Seri 2 -Cinta yang Tersemai - JN UKMI UNS

9 downloads 60 Views 162KB Size Report
kisah-kisah cinta. Ada yang mereguk kenikmatan tiada tara dan ada pula yang harus mengecap pahit serta onaknya titian cinta di bawah langit kehidupan.
1. Cinta yang Tersemai Diri membutuhkan api dari cinta Dan belajar bagaimana mencahayai cahaya dengan api. Adalah cinta yang membawa kedamaian dan begitupun dengan konflik di dunia ini Cinta adalah air kehidupan dan juga adalah pedang tajam Belajar seni menjadi pencinta dan berhasrat mencinta. Ikhwatifiddin Mahabbatullah ! Sepenggal syair di atas hanyalah sekelumit uraian yang mendeskripsikan kerayaan cinta. Fenomenal memang. Jauh sebelum itupun sejarah dunia telah menorehkan beragam kedahsyatan kisah-kisah cinta. Ada yang mereguk kenikmatan tiada tara dan ada pula yang harus mengecap pahit serta onaknya titian cinta di bawah langit kehidupan. Jika saja melalui data statistik misalnya, maka akan terlihat disana berjubel nostalgia cinta setiap insan di muka bumi. Selama jagad ini masih kokoh dengan tujuh petala langitnya, cinta pun tak akan berakhir story dan prospeknya. Ia akan terus terinovasi, ia akan terus berkarya dan ia akan tetap bersemi,tumbuh, hidup terjaga ditangan para pecinta. Berbincang mengenai cinta tentunya seabrek definisi kan bermunculan yang sebenarnya tak berbeda dengan definisi lainnya. Ya, itulah makna cinta, semua orang cenderung dapat memaknainya dengan statement yang berbeda pula. Namun pertanyaannya, apakah setiap makna cinta sudah mengartikulasikan hakikat cinta ? saya rasa kita semua sepakat bahwa hakikat cinta tak terang wujudnya tetapi sebenarnya sejak sebelum ruh ditiupkan kedalam rahim sang ibu hakikat cinta itu telah melekat dan ia akan terus menyertai kita hingga akhir. Yakin dan percaya skenario kehidupan ini adalah skenario cinta. Pandanglah keindahan strukturisasi penciptaan alam raya ini, coba renung hayati perjuangan seorang ibu saat menghadirkan sang bayi ke bumi. Liriklah dua insan yang bersatu dalam indahnya bahtera pernikahan. Cermati setiap keunikan ragam dan tingkah makhluk hidup di sekeliling kita. Perhatikanlah kesibukan orang yang mencari nafkah untuk keluarganya. Amati

berbagai karya-karya update ditiap jengkal masa, bukankah semua itu nyata dan dinyatakan karena cinta. Cukuplah dinamika yang terlihat ikhwatifillah, mutlaknya semua ”bermula karena cinta”. Ikhwan wal akhwatifillah ! Kita sepaham bahwa cinta adalah anugerah suci oleh sang maha mencintai yang cintanya tak pernah pupus. Karenanya sangat disayangkan apabila ada oknum-oknum yang sengaja maupun tak sengaja menodai dan menyalahgunakan keberadaan cinta. Mengekspresikannya melalui cinta-cinta cengeng, cinta murahan, dan cinta murka hingga cintapun dijustifikasi negatif. Cinta itu bak kendaraan apabila ia bertengger dipribadi pengendara yang baik maka ia akan berbuah kebaikan pula dan sebaliknya. Saudaraku yang dicintai Allah dan engkaupun mencintai-Nya ! Harus disadari begitu banyak potensi yang dikandung cinta. Sebagaimana yang saya katakan diatas, ia adalah skenario yang berperan aktif pada alur kehidupan ini. Diwilayah serta skala manapun. Demikian pula cinta yang terpatri pada jiwa-jiwa pejuang agama Allah, di dada para mujahid dan mujahidah, disetiap ruang sukma para aktivis dakwah, mereka yang tengah berjihad ataupun yang telah dahulu syahid. Mereka rela berkorban harta dan jiwa sebab relung hatinya telah terinternalisasi energi cinta, khalifah umar bin khattab dengan tulus membuatkan makanan dengan tangannya sendiri untuk orang-orang miskin di negerinya, hanya dalam kurun waktu lima tahun Umar bin abdul aziz mampu menghapus kemiskinan dimasa kekhalifahannya bahkan tak ada lagi yang terdata sebagai penerima zakat, itupun karena ia energi cinta, the power of love pula yang menampakkan senyum ikhlas sayyid qhutb saat ia menghadapi tiang gantungan padahal merupakan saat menegangkan serta menakutkan. Sekali lagi karena energi cinta telah tertanam kokoh dalam pribadi imaniyahnya. cInta mereka adalah cinta yang ikhlas kepada Allah SWT, cinta mereka adalah cinta yang tulus kepada Rasulullah, cinta mereka adalah cinta suci sejati kepada saudara seiman. Ikhwatifillah ! Kita sangat merindukan karakteristik pribadi pecinta berkharisma ketikhlasan. Masih lekat dalam ingatan belum lekang dari memori kita sejarah kemenangan, kejayaan islam oleh perjuangan Rasulullah dan para sahabat. Kini islam kembali terjajah, saudara-saudara kita dibelahan bumi islam lainnya sedang tertindas, terbantai, terampas kehormatannya. Berontak hati ini kaepada kekejaman kafirun, merintih jiwa ini menyaksikan saudara-saudara kita berlumur darah. Maka cinta terwujud hakikatnya. Harapan akan perubahan besar terus manyulut, keinginan akan lahirnya peradaban baru

terus membahana. Semua itu bisa terealisasi bila gelora semangat atas dasar kecintaan benar-benar sebagai penyulut bara perjuangan. Cinta itu harus ada dalam diri setiap kader dakwah, ia harus menancap mengalir bersama aliran darah setiap generasi muda islam karena sesungguhnya kejayaan islam ini berkat perjuangan para sahabat yang masih sangat muda. Ada kisah Shalahuddin Al Ayyubi, ada kisah kepahlawanan pemuda belia Muhammad Al Fatih, ada kisah penggerak kebangkitan islam Asy-Syahid Hasan Al-Banna pada usia 22 tahun. Akhi, ukhti ! Dakwah ini membutuhkan cinta kita dan cinta itu mesti diperjuangkan. Cinta itu membutuhkan semangat kita, cinta itu membutuhkan pengorbanan kita. Masih terngiang apa yang pernah dikatakan ustadz Rahmat Abdullah, ”semua orang bisa berdakwah tapi tidak semua orang bisa mencintai dakwah”. Olehnya ikhwatifillah kita siapkan diri agar mampu berkompetisi sekaligus mengambil peranan yang lebih besar, bahu-membahu membangun peradaban karena sesungguhnya setiap kita adalah arsitek peradaban. Bagi saudaraku yang masih muda, pergunakan segala potensi yang dimiliki. Jadikan potensi itu sebagai modal untuk berkreasi, berkarya, berfastabiqul khairat demi ummat. Al qur’an sesungguhnya telah menentukan bahwa sosok pemuda layak diberikan kepemimpinan dan pelopor perubahan karena potensi alaminya. Akhirul kalam, renungkanlah perkataan Sayyid Quthb ketika ia menghadapi tiang gantunga, ”Kebahagiaan yang sesungguhnyaaku rasakan adalah ketika aku merasa yakin bahwa aku telah meninggalkan sesuatu yang berharga bagi penerusku”.