis Universitas Pancasakti Tegal Jawa Tengah; dengan judul Reposisi Perguruan Tinggi pada Era Pasar Bebas. Penyaji Makalah pada Simposium Nasional tentang Revitalisasi Matakuliah Umum sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian, 4-5 September 2004 di Hotel Asida Batu Malang. Fasilitator TOT Nasional Kurikulum TK Angkatan-I, 01-05 Agustus 2004, di Hotel Grafika Mas, Puncak Bogor; diselenggarakan Direktorat TK/SD. Fasilitator TOT Nasional Kurikulum TK Angkatan-II, 05-10 Agustus 2004, di Hotel Grafika Mas, Puncak Bogor; diselenggarakan Direktorat TK/SD. Nara Sumber (Penyaji Makalah) pada Lokakarya Nasional Pendidikan Berbasis Masyarakat, tentang Pembelajaran Terpadu, 29 September-1 Oktober 2004, FIP UM. Penyaji Makalah tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembimbingan Skripsi, S1 PGSD, FIP UM, 29 Januari 2004. Penyaji Makalah pada Konferensi Nasional Pendidikan Nasional (KONASPI), 9 Oktober 2004, di Hotel Sangrilla Surabaya pada Bidang Pendidikan Moral, judul Makalah “Pendekatan Komprehenshif untuk Pendidikan Agama-Agama”. Penyaji makalah pada Seminar dan Lokakarya tentang Penyusunan Program Payung Keilmuan Sekolah Dasar, FIP UM. 2004. Penyaji Makalah tentang KBK pada acara Sosialisasi dan Operasionalisasi KBK pada Dosen-Dosen Universitas Kanjuruhan Malang, 16 Februari 2004. Penyaji Makalah tentang Filosofi KBK pada Seminar Nasional di STAI Ibrahimi, Sukorejo, Situbondo. Penyaji Makalah pada Seminar tentang Implementasi KBK bagi Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, dan Guru SD, di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan, 26-28 Januari 2005. Sosialisasi dan Advokasi KBK di: Kantor Kemendiknas Kota Blitar, Kermendiknas Kab.Madiun, dan Kemendiknas Kab Probolinggo, SD Lab Malang, dll.

Universitas Pancasakti Tegal, 2004. Hotel Asida Batu, 2004.

2

3

4

5

6 7

8

9

10 11

12

Hotel Grafika Mas, Cisarua, Bogor, 2004. Hotel Grafika Mas, Cisarua, Bogor, 2004. Hotel Asida Batu, 2004. FIP UM, 2004. Hotel Sangrilla Surabaya.

FIP UM, 2004.

Universitas Kanjuruhan Malang, 2004. 2006 Kantor Dinas P&K Kabupaten Lamongan, 2005. 2005-an

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

dan

37

13

Tim Penyaji Naskah Akademik pada Seminar Nasional tentang Hotel Bumikarsa “Artikulasi TK/SD Kelas Awal dalam Satu Atap” , diselenggarakan Bidakara, Jakarta, Direktorat TK/SD, di Hotel Bumikarsa Bidakara, 12-14 Juni 2006. 2006.

14

Penyaji Makalah dan Fasilitator Lokakarya Pengembangan Model Lemlit UM 2006. Pembelajaran Tematik, 6 dan 13 Agustus 2006, di Lemlit UM.

15

Penyaji Makalah dan Fasilitator pada beberapa Seminar, Pelatihan dan Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh: a. Fakultas Ekonomi, UM, 20-21 September 2006, di FE UM. b. Fakultas Ilmu Pendidikan UM dalam Rangka Pembinaan Profesional Dosen FIP, 27-29 April 2007 c. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UM, pada Seminar Tingkat Propinsi, 14 Desember 2008, di AULA FIP UM. d. Akademi Farmasi Malang, YPI, bagi Pembinaan Profesional Dosen, 31 Januari 2009. e. UPPL UM dalam rangka pembelalan Dosen Pembimbing Lapangan dan PKM, 18 Maret 2009. f. Universitas Ronggolawe Tuban, dalam rangka pengembangan professional dosen pengampu matakuliah di PGSD, 2009. g. Kemendiknas Kaltim bekerjasama dengan FIP UM, dalam rangka pengembangan professional guru-guru SD di Kaltim; 26-28 Nopember 2010. h. Kemendiknas Probolinggo dalam Rangka Pengembangan Profesional Guru di Kab Probolinggo. i. j.

FE UM, 2006. FIP UM, 2007. FIP UM, 2008. AKAFARMA Malang, 2009. UPPL UM, 2009. Universitas Ronggolawe Tuban. FIP UM, 2010.

Kantor Kemendiknas Kab Probolinggo, 2009 Sekolah-sekolah: SMA 6 Malang, SMA Widyagama 2009-2010an. Malang, BA Restu Malang. LPM UM dalam Rangka KKN mahasiswa dan Pengabdian 2009-2010 an. Masyarakat: di SMK I Blitar, Kantor Cabang Dinas Kec. Pujon, Kantor Cabang Dinas Kec. Dau; Kantor Cabang Dinas Kec.Gondang Legi; SDN III Kebonagung; SDN II Pandanwangi; SDN III Pandanwangi; SMA Negeri II Batu, SDN I Wagir; SDN Karangbesuki Malang; Guru-guru Kab Malang—KKN Wonorejo Singosari di FE UM, dll

k. Bebebrapa Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Rangka Periode Pengembangan Profesionalitas Guru. Diselenggarakan di 20010. Kantor Cabang NU Trenggalek; Kantor Cabang NU Tulung Agung, STKIP Pasuruan, SMKN Kediri, Wisma Haji Madiun, Kantor NU Cabang Situbondo, Gedung Guru Lumajang, dan di Gedung IKA Universitas Brawijaya.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

2009-

38

16

Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Lokakarya Pengembangan 2010. Bahan Ajar berorientasi Konstruktivisti, diselenggarakan Beberapa LSM di Gegung IKA Universitas Brawijaya, UPP-III PGSD UM, LEC Blitar.

17

Penyaji Makalah dan Pembimbing Penyusunan Bahan Ajar PTK IAIN Sunan Ampel Madrasah Ibtidaiyyah Grup 4-5 B yang diselenggarakan LAPIS Surabaya. PGMI bagi Dosen-Dosen IAIN dan STAI untuk Indonesia Timur, dengan Sponsor: USAID, di IAIN Surabaya.

18

Penyaji makalah pada Lokakarya Penyusunan Proposal Hibah FIP UM, 2008. Bersaing Perguruan Tinggi bagi Dosen FIP, diselenggarakan FIP UM, 25 Februari 2008.

19

Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Lokakarya Penyusunan Bahan Ajar untuk Program S1 PGSD Berasrama, 31 Oktober 2008 Penyaji Makalah tentang Metodologi Penelitian Pengembangan bagi Dosen-Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta di Wisma Bayangkara Malang.

20

21

22

23

FIP UM, 2008. FIP UM – Wisma Bayangkara Malang.

Penyaji Makalah tentang Penyusunan Acara Perkuliahan, pada GKB FIP UM, Lokakarya Pengembangan Kurikulum PGPAUD bagi Dosen-Dosen 2009. PGPAUD KSDP FIP UM, di Gedung D2GKB FIP UM, November 2009. Penyaji Makalah dan Instruktur pada Pelatihan dan Lokakarya LP3UM, 2011 tentang Active Leraning for Higher Education (ALFHE) bagi Dosendosen Universitas Negeri Malang, di LP3UM, April 2011 Penyaji Makalah/Naskah Akademik dan Fasilitator pada Seminar dan Lokakarya tentang Pendidikan Karakter, yang diselenggarakan oleh: a. UNESA Surabaya, Penyumbang Makalah pada Seminar Nasional tentang Pendidikan Karakter Bangsa. b. UPMU dalam rangka Kuliah Umum bagi mahasiswa UM yang sedang menempuh Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, di Aula A3 UM, 14 September 2010 a. Ikatan Alumni UM (IKA UM) Wilayah Kabupatem Lumajang, Orasi Ilmiah, 6 Februari 2011.

b. Departemen Agama Kabupaten Probolinggo, Ikatan Guru Agama Islam Indonesia, dalam rangka Pembinaan Profesional Guru Agama Kabupaten Probolinggo, 28 Maret 2011. c. Direktorat PMPTK dalam Rangka Penyusunan Pedoman

UNESA Surabaya, 2010. UM, 2010.

Kantor Pendopo Kabupaten Lumajang. 2011 Kantor Islamic Centre Kraksaan Probolinggo. 2011 Hotel di Cisarua

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

39

Pengembangan Pendidikan Karakter bagi Lembaga Diklat dilingkungan Direktorat PMPTK, di Cisarua Bogor. a. Direktorat Pengelolaan Sekolah Dasar, dalam rangka Penyusunan Pedoman Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa untuk Sekolah Dasar di Indonesia, 9-11 Mei 2011. b. Kemendiknas Kota Batu, dalam rangka Pengembangan Profesi Guru Kota Batu, 5 Februari 2011 c.

d.

e. f.

Bogor. 2011 The Imperium Hotel Bandung. 2011

Kantor Diknas Kota Batu, 2011 Yayasan Pendidikan Islam Sabilillah Malang, dalam rangka SMP Sabilillah Pengembangan Profesional guru-guru di lingkungan Malang, 2011. Ma’arif Kabupaten Malang, Mei 2011. Direkrorat PMPTK, pada Pelatihan TOT Pendidikan Karakter Hotel Parama bagi Lembaga Penyelenggara Diklat dilingkungan Direktorat Cisarua Bogor, PMPTK, Kemendiknas RI di Jakarta. 2011. BEM FIP UM, 1 Mei 2011, di Gedung A3 UM Universitas Negeri Malang 2011. IKA Universitas Brawijaya Malang, dalam rangka Diklat Universitas Penyusunan RPP berbasis Karakter, di Aula Fakultas Sastra Brawijaya dan Budaya, 19 Juni 2011 yang akan Datang. Malang.

24

Penyaji Makalah dan Fasilitator pada beberapa Lokakarya Di berbagai Pengembangan Pembelajaran Tematik untuk Sekolah Dasar, dll. Tempat.

25

Penyaji makalah pada Pelatihan dan Lokakarya tentang UPP-3 Blitar dan Pembelajaran Aktif di Sekolah bagi Mahasiswa UM asal Maluku di FIP UM, 2010. UPP-3 Blitar, dan di FIP UM.

26

Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Pelatihan dan Lokakarya LP3 UM, 2011. Active Learning for Higher Education bagi Dosen-dosen Universitas Negeri Malang, 4-8 April 2011. Penyaji Makalah tentang Pengembangan Bahan Ajar, di STKIP 2009 PGRI Jombang.

27

H. Pengalaman Lainnya No

3 4

Tempat dan Tahun Reviewer Proposal di Lemlit UM 2004-2009. TOT Revewer Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita, di 2006. Hotel Syafir Yogyakarta, diselenggarakan DP2M, Dikti. Penyunting Jurnal Penelitian Pendidikan di Lemlit UM 2004-2011 Mitra Bestari Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) 2010-2011

5

Reviewer Penyusunan Bahan Ajar PTK Madrasah Ibtidaiyyah IAIN

1 2

Nama Kegiatan

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Sunan 40

yang diselenggarakan LAPIS PGMI Bagi Dosen-dosen IAIN/UIN Ampel untuk Indonesia Timur, di IAIN Sunan Ampel Surabaya, 9 Surabaya. Desember 2008 6

Validator Instrumen Penilaian Buku Teks diselenggaran BSNP, Kemendiknas 11 Juni 2009. Kota Malang.

7

Tim Pengembang Sekolah Unggulan Universitas Negeri Malang, dalam rangka Pengembangan Sekolah: SD Kebon Agung dan SMP 5 Pasuruan; TK-SD-SMP YSN-KPS Balikpapan; SD-SMP-SMA Yayasan Pendidikan Cendana Pekanbaru Riau; Sekolah Unggulan Terpadu Kemendiknas Lumajang; dan SMT-Bojonegoro.

Pasuruan, Balikpapan, Lumajang, dan Pekan Baru, periode 20042011. Peserta TOT Pembelajaran Aktif untuk Sekolah (ALIS); dan Hotel Pitagiri Pembelajaran Aktif untuk Perguruan Tinggi (ALFHE) yang Jakarta, dan diselenggarakan atas Kerjasama Kemendiknas—USAID, 2010. Hotel Wijaya Batu, 2010. Organisasi Profesi: Ketua III ADPENSI (Asosiasi Dosen dan Jakarta, 2011. Sarjana Pendidikan Umum/Nilai Indonesia).

8

9

10

Memperoleh Piagam Penghargaan dari Presiden RI, Tanda Jakarta, 2010. Kehormatan Satyalencana Karya Sapta XX tahun.

11

Lulus Sertifikasi Dosen dan dinyatakan sebagai Dosen Yogyakaarta, Profesional pada bidang studi Kependidikan Dasar dan 2010. Prasekolah (KSDP).

12

Dewan Pembina Yayasan Daarul Falah Al-Munawwir: Dengan Kroya, 2011. Program Pesantren Tahfidz Qur’an, Pengelolaan Masjid AlMunawwir, dan Madrasah Diniyyah.

I. Prestasi yang Pernah Dicapai No

Berprestasi dalam Hal

Tahun

1

Juara I Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional tentang Jakarta, 1983 Perkoperasian di kalangan mahasiswa program S1, penghargaan dari Mentri Koperasi RI.

2

Juara I Lomba Penulisan Artikel Ilmiah yang dimuat di jurnal Bandung, 1999 (terakreditasi) dikalangan Mahasiswa Program Pascasarjana dan Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Penghargaan dari Rektor UPI.

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

41

3

Lulus Program Doktor (S3) PPS UPI dengan predikat Cumlaude.

Bandung, 2000

4

Dosen teladan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2005 Malang.

Malang, 10 Mei 2011 Pembuat Daftar Riwayat Hidup,

Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd. NIP: 196006131987011001

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

42